Anda di halaman 1dari 8

Wahyu Ningsih1, Nikita Agustina br Karo 2, Elmi Frida Simarmata3, Jurnal Basataka (JBT)

Yuni Idaulina Sinambela4 Universitas Balikpapan

EKSPLORASI LEGENDA TUNGKOT TUNGGAL PANALUAN


SUKU BATAK TOBA SEBAGAI BAHAN AJAR
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Wahyu Ningsih1, Nikita Agustina br Karo2, Elmi Frida Simarmata3,


Yuni Idaulina Sinambela4
Universitas Prima Indonesia1, Universitas Prima Indonesia2, Universitas Prima Indonesia3,
Universitas Prima Indonesia4
Pos-el: wahyuningsih@unprimdn.ac.id1, nikitabaruss158@gmail.com2,
elmisimarmata141200@gmail.com3, yuniariana12@gmail.com4.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasikan legenda “Tungkot Tunggal Panaluan”


sebagai bahan ajar bahasa dan sastra indonesia. Metode yang digunakan peneliti dalam
penelitian adalah metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara
sistematis, aktual, dan faktual dengan menggunakan kata-kata dan kalimat. Penelitian mulai
dilaksanakan mulai bulan November 2020 sampai Oktober 2021. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik simak. Data dalam penelitian ini adalah data lisan berupa legenda
“Tungkot Tunggal Panaluan” Sumber data penelitian ini secara langsung melalui informan dari
masyarakat Desa Tomok, kecamatan Simanindo, kabupaten Samosir. Teknik analisis data
menggunakan analisis interaktif, yaitu reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Strategi penelititan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan. Hasil
penelitian dari legenda “Tungkot Tunggal Panaluan” terbentuk karena adanya unsur mistis pada
tongkat tersebut, tongkat tersebut terdapat ukiran wajah dari tujuh orang manusia dan beberapa
ukiran hewan, tongkat tersebut biasanya digunakan oleh para datu-datu, anjang tongkat tersebut
sekitar 150-200 cm. Simpulan penelitian ini ditemukan bahwa Eksplorasi Legenda Tungkot
Tunggal Panaluan mempermudah untuk memperkenalkan sastra lisan kepada masyarakat luas
dalam menambah wawasan serta pengetahuan.

Kata Kunci: Eksplorasi, Legenda, Bahan Ajar, Suku Batak Toba

ABSTRACT

The motivation behind this review is to research is "Exploration of the Legend of


"Tungkot Tunggal Panaluan" as Teaching Material for Indonesian Language and Literature.
This research was appointed to explore the legend of "Tungkot Tunggal Panaluan" as a
teaching material for Indonesian language and literature. The method used by the researcher in
this research is descriptive qualitative method which aims to describe systematically, actually,
and factually by using words and sentences. The research began to be carried out from
November 2020 to October 2021. The data collection technique used was the listening
technique. The data in this study is oral data in the form of the legend "Tungkot Tunggal
Panaluan". The source of this research data is directly through informants from the Tomok
Village community, Simanindo sub-district, Samosir district. The data analysis technique used
interactive analysis, namely reduction, data presentation, and conclusion drawing. The
research strategy includes planning, implementing, and preparing reports. The results of the
research from the legend "Tungkot Tunggal Panaluan" was formed because of the mystical
element in the stick, the stick contained the faces of seven humans and several animal carvings,
the stick is usually used by the datu-datu, the length of the stick is about 150-200 cm.

Vol. 4, No. 2, Desember 2021 139


Wahyu Ningsih1, Nikita Agustina br Karo 2, Elmi Frida Simarmata3, Jurnal Basataka (JBT)
Yuni Idaulina Sinambela4 Universitas Balikpapan

Keywords: Exploration, Legend, Teaching Materials, Batak Toba Ethnic

1. PENDAHULUAN sosial, dan kebudayaan sehingga


Sumatera Utara merupakan salah memiliki perbedaan dengan kelompok
satu daerah yang dominan dengan suku lain. Sedangkan lore artinya kebudayaan
batak. Suku batak terbagi dalam enam yang diwariskan secara turun-temurun
jenis, yaitu Batak Toba, Batak Karo, baik secara lisan ataupun secara
Batak Simalungun, Batak Mandailing, tindakan. Jadi folklor dapat diartikan
Batak Pakpak dan Batak Angkola. sebagai suatu kebudayaan dengan ciri
Begitu juga dengan sastra lisan yang khas tertentu yang diwariskan secara
dilahirkan di daerah tersebut memiliki turun-temurun baik dalam bentuk lisan
banyak nilai budaya tinggi yang maupun tindakan atau gerak isyarat.
berkaitan dengan ciri khas ataupun Folklor dapat digolongkan kedalam tiga
tradisi yang dianut oleh masyarakat kelompok besar berdasarkan tipenya
Sumatera Utara. yaitu folklor lisan, folklor sebagian lisan,
Dalam penelitian ini, peneliti folklor bukan lisan. Folklor lisan adalah
memilih Suku Batak Toba sebagai objek folklor yang bentuknya memang murni
dalam penelitian karena di daerah lisan seperti, mite, legenda, dongeng,
tersebut masih banyak sastra lisan yang dan lain sebagainya. Folklor sebagian
tidak diketahui oleh masyarakat luas. lisan adalah folklor yang bentuknya
Salah satu sastra lisan Suku Batak Toba merupakan campuran unsur lisan dan
terdapat di daerah Tomok, Kecamatan unsur bukan lisan seperti, takhayul yang
Simanindo, Kabupaten Samosir yang bersifat lisan dan ditambah dengan
hampir saja dilupakan oleh masyarakat gerak isyarat yang dianggap
karena hanya berbentuk lisan dan tidak mempunyai makna gaib. Sedangkan
banyak yang mengetahuinya. folklor bukan lisan adalah folklor yang
Sastra lisan adalah tradisi lisan bentuknya bukan lisan, walaupun cara
atau yang sering dikembangkan dalam pembuatannya diajarkan secara lisan
kebudayaan lisan, seperti pesan, cerita, seperti prasasti atau bangunan-bangunan
kesaksian, atau yang telah diwariskan suci. Adapun dalam penelitian ini
secara turun temurun (vansina 2011:10). terfokus pada folklor lisan yaitu legenda.
Sastra lisan menyebar dari mulut Dalam KBBI 2008, legenda
kemulut dan berkembang secara turun adalah cerita rakyat yang memiliki
temurun, isi nya dapat diketahui hubungan atau keterkaitan dengan
tergantung pada penutur nya. Setiap peristiwa sejarah. Adapun ciri-ciri
daerah pada umumnya pasti mempunyai legenda yaitu, tokoh utama dalam cerita
sastra lisan dan ciri khas tersendiri baik pada umumnya manusia bersifat
dalam bentuk puisi, cerita, dan lain keduniawian dan berpindah-pindah,
sebagainya. Begitu juga nilai-nilai yang dianggap sebagai kisah nyata, sejarah
terkandung dalam sastra lisan tersebut yang banyak mengalami perubahan
biasanya mempunyai keterkaitan dengan akibat dari berkembang melalui mulut
tradisi yang dianut oleh masyarakat itu ke mulut, dan menceritakan seorang
sendiri. tokoh yang berasal dari zaman tertentu.
Menurut Danandjaja dalam Oleh karena itu dapat
(Saragih, dkk, 2019) sastra lisan adalah disimpulkan bahwa legenda merupakan
bagian dari folklor, dimana folklor cerita rakyat yang dianggap kejadiannya
terdiri dari dua kata yaitu folk dan benar-benar terjadi dan mengandung hal
lore. Folk artinya sekelompok orang gaib/keajaiban atau hal-hal diluar nalar
yang identik dengan pengenal baik fisik, manusia yang berhubungan dengan

Vol. 4, No. 2, Desember 2021 140


Wahyu Ningsih1, Nikita Agustina br Karo 2, Elmi Frida Simarmata3, Jurnal Basataka (JBT)
Yuni Idaulina Sinambela4 Universitas Balikpapan

tradisi yang ada dalam masyarakat itu semakin berkembangnya zaman, sastra
sendiri. Dalam penelitian ini objek lisan semakin memudar akibat dari
utama peneliti yaitu Tungkot Tunggal keterbatasan daya ingat manusia dan
Panaluan yang berasal dari Suku Batak semakin pesatnya perkembangan
Toba yang tepatnya di daerah Tomok, teknologi sehingga menggeser sastra
Kecamatan Simanindo, Kabupaten lisan yang sudah ada sebelumnya.
Samosir Perkembangan teknologi diera
Legenda ini menceritakan tentang globalisasi sekarang ini sudah
seorang dukun yang dikenal dengan memudahkan manusia untuk
sebutan guru Hatimbulan yang memiliki menuangkan karya sastra ke dalam
gelar 'Datu Arak ni Pane', guru bentuk tulisan dan memperkenalkannya
Hatimbulan belum memiliki keturunan, melalui teknologi sehingga sastra lisan
namun pada suatu hari istri nya akhirnya sekarang ini mulai tersingkirkan. Sastra
mengandung, namun saat istri nya lisan yang dulunya berkembang sebelum
mengandung terjadi musim kemarau manusia mengenal tulisan kini banyak
dengan cuaca yang sangat panas didesa yang tidak diketahui karena kurangnya
Sidogor- dogor, namun setelah istri nya kesadaran manusia untuk menjaga dan
melahirkan akhirnya hujan turun didesa melestarikannya. Begitu juga memori
tersebut, istri nya melahirkan anak atau daya ingat manusia juga
kembar, karena mengabaikan nasihat berpengaruh dalam mempertahankan
penatua guru Hatimbulan membawa sastra lisan tersebut.
kedua anak nya bersama dengan seekor Oleh karena itu, peneliti
anjing penjaga ke Pusuk Buhit, disanadia melakukan penjelajahan atau eksplorasi
mendirikan sebuah gubuk untuk kedua suatu sastra lisan seperti legenda yang
anaknya, setelah beberapa waktu, kedua belum banyak diketahui dan
anaknya dan anjing tersebut ditelan oleh diperkenalkan kepada masyarakat luas
sebuah pohon yang bernama pohon piu- untuk menjaga dan melestarikan sastra
piu tanggulon, guru Hatimbulan lisan tersebut. Adapun pengertian dari
akhirnya mencari datu sakti untuk eksplorasi legenda adalah kegiatan
membantunya, namun hal yang sama penjelajahan atau pencarian terhadap
terjadi datu-datu tersebut ditelan oleh suatu legenda yang belum pernah
pohon itu, setelah melakukan segala cara diketahui oleh masyarakat sebelumnya
guru Hatimbulan akhirnya bertemu dan memperkenalkan legenda tersebut
dengan seorang datu sakti, dan meminta kepada masyarakat. Maka peneliti
nya untuk memotong pohon tersebut lalu memperkenalkan legenda ini kepada
mengukir wajah yang tertelan oleh seluruh masyarakat luas dengan cara
pohon tersebut sehingga jadilah sebuah telah diuraikan oleh masyarakat
tongkat yang diberi nama tungkot setempat dan didokumentasikan untuk
tunggal panaluan. mencapai tujuan sebagai bahan ajar
Ketertarikan peneliti untuk bahasa indonesia dalam bentuk bahan
mengeksplorasi Legenda Tungkot cetak (printed), selain itu penelitian ini
Tunggal Panaluan ini karena masyarakat juga akan dipublikasi dalam bentuk
Suku Batak Toba banyak yang belum jurnal.mengeksplorasi legenda tersebut
mengetahui tentang legenda tersebut. sebagai bahan ajar bahasa indonesia.
Sebelumnya legenda tersebut hanya Penelitian ini akan mengkaji bagaimana
diketahui oleh masyarakat yang ada di bentuk dari Legenda Tungkot Tunggal
daerah itu sendiri dan hanya Panaluan sesuai dengan yang
berkembang melalui mulut ke mulut Tujuan dari penelitian ini adalah
dalam bentuk lisan. Selain itu, dengan untuk memahami dan mempublikasikan
fenomena yang terjadi sekarang ini legenda "Tungkot Tunggal Panaluan"

Vol. 4, No. 2, Desember 2021 141


Wahyu Ningsih1, Nikita Agustina br Karo 2, Elmi Frida Simarmata3, Jurnal Basataka (JBT)
Yuni Idaulina Sinambela4 Universitas Balikpapan

berdasarkan uraian masyarakat suku menganalisis kejelasan kualitas dekripsi


batak toba dan untuk penelitiannya dan menganalisis sesuai
mendokumentasikan legenda "Tungkot dengan hasil data yang didapatkan di
Tunggal Panaluan" sebagai bentuk bahan lapangan lokasi penelitian dengan cara
ajar pelajaran bahasan Indonesia. Selain mengamati, mewawancarai dan
itu hasil penelitian pengembangan bahan literatur.Landasan teori yang terdapat
ajar sastra berbasis cerita legenda dalam data yang diteliti sangatlah
"Tungkot Tunggal Panaluan" untuk bersifat empiris. ernyataan yang disusun
meningkatkan pengetahuan dalam sastra secara sistematis dan variable yang kuat
dan kemampuan untuk memahami nilai berdasarkan data dan informasi yang
karakter yang dihasilkan dalam didapatkan dari masyarakat setempat.
penelitian tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2. METODE PENELITIAN Hasil Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah Berdasarkan tujuan dari
dirumuskan dalama penelitian ini, maka penelitian ini, peneliti mengkaji tentang
penulis menggunakan metode deskriptif Legenda “Tungkot Tunggal Panaluan
kualitatif. Penggunaan metode ini dan dijadikan sebagai bahan ajar bahasa
bertujuan untuk membuat deskripsi atau dan sastra Indonesia tingkat SD dan
gambaran secara sistematis, faktual, dan SMP. Legenda Tongkat Tunggal
akurat dengan menggunakan kata-kata Panaluan belum banyak diketahui oleh
atau kalimat yang semuanya sesuai masyarakat luas. Dengan demikian,
dengan kenyataan yang didapatkan peneliti mengangkat legenda Tungkot
dilapangan saat penelitiaan. Metode Tunggal analuan dalam bentuk tulisan
deskriptif berupa kata atau lisan dari maupun lisan serta memperkenalkan
orang-orang yang dapat diamati legenda Tungkot Tunggal Panaluan
perilakunya. Data yang dikumpulkan kepada masyarakat luas khususnya pada
berupa kata, gambar. Angka tidak siswa-siswi maupun masyarakat demi
termasuk didalamnya, hal tersebut menjaga dan melestarikan cerita rakyat
karena peneliti terlibat langsung tersebut. Legenda Tungkot Tunggal
kelapangan untuk mengumpulkan data Panaluan dijadikan sebagai bahan ajar
yang dibutuhkan dalam penelitian. agar lebih mudah diperkenalkan kepada
Secara umum lokasi penelitian ini hanya siswa-siswi dan masyarakat melalui
dilakukan di satu tempat saja, yaitu pembelajaran di sekolah. Selain itu,
didesa sidogor-dogor, angururan, legenda tersebut juga memiliki nilai
Kabupaten Samosir. budaya yang menambah wawasan
Teknik dalam pengumpulan data peserta didik serta masyarakat luas
yang digunakan peneliti adalah teknik tentang keberagaman budaya di
simak. (Mashun, 2007:92) pengumpulan Indonesia.
data diperoleh melalui teknik menyimak
penggunaan bahasa. Menyimak dalam Pembahasan
hal ini berkaitan dengan penggunaan Bentuk Legenda Tungkot Tunggal
bahasa secara lisan dan tertulis. eneliti Panaluan sesuai dengan yang
hanya menyimak ucapan dan yang diuraikan oleh masyarakat Suku
disampaikan oleh subjek yang diteliti Batak Toba
dalam penelitian, dan tidak terlibat Legenda Tungkot Tunggal
secara langsung dalam pertuturan bahasa Panaluan yang berasal dari desa Sidogor-
yang diteliti. Teknik dalam analisis data Dogor merupakan legenda yang
yang digunakan peneliti adalah Analisis diwariskan suku batak toba. Legenda
Data Kualitatif , yang dimana Tungkot Tunggal Panaluan

Vol. 4, No. 2, Desember 2021 142


Wahyu Ningsih1, Nikita Agustina br Karo 2, Elmi Frida Simarmata3, Jurnal Basataka (JBT)
Yuni Idaulina Sinambela4 Universitas Balikpapan

menceritakan kisah seorang guru memanjat pohon tersebut. Sesampainya


hatiabulan (Pendeta) yang bernama Datu di atas dia melihat rambut Si Aji yang
Aruk Ni ane dan istrinya yang gondrong terurai, ternyata Si Aji sudah
bernama Nan Sindak Panaluan. Setelah tertelan pohon tersebut. Si Boru berniat
delapan tahun berumah tangga, mereka menolong namun Si Boru juga ikut
belum diberi keturunan. tertelan. Sampai pada malam hari Datu
Hingga pada suatu hari, mujizat dan istrinya kebingungan mengapa
seakan terjadi di tengah-tengah keluarga kedua anaknya belum juga kembali dan
kecil mereka karena istrinya mereka berniat mencarinya ke dalam
mengandung anak kembar. Datu Aruk hutan. Sesampainya di hutan istri Datu
pun sangat bahagia mendengar kabar Nan Sindak melihat ada rambut yang
dari sang istri dan berjanji setia terurai di sebuah pohon besar, lalu ia
menemani sampai anaknya lahir. Setelah mendapati sebuah selendang yang
istrinya Nan Sindak melahirkan ternyata dikenakan oleh Si Boru saat berangkat
anak kembar mereka satu laki-laki diberi dari rumah. Seketika istri Datu histeris
nama Si Aji Donda Hatahutan dan menangis dan berteriak memanggil nama
satunya perempuan diberi nama Si Boru anaknya. Datu terkejut dan menghampiri
Tapi Na Uasan. Mereka berdua sangat istrinya, lalu istrinya mengatakan bahwa
bersyukur atas anugerah yang Tuhan selendang itu adalah selendang yang
berikan. dipakai oleh Si Boru saat hendak pergi
Setelah mereka bertumbuh bersama Si Aji ke hutan. Seketika juga
dewasa, warga di Desa Sidogor-dogor Datu ikut menangis dan memeluk
memberi nasihat kepada Datu dan istrinya memikirkan nasib mereka.
istrinya bahwa kelahiran kembar Lalu pulanglah mereka berduka
istimewa yang berlainan jenis adalah ke desa untuk mencari pertolongan,
sebuah masalah yang sangat tidak baik mereka mendatangi rumah guru atau
menurut paham orang tua zaman dahulu. dukun di desa Sidogor-dogor, dan
Akan tetapi Datu dan istrinya membawa semua dukun ke hutan.
mengabaikan nasihat warga dan tetap Sesampainya di hutan naiklah dukun
membiarkan anak kembarnya tinggal pertama sambil membaca mantra namun
bersama di dalam satu rumah, tanpa tidak juga kembali, kemudian naik
menyadari Si Aji dan Si Boru sudah dukun kedua tidak juga kembali sampai
bertingkah melebihi batas seorang pada dukun yang terakhir tidak juga
saudara. kembali. Sampai akhirnya Si Aji dan Si
Suatu hari Si Aji dan Si Boru Boru tidak lagi bisa diselamatkan karena
pergi berjalan-jalan ke hutan, setelah ulah perbuatan mereka sendiri yang
beberapa lama duduk di bawah pohon Si diam- diam sudah berzina sampai
Boru melihat sebuah pohon yang mengandung anak dari saudara
memiliki buah dan meminta Si Aji kandungnya sendiri. Si Aji dan Si Boru
mengambilkan buahnya karena ia sangat bersama dukun-dukun yang sudah
ingin memakannya. Si Aji pun mulai tertelan tidak lagi bisa terselamatkan.
memanjat pohon tersebut, namun tiba- Datu dan istrinya menangis
tiba angin sangat kencang dan beberapa menyesali kelalaian mereka yang
kali halilintar menyambar pohon mengabaikan nasihat- nasihat orang tua.
tersebut. Si Boru memanggil dan Lalu pulanglah mereka berdua ke desa
berteriak karena Si Aji masih berada di dan mencari ahli ukir, setelah bertemu
atas pohon tersebut. mereka langsung membawa ahli ukir
Karena Si Boru merasa sudah tersebut ke hutan tempat di mana pohon
terlalu lama Si Aji tidak kembali, yang menelan anaknya dan dukun-dukun
akhirnya Si Boru memutuskan untuk itu berada. Sesampainya di hutan, ahli

Vol. 4, No. 2, Desember 2021 143


Wahyu Ningsih1, Nikita Agustina br Karo 2, Elmi Frida Simarmata3, Jurnal Basataka (JBT)
Yuni Idaulina Sinambela4 Universitas Balikpapan

ukir mencoba menebang pohon tersebut bahan ajar pada mata pelajaran Bahasa
dibantu oleh Datu dan istrinya, setelah dan Sastra Indonesia baik tingkat baik
pohon tersebut tumbang akhirnya ahli tingkat SD maupun SMP .
ukir mengukir pohon tersebut menjadi
sebuah tongkat yang memiliki tujuh Legenda Tungkot Tunggal Panaluan
tingkatan. Pada zaman dahulu di Samosir
Tingkatan pertama adalah Si Aji tepatnya di desa Sidogor-dogor tinggal
Donda Hatahutan, kedua Si Boru Tapi lah sepasang suami istri yang sudah
Na Uasan, ketiga Datu ulo anjang, delapan tahun menikah namun belum
keempat Guru Mangantar orang, kelima dikaruniai seorang anak. Sang suami
Si Sanggar Meoleol, keenam Dari merupakan seorang sibaso atau pendeta
Mangambat, dan pada tingkatan ke tujuh bernama Datu Aruk Ni Pane dan istrinya
Barita Songkar angururan. Di beberapa bernama Nan Sindak Panaluan. Mereka
bagian tongkat terdapat ukiran binatang berdua tidak henti-hentinya berdoa dan
melatah seperti ular. Tongkat tersebut memohon agar segera dikaruniai anak di
diberi nama oleh Datu menjadi Tongkat tengah keluarga kecilnya. Setelah begitu
Tunggal Panaluan yang memiliki lamanya penantian Datu dan istrinya,
kesaktian berbicara dan memanggil suatu hari mereka seperti merasakan
hujan, dan tongkat tersebut juga banyak mujizat yang nyata karena pada akhirnya
digunakan oleh raja-raja batak toba. istri Datu bisa mengandung. Setelah
menanti sembilan bulan lamanya, tibalah
Eksplorasi Legenda Tungkot Tunggal waktunya sang istri melahirkan.
Panaluan sebagai Bahan Ajar Bahasa Datu dan istrinya sangat terkejut
dan Sastra Indonesia karena ternyata istrinya mengandung
Tujuan penelitian Legenda anak kembar namun berbeda jenis
Tungkot Tunggal Panaluan yaitu kelamin, satu perempuan dan satu laki-
mengeksplorasi menjadi bahan ajar laki. Datu sangat mengucap syukur atas
Bahasa dan Sastra Indonesia. Legenda anugerah yang Tuhan limpahkan kepada
Tungkot Tunggal Panaluan dapat keluarga mereka. Sepulang dari
diperkenalkan melalui lisan maupun perawatan selama persalinan, Datu dan
tulisan dalam mata pelajaran bahasa istrinya membawa kedua anaknya
Indonesia tingkat SD dan SMP . kepada pendeta agar mengadakan
Selain menambah wawasan, upacara babtis dan diberi nama. endeta
Legenda Tungkot Tunggal Panaluan lalu membawa Datu dan istrinya ke
juga menambah pengetahuan tentang suatu tempat pembabtisan, dan
sastra lisan maupun cerita rakyat yang mempercikkan air ke wajah anak yang
sangat jarang diangkat sebagai bahan laki-laki serta memberinya nama Si Aji
ajar dan tidak banyak diketahui oleh Donda Hatahutan selanjutnya yang
masyarakat luas. perempuan diberi nama Si Boru Tapi Na
Selain dari pada itu, penelitian Uasan. Setelah upacara pembaptisan
Legenda Tungkot Tunggal Panaluan Datu dan istrinya pulang ke rumah
dipublikasikan dalam bentuk jurnal, mereka dengan hati yang riang karena
sehingga mudah diperkenalkan kepada sudah mendengar tangisan bayi di tengah
masyarakat luas dalam menambah keluarga kecil.
pengetahuan tentang sastra lisan yang Seiring waktu berjalan Si Aji dan
ada namun tidak pernah dipelihara dan Si Boru semakin beranjak dewasa,
dilestarikan. melalui waktu bersama sebagai saudara
Berikut merupakan hasil cerita kembar. ada suatu hari Datu dan istrinya
rakyat Legenda Tungkot Tunggal Nan Sindak dikunjungi oleh orang-orang
Panaluan yang akan digunakan sebagai tua yang ada di desa tersebut, lalu

Vol. 4, No. 2, Desember 2021 144


Wahyu Ningsih1, Nikita Agustina br Karo 2, Elmi Frida Simarmata3, Jurnal Basataka (JBT)
Yuni Idaulina Sinambela4 Universitas Balikpapan

memberi nasihat kepada Datu dan Malam tiba, Datu dan istrinya
istrinya, “Datu, anakmu adalah anak dengan perasaan cemas menunggu
kembar yang berlawanan jenis kepulangan anak mereka. Setelah merasa
kelaminnya, ada baiknya Si Aji dan Si sudah terlalu larut dan tidak ada tanda-
Boru di bedakan tempat tinggalnya” tanda kepulangan akhirnya mereka
ucap salah satu orang tua menasehatinya. menyusul melihat ke hutan.
Lalu Datu menjawab dengan Sesampainya di hutan istri Datu
sedikit kesal, “Mengapa memangnya? menemukan selendang anaknya yang
Mereka itu saudara kembar kandung, dikenakan saat hendak pergi ke hutan
tidak mungkin melakukan hal-hal aneh”. berada tepat di bawah pohon rindang
“Tapi Datu, kelahiran kembar tersebut.
istimewa berlainan jenis adalah satu Nan Sindak melihat ada rambut
masalah yang tidak baik menurut faham yang terurai ke bawah pohon serta
orang tua zaman dahulu,” sambung aliran-aliran darah di batang pohon
orang tua lainnya. tersebut dan menangis histeris
Datu akhirnya hanya memanggil suaminya. Datu
menganggukkan kepalanya namun tidak menghampiri istrinya dan melihat keatas
mengindahkan nasihat yang diberikan pohon sambil berteriak minta tolong.
orang tua itu. Datu pergi ke desa dan memanggil
Tanpa sepengetahuan orang dukun-dukun yang ada di desa tersebut
tuanya, ternyata mereka sudah untuk menolong anak mereka.
melakukan perbuatan menyimpang Ada enam dukun yang terkumpul
saudara sedarah. Diam-diam Si Aji dan dan mereka segera kembali ke hutan,
Si Boru sudah berzina dan membohongi dukun pertama segera memanjat pohon
kedua orang tuanya. ada suatu hari dan ikut tertelan, dukun kedua juga
pergilah mereka berjalan-jalan ke hutan demikian dan sampailah pada dukun
mencari buah segar. Sesampainya di yang terakhir mengerahkan seluruh
hutan Si Boru melihat sebuah pohon kekuatan yang dimilikinya namun tetap
rindang yang masih segar buahnya lalu juga tidak bisa menolong dan ikit
meminta Si Aji mengambilnya karena tertelan. Datu dan istrinya Nan Sindak
sangat ingin memakannya. Si Aji menangis dan meratapi betapa
menuruti karena dia sudah tahu bahwa Si malangnya nasib mereka.
Boru mengandung anaknya. Datu dan istrinya menangis
Tanpa menunggu lama Si Aji menyesali kelalaian mereka yang
memanjat pohon rindang itu, tidak lama mengabaikan nasihat-nasihat orang tua.
kemudian datang angin kencang seperti Lalu pulanglah mereka berdua ke desa
badai diikuti halilintar yang menyambar dan mencari ahli ukir, setelah bertemu
beberapa pohon. Si Boru memanggil- mereka langsung membawa ahli ukir
manggil Si Aji karena ketakutan namun tersebut ke hutan tempat di mana pohon
tidak ada jawaban apapun dari atas yang menelan anaknya dan dukun-dukun
pohon. Akhirnya Si Boru mencoba itu berada. Sesampainya di hutan, ahli
memanjat pohon tersebut dan melihat ukir mencoba menebang pohon tersebut
rambut Si Aji yang gondrong terurai ke dibantu oleh Datu dan istrinya, setelah
bawah, selendang yang dikenakan Si pohon tersebut tumbang akhirnya ahli
Boru juga terbang karena angin yang ukir mengukir pohon tersebut menjadi
masih sangat kencang. Sesampainya sebuah tongkat yang memiliki tujuh
diatas dia terkejut melihat Si Aji tertelan tingkatan.
pohon dan mencoba menolongnya, Tingkatan pertama adalah Si Aji
namun dia juga ikut tertelan pohon Donda Hatahutan, kedua Si Boru Tapi
tersebut. Na Uasan, ketiga Datu Ulo Anjang,

Vol. 4, No. 2, Desember 2021 145


Wahyu Ningsih1, Nikita Agustina br Karo 2, Elmi Frida Simarmata3, Jurnal Basataka (JBT)
Yuni Idaulina Sinambela4 Universitas Balikpapan

keempat Guru Mangantar orang, kelima Bahasa. PT Raja Grafindo


Si Sanggar Meoleol, keenam dari Persada.
Mangambat, dan pada tingkatan ke tujuh Nainggolan, Togar. 2014. Sejarah dan
Barita Songkar angururan. Di beberapa Transformasi Religi. Medan:
bagian tongkat terdapat ukiran binatang Bina Media Perintis
melatah seperti ular. Pieter, Michael. 2008. Tunggal
Setelah tongkat terukir dengan Panaluan Tongkat Mistis Batak.
sempurna Datu memegangnya sambil Medan: Bina Media Perintis.
menyebutnya sebagai Tongkat Tunggal
Panaluan yang memiliki kesaktian
berbicara dan memanggil hujan. Lalu
diserahkanlah tongkat tersebut kepada
petuah atau raja-raja agar tidak disalah
gunakan oleh orang-orang.

4. SIMPULAN
Legenda Tungkot Tunggal
Panaluan merupakan salah satu sastra
lisan cerita rakyat yang diwariskan dari
suku batak toba. Peneliti mengangkat
legenda tersebut menjadi bahan ajar
bahasa dan sastra Indonesia agar dapat
dijaga dan dilestarikan keberadaannnya.
Legenda Tungkot Tunggal Panaluan
juga mengandung nilai budaya Indonesia
yang belum banyak diketahui
masyarakat luas. Oleh sebab itu, peneliti
mengangkat judul Eksplorasi Legenda
Tungkot Tunggal Panaluan agar
mempermudah cara untuk
memperkenalkan sastra lisan tersebut
kepada masyarakat luas, serta peneliti
juga mempublikasikan agar
mempermudah masyarakat dalam
menambah wawasan serta pengetahuan
tentang sastra lisan.

5. DAFTAR PUSTAKA
Badiaraja, Sutan. 1977. Sejarah Batak.
Balige: Batara Sangti.
Danandjaja. 2002. Foklor indonesia,
ilmu gosip, dongeng, dan lain-
lain. Jakarta: PT Pustaka Utama
Grafiti.
Jan, Vansina. 2011. Sastra Lisan sebagai
Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
KBBI. V. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI). Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Mashun. 2007. Metode Penelitian

Vol. 4, No. 2, Desember 2021 146

Anda mungkin juga menyukai