Nidya T. Patricia
Balai Bahasa Kalimantan Selatan
Jalan A. Yani, Km. 32 Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan,
Telp: 0511-4772641, pos-el: nidya.patricia@kemdikbud.go.id
Abstrak: Indonesia sangat kaya akan cerita rakyat. Cerita rakyat biasanya mencerminkan nilai,
kepercayaan, dan adat suatu masyarakat. Salah satunya adalah cerita rakyat yang berjudul
“Putri Gumbili dengan Bambang Haruman” dari Kalimantan Selatan. Cerita rakyat ini
mengandung nilai-nilai didaktis yang dapat menjadi pelajaran bagi pembacanya. Oleh karena
itu, penilitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan nilai-nilai didaktis apa sajakah yang
terkandung dalam cerita rakyat “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman”? Tujuan penelitian
untuk mendeskripsikan nilai-nilai didaktis yang terkandung dalam cerita rakyat Kalimantan
Selatan “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman”. Penelitian ini menggunakan pendekatan
analisis konten. Untuk mengumpulkan data, digunakan metode penelitian pustaka. Sedangkan
untuk menganalisis data tersebut digunakan metode kualitatif deskriptif. Nilai-nilai didaktis
yang dianalisis dalam cerita rakyat “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman” meliputi nilai
etika, nilai filosofis, nilai religiusitas, dan nilai intelektual. Berdasarkan hasil penelitian, nilai
etika yang ditemukan yakni hormat pada penguasa, sopan santun, dan tahu diri dan membalas
budi. Nilai filosofis meliputi hubungan suami istri harus harmonis, jangan menelantarkan anak,
jangan menutup mata terhadap penderitaan orang lain, tidak memandang rendah dan
menghargai orang lain, dan kebaikan akan berbuah kebaikan. Nilai religius meliputi berdoa
yang baik, dilarang bunuh diri, taat dan patuh pada orang tua. Yang terakhir, nilai intelektual
meliputi memiliki ilmu, memiliki keterampilan, dan cerdik.
Abstract: Indonesia has lots of folklores. Usually, folklore reflects value, believe, and tradition of the
society. One of them is a folklore entitled “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman” from South
Kalimantan. This folklore contains didactics values that can be valuable lesson for the readers. That is why
this study is done to answer some questions what are didactics values in “Putri Gumbili dengan Bambang
Haruman” folklore. This study aims to describe didactics values in South Kalimantan folklore entitled
“Putri Gumbili dengan Bambang Haruman”. This study uses content analysis approach. To collect the
data, this study uses library method. Meanwhile, to analyse the data this study uses descriptive qualitative
method. Didactics values which are analysed in this folklore “Putri Gumbili dengan Bambang Haruman”
are ethics value, philosophy value, religious value, and intellectual value. Base on the result, in ethics
values, there are respect to the ruler, well-behaved, to know one’s place and return a favor. In philosophy
value, there are mantaining harmonious relationship between husband and wife, nurturing children,
paying attention to other people and be respect, and do good deeds. In religious value, there are pray for
goodness, do not commit suicide, and obey to our parent. And the last one is intelletual value, there are
having knowledge, having skill, and clever.
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32
20
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)
21
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32
22
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)
23
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32
24
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)
Si nenek sengaja membuat alasan Ning Wandan Puri yang sudah renta
yang dibuat-buat tentang keadaan harus menghidupi mereka bertiga.
rumahnya. Padahal rumahnya bersih Untuk itu, mereka ingin tahu apakah ada
dan rapi karena dirawat dan dibersihkan yang bisa mereka lakukan untuk
oleh Putri Gumbili dan Bambang membantu si nenek mencari nafkah. Hal
Haruman. Hal ini dilakukan Ning tersebut dapat dilihat dari kutipan
Wandan Puri agar tidak ada orang lain berikut.
yang mengetahui keberadaan Putri Keduanya membantu
Gumbili dan Bambang Haruman di pekerjaan nenek itu dengan rajin.
rumahnya, termasuk putra raja. Pada suatu hari, dia berkata
kepada Ning Wandan Puri, “Nek
4.1.3 Tahu Diri dan Membalas Budi apa yang dapat kita kerjakan
Selain sopan santun, nilai etika untuk meringankan beban
yang ditemukan yakni tahu diri dan nenek”.
membalas budi. Hal ini ditunjukkan oleh “Apalah yang dapat kita
sikap dan tingkah laku Putri Gumbili lakukan. Tapi, ada. Kalau kau
dan Bambang Haruman. Mereka telah mau, kita bisa memetik kembang
tinggal bersama Ning Wandan Puri sejak dan menjualnya ke pasar”, jawab
mereka dipungut oleh Ning Wandan nenek itu.
Puri. Oleh karena itu, mereka ingin Sejak saat itu, mereka menjual
membalas kebaikan nenek dengan kembang. Sore hari mereka
melakukan apa saja yang mereka bisa. petik, dan malamnya mereka
Salah satu caranya dengan merawat rangkai menjadi karangan bunga
rumah si nenek. Hal tersebut dapat yang indah. Kedua anak yang
dilihat dari kutipan berikut. sudah remaja itu dengan tekun
Rumah nenek itu walaupun di mengikuti petunjuk Ning
bawah kerimbunan tumbuhan Wandan Puri dalam merangkai
menjalar, tetapi keadaannya bunga (hlm. 98).
sangat bersih, lantainya
mengkilat. Kedua anak yang Kutipan tersebut menyiratkan bahwa
berada di rumahnya itulah yang Putri Gumbili dan Bambang Haruman
membersihkan (hlm. 101). adalah anak-anak yang tahu membalas
budi.
Kutipan tersebut menunjukkan
bahwa Putri Gumbili dan Bambang 4.2. Nilai Filosofis
Haruman adalah anak-anak yang tahu 4.2.1 Hubungan Suami Istri Harus
diri. Karena mereka menumpang di Harmonis
rumah Ning Wandan Puri tentu mereka Pada awal cerita “Putri Gumbili
harus ikut merawat dan dengan Bambang Haruman” ditemukan
membersihkannya. cerita mengenai hubungan suami istri
Putri Gumbili dan Bambang yakni ayah dan ibu Putri Gumbili dan
Haruman juga tidak ingin hanya duduk Bambang Haruman. Seharusnya dalam
manis dan berpangku tangan, sedangkan hubungan suami istri ada keharmonisan,
25
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32
agar dapat memberi contoh yang baik pergi meninggalkan rumah seperti
dan menjadi teladan bagi anak-anaknya. kutipan berikut ini.
Namun, ayah Putri Gumbili dan “Kalau demikian, lebih baik
Bambang Haruman digambarkan pergi,” pikirnya. Pergilah
sebagai suami yang kasar, pemarah, perempuan itu mengembara ke
mudah curiga dan tidak peduli pada dalam hutan, dengan hanya
istrinya. membawa pakaian yang melekat
Hal tersebut tergambar dari kutipan di badan.
berikut. “Mudah-mudahan aku dimakan
“Lebih baik kita habiskan hantu”, katanya (hlm. 95).
semua”, kata suaminya kepada
anaknya. “Terbiasa makan- Kutipan tersebut menggambarkan si ibu
makan bersama orang lain, tidak sibuk dengan pikiran dan perasaannya
mau dengan suami yang sendiri saja. Ia merasa putus asa dan
mencarikan. Semua masakan ingin cepat mati. Tidak terpikir
kita habiskan saja.” (hlm. 95) bagaimana nasib keluarga yang
Ketika menanyakan kepada ditinggalkan, khususnya anak-anaknya.
ayahnya, kemana ibunya pergi, Akhirnya si ibu mati memang meninggal
dengan marah ayahnya karena dimakan hantu seperti harapan
menjawab, “Biarkan saja dia dan keinginannya. Pada cerita ini,
pergi apa. Biar dia mampus” hubungan suami istri antara ayah dan
(hlm. 96). ibu Putri Gumbili dan Bambang
Haruman bukanlah contoh hubungan
Kutipan tersebut menceritakan saat ayah suami istri yang harmonis.
Putri Gumbili dan Bambang Haruman
yang marah pada istrinya karena 4.2.2 Jangan Menelantarkan Anak
menyangka sayur pakis yang sudah Tingkah laku dan perbuatan
susah payah ia kumpulkan dimakan oleh orangtua Putri Gumbili dan Bambang
istrinya dan selingkuhan istrinya. Haruman bukan contoh yang baik.
Padahal sayur pakisnya menyusut Mereka seharusnya menjadi orangtua
karena dimasak dan istrinya juga yang bertanggung jawab dan mampu
tidakberselingkuh. Namun, ia tidak merawat dan mendidik darah daging
peduli dengan penjelasan istrinya dan mereka sendiri. Tapi karena keputusan-
tetap keras dengan tuduhannya. Karena keputusan yang keliru, anak-anak
ingin menghukum sang istri, ia mengajak mereka yang harus menanggung
Putri Gumbili dan Bambang Haruman akibatnya dan menjadi anak-anak yang
memakan sayur pakis tersebut. Ia tidak terlantar. Hal ini dapat dilihat dari
menyisakan sedikitpun sayur pakis yang kutipan berikut.
telah dimasak istrinya. Tidak alang kepalang
Di lain pihak, ibu Putri Gumbili keadaan kedua anak itu.
dan Bambang Haruman juga Andaikata tidak ada kulit
digambarkan sebagai orang yang pendek memalut tulang, tulang
akal dan mudah putus asa. Melihat sayur belulangnya sudah lama
pakis telah dihabiskan, ia menjadi sedih, berhamburan akibat kurusnya.
marah dan putus asa, lalu memutuskan Sedang rambutnya gimbal,
26
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)
melekat satu sama lain karena Setelah tiba ditempat itu, salah
tidak terawat. Keadaannya seorang langsung jatuh pingsan.
sunggun menyedihkan (hlm. 97). Bergegas Ning Wandan Puri
keluar dari rumahnya yang
Kutipan tersebut menggambarkan diselubungi tumbuhan menjalar.
keadaaan Putri Gumbili dan Bambang Dengan kasih sayang, Ning
Haruman setelah ditinggalkan kedua Wandan Puri merawat kedua
orangtua mereka. Sebagai anak kecil, anak itu dan memberinya
tentu mereka belum mampu merawat minum (hlm. 97).
diri mereka sendiri dengan baik. “Kalau begitu, maukah kau
Akhirnya Putri Gumbili dan tinggal bersamaku di sini?” Kata
Bambang Haruman mengembara dan Ning Wandan Puri.
jatuh di halaman rumah Ning Wandan “Senang sekali,” jawabnya. “Ke
Puri. Waktu ditanya dimana rumah dan mana lagi kami harus pergi.”
orangtua mereka, si anak berkata bahwa Sejak saat itu, keduanya tinggal
mereka tidak ingat dimana rumahnya. di rumah Ning Wandan Puri dan
Orangtua mereka juga tidak ada karena menganggapnya sebagai
ibu telah meninggal dan ayah tak tahu di neneknya sendiri. Ning Wandan
mana seperti kutipan berikut. Puri kemudian memberi nama
“Kami memang datang dari Putri Gumbili dan Bambang
rumah,” jawabnya. Tetapi Haruman (hlm. 98).
dimana rumah kami itu, saya Kutipan tersebut menunjukkan
sendiri tidak ingat lagi”. walaupun Ning Wandan Puri tidak
Selanjutnya dia menceritakan memiliki pertalian darah dengan Putri
tentang ibunya yang telah Gumbili dan Bambang Haruman tetapi
dimakan hantu batumpang ia bersedia merawat kedua anak tersebut
hantu barangkup, juga tentang dengan tulus. Ia tidak menutup mata
kepergian ayahnya yang tidak pada penderitaan yang dialami kedua
diketahui entah kemana. (hlm. anak tersebut. Ia perduli dan bersedia
97) membantu orang lain. Akhinya Ning
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Wandan Puri merawat kedua anak
mereka terpaksa hidup sendiri tanpa tersebut bahkan memberi mereka nama.
didampingi orangtua. Mereka menderita Hal ini menunjukkan bahwa dalam
karena memiliki orangtua yang tidak bermasyarakat seharusnya ada simpati
bertanggung jawab. dan empati terhadap penderitaan orang
lain.
4.2.3 Jangan Menutup Mata
Terhadap Penderitaan Orang Lain 4.2.4 Tidak Memandang Rendah dan
Ning Wandan Puri yang melihat Menghargai Orang Lain
keadaan kedua anak kecil itu Diceritakan bahwa putra raja
jatuh iba. Hal tersebut dapat jatuh cinta pada gadis yang merangkai
dilihat dari kutipan berikut. kembang. Untuk itu raja berniat melamar
Putri Gumbili untuk anaknya. Hal ini
27
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32
28
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)
29
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32
rumah. Ning Wandan Puri juga bisa Kutipan di atas menunjukkan bahwa
pergi ke pasar dengan tenang. Ning Wandan Puri menggunakan
Selain itu, Putri Gumbili dan mantra penglaris sehingga jualan laku
Bambang Haruman juga patuh tatkala terjual bahkan sampai ludes. Hal ini
disuruh Ning Wandan Puri sembunyi menunjukkan bahwa mantra penglarisan
dan pura-pura tidur saat putra raja Ning Wandan Puri sangat hebat.
bertamu. Hal ini dapat tergambar dari Selain itu Ning Wandan Puri juga
kutipan berikut. menggunakan mantra pada rangkaian
“Kalau demikian, silahkan kembang yang di jual pada anak raja.
masuk. Tapi tunggu sebentar, Hal ini dapat dilihat dari kutipan-
aku akan membenahi rumah kutipan berikut.
dahulu”, kata Ning Wandan Puri Setelah mengetahui siapa yang
dengan tersipu-sipu. Padahal dia ingin membeli, diberikannya
sebenarnya akan menyuruh seuntai kembang yang benar-
cucunya bersembunyi, pura-pura benar indah, muda dan lebih
tidur dan jangan sedikitpun harum. Putera raja kagum
bersuara (hlm. 100). setelah menerima. Diapun
meragukan kalau nenek itu
Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sendiri yang merangkainya.
Ning Wandan Puri bukan orangtua (hlm. 99)
mereka, bahkan tak ada pertalian darah Sebelum orang-orang siap
tetapi Putri Gumbili dan Bambang mengatur barang dagangan,
Haruman paham maksud, tujuan dan Ning Wandan Puri sudah datang
niat baik nenek tua itu. Mereka tidak membawa kembang yang akan
juga ingin menyusahkan Ning Wandan dijual. Seperti biasa, kali ini pun
Puri. Oleh karena itu, mereka selalu dimasukkannya untaian
patuh dan taat pada perintah Ning kembang yang sudah dimantrai,
Wandan Puri. Apapun bentuk perintah khusus yang akan dijual kepada
dari nenek tersebut. putra raja (hlm. 100).
30
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)
31
Undas Vol 15, Nomor 1, Juni 2019: 19—32
32
Nilai-Nilai Didaktis dalam Cerita Rakyat “Putri Gumbili
dengan Bambang Haruman” (Nidya Triastuti Patricia)
33