Anda di halaman 1dari 5

Nama : shaerleen naviry br.

kembaren

Kelas : XII pms 5

Tugas
1. Baca kutipan isi novel Ronggeng Dukuh Paruk pada buku paket Bahasa Indonesia hal 111-112
dan 121 – 124
2. Setelah membaca isi kutipan novel, jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini.

Soal

1. Tema apa yg menonjol dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?


2. Bagaimanakah Alur yang tergambar dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?
3. Dimanakah layar tempat, latar waktu dan layar suasana yang tergambar dalam
novel Ronggeng Dukuh Paruk?
4. Siapakah tokoh Utara dan tokoh-tokoh pendukung dalam novel Ronggeng Dukuh
Paruk?
5. Bagaimanakah karakter tokoh-tokoh Ronggeng Dukuh Paruk?
6. Apa pesan yang disampaikan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk?

Jawab

1. Tema yang menonjol pada novel adalah tentang percintaan dan Kemiskinan
2. Alur yang diguna Alur atau jalannya cerita dalam novel “Ronggeng Dukuh Paruk”
menggunakan alur campuran dimana terdapat alur maju yang disertai dengan “flash
back” atau kembali ( mundur ) kemasa lalu, baik yang dialami oleh tokoh utama atau
pemeran lainya. Dalam cerita ini yakni ditengah-tengah cerita pengarang
menceritakan kembali masa lalu yang sempat dialami oleh pemeran cerita.
3. Latar tempat:
- di hutan
- di rumah Sakarya
- di rumah nenek Rasus
- di halaman rumah Kartareja
- di Pekuburan Secamenggala
- di Pasar Dawuan
Latar waktu
- Tengah malam
- pagi hari
- sore hari
- malam hari
Latar Suasana
- Ceria
- Panik
- Terkesima

4. Tokoh Utama
- Srintil
- Rasus
Tokoh pendukung
Dursun, Warta , Sakarya , Ki Secamenggala , Ki Kartareja , Nyi Kartareja , Sakum ,
Nenek Rasus , Santayib , Istri Santayib , Sulam , Siti , Sersan Slamet ,Kopral Pujo , Dan
Tampi Masusi .

5. Karakter tokoh Ronggeng Dukuh Paruk:


 Rasus : bersahabat, penyayang, pendendam, pemberani
 Srintil : Bersahabat, seorang ronggeng, agresif, Dewas
 Dursun : bersahabat
 Warta : bersahabat, perhatian dan penghibur
 Sakarya (Kakek Srintil): Penyayang, tega
 Ki Secamenggala : nenek moyang asal Dukuh Paruk
 Kartareja dan Nyai Kartareja : mistis, egois
 Sakum : hebat
 Nenek Rasus : linglung
 Santayib (Ayah Srintil) : bertanggungjawab, keras kepala
 Istri Santayib : Keibuan, prihatin
 Dower : mengusahakan segala macam cara
 Sulam : penjudi dan berandal, sombong
 Siti : alim
 Sersan Slamet    : penyuruh, tegas
 Kopral Pujo : penakut
 Tampi : penyayang, sabar.
 Masusi. Jahat, hidung belang, pendendam.
 Pesan yang disampaikan antara lain:
- Kemiskinan dekat dengan kebodohan
- Cinta itu harus tulus
- Jangan menipu orang lain
- Jangan serakah
- Jangan mudah percaya kepada orang lain

6.  Pesan yang disampaikan antara lain:


- Kemiskinan dekat dengan kebodohan
- Cinta/mencintai itu harus tulus
- Jangan menipu orang lain
- Jangan serakah
- Jangan mudah percaya kepada orang lain

3. Analisislah unsur kebahasan dari isi kutipan novel Ronggeng Dukuh Paruk

Unsur kebahasaan novel Ronggeng Dukuh Paruk


Menggunakan kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga
Menggunakan kata kerja aktif dan pastif
Menggunakan konjungsi temporal
Menggunakan konjungsi kausalitas
Menggunakan kata keterangan
Menggunakan kata kerja mental
Menggunakan gaya bahasa
dan lain sebagainya
Unsur kebahasaan novel meliputi gaya bahasa atau penggunaan majas dan citraan.
Dalam penggunaan bahasa, novel ini menggunakan beberapa majas, yaitu:

1. Majas personifikasi

Tetes-tetes embun jatuh menimbulkan suara desahan desahan musik yang serempak.
Dalam kerimbunan daun-daunnya sedang dipagelarkan merdunya harmoni alam yang
melantumkan kesyahduan. Dukuh Paruk kembali menjatuhkan pundak-pundak yang berat,
kembali bersimbah air mata.

2. Majas simile

Di bagian langit lain, seekor burung pipit sedang berusaha mempertahankan nyawanya. Dia
terbang bagai batu lepas dari ketapel sambil menjerit-jerit sejadinya. Ibarat meniti sebuah titian
panjang berbahaya, aku hanya bisa menceritakannya kembali, mengulas serta merekamnya
setelah aku sampai di seberang. Latar sejarahnya yang melarat dan udik ibarat beribil.Matanya
berkilat seperti kepik emas hinggap di atas daun.Malam hari berlatar langit kemarau, langit
seperti akan menelan segalanya kecuali apa-apa yang bercahaya.

3. Majas metafora

Di pelataran yang membantu di bawah pohon nangka ketika angin tenggara bertiup dingin
menyapu harum bunga kopi yang selalu mekar di musim kemarau. Mereka pantas berkejaran,
bermain dan bertembang. Mereka sebaiknya tahu masa kanak-kanak adalah surga yang hanya
sekali datang.

4. Majas metonimia

Di sana di dalam kurung klambu yang tampak dari tempatku berdiri, akan terjadi pemusnahan
mustika yang selama ini amat kuhargai. Pelita kecil dalam kamar itu melengkapi citra punahnya
kemanusiaan pada diri bekas mahkota Dukuh Paruk itu.

5. Majas hiperbola

Ini cukup untuk kukatakan bahwa yang terjadi pada dirinya seribu kali lebih hebat daripada
kematian karena kematian itu sendiri adalah anak kandung kehidupan manusia.
Aku bisa mendengar semua bisik hati yang paling lirih sekalipun.
Aku dapat melihat mutiara-mutiara jiwa dalam lubuk yang paling pingit.

6. Majas sinekdok
Celoteh di sudut pasar itu berhenti karena kehabisan bahan.
Sampean hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau mengerti urusan perut orang.

7. Majas pertentangan

Aku sadar betul diriku terlalu kecil bagi alam. Aku terkejut menyadari semua orang di tanah
airku yang kecil ini memenuhi segala keinginanku.

8. Majas Penegasan (repetisi)

Mereka hanya ingin melihat Srintil kembali menari, menari dan menari.
Srintil sedang berada dalam haribaan Dukuh Paruk yang tengah tidur lelap selelap lelapnya,
merenung dan terus merenung.

9. Majas Sindiran (sarkasme)

Dower merasa berat dan mengutuk Kartareja dengan sengit "Si tua bangka ini sungguh
sungguh tengik!"
"Kertareja memang bajingan, Bajul buntung", jawabku, mengumpat dukun ronggeng itu.* **

4. Temukan pandangan pengarang pada novel Ronggeng Dukuh Paruk pada hal 121-124. Dan
uraikan ke dalam tabel seperti dibawah ini
Aspek kehidupan Pandangan pengarang
Social Pandangan pengarang: Membaca Novel ini
kita memang diajak untuk membaca apa
pendapat pengarang tentang aspek kehidupan
sosial. Kehidupan sosial di Dukuh Paruk
digambarkan dengan sangat jelas. Dukuh
Paruk adalah perkampungan yang miskin,
kering, sedikit unsur mistik, dan masyarakat
yang lugu yang begitu mudah percaya dengan
orang asing yang terlihat kaya. Mereka tidak
menyadari betapa berbahayanya orang asing
yang hanya ingin mengambil keuntungan
tanpa mempedulikan para seniman dukuh
paruk. Puncak dari segala keluguan itu dialami
oleh Srintil yang mengalami kepiluan seumur
hidupnya.
Dalam novel ini, unsur sosial kemasyarakatan
lebih cenderung ke arah ronggeng. Karena
segala sesuatu yang berhubungan dengan
hubungan antar manusia lebih diutamakan
untuk ronggeng karena bagi mereka, adanya
sosok ronggeng merupakan kebanggaan
tersendiri di Dukuh Paruk Unsur ini
kemungkinan besar mengangkat tentang
kenyataan hidup yang pernah terekam
dibenak pengarang, yang terjadi saat
pengkhianatan PKI.
Keagamaan Dalam novel ini, unsur keagamaan tidak
terlalu diperlihatkan karema warga Dukuh
Paruk lebih mempercayai adanya nenek
moyang dan hal-hal animisme lainnya Agama
menjadi penenang bagi sebagian masyarakat
dukuh paruk, namun tidak serta merta
membuat mereka mendadak jadi manusia
berbudi pekerti luhur. Pada saat yang sama
mereka juga tetap melanggar aturan-aturan
agama.
Budaya Kehidupan budaya di Dukuh Paruk adalah
ronggeng. Kesenian tersebut melumuri
selusuh dukuh. Dalam novel ini, banyak
terdapat unsur kebudayaan seperti: menari,
menyanyi sambil nyawer, memberikan sesaji
kepada nenek moyang .

Nama : Shaerleen naviry br.kembaren


Kelas : XII pms 5

Anda mungkin juga menyukai