Anda di halaman 1dari 17

Macam-Macam Canting Batik dan Fungsinya

05 November 2016 - Kategori Blog

Macam-Macam Canting Batik dan Fungsinya – Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya
tentang 2 senjata legendaris batik tulis, sekarang mari kita bahas salah satunya yaitu canting.

Canting merupakan alat utama yang digunakan untuk membuat motif batik dengan
menorehkan malam (lilin batik) di atas kain, kain yang biasa digunakan adalah kain mori. Bentuknya
yang seperti cerutu ini terbuat dari tembaga dan kayu atau bambu, memiliki 3 bagian diantaranya
cucuk, nyamplung dan gagang.

Cucuk atau yang biasa disebut carat adalah bagian paling ujung canting berbentuk aeperti selang
melengkung berbahan tembaga yang berfungsi untuk mengalirkan malam dari Nyamplung. Ukuran
Cucuk inilah yang sering mempengaruhi besar kecilnya hasil goresan diatas ke kain.
Nyamplung adalah wadah kecil yang digunakan untuk menampung malam.
Sedangkan Gagang merupakan bagian pangkal yang terbuat dari kayu atau bambu difungsikan
sebagai pegangan tangan.

Ada banyak macam bentuk dan ukuran canting yang digunakan dalam membantik, masing-masing
bentuk dan ukuran memiliki fungsi yang berbeda tergantung kebutuhan motif batik yang diinginkan.

Macam Canting Batik dan Fungsinya


1. Canting Batik Menurut Fungsinya
Jika dicermati menurut fungsinya, canting terdiri dari dua jenis, yakni Rengrengan dan Isen. Canting
rengrengan merupakan canting ber-cucuk satu yang biasa digunakan untuk menggambar pola batik
pertama kali, berukuran sedang dengan lubang cucuk berdiameter sekitar 1-2,5 mm. Sedangkan
canting isen berukuran lebih kecil yang difungsikan untuk mengisi pola yang sudah dibuat.

2. Canting Batik Menurut Ukurannya


Secara umum ukuran canting hanya dibagi menjadi tiga bagian yang masing-masing memiliki fungsi
yang berbeda. Besar-kecilnya ukuran biasanya hanya diukur dari besar-kecilnya cucuk, karena dari
cucuk inilah yang akan mempunyai pengaruh langsung terhadap hasil goresan di atas kain. Canting
ukuran kecil digunakan untuk isen batik yang sudah direngreng, ukuran sedang untuk membuat pola
(merengreng), dan ukuran besar digunakan untuk membuat pola yang berukuran besar dan juga
sering digunakan untuk tembokan atau memberi blok malam pada pola batik.

3. Canting Batik Menurut Banyaknya Cucuk

 Canting Cecekan, bercucuk satu yang berfungsi untuk nyeceki (membuat titik-ttik kecil).
Proses nyeceki ini biasa digunakan untuk isen yakni mengisi bidang kosong ataupun
menghias pola dengan titik-titik dalam batik .
 Canting Loron, bercucuk dua yang difungsikan untuk membuat garis sejajar dalam pola
batik.
 Canting Telon, bercucuk tiga yang berfungsi untuk isen berbentuk titik segitiga sama sisi
pada motif batik.
 Canting Prapatan, bercucuk empat yang berfungsi untuk isen berbentuk segi empat sama
sisi.
 Canting Liman, memiliki cucuk lima yang juga berfungsi sebagai isen. Berbentuk segi empat
sama sisi dengan satu titik di tengahnya.
 Canting Byok, memiliki cucuk ganjil berjumlah tujuh cucuk atau lebih yang berfungsi untuk
membentuk lingkaran dari titik-titik dengan satu titik di tengahnya.
 Canting Renteng atau Galaran, memiliki cucuk genap empat atau enam yang disusun
secara berderet/sejajar.

Nah, nambah pengetahuan lagi kan tentang canting dan dunia per-batik-an?
Itu aja yang bisa kami bagikan, semoga bermanfaat untuk anda, kalau ada yang kurang atau salah

bisa di tambahi atau di benarkan.

Tips Memilih Kain dan Baju Batik yang Berkualitas →

Mengenal motif batik serta filosofinya


22JAN
Batik merupakan warisan budaya dunia asli Indonesia. Maka dari itu,sebagai bangsa Indonesia yang
baik dan cinta Indonesia sudah sepatutnya kita lestarikan warisan ini agar tidak lepas dari tanah
nusantara tercinta. “Cintailah Produk Dalam Negeri ” , slogan tersebut bertujuan agar kita
mengefektifkan dan mengefisienkan serta melestarikan karya dalam negeri. “Cintailah batik dengan
cara memulai untuk memakainya”. Love it by wearing it, dengan begitu batik dapat lestari. Disamping
itu, kita juga sedikitnya harus tahu bahwa setiap motif batik memiliki makna ataupun filosofi tersendiri.
Beberapa motif batik yang kita tahu seperti parang, sido luhur dan lain sebagainya lahir dari sebuah
filosofi yang ‘diawetkan’ dalam sebuah motif batik. Setiap pembuat batik membuat batik dengan hati-
hati, seksama dan nyaris tanpa cela karena batik menyimpan sejuta makna. Yuk cekidot kita kenali
motif dan filosofi batik yang bakalan membuat Anda terpesona.
1. Motif Batik Kawung

Makna Filosofi dalam batik ini adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan.
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap
sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga
diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang
merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian.

2. Motif Sido Luhur

Dengan motif dasar seperti wajik, batik satu ini memang memiliki kemewahan tersendiri. Tidak hanya
cantik, batik Sido luhur memiliki filosofi yang dalam, biasanya kain batik ini dipakai oleh pengantin
saat upacara pernikahan. Saat pengantin menggunakan batik bermotif sido luhur ini diharapkan
mereka akan berbudi luhur dan menjadi pasangan suami istri yang bermartabat.

3. Motif Sido Mulyo

Filosofi dari batik motif sido mulyo adalah harapan agar keluarga yang dibina akan terus menerus
mendapat kemuliaan meskipun mendapat suatu kesulitan. Bahasa Indonesia dari kata mulyo adalah
mulia. Motif batik ini hampir sama dengan sido luhur, motif dasar batik ini adalah wajik. Namun detil
dan warnanya lebih muda.

4. Motif Parang
Motif parang ini memiliki filosofi dan ‘aturan’ untuk pemakainya. Motif parang yang sederhana namun
warnanya tajam melambangkan ketajaman berpikir dan kepemimpinan. Motif parang ini termasuk
ragam hias larangan, artinya hanya raja dan kerabatnya diijinkan memakai. Besar kecilnya motif
parang juga menyimbolkan status sosial pemakainya di dalam lingkungan kerajaan. Ukuran motif
parang pun diatur karena motif ini termasuk salah satu motif yang dibuat secara khusus.

5. Motif Sekar Jagad

Motif sekar jagad ini memiliki filosofi kebahagiaan dan kegembiraan. Bila Anda akan melangsungkan
acara syukuran atau akan diwisuda, batik motif Sekar Jagad cocok dipakai untuk mengekspresikan
kebahagiaan Anda. Batik ini cocok digunakan oleh wanita yang menyukai fashion dan sentuhan
colourful dalam baju yang digunakannya.

6. Motif Udan Liris


Filosofi dari motif batik udan liris ini mengajarkan kepada kita generasi penerus bangsa untuk tetap
istiqomah dalam menjalankan ikhtiar mencari rejeki. Halangan dan rintangan bukan menjadi kendala,
tetapi justru sebaliknya bisa menjadikan pemicu untuk mencapai hasil yang jauh lebih baik.

7. Motif Ceplok

Sebagian besar Pola Ceplok itu merupakan pola-pola batik kuno yang terdapat pada hiasan arca di
Candi Hindu/Budha dengan bentuk kotak-kotak, lingkaran, binatang, bentuk tertutup serta garis-garis
miring. Filosofi dari batik ini yakni dipakai golongan menengah kebawah, agar terlihat gagah.

8. Motif Semen

Motif Semen dimaknai sebagai penggambaran dari kehidupan yang semi (kehidupan yang
berkembang atau makmur). Kata “Semen” berasal dari kata semi yang memiliki arti tumbuhnya
bagian dari tanaman. Dengan demikian pada motif Semen Romo selalu terdapat ornamen yang
menggambarkan tumbuhan atau tanaman. Ada juga yang mengaitkan kalau motif ini ada
hubungannya dengan cerita Ramayana.

9. Motif Truntum
Motif ini diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) bermakna cinta
yang tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai symbol cinta yang tulus tanpa syarat,
abadi, dan semakin lama semakin terasa subur berkembang (tumaruntum). Karena maknanya, kain
bermotif truntum biasa dipakai oleh orang tua pengantin pada hari penikahan. Harapannya adalah
agar cinta kasih yang tumaruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai. Kadang dimaknai pula
bahwa orang tua berkewajiban untuk “menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.

10. Motif Parikesit

Mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan harus dilandasi dengan usaha keras dan gesit.
Tentu usaha keras dan gesit itu tanpa harus meninggalkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Bukan sebaliknya usaha keras dan gesit dengan cara kotor, pasti akan sangat dihindari. Sebab
dampak yang ditimbulkan akan sangat berat dan yang jelas pasti akan menjadi bumerang bagi diri-
sendiri. Dengan usaha keras dan gesit itulah diharapkan bisa membangun keluarga inti yang
sejahtera lahir dan batin.

11. Motif Sidomukti

Sidomukti mengandung makna kemakmuran.


Demikianlah bagi orang Jawa, hidup yang didambakan selain keluhuran budi, ucapan, dan tindakan,
tentu agar hidup akhirnya dapat mencapai mukti atau makmur baik di dunia maupun di akhirat. Orang
hidup di dunia adalah mencari kemakmuran dan ketentraman lahir dan batin. Untuk mencapai
kemakmuran dan ketentraman itu niscaya akan tercapai jika tanpa usaha dan kerja keras, keluhuran
budi, ucapan, dan tindakan. Namun untuk mencapai itu semua tentu tidaklah mudah.

12. Motif Mega Mendung


Bisa dilihat bentuk mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar
terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus.
Terlepas dari makna filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh
sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk
garis lengkung megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat
pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebih
memudahkan .

13. Motif Barong

Motif ini diciptakan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya
sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya, dan kesadaran sebagai seorang manusia yang kecil
di hadapan Sang Maha Pencipta. Kata barong berarti sesuatu yang besar, dan ini tercermin pada
besarnya ukuran motif tersebut pada kain. Motif Parang Rusak Barong ini merupakan induk dari
semua motif parang. Motif ini mempunyai makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat
mengendalikan diri

Itulah sedikit uraian mengenai motif-motif batik. Semoga bermanfaat dan batik semakin di cintai dan

di gandrungi kalayak luas.

Anda ingin menambah koleksi pakaian batik? visit web: www.batiksarika.com

Beberapa Macam Motif Batik Jawa Tengah Dan Filosofinya


Selamat malam Agan dan Sista semua, kali ini ane akan membahas beberapa motif Batik Jawa
Tengah dan Filosofinya.
Batik kini menjadi sebuah ikon baru dalam dunia Fashion tanah air, terutama setelah diakuinya Batik
oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan.
Dampak dari pengakuan tersebut sungguh luar biasa. Kini Batik bukan hanya busana untuk acara
formal, banyak yang memakai Batik sebagai busana casual, terutama untuk Batik bermotif
kontemporer.
Tapi, sebagai bangsa yang mewarisi Batik dari nenek moyang, tidak ada salahnya untuk mengenal
motif-motif Batik Tradisional (Jawa Tengah) beserta filosofi-filosofi yang terkandung di dalamnya.
Sesungguhnya, makna dari selembar kain Batik tersebut lebih berharga daripada busana yang
terbuat dari kain Batik karena merupakan identitas asli bangsa Indonesia.

Berikut beberapa motif batik beserta filosofinya:

Motif Batik Truntum

Zat Pewarna: Soga Alam


Kegunaan : Dipakai saat pernikahan
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Truntum artinya menuntun, diharapkan orang tua bisa menuntun calon pengantin.
Daerah: Jogja

Motif Batik Tambal

Zat Pewarna: Soga Alam


Digunakan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Ceplok, Parang, Meru dll
Ciri Khas : Kerokan
Makna Filosofi : Ada kepercayaan bila orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, sakitnya
cepat sembuh, karena tambal artinya menambah semangat baru
Daerah: Jogja

Motif Batik Pamiluto

Zat Warna : Soga Alam


Kegunaan : Sebagai kain panjang saat pertunangan
Unsur Motif : Parang, Ceplok, Truntum dan lainnya
Filosofi : Pamiluto berasal dari kata “pulut”, berarti perekat, dalam bahasa Jawa bisa artinya kepilut
[tertarik].
Daerah: Jogja

Motif Bledak Sidoluhur

Kegunaan : Upacara Mitoni ( Upacara Masa 7 Bulan bagi Pengantin Putri saat hamil pertama kali)
Filosofi : Yang menggunakan selalu dalam keadaan gembira.

Daerah: Jogja

Motif Sido Wirasat


Nama motif : Sido Wirasat
Daerah :
Jenis Batik :
Dikenakan : Orang tua temanten
Makna : Orang tua memberi nasehat

Motif Wahyu Tumurun

Nama motif : Wahyu Tumurun


Daerah : Pura Mangkunegaran
Jenis Batik : Batik Kraton

Motif Cakar Ayam


Kegunaan : Upacara Mitoni, Untuk Orang Tua Pengantin pada saat Upacara Tarub, siraman.
Filosofi : Cakar ayam melambangkan agar setelah berumah tangga sampai keturunannya nanti dapat
mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri.

Motif Cuwiri

Kegunaan : Mitoni, menggendong bayi


Filosofi : Cuwiri= bersifat kecil-kecil, Pemakai kelihatan pantas/ harmonis.

Motif Grageh Waluh

Kegunaan : Harian (bebas)


Filosofi : Orang yang memakai akan selalu mempunyai cita-cita atau tujuan tentang sesuatu.

Motif Grompol

Kegunaan : Dipakai oleh Ibu mempelai puteri pada saat siraman


Filosofi : Grompol, berarti berkumpul atau bersatu, dengan memakai kain ini diharapkan
berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik, seperti rezeki, keturunan, kebahagiaan hidup, dll.

Motif Kasatrian

Kegunaan : Dipakai pengiring waktu upacara kirab pengantin


Filosofi : Si pemakai agar kelihatan gagah dan memiliki sifat ksatria.

Motif Kawung Picis

Kegunaan : Dikenakan di kalangan kerajaan


Filosofi : Motif ini melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal-usulnya, juga
melambangkan empat penjuru dan melambangkan bahwa hati nurani sebagai pusat pengendali
nafsu-nafsu yang ada pada diri manusia sehingga ada keseimbangan dalam perilaku kehidupan
manusia.

Motif Mega Mendung


Filosofi: Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas atau dunia luas, bebas dan
mempunyai makna transidental (Ketuhanan).
Daerah: Cirebon

Motif Bango Tulak ( Bangun Tulak)

Filosofi: Bango-tulak diambil dari nama seekor burung yang mempunyai warna hitam dan putih yaitu
tulak. Warna hitam diartikan sebagai lambang kekal (Jawa: langgeng), sedang warna putih sebagai
lambang hidup (sinar kehidupan), dengan demikian hitam-putih melambangkan hidup kekal.
Daerah ; Yogyakarta

Motif Gurda
(Garuda)
Filosofi: Kata gurda berasal dari kata garuda, yaitu nama sejenis burung besar yang menurut
pandangan hidup orang Jawa khususnya Yogyakarta mempunyai kedudukan yang sangat penting.
Menurut orang Yogyakarta burung ini dianggap sebagai binatang yang suci.
Daerah: Yogyakarta

Motif Meru

Filosofi: Meru berasal dari kata Mahameru, yaitu nama sebuah gunung yang dianggap sakral karena
menjadi tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma
dan Sang Hyang Siwa. Sebagai simbol harapan agar mendapatkan berkah dari Tri Murti.

Motif Parang curigo Ceplok kepet

Kegunaan : Berbusana, menghadiri pesta


Filosofi : Curigo = keris, kepet = isis
Si pemakai memiliki kecerdasan, kewibawaan serta ketenangan.

Motif Parang Kusumo


Kegunaan : Berbusana pria dan wanita
Filosofi : Parang Kusumo = Bangsawan
Mangkoro = Mahkota
Pemakai mendapatkan kedudukan, keluhuran dan dijauhkan dari marabahaya.

Motif Kawung

Zat Pewarna: Naphtol


Kegunaan : Sebagai Kain Panjang
Unsur Motif : Geometris
Makna Filosofi : Biasa dipakai raja dan keluarganya sebagai lambang keperkasaan
Daerah: Yogyakarta

Motif Sidoluhur
Daerah : Kraton Surakarta
Jenis Batik : Batik Kraton
Dikenakan : Temanten Putri (malam pengantin)
Makna : Dua jiwa menjadi satu

Diatas hanyalah beberapa motif Batik yang ada, dan perlu kita ketahui, kini sudah 2500 motif Batik
yang dipatenkan. Namun berhubung sedikitnya informasi yang dapat ane peroleh, jadi cuma bisa
memposting beberapa aja.

Anda mungkin juga menyukai