Anda di halaman 1dari 6

Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas

Kearifan lokal adalah gagasan atau ajaran-ajaran lokal yang mempunyai sifat
baik, bijaksana dan penuh nilai moral, sehingga diterapkan oleh masyarakat dalam
kehidupannya sehari-hari untuk mengembangkan kebudayaan, sumber daya
manusia atau sumber daya alam yang dimiliki. Oleh karena itu, kearifan lokal
merupakan perwujudan budaya yang seharusnya terus dijadikan pedoman dan
pegangan hidup oleh masyarakat. Contoh dari Kearifan lokal yang berjalan sampai
saat ini adalah seni wayang kulit.

BAB 1

Pengertian Wayang

Wayang

Pengertian secara umum sebenarnya berasal dari bahasa Jawa, yang berarti
bayangan. Jika dilihat dari arti filsafatnya, wayang merupakan bayangan atau
cerminan dari sejumlah sifat yang dimiliki manusia, misalnya sifat murka, serakah,
pelit, bijak, dan lain sebagainya. Secara umum, wayang diartikan sebagai boneka
untuk meniru orang. Wayang dibuat dari pahatan kulit atau kayu, dan digunakan
untuk menampilkan tokoh dalam sebuah pertunjukan drama tradisional. Pemain
wayang dikenal dengan istilah dalang. Biasanya wayang diciptakan sesuai dengan
watak, sifat, dan perilaku yang dimiliki oleh suatu tokoh.

Wayang memiliki berbagai ajaran dan nilai etis yang bersumber dari agama,
sistem filsafat dan etika. Ajaran-ajaran dan nilai-nilai etis itu memenuhi persyaratan
untuk dipakai oleh bangsa Indonesia untuk kelangsungan hidupnya, dan terbukti
keluhurannya karena telah bertahan dan tetap dipakainya ajaran-ajaran dan nilai-
nilai tersebut oleh bangsa Indonesia dari zaman ke zaman. Dari sistem kepercayaan –
kepercayaan purba yang coba dihidupkan kembali oleh aliran kepercayaan,
kebatinan, mistisisme, wayang menyerap ajaran-ajaran dan nilai- nilai tentang
penghormatan kepada alam.

Pertunjukan kesenian wayang ini merupakan sisa-sisa upacara keagamaan


orang Jawa, yaitu sisa-sisa dari kepercayaan animism dan dinamisme yang
melakukan pemujaan pada roh-roh nenek moyang. Untuk memuja roh nenek moyang
itu, mereka mewujudkannya dalam bentuk gambar atau patung yang dipuja dan
disebut hyang atau dahyang. Orang bisa berhubungan dengan para hyang melalui
seorang dukun.

Ritual pemujaan nenek moyang, hyang dan syaman inilah yang merupakan
asal mula terjadinya pertunjukan wayang. Sang Hyang menjadi wayangnya, ritual
kepercayaan itu menjadi jalan pentas dan syaman menjadi dalangnya. Sedangkan,
ceritanya adalah petualangan dan pengalaman nenek moyang. Bahasa yang
digunakan adalah Bahasa Jawa asli yang hingga sekarang masih dipakai.

Wayang merupakan salah satu kesenian asli Indonesia yang sudah ada sejak
tahun 1500 sebelum masehi. Awalnya kesenian ini digunakan sebagai media untuk
memanggil para roh leluhur. Namun seiring berjalannya waktu, Wayang Kulit menjadi
sebuah media kesenian yang digunakan untuk penyebaran agama di tanah Jawa,
mulai dari agama Hindu hingga agama Islam.

BAB 2

Jenis - jenis dan Fungsi Wayang

Berikut merupakan jenis – jenis wayang yang populer di Indonesia sebagi bentuk
kearifan lokal antara lain :

1. Wayang Kulit

Pada 7 November 2003, UNESCO menetapkan wayang kulit, teater boneka bayangan
dari Indonesia sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Wayang kulit berbentuk pipih dan terbuat dari kulit kerbau atau kambing. Selain itu,
lengan dan kakinya pun bisa digerakkan. Di Bali dan Jawa, pertunjukan wayang kulit
kerap mengangkat cerita religius, cerita rakyat, dan cerita tentang mitos.

2. Wayang Golek

Wayang golek adalah hasil perkembangan wayang kulit, dari keterbatasan waktu
supaya bisa ditampilkan pada siang atau malam hari. Wayang yang populer di Jawa
Barat ini berbentuk tiga dimensi yang terbuat dari kayu. Dialog pada pertunjukkan
ini menggunakan bahasa Sunda. Ada dua jenis wayang golek, yaitu wayang golek
papak cepak dan wayang golek purwa. Biasanya, cerita yang dibawakan bersumber
dari kitab Mahabarata dan Ramayana, serta tentang religi.

3. Wayang Orang

Wayang orang dikenal juga sebagai wayang wong. Jenis wayang yang populer di Jawa
Tengah ini menggunakan manusia untuk memerankan tokoh-tokoh yang didasarkan
pada kisah-kisah wayang tradisional. Wayang orang pada awalnya dipertunjukkan
sebagai hiburan para bangsawan. Seiring berjalannya waktu, wayang ini menjadi
bentuk kesenian populer. Kisah yang cukup sering dimainkan adalah Mahabrata dan
Ramayana yang mengandung pesan moral, serta cerita Smaradahana.

4. Wayang Beber

Wayang beber disebut sebagai jenis wayang yang paling tua di Indonesia. Pertama kali
dikenal di Tanah Air pada masa kerajaan Jenggala sekitar 1223 Masehi. Berbentuk
lembaran-lembaran atau beberan yang terbuat dari kain atau kulit lembu, dan
dibentuk menjadi tokoh-tokoh wayang. Apabila tidak dimainkan, wayang bisa
digulung. Pertunjukan wayang ini dilakukan dengan membeberkan atau
membentangkan layar atau kertas yang berupa gambar. Setiap beberan adalah satu
adegan cerita.

5. Wayang Klitik

Wayang klitik punya bentuk yang mirip dengan wayang kulit. Hanya saja, wayang
jenis ini menggunakan media kayu untuk pembuatannya. Kata klitik dalam wayang
ini berasal dari suara kayu yang bersentuhan, saat wayang digerakkan atau saat
terjadi adegan perkelahian. Wayang ini menggunakan kisah yang berasal dari
kerajaan-kerajaan di Jawa Timur, seperti Kerajaan Jenggala, Kediri, hingga
Majapahit. Damarwulan adalah cerita yang paling populer.
Fungsi Seni Wayang

Berikut ini adalah fungsi dari seni wayang di antaranya :

- Sebagai wadah untuk melestarikan budaya daerah serta cerita-cerita


tradisional
- Sebagai penggambaran antara dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok
dengan watak yang baik dan kelompok dengan watak buruk.
- Sebagai sarana untuk menanamkan jiwa sosial karena biasanya pagelaran
wayang diadakan besar-besaran dan mengumpulkan banyak masyarakat.
- Sebagai media untuk hiburan rakyat Sebagai sarana pendidikan budi pekerti
karena memberikan pesan-pesan dan amanat di dalam ceritanya.

Bab 3

Pemeran atau Dalang Wayang di Indonesia

1. Ki Nartosabdo

Seniman satu ini bisa dibilang merupakan pembaharu di dunia pewayangan


tradisional Jawa yang membuat gebrakan dengan memasukkan gending-gending yang
hingga saat ini masih populer dinyanyikan sinden, bahkan diaransemen ulang oleh
musisi modern Indonesia.

Lewat grup karawitannya yang bernama Condong Raos, Ki Nartosabdo setidaknya


telah menciptakan sekitar 319 tembang, atau gending populer seperti, Caping
Gunung, Gambang Suling, Ibu Pertiwi, Rujak Jeruk, Perahu Layar, dan masih banyak
lagi.

2. Manteb Soedharsono

Dalang dari Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah ini juga sosok legendaris di
dunia pewayangan Indonesia dan Asia. Dikenal sebagai 'Dalang Setan', Ki Manteb
Soedharsono merupakan pelopor seni pedalangan yang banyak memasukkan
peralatan musik modern dalam pementasannya.
3. Asep Sunandar Sunarya

Siapa sih yang tak kenal dengan karakter Si Cepot yang lucu tapi kritis itu? Nah
sosok dalang Asep Sunandar inilah yang memopulerkan karakter wayang golek khas
Sunda tersebut pada masyarakat Indonesia dan dunia.

Lewat kepiawaiannya,seniman asal Bandung, Jawa Barat ini bahkan pernah menjadi
dosen luar biasa di Institut International De La Marionette di Charleville, Prancis pada
tahun 1993. Setahun kemudian, dia juga melakukan tur pementasan wayang golek
keliling Eropa.

4. Anom Suroto

Dalang asal kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini juga merupakan sosok seniman
pewayangan yang kiprahnya telah mendunia. Dikenal sebagai sosok dalang wayang
kulit purwa, Ki Anom Suroto merupakan salah satu dalang terlaris di Indonesia pada
masanya, yakni pada medio 1970-an.

Tak hanya di Indonesia, Anom Suroto hingga akhir abad ke-20 ini tercatat sebagai
satu-satunya dalang dari Nusantara yang pernah pentas di lima benua dunia,
antaranya di Amerika Serikat, Jerman Barat, Jepang, Spanyol, Australia, bahkan
hingga Rusia.

5. Slamet Gundono

Sosok satu ini memang dikenal sebagai dalang mbeling yang sering mendobrak
pakem-pakem konvensional seni pewayangan di Jawa lewat cerita dan media wayang
suketnya yang dipentaskan dengan peralatan minimalis, salah satunya gitar gambus.

Slamet Gundono, dalam jagat pedalangan di Nusantara juga dikenal sebagai dalang
kontemporer yang menggabungkan elemen pertunjukan wayang dengan seni
multimedia lain, khususnya suluk, puisi, dan teater modern.
Bab 4

Kesimpulan

Kearifan lokal merupakan perwujudan budaya yang seharusnya terus


dijadikan pedoman dan pegangan hidup oleh masyarakat. Salah satu bentuk karya
seni yang dapat dipakai sebagai sumber pencarian nilai-nilai adalah seni wayang
kulit.

Wayang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media


penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan. Oleh
karena itu wayang dianggap memiliki nilai sangat berharga dalam pembentukan
karakter dan jati diri bangsa serta peradaban Indonesia.

Uraian diatas mungkin menunjukan bahwa wayang kulit masih tetap bertahan
hingga saat ini, namun untuk zaman yang akan datang tidak ada yang tahu. Terlebih
untuk saat ini peminat wayang kulit hanya dikalangan orang tua saja. Untuk generasi
mudanya sendiri sudah terpengaruh oleh budaya globalisasi yang masuk dengan
cepat. Generasi muda saat ini lebih berminat dengan gadget dan sarana teknologi lain
yang “kekinian”, sedangkan dengan wayang kulit sudah sedikit sekali peminatnya.

DAFTAR PUSTAKA

https://dlhk.bantenprov.go.id/read/article/240/Pemberdayaan-Komunitas-dengan-
Konsep-Kearifan-Lokal.html

https://blog.unnes.ac.id/wiwietsr/2015/11/19/kearifan-lokal-budaya-
wayang-kulit/

https://www.kompas.com/skola/read/2022/09/10/120000169/wayang-
pengertian-asal-usul-dan-fungsinya?page=all

https://bamai.uma.ac.id/2022/07/21/5-jenis-wayang-populer-di-indonesia/

https://hypeabis.id/read/16982/tak-hanya-terkenal-di-indonesia-5-maestro-
dalang-ini-juga-mendunia

Anda mungkin juga menyukai