Makna yang terkandung : Arti dan filosofi dari motif batik sidomukti ini yaitu
harapan untuk memperoleh ketenangan lahir batin.
Motif batik kawung ini mungkin begitu dikenal oleh kakek-kakek kita sejak
dahulu. Hal ini karena motif ini adalah salah satu motif batik tertua di
Indonesia. Dulu, motif ini hanya bisa digunakan oleh orang-orang kerajaan
sebagai kain sarung raja ataupun permaisurinya.
Motif batik Kawung mempunyai pola bulatan yang serupa dengan buah
Kawung (semacam buah kelapa atau sering juga disebut sebagai buah
kolang-kaling) yang tertata rapi secara geometris. Dalam bentuk lain, motif
batik kawung ini dapat direpresentasikan sebagai gambar bunga teratai
dengan empat helai daun bunga yang merekah. Lotus atau teratai adalah
bunga yang melambangkan umur panjang serta kesucian.
Motif batik Kawung umumnya dinamakan berdasar pada ukuran besar atau
kecilnya bentuk bulat-lonjong yang ada didalam satu motif tertentu.
Contohnya, motif batik Kawung Picis yaitu motif batik kawung yang tersusun
serta tertata oleh bentuk alur bulatan yang kecil. Kata Picis berasal dari mata
uang senilai 10 senyang yang memiliki bentuk relatif kecil.
Sedangkan motif batik Kawung Bribil yaitu motif batik kawung yang tersusun
atau tertata oleh bentuk yang relatif lebih besar dari motif batik kawung
Picis. Sesuai dengan namanya yakni bribil, merupakan mata uang yang
memiliki bentuk relatif lebih besar dari picis serta mempunyai nilai setengah
sen. Berdasarkan bentuknya motif batik kawung yang mempunyai bentuk
bulat-lonjong yang cenderung lebih besar dari motif batik Kawung Bribil
disebut Kawung Sen.
Batik Cuwiri
batik cuwiri jaman dulu digunakan untuk menandakan tingkat derajat yang tinggi untuk
penggunanya. motif batik cuwiri ini dominan menggunakan unsuru gurda serta meru. gambar
via: Kayanabatik
Batik cuwiri merupakan motif batik yang menggunakan zat warna soga alam.
jaman dulu, pengguna motif batik cuwiri ini menandakan tingkat derajat
yang tinggi untuk penggunanya dan atau hanya dipakai untuk upacara adat
tertentu saja, seperti untuk upacara mitoni, yaitu tradisi jawa yang dipakai
untuk memperingati usia kandungan 7 bulan. Juga, motif batik cuwiri ini
digunakan untuk menggendong bayi. Batik cuwiri ini juga biasa dipakai untuk
kemben serta semekan.
Motif batik cuwiri ini dominan menggunakan unsur gurda serta meru. Kata
Cuwiri tersebut memiliki makna kecil-kecil, dan diharapkan pada pemakainya
pantas, harmonis dan dihormati sesuai dengan pandangan hidup orang-
orang jawa yaitu kemakmuran serta kebaikan.
Ada satu mitos tentang pembuatan motif batik Sido Luhur yang mana
menuntut pembuatnya, diawali dengan menahan nafas cukup lama. Motif
batik Sido Luhur dibuat oleh Ki Ageng Henis, yaitu kakek dari Panembahan
Senopati yang merupakan pendiri kerajaan Mataram Jawa, dan merupakan
cucu dari Ki Ageng Selo.
Konon motif batik Sido Luhur ini dibuat dengan cara khusus oleh Ki Ageng
Henis untuk diberikan pada anak serta keturunannya. Harapan serta doanya
agar si pemakai bisa mempunyai hati dan pikiran yang luhur sehingga dapat
bermanfaat untuk negara serta masyarakat.
Filosofi arti di balik motif batik Sido Luhur juga bermakna berhasil
mengembangkan, menyempurnakan diri menjadi manusia yang berbudi
luhur yang selalu berdoa, mengingat serta bersyukur kepadaNya. Motif ini
merupakan motif yang dipakai oleh pengantin saat pernikahan. Motif ini
berasal dari Keraton Yogyakarta.
motif batik semen rama dimaknai sebagai penggambaran atau representasi dari satu
kehidupan yang berkembang. gambar via: PT.ITIGA
Batik semen rama dimaknai sebagai penggambaran atau representasi dari
satu “kehidupan yang semi” (kata semi yang bermakna berkembang atau
makmur). Terdapat banyak jenis ornamen utama pada motif batik semen.
Yang pertama, ornamen yang mempunyai hubungan dengan daratan, seperti
binatang berkaki empat atau tumbuhan. Kedua, ornamen yang mempunyai
hubungan dengan udara, seperti burung, garuda, serta megamendung.
Ketiga, ornamen yang mempunyai hubungan dengan laut serta air, seperti
ikan dan katak.
Selain mempunyai arti itu motif batik Semen Rama (dibaca; Semen Romo)
itu sendiri kerap kali dihubung-hubungkan dengan kisah cerita Ramayana
yang penuh dengan ajaran Hastha Brata atau ajaran suci keutamaan yang di
lalui dengan delapan jalan. Ajaran itu adalah nasehat keutamaan dari
Ramawijaya pada sang Wibisana saat dinobatkan menjadi raja di kerajaan
Alengka. Sehingga kata “Semen Romo” memiliki kandungan makna sifat
utama yang semestinya dimiliki oleh para raja atau pemimpin rakyat.
Didalam adat Jawa, batik Sidoasih ini sering digunakan pada acara
pernikahan, dimana kain batik dengan motif Sidoasih ini dipakai sebagai
busana malam pengantin. Dengan mengenakan motif batik Sidoasih, maka
pengantin mempunyai harapan untuk dapat menjalani kehidupan barunya
dengan lebih harmonis, dan makin romantis penuh cinta kasih.
Sejak dahulu, kain motif batik tambal diakui bisa membantu kesembuhan
orang yang sedang sakit. Salah satu langkahnya yaitu dengan menyelimuti
orang yang sakit itu dengan kain batik motif tambal. Mitos atau keyakinan
masyarakat jawa ini muncul dikarenakan orang yang sedang sakit dianggap
mempunyai sesuatu “yang kurang”, sehingga untuk proses penyembuhannya
perlu “ditambal”.
Motif Batik Sudagaran ini menyajikan kualitas yang mumpuni dalam proses
pengerjaan batik dan tingkat kerumitannya dalam menyajikan variasi desain
yang baru. Para pengrajin batik Sudagaran melakukan kreasi pada batik
keraton dengan memberikan isen-isen yang cukup rumit serta mengisinya
dengan cecek (bintik/titik) hingga memberikan kesan batik yang lebih indah.
Motif batik petani secara turun temurun akan menyesuaikan dengan daerah
masing-masing serta batik petani ini dikerjakan secara tak profesional
karena hanya sebagai pengisi waktu senggang saja. Untuk langkah
pewarnaannya juga mengikuti pola batik saudagar.
Kegunaan : Upacara Mitoni ( Upacara Masa 7 Bulan bagi Pengantin Putri saat hamil pertama
kali)
Filosofi : Yang menggunakan selalu dalam keadaan gembira.
Daerah: Jogja
Kegunaan : Upacara Mitoni, Untuk Orang Tua Pengantin pada saat Upacara Tarub, siraman.
Filosofi : Cakar ayam melambangkan agar setelah berumah tangga sampai keturunannya nanti
dapat mencari nafkah sendiri atau hidup mandiri.
Motif Cuwiri
Motif Grompol
Motif Kasatrian
Kegunaan : Dipakai pengiring waktu upacara kirab pengantin
Filosofi : Si pemakai agar kelihatan gagah dan memiliki sifat ksatria.
Filosofi: Bango-tulak diambil dari nama seekor burung yang mempunyai warna hitam dan putih
yaitu tulak. Warna hitam diartikan sebagai lambang kekal (Jawa: langgeng), sedang warna putih
sebagai lambang hidup (sinar kehidupan), dengan demikian hitam-putih melambangkan hidup
kekal.
Daerah ; Yogyakarta
Motif Gurda
(Garuda)
Filosofi: Kata gurda berasal dari kata garuda, yaitu nama sejenis burung besar yang menurut
pandangan hidup orang Jawa khususnya Yogyakarta mempunyai kedudukan yang sangat
penting. Menurut orang Yogyakarta burung ini dianggap sebagai binatang yang suci.
Daerah: Yogyakarta
Motif Meru
Filosofi: Meru berasal dari kata Mahameru, yaitu nama sebuah gunung yang dianggap sakral
karena menjadi tempat tinggal atau singgasana bagi Tri Murti yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang
Hyang Brahma dan Sang Hyang Siwa. Sebagai simbol harapan agar mendapatkan berkah dari
Tri Murti.
Motif Kawung
Motif Sidoluhur