KD:
3.8 Menafsir pandangan pengarang terhadap kehidupan dalam novel yang dibaca
4.8 Menyajikan hasil interpretasi terhadap pandangan pengarang baik secara lisan maupun tulis
Rifda Qurrotul ‘Ain
XII IPA 3/19
Pandangan Pengarang
ASPEK KEHIDUPAN PANDANGAN PENGARANG
SOSIAL Membaca Novel ini kita memang diajak
untuk membaca apa pendapat pengarang
tentang aspek kehidupan sosial. Kehidupan
sosial di Dukuh Paruk digambarkan dengan
sangat jelas. Dukuh Paruk adalah
perkampungan yang miskin, kering, sedikit
unsur mistik, dan masyarakat yang lugu yang
begitu mudah percaya dengan orang asing
yang terlihat kaya.
Latar Suasana :
1. Tenang, tentram
“Sakarya merasa hawa dingin bertiup
di kuduknya. Suara hiruk-pikuk
bergalau dalam telinga. Dan tiba-tiba
Sakarya terkejut oleh sinar
menyilaukan yang masuk matanya.
Matahari pagi muncul di balik awan.
“Ah, boleh jadi benar, kematianku
sudah dekat,” gumam Sakarya. Aneh,
Sakarya merasakan ketentraman
dalam hati setelah bergumam
demikian.”
2. Gembira, bangga, bahagia
“Kegembiraan itu lahir dan
berkembang dari Dukuh Paruk.
Berita cepat tersiar bahwa pada
malam perayaan Agustusan nanti
Srintil akan kembali meronggeng.
Kurang dua hari lagi, tetapi sudah
banyak orang bersiap-siap. Anka-
anak mulai bertanya tentang uang
jajan kepada orangtua mereka. Para
pedagang, dari pedagang toko sampai
pedagang pecel bersiap dengan
modal tambahan. Juga tukang lotre
putar yang selalu menggunakan
kesempatan ketika banyak orang
berhimpun.”
Tema Tema novel ini adalah tentang kisah Tema dalam novel “Ronggeng
percintaan seorang pemuda Dukuh Paruk” yaitu “Kasih Tak
keturunan priyayi Jawa dengan Sampai”. Mengapa “Kasih Tak
seorang gadis keturunan Belanda Sampai”? karena cerita dalam novel
dan perjuangannya di tengah tersebut bercerita tentang harapan
pergerakan Indonesia di awal abad ronggeng Srintil untuk dapat hidup
ke-20. bersama dengan lelaki yang sangat
dicintai dan didambakan sejak kecil,
karena dia memang teman
bermainnya, yaitu Rasus. Namun
Rasus tidak mau menerima ajakan
Srintil untuk menikah, karena bagi
Rasus, Ronggeng adalah milik
masyarakat, milik orang banyak, dan
milik semua orang. Maka Rasus
merasa akan sangat egois jika harus
menikahi Srintil. Meskipun
sebenarnya hati Rasus sangat sakit
ketika harus mengatakan hal itu
kepada Srintil. Srintilpun sebenarnya
tahu perasaan Rasus, bahwa dia
masih sangat mencintainya. Namun
Rasus tidak mau mengakuinya dan
lebih memilih pergi meninggalkan
Srintil, neneknya yang sudah tua, dan
Dukuh Paruk.
Tokoh dan 1. Minke: merupakan tokoh utama 1. Rasus : bersahabat, penyayang,
penokohan dalam novel ini, cerdas, berjiwa pendendam, pemberani
pribumi, keturunan priyayi, siswa Bukti bahwa Rasus bersahabat “ Di
HBS, baik, penyayang.(hlm 33) tepi kampung, tiga orang anak laki-
2. Annelies: putri dari orang belanda laki sedang bersusah payah mencabut
(Herman Mellema) dan pribumi sebatang singkong.” (Tohari,Ahmad,
(Nyai Ontosoroh), pendiam, manja, 2008:4)
labil. Bukti bahwa Rasus penyayang “
3. Nyai Ontosoroh (Sanikem): istri Suatu saat ku bayangkan emak ingin
simpanan dari Herman Mellema, pulang ke Dukuh Paruk.”
mandiri, tegas, bijaksana, pandai, (Tohari,Ahmad, 2008:49)
dan tegar. Bukti bahwa Rasus pendendam “
4. Herman Mellema: kaku dan kasar Nenek menjadi korban balas
{“siapa kasih kowe ijin datang dendamku terhadap Dukuh
kemari, monyet!”. Dengusnya dalam Paruk......” (Tohari,Ahmad, 2008:47)
melayu-pasar, kaku dan kasar, juga Bukti bahwa Rasus pemberani “ Aku
isinya.”} (hal 64) mengutuk sengit mengapa kopral
5. Robert Mellema: egois, tidak Pujo belum juga muncul. Karena
bermoral. tidak sabar menunggu, maka timbul
Ayah Minke: masih berpatokan keberanianku” (Tohari,Ahmad,
dengan adat istiadat Jawa, pemarah, 2008:61)
keras dalam mendidik Minke. 2. Srintil : Bersahabat, seorang
ronggeng, agresif, Dewasa
Bukti bahwa Srintil bersahabat “
Sebelum berlari pulang. Srintil minta
jaminan besok hari Rasus dan dua
orang temannya akan bersedia
kembali bermain bersama.”
(Tohari,Ahmad, 2008:4)
Bukti bahwa Srintil seorang
Ronggeng “ ......., Srintil mulai
menari. Matanya setengah terpeja.
Sakarya yang berdiri di samping
Kartsreja memperhatikan ulah
cucunya dengan seksama. Dia ingin
membuktikan bahwa dalam tubuh
Srintil telah bersemayam indang
ronggeng.” (Tohari,Ahmad, 2008:10)
Gaya bahasa Di dalam novelnya Pramoedya Gaya Bahasa yang terlihat dalam
banyak menggunakan bahasa asing novel ini kadang membingungkan,
dan istilah baru. Seperti radikal yaitu karena terdapat bahasa jawa dan
golongan liberal progresif yang mantra-mantra jawa.
menentang pemerasan kolonial. Misalnya :
Contoh: Uluk-uluk perkutut manggung
“Anggaplah aku sebagai Teka saka negndi,
telornya yang telah jatuh dari Teka saba tanah sabrang
petarangan. Pecah. Bukan Pakanmu apa
telor yang salah”. Kutipan Pakanku madu tawon
tersebut termasuk majas Manis madu tawon,
depersonifikasi. Ora manis kaya putuku,
“Baca tulisan Kommer. Dia Srintil
marah seperti singa terluka.
Dia ada pada pihakmu”.
Kutipan tersebut termasuk
majas depersonifikasi.
Amanat Novel yang dilatarbelakangi Amanat atau pesan yang ingin
pergerakan Indonesia di awal abad disampaikan oleh pengarang kepada
20 ini, menceritakan pergerakan, pembaca melalui novel “Ronggeng
perjuangan, dan semangat pemuda Dukuh Paruk” ini adalah: agar kita
Indonesia di masa itu. Pengarang semua mau dan mampu melihat
menyerukan agar pemuda-pemudi seseorang itu tidak hanya dari luarnya
sekarang ini tetap mempunyai saja melainkan juga dari hatinya. Dan
semangat itu meskipun sekarang agar kita mau berpikir mengenai
sudah tidak ada penjajahan kolonial. tragedi-tragedi kemanusiaan yang
“Seorang terpelajar harus juga terjadi disekeliling kita. Pesan lain
berlaku adil sudah sejak dalam mungkin juga seperti jangan menyia-
pikiran, apalagi dalam perbuatan”. nyiakan orang yang telah sepenuh
hati mencintai kita, karena belum
tentu suatu saat nanti kita dapat
menemukan orang yang mencintai
kita seperti itu.
Dan adat bagaimanapun tetap harus
berlaku dalam kehidupan yang
meyakininya, karena jika memang
suatu daerah mempercayai adat yang
berlaku, maka harus dijalankan
dengan sebaik-baiknya. Karena pada
setiap keyakinan pasti ada suatu hal
yang akan terjadi jika suatu adat
kebiasaan tidak dilaksanakan. Serta
jangan gampang terpengaruh dengan
keadaan duniawi karena suatu saat
penyesalan akan datang dalam
hidupmu, segala sesuatu akan
kembali kepadaNya.