Anda di halaman 1dari 15

NILAI-NILAI DIDAKTIS DALAM CERITA RAKYAT

“PUTRI GUMBILI DENGAN BAMBANG HARUMAN”


Didactic Value in Folklore “Puteri Gumbil dengan Bambang Haruman”

Nidya T. Patricia
Balai Bahasa Kalimantan Selatan
Jalan A. Yani, Km. 32 Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan,
Telp: 0511-4772641, pos-el: nidya.patricia@kemdikbud.go.id

Diterima 29 Mei 2019 Direvisi 13 Juni 2019 Disetujui 26 Juni 2019

Abstrak: Indonesia sangat kaya akan cerita rakyat. Cerita rakyat biasanya mencerminkan nilai,
kepercayaan, dan adat suatu masyarakat. Salah satunya adalah cerita rakyat yang berjudul
“Putri Gumbili dengan Bambang Haruman” dari Kalimantan Selatan. Cerita rakyat ini
mengandung nilai-nilai didaktis yang dapat menjadi pelajaran bagi pembacanya. Oleh karena
itu, penilitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan nilai-nilai didaktis apa sajakah yang
terkandung dalam cerita rakyat “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman”? Tujuan penelitian
untuk mendeskripsikan nilai-nilai didaktis yang terkandung dalam cerita rakyat Kalimantan
Selatan “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman”. Penelitian ini menggunakan pendekatan
analisis konten. Untuk mengumpulkan data, digunakan metode penelitian pustaka. Sedangkan
untuk menganalisis data tersebut digunakan metode kualitatif deskriptif. Nilai-nilai didaktis
yang dianalisis dalam cerita rakyat “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman” meliputi nilai
etika, nilai filosofis, nilai religiusitas, dan nilai intelektual. Berdasarkan hasil penelitian, nilai
etika yang ditemukan yakni hormat pada penguasa, sopan santun, dan tahu diri dan membalas
budi. Nilai filosofis meliputi hubungan suami istri harus harmonis, jangan menelantarkan anak,
jangan menutup mata terhadap penderitaan orang lain, tidak memandang rendah dan
menghargai orang lain, dan kebaikan akan berbuah kebaikan. Nilai religius meliputi berdoa
yang baik, dilarang bunuh diri, taat dan patuh pada orang tua. Yang terakhir, nilai intelektual
meliputi memiliki ilmu, memiliki keterampilan, dan cerdik.

Kata kunci: cerita rakyat, nilai-nilai didaktis, Banjar

Abstract: Indonesia has lots of folklores. Usually, folklore reflects value, believe, and tradition of the
society. One of them is a folklore entitled “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman” from South
Kalimantan. This folklore contains didactics values that can be valuable lesson for the readers. That is why
this study is done to answer some questions what are didactics values in “Putri Gumbili dengan Bambang
Haruman” folklore. This study aims to describe didactics values in South Kalimantan folklore entitled
“Putri Gumbili dengan Bambang Haruman”. This study uses content analysis approach. To collect the
data, this study uses library method. Meanwhile, to analyse the data this study uses descriptive qualitative
method. Didactics values which are analysed in this folklore “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman”
are ethics value, philosophy value, religious value, and intellectual value. Base on the result, in ethics
values, there are respect to the ruler, well-behaved, to know one’s place and return a favor. In philosophy
value, there are mantaining harmonious relationship between husband and wife, nurturing children,
paying attention to other people and be respect, and do good deeds. In religious value, there are pray for
goodness, do not commit suicide, and obey to our parent. And the last one is intelletual value, there are
having knowledge, having skill, and clever.
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32

Keywords: folklore, didactic values, Banjar

1. PENDAHULUAN tentang sepasang kakak adik yang


Bangsa Indonesia sangat kaya bernama Putri Gumbili dan Bambang
akan cerita rakyat. Menurut Danandjaya Haruman yang hidup tanpa kedua
(2002), cerita rakyat adalah suatu bentuk orangtuanya. Mereka berdua dipelihara
karya sastra lisan yang lahir dan oleh Ning Wandan Puri. Selama tinggal
berkembang dari masyarakat tradisional di rumah Ning Wandan Puri, kedua
yang disebarkan dalam bentuk relatif kakak beradik ini rajin membantu
tetap dan di antara kolektif tertentu dari pekerjaan rumah Ning Wandan Puri.
waktu yang cukup lama dengan Mereka juga membantu Ning Wandan
menggunakan kata klise (hlm. 3-4). Puri mencari nafkah. Putri Gumbili dan
Cerita rakyat sendiri terdiri dari Bambang Haruman mencari bunga lalu
mite, legenda dan dongeng. Dongeng merangkai bunga tersebut. Ning
merupakan salah satu jenis sastra lama Wandan Puri yang akan menjual
yang berbentuk prosa dan cerita prosa rangkaian bunga tadi. Putera raja yang
rakyat yang tidak dianggap benar-benar membeli salah satu rangkaian bunga
terjadi. Dongeng diceritakan terutama Ning Wandan Puri curiga bahwa yang
untuk hiburan, walaupun banyak juga merangkai bunga sebaik dan seindah itu
yang melukiskan kebenaran, berisikan pastilah seorang gadis yang cantik. Si
pelajaran (moral), atau bahkan sindiran putera raja penasaran ingin bertemu
(Danandjaya 2002, hlm. 83). dengan Putri Gumbili, tetapi Putri
Menurut Sugiarto (2009:14), Gumbili disuruh bersembunyi oleh Ning
fungsi dongeng antara lain adalah untuk Wandan Puri. Putera raja yang sempat
menyampaikan ajaran moral (mendidik) melihat Putri Gumbili makin penasaran.
dan untuk menghibur. Dongeng juga Keesokan harinya raja sendiri yang
biasanya mencerminkan nilai, datang menemui Ning Wandan Puri
kepercayaan, dan adat suatu masyarakat. untuk melamar Putri Gumbili. Lamaran
Di dalam cerita rakyat atau dongeng tersebut diterima dan semua orang
biasanya terkandung nilai-nilai didaktis. hidup bahagia.
Nilai didaktis yang terkandung di dalam Penelitian tentang nilai didaktis
cerita rakyat diharapkan memberikan sudah pernah dilakukan, seperti
pelajaran hidup bagi masyarakat penelitian Yulianto (2014) yang meneliti
pendukungnya. Seperti cerita rakyat fabel banjar dengan judul “Nilai-Nilai
“Putri Gumbili dengan Bambang Didaktis dalam Fabel Banjar”. Penelitian
Haruman”, di dalam ceritanya banyak tersebut mendeskripsikan tema dan
terkandung nilai-nilai didaktis. amanat fabel banjar, serta nilai-nilai
Cerita rakyat “Putri Gumbili didaktis yang ada di dalam fabel Banjar.
dengan Bambang Haruman” merupakan Penelitian yang dilakukan peneliti
salah satu cerita rakyat berbentuk dengan penelitian Yulianto mempunyai
dongeng yang ada di Kalimantan persamaan dan perbedaan.
Selatan. Cerita rakyat ini menceritakan Persamaannya terletak pada fokus

20
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)

penelitian yakni nilai didaktis, rakyat diwariskan secara turun-menurun


sedangkan perbedaannya terletak pada dari satu generasi ke generasi berikutnya
sumber data yang diteliti. Penelitian ini secara lisan (hlm. 4).
menggunakan sumber data cerita rakyat Bascom (dalam Danandjaya,
berupa dongeng “Putri Gumbili dengan 2002) membagi cerita rakyat dalam tiga
Bambang Haruman”. golongan besar, antara lain: mite (myth),
Berdasarkan latar belakang di legenda (legend), dan dongeng (folktale).
atas, masalah yang akan diteliti pada Mite (myth) yaitu cerita prosa rakyat
penelitian ini adalah nilai-nilai didaktis yang dianggap benar-benar terjadi serta
apa sajakah yang terkandung dalam dianggap suci oleh yang empunya cerita,
cerita rakyat “Putri Gumbili dengan mite ditokohi oleh para dewa atau
Bambang Haruman”? makhluk setengah dewa, peristiwa
Tujuan penelitian untuk terjadi di dunia lain, atau di dunia yang
mendeskripsikan nilai-nilai didaktis bukan seperti yang kita kenal sekarang,
yang terkandung dalam cerita rakyat serta terjadi pada masa lampau. Legenda
Kalimantan Selatan “Putri Gumbili (legend) yaitu prosa rakyat yang
dengan Bambang Haruman”. mempunyai kemiripan dengan mite,
legenda ditokohi manusia, walaupun
ada kalanya mempunyai sifat-sifat luar
2. KERANGKA TEORI biasa, dan seringkali pula dibantu
Menurut Rampan (2014), cerita makhluk-makhluk ajaib, tempat
rakyat ialah cerita yang hidup di dalam terjadinya di dunia seperti yang kita
lingkungan kolektif tertentu. Cerita kenal kini karena waktu terjadinya
rakyat atau folklor mencakup segala belum terlalu lampau. Dongeng (folktale)
keyakinan, mitos, legenda, serta adat yaitu prosa rakyat yang tidak dianggap
istiadat yang dipelihara suatu puak atau benar-benar terjadi oleh yang empunya
suatu bangsa secara turun-temurun (hlm. cerita dan dongeng tidak terikat oleh
1). waktu maupun tempat (hlm. 50).
Djamaris (dalam Yulianto, 2017 Kemudian, Endraswara (2009)
menyatakan bahwa cerita rakyat adalah membedakan folklor menjadi tiga, antara
golongan cerita yang hidup dan lain: mite (myth), legenda (legend), dan
berkembang secara turun-temurun, dari dongeng (folktale). Mite merupakan cerita
satu generasi ke generasi berikutnya. prosa rakyat yang dianggap benar-benar
Disebut cerita rakyat karena cerita ini terjadi serta dianggap suci oleh
hidup di kalangan rakyat dan hampir masyarakatnya. Legenda sebagai prosa
semua lapisan masyarakat mengenal rakyat dengan ciri-ciri seperti mite, tetapi
cerita itu (hlm. 3). tidak dianggap suci. Dongeng
Selanjutnya, menurut Hutomo merupakan cerita prosa rakyat yang
(1991) cerita rakyat dapat diartikan dianggap benar terjadi oleh masyarakat
sebagai ekspresi budaya suatu penuturnya, sedangkan isinya
masyarakat melalui bahasa tutur yang kebanyakan tidak masuk akal dan penuh
berhubungan langsung dengan berbagai khayalan (hlm. 30).
aspek budaya dan susunan nilai sosial
masyarakat tersebut. Dahulu, cerita

21
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32

“Putri Gumbili dengan Bambang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia


Haruman” dikategorikan sebagai daring memiliki arti bersifat mendidik.
dongeng. Menurut Sugiarto (2009), Dengan demikian, nilai didaktis
dongeng adalah cerita yang berdasarkan dapat diartikan sebagai konsep-konsep
pada angan-angan atau khayalan abstrak di dalam diri manusia yang
seseorang yang kemudian diceritakan bersifat mendidik mengenai apa yang
secara turun-temurun dari generasi ke dianggap baik dan apa yang dianggap
generasi. Karena hanya khayalan, buruk.
peristiwa-peristiwa dalam sebuah Menurut Yulianto (2014), nilai-nilai
dongeng adalah peristiwa yang tidak didaktis itu sendiri terbagi menjadi
benar-benar terjadi (hlm. 9). empat macam, yaitu nilai etika, nilai
Menurut Sugiarto (2009, hlm. 14), filosofis, nilai religiusitas, dan nilai
fungsi dongeng antara lain adalah untuk intelektual (hlm. 6). Nilai etika adalah
menyampaikan ajaran moral (mendidik) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang
dan untuk menghibur. Dongeng juga buruk dan tentang hak dan kewajiban
biasanya mencerminkan nilai, moral/ahlak (KBBI). Salim dan Salim
kepercayaan, dan adat suatu masyarakat. (dalam Yulianto, 2014) mengatakan
Penelitian ini akan mengungkap bahwa etika adalah aturan-aturan asas
nilai didaktis yang ada dalam cerita atau nilai-nilai yang berkenaan dengan
rakyat “Putri Gumbili dengan Bambang ahlak atau sopan santun yang menjadi
Haruman”, untuk itu digunakan analisis pedoman bagi sekelompok tertentu (hlm.
konten. Menurut Endraswara (2004:160), 7). Yulianto (2014) menyimpulkan bahwa
analisis konten dalam bidang sastra etika merupakan salah satu cabang ilmu
merupakan upaya pemahaman karya filsafat yang memuat nilai-nilai luhur,
dari aspek ekstrinsik. Aspek-aspek yang sehingga akan mewujudkan keluhuran
melingkupi di luar estetika struktur budi masyarakat penganutnya. Nilai-
sastra tersebut dibedah, dihayati, dan nilai yang luhur tersebut merupakan
dibahas mendalam. Unsur ekstrinsik pembeda antara yang baik dan yang
sastra yang menarik perhatian analisis buruk.
konten antara lain: (a) pesan Kemudian filosofis menurut Kamus
moral/etika, (b) nilai pendidikan Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
(didaktis), (c) nilai filosofis, (d) nilai berdasarkan filsafat. Yulianto (2014)
religious, (e) nilai kesejarahan, dan menyimpulkan filsafat sebagai proses
sebagainya. Dengan demikian, analisis berfikir tentang suatu hal yang
konten dimanfaatkan apabila hendak mengarah pada akal-budi atau
mengungkap kandungan nilai tertentu pengalaman yang diambil hikmahnya
karya sastra. yang kemudian dijadikan prinsip hidup
Nilai, menurut Soekanto (1993, (hlm. 7).
hlm. 532), ialah konsep-konsep abstrak di Nilai religius meliputi hubungan
dalam diri manusia, mengenai apa yang manusia dengan Sang Pencipta,
dianggap baik dan apa yang dianggap hubungan manusia dengan manusia,
buruk. Dalam Kamus Besar Bahasa dan hubungan manusia dengan mahluk
Indonesia daring, nilai adalah sifat-sifat ciptaan Tuhan lainnya (Yulianto, 2014,
(hal-hal) yang penting atau berguna bagi hlm.7).
kemanusiaan. Sedangkan didaktis

22
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)

Menurut Yulianto (2014) dapat 4. HASIL DAN PEMBAHASAN


disimpulkan nilai-nilai intelektual, yaitu 4.1 Nilai Etika
kebiasaan hidup pelampisan kekesalan 4.1.1 Hormat terhadap Penguasa
secara positif, pengambilan keputusan Etika adalah aturan-aturan asas
yang tepat, cepat tanggap terhadap atau nilai-nilai yang berkenaan dengan
situasi tertentu, timbul gagasan yang ahlak atau sopan santun. Salah satu nilai
bagus, usaha peningkatan kesejahteraan etika yang terdapat dalam cerita “Putri
hidup, mengambil manfaat atau Gumbili dengan Bambang Haruman
pelajaran dari suatu kejadian atau suatu yaitu hormat terhadap pimpinan atau
peristiwa (hlm. 7). Keempat nilai inilah penguasa yang merupakan etika
yang akan dianalisis dari cerita rakyat bermasyarakat. Hal ini ditunjukkan Ning
“Putri Gumbili dengan Bambang Wandan Puri terhadap raja. Ia terbiasa
Haruman”. menutupi keberadaan Putri Gumbili dan
Bambang Haruman untuk melindungi
3. METODE PENELITIAN mereka. Namun, ketika ia tahu yang
Penelitian ini merupakan menemuinya adalah raja, si nenek tidak
penelitian kualitatif dengan berani berbohong lagi. Hal ini dapat
menggunakan metode deskriptif. Hal ini dilihat dari kutipan berikut.
sesuai dengan pendapat Bogdan dan Raja menanyakan, di mana
Taylor (Moleong, 2000) bahwa penelitian rumah nenek itu.
kualitatif adalah prosedur penelitian “Jauh sekali”, jawab Ning
yang menghasilkan data deskriptif Wandan Puri. “Jarang yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan (hlm. datang ke tempatku. Rumahku
4). Metode deskriptif adalah metode menyendiri di dalam hutan.
yang dilakukan dengan tidak “Adakah yang berkunjung ke
menggunakan angka-angka, tetapi rumahmu?”
menggunakan penghayatan terhadap “Sekali-kali ada juga, misalnya
interaksi antarkonsep yang sedang dikaji anak raja yang istananya terletak
secara empiris (Semi, 2012, hlm. 23). di ujung pasar”.
Teknik penelitian yang “Bagaimana kalau saya ingin
digunakan, yaitu studi pustaka. Sumber menamu”, kata raja.
data penelitian ini adalah sumber data “Silahkan!” Kata Ning Wandan
sekunder yaitu cerita rakyat Banjar Puri, “Cuma tak ada yang bisa
“Putri Gumbili dengan Bambang kuhidangkan”.
Haruman” yang diambil dari buku Cerita “Terus terang pemuda yang
Rakyat Kalimantan Selatan, Departemen datang ke rumahmu itu anakku
Pendidikan dan Kebudayaan, tahun sendiri.” Ning Wandan Puri
1980. Data didokumentasi dan kemudian terkejut. Ia tidak menyangka
diambil sesuai keperluan. Data terpilih kalau yang berdiri
lalu dianalisis dan dideskripsikan pada dihadapannya adalah raja.
bagian pembahasan. “Aku berkunjung ke tempatmu
mengandung suatu maksud”,
raja menyambung perkataannya.

23
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32

“Aku ingin mengetahui. Siapa “Kenapa nenek tidak berjualan.


pemuda dan gadis yang ada di Saya ingin berkunjung kembali
ruahmu, apakah mereka masih ketempat nenek”.
ada”. “Wahai cucuku”, kata Ning
Ning Wandan Puri tidak berani Wandan Puri, “Jangan kau
lagi menyembunyikan berulang-ulang datang ke
keadaannya (hlm. 102-103). rumahku. Aku malu jadinya”.
Kutipan tersebut menceritakan raja yang “Ah tidak apa”, jawab putera
ingin mengetahui keberadaan Putri raja. (hlm. 102)
Gumbili dan Bambang Haruman yang
berdiam di rumah Ning Wandan Puri. Kutipan tersebut menunjukkan
Putra raja telah jatuh cinta pada Putri walaupun si pangeran merupakan putra
Gumbili. Oleh karena itu, raja menemui raja namun ia tidak memaksakan
Ning Wandan Puri untuk mencari tahu kehendaknya. Ia tetap minta izin pada
tentang Putri Gumbili dan Bambang Ning Wandan Puri untuk bertamu. Ia
Haruman. Ning Wandan Puri yang tetap berlaku sopan walaupun Ning
mengetahui sedang berhadapan dengan Wandan Puri hanya rakyat jelata. Ketika
raja akhirnya mengaku kalau Putri ditolak Ning Wandan Puri, ia juga tidak
Gumbili dan Bambang Haruman tinggal marah ataupun memaksakan
di rumahnya. Ning Wandan Puri kehendaknya.
menghormati status raja dan tidak berani Sopan santun juga ditunjukkan
berbohong lagi. Terlebih saat mendengar oleh Ning Wandan Puri. Si nenek tidak
raja yang ingin melamar Putri Gumbili ingin keberadaan Putri Gumbili dan
untuk putranya. Bambang Haruman diketahui orang lain.
Oleh karena itu, si nenek menolak
4.1.2 Sopan Santun dengan halus keinginan putra raja yang
Sopan santun juga merupakan ingin bertamu ke rumah si nenek yang
bagian dari etika. Sopan santun dapat dilihat dari kutipan berikut.
ditunjukkan oleh putra raja yang ingin “Maafkan saya”, kata nenek itu.
sekali bertemu dengan gadis yang “Bukan saya tidak mau
merangkai bunga, yakni Putri Gumbili. menerima kedatanganmu. Saya
Ia penasaran dengan orang yang sangat senang kalau anak cucu
merangkai bunga yang ia beli. Ia tidak mau menamu, tetapi keadaan
percaya kalau yang merangkai bunga rumahku sungguh memalukan.
adalah Ning Wandan Puri. Ia yakin Lain-lainnya patah-patah,
orang yang merangkai bunga seindah itu atapnya tak kelihatan diselimuti
pastilah seorang gadis yang cantik. Oleh tumbuhan menjalar. Maklumlah,
karena itu, ia ingin datang ke rumah saya sendirian tak ada yang
Ning Wandan Puri. Hal ini dapat dilihat membantu membersihkannya.
dari kutipan berikut. Rumahnya penuh dengan
“Nek, saya ingin menamu ke kotoran. Aku bukannya
rumah nenek. Apakah nenek menolak, tetapi malu dengan
tidak keberatan?” (hlm. 100). keadaan yang tidak serupa
dengan orang lain” (hlm. 100-
101).

24
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)

Si nenek sengaja membuat alasan Ning Wandan Puri yang sudah renta
yang dibuat-buat tentang keadaan harus menghidupi mereka bertiga.
rumahnya. Padahal rumahnya bersih Untuk itu, mereka ingin tahu apakah ada
dan rapi karena dirawat dan dibersihkan yang bisa mereka lakukan untuk
oleh Putri Gumbili dan Bambang membantu si nenek mencari nafkah. Hal
Haruman. Hal ini dilakukan Ning tersebut dapat dilihat dari kutipan
Wandan Puri agar tidak ada orang lain berikut.
yang mengetahui keberadaan Putri Keduanya membantu
Gumbili dan Bambang Haruman di pekerjaan nenek itu dengan rajin.
rumahnya, termasuk putra raja. Pada suatu hari, dia berkata
kepada Ning Wandan Puri, “Nek
4.1.3 Tahu Diri dan Membalas Budi apa yang dapat kita kerjakan
Selain sopan santun, nilai etika untuk meringankan beban
yang ditemukan yakni tahu diri dan nenek”.
membalas budi. Hal ini ditunjukkan oleh “Apalah yang dapat kita
sikap dan tingkah laku Putri Gumbili lakukan. Tapi, ada. Kalau kau
dan Bambang Haruman. Mereka telah mau, kita bisa memetik kembang
tinggal bersama Ning Wandan Puri sejak dan menjualnya ke pasar”, jawab
mereka dipungut oleh Ning Wandan nenek itu.
Puri. Oleh karena itu, mereka ingin Sejak saat itu, mereka menjual
membalas kebaikan nenek dengan kembang. Sore hari mereka
melakukan apa saja yang mereka bisa. petik, dan malamnya mereka
Salah satu caranya dengan merawat rangkai menjadi karangan bunga
rumah si nenek. Hal tersebut dapat yang indah. Kedua anak yang
dilihat dari kutipan berikut. sudah remaja itu dengan tekun
Rumah nenek itu walaupun di mengikuti petunjuk Ning
bawah kerimbunan tumbuhan Wandan Puri dalam merangkai
menjalar, tetapi keadaannya bunga (hlm. 98).
sangat bersih, lantainya
mengkilat. Kedua anak yang Kutipan tersebut menyiratkan bahwa
berada di rumahnya itulah yang Putri Gumbili dan Bambang Haruman
membersihkan (hlm. 101). adalah anak-anak yang tahu membalas
budi.
Kutipan tersebut menunjukkan
bahwa Putri Gumbili dan Bambang 4.2. Nilai Filosofis
Haruman adalah anak-anak yang tahu 4.2.1 Hubungan Suami Istri Harus
diri. Karena mereka menumpang di Harmonis
rumah Ning Wandan Puri tentu mereka Pada awal cerita “Putri Gumbili
harus ikut merawat dan dengan Bambang Haruman” ditemukan
membersihkannya. cerita mengenai hubungan suami istri
Putri Gumbili dan Bambang yakni ayah dan ibu Putri Gumbili dan
Haruman juga tidak ingin hanya duduk Bambang Haruman. Seharusnya dalam
manis dan berpangku tangan, sedangkan hubungan suami istri ada keharmonisan,

25
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32

agar dapat memberi contoh yang baik pergi meninggalkan rumah seperti
dan menjadi teladan bagi anak-anaknya. kutipan berikut ini.
Namun, ayah Putri Gumbili dan “Kalau demikian, lebih baik
Bambang Haruman digambarkan pergi,” pikirnya. Pergilah
sebagai suami yang kasar, pemarah, perempuan itu mengembara ke
mudah curiga dan tidak peduli pada dalam hutan, dengan hanya
istrinya. membawa pakaian yang melekat
Hal tersebut tergambar dari kutipan di badan.
berikut. “Mudah-mudahan aku dimakan
“Lebih baik kita habiskan hantu”, katanya (hlm. 95).
semua”, kata suaminya kepada
anaknya. “Terbiasa makan- Kutipan tersebut menggambarkan si ibu
makan bersama orang lain, tidak sibuk dengan pikiran dan perasaannya
mau dengan suami yang sendiri saja. Ia merasa putus asa dan
mencarikan. Semua masakan ingin cepat mati. Tidak terpikir
kita habiskan saja.” (hlm. 95) bagaimana nasib keluarga yang
Ketika menanyakan kepada ditinggalkan, khususnya anak-anaknya.
ayahnya, kemana ibunya pergi, Akhirnya si ibu mati memang meninggal
dengan marah ayahnya karena dimakan hantu seperti harapan
menjawab, “Biarkan saja dia dan keinginannya. Pada cerita ini,
pergi apa. Biar dia mampus” hubungan suami istri antara ayah dan
(hlm. 96). ibu Putri Gumbili dan Bambang
Haruman bukanlah contoh hubungan
Kutipan tersebut menceritakan saat ayah suami istri yang harmonis.
Putri Gumbili dan Bambang Haruman
yang marah pada istrinya karena 4.2.2 Jangan Menelantarkan Anak
menyangka sayur pakis yang sudah Tingkah laku dan perbuatan
susah payah ia kumpulkan dimakan oleh orangtua Putri Gumbili dan Bambang
istrinya dan selingkuhan istrinya. Haruman bukan contoh yang baik.
Padahal sayur pakisnya menyusut Mereka seharusnya menjadi orangtua
karena dimasak dan istrinya juga yang bertanggung jawab dan mampu
tidakberselingkuh. Namun, ia tidak merawat dan mendidik darah daging
peduli dengan penjelasan istrinya dan mereka sendiri. Tapi karena keputusan-
tetap keras dengan tuduhannya. Karena keputusan yang keliru, anak-anak
ingin menghukum sang istri, ia mengajak mereka yang harus menanggung
Putri Gumbili dan Bambang Haruman akibatnya dan menjadi anak-anak yang
memakan sayur pakis tersebut. Ia tidak terlantar. Hal ini dapat dilihat dari
menyisakan sedikitpun sayur pakis yang kutipan berikut.
telah dimasak istrinya. Tidak alang kepalang
Di lain pihak, ibu Putri Gumbili keadaan kedua anak itu.
dan Bambang Haruman juga Andaikata tidak ada kulit
digambarkan sebagai orang yang pendek memalut tulang, tulang
akal dan mudah putus asa. Melihat sayur belulangnya sudah lama
pakis telah dihabiskan, ia menjadi sedih, berhamburan akibat kurusnya.
marah dan putus asa, lalu memutuskan Sedang rambutnya gimbal,

26
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)

melekat satu sama lain karena Setelah tiba ditempat itu, salah
tidak terawat. Keadaannya seorang langsung jatuh pingsan.
sunggun menyedihkan (hlm. 97). Bergegas Ning Wandan Puri
keluar dari rumahnya yang
Kutipan tersebut menggambarkan diselubungi tumbuhan menjalar.
keadaaan Putri Gumbili dan Bambang Dengan kasih sayang, Ning
Haruman setelah ditinggalkan kedua Wandan Puri merawat kedua
orangtua mereka. Sebagai anak kecil, anak itu dan memberinya
tentu mereka belum mampu merawat minum (hlm. 97).
diri mereka sendiri dengan baik. “Kalau begitu, maukah kau
Akhirnya Putri Gumbili dan tinggal bersamaku di sini?” Kata
Bambang Haruman mengembara dan Ning Wandan Puri.
jatuh di halaman rumah Ning Wandan “Senang sekali,” jawabnya. “Ke
Puri. Waktu ditanya dimana rumah dan mana lagi kami harus pergi.”
orangtua mereka, si anak berkata bahwa Sejak saat itu, keduanya tinggal
mereka tidak ingat dimana rumahnya. di rumah Ning Wandan Puri dan
Orangtua mereka juga tidak ada karena menganggapnya sebagai
ibu telah meninggal dan ayah tak tahu di neneknya sendiri. Ning Wandan
mana seperti kutipan berikut. Puri kemudian memberi nama
“Kami memang datang dari Putri Gumbili dan Bambang
rumah,” jawabnya. Tetapi Haruman (hlm. 98).
dimana rumah kami itu, saya Kutipan tersebut menunjukkan
sendiri tidak ingat lagi”. walaupun Ning Wandan Puri tidak
Selanjutnya dia menceritakan memiliki pertalian darah dengan Putri
tentang ibunya yang telah Gumbili dan Bambang Haruman tetapi
dimakan hantu batumpang ia bersedia merawat kedua anak tersebut
hantu barangkup, juga tentang dengan tulus. Ia tidak menutup mata
kepergian ayahnya yang tidak pada penderitaan yang dialami kedua
diketahui entah kemana. (hlm. anak tersebut. Ia perduli dan bersedia
97) membantu orang lain. Akhinya Ning
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Wandan Puri merawat kedua anak
mereka terpaksa hidup sendiri tanpa tersebut bahkan memberi mereka nama.
didampingi orangtua. Mereka menderita Hal ini menunjukkan bahwa dalam
karena memiliki orangtua yang tidak bermasyarakat seharusnya ada simpati
bertanggung jawab. dan empati terhadap penderitaan orang
lain.
4.2.3 Jangan Menutup Mata
Terhadap Penderitaan Orang Lain 4.2.4 Tidak Memandang Rendah dan
Ning Wandan Puri yang melihat Menghargai Orang Lain
keadaan kedua anak kecil itu Diceritakan bahwa putra raja
jatuh iba. Hal tersebut dapat jatuh cinta pada gadis yang merangkai
dilihat dari kutipan berikut. kembang. Untuk itu raja berniat melamar
Putri Gumbili untuk anaknya. Hal ini

27
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32

menunjukkan bahwa raja tidak akhirnya memetik buah dari


memandang rendah Putri Gumbili kebaikannya. Hal ini dapat dilihat dari
walaupun Putri Gumbili hanya rakyat kutipan berikut.
jelata. Ia juga meminta Ning Wandan Raja menghendaki agar seisi
Puri untuk meminta tanggapan Putri rumah diboyong ke istana. Pada
Gumbili atas lamarannya. Hal ini mulanya orang tua itu menolak
menunjukkan bahwa raja menghargai karena merasa malu kalau-kalau
pendapat dan keinginan orang lain. Hal dikatakan dia bermaksud
tersebut dapat dilihat dari kutipan- menggantungkan diri kepada
kutipan berikut. menantu. Di samping itu, dia
“Apa kabar”, tanya raja, mengkawatirkan binatang ternak
“Apakah gadis itu setuju”. serta rumahnya, kalau tidak di
“Dia menyerahkan segala jaga. Tetapi raja menjamin
keputusan di tanganku”, jawab keamanan sekitar rumah nenek
Ning Wandan Puri. itu, dengan memerintahkan
“Kalau begitu, berarti telah pengawal untuk menjaganya.
disetujui kata sepakat. Lalu Tambahan pula, istana cukup
bagaimana perundingan kita luas untuk menampung mereka.
selanjutnya”, Sejak saat itu, Ning Wandan Puri
“Itu terserah kepada raja, bersama kedua cucunya tinggal
bagaimana baiknya. Aku cukup di istana, dan kehidupannya
mengantarkan gadis itu ke terjamin selama-lamanya (hlm.
tempat ini. Selebihnya, saya 105).
berlepas tangan. Mau pesta,
kenduri, atau apa jua pun Kutipan tersebut menggambarkan
terserah kepada raja.” bahawa akhirnya Ning Wandan Puri
“Aku siap menerimanya. Semua diminta untuk tinggal di istana
pelaksanaan perkawinan akan menyertai Putri Gumbili dan Bambang
kutanggung sendiri”, ujar raja. Haruman. Berkat kebaikan yang ia
Satu minggu kemudian, raja tanam, ia bisa menikmati hari tuanya
mengadakan kenduri besar- dengan nyaman dan terjamin.
besaran untuk mengawinkan
puteranya. Tujuh hari tujuh
malam lamanya keramaian itu. 4.3 Nilai Religius
(hlm. 105). 4.3.1 Berdoa yang Baik
Sebagai makhluk yang beragama,
4.2.5 Kebaikan Akan Berbuah diajari untuk selalu berdoa pada Tuhan
Kebaikan Yang Maha Esa. Doa yang dipanjatkan
Kebaikan akan berbuah kebaikan haruslah doa yang baik, karena yakin
pula merupakan nilai filosofis yang juga setiap doa didengar oleh Tuhan Yang
dapat dipetik dari cerita Putri Gumbili Maha Mendengar. Namun, dalam cerita
dengan Bambang Haruman”. Ning Putri Gumbili dengan Bambang
Wandan Puri yang merawat dan Haruman”, ibu Putri Gumbili dan
membesarkan Putri Gumbili dan Bambang Haruman digambarkan
Bambang Haruman seorang diri

28
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)

meminta agar dimakan hantu, seperti “Wahai hantu batumpang hantu


kutipan berikut. barangkup, makanlah saya”,
“Mudah-mudahan aku dimakan katanya. Demikianlah suaranya
hantu”, katanya. Tak seorang segera didengar oleh sang hantu.
pun anak-anaknya yang Suara aumnya terdengar
mengetahui kepergiannya, semakin mendekat. Tetapi
begitu pula suaminya. Dia perempuan itu tetap
mengembara di dalam hutan, mendekatinya dan meminta agar
sambil terus menerus meminta segera menelannya (hlm. 95).
agar hantu memakannya (hlm.
95). Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
hantu telah mendengar permohonan ibu
Hal yang dilakukan oleh ibu Putri Putri Gumbili dan Bambang Haruman
Gumbili dan Bambang Haruman dan kian dekat. Akan tetapi, ibu Putri
bukanlah contoh yang baik. Seharusnya Gumbili dan Bambang Haruman tetap
doa yang dipanjatkan adalah doa yang saja teguh dengan keinginannya agar
baik. Kalaupun sedang berada dalam mati ditelan hantu. Ia tidak berubah
masalah, seyogyanya berdoa agar diberi pikiran dan ingin segera mati. Hal ini
kemudahan dan jalan keluar dari merupakan hal yang tidak baik dan
masalah yang dihadapi. benar-benar dilarang oleh agama.
Dalam cerita Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman”, dikisahkan 4.3.3 Taat dan Patuh Pada Orangtua
bahwa ayah Putri Gumbili dan Bambang Sikap taat dan patuh pada orang
Haruman adalah orang kasar, pemarah, tua yakni pada Ning Wandan Puri
pencemburu dan tidak bertanggung ditunjukkan oleh Putri Gumbili dan
jawab. Untuk itu, ibu Putri Gumbili dan Bambang Haruman yang menurut pada
Bambang Haruman dapat berdoa agar apapun perintah Ning Wandan Puri. Hal
suaminya diberi rahmat dan hidayah ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
agar dapat menjadi suami yang baik dan Sebelum subuh, Ning Wandan
imam yang bertanggung jawab. Puri telah meninggalkan
Bukannya berdoa agar dirinya di makan rumahnya menuju pasar. Dia
hantu. Itu menunjukkan bahwa ibu Putri berpesan agar kedua anak itu
Gumbili dan Bambang Haruman putus tetap tinggal di dalam rumah
ada dari rahmat Allah. dan menutup pintu dari dalam
(hlm.98).
4.3.2 Dilarang Bunuh Diri Kutipan tersebut menunjukkan bahwa
Selain disuruh agar berdoa yang Putri Gumbili dan Bambang Haruman
baik, dilarang pula berniat bunuh diri diminta agar jangan keluar rumah. Tetap
apalagi benar-benar bunuh diri. Hal di dalam rumah dan tutup pintu dari
tersebut merupakan dosa besar. Namun, dalam. Hal ini dilakukan agar tidak ada
hal itu dilakukan oleh ibu Putri Gumbili yang tahu keberadaan mereka dan tidak
dan Bambang Haruman yang dapat ada juga yang berani mengganggu
dilihat dari kutipan berikut. mereka bila mereka berdiam di dalam

29
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32

rumah. Ning Wandan Puri juga bisa Kutipan di atas menunjukkan bahwa
pergi ke pasar dengan tenang. Ning Wandan Puri menggunakan
Selain itu, Putri Gumbili dan mantra penglaris sehingga jualan laku
Bambang Haruman juga patuh tatkala terjual bahkan sampai ludes. Hal ini
disuruh Ning Wandan Puri sembunyi menunjukkan bahwa mantra penglarisan
dan pura-pura tidur saat putra raja Ning Wandan Puri sangat hebat.
bertamu. Hal ini dapat tergambar dari Selain itu Ning Wandan Puri juga
kutipan berikut. menggunakan mantra pada rangkaian
“Kalau demikian, silahkan kembang yang di jual pada anak raja.
masuk. Tapi tunggu sebentar, Hal ini dapat dilihat dari kutipan-
aku akan membenahi rumah kutipan berikut.
dahulu”, kata Ning Wandan Puri Setelah mengetahui siapa yang
dengan tersipu-sipu. Padahal dia ingin membeli, diberikannya
sebenarnya akan menyuruh seuntai kembang yang benar-
cucunya bersembunyi, pura-pura benar indah, muda dan lebih
tidur dan jangan sedikitpun harum. Putera raja kagum
bersuara (hlm. 100). setelah menerima. Diapun
meragukan kalau nenek itu
Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sendiri yang merangkainya.
Ning Wandan Puri bukan orangtua (hlm. 99)
mereka, bahkan tak ada pertalian darah Sebelum orang-orang siap
tetapi Putri Gumbili dan Bambang mengatur barang dagangan,
Haruman paham maksud, tujuan dan Ning Wandan Puri sudah datang
niat baik nenek tua itu. Mereka tidak membawa kembang yang akan
juga ingin menyusahkan Ning Wandan dijual. Seperti biasa, kali ini pun
Puri. Oleh karena itu, mereka selalu dimasukkannya untaian
patuh dan taat pada perintah Ning kembang yang sudah dimantrai,
Wandan Puri. Apapun bentuk perintah khusus yang akan dijual kepada
dari nenek tersebut. putra raja (hlm. 100).

4.4 Nilai Intelektual Kutipan tersebut menunjukkan bahwa


4.4.1 Memiliki Ilmu Ning Wandan Puri memakai mantra
Ning Wandan Puri digambar pada rangkaian bunga yang diberikan
sebagai nenek yang memiliki ilmu. pada putra raja. Namun mantra yang
Sesuai zamannya maka ilmu yang digunakan bukan mantra penglaris.
dimiliki Ning Wandan Puri adalah Mantra yang dipakai yakni mantra
mantra yang dipakai pada jualannya pemikat yang selaras dengan ilmu
sebagaimana tergambar pada kutipan pekasih.
berikut.
Orang-orang kembali berebutan 4.4.2 Memiliki Keterampilan
untuk membelinya. Yang semula Selain memiliki banyak pitua
ingin membeli satu untai, berupa mantra dan ilmu pekasih. Ning
akhirnya tanpa sadar membeli Wandan Puri digambarkan sebagai
dua atau tiga untai (hlm. 100) perempuan tua yang memiliki
keterampilan. Keterampilan Ning

30
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)

Wandan Puri merangkai kembang tumbuhan merambat seperti terlihat


ditularkan pada Putri Gumbili dan dalam kutipan berikut.
Bambang Haruman setelah kedua anak Setelah tiba ditempat itu, salah
tersebut meminta pada Ning Wandan seorang langsung jatuh pingsan.
Puri cara agar mereka dapat membantu Bergegas Ning Wandan Puri
Ning Wandan Puri mencari nafkah. Hal keluar dari rumahnya yang
tersebut dapat tersurat pada kutipan diselubungi tumbuhan menjalar.
berikut. Dengan kasih sayang, Ning
Keduanya membantu pekerjaan Wandan Puri merawat kedua
nenek itu dengan rajin. Pada anak itu dan memberinya
suatu hari, dia berkata kepada minum (hlm. 97).
Ning Wandan Puri, “Nek apa Rumah nenek itu walaupun di
yang dapat kita kerjakan untuk bawah kerimbunan tumbuhan
meringankan beban nenek”. menjalar, tetapi keadaannya
“Apalah yang dapat kita sangat bersih, lantainya
lakukan. Tapi, ada. Kalau kau mengkilat. Kedua anak yang
mau, kita bisa memerik kembang berada di rumahnya itulah yang
dan menjualnya ke pasar”, jawab membersihkan (hlm. 101).
nenek itu.
Sejak saat itu, mereka menjual Hal ini menunjukkan kecerdikan
kembang. Sore hari mereka Ning Wandan Puri dalam menggunakan
petik, dan malamnya mereka tumbuhan merambat untuk
rangkai menjadi karangan bunga menyembunyikan rumahnya. Bila orang
yang indah. Kedua anak yang biasa yang melihat tentu hanya melihat
sudah remaja itu dengan tekun tumbuhan biasa saja. Orang tidak akan
mengikuti petunjuk Ning menyangka dibalik tumbuhan tersebut
Wandan Puri dalam merangkai itu ada rumah dan ada orang yang
bunga (hlm. 98). tinggal di dalamnya.
Kutipan tersebut menunjukkan Cerdik juga ditunjukkan oleh
bahwa Ning Wandan Puri memiliki sikap anak raja menghadapi penolakan
keahlian yang berharga dan berguna Ning Wandan Puri ketika ia ingin
untuk memenuhi kebutuhan hidup Ning bertamu. Bukannya marah atau
Wandan Puri, Putri Gumbili dan memaksa, anak raja manyuruh anak
Bambang Haruman. buahnya melubangi keranjang Ning
Wandan Puri dan memasukkan biji-
4.4.3 Cerdik bijian kecil agar jadi petunjuk menuju
Cerdik merupakan salah satu rumah Ning Wandan Puri. Hal tersebut
nilai intelektual yang ditemukan pada dapat dilihat dari kutipan berikut.
cerita “Putri Gumbili dengan Bambang Dia tidak percaya kalau kalau
Haruman”. Hal ini tanpak dari keadaan nenek itu sendiri yang
rumah Ning Wandan Puri yang merangkainya. “Pasti ada orang
disembunyikan/disamarkan dengan lain. Dan orang lain itu pasti
sangat cantik”, pikir putra raja.

31
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32

Pada saat itu timbul pikirannya


untuk mencari jalan agar bisa
mengikuti jejak nenek itu sampai
ke rumah nya. Kepada para
pegawai diperintahkannya agar
memasukkan ikur-ikur, yaitu
sebangsa biji-bijian kecil DAFTAR PUSTAKA
makanan burung perkutut.
Nanti lobangi lanjung nenek itu, Danandjaya, James. 2002. Folklor
sehingga kita dapat mengetahui Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama
ke mana perginya”, perintah Grafiti.
putra raja kepada anak buahnya Departemen Pendidikan Nasional. 2011.
(hlm. 100). Kamus Besar Bahasa Indonesia offline
versi 1.2. Edisi III. Jakarta: Pusat
Hal ini menunjukkan bahwa Bahasa.
putra raja adalah orang yang cerdik. Endaswara, S. (2009). Metodologi
Dengan kecerdikannya ia pun dapat penelitian folklor: Konsep, teori, dan
memperoleh keinginannya, yakni aplikasi dilengkapi dengan cara
mendatangi rumah Ning Wandan Puri membuat proposal dan laporan
dan akhirnya dapat menikahi Putri penelitian folklor. Jakarta: PT Buku
Gumbili. Kita.
Hutomo, S. S. (1991). Mutiara yang
5. PENUTUP terlupakan: Pengantar studi sastra
5.1 Simpulan lisan. Jakarta: CV Rajawali.
Berdasarkan hasil analisis Moleong, L. J. (2000). Metodologi penelitian
terhadap cerita rakyat Banjar “Putri kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Gumbili dengan Bambang Haruman” Rosdakarya.
ditemukan beberapa nilai didaktis yang Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori,
dapat diuraikan menjadi nilai etika, nilai Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
filosofis, nilai religius, dan nilai Jakarta: PT Gramedia Pustaka
intelektual. Nilai-nilai etika meliputi: Utama.
hormat pada penguasa, sopan santun, Semi, M. A. (2012). Metode penelitian
dan tahu diri dan membalas budi. Nilai sastra. Bandung: Angkasa Jaya.
filosofis yakni hubungan suami istri Soekanto, Soerjono. 1993. Kamus Sosiologi.
harus harmonis, jangan menelantarkan Jakarta: PT. Raya Grafindo
anak, jangan menutup mata terhadap Persada.
penderitaan orang lain, tidak Sugiarto, Eko. 2009. Mengenal Dongeng
memandang rendah dan menghargai dan Prosa Lama. Yogyakarta:
orang lain, dan kebaikan akan berbuah Pustaka Widyatama.
kebaikan. Nilai religius meliputi berdoa Sunarti, dkk. 1977. Sastra Lisan Banjar.
yang baik, dilarang bunuh diri, taat dan Jakarta: Proyek Penelitian Bahasa
patuh pada orang tua. Yang terakhir, dan Sastra Indonesia dan Daerah.
nilai intelektual meliputi memiliki ilmu, Yulianto, Agus. 2014. Nilai-nilai didaktis
memiliki keterampilan, dan cerdik. dalam Fabel Banjar. Dalam Bunga
Rampai Hasil Penelitian

32
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)

Kesastraan. Hlm. 1-20. Banjarbaru:


Balai Bahasa Provinsi Kalimantan
Selatan.

33

Anda mungkin juga menyukai