Anda di halaman 1dari 22

1

RENCANA PENELITIAN

A. Judul Penelitian

“Nilai-Nilai Moral dalam Cerita Rakyat Ne’ Dara Itam Masyarakat Dayak

Kanayatn di Desa Kerek’ng Kabupaten Landak.”

B. Latar Belakang

Sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Apabila kita berbicara

tentang kebudayaan tidak dapat kita melihatnya sebagai sesuatu yang statis

(tidak berubah) tetapi sesuatu yang dinamis senantiasa berubah. Hubungan

antarkebudayaan dengan masyarakat itu sangat erat karena kebudayaan itu

sendiri membuat pandangan antropologi yang merupakan suatu kumpulan

manusia dan masyarakat mengadakan sistem nilai yaitu berupa aturan yang

menentukan suatu benda atau perbuatan lebih tinggi nilainya, lebih

dikehendaki dari yang lain (Semi, 1988:54).

Karya sastra memberikan hiburan dan kenikmatan di samping adanya

tujuan estetik. Demikian juga dengan fiksi atau cerita rakyat sekaan

menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan

kehidupan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiantoro (dalam Khairuddin,

2010:1) mengemukakan realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan

dan kesan yang meyakinkan, tetapi tidak selalu merupakan kenyataan sehari-

hari.

Keberadaan sastra dalam masyarakat penting sekali. Rokhman (2003:5)

menjelaskan efek sastra bagi masyarakat yaitu menusia yang tersentuh sastra
2

akan melihat persoalan yang lebih urut dalam kehidupan karena apa yang

dipahaminnya dari teks-teks atau nilai-nilai yang terkandung dalam karya

sastra merupakan potret kehidupan.

Kearifan lokal merupakan warisan nenek moyang kita dalam tata nilai

kehidupan yang menyatu dalam bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Dalam

perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya

dengan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide,

peralatan, dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola

lingkungan guna mencukupi kebutuhan hidupnya.

Satu diantara kearifan lokal tersebut adalah cerita rakyat. Cerita rakyat

merupakan prosa lama berupa tradisi lisan. Dalam bahasa sehari-hari cerita

rakyat lebih dikenal masyarakat sebagai dongeng. Dongeng ini, hidup dan

berkembang dalam masyarakat tertentu, tetapi tidak pernah diketahui siapa

pengarangnya. Sebagai genre sastra lisan, cerita rakyat memiliki manfaat yang

banyak bagi masyarakat pendukungnya. Di dalamnya terkandung nilai-nilai

pendidikan maupun nilai-nilai moral yang bermanfaat.

Cerita rakyat merupakan suatu cerita fantasi yang kejadian-kejadiaanya

tidak benar-benar terjadi. Cerita rakyat disajikan dengan cara berutur lisan

oleh tukang cerita. Goldman menyatakan bahwa karya sastra yang juga

termasuk sastra lisan, merupakan struktur yang lahir dari proses sejarah yang

terus berlangsung yang hidup dan dihayati masyarakat asal karya sastra itu

lahir (Faruk, 1999:12). Sejalan dengan itu Mattaliji mengemukakan bahwa

sastra lisan mempunyai hubungan erat dengan masyarakat tempat sastra lisan
3

itu berada, baik dalam hubungannya dengan masyarakat di masa lalu, masa

sekarang, maupun masa yang akan dating (Larupa, dkk. 2002:1).

Dalam kehidupan sehari-hari, cerita rakyat sering kali menjadi kisah

yang sangat menarik bagi anak-anak sehingga menjadi senjata paling ampuh

bagi orang tua untuk menidurkan anaknya. Tanpa disadari, sebenarnya cerita

rakyat yang didengar secara tidak langsung akan membentuk sikap dan moral

sang anak. Ajaran atau kandungan moral dalam cerita rakyat, akan membentuk

sang anak manjadi patuh terhadap kedua orang tuanya. Anak-anak akan merasa

takut menjadi durhaka karena teringat hukuman atau balasan yang diterima

sang anak dalam cerita-cerita jika durhaka terhadap orang tuanya. Dengan

demikian cerita rakyat tidak hanya sebagai cerita pengantar tidur akan tetapi

dapat membentuk moral anak-anak.

Dewasa kini budaya lokal yang menjadi ciri khas dan jiwa bangsa

semakin terkikis oleh budaya asing. Hal ini terjadi karena arus globalisasi yang

melibatkan negara-negara di dunia menjadi begitu mudahnya budaya-budaya

asing masuk dan dan berbaur dengan budaya lokal yang secara langsung dapat

mempengaruhi tatanan budaya bangsa. Demikian halnya cerita rakyat seakan-

akan terlupakan dan enggan dikaji.

Di dalam perkembangan zaman dan teknologi sekarang ini,

bertambahnya pengetahuan dan berubahnya gaya hidup masyarakat

berpengaruh pada sastra dunia. Banyak bermunculan sastra-sastra modern

dengan asas kebebasan yang sering kali mengabaikan jati diri bangsa.

Bersamaan itu pula folklore dalam hal ini cerita rakyat semakin ditinggalkan
4

dan dilupakan oleh masyarakat. Cerita rakyat sebagai salah satu hiburan dalam

masyarakat tampaknya tenggelam oleh cerita sinetron dan sejenisnya yang

disuguhkan di televise. Salah satu alasannya karena sinetron lebih nyata

alurnya sehingga mudah dipahami dan dinikmati. Padahal cerita rakyat

merupakan tradisi budaya yang memegang nilai-nilai luhur. Di dalamnya

terdapat ajaran moral yang bermanfaat bagi generasi penerus untuk menjaga

sifat-sifat budaya bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Kebudayaan daerah dalam pembangunannya di sektor kebudayaan

mempunyai peranan yang penting untuk memperkaya kebudayaan nasional.

Cerita rakyat merupakan salah satu aset dalam khasanah kebudayaan nasional

yang menjadi kebanggaan bangsa dengan budayanya yang beraneka ragam.

Alasan peneliti ingin meneliti Nilai-Nilai Moral dalam Cerita Rakyat

Ne’ Dara Itam Masyarakat Dayak Kanayatn di Desa Kerek’ng Kabupaten

Landak dikarenakan oleh beberapa aspek, yaitu;

1. Nilai moral pada cerita rakyat masyarakat Dayak Kanayatn di Desa

Kerek’ng merupakan satu diantar bentuk warisan budaya nenek moyang dan

budaya yang kini menjadi nasional yang memiliki nilai-nilai berharga yang

masih berperan dalam kehidupan masyarakat Dayak Kanayatn desa

Kerek’ng.

2. Pengaruh perkembangan zaman dan teknologi yang semakin hari semakin

pesat bahkan merambah kepelosok desa membuat kontaminasi pola pikir


5

masyarakat sehingga masyarakat lebih suka menerima sesuatu yang instan

dari tayangan televisi.

3. Urbanisasi yang terjadi di masyarakat desa Kerek’ng yang semakin hari

semakin banyak khususnya dikalangan anak muda.

4. Dewasa ini jumlah penutur cerita rakyat di desa Kerek’ng semakin hari,

bulan, bahkan tahun semakin berkurang.

Apabila gejala di atas dibiarkan terus berlangsung terus menerus tidak

menutup kemungkinan sastra lisan di desa Kerek’ng lenyap ditelan zaman. Hal

ini berarti nilai-nilai berharga yang terdapat dalam sastra lisan itupun ikut

lenyap dan tidak dapat dikembangkan serta dimanfaatkan bagi kehidupan

mendatang. Oleh sebab itu, peneliti berkeinginan untuk mengembangkaan serta

melestarikan nilai-nilai yang terdapat pada sastra lisan khusunya cerita rakyat

Ne’ Dara Itam Masyarakat Dayak Kanayatn di Desa Kerek’ng Kabupaten

Landak.

Secara spesifik cerita rakyat masyarakat Dayak Kanayatn di Desa

Kerek’ng, merupakan gambaran jelas tentang masyarakat, yaitu sistem nilai

dan sistem budaya yang ada pada masyarakat sebelumnya yang kini masih

berpengaruh dalam kehidupan masyarakat di Desa Kerek’ng. Di dalamnya

terdapat nilai-nilai yang bermanfaat bagi masyarakat Kerek’ng, yakni cerminan

perilaku dan pandangan hidup yang baik dan patut untuk digali.

Dari uraian di atas semakin kuat mendorong peneliti untuk melakukan

pengkajian secara ilmiah terhadap cerita rakyat masyarakat Dayak Kanayatn di

Desa Kerek’ng, dengan mengungkapkan nilai-nilai moral yang terdapat dalam


6

cerita tersebut sebagai nilai yang bermanfaat bagi masyarakat Dayak Kanayatn

di Desa Kerek’ng. Hasil kajian ini diharapkan dapat meningkatkan rasa

kecintaan kita terhadap budaya lokal sekaligus menjaga sastra daerah dari

kepunahan.

Penelitian ini dapat sinkronkan dengan Kurikulum 2013 edisi revisi

2017 di SMA kelas X semester 2 dengan KI 4: Kompetensi Keterampilan,

yaitu Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi dasarnya 3.8: Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita

rakyat dan cerpen. Indikatornya Menjelaskan nilai-nilai dalam cerita rakyat.

Menjelaskan nilai-nilai dalam cerpen. Menjelaskan penggunaan bahasa dalam

cerita rakyat. Menjelaskan penggunaan bahasa dalam cerpen. Mengidentifikasi

nilai-nilai dalam cerita rakyat. Mengidentifikasi nilai-nilai dalam cerpen.

Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dan cerpen.

C. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, masalah umum

penelitian ini adalah Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Dayak Kanayatn di

Desa Kerek’ng Kabupaten Landak. Adapun khusus masalah yang menarik

untuk dicarikan pemecahannya dan sekaligus menjadi topik serta fokus

penelitian ini dibagi menjadi beberapa submasalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah nilai-nilai yang terkandung pada Kearifan Lokal dalam

Cerita Rakyat Dayak Kanayatn di Desa Kerek’ng Kabupaten Landak?


7

2. Bagaimanakah struktur Cerita Rakyat Dayak Kanayatn di Desa Kerek’ng

Kabupaten Landak?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan umum penelitian ini

adalah untuk mendeskripsikan Kearifan Lokal dalam Cerita Rakyat Dayak

Kanayatn di Desa Kerek’ng Kabupaten Landak. Tujuan umum tersebut dirinci

menjadi tujuan khusus yang dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah Nilai-Nilai Moral dalam Cerita Rakyat Ne’ Dara Itam

Masyarakat Dayak Kanayatn di Desa Kerek’ng Kabupaten Landak?

2. Bagaimanakah Rencana Implementasi Pembelajaran Terhadap Nilai-Nilai

Moral Cerita Rakyat Ne’ Dara Itam Masyarakat Dayak Kanayatn di Desa

Kerek’ng Kabupaten Landak?

E. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para

pembaca pada umumnya. Adapun manfaat penelitian secara khusus dibagi

menjadi dua peninjauan.

1. Manfaat Teoretis

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan

sumbangsih pemahaman utuh tentang nilai-nilai moral yang terkandung di

dalam cerita rakyat Ne’Dara Itam. Nilai-nilai moral tersebut dapat

diimplementasikan pada aktivitas kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Desa

Kerek’ng Kabupaten Landak. Penelitian ini juga memberikan sumbangan

dalam pengembangan ilmu sastra terutama pada pendekatan strukturalisme


8

khususnya yang berkenaan dengan satu diantara unsur ekstrinsik cerita rakyat,

yaitu nilai moral. Melalui hasil penelitian ini juga akan dijadikan bahan acuan

untuk peneliti selanjutnya dengan membahas objek penelitian yang sama.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang dimaksud oleh peneliti yaitu mengenai

hal-hal yang bersifat praktis dalam penerapannya.

1) Penelitian ini akan memberikan penambahan ilmu pengetahuan bagi

masyarakat di Desa Kerek’ng Kabupaten Landak mengenai bagaimana cara

berprilaku dalam hidup bermasyarakat.

2) Melalui penelitian ini, masyarakat dapat memahami nilai-nilai moral yang

terdapat dalam Cerita Rakyat Ne’ Dara Itam.

3) Menurut Rahmanto (1996: 16) manfaat pengajaran sastra dalam dunia

pendidikan meliputi empat tujuan utama yaitu membantu keterampilan

berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan

rasa, menunjang pembentukan watak.

4) Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan Penelitian ini dapat

sinkronkan dengan Kurikulum 2013 edisi revisi 2017 di SMA kelas X

semester 2 dengan KI 4: Kompetensi Keterampilan, yaitu Mengolah,

menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan

mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi

dasarnya 3.8: Membandingkan nilai-nilai dan kebahasaan cerita rakyat dan

cerpen. Indikatornya Menjelaskan nilai-nilai dalam cerita rakyat.


9

Menjelaskan nilai-nilai dalam cerpen. Menjelaskan penggunaan bahasa

dalam cerita rakyat. Menjelaskan penggunaan bahasa dalam cerpen.

Mengidentifikasi nilai-nilai dalam cerita rakyat. Mengidentifikasi nilai-nilai

dalam cerpen. Membandingkan nilai-nilai dalam cerita rakyat dan cerpen.

5) Hasil penelitian ini juga akan memberikan masukan bagi guru Bahasa

Indonesia sebagai satu di antara perbandingan materi kebahasaan dan

bahasa daerah sebagai pelajaran muatan lokal.

6) Penelitian ini akan berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan Cerita

Rakyat Ne’ Dara Itam Masyarakat Dayak Kanayatn di Desa Kerek’ng

Kabupaten Landak.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian terhadap nilai-nilai Cerita Rakyat Ne’ Dara Itam Masyarakat

Dayak Kanayatn di Desa Kerek’ng Kabupaten Landak. Peneliti memilih desa

Kerek’ng yang ada di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak dengan

pertimbangan desa tersebut masih banyak menyimpan cagar budaya seperti

cerita rakyat namun, sayangnya masih belum terekspos dan penceritanyapun

sudah banyak yang meninggal dunia sehingga keberadaan cerita rakyat di desa

kerek’ng tersebut sudah dapat dikatakan hampir punah. Selain itu, kecamatan

Sengah Temila Kabupaten Landak mayoritas masyarakat di Desa tersebut

bersuku Dayak Kanayatn dan masih menggunakan bahasa Dayak Kanayatn.

Berkaitan dengan dengan masalah penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini

adalah sebagai berikut.


10

G. Kajian Pustaka

1. Kearifan Lokal

Kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang

ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Jadi

merujuk pada lokalitas dan komunitas tertentu. Menurut Ngakan (dalam

Akhmar dan Syarifudin, 2007:32) kearifan lokal merupakan tata nilai atau

perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan

tempatnya hidup secara arif. Maka dari itu kearifan lokal tidaklah sama pada

tempat dan waktu yang berbeda dan suku yang berbeda. Perbedaan ini

disebabkan oleh tantangan alam dan kebutuhan hidupnya berbeda-beda,

sehingga pengalamannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

memunculkan berbagai sistem pengetahuan baik yang berhubungan dengan

lingkungan maupun sosial. Sebagai salah satu bentuk perilaku manusia,

kearifan lokal bukanlah suatu hal yang statis melainkan berubah sejalan

dengan waktu, tergantung dari tatanan dan ikatan sosial budaya yang ada di

masyarakat. Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal

adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan

serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam

kehidupan di dalam komunitas ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini

dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi

sekaligus membentuk pola perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam

maupun gaib. Kearifan lokal dapat diartikan juga sebagai etika atau

kepandaian masyarakat dalam menjaga dan merawat alam semesta. Kearifan


11

lokal tidak hanya berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan

dan tingkah laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi yang

memedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks

kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang lebih

jauh.

Adanya gaya hidup yang konsumtif dapat mengikis norma-norma

kearifan lokal di masyarakat. Menghindari hal tersebut maka norma-norma

yang sudah berlaku di suatu masyarakat yang sifatnya turun-tenurun dan

berhubungan erat dengan kelestarian lingkungannya perlu dilestarikan yaitu

kearifan lokal. Pelestarian kearifan lokal yang dilakukan oleh peneliti dalam

pembahasan ini melalui cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan cagar budaya

yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu untuk menjalin hubungan

sosial antarsesama anggota masyarakat. Di dalam cerita rakyat masyarakat

Karek’ng banyak menyimpan tatanan berkehidupan atau nilai-nilai (kearifan

lokal).

2. Nilai moral

Kenny dalam Nurgiyantoro (2012:320) menyatakan bahwa moral

adalah kelakuan yang sesuai ukuran (nilai-nilai) masyarakat yang timbul dari

hati dan bukan paksaan dari luar, yang disertai pula oleh rasa tanggung jawab

atas kelakuan (tindakan) tersebut.Tindakan ini haruslah mendahulukan

kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.Moral merupakan

pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral

juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan, dan kelakuan (akhlak).
12

Moral dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema dalam bentuk yang

sederhana, tetapi tidak semua tema dalam bentuk yang sederhana.Moral

merupakan kemampuan seseorang membedakan antara yang baik dan yang

buruk.

Nilai moral individual adalah nilai moral yang menyangkut

hubungan manusia dengan kehidupan diri pribadi sendiri atau cara

manusiamemperlakukan diri pribadi. Nilai moral tersebut mendasari dan

menjadipanduan hidup manusia yang merupakan arah dan aturan yang

perludilakukan dalam kehidupan pribadinya. Adapun nilai moral individual,

meliputi: kepatuhan, pemberani, rela berkorban, jujur, adil dan bijaksana,

meng-hormati dan menghargai, bekerja keras, menepati janji, tahu Balas

Budi, baik budi pekerti, rendah hati, dan hati-hati dalam bertindak

(Simongkir, 1978:14).

Menurut Widjaja, (1992: 20) bahwa nilai moral sosial menunjukkan

kegunaan sebagai: (1) memberikan pengarahan tingkah laku; (2) memberikan

pedoman tingkah laku; (3) sebagai alat penilai tingkah laku; (4) menunjukkan

sanksi terhadap perbuatan yang dilakukan. Mengingat pentingnya nilai moral

sosial dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anak perlu dibekali pendidikan

moral sejak usia dini agar kelak ketika anak menginjak dewasa dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik. Oleh karena itu, pondasi yang kuat adalah

memberikan pemahaman tentang nilai moral sosial penting diberikan kepada

anak.
13

3. Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah cerita yang hidup ditengah-tengah masyarakat

dan berkembang dari mulut ke mulut. Dalam folklore, cerita rakyat

merupakan bentuk folklor lisan yaitu cerita yang disampaikan secara lisan

oleh pencerita. Wirjosudarmo (Isnan, 2003:11) mengatakan bahwa cerita

pelipur lara adalah cerita yang member hiburan kepada orang yang

mendengarkan dan diungkapkan oleh ahli cerita yang disebut pelipur lara.

1.1. Fungsi cerita rakyat

Fungsi karya sastra adalah membudayakan manusia, tetapi tidak

ssetiap karya sastra memiliki fungsi yang sama. Bertolak dari bentuk-bentuk

karya seni yang ada, karya sastralah yang banyak memilikinilai fungsi cerita

karena dengan menggunakan bahasa sastra dapat lebih banyak dan lebih luas

mengekspresikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Satu diantara bentuk karya sastra adalah cerita rakyat. Cerita rakyat

memiliki fungsi sebagai berikut (1) untuk memperkaya khazanah budaya

yang berbentuk sastra karena kebudayaan nasional diisi oleh aneka ragam

hasil kesusastraan daerah, (2) sebagai sumber ilham pencipta karya sastra

modern yang memperlihatkan keragaman persoalan hidup dan budaya hidup,

(3) sebagai media pendidikan dan hiburan, (4) sebagai alat sosialisasi

antaranggota masyarakat.

Fungsi sastra lisan dapat diartikan sebagi kegunaan sastra

pemakainya. Sastra lisandijadikan sebagai pengekspresian gejolak jiwa dan

renungan tentang kehidupan oleh masyarakat terdahulu atau nenek moyang


14

umat manusia. Sastra lisan juga berfungsi untuk mengukuhkan solidaritas dan

menyegarkan pikiran dan perasaan, seperti anak-anak yang dininabobokan

sebelum tidur, dan pengembangan ajaran agama dan politik dalam cerita

rakyat. Prinsip-prinsip agama dan politik dalam cerita rakyat sehingga

masyarakat menerima kebenaran itu (Atmaaki, 2005:139).

Selanjutnya, Bascon (dalam Sudikin, 1993:109) menyatakan empat

fungsi sastra lisan sebagai berikut: (a) sebagai hiburan, (b) sebagai alat

pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga, (c) sebagai alat

pendidikan anak-anak, dan (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar

norma-norma masyarakat akan dipatuhi anggota kolektifnya.

4. Struktur dalam Cerita Rakyat

Struktur yang terkandung dalam cerita rakyat sama dengan struktur

yang ada pada prosa modern seperti cerpen dan novel. Struktur tersebut

terdiri atas beberapa unsur yang saling berhubungan. Muhardi dan hasanudin

(1992:26) menjelaskan enam unsur yang terpenting dalam karya sastra, yaitu,

(1) penokohan, (2) peristiwa atau alur, (3) latar, (4) sudut pandang, (5) gaya

bahasa, dan (6) tema.

H. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian
15

Metode yang digunakan peneliti dalam memecahkan masalah penelitian

ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif kualitatif adalah

menggambarkan atau melukiskan fenomena (gejala-gejala) atau peristiwa-

peristiwa yang terdapat di dalam penelitian, dalam bentuk kata, kaliamat, dan

ungkapan. Moleong (2012:11) menyatakan bahwa dengan metode deskriptif

kualitatif data-data yang berupa fakta-fakta, gambaran, dan bukan angka-

angka sehingga laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk

memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data-data penelitian ini

tidak dapat dialihkan dengan simbol-simbol yang lain, misalnya bentuk angka,

sehingga data penelitian ini berbentuk narasi.

2. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam peneliti adalah bentuk

kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif melihat sebuah penelitian yang dapat

memperjelas unsur yang disertai data yang telah dikumpulkan berupa ujaran

dan sesuai dengan permasalahan yang dibicarakan oleh peneliti. Bentuk

kualitatif tidak memaparkan bentuk angka perhitungan, melainkan

menampilakn hasil analisis data yang diperolah pada saat penelitian. Peneliti

menggunakan bentuk penelitian kulitatif dikarenakan objek kajian penelitian

yang sesuai dengan data. Menurut Mahsun (2014:257) analisis kualitatif

fokusnya penunjukan makna, deskripsi, penjernihan, dan penempatan data

pada konteksnya masing-masing dan sering kali melukiskannya dalam bentuk

kata-kata dari pada dalam angka-angka. Lebih lanjutnya Mahsun menjelaskan


16

bahwa penelitian kualitatif data yang dianalisis itu bukan data berupa angka-

angka (data kuantitatif) tetapi data berupa kata-kata.

3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian nilai-nilai moral dalam

cerita rakyat Dayak Kanayatn di Desa Kerek’ng Kabupaten Landak adalah

pendekatan Strukturalisme Genetik. Strukturalisme genetik berpandangan

bahwa karya sastra, di samping memiliki unsur otonom tidak bisa terlepas dari

unsur ekstrinsik. Teks sastra sekaligus merepresentasikan kenyataan sejarah

yang menyebabkan munculnya karya sastra.

Strukturalisme genetik memiliki dua kerangka besar, yaitu (1)

hubungan antara makna suatu unsur dengan unsur lainnya dalam suatu karya

sastra yang sama dan (2) hubungan tersebut membentuk suatu jaringan yang

saling mengikat.

4. Data Sumber dan Data

1) Data penelitian

Data dalam penelitian ini adalah tuturan cerita rakyat yang dilisankan

oleh informan di Desa Kere’ng Kabupaten Landak.

2) Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2011:157) sumber data utama

penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data penelitian ini adalah

tuturan lisan masyarakat Melayu Ngabang yang kemudian ditranskripsikan

menjadi bahasa tulis. Mahsun (2014:141) menyatakan sumber informasi dan


17

sekaligus bahasa yang digunakan itu mewakili bahasa kelompok penutur di

daerah pengamatannya masing-masing, maka pemilihan seorang untuk

dijadikan informan sebaiknya memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.

Persyaratan-persyaratan yang dimaksud adalah.

1. Berjenis kelamin pria atau wanita Berusia antara 25-65 tahun (tidak
pikun)
2. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu
serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya
3. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP)
4. Berstatus sosial menengah (tidak rendah dan tidak tinggi) dengan
harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya
5. Pekerjaan bertani atau buruh Memiliki kebanggaan terhadap isolek
6. Dapat berbahasa indonesia; dan
7. Sehat jasmani dan rohani.

Sehat jasmani dan rohani yang dimaksud tidak cacat berbahasa dan

memiliki pendengaran yang tajam untuk menangkap pertanyaan-pertanyaan

dengan tepat; sedangkan rohani maksudnya tidak gila atau pikun.

Berdasarkan kriteria informan di atas dapat peneliti khususkan lagi

menjadi beberapa;

1. Berusia 25-65 tahun (tidak pikun), maksudnya dengan usia 25-65 tahun

dianggap dewasa dan memiliki pemahaman yang utuh tentang cerita rakyat

yang ada di Desa Kere’ng serta bahasa yang dituturkan juga masih jelas

dengan baik terdengar. Sedangkan usia melebihi dari 65 tahun tidak

digunakan sebagai informan karena informasi atau cerita yang diucapkan

sudah tidak bagus sehingga tidak dapat didengar dengan jelas.

2. Orang tua, istri, atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta

jarang atau tidak pernah meninggalkan desanya. Maksudnya, secara rasional

informan tersebut tidak terpengaruh dengan bahasa lain.


18

3. Penutur asli bahasa Dayak Kanayatn, maksudnya informan tersebut benar-

benar menguasai bahasa Dayak kanayatn agar memperoleh data yang

akurat.

4. Orang tersebut bersedia menjadi informan dan bersedia meluangkan

waktunya untuk memberikan informasi tentang data penelitian.

5. Sehat jasmani dan rohani dimaksudnya tidak cacat berbahasa dan memiliki

pendengaran yang tajam untuk menangkap pertanyaan-pertanyaan dengan

tepat, sedangkan rohani maksudnya tidak gila atau pikun.

6. Mobilitas keluar daerah rendah.

I. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1) Teknik Pengumpul Data

Teknik adalah cara melaksanakan metode. Sebagai cara, kejatian teknik

ditentukan adanya oleh alat yang dipakai (Sudaryanto, 1993:9). Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik langsung. Peneliti bertemu

langsung dengan informan untuk mengumpulkan data. Dalam teknik langsung

ini peneliti menggunakan metode cakap dan simak. Metode cakap dan simak

dilakukan peneliti supaya informan lebih asli dalam menuturkan cerita rakyat,

tanpa adanya rekayasa. Mahsun (2007:92) menyatakan “metode simak

merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan

dengan menyimak pengggunaan bahasa”. Metode ini memiliki teknik dasar

yang berwujud teknik sadap. Teknik ini diikuti dengan teknik lanjutan yang

berupa teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, teknik catat,

dan teknik rekam.


19

Beberapa teknik pengumpulan data menurut Mahsun (2007:92).

a. Teknik rekam
Teknik rekam digunakan jika tidak dilakukan pencatatan. Peneliti
dapat melakukan perekaman dimungkinkan terjadi bahasa yang diteliti
sulit untuk diingat oleh peneliti.
b. Teknik simak libat cakap
Teknik simak libat cakap maksudnya peneliti melakukan
penyadapan dengan cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi
dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan. Peneliti terlibat
langsung dalam dialog yang dilakukan oleh peneliti dan penutur.
c. Teknik simak bebas libat cakap
Teknik simak bebas libat cakap maksudnya peneliti hanya berperan
sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh para informannya. Dia tidak
terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.
d. Teknik catat
Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika
menerapkan metode simak dengan teknik libat cakap. Teknik ini untuk
mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya dari
penggunaan bahasa secara tertulis.
Metode simak merupakan metode yang digunakan dengan menyimak

tuturan cerita rakyat agar mudah memperoleh data. Metode cakap dan simak

dilakukan peneliti supaya informan lebih asli dalam menuturkan cerita rakyat

tanpa adanya rekayasa. Teknik ini diikuti dengan teknik rekam, teknik simak

libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung dan

wawancara. Peneliti juga menggunakan komunikasi tidak langsung berupa

daftar pertanyaan yang dijawab oleh informan.

Hal ini dalam konteks percakapan biasa atau tanya jawab. Adapun

tahap-tahap pengumpulan data sebagai berikut.

1. Membuat jadwal wawancara

2. Merekam proses wawancara


20

3. Membuat catatan ketika wawancara

4. Menafsirkan cerita rakyat Ne’ Dara Itam

Setelah data didikumpulkan peneliti mengidentifikasi berdasarkan teori

yang menjadi landasan peneliti kemudian dikelompokkan berdasarkan jenis-

jenisnya.

2) Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data adalah peneliti menggunakan alat-alat yang

mendukung dalam melaksanakan penelitian antara lain:

a. Kertas pencatat

b. Daftar pertanyaan

c. Alat tulis

d. Alat perekam (Kamera, Tape Recorder, Handycam)

J. Teknik Menguji Keabsahan Data

Menguji keabsahan data ini dilakukan peneliti untuk memastikan

kebenaran data yang didapatkan. Pengujian ini dilakukan melalui tiga tahapan

sebagai berikut.

1) Ketekunan Pengamat

Ketekunan pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan

pengambilan data dilapangan hal ini bertujuan agar tidak terjadi kekeliruan dan

ketidaklengkapan data. Ketekunan ini akan membuat peneliti lebih fokus dalam

mencatat data tuturan cerita rakyat dari informan di Desa Kere’ng.

2) Diskusi Teman Sejawat


21

Diskusi teman sejawat ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh

informasi tambahan yang berupa teori maupun referensi belajar. Adapun teman

sejawat dalam membahasa penelitian ini adalah Antonia Weni Iyasena dan

dikarenakan Ia meneliti cerita rakyat Dayak kanayatn.

3) Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2011:330). Berhubungan

dengan hal ini, Denzin (Moleong, 2011:330) membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyidik, dan.teori. Berdasarkan jenis triangulasi tersebut,

peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif

Patton (Moleong, 2011:330).

K. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan peneliti adalah:

1. Mencatat data cerita rakyat berdasarkan hasil rekaman yang didapatkan

pada saat wawancara.

2. Melakukan klasifikasi data cerita rakyat.

3. Menganalisis dan menginterpretasikan nilai-nilai moral yang terdapat

pada cerita rakyat Ne’ Dara Itam.


22

4. Menyimpulkan hasil penelitian cerita rakyat Ne’ Dara Itam berdasarkan

analisis yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai