2
Copyright©2021, Cakrawala Indonesia,
ISSN: 2527-5151 (print), ISSN: 2686-6471 (online)
https://jurnal.umsrappang.ac.id/cakrawala/index
Abstrak: Tanuhui, Sastra Lisan Kalimantan Tengah yang Mulai Dilupakan. Tanuhui
merupakan sastra lisan yang berasal kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Tauhui seperti
dongeng dengan modifikasi kearifan lokal. biasanya bercerita tentang suatu kejadian dan lebih pada
khyalan atau fiksi yang memiliki pesan moral, mendidik, dan menghibur. Tanuhui disampaikan
dengan tuturan dan mimik muka serta cara bersikap. Selain untuk memperkenalkan Tanuhui,
penelitian ini juga untuk mengetahui (1) konteks Tanuhui (2) fungsi Tanuhui. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Subjek penelitian ini terdiri dari
empat tanuhui yaitu Hiwit, Amah Rarang Payu, Hi Rareeh andri Hi Parang, Putera Layar Raja
Perdaya. Data diperoleh menggunakan metode observasi dan wawancara dalam bentuk audio, data
dianalisis menggunakan teknik analisis isi. Peneliti memilih adegan dengan dialog hasil terjemahan
dari Bahasa Maanyan yang terdapat dalam teks tanuhui sesuai dengan kategorisasi yang sudah
ditentukan. Hasil penelitian menunjukkan (1) konteks cerita tanuhui dihubungkan dengan kondisi
sosial dan budaya masyarakat setempat, (2) fungsi cerita tanuhui sebagai bahan pendidikan yang
relevan untuk kehidupan bersosialisasi di masa sekarang. tanuhui ini dapat menjadi pembelajaran
bagi pembaca untuk lebih menghargai kehidupan bermasyarakat dan menghargai tradisi serta
budaya.
Abstract: Tanuhui, the Oral Literature of Central Kalimantan that Begins to be Forgotten.
Tanuhui is a type of oral literature that originated in the East Barito of Central Kalimantan. Tanuhui
is a fairy tale infused with local wisdom. Typically tells the story of an event and is more of a fantasy
or fiction with a moral, educational, and entertaining message. Tanuhui is communicated through
speech, facial expressions, and etiquette. In addition to introducing Tanuhui, the purpose of this
research is to determine (1) the background of Tanuhui and (2) the function of Tanuhui. This is a
qualitative study utilizing a descriptive method. This study's subjects included four tanuhui: Hiwit,
Amah Rarang Payu, Hi Rareeh, andri Hi Parang, Putera Layar Raja Perdaya. The data was
gathered by observation and audio interviews, and it was evaluated using content analytic tools.
According to the categorization, the researcher identified scenes in the tanuhui text that had
dialogues translated from the Maanyan language. The findings revealed that (1) the context of the
tanuhui narrative is related to the local community's social and cultural conditions, and (2) the role
of the tanuhui story as instructional material that is relevant for social life in the present. This
tanuhui can teach readers to value social life more and to respect traditions and culture.
55
Indra Permana, Tanuhui, Sastra Lisan Kalimantan ….
56
Cakrawala Indonesia, Nopember 2021, hal 55-61 Volume ke-6, No.2
Copyright©2021, Cakrawala Indonesia,
ISSN: 2527-5151 (print), ISSN: 2686-6471 (online)
https://jurnal.umsrappang.ac.id/cakrawala/index
pendidikan bagi masyarakat setempat dari hasil analisis data yang dilakukan.
(Karakter, n.d.). Nilai-nilai positif khususnya Pendeskripsian dalam analisis fungsi dan
nilai budaya yang terkandung dalam Tanuhui, makna dilakukan dengan mendeskripsikan
terutama bentuk sastra daerah, perlu digali fakta cerita, konteks situasi atau lingkungan
kembali dan dijadikan sumber pengetahuan penceritaan, dan pesan yang terkandung
bagi peserta didik dan masyarakat, terutama dalam Tanuhui.
nilai budaya. Nilai-nilai budaya yang
tersimpan dalam sastra daerah, apabila dikaji HASIL DAN PEMBAHASAN
ulang dan dianalisis banyak memiliki sifat
universal dan dapat berlaku untuk segala Dari Tanuhui yang ditemukan maka
zaman. Kenyataannya, kemajuan teknologi dapat dianalisis fungsi dan makna dari
dan ilmu pengetahuan serta sentuhan- Tanuhui tersebut.
sentuhan kebudayaan asing mengakibatkan
semakin tersisihnya kebudayaan asli daerah, 1.Tanuhui Hiwit
termasuk cerita rakyat. Zaman dahulu diceritakan tentang
keluarga Hiwit. Sepasang Hiwit memiliki
METODE anak yang baru dilahirkan dan mencari
pengasuh untuk anaknya. Setelah berpikir
Pendekatan kualitatif yang berorientasi lama keduanya sepakat mengambil Kawawe
pada teori keragaman dan teori kebudayaan untuk menjaga anaknya. Terlihat dari kutipan
dapat ditinjau dari dua perspektif, sebagai Tanuhui berikut.
berikut.
a. Perspektif perkembangan sejarah yang “Hiwit pana darangan Ba’anak isa.
melihat bahwa keragaman itu muncul karena Eau ineh Hiwit, “Ha’ari kala’awe sa tarueh
aspek-aspek tertentu dari kebudayaan na, hie sa pakai pangempu. Bulu amun na
dianggap belum cukup memperoleh elaborasi. tanan inun sah” Eau ineh Hiwit ma amah
b. Perspekif konseptual yang melihat bahwa Hiwit. Here rueh bagarayang. Nelang ngume
keragaman muncul karena pemecahan na’un, hayu ngalap anak Kawawe pakai jaga
permasalahan konseptual terjadi menurut ia. Bulu tulakah ngalap anak kawawe.”
pandangan yang berbeda-beda. Dalam
memahami kebudayaan kita tidak bisa Masalah muncul ketika anak Kawawe
terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. tidak sengaja menginjak anak Hiwit dengan
Bogdan dan Taylor seperti yang dikutip sepatu pemberian pasangan Hiwit padanya
oleh Meleong (2007: 3), mendefinisikan dan mengundang amarah dari pasangan Hiwit.
metodologi kualitatif sebagai prosedur Terlihat dari kutipan berikut.
penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- “Dami uma makalawah, bulu midi
orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi sapatu here Hiwit paanadarangan ma anak
penelitian kualitatif adalah penelitian yang Kawawe. Ha bulu lawah, hampe erang
menghasilkan kesimpulan data yang andrau, rueh udi nye here midi sapatu neen
menggambarkan secara rinci, bukan bulu, eau anak Kawawe, “akuti sa mansuba
menghasilkan data yang berupa angka-angka. nyapatu.’’ Hang tuhi hanye, iaru la baling-
Penelitian ini menggunakan metode balat la kalahie. Bulu hanye nyapatu ha
deskriptif analisis. Metode ini tanturak mapulak, tanturakturak matuhi,
mendeskripsikan fakta-fakta; disusul dengan tanturak mapulak daya hanye arai nyapatu.
analisis (Ratna, 2007: 53). Dalam penelitian Sadang, wuah rarahni, tinyauni wuah ia nanu
ini, data dideskripsikan untuk menemukan bulu matai ia iru. Puang lawah hawi ineh
unsur-unsurnya. Analisis yang digunakan andri amah Hiwit. Ineh hiwit panadarangan
adalah analisis fungsi dan makna. Selain ru dami ninung, “ari ia sa matei, wuah inun
mendeskripsikan fakta-fakta, penelitian ini sa matei ia ina himat daya nu?!” kata ayah
pun memberikan pemahaman dan penjelasan Hiwit.”
57
Indra Permana, Tanuhui, Sastra Lisan Kalimantan ….
Sepasang hiwit mencari pelaku udut, puting udutru la litar kapit lewu ru, bulu
kematian anaknya tanpa henti dan bertanya la suni la hanye ru.”
kesana-kemari demi mencari pertanggung
jawaban dari berbagai pihak yang terkait. Masalah datang saat Amah Rarang
Berakhir dengan pengakuan Tangkala dan Payu memutuskan untuk berlayar mencari
Wuwu. Terlihat dari kutipan Tanuhui berikut. ikan bersama teman-temannya. Ikan yang
mereka tangkap dan mereka keringkan
“Mun hanyu sangit aku,” eau mendadak hidup kembali karena sesuatu yang
Tangkala, “ha aru pada isa yaru.” nelang bersuara dari dalam air. Ketakutan membuat
nutui. Pada tulak ma Wuwu, ma rahai. Bulu mereka meninggalkan Amah Rarang Payu dan
hampe hanye ma rahai, ma uneng wuwu. Udi kembali ke kampung. Terlihat dari kutipan
here rueh sa kia-kia runien bulu hampe hanye Tanuhui berikut.
hang yaru, “Ha inun naun wuwu? iaku matei
daya Saluang ruirai takut naun, hampe rarah “Eau here “ayu hanyu Amah Rarang
anak Kawawe iaku!” eau amah ayah. Hape Payu muneng, elah kami ngenah!” ayu’uh.
pada puank maharek wuwu, hanrueh-hantelu Dami hampe here uneng ngenah. Bulu hanye,
hanye ngeau, puang maharek sekak irah ni. hi Amah Rarang Payu, ngulah ulahan merang
Bahimat here rueh ngirahni.’’ salayan, dami haut lawah suni’ih, pas penah
andrau sae’tu. Salega ma eau Satua, dami
Fungsi dan Makna maeau:
Fungsi dari Tanuhui yang berjudul Hey aku hanyuamah rarang payu ueiyaki
Hiwit adalah sebagai alat pendidikan dan alat nyubupang mansingtawar ina bangaluat
pemaksa berlakunya norma-norma rarang hanyubatang helang ranuinun bangat
masyarakat dan pengendalian masyarakat. pinang halingkatane ngagang wunrung kude
Keteguhan tokoh hiwit dalam mencari pelaku mudah uni aku lepuh malehsangkin balun
anaknya, para pelaku seolah-olah apatis dilaukuuai mutar lait maleh sangkin ma
dengan mencari aman agar tidak ikut ibarito rayo mutarlait ma tabuyan ulu
bertanggung jawab. Mendidik tentang norma- ranu.Dami ninung hanye galis tanturak
norma yang berlaku dalam masyarakat bukan kenah, ka wadi, pakasem, salai ha ari hanye
mematahkan norma-norma dalam masyarakat ekat manam.”
dengan bersikap apatis.
Amah Rarang payu yang ditinggal
2. Tanuhui Amah Rarang Payu teman-temannya pulang akhirnya
Amah Rarang Payu adalah seorang memutuskan mencari sumber suara dengan
lelaki tampan yang memiliki keluarga dan mengeluarkan ikan kering dan wadi
kehidupan yang bebas tanpa berpikir tentang (fermentasi daging) sebagai pencingan.
status lajang karena baginya menikmati hidup Sesuatu kembali bersuara dan ikan hidup
tanpa terkait apapun adalah bebas. Bahkan kembali bergerak ke arah sungai. Amah
berbagai latar belakang perempuan Rarang Payu berhasil mendapat satu ikan dan
melamarnya tapi selalu ditolak baginya tidak berubah menjadi telur. Sebuah telur
ada yang menarik hati. Terlihat dari kutipan mengubah kehidupan Amah Rarang Payu.
Tanuhui berikut. Terlihat dari kutipan Tanuhui berikut.
“Amah Rarang Payu ru, erang kaulun “Hanye galis itun kenah, hanye
upu sa guntur wuah antane wawei (adat ba’anah mapah kawan hie. Iuhan ni isa
Ma’anyan upu ngantane wawei). Hawi hindra apibuling antelui, “ha ari kununi, aku ti sa
puank hanye narime. Hampe handrueh- mudih. Kenah sika galis ekat antelui na.”
hantelu puank hanye budas hanye narime rina rani hanye bulu tulak, sadang nguka tadi
satiap ulun ngantane hanye. Tukatru la sirat jukung neen palus tulak. Guras taping ma
kaiat tuntun kariwe, inun sa kawan ewung hawa.
58
Cakrawala Indonesia, Nopember 2021, hal 55-61 Volume ke-6, No.2
Copyright©2021, Cakrawala Indonesia,
ISSN: 2527-5151 (print), ISSN: 2686-6471 (online)
https://jurnal.umsrappang.ac.id/cakrawala/index
Here lain ne’en tunti here ineh, amah ni, bulu sa iuh ulun nyama sa Rareeh kude hi
“ha’awe sa hi Amah Rarang Payu” eau here, Parang kaiuh nempat.
“ha’u kami pakarasa kami puank mira “Enai mudi wakuti’’ eau ulun, bulu
jalanan.” Hanang atei here ineh, amah ni, enei…”
kudelah suni. Tulak piyaru, sadang hampe
penah jalanan huan hampe lewu, daya gali Keadaan genting dapat diatasi oleh
gawi hanye negei antelui iru, nelang sa Rareeh karena akalnya. Terlihat dari kutipan
jukung iru santar na ka’eh pangayuh ru pakai Tanuhui berikut.
bajalan. Bung darai antelui, dami dari iru
salenga jari putiri wawei mawinei, bung bulu “Ha ari hang awe sa aku nganak watku
iru jukung jari kapal. Bulu hampe jaman here ti? ha nganak hang iring tayup`’eau ulunni.”
inehni “ha” eau here dami ninung hi Amah “Ha dinung ku naun mandre” eau
Rarang Payu. Dami hampe ha kuar here lain Rareeh.
ru angbairing “ha inun sa luwan hi Amah “Ha ari bulu hang awe aku nganak ha
Rararng Payu bakapal” eau here “bu aru nganak hang kapit tukat.”
wawei mawinei” ha suni. Bulu ariai ulun “Ha amun na anak kapit tukat numa sa
ngaheng pa’adu pauntung babujur.’’ dinungkku mun naun inau amai’’ Bulu pajari
hanye nganak. ‘’Ha ari andrei aku sa nawut
Fungsi dan Makna ma hungei”
Tanuhui Amah Rarang Payu “Ada na tawut aku, ada aku paheei mun
menyinggung warisan budaya tak benda, na tawut aku ti tau matei.’’ Tur tawut ulun iru
seperti lamaran laki-laki ke perempuan yang ma wuang ranu, ‘’ayur-ayur’’ eau Rareeh.
mengalami perubahan oleh penanuhui dan Agitni daya hanye haut hang wuang ranu,
benda warisan budaya, seperti jukung “Aku mudi ma lewuku.”
panyang suei. Kisah Amah Rarang Payu tidak
jauh berbeda dengan Tanuhui Hiwit di mana Fungsi dan Makna
sikap apatis dalam pertemanan hilang saat Tanuhui Rereeh Andri Parang adalah
kondisi terdesak. sebagai alat pendidikan dan norma-norma.
Dua tokoh dalam Tanuhui melanggar norma
3. Tanuhui Rareeh Andri Parang yang berlaku pada masyarakat seperti mencuri
Dua persahabatan dengan perbedaan tapi semua tindakan pasti ada hasil. Keduanya
dapat berdampingan. Rareeh dan Parang diketahui oleh orang dan salah satu yang
berteman lama dan sangat akrab. Terlihat dari paling lambat, Rareeh berhasil di tangkap
kutipan Tanuhui berikut. bahkan harus menguras otak untuk
membebaskan diri. Kepintaran dapat
“Tawuk sadi naan rueh pangahengau, menyelesaikan masalah tapi kepintaran untuk
Rareh andri hi Parang.” bersenang-senang adalah masalah itu sendiri.
Ajakan Parang untuk mencuri lahuyu 4. Tanuhui Putera Layar Raja Perdaya
dan diterima oleh Rareeh. Karena menerima Putera Layar Raja Perdaya adalah
ajakan mencuri masalah terjadi, mereka seorang laki-laki pekerja keras dan memiliki
berdua diketahui oleh pemilik kebun tapi yang seorang istri. Terlihat dari kutipan Tanuhui
berhasil di tangkap hanya Rareeh. Sedangkan berikut.
Parang berhasil pergi. Terlihat dari kutipan
Tanuhui berikut. “Raja Perdaya lepuh balayar bulu
daranganni muneng hang lewu.”
“Ha ada sa kajut mehet dapa, takut
rengei ulun.’’ Eau Parang. ‘Hit hau’ eau Sebuah pesan yang membawa masalah,
Rareeh ‘hit hau’ Putera Layar Raja Perdaya memberi pesan
“Ha ari rasa ulun tareh tununu, sa hit pada istrinya agar tidak memakan madu satu
hau hit hau hindra.’’ sadang ulun hawi. Ha tempayan. Istri yang patuh dan mengiyakan
59
Indra Permana, Tanuhui, Sastra Lisan Kalimantan ….
kata suaminya, Putera Layar Raja Perdaya. nampalus tumet dami ninung bujur libu rueh
Istrinya hamil dan keinginan untuk meminum tajau wani nai. Inehnni ngulah siangan bulu
madu bagi orang hamil masalah besar yang hanye naria kawan turi taruh hang kapitni
harus dilanggar. Putera Layar Raja Perdaya bulu isiang sadang witus sadang inehni matei.
pulang dari berlayar dan menemukan Ha bulu sah amahni uma mitu pada.”
tempayan kosong dan bertanya pada istrinya
lalu istrinya berkata jujur bahwa dia yang Fungsi dan Makna
meminum. Terlihat pada Tanuhui berikut. Tanuhui Putera Layar Raja Perdaya
berusaha menceritakan pentingnya
“Ada hanyu nguta riu wani rueh pendidikan dan hilangnya norma bahkan
tajau.’’ Pitataan sahuan tulak balayar. ‘’Ha dalam hubungan suami-istri. Putera Layar
hiayi puang.’’ Daranganni. Bung sah Raja Perdaya terlihat keras kepala dan tetap
daranganni ngidam ha bulu sa ku’ut tarus riu pada pendirianya hingga memeiliki bukti.
wani bulu pada sadang galis. Lawah hampe Perlu diketahui bahwa semua bukti belum
erang wulan, rueh, telu wulan pas suei wulan tentu bisa membuktikan kebenaran karena
bulu bagena. Udi bagena bulu ia ru sasat kadang kebenaran ada pada pikiran, hati dan
dedeh hampe epat, dime wulan haut nuku tau tindakan.
paner bulu sadang hawi darangani udi
balayar. Dami hawi udi balayar neen, babaya PENUTUP
hampe ha palus nunti ‘’awe sa riu wani ku sa Local wisdom atau kebudayaan
rueh tajau” berwujud berbagai bentuk yang dapat
“Ha ada hanyu sangit lah galis u’ut ku mewakili suatu daerah dan bagaimana
daya aku ngidam ha iri jarini, ia tareh ri.” eau masyarakatnya. Salah satunya adalah Tanuhui
daranganni. yang merupakan khas dari Barito Timur.
“Ha wunu ku eau daranganni upu Kearifan lokal ini berfungsi sebagai hiburan
sangit.” hingga bernilai nasihat bagi masyarakat
setempat. Tanuhui sebagai salah satu karya
Selalu ada solusi yang sebenarnya sastra yang sampai saat ini masih berkembang
memiliki pilihan tapi sulit dilihat ketika mata pada masyarakat Barito Timur. Tanuhui
buta oleh emosi. Istri Putera Layar raja merepresentasikan nilai-nilai budaya yang
Perdaya memebuktikan kejujurannya dengan terkandung dalam masyarakat sehari-hari,
mengorbankan anaknya agar suaminya salah satunya falsafah hidup suku Dayak
percaya. Terlihat pada kutipan Tanuhui Maanyan. Hasil penelitian juga menunjukkan
berikut. bahwa konsep hidup yang dimiliki Suku
Dayak Maanyan. Konsep tersebut
“Ha ada hampe na wunu sa aku, ha digambarkan dalam fungsi dan makna Tahunui
mun kairu tareh munu ha iri ia tarehri.” Ha yang tidak sekadar dongeng pengantar tidur
bulu hanye ngulah siangan, ia ru bulu hanye namun sarat akan pesan moral.
nampandrus, kai napandre ia ru bulu nuwe
baju pama na pupur na inun udi iru na siang.
Huwe ni wuang siang bulu na tampukung ha
bulu iru hanye numet:
“Dudui anakku si patiri wani diang
darai raan namung raan anakku matei jari riu
wani bunsu lumun nuwan janang nuan.’’ tar
petak riu wani ka pe’e bulu baulang hanye
nudui nelang numet. Kanyar sekak hampe
alam wuntung, ewsah kihi iaru yalah ngusik
hanyenai. Amah ni ngeau ada mayu haut,
kude inehnni ngeau, ‘’haut puang kaiuh lagi,
daya haut tapu.’’ Duduini lagi nelang
60
Cakrawala Indonesia, Nopember 2021, hal 55-61 Volume ke-6, No.2
Copyright©2021, Cakrawala Indonesia,
ISSN: 2527-5151 (print), ISSN: 2686-6471 (online)
https://jurnal.umsrappang.ac.id/cakrawala/index
DAFTAR PUSTAKA
61