Anda di halaman 1dari 13

STRUKTUR DAN SIMBOL BUDAYA SUNDA

DALAM DONGENG SAKADANG KUYA JEUNG MONYET


Risnawati
SMP Negeri 4 Subang
Pos-el: risnawatiahmad@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini membahas tentang struktur dan simbol budaya Sunda dalam dongeng Sakadang Kuya
jeung Monyt, untuk menelusuri waktu lahirnya dongng tersebut dan pengaruh latar belakang
budaya penulis terhadap penggunaan simbol-simbol budayanya. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatip yaitu metode yang memecahkan masalah yang aktual, bukan untuk menguji
hipotesis. Untuk menafsirkan makna simbol-simbol budaya yang terdapat dalam dongng,
menggunakan metode hermeneutik. Pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka dan studi
dokumentasi. Simbol yang ditemukan diklasifikasikan dalam tiga wujud kebudayaan, yaitu wujud
konsep/gagasan, wujud aktifitas/tindakan, dan wujud benda. Dari seluruh data penelitian terdapat 198
kata yang menjadi simbol budaya. Dalam wujud konsep/gagasan terdapat 18 kata (9,09%), dalam
wujud aktivitas/tindakan terdapat 24 kata (12,12%), dan dalam wujud benda terdapat 156 kata
(78,78%).
Kata Kunci: Dongng, simbol, budaya

STRUCTURE AND SYMBOLS OF SUNDANESE CULTURE


IN THE FAIRYTALE SAKADANG KUYA JEUNG MONYET

Abstract
This study discusses the structure and symbol of Sundanese culture in the fairytale Monyet
Jeung Sakadang Kuya to search for the fable birth time and the influence of the cultural
background of author to the use of cultural symbols. This study used qualitative descriptive
method that solves real problems, not to test the hypothesis. To interpret the meaning of
cultural symbols contained in the fairytale, the study employed hermeneutic method. The data
collection employed the techniques of literature study and documentation. The symbols found
are classified in three states of culture: concept/idea, activities/actions, and matter. From the
research data, 198 words become cultural symbols. In the form of concept/idea, there are 18
words (9.09%). In the form of activities/actions, there are 24 words (12.12%). Lastly, in the
form of matter, there are 156 words (78,78%).
Keywords: Fairytale, Symbol, and Culture

PENDAHULUAN upaya yang rutin diadakan setiap tahun


Dongeng merupakan media yang yaitu Lomba Ngadongeng yang pesertanya
efektif untuk menanamkan nilai-nilai siswa SD, SMP, dan SMA, dan
dalam suatu lingkungan masyarakat. Di pelaksanaannya berjenjang, mulai tingkat
sekolah-sekolah yang berada di Jawa kabupaten/kota sampai tingkat provinsi.
Barat, dari mulai TK sampai SMA, materi Sampai saat ini, upaya-upaya yang
dongeng diajarkan. Pemerintah, dalam hal dilakukan belum mencapai hasil yang
ini Dinas Pendidikan, berupaya keras agar maksimal. Tradisi mendongeng dari kakek
tradisi mendongeng, yang nantinya akan nenek kepada cucunya, ayah ibu kepada
semakin menghidupkan bahasa Sunda di anak-anaknya, kakak kepada adiknya,
tengah-tengah masyarakat. Salah satu dikalahkan teknologi yang semakin

62
Risnawati: Struktur dan Simbol... | 63

canggih, terutama game-game yang dikumpulkan oleh A.K. Macdougall,


digemari anak-anak. Padahal menurut dongeng-dongeng mithe dan legenda yang
Mulyono (1995, hal. 283) dongeng dari ibu menyebar di lingkungan masyarakat
kepada anaknya merupakan salah satu cara Aborigin kebanyakan menceritakan
seorang ibu mendekatkan tali batin dengan tentang bagaimana cara membuat api, asal
anaknya serta merupakan cara mendidik mula matahari yang menurut kepercayaan
yang sangat efektif. mereka bermula dari cahaya seorang
Pada awal perkembangannya, perempuan, asal mula dunia terbentuk, dsb.
dongeng merupakan sastra lisan hasil Menurut Taum (2011, hal. 9):
kreativitas berpikir kaum intelektual di
lingkungan masyarakat purba atau Sastra lisan itu memiliki makna-
masyarakat niraksara yang belum makna semantic yang diaforik, phora
mengenal tulisan. Tujuannya bukan untuk gerak dia melalui yaitu elemen-
dipamerkan kepada manusia lainnya, tapi elemen sastra lisan itu memiliki
karena mereka terpesona oleh keindahan petunjuk yang tinggi dan memiliki
alam sampai saat-saat yang kecocokan emotif dengan adat suku-
menggembirakan tersebut diabadikan suku yang terumuskan dalam tradisi
dalam sebuah karya seni (Taum, 2011, hal. suku-suku tersebut. Pengalaman
7) . Itu sebabnya, dongeng-dongeng yang estetis itu merupakan sesuatu yang
diceritakan pada jaman masyarakat khas manusiawi, sehingga penelitian
niraksara kebanyakan berkaitan dengan mengenai pengalaman itu dapat
fenomena alam, seperti asal mula berguna untuk mengenal manusia dan
terbentuknya kosmos, asal mula gempa, komunitasnya secara lebih baik dan
asal mula hujan, asal mula halilintar, asal mendalam.
mula matahari, dsb. Itu sebabnya banyak
yang mengatakan dongeng lahir bersamaan Dari ungkapan di atas dapat
dengan lahirnya kehidupan. disimpulkan bahwa sastra lisan itu
Setiap suku bangsa memiliki dongeng memiliki makna-makna yang tersembunyi,
masing-masing, yang meskipun ceritanya yang akan menghubungkan si pembaca
mengenai hal atau sebuah peristiwa yang atau pendengar dengan tradisi atau adat-
sama, tapi bisa saja menggunakan simbol- istiadat suatu kelompok masyarakat yang
simbol yang berbeda, tergantung pada melahirkannya. Hal ini mengandung arti,
kepercayaan masyarakat yang hidup di sastra lisan mengandung artepak (pikiran)
tempat tersebut. Bahkan meski arkeologi budaya yang memiliki simbol-
melakonkan lakon yang sama, tapi variasi simbol tertentu, serta memiliki makna yang
ceritanya bisa sampai berpuluh-puluh atau berkaitan erat dengan kehidupan suatu
beratus-ratus versi, tergantung masyarakat masyarakat. Dan apabila simbol-simbol
atau suku bangsa yang menceritakannya. tersebut digali secara mendalam, diungkap
Dalam dongeng-dongeng purba, selain makna yang tersembunyi dibaliknya, tentu
isinya mengandung hal-hal yang tidak saja akan jadi petunjuk kepada adat-
masuk akal, tetapi juga mengandung istiadat sekumpulan warga masyarakat.
unsur-unsur mistis (magis) berkaitan Dongeng yang termasuk sastra lisan
dengan kepercayaan masyarakatnya. Itu (oral literature), merupakan media untuk
sebabnya setiap suku bangsa memiliki menanam dan mewariskan system budaya
ragam cerita yang kaya dengan nilai (cultural system) dan juga system nilai
kearifan lokal (local wisdom) (value system) dari satu generasi ke
masyarakatnya. Umpamanya dalam buku genarasi berikutnya. Media dongeng sudah
Cassic Australian Folklore yang terbukti merupakan media yang ampuh
64 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

untuk menanamkan system nilai di suatu Dongeng Sakadang Kuya jeung


lingkungan masyarakat, karena ceritanya Monyet (kura-kura dan monyet),
yang dikemas sedemikian rupa sehingga mewakili dua karakter yang sangat
membuat tertarik dan terpesona yang bertolak-belakang. Kura-kura yang lamban
mendengarkannya. dengan monyet yang gesit, kura-kura yang
Dongeng juga dikategorikan cerita polos tapi cerdas dan monyet yang licik.
balara atau milik masyarakat. Hal ini Dua binatang yang sangat kontradiktif
dikarenakan tidak bisa ditelusuri siapa yang dalam cerita digambarkan bersahabat
yang pertama kali menyampaikannya. tapi dalam pergaulannya selalu berusaha
Biasanya sudah ada dalam suatu untuk saling mengakali/menipu.
masyarakat dan diterima oleh semua Tokoh kura-kura dan monyet dipilih
anggotannya merupakan warisan dari menjadi binatang pavorit dalam dongeng-
generasi sebelumnya (Wibisana, 2000, hal. dongeng Sunda tentu saja bukan hanya
207). untuk sekedar hiburan agar disukai anak-
Dongeng binatang (fabel), memiliki anak, tapi mengandung makna-makna
tempat tersendiri dalam khazanah tradisi tertentu dibaliknya. Sebenarnya orang
sastra lisan dan diajarkan di sekolah- Sunda lebih dekat dengan binatang kucing
sekolah di seluruh dunia. Muniroh (2015, atau ayam sebagai binatang peliharaan,
hal. 145) menyatakan bahwa menggunakan dibandingkan dengan kura-kura atau
karya sastra dalam bentuk cerita-cerita monyet. Moriyama (2015, hal. 123)
yang memunculkan nilai-nilai, dapat lebih menyatakan bahwa dongeng Sakadang
kuat memancing partisipasi siswa dalam Kuya jeung Monyet seolah-olah
menganalisis dan memahami nilai-nilai menceritakan orang licik pada akhirnya
yang baik. akan merugi dan boleh ditipu. Hal ini
Setiap bangsa memilik binatang sangat disukai oleh anak-anak, karena
favorit yang berbeda untuk tokoh mereka menyukai cerita yang lucu serta
ceritanya. Biasanya tokoh yang dipilih yang licik tertipu.
merupakan binatang yang akrab dengan Dalam memilih karakter kura-kura
masyarakat dan memiliki karakter yang dan monyet untuk dijadikan media
sesuai dengan nilai moral yang ingin pendidikan di lingkungan masyarakat
disampaikan dalam dongeng tersebut. Sunda, tentu berdasarkan pada alasan-
Umpamanya di daratan Eropa (Belanda, alasan atau pertimbangan si pengarang
Jerman, dan Inggris) ada tokoh Reinard de dongeng ini. Jika melihat pada tokoh
fox yang merupakan karakter rubah atau binatang yang dijadikan karakter dongeng,
serigala. Di Amerika di kalangan warga Sakadang Kuya jeung Monyet
Negro ada Brer Rabbit yang merupakan merupakan karakter asli dari dongeng
karakter kelinci, di kalangan warga Indian Sunda. berbeda dengan dongeng Sang
ada coyote, serigala, burung gagak, dan Kancil yang hidup juga dalam sastra Jawa
laba-laba (Danandjaja, 1984 hal. 86). dan sastra Indonesia, meski kalau melihat
Sekarang semakin banyak karakter catatan C.M. Pleyte dalam buku Pariboga;
binatang yang menjadi tokoh sebuah cerita. Salawe Dongeng-Dongeng Sunda,
Umpamanya karakter Bernard si tokoh dongeng tersebut berasal dari Banten. Hal
beruang, Shaun de sheep si tokoh domba, ini sesuai dengan pendapat Tamsyah
atau panda dalam Kungfu Panda. Di (1996, hal. 122) yang menegaskan bahwa
Indonesia ada sakadang kancil, buaya, dongeng Sakadang Kuya jeung Sakadang
kura-kura dan monyet yang biasa menjadi Monyet bisa jadi merupakan dongeng asli
tokoh sentral dalam dongeng anak-anak. dari masyarakat (orang) Sunda.
Risnawati: Struktur dan Simbol... | 65

Penelitian ini bertujuan untuk diupayakeun semaksimal mungkin untuk


menganalisis struktur carita dongeng menafsirkan simbol-simbol budaya dalam
Sakadang Kuya jeung Monyt, dongeng yang ditemukan, sehingga bisa
mengklasipikasi simbol budaya Sunda memberi gambaran bagaimana pola pikir
dalam tiga wujud kebudayaan, dan dan pola hidup masyarakat Sunda pada
menelusuri perubahan simbol budaya yang waktu lahirnya dongeng ini.
digunakan. Selanjutnya penelitian terfokus pada
dongeng binatang Sakadang Kuya jeung
METODE Monyt yang dijadikan sampel, yaitu
Metode yang digunakan dalam dongeng-dongeng yang pelakunya kura-
penelitian ini ialah metode deskriptif kura dan monyet, dan kedua binatang
kualitatif dan metode hermeneutik. Metode tersebut berlakon bersama.
deskriptip kualitatip untuk mengumpulkan, Dari delapan sumber data berupa buku
mendeskripsikan, dan menganalisis data yang sudah terbit, dongeng yang dijadikan
serta memahami gejala sosial yang sampel diambil dari lima buku yang
berhubungan dengan data, sedangkan didalamnya memuat dongeng Sakadang
metode hermeneutik untuk menafsirkan Kuya jeung Monyt dan mewakili jaman
makna yang terkandung dalam data-data yang berbeda, yaitu (1) buku Pariboga;
tersebut. Dalam prakteknya, kedua metode Salaw Dongng-Dongng Soenda
ini akan bekerja saling melengkapi dalam karangan C.M. Pleyte anu ngamuat
tiga tahapan, yang mencakup 1) deskripsi dongng Si Koenjoek jeung si Koeja
yaitu dari mulai pengumpulan, (1910), (2) buku Gandasari cetakan
pembahasan, sampai pengelompokan data ketiga karangan R. Rg. Sastraatmadja dan
yang bersifat informatif untuk memberi kawan-kawan yang memuat serial
gambaran cakupan penelitian, 2) analisis Sakadang Kuya jeung Monyt (1951),
yaitu menganalisis struktur cerita dan (3) buku Aker Dangse karangan Wahyu
mengklasipikasikan simbol budaya yang Wibisana (1983) yang memuat serial
ditemukan ke dalam tiga wujud dongeng Sakadang Kuya jeung Monyt
kebudayaan, dan 3) intrepresi atau serta banyak mengalami perubahan dari isi
penafsiran terhadap simbol-simbol yang dan judulnya, (4) buku Lima Abad Sastra
ditemukan. Sunda karangan Wahyu Wibisana dan
kawan-kawan (2000) yang memuat dua
HASIL DAN PEMBAHASAN dongeng Sakadang Kuya jeung Monyt,
Data untuk kepentingan penelitian ini dan (5) buku Suling Aing Tulang Maung
diutamakan data-data dari buku-buku karangan Elin Sjamsuri (2012) dan
kumpulan dongeng bahasa Sunda yang merupakan buku yang terbit paling baru.
sudah diterbitkan. Buku-buku yang sudah Setelah dikumpulkan, ada 23 judul
terbit sejak jaman penjajahan Belanda dongeng Sakadang Kuya jeung Monyt
tersebut isinya memuat ratusan dongng yang dijadikan sampel penelitian. Dari 23
yang sudah tersebar di lingkungan judul ini dikelompokkan kembali, yang
masyarakat Sunda, baik yang pelakunya isinya sama meski beda judul, dalam
manusia, binatang, pohon, maupun meringkas dan menganalisis struktur
makhluk gaib. naratifnya digabungkan. Hanya dalam
Tentu saja masih banyak data yang menganalisis simbol-simbol budaya yang
belum terungkap dalam penelitian ini, digunakan dalam dongengnya, tetap
karena beberapa hal. Di antaranya karena dipisahkan, karena banyaknya perubahan-
tidak ditemukan jejak dokumentasinya. perubahan simbol yang digunakan oleh
Meskipun begitu, dalam penelitian ini penulis-penulisnya.
66 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

Padahal isi ceritanya sama. Sedangkan


Struktur Naratif pada buku-buku selanjutnya hanya
Seperti kebanyakan dongeng lainnya, mengikuti pola cerita yang dua ini.
dongeng Sakadang Kuya jeung Monyt Pola yang pertama yaitu pola mimpi
memiliki alur cerita yang sederhana. Pada dalam buku Pariboga. Ketika akan
awalnya, dalam tulisan Pleyte, alurnya menceritakan sebuah peristiwa diawali
begitu kompleks, dengan banyak peristiwa dengan mimpi pelakunya, dalam hal ini
yang saling sambung menyambung. Tetapi sakadang monyet. Umpamanya kunyuk
pelakunya tetap saja berdua. Meski ada (monyet) mimpi memetik buah pining,
pelaku tambahan, tapi tidak diberi porsi mimpi memetik buah nangka, mimpi pergi
yang besar, bahkan kebanyakan hanya ke kebun jahe, dsb. Pola mimpi, biasanya
disebut oleh pelaku utama yaitu kuya dan terdapat dalam cerita pantun dan wawacan.
monyet. Kebanyakan cerita pantun alur ceritanya
Begitupun dengan tma dan watak digerakan oleh mimpi tokoh-tokohnya atau
pelaku, seperti yang sudah baku, tma disebut juga motif. Umpamanya dalam
dongeng biasanya tentang kebenaran yang cerita pantun Bujang Pangalasan, ada
selalu menang melawan kejahatan, atau dua mimpi yang menggerakan cerita.
kecerdasan selalu mengalahkan kelicikan. Begitupun dalam cerita pantun Badak
Karenanya, watak pelaku selalu Pamalang, cerita pantun Gantangan
dipertentangkan secara ekstrim, antara si Wangi, cerita pantun Kembang
jahat dan si baik. Si jahat memiliki watak- Panyarikan, cerita pantun Purnama
watak yang tercela dan si baik memiliki Alam, cerita pantun Ciung Wanara,
watak yang terpuji. Dalam hal ini, si jahat dsb.
diwakili oleh monyet dan si baik diwakili Dengan begitu bisa disimpulkan, pola
oleh kuya. Yang menarik dalam dongeng mimpi ini merupakan pengaruh dari cerita
ini, justru dalam pemilihan pola cerita. pantun. Karena kalau melihat dongeng-
Seperti dalam versi lisannya, pola dongeng yang dituliskan dalam buku
cerita dongeng Sakadang Kuya jeung Bloemlezing (1881) yang yang ditulis oleh
Monyet dalam versi tulisanpun tidak jauh G.J. Grashuis, dongeng-dongengnya belum
berbeda. Ada tiga pola cerita yang tampak memiliki pola cerita karena ditulis dalam
menonjol dalam dongeng ini. Tiga pola ini bentuk yang sangat ringkas dan pendek,
dari dua penulis yang berbeda, yang langsung pada nasihat yang ingin
pertama dalam buku Pariboga karangan disampaikan. bisa jadi, penulisnya belum
C.M. Pleyte (1911) dan yang kedua dalam terlalu akrab dengan tradisi cerita pantun
buku Gandasari cetakan ketiga karangan atau cerita modern seperti cerita pendek.
R. Rg. Sastraatmadja dan kawan-kawan Kalau digambarkan pola yang pertama
(1951), dan yang ketiga dalam buku Aker seperti di bawah ini:
Dangse karangan Wahyu Wibisana (1983).

Mimpi berkelana tertipu

Pola yang kedua yaitu pola nyampeur bisa jadi disebabkan oleh semakin
mulai ditemukan dalam buku Gandasari. menurunnya tradisi cerita pantun dalam
Yang dimaksud nyampeur di sini, kehidupan masyarakat Sunda, sedangkan
sakadang monyet datang ke tempat bentuk-bentuk cerita modern seperti cerita
sakadang kuya dan mengajak pergi untuk pendek mulai masuk dan digemari.
melakukan sesuatu. Perubahan pola ini
Risnawati: Struktur dan Simbol... | 67

Selain itu, pola ini bisa dikaitkan teman dijemput ke rumahnya lalu diajak
dengan kebiasaan orang Sunda yang tidak pergi. Sipat berkelompok orang Sunda
suka bermain sendiri tetapi selalu sudah tertanam sejak dulu. Itu sebabnya
berkumpul bersama teman-temannya. kebersamaan dan gotong-royong antar
Ketika akan pergi ke suatu tempat sesama selalu tampak menonjol.
(misalnya pergi ke sungai, ke masjid, dsb) Meski terjadi perubahan pola cerita,
atau sebuah acara (misalnya ke pengajian, tapi akhir dari setiap cerita selalu ditutup
ke acara tahlilan, dsb), atau juga hendak dengan tertipunya sakadang monyet oleh
melakukan sesuatu (misalnya main bola, sakadang kuya. Bila digambarkan pola
main layangan, ngaronda/siskamling, dsb), yang kedua ini seperti berikut:
selalu mengajak teman. Biasanya sang

Menjemput Melaksanakan tertipu


(nyampeur) maksud

Pola yang ketiga merupakan nyampeur. Kemungkinan besar hal ini


campuran dari pola mimpi dan pola merupakan pengaruh dari kedua pola di
nyampeur. Dalam menuliskan ceritanya, atas yang ditulis lebih dahulu. Apabila
Wahyu Wibisana kadang menggunakan digambarkan pola yang ketiga ini seperti di
pola mimpi kadang menggunakan pola bawah:

Mimpi

Berkelana / tertipu
melaksanakan
Menjemput maksud
(nyampeur)

Simbol Budaya Sunda mengikuti pola kerja teori mazhab


Istilah-istilah yang menjadi simbol Finlandia, yang mencakup tiga tahapan,
budaya dalam konteks dongeng Sakadang yaitu 1) tradisi, 2) transmisi/migrasi, dan 3)
Kuya jeung Monyet dikelompokkan transformasi (Taum, 2011, hal. 84).
dalam tiga wujud kebudayaan menurut
Koenjtaraningrat (2009, hal. 150, yaitu 1) 1. Tradisi (Penurunan/penciptaan)
wujud konsep atau gagasan, 2) wujud Tradisi mendongeng, bukan hanya
aktivitas atau tindakan, dan 3) wujud milik orang Sunda, tapi milik seluruh
benda-benda hasil karya manusia. Setelah bangsa di dunia. Itu sebabnya setiap
dikelompokkan, wujud kebudayaan bangsa memiliki dongeng-dongeng
tersebut sebagian besar dalam bentuk tersendiri yang erat kaitannya dengan pola
benda-benda hasil karya masyarakat Sunda kehidupan dan kepercayaan
dan menjadi ciri khas kelompok masayarakatnya. Dengan adanya tradisi ini
masyarakatnya. dimulainya penurunan atau penciptaan
Untuk menafsirkan simbol-simbol dongeng oleh kaom intelektual di suatu
budaya Sunda yang terdapat dalam lingkungan masyarakat.
dongeng Sakadang Kuya jeung Monyt
68 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

Seperti sudah dibahas di atas, dongeng dongeng Sunda dan menjadi begitu
binatang (fabel), dimiliki oleh hampir populer. Orang Sunda memang senang
semua bangsa, dan masing-masing menjadikan binatang sebagai tokoh dalam
memiliki binatang favoritnya. Pada abad II dongengnya. Kancil, buaya, harimau,
SM, pada suatu stupa di Barhut Allahabad serigala, bahkan dalam dongeng Sang
India diukirkan adegan-adegan dongeng Kuriang ada dua binatang yang memegang
binatang yang berasal dari cerita agama peran sentral yaitu babi dan anjing.
Budha yang terkenal sebagai jatakas Pemilihan tokoh binatang dalam dongeng
(Danandjaja, 1984, hal. 92). bisa jadi dimaksudkan untuk memperhalus
Selanjutnya Danandjaja juga sindiran-sindiran terhadap orang yang
menjelaskan bahwa dongeng-dongeng memiliki karakter seperti binatang
yang bersumber jatakas adalah tersebut, sehingga tidak menyinggung
Pancatantra yang ditulis sekitar tahun 300 perasaannya.
sesudah Masehi dan dongeng binatang Kura-kura dan monyet, merupakan
(Fable) dari Aesop yang berasal dari India, hewan liar yang tinggal di hutan. Kura-
melalui Afrika masuk ke Eropa dan dari kura hidup di air dan tak bisa jauh dari
Eropa menyebar ke Asia Tenggara. sungai, sedangkan monyet tinggal di hutan
Begitu banyak dongeng binatang yang dan pandai mamanjat pohon. Menurut
tersebar di lingkungan masyarakat Sunda, keterangan id.wikipedia.org/wiki/kura-
tetapi bisa dibilang hanya dongeng kura, kura-kura termasuk binatang yang
Sakadang Kuya dan Monyt yang asli panjang umurnya serta bisa hidup sampai
dari Sunda. Di Filipina terdapat dongeng ratusan tahun. Kalau melihat karkaternya
kera, tapi tidak bersama-sama dengan dalam cerita, akan mengingatkan kita pada
kura-kura (kuya) seperti yang terdapat tokoh dongeng Sunda yang tak kalah
dalam dongeng Sunda. Dalam papulernya, yaitu Si Kabayan. Kura-kura
penelitiannya Pleyte menyatakan bahwa digambarkan memiliki karakter lamban
dongeng Si Kunyuk jeung Si Kuya tapi memiliki otak yang cemerlang. Sama
berasal dari Garut. seperti Si Kabayan yang malas, sukanya
Kalau melihat setting cerita yang tidur, lamban, tapi pinter.
kebanyakan mengambil tempat di hutan Kapan kura-kura dekat dengan
dan di huma (ladang yang biasanya di kehidupan masyarakat Sunda, perlu
pinggir hutan), pengambilan karakter dipertanyakan lagi. Dalam naskah-naskah
monyet mungkin diciptakan oleh peladang- lama, binatang kura-kura jarang disebut.
peladang yang kebunnya suka diganggu Begitupun dalam Cerita Pantun yang
oleh kenekalan binatang ini. Itu sebabnya merupakan karya asli dari Sunda, binatang
diberi watak yang nakal, jahil, licik, dan ini bukan binatang yang difavoritkan.
serakah. Mungkin karena didasari dendam Tetapi dalam tradisi agama Hindu yang
karena kelakuan si monyet yang suka pernah menjadi agamanya orang Sunda
merusak ladangnya. Lalu untuk melawan sebelum Islam datang, kura-kura
karakter yang agresif seperti monyet, merupakan binatang suci. karenanya,
diambillah binatang kura-kura (kuya) yang binatang ini sering dipelihara di kolam-
memiliki karakter sangat berlawanan kolam yang ada di kuil-kuil atau tempat
dengan monyet. Mungkin ini untuk suci lainnya. Malahan lukisan kura-kura
memuaskan dendamnya, dengan banyak muncul dalam relief-relief candi
mengalahkan monyet yang begitu gesit atau makam agama Hindu.
oleh kura-kura yang superlamban. Dalam mitologi Hindu, dunia ini
Tentu bukan hanya kebetulan bila disangga oleh empat ekor kura-kura
kedua binatang ini dijadikan tokoh dalam raksasa. Begitupun dalam cerita kuno
Risnawati: Struktur dan Simbol... | 69

Adiparwa diceritakan bahwa kura-kura dari gangguan raksasa yang jahat. Dalam
raksasa memiliki peran menyangga gunung akhir kisahnya, Hanoman bertapa di
yang diputar-putar olehnya untuk gunung dan selalu berdoa untuk
mengaduk-aduk laut mencari tirta keselamatan dunia.
amerta/air kehidupan (id. Selain itu, dalam cerita pantun Ciung
Wikipedia.org/wiki/kura-kura). Karenanya, Wanara, tokoh utamanya diberi nama
kura-kura merupakan hewan yang akrab Ciung Wanara karena Aki Balangantran
dengan masyarakat beragama Hindu dan melihat burung ciung dan monyet. Kedua
memiliki peran tersendiri dalam binatang ini, seperti yang dijelaskan oleh
kepercayaannya. Jadi, pemilhan hewan ini Sumardjo (2013, hal. 253) dalam agama
menjadi tokoh dongeng kemungkinan Budha merupakan dua binatang yang
merupakan pengaruh dari agama Hindu dianggap mewakili dunia atas tempatnya
yang menganggapnya sebagai salasatu para dewa. Itu sebabnya gambar dua
hewan suci. binatang tersebut dilukiskan dalam
Monyet dalam mitologi agama Budha gugunungan wayang pada bagian paling
merupakan satu tokoh sakti serta mengabdi atas. Gugunungan dalam pertunjukan
pada Biksu, seperti yang diceritakan dalam wayang merupakan peralatan dalang yang
kisah Sun Go Kong. Anak-anak sangat biasa ditancapkan, memiliki fungsi penting
menyukai tokoh ini, karena selain sakti untuk membuka dan menutup pertunjukan,
juga lucu. Begitupun dalam kepercayaan juga merupaka isyarat bila menunda cerita.
Hindu, dalam cerita-cerita Hindu seperti Baik kura-kura maupun monyet,
dalam wiracarita Ramayana, ada tokoh dalam agama Hindu sangat dekat dengan
monyet sakti yang bernama Hanoman. gunung. Kura-kura menyangga gunung
Tokoh inilah yang menolong Dewi Sinta untuk mngocok lautan mencari tirta
saat diculik oleh Rahwana, dan membantu amerta, Hanoman bertapa di gunung untuk
Sri Rama waktu perang melawan mendoakan keselamatan umat manusia di
Rahwana. dunia, dan gambarnyapun dilukis dalam
Hanoman merupakan putra Anjani, gugunungan pada bagian paling atas. Latar
wanara perempuan, saudara Subali dan dalam dongeng Sakadang Kuya jeung
Sugriwa. Anjani tadinya seorang bidadari Monyet juga hutan di pegunungan.
yang bernama Punjikastala. Karena kena Berdasarkan fakta-fakta ini bisa
kutukan, wajahnya berubah menjadi disimpulkan bahwa pemilihan tokoh kura-
wanara (monyet). Kutukan ini bakal hilang kura dan monyet dalam dongeng ini
bila dia melahirkan anak laki-laki. Anjani merupakan pengaruh dari kepercayaan
menikah dengan Kesari, wanara yang agama Hindu yang pernah dianut oleh
gagah perkasa. masyarakat Sunda.
Bersama Kesari, Anjani bertapa
kepada Dewa Siwa agar rela menjelma 2) Transmisi (Penyebaran)
menjadi putranya. Karena merasa kasihan, Dongeng dalam kehidupan
Dewa Siwapun mengabulkan masyarakat Sunda pernah mendapat tempat
permintaannya dan turun ke dunia menjadi tersendiri dan menjadi sarana hiburan yang
Hanoman. Itu sebabnya Hanoman menjadi amat digemari. Di radio-radio, sebelum era
salasatu dewa yang disembah dalam agama televisi tiba, acara mendongeng merupakan
Hindu. Di India, banyak kuil hanoman acara favorit yang sangat ditunggu-tunggu.
didirikan. Gambar Hanoman biasanya Juru dongeng di radio menjadi selebritis
berdampingan dengan gambar Awatara serta banyak penggemarnya. Setiap sore,
Wisnu. Menurut kepercayaan agama saat magrib menjelang, masyarakat yang
Hindu, di sekitar kuil Hanoman terbebas tinggal di pedesaan, baik tua maupun muda
70 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

baik laki-laki maupun perempuan, menarik, terutama legenda yang ada di


berkumpul di tengah rumah yang memiliki sekitar kampungnya.
radio, untuk menyimak dongeng yang Dan cara penyebaran seperti ini bukan
diberi label Dongng Enteng Pasosor. hanya hidup di Garut, tapi juga di daerah-
Tidak bisa dipungkiri, dongng yang daerah lain di Jawa Barat. Misalnya yang
ditayangkan di radio merupakan cara dialami penulis ketika kecil di daerah
penyebaran yang paling efektif dan luas Jampangkulon Sukabumi Selatan. Setiap
jangkauannya sehingga punya andil besar malam sehabis solat Isya, ayah atau ibu
dalam tumbuh kembangnya bahasa Sunda selalu mendongeng untuk kami, sembilan
kala itu. bersaudara. Biasanya dongeng Si
Jauh sebelum radio ditemukan, tradisi Kabayan, Kancil dan Buaya, atau
mendongeng di rumah-rumah yang Sakadang Kuya jeung Monyt. Bukan
disampaikan oleh nenek atau kakek kepada hanya saya dan adik-adik yang masih kecil
cucunya, oleh ibu atau bapak kepada saja yang suka dengan dongeng-dongeng
anaknya begitu semarak dan hidup. beliau, tapi kakak-kakak yang lebih tuapun
Sayangnya, saat sarana hiburan semakin menyukainya. Nilai-nilai moral yang saya
banyak dan mudah diakses, tradisi dengar waktu kecil lewat dongeng, masih
mendongeng seperti perlahan-lahan mulai tertanam hingga kini.
terlupakan. Efek sampingnya tentu saja Begitulah pada awalnya cara
semakin mengurangi jumlah dongeng yang penyebaran dongeng di lingkungan
disampaikan, karena semakin hilang. masyarakat Sunda, dan kini penyebarannya
Padahal, dongeng memiliki peranan dibantu oleh buku-buku atau perangkat
penting dalam menyampaikan pendidikan modern seperti televisi dan internet.
moral dari satu generasi ke generasi Kalau Pleyte menyatakan bahwa
berikutnya. Menurut Ardini (2012, hal. 45) dongeng Sakadang Kuya jeung Monyet
dongeng merupakan sarana untuk berasal dari Garut, kemungkinan besar
mengoptimalkan perkembangan moral penyebarannya dimulai di wilayah
anak melalui dunia imajinasi. Priangan Wetan (Priangan Timur), lalu
Dalam wawancara dengan Dr. Dedi menyebar ke Priangan Kulon (Barat) dank
Koswara, M. Hum, dosen UPI Bandung, e wilayah Pantura. Dan sekarang, dongeng
beliau bercerita bagaimana mengenal Sakadang Kuya jeung Monyet terus
dongeng saat kecilnya di Garut. Beliau diturunkan dari generasi ke generasi, baik
memiliki kakek, yang sangat dekat dengan melalui tradisi mendongeng di rumah
cucu-cucunya, termasuk beliau. Rumah maupun melalui lembaga pendidikan.
kakeknya terletak di dataran lebih tinggi boleh dibilang, seluruh anak Sunda, meski
dan dekat dengan mushola. Jadi setiap sore kesehariannya berbicara dalam bahasa
beliau bersama cucu-cucu yang lain pergi Indonesia, mengenal dongeng ini.
ke mushola kakeknya untuk solat
berjamaah. Pulangnya tidak ke rumah 3) Transformasi
masing-masing, tapi semua pulang ke Dongeng yang pada awalnya
rumah kakeknya. merupakan sastra lisan (oral literature)
Di rumah kakeknya sudah disiapkan dalam bentuk folklore, penyebarannya
penganan khas tradisonal Sunda seperti secara lisan disampaikan dari omongan ke
urap singkong, ubi kukus, pisang kukus, omongan, dturunkan dari generasi ke
dsb. Kakeknya berbaring menyamping generasi. Dalam proses ini tentu saja
setengah badan, dan cucu-cucu mengalami berbagai perubahan, meski inti
mengelilinginya. Mulailah sang kakek ceritanya tetap sama, tergatung kepada
mendongeng tentang berbagai cerita yang siapa yang menyampaikannya, untuk
Risnawati: Struktur dan Simbol... | 71

tujuan apa, dan dalam situasi yang mencolok. Setiap pengarang memberi
bagaimana. judul yang berbeda-beda meski mirip. Bisa
Ketika bentuk lisan ini ditransformasi disimpulkan bahwa sumber poko (babon)
ke dalam bentuk tulisan, proses ini juga dari dongeng tersebut adalah yang terdapat
mengakibatkan banyaknya perubahan, baik dalam buku Pariboga, tapi terus dipoles
pengurangan maupun penambahan pada dengan kreasi baru dalam Gandasari yang
bagian-bagian tertentu, tergantung kepada selanjutnya dari Gandasari inilah yang
siapa yang menuliskannya. dijadikan rujukan penulisan berikutnya.
Dalam buku Pariboga; Salaw Bahkan yang tersebar secara lisanpun tidak
Dongng-Dongng Soenda, yang menjadi merujuk pada buku Pariboga tapi pada
tokoh ceritanya bukan monyet, tapi Gandasari.
kunyuk, masih sejenis monyet tapi Perubahan penamaan tokoh si kunyuk
ukurannya lebih kecil dan lebih agresif. menjadi monyet, tentu karena berbagai
Binatang ini menjadi simbol manusia yang alasan. Dalam buku Bloemlezing karangan
memilik watak licik, ingin menang sendiri, G.J. Grashuis (1881), ada beberapa
kikir, dan suka jahil. dongeng yang tokohnya monyet tapi belum
Dongeng ini termasuk panjang, dan berpasangan dengan kura-kura (kuya).
mencakup beberapa peristiwa. Dimulai Baru dalam buku Pariboga, ada tokoh
dari si kunyuk bertemu dengan kuya, terus kunyuk (monyet) yang berpasangan
menjalin persahabatan, selanjutnya dengan kuya. Selanjutnya dongeng
melakukan banyak hal berdua seperti tersebut didaur ulang dalam buku
menanam pisang, memetik buah nangka, Gandasari dengan perubahan nama tokoh
memetik buah pining, mencuri cab, menjadi monyet.
menabuh goong, sampai berpisah kembali Transformasi penamaan tokoh ini,
karena si kunyuk marak ketika sering tentu saja dipengaruhi oleh latar belakang
tertipu oleh si kuya. Satu dongeng tapi di budaya masyarakat tempat dongeng
dalamnya memuat banyak peristiwa. tersebut hidup atau latar belakang
Berubahnya simbol kunyuk menjadi pengarangnya. Dalam kamus, kunyuk
monyet, ditemukan dalam buku Gandasari sama monyet itu memiliki arti yang sama,
cetakan ketiga. Dalam Gandasari cetakan tapi penggunaan di masyarakat memiliki
pertama dan kedua tidak ada dongeng makna yang berbeda. Kalau memaki orang
Sakadang Kuya jeung Monyt. menggunakan nama binatang tersebut, kata
Perubahan-perubahan banyak terjadi disini. kunyuk dimaknai lebih kasar daripada
Selain kunyuk menjadi monyet, monyet. Kunyuk dianggap lebih nakal
ceritanyapun dipenggal-penggal setiap dibanding monyet.
peristiwanya dan diberi judul tersendiri. Kalau Pleyte mengatakan bahwa
Peristiwanya tidak ada yang berubah, dongeng ini berasal dari Garut, bisa jadi
hanya dipisah-pisah menjadi dongeng yang penamaan ini berkaitan erat dengan
pendek-pendek. Jadi, bentuk kebiasaan orang Priangan, termasuk Garut,
dongengnyapun mengalami transformasi. menyebut binatang monyet dengan nama
Selanjutnya dalam buku-buku yang kunyuk. Hal ini diperkuat oleh hasil
terbit belakangan, penulisan dongeng wawancara dengan tokoh sastrawan,
Sakadang Kuya jeung Monyet sama budayawan, sekaligus ajengan asal Garut,
dengan bentuk yang dtulis dalam H. Usep Romli H.M. yang menyatakan
Gandasari, merupakan serial dan setiap bahwa orang Garut sejak dulu sudah
serial diberi judul sesuai peristiwa terbiasa menyebut monyet dengan nama
didalamnya. Perubahan-perubahan kunyuk. Untuk anak yang nakal biasa
pemberian judul juga terlihat sangat dimaki kunyuk, kalau orang yang lebih tua
72 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

yang nakalnya, biasa dinamai kunyuk nama kunyuk dalam dongeng tersebut
rawun. dirubah menjadi monyet. Baik kunyuk
Dalam naskah lama Sanghyang Siksa maupun monyet merupakan simbol
Kandang Karesian (1518 M), nama manusia Sunda yang memiliki sifat licik,
binatang kunyuk tidak ada sama sekali, serakah, dan ingin menang sendiri,
tetapi nama monyet beberapa kali sedangkan kuya (kura-kura) menjadi
disebutkan. Artinya, orang Sunda lama sombol manusia Sunda yang biar lambat
memberi nama binatang tersebut monyet, asal selamat. Meskipun lamban dan
bukan kunyuk. Hal ini menunjukkan, dianggap tidak berdaya, tetapi selalu
bahwa penamaan kunyuk dipengaruhi oleh menggunakan akal untuk menghadapi
basa dialek Garut, dan Pleyte menuliskan kelicikan lawannya. Dengan menggunakan
dongeng tersebut apa adanya sesuai simbol kuya, seakan-akan ingin
dengan yang tersebar di lingkungan menunjukkan bahwa menggunakan akal itu
masyarakatnya. sangat penting, dan dapat menyelamatkan
Tetapi R. Rg. Sastraatmadja yang diri dari kejahatan orang lain.
tinggal di Bandung dalam lingkungan Perubahan simbol lainnya sangat
bangsawan (melihat gelar Raden yang banyak ditemukan. Untuk lebih jelasnya
dipakainya), tentu lebih mengenal sebutan lihat tabel di bawah:
monyet daripada kunyuk. Itu sebabnya

Table 1. Daftar Simbol yang Mengalami Perubahan (Transformasi)

Suling
Lima Abad
Aker Aing
Pariboga Gandasari Sastra
No Daptar simbol Dangs Tulang
(1911) 1950) Sunda
(1983) Maung
(2000)
(2012)
1. Monyt Kunyuk Monyt Monyt Monyt Monyt
2. Kuya Kuya Kuya/penyu Kuya Kuya Kuya
3. Karung Karung Koja Koja Koja -
4. Jah Jah Cab Cab Cab Jah
5. Tihang tepas Tihang tepas Ranggap Kurung Kurung Ranggap
6. Patani Bapa Tani Aki Pangebon Bapa Tani Pa Tani Tukang
Tani
6. Pasar Pasar Pasar Warung - -
7. Leuweung Leuweung leuwi Leuwi Leuwi Cai
8. Tangkal kiara Tangkal kai Tangkal Tangkal Tangkal loa Tangkal
Kai kiara baok kai
8. Goong Goong bapa Goong Batara Goong Goong -
tani Guru Batara Guru Batara
Guru
9. Nyiruan Nyiruan Tiwuan Tiwuan ngang -
10. Kasur Kasur Bapa - Pajuaran - -
Tani dwa
11. Nu ngaraut/ Rinyuh Caladi Caladi Caladi Caladi
noktrokan suling
12. Nu masieup Keuyeup Sireupeun Sireupeun sireupeun Sireupeun
suling

Tentu saja hal ini dipengaruhi oleh menuliskan dongeng ini, tetapi lebih
latar belakang budaya penulisnya. Pleyte banyak menggunakan simbol-simbol yang
sebagai orang Eropa, meski lebih dulu dianggap produk modern dalam
Risnawati: Struktur dan Simbol... | 73

kebudayaan Sunda. Misalnya jahe. Sebagai pelakunya dua binatang ini berpasangan.
orang Eropah, Pleyte tentu lebih mengenal Selain itu, kalau melihat sejarah agama di
jahe, yang pada masa itu merupakan bahan Tanah Sunda, besar kemungkinan
komoditi ekspor paling laris di dunia. pengambilan tokoh binatang ini menjadi
Banyak sumber yang mengatakan jahe tokoh favorit dalam dongeng, dipengaruhi
berasal dari India, sumber lainnya oleh kepercayaan agama Hindu yang
mengatakan dari Republik Rakyat pernah dianut masyarakat Sunda pada
Tiongkok Selatan, tapi tak satupun yang jaman kerajaan-kerajaan, karena kedua
menyebutkan dari Indonesia meski bisa binatang ini termasuk binatang suci dalam
tumbuh subur di sini, apalagi dari Sunda. agama Hindu.
Orang Sunda lebih menyukai cabe Dongeng sebagai sastra lisan (oral
daripada jahe. Kesukaan orang Sunda literature) dalam penyebarannya
terhadap sambel, menunjukkan bahwa mengalami perubahan-perubahan pada
mereka lebih dekat dengan cabe. Bahkan bagian-bagian tertentu yang dipengaruhi
cabe banyak ditanam oleh petani-petani oleh siapa yang menyampaikannya. Begitu
Sunda daripada jahe. Mungkin saja pula ketika dongeng lisan ditransformasi
memang awalnya dalam bentuk lisan, ke dalam bentuk tulisan, faktor penulis
simbol tersebut cabe, lalu Pleyte sangat besar pengaruhnya dalam
mengubahnya menjadi jahe, dan penggunaan simbol-simbol budaya yang
selanjutnya pengarang Sunda menggambarkan kebudayaan masyarakat
mengembalikan ke simbol asalnya. Baik tertentu pada jaman tertentu pula.
jahe maupun cabe, merupakan simbol
masyarakat Sunda yang agraris yang hidup PUSTAKA RUJUKAN
dari mengolah tanah. Ardini, Pupung Puspa. (2012). Pengaruh
Selanjutnya, penggunaan istilah Dongng dan Komunikasi Terhadap
karung dalam buku Pariboga (1911) yang Perkembangan Moral Anak Usia 7-8
usianya lebih tua, juga menunjukkan Tahun. Jurnal Pendidikan Anak
pengaruh latar budaya penulisnya. Karung Volume 1, hlm. 44 48.
merupakan simbol produk modern, karena Danandjaja, James. (1984). Folklor
kalau di Sunda biasanya menggunakan Indonesia; Ilmu Gosip, Dongeng, dan
koja, sejenis kantong yang dibuat dari tali lain-lain. Jakarta: PT. Temprint.
rami atau kulit pohon waru (dalam bahasa Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu
Sunda disebut lulub) yang dianyam atau Antropologi. Jakarta: PT. Rineka
dirajut. Justru pada buku Gandasari (1951) Cipta.
dan setelahnya, istilah yang dipakai koja, Moriyama, Mikihiro. (2015). Perbandingan
hal ini dipengaruhi oleh latar budaya Pendidikan Karakter antara Darah
penulisnya yang asli orang Sunda dan Sunda di Indonesia da Jepang.
akrab dengan peralatan-peralatan Pendidikan Karakter Dalam Budaya
tradisional Sunda. Begitu pula perubahan- Sunda dan Jepang: Sebuah Kajian
perubahan istilah lainnya sangat kental Perbandingan, hlm. 122.
dipengaruhi latar belakang budaya penulis- Mulyono, Kautsar S.,dkk. (1995).
penulisnya. Pengembangan Kreativitas Anak Usia
3-7 Tahun Melalui Pemberian
SIMPULAN Dongng Yang Komunikatif . Jurnal
Dongeng Sakadang Kuya jeung Ilmu Pendidikan, hlm. 283 290.
Monyet, merupakan dongeng binatang Muniroh, R. Dian Dia-an. (2015). Ralisasi
(Fabel) asli dari Sunda, karena di daerah- Pendidikan Karakter di Masyarakat
daerah lain tidak ditemukan dongeng yang dan Sekolah: Refleksi dari Studi
74 | LOKABASA Vol. 7, No. 1, April 2016

Kasus Sawer Pengantin dan Penerapannya. Yogyakarata:


Pengajaran NIlai di Sekolah Dasar. Lamalera.
Pendidikan Karakter Dalam Budaya Wibisana, Spk. (2000). Lima Abad Sastra
Sunda dan Jepang: Sebuah Kajian Sunda; Sebuah Antologi Jilid 1.
Perbandingan, hlm. 145. Bandung: Geger Sunten.
Sumardjo, Jakob. (2013). Simbol-simbol wikipedia.org/wiki/kura-kura
Mitos Pantun Sunda. Bandung: Kelir.
Tamsyah, Spk., Budi Rahayu. (1996).
UCAPAN TERIMA KASIH
Pangajaran Sastra Sunda; Pikeun Penulis ucapkan terima kasih kepada
Siswa SD, SLTP, SMU, jeung Umum. semua pihak yang telah membantu, juga
Bandung: CV. Pustaka Setia. terima kasih dan penghargaan yang
Taum, Yoseph Yapi. (2011). Studi Sastra setinggi-tingginya kepada penyunting
Lisan; Sejarah, Teori, Metode, dan Jurnal Lokabasa yang telah memuat tulisan
Pendekatan Disertai Contoh
ini.

Anda mungkin juga menyukai