Anda di halaman 1dari 13

Nama : MERRY PUJIYANI

NIM : 837740134
Semester : 3.A

MANDUL 6
Cerita Anak-anak

KB 1
Hakikat Cerita Anak-anak

A. PENGERTIAN

Kutipan 1
Perkembangan dunia tulis menulis sudah sangat pesat sehingga karya batin
tidak harus diungkapkan dalam bentuk fisik dan nonfisik yang terbatas. Dunia
membutuhkan penulis dan pengarang untuk menulis tentang apa saja (2003 : 23).

Kutipan 2
Eni melihat seorang pengantar surat yang bersepeda keliling kampung.
Belnya berbunyi kring, kring, kring. Ketika hari panas, keringatnya membasahi
tubuhnya, wajahnya dihiasi titik keringat yang kemudian jatuh atau mengalir
merambat pipinya (2002 : 327).

Pada kutipan 1 ditemukan :


1. Adanya fakta, yaitu perkembangan dunia tulis menulis sudah sangat pesat;
2. Menyinggung masalah data, yaitu dunia membutuhkan penulis dan
pengarang;
Pada kutipan 2 ditemukan :
1. Terdapat tokoh, yaitu Eni dan tukang pos atau pengantar surat;
2. Menggambarkan suasana dan mendeskripsikan peristiwa, yaitu hari panas,
keringatnya membasahi tubuhnya.

Cerita anak-anak memang merupakan cerita yang pantas dikonsumsi oleh


anak-anak.
Titik W.S., dkk., (2003 : 89) menjelaskan bahwa cerita anak-anak adalah
cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat
wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga
komunikatif.
Cerita anak-anak juga dikatakan sebagai sesuatu yang kompleks, artinya
cerita anak-anak dibangun oleh struktur yang tidak berbeda dengan cerita orang
dewasa, sebab cerita anak-anak yang sederhana itu tetap harus disusun dengan
memperhatikan unsur keindahan atau kemenarikan. Ciri-ciri cerita anak sebagai
berikut.

1. Ciri-ciri Cerita Anak


Riris K. Toha-Sarumpaet (1967 : 29-32) menuliakan adanya 3 ciri yang dapat
membedakan cerita anak-anak dengan cerita orang dewasa.

a. Unsur pantangan
Merupakan unsur-unsur yang berbuhubungan dengan segi isi cerita yang
bersifat negatif yang tidak pantas untuk diketahui anak karena unsur-unsur
tersebut dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak ke arah yang tidak baik.
Misalnya kemiskinan, kekejaman ibu tiri, dan perlakuan yang tidak adil pada
tokoh protagonis, biasanya amanat lebih sering disederhanakan dengan cara
memberikan kebahagiaan diakhir cerita.

b. Penyajian
Cerita anak harus disajikan secara langsung, tidak berbelit-belit. Dialog yang
diucapkan atau dilakukan para tokoh cerita harus wajar dalam hidup. Pleh karna
itu, bahasa yang digunakan harus singkat dan lugas, tidak menggunakan gaya
bahasa yang biasa digunakan oleh orang dewasa. Perwatakan para tokoh
digambarkan secara hitam putih. Artinya, setiap tokoh yang dihadirkan hanya
mengemban satu sifat utama, yaitu tokoh baik atau tokoh buruk.

c. Fungsi terapan
Artinya, cerita anak-anak disusun dengan mengemban misi pendidikan,
pengetahuan, perkembangan anak, dan pengalaman tentang kehidupan. Fungsi
terapan ditunjukkan oleh unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita. Melalui
cerita, anak-anak juga akan memperoleh pendidikan tentang budi pekerti,
keimanan kepada Tuhan, keterampilan, dan berbagai pengetahuan.

2. Manfaat Cerita Anak-anak


Cerita anak-anak (buku) dapat menjadi sahabat karib bagi anak-anak. Sebagai
sahabat karib, cerita anak-anak memliki peranan yang besar dalam membantu
perkembangan seorang anak.
Certa yang bagus dapat memberikan pandangan tentang rasa percaya diri,
rasa aman, tentram, sebagai anggota sebuah keluarga, anggota linkungan sekolah
atau masyarakat. Cerita anak dapat menanamkan rasa peka dalam batinnya untuk
bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, dapat menanamkan kesadaran
tentang kebenaran dan keadilan, keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengorbanan,
dan kehormatan. Nilai edukatif bisa mendidik anak akan rasa cinta tanah air dan
bangsa, cinta seni, profesi, dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Ditinjau dari segi bahasa, cerita anak-anak dapat memperkaya
perbendaharaan kata anak-anak. Menjadikan anak terampil berbahasa secara lisan
dan tulis. Melalui cerita, daya khayal yang ada pada diri anak dapat dibina dan
diarahkan kepada tujuan-tujuan yang sehat.

3. Jenis-jenis Cerita Anak-anak


Cerita dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan atau fungsi cerita, kelompok
usia anak, atau sifat cerita itu sendiri.
Anak-anak SD dikelompokkan pada usia antara 6-13 tahun. Apabila
dikelompokkan berdasarkan jenjang kelas maka mereka terkelompok menjadi
kelompok anak kelas rendah dan kelompok anak kelas tinggi. Kelompok kelas
rendah berusia antara 6-9 tahun, sedangkan kelas tinggi berusia antara 10-13
tahun.
Perkembangan jiwa anak-anak usia 6-9 tahun berada pada tahap imajinasi dan
fantasi yang tinggi sehingga cerita-cerita yang disenangi oleh anak-anak usia ini
adalah cerita-cerita yang mengandung daya khayali atau fantasi. Cerita-cerita
seperti ini tergolong kedalam jenis dongeng.
Pada usia 10-13 tahun anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah
ke cerita-cerita nyata atau realistis, meskipun pandangannya tentang dunia ini
masih sangat sederhana. Anak usia 13 tahun ada yang sudah benar-benar
meninggalkan dunia fantasi. Cerita-cerita yaang disenangi anak-anak kelompok
ini berupa cerita-cerita tentang kepahlawanan, petualangan, detektif, dan cerita-
cerita tentang drama kehidupan.
Jenis-jenis cerita yang cocok untuk anak-anak usia SD dapat dikelompokkan
ke dalam cerita jenaka, dongeng, fabel, legenda, dan mite atau mitos.

a. Cerita jenaka
Merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau tingkah laku seorang
tokoh yang lucu. Kelucuan yang diungkapkan dapat berupa karena kebodohan
sang tokoh dapat pula karena kecerdikannya.

b. Dongeng
Dongeng adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau khayalan. Di
dalam dongeng terkandung cerita yang menggambarkan sesuatu di luar dunia
nyata, seperti bebek bertelur emas, peri yang baik hati dan sebagainya.

c. Fabel
Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-
tokohnya. Di dalam fabel, para hewan atau binatang digambarkan sebagaimana
layaknya manusia yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara. Fabel
mengandung unsur mendidik karena diakhiri dengan sebuah kesimpulan yang
mengandung ajaran moral. Contoh fabel, antara lain cerita “Kancil dan Kera”,
“Kancil dan Buaya”

d. Legenda
Legenda adalah yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda bertalian
dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam atau cerita
tentang terjadinya suatu negeri, danau atau gunung. Contoh cerita “Malin
Kundang”, “Batu Menangis”, “Sangkuriang”, “Asal Usul Kota Surabaya”.

e. Mite atau Mitos


Merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno, menyangkut
kehidupan dewa-dewa atau kehidupan makhluk halus. Mitos adalah cerita yang
mengandung unsur-unsur misteri, dunia gaib, dan alam dewa. Tokoh-tokoh mitos
mengandung kekuatan yang hebat dan memiliki kekuatan gaib. Tokoh-tokoh ini
bukan saja terdiri atas manusia, tetapi juga dewa-dewa dan makhluk gaib, seperti
cerita “Nyi Roro Kidul”.
KB 2

Unsur-unsur Pembangun Cerita Anak-anak

A. TEMA CERITA

Tema dalam sebuah cerita ibarat fondasi pada sebuah bangunan. Ini artinya
elemen atau unsur yang pertama harus ada dalam sebuah cerita adalah tema.
Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari cerita itulah yang disebut
tema. Sebuah tema terkandung sebuah amanat yang menjadi ujung tombak atau
tujuan utama seorang pengarang membuat sebuah cerita.
Cerita anak-anak umumnya bersifat diktatis. Tema atau amanat yang
terkandung dalam cerita anak-anak berisi pertentangan antara baik dan buruk.
Adakalanya tema cerita dinyatakan dengan jelas atau dinyatakan secara eksplisit.
Ada juga yang dinyatakan secara simbolis. Tema-tema yang dinyatakan secara
simbolis umumnya terdapat pada cerita-cerita orang dewasa.

B. AMANAT

Cerita anak-anak yang bersifat diktatis pada umumnya mengandung ajaran


moral, pengetahuan dan keterampilan. Hal-hal yang menjadi tujuan pengarang
seperti itulah yang disebut amanat. Amanat pada sebuah cerita dapat disampaikan
secara implisit ataupun secara eksplisit. Implisit, jika jalan keluar atau ajaran
moral itu tersirat di dalam tingkah laku tokoh. Eksplisit jika pengarang pada
tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, anjuran,
larangan, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu.

C. TOKOH

Tokoh ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di


dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi
dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan atau diserupai sebagai
manusia.
Supaya tokoh dapat diterima pembaca, ia hendaklah memiliki sifat-sifat yang
dikenal pembaca (tidak asing). Dengan kata lain, harus ada relevansi antara cerita
dengan dunia nyata, baik dari segi tokoh, latar, dan peristiwa itu sendiri.

1. Tokoh Sentral dan Tokoh Bawahan


Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam cerita dibedakan atas tokoh sentral dan
tokoh bawahan. Tokoh sentral atau tokoh utama adalah tokoh yang memegang
peran penting dalam cerita. Tokoh sentral yang berperan baik disebutnya dengan
istilah protagonis, sedang lawannya disebut antagonis.
Tokoh bawahan adalah tokoh yang kedudukannya tidak sentral, tetapi
kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
Di dalam beberapa cerita terdapat tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan
protagonis. Tokoh semacam ini disebut tokoh andalan. Oleh karena ia dekat
dengan tokoh utama, tokoh anadalan dimanfaatkan oleh pengarang untuk
memberi gambaran lebih rinci tentang tokoh utama.

2. Tokoh Datar dan Tokoh Bulat


Tokoh datar diungkapkan atau disoroti dari satu segi wataknya saja. Tokoh
datar bersifat statis, di dalam perkembangannya lakuan atau watak tokoh itu sedkit
sekali berubah, bahkan adakalanya tidak berubah sama sekali. Termasuk ke dalam
tokoh datar adalah tokoh stereotip, misalnya tokoh ibu tiri yang selalu dilukiskan
berwatak kejam; tokoh drakula yang selalu menghisap darah manusia melalui
leher korban.jika lebih dari satu ciri segi wataknya yang ditampilkan di dalam
cerita sehingga tokoh itu dapat dibedakan dari tokoh-tokoh yang lain maka tokoh
itu disebut tokoh bulat.

D. LATAR

Latar atau setting diartikan juga sebagai landas tumpu sebuah cerita. Secara
kasat mata, latar dalam cerita berkenaan dengan tempat atau ruang dan waktu
yang tergambar dalam sebuah cerita. Secara terperinci latar meliputi
penggambaran lokasi geografis, termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada
perincian peelengkapan sebuah ruangan; pekerjaan atau kesibukan sehari-hari
para tokoh; waktu berlakunya kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya;
lingkungan agama, moral, intelektual, dan sosial para tokoh.

E. ALUR

Makna yang disampaikan sudjiman (1991 : 29) yaitu alur adalah jalinan cerita
yang disajikan dengan urutan waktu tertentu. Alur dengan susunan peristiwa yang
kronologis disebut alur linier. Titik W.S., dkk., (2003 : 111) menjelaskan bahwa
pada umumnya struktur alur cerita anak dirancang secara kronologis, yang
menaungi periode tertentu dan menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam periode
tertentu tersebut.
Ada dua tipe alur kronologis, yaitu progresif dan episodik. Dalam buku-buku
yang menggunakan alur progresif, bab-bab pertama adalah eksposisi, tempat
tokoh-tokoh, latar, dan konflik dasar diperkenalkan. Setelah itu, cerita dibangun
hingga gawatan dan klimaks. Begitu klimaks tercapai, kesimpulan yang
memuaskan (leraian) diraih pula, dan cerita pun berakhir. Alur episodik mengikat
beberapa cerita atau episode, masing-masing sebagai sebuah kebulatan dengan
koflik dan penyelesaian.
F. SUDUT PANDANG

Sudut padang atau pusat pengisahan (point of view) digunakan pengarang


dalam menciptakan cerita agar memiliki suatu kesatuan. Oleh karena itu, sudut
pandang pada dasarnya adalah visi seorang pengarang.
Secara garis besar, sudut pandang dibedakan menjadi dua, yakni sudut
pandang orang pertama yang disebut dengan akuan dan sudut pandang orang
ketiga yang disebut dengan diaan atau disebut dengan insider atau outsider. Ada
juga cerita yang menggunakan sudut pandang campuran, yaitu kedua sudut
pandang tersebut (akuan dan diaan) digunakan dalam sebuah cerita.

G. GAYA

Khusu karya sastra dengan bentuk prosa atau cerita, gaya dalam penggunaan
bahasa berkaitan erat dengan aspek-aspek cerita, yaitu tujuan dan unsur-unsur
cerita. Gaya bercerita sangat berkaitan dengan unsur-unsur cerita, seperti tema,
latar, tokoh, dan sudut pandang.
Gaya akan selalu disesuaikan dengan semua aspek yang ada dalam cerita
sehingga cerita benar-benar menyatu atau tidak terjadi ketimpangan atau keanehan
yang membuat pembaca merasa bingung atau cerita menjadi tidak menarik
perhatian. Melalui gaya bercerita, pengarang bertujuan untuk menampilkan
suasana, latar, tokoh, dan unsur-unsur cerita yang lain menjadi hidup.
KB 3
Analisis Cerita Anak-anak

Kata analisis dalam Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI) bermakna


penyelidikan terhadap sesuatu. Analisis cerita anak-anak merupakan suatu
kegiatan menyelidiki atau mempelajari secara cermat tentang segala yang ada
dalam cerita anak. Unsur-unsur cerita anak-anak meliputi tema, tokoh dan
penokohan, latar atau setting, alur, sudut pandang, dan gaya. Untuk menganalisis
cerita anak-anak cukup dengan memahami unsur-unsur cerita terutama dalam hal
bagaimana gaya dan sudut pandang yang digunakan pengarang dalam bercerita.
a. Penyelidikan atau analisi tentang tema bertujuan untuk mengetahui tema atau
gagasan dasar yang disampaikan oleh pengarang
b. Analisis tentang tokoh. Dalam menganalisis tokoh sekaligus penokohannya,
harus mencermati karakter para tokoh dan peranannya dalam cerita tersebut.
c. Melalui analisis tokoh dan penokohan, akan diperoleh pengetahuan dan
pengalaman tentang kehidupan yang tertuang dalam cerita.
d. Latar atau setting dapat dianalisis melalui tempat kejadian setiap peristiwa
yang digambarkan dalam cerita.
e. Melalui alur dan gaya bercerita yang digunakan pengarang, akan tampak jelas
bagaimana kepandaian pengarang dalam menuangkan ide atau gagasannya
melalui cerita.
f. Unsur gaya dapat menentukan karakter para tokoh yang digambarkan melalui
penggunaan bahasa, juga dapat menggambarkan suasana latar cerita dengan
tepat.
MANDUL 7
Puisi Anak-anak

KB 1
Konsep Puisi Anak

A. PENGERTIAN PUISI ANAK

Puisi merupakan kumpulan kata yang disusun dengan cara mengelompok ke


bawah terdiri atas kata-kata yang bermakna lebih luas dan lebih dalam daripada
prosa. Dari sisi puisi anak, Robert Fros (dalam Huch : 1989 : 393)
mengemukakan bahwa puisi harus menyenangkan anak-anak dan membantu
mereka (anak-anak) dalam mengembangkan pengetahuan baru dan cara baru
untuk memahami dunianya. Dunia yang dimasuki anak melalui membaca puisi
anak itu menurut Riris Sarumpaet (1979 : 2932) harus memeberi tiga kriteria,
yaitu (a) memenuhhi unsur pantangan, (b) disajikandengan gaya secara langsung,
(c) fungsi terapan.

B. BENTUK PUISI ANAK

1. Pantun
Pantun lebih banyak dikenal karena beberapa alasa diantaranya (a) pantun
adalah puisi tertua; (b) pantun juga masih dikenal dan digunakan di lingkungan
kehidupan anak; (c) dalam permainan anak digunakan pantu yang dijadikan
permainan antarteman dalam senda gurau; (d) sering dijadikan media anak-anak
untu menyampaikan ekspresi perasaan anak kala senang, gembira, sedih dan
terharu; (e) hampir disemua buku teks bahasa Indonesia memuat contoh puisi
berbentuk pantun.

2. Syair
Syair adalah bentuk puisi lama yang terikat oleh jumlah bait dan baris. Setiap
bait terdiri atas empat baris. Syair bersajak aaaa, artinya tisp barisnya berbunyi
akhir sama.

3. Gabungan dari Pantun dan Syair


Banyak terdapat dalam puisi anak terutama di salam lagu-lagu anak. Paduan
ini bisa dalam bentuk maupun dalam isi.

4. Puisi Anak Biasa atau Puisi Bebas


Puisi jenis ini bersifat pelukisan terhadap ekspresi anak tentang apa yang
dilihat, dirasakan, didengar, dan yang ingin disampaikan anak melalui media
bahasa yang diketahuinya.
KB 2

Unsur Pembangun Struktur Puisi

A. UNSUR INTRINSIK PUISI

Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun puisi dari
dalam, atau dari wujud puisi itu sendiri.

1. Tema
Untuk menentukan tema pada puisi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
denga cara melihat judul puisinya karena ada pusisi yang di dalam judulnya sudah
menampakkan tema.

2. Amanat
Amanat puisi adalah pesan atau nasihan yang ada dalam puisi yang didapat
oleh pembaca melalui puisi yang dibacanya. Oleh karena itu amanat hanya dapat
dirumuskan oleh penikmat atau pembaca sehingga bisa terjadi beda pendapat
antara penikmat satu dengan yang lainnya.

3. Sikap, Suasana atau Nada, dan Perasaan dalam Puisi


Suasana kejiwaan akan terungkap melalui ungkapan nada pada puisi yang
diciptakan. Siakap penyair akan terlihat jelas pada puisinya. Unsur sikap atau
suasana, atau nada, atau perasaan dalam puisi adalah ekspresi perasaan penyair
yang disampaikan dalam bentuk nada-nada yang menimbulkan keindahan.

4. Tipografi
Tipografi adalah ukiran bentuk puisi yang biasanya berupa susunan baris ke
bawah. Tipografi banyak terdapat pada puisi modern.

5. Enjabemen
Enjabemen adalah pemindahan bagian kalimat pada larik berikutnya
sehingga menimbulkan nuansa makna. Fungsi enjabemen mempererat hubungan
antarlarik sehingga makna antalarik itu menjadi utuh.

6. Akulirik
Akulirik adalah tokoh yang berbicara dalam puisi. Tokoh itu bisa
pengarangnya, bisa pula bukan, dalam arti pengarang mewakilkan tokoh puisi
yang dikarangnya kepada tokoh tertentu, atau tokoh lain. Ciri akualirik terdapat
kata ganti: aku, kamu, dan kita.
7. Rima atau Persamaan Bunyi
rima adalah persamaan bunyi yang berulang secara teratur pada kata yang
letaknya berdekatan di dalam satularik tau antarlarik. Seperti pada pantun, syair
dan bentuk puisi lainnya yang berumus persajakan tertentu.

8. Citraan atau Pengimajian


Adalah susunan kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang
dinyatakan oleh penyair.

9. Gaya Bahasa, Irama atau Ritme


Adalah cara khas yang dipakai penyair untuk menimbulkan efek estetis pada
karya puisi yang dihasilkannya.

B. UNSUR EKSTRINSIK PUISI

Puisi juga memiliki unsur pembangun dari luar yang disebut unsur ekstrinsik.
unsur ekstrinsi ini cukup berpengaruh terhadap keutuhan puisi. Unsur ekstrinsik
ini terdiri atas: unsur biografi penyair, unsur kesejarahan dan unsur
kemasyarakatan.

C. STRUKTUR LAPIS-LAPIS NORMA

1. Lapis Bunyi
Adalah kumpulan bunyi fonem yang memebentuk kata. Lapisan bunyi
merupakan lapisan teratas atau awal. Dikatakan awal karena konsep puisi adalah
rangkaian bunyi yang dapat didengar.

2. Lapis Arti
Sebuah puisi setelah didengar, akan terlihat strukturnya atau bentuknya
dengan jelas sebagai bagian dari huruf yang menjadi kata, kata merupakan bagian
dari kelompok kata, kelompok kata bagian dari kalimat. Rangkaian kata,
kelompok kata dan kalimata ini memiliki arti yang selanjutnya memebentuk
kesatuan arti yang lebih besar lagi, yaitu bait.

3. Lapis Dunia Pengarang


Puisi adalah hasil tulisan pengarang. Apa yang dituliskan di dalam puisi tidak
selalu berisi apa yang dialami pengarangnya. Adakalanya tulisan atau karya puisi
itu hanyalah olahan imajinasi pengarangnya. Untuk memperindah puisinya,
pengarang menyertakan pula lapis dunia implisit berupa kiasan-kiasan yang
merupakan cerminan ucapan tak langsung, serta lapisan metafisika yang berupa
suasanan tragis atau mengerikan atau suasana suci yang menimbulkan renungan
bagi pembaca.
KB 3

Latihan Analisis Puisi Anak-anak

Krakatau
Oleh : Dini Fajarini

Di antara Sumatra dan Jawa


Terbentang selat sunda
Yang indah rupawan

Berdirilah krakatau dengan megahnya


Menjulang tinggi mencapai langit
Sungguh indah dipandang mata

Tapi ketika ia marah


seluruh dunia diguncangnya
lahar panas keluar dari perutnya
menerjang semua yang menghalanginya

asap hitam bertebaran tertiup angin


kerikil-kerikil berhamburan
gelombang pasang menghantam pesisir pantai
tapi semua itu telah berlalu
dia telah kembali tenang
kembaki indah untuk dipandang
oh, Tuhan sungguh indsh semua ciptaan-Mu

Untuk menganalisis unsur intrinsik kita akan melihat adakah unsur-unsur,


tema, amanat, nada dan suasana hati, perasaan, tipografi, enjabemen, akualirik,
rima atau persamaan bunyi, citraan atau pengimajian, dan gaya bahasa.
Dari semua unsur atau komponen puisi diatas tidak akan kita analisis
semuanya karena puisi anak itu sangat sederhana. Kita hanya akan menganalisis
unsur yang ada sja.

1. Tema
“Berdirilah Krakatau dengan megahnya/menjulang tinggi mencapai langit
sungguh indah dipandang mata” dan pada bait keempat dua baris terakhir kata
indah diulang kembali “kembali indah untuk dipandang, oh, Tuhan sungguh indah
ciptaan-Mu”. Berdasarkan alasan tersebut maka dapat disimpulkan tem puisi ini
tentang : keindahan alam.
2. Amanat
Salah satu hasil yang dapat ditangkap dari pesan pengarang puisi “krakatau”
itu seperti berikut ini.
a. Di balik keindahan terselip ancaman.
b. Sesuatu yang indah menyimpan bahaya.
c. Segala sesuatu diciptakan Tuhan dalam dua sisi, yaitu baik (indah) dan tidak
baik (marah, buruk, bahaya)
d. Segala hal akan tercermin melalui sikapnya. Jika sedang tenang akan kelihtan
indah, tetapi jika marah akan kelihatan buruk.

3. Nada, Sikap, serta Suasana hati dan Perasaan


Suasana pengarang yang tercermin dari puisi tersebut pada bait ke 1,2, dan 4
yaitu sikap senang, suk hati, dan bahagia yang diletakkan pada awal dan akhir
puisi.

4. Rima
Rima terdapat pada hubungan bunyi antarlarik dengan mengulang “nya” pada
bait ke-3 lirik 2,3, dan 4.
Seluruh dunia diguncangnya
Lahar panas keluar dari perutnya

5. Citraan atau Pengimajian


Terdapat citraan pada bait ke 1,2 dan 3. Citraan dari indra kita yang dapat
difungsikan untuk melihat puisi tersebut adalah indra penglihatan.

6. Gaya Bahasa
Gaya bunyi terdapat pada bait ke-3.

Adapun unsur topografi, enjabemen, dan akualirik tidak terdapat pada puisi
anak ini. Unsur ekstrinsik puisi “Krakatau” tentu ada yang berhubungan dengan
unsur kesejarahan.

Anda mungkin juga menyukai