A. Pengertian Batik
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Kata
batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak - menggunakan canting atau cap - dan
pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak "malam" (wax) yang
diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris
teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi kain batik adalah kain yang memiliki
ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai
bahan perintang warna. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat
alami seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan
(polyester). Kain yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini
dikenal dengan kain bercorak batik - biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak
(print) - bukan kain batik.
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan kain. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal.
Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam, teknik ini adalah
salah satu bentuk seni kuno yang berguna untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam
literature Internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing.Pengertian kedua adalah
kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu
yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta
pengembangan motif dan budaya yang terkait.
Batik juga termasuk jenis kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian
dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa
lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga
di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum perempuan. Semenjak
industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru
muncul, dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya laki-laki
ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis
maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah
pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional yang
diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik
memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh
kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang
asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan
oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga
mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak
dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau
kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal
tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena
biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah
yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa
Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini
batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka,
dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika.
Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari
Indonesia, terutama dari Jawa.Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun
temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu.
Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa
motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keratonYogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada.
Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu
itu memakai batik pada Konferensi PBB. UNESCO menunjuk batik Indonesia sebagai
mahakarya warisan budaya manusia pada 2 Oktober 2009
Batik Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan
tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
Batik Cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk
dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan
waktu kurang lebih 2-3 hari.
Batik Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain
putih.
Jenis-jenis Batik Berdasarkan Asal Pembuatannya adalah sebagai berikut:
Batik Jawa
Batik Jawa adalah sebuah warisan kesenian budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa
yang dikuasai orang Jawa dari turun temurun. Batik Jawa mempunyai motif-motif yang berbeda-
beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarnakan motif-motif itu mempunyai makna,
maksudnya bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari
leluhur mereka, yaitu penganut agama animisme, dinamisme atau Hindu dan Buddha. Batik
jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo.
Adapun jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Indonesia sampai saat ini
adalah sebagai berikut :
1. Batik Pekalongan
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan pekalongan layak menjadi ikon
bagi perkembangan batik di Nusantar. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan
perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari
warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya industri yang menghasilakan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya,
Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama
berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis
rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor
sejarah perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Gambar Batik Pekalongan
Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas
batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat naturalis. Jika dibandingkan dengan batik pesisir
lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi pendatang keturunan China dan Belanda. Motif
Batik Pekalongan sangant bebas, dan menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan variasi
warna yang atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang berani,
dan kombinasi yang dinamis.
Keistimewaan Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan
zaman. Misalnya pada waktu penjajahan jepang, maka lahir batik dengan nama ” Batik Jawa
Hokokai” yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada tahun enam
puluhan juga diciptakan batik dengan nama ”Tritura”. Bahkan pada tahun 2005, sesaat setelah
presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif ”SBY” yaitu motif batik yang mirip dengan
kain tenun ikat dan songket. Warga Pekalongan tidak perna kehabisan ide untuk membuat kreasi
motif batik.
2. Batik Mega Mendung
Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi berbagai
pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang cukup berpengaruh adalah
pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni dari negerinya. Dalam Sejarah
diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon
menikah dengan seorang putri Cina Bernama Ong TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian
pada bidang seni, khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri cina
ini akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara kebudayaan
Cirebon-Cina.
Gambar Batik Mega Mendung
Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah Cirebon adalah batik Mega Mendung atau
Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun warnanya bergaya selera
cina.
Motif Mega Mendung melambangkan pembawa hujan yang di nanti-natikan sebagai pembawa
kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda
hingga biru tua. Warna biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan,
pemberi kehidupan, sedangkan warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.
3. Batik Motif Truntum
Boleh dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali. Menurut
kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta.
b) Langkah pembuatan:
1. Mewolsum tepian kain
2. Menggambar motif (molani)
Menyiapkan kain mori ukuran 1x1 meter.
Membuat pola yang sudah ditentukan pada kain mori. Pola digambar secara manual (ditulis)
menggunakan pensil.
3. Proses Mencanting yaitu melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting
(dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.
Menyiapkan jenis - jenis canting dan malam.
Menyalakan kompor, nyala api harus sedang.
Taruh wajan yang telah diberi malam di atas kompor.
Panaskan malam hingga cukup panas.
Ambil cairan malam menggunakan canting, lalu gambarlah pada kain sesuai dengan pola
awal.
Ulangi lagi langkah di atas untuk sisi kain yang satunya (dua sisi pada kain dicanting).
4. Poses Pewarnaan Tahap Pertama ( medel )
Merendam kain yang sudah dicanting kurang lebih 15 menit.
Mencelupkan kain kedalam pewarna (naphtol warna kuning) sedikit demi sedikit (kain
digelar kemudian dimasukkan sedikit demi sedikit dan diratakan dengan tangan yang sudah
memakai sarung tangan kemudian kain dibalik dan lakukan langkah yang sama) kemudian
dilanjutkan dengan garam diazo orange (untuk membentuk warna lebih pekat).
Ulangi langkah di atas hingga didapatkan warna yang diinginkan (kurang lebih 3 kali).
Setelah dicelupkan ke dalam pewarna, langkah selanjutnya dibilas dengan air kemudian
menjemur dan mengeringkan kain dengan cara dijemur di tempat yang tidak terkena sinar
matahari secara langsung (diangin-anginkan).
5. Proses Pencantingan Tahap kedua (nembok)
Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam
menggunakan canting/ kuas untuk menutup/ menembok bagian yang akan tetap dipertahankan
pada pewarnaan yang pertama.
6. Proses Pewarnaan Tahap Kedua
Melakukan pewarnaan sesuai dengan langkah pewarnaan pada tahap pertama, tetapi
menggunakan pewarna naptol merah.
7. Nglorot
Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah diberi pewarna direbus air mendidih
yang dicampur dengan caustik soda. Tujuannya adalah untuk menghilangkan lapisan lilin,
sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas.
Langkah-langkahnya yaitu dengan merebus air di dalam panci, kemudian di tunggu selama 15
menit sampai mendidih, setelah air mendidih masukkan kaustik soda kemudian kain batik yang
sudah melalui proses pewarnaan tahap kedua tadi di masukkan ke dalam panci yang berisi air
mendidih. Kemudian kain batik itu di putar-putar dengan memakai pengaduk (centong besar).
Lilin yang menempel di kain batik tersebut tidak langsung hilang dengan mudahnya, tetapi
masih ada beberapa lilin yang masih memempel di kain batik. Setelah diaduk-aduk dalam air
mendidih yang dicampur caustik soda selama 15 menit, kemudian kain batik tersebut di angkat
dan di masukkan ke ember besar yang berisi air bersih, kemudian melanjutkan dengan melorot-
lorot dan mengucek sisa lilin yang masih menempel tadi. Setelah itu melanjutkan proses
berikutnya yaitu merebus air untuk yang kedua kalinya untuk menghilangkan sisa-sisa lilin yang
masih menempel di kain batik tersebut. Setelah air mendidih masukkan caustik soda, kemudian
kain batik di masukkan dan memulai untuk melorot-lorot kurang lebih 15 menit. setelah itu kain
batik di ambil, kemudian di bilas dengan air bersih. Setelah semua lilin bekas cantingan sudah
hilang dan kain batik sudah bersih, kemudian kain batik tersebut di jemur di tempat yang teduh
dan tidak terkena sinar matahari secara langsung agar warnanya tidak pudar. Setelah kain batik
tersebut sudah kering, kain batik tersebut bisa diangkat dan siap untuk digunakan.