KELOMPOK 5
TUTOR : RIA ERAWATI M.Pd
UNIVERSITAS TERBUKA
POKJAR BANDAR SRIBHAWONO
L A P O R A N
PDGK4109
MODUL 6
CERITA ANAK-ANAK
SEMESTER 3
Oleh :
WIDIANTORO
DESRI AVITA
RIMA ARUNA
LIVIA ANGGRAINI
DYAH AYU RETNOSARI
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Cerita Anak-anak ” Modul 6 di mata kuliah
Bahasa dan Sastra Indonesia di SD.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerita merupakan bagian atau salah satu jenis sastra atau yang disebut dengan istilah
genre sastra. Untuk menjadi seorang Guru di SD, kita harus mengetahui jenis-jenis cerita yang
bisa dibaca atau dikonsumsi oleh anak-anak. Pada hakikatnya sastra mengandung eksplorasi
mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang
merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang
fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk
akal atau tidak. Sastra anak berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk
kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan
ketrampilan praktis bagi anak.
Salah satu sastra anak adalah cerita anak, yaitu cerita yang pembacanya khusus ditujukan
untuk anak. Sesuai dengan sasaran pembacanya, cerita anak dituntut untuk dikemas dalam
bentuk yang berbeda dari cerita orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka
dengan baik. Cerita anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang
imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Cerita anak merupakan sastra yang ditujukan
untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra atau cerita tentang anak bisa saja isinya tidak
sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-
anak selaku pembacanya .
Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disugui bahan
bacaan yang sesuai pula. Jadi cerita anak harus menjadi buku bacaan yang sengaja ditulis untuk
dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai
dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak sehinga melalui cerita anak yang
digemari anak-anak maka dapat menanamkan nilai-nilai moral yang baik untuk anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian cerita anak?
2. Apa perbedaan cerita anak dengan cerita dewasa?
3. Unsur-unsur apa saja yang ada dalam cerita anak?
4 Apa saja jenis-jenis cerita anak?
5. Bagaimana cara menganalisis cerita anak?
C. Tujuan
1. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang cerita anak
2. Untuk mengajarkan cara membedakan antara cerita anak-anak dengan cerita dewasa.
3. Agar pembaca dapat menganalisis dan menyampaikan cerita apa yang baik atau tidak
untuk dikonsumsi anak-anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cerita adalah (1) tuturan yg
membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb) (2) karangan yg
menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian dsb (baik yg sungguh-
sungguh terjadi maupun yg hanya rekaan belaka); (3) lakon yang diwujudkan atau dipertunjukka
dalam gambar hidup (sandiwara, wayan, dll).
Sarumpaet (203:108) berpendapat cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak dan
berbicara mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang mempengaruh anak serta cerita itu
hanya dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa.
Dalam cerita anak tergambar peristiwa kehidupan karakter tokoh dalam menjalani kehidupan
sebagaimana diungkapkan dalam alur cerita. Dengan demikian cerita anak adalah subjek yang
menjadi fokus perhatian, dan hal itu tercermin secara konkret dalam cerita, Lukens (2003:8)
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cerita anak-anak adalah cerita yang pantas dikonsumsi oleh anak-anak. Selain itu banyak
para ahli sastra mendefinisikan pengertian cerita anak:
1. Diantaranya adalah Titik W.S., dkk., (2013: 89) menjelaskan bahwa “cerita anak-anak
adalah cerita sederhana yang kompleks”.
2. Sarumpaet (203:108) berpendapat cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak dan
berbicara mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang mempengaruh anak serta cerita itu
hanya dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa.
3. Puryanto (2008:7) Cerita anak adalah mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus
dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh
dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi
mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih
dalam jangkauan anak.
4. Menurut Hunt (dalam Witakania, 2008) mendefinisikan cerita anak sebagai buku bacaan
yang dibaca secara khusus cocok untuk memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak.
Jadi cerita anak adalah buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku
tersebut harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan
emosional dan intelektual anak, sehingga dapat memuaskan mereka.
5. Tarigan (1995: 5) mendefinisikan bahwa cerita anak adalah buku yang menempatkan
mata anak-anak sebagai pengamat utama, mata anak-anak sebagai fokusnya.
a. Unsur pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur-unsur yang berhubungan dengan segi isi cerita yang
bersifat negatif yang tidak pantas untuk diketahui anak karena unsur-unsur tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan jiwa anak ke arah yang tidak baik.
b. Penyajian
Cerita anak-anak harus disajikan secara langsung, tidak berbelit-belit.
c. Fungsi terapan
Artinya, cerita anak-anak disusun dengan mengemban misi pendidikan, pengetahuan,
pertumbuhan anak, dan pengalaman tentang kehidupan.
Fungsi cerita bagi anak-anak berkaitan erat dengan manfaat sebuah cerita bagi anak-anak.
Dengan banyak membaca cerita anak-anak, seorang anak akan memperoleh kematangan emosi,
intelektual, dan pengalaman-pengalaman tentang kehidupan. Cerita anak dapat menanamkan rasa
peka dalam batinnya untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dapat
menanamkan kesadaran tentang kebenaran dan keadilan, keberanian, kejujuran, kesetiaan,
pengorbanan, dan kehormatan. Cerita anak-anak dapat membuka mata hati anak lebih jauh ke
depan untuk melihat tujuan dan hakikat hidup yang sebenarnya. Nilai edukatif bisa mendidik
anak akan rasa cinta tanah air dan bangsa, cinta seni, profesi, dan rasa tanggung jawab yang
tinggi. Pada akhirnya cerita anak-anak akan membantu anak dalam memecahkan masalahnya
sendiri. HJ Yusi Rosdiana., dkk., (2013: 6.7)
3. Fabel
Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-tokohnya. Di dalam
fabel, para hewan atau binatang digambarkan sebagaimana layaknya manusia yang dapat
berpikir, bereaksi, dan berbicara. Contohnya pada cerita “Kancil dan Kera”, dan “Kancil dan
Buaya”.
4. Legenda
Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda bertalian dengan
sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam atau cerita tentang terjadinya suatu
negeri, danau atau gunung. Contohnya pada cerita “Sangkuriang”, “Malin Kundang”,dan “Batu
menangis”.
5. Mite atau Mitos
Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno, menyangkut
kehidupan dewa-dewa atau kehidupan makhluk halus. Mitos adalah cerita yang mengandung
unsur-unsur misteri, dunia gaib, dan alam dewa. Tokoh-tokoh mitos mengandung kekuatan yang
hebat dan memiliki kekuatan gaib. Tokoh-tokoh ini bukan saja terdiri atas manusia, tetapi juga
dewa-dewa dan makhluk gaib. Contoh ceritanya adalah “Nyi Roro Kidul”
b. Amanat
Cerita anak-anak yang bersifat didaktis pada umumnya mengandung ajaran moral,
pengetahuan, dan ketrampilan. Hal-hal yang menjadi tujuan pengarang seperti itulah yang
disebut amanat. Amanat pada sebuah cerita dapat disampaikan secara implisit (jika jalan keluar
atau ajaran moral itu tersirat dalam tingkah laku tokoh) dan secara eksplisit (jika pengarang pada
tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, anjuran, larangan, berkenaan
dengan gagasan yang mendasari cerita itu).
c. Tokoh
Tokoh adalah orang yang mengalami peristiwa-peristiwa dalam berbagai pertistiwa
dalam cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun ada pula berwujud binatang atau
tumbuhan. Yasinta Marpaung (2012: 10)
Tokoh juga bisa disebut individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam
berbagai peristiwa cerita.
d. Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu,
ruang, suasana dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Yasinta Marpaung (2012: 12). Latar
atau setting diartikan juga sebagai landas tumpu sebuah cerita. Secara kasat mata, latar dalam
cerita berkenaan dengan tempat atau ruang dan waktu yang tergambar dalam sebuah cerita. Latar
sebagai unsur cerita yang dinamis membantu mengembangkan unsur-unsur cerita yang lain.
Hubungan antara latar dengan unsur-unsur yang lain bisa jadi selaras, bisa bersifat kontras.
e. Alur
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi makna kata alur yang berhubungan
dengan sastra sebagai rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan
menggerakan jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian ; jalinan peristiwa
dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan
temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab akibat).
Alur dengan susunan peristiwa yang kronologis. Pengaluran adalah pengaturan waktu
penampilan peristiwa untuk dapat juga disusun dengan memperhatikan hubungan klausalnya
(sebab-akibat). Alur yang biasa digunakan dalam cerita anak disebut dengan alur datar, artinya
cerita yang disajikan dengan cara sederhana, mudah dipahami/ tidak berbelit-belit.
Ada dua tipe alur kronologis, yaitu progresif dan episodik. Dalam buku-buku yang
menggunakan alur progresif bab-bab pertama adalah eksposisi, tempat tokoh-tokoh, latar dan
konflik dasar diperkenalkan, setelah itu cerita dibangun hingga gawatan dan klimaks. Begitu
klimaks tercapai, kesimpulan yang memuaskan (leraian) diraih pula, dan cerita pun berakhir.
Alur episodik mengikat beberapa cerita atau episode, masing-masing sebagai sebuah kebulatan
dengan konflik dan penyelesaian.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang atau pusat pengesahan (point of view) digunakan pengarang dalam
menciptakan cerita agar memiliki suatu kesatuan. Sudut pandang pada dasarnya adalah visi
seorang atau tafsiran pengarang.
Secara garis besar sudut pandang dibedakan menjadi dua, yakni sudut pandang orang
pertama yang disebut dengan akuan dan sudut pandang orang ketiga yang disebut dengan diaan
atau disebut dengan insider atau outsider. Namun, ada juga cerita yang menggunakan sudut
pandang campuran, yaitu kedua sudut pandang tersebut (akuan dan diaan) digunakan di dalam
sebuah cerita.
g. Gaya
Disebut cerita sebagai hasil kerja kreatif, seorang pengarang terbentuk melalui proses
pengolahan bahasa yang digunakan oleh pengarang berkaitan erat dengan bahasa. Khusus karya
sastra dengan bentuk prosa atau cerita, gaya dalam penggunaan bahasa berkaitan erat dengan
aspek-aspek cerita, yaitu tujuan dan unsur-unsur cerita. Gaya akan selalu disesuaikan dengan
semua aspek yang ada dalam cerita sehingga cerita benar-benar menyatu atau tidak terjadi
ketimpangan atau keanehan yang membuat pembaca merasa bingung atau cerita menjadi tidak
menarik perhatian.
Melalui gaya bercerita pengarang bertujuan untuk menyampaikan suasana, latar, tokoh, dan
unsur-unsur cerita yang lain menjadi hidup. Perlu diketahui, melalui gaya yang ditampilkan,
pengarang akan memiliki ciri khas yang membedakan dirinya dari pengarang-pengarang lain.
A. Kesimpulan
1. Cerita merupakan tuturan atau karangan tentang suatu peristiwa atau kejadian.
2. Cerita anak adalah cerita yang khusus dibuat untuk anak-anak, dan dikarang oleh orang
dewasa, namun tidak menutup kemungkinan cerita tersebut juga dikarang oleh anak-
anak.
3. Cerita anak haruslah bersifat mendidik, karena anak sangat mudah terpengaruh oleh hal-
hal yang baru dijumpainya.
4. Untuk membedakan cerita anak dengan cerita dewasa tidaklah sulit walaupun unsur-
unsur yang ada dalam cerita dewasa dan anak-anak hampir sama. Yang membedakan
adalah isi dari cerita tersebut.
5. Cerita anak harus bermanfaat untuk mengembangkan daya pikir anak. Karena masa anak-
anak sangat mempegaruhi kehidupannya kelak.
B. Saran
Sebelum mengajarkan kepada anak didik, hendaklah sebagai pengajar harus bisa
menganalisis cerita mana yang pantas dan tidak pantas untuk diberikan kepada anak-anak.
Sehingga mereka tidak terpengaruh kepada hal-hal negatif yang akan mempengaruhi pola
pikirnya.