Anda di halaman 1dari 8

Nama : HAIDAR SAMPURNO

Kelas : 7C

No Absen : 14

Mengenal motif batik serta filosofinya


Batik merupakan warisan budaya dunia asli Indonesia. Maka dari itu,sebagai bangsa Indonesia yang
baik dan cinta Indonesia sudah sepatutnya kita lestarikan warisan ini agar tidak lepas dari tanah
nusantara tercinta. “Cintailah Produk Dalam Negeri ” , slogan tersebut bertujuan agar kita
mengefektifkan dan mengefisienkan serta melestarikan karya dalam negeri. “Cintailah batik dengan
cara memulai untuk memakainya”. Love it by wearing it, dengan begitu batik dapat lestari.
Disamping itu, kita juga sedikitnya harus tahu bahwa setiap motif batik memiliki makna ataupun
filosofi tersendiri.

Beberapa motif batik yang kita tahu seperti parang, sido luhur dan lain sebagainya lahir dari sebuah
filosofi yang ‘diawetkan’ dalam sebuah motif batik. Setiap pembuat batik membuat batik dengan
hati-hati, seksama dan nyaris tanpa cela karena batik menyimpan sejuta makna. Yuk cekidot kita
kenali motif dan filosofi batik yang bakalan membuat Anda terpesona.

1. Motif Batik Kawung

Makna Filosofi dalam batik ini adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.

Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap
sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga
diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang
merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian.
2. Motif Sido Luhur

Dengan motif dasar seperti wajik, batik satu ini memang memiliki kemewahan tersendiri. Tidak
hanya cantik, batik Sido luhur memiliki filosofi yang dalam, biasanya kain batik ini dipakai oleh
pengantin saat upacara pernikahan. Saat pengantin menggunakan batik bermotif sido luhur ini
diharapkan mereka akan berbudi luhur dan menjadi pasangan suami istri yang bermartabat.

3. Motif Sido Mulyo

Filosofi dari batik motif sido mulyo adalah harapan agar keluarga yang dibina akan terus menerus
mendapat kemuliaan meskipun mendapat suatu kesulitan. Bahasa Indonesia dari kata mulyo adalah
mulia. Motif batik ini hampir sama dengan sido luhur, motif dasar batik ini adalah wajik. Namun detil
dan warnanya lebih muda.
4. Motif Parang

Motif parang ini memiliki filosofi dan ‘aturan’ untuk pemakainya. Motif parang yang sederhana
namun warnanya tajam melambangkan ketajaman berpikir dan kepemimpinan. Motif parang ini
termasuk ragam hias larangan, artinya hanya raja dan kerabatnya diijinkan memakai. Besar kecilnya
motif parang juga menyimbolkan status sosial pemakainya di dalam lingkungan kerajaan. Ukuran
motif parang pun diatur karena motif ini termasuk salah satu motif yang dibuat secara khusus.

5. Motif Sekar Jagad

Motif sekar jagad ini memiliki filosofi kebahagiaan dan kegembiraan. Bila Anda akan melangsungkan
acara syukuran atau akan diwisuda, batik motif Sekar Jagad cocok dipakai untuk mengekspresikan
kebahagiaan Anda. Batik ini cocok digunakan oleh wanita yang menyukai fashion dan sentuhan
colourful dalam baju yang digunakannya.
6. Motif Udan Liris

Filosofi dari motif batik udan liris ini mengajarkan kepada kita generasi penerus bangsa untuk tetap
istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi
kendala, tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.

7. Motif Ceplok

Sebagian besar Pola Ceplok itu merupakan pola-pola batik kuno yang terdapat pada hiasan arca di
Candi Hindu/Budha dengan bentuk kotak-kotak, lingkaran, binatang, bentuk tertutup serta garis-
garis miring. Filosofi dari batik ini yakni dipakai golongan menengah kebawah, agar terlihat gagah.
8. Motif Semen

Motif Semen dimaknai sebagai penggambaran dari kehidupan yang semi (kehidupan yang
berkembang atau makmur). Kata “Semen” berasal dari kata semi yang memiliki arti tumbuhnya
bagian dari tanaman. Dengan demikian pada motif Semen Romo selalu terdapat ornamen yang
menggambarkan tumbuhan atau tanaman. Ada juga yang mengaitkan kalau motif ini ada
hubungannya dengan cerita Ramayana.

9. Motif Truntum

Motif ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) bermakna cinta
yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai symbol cinta yang tulus tanpa syarat,
abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya, kain
bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari penikahan. Harapannya adalah
agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula
bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan
baru.
10. Motif Parikesit

Mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan harus dilandasi dengan usaha keras dan gesit.
Tentu usaha keras dan gesit itu tanpa harus meninggalkan norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Bukan sebaliknya usaha keras dan gesit dengan cara kotor, pasti akan sangat dihindari.
Sebab dampak yang ditimbulkan akan sangat berat dan yang jelas pasti akan menjadi bumerang bagi
diri-sendiri. Dengan usaha keras dan gesit itulah diharapkan bisa membangun keluarga inti yang
sejahtera lahir dan batin.

11. Motif Sidomukti

Sidomukti mengandung makna kemakmuran.


Demikianlah bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan,
tentu agar hidup akhirnya dapat mencapai mukti atau makmur baik di dunia maupun di akhirat.
Orang hidup di dunia adalah mencari kemakmuran dan ketentraman lahir dan batin. Untuk
mencapai kemakmuran dan ketentraman itu niscaya akan tercapai jika tanpa usaha dan kerja keras,
keluhuran budi, ucapan, dan tindakan. Namun untuk mencapai itu semua tentu tidaklah mudah.
12. Motif Mega Mendung

Bisa dilihat bentuk mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar
terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus.
Terlepas dari makna filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh
sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk
garis lengkung megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat
pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih
memudahkan .

13. Motif Barong

Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya
sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya, dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil
di hadapan Sang Maha Pencipta. Kata barong berarti sesuatu yang besar, dan ini tercermin pada
besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif Parang Rusak Barong ini merupakan induk dari
semua motif parang. Motif ini mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat
mengendalikan diri

Anda mungkin juga menyukai