Motif batik Parang Barong merupakan salah satu pengembangan motif batik parang, ciri khas
dari motif ini adalah memiliki ukuran yang lebih besar dari parang rusak, diciptakan oleh Sultan
Agung Hanyakrakusuma. Motif ini memiliki makna pengendalian diri dalam dinamika usaha
yang terus-menerus, kebijaksanaan dalam gerak, dan kehati-hatian dalam bertindak.
Pada zaman dahulu hanya boleh dipakai oeh Raja, dan Parang Rusak Barong mempunyai makna
bahwa Raja sebagai pemimpin harus selalu hati-hati, dapat mengendalikan diri (lahir dan batin)
sehingga menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, berwatak dan berperilaku luhur.
BATIK MEGAMENDUNG
Batik megamendung adalah motig kain batik yang berasal dari daerah Cirebon. Bentuk motif
batik khas kota udang ini menyerupai bentuk awan-awan. Motif batik mega mendung terlah
menjadi sebuah ikon karya seni kota Cirebon. Motif batik megamendung mempunyai ciri khas
tersendiri yang tidak dimiliki oleh motif batik di daerah penghasil batik lainnya.
Kain batik mega mendung yang sudah sejak lama dan turun menurun diproduksi oleh
masyarakat Cirebon tidak hanya terkenal di kalangan pecinta batik di Indonesia saja. Motif batik
mega mendung juga diapresiasi dengan baik oleh masyarakat di luar negeri. Ini terbukti dengan
dijadikanya motif batik megamendung sebgai cover salah satu buku yang membahas tentang
batik yang berjudul Batik Design karya Pepin Van Roojen seorang kebangsaan Belanda.
Selain bangga bahwa motif kain batik mega mendung mendapatkan apresiasi yang baik di dalam
dan di luar negeri, kita juga patut untuk tahu pengertian batik mega mendung dari segi sejarah
dan filosofi motif batik yang tertuang di atas kain.
BATIK MOTIF SIDOMULYO
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap
sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Kadang, motif ini juga
diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang
merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian.
Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong
yang terdapat dalam suatu motif tertentu. Misalnya : Kawung Picis adalah motif kawung yang
tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang
bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun oleh
bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang
yang bentuknya lebih besar daripada picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan kawung yang
bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.