Anda di halaman 1dari 12

Wayang

Nama :
1. Adji Aiman Daniel
2. Andrean Zander
3. Desfarina Fitriani
4. Imelda Wiguna
5. M.Rizky

XII MIPA 4
Sejarah Wayang
Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di
beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh
kebudayaan Jawa dan Hindu. Wayang adalah karya sastra dan kebudayaan asli dari Indonesia yang paling tua dan diperkirakan sudah
ada sejak 1500 tahun sebelum Masehi dari nenek moyang suku Jawa. Hal ini menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia sudah memiliki
peradaban yang tinggi sejak ribuan tahun lalu. UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003
menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak
ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka.
Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan
mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan
Manusia pada tahun 2003. Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan.
Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun, kegeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum
masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di
Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung pada Abad ke 4
yang berbunyi si Galigi mawayang.
Pada awal mulanya wayang dimainkan dalam ritual sakral seperti pemujaan roh nenek moyang dan
dalam upacara adat Jawa. Seiring perkembangan zaman, penggunaan bahan-bahan lain seperti kulit
binatang atau kayu mulai bermunculan. Cerita-cerita yang dimainkan pun terus berkembang.

Dengan masuknya agama Hindu Budha di Indonesia pun menambah kisah-kisah yang dimainkan dalam
pertunjukan wayang. Kisah Mahabarata dan Ramayana merupakan contoh kisah yang menjadi favorit
pada zaman Hindu Budha di masa itu. Namun di setiap daerah memiliki adat dan seni pertunjukan
wayang yang berbeda, semua ini disesuaikan dengan budaya setempat.

Kesukaan masyarakat Jawa pada seni pertunjukan wayang pada masa itu, ternyata dimanfaatkan oleh
pemuka agama Islam untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Seperti yang di lakukan sunan
kalijaga dan walisongo melakukan pertunjukan wayang untuk tujuan berdakwah. Pertunjukan wayang
itu disisipi nilai agama agar masyarakat yang pada saat itu mayoritas masih memeluk agama Hindu dan
Budha saat itu dapat mengenal agama Islam.
Jenis Wayang yang Populer di Indonesia
1. Wayang Kulit
Wayang kulit adalah seni tradisional Bangsa Indonesia. Wayang kulit ini lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur.
Namun, beberapa daerah seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, dan Bali juga memiliki jenis kesenian wayang
kulit. Wayang kulit ini berbentuk pipih dan terbuat dari kulit kambing atau sapi. Lengan dan kakinya bisa digerakkan.
Pertunjukan wayang kulit sering kali menggabungkan cerita-cerita Hindu, Budha, dan Islam. Selain kisah-kisah religius,
cerita-cerita rakyat serta mitos juga sering digunakan. Wayang kulit merupakan salah satu jenis kesenian wayang yang
telah diakui sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan
berharga.
2. Wayang Wong
Selain wayang kulit terdapat juga wayang orang atau yang disebut juga dengan istilah wayang wong (Jawa). Sesuai
dengan nama dan sebutannya, jenis kesenian wayang ini tidak lagi diperankan dengan boneka kulit, tetapi langsung
dimainkan oleh manusia sebagai tokoh yang memerankan pertunjukan wayang, sebagaimana manusia berperan
sebagai pengganti boneka-boneka wayangnya. Kesenian wayang wong atau wayang orang ini juga memakai pakaian
yang sama, seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Bentuk mukanya juga dibuat sama sebagaimana
bentuk muka dan hiasan wajah pada tokoh wayang kulit dengan cara digambar atau dilukis. Selain itu, pertunjukan
wayang wong ini juga diiringi oleh musik gamelan pelog dan slendro serta sinden. Cerita yang sering digunakan adalah
smaradahana. Awalnya, wayang wong dipertunjukan untuk hiburan para bangsawan, namun kini telah menyebar
menjadi bentuk kesenian yang cukup populer.
3. Wayang Krucil

Wayang krucil berarti wayang kecil bahkan ada yang menyebutnya wayang klitik. Hal ini sesuai dengan perkataan
bahwa wayang krucil terbuat dari bahan kayu yang pipih dengan ukuran rata-rata relatif kecil, bahkan muncul suara
klitik-klitik sehingga dinamakan wayang klitik. Dalam perkembangannya jenis wayang krucil dapat dibedakan menjadi
dua, yakni wayang krucil yang berkembang dengan bentuk aslinya dan wayang krucil yang mendapat pengaruh dari
pergelaran wayang kulit purwa. Wayang krucil mempunyai bentuk dan bahan yang khusus. Bentuknya menyerupai
wayang kulit, yakni terdiri dari dua demensi, bahannya terbuat dari kayu. Wayang krucil tidak mengenakan cempurit
seperti pada wayang purwa, sebab cempuritnya sekaligus merupakan lanjutan dari badan wayang yang terbuat dari
kayu itu, yang berbentuk kayu pipih, tidak bulat seperti wayang golek.
4. Wayang Beber
Wayang beber ini merupakan salah satu jenis wayang yang tertua di Indonesia. Wayang beber merupakan jenis
pertunjukan wayang dengan cara membentangkan kain yang panjang. Kata beber dalam bahasa Jawa berarti mbeber
atau menggelar, maksudnya menggelar gambar baik dari kain maupun kertas tebal yang menceritakan tentang
adegan-adegan cerita wayang kulit. Gambar-gambar pada wayang beber dilukis pada gulungan-gulungan horizontal
panjang. Dalang akan menggelar gulungan-gulungan tersebut adegan demi adegan. Cerita atau gambar berupa
gulungan-gulungan wayang yang terbuat dan kertas tebal yang digambari tokoh-tokoh wayang. Pengiring gamelan
pada pertunjukan wayang beber tidak sebanyak wayang kulit, begitu pula gamelannya pun tak selengkap pertunjukan
wayang kulit. Untuk saat ini dalang yang melakonkan wayang beber tinggal sedikit. Karena pertunjukan wayang beber
sendiri semakin lama semakin sedikit penggemarnya.
5. Wayang Golek
Di Jawa Barat, ada wayang yang menggunakan boneka dari kayu disebut wayang golek. Dua macam wayang golek
yang ada di daerah Sunda, yaitu wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa. Wayang golek memiliki lakon-lakon
galur dan carangan, yang bersumber dari cerita besar Ramayana dan Mahabarata. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
sunda dan diiringi gamelan Sunda (berlaraskan salendro), yang terdiri dari dua saron, satu peking, satu selenthem, satu
boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah seperangkat
kendang (satu kendang indung dan tiga kulanter), gambang dan rebab. Lakon yang biasa dipertunjukkan dalam pertunjukan
wayang golek adalah lakon carangan. Lakon galur kadang-kadang saja dipertunjukkan. Wayang golek sebagai seni pertunjukan
rakyat memiliki fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat lingkungannya, baik spiritual maupun material.
Ini dapat kita saksikan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, misalnya ketika ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri)
khitanan, pernikahan, dan lain-lain, sering diiringi pertunjukan wayang golek. Secara spiritual, masyarakat mengadakan
ruwatan untuk menolak bala, secara komunal maupun individual, dengan cara menyelenggarakan pertunjukan wayang golek.
Wayang golek sebagai seni pertunjukan rakyat memiliki
fungsi yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
lingkungannya, baik spiritual maupun material. Ini dapat kita
saksikan dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, misalnya ketika
ada perayaan, baik hajatan (pesta kenduri) khitanan, pernikahan,
dan lain-lain, sering diiringi pertunjukan wayang golek. Secara
spiritual, masyarakat mengadakan ruwatan untuk menolak bala,
secara komunal maupun individual, dengan cara
menyelenggarakan pertunjukan wayang golek
Alat dan Bahan yang digunakan untuk
membuat wayang

Anda mungkin juga menyukai