Anda di halaman 1dari 11

18/01/2024

SANG
PENARI
bahasa indonesia XII IPA 5
Pengenalan
1. IKA ANIS SA’DIYAH (16)
2. RUSTYANDINI ALIFIYAH (28)
3. ZIDNY NAJWA ‘AVYNA (33)
Pandangan Pengarang
Terhadap Kehidupan

Pandangan pengarang tentang aspek Pandangan pengarang tentang aspek


kehidupan sosial di Dukuh Paruk digambarkan kehidupan keagamaan di Dukuh Paruk
dengan sangat jelas. Dukuh Paruk adalah digambarkan dengan masyarakat yang masih
perkampungan yang sangat memprihatinkan. mempercayai tradisi-tradisi leluhur. Beberapa
Masyarakat hidup dalam kemiskinan dengan masyarakat masih meminta bantuan pada
serba kekurangan, kelaparan dan kebodohan. roh nenek moyang dengan memberikan
Dukuh Paruk memiliki sedikit unsur mistik dan sesajen.
masyarakat yang lugu.

Aspek Sosial Aspek Keagamaan


Pandangan Pengarang
Terhadap Kehidupan

Pandangan pengarang tentang aspek


kehidupan budaya di Dukuh Paruk
digambarkan dengan masyarakat yang masih
menjadi penari Rongeng. Selain itu, budaya
masyarakat Dukuh Paruk juga masih banyak
yang memuja roh nenek moyangnya dengan
memberikan sesajen demi mencapai apa
yang mereka inginkan.

Aspek Budaya
Kakek Srintil yang bernama Sukarya mendukung
Sinopsis keinginan Srintil, hingga ia meyakinkan dukun ronggeng
di Dukuh Paruk yang bernama Kertareja. Hingga
Novel Sang Penari mengkisahkan latar waktu akhirnya Srintil pun dipilih menjadi ronggeng. Hal
tersebut dikarekan Rasus sudah membantu
kejadian di tahun 1953 di desa Dukuh Paruk, memberikan pusaka ronggeng sebelumnya kepada
Banyumas, Jawa Tengah. Dimana, di desa ini Srintil. Ketika Srintil sudah memutuskan menjadi
terdapat budaya atau tradisi ronggeng yang ronggeng, ia tidak hanya sekadar menari di depan
digunakan sebagai salah satu cara untuk para warga desa Dukuh Paruk. Tetapi, ia juga harus
menerima bahwa dirinya menjadi milik umum warga.
menjaga warisan leluhur mereka yaitu Ki
Karena ada malam “Buka Kelambu” yang harus
Secamenggala. Novel Sang Penari mengkisahkan membuat Srintil merelakan keperawannya kepada
latar waktu kejadian di tahun 1953 di desa Dukuh siapapun yang memberikan harga paling tinggi.
Paruk, Banyumas, Jawa Tengah. Sebelum malam tersebut tiba, Rasus meminta Srintil
untuk memberikan keperawanannya pertama kali
Dimana, di desa ini terdapat budaya atau tradisi
untuk dirinya. Berjalannya waktu, Rasus tetap tidak
ronggeng yang digunakan sebagai salah satu dapat menerima Srintil menjadi ronggeng. Ia pun
cara untuk menjaga warisan leluhur mereka yaitu akahirnya bergabung menjadi tentara. Saat itu,
Ki Secamenggala. Hal tersebut dilakukannya kesenian ronggeng semakin berjaya. Hingga tak ada
satupun warga yang menyadari adanya PKI yang
sebagai bentuk baktinya kepada leluhur desa
masuk ke kampung. Kesenian ronggeng yang sedang
Dukuh Paruk, serta untuk menebus kesalahan jaya-jayanya ini dijadikan sebagai salah satu cara
ayahnya yang membuat tempe bongkrek. untuk mengajak para warga bergabung ke PKI.
Sinopsis
Hingga akhirnya terjadinya permasalahan
pergolakan politik pada tahun 1965. Hingga Tentunya, hal tersebut membuatnya
Rasus dan para tentara lain diminta untuk merasa kecewa. Di waktu sepuluh
menangkap semua orang yang tergabung tahun kemudian, Rasus
dalam anggota PKI. Saat Rasus ke Dukuh dipertemukan kembali dengan
Paruk, ternyata desa tersebut sudah tokoh yang mirip dengan Srintil.
kosong. Ia pun mencari Srintil, tetapi tak Tetapi, ia tidak mengakui bahwa
kunjung bertemu. Ada seorang tentara lain dirinya Srintil. Rasus memberikan
yang menemukan alamat dimana Srintil pusaka kepada perempuan yang
ditangkap. mirip Srintil. Pusaka yang dia temui
Saat datang ke tempat tersebut, ternyata di desa Dukuh Paruk saat sedang
Srintil sudah dibawa pergi oleh gerbong menangkap para PKI.
kereta dengan tentara lain. Setelah itu, perempuan itu
memberikan senyuman kepada
Rasus.
Unsur Instrinsik
• Tema : tentang kebudayaan di dalam suatu daerah yaitu budaya Ronggeng.
• Tokoh dan penokohan :
- Tokoh Utama : Srintil sang ronggeng, Rasus sebagai tentara, Sakarya, Kartareja dan
istrinya.
- Ada pun tokoh-tokoh lainnya seperti Darsun, Warta, Sakum, Santayib, Istri Santayib,
Nenek Rasus, Nyai Sakarya, Siti, Ibu Siti, dan warga Dukuh Paruk lainnya, juga sang leluhur
yang sosoknya selalu disebut-sebut warga Dukuh Paruk, Ki Secamenggala.
Alur : Campuran, karena terkadang ceritanya melaju ke masa depan namun juga
terkadang mengulas masa lalu.
Setting : - Tempat : Jawa Tengah, Pedesaan Dukuh Paruk, Desa Dawuan, Jakarta.
Waktu : Tahun 1946 dan 1965, di sore hari dan malam hari
Sudut Pandang : di dalam novel, pengarang menggunakan sudut pandang orang
pertama. Karena pengarang menggunakan keakuannya pada tokoh Rasus yang
seolah tahu semua hal yang terjadi pada semua tokoh lainnya.
Amanat

Dalam isi cerita novel tau filmnya dapat di ketahui bahwa


amanat yang sangat jelas terlihat adalah kita memang
harus mempercayai adat yang ada karena itu memang
sudah seharusnya jika kita tinggal di satu kelompok
masyarakat namun kita juga tidak boleh melupakan
kehidupan di luar yang siapa tau bisa membantu kita
mendapatkan kreatifitas yang lebih di bandingkan hanya
dengan mempercayai adat.
Unsur Ekstrinsik
Nilai Agama : Sarana penghubung batin
dengan nenek moyang adalah dengan
menyanyikan sebuah kidung. Sarana
yang diajarkan oleh nenek moyangnya
adalah sebuah kidung yang dinyanyikan
oleh Sakarya dengan segenap
perasaannya.
Nilai Sosial : Nilai yang di dapat
yaitu atas kepercayaan masyarakat
pada Ki Secamenggala, kemelaratan
(kemiskinan), sumpah-
serapah,irama calung dang seorang
ronggeng.
Unsur Ekstrinsik
Nilai Agama : Sarana penghubung batin
dengan nenek moyang adalah dengan
menyanyikan sebuah kidung. Sarana
yang diajarkan oleh nenek moyangnya
adalah sebuah kidung yang dinyanyikan
oleh Sakarya dengan segenap
perasaannya.

Nilai Sosial : Nilai yang di dapat yaitu


atas kepercayaan masyarakat pada Nilai Budaya : Kebudayaan
Ki Secamenggala, kemelaratan ronggeng di Dukuh paruk
(kemiskinan), sumpah- yang sudah ada sejak lama
serapah,irama calung dang seorang dan di pertahankan.
ronggeng.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai