Merupakan novel pertama dari trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Menceritakan tentang
seorang gadis bernama Srintil yang dianggap titisan dari Ki Secamenggala. Srintil kerap disebut
Ronggeng Dukuh Paruk. Sedangkan Rasus, seorang pemuda yang mencoba mengangkat harkat dan
martabat rakyat Dukuh Paruk. Ia berusaha melawan hukum adat, terutama hukum adat tentang
ronggeng. Srintil memiliki kakek yang bernama Sukarya. Kakek nenek Srintil bangga dengan
adanya ronggeng. Dukuh Paruk seakan-akan mendapatkan anugerah berupa roh baru ketika Srintil,
gadis yatim piatu berusia 11 tahun, dinobatkan menjadi ronggeng. Seluruh penduduk desa itu
menyambut dengan penuh kegembiraan. Menurut mereka, citra Dukuh Paruk sebagai Dukuh
Ronggeng akan kembali menggema. Pedukuhan yang terkenal dengan kering kerontang ini
nantinya akan diramaikan lagi dengan kedatangan tamu dari berbagai penjuru desa dan
berseliwerannya uang yang dilemparkan ke arah ronggeng Srintil, ramainya seloroh-seloroh cabul,
serta terlihatnya pemandangan sikut-menyikut antara pesaing yang berusaha merebut ronggeng
Srintil atau suasana lainnya yang menggembirakan.
Orang yang paling merasa berbahagia dengan penobatan Srintil sebagai ronggeng adalah
Sukarya dan istrinya. Usaha mereka mengasuh Srintil, sejak kedua orang tua Srintil meninggal
dunia karena keracunan tempe bongkrek sebelas tahun yang lalu, tidak sia-sia. Yang penting, tugas
mereka untuk menjadikan Srintil sebagai seorang calon ronggeng dapat terlaksana. Bahkan, direstui
oleh keramat dukuh ronggeng, Ki Secamenggala. Seorang pemuda bernama Rasus justru merasa
kecewa dan sedih mendengar penobatan Srintil karena ia sangat mencintai Srintil, kekasihnya itu.
Apabila Srintil menjadi ronggeng, berarti gadis itu menjadi milik semua orang. Setiap orang akan
bebas meniduri Srintil karena memang begitulah kehidupan seorang ronggeng. Selain itu, sebagai
calon ronggeng, Srintil harus menyerahkan keperawanannya kepada Ki Kertareja. Rasus juga telah
mengetahui pemuda yang akan memenangkan sayembara yang akan diadakan oleh Ki Dukuh
Kertareja.
Untuk memenangkan sayembara yang dilaksanakan Ki Kertareja, mereka telah menyuap Ki
Kertareja. Sulam menyembahkan seringgit uang emas, sedangkan Dower menyerahkan seekor
kerbau dan dua rupiah uang perak kepada Ki Kertareja. Pada suatu malam ketika Kertareja
menobatkan Srintil sebagai ronggeng Dukuh Paruk, Rasus memperhatikan kekasihnya itu dari
kejauhan. Kekasihnya itu dibawa ke makam Ki Secamenggala dan dimandikan di depan makam
tersebut. Setelah itu, Srintil menjadi budak kelambu, yaitu menyerahkan keperawanannya kepada si
Dower dan si Sulam, sebagaimana telah ditentukan oleh Kertareja. Tampak kedua pemuda itu
bertengkar di samping rumah Dukun Kertareja untuk menentukan siapa di antara mereka yang
berhak pertama kali meniduri Srintil. Ketika Rasus sedang menyaksikan pertengkaran kedua
pemuda tersebut secara diam-diam, Srintil datang menghampirinya dan ia minta pemuda itu untuk
menggaulinya karena ia sangat benci Dower dan Sulam. Rasus pun memenuhi permintaan itu
kemudian pemuda itu memutuskan untuk meninggalkan Dukuh Paruk. Ia meninggalkan gadis yang
dicintai karena kekasihnya itu telah menjadi ronggeng. Ia memilih mengasingkan diri di desa
Dawuan karena kekecewaan, membiarkan Srintil menjadi kebanggan semua orang sebab
dinobatkan menjadi ronggeng.
Tugas!