Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1.     Latar Belakang

 Apakah Anda pernah menyadari bahwa pelangi merupakan fenomena alam


yang terjadi dengan proses fisika dimana Pelangi merupakan suatu busur spektrum
besar yang terjadi karena pembiasan cahaya matahari oleh butir-butir air. Pelangi
adalah gejala optik dan meteorologi berupa cahaya beraneka warna saling sejajar
yang tampak di langit atau medium lainnya. Di langit, pelangi tampak sebagai
busur cahaya dengan ujungnya mengarah pada horizon pada suatu saat hujan
ringan. Pelangi juga dapat dilihat di sekitar air terjun yang deras, biasanya
fenomena ini terjadi ketika udara sangat panas tetapi hujan turun rintik-rintik. Kita
dapat melihat jelas fenomena ini, jika kita berdiri membelakangi cahaya matahari.
Pelangi dapat pula terbentuk karena udara berkabut atau berembun. Dalam
ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai sebuah peristiwa pembiasan alam.
Pembiasan merupakan proses diuraikannya satu warna tertentu menjadi beberapa
warna lainnya (disebut juga spektrum warna), melalui suatu media/ medium
tertentu pula.
Pada pelangi, proses berurainya warna terjadi ketika cahaya matahari yang
berwarna putih terurai menjadi spektrum warna melalui media air hujan. Adapun
spektrum warna yang terjadi terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila, dan ungu. Fenomena pelangi dapat pula terjadi di sekitar air terjun. Percikan
air di sekitar air terjun menjadi media untuk menguraikan warna dari cahaya
matahari yang bersinar.
Semua cahaya bergerak dalam bentuk gelombang. Panjang gelombang adalah
yang menentukan warna cahaya tersebut. Kadang, sebuah pelangi kedua yang
lebih redup dapt terlihat di atas pelangi utama karena cahaya telah dipantulkan

1
atau dibiaskan lebih dari sekali di dalam tetes-tetes air hujan. Warna-warna pelangi
kedua ini terbalik, merah di dalam dan ungu diluar. Warnanya tidak pernah
secerah pelangi utama karena setiap kali cahaya dipantulkan, ada sedikit cahaya
yang hilang.
Pada tahun 1852, ilmuwan Jerman, Ernst Von Brycke, menyatakan bahwa
warna biru langit diakibatkan oleh partikel-partikel di atmosfer yang menyebarkan
cahaya matahari saat memasuki atmosfer. Kemudian, dua fisikawan Inggris, Lord
Rayleigh (1842-1919) dan John Tyndall (1820-1893) mempunyai penjelasan lain.
Rayleigh berpendapat bawah bagian biru dari cahaya matahari disebarkan oleh
debu dan uap air, tetapi dia salah. Molekul udara sendirilah yang menyebarkan
cahaya. Meskipun demikian kita masih menyebut jenis penyeberan ini sebagai
efek Tyndall, atau penyebaran Rayleigh, sesuai dengan nama kedua ilmuwan
tersebut.

1.2.      Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini, sebagai berikut:
a. Bagaimana proses terjadinya pelangi ?
b. Bagaimana keterkaitan proses terjadinya pelangi dengan fisika?
c. Bagaimana bentuk pelangi?

1.3.      Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini, sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses terbentuknya pelangi.
b. Untuk mengetahui keterkaitan proses terbentuknya pelangi dengan Ilmu
Fisika.
c. Untuk mengetahui bentuk pelangi.

1.4.      Manfaat
a. Manfaat teoritis

2
Bagi dunia pendidikan, makalah ini dapat menjadi tambahan referensi

dalam pembelajaran sejenis di masa yang akan datang.

b. Manfaat praktis

Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa

sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran Fisika.

3
BAB II
PEMBAHASAN 

2. 1.     Proses Terbentuknya Pelangi

Pelangi berasal dari cahaya putih dibiaskan menjadi berbagai panjang


gelombang cahaya yang terlihat oleh mata kita sebagai merah, jingga, kuning,
hijau, biru, dan ungu. Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis
paralel, tiap warna bernuansa dengan warna di sebelahnya. Pita ini disebut
“spektrum”. Di dalam spektrum, garis merah selalu berada pada salah satu ujung
dan biri serta ungu disisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang
gelombang. Ketika kita melihat pelangi, sama saja dengan ketika kita melihat
spektrum. Bahkan, pelangi adalah spketrum melengkung besar yang disebabkan
oleh pembiasan cahaya matahari.
 
      Ketika cahaya matahari melewati tetesan air, ia membias seperti ketika
melalui prisma kaca. Jadi didalam tetesan air, kita sudah mendapatkan warna yang
berbeda memanjang dari satu sisi ke sisi tetesan air lainnya. Beberapa dari cahaya
berwarna ini kemudian dipantulkan dari sisi yang jauh pada tetesan air, kembali
dan keluar lagi dari tetesan air. Cahaya keluar kembali dari tetesan air kearah yang
berbeda, tergantung pada warnanya.Cahaya matahari merupakan sinar
polikromatik, saat masuk ke dalam tetesan air hujan akan diuraikan menjadi
warna-warna monokromatik yang memiliki panjang gelombang yang berbeda-
beda. Cahaya matahari yang telah terurai menjadi warna monokromatik sebagian
akan mengalami pemantulan saat mengenai dinding tetesan air hujan dan sebagian
lainnya akan menembus ke luar tetesan air hujan.  

4
  
      Masing-masing gelombang cahaya monokromatik tersebut akan mengalami
pembiasan cahaya saat keluar dari tetesan air hujan dan arah pembiasannya akan
berbeda-beda, tergantung pada warnanya. Pembiasan ini terjadi karena cahaya
mengalami perubahan indeks media dari udara ke air. Ketika sinar dihantarkan
kembali ke permukaan belakang tetesan air,hampir seluruhnya dibiaskan dan
keluar dari tetesan air.
 
    Warna-warna monokromatik yang keluar dari tetesan air hujan mempunyai
panjang gelombang yang berada dalam rentang 400 – 700 nm. Pada rentang 400 –
700 nm, gelombang cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia ialah gelombang
yang mempunyai gradasi warna merah sampai ungu. Gradasi warna tersebut
diasumsikan sebagai warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

      Ketika kita melihat warna-warna ini pada pelangi, kita akan melihatnya
tersusun dengan merah di paling atas dan ungu di paling bawah pelangi. Ini
disebabkan karena cahaya merah adalah bagian dari Spektrum cahaya tampak
yang memiliki frekuensi paling rendah atau panjang gelombang paling panjang
bila dibandingkan dengan cahaya tampak lainnya. Dan cahaya ungu memiliki
frekuensi paling tinggi dan panjang gelombang paling pendek. Sehingga antara
warna merah dan ungu tidak saling bertemu, warna merah berada di paling ujung
pada pelangi dan warna ungu berada di paling bawah pada pelangi.Pelangi hanya
dapat dilihat saat hujan bersamaan dengan matahari bersinar, tapi dari sisi yang
berlawanan dengan si pengamat. Posisi kita harus berada diantara matahari dan
tetesan air dengan matahari dibekalang kita. Matahari, mata kita dan pusat busur
pelangi harus berada dalam satu garis lurus.

    

5
    Ada dua hal yang menyebabkan daerah terang pelangi terlihat lebih terang
dibandingkan daerah lainnya, yaitu;
 Cahaya matahari yang masuk ke tetesan air hujan yang menimbulkan pelangi
pertama mempunyai intensitas cahaya matahari yang paling besar.
 Pada proses pembentukan pelangi pertama, saat berada dalam tetesan air
hujan, cahaya matahari hanya mengalami satu kali proses pemantulan cahaya,
sehingga energi yang terserap oleh tetesan air hujan masih cukup banyak.

    Cahaya dibiaskan saat masuk ke titik-titik air, pembiasan ini terjadi karena
cahaya mengalami perubahan indeks media dari udara ke air kemudian mengalami
dispersi dan mengalami penguraian.Cahaya matahari yang telah terurai menjadi
warna monokromatik sebagian akan mengalami pemantulan saat mengenai
dinding tetesan air hujan dan sebagian lainnya akan menembus ke luar tetesan air
hujan. 
 
 
2. 2.   Keterkaitan  Proses Terbentuknya Pelangi dengan Ilmu Fisika 

Pada pembahasan proses terjadinya pelangi ditinjau dari materi fisika yaitu
optik atau cahaya. Beberapa konsep fisika yang berhubungan dengan proses
terjadinya pelangi antara lain pembiasan, pemantulan, dispersi cahaya dan spektrum
gelombang elektromagnetik yang diwujudkan berupa warna cahaya pada pelangi.
Syarat-syarat terjadinya pembiasan cahaya ialah cahaya melalui dua medium
yang berbeda kerapatan optiknya dan cahaya datang tidak tegak lurus terhadap
bidang batas.
A. Indeks Bias Cahaya
Pembiasan cahaya dapat terjadi karena terdapat perbedaan laju cahaya
pada kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil
dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat.

6
Menurut Christian Huygens (1629-1695):
“Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya
dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”

B. Pembiasan Cahaya Pada Prisma


Bahan bening yang dibatas oleh dua bidang permukaan yang bersudut
disebut prisma. Tetesan air hujan merupakan salah satu benda yang dihasilkan
oleh alam, namun memiliki sifat seperti prisma. Maksudnya jika sebuah
cahaya menembus tetesan air, maka cahaya tersebut akan dibiaskan.

1. Pemantulan Cahaya
Cahaya sebagai gelombang dapat memantul bila mengenai permukaan
suatu benda. Pemantulan cahaya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pemantulan sempurna dan pemantulan baur. Pemantulan sempurna terjadi
jika cahaya mengenai permukaan yang mengkilap, seperti cermin. Saat
cahaya mengenai permukaan cermin, kita dapat memprediksi arah
pemantulannya. Sedangkan pemantulan baur dapat terjadi jika cahaya
mengenai permukaan yang tidak rata, seperti kertas atau batu. Pemantulan
sinar adalah peristiwa terjadinya perubahan arah rambat cahaya ke sisi
yang berbeda. Hal yang menarik dan harus dicatat bahwa pembiasan dan
pemantulan merupakan manifestasi dari satu hukum yang disebut Fermat's
Principle, yang menyatakan cahaya mencapai yang sampai ke mata telah
diteruskan jauh dari sumbernya. Grafik sinar pada peristiwa pemantulan
dan pembiasan dapat ditunjukkan pada gambar 3.

2. Dispersi Cahaya
Dispersi cahaya merupakan gejala penyebaran gelombang ketika
menjalar melalui celah sempit atau tepi tajam suatu benda. Seberkas cahaya
polikromatik jika melalui prisma akan mengalami proses penguraian warna

7
cahaya menjadi warna-warna monokromatik. Dispersi cahaya terjadi jika
ukuran celah lebih kecil dari panjang gelombang yang melaluinya.
Gejala dispersi cahayaadalah gejala peruraian cahaya putih
(polikromatik) menjadi cahaya berwarna-warni (monokromatik). Cahaya
putih merupakan cahaya polikromatik, artinya cahaya yang terdiri atas
banyak warna dan panjang gelombang. Jika cahaya putih diarahkan ke
prisma, maka cahaya putih akan terurai menjadi cahaya merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Cahaya-cahaya ini memiliki panjang
gelombang yang berbeda. Setiap panjang gelombang memiliki indeks bias
yang berbeda. Semakin kecil panjang gelombangnya semakin besar indeks
biasnya. Disperi pada prisma terjadi karena adanya perbedaan indeks bias
kaca setiap warna cahaya. Perhatikan Gambar 2.
 

Gambar 2. Dispersi cahaya pada prisma

Seberkas cahaya polikromatik diarahkan ke prisma. Cahaya tersebut


kemudian terurai menjadi cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan
ungu. Tiap-tiap cahaya mempunyai sudut deviasi yang berbeda. Selisih antara
sudut deviasi untuk cahaya ungu dan merah disebut sudut dispersi. Besar sudut
dispersi dapat dituliskan sebagai berikut:

Φ = δu - δm = (nu – nm)β .......................................2.


Keterangan:
Φ = sudut dispersi

8
nu = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
δu = deviasi sinar ungu
δm=deviasi sinar merah
3. Hukum Snellius
Pada sekitar tahun 1621, ilmuan Belanda bernama Willebrord Snell
melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut datang
dengan sudut bias.
a. Hukum Snellius terhadap Pemantulan Cahaya
1. Sinar datang, sinar pantul dan garis normal terletak pada satu
bidang datar
2. Sudut datang sama dengan sudut pantul
Sumber N
Cahaya

Sudut x x Sudut
datang c c pantul
x x
Gambar 3.Pemantulan Sempurna

b. Hukum Snellius terhadap Pembiasan Cahaya


Jika cahaya merambat dari medium yang kerapatannya rendah
menuju medium yang kerapatannya tinggi, maka cahaya akan
dibiaskan mendekati garis normal.Jika cahaya merambat dari medium
yang kerapatannya tinggi menuju medium yang kerapatannya rendah,
maka cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal.
Selanjutnya kita dapat menghitung sudut datang dan sudut bias
berdasarkan Hukum Snellius:
sin ( α )=k sin ( β )

9
dengan:
α : sudut datang
β : sudut bias
k :indeks bias

Pembuktian Hukum Snellius


sin ( α )=k sin ( β )
Akan dibuktikan bahwa jarak terpendek antara matahari dan
pengamat pada saat berlaku sin ( α )=k sin ( β )
Bukti:
Misalkan

α : sudut datang
β : sudut bias
Medium A : medium yang kerapatannya renggang, misalkan udara.
Medium B : medium yang kerapatannya lebih rapat dari medium
A, misalkan air.
V1 : kecepatan cahaya dalam medium A
V2 : kecepatan cahaya dalam medium B
D1 : jarak yang ditempuh saat cahaya berada di medium A
D2 : jarak yang ditempuh saat cahaya berada di medium B

Perhatikan gambar, berikut.

Medium A N Sumber
Cahaya
a
x cx

Medium B
cx d-x
b

Pengamat 10
d
d
Gambar Cahaya yang Dibiaskan Mendekati Garis Normal

Dari gambar diperoleh:


2
D1= √a 2+ ( d−x ) (1)
d−x
sin α = (2)
D1

D 2= √ b 2 + x 2 (3)
x
sin β= (4)
D2

Kita ambil ( D1 + D2 ) untuk mendapatkan jarak terpendek antara


matahari dan pengamat.
Karena cahaya matahari memiliki kecepatan yang berbeda saat
berada di medium yang berbeda, maka jarak terpendek antara matahari
dan pengamat dapat dinyatakan sebagai:
D1 D2
+
V1 V2
Untuk mendapatkan sudut deviasi yang minimum pada sinar datang,
maka kita konstruksikan
D1' D2'
+ =0(5)
V1 V2
Selanjutnya, kita menurunkan D1 dan D2 terhadap x, sehingga didapat:
−1
1 2 2
D1 = ( a 2+ ( d−x ) ) (−2 d +2 x )
'
2

11
( x−d )
¿ 2
2
√ a + ( d−x )
−1
1
D2' = ( b2 + x 2 ) 2 ( 2 x )
2
x
¿
√ b + x2 2

Subtitusikan nilai D 1' dan D 2' pada persamaan (5), sehingga diperoleh:
( x−d ) x
2 2
√ a +( d −x ) + √ b + x 2 2
(6)
=0
V1 V2
Dari persamaan (1) dan (2), diperoleh:
d −x
2 2
=sin α , dan ditulis sebagai
√ a + ( d−x )
x−d
2
=−sin α (7)
2
√ a + ( d−x )
Dari persamaan (3) dan (4), diperoleh:
x
=sin β (8)
√ b + x22

Subtitusikan persamaan (7) dan (8) ke persamaan (6), diperoleh:


−sin α sin β
+ =0
V1 V2
sin α sin β
=
V1 V2
V1
sin α = sin β
V2
V1
sin α =k sin β dengan k =
V2
Jadi, terbukti benar bahwa sin α =k sin β

12
Besar ukuran sudut bias dan sudut pelangi masing-masing warna
pelangi dipengaruhi oleh panjang gelombang dan indeks bias masing-
masing gelombang warna. Berikut ini merupakan data panjang
gelombang dan indeks bias warna pelangi.

Tabel 1. Data Panjang Gelombang dan Indeks Bias Warna Pelangi


Panjang Indeks
Warna Gelombang Bias
(λ) (k)
400 nm 1, 34451
425 nm 1, 34235
450 nm 1, 34055
475 nm 1, 33903
500 nm 1, 33772
525 nm 1, 33659
550 nm 1, 33560
575 nm 1, 33462
600 nm 1, 33393
625 nm 1, 33322
650 nm 1, 33257
675 nm 1, 33197
700 nm 1, 33141

Warna-warna seperti pada tabel (1) merupakan komponen dari cahaya


putih yang disebut cahaya tampak (visible light) atau gelombang
tampak. Komponen lainnya adalah cahaya yang tak tampak (invisible
light), seperti inframerah (di sebelah kanan warna merah) dan
ultraviolet (di sebelah kiri jingga).
Sinar putih yang biasa dilihat (disebut juga cahaya tampak atau visible
light) terdiri dari semua komponen warna dalam spektrum di atas -

13
tentu saja ada komponen lain yang tidak terlihat, disebut invisible
light. Alat paling sederhana yang sering dipakai untuk menguraikan
warna putih adalah prisma kaca. Sebuah prisma kaca menguraikan
cahaya putih yang datang menjadi komponen-komponen cahayanya.
Difinisi pertama tentang pelangi oleh Aristoteles. Pada masa hidupnya
(384-322 tahun sebelum masehi) Aristoteles menyebutkan bahwa
pelangi adalah refleksi cahaya matahari yang dipantulkan
awan.Selanjutnya definisi pelangi dari Aristoteles disempurnakan oleh
Alexander dari Aphrodisias. Pada tahun 200 masehi, dia menemukan
perbedaan warna langit yang di dalam lengkung pelangi, dan di luar
lengkung pelangi. Menurut dia, langit di dalam lengkung lebih gelap
dibanding yang di luar lengkung. Wilayah langit yang gelap ini pun
kemudian dinamai Lingkaran Gelap Alexander.
Pada masa yang berbeda pengertian pelangi menurut Roger Bacon
pada tahun 1266 bahwa posisi pelangi berada di sudut 42 derajat.
Selanjutnya Di tahun 1304 seorang pendeta dari Jerman, Theodore
Freiberg meyakini bahwa setiap hujan di awan punya pelangi sendiri.
Dia buktikan hipotesisnya ini dengan pantulan cahaya matahari saat
terjadi pelangi di botol melingkar.
Ahli fisika Newton pada tahun 1666 mendifinisikan pelangi
selanjutnya perbedaan warna pelangi terjadi karena perbedaan panjang
gelombang cahaya matahari yang dipantulkan oleh awan. Dia juga
berhasil menemukan ukuran ketebalan pelangi, yakni 2 derajat 15
menit.
Selanjutnya perkembangan beberapa ilmuwan kemudian menyebut
soal angka busur pelangi. Konsep ini tidak bisa dijelaskan oleh temuan
Newton. Pada tahun 1803 Thomas Young menunjukkan bahwa
gelombang yang berasal dari dua sumber gelombang menghasilkan
perbedaan terang dan gelap di sekitar pelangi. Pada tahun 1815, David

14
Brewster mengungkapkan bahwa pantulan cahaya matahari yang
menghasilan pelangi itu sepenuhnya terpolarisasi.
Pelangi merupakan satu-satunya gelombang elektromagnetik yang
dapat oleh lihat mata manusia. Pelangi adalah gejala optik dan
meteorologi yang terjadi sacara alamiah dalam atmosfir bumi serta
melibatkan cahaya matahari, pengamat dan tetesan air hujan.
Jika ada cahaya matahari yang bersinar setelah hujan berhenti, maka
cahaya tersebut akan menembus tetesan air hujan di udara. Udara dan
tetesan air hujan memiliki kerapatan yang berbeda, sehingga ketika
cahaya matahari merambat dari udara ke tetesan air hujan akan
mengalami pembelokkan arah rambat cahaya (pembiasan cahaya).
Cahaya matahari merupakan sinar polikromatik, saat masuk ke dalam
tetesan air hujan akan diuraikan menjadi warna-warna monokromatik
yang memiliki panjang gelombang yang berbeda-beda. Cahaya
matahari yang telah terurai menjadi warna monokromatik sebagian
akan mengalami pemantulan saat mengenai dinding tetesan air hujan
dan sebagian lainnya akan menembus ke luar tetesan air hujan.
Masing-masing gelombang cahaya monokromatik tersebut akan
mengalami pembiasan cahaya saat keluar dari tetesan air hujan dan
arah pembiasannya akan berbeda-beda, tergantung pada warnanya.
Pembiasan ini terjadi karenacahaya mengalami perubahan indeks
mediadari udara ke air. Ketika sinar dihantarkankembali ke permukaan
belakang tetesan air,hampir seluruhnya dibiaskan dan keluardari
tetesan air.

15
Gambar 6. Pembiasan Pelangi
Warna-warna monokromatik yang keluar dari tetesan air hujan
mempunyai panjang gelombang yang berada dalam rentang 400 – 700
nm. Pada rentang 400 – 700 nm, gelombang cahaya yang dapat dilihat
oleh mata manusia ialah gelombang yang mempunyai gradasi warna
merah sampai ungu. Gradasi warna tersebut diasumsikan sebagai
warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Susunan
gradasi warna tersebut kita namakan sebagai pelangi. Ketika kita
melihat warna-warna ini pada pelangi, kita akan melihatnya tersusun
dengan dengan merah di paling atas dan warna ungu di paling bawah.
Skema terjadinya pelangi dapat ditunjukkan pada gambar 7
danpembentukan pelangipertama secara keseluruhan dapat ditunjukkan
pada gambar .

Gambar 8. Proses
Fisis Pelangi Pertama
Secara Keseluruhan

16
Saat kita melihat pelangi, daerah di bawah pelangi akan terlihat lebih
terang jika dibandingkan dengan daerah lainnya di sekitar pelangi.
Daerah yang terlihat lebih terang tersebut dinamakan daerah terang
pelangi. Ada dua hal yang menyebabkan daerah terang pelangi terlihat
lebih terang dibandingkan daerah lainnya, yaitu yang pertama adalah
cahaya matahari yang masuk ke tetesan air hujan yang menimbulkan
pelangi pertama mempunyai intensitas cahaya matahari yang paling
besar. Alasan kedua, pada proses pembentukan pelangi pertama, saat
berada dalam tetesan air hujan, cahaya matahari hanya mengalami satu
kali proses pemantulan cahaya, sehingga energi yang terserap oleh
tetesan air hujan masih cukup banyak. Proses terjadinya pelangi
melalui pembiasan, pemantulan dan dispersi cahaya secara matematis
dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar Ilustrasi Sudut Pelangi

Rumus Umum yang Digunakan:

17
A. Hukum Pemantulan:
Sudut datang sama dengan sudut pantul.

B. Persamaan Snellius: Keterangan :


sinα = k sin β α = sudut datang
β = sudut bias
k =perbandingan indeks bias daridua
medium yang berbeda

Berikut merupakan ilustrasi cahaya yang menembus tetesan air


hujan mengalami dua kali proses pembiasan, satu kali pemantulan
dan satu kali dispersi cahaya. Keterangan:
α : sudut datang sinar matahari
β : sudut bias
T ( α ): sudut deviasi
ф : sudut pelangi

GambarProses Pembiasan, Pemantulan, dan ф=4 β−2 α


Dispersi Cahaya Pada Pelangi Pertama
T ( α )=180° −4 β+2 α

Penguraian secara matematis dalam pembentukan pelangi pertama:

18
Perhatikan ∆ BCD
( α −β ) + ( 180° −2 β ) + γ =180°
γ =180 °−180° +2 β−α + β
γ =3 β−α
γ +θ=180° ( Sudut Berpelurus ) (1)
Subtitusikan nilai γ pada persamaan (1)
( 3 β−α ) +θ=180°
θ=180° +α −3 β

Perhatikan ∆ ADE
θ+ ф+ ( α−β ) =180°
Subitusikan nilai θ, maka didapat:
( 180° + α −3 β ) + ф+ α− β=180°
ф=180 °−180° −α + 3 β −α + β
ф=4 β−2 α

ф +T ( α )=180° ( Sudut Berpelurus ) (2)


Subtitusikan nilai ф pada persamaan (2)
( 4 β−2 α ) +T ( α )=180 °
T ( α )=180° + 2α −4 β

Jika T ( α ) diturunkan terhadap α diperoleh:


dT dβ
=2−4 (3)
dα dα

Berdasarkan Hukum Snellius


sin ( α )=k sin ( β )
Kedua ruas diturunkan terhadap α

19

cos ( α )=k cos ( β )

dβ cos ( α )
= (4)
dα k cos ( β )
Subtitusikan persamaan (4) ke persamaan (3), diperoleh:
dT cos α

=2−4
k cos β ( )
Berdasarkan prinsip aproksimasi linear deret Taylor terhadap
fungsi,
T ( α ) ≈T ( α 0 ) +T ' ( α 0 )( α −α 0 )
Karena (α - αo) nilainya kecil (mendekati nol), maka T’(αo) (α - αo)
dapat diabaikan, sehingga T(α) ≈ T(αo).
dT 4 cos ( α 0 )
0= =2− (5)
dα k cos ( β 0 )

Dari persamaan (5), didapat persamaan berikut


4
k cos ( β0 ) =¿ cos ( α 0 ) ¿
2
k 2 cos 2 ( β 0 ) =4 cos 2 ( α 0 ) ( Kedua Ruas Dikuadratkan )

k 2 ( 1−sin2 β0 ) =4 ( 1−sin2 α 0 )

k 2−k 2 sin2 β 0 =4−4 sin2 α 0

Dengan mensubtitusikan
sin ( α 0 )=k sin ( β 0)

sin2 ( α 0 )=k 2 sin 2( β0 )


Diperoleh:
k 2−sin 2 α 0 =4 ( 1−sin2 α 0 )

20
Sehingga diperoleh rumus untuk sudut datang dan sudut bias
1
sin 2 ( α 0 )= ( 4−k 2 )
3

α 0=sin −1 (√ 13 (4−k ))2

Dari Persamaan Snellius sin ( α 0 )=k sin ( β 0) didapat:

β 0=sin−1 ( sinkα )
0

1. Menentukan Sudut Pelangi


A. Sudut pelangi untuk warna merah
Diketahui indeks bias untuk warna merah (k )=1, 33141.
Substitusikan nilai k ke persamaan α 0 dan β 0

α 0=sin−1 (√ 13 (4−k ))
2

Sehingga didapat α 0=59 , 50290393°


sin α 0
β 0=sin−1 ( k )
Sehingga didapat β 0=40 ,3289244 °
T ( α )=180° + 2α −4 β
Dengan mensubstitusikan nilai α 0 dan β 0 diperoleh :
T ( α )=137 , 6901103 °
Karena
ф=180 °−T ( α )
Maka:
ф=180 °−137 , 6901103° =42 , 30988974°
Jadi, sudut pelangi untuk warna merah adalah 42 , 30988974°

21
B. Sudut pelangi untuk warna jingga
Diketahui indeks bias untuk warna jingga ( k )=1,33322.
Substitusikan nilai k ke persamaan α 0 dan β 0

α 0=sin−1 (√ 13 (4−k ))
2

Sehingga didapat α 0=59 , 39768806°

β 0=sin−1 ( sinkα )
0

Sehingga didapat β 0=40 ,25290214 °


Perhatikan,
T ( α )=180° + 2α −4 β
Dengan mensubstitusikan nilai α 0 dan β 0 diperoleh :
T ( α )=137 , 9538742°
Karena
ф=180 °−T ( α )
Maka:
ф=180 °−137 , 9538742° =42.04612576°
Jadi, sudut pelangi untuk warna jingga adalah 42 , 04612576°

C. Sudut pelangi untuk warna kuning


Diketahui indeks bias untuk warna kuning ( k )=1 ,33462.
Substitusikan nilai k ke persamaan α 0 dan β 0

α 0=sin −1 (√ 13 (4−k ))
2

Sehingga didapat α 0=59 , 31635351°

β 0=sin−1 ( sinkα )
0

Sehingga didapat β 0=40 ,11895445 °

22
Perhatikan,
T ( α )=180° + 2α −4 β
Dengan mensubstitusikan nilai α 0 dan β 0 diperoleh :
T ( α )=138 , 1568892°
Karena
ф=180 °−T ( α )
Maka:
ф=180 °−138 , 1568892°=41, 84311078 °
Jadi, sudut pelangi untuk warna kuning adalah 41 , 84311078 °

D. Sudut pelangi untuk warna hijau


Diketahui indeks bias untuk warna hijau ( k )=1 ,33659.
Substitusikan nilai k ke persamaan α 0 dan β 0

α 0=sin−1 (√ 13 (4−k ))
2

Sehingga didapat α 0=59 , 20197269°

β 0=sin−1 ( sinkα )
0

Sehingga didapat β 0=39 , 99071337°

Perhatikan,
T ( α )=180° + 2α −4 β
Dengan mensubstitusikan nilai α 0 dan β 0 diperoleh :
T ( α )=138 , 4410919°
Karena
ф=180 °−T ( α )
Maka:

23
ф=180 °−138 , 4410919° =41 , 5589081°
Jadi, sudut pelangi untuk warna hijau adalah 41 , 5589081°

E. Sudut pelangi untuk warna biru


Diketahui indeks bias untuk warna biru ( k )=1 ,34055.
Substitusikan nilai k ke persamaan α 0 dan β 0

α 0=sin−1 (√ 13 (4−k ))
2

Sehingga didapat α 0=58 , 97228442°

β 0=sin−1 ( sinkα )
0

Sehingga didapat β 0=39 , 73433118°


Perhatikan,
T ( α )=180° + 2α −4 β
Dengan mensubstitusikan nilai α 0 dan β 0 diperoleh :
T ( α )=139 , 0072441°
Karena
ф=180 °−T ( α )
Maka:
ф=180 °−139 , 0072441°=40 , 99275588°
Jadi, sudut pelangi untuk warna biru adalah 40 ,99275588°

F. Sudut pelangi untuk warna nila


Diketahui indeks bias untuk warna nila ( k )=1 ,34235.
Substitusikan nilai k ke persamaan α 0 dan β 0

α 0=sin−1 (√ 13 (4−k ))
2

Sehingga didapat α 0=58 , 86798023°

24
β 0=sin−1 ( sinkα ) 0

Sehingga didapat β 0=39 , 61840454°


Perhatikan,
T ( α )=180° + 2α −4 β
Dengan mensubstitusikan nilai α 0 dan β 0 diperoleh :
T ( α )=139 , 2623423°
Karena
ф=180 °−T ( α )
Maka:
ф=180 °−139 , 2623423°=40 ,7376577 °
Jadi, sudut pelangi untuk warna nila adalah 40 ,7376577°

G. Sudut pelangi untuk warna ungu


Diketahui indeks bias untuk warna ungu ( k )=1 ,34451.
Substitusikan nilai k ke persamaan berikut

α 0=sin−1 (√ 13 (4−k )) 2

Sehingga didapat α 0=58 , 74289375°


sin α 0
β 0=sin−1 ( k )
Sehingga didapat β 0=39 , 4797895°
Perhatikan,
T ( α )=180° + 2α −4 β
Dengan mensubstitusikan α 0 dan β 0 diperoleh :
T ( α )=139 , 5666295°
Karena

25
ф=180 °−T ( α )
Maka:
ф=180 °−139 , 5666295°=40 , 4333705°
Jadi, sudut pelangi untuk warna ungu adalah 40 , 4333705°

2. 3.   Bentuk Pelangi

Gambar Pelangi

Sebenarnya, bentuk pelangi adalah lingkaran penuh. Kalau terlihat setengah


lingkaran, atau bagian dari lingkaran, itu terjadi karena pelangi terpotong oleh
horison bumi, atau objek lain yang menghalangi cahaya, misalkan gunung dan
bukit.
Pelangi terjadi akibat pembiasan cahaya pada sudut 40 °−42°. Karena sudut
pembiasan tetap, maka letak terjadinya warna pelangi selalu tetap dari pusat cahaya,
sehingga jari-jarinya juga tetap, kalau jari-jari nya tetap konstan dari satu pusat atau
titik, kita akan mendapatkan lingkaran. Kalau lingkarannya kita potong, kita selalu
dapat bagian lingkaran yang melengkung.

26
Sudut
Pelangi

Garis Horizontal Bumi

Gambar Ilustrasi Bentuk Pelangi

Untuk dapat melihat pelangi, kita harus mempunyai sudut deviasi sebesar 138° ,
ini menyebabkan kita akan mempunyai sudut pelangi sebesar 42° . Sudut pelangi
merupakan sudut yang terbentuk antara axis dan titik puncak pelangi. Axis
merupakan garis yang menghubungkan matahari dan pengamat.

Gambar Sifat Konvergen Mata Manusia

Saat memandang sebuah objek, mata manusia bersifat konvergen atau menyebar.
Pandangan mata kita saat melihat sebuah objek dapat diilustrasikan sebagai sebuah
kerucut yang memiliki titik puncak pada mata kita, seperti tampak pada gambar.
Kemiringan kerucut yang terbentuk dipengaruhi oleh posisi matahari. Sebagian alas

27
kerucut tidak dapat kita lihat karena berada di bawah garis horizontal bumi,
sedangkan sebagian lainnya terlihat sebagai busur atau biasa kita sebut sebagai
pelangi. Selain itu,bila dilihat dari gambar dibawah ini,grafik tersebut menunjukkan
bahwa setiap sudut dari pembiasan dan pemantulansinar memiliki frekuensi berbeda
terhadapwarna dan panjangnya, sehingga membentuk kurva.

Gambar Grafik Pelangi

Sedangkan, posisi relatif pelangi terhadap pengamat dan matahari dapat juga
dijelaskan. Posisi matahari pengamat dan pelangi akan selalu dalam satu axis, di
mana matahari akan selalu berada di belakang pengamat. Kita tidak dapat melihat
pelangi jika posisi matahari tegak lurus dengan garis horizontal bumi.

Gambar Posisi Matahari, Pengamat dan Pelangi

28
BAB III
PENUTUP

3. 1.     Kesimpulan

Pelangi berasal dari cahaya putih dibiaskan menjadi berbagai panjang


gelombang cahaya yang terlihat oleh mata kita sebagai merah, jingga, kuning,
hijau, biru, dan ungu.

Beberapa konsep fisika yang berhubungan dengan proses terjadinya pelangi


antara lain pembiasan, pemantulan, dispersi cahaya dan spektrum gelombang
elektromagnetik yang diwujudkan berupa warna cahaya pada pelangi. 

Bentuk pelangi adalah lingkaran penuh. Kalau terlihat setengah lingkaran, atau
bagian dari lingkaran, itu terjadi karena pelangi terpotong oleh horison bumi, atau
objek lain yang menghalangi cahaya, misalkan gunung dan bukit. 

3. 2.     Saran 
Setelah mempelajari proses terjadinya pelangi maka diharapkan akan bisa
menjelaskan bagaimana proses terjadinya, bentuknya, dan spektrum warna pada
pelangi. Serta setelah mempelajari proses terjadinya pelangi, kita senantiasa
mengagumi serta mengakui akan kebesaran Tuhan.

29

Anda mungkin juga menyukai