Anda di halaman 1dari 21

MODUL

PELATIHAN BATIK
SMAN 1 SRANDAKAN

Disusun Oleh :
Nova Suparmanto, M.Sc
Tim Ahli Batik Astoetik
Tim Astoetik

www.astoetik.com
A. Apa itu Batik?
1. Pengertian Batik
Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian. Menurut Hamzuri dalam bukunya
yang berjudul Batik Klasik, pengertian batik merupakan suatu cara untuk memberi hiasan
pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan menggunakan perintang. Zat
perintang yang sering digunakan ialah lilin atau malam.kain yang sudah digambar dengan
menggunakan malam kemudian diberi warna dengan cara pencelupan.setelah itu malam
dihilangkan dengan cara merebus kain. Akhirnya dihasilkan sehelai kain yang disebut batik
berupa beragam motif yang mempunyai sifat-sifat khusus.
Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu”tik” yang berarti titik /
matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah ”batik”
(Indonesia Indah ”batik”, 1997, 14). Di samping itu mempunyai pengertian yang berhubungan
dengan membuat titik atau meneteskan malam pada kain mori. Menurut KRT.DR. HC.
Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan
menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak
ditulis dengan kata”Batik” akan tetapi seharusnya”Bathik”. Hal ini mengacu pada huruf Jawa
”tha” bukan ”ta” dan pemakaiaan bathik sebagai rangkaian dari titik adalah kurang tepat atau
dikatakan salah. Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan
suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu yang
menjadi ciri khas dari batik adalah cara pengambaran motif pada kain ialah melalui proses
pemalaman yaitu mengoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama
canting dan cap.

2. Sejarah Perkembangan Batik


Ditinjau dari perkembangan, batik telah mulai dikenal sejak jaman Majapahit dan
masa penyebaran Islam. Batik pada mulanya hanya dibuat terbatas oleh kalangan keraton.
Batik dikenakan oleh raja dan keluarga serta pengikutnya. Oleh para pengikutnya inilah
kemudian batik dibawa keluar keraton dan berkembang di masyarakat hingga saat ini.
Berdasarkan sejarahnya, periode perkembangannya batik dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
2.1 Jaman Kerajaan Majapahit
Berdasarkan sejarah perkembangannya, batik telah berkembang sejak jaman
Majapahit. Mojokerto merupakan pusat kerajaan Majapahit dimana batik telah dikenal
pada saat itu. Tulung Agung merupakan kota di Jawa Timur yang juga tercatat dalam
sejarah perbatikan. Pada waktu itu, Tulung Agung masih berupa rawa-rawa yang dikenal
dengan nama Bonorowo, dikuasai oleh Adipati Kalang yang tidak mau tunduk kepada
Kerajaan Majapahit hingga terjadilah aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahit.
Adipati Kalang tewas dalam pertempuran di sekitar desa Kalangbret dan Tulung Agung
berhasil dikuasai oleh Majapahit. Kemudian banyak tentara yang tinggal di wilayah
Bonorowo (Tulung Agung) dengan membawa budaya batik. Merekalah yang
mengembangkan batik. Dalam perkembangannya, batik Mojokerto dan Tulung Agung
banyak dipengaruhi oleh batik Yogyakarta. Hal ini terjadi karena pada waktu clash tentara
kolonial Belanda dengan pasukan Pangeran Diponegoro, sebagian dari pasukan Kyai
Mojo mengundurkan diri ke arah timur di daerah Majan. Oleh karena itu, ciri khas batik
Kalangbret dari Mojokerto hampir sama dengan batik Yogyakarta, yaitu dasarnya putih
dan warna coraknya coklat muda dan biru tua.

2.2 Jaman Penyebaran Islam


Batoro Katong seorang Raden keturunan kerajaan Majapahit membawa ajaran Islam
ke Ponorogo, Jawa Timur. Dalam perkembangan Islam di Ponorogo terdapat sebuah
pesantren yang berada di daerah Tegalsari yang diasuh Kyai Hasan Basri. Kyai Hasan
Basri adalah menantu raja Kraton Solo. Batik yang kala itu masih terbatas dalam
lingkungan kraton akhirnya membawa batik keluar dari kraton dan berkembang di
Ponorogo. Pesantren Tegalsari mendidik anak didiknya untuk menguasai bidang-bidang
kepamongan dan agama. Daerah perbatikan lama yang dapat dilihat sekarang adalah
daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan meluas ke desa Ronowijoyo, Mangunsuman,
Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok,
Banyudono dan Ngunut.

2.3 Batik Solo dan Yogyakarta


Batik di daerah Yogyakarta dikenal sejak jaman Kerajaan Mataram ke-I pada masa
raja Panembahan Senopati. Plered merupakan desa pembatikan pertama. Proses
pembuatan batik pada masa itu masih terbatas dalam lingkungan keluarga kraton dan
dikerjakan oleh wanita-wanita pengiring ratu. Pada saat upacara resmi kerajaan, keluarga
kraton memakai pakaian kombinasi batik dan lurik. Melihat pakaian yang dikenakan
keluarga kraton, rakyat tertarik dan meniru sehingga akhirnya batikan keluar dari tembok
kraton dan meluas di kalangan rakyat biasa.
Ketika masa penjajahan Belanda, dimana sering terjadi peperangan yang menyebabkan
keluarga kerajaan yang mengungsi dan menetap di daerah-daerah lain seperti Banyumas,
Pekalongan, dan ke daerah timur Ponorogo, Tulung Agung dan sebagainya maka
membuat batik semakin dikenal di kalangan luas.

2.4 Batik di Wilayah Lain


Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja. Pada tahun 1830
setelah perang Diponegoro, batik dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegoro
yang sebagian besar menetap di daerah Banyumas. Batik Banyumas dikenal dengan motif
dan warna khusus dan dikenal dengan batik Banyumas. Selain ke Banyumas, pengikut
Pangeran Diponegoro juga ada yang menetap di Pekalongan dan mengembangkan batik
di daerah Buawaran, Pekajangan dan Wonopringgo.
Selain di daerah Jawa Tengah, batik juga berkembang di Jawa Barat. Hal ini terjadi
karena masyarakat dari Jawa Tengah merantau ke kota seperti Ciamis dan Tasikmalaya.
Daerah pembatikan di Tasikmalaya adalah Wurug, Sukapura, Mangunraja dan
Manonjaya. Di daerah Cirebon batik mulai berkembang dari keraton dan mempunyai ciri
khas tersendiri.

3. Sentra Penghasil Batik di Indonesia


3.1. Batik Pekalongan
Pekalongan adalah salah satu daerah produksi utama batik dengan desain utara Jawa
pesisir. Walaupun Pekalongan bukan penghasil batik pesisir tertua, namun paling halus
dan sampai sekarang penghasil batik utama. Ragam hias Hindu-Jawa melekat namun
tidak seperti Solo-Yogya yang terikat peraturan-peraturan keraton. Pembatik santri di
Pekalongan pun menerapkan seni hias dari nuansa Islam. Pengaruh dominannya datang
dari Cina dan Belanda, dan akibat paparan dengan berbagai budaya, sangat berbeda
dengan batik di pedalaman Jawa. Warna lebih beraneka dan ragam hiasnya naturalistis.
Dari sekian banyak jenis batik Indonesia, batik Pekalongan merupakan salah satu
motif batik khas Indonesia yang disukai masyarakat dunia.Batik adalah kain bermotif
yang memiliki nilai historis dan filosofis.
3.2 Batik Solo
Pada zaman kerajaan, batik hanya terbatas dipakai untuk lingkungan keluarga keraton.
Akibat peperangan besar, sebagian keluarga keraton mengungsi dan keluarga keraton
inilah yang mengembangkan pembatikan ke masyarakat luas di pelosok Pulau Jawa.
Batik solo merupakan jenis batik yang sudah terkenal dan memang paling banyak
diminati oleh konsumen baik dalam negeri ataupun luar negeri, dikarenakan corak dan
kualitasnya yang bagus.
3.3. Batik Cirebon
Motif batik Cirebon yang paling terkenal dan menjadi ikon Cirebon adalah motif
Megamendung. Motif ini melambangkan awan pembawa hujan sebagai lambang
kesuburan dan pemberi kehidupan. Sejarah motif ini berkaitan dengan sejarah kedatangan
bangsa Cina di Cirebon, yaitu Sunan Gunung Jati yang menikah dengan wanita Tionghoa
bernama Ong Tie. Motif ini memiliki gradasi warna yang sangat bagus dengan proses
pewarnaan yang dilakukan sebanyak lebih dari tiga kali.
3.4 Batik Madura
Tradisi mengenai kain batik yang tertanam cukup kuat di kalangan masyarakat
Madura telah membuat budaya membatik dan memakai kain batik terpelihara dengan
baik di kalangan mereka. Ketika kain batik belum sepopuler dewasa ini, masyarakat
Madura tetap memproduksi dan mengenakan pakaian batik, karena batik merupakan
bagian dari adat dan budaya mereka sehari-hari
3.5 Batik Jogja
Perjalanan Batik Yogyakarta tidak bisa lepas dari perjanjian Giyanti pada tahun 1755,
ketika terjadi perpecahan pada kerajaan Mataram, dan berdirinya Keraton Ngayogyakarta
Hardiningrat. Busana dari Kerajaan Mataram dibawa dari Surakarta ke Ngayogyakarta,
maka Sri Susuhunan Pakubuwono II merancang busana baru yang menjadi pakaian adat
Keraton Surakarta yang berbeda dengan busana Ngayogyakarta.
3.6 Batik Papua
Batik khas Papua dikenal dengan warna-warnanya yang cerah. Padahal, selama ini
batik selalu identik dengan warna yang kalem dan cenderung gelap. Namun, hal ini
sepertinya Batik khas Papua dikenal dengan warna-warnanya yang cerah. Padahal,
selama ini batik selalu identik dengan warna yang kalem dan cenderung gelap. Namun,
hal ini sepertinya tidak berlaku untuk batik khas Papua ini karena warna-warna yang
digunakan adalah warna cerah seperti merah, hijau, dan kuning.
3.7 Batik Kalimantan
Batik Kalimantan pada dasarnya memiliki beberapa jenis motif, diantaranya batik
sasirangan yang berasal dari Kalimantan Selatan, Batik Benang Bintik (Kalimantan
Tengah), Batik Pontianak (Kalimantan Barat) serta Batik Shaho dari Kalimantan Timur.
Masing-masing batik tersebut memiliki ciri khas sendiri-sendiri. Dari sisi warna sendiri,
batik Kalimantan memiliki warna-warna yang lebih menarik dan berani sehingga enak
dipandang.
3.8 Batik Lasem
Batik Lasem terus menorehkan catatan emas hingga jelang berakhirnya penjajahan
kolonial. Para pengusaha Batik Lasem yang berasal dari kalangan Tionghoa mendapat
tempat istimewa di penduduk pribumi karena membuka lapangan kerja yang banyak.
Masa kejayaan batik yang menjadi ikon pembauran budaya Jawa dan Cina itu mulai
menyurut tahun 1950-an. Penyebab utama kemunduran Batik Lasem adalah karena
terdesak oleh maraknya batik cap di berbagai daerah. Selain itu, juga dikarenakan kondisi
politik yang menyudutkan etnis Cina yang merupakan penguasa perdagangan Bati.

4. Jenis Batik
Batik jika dibagi berdasarkan berdasarkan masa yaitu:
1. Batik Klasik
2. Batik Tradisional
3. Batik Kontemporer

Batik jika dibagi berdasarkan teknik mengerjakannya dapat dibagi menjadi batik tulis, batik
cap, batik lukis dan tiruan batik. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
4.1. Batik Tulis
Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan
tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
4.2. Batik Cap
Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk
dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini
membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
4.3. Batik Lukis
Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain
putih.
4.4. Tiruan Batik
Tiruan batik atau disebut juga batik printing / batik sablon adalah batik yang proses
pembuatannya dicetak melalui proses sablon. Proses batik dapat diselesaikan tanpa
menggunakan lilin malam serta canting.

Perbedaan Antara Batik Tulis, Batik Cap, Tiruan Batik (Printing)


Selanjutnya bagaimana caranya untuk membedakan ketiga jenis batik di atas. Secara umum
perbedaan ketiga jenis batik tersebut adalah :
Batik Tulis : antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya agak berbeda walaupun
bentuknya sama. Bentuk isen-isen relatif rapat, rapih, dan tidak kaku.
Batik Cap : antara ornamen yang satu dengan ornamen lainnya pasti sama, namun bentuk
isen-isen tidak rapi, agak renggang dan agak kaku. Apabila isen-isen agak rapat
maka akan terjadi mbeleber (goresan yang satu dan yang lainnya menyatu,
sehingga kelihatan kasar).
Batik Printing : ornamen bisa sama, bisa tidak, karena tergantung desain batik yang akan
ditiru, karena batik printing biasanya meniru batik yang sudah ada, namun yang
perlu diketahui tentang warna. Warna batik printing kebanyakan tidak tembus
karena proses pewarnaannya satu muka saja
B. Peralatan Membatik
1. Peralatan Membatik
Setelah kita mengetahui sejarah dan pengetahuan dasar tentang batik, maka
selanjutnya kita harus mengetahui apa saja peralatan yang digunakan untuk proses membatik.
Peralatan yangdigunakan dalam membatik adalah sebagai berikut :
1) Wajan dan kompor: untuk mencairkan lilin batik.
Wajan dibuat dari logam baja, atau tanah liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah
diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa menggunakan alat lain. Sedangkan kompor
yang digunakan dapat menggunakan bahan bakar minyak, gas atau kompor listrik khusus
untuk membatik.
2) Canting tulis: untuk membatik di atas kain.
Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan malam panas.
Canting terbuat dari tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk
menuliskan pola batik dengan cairan lilin. Dunia mengakui canting sebagai alat yang lahir
dari kearifan lokal asli Indonesia, bagian dari tradisi seni batik sebagai warisan budaya
yang tak berujud. Canting dibuat dengan mempertimbangkan presisi agar malam yang
keluar dari mulut canting dapat mengalir lancar sehingga hasil pembatikan dapat sesuai
dengan yang diharapkan. Berdasarkan kegunaannya ada 3 jenis canting: canting untuk nulis
atau nglowong, canting untuk nembok, canting untuk isen-isen atau cecek. Jenis canting
lainnya yaitu cucuk dua. Bahan canting yaitu kuningan atau tembaga.
3) Canting cap: untuk membuat motif cap di atas kain
4) Kuas: untuk mencolet kain batik.
5) Wajan cap (Loyang, serak kasar, serak halus, kain blaco kasar, kain blaco tipis): untuk
mencairkan lilin batik cap
6) Gawangan: untuk membentangkan kain/ mori batik. Desain gawangan dibuat simpel,
ringan dan kuat agar mudah dipindah-pindah. Bahannya terbuat dari dari kayu, atau bambu.
7) Sarung tangan : Untuk pelindung tangan pada saat mewarna kain.
8) Mangkok, gelas dan sendok : Untuk tempat melarutkan warna batik
9) Timbangan: untuk menimbang warna
10) Bak pewarna / Ember : Untuk tempat mewarna kain batik
11) Kompor pompa dan kompresor: untuk merebus air lorodan
12) Kenceng panci: untuk tempat melorod kain batik.
13) Dingklik: untuk duduk pada waktu membatik tulis
14) Meja pola: untuk memindahkan gambar dari kertas ke kain
15) Meja cap: untuk proses pengecapan.
16) Rak kompor: untuk tempat kompor dan wajan cap pada waktu membatik cap
17) Gunting : untuk memotong kain
18) Penghapus, pensil, spidol, rautan, dan penggaris : untuk menggambar pola

Gambar Alat Membatik

Kompor batik (minyak tanah) Kompor batik listrik (Astoetik SNI A-SD03)

Canting batik bahan tembaga


Canting batik listrik (Astoetik CL-01)

Sarung tangan (proses pewarnaan)


Wajan khusus batik
Pembidang

Kenceng panci (pelorodan)

Gawangan batik (bahan kayu)

Bak celup pewarnaan

Alat batik pendukung:


1) Scrap: untuk membersihkan lilin yang menetes di lantai.
2) Stik besi: untuk menghilangkan tetesan lilin
3) Baju kerja: untuk kesehatan dan keselamatan kerja
4) Jemuran: untuk menjemur kain batik.
5) Bandul : untuk menahan kain yang sedang dibatik agar tidak mudah tergesar tertiup angin,
atau karena tarikan si pembatik secara tidak sengaja. Bandul dibuat dari timah, atau kayu,
atau batu yang dikantongi
6) Taplak adalah kain untuk menutupi paha si pembatik supaya tidak kena tetesan malam
panas sewaktu canting ditiup, atau waktu membatik. Bisa juga menggunakan koran.
7) Tabel warna: untuk referensi pencampuran warna.
8) Parang: untuk memotong lilin batik
2. Bahan untuk Membuat Batik
Bahan untuk membuat batik ada beberapa jenis, masing-masing memiliki jenis dan fungsi
sendiri. antara lain:
1) Kain mori prima/ primisima : bahan untuk batik
2) Lilin klowong: untuk membatik (Klowong/garis motif)
3) Lilin Tembok: untuk menembok/menutup bagian yang tidak dikehendaki berwarna
4) Parafin: untuk membuat motif pecahan pada kain batik
5) Pewarna batik: zat warna tekstil yang dapat memberi warna pada batik. Biasanya pewarna
yang digunakan adalah warna alam dan warna sintetis. Zat warna sintetis biasanya berupa
napthol, indigosol, procion,direk dan lain sebagainya.
6) Soda Abu: untuk obat bantu melorod
7) TRO: untuk pembasah
8) Kostik: obat bantu zat warna napthol
9) Natrium nitrit: untuk obat bantu zat warna indigosol
10) HCl: untuk obat bantu pembangkit warna indigosol
11) Waterglass: untuk proses fiksasi salah satunya adalah untuk mengunci sekaligus
menguatkan zat warna seperti remasol yang dipakai pada kegiatan pembatikan

Gambar bahan untuk membatik

Lilin/ Malam batik

Kain batik mori


Pewarna alami (mahoni)
Zat pewarna batik sintetis (naptol) 1 set

Soda kostik

TRO

Water glass Soda abu


C. Tahapan Proses Membatik
1. Membuat Pola / Motif Batik
a. Pengertian
Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Sumber
lain menjelaskan bahwa motif batik adalah kerangka gambar pada batik berupa perpaduan
antara garis, bentuk dan isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan batik secara
keseluruhan. Pembuatan desain dilakukan sebelum menggambar pola di atas kain. Desain
dibuat di atas kertas lengkap dengan pewarnaannya. Lukisan batik yang kita buat disesuaikan
dengan desain motif tersebut.
b. Peralatan Membuat Pola
Peralatan untuk membuat pola pada dasarnya hanya kegiatan memindahkan gambar ke
media yang akan dibatik. Jika sudah terbiasa membatik maka bisa langsung ke media kain
utama sebagai produk akhirnya. Beberapa peralatan yang digunakan dalam membuat pola
antara lain : Pensil, Penggaris, Kertas, Meja cap, dan Contoh pola.
c. Cara Membuat Pola
Pembuatan pola batik dilakukan sebelum proses membatik. Tahap awal dari pembuatan pola
adalah menentukan ide atau memilih motif yang dikehendaki. Kain yang akan digunakan
sebaiknya disetrika dulu sebelum permukaannya diberi gambar pola. Permukaan kain yang
halus dan rata akan memudahkan pembuatan pola dan proses pemalamannya. Membuat pola
dapat dilakukan seperti berikut:
1) Membuat pola dengan bantuan garis
Membuat pola dengan bantuan garis adalah membuat pola dengan terlebih dulu
membuat garis-garis horizontal maupun vertikal menyesuaikan motif pola yang kita
buat. Garis yang dibuat bisa berupa garis lurus maupun lengkung, karena yang
terpenting adalah untuk memudahkan dalam pembuatan pola hias.

* Membuat garis bantuan menggunakan pensil. * Membuat pola dengan bantuan


garis.
2) Membuat pola dengan menjiplak (mal)
Membuat pola dengan mal ini lebih sering digunakan karena lebih cepat dan
praktis dalam pengerjaannya. Untuk menjiplak, terlebih dulu dibuatkan pola hias pada
kertas. Pola dibuat sesuai dengan ukuran yang sebenarnya seperti yang akan tergambar
pada kain. Kain lalu diletakkan di atas kertas tersebut. Gambar motif pada kertas akan
terlihat menembus kain. Kita tinggal menjiplaknya dengan menggunakan pensil.
Pensil yang digunakan sebaiknya memiliki ukuran ketebalan yang cukup, misalnya
jenis pensil 3B atau 4B.

a) Membuat pola di atas kertas. b) Membuat pola dengan menjiplak pola pada
kertas.

Pembuatan motif pada batik dilakukan dengan menulis atau mencap dengan malam.
Beberapa istilah yang berhubungan dengan proses pemalaman antara lain:
1) Nglowong/ngrengreng, yaitu membatik corak dasar
2) Nembok, yaitu menutupi bagian kain yang tidak diklowong, pada akhir proses, bagian
ini berwarna putih atau warna dasar.
3) Nerusi, yaitu menulis atau mencap permukaan buruk kain dengan motif sesuai motif
dasar.
4) Ngiseni/nyeceki, yaitu memberi titik-titik pada bagian tertentu.
5) Mbironi, yaitu menutupi bagian kain yang berwarna atau putih agar tidak terpengaruh
oleh warna lain.
6) Ngremuk, yaitu memecahkan malam tembokan agar malam pecah teratur dan pada
garis-garis pecahan itu warna dapat masuk dan mewarnai kain.

2. Tahap pemberian malam


Dalam tahap ini bahan dan peralatan yang digunakan, yaitu:
a. Kain, jenis kain yang digunakan untuk membatik adalah jenis kain yang bahan bakunya
terbuat dari kapas (katun) atau sutera, misalnya kain blacu, poplin, birkolin, santung, prima,
premisima, vealisima, linen, dan sutera.
b. Malam, malam untuk membatik terdiri atas malam lowong (warnanya kuning dan lebih
liat), malam cetak (warnanya coklat, sifatnya kurang kuning dan lebih liat), malam cetak
(warnanya coklat, sifatnya kurang liat), dan malam putih / paraffin (sifatnya rapuh, dan
mudah retak).
c. Canting, canting yang digunakan untuk membatik terdiri dari canting cecek (lubangnya
kecil), canting klowong (lubangnya sedang) dan canting nembok (lubangnya besar).
d. Peralatan penunjang, alat penunjang yang digunakan dalam tahap ini adalah kompor kecil,
kenceng, panci, dan lainnya.

Sebelum proses pemberian malam dimulai, malam harus dipanaskan terlebih dahulu pada
kenceng di atas kompor hingga mencair. Proses pemberian malam dilakukan dengan cara
menuliskan cairan malam ke atas permukaan kain dengan menggunakan alat canting. Cara
menuliskannya mengikuti gambar motif yang telah dibuat, dilakukan dari kiri ke kanan dan
dari bawah ke atas. Untuk pemberian malam pada gambar motif berupa bidang yang luas
digunakan kuas.
Menggambar pola (nyorek) atau gambaran pertama dengan lilin cair diatas kain. Canting
mengikuti pola-pola yang telah digambar terlebih dahulu oleh seorang tukang pola atau kalau
pembatik itu telah mahir sekali ia akan menggambar luar kepala. Gambaran lilin ini kemudian
diteruskan pada belahan yang kemudian akan menjadi bagian dalam kain batik, oleh karena
itu nama pekerjaan ini ialah nerusi. Itu sebabnya pula mengapa bahan kain putih yang dipakai
tidak boleh terlalu tebal, karena kalau tidak akan menyukarkan pekerjaan meneruskan
gambaran pertama itu.Nembok atau pekerjaan menutupi bagian-bagian yang tidak boleh kena
warna dasar. Penembokan adalah tahap penting dalam pembuatan kain batik, karena apabila
lapisan kurang kuat, warna dapat menembus dan akan merusak seluruh kain atau warna yang
telah direncanakan.

3. Pewarnaan
Bahan dan peralatan yang digunakan pada tahap ini adalah pewarna batik yang terdiri dari :
a. Naptol berfungsi sebagai warna dasar yang nantinya dibangkitkan oleh garam warna
(garam diazo). Naptol terdiri atas naptol AS, naptol ASLB, naptol ASGR, naptol ASG,
naptol ASD, naptol ASBO, dan naptol ASOL.
b. Warna lain yang bersifat alami adalah daun soga. Naptol AS berfungsi untuk membuat
warna merah, biru, violet, orange, dan hitam, naptol ASLB untuk membuat warna cokelat,
naptol ASGR untuk membuat warna hijau dan naptol ASG untuk membuat warna kuning.
c. Garam warna (garam diazo), berfungsi untuk membangkitkan warna. Garam terdiri atas
garam biru B, garam biru BB, garam violet B, hitam B, merah bordo GP, garam orange
GC, dan garam biru hijau B.
d. Rapidogin, berfungsi untuk memberi variasi warna. Rapid terdiri atas rapid merah RH,
rapid orange RH, rapid biru BN, rapid cokelat BN, rapid kuning GCH, dan rapid hitam G.
e. Bahan Pelengkap, untuk membuat larutan pewarna batik tulis bahan pelengkap yang
diperlukan terdiri atas TRO (Turkish Red Oil) dan soda api (Loog 380 BE). TRO cairan
berbentuk minyak sedang soda api (Loog 380 BE), disebut juga costik soda berbentuk
seperti kristal.

Pemberian warna pada batik dapat dilakukan dengan pencelupan maupun


pencoletan.Pencelupan dilakukan dengan larutan zat warna, tanpa pemanasan.Hal ini
dilakukan untuk menghindari lelehnya malam batik. Batik colet dihasilkan dengan melukis
motif dengan pasta zat warna, umumnya zat warna pigmen. Beberapa istilah yang
berhubungan dengan proses pewarnaan antara lain:
1) Medel, yaitu memberi warna biru tua pada kain setelah kain diklowong, diiseni, dan
diterusi.
2) Menggadung, yaitu menyiram kain batik dengan larutan zat warna.
3) Coletan, yaitu memberi warna pada kain batik secara setempat dengan pasta zat warna,
dimana daerah yang diwarnai dibatasi dengan garis lilin sehingga tidak meresap ke bagian
yang lain.
4) Nyoga, yaitu memberi warna coklat pada kain.

Adapun tahapan dalam pemberian warna pada batik tulis yaitu:


a. Pemberian warna rapid
Pemberian warna rapid dilakukan dengan cara menyapukan warna rapid ke bagian-bagian
gambar yang diinginkan. Fungsi warna ini hanya sebagai variasi agar batik lebih menarik.
Larutan rapid dibuat dengan cara mengaduk rapid dengan minyak TRO hingga kental,
kemudian diberi air dingin dan diaduk kembali hingga merata. Perbandingannya adalah 1
sendok makan rapid : 2 sendok minyak TRO : 1 gelas besar air dingin.
b. Proses pencelupan
Proses pencelupan dalam membuat batik dilakukan dalam tiga langkah. Pertama
pencelupan pada larutan naptol (bak I), kedua pencelupan pada larutan garam warna (bak
II), dan ketiga pencelupan pada air pembilas (bak III). Untuk menghasilkan warna yang
memuaskan, proses pencelupan dilakukan berulang-ulang.

4. Menghilangkan lilin atau Nglorod


Menghilangkan lilin secara keseluruhan pada akhir proses pembuatan batik disebut mbabar,
ngebyok, atau nglorod. Menghilangkan lilin secara keseluruhan ini dilakukan dalam air yang
mendidih. Untuk mempermudah proses nglorod maka dalam air panas ditambahkan obat
pembantu yaitu waterglass atau soda abu. Cara nglorod adalah kain yang sudah dibatik
dibasahi terlebih dahulu kemudian dimasukkan dalam air mendidih yang sudah diberi obat
pembantu. Setelah malamnya terlepas, kemudian diangkat dan langsung dicuci sampai bersih.
Selanjutnya dijemur ditempat yang teduh tidak langsung kena sinar matahari.

Untuk melunturkan atau melorotkan malam pada kain batik yang telah selesai pada proses
pencelupan, dilakukan dengan cara memasukkan kain ke dalam bak yang berisi air panas yang
telah dicampur soda abu (Soda ASH) dan soda api (costik soda). Proses melunturkannya kain
dimasukkan ke dalam bak, diangkat-angkat dengan menggunakan jepitan hingga malamnya
lepas dan selanjutnya dibilas dengan air bersih, diperas, dan diangin-anginkan.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan proses penghilangan malam antara lain:
1) Ngerok, yaitu menghilangkan malam klowong.
2) Nglorod, yaitu menghilangkan semua lilin pada kain hingga bersih.
D. Motif Batik

NO. MOTIF FILOSOFI GAMBAR


1. Batik Cuwiri Batik Cuwiri merupakan motif batik yang
menggunakan zat pewarna soga alam.
Biasanya batik ini digunakan untuk
semekan dan kemben, juga digunakan
pada saat upacara mitoni. Motif batik ini
kebanyakan menggunakan unsur meru
dan gurda. Cuwiri sendiri memiliki arti
kecil-kecil dan diharapkan untuk
pemakainya pantas dan dihormati
2. Batik Kraton Batik Kraton merupakana cikal bakal
dari semua jenis batik yang berkembang
di Indonesia. Motifnya mengandung
makna filosofi hidup. Batik-batik ini
dibuat oleh para putri kraton dan juga
pembatik-pembatik ahli yang hidup di
lingkungan kraton. Pada dasarnya
motifnya terlarang untuk digunakan oleh
orang “biasa” seperti motif Batik Parang
Barong, Batik Parang Rusak termasuk
Batik Udan Liris, dan motif lainnya.
3. Batik Sekar Motif Sekar Jagad adalah salah satu motif
Jagad batik khas Indonesia. Motif ini
mengandung makna kecantikan dan
keindahan sehingga orang lain yang
melihat akan terpesona. Ada pula yang
beranggapan bahwa motif Sekar Jagad
sebenarnya berasal dari kata “kar jagad”
yang diambil dari bahasa Jawa
(Kar=peta; Jagad=dunia), sehingga motif
ini juga melambangkan keragaman di
seluruh dunia.
4. Batik Pringgondani sendiri merupakan nama
Pringgondani kesatriyan tempat tinggal Gatotkaca
putera Werkudara. Motif ini biasanya
ditampilkan dalam warna-warna gelap
seperti biru indigo (biru nila) dan soga-
coklat, serta penuh sulur-suluran kecil
yang diselingi dengan naga.
5. Batik Yang menjadi ciri khas dari motif
Kawung Kawung adalah berpola bulatan mirip
buah Kawung (sejenis kelapa atau
kadang juga dianggap sebagai buah
kolang-kaling) yang ditata rapi secara
geometris. Kadang, motif ini juga
diinterpretasikan sebagai gambar bunga
lotus (teratai) dengan empat lembar daun
bunga yang merekah. Lotus adalah bunga
yang melambangkan umur panjang dan
kesucian.
6. Batik Motif-motif berawalan sida (dibaca sido)
SidoLuhur merupakan golongan motif yang banyak
dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri
berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan
demikian, motif-motif berawalan “sida”
mengandung harapan agar apa yang
diinginkan bisa tercapai. Motif Sida
Luhur (dibaca Sido Luhur) bermakna
harapan untuk mencapai kedudukan yang
tinggi, dan dapat menjadi panutan
masyarakat.
7. Batik Sida Motif-motif berawalan sida (dibaca sido)
Asih merupakan golongan motif yang banyak
dibuat para pembatik. Kata “sida” sendiri
berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan
demikian, motif-motif berawalan “sida”
mengandung harapan agar apa yang
diinginkan bias tercapai. Makna dari
motif Sida Asih (dibaca Sido Asih)
adalah harapan agar manusia
mengembangkan rasa saling menyayangi
dan mengasihi antar sesama.
Batik Semen Penjelasan : dimaknai sebagai
Rama penggambaran dari “kehidupan yang
semi” (kehidupan yang berkembang atau
makmur). Terdapat beberapa jenis
ornamen pokok pada motif-motif semen.
Yang pertama adalah ornamen yang
berhubungan dengan daratan, seperti
tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki
empat. Kedua adalah ornament yang
berhubungan dengan udara, seperti
garuda, burung dan megamendung.
Sedangkan yang ketiga adalah ornament
yang berhubungan dengan laut atau air,
seperti ular, ikan dan katak.
Batik Sido Sida Mukti merupakan motif batik yang
Mukti biasanya terbuat dari zat pewarna soga
alam. Biasanya digunakan sebagai kain
dalam upacara perkawinan. Unsur motif
yang tekandung didalamnya adalah
gurda. Motif-motif berawalan sida
(dibaca sido) merupakan golongan motif
yang banyak dibuat para pembatik. Kata
“sida” sendiri berarti jadi/ menjadi/
terlaksana. Dengan demikian, motif-
motif berawalan “sida” mengandung
harapan agar apa yang diinginkan bias
tercapai. Salah satunya adalah sida mukti,
yang mengandung harapan untuk
mencapai kebahagiaan lahir dan batin.

19 | P a n d u a n B a t i k o l e h A s t o e t i k
Batik Tambal memiliki arti tambal bermakna
Tambal menambal atau memperbaiki hal-hal
yang rusak. Dahulu, kain batik bermotif
tambal dipercaya bisa membantu
kesembuhan orang yang sakit. Caranya
adalah dengan menyelimuti orang sakit
tersebut dengan kain motif tambal.
Kepercayaan ini muncul karena orang
yang sakit dianggap ada sesuatu “yang
kurang”, sehingga untuk mengobatinya
perlu “ditambal”.
Truntum Kain ini dipakai oleh orang tua pengantin
dalam upacara pernikahan. Truntum
berarti menuntun, diharapkan
sipemakai/orang tua mempelai mampu
memberikan petunjuk dan contoh kepada
putra-putrinya untuk memasuki
kehidupan baru berumah tangga yang
penuh liku-liku.
Sido Mulyo Bermakna dharma, kemakmuran dan
melindungi buminya. Begini bentuk
Modern Batik dengan Motif Sido Mulyo.

Wahyu Diharapkan pemakainya selalu


Temurun mendapatkan petunjuk dalam
menghadapi kehidupan oleh Yang Maha
Kuasa.

Nitik Diharapkan pemakai kain motif ini


menjadi orang yang bijaksana.

Parang Parang berarti senjata, menggambarkan


kekuasaan. Bahkan Jessica Alba
memakai batik dengan Motif Parang.

20 | P a n d u a n B a t i k o l e h A s t o e t i k
Mau Membatik?
Ya Astoetik,

21 | P a n d u a n B a t i k o l e h A s t o e t i k

Anda mungkin juga menyukai