Volume 3 No 7 (2018)
ISSN 2302-2043
Abstrak - Permasalahan dalam penelitian ini, yakni apa saja makna simbolik dalam prosesi popene’e
suku Lauje di Desa Tomini Utara?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna simbolik
dalam presesi popene’e suku Lauje di desa Tomini Utara. Pendekatan penelitian ini, yaitu deskriptif
kualitatif. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode cakap dengan menggunakan
teknik cakap semuka, studi Lapangan (field research) yaitu teknik pengamatan/observasi dan teknik
rekam. Selanjutnya, untuk menganalisis data, penulis melalui proses reduksi data (data reduction),
pemaparan data (data display) dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
dapat disimpulkan bahwa prosesi popene’e terdapat 8 tahapan dan 1 mantra 8 tahapan prosesi
popene’e meliputi: 1) moyambute pangantinge, 2) monimbaluse, mombiase niu kangkai mongkologe,
mombiase ayu, 3) monesege longu pensae, 4) mongunjae baki, 5) mongkoni alat tuwahu njopa
monja’ange pensae, 6) meepa’anange, 7) momongi do’a salamate dan 8) terakhir mopooto.
3. Mantra
Asrul (2010:13) mengemukakan bahwa
pada masa sebelum masuknya agama islam
dan kristen, upacara adat masih dilakukan
dengan mantra-mantra yang mengandung
animisme. Kini makna matra sesuai dengan
zamannya karena adanya manusia, itu
dijadikan pujian-pujian dan do’a yang
8
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
III. METODE PENELITIAN penelitian ini adalah data lisan yang diperoleh
3.1 Jenis Penelitian dari informan, yaitu tokoh adat dan tokoh-
Penelitian ini termaksud penelitian tokoh masyarakat yang kompeten yang
kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif, mengetahui secara jelas tentang objek
yaitu mengungkap/mendeskripsikan objek penelitian yang dilakukan peneliti. Jenis data
penelitian, yaitu makna simbolik dalam prosesi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
popene’e suku Lauje. Objek yang diteliti data primer dan data sekunder yaitu: a.Data
mengandung makna sehingga tidak mungkin Primer adalah data pokok yang dalam penelitian
data yang disajikan dalam bentuk angka atau ini terdiri dari tata cara pelaksanaan popene’e
kuantitatif. Sebagaimana Sugiyono (2009: 180) dan makna yang terkandung dalam simbol
mengemukakan bahwa penelitian kualitatif benda-benda dalam prosesi popene’e yang
pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam diperoleh dari pengamatan langsung
lingkup hidupnya, berintraksi dengan mereka, pelaksanaan prosesi tersebut serta dari hasil
berusaha memahami bahasa dan tafsiran wawancara dengan responden.
mereka tentang dunia sekitarnya. Berdasarkan Data Sekunder yaitu data yang diperoleh
hal tersebut, untuk memperoleh data yang dari rujukan teoretis berupa dokumen-
diperlukan penulis melakukan pengamatan dokumen, studi pustaka, hasil-hasil penelitian
langsung terhadap pelaksanaan objek penelitian dan sumber-sumber lain yang relevan dengan
yaitu prosesi popene’e dan interaksi dengan permasalah yang diteliti.
pengguna kebudayan tersebut (responden)
melalui wawancara. 3.4.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian subjek dari sumber data yang diperoleh.
3.2.1 Lokasi Penelitian Sumber data yang dimaksud adalah para
Lokasi penelitian atau tempat informan. Informan yang dipilih adalah
pengambilan data adalah desa Tomini Utara, informan yang paham terhadap budaya yang
kecamatan Tomini. Pemilihan lokasi ini adalah dibutuhkan.
berdasarkan ketersedian data yang peneliti Informan/responden dalam penetian ini
perlukan sesuai dengan pokok masalah adalah orang-orang yang berkompeten dalam
penelitian di lokasi tersebut. Di lokasi tersebut penyelenggaraan kebudayaan yang dimaksud
mayoritas penduduknya adalah masyarakat dalam penelitian ini serta memahami
suku Lauje sehingga memudahkan penulis kebudayaan tersebut. Oleh karena itu, penulis
untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai memilih informan yang benar-benar mengerti
judul penelitian. dan paham mengenai prosesi popene’e dengan
berpedoman pada kriteria atau syarat-syarat
3.2.2 Waktu penelitian yang harus dimiliki seorang informan seperti
Tahap penyusunan dan penelitian yang diungkapkan
lapangan guna memperoleh data yang melalui situs (yosicihuuy.blogspot.com/2014/de
diperlukan dalam skripsi ini didimulai dari bulan finisi narasumber) (dalam Nur Azizah 2016: 31)
September sampai bulan Oktober 2017. yang menjelaskan bahwa untuk memilih
seorang informan adalah dengan
3.3 Intrumen Penelitian memperhatikan 4 aspek. Aspek-aspek tersebut
Dalam penelitian ini yang bertindak adalah 1) usia, 2)
sebagai intrumen yaitu peneliti sendiri sekaligus pendidikan, 3) asal usul, 4) kemampuan berbah
sebagai pengumpul data. Nasution (1996:9) asa.
(dalam Djam’an Satori & Aan Komariah, M.Pd
2012:72) menegaskan hanya manusia manusia 3.5 Teknik Pengumpulan Data
sebagai instrument yang dapat memahami Untuk memperoleh data dan informasi
makna interaksi antar manusia, membaca gerak yang sesuia dengan permasalah yang diteliti,
muka, menyelami perasaan dan nilai yang maka digunakan teknik-teknik pengumpulan
terkandung dalam ucapan atau perbuatan data sebagai berikut:
responden/ informan. 1. Peneltian kepustakaan (library reseach)
yaitu Teknik yang digunakan dengan cara
3.4 Jenis data dan sumber data menelaah dan mengkaji teori-teori, konsep-
3.4.1 Jenis Data konsep melalui sumber-sumber tertulis
Data adalah segala keterangan mengenai berupa skripsi dan hasil penelitian yang
segala sesuatu yang berkaitan dengan relevan dengan penelitian ini. Di dalam hal
penelitian. Data yang dimaksud dalam ini, penulis mencari dan mengumpulkan
9
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
bahan-bahan berupa hasil penelitian yang kesimpulan yang bersifat sementara sambil
relevan dengan judul penelitian ini, yaitu mencari data pendukung. Analisis data
dari buku, skripsi dan internet sebagai dilakukan pengkodean berbuka bagi data yang
materi rujukan untuk menyusun proposal telah terkumpul. Maksudnya, semua kategori
ini. yang muncul dicatatan. Kemudian pada kira-
2. Studi lapangan (field research) yaitu kira pertengahan priode pengumpulan data,
pengumpulan data secara langsung di dilakukan pengkodean aksial atau berporos,
lapangan dengan menggunakan beberapa yaitu dipilih kategori-kategori nanti akan
teknik yaitu: menjadi kategori inti. Akhirnya menjelang akhir
a. Pengamatan pengumpulan data dan setelah data terkumpul
Bungin (2007:115) mengemukakan semuanya, dilakukan pengkodean selektif yaitu
bahwa Pengamatan/observasi adalah dipusatkan pada kategori inti yang nanti akan
metode pengumpulan data yang manjadi tema-tema penting yang akan ditulis
digunakan untuk menghimpun data dalam laporan penelitian.
penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan. IV. HASIL PENELITIAN DAN
b. Wawancara PEMBAHASAN
Menurut Esterberg (Sugiono, 2009:72) 4.1 Hasil Penelitian
wawancara/interwiew adalah a meeting Dalam penelitian ini, prosesi popene’e
of two person of exchange informaion suku Lauje terdapat makna simbol di setiap
and idea through guestion and tahapan-tahapan dalam ritual tersebut. Adapun
responses, resulting in communication hasil data yang diperoleh dari penelitian ini,
and joint construction of meaning about yaitu hasil wawancara langsung dari
a particular topic. Artinya; wawancara narasumber (terampil) yang berada di Desa
adalah pertemuan dua orang untuk Tomini Utara Kec.Tomini Kab.Parigi Moutong.
bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, seshingga dapat dikonstruksikan 4.1.2 Deskripsi Lokasi Penelitian
makna dalam suatu topik tertenu. Desa Tomini Utara sebelumnya adalah
Intinya wawancara dilakukan dengan salah satu dusun dengan nama dusun
cara mengadakan tanya langsung Boinampal yang berada di wliayah desa Tomini.
dengan informan. Wawancara dilakukan Sesuai dengan tuntutan masyarakat pada
dengan 3 orang informan dengan tahun 2007 maka dibentuklah tim
pedoman wawancara yang ada. pemekaran desa, untuk tidak menghilangkan
nama desa induk yaitu desa Tomini, maka
3.6 Teknik Analisis Data bersama Masyasrakat, tim pemekaran saat
Analisis data penelitian kualitatif dapat itu menyepakati nama desa hasil pemekaran
dilakukan secara deskriptif etnografik atau yang dengan nama Tomini Utara. Desa Tomini Utara
lain. Analisis semacam ini berusaha berada di Kecamatan Tomini Kabupaten Parigi
mendeskripsikan subjek penelitian dan cara Moutong Sulawesi Tengah, desa Tomini Utara
bertindak serta berkata-kata. Model analisis memiliki luas 25.97 Ha terdiri dari 5 dusun yaitu
menggunakan metode interaktif yang dusun I Boinampal, dusun II Benteng, dusun
ditawarkan (Haberman dan Miles 1994:429) III Asam, dusun IV Sarambu dan dusun V
(dalam Suwardi Tambalang dengan jumlah penduduk sebanyak
Endraswara 2017:215) yaitu melalui 3 1003 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga
proses: (1) reduksi data (data reduction) yaitu adalah 335 KK. Mayoritas penduduk desa
proses pemilihan data kasar dan masih mentah Tomini Utara adalah etnis Lauje dan sebagian
yang berlangsung secara terus menerus selama besar masyarakatnya bermata pencarian
penelitian berlangsung melalui tahap sebagai petani perkebunan, hasil produk
pembuatan ringkasan dan menyusun ringkasan. ekonomi yang menonjol adalah cengkeh, coklat
(2) pemaparan data (data display) yaitu dan kelapa.
penyampaian informaasi berdasarkan data yang Desa Tomini Utara berbatasan dengan
dimiliki dan disusun secara baik dan runtut sebelah timur desa Tomini, sebelah barat desa
sehingga mudah dilihat, dibaca, dan dipahami Tomini Bara, sebelah utara Kabupaten Toli-toli,
tentang suatu kejadian dan tindakan atau dan sebelah selatan desa Tomini. Jarak dari Ibu
peristiwa dalam bentuk teks naratif. (3) Kota Provinsi menuju desa Tomini Utara adalah
simpulan/ verifikasi menarik kesimpuan 260 Km. Jika menggunakan motor maka lama
berdasarkan data-data yang diperoleh dari perjalanan dari Ibu Kota Provinsi menuju desa
berbagai sumber kemudian peneliti mengambil Tomini Utara adalah 7-8 jam, dan apabila
10
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
menggunakan mobil lama perjalanan adalah 5- 7) momongi do’a salamate merupakan prosesi
6 jam. pembacaan doa selamat, membaca doa ini
merupakan simbol rasa syukur atas
4.2 Hasil dan Pembahasan terselesaikannya seluruh rangkaian
4.2.1 Simbol dalam Pelaksaaan Prosesi pernikahan sekaligus sebagai doa
Popene’e keselamatan bagi kedua pengantin. Adapun
Simbol merupakan tanda berdasarkan alat atau perlengkanpan dalam prosesi ini
konvensi, peraturan atau perjanjian yang adalah pulut putih dan kuning serta sebutir
disepakati bersama. Simbol memiliki makna telur rebus.
tersendiri berdasarkan konteks, termaksuk 8) mopooto di dalam prosesi ini tidak ada alat
konteks ritual. Simbol dalam prosesi popene’e atau perlengkapan, sebab prosesi mopooto
juga merupakan hasil kesepakatan dan masih hanya berupa acara sungkem kedua
terus dipertahankan hingga sekarang sebagai pengantin terhadap orangtua.
ritual yang sakral. Maka dari itu, dalam Makna simbolik benda merupakan simbol
penelitian ini akan dipaparkan simbol-simbol kehidupan yang menjadi gambaran kepada
yang khas dalam prosesi popene’e. kedua mempelai selama menjalani rumah
Simbol yang dimaksud dalam prosesi tangga untuk mendapatkan rumah tangga yang
tersebut adalah simbol yang berupa alat yang bahagia.
digunakan dalam prosesi popene’e. Simbol
yang berupa alat digunakan dalam pelaksanaan 4.2.1.1 Simbol Popene’e dalam Tahapan
ini terdapat pada beberapa tahapan prosesi moyambute pangantinge
popene’e yang terdiri dari : Di dalam bahasa Lauje, Moyambute
1) moyambute pangantinge merupakan pangantinge berarti menyambut pengantin.
prosesi menyambut pengantin, adapun Prosesi ini ditandai dengan penjemputan
simbol-simbol dalam prosesi ini diantaranya pengantin perempuan oleh pihak keluarga
: 1) Parang, 2) Kelapa, 3) Pisang; pengantin laki-laki sebagai tuan rumah. Prosesi
2) monimbaluse, mombiase niu kangkai tersebut bermakna mertua menerima
mongkologe, mombiase ayu merupakan menantunya dengan segenap hati dan
prosesi mengupas, membelah kelapa dan mengganggapnya sebagai anak sendiri. Dalam
memotong, membelah batang pohon prosesi ini pihak laki-laki memberikan parang,
cengkeh, adapun simbol dalam prosesi ini pisang dan kelapa kepada pengantin laki-laki
adalah : 1) kelapa dan 2) batang pohon yang akan dipikul dan dibawa ke rumah. Hal ini
cengkeh; juga merupakan bentuk tanggungjawab
3) monesege longu pensae merupakan prosesi seorang suami terhadap istrinya yang terwujud
mengiris daun pisang, adapun simbol- dalam perlengkapan yang digunakan.
simbol dalam prosesi ini adalah : 1) pisau Perlengkap atau alat yang digunakan adalah
dan 2) sehelai daun pisang; parang, kelapa pisang dan batang pohon
4) mongunjae baki merupakan prosesi cengkeh. Makna dari perlengkap atau alat
menginjak baki, adapun simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut:
dalam prosesi ini adalah : 1) parang/besi, 1. Parang
dan 2) 3 macam tumbuhan-tumbuhan; Parang adalah alat yang wajib dibawa oleh
5) mongkoni alat tuwahu njopa monja’ange masyarakat Lauje ketika berkebun. Dalam
pensae merupakan prosesi menyentuh alat prosesi moyambute pangantinge parang
dapur dan merebus/memasak pisang, merupakan simbol sebagai kewajiban dan
adapun simbol dalam prosesi ini terdapat tanggungjawab seorang suami yang berarti
pada keseluruhan alat yaitu: 1) pisang, 2) seorang suami memiliki tugas yaitu mecari
air, 3) cerek, 4) panci/belanga, 5) sendok, nafkah. (Hasil wawancara dengan bapak Tursin
6) susupit, 7) sulumba, 8) kayu bakar dan tanggal 02 Oktober 2017)
9) tungku tanah liat; 2. Kelapa, pisang dan batang pohon cengkeh
6) meepa’anange merupakan prosesi makan Kelapa, pisang dan batang pohon cengkeh
bersama antara penganti laki-laki dan merupakan simbol nafkah dari suami kepada
pengantin perempuan dengan saling istrinya. Kelapa yang digunakan adalah kelapa
menyuapi. Prosesi ini merupakan simbol tua dan pisang yang digunakan adalah pisang
seiya sekata antara kedua pengantin. sepatu yang sudah masak. (Hasil wawancara
Adapun alat yang digunakan dalam prosesi dengan bapak Tursin tanggal 02 Oktober 2017).
ini diantaranya : 1) sepiring pisang rebus, Di dalam prosesi moyambute pangantinge
2) kelapa parut, 3) 2 gelas air putih, 4) air terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui.
cuci tangan, 5) sendok dan 6) piring; Didalam tahapan-tahapan tersebut terkandung
11
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
makna berdasarkan hasil pengamatan, penulis Tursin tanggal 02 Oktober 2017). Perangkat
memperoleh gambar tentang makna dan atau alat yang digunakan dalam prosesi ini
tatacara pelaksanaan prosesi moyambute adalah parang, kelapa dan batang pohon
pangantinge. tahapan prosesi ini meliputi: 1) cengkeh..
ketika tiba di rumah pengantin laki-laki, kedua Tahapan-tahapan prosesi ini meliputi 2
pengantin dijemput oleh orangtua, saudara tahapan yang masing-masing tahapannya
kandung dan kerabat pihak laki-laki, 2) pihak memiliki makna. Tahapan-tahapan tersebut
laki-laki memberikan parang, pisang dan kelapa adalah sebagai berikut:
kepada pengantin laki-laki dan dipikul untuk 1) Mengupas dan membelah kelapa
dibawa ke rumah, 3) kedua pengantin ditaburi Prosesi ini memiliki makna bahwa seorang
beras oleh ibu pengantin laki-laki. suami dapat memahami istrinya. Kelapa
Berdasarkan hasil pengamatan dari merupakan simbol saling memahami. Pada
tahapan prosesi moyambute pangantinge, saat pengantin laki-laki membelah kelapa,
penulis mendeskripsikan makna dari 3 tahapan belahan kelapa tersebut harus seimbang
prosesi tersebut sebagai berikut: karena hal itu memiliki makna bahwa
1) Penjemput kedua pengantin oleh orangtua seorang suami dapat mengimbangi serta
atau saudara kandung dan kerabat pihak memahami kekurangan dan keadaan
laki-laki mengandung makna kegembiraan istrinya begitupun sebaliknya. (Hasil
serta penerimaan orang tua atas wawancara dengan bapak Tursin tanggal
kedatangan anak dan menantunya. 02 Oktober 2017)
2) Pihak keluarga laki-laki memberikan 2) Memotong dan membelah batang pohon
parang, pisang dan kelapa yang telah cengkeh
digantung pada batang pohon cengkeh Sebagian besar masyarakat Suku Lauje
kepada pengantin laki-laki kemudian dipikul bermata pencarian sebagai petani
merupakan simbol kerja keras. Pemberian perkebunan, hasil produk ekonomi yang
parang, pisang dan kelapa kepada menonjol adalah cengkeh, dan pohon
pengantin laki-laki kemudian dipikul untuk cengkeh tumbuh subur sehingga banyak
dibawah ke rumah dapat diartikan sebagai dimanfaatkan khususnya batang pohon
kesiapan dari seorang anak yang cengkeh yang telah kering sangat
sebelumnya manja, bergantung kepada bermanfaat. Dahulu masyarakat suku Lauje
kedua orangtuanya, setelah menikah dan menggunakan batang pohon cengkeh untuk
menjadi seorang suami hal-hal tersebut memasak karena batang pohon cengkeh
sudah harus dihilangkang dan diharapkan yang telah kering lebih baik dan tahan lama
dapat memikul tugas, melaksanakan ketika dijadikan kayu bakar, sampai saat ini
kewajiban dan tanggungjawabnya dalam pun masyarakat Suku Lauje masih
kehidupan baru sebagai seoarang suami. memanfaatkan batang pohon cengkeh
3) Taburan beras kuning oleh ibu pengantin untuk di jadikan kayu bakar dan yang
laki-laki mengandung makna suka cita dan bertugas untuk mencari kayu bakar adalah
doa keselamatan untuk kedua pengantin suami. Makna dalam prosesi ini merupakan
yang akan memulai kehidupan baru. salah satu tugas seorang suami apabila
tidak ada kayu bakar untuk memasak
4.2.1.2 Simbol Popene’e dalam Tahapan maka suami yang bertugas untuk mencari.
monimbaluse, mombiase niu (Hasil wawancara dengan bapak Tursin
kangkai mongkologe, mombiase tanggal 02 Oktober 2017).
ayu
Di dalam bahasa Lauje monimbaluse, 4.2.1.3 Simbol Popene’e dalam Tahapan
mombiase niu kangkai mongkologe, mombiase monesege longu pensae
ayu berarti mengupas, membelah kelapa dan Monesege longu pensae yaitu pengantin
memotong, membelah batang pohon cengkeh. perempuan mengiris daun pisang. Prosesi ini
Prosesi ini ditandai dengan pengantin laki-laki merupakan simbol kewajiban atau tugas
mengupas dan membelah kelapa serta sebagai seorang istri. Alat yang digunakan
memotong dan membelah batang pohong dalam prosesi ini adalah pisau dan sehelai daun
cengkeh. Prosesi ini juga merupakan simbol pisang. Makna dari beberapa alat atau
kewajiban atau pekerjaan seorang suami untuk perlengkapan tersebut adalah:
mencari nafkah dan merupakan bentuk 1. Pisau
tanggungjawab seutuhnya suami. Prosesi ini Pisau merupan simbol dari kewajiban dan
bertujuan untuk mengajarkan tugas sebagai tanggungjawab seorang istri yang berarti
seorang suami. (Hasil wawancara dengan bapak seorang istri memiliki tugas yaitu memasak.
12
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
(Hasil wawancara dengan bapak Tursin tanggal kuat tidak mudah ditergoyahkan dan
02 Oktober 2017) terpisahkan, serta diharapkan kedua
2. Daun pisang pengantin dapat memayungi dan
Perlengkapan ini merupakan simbol dari melingdungi antara satu sama lain dan
hubungan dan kewajiban dalam menjalani keluarga;
pernikahan. Pada saat pengantin perempuan 2. Sulampaan merupakn simbol kekuatan
mengiris daun pisang, irisan tersebu tidak boleh dan kelimpahan karena tanaman ini
putus karena pada bagian sisi-sisi daun mamiliki akar yang merambat dan kuat
memiliki makna kerukunan antara keluarga dan serta daun yang lebat. Diharapkan kedua
suami. hal ini diartikan bahwa seorang istri pengantin dilimpahkan rezeki yang
dapat menjaga hubungan kerukunan keluarga melimpah.
kedua belah pihak dan suami agar kehidupan 3. Siranindi merupakan simbol kesejukan,
rumah tangganya sakinah, mawaddah dan tamana ini banyak tumbuh di pinggir
warahmah. (Hasil wawancara dengan bapak sungai. Diharapkan agar kedatangan
Tursin tanggal 02 Oktober 2017). atau kehadiran sang menantu di rumah
mertuanya membawa suasana sejuk dan
4.2.1.4 Simbol Popene’e dalam Tahapan kedamaian. Serta diharapkan pula agar
mongunjae baki hubungan rumah tangga kedua
Mongunjae baki merupakan prosesi pengantin sejuk dan rukun.
menginjak baki oleh kedua pengantin, sebelum (Hasil wawancara dengan Pak Saarun tanggal
memasuki rumah kedua pengantin harus 05 Oktober 2017)
menginjak baki yang terdiri dari parang atau Prosesi mongunjae baki memiliki
besi dan 3 macam tumbuh-tumbuhan yang kesamaan dengan prosesi haroan boru yaitu
diletakkan tepat di depan pintu. Dalam prosesi salah satu adat dalam pernikahan Mandailing.
ini pengantin perempuan yang pertama Haroan boru adalah upacara adat penyambutan
menginjak baki dan diikuti oleh pengantin laki- untuk menantu ketika pertama kali berkunjung
laki. Prosesi tersebut bermakna agar dalam ke rumah mertua, sebelum memasuki rumah
kehidupan rumah tangga kedua mempelai kedua pengantin menginjak berbagai jenis
sehat, rukun dan berumur panjang. Ketika tumbuhan yang sudah disiapkan yang
pengantin menginjak baki orangtua yang diletakkan tepat di depan pintu yang disebut
dituakan dari pihak pengantin laki-laki ‘dingin dingin’ yang terdiri dari tumbuhan dan
membacakan doa. batang pisang. batang pisang merupakan
Perangakat atau alat yang digunakan dalam simbol dingin yang menyejukkan, Makna agar
prosesi ini adalah parang/besi dan 3 macam sang kedatangan atau kehadiran sang menantu
tumbuh-tumbuhan. Makna dari beberapa di rumah mertuanya membawa suasana
perangkat atau alat-alat tersebut adalah: kesejukan dan kedamaian. Setelah masuk ke
1. Parang /besi dalam rumah, kedua pengantin didudukkan di
Secara universal parang/besi adalah atas Amak Lampisan, yaitu tikar adat yang
sebuah benda yang kuat dan kokoh. terdiri dari beberapa lapis tikar. Mereka lalu
Berdasarkan hal tersebut, parang/besi akan disuguhi Itak makanan khas ada
dapat diartikan sebagai simbol kekuatan Mandailing yang terbuat dari sagu dan gula
dan kekokohan dalam pernikahan sebagai aren yang dibentuk dengan menggunakan
perwujudan harapan semoga orang yang tangan lalu disiram dengan santan.
menikah tidak akan pernah terpisahkan. Lalu ada juga makanan khas Mandailing lainny
Parang/besi yang digunakan berjumlah 1 a,
buah. (http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2594/
2. 3 macama tumbuh-tumbuhan upacara-mangupa-haroan-boru-atau-patobang-
Tumbuh-tumbuhan yang digunakan anak-nasehat-sakral-bagi-pasangan-
adalah tanaman liar yang mudah pernikahan-di-tapanuli-selatan-sumatera-
didapatkan dan banyak tumbuh di desa utara).
Tomini Utara. Tumbuh-tumbuhan yang
digunakan adalah siranindi, sinaguri dan 4.2.1.5 Simbol Popene’e dalam Tahapan
sulampaan. Makna dari tanaman tersebut mongkoni alat tuwahu njopa
adalah sebagai berikut: monja’ange pensae
1. Sinaguri merupakan simbol kekuatan Di dalam bahasa Lauje mongkoni alat
dan memayungi, tanama ini memiliki tuwahu njopa monja’ange pensae berari
akar yang panjang menancap ke tanah. memegang/memyentuh perlengkapan dapur
Diharapkan pernikah kedua pengantin dan memasak. Prosei ini ditandai dengan
13
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
penganin perempuan menyenuh perlengkapan tangan serta piring dan sendok untuk makan.
dapur yang terdiri pisang, air, cerek, belanga, Makna dari alat yang digunakan tersebut adalah
sendok, susupit, sulumba, kayu api dan tungku alat-alat tersebut merupakan simbol
tanah liat. Prosesi ini merupakan simbol kebersamaan kedua pengantin dalam membina
kewajiban seorang istri. Prosesi ini bertujuan rumah tangga.
unuk menghilangkan rasa segan dan kekakua
pengantin perempuan untuk melakukan 4.2.1.7 Simbol popene’e dalam Tahapan
pekerjaan dapur di rumah mertua. Sebab, mopooto
sesuai adat masyarakat Lauje, biasanya tamu Di dalam prosesi ini tidak ada
tidak diperkenankan masuk ke dapur, hanya perlengkapan, sebab prosesi hanya berupa
orang-orang terdekat atau kerabat saja yang acara sungkem terhadap orangtua. Berdasarkan
boleh turun ke dapur (mengerjakan pekerjaan hasil pengamatan penulis pada pelaksanaan
dapur). Inilah yang menjadi alasan prosesi prosesi popene’e, dapat disimpulkan bahwa
mongkoni alat tuwahu njopa monja’ange prosesi mopooto merupakan acara sembah
pensae perlu dilakukan. Makna dari alat-alat sujud (sungkem) dari kedua pengantin kepada
yang digunakan dalam prosesi ini tidak keluarga pengantin laki-laki. Dimulai dari kedua
diartikan secara satuan, namun akan memiliki orangtua pengantin laki-laki, saudara
arti jika dijadikan satu. Simbol alat-alat ini kandungnya, paman dan tante dari pengantin
adalah penerimaan seorang mertua terhadap laki-laki serta serta keluarga lainnya. Tindakan
menantunya agar kelak seorang menantu ini merupakan wujud dari penghormatan dari
dapatang ke rumah mertunya tidak lagi merasa kedua pengantin terhadap orangtua serta
canggung. seluruh keluarga besar mereka. Tindakaan ini
Peralatan yang digunakan dalam prosesi merupakan simbol kekeluargaaan antara kedua
ini merupakan alat-alat yang biasa digunakan pengantin dengan keluarga besar masing-
sehari-hari di dapur. Walaupun zaman sudah masing pihak.
modern dan perlengkapan masak di dapur pun
sudah canggih, namun lalat-alat yang digunalan 4.2 Mantra dalam Prosesi Popene’e
tetap menggunkan perlengkapan masak Tuturan atau mantra dalam masyarakat
sederhana seperti yang digunakan nenek adalah sebuah kata-kata yang mempunyai ruh,
moyang masyarakat Lauje sejak dahulu. hal ini kata-kata yang mengandung petuah dan hanya
bermaksud untuk memudahkan dalam jiwa yang hidup yang dapat memberikan rasa
memasak dan untuk mempertahankan tradisi atau reaksi sesuai dengan makna apa yang
yang telah diwariskan secara turun temurun. terdapat dibalik kata-kata dalam sebuah
Berdasarkan hasil pengamatan tuturan atau mantra. Umumnya mantra hanya
sebelumnya, penulis memperoleh gambaran diucapkan oleh orang-orang tertentu seperti
tentang makna dari tindakan-tindakan dalam dukun atau pawang. Akan tetapi dalam prosesi
prosesi tersebut sehingga dapat menyimpulkan Popene’e, orang yang mengucapkan mantra
bahwa makna dari tindakan-tindakan tersebut tersebut adalah orangtu yang dituakan dari
yaitu pengantin perempuan menyenuh keluarga pihak laki-laki. Pembacaan mantra
perlengkapan dapur dan memasak makna (mongganoye) dilakukan pada prosesi prosesi
kesiapan seorang menantu untuk melakukan moyambute pangantin dan mongunja’e baki
pekerjaan rumah tangga di rumah mertuannya (menginjak baki)
sebab mertuanya telah ia anggap sebagai Melalui wawancara dengan Saarun
orangtuanya juga, sehingga tidak rasa segan (tanggal 05 Oktober 2017) diperoleh informasi
dan canggung diantara keduanya. bahwa pada dasarnya untuk memulai segala
tahapan dalam ritual atau prosesi ini tidak ada
4.2.1.6 Simbol Popene’e dalam Tahapan kata-kata khusus yang diucapkan. Untuk
meepa’anange memulai segala tahapan di dalam ritual
Prosesi meepa’anange merupakan prosesi tersebut cukup dengan mengucapkan basmallah
makan bersama antara penganti laki-laki dan dan sholawat. Hal ini terhubung dengan
pengantin perempuan dengan saling menyuapi. kepercayaan yang dianut oleh sebagian besar
Prosesi ini merupakan simbol seiya sekata masyarakat suku Lauje yaitu agama islam,
antara kedua pengantin agar pernikahan selalu bahwa segala sesuatu harus dimulai dengan
baik. Prosesi ini juga merupakan simbol saling basmallah. Akan tetapi dalam pelaksanaan
mengerti, saling mengisi dan saling bertukar prosesi popene’e masih terdapat mantra yang
pikiran. Alat yang digunakan dalam diucapkan yaitu pada prosesi mongunja’e baki.
pelaksanaan prosesi ini adalah sepiring pisang
rebus, kelapa parut, 2 gelas air putih, air cuci
14
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
4.2.1 Mantra dalam prosesi mongunjae 1. Penghargaan dan penghormatan terhadap
baki mertua
Sebelum memasuki rumah kedua Berdasarkan pengamatan pada
pengantin harus menginjak baki, saat pengantin pelaksaaan prosesi popene’e ditemukan bahwa
menginjak baki orangtua perempuan yang prosesi ini merupakan wujud penghargaan dan
dituakan dari pihak pengantin laki-laki penghormatan menantu kepada mertuanya.
membacakan mantra di dalam hati. Mantra Penghargaan dan penghormatan tersebut
yang diucapkan dalam prosesi ini adalah terlihat ketika menantu dengan begitu ringan
sebagai berikut: melangkahnya mengunjungi mertuanya. Hal ini
Mantra : umuro’e, umur nujunia, umuru siopu berarti seorang menantu sudah menganggap
Arti : umur saya, umur dunia, umur Tuhan mertuannya sebagai orangtuannya sendiri yang
Makna : doa harapan agar pengantin merupakan petanda sudah adanya hubungan
berumur panjang, seperti lama atau kekeluargaan yang terjalin.
panjangannya umur dunia dan umur 2. Untuk menghilangkan kekakuan dan
Tuhan yang Maha sang memberi keseganan
umur. Kunjungan penganti perempuan
Simbol : simbol dalam mantra mongunjae (popene’e) kerumah mertuannya(popene)
baki adalah umuro’e. merukan bentuk penyesuaian diri terhadap
umuro’e merujuk pada pengantin, lingkungan keluarga suaminya sehingga
(Tursin 2 Oktober 2017 dan Rusli Ataqin 18 perlahan-lahan akan menghilangkan kekakuan
November 2017 ) dan keseganan menantu terhadap mertua dan
keluarga besar suaminya.
4.3 Tujuan Prosesi Popene’e 3. Menjalin silahturahmi
Setiap pelaksanan suatu adat pasti Prosesi ini semakin memperkuat jalinan
mempunyai tujuan tertentu. Begitu pula dalam silaturahmi antara menantu dan mertua beserta
pelaksanaan popene’e ini. Tujuan prosesi seluruh keluarga besar suaminya. Bahkan
popene’e ditinjau dari dua segi yaitu kedua belah pihak keluarga. Prosesi ini sebagai
berdasarkan fungsi dan lahiriahnya. tanda seorang menantu telah diterima sebagai
Berdasarkan fungsinya, tujuan prosesi popene’e anggota keluarga baru di dalam keluarga
terbagi atas 2 yaitu: suaminya.
1. Mengenalkan budaya
Prosesi popene’e bertujuan untuk V. Kesimpulan
mengenalkan budaya khas suku Lauje kepada Berdasarkan pembahasan yang telah
generasi-genarasi Lauje dan masyarakat luas diuraikan dari bab-bab sebelumnya berikut ini
sebagai suatu bentuk kecintaan terhadap tradisi akan dikemukakan kesimpulan yang sekaligus
daerah yang telah diwariskan secara turun menjawab permasalahan yang telah menjadi
temurun. secara tidak langsung, tamu-tamu pokok kajian penelitian ini, yakni.
yang hadir dalam prosesi ini diperkenalkan Popene’e adalah kunjungan pertama
dengan kekhasan dan keunikan prosesi ini pengantin perempuan ke rumah mertuannya
hingga tamu-tamu yang bukan suku Lauje juga (popene) bersama pengantin laki-laki. Popene’e
dapat mengetahui tradisi ini. Bahkan tamu- ini sebagai simbol bukti penghargaan anak
tamu yang merupakan masyarakat asli suku kepada orangtua, sekaligus menandai bahwa
Lauje juga akan lebih mengenal budaya pihak perempuan sudah merupakan bagian dari
sukunya sendiri. keluarga pihak laki-laki/suaminya. Prosesi
2. Pelestarian budaya popene’e merupakan hal yang penting
Sejak zaman nenek moyang hingga saat dilakukan pada pelaksanaan pernikahan suku
ini, prosesi popene’e masih tetap dilaksanakan. Lauje. Pelaksanaan prosesi ini dilakukan sehari
Masih dilaksanakannya prosesi popene’e hingga setelah pernikahan. Pelaksanaan popene’e
kini merupakan bentuk pelestarian tradisi merupakan simbol tanggungjawab seorang istri
daerah yang menjadi ciri khas bangsa. dan suami serta simbol kasih sayang istri
Masyarakat Lauje adalah masyarakat yang kepada keluarga suami. Pelaksanaan popene’e
masing memegang teguh warisan leluhur, adalah akhir dari serangkaian upacara yang
namun di era sekarang pelaksanaan prosesi terdapat di dalam upacara perkawinan suku
popene’e dilakukan sesuai syariat islam yang Lauje.
merupakan agama mayoritas yang dianut oleh Prosesi popene’e terdapat 8 tahapan
suku Lauje. yaitu moyambute pangantinge, (monimbaluse,
Kemudian, ditinjau dari segi lahiriahnya, mombiase niu kangkai mongkologe, mombiase
tujuan popene’e terbagi atas 3 yaitu: ayu), dan monesege longu pensae, mongunjae
15
Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia
baki, mongkoni alat tuwahu njopa monja’ange [3] Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi,
Ekonomi, Kenikalan Public, dan Ilmu Sosial Lainnya.
pensae, meepa’anange, momongi do’a salamate
Surabaya: Kencana Predana Media Group.
dan terakhir mopooto. setiap tahapan dalam [4] Gesti Gustiana. (2014).“Makna Simbol Upacara
prosesi popene’e memiliki makna tersendiri, Nolama Tai Etnik Kaili Rai Di Desa Tondo Kecamatan
baik berupa tindakan, benda/perlengkapan Sirenja Kabupaten Donggala(Kajian Semiotik)”. Skripsi
Sarjana Pada FKIP Untad Palu: Tidak Diterbitkan.
yang digunakan, maupun mantra yang
[5] Herusatoto. (2010). Pengertian dan Definisi Simbol.
diucapkan dalam pelaksanaan prosesi tersebut. [Online]. Tersedia: (http://carepedia.com/pengertian-
Semua ritual dalam Prosesi popene’e dilakukan definisi-simbol-menurut - para-ahli/.htlm). Diakses [26
di kediaman pengantin laki-laki. September 2014].
[6] Herdiana, B. (2013). Makna Simbolik Dalam Ritual
Di dalam Prosesi popene’e terdapat
“Mappanre Dewata” Pada prosesi perkawinan di
mantra yang diucapkan. Mantra tersebut Kabupaten wajo (Kajian Semiotika), [Onlaine],
diucapkan ritual mongunjae baki. Mantra Tersedia:(Beseherdiana.blogspot.com/2013/03/makna
tersebut diucapkan oleh orangua yang dituakan -simbol-dalam tradisi-pernikahan suku-bugis.html).
Diakses [19 Agustus 2014].
dari pihak pengantin laki-laki pada saat
[7] https://www.scribd.com/doc/78323269/Makalah-
melakukan ritual mongunjae baki. Semua Budaya-Indonesia-Lengkap. Diakses [1 agustus 2017
perangkat atau alat-alat yang digunakan dalam pukul 17.35].
prosesi popene’e pihak laki-lakilah yang [8] Http://lorongsastra.biogspot.com/2012/10/metode-
semiotika-menurut-ferdinand-de-saussure-dan-
menyiapkan.
charles-sanders-peirce.html. Diakses [22 Juli 2017
pukul 20.10].
5.2 Saran [9] https://googleweblight.com/?lite_url=https://
Berdasarkan pembahasan penelitian di protomalayans.blgspot.com/2012/10suku-laujc-
sulawcsi.html?m%3Dl&c81SsYD_f&Ic=id. Diakses [25
atas, penulis mengemukakan saran-saran yang
Juli 2017].
perlu diperhatikan bagi masyarakat dan [10] http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2594/
khususnya bagi peneliti selanjutnya. Adapun upacara-mangupa-haroan-boru-atau-patobang-anak-
saran-saran itu ialah sebagai berikut: nasehat-sakral-bagi-pasangan-pernikahan-di-tapanuli-
selatan-sumatera-utara. Diakses [28 November 2017
1. Simbol beserta makna yang terdapat dalam
pukul 13.20].
prosesi popene’e merupakan peninggalan [11] Nur Azizah. (2016). Makna Simbol Dan Mantra Dalam
budaya yang sangat berharga dan harus Prosesi Mematua Pada Upacara Adat Pernikahan Suku
dijaga. Kaili. Skripsi Sarjana Pada FKIP Untad Palu: Tidak
Diterbitkan.
2. Penelitian tentang proses adat di desa
[12] Mansoer Peteda. (2010). Semantik Leksikal edisi2.
Tomini Utara masing kurang dan diperlukan Jakarta: Rineka Cipta.
lebih lanjut pada proses adat-adat lainnya [13] Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa (Tahapan
yang ada di adat suku Lauje. Strategi, Metode, dan Tekniknya). Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
[14] Ramadhan, ADkk. (2013). Panduan Tugas Akhir
bermanfaat dan memperkaya pengetahuan (SKRIPSI) & Artikel penelitian. Palu: Fakultas
dalam bidang ilmu semiotik yang Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.
merupakan salah satu matahkuliah dalam [15] Runi. (2012). Sambulu Gana Pada Upacara Perkawinan
studi pendidikan bahasa Indonesia. Etnik Kaili Ledo Di Desa Sibonu Ditinjau Dari Prespektif
Semiotil. Skripsi sarjana pada FKIP Universitas
4. Untuk menjaga dan melestarikan budaya
Tadulako Palu: tidak diterbitkan.
yang telah ada serta mengembangkan
[16] Satori & Aan Komariah. (2011). Metodologi Penelitian
budaya agar tidak mengalami kepunahan
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
khususnya suku Lauje dapat menjaga adat [17] Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif.
istiadat yang ada agar generasi berikut Bandung: Alfabeta.
dapat mengetahui makna yang terdapat [18] Soerjono Soekanto. (2006). Sosiologi. Jakarta: Raja
pada penyelenggaraan tradisi prosesi Grafindo Persada.
popene’e. [19] Soerjono Soekanto & Budi Sulistyowati. (2015).
Penulis mengharapkan saran dan kritik Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
yang membangun dari pembaca. Semoga [20] Suwardi Endraswara. (2017). Metodologi Penelitian
tulisan ini bermanfaat bagi kita. Amin. Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
[21] Zaimar, O.K.S. (2008). Semantik dan Penerapanya
DAFTAR PUSTAKA
[1] Abdul Chaer. (2002). Pengantar Semantik Bahasa dalam Karya Sastra. Pusat Bahasa Dapertemen
Indonesia. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Pendidikan Nasional.
[2] Ali Karim. (Tidak ada tahun). Pengantar Teori
Semiotika. Universitas Tadulako Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan : Tidak Diterbitkan.
[3] Asrul. (2010). Mengenal Suku dan Etnis Asli di
Sulawesi Tengah. Sulawesi Tengah: Quantta Press.