“BATIK”
Oleh Kelompok 1 :
Putri Azzahra Aulia Wael (25)
Nurhikmah Ramadhani (24)
Luthfiyah Khumaerah T (14)
Windi Widya Astuti (32)
Afini Istiqamah (02)
Karmila (10)
Penulis sangat berharap kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca agar
menjadi pembelajaran dalam melakukan penulisan selanjutnya.
Batik berasal dari zaman nenek moyang dan dikenal sejak abad ke 17. Pada saat itu,
motif dari batik didominasi oleh bentuk binatang serta tanaman. Akan tetapi, kemudian motif
batik pun berkembang dan beralih pada motif-motif yang menyerupai awan maupun relief
candi.
Kerajinan dari batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit. Arca
Bhairawa adalah salah satu contoh dari gaya seni Arca Majapahit yang dibuat di daerah
Sumatera pada sekitar abad ke 14. Berkembangnya kesenian batik meluas di Indonesia
setelah akhir abad ke 18 atau sekitar awal ke 19. Kemudian batik cap dikenal setelah perang
dunia I selesai atau pada tahun 1920.
Sejarah batik di Indonesia memiliki kaitan erat dengan perkembangan Kerajaan
Majapahit serta penyebaran ajaran agama Islam di Pulau Jawa. Menurut beberapa catatan,
pengembangan dari batik banyak dilakukan pada zaman Kesultanan Mataram dan kemudian
berlanjut pada zaman Kasunan Surakarta serta Kesultanan Yogyakarta.
Keberadaan dari kegiatan batik tertua diketahui berasal dari Ponorogo dengan nama
Wengker, sebelum abad ketujuh, Kerajaan di Jawa Tengah mulai belajar batik dari Ponorogo.
Oleh sebab itulah, batik-batik Ponorogo memiliki corak yang agak mirip dengan batik yang
beredar di Jawa Tengah, hanya saja batik ponorogo merupakan batik yang dihasilkan dari
lilin berwarna hitam pekat. Selain itu, batik Ponorogo juga biasa disebut sebagai batik
irengan dan dekat dengan unsur-unsur magis.
Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan berikutnya serta raja-rajanya. Kesenian batik secara umum
meluas di Indonesia dan kemudian secara khusus di pulau Jawa setelah akhir dari abad ke 18
atau hingga awal abad ke 19.
Teknik batik sendiri diketahui ada lebih dari 1.000 tahun, kemungkinan teknik
tersebut berasal dari Mesir kuno atau Sumeria. Kemudian, teknik batik meluas di beberapa
negara di Afrika Barat, seperti Nigeria, Kamerun dna Mali, Asia seperti Sri Lanka, India,
Iran, Bangladesh, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
B. Pencipta / Penemu
Penemu batik pertama di Indonesia adalah K.R.T. Hardjonagoro atau lebih dikenal
dengan nama Go Tik Swan. Beliau merupakan seniman asal Surakarta yang
membangkitkan era seni batik klasik dan modern di Tanah Air.
Go Tik Swan, umumnya dikenal dengan nama K.R.T. Hardjonagoro (lahir pada 11
Mei 1931—5 November 2008)[1] adalah seorang budayawan dan sastrawan Indonesia
yang menetap di Surakarta. Ia dilahirkan sebagai putra sulung keluarga Tionghoa yang
termasuk golongan Cabang Atas atau priyayi Tionghoa di kota Solo (Surakarta). Karena
kedua orangtuanya sibuk dengan pekerjaan mereka, Tik Swan diasuh oleh kakeknya dari
pihak ibu, Tjan Khay Sing, seorang pengusaha batik di Solo. Ia mempunyai empat tempat
pembatikan: dua di Kratonan, satu di Ngapenan, dan satu lagi di Kestalan, dengan
karyawan sekitar 1.000 orang.
Sejak kecil Tik Swan biasa bermain di antara para tukang cap, dengan anak-anak yang
membersihkan malam dari kain, dan mencucinya, mereka yang membubuhkan warna
coklat dari kulit pohon soga, dan orang-orang yang menulisi kain dengan canting. Ia juga
senang mendengarkan mereka menembang dan mendongeng tentang Dewi Sri dan
berbagai cerita tradisional Jawa. Dari mereka ia belajar mengenal macapat, pedalangan,
gending, Hanacaraka, dan tarian Jawa.
Tik Swan dikirim bersekolah di Neutrale Europesche Lagere School bersama warga
kraton, anak-anak ningrat, anak-anak pemuka masyarakat, dan anak-anak pembesar
Belanda. Ini disebabkan karena kedua orangtuanya adalah keturunan pemuka masyarakat
Tionghoa pada saat itu. Ayahnya adalah cucu dari Luitenant der Chinezen di Boyolali
sedangkan ibunya cucu Luitenant der Chinezen dari Surakarta.
Tidak jauh dari rumah kakeknya, tinggallah Pangeran Hamidjojo, putra Paku Buwana
X, seorang indolog lulusan Universitas Leiden dan juga penari Jawa klasik. Di rumah
sang pangeran selalu diadakan latihan tari yang sejak awal sudah mempesona Tik Swan.
Sementara itu Pangeran Prabuwinoto membangkitkan minat Go Tik Swan pada karawitan
Jawa.