Nim : 205110701111027
Tema : Nilai-Nilai Budaya Dalam Tiga Cerita Rakyat Daerah Wajo Sulawesi
Selatan (Pendekata Sosiologi Sastra)
Judul Buku : Cerita Rakyat Daerah Wajo di Sulawesi Selatan
Pengarang : Abdul Rasyid & Muhammad Abidin Nur
Penerbit dan Tahun : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta, Januari, 1999)
Sinopsis : Cerita 1 (LA KUTTU-KUTTU PADDAGA)
Dahulu kala, di suatu desa hiduplah seorang gadis penenun kain dan pria pengangguran
yang hanya bermain bola adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa dia lakukan dalam hidupnya.
Pria ini bernama La Kuttu-Kuttu Paddaga, pria yang berpenampilan gagah hanya saja tidak
memiliki uang untuk meminang pujaan hatinya yaitu gadis penenun. Tiba suatu masa ada pria
yang memiliki pekerjaan meminang gadis penenun dan orangtuanya tentu saja menerima. Hanya
saja gadis penenun ini tidak rela menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Dia rela membuat
rekayasa bahwa dia adalah gadis kotor menggunakan darah ayam yang diapit pada kedua pahanya
saat suaminya saat ingin digauli.sehingga suaminya kembali kerumah orangtuanya dan menyuruh
ayahnya datang ke rumah mertuanya untuk menalak istrinya.
Setelah La Kuttu-Kuttu Paddaga mengetahui gadis penenun ini sudah ditalak dengan
suaminya lalu menunggu selama 3 bulan 10 hari setelah gadis penenun sudah lepas ida dia datang
bermain bola didepan rumah gadis penenun ini. Dan menyatakan kalau dia akan menikah
dengannya, tetapi hanya sanggup memberi sedikit mahar dengan alasan karena sih gadis ini sudah
melakukan pernikahan sebelumnya. La Kuttu-Kuttu Paddaga datang menemui orangtua gadis
pujaannya dan pinangannya diterima. Dan mereka hidup normal tanpa mengikuti pemali
‘’larangan’’ lagi untuk menunggu 40 hari melakukan berbagai ritual sebelum melakukan malam
pengantin.
Pada akhirnya, gadis penenun ini menikah dengan sang pujaan hati. Hingga rela
menyembunyikan kesuciannya di depan mantan suaminya hingga dikatakan wanita kotor
nyatanya dia masih gadis. Suatu ketika La Kuttu-Kuttu Paddaga sambung ayam dan bertemu
mantan suami sih gadis penenun. Ayamnya bersaing untuk menang disaat itu ayam mantan suami
gadis penenun berdarah dan La Kuttu-Kuttu Paddaga mengisyaratkan kalau malam itu yang
hanya lihat hanya darah ayam. Pria itu merasa menyesal emosi malam itu. Pembelajaran pada
cerita ini adalah nilai keperempuanan selalu dijujung tinggi di masyarakat bugis. Hanya saja
keserakahan membuat bala yang memisahkan kedua insan yang sudah bersama.
Cerita 2 (NENEKPAKANDE)
Dahulu kala, ada 2 anak laki-laki mereka bersaudara. Kedua anak itu masih kecil, kira-
kira yang tua berumur 5 tahun yang muda berumur dua tahun. Ayah anak ini menikah lagi dan
kedua anak ini memiliki ibu tiri. Pekerjaan ayahnya adalah berkebun yang bekerja pada pagi hari
kembalinya tengah hari. Ibu tiri tidak menyukai kedua anak tirinya. Memperlakukan anak tirinya
layaknya binatang, membawa kedua anak itu kedapur dan mengusap wajah anak tirinya dengan
nasi agar ketika ayahnya datang dari kebun dia berkata anaknya sangat rakus, karena bekas
lumuran nasi dipipinya.
Hari demi hari anak ini sudah bertambah besar, suatu ketika kedua anak itu bermain bola
dan tidak sengaja mengenai tamu ibu tirinya. Ibu tirinya murka dan mengadu ke ayah bahwa sifat
kedua anaknya sudah berlebihan dan sebaiknya hatinya dimakan saja. Karena ayahnya tidak tega
menyakiti kedua putranya sang ayah meminta bantuan ke tetangganya dan tetangganya juga tidak
tega dan mengatakan lebih baik saya membawa anak ini ke hutan, tetangga ini mencari ganti hati
kedua anak ini dengan berburu binatang yang hatinya diserahkan ke ibu tirinya dan merasa sangat
senang.
Saat kedua anak ini sudah dihutan, mereka melihat rumah yang sangat kotor. Kedua anak
ini sudah sangat lapar dan mencari pemilik rumah ternyata mereka tidak menemuinya sehingga,
mengambil makanan sendiri dan memakannya. Tidak berapa lama kemudia terdengarlah suara
seperti guntur mengatakan, “ Eh, ada yang berbau manusia, ada yang berbau manusia! Kedua
anak itu sadar bahwar rumah itu milik nenekpakande.
Nenekpakande adalah sosok yang berbadan besar, dan suka makan manusia juga
binatang-binatang besar lainnya yang dipanggang. Yang sampai sekarang menjadi mitos di
daerah wajo dilarang keluar magrib untuk anak-anak agar tidak bertemu nenekpakande.
Kerangka Pembahasan
NO BAB SUBBAB
Karya sastra secara umum
Sastra lisan secara umum
Nilai yang terkadung dalam karya sastra
Pengertian kebudayaan (Ariyono dalam Wiranta, 2011).
Sastra dan kebudayaan, baik secara terpisah (Ratna, 2007).
1. Pendahuluan
Intensitas hubungan antara sastra dan kebudayaan (Nyoman Kutha Ratna,2007).
Latar belakang penulis mengkaji penelitian ini, tentang nilai-nilai apa saja yang
terdapat dalam 3 cerita rakyat daerah wajo yang difokuskan.
Konsep Nilai
Konsep Nilai Budaya
Sistem Nilai-Nilai Budaya
2. Kajian Teori Nilai-Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat
Simbolon, Ignatia, Jamorlan Siahaan, and Herlina Ginting. "Legenda Pulau Malau di Kecamatan
Simanindo Kabupaten Samosir: Kajian Sosiologi Sastra." Jurnal Basataka (JBT) 4.2 (2021): 67-
74.
zikri Wiguna, Muhammad, and Al Ashadi Alimin. "Analisis nilai-nilai moral dalam cerita rakyat
Kalimantan Barat." Jurnal Pendidikan Bahasa 7.1 (2018): 143-158.
Musdalifa, Andi. "Nilai-Nilai Budaya dalam Tiga Cerita Rakyat Tolaki (Pendekatan Sosiologi Sastra)."
Jurnal Humanika 16.1 (2016): 2.
Patangai, Sri Fitriwati Andi, Munirah Munirah, and Darwis Muhdina. "KAJIAN STRUKTUR DAN
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT SULAWESI SELATAN
LAKIPADADA PUTERA TANA TORAJA DAN PUTRI TANDAMPALIK." KREDO: Jurnal
Ilmiah Bahasa dan Sastra 5.2 (2022): 497-516
zikri Wiguna, Muhammad, and Al Ashadi Alimin. "Analisis nilai-nilai moral dalam cerita rakyat
Kalimantan Barat." Jurnal Pendidikan Bahasa 7.1 (2018): 143-158.
Naili, Saida. "Analisis Nilai Moral dalam Cerita Rakyat." Jurnal Pendidikan, Pengasuhan, Kesehatan dan
Gizi Anak Usia Dini (JP2KG AUD) 1.1 (2020): 47-54.
Umri, Cut Alfina. "Nilai-Nilai Budaya Dalam Cerita Rakyat Baturaden Pada Masyarakat Banyumas
Sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra Di Sekolah Dasar." Jurnal Perseda: Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar 4.2 (2021): 93-100.
Sunarti, Iing, Dedi Febriyanto, and Mulyanto Widodo. "Unsur Budaya dan Nilai Moral dalam Cerita
Rakyat Komering Seharuk: Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra." Jurnal Widyaparwa 49.2 (2021):
387-401.
FAISAL, HARYANTO. Analisis Nilai-Nilai Dalam Teks/Buku Cerita Rakyat La Golo Si Anak Pemalas:
Tinjauan Sosiologi Sastra. Diss. Universitas Muhammadiyah Mataram, 2020.