Anda di halaman 1dari 14

LINTAS BUDAYA JAWA

Oleh:Nadya Syfa (F100130160)

Keunikan Jawa Tengah terletak pada budaya serta tradisi luhur dan estetis yang
tetap terjaga, disertai dengan keramahan, jiwa kewirausahaan yang tangguh dan keterbukaan
terhadap inovasi.
Sejarah menunjukkan kedekatan hubungan antara orang Jawa dengan
alam, pegunungan, ngarai, dan pantai yang sangat mewarnai karakter budaya dan
tradisi Jawa Tengah dan tercermin pada kriya, olah seni dan mahakarya budaya yang
penuh makna.
Kreatifitas yang muncul dari tangan-tangan orang Jawa, merupakan
bentuk nyata dari cipta, rasa, dan karsa, yang terinspirasi dari makrokosmos yang
merangkum mikrokosmos.
Kekuatan inspirasi jagat raya, olah kreatifitas dan etos kerja keras orang
Jawa menghasilkan antara lain Borobudur, Prambanan, Wayang, Gamelan, Topeng, Keris, dan
Batik, yang menjadi warisan budaya dunia karena setiap artefak tersebut membawa serta
kecantikan wujud dan kedalaman makna bagi kehidupan manusia secara universal.

1.2 Fenomena yang terjadi pada masyarakat


Pada zaman sekarang masyarakat Jawa Tengah sebagian besar merantau ke kota-kota
besar khususnya ibukota untuk mengadu nasib. Apakah masyarakat urban ini masih mengetahui
dan mengikuti budaya asal mereka apa mereka sudah mulai meninggalkannya ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jauh lebih dalam tentang
kebudayaan Jawa Tengah mulai dari tarian, alat musik , dan upacara adat.

1.4 Metode Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini kami ingin mengetahui lebih dalam tentang budaya Jawa Tengah.
Sejarah budaya tersebut mulai ada, oleh karena itu kami melakukan pendekatan
kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan adalah dengan teknik observasi
dan wawancara.

2. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini kami memilih subjek dengan menggunakan teknik secara
sample. Subjek yang kami ambil adalah pria yang berusia 47 dan 57 tahun.
3. Tahap Tahap penelitian yang kami lakukan antara lain :
1. Menentukan fenomena atau masalah yang akan diambil
1. Mencari teori yang berhubungan dengan permasalahan
2. Menentukan teknik pengumpulan subjek
3. Menentukan lokasi pengambilan data
4. Membuat pedoman observasi dan wawancara
5. Melakukan pengambilan data
6. Analisis
4. Teknik Kumpul Data
Pada penelitian ini kami menggunakan teknik pengumpulan data khas penelitian
kualitatif yaitu observasi dan wawancara. Adapun teknik observasi yang kami pilih adalah
observasi non partisipan dimana dalam observasi ini kami hanya mengamati perilaku secara
alamiah, tidak turun langsung ke dalam penelitian dan kehidupan subjek. Teknik wawancara
yang kami gunakan adalah wawancara terstruktur dan terbuka, kami membuat pedoman
wawancara singkat secara garis besar dan mewancarai subjek yang melakukan dengan
menggunakan bahasa informal untuk dapat menggali lebih jauh.
5. Alat Bantu Kumpul Data
Dalam melakukan pengumpulan data kami menggunakan berbagai macam alat
seperti alat tulis, dan alat perekam suara.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


Seni Budaya
1. Gamelan Jawa
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang, guna mendorong
kecintaan pada kehidupan Transedental (Alam Malakut)"Tombo Ati" adalah salah satu karya
Sunan Bonang. Sampai saat ini tembang tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran Islam,
juga pada pentas-pentas seperti: Pewayangan, hajat Pernikahan dan acara ritual budaya Keraton.
2. Keris Jawa
Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai symbol Kejantanan dan
terkadang apabila karena suatu sebab pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu
pengantin, maka ia diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka. Di kalender
masyarakat jawa mengirabkan pusaka unggulan keraton merupakan kepercayaan terbesar pada
hari satu sura. Keris pusaka atau tombak pusaka merupakan unggulan itu keampuhannya bukan
saja karena dibuat dari unsure besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur dengan unsure batu
meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi cara pembuatannya disertai dengan
iringan doa kepada sang maha pencipta alam ( Allah SWT ) dengan duatu apaya spiritual oleh
sang empu. Sehingga kekuatan spiritual sang maha pencipta alam itu pun dipercayai orang
sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak lawan
menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu.

3. KesenianTarian Jawa
Tarian merupakan bagian yang menyertai perkembangan pusat baru ini.Ternyata
pada masa kerajaan dulu tari mencapai tingkat estetis yang tinggi. Jika dalam lingkungan rakyat
tarian bersifat spontan dan sederhana, maka dalam lingkungan istana tarian mempunyai standar,
rumit, halus, dan simbolis.Jika ditinjau dari aspek gerak, maka pengaruh tari India yang terdapat
pada tari-tarian istana Jawa terletak pada posisi tangan, dan di Bali ditambah dengan gerak mata.

Tarian yang terkenal ciptaan para raja, khususnya di Jawa, adalah bentuk teater
tari seperti wayang wong dan bedhaya ketawang. Dua tarian ini merupakan pusaka raja Jawa.
Bedhaya Ketawang adalah tarian yang dicipta oleh raja Mataram ketiga, Sultan Agung (1613-
1646) dengan berlatarbelakang mitos percintaan antara raja Mataram pertama (Panembahan
Senopati) dengan Kangjeng Ratu Kidul (penguasa laut selatan/Samudra Indonesia) (Soedarsono,
1990). Tarian ini ditampilkan oleh sembilan penari wanita.
4. Kesenian Wayang
1) Wayang Kulit Kesenian wayang dalam bentuknya yang asli timbul sebelum kebudayaan Hindu
masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada jaman Hindu Jawa. Pertunjukan Kesenian
wayang adalah merupakan sisa-sisa upacara keagamaan orang Jawa yaitu sisa-sisa dari
kepercayaan animism dan dynamisme. Menurut Kitab Centini, tentang asal-usul wayang Purwa
disebutkan bahwa kesenian wayang, mula-mula sekali diciptakan oleh Raja Jayabaya dari
Kerajaan Mamenang/Kediri. Sektar abad ke 10 Raja Jayabaya berusaha menciptakan gambaran
dari roh leluhurnya dan digoreskan di atas daun lontar. Bentuk gambaran wayang tersebut ditiru
dari gambaran relief cerita Ramayana pada Candi Penataran di Blitar. Ceritera Ramayana sangat
menarik perhatiannya karena Jayabaya termasuk penyembah Dewa Wisnu yang setia, bahkan
oleh masyarakat dianggap sebagai penjelmaan atau titisan Batara Wisnu. Figur tokoh yang
digambarkan untuk pertama kali adalah Batara Guru atau Sang Hyang Jagadnata yaitu
perwujudan dari Dewa Wisnu.
2) Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
Wayang Kulit Gagrag Banyumasan adalah jenis pertunjukan wayang kulit yang bernafas
Banyumas. Lakon-lakon yang disajikan dalam pementasan tidak berbeda wayang kulit purwo,
yaitu bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Spesifikasi wayang kulit gagrag
Banyumasan adalah terletak pada tehnik pembawaannya yang sangat dipengaruhi oleh latar
belakang budaya masyarakat setempat yang memilik pola kehidupan tradisional agraris.
3) Wayang Bocah
Berbagai macam pertunjukan kesenian yang anda lihat di Solo belum lengkap rasanya sebelum
melihat bertunjukan wayang bocah biasanya pernain wayang adalah orang dewasa namun seperti
namanya, wayang ini dimainkan anak anak atau dalam bahasa jawa disebut bocah. Meskipun
demikian kepiawaian mereka bermain tak kalah dengan wayang orang yang dimainkan orang
dewasa. Bahkan selain melihat pertunjukannya. , juga dapat melihat latihannya dengan
mengunjungi sanggar tari Wayang Bocah Suryo Sumirat di Mangkunegaran atau Meta Budaya di
Kampung Baluwarti.
4) Wayang Orang Sriwedari
Wayang Orang berkembang sejak abad XVIII. Diilhami dari drama yang telah berkembang di
Eropa, KGPAA Mangkunegoro I di Surakarta menciptakan Wayang Orang, bnamuiuntidak
berkembang lama. pada saat Paku Buwono X membangun Sriwedari sebagai taman hiburan
untuk umum dan diresmikan pada tahun 1899, diadakan pertunjukan Wayang Orang yang
kemudian hidup sampai sekarang. Wayang Orang Sriwedari telah berjasa besar ikut serta
melestarikan kebudayaan bangsa,yaitu seni wayang orang, seni tari, seni busana, seni suara serta
seni karawitan.
5) Wayang Golek Menak
Dijaman penyiaran agama Islam masuk ke wilayah Pulau Jawa khususnya diwilayah Pantura
Pulau Jawa mengalami hambatan -terutama diwilayah Kota Pemalang sebagian masyarakat
banyak yang menganut agama Hindu. Karena daerah Pemalang merupakan tanah perdikan dari
Kerajaan Majapahit.
Untuk dapat mempengaruhi ajaran-ajaran Islam para sunan wali dan ulama syiar dengan
menggunakan wayang sebagai medianya. Di Kabupaten Pemalang ada beberapa jenis wayang
yang tumbuh dan subur diantaranya : wayang kulit, wayang kemprah, wayang tutur, wayang
golek cepak, wayang golek badong, wayang golek menak.
Diantara wayang yang kami sebutkan di atas wayang kulit dan wayang golek menak yang
mendapat hati di masyarakat. Untuk itu, kami mengangkat wayang golek menak sebagai
kesenian unggulan. Bentuk wayang tak ubahnya dengan wayang golek di daerah kami, terbuat
dari kayu, dengan wajah tiga dimensi yang menggambarkan tokoh - tokoh pada masa dahulu
yang bersumber dari tokoh legenda dan tokoh islam.
Cerita mengambil dari dua sumber, bisa menceritakan ajaran - ajaran Islam dan cerita -cerita
daerah setempat , tinggal menurut apa keinginan masyarakat atau kehendak yang punya hajat
ataupun panitia.
Ke Khasan Wayang Golek MenakCerita daerah setempat dengan cerita yang tidak dimiliki
daerah lain.Gending. Gending iringan adaiah gending cengkok khusus daerah setempat
Pernalangan Yang tidak di ajarkan di pawiyatan seperti iringan wayang kulit misainya.Sastra dan
Sabet. Sastra kadang muncul dengan khas wayang golek menak serta sabet atau gerak Wayang
golek.
.
5. Produk Khas
1) Batik (Batik of Central Java) Salah satu jenis produk sandang yang berkembang pesat di
Jawa tengah sejak beberapa dekade, bahkan beberapa abad yang lalu, adalah kerajinan batik.
Sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengenal batik baik dalam coraknya yang tradisional
maupun yang modern. Pada umumnya batik digunakan untuk kain jarik, kemeja, sprey, taplak
meja, dan busana wanita. Mengingat bahwa jenis produk ini amat dipengaruhi oleh selera
konsumen dan perubahan waktu maupun model, maka perkembangan industri batik di Jawa
Tengah juga mengalami perkembangan yang cepat baik menyangkut rancangan, penampilan,
corak dan kegunaannya, disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pasar baik dalam
maupun luar negeri. Tradisonal secara historis berasal dari zaman nenek moyang dikenal sejak
abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif batik masih didominasi
dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik di Jawa
Tengah mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat
laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan
sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian,
muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Corak batik tradisional tergolong
amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing
daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah
mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya
sendiri. Sentra produksi batik di Jawa Tengah banyak dijumpai di Kabupaten Pekalongan, Kota
Pekalongan, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sragen. Dari sisi permintaan dan keunikan produk,
peluang usaha di bidang industri batik masih terbuka luas dan sangat menguntungkan.
Pemasaran batik selain untuk konsumsi lokal juga telah menembus pasar Eropa dan Amerika.
2) Mebel Ukir
Salah satu produk kayu olahan yang pertumbuhannya amat pesat dalam beberapa dekade terakhir
ini adalah produk mebel dan furniture. Berawal dari pekerjaan rumah tangga, produk mebel kini
telah menjadi industri yang cukup besar dengan tingkat penyerapan tenaga kerja terdidik yang
tidak sedikit. Produk jenis ini secara prinsip dibagi dalam dua kategori yaitu mebel untuk taman
(garden) dan interior dalam rumah (indoor).
Mebel dari Jawa Tengah ( furniture from Central Java )sudah terkenal sejak lama baik karena
kualitas, seni maupun harganya yang kompetitif. Banyak konsumen baik dalam maupun luar
negeri yang memesan furniture antik, yang walaupun dibuat baru, namun diproses seolah-olah
merupakan produk kuno (antik). Ada pula produk furniture yang dibuat dari bonggol (tonggak)
pohon yang dengan sentuhan-sentuhan seni berubah menjadi produk furniture yang sangat
menarik dan memiliki nilai jual tinggi. Sedangkan corak dan gaya fungsional dan modern juga
berkembang pesat bersamaan meningkatnya permintaan untuk kebutuhan perkantoran dan hotel
yang pembangunannya tumbuh pesat dalam beberapa tahun terakhir ini, baik di dalam maupun
luar negeri.
Produk furniture, khususnya ukiran dikembangkan oleh para pengrajin Jawa Tengah berdasarkan
keterampilan mengukir yang diwariskan oleh para leluhurnya. Disamping itu, di Kota Semarang
terdapat sekolah kejuruan yang mengkhususkan diri di bidang design dan teknik perkayuan
(PIKA) yang menghasilkan lulusan yang memiliki keahlian tinggi. Para luklusan PIKA tersebut
telah ikut menjadi tulang punggung industri permebelan di Jawa Tengah hingga mampu
menghasilkan produk berkualitas dan memiliki daya saing tinggi yang tidak kalah dengan produk
luar negeri.
Produksi mebel Jawa Tengah berkembang dan tumbuh pesat seiring dengan permintaan yang
meningkat dari dalam maupun luar negeri, baik desain, konstruksi, corak maupun pewarnaannya.
Sebagian bahannya terbuat dari kayu, dan saat ini makin bervariasi karena bahan bakunya tidak
lagi semata-mata kayu jati tetapi juga mulai banyak menggunakan kayu mahoni dan jenis
lainnya, serta bahan logam.
Sentra-sentra produksi mebel di Jawa Tengah tersebar di Kota Semarang, Kabupaten
Jepara, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Kudus, Kabupaten
Rembang, Kabupaten Blora, Batang, Sragen. Investasi di produk ini masih terbuka dengan
persaingan yang cukup ketat.

3) Rokok
Rokok sigaret kretek merupakan salah satu produk Jawa Tengah yang cukup dikenal luas.
terdapat berbagai tipe dan merk rokok sigaret kretek yang dihasilkan, baik oleh pengusaha yang
dikategorikan sebagai K-1000 (memproduksi rokok di bawah 1000 batang per hari) hingga yang
merupakan pabrikan modern dan besar seperti Jarum, Jambu Bol, Sukun, Tapel Kuda, dan lain-
lain.
Rokok sigaret kretek merupakan slaah satu jenis produk rokok yang dihasilkan melalui proses
pencampuran antara rajangan tembakau, cengkeh, dan diolah dengan campuran aroma tertentu
yang menimbulkan rasa dan kenikmatan khas. beberapa jenis rokok K-1000 menambahkan
bahan baku lain seperti kemenyan dan dibungkus dengan daun tertentu. Bahan baku utama yaitu
tembakau umumnya berasal dari Jawa Tengah sendiri yakni dari Kabupaten Wonosobo,
Temanggung, Kendal, Boyolali, dan Batang.
Sentra produksi rokok tersebar di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Surakarta,
Kabupaten Surakarta, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Karanganyar. Sedangkan pasarnya tidak
hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri, khususnya ASEAN.

6. Tradisi Upacara Adat


1. Upacara adat Tingkepan atau Mintoni sendiri merupakan sebuah upacara adat yang
dilaksanakan untuk memperingati kehamilan pertama ketika kandungan sang ibu hamil tersebut
memasuki bulan ke tiga, lima dan puncaknya ke tujuh bulan. Adapun maksud dan tujuan dari
digelarnya upacara adat ini adalah untuk mensucikan calon ibu berserta bayi yang di
kandungnya, agar selalu sehat segar bugar dalam menanti kelahirannya yang akan datang.

Kronologi singkat dari upacara tingkepan ini sendiri adalah menggelar selametan pada bulan
ketiga, lima dan kemudian puncaknya adalah pada bulan ke tujuh sang ibu hamil pun menggelar
sebuah prosesi upacara berupa memandikan atau mensucikan calon ibu berserta bayi yang di
kandung, agar kelak segar bugar dan selamat dalam menghadapi kelahirannya.

a. Pertama-tama sang calon ayah dan calon ibu yang akan melakukan upacara Tingkepan duduk
untuk menemui tamu undangan yang hadir untuk menyaksikan upacara Tingkepan ini di ruang
tamu atau ruang lain yang cukup luas untuk menampung para undangan yang hadir. Setelah
semua undangan hadir maka barulah kemudian sang calon ibu dan ayah inipun di bawa keluar
untuk melakukan ritual pembuka dari acara tingkepan itu sendiri yakni sungkeman. Sungkeman
adalah sebuah prosesi meminta maaf dan meminta restu dengan cara mencium tangan sambil
berlutut. Kedua calon ayah dan calon ibu dengan diapit oleh kerabat dekat diantarkan sungkem
kepada eyang, bapak dan ibu dari pihak pria, kepada bapak dan ibu dari pihak puteri untuk
memohon doa restu. Baru kemudian bersalaman dengan para tamu lainnya.

b. Setelah acara sungkeman selesai barulah kemudian digelar upacara inti yakni memandikan si
calon ibu setelah sebelumnya peralatan upacara tersebut telah dipersiapkan. Alat-alat dan
bahan dalam upacara memandikan ini sendiri adalah antara lain bak mandi yang dihias dengan
janur sedemikian rupa hingga kelihatan semarak, alas duduk yang terdiri dari klosobongko, daun
lima macam antara lain, daun kluwih, daun alang-alang, daun opo-opo, daun dadapserat dan
daun nanas. Jajan pasar yang terdiri dari pisang raja, makanan kecil, polo wijo dan polo
kependem, tumpeng rombyong yang terdiri dari nasi putih dengan lauk pauknya dan sayuran
mentah. Baki berisi busana untuk ganti, antara lain kain sidoluhur; bahan kurasi; kain lurik yuyu
sukandang dan morikputih satu potong; bunga telon yang terdiri dari mawar, melati dan kenanga;
cengkir gading dan parang serta beberapa kain dan handuk.

c. Setelah semua bahan lengkap tersedia maka barulah kemudian si calon ibu pun di mandikan.
Pertama-tama yang mendapat giliran memandikan biasanya adalah nenek dari pihak pria, nenek
dari pihak wanita, dan kemudian barulah secara bergiliran ibu dari pihak pria, ibu dari pihak
wanita, para penisepuh yang seluruhnya berjumlah tujuh orang dan kesemuanya dilakukan oleh
ibu-ibu. Disamping memandikan, para nenek dan ibu-ibu ini pun diharuskan untuk memberikan
doa dan restunya agar kelak calon bayi yang akan dilahirkan dimudahkan keluarnya, memiliki
organ tubuh yang sempurna (tidak cacat), dan sebagainya.

d. Sementara itu, ketika calon ibu dimandikan maka yang dilakukan oleh calon ayah berbeda lagi
yakni mempersiapkan diri untuk memecah cengkir (kelapa muda) dengan parang yang telah
diberi berbagai hiasan dari janur kelapa. Proses memecah cengkir ini sendiri hanya sekali ayun
dan harus langsung terbelah menjadi dua bagian. Maksud dari hanya sekali ayun dan harus
langsung terbelah ini sendiri adalah agar kelak ketika istrinya melahirkan sang anak tidak
mengalami terlalu banyak kesulitan. Setelah semua upacara itu terlewati, langkah selanjutnya
adalah sang calon ayah dan calon ibu yang telah melakukan upacara tersebut pun diiring untuk
kembali masuk kamar dan mengganti pakaian untuk kemudian bersiap
melakukan upacara selanjutnya yakni memotong janur. Prosesi memotong janur ini sendiri
adalah pertama-tama janur yang telah diambil lidinya itu dilingkarkan ke pinggang si calon ibu
untuk kemudian dipotong oleh si calon ayah dengan menggunakan keris yang telah dimantrai.
Proses memotong ini sama seperti halnya ketika memecah cengkir, sang calon ayah harus
memotong putus pada kesempatan pertama.

e. Setelah selesainya upacara memotong janur ini pun kemudian dilanjutkan dengan upacara
berikutnya yakni upacara brojolon atau pelepasan. Upacara brojolan ini sendiri adalah sebuah
upacara yang dilakukan oleh calon ibu sebagai semacam simulasi kelahiran. Dalamupacara ini
pada kain yang dipakai oleh calon ibu dimasukkan cengkir gading yang bergambar tokoh
pewayangan yakni Batara Kamajaya dan Batari Kamaratih. Tugas memasukkan cengkir
dilakukan oleh ibu dari pihak wanita dan ibu dari pihak pria bertugas untuk menangkap cengkir
tersebut di bawah (antara kaki calon ibu). Ketika cengkir itu berhasil ditangkap maka sang ibu itu
pun harus berucap yang jika dibahasa Indonesiakan berbunyi, Pria ataupun wanita tak masalah.
Kalau pria, hendaknya tampan seperti Batara Kamajaya dan kalau putri haruslah cantik layaknya
Batari Kamaratih. Kemudian seperti halnya bayi sungguhan, cengkir yang tadi ditangkap oleh
ibu dari pihak pria ini pun di bawa ke kamar untuk ditidurkan di kasur.

f. Langkah berikutnya yang harus dilakukan oleh calon ibu ini pun harus memakai tujuh
perangkat pakaian yang sebelumnya telah disiapkan. Kain-kain tersebut adalah kain khusus
dengan motif tertentu yaitu kain wahyutumurun, kain sidomulyo, kain sidoasih, kain sidoluhur,
kain satriowibowo, kain sidodrajat, kain tumbarpecah dan kemben liwatan. Pertama, calon ibu
mengenakan kain wahyutumurun, yang maksudnya agar mendapatkan wahyu atau rido yang
diturunkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Kedua, calon ibu mengenakan kain sidomulyo, yang
maksudnya agar kelak hidupnya mendapatkan kemuliaan. Ketiga, calon ibu mengenakan kain
sidoasih, maksudnya agar kelak mendapatkan kasih sayang orang tua, maupun sanak saudara.
Keempat, calon ibu mengenakan busana kain sidoluhur, maksud yang terkandung di dalamnya
agar kelak dapat menjadi orang yang berbudi luhur. Kelima, calon ibu mengenakan kain
satriowibowo, maksudnya agar kelak dapat menjadi satria yang berwibawa. Keenam, calon ibu
mengenakan busana kain sidodrajat, terkandung maksud agar kelak bayi yang akan lahir
memperoleh pangkat dan derajat yang baik. Ketujuh, calon ibu mengenakan busana kain
tumbarpecah dan kemben liwatan yang dimaksudkan agar besok kalau melahirkan depat cepat
dan mudah seperti pecahnya ketumbar, sedangkan kemben liwatan diartikan agar kelak dapat
menahan rasa sakit pada waktu melahirkan dan segala kerisauan dapat dilalui dengan selamat.
Sambil mengenakan kain-kain itu, ibu-ibu yang bertugas merakit busana bercekap-cakap dengan
tamu-tamu lainnya tentang pantas dan tidaknya kain yang dikenakan oleh calon ibu. Kain-kain
yang telah dipakai itu tentu saja berserakan dilantai dan karena proses pergantiannya hanya
dipelorotkan saja maka kain-kain tersebutpun bertumpuk dengan posisi melingkar layaknya
sarang ayam ketika bertelur. Dengan tanpa dirapikan terlebih dahulu kain-kain tersebut
kemudian dibawa ke kamar.

g. Prosesi selanjutnya sekaligus sebagai penutup dari rangkaian prosesi upacara tersebut adalah
calon ayah dengan menggunakan busana kain sidomukti, beskap, sabuk bangun tulap dan
belankon warna bangun tulip, dan calon ibu dengan mengenakan kain sidomukti kebaya hijau
dan kemben banguntulap keluar menuju ruang tengahdimana para tamu berkumpul. Di sini
sebagai acara penutup sebelum makan bersama para tamu, terlebih dahulu dilakukan pembacaan
doa dengan dipimpin oleh sesepuh untuk kemudian ayah dari pihak pria pun memotong tumpeng
untuk diberikan kepada calon bapak dan calon ibu untuk dimakan bersama-sama. Tujuan dari
makan timpeng bersama ini sendiri adalah agar kelak anak yang akan lahir dapat rukun pula
seperti orang tuanya. Pada waktu makan ditambah lauk burung kepodang dan ikan lele yang
sudah digoreng. Maksudnya agar kelak anak yang akan lahir berkulit kuning dan tampan seperti
burung kepodang. Sedangkan ikan lele demaksudkan agar kelak kalau lahir putri kepala bagian
belakang rata, supaya kalau dipasang sanggul dapat menempel dengan baik. Usai makan
bersama, acara dilanjutkan upacara penjualan rujak untuk para tamu sekaligus merupakan akhir
dari seluruh acara tingkepan atau mitoni. Sambil bepamitan, para tamu pulang degan dibekali
oleh-oleh, berupa nasi kuning yang ditempatkan di dalam takir pontang dan dialasi dengan layah.
Layah adalah piring yang terbuat dari tanah liat. Sedangkan, takir pontang terbuat dari daun
pisang dan janur kuning yang ditutup kertas dan diselipi jarum berwarna kuning keemasan.

2. Upacara Pernikahan Adat Jawa Tengah


Sebelum melaksanakan upacara adat perkawinan, yang pertama kali harus dilakukan adalah
memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar acara dapat berlangsung dengan baik dari awal
sampai akhir.
Masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya akrab dengan budaya leluhur, bila akan melaksanakan
sebuah hajatan, biasanya tak akan lupa menyediakan sesajen di berbagai tempat tertentu,
khususnya di sekitar rumah.
Prosesi Upacara Pernikahan Adat Jawa Tengah adalah sebagai berikut:
a. Bersih Lahir Batin
Sebelum kedua mempelai terikat perkawinan, Sebelum pesta perkawinan tradisonal ini
dilangsungkan, keduanya harus dibersihkan terlebih dahulu baik lahir maupun batin. Tujuannya
agar kedua calon mempelai benar-benar bersih dari segala hal dan siap menyongsong status
sebagai suami istri dalam keadaan bersih.
b. Midodareni
Midodareni adalah acara perkenalan dan silaturahmi antar keluarga. Dari pihak pria dilakukan
oleh sesepuh dan keluarga dekat pengantin pria. Selain itu wakil orang tua pengantin pria juga
dibekali dengan bingkisan balasan sebagai tanda kasih sayang dari keluarga pengantin
wanita.Prosesi midodareni ini adalah awal dari rangkaian pesta pernikahan tradisonal yang biasa
dilakukan di Jawa.
c. Upacara Injak Telur
Selanjutnya, Upacara dan Pesta Pernikahan Tradisional ini dilanjutkan dengan Upacara Injak
Telur. Acara ini mengandung harapan bagi pengantin wanita untuk segera mempunyai
keturunan, karena injak telur ini identik dengan pecah wiji dadi. Telur ini juga mempunyai
makna sebagai keturunan yang akan lahir sebagai cinta kasih berdua. Kemudian dilanjutkan
mencuci kaki pengantin pria yang dilakukan oleh pengantin wanita yang melambangkan
kesetiaan istri pada suaminya.
d. Sikepan Sindur
Setelah acara injak telur selesai dilanjutkan dengan sikepan sindur yang dilakukan oleh ibu
pengantin wanita. Sindur ini akan dibentangan pada kedua bahu mempelai. Adapun makna
upacara ini mengandung harapan bahwa dengan sinfur tersebut kelak keduanya akan semakin
erat karena dipersatukan dengan ibunda.
Sedangkan tugas ayah sebagai kepala rumah tangga berjalan di muka sebagai pemandu anak
mengikuti langkah terbaik dalam hidup yang akan dijalani. Sang ayah bertugas sebagai penunjuk
jalan kehidupan di masa depan dan hal ini perlu dijadikan contoh bagi pasangan baru.
e. Acara Pangkuan
Acara pangkuan disebut juga dengan istilah timbang bobot. Pada acara ini pengantin pria duduk
di paha sebelah kanan dan pengantin wanita duduk di paha sebelah kiri sang ayah pengantin
wanita, yang kemudian ditanya oleh sang ibu mana yang lebih berat dan dijawab sama berat.
Pada saat ini sang ayah seakan-akan sedang menimbang keduanya yaitu antara anak kandung
dan menantu. Maknanya adalah bila kedua mempelai sudah mempunyai keturunan akan
memiliki kasih sayang kepada putra-putrinya sebagaimana layaknya sang ayah memiliki kasih
sayang yang sama antara anak kandung dan anak menantu.
f. Kacar-Kucur
Tahap upacara panggih adalah kacar-kucur. Acara ini melambangkan kesejahteraan dan tugas
mencari nafkah dalam kehidupan berumah tangga yang dilakukan dalam bentuk biji-bijian, beras
kuning, uang recehan yang semuanya diberikan kepada ibu. Begitu berat tugas suami dalam
mencari nafkah, begitu juga istri dalam mengelolanya. Meski begitu mereka tetap ingat kepada
orang tua mengingat perannya yang sangat besar dalam kehidupan seseorang.
g. Dahar Klimah | Dulang-dulangan
Acara selanjutnya adalah dahar klimah atau dulang-dulangan. Acara ini cukup menarik dan seru
karena kedua mempelai saling menyuapi yang dilakukan sebanyak tiga kali dan dilanjutkan
dengan minum air putih.
Proses ini sebenarnya mengandung harapan agar kedua mempelai senantiasa rukun, saling tolong
menolong serta sepenanggungan dalam menempuh hidup baru. Selain itu juga mengandung
makna sebagai ungkapan saling mencintai dan saling memperhatikan pada pasangan.
h. Titik Pitik
Setelah dahar klimah, upacara titik pitik pun dilaksanakan. Yaitu saat besan datang untuk
menyaksikan upacara sakral tersebut. Dengan hadirnya besan berarti keluarga semakin berambah
besar dan menjadi satu kesatuan yang kuat sebagai keluarga.
i. Ngabekten | Sungkeman
Ngabekten biasa disebut dengan istilah sungkeman atau menyembah. Sungkeman pertama
ditujukan kepada orang tua yang diteruskan kepada para sesepuh lainnya seperti nenek, kakek
dan sebagainya.
Sungkeman ini dilakukan dengan penuh takzim dan membuat suasana haru, karena pasangan
muda ini sangat awam dalam menghadapi persoalan kehidupan rumah tangga. Padahal sejak itu
mereka harus melangkah sendiri dan akan menjadi orang tua bagi anak-anaknya kelak. Oleh
sebab itulah bekal berupa doa restu merupakan hal yang sangat penting dan ditunggu-tunggu
oleh pasangan pengantin.
Prosesi prosesi tersebut diatas biasanya ada yang dilakukan secara utuh artinya semua
kegiatan upacara pernikahan adat tersebut dilaksanakan semua, ada pula yang melaksanakan
hanya beberapa bagian dari prosesi tersebut diatas.
Semua prosesi tadi biasanya dilakukan sebelum pesta perkawinan atau bersamaan dengan pesta
pernikahan yang biasanya menggunakan pesta pernikahan tradisional juga.
3. Tedhak Siten (Ritual Turun Tanah)
Tedhak artinya turun atau menapakkan kaki, Siten dari kata siti artinya tanah ataubumi.
Jadi tedhak siten berarti menapakkan kaki kebumi.Ritual tedhak siten menggambarkan
persiapan seorang anak untuk menjalani kehidupan yang benar dan sukses dimasa mendatang,
dengan berkah Gusti, Tuhan dan bimbingan orang tua dan para guru dari sejak masa kanak-
kanak.
Upacara tedhak siten juga punya makna kedekatan anak manusia kepada IbuPertiwi, tanah
airnya.
Dengan menjalani kehidupan yang baik dan benar dibumi ini dan sekaligus tetap merawat
dan menyayangi bumi, maka kehidupan didunia terasa nyaman dan menyenangkan. Ini untuk
mengingatkan bahwa bumi atau tanah telah memberikan banyak hal untuk menunjang kehidupan
manusia. Tanpa ada bumi, sulit dibayangkan bagaimana eksistensi kehidupan manusia, sang
suksma yang berbadan halus dan kasar.
Manusia wajib bersyukur kepada Gusti, Tuhan , diberikan kehidupan yang memadai
dibumi yang alamnya sangat kondusif, memungkinkan mahluk manusia dan mahluk-mahluk
yang lain bermukim disini. Inilah kesempatan untuk berbuat yang sebaik- baiknya, berkarya
nyata, tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarganya, tetapi untuk peradaban seluruh umat
manusia, yang semuanya adalah titah Gusti dan asal muasalnya dari tempat yang sama.
Hendaknya diingat bahwa tanah adalah salah satu elemen badan manusia dan yang
tak terpisahkan dengan elemen-elemen yang lain, yaitu air, udara dan api, yang mendukung
kiprah kehidupan suksma didunia ini, atas kehendak Gusti.
Kapan diadakan upacara tedhak siten?
Pada waktu seorang anak kecil berumur tujuh selapan atau 245 hari. .Selapan merupakan
kombinasi hari tujuh menurut kalender internasional dan hari lima sesuai kalender Jawa.Oleh
karena itu selapanan terjadi setiap 35 hari sekali. Bisa jatuh hari Senin Legi, Selasa Paing dst.
Biasanya pelaksanaan upacara tedhak siten diadakan pagi hari dihalaman depan
rumah.Selain kedua orang tua bocah, kakek nenek dan para pinisepuh merupakan tamu
terhormat, disamping tentunya diundang juga para saudara dekat.
Seperti pada setiap upacara tradisional, mesti dilengkapi dengan sesaji yang
sesuai.Bermacam sesaji yang ditata rapi, seperti beberapa macam bunga, herbal dan hasil bumi
yang dirangkai cantik, menambah sakral dan marak suasana ritual.
Sesaji itu bukan takhayul, tetapi intinya bila diurai merupakan sebuah doa permohonan
kepada Gusti, Tuhan, supaya upacara berjalan dengan selamat dan lancar. Juga tujuan dari ritual
tercapai, mendapatkan berkah Gusti. Jalannya upacara

Pertama : Anak dituntun untuk berjalan maju dan menginjak bubur tujuh warna yang
terbuat dari beras ketan.Warna-warna itu adalah : merah, putih, oranye, kuning, hijau, biru dan
ungu.
Ini perlambang , anak mampu melewati berbagai rintangan dalam hidupnya. Strata
kesadarannya juga selalu meningkat lebih tinggi. Dimulai dari kehidupan duniawi, untuk
menunjang dan mengembangkan diri, terpenuhi kebutuhan raganya, kehidupan materinya cukup,
raganya sehat, banyak keinginannya terpenuhi. Seiring pertumbuhan lahir, keperluan
batin meningkat ke kesadaran spiritual .
Kedua : Anak dituntun menaiki tangga yang terbuat dari batang tebu Arjuna, lalu turun
lagi. Tebu merupakan akronim dari antebing kalbu, mantapnya kalbu, dengan tekad hati yang
mantap.
Tebu Arjuna melambangkan supaya si anak bersikap seperti Arjuna, seorang
yang berwatak satria dan bertanggung jawab. Selalu berbuat baik dan benar, membantu sesama
dan kaum lemah, membela kebenaran, berbakti demi bangsa dan negara.
Ketiga : Turun dari tangga tebu, si anak dituntun untuk berjalan dionggokan pasir. Disitu
dia mengkais pasir dengan kakinya, bahasa Jawanya ceker-ceker, yang arti kiasannya adalah
mencari makan. Maksudnya si anak setelah dewasa akan mampu memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Keempat : Si bocah dimasukkan kedalam sebuah kurungan yang dihias apik, didalamnya
terdapat berbagai benda seperti : buku, perhiasan, telpon genggam dlsb. Dibiarkan bocah itu
akan memegang barang apa. Misalnya dia memegang buku, mungkin satu hari dia mau jadi
ilmuwan. Pegang telpon genggam, dia bisa jadi tehnisi atau ahli komunikasi.
Kurungan merupakan perlambang dunia nyata, jadi si anak memasuki dunia nyata dan
dalam kehidupannya dia akan dipenuhi kebutuhannya melalui pekerjaan/aktivitas yang telah
dipilihnya secara intuitif sejak kecil.
Kelima : Ayah dan kakek si bocah menyebar udik-udik, yaitu uang logam dicampur
berbagai macam bunga. Maksudnya si anak sewaktu dewasa menjadi orang yang dermawan,
suka menolong orang lain. Karena suka menberi, baik hati, dia juga akan mudah mendapatkan
rejeki. Ada juga ibu si anak mengembannya, sambil ikut menyebarkan udik-udik.
Keenam : Kemudian anak tersebut dibersihkan dengan dibasuh atau dimandikan
dengan air sritaman, yaitu air yang dicampuri bunga-bunga : melati, mawar, kenanga dan kantil.
Ini merupakan pengharapan , dalam kehidupannya, anak ini nantinya harum namanya dan
bisa mengharumkan nama baik keluarganya.
Ketujuh : Pada akhir upacara, bocah itu didandani dengan pakaian bersih dan bagus.
Maksudnya supaya si anak mempunyai jalan kehidupan yang bagus dan bisa membuat bahagia
keluarganya.
Demikian, ritual tedhak siten telah selesai. Seluruh keluarga berbahagia dan berharap
semoga Gusti memberikan berkahnya, supaya tujuan ritual berhasil. Selanjutnya para hadirin
dipersilahkan menyantap hidangan yang telah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai