Anda di halaman 1dari 7

TUGAS STUDY WARNA

KRISHNA GUNTUR WIJAYA


17115097
17A DKV RM

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG


2017
1.Batik Lereng Lesung
Batik Lereng Lesung adalah batik khas Kota Cilegon. Awal kemunculan batik lereng lesung
bermula pada Lomba Desain Batik Cilegon 2006 yang diadakan Bidang Pariwisata dan
Budaya Despindak. Hingga akhirnya batik lesung diproduksi dan dipatenkan oleh Wali Kota
Cilegon sebagai batik khas Cilegon.

Batik Lereng Lesung Khas Cilegon

Simbol ”rumput laut” yang di padu dengan ”isem-isem cecek krambyang” menggambarkan
letak geografis Kota Cilegon yang dibatasi oleh garis pantai yang penuh dengan interaksi
sebagai kota yang dinamis bagai air laut terus bergerak menghasilkan gelombang dan
riaknya, hingga menjadikan kota ini serat dengan dinamika kehidupan.

Simbol ”Lesung” diangkat dari salah satu seni budaya tradisional Kota Cilegon yakni
Bandrong Lesung yang merupakan seni budaya yang berkembang dalam masyarakat Kota
Cilegon, sekaligus merupakan kristalisasi dari nilai-nilai budaya, estetika, sikap, dan tata
kehidupan masyarakat Kota Cilegon. Selain itu simbol lesung berfungsi simbol kembar
(lesung = kapal) dan rantai tali jangkar kapal yang melambangkan Kota Cilegon sebagai
Kota Pelabuhan, dimana Kota Cilegon mempunyai Pelabuhan Merak dan Cigading yang
juga merupakan salah satu motor penggerak perekonomian dan pariwisata.

Simbol ”Kuba Masjid” merupakan gambaran tentang kepercayaan adat istiadat dan agama
di Kota Cilegon sebagai manifestasi dan komunikasi masyarakat Kota Cilegon yang
bernuansa religius/agamis.

Simbol ”Bunga Melati, Mawar, dan Rumput laut” adalah simbol keadaan alam flora dan
fauna Kota Cilegon yang memberikan gambaran bahwa masyarakat Kota Cilegon penuh
kasih, cinta, dan ramah tama.

Simbol ”Roda Gerigi” merupakan gambaran bahwa Kota Cilegon dikenal sebagai kota
industri baik secara skala nasional maupun internasional, dan terbuka untuk investor.
2.Batik Sido Luhur
Kain batik ini mempunyai makna dan penggunaan yang sama dengan kain batik sidomukti
dalam upacara lurub layon yaitu sebagai alas berbaring jenazah, perbedaannya hanya
sedikit saja yaitu pada pengisian dan warna latar. Latar pada kain batik ini bewarna hitam,
dan hanya dipakai dalam upacara pemakaman dan upacara sadranan, yang berarti untuk
menghormat pada leluhur (arwah).
Unsur motif yang terdapat pada batik sidoluhur ini adalah sebagai berikut :
Ornamen utama bangunan/ tahta
Ornamen bangunan/ tahta menggambarkan kedudukan dan tahta yang tinggi. Singgasana
sebagai simbol pengharapan akan kedudukan dan derajat yang tinggi, mulia dan dihormati
banyak orang seperti halnya seorang pemimpin atau raja.
Ornamen utama Garuda/ Lar
Ornamen Garuda/ lar digambarkan dengan bentuk garuda satu sayap seperti gambaran dari
samping, dengan bentuk sayap tertutup. Motif ini melambangkan Matahari dan tatasurya.
Melambangkan tentang watak surya brata atau watak matahari, yaitu melambangkan sifat
ketabahan.
Ornamen Utama Burung
Digambarkan dengan bentuk tipe
burung merak yang sederhana dan
kadang-kadang seperti kupu-kupu. Motif
ini melambangkan tentang dunia atas
atau udara, melambangkan sifat bayu
brata atau anila brata, yaitu watak luhur
yang tidak ditonjol-tonjolkan.
Ornamen utama Bunga
Bunga sebagai simbol keindahan dan
kecantikan. Bentuk bunga terdapat pada
hampir setiap unsur yang digunakan
dalam upacara adat karena mempunyai makna yang baik.
Bunga adalah tumbuhan yang menancap di tanah atau bumi sebagai pijakan, dapat
diartikan sebagai sesuatu yang indah adalah yang teguh dan kuat pondasi serta pegangan
hidupnya, seperti halnya bunga tetap indah dan kuat karena akarnya menancap erat, walau
diterpa angin atau kekuatan lain yang dapat memusnahkan.
Ornamen utama Baito/ Kapal
Barang yang bergerak pada air, dapat dianggap lambang dari pada air atau banyu. Pada
motif yang lain air ini dilambangkan dengan binatang-binatang yang hidup dalam air, seperti
katak, ular, siput, dan sebagainya. Melambangkan kelapangan hati, ketenangan.
Ornamen utama Kupu
Ornamen utama bergambar kupu-kupu sebagai simbol harapan yang indah dan tinggi.
Kupu-kupu adalah binatang yang berbentuk cantik dan berwarna indah, dan dapat terbang
tinggi sebagai simbol pengharapan yang terbang tinggi.
Kupu-kupu seperti halnya burung, dapat terbang tinggi mewakili dunia atas dan angin,
dalam ajaran empat unsur kehidupan, angin merupakan simbol sifat adil dan
berperikemanusiaan yang berwarna putih.
3.Batik Parang
Batik Parang merupakan salah satu motif batik yang paling tua di Indonesia. Parang
berasal dari kata Pereng yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis
menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif S jalin-menjalin tidak terputus
melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudra yang
menggambarkan semangat yang tidak pernah padam. Batik ini merupakan batik asli
Indonesia yang sudah ada sejak zaman keraton Mataram Kartasura (Solo).

Makna Batik Parang

Batik Parang memiliki makna yang tinggi dan mempunyai nilai yang besar dalam filosofinya.
Batik motif dari Jawa ini adalah batik motif dasar yang paling tua. Batik parang ini memiliki
makna petuah untuk tidak pernah menyerah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti
bergerak. Batik Parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam
arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk
pertalian keluarga.

Batik Parang bahkan menggambarkan kain yang belum rusak, baik dalam arti memperbaiki
diri, kesejahteraan upaya mereka, serta bentuk hubungan dimana batik parang pada masa
lalu adalah hadiah yang mulia untuk anak-anaknya. Dalam konteks ini, pola berisi dewan
orang tua untuk melanjutkan perjuangan parang dilanjutkan. Garis diagonal lurus
melambangkan penghormatan dan cita-cita, serta kesetiaan kepada nilai yang sebenarnya.
Dinamika dalam pola parang ini juga disebut ketangkasan, kewaspadaan, dan kontituinitas
antara pekerja dengan pekerja lain. Batik Parang biasanya digunakan untuk acara
pembukaan. Misalnya: Senapati yang ingin pergi berperang, agar pulang membawa
kemenangan.
4.Batik Kawung
Motif Batik Kawung memiliki arti
yang menyimbolkan harapan supaya manusia terus-menerus ingat darimana asal usulnya.
Masa lampau Motif Batik Kawung dipakai di l lingkungan keraton. Petinggi keraton yang
memakai Motif Batik Kawung menggambarkan sosok pemuka yang bisa menahan hawa
nafsu juga membentengi hati nurani supaya ada harmoni dalam tindak tanduk kesibukan
manusia.

Asal usul lahirnya Motif Batik Kawung yaitu saat ada pemuda yang memilik sosok
berwibawa juga dihormati di kalangan kaumnya. dengan cepat sebab sikap pemuda yang
bijak dan santun sekali, sampai mejadikan namanya terdengar sampai di lingkungan
kerajaan Mataram.

Kalangan keraton merasa


penasaran dengan
kemashuran sang
pemuda, sampai
diperintahkan pemuda ini
untuk berkunjung ke raja.
Mendengar kabar putranya
dipanggil raja, membuat
ibunya menjadi terharu
dan berharap besar. Sang
Ibu memberi nasihat
supaya anaknya itu bisa
menjaga hawa nafsu juga
tidak lupa dari mana dia
berasal.

Karena itulah sang ibu


membikin motif batik
kawung, dengan
keingingan sang anak bisa
menjadi seorang yang
bermanfaat bagi
masyarakat luas.

Tak lama setelah dipanggil


kalangan keraton dan diberikan sejumlah kesibukan yang selalu bisa ditepati, karenanya
pemuda ini dilantik menjadi adipati Wonobodro.

Dalam pelantikan menjabat adipati Wonobodro, sang pemuda memakai baju batik
pemberian ibundanya dengan Motif Batik Kawung.

Motif Kawung bercorak lingkaran menyerupai buah Kawung yang ditata rapi secara
geometris. Motif ini juga diterjemahankan sebagai gambar bunga teratai bersama empat
lembar daun bunga yang merekah. Bunga teratai melambangkan umur panjang dan
kesucian.
5.Batik Mega Mendung
Motif batik Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dan bahkan menjadi
ikon batik daerah Cirebon dan daerah Indonesia lainnya. Motif batik ini mempunyai
kekhasan yang tidak ditemui di daerah penghasil batik lain. Bahkan karena hanya ada di
Cirebon dan merupakan masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata akan
mendaftarkan motif megamendung ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai
salah satu warisan dunia.

Motif megamendung sebagai motif dasar batik sudah dikenal luas sampai ke manca negara.
Sebagai bukti ketenarannya, motif megamendung pernah dijadikan cover sebuah buku batik
terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design, karya seorang berkebangsaan Belanda
bernama Pepin van Roojen. Kekhasan motif megamendung tidak saja pada motifnya yang
berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas, tetapi juga nilai-nilai filosofi
yang terkandung di dalam motifnya

Sejarah timbulnya motif megamendung berdasarkan buku dan literatur yang ada selalu
mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon. Hal ini tidak
mengherankan karena pelabuhan
Muarajati di Cirebon merupakan
tempat persinggahan para pendatang
dari dalam dan luar negeri. Tercatat
jelas dalam sejarah, bahwa Sunan
Gunung Jati yang menyebarkan
agama Islam di wilayah Cirebon pada
abad ke-16, menikahi Ratu Oen Tien
dari China. Beberapa benda seni
yang dibawa dari China seperti
keramik, piring dan kain berhiaskan
bentuk awan.

Dalam paham Taoisme, bentuk awan


melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan
mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan juga berpengaruh di
dunia kesenirupaan Islam pada abad ke-16, yang digunakan kaum Sufi untuk ungkapan
dunia besar atau alam bebas.

Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang masuknya
budaya dan tradisi China ke keraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya
dan tradisi China ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas
Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif megamendung dari China dan yang dari Cirebon.
Misalnya, pada motif megamendung China, garis awan berupa bulatan atau lingkaran,
sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.

Sejarah batik di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat yang konon
berpusat di Banjarmasin,Kalimantan selatan Membatik pada awalnya dikerjakan oleh
anggota tarekat yang mengabdi di keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai
kelompok tarekat tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya.
Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya atau menuju ke arah
Bandung. Oleh karena itu, sampai sekarng batik Cirebon identik dengan batik Trusmi

Anda mungkin juga menyukai