Anda di halaman 1dari 4

ANWAR HIDAYAT

12 IPA 2
1. Sinopsis
JUDUL : RONGGENG DUKUH PARUK
KARYA : AHMAD TOHARI

Dukuh Paruk adalah sebuah desa yang terletak di pedukuhan yang sangat terpencil dan jauh
dari manusia-manusia modern. Di desa yang keadaannya kering kerontang terdapat penduduk yang
mempercayai bahwa mereka keturunan dari Ki Secamenggala, seorang bromocorah yang dianggap
sebagai nenek moyang mereka.

Srintil merupakan anak pembuat tempe bongkrek yang menjadi piatu akibat bencana tempe
bongkrek. Sejak kecil srintil dirawat oleh kakek dan neneknya. Saat usianya masih anak-anak ia
memiliki seorang teman Rasus, Warta, dan Darsun. Ketiganya sangat senang melihat srintil   menari
bak ronggeng. Meskipun masih kecil, srintil sangat pandai  menari.  

Kemampuan srintil menari ronggeng akhirnya diketahui oleh kakeknya, dan ia


menyampaikannya kepada Kertarreja, seorang dukun ronggeng. Kehadiran Srintil, yang saat itu
berusia sebelas tahun, merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh penduduk dukuh paruk.
Kemampuan srintil menari ronggeng, menghidupkan kembali tradisi yang selama ini telah hilang.

Sebagaimana adat Dukuh Paruk, untuk menjadi seorang ronggeng srintil harus melewati
tahap-tahap yang tidak mudah.  Srintil harus diserahkan kepada dukun ronggeng, karena ia harus
mendapat perawatan khusus. Srintil juga harus dimandikan di depan cungkup makam Ki
Secamenggala, dan yang terakhir adalah prosesi bukak kelambu. Pada prosesi bukak kelambu srintil
harus menyerahkan keperawanannya pada lelaki manapun yang sanggup memenuhi syarat yang
telah ditentukan.

Sejak Srintil menjadi ronggeng, ia semakin jauh dari Rasus dan Rasus merasa kehilangan
sosok emaknya. Sejak saat itu pula Rasus memilih untuk keluar dari desa yang telah
membesarkannya. Di dusun Dawuan inilah Rasus mampu mengubah pandangan hidupnya dan
menghilangkan semua peristiwa yang selama ini membayangi dan menyakitkan hatinya.

Selama di Dawuan kehidupan Rasus pun berubah, ia menjadi seorang Tobang para tentara.
Saat ia bermalam di dukuh paruk untuk menemani neneknya yang sudah tua, srintil berkata pada
Rasus bahwa ia ingin menjadi pendamping hidupnya dan ia rela meninggalkan profesinya sebagai
ronggeng di dukuh paruk tetapi Rasus menolaknya. Akhirnya, saat semua masih terlelap dalam
tidurnya Rasus meninggalkan sepenuhnya desa Dukuh Paruk  dan berbagi macam kenangannya di
desa yang telah membesarkannya.

2.Unsur Ekstrinsik
Tokoh dan Penokohan
Alur
Srintil merupakan anak pembuat tempe bongkrek yang menjadi piatu akibat bencana tempe
bongkrek. Sejak kecil srintil dirawat oleh kakek dan neneknya. Saat usianya masih anak-anak ia
memiliki seorang teman Rasus, Warta, dan Darsun. Ketiganya sangat senang melihat srintil  menari
bak ronggeng. Meskipun masih kecil, srintil sangat pandai  menari.  

Kemampuan srintil menari ronggeng akhirnya diketahui oleh kakeknya, dan ia menyampaikannya
kepada Kertarreja, seorang dukun ronggeng. Kehadiran Srintil, yang saat itu berusia sebelas tahun,
merupakan peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh penduduk dukuh paruk. Kemampuan srintil menari
ronggeng, menghidupkan kembali tradisi yang selama ini telah hilang.

Sebagaimana adat Dukuh Paruk, untuk menjadi seorang ronggeng srintil harus melewati tahap-tahap
yang tidak mudah.  Srintil harus diserahkan kepada dukun ronggeng, karena ia harus mendapat
perawatan khusus. Srintil juga harus dimandikan di depan cungkup makam Ki Secamenggala, dan
yang terakhir adalah prosesi bukak kelambu. Pada prosesi bukak kelambu srintil harus menyerahkan
keperawanannya pada lelaki manapun yang sanggup memenuhi syarat yang telah ditentukan.

Sejak Srintil menjadi ronggeng, ia semakin jauh dari Rasus dan Rasus merasa kehilangan sosok
emaknya. Sejak saat itu pula Rasus memilih untuk keluar dari desa yang telah membesarkannya. Di
dusun Dawuan inilah Rasus mampu mengubah pandangan hidupnya dan menghilangkan semua
peristiwa yang selama ini membayangi dan menyakitkan hatinya.

Selama di Dawuan kehidupan Rasus pun berubah, ia menjadi seorang Tobang para tentara. Saat ia
bermalam di dukuh paruk untuk menemani neneknya yang sudah tua, srintil berkata pada Rasus
bahwa ia ingin menjadi pendamping hidupnya dan ia rela meninggalkan profesinya sebagai ronggeng
di dukuh paruk tetapi Rasus menolaknya. Akhirnya, saat semua masih terlelap dalam tidurnya Rasus
meninggalkan sepenuhnya desa Dukuh Paruk  dan berbagi macam kenangannya di desa yang telah
membesarkannya.

Latar
Ladang/kebun,rumah Nyai Kertareja,perkuburan Pasar Dawuan,di markas tentara,
hutan,rumah Sakarya,rumah nenek,kantor polisi,tahanan ,sawah,villa dan pantai

Tokoh dan Penokohan


 Rasus : bersahabat, penyayang

Srintil : Bersahabat, seorang ronggeng, agresif, Dewasa

Dursun

Warta
 Sakarya (Kakek Srintil): Penyayang
 Ki Secamenggala 

Kartareja dan Nyai Kartareja


Sakum
Nenek Rasus
Santayib (Ayah Srintil) : bertanggungjawab, keras kepala
Masusi. Jahat, hidung belang, pendendam.
Tamir
Bajus
Darman
Pak blengur

Gaya Bahasa
Gaya Bahasa yang terlihat dalam novel ini kadang membingungkan, karena terdapat bahasa jawa dan
mantra-mantra jawa.

  Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan oleh Pengarang dalam penulisan novel“Ronggeng Dukuh Paruk” ini
adalah menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama seperti adanya kata “aku”
dan sudut pandang pengganti orang ketiga baik dalam cerita maupun diluar cerita. Bukti pengarang
menggunakan kata ganti orang ketiga adalah seperti adanya kata “ dia dan –nya” dan menyebutkan
nama tokoh secara langsung

Amanat
Amanat atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui novel
“Ronggeng Dukuh Paruk” ini adalah: agar kita semua mau dan mampu melihat seseorang itu tidak
hanya dari luarnya saja melainkan juga dari hatinya. Dan agar kita mau berpikir mengenai tragedi-
tragedi kemanusiaan yang terjadi disekeliling kita. Pesan lain mungkin juga seperti  jangan menyia-
nyiakan orang yang telah sepenuh hati mencintai kita, karena belum tentu suatu saat nanti kita dapat
menemukan orang yang mencintai kita seperti itu.

Unsur Ekstrinsik
a.       Keagamaan (religius)

Dalam novel ini, unsur keagamaan tidak terlalu diperlihatkan karena warga Dukuh Paruk lebih
mempercayai adanya nenek moyang dan hal-hal animisme lainnya

b.      Kebudayaan

Dalam  novel ini, banyak terdapat unsur kebudayaan seperti: menari, menyanyi sambil nyawer,
memberikan sesaji kepada nenek moyang

c.       Sosial

Dalam  novel ini, unsur sosial kemasyarakatan lebih cenderung ke arah ronggeng. Karena segala
sesuatu yang berhubungan dengan hubungan antar manusia lebih diutamakan untuk ronggeng karena
bagi mereka, adanya sosok ronggeng merupakan kebanggaan tersendiri di Dukuh Paruk
d.      Ekonomi

Dalam  novel ini sering terlihat dalam pergantian judul maupun pergantian bab, yang mana
mengggambarkan kemiskinan masyarakat “Dukuh Paruk” yang terletak ditengah-tengah pematang
sawah. Penggambaran ini tampak jelas terlihat seperti : digambarkan luasnya ribuan hektar sawah
yang mengelilingi desa telah tujuh bulan kering kerontang,…. Sampai anak-anak kecil rela bersusah
payah mencabut singkong yang terpendam dalam ditanah kapur,,, itulah sedikit gambaran keadaan
ekonmi yang sedang dialami oleh masyarakat “Dukuh Paruk”, dan keadaan itulah yang sebenarnya
ingin ditunjukan oleh pengarang kepada pembaca.

Anda mungkin juga menyukai