Anda di halaman 1dari 13

SISTEM HANKAMNAS

Disusun oleh :

I Gde Bawa Santika


NIM : 202041005

FAKULTAS BISNIS, SOSIAL, TEKNOLOGI, DAN HUMANIORA


PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTROMEDIK
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
DENPASAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan kuasa-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Hankamnas”
dengan tepat waktu.
Makalah Sistem Hankamnas disusun guna memenuhi tugas pada Mata
Kuliah Umum Kewarganegaraan di Universitas Bali Internasional. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Sistem Hankamnas .
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada, Bapak I Ketut
Suastika, SH., S.Pd., M.Si. selaku dosen Mata Kuliah Kewarganegaraan. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait Sistem
Hankamnas. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.
Om Shanti, Shanti, Shanti, Om

Gianyar, 2 Januari 2021

Penulis.

I Gde Bawa Santika

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL……………................................................................. i

KATA PENGANTAR ……………................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... . 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan ………………………………………….................................. 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………............ 3

A. Sejarah Sistem Pertahanan Bangsa Indonesia...................................... 3


B. Hakikat Perang Bangsa Indonesia........................................................ 5
C. Perkembangan SISHANKAMRATA................................................... 6

BAB III PENUTUP……………………………………………..................... 8

A. Kesimpulan........................................................................................... 8
B. Saran..................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dan memiliki luas


teritorial yang sangat luas yang memiliki panjang garis pantai lebih dari 81.000
km serta 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km². Banyaknya permasalahan
yang timbul di Indonesia menuntut Indonesia harus mengambil langkah cepat dan
tanggap dalam mengatasi permasalahannya. Sebagai contoh dalam permasalahan
keamanan nasional, dalam hal tersebut terdapat kendala-kendala strategis yang
dialami Indonesia untuk menanggulangi ancaman dari luar maupun dari dalam
negeri seperti minimnya alat utama sistem pertahanan yang dimiliki
Indonesia,baik yang dimiliki masing-masing insitusi angkatan perang maupun
kemampuan dari alat pertahanan tersebut yang belum bisa menjangkau seluruh
keamanan wilayah Indonesia.
Dalam upaya pencegahan ancaman yang terjadi di Indonesia, posisi militer
sangat penting untuk dirumuskan dalam sistem pertahanan Negara,Karena militer
merupakan institusi legal dalam Negara yang memiliki kekuatan nyata. Militer
Indonesia merupakan suatu institusi yang diberikan kewenangan oleh Negara
untuk menggunakan kekuatan,biasanya termasuk menggunakan senjata dalam
mempertahankan stabilitas keamanan dalam negerinya.
Ketahanan nasional adalah kondisi bangsa Indonesia yang meliputi segenap
aspek kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan 1
mengmbangkan kekuatan nasional, dalam menggapai dan mengatasi seagla
tantangan, ancaman, hambatan, dam gangguan baik yang datang dari luar dan dari
dalam untuk menjamin identitas, integrasi, kelangsungan hidup bangsa dan
Negara Indonesia serta perjuangan mencapai tujuan nasional Negara Indonesia.

1
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan dibahas
sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah sistem pertahan Bangsa Indonesia?
2. Bagaimana Hakikat Perang Bangsa Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan SISHANKAMRATA?

C. Tujuan
Adapun tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sistem pertahan Bangsa Indonesia pada masa
kemerdekaan.
2. Untuk mengetahui Hakikat Perang Bangsa Indonesia.
3. Untuk Mengetahui perkembangan SISHANKAMRATA.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Sistem Pertahanan Bangsa Indonesia


Sejarah pertahanan keamanan bangsa Indonesia sejak tahun 1945 memberikan
banyak pengalaman dan data untuk menyusun sistem pertahanan keamanan yang
mampu menanggulangi setiap ancaman, tantangan, hambatan, serta gangguan
terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara berdasarkan filsafat Pancasila
dan UUD 1945. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat dikelompokkan ke dalam
2 jenis, yaitu:
1. Pengalaman menanggulangi ancaman dari luar atau yang lazim disebut
invasi, ialah ancaman dari pihak Belanda yang ingin menjajah Indonesia
kembali. Pengalaman itu yang diperoleh dari dua kurun waktu:

a. Kurun waktu 1945-1947

Bulan September - Oktober 1945 berdasarkan civil affair Agreement,


Tentara Penduduk Sekutu (Inggris) mendaratkan pasukan-pasukanya
di kota-kota besar seluruh Indonesia (Banjarmasin, Ujung Pandang,
Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Medan).

Tugas penduduk tentara sekutu tersebut ialah:

a) Melucuti bala tentara Jepang yang telah kalah perang dan telah
menyerah;

b) Mengurus pengembalian tawanan perang sekutu yang ditawan


oleh tentara Jepang;

c) Mengamankan pelaksanaan kedua tugas tersebut di atas.

3
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pihak Belanda untuk
menyeludupkan unsur-unsur alat penjajah Belanda (NICA: Netherland
Indies Civil Affairs) dan akirnya mendapatkan perlawanan patriotis
dari bangsa Indonesia.

Untuk menghadapi serangan dari pihak Belanda, semula perlawanan


bersenjata Indonesia mempergunakan bentuk-bentuk serangan maupun
pertahanan lini. Pada waktu itu dikenal dengan istilah pertahanan lini
kesatu, lini kedua, dan daerah belakang.

Karena perlawanan yang begitu sengit dari bangsa Indonesia, tentara


Belanda mengusulkan untuk mengadakan perundingan dan gencatan
senjata, selanjutnya menghasilkan Persetujuan Linggarjati (kota kecil
di dekat Cirebon) tanggal 15 November 1946. Persetujuan ini
ditandatangani oleh Sultan Syahril (RI) dan Scherinerhorn (Belanda).

Tanggal 21 Juli 1947, tentara Belanda mengadakan serangan terhadap


Jawa Barat dan menduduki kota-kota besar di Indonesia (Semarang,
Surabaya, Medan, dan Palembang). Serangan tersebut selanjutnya
ditetapkan sebagai Perang Kemerdekaan, meskipun bagian pihak
Belanda hal ini hanya merupakan aksi polisional (karena bangsa
Indionesia dianggap belum merdeka dan yang melawannya ialah para
pemberontak).

Perlawanan-perlawanan yang tidak kenal menyerah dari pihak


Indonesia, akhirnya serangan pihak Belanda mengalami kegagalan dan
sekali lagi mengusulkan untuk mengadakan gencatan senjata dan
perundingan. Perundingan ini dikenal dengan hasil persetujuan
Renville (nama kapal perang USA yang berlabuh di Teluk Jakarta).
Persetujuan itu ditandai pada tanggal 17 Januari 1948 (pihak RI oleh
Amir Syarifudin, pihak Belanda oleh Abdul Kadir). Persetujuan

4
Renville ini merupakan kekalahan bagi RI, baik ditinjau dari segi
Militer, ekonomi, maupun psikologi.

2. Kurun waktu 1948-1949

Dengan adanya persetujuan Renvile, sekali lagi pihak Belanda mendapat


kesempatan untuk berkonsilidasi dan menyusun kembali kekuatannya.
Berdasarkan pengalaman pada serangan Belanda yang lalu, Indonesia pun
mengadakan persiapan-persiapan menghadapi segala kemungkinan, antara
lain disusun kesatuan-kesatuan Mobil dan kesatuan-kesatuan teritorial.

B. Hakikat Perang Bangsa Indonesia


Tanggal 19 Desember 1948 Belanda mengadakan serangan terehadap ibu kota
RI yang selanjutnya kita kenal dengan perang kemerdekaan II. Belanda berhasil
menduduki Yogyakarta dan menawan presiden, wakil presiden dan beberapa
menteri. Bertepatan dengan penyerangan Belanda tersebut, presiden RI telah
memerintahkan kepada Mr. Syarifudin Prawira Negara untuk menyusun
pemerintah Darurat RI berkedudukan di Bukitinggi (Sumatera Barat) dan
menunjuk duta besar RI di New Nelhi (India) untuk membentuk pemerintah RI di
luar negeri.

Dengan adanya Perang Kemerdekaan II, pimpinan tentara Belanda, Jendral


Spoor, beranggapan bahwa dalam waktu 2-3 bulan Republik Indonesia akan
lenyap. Puncak serangan-serangan terhadap tentara Belanda yang terkenal dengan
sebutan SU/Serangan Umum tunggal 1 Maret 1949 atau juga dikenal dengan
Peristiwa Enam Jam di Yogya yang telah dibuat film dengan judul “Janur
Kuning”. Pimpinan Serangan Umum adalah Letnan Kolonel Suharto, Komandan
Wehrkreise Yogyakarta. Dalam hal ini peranan Sultan Hamengku Buwono IX
cukup besar dalam pelaksanaan maupun persiapan.

5
Sasaran-sasaran yang telah dicapai di dalam SU ialah:

a) Politik, memberi dukungan yang kuat kepada diplomasi RI di Dewan


Keamanan PBB/dunia internasional.

b) Militer, menimbulkan kerugian/mematahkan moral pasukan Belanda.

c) Psikologi, rakyat daerah-daerah lain yang berjuang merasa bahwa ibu


kota RI masih tetap diperetahankan semangat yang lebih tinggi kepada
semua pasukan pemberontakan.

C. Perkembangan SISHANKAMRATA
Beberapa Istilah di Dalam Sishankamrata:

1) Sistem pertahanan-keamanan rakyat semesta, disingkat Sishankamrata,


adalah suatau sistem pertahanan keamanan dengan komponen-
komponen yang terdiri atas seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan
nasional yang bekerja secara total, integral serta berlanjut dalam
rangka mencapai ketahanan nasional. Sishankamrata bersifat semesta
dalam konsep, semesta dalam ruang lingkup, dan semesta dalam
pelaksanaan dengan mempergunakan dua cara pendekatan, ialah
pendekatan system senjata teknologi (sistek) dan system senjata sosial
secara serasi.

2) Pola Operasi pertahanan, ialah kerangka yang tetap dalam


menggunakan segala unsur, kekuatan, yang berfungsi sebagai alat
untuk menjamin kemerdekaan, kedaulatan Negara dan keutuhan
bangsa Indonesia terhadap serangan dan ancaman nyata dari kekuatan
perang negera lain.

3) Pola operasi keamanan dalam negeri, ialah kerangka tetap dalam


menggunakan segala unsur kekuatan  yang berfungsi sebagai alat

6
untuk memelihara atau mengembalikan kekusaan pemerintah Negara
RI terhadap pemberontakan dalam negeri.

4) Pola Operasi Intelijen Strategik (intelstrat), adalah semua operasi


untuk menjalankan kegiatan intelijen dan perang urat saraf ditingkat
strategi.

5) Pola Operasi Kerja Sama Pertahanan-Keamanan Asia Tenggara,


merupakan salah satu pola utama system hankamrata, dalam suasana
pembangunan, karena untuk melaksanankan pembangunan dengan
baik sangat diperlukan adanya stabilitas dan perdamaian, yang berarti
bahwa kekacauan dan gangguan harus dicegah.

6) Operasi Tempur, adalah segala kegiatan, tindakan dan usaha secara


berencana.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan isi dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sejarah pertahanan keamanan bangsa Indonesia sejak tahun 1945 memberikan
banyak pengalaman dan data untuk menyusun sistem pertahanan keamanan
yang mampu menanggulangi setiap ancaman, tantangan, hambatan, serta
gangguan terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara berdasarkan
filsafat Pancasila dan UUD 1945.
2. Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda mengadakan serangan terehadap ibu
kota RI yang selanjutnya kita kenal dengan perang kemerdekaan II. Belanda
berhasil menduduki Yogyakarta dan menawan presiden, wakil presiden dan
beberapa menteri. Bertepatan dengan penyerangan Belanda tersebut, presiden
RI telah memerintahkan kepada Mr. Syarifudin Prawira Negara untuk
menyusun pemerintah Darurat RI berkedudukan di Bukitinggi (Sumatera
Barat) dan menunjuk duta besar RI di New Nelhi (India) untuk membentuk
pemerintah RI di luar negeri.

3. Sistem pertahanan-keamanan rakyat semesta, disingkat Sishankamrata, adalah


suatau sistem pertahanan keamanan dengan komponen-komponen yang terdiri
atas seluruh potensi, kemampuan, dan kekuatan nasional yang bekerja secara
total, integral serta berlanjut dalam rangka mencapai ketahanan nasional.
Sishankamrata bersifat semesta dalam konsep, semesta dalam ruang lingkup,
dan semesta dalam pelaksanaan dengan mempergunakan dua cara pendekatan,

8
ialah pendekatan system senjata teknologi (sistek) dan system senjata sosial
secara serasi.

B. Saran
Dari hasil bahan yang telah kami bahas, kami memberikan saran kepada
semua pihak, khususnya para generasi Indonesia untuk lebih meningkatkan rasa
kesatuan terhadap bangsa indonesia agar tercapai kehidupan yang aman dan
tentram. Karena kita sebagai bangsa indonesia sebagai penerus perjuangan dan
menjaga nama baik negara kita tercinta ini. Dan kita harus memiliki sikap yang
menjaga ketahaanan dan keutuhan negara Indonesia kita tercinta ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sutika, I Ketut. 2020. Sistem Hankamnas. Denpasar: UNBI

10

Anda mungkin juga menyukai