Anda di halaman 1dari 11

Unsur Interistik

Novel Ronggeng
Dukuh Paruk
Kel 3
Alifia Kayyisah
Farhan Hakim
Indra Bayu
Naufal Athallah
Nayla Aqila
Nurul Kamila
Sabrina Kayla
Ronggeng Dukuh Paruk
Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah novel yang ditulis oleh penilis Indionesia
asal Banyumas, Ahmad Tohari, dan diterbitkan pertama kali tahun 1982. Novel ini
bercerita tentang kisah cinta antara Srintil, seorang penari ronggeng, dan Rasus,
teman sejak kecil Srintil yang berprofesi sebagai tentara.
Alur
"Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari menggunakan alur cerita maju
(linear). Alur maju adalah tipe alur cerita yang dijelaskan secara kronologis, di
mana peristiwa-peristiwa dalam cerita disusun sesuai dengan urutan waktu yang
terjadi. Dengan kata lain, cerita ini mengikuti alur waktu yang berjalan maju dari
awal hingga akhir, sehingga pembaca dapat mengikuti perkembangan peristiwa
secara berurutan.
Latar
Tempat
Novel "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari berlatar
di sebuah desa kecil bernama Dukuh Paruk, yang
merupakan suatu daerah pedalaman di Pulau Jawa,
Indonesia. Desa ini dijelaskan sebagai tempat yang terpencil
dan kental dengan nuansa kehidupan pedesaan tradisional.

Waktu
Adapun waktu cerita tidak terlalu spesifik, tetapi dapat diketahui bahwa
cerita ini berlangsung pada masa lalu, lebih tepatnya pada zaman sebelum
dan selama periode perjuangan kemerdekaan Indonesia. Seiring dengan
perkembangan cerita, pembaca dapat merasakan perubahan sosial dan
politik yang terjadi pada saat itu, mencakup perubahan-perubahan yang
dialami oleh masyarakat Dukuh Paruk.
Sudut Pandang
Dalam novel "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari, sudut pandang yang digunakan
adalah sudut pandang orang ketiga (sudut pandang ketiga atau POV ketiga). Ini berarti narator
menceritakan cerita dari perspektif pihak luar, dan tidak terlibat langsung dalam peristiwa atau
pikiran karakter dalam cerita.
Bukti dari penggunaan sudut pandang orang ketiga dapat ditemukan melalui narasi yang objektif
dan penggambaran yang lebih luas tentang kehidupan dan peristiwa di Dukuh Paruk. Contoh:

"Di tengah malam yang hening, Dukuh Paruk tertidur dalam damai, dan hanya suara gemericik
sungai kecil yang menyela ketenangan malam itu. Di bawah langit yang bersih, rumah-rumah
penduduk terhampar di antara pepohonan hijau yang bergerombol di sepanjang desa."
Penokohan

Protagonis Antagonis Tritagonis


Srintil Tidak Ada Rasus
Srintil adalah tokoh utama perempuan Dalam konteks novel ini, mungkin sulit Rasus adalah tokoh tritagonis yang
dalam cerita ini. Dia menjadi ronggeng untuk menemukan karakter yang dapat memiliki peran penting dalam cerita.
atau penari tradisional yang dihormati disebut sebagai antagonis murni. Namun, Rasus menciptakan kompleksitas
di Dukuh Paruk. Cerita ini mengikuti konflik dan ketegangan mungkin muncul hubungan dalam cerita dan juga
perjalanan hidup Srintil dan bagaimana dari berbagai sumber, termasuk konflik mengalami perkembangan karakter
ia berurusan dengan berbagai sosial atau politik di Dukuh Paruk. yang signifikan.
tantangan dalam kehidupannya.
Gaya Bahasa dan Majas
Gaya bahasa yang digunakan dalam novel "Ronggeng Dukuh Paruk" karya
Ahmad Tohari cenderung bernuansa sastra dan puitis. Penulis
menggunakan bahasa yang indah dan menggambarkan dengan detail
kehidupan di Dukuh Paruk, menciptakan atmosfer yang kaya akan nuansa
dan emosi. Gaya bahasanya mengandung unsur-unsur budaya lokal dan
tradisional.

Beberapa majas yang mungkin digunakan dalam novel ini melibatkan


penggunaan imajinatif dan metaforis untuk mengekspresikan ide atau
perasaan. Berikut adalah beberapa contoh majas yang mungkin muncul:
Penggunaan Majas

Metafora Personifikasi Hiperbola

"Cahaya rembulan "Angin malam berkisah “Srintil meratap,


menyinari malam Dukuh pada daun-daun meronta, menangis ,
Paruk seperti lampu- pepohonan, melolong lolongdi
lampu kehidupan yang menyampaikan cerita- kamarnya yang persis
menuntun langkah- cerita yang hanya bui”
langkah kita." mereka yang
mendengar bisu-bisu."
Amanat
Amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca
melalui novel “Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah: agar kita semua mau dan
mampu melihat seseorang itu tidak hanya dari luarnya saja melainkan juga dari
hatinya. Dan agar kita mau berpikir mengenai tragedi-tragedi kemanusiaan yang
terjadi disekeliling kita. Pesan lain mungkin juga seperti jangan menyia-nyiakan
orang yang telah sepenuh hati mencintai kita, karena belum tentu suatu saat nanti
kita dapat menemukan orang yang mencintai kita seperti itu.
Thank's For
Watching

Anda mungkin juga menyukai