PENDAHULUAN
Sastra anak meliputi semua jenis penulisan kreatif dan imajinatif yang
khusus untuk dibaca dan menghibur anak-anak. Dengan demikian sastra anak
menawarkan kesenangan dan pemahaman bagi anak-anak. Sastra anak erat
kaitannya dengan dunia anak-anak dan bahasa yang digunakannya pun sesuai
dengan perkembangan intelektual dan emosional anak. Sastra (dalam sastra anak-
anak) adalah bentuk kreasi imajinatif dengan paparan bahasa tertentu yang
menggambarakan dunia rekaan, menghadirkan pemahaman dan pengalaman
tertentu, dan mengandung nilai estetika tertentu yang bisa dibuat oleh orang dewasa
ataupun anakanak. Sastra anak-anak bukan dibatasi oleh siapa pengarangnya,
melainkan untuk siapa karya itu diciptakan. Dengan demikian sastra anak-anak
boleh saja hasil karya orang dewasa, tetapi berisikan cerita yang mencerminkan
perasaan anak-anak, pengalaman anak-anak serta dapat dipahami dan dinikmati
oleh anak-anak sesuai dengan pengetahuan anak-anak.
Sastra anak adalah sastra yang berbicara tentang apa saja yang menyangkut
masalah kehidupan ini sehingga mampu memberikan informi dan pemahaman
yang lebih baik tentang kehidupan itu sendiri. Melalui cerita yang dikemas dalam
berbagai jenis sastra anak, anak akan cenderung lebih nyaman dalam menerima
informasi. Sebab, dunia anak berbeda dengan orang dewasa, jika tidak disampaikan
sesuai dengan tingat kemampuan pemahaman mereka maka akan sia-sia saja segala
amanat atau nilai moral yang terkandung dalam cerita yang disampaikan.
Cerita sejarah merupakan salah satu contoh sastra anak yang dapat
memberikan informasi serta pemahaman untuk anak. Di dalamnya berisi berbagai
nilai-nilai moral yang baik untuk pertumbuhan kognitif anak. Bacaan fiksi sejarah
tentunya juga bias menumbuhkan karakter anak menjadi lebih terarah dan mungkin
saja bisa mencontoh tokoh-tokoh di dalam bacaan fiksi sejarah tersebut. Hal
tersebutlah yang mendasari penulis untuk menulis artikel ini, sebab di zaman
modern ini nilai-nilai moral anak-anak sudah mulai terkikis terganti dengan hal-hal
yang tidak bermanfaat dan justru merusak proses petumbuhan anak.
Dari definisi cerita sejarah di atas dapat ditemukan beberapa karakteristik, yaitu:
Cerita sejarah fiksi merupakan cerita fiksi yang didasarkan pada peristiwa
masa lalu yang memiliki nilai sejarah. Namun yang disampaikan bukanlah
sepenuhnya fakta, penulis menambahkan fiksi pada cerita dengan tujuan untuk
membuat cerita semakin menarik dan mudah dipahami anak-anak. Sasaran
pembaca cerita sejarah fiksi ini adalah anak-anak usia pra-sekolah hingga anak-
anak yang berusia 12 tahun. Beberapa contoh cerita sejarah fiksi dapat di lihat pada
gambar di bawah ini:
Buku ini berupa novel anak, yang diperuntukkan bagi anak usia Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Buku ini merupakan hasil saduran dari buku
Babad Prambanan, suatu cerita rakyat dari daerah Prambanan, Jawa Tengah. Buku
ini bercerita tentang teka-teki Dewi Larasati, kisah Bandung Bandawasa, dan
Endang Rara Temon di Kerajaan Pengging (Bumi Prambanan).
Cerita ini mengandung nilai sejarah tentang bupati yang berkuasa di daerah
Caringin, Banten. Dalam cerita ini Dalem Boncel dikisahkan sebagai anak yang
durhaka terhadap ibunya. Dia tidak mau mengakui ketika ibunya datang, karena
pada saat itu dia sudah menjadi seorang bupati, sedangkan ibunya hanya seorang
tua renta dan miskin. Dalem Boncel tega mengusir ibunya. Ibunya pun
meninggalkan anak mereka dengan hati yang pedih karena tidak diakui oleh
anaknya sendiri.
Sang Pangeran Dari Tuban merupakan cerita (novel) anak, terutama anak
usia Sekolah Menengah Pertama. Buku ini merupakan hasil saduran dari buku Serat
Rangsang Tuban gubahan Ki Padmasusastra dari Kitab Wedha Paraya karangan
Empu Manehguna. Buku ini bercerita tentang kepergian Pangeran Warihkusuma
dari istana Tuban dan terpaksa berpisah dengan istrinya akibat tindakan semena-
mena adiknya yang diangkat menjadi raja.
b. Baratayuda
c. Gadjah Mada
Menurut Stewig (1980) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
cerita fiksi sejarah meliputi:
PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN