Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

LUTUNG KASARUNG

KELOMPOK 2
KELAS VIII-A
NAMA :
-Galih Priadiwangsa Pratama
-Fazza Adhimas Rachman
-Novalino Nurrachman
-Achmad Nuzulul Ramadhani
-Rayashi Amani S.U
-Nabila Yusuf
-Addara Alilatulbariza
-Nabila Chairunnisa Putri
-Chesya Al Zahra
-Zalfa Naqiyyah Sakhi
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Cerita rakyat atau legenda adalah cerita pada masa lampau yang

menjadi ciri khas setiap bangsa dengan kultur budaya dan sejarah yang

dimiliki masing-masing bangsa. Cerita rakyat pada umumnya diwariskan

secara turun-menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam

masyarakat tertentu.

Cerita rakyat bukanlah sekedar cerita biasa yang hanya ditujukan

untuk menghibur, tetapi juga mengandung nilai – nilai kehidupan, moral,

emosional, bahasa, religi, sosial budaya dan lain-lain. Setiap bangsa

memiliki cerita rakyat masing – masing, lewat cerita – cerita rakyat ini

banyak sekali yang dapat diketahui sebuah tradisi adat, serta

kebudayaan yang berkembang di berbagai tempat.

Dalam masyarakat Sunda dikenal cerita pantun dan babad. Cerita

pantun adalah cerita – cerita yang terdapat dalam tradisi lisan

masyarakat Sunda. Semua gambaran yang terdapat dalam cerita

didengar secara turun- temurun. Cerita pantun diceritakan oleh juru

pantun hanya pada waktu- waktu tertentu saja yang dianggap penting

dan suci, misalnya pada waktu ngaruat, ngagusar, nadar dan lain-lain.

Sebelum bercerita juru pantun


terlebih dulu ngarajah, atau mengucap mantra untuk meminta ijin kepada

para hiang atau karuhun (nenek moyang).

Diantara cerita-cerita pantun ada yang dianggap keramat oleh juru

pantun sehingga hanya beberapa orang yang berani menceritakannya.

Cerita pantun Lutung Kasarung, Mundinglaya di Kusumah, Ciung

Wanara dan Nyai Pohaci Sanghiang Sri adalah beberapa cerita-cerita

pantun yang dianggap keramat. Di antara keempat cerita tersebut,

Lutung Kasarung adalah cerita yang dianggap paling keramat, sehingga

jarang sekali ada juru pantun yang berani menceritakannya. Cerita Lutung

Kasarung sendiri dicatat oleh seorang mantri gudang kopi Kawunglarang

bernama Argasasmita di wilayah Majalengka. Saat ini tulisan aslinya

disimpan di Musium Pusat Jakarta dengan tanda pengenal Naskah

Sunda no. 113. Tulisan itu ditulis dengan aksara Jawa dan Latin (Ajip

Rosidi, 2008).

Cerita Lutung Kasarung yang menceritakan tentang perselisihan

antara Purba Rarang dan adiknya yang bernama Purba Sari, dalam

memperebutkan tahta kekuasaan yang diwariskan oleh ayahnya kepada

Purba Sari namun karena usianya belum cukup matang untuk sementara

kekuasaan diserahkan pada Purba Rarang. Sayangnya Purba Rarang

tidak terima dengan keputusan ayahnya, sehingga ia ingin menguasai

sepenuhnya tahta kerajaan dengan cara mengasingkan Purba Sari

kehutan. Purba Sari yang selalu sabar dan pasrah kepada Tuhan

akhirnya di pertemukan dengan Lutung Kasarung yang selalu

membantunya memecahkan masalah.


Cerita rakyat Lutung Kasarung ini mengandung banyak nilai positif yang

diharapkan dapat diserap oleh anak-anak untuk memupuk mental dan moral

mereka sebagai generasi penerus bangsa. Sifat-sifat Purba Sari yang selalu

sabar dan ikhlas namun selalu berjuang dalam menghadapi cobaan yang

terus menerus datang padanya patut ditiru oleh anak-anak.

Pada tahun 1926 Lutung Kasarung menjadi film pertama di Indonesia

yang dibuat di Bandung oleh Heuveldrop orang Belanda dan Kruger orang

Jerman dengan judul ”Loetoeng Kasaroeng”. Lutung Kasarung juga pernah

ditampilkan dalam bentuk drama oleh R.T.A Sunarya seorang bupati Ciamis

pada tahun 1947. Saat ini kurangnya media yang mengangkat cerita Lutung

Kasarung menyebabkan cerita Lutung Kasarung kurang dikenal oleh anak-

anak. Mereka lebih mengenal cerita Lutung Kasarung melalui buku

pelajaran sekolah dengan cerita yang sangat singkat, sehingga inti dari

cerita Lutung Kasarung yang sarat dengan nilai positif ini terlewatkan dan

terlupakan begitu saja oleh anak-anak. Oleh karena itu diperlukan sebuah

media kreatif yang mendidik namun menarik bagi anak-anak agar mereka

tidak hanya mengenal cerita Lutung Kasarung tapi juga memahami nilai

yang terkandung dalam cerita ini.

2. Identifikasi Masalah

• Terbatasnya pengetahuan anak-anak mengenai cerita Lutung

Kasarung, cerita yang dikenal sekarang berdasarkan struktur cerita

yang didapat dari pelajaran sekolah.

• Kurangnya media yang mengangkat cerita Lutung Kasarung

khususnya bagianak-anak.
• Kurangnya pemahaman anak terhadap nilai moral yang terkandung

dalam cerita rakyat Lutung Kasarung.

• Banyaknya cerita dari negara lain yang masuk ke Indonesia melalui

berbagai media menyebabkan anak-anak cenderung memilih cerita

dari luar negeri dibandingkan cerita rakyat Sunda Lutung Kasarung.

3. Fokus Permasalahan

Bagaimana menyampaikan informasi tentang nilai-nilai moral

yang terkandung dalam cerita Lutung Kasarung kepada anak-anak di

Jawa Barat.

4. Tujuan Perancangan

a. Menceritakan kembali cerita rakyat Sunda Lutung Kasarung.

b. Memberikan informasi tentang nilai – nilai moral yang terkandung

dalam cerita Lutung Kasarung.

c. Melestarikan Cerita rakyat Lutung Kasarung sebagai peninggalan

budaya Sunda.
BAB 2
PEMBAHASAN

Lutung Kasarung adalah cerita pantun yang mengisahkan legenda

masyarakat Sunda yang terinspirasi dari kisah para menak Kerajaan Galuh

dan Kerajaan Sunda tentang perjalanan Sanghyang Guruminda dari

Kahyangan yang diturunkan ke Buana Panca Tengah (Bumi) dalam wujud

seekor lutung (sejenis monyet). Dalam perjalanannya di Bumi, sang lutung

bertemu dengan putri Purbasari Ayuwangi yang diusir oleh saudaranya yang

pendengki, Purbararang. Lutung Kasarung adalah seekor mahkluk yang

buruk rupa. Pada akhirnya ia berubah menjadi pangeran dan mengawini

Purbasari, dan mereka memerintah Kerajaan Pasir Batang dan Kerajaan

Cupu Mandala Ayu bersama-sama.

Lutung Kasarung

Pada tahun 1921, cerita rakyat ini diangkat ke dalam gending karesmen, yaitu

drama yang diiringi musik, oleh R.A. Wiranatakusumah, Bupati Bandung. Lima

tahun kemudian, NV Java Film Company mengangkatnya ke dalam sebuah film

bisu yang berjudul Loetoeng Kasaroeng yang disutradarai oleh L. Heuveldorp.

Film ini merupakan film pertama di Hindia Belanda. Film ini diputar dari 31

Desember 1926 sampai 6 Januari 1927 di bioskop Elite (Majestic).

Cerita pantun Lutung Kasarung kemudian dijadikan bahan disertasi oleh F. S.

Eringa yang dibukukan pada tahun 1949.

Cerita ini ditulis dalam bahasa Indonesia oleh seniman Belanda Tilly Dalton dalam
tahun 1950. Salinan bukunya disumbangkan kepada KITLV di Leiden, Belanda.

Saat ini cerita rakyat tersebut sering muncul dalam bentuk, antara lain, cerita anak,

komik, sinetron di televisi-televisi Indonesia.

Kisah Lutung Kasarung juga terdapat dalam tradisi lisan masyarakat Banyumasan

yang dikenal sebagai Legenda Raden Kamandaka sebagai akibat dari masuknya

pengaruh budaya Sunda ke wilayah Banyumas sejak daerah ini merupakan

bagian dari Kerajaan Sunda pada zaman dahulu

BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan yang bisa kita dapat dari kisah LUTUNG KASARUNG adalah Cerita

ini mengajarkan kita agar kita dapat mencintai dan menyayangi seseorang dengan

tulus dan apa adanya, tidakhanya memandang fisik sempurna diluar

tetapi juga hatinya

Anda mungkin juga menyukai