Anda di halaman 1dari 6

Batik Sido Luhur

Batik Sido Luhur


Batik Sida Luhur (dibaca Sido Luhur; kadang juga digabung menjadi Sidaluhur atau Sidoluhur)
adalah salah satu motif batik pedalaman yang cukup populer. Sesuai dengan namanya, motif ini
bermakna harapan untuk mencapai kedudukan yang tinggi dan dapat menjadi panutan
masyarakat (keluhuran).

Motif-motif batik berawalan sida (dibaca sido) merupakan golongan motif yang banyak dibuat


para pembatik. Kata “sida” dalam bahasa Jawa sendiri berarti jadi/menjadi/terlaksana. Dengan
demikian, motif-motif berawalan “sida” mengandung harapan agar apa yang diinginkan bisa
tercapai.
Batik Kawung
Batik Kawung

Batik Kawung adalah motif batik yang bentuknya berupa bulatan mirip buah kawung (sejenis
kelapa atau kadang juga dianggap sebagai aren atau kolang-kaling) yang ditata rapi secara
geometris. Kadang, motif ini juga ditafsirkan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat
lembar mahkota bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang
dan kesucian.
Batik Cirebon (Megamendung)
Batik Cirebon (Megamendung)
Motif Batik Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dan bahkan menjadi ikon
batik daerah Cirebon dan daerah Indonesia lainnya. Motif batik ini mempunyai kekhasan yang
tidak ditemui di daerah penghasil batik lain. Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan merupakan
masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata akan mendaftarkan motif megamendung
ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu warisan dunia.

Motif megamendung sebagai motif dasar batik sudah dikenal luas sampai ke manca negara.
Sebagai bukti ketenarannya, motif megamendung pernah dijadikan cover sebuah buku batik
terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design, karya seorang berkebangsaan Belanda bernama
Pepin van Roojen. Kekhasan motif megamendung tidak saja pada motifnya yang berupa gambar
menyerupai awan dengan warna-warna tegas, tetapi juga nilai-nilai filosofi yang terkandung di
dalam motifnya. Hal ini berkaitan erat dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di
Cirebon. H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds, Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat
(YBJB) menyatakan bahwa:

“Motif megamendung merupakan wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna,
sehingga penggunaan motif megamendung sebaiknya dijaga dengan baik dan
ditempatkan sebagaimana mestinya. Pernyataan ini tidak bermaksud membatasi
bagaimana motif megamendung diproduksi, tapi lebih kepada ketidaksetujuan
penggunaan motif megamendung untuk barang-barang yang sebenarnya kurang
pantas, seperti misalnya pelapis sandal di hotel-hotel.”

Anda mungkin juga menyukai