PUTIH
Analisis Singkat
Oleh
13010213410015
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PROGRAM MAGISTER ILMU SUSASTRA
2013
1
Pendahuluan
Menurut Remak (1990:1) sastra bandingan adalah kajian sastra di luar batas-batas sebuah
negara dan kajian hubungan di antara sastra dengan bidang ilmu sarta kepercayaan yang lain
seperti seni (misalnya seni lukis, seni ukir, dan seni musik), filsafat, sejarah, sains sosial
(misalnya politik ekonomi, sosiologi), sain, agama, dan lain-lain. Sastra Bandingan adalah
pendekatan dalam ilmu sastra yang tidak menghasilkan teori sendiri. Dalam langkah-langkah
yang dilakukannya, metode perbandingan adalah yang utama. Ringkasannya, sastra bandingan
membandingkan sastra sebuah negara dengan sastra negara lain dan membandingkan sastra
Folklore merupakan salah satu objek kajian sasta bandingan. Folklore adalah bagian dari
kebudayaan yang disebarkan dan diwariskan secara tradisional baik dalam bentuk lisan maupun
yang disertai isyarat atau alat bantu pengingat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklore
merupakan adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun tetapi
tidak dibukukan. Folklore yang hidup dan berkembang dalam suatu kolektif masyarakat.
melalui mulut ke mulut, dari generasi ke generasi. Melihat dari cara persebarannya, folklore
selalui mengalami proses modifikasi, baik sengaja ataupun tidak, baik dilakukan oleh individu
ataupun kolektif. Pada mulanya folklore merupakan tradisi lisan, namun pada masa kini karena
mengalami proses reinventerisasi tidak sedikit folklore yang persebarannya melalui teks berupa
buku maupun teks-teks dalam dunia cyber. Transisi kebudayaan dan perkembangan teknologi
yang mengubah gaya komunikasi individu maupun kolektif masyarakat mengubah cara
persebaran folklore, misalnya melalui film, seminar, buku, cyber, software dan sebagainya.
2
Dengan demikian, folklore suatu kolektif masyarakat akan semakin cepat mengalami persebaran
lintas kolektif dan lintas budaya dalam satu atau berlainan wilayah, dari generasi ke generasi.
Menurut Jan Harold Brunvard ahli folklore dari Amerika Serikat, bentuk folklore yaitu:
1. Folklore lisan; bentuk dan cara persebarannya murni melalui lisan, meliputi: (a) bahasa
rakyat (b) ungkapan tradisional (c) pertanyaan tradisional/teka-teki (d) puisi rakyat, (e) cerita
rakyat, (d) tari rakyat, (e) pesta rakyat, dan (f) upacara adat.
3. Folklore bukan lisan, meliputi: (a) arsitektur rakyat, (b) kerajinan tangan rakyat, (c)
pakaian/perhiasan tradisional, (d) obat-obatan tradisional, dan (e) bmasakan dan minuman
tradisional.
Dongeng atau cerita rakyat merupakan salah satu folklore lisan, disebarkan melalui mulut
ke mulut dari generasi ke generasi. Seperti halnya folklore yang mengandung maksud, nilai dan
arti, dongeng biasanya mengandung nilai adiluhung, dongeng memuat pesan moral dalam tema-
tema tertentu. Sehingga dongeng dapat mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, perilaku, bahkan
idealisme individu maupun masyarakat. Dalam ranah kajian sastra bandingan, dongeng dalam
dalam suatu kolektif mungkin saja mempengaruhi dongen kolektif lain, sehingga perlu dikaji
lenih mendalam sejauh mana persamaan dan perbedaan keduanya. Kaitannya dengan analisis
sastra bandingan, penulis memilih Dongeng Cinderella dan Dongeng Bawang Merah Bawang
3
Pembahasan
Dongeng Cinderella dan Bawang Merah Bawang Putih merupakan salah satu dari sekian
dongeng populer. Hampir semua anak-anak mengenal dongeng ini. Dongeng tersebut
memberikan gambaran perilaku baik dan buruk. Sehingga dongeng tersebut digunakan sebagai
media pendidikan moral. Namun, sejauh apa perbedaan dan persamaan kedua dongeng tersebut,
Dongeng Cinderella berasal dari China, pada tahun 860 M, kemudian besar dan
berkembang di benua Eropa pada tahun 1634, bahkan dongeng ini pernah digarap oleh Walt
Disney dalam versi animasi. Mengisahkan seorang anak perempuan cantik yang hidup bersama
ibu dan kedua kakak tirinya, anak tersebut bernama Cinderella. Cinderella selalu mendapat
perlakuan tidak baik oleh ibu dan kedua kakak tirinya. Suatu hari pangeran dari sebuah kerajaan
menyebar undangan untuk menghadiri pesta, ibu dan kedua kakak tirinya melarang Cinderella
untuk datang, mereka berdandan secantik mungkin untuk menghadiri pesta itu dan meninggalkan
Cinderella dirumah. Akan tetapi datang keajaiban, muncullah sosok peri yang menyihir
Cinderella menjadi putri cantik bersepatu kaca dan menyediakan kereta kuda. Hadirlah
Cinderella ke pesta itu tanpa disadari ibu dan kedua kakak tirinya. Pangeran menyukai Cinderella
dan mengajaknya berdansa. Peri tersebut memberi waktu Cinderella sampai jam 12 malam.
Karena pada waktu itu sihir yang diberikan peri itu akan hilang. Cinderella tidak sadar sudah
mendekati batas waktu itu, dia lari sekencang mungkin sehingga sepatu kacanya tertinggal satu.
Pesta selesai, dipagi hari pangeran membuat sayembara barang siapa seorang gadis yang kakinya
cocok dengan sepatu kaca itu akan dijadikannya istri dan hidup bersama dikerajaan. Semua gadis
mencoba sepatu itu termasuk kedua kakak tiri Cinderella, namun tidak ada yang sesuai, tiba
gilran Cinderella, walaupun sempat dilarang ibu tirinya, akhirnya Cinderella mncoba sepatu kaca
4
itu, dan ternyata hanya kakinya lah yang sesuai. Diperistrilah Cinderella oleh pangeran dan hidup
bersama di kerajaan sedangkan ibu dan kedua kakak tirinya tetap tinggal didesa.
Dongeng Bawang Merah Bawang Putih merupakan dongeng populer Indonesia yang
berasal dari Riau. Mengisahkan tentang seorang anak yang ditinggal meninggal ayahnya,
sehingga dia hidup bersama ibu dan seorang kakak tirinya. Dia selalu diperlakukan tidak adil,
bahkan diperlakukan layaknya pembantu yang mengerjakan seluruh pekerjaan di rumah. Suatu
hari ketika Bawang Putih mencuci di kali dia menghilangkan pakaian ibu tirinya, ketika ibu
tirinya tahu ia sangat marah, sehingga menyuruh Bawang Putih untuk mencarinya kembali di
kali sampai ketemu. Bertemulah Bawang Putih dengan seorang nenek yang mengajaknya
menginap selama seminggu, karena bawang putih baik dan rajin, membantu menyelesaikan
pekerjaan rumahnya, setelah seminggu penuh Bawang Putih diperbolehkan pulang dan di beri
labu kemudian supaya dibelah setelah sampai dirumah. Ketika labu itu dibelah ternyata berisi
emas permata, Bawang Putih mengadu kepada ibu dan kakak tirinya, mereka berebut dan
menyingkirkan Bawang Putih. Bermksud mendapatkan labu yang berisi emas permata seperti
bawang Putih, Ibu tiri dan Bawang Merah melakukan hal yang sama seperti Bawang putih.
Bawang merah menghanyutkan baju ke kali, sampai dia tinggal seminggu bersama nenek itu,
selama seminggu Bawang Merah hanya tidur dan bermalas-malasan, ketika dia pulang dia di beri
labu oleh nenek itu dan menyuruh membelahnya sesampai di rumah. Ketika labu itu dibelah,
labu itu berisi serangga dan binatang melata yang meakutkan. Digigitlah ibu tiri dan Bawang
5
Berdasarkan resume Dongeng Cinderella dan Dongeng Bawang Merah Bawang Putih,
Kedua dongeng tersebut mempunyai kesamaan tema cerita, yaitu tentang seorang anak
tiri yang hidup menderita, karena hidup bersama ibu dan kakak tirinya yang keji. Dalam jalan
cerita tersebut sama-sama menggambarakan seorang anak perempuan yang diperlakukan secara
semena-mena oleh ibu dan kakak tirinya, perbedaannya adalah pada penyelesaian masalah;
dalam Dongeng Cinderella, Cinderella dibantu ibu peri untuk menyelesaikan permasalahannya
sampai mencapai kebahagiaan, sedangkan dalam Dongeng Bawang Merah Bawang Putih,
Bawang Putih Dibantu oleh seorang nenek dalam mencapai kebahagiaannya. Dillihat dari segi
adanya kekuatan magis yang bersifat baik berupa sosok mahluk gaib berwujud peri (angel), yang
akan membantu manusia yang bersifat dan berperilaku baik, manusia yang tertindas dandisakiti,
dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan. Sedangkan dalam Dongeng Bawang Merah
Bawang Putih yang berasal dari Riau, kepercayaan masyarakatnya berbeda, mereka percayaakan
ada sosok manusia sakti yang akan membantu seseorang yang berbuat baik, seseorang yang
tertidas dan disakiti, dalam mencapai kebahagiaan hidup, sosok sakti yang mempunyai kekuatan
magis tersebut murni manusia, bukan mahluk selain manusia, seperti pada Dongeng Cinderella
Berdasarkan permasalahan yang timbul dalam Dongeng Cinderella yang berasal dari
Eropa dan Bawang Merah Bawang Putih, yang berasal dari Riau, keduanya menandakan bahwa
dalam budaya barat dan timur sepakat dan punya stereotype yang sama bahwa ibu dan saudara
tiri adalah sosok yang tidak baik, sebaik baiknya saudara dan orang tua adalah yang kandung
bukan tiri.
6
Dongeng Cinderella tidak bermain simbol dalam menganalogikan perilaku baik dan
buruk. Dongeng Bawang Merah Bawang Putih bermain simbol dalam analogi baik dan buruk.
Bawang Putih digambarkan sebagai sosok yang baik, rajin, dan berbakti kepada orang tua dan
saudaranya, meskipun tiri sekalipun. Sedangkan Bawang Merah digambarkan sebagai sosok
yang jahat dan kejam, sosok yang serakah, pemalas, dan suka iri. Putih adalah simbol perilaku
baik dan merah adalah simbol perilaku jahat, itulah yang terjadi dalam konteks Dongeng Bawang
Kedua dongeng tersebut mempunyai pesan moral yang sama, yaitu adanya reward dan
punishment. Seseorang yang berperilaku baik akan mendapat balasan yang baik, sedangkan
seseorang yang berperilaku buruk akan mendapat balasan. Selayaknya kedua kolektif masyarakat
asal kedua dongeng tersebut sepakat terhadap konsep tersebut. Cinderella hidup di istana
bersama pangeran, Ibu dan kakak tirinya tetap hidup di desa. Bawang Putih hidup bahagia karena
sudah tidak ada lagi yang menyiksanya, sedangkan ibu tiri dan Bawang Merah mati karena