1
Melalui penggalian dan pemahaman yang mendalam terhadap sastra
lama dalam kebudayaan Indonesia, semoga kita dapat mengenali
dan menghargai kearifan lokal serta melanjutkan tradisi kebudayaan
yang telah diwariskan kepada kita. Buku ini diharapkan dapat
memotivasi kita untuk menjaga, melestarikan, dan menghormati
warisan budaya kita yang tak ternilai harganya.
Penyusun
2
PENULIS NASKAH
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................1
Legenda .................................................................................................12
Dongeng ................................................................................................17
Mantra .....................................................................................................27
Hikayat ...................................................................................................59
Gurindam................................................................................................83
Pantun .....................................................................................................93
5
Cerita Rakyat
By. Akmal Wahid Rabbani
6
Cerita rakyat adalah sastra lisan yang telah dikenal sejak lama dan
sudah menjadi tradisi dalam masyarakat secara turun-temurun. Bisa
juga diartikan bahwa cerita rakyat merupakan kebudayaan besar yang
diwariskan turun-temurun. Cerita rakyat masih banyak dipercayai oleh
warga 7 erak suatu daerah. Tak jarang, cerita tersebut juga menjadi
acuan dalam kehidupan mereka.
7
ibu kepada anaknya dalam buaian, atau tukang cerita kepada
penduduk kampung yang tidak tahu membaca dan menulis.
Cerita-cerita semacam ini diturunkan secara lisan, dari generasi
8erakan generasi yang lebih muda. Sastra lisan hidup dan
berkembang di kampung-kampung. Jadi, dapat dipastikan bahwa
lahirnya sastra lisan lebih dahulu dari pada sastra tertulis yang
rata-rata berkembang di istana.
• Menurut The Freencyclopedia (2006 :12), saat ini, cerita-cerita
rakyat tidak hanya merupakan cerita yang dikisahkan secara lisan
dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi berikutnya,
akan tetapi telah banyak dipublikasikan secara tertulis melalui
berbagai media.
8
3. Setting/Latar cerita, merupakan gambaran mengenai suasana,
tempat, dan waktu 9 eraka terjadinya peristiwa tersebut, latar
cerita ini meliputi:
4. Waktu (dahulu kala, siang, tahun … dan sebagainya)
5. Tempat (di rumah, di taman, di kantor dll).
6. Suasana (sepi, sedih, gaduh dll).
7. Penokohan, meliputi penciptaan, penentuan, citra/gambar (biasa
berupa gambaran sifat atau watak tokh/pelaku).
8. Sudut pandang, adalah bagaimana cara pandang si pengarang
9eraka menceritakan suatu cerita.
9. Gaya bahasa pengarang.
10. Amanat, biasanya berupa gagasan yang mendasari cerita, serta
mengandung pesan dan nasihat yang ingin disampaikan oleh si
penulis/pengarang kepada pembaca.
2. Pengaruh Lingkungan
9
1. Agama dan Kepercayaan
2. Fungsi Sosial
Cerita rakyat sering kali memiliki fungsi sosial yang kuat. Mereka
dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai moral, etika, dan
norma-norma sosial kepada generasi muda. Selain itu, cerita rakyat
juga dapat memperkuat identitas budaya suatu komunitas dan
mempererat ikatan sosial antaranggota masyarakat.
10
Macam – Macam Cerita Rakyat
11
Legenda
By. Alif Jaya Dirgantara
12
1. Pengertian Legenda
Legenda memiliki beberapa pengertian. Secara umum, legenda
adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh pemilik cerita
sebagai suatu kejadian asli dan pernah benar-benar terjadi.
Legenda bersifat sekuler (keduniawian) dan terjadi pada masa
yang belum lampau sehingga bertepatan di dunia yang kita kenal
sekarang. Selain itu, tokoh dari cerita rakyat legenda adalah
manusia dengan sifat luar biasa serta sering kali dibantu dengan
makhluk-makhluk 13erak.
3. Jenis-Jenis Legenda
Berdasarkan pernyataan Brunvand yang dilansir situs
respository.unpas.ac.id, Legenda terbagi menjadi empat jenis.
13
Mulai dari legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda
perseorangan, dan legenda setempat. Berikut pembahasannya.
14
4. Struktur Cerita Legenda
Struktur legenda adalah struktur cerita yang membentuk
unsur satu dengan unsur lain dalam memahami totalitas makna
cerita secara utuh. Struktur teks cerita rakyat mencakup
orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Dikutip dari jurnal situs
ejournal.undiksha.ac.id, berikut pembahasannya.
a. Orientasi
Struktur cerita legenda pertama adalah orientasi. Orientasi
merupakan bagian pendahuluan dalam cerita legenda yang
umumnya menceritakan beberapa konsep antara lain seperti
waktu, tempat, dan tokoh dari isi cerita.
b. Komplikasi
Kedua, komplikasi merupakan gambaran mengenai waktu, tokoh,
dan tempat dari isi cerita legenda. Biasanya dalam komplikasi
juga berisikan puncak masalah atau konflik yang dihadapi oleh
tokoh dalam cerita legenda.
c. Resolusi
Resolusi adalah suatu pemaparan bagaimana jalan keluar yang
dihadapi tokoh dalam cerita tersebut. Resolusi memuat solusi
yang diambil tokoh dalam cerita legenda saat menyelesaikan
masalah atau konfliknya.
d. Koda
Terakhir ada koda, struktur paling akhir dalam cerita rakyat
legenda. Koda memuat pesan moral atau amanat untuk
pendengar sebagaimana dilihat dalam cerita rakyat.
Unsur-Unsur Cerita Legenda
Dalam pembentukan cerita selain struktur, legenda memiliki
unsur pembangun cerita yang dibagi menjadi dua unsur, yaitu
unsur 15erakan1515 dan unsur ekstrinsik. Berikut pembahasan
yang dilansir dari situs siat.ung.ac.id mengenai kedua unsur cerita
legenda.
15
5. Unsur Intrinsik
Unsur 16erakan1616 ini terdiri dari tema, plot, tokoh, dan
penokohan. Keempat unsur ini sangat penting untuk membangun
kisah karena asalnya dari dalam cerita itu sendiri, terutama plot
yang membuat alur cerita lebih jelas dimengerti.
6. Unsur Ekstrinsik
Sementara untuk unsur ekstrinsik terdiri atas aspek
16erakan1616n, agama, ekonomi, dan sosial budaya. Unsur
ekstrinsik biasanya berasal dari latar belakang penulisan cerita
dan kondisi saat cerita tersebut ditulis.
16
Dongeng
By. Alimul Fadzli
17
1. Pengertian Dongeng
18
empu cerita. Dongeng ini pyla tidak terikat oleh suatu tempat
atau waktu. Sebab dongeng diceritakan untuk menghibur.
5. Menurut Poerwadarminta
6. Charles Perrault
4. Unsur-unsur Dongeng
a. Tema:gagasan atau ide utama dari cerita dongeng
b. Latar: keterangan suasana waktu dan ruang terjadinya suatu
peristiwa
c. Alur: peristiwa yang terjadi pada dongeng
d. Tokoh: pelaku yang ada pada dongeng
e. Penokohan: penampilan dan watak dari tiap tokoh yang ada di
dalam cerita
f. Amanat: pesan moral yang ingin disampaikan pada pembaca
atau pendengar
19
5. Jenis-jenis Dongeng
a. Fabel
b. Legenda
Mite atau yang lebih dikenal dengan mitos adalah jenis dongeng
yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap hal
yang tidak masuk akal. Biasanya, ceritanya akan berhubungan
dengan makhlus halus, dewa-dewi, atau hal gaib lainnya.
d. Bijak
20
Contoh bijak: Panji Laras, Calon Arang, Si Pitung, Lutung
Kasarung, Airlangga, dan sebagainya.
e. Parabel
f. Jenaka
g. Dongeng biasa
6. Ciri-ciri Dongeng
a. Ceritanya singkat
b. Kalimat pembuka umumnya diawali dengan: “pada zaman dulu,
pada masa lalu, alkisah, pada suatu hari, dan sebagainya”
c. Memiliki alur yang sederhana
d. Karakter atau tokoh di dalam cerita biasanya tidak disampaikan
dengan rinci
e. Ada dua tokoh dengan watak yang berlawanan, yaitu baik dan
jahat
f. Ditulis dengan gaya penceritaan lisan
g. Bersifat fiktif atau khayalan
21
h. Ada versi yang berbeda-beda karena cara penyebarannya dari
mulut ke mulut
i. Mengandung pesan moral yang dapat dipelajari oleh pembaca
atau pendengar
j. Tidak diketahui dengan pasti siapa pengarangnya
22
Periode Sastra
By. Diah Suhartini
23
Periodisasi Sastra adalah pembagian kesusastraan berdasarkan masa
atau zamannya yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Berikut periodisasi
sastra Indonesia yang dibuatoleh berbagai ahli sastra:
24
• Pada waktu itu Pujangga di anggap sebagai orang suci
mendapat julukan empu.
• Mereka menulis atas kehendak raja atau atas kehendak
sendiri yang hasilnya di persembahkan sebagai hadiah
buat raja.
Pujangga dan hasil karyanya antara lain:
a. Empu Tantular dengan hasil karya: Arjuna Wiwaha dan
Sutasoma yang ditulis pada masa Majapahit.
b. Empu Prapanca dengan hasil karyanya Nagara
Kartagama,yang ditulis pada masa Majapahit.
c. Hasil karya berbentuk kitab contoh: Nagara Kartagama,
Kitab Weda, Kitab Arjuna Wiwaha, serta Pararaton.
c) Zaman islam
Islam masuk ke nusantara pada abad ke 7 maschi melalui
para pedagang dari Jazirah Persia. Cina, serta India. Bahasa
yang mereka gunakan adalah bahasa Melayu. Pada masa ini
muncul pujangga-pujangga bernapaskan islam dan sangat
terkenal karya karyanya berupa syair dan prosa.
d) Zaman 25erakan25 (zaman peralihan)
e) Masa baru (dari zaman Abdullah bin abdul kadir
Munsyi, hingga perang dunia ke-II).
f) Masa mutakhir (dari tahun 1942 sampai sekarang)
25
b) Angkatan balai 26erakan
c) Angkatan pujangga baru
d) Angkatan Jepang
e) Angkatan 45
3. Zuber Usman, B.A. 26erakan26 periodisasi sebagai berikut:
a) Kesusastraan lama
b) Zaman peralihan
26
Mantra
By. Difan Afriyanto
27
Mantra adalah susunan kata atau kalimat khusus yang isinya
mengandung kekuatan gaib, dan susunan kata berisi puisi dengan
memiliki rima dan irama biasanya mantra ini sering digunakan oleh
dukun, atau pawang untuk menandingi kekuatan ghaib. Persamaan
mantra dalam bahasa melayu adalah jampi, 28 eraka, tawar, sembur,
cuca, puja, seru dan tangkal. Ciri khusus yang membedakan antara
mantra dengan puisi yaitu sifatnya yang esoferik (bahasa khusus
pembicara dengan lawan bicara yang misterius). Mantra dijadikan
sebagai budaya yang ada sejak jaman dahulu (jaman nenek moyang).
Mantra ini digolongkan ke dalam golongan bahasa berirama,
sedangkan bahasa berirama ini termasuk jenis puisi lama. Dalam
bahasa berirama itu, irama bahasa sangat dipentingkan, terutama
dalam mantra diutamakan sekali irama yang kuat dan teratur untuk
membangkitkan tenaga gaih. (alisjahbana, 1952, h.92).
28
panen agar berlimpah, meminta berkah atas rezeki yang didapat, dan
memohon berkah atas bumi yang ditinggali.
29
menahan hawa nafsunya. Sehingga dapat menangkap sesuatu yang
tersembunyi dengan sebenar-benarnya.
30
kuno sangat mempercayai mantra-mantra sebagai bagian budaya juga
adat istiadat untuk menghormati para ieluhur. Apalagi untuk
masyarakat pedalaman yang masih belum terkena imbas teknologi
modernisasi, ritual upacara kebudayaan dijadikan peringatan yang
dilakukan setiap tahun bahkan setiap bulan. Karena mantra
merupakan ciri khas jawa dan kebudayaan leluhur yang tidak bisa
dipisahkan dari tanah jawa. Oleh karena itu baik kiranya, untuk
masyarakat luar jawa mengetahui dan juga melihat mantra-mantra
rahasia jaman kuno ini dijaman modern sekarang untuk ikut
melestarikan budaya juga menjaga kerahasiaan agar sesuatu yang
rahasia akan tetap rahasia.
31
Setiap orang yang meninggal dunia harus diupacarai sesuai dengan
ajaran agamanya masing-masing, namun ada yang ditambahkan
dengan mantra pepujian meminta agar dimudahkan dalam
pengangkatan roh suci orang yang meninggal tersebut. Kemudian
penggunaan mantra pada upacara pernikahan, mantra biasanya
diucapkan sebagai janji kedua belah pihak mempelai yang akan terus
berpacu dengan janji sehidup semati hingga keturunan yang tidak ada
batas akhirnya. Selain kedua mempelai yang membacakan mantra-
mantra, hal tersebut dibacakan dan diucapkan pula oleh sanak
keluarga sebagai bagian dari doa restu untuk kedua mempelai.
Terutama untuk masyarakat jawa kuno, mantra ini digunakan sebelum
tersebarnya ilmu agama ditanah jawa. Sehingga 32 erakan 32
masyrakat belum banyak yang mempelajari kitab-kitab yang diajarkan
oleh tuhan. Lalu ada pula yang digunakan untuk upacara adat
keagamaan jaman jawa kuno seperti kegiatan kebiasaan yang
dilakukan oleh beberapa daerah. Tapi di jaman kuno dimana belum
masuknya agama maka adat istiadat dari nenek moyang sangatlah
penting terutama bagi masyarakat yang percaya pada sabdo palon.
Maka adat kejawaan seperti malam kliwon dan kegiatan lainnya
menggunakan budaya jawa dengan ditambah mantra-mantra terutama
meminta dijauhkan dari marabahaya. (dr. Riana 2018)
Mengenai mantra yang kuat dan kental dengan budaya leluhur, maka
pembacaan mantra pun menggunakan sebuah aturan. Tata cara (ritual)
membacakan mantra untuk leluhur yaitu, seperti tempat dibacakannya
mantra tersebut, waktu yang tepat menurut hitungan jawa kuno,
menyiapkan sesajen yang diharuskan mengikuti arahan juru kunci, lalu
untuk harinya disesuaikan menurut hitungan jawa, untuk
membacakan mantra tersebut. Bahkan sebelum dilafalkannya. Mantra
tersebut, dukun atau cenayang dan pembaca diwajibkan untuk
berpuasa dengan hari dan lamanya waktu berpuasa yang berbeda
tergantung dari mantra yang dibacakan. Setelah dibacakannya mantra
rahasia, masyarakat meyakini bahwa dukun atau cenayang dan
pembaca mantra tersebut dibawa 32 erakan gaib, berdiskusi demi
mendapat kesepakatan atas sesumpah atau pepujian yang diinginkan
untuk dikabulkan. Jika seluruh aturan dijalankan dengan sesuai maka
32
Tinggal menunggu hasilnya saja, akan tetapi jika didalam hati
tercipta niat buruk dan keinginan lain maka meski melakukan tata cara
dengan benar hasilnya akan menjadi keburukan bagi si pembaca yang
bisa berupa kutukan, cacat mental (gila), juga bisa sampai
menghilangkan nyawa. (wijoyo, 2019)
33
Sastra Lama Peralihan
By. Elrica Reva Labiba Putri
34
Sastra pengaruh peralihan dalam sastra Indonesia lama ialah sastra
Indonesia lama yang mengandung unsur Hindu dan Islam. Karya sastra
yang termasuk dalam golongan ini 35 erakan35 besar ditulis dengan
huruf Arab-Melayu. Dalam sastra ini juga dimasukkan unsur Islam yang
berupa kata atau kalimat yang bernafaskan Islam.
35
Sastra zaman peralihan ini memiliki ciri-ciri seperti:
36
yang dahulu dipengaruhi oleh budaya Hindu akan berubah menjadi
sastra Islam yang dikenal sebagai kesusasttraan zaman Islam.
Inti dari setiap cerita Melayu adalah suatu cerita rakyat atau
kelompok cerita rakyat yang dipengaruhi India yang dimanipulasi baik
dalam kesatuan tempat, waktu, maupun kebenaran sejarah (Winstedt,
1969:70). Setelah itu, sastra Melayu dipengaruhi cerita Jawa dan Islam.
Dari sastra terpengaruh Hindu ke sastra Islam ditemukan cerira-cerita
transisi. Yang dimaksud sastra peralihan (transisi) ialah karya sastra
yang di dalamnya tergambar peralihan dari pengaruh Hindu ke
pengaruh Islam. Di dalam sastra peralihan, terdapat cerita-cerita
dengan motif Hindu, tetapi unsur-unsur Islam juga dimunculkan.
Istilah sastra zaman peralihan muncul berdasarkan asumsi bahwa
sebelum Islam masuk ke Melayu, pengaruh India (khususnya agama
Hindu dan Buddha) sudah begitu dalam mempengaruhi pikiran orang-
orang Melayu.
37
menggunakan bahasa Melayu yang ke Arab-araban. Kesusastraan
Peralihan yaitu perkembangan dari sastra Melayu klasik ke sastra
Melayu Modern. Dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh
pengarang nya, jadi peranannya peralihan sastra Melayu Klasik ke
sastra Modern dengan adanya karya-karya yang sudah ada. Beberapa
buah karya sastra pada zaman peralihan antara lain :
Contoh dari salah satu Gurindam Dua Belas ( Raja Ali Haji )
38
Tinta dirimu kelah tersesat
KESIMPULAN
39
Sastra Lama Pengaruh Islam
By. Hidayatulloh
40
Sastra Indonesia lama pengaruh Islam
Yaitu kisah tentang para nabi, hikayat tentang Nabi Muhammad SAW
dan keluarganya, cerita pahlawan Islam, cerita tentang ajaran dan
kepercayaan Islam, cerita-cerita dongeng yang bernafaskan islam,
Dalam seni sastra, Islam membawa beberapa jenis sastra seperti ,
41
babad, syair, suluk, primbon dan kaligrafi serta cerita tentang mistik
atau tasawuf.
5. Primbon Jawa
42
Contoh Folklor dalam Mitos, Dongeng,
Legenda dan Nyanyian Rakyat
By. Ilhamal Diyansyah
43
Folklor adalah cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke
generasi dan dipercayai sebagai kisah yang memiliki kebenaran.
Berikut ini adalah beberapa contoh 44 erakan 44 dari berbagai
daerah di Indonesia:
1. Roro Jonggrang
Berasal dari Jawa Tengah. Kisah ini menceritakan tentang seorang putri
yang 44erakan Roro Jonggrang yang dijadikan syarat oleh seorang raja
setan untuk membangun seribu candi dalam semalam. Namun, Roro
Jonggrang berhasil membohongi raja setan dengan membuat suara
gaduh dari kerikil dan membakar daun pisang.
2. Asal Mula Danau Toba
Berasal dari Sumatera Utara. Kisah ini menceritakan tentang seorang
anak laki-laki 44 erakan Toba yang tenggelam dalam sebuah lubang
yang kemudian menjadi danau. Mitos ini juga berhubungan dengan
legenda tentang asal mula suku Batak.
3. Legenda Candi Prambanan
Berasal dari Jawa Tengah. Kisah ini menceritakan tentang seorang
pangeran yang jatuh cinta pada seorang putri yang ternyata adalah
Roro Jonggrang. Pangeran tersebut kemudian membangun candi untuk
mengukir wajah Roro Jonggrang yang menjadi dewi.
4. Legenda Gunung Bromo
Berasal dari Jawa Timur. Kisah ini menceritakan tentang seorang
ksatria yang menemukan perahu berisi seorang bayi di tengah lautan
pasir. Bayi tersebut kemudian tumbuh menjadi pemimpin suku
Tengger yang kemudian membangun Gunung Bromo sebagai tempat
ibadah.
5. Legenda Danau Kelimutu
Berasal dari Nusa Tenggara Timur. Kisah ini menceritakan tentang tiga
roh yang tinggal di tiga danau berbeda di Gunung Kelimutu. Setiap
danau memiliki warna yang berbeda-beda yang dipercayai sebagai
44eraka dari roh yang tinggal di dalamnya.
44
Itulah beberapa contoh 45 erakan 45 dari berbagai daerah di
Indonesia. Meskipun cerita-cerita ini hanya mitos, namun banyak
orang Indonesia yang masih mempercayainya hingga saat ini.
Folklor nyanyian rakyat adalah salah satu bentuk dari warisan
budaya yang sangat 45erakan di Indonesia. Berikut beberapa contoh
nyanyian rakyat yang terkenal di Indonesia:
1. Lir Ilir berasal dari Jawa Tengah
Lir Ilir adalah salah satu lagu yang sangat 45erakan di Indonesia. Lagu
ini berasal dari Jawa Tengah dan biasanya dinyanyikan dalam acara-
acara adat atau keagamaan. Lir Ilir memiliki makna yang sangat dalam
mengenai agama dan filosofi hidup.
2. O Ina Ni Keke berasal dari Sulawesi Utara
O Ina Ni Keke adalah nyanyian rakyat yang berasal dari Sulawesi Utara.
Lagu ini biasanya dinyanyikan dalam bahasa Minahasa dan
menggambarkan keindahan alam serta kehidupan masyarakat
setempat.
1. Es Lilin berasal dari Betawi
Es Lilin adalah lagu daerah yang berasal dari Betawi. Lagu ini biasanya
dinyanyikan pada saat acara-acara pernikahan atau acara adat lainnya.
Es Lilin menggambarkan kehidupan masyarakat Betawi yang penuh
dengan kegembiraan dan kebersamaan.
2. Kicir-Kicir berasal dari Jawa Barat
Kicir-Kicir adalah lagu daerah yang berasal dari Jawa Barat. Lagu ini
terkenal dengan lirik yang sederhana dan mudah diingat. Kicir-Kicir
biasanya dinyanyikan pada saat acara-acara anak-anak atau acara
keluarga.
Itulah beberapa contoh 45erakan45 nyanyian rakyat yang terkenal
di Indonesia. Semua lagu ini memiliki keunikan dan makna yang
mendalam bagi masyarakat setempat.
45
Perbedaan Sastra Lama Dengan Sastra
Modern
By. Juherni Isna Nova
46
PERBEDAAN SASTRA LAMA DAN SASTRA MODERN
SASTRA LAMA
A. Pengertian Sastra Lama
Sastra dapat diartikan sebagai tulisan yang mengandung
keindahan tertentu. Dalam sastra, terdapat sastra lama, yang
dapat diartikan sebagai hasil sastra lama yang dihasilkan atau
dibuat oleh para sastrawan pada zaman dahulu.
Periode sastra lama ini berlangsung pada awal masa
perkembangan sastra Indonesia dan masih menggunakan bahasa
Melayu dalam karya sastranya. Sastra lama di Indonesia
berkembang pada tahun 1870 hingga tahun 1942.
Karya sastra di Indonesia terbagi menjadi dua jenis, yaitu
karya sastra lama dan karya sastra baru. Karya sastra lama adalah
karya sastra yang berbentuk lisan atau ucapan yang kemudian
dituangkan dalam sebuah tulisan oleh orang zaman dulu.Sastra
Indonesia ini menunjukkan kalau karya sastra yang dibuat ini
adalah karya sastra yang berasal dari negara Indonesia.
Penggunaan bahasa pada karya sastra Indonesia, baik itu
karya sastra baru maupun yang lama menunjukkan ciri khas
sastra Indonesia.
Bahasa yang digunakan pada karya sastra Indonesia, yaitu
karya sastra lama dan sastra baru menggunakan bahasa
Indonesia, bahasa daerah, maupun bahasa asing, salah satunya
adalah bahasa Melayu.
Sastra lama merupakan karya sastra yang berbentuk lisan
atau ucapan, sering juga disebut sebagai sastra melayu yang
proses terjadinya berasal dari ucapan serta cerita orang orang
zaman dulu. Cerita-cerita tersebut banyak yang mengandung
pelajaran serta hikmah yang dapat diambil oeh orang-orang yang
mendengarnya. Jenis karya sastra lama, yaitu Pantun, Gurindam,
Syair, Hikayat, Dongeng dan Tambo.
47
B. Sejarah Sastra Lama
Sejarah sastra lama ini menurut para ahli sudah berlangsung
sejak zaman purba, sehingga sastra lama berlangsung dari
kesusastraan zaman purba, zaman Hindu, hingga kesusastraan
zaman Islam.
Periodisasi sejarah untuk sastra lama ini memang diakui dan
disetujui oleh para sastrawan, tapi tahun berlangsungnya setiap
periode ini berbeda-beda. Berikut ini adalah penjelasan masing-
masing periodisasi dalam sejarah sastra lama.
7. Kesusastraan Zaman Purba
Kesusastraan yang ada pada zaman ini merupakan zaman yang
memperlihatkan zaman sebelum terpengaruh oleh kesusastraan
India. Kesusastraan India identic dengan doa, mantra, dongeng,
adat istiadat, hingga silsilah.
8. Kesusastraan Zaman Hindu
Sesuai dengan 48 erakan, kesusastraan pada zaman Hindu ini
merupakan zaman atau saat berbagai cerita dari India yang adalah
ajaran agama Hindu mulai berkembang. Beberapa ahli menuliskan
kesusastraan zaman Hindu menjadi satu dengan kesusastraan
zaman islam.
Namun beberapa ahli juga menuliskan kalau kesusastraan zaman
Hindu ini merupakan zaman peralihan dari kesusastraan zaman
purba ke kesusastraan zaman Islam.
9. Kesusastraan Zaman Islam
Kesusastraan zaman Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke
Indonesia. Namun sebenarnya penggunaan kata Islam ini
digunakan untuk menggantikan kata Arab, yang sebelumnya
digunakan untuk menjelaskan salah satu periodisasi kesusastraan
di Indonesia.
Perubahan nama kesusastraan Arab menjadi kesusastraan Islam
ini bukan hanya karena 48erakan yang dianggap kurang tepat, tapi
48
juga karena adanya berbagai pengaruh Islam dalam kesusastraan
yang berkembang di Indonesia saat itu.
C. Ciri-Ciri Karya Sastra Lama
Sastra lama memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan
jenis sastra lainnya, yaitu:
10. Tidak Ada Nama Pengarang
Karya sastra lama di Indonesia memiliki ciri yang dapat dengan
mudah diketahui, yaitu tidak ada atau tidak menuliskan nama
pengarangnya atau 49 eraka. Inilah sebabnya, pada karya sastra
lama seperti legenda, tidak ada nama pengarang yang membuat
karya sastra itu.
11. Penyebarannya Secara Lisan
Ciri kedua dari karya sastra lama adalah penyebarannya yang
dilakukan secara lisan, atau disebarkan melalui cerita yang
dikisahkan oleh setiap orang.
12. Temanya Bersifat Fantasi
Tema dari karya sastra lama yang sifatnya cerita fantasi juga
merupakan salah satu ciri karya sastra lama. Kebanyakan tema dari
karya sastra lama sifatnya adalah fantasi.
Ini artinya, tema yang digunakan sifatnya adalah karangan belaka,
tidak nyata, dan tidak masuk akal, sehingga menghasilkan cerita
yang bersifat luar biasa.
13. Bersifat Istanasentris
Setting karya sastra lama yang bersifat istanasentris juga menjadi
ciri lain dari karya sastra lama. Bersifat istana sentris yang dimaksud
adalah cerita dari karya sastra lama yang berpusat atau berfokus di
sekitar istana.
Sifat istana sentris dari karya sastra lama ini membuat karya sastra
lama biasanya mengambil tokoh raja atau keluarga kerajaan.
14. Cerita Adalah Milik Rakyat
49
Ciri pertama dari karya sastra lama yang sudah dituliskan adalah
nama pengarang karya yang tidak diketahui, atau 50eraka. Ciri ini
ternyata juga mempengaruhi ciri lain dari karya sastra lama, yaitu
cerita adalah milik rakyat.
Penyebabnya adalah karena pembuat cerita yang tidak diketahui
siapa orangnya, sehingga cerita tidak bisa diakui sebagai milik
seseorang. Selain itu, karya sastra ini juga menyebar dari satu orang
ke orang lainnya, yang merupakan rakyat setempat.
SASTRA MODERN
Karya sastra modern adalah hasil sastra yang telah dipengaruhi oleh
karya sastra asing sehingga sudah tidak asli lagi. Contoh karya sastra
modern adalah prosa, novel, biografi, cerpen, drama, 50eraka, puisi.
Adapun ciri-ciri karya sastra modern sebagai berikut.
• Penggunaan bahasa tidak klise.
• Proses perkembangannya berjalan dinamis.
• Pengarang cerita dikenal oleh masyarakat.
• Tema cerita dan karangan bersifat rasional.
50
nasional dan umumnya telah dipengaruhi oleh karya sastra
asing.
15. Ciri-Ciri
Ciri-ciri sastra lama adalah sebagai berikut.
a. Tidak ada nama pengarang (51eraka)
b. Terikat pada kehidupan kerajaan (istanasentris)
c. Bahasa klise
d. Proses perkembangannya statis
e. Tema bersifat fantastis
Ciri-ciri sastra modern adalah sebagai berikut.
a. Terdapat nama pengarang
b. Terkait masalah kemasyarakatan
c. Bahasanya tidak klise
d. Proses perkembangannya dinamis
e. Tema bersifat rasional
3. Bentuk
Sastra lama mempunyai bentuk terikat, sedangkan sastra
modern mempunyai bentuk bebas
51
Jenis – Jenis Syair Umum
By. Khansa Hani Zhahira
52
Syair adalah salah satu bentuk puisi tradisional dalam sastra
Indonesia. Di bawah ini adalah beberapa jenis syair yang cukup
umum:
1. Syair Lama
Merupakan jenis syair yang 53erakan pada zaman kerajaan. Syair
lama umumnya berisi tentang kehidupan sehari-hari, romansa,
atau cerita-cerita rakyat. Contoh terkenal syair lama adalah “Syair
Bidasari” adalah salah satu syair terkenal dalam sastra Melayu.
Syair ini ditulis oleh penyair Melayu yang tidak diketahui
53erakan. Isi dari syair ini berkisah tentang seorang putri yang
memiliki kecantikan dan kebaikan hati yang luar biasa
Contoh bait syair Bidasari:
2. Syair Modern
Merupakan jenis syair yang muncul pada masa 53erakan53 dan
setelahnya. Syair modern lebih bebas dalam penggunaan tema
dan bahasa. Beberapa penyair terkenal yang menghasilkan syair
modern adalah Chairil Anwar
Aku
Tanah airku tidak kulihat lagi
Burung-burung gagakpun tak lagi mengerti
Aku yang telah membuang cintaku
53
Kini laki-laki tak berguna lagi
Yang ada hanya asap yang membubung tinggi
Angin yang berbisik di belakang bulan
3. Syair Nasihat
Jenis syair ini mengandung pesan moral atau nasihat kepada
pembaca. Syair nasihat sering kali membahas tentang kehidupan,
moralitas, atau ajaran agama. Contoh syair nasihat terkenal
adalah “Syair Abu Nawas”
Syair tentang Kehidupan dan Kebijaksanaan
4. Syair Pantun
Syair pantun terdiri dari empat baris dengan pola A-B-A-B,
dengan setiap baris memiliki jumlah suku kata yang sama. Syair
pantun sering kali digunakan dalam permainan kata atau sebagai
hiburan ringan. Contoh terkenal syair pantun adalah “Pantun
Melayu” Pantun Melayu tentang Cinta
54
5. Syair Agama
Merupakan jenis syair yang berisi pengabdian atau pujian kepada
Tuhan. Syair agama sering digunakan dalam konteks keagamaan
atau ritual keagamaan tertentu. Contoh terkenal syair agama
adalah “Syair Maulid”
Pantun Melayu tentang Cinta
Bulan purnama di angkasa,
Bagaikan cinta yang kian rasa,
Ku terbang melayang di udara,
Hatiku terpaut padamu selamanya.
6. Syair Cinta
Jenis syair ini menceritakan tentang cinta dan perasaan
55erakan55. Syair cinta sering mengungkapkan keindahan dan
keromantisan dalam hubungan percintaan. Beberapa contoh syair
cinta terkenal adalah”Syair Cinta Sapardi Djoko Damono.”
Syair Cinta – Sapardi Djoko Damono
55
Jenis Karya Sastra Lama
By. Khofifah Tania
56
Sastra lama memiliki jenis jenis nya yaitu (1) pantun (2) Mantra (3)
Syair (4) Gurindam (5)Dongeng (6) Legenda (7) Hikayat. Berikut ini
merupakan penjelasan dari masing-masing jenis karya sastra lama:
1. Pantun
Pantun adalah jenis puisi lama yang terikat aturan. Beberapa
aturan dalam pantun adalah:
#Terdiri dari empat baris.
#Baris pertama dan kedua adalah sampiran, baris ketiga dan
keempat adalah isi.
#Setiap baris terdiri dari 4-6 kata dan 8-12 suku kata.
#Memiliki pola atau rima berupa a-a-b-b, a-b-a-b, atau a-a-a-a.
2. Mantra
Mantra adalah salah satu jenis puisi yang termasuk dalam sastra
lama dan menjadi ciri khas dari kebudayaan Melayu. Mantra
merupakan karya sastra yang berkaitan dengan budaya, adat, dan
kepercayaan masyarakat sekitar.
3. Syair
Syair juga merupakan contoh sastra lama dalam bentuk puisi
lama dan berisi irama sajak. Syair sebagai sastra lama digunakan
oleh penciptanya untuk menyampaikan isi hatinya. Ciri-ciri dari
syair ini mirip dengan pantun, yaitu setiap baitnya terdiri dari
empat baris, namun pada syair terdiri lebih dari satu bait.
4. Gurindam
Gurindam adalah karya sastra berbentuk puisi yang muncul pada
kesusastraan zaman Hindu. Pengertian gurindam adalah sajak
dua baris yang isinya adalah nasihat,
5. Dongeng
Dongeng yang saat ini masih sering kita dengar juga merupakan
cerita fiksi pada zaman dahulu. Ada berbagai jenis dongeng yang
merupakan jenis karya ini, seperti fabel atau dongeng yang tokoh
57
utamanya adalah hewan yang berperilaku seperti manusia.
Contoh dongeng lainnya adalah dongeng pelipur lara, yang
merupakan dongeng komedi untuk menghibur hati. Selain itu, ada
juga jenis dongeng 58erakan yang berisi tentang ajaran hidup.
6. Legenda
Legenda merupakan salah satu jenis dongeng, namun bedanya
legenda dengan dongeng lainnya adalah isinya. Legenda berisi
cerita rakyat yang berisi tentang kisah terjadinya sesuatu. Kisah
ini bisa tentang asal mula suatu tempat, makhluk supranatural,
seorang tokoh di suatu daerah, hingga mengenai terjadinya suatu
fenomena alam.
7. Hikayat
Hikayat merupakan jenis sastra lama yang berkembang dari Arab
dan pada kesusastraan zaman Islam. Isi dari hikayat biasanya
adalah tentang cerita mengenai para dewa, putri, pangerang,
kehidupan kerajaan, hingga kesaktian yang dimiliki oleh
seseorang.
58
Pengertian Hikayat, Ciri-Ciri Hikayat,
Tujuan Hikayat dan Struktur Hikayat
by: Lintang Ahadiah Diarni
59
1. Pengertian Hikayat
60
17. Menurut Sudjiman
Berdasarkan istilah, kata Hikayat di awal judul kisah membuat adanya
kesalahpahaman bagi orang dulu. Karena naskah-naskah kisah Melayu
ini ditulis menggunakan huruf Melayu dan Arab. Sehingga saat naskah
itu disalin ke dalam huruf latin, maka kata hikayat ditulis menggunakan
huruf kapital, sehingga terjadi kesalahpahaman penyalin naskah yang
menganggap bahwa kata hikayat sebagai bagian dari judul kisah.
18. Menurut Suherli
Hikayat ini merupakan berbagai jenis cerita rakyat yang termasuk ke
dalam sebuah teks narasi. Hikayat adalah cerita melayu klasik yang
menunjukkan unsur penceritaan dengan ciri-ciri berupa kesaktian dan
kemustahilan dari para tokoh.
2. Ciri-Ciri Hikayat
Hikayat adalah bagian dari prosa lama yang mempunyai ciri-ciri,
diantaranya yaitu:
a. Memakai bahasa Melayu lama
b. Pralogis, artinya cerita yang terkadang sulit untuk diterima dalam
akal fikiran.
c. Istana sentris, artinya pusat cerita berada di lingkungan istana.
d. Anonim, artinya prosa yang tidak jelas siapa pengarangnya.
e. Statis, artinya bersifat tetap dan baku.
f. Memakai kata arkais, artinya kata-kata yang saat ini tidak lazim
untuk digunakannya, seperti kata hatta, sebermula, dan syahdan.
g. Bersifat tradisional. Umumnya ciri-ciri hikayat memang bersifat
memang memiliki sifat tradisional atau meneruskan kebiasaan, dan
budaya yang dianggap baik.
h. Menggunakan bahasa klise, artinya memakai bahasa secara
berulang-ulang.
i. Memiliki sifat didaktis, hal itu supaya bisa mendidik dengan cukup
baik secara religi maupun moral.
j. Magis, artinya pengarang membawa pembaca ke dalam dunia
khayalan, sehingga nantinya pembaca akan berimajinasi secara
indah.
61
k. Mengisahkan cerita secara universal, misalnya terdapat adanya
perang baik dengan perang buruk. Nantinya peperangan itu akan
memenangkan kebaikan bukan keburukan maupun kejahatan.
l. Mempunyai akhir 62erakan.
3. Tujuan Hikayat
4. Struktur Hikayat
Terdapat struktur penulisan dari teks hikayat, diantaranya yaitu:
a. Abstrak
Abstrak di dalam teks hikayat ini memiliki sifat opsional.
Sehingga boleh ada dan boleh tidak ada di dalam teks hikayat.
Abstrak sendiri, adalah gambaran secara umum mengenai
keseluruhan dari isi hikayat.
b. Orientasi
Di dalam struktur orientasi ini berisi mengenai sebuah informasi
tentang latar dari cerita atau peristiwa terjadi. Informasi yang
dimaksudkan berkaitan dengan ihwal siapa, dimana, kapan, dan
mengapa.
c. Komplikasi
Struktur Komplikasi ini berisi mengenai rangkaian sebuah
peristiwa yang disusun secara kronologis, berdasarkan urutan
waktu dengan mencangkup kejadian-kejadian utama yang dialami
oleh tokoh. Di dalam bagian komplikasi ini juga berisi tentang
konflik yang menjadi daya 62erak dari sebuah cerita.
62
d. Resolusi
Di dalam struktur resolusi berisi tentang pernyataan kesimpulan
mengenai sebuah rangkaian peristiwa yang sudah diceritakan pada
sebelumnya. Di bagian ini pula terdapat sebuah konflik yang mulai
reda dan kerap dikenal sebagai bagian pemecahan masalah.
e. Koda
Koda adalah kata-kata penutup yang mempunyai fungsi sebagai
kesimpulan dan penegasan 63 erakan mengenai sebuah pesan
penting yang ada di dalam isi hikayat tersebut. Struktur koda ini
termasuk dalam bagian yang opsional.
63
Sastra Lama Pengaruh Hindu
By. Lisa Tasya
64
Sastra lama yang dipengaruhi oleh agama Hindu merujuk pada
karya sastra kuno yang terbentuk di bawah pengaruh agama Hindu. Ini
mencakup berbagai jenis sastra seperti puisi 65era, teks keagamaan,
dan karya-karya sastra lainnya yang mengambil tema, nilai-nilai, dan
mitologi Hindu sebagai dasar cerita dan pesan yang disampaikan.
Sastra lama memiliki pengaruh yang signifikan dari agama Hindu di
berbagai wilayah di Asia Selatan dan Tenggara. Pengaruh Hindu
terutama dapat ditemukan dalam sastra yang berkembang di India,
Nepal, Sri Lanka, Kamboja, dan Indonesia.
Di India, sastra lama yang dipengaruhi oleh agama Hindu meliputi
Veda, khususnya Rigveda, yang merupakan salah satu teks paling kuno
dalam tradisi sastra Hindu. Selain itu, Epik India seperti Ramayana dan
Mahabharata sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Hindu. Keduanya
adalah karya sastra 65 era yang memuat cerita-cerita 65 eraka,
mitologi, dan ajaran moral yang menjadi bagian penting dari budaya
dan agama Hindu.
Di Nepal, sastra lama Hindu juga terpengaruh oleh ajaran-ajaran
agama Hindu. Mantra-mantra Veda dan puisi-puisi agama digunakan
dalam praktik-praktik keagamaan, dan puisi-puisi 65 era seperti
Ramayana dan Mahabharata juga sangat dihormati dan diwariskan
dari generasi ke generasi.
Di Sri Lanka, sastra lama Hindu mengambil bentuk puisi 65 era
seperti Ramayana yang dipengaruhi oleh agama Hindu. Ramayana Sri
Lanka memiliki variasi yang unik dan berbeda dengan versi India.
Sastra Tamil klasik, seperti Tirukkural, juga dipengaruhi oleh nilai-nilai
dan ajaran-ajaran Hindu.
Di Kamboja, pengaruh Hindu dapat ditemukan dalam sastra klasik
seperti Ramayana dan Mahabharata, serta dalam puisi-puisi 65 era
lainnya. Kuil-kuil Hindu di Angkor Wat, misalnya, memiliki relief-relief
yang menggambarkan adegan-adegan dari cerita-cerita Hindu yang
terkenal.
Di Indonesia, sastra lama yang dipengaruhi oleh agama Hindu
meliputi wiracarita atau cerita pahlawan seperti Ramayana dan
Mahabharata. Selain itu, ajaran-ajaran Hindu juga mempengaruhi
karya sastra seperti kakawin dan kidung Jawa kuno.
65
Secara keseluruhan, pengaruh agama Hindu terhadap sastra lama di
berbagai wilayah Asia Selatan dan Tenggara sangat besar. Agama Hindu
memberikan inspirasi, tema, dan nilai-nilai spiritual yang
termanifestasi dalam karya-karya sastra tersebut, mencerminkan
warisan budaya yang kaya dan beragam dari peradaban Hindu kuno.
66
Sejarah Dan Perkembangan Mantra Di
Indonesia
By. Muhammad Rizki Darmawan
67
Mendengar kata “mantra”, apa yang kemudian timbul dalam benak
kita? Apakah akan tertuju pada hal-hal klenik atau jimat-magik atau
mistis? Pengetahuan kita tentang mantra dipastikan akan berkisar
pada apa pun yang berhubungan dengan dunia yang penuh jampi-
jampi. Namun, apakah dunia mantra itu seperti yang kerap kita
bayangkan?
Tulisan ini lebih jauh tidak berbicara “mantra” sebagai keniscayaan
dalam kehidupan manusia, tetapi lebih menekankan pada pembahasan
mantra sebagai fenomena Budaya; hidup dan berkembang dalam
68erak-rahim tradisi bagi mereka yang percaya.
Untuk lebih memahami mantra dan semua korpus yang berkaitan
dengannya, tentu 68 erakan pertama yang harus diambil adalah
memahami makna mantra secara keseluruhan dan memperhatikan
perjalanan mantra dalam sejarah budaya.
Sama seperti memahami sejarah candi, kita dapat menelusuri
sejarah 68 erakan dari mantra atau mantera ini, sejak dipraktikkan
hingga kegunaannya.
68
Sebagai patokan sementara, 69 erakan 6969 melacak keberadaan
mantra zaman dulu dari keberadaan peramal atau ahli nujum atau
sihir. Kita tahu bahwa kitab-kitab agama Ibrahim (Yahudi, Nasrani,
Islam) menyatakan bagaimana sepak terjang para ahli nujum dalam
“menyangkal ketauhidan” Tuhan.
Lalu, 69 erakan 6969 berpegang pula pada istilah “Abracadabra”
yang sering diucapkan pesulap hingga kini, yang bisa membimbing kita
akan keberadaan dunia pemantraan. Istilah itu berasal dari kata
“abraxas” bahasa Yunani Kuno. Sekte Gnostik di abad ke-2 M percaya
bahwa Yesus beradal dari Abraxas dan hidup sebagai “hantu”
(phantom) di bumi
Gnostisme (dari kata gnosis, yang berarti “pengetahuan”) sendiri
merupakan ajaran 69erakan, yang percaya bahwa gabungan kekuatan
yang sama, antara baik dan jahat, menguasai dunia. Sejumlah penganut
Gnosisme percaya bahwa dunia materi diperintah Tuhan yang
menciptakannya, yaitu Rex Mundi (Raja Dunia) yang jahat. Kata
Abraxas atau Abrasax atau Abracax diukir pada sebuah batu yang
digunakan sebagai jimat oleh pengikut Gnostik
Batu tersebut oleh orang Mesir Kuno diangap sebagai dewa
sekaligus setan. Kata Abraxas sendiri mengandung tujuh huruf Yunani,
yang artinya 365, yaitu jumlah hari pada tiga tahun berturut-turut dari
empat tahun. Abraxas dipercaya memerintah 365 dewa yang masing-
masing memiliki satu kebajikan, sehingga setiap hari dalam satu tahun
diberikan satu kebajikan khusus.
Keberadaan dukun atau ahli nujum hingga kini masih dianggap
sebagai kaum yang istimewa oleh 69 erakan 69 masyarakat. Dalam
masyarakat Mentawai atau Dayak, misalnya, kedudukan dukun–dalam
bahasa Mentawai disebut sikerei–begitu sentral. Ia bisa berperan
sebagai tabib, peramal, juga pemimpin suku. Sikerei akan melafalkan
“mantra” terhadap orang yang sakit atau 69eraka mengundang arwah
leluhur atau mengusir roh jahat.
1. Makna Mantra
Sebagai kata Sansekerta, mantra atau mantera berasal dari dua
kata: man atau manas dan tra atau trai. Man berarti “pikiran” atau
“berpikir”, tra berarti “alat” atau “melindungi”. Dengan begitu, secara
69
sederhana, mantra adalah “alat dari pikiran” atau “pikiran yang
melindungi”. Pengertian mantra atau mantram yang lebih luas adalah:
kata-kata, ungkapan atau sukukata yang secara khusuk dilagukan
berulang-ulang dengan konsentrasi yang semakin meningkat.
Dalam KBBI, mantra dikategorikan sebagai: (1) perkataan atau
ucapan yang memiliki kekuatan gaib (misalnya dapat menyembuhkan,
mendatangkan celaka, dsb); (2) susunan kata berunsur puisi (seperti
rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya
diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib
yang lain.
Menurut ajaran Hindu, mantra adalah kata-kata yang diyakini
sebagai wahyu yang diterima oleh manusia pilihan, sebagai alat
komunikasi khusus dengan Tuhan atau dewa-dewa yang merupakan
manifestasi dari kekuatan-Nya. Karena itu, tak mengherankan bila
mantra begitu dikeramatkan dan tak boleh diucapkan oleh sembarang
orang yang belum pernah mewinten (disucikan secara ritual).Di
samping itu, mantera tak boleh diucapkan di tempat-tempat yang tak
pantas. Dengan begitu, mantera bukanlah kreasi manusia, melainkan
ciptaan Tuhan sebagaimana yang terekam dalam kitab Veda yang
konon tak mengalami perubahan.
Maka dari itu, mantera dapat didefinisikan pula sebagai kekuatan
kata untuk menyatakan suatu konsep, untuk menggambarkan dewa,
mapun menguraikan prosedur mental-spiritual untuk “menghadirkan”
dewata atau yang dipersamakan dengan itu.
Ada kata lain yang mirip dengan makna mantra, yaitu kata japa. Kata
ini berasal dari kata jap yang berarti “diulang dengan suara lirih,
berkomat-kamit, berbunyi berisik, doa diam-diam” (Mac Donell dalam
Setyawati). Dengan begitu, japa dapat diartikan sebagai mantera yang
diulang, berkomat-kamit. Dengan pengulangan yang cukup sering,
kekuatan yang melekat pada mantera dipercaya akan muncul (Walker
dalam Setyawati)
Ada kemungkinan bahwa kata “jampi” atau “jampa-jampi” berasal
dari kata 70erakan70. Ada pun kata lain yang serupa maknanya dengan
mantera adalah kata “aji”, yang berarti teks-teks suci atau formula yang
suci dan magis (Zoetmulder dalam Setyawati).
70
Dari pernyataan-pernyataan di atas, kita dapat membuat definisi
lain tentang mantera, yaitu suatu idiom atau kata khusus yang
memunyai arti tersendiri. Dan yang pasti, mantra telah menjadi
kosakata bahasa Indonesia sejak dulu, sejak pengaruh Sansekerta
masuk ke wilayah Nusantara.
Juga, selain kata mantera itu sendiri, kata “tuah” (dalam prasasti
atau kitab kuno ditulis “twah”) telah menjadi kosakata tersendiri bagi
masyarakat Nusantara. Kehadiran kata tuah, yang menyangkut pada
segala sesuatu yang berhubungan dengan keajaiaban atau kesaktian,
menunjukkan pula bahwa dunia pemantraan sudah 71 erakan 71
daging dalam kehidupan masyarakat Nusantara.
71
Wisnu, manifestasi Tuhan dalam waktu memelihara dan melindungi
alam.
Saat mengucapkan huruf ini, posisi bibir diperpanjang seperti sikap
melindungi bagian-dalam dari mulut itu sendiri. Sementara huruf M
adalah 72 eraka Dewa Siwa, manifestasi Tuhan yang mengembalikan
segala ke asalnya. Ketika mengucapkan huruf ini, bibir terkatup rapat
sebagaimana asalnya sebelum terbuka.
Setiap mantra dalam Hindu memiliki ciri sebagai berikut:
a. Dewa yang dipuja dalam mantera yang bersangkutan, misalnya
Visnu
b. Nama resi yang menerima mantera tersebut, misalnya
Vyasadeva;
c. Jumlah sukukata dalam mantera (akan dibahas di bawah);
d. Viniyoga, yakni kegunaan atau maksud dan tujuan mantera.
Ada mantra yang bertujuan material yang positif, misalnya untuk
72 erakan7272 , rezeki, dsb. Ada pula mantra yang bersifat material-
negatif, misalnya kutukan (banyak tercatat dalam Ahtarva-Veda). Ada
pula yang bertujuan spiritual murni, misalnya kata-kata Om namo
siwaya (Sembah kepada Siwa) atau mahamantra Hare Krisna.
Dalam sastra Sansekerta, misalnya Ramayana dan Mahabharata,
mantera sering dikaitkan dengan berbagai astra (senjata gaib). Tokoh
Sri Rama dalam Ramayana atau Krisna/Kresna dalam Mahabharata,
misalnya, memiliki senjata cakra, panah yang bermata cakram dan
mampu melesat memburu musuh mengikuti arah musuh yang
dikejarnya, hanya dengan membaca sebuah mantra.
Senjata itu pun konon dapat ditarik 72erakan hanya dengan ucapan
mantera. Untuk menguasai mantra, para kesatria dilatih oleh guru
mereka bertahun-tahun sejak kecil, agar mampu melafalkan mantera
secara tepat dengan konsentrasi penuh. Bila mantera yang diucapkan
salah atau keliru, senjata atau “kanuragan” yang dilepaskan bisa
meleset sasaran, bahkah bisa berubah menjadi senjata makan tuan.
72
3. Posisi Dan Jenis Mantra
Posisi mantra, menurut Pradipta, dalam struktur hidup manusia
adalah sebagai metode. Metode-metode yang digunakan untuk
mencapai tujuan hidup manusia antara lain adalah mantera, doa,
puja-puji, wirid, yang masing-masing seyogyanya ditunjang dengan
laku, srana/sajen, dan kerja nyata.
Sebagai sebuah metode, mantra dipergunakan untuk keperluan
manusia dalam mencapai cita-cita, untuk kebaikan dan (tak jarang
pula) untuk kejahatan yang tak memperdulika kebaikan orang lain.
Maka dari itu, ada mantra yang ditujukan untuk membuat orang lain
terpikat, gandrung, jatuh cinta, dan ada pula yang diucapkan untuk
mencelakai atau menciptakan kesusahan pada orang lain
Biasanya mantra bersifat rahasia. Maka dari itu seringkali mantra
disampaikan oleh seorang guru kepada muridnya dengan cara
karnika, “bisikan ke telinga”. Dalam penyampaiannya, cara karnika ini
adalah getaran suara guru mengaktifkan nadi sang murid agar
mantera bisa masuk dalam kesadaran yang lebih tinggi dari sang
murid (Walker dalam Setyawati).
Mendapatkan mantra melalui bacaan atau teks dinilai kurang
bertuah; akan lebih bertuah jika dipelajari lewat suara sang guru
secara langsung. Jadi, mantera tak perlu diucapkan sengan suara
keras, cukup terdengar saja.
Melihat dari cara dibunyikannya, mantra dibagi atas dua jenis:
• Mantra yang diucapkan, disebut karnika, yang terdiri atas:
vachika (ucapan), bhramara (berdengung), janantika (bisikan
lirih), karnika (bisikan ke telinga).
• Mantra yang tak diucapkan, disebut ajapa (tanpa ucapan), terdiri
atas: upamsu (diam) yakni makna yang divisualkan atau
dituliskan dalam aksara Sansekerta (mantra aksara, bisa
disamakan dengan rajah); dan manasa (batin), yang dijalankan
melalui meditasi.
73
tahu semua aji mantra: jampa-jampa, geugeui(ng), susuratan,
sasaranaan, kaseangan, pawayagahan, puspaan, susudaan, hurip
huripan, tu(n)duk iyem, pararasen, pasakwan; pokoknya semua yang
berhubungan dengan aji, tanyailah kaum brahmana.”
Keberadaan kaun brahmana sebagai pengayom keagamaan dalam
masyarakat tentu memiliki tingkat sosial yang khusus. Pada diri
merekalah, semua ilmu yang berhubungan dengan dunia kedwataan
dan keniskalaan (kegaiban) dapat ditanyakan.
Dari kitab yang ditulis pada 1518 M itu 74erakan7474 mengetahui,
setidaknya, ada dua belas jenis mantra yang beredar pada abad
bersangkutan di Tatar Sunda. Belum lagi bila kita menghitung jumlah
mantera yang beredar di wilayah lain seperti Jawa, Melayu, Bali,
hingga wilayah-wilayah kampung adat seperti Dayak, Kanekes,
Mentawai, dll. Hanya 74eraka, 74erakan keterangan yang menjelaskan
seperti apa bunyi keduabelas mantra yang dimaksud penulis
Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian itu.
74
Akan tetapi, tak semua mantra mementingkan bunyi. Juga, tak
selamanya mantra dituangkan dalam bentuk bunyi atau
aksara/tektual saja. Mantera pun kadang disertai rajah (gambar).
Selah Danasasmita pernah menguraikan tentang batu “nyatra” dari
Tapos
Batu ini memuat tiga lambang yang menjadi cirri khas penganut
Tantra: lambang padma/75erakan dalam lingkaran terdalam,
sejumlah trisula-ganda dalam lingkaran kedua, dan lambang gajah
dalam lingkaran terluar (lingkaran ketiga). Danasasmita mencatat
bahwa batu “nyatra” (atau batu “mandala”) tersebut digunakan oleh
penganut Tantra 75eraka bermeditasi guna mencapai kondisi
nirawerah (netral).
Keberadaan mantra, sebagai kesatuan bunyi, pada gilirannya
berpengaruh pada perkembangan estetika kebahasaan. Karya-karya
estetis/sastra seperti puisi atau seloka (jelas dari kata sloka) dan
pantun yang mengutamakan ritme dan rima, jelas merupakan
“turunan” mantra.
Dalam pantun, misalnya, kita dapat menemukan “jejak” mantera,
bukan dalam hal kekuatan gaib yang ditimbulkan melainkan dalam
hal jumlah suku kata dan bebunyian ritmis yang melahirkan kekuatan
sastrawi.
Mari kita lihat salah satu contoh bait/pada yang tertera dalam teks
Bujangga Manik, yang ditulis sekitar akhir abad ke-15 atau awal abad
ke-16 M.
“Nu badayung urang Ta(n)jung / nu ru(m)ba urang Kalapa / nu
babose urang Angke / bose rampas bose layung / deungeun bose susu
75erakan” (Para pendayung orang Tanjung, para penimba orang
Kelapa, para pendayung orang Angke, menggunakan dua dayung, juga
menggunakan dayung susu).
75
Sejarah Sastra Lama
By. Muhammad Rizqi Afriyana
76
Sejarah dalam sastra lama ini terbagi atas sejarah balai 77erakan,
sejarah 77erakan77 45 dan sejarah pujangga
2. Sejarah Pujangga
77
Pujangga baru terbit pertama kali pada bulan juli tahun 1933.
Artikel yang mengangkat nama penerbit ini adalah “menuju seni
baru” karya alisahbana. “Kesusasteraan baru” karya armijn pane ini
memperlihatkan keinginan sastrawan mengangkat sastra Indonesia
agar terlepas dari sastra tradisional.
3. Sejarah Angakatan 45
78
• Kesusastraan zaman Hindu Budha
• Kesusastraan zaman Islam
• Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
Sastra Indonesia terbagi dua menurut zaman pembuatan karya
sastra : ·
Karya Sastra Lama Karya sastra lama adalah Karya sastra
yang lahir dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang
masih memegang adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Karya
sastra lama biasanya bersifat moral, 79 erakan 7979 n, nasihat,
adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama. Sastra lama Indonesia
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Terikat oleh kebiasaan dan adat masyarakat
• Bersifat istana sentris
• Bentuknya baku
• Biasanya nama pengarangnya tidak disertakan (79eraka)
79
Tahapan Analisis Sastra Lama
By. Priska Yulianty
80
Tahapan analisis sastra lama, juga dikenal sebagai metode kritik
sastra tradisional, yang melibatkan pendekatan 81erakan8181n81ive
terhadap karya sastra dengan menggunakan alat-alat dan konsep yang
telah mapan sejak lama. Meskipun ada beberapa variasi dalam
pendekatan ini, beberapa tahapan yang umum dalam analisis sastra
lama meliputi:
2. Analisis stilistika
Tahap ini melibatkan penelitian lebih lanjut tentang gaya bahasa
yang digunakan dalam karya sastra. Hal ini termasuk penggunaan
81 eraka retoris, perumamaan, metafora, simbolisme, dan gaya
penulisan lainnya. Fokusnya adalah untuk memahami bagaimana
gaya bahasa dan pilihan kata-kata pengarang dapat memengaruhi
makna dan dampak keseluruhan karya.
4. Analisis karakter
Tahap ini melibatkan penelitian mendalam tentang karakter-
karakter dalam karya sastra. Hal ini mencakup pemahaman
tentang motivasi, konflik, perubahan karakter, dan hubungan
antara karakter-karakter tersebut. Tujuannya adalah untuk
81
memahami kompleksitas dan perkembangan karakter dalam karya
sastra
5. Tafsiran dan penilaian
Tahap ini melibatkan pelibatan unsur-unsur yang telah dianalisis
sebelumnya untuk menghasilkan tafsiran dan penilaian terhadap
karya sastra. Ini meliputi pembahasan makna yang mungkin
terkandung dalam karya, pesan yang disampaikan pengarang, dan
dampak estetika karya tersebut. Tujuannya adalah untuk
memberikan interpretasi yang lebih dalam dan pemahaman
tentang karya sastra.
82
Gurindam
By. Rangga Putra Prawira
83
A. Pengertian Gurindam
Gurindam adalah salah satu bentuk puisi tradisional dalam sastra
Melayu. Gurindam terdiri dari dua bait dalam setiap pasangannya.
Setiap bait terdiri dari dua larik atau baris, dan setiap larik terdiri
dari delapan suku kata. Gurindam umumnya digunakan sebagai
sarana penyampaian nasihat atau ajaran moral kepada
pembacanya.
84
3. Gurindam Nasihat
85
Pengertian Karya Sastra Lama dan Ciri –
cirinya
By. Rosdina Priyanti
86
Sastra (Sanskerta : shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta sastra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau
“pedoman”, dari kata dasar sas- yang berarti “instruksi” atau “ajaran”.
Teks Sastra tidak hanya teks yang berisikan mengenai intruksi ajaran,
lebih dari itu dalam bahasa Indonesia kata ini umumnya digunakan
untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau suatu jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Hal yang harus diketahui juga ada pemakaian istilah sastra dan
sastrawi. Segmentasi sastra lebih membentuk sesuai defenisinya
sebagai sekadar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang
kental dengan nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan ialah
salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang mempelajari
sastrawi, bukan sastra. Karena, sastrawan adalah seorang yang
menyukai nuansa puitis dan abstraknya, tidak hanya sebuah teks.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra
tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak
berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan
wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
19. Pengertian Sastra Lama
Sastra dapat diartikan sebagai tulisan yang mengandung keindahan
tertentu. Dalam sastra, terdapat sastra lama, yang dapat diartikan
sebagai hasil sastra lama yang dihasilkan atau dibuat oleh para
sastrawan pada zaman dahulu.
Periode sastra lama ini berlangsung pada awal masa perkembangan
sastra Indonesia dan masih menggunakan bahasa Melayu dalam karya
sastranya. Sastra lama di Indonesia berkembang pada tahun 1870
hingga tahun 1942.
87
a. Kesusastraan Zaman Purba
Kesusastraan yang ada pada zaman ini merupakan zaman yang
memperlihatkan zaman sebelum terpengaruh oleh kesusastraan India.
Kesusastraan India identic dengan doa, mantra, dongeng, adat istiadat,
hingga silsilah.
88
b. Menurut Mursal Esten
Sastra ialah penjelasan sastra fakta sebagai manifestasi
89 erakan 89 dan imajinatif kehidupan manusia (dan
masyarakat) melalui bahasa sebagai media dan memiliki efek
positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
c. Menurut Engleton
Panggilan sastra “Tulisan yang halus” (letters belle) dicatat
bentuk bahasa kerja. Sehari-hari dalam berbagai cara dengan
yang dipadatkan bahasa, didalamkan, tersusun, dan
diterbalikkan dipanjangtipiskan, membuat aneh.
e. Menurut Tarin
Sastra ialah obyek dari gejolak emosional penulis dalam
mengungkapkan, seperti perasaan sedih, frustasi, gembira, dan
sebagainya.
f. Menurut Sumarno
Sastra merupakan pengalaman ekspresi pribadi manusia
berupa, pikiran, perasaan, ide, semangat, iman, dalam bentuk
gambar yangmembangkitkan 89erak beton dengan alat bahasa.
g. Menurut Semi
Sastra Ialah bentuk kreatif dan hasil pekerjaanseni siapa objek
adalah bahasa manusia dan kehidupannya menggunakan
sebagai media.
89
h. Menurut Sumardjo dan Sumaini
Definisi sastra adalah:
• Sastra adalah seni bahasa
• Sastra adalah ekspresi spontan perasaan yang
mendalam.
• Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa
• Sastra adalah kehidupan disegel bentuk dalamsebuah
inspirasi dari keindahan.
• Sastra adalah semua buku yang berisi perasaan
kemanusiaan kebenaran yang benar dan bermoral.
Kesucian dengan sentuhan, luas pandang dan bentuk
yang mempesona.
i. Menurut Damono
Mengungkapkan bahwa kehidupan sastra menampilkan
gambaran, dan kehidupan itu sendiri adalah realitas sosial.
Dalam pengertian ini, kehidupan mencakuphubungan
antar-masyarakat, antar-masyarakat dan individu,
interpersonal, dan antar peristiwa terjadi dalam batin
seseorang.
j. Menurut Suyitno
Sastra adalah sesuatu yang imajinatif, kreatif juga fiktif dan
harus melayani dapat dipertanggungjawabkan.
k. Menurut Saini
Sastra merupakan pengalaman ekspresi pribadi
manusiaberupa, pikiran, perasaan, ide, semangat, iman,
dalam bentuk gambar yang membangkitkan 90erak beton
dengan alat bahasa.
90
• Cara penyajiannya dapat memberikan kesan dan menarik.
Berbagai karya sastra yang kita baca saat ini bisa ditemukan
dengan mudah, seperti membelinya di toko buku, atau
mencarinya di internet. Namun hal ini berbeda dengan karya
sastra lama.
Tema dari karya sastra lama yang sifatnya cerita fantasi juga
merupakan salah satu ciri karya sastra lama. Kebanyakan tema
dari karya sastra lama sifatnya adalah fantasi.
91
d. Bersifat Istanasentris
Sifat istana sentris dari karya sastra lama ini membuat karya
sastra lama biasanya mengambil tokoh raja atau keluarga
kerajaan.
92
Pantun
By. Sindy Pebriyana Dewi
93
Pantun adalah jenis puisi tradisional Melayu yang biasanya terdiri
dari empat baris. Setiap baris terdiri dari antara 8 hingga 12 suku kata
dengan pola a-b-a-b atau a-a-b-b. pantun bisa menjadi berbagai macam
fungsi, seperti sebagai hiburan, media dakwah, berkomunikasi dalam
percakapan perasaan cinta, persahabatan, dan kebersamaan. Pantun
biasanya menggunakan Bahasa fuguratif dan bergaya, dengan
mengandung unsurpermpamaan, majas, dan sindiran. Sebagai warisan
budaya bangsa melayu, pantun memiliki nilai-nilai tradisional yang
penting untuk di jaga dan dilestarikan.
Ahli pantun menyatakan bahwa penggunaan kata-kata pada pantun
sebaiknya harus di perhatikan dengan 94eraka agar tidak menyalahi
aturan dalam pembuatan pantun yang baik dan benar. Selain itu, dalam
pantun juga harus memperhatikan irama dan pola bait yang selalu
berbunyi sama pada setiap baris pantun. Ahli pantun juga menekankan
pentingnya menjaga nilai-nilai budaya dan adat dalam pantun, yang
seringkali digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan
moral dan etika kepada masyarakat.
Selain itu, ahli pantun juga menyarankan untuk memperkaya kosa
kata pada pantun dengan mengunakan kata-kata yang memiliki makna
yang dalam, sehingga dapat meningkatkan nilai seni pada pantun
tersebut. Dalam pembuatan pantun, ahli pantun juga menekankan
pentingnya menjaga keindahan tatabahasa dan penggunaan kata yang
tepat, sehingga dapat mempertahankan keaslian dan keindahan dari
pantun itu sendiri
Secara keseluruhan, ahli pantun menekankan bahwa pantun harus
dibuat dengan hati yang 94 eraka dan penuh cinta pada budaya dan
tradisi nene moyang, sehingga dapat di wariskan kepada generasi
selanjutnya sebagai lambang kekayaan seni sastra dan budaya
Indonesia.
94
Berikut adalah beberapa contoh jenis-jenis pantun dalam bahasa
Indonesia:
24. Pantun Nasihat
Seperti itik berenang di air,
Rajin belajarlah agar jadi cerdik dan pandai,
Jangan malas, jangan tinggal diam,
Sukses akan 95eraka jika tekun kamu menjalani.
95
28. Pantun Pendidikan
Pelajar yang rajin jadi juara,
Ilmu dikejar, tak pernah berhenti berlari,
Buku menjadi sahabat, pena jadi alat,
Pendidikanlah kunci kesuksesan di masa depan.
96
Contoh Dongeng
By. Siti Atiyah
97
1. Asal-usul Danau Maninjau
98
bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi
ikan. Setelah itu, Giran dan Sani segera melompat ke dalam kawah.
99
semalam. Ternyata, Bandung Bondowoso menyanggupi. Dengan
pasukannya, ia nyaris berhasil membangun candi dalam semalam.
Pesan moral yang bisa dipetik adalah tidak ada pencapaian yang
dapat diraih dengan instan. Semuanya buth proses. Kemudian, jangan
lah berbuat buruk, kelak keburukan akan berbalik menimpa diri
sendiri.
100
Mengetahui pinangannya ditolak, Pangeran Empang Kuala naik
pitam karena rasa malu. Sang pangerang pun segera memerintahkan
para panglima dan prajuritnya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga
Tanjung. Ratu Cik Sima yang mengetahui hal itu segera melarikan
ketujuh putrinya kedalam hutan dan membekali mereka makanan yang
cukup untuk tiga bulan.
Pesan moral yang dapat diambil dari cerita ini adalah permusuhan
akan menimbulkan kerugian dan penyesalan. Selain itu, jangan terlalu
cepat mengambil keputusan disaat hati sedang penuh dengan amarah.
Putri itu bersedia menjadi istri Toba. Namun dengan syarat, Toba tak
boleh menceritakan asal-usulnya. Meereka akhirnya menikah dan
101
memiliki anak yang dinamai Samosir. Samosir tumbuh menjadi anak
laki-laki yang aktif tapi sayangnya sedikit nakal.
Pesan moral yang dapat diambil dari legenda Dana Toba adalah
jangan sekali-sekali melanggar janji yang sudah disepakati.
Suatu saat, gadis itu diajak ibunda pergi ke pasar yang jaraknya jauh
dari rumah. Mereka harus melewati desa-desa untuk mencapainya.
Lagi-lagi, gadis itu sibuk memamerkan kecantikannya di depan
masyarakat desa.
102
Tapi, begitu gadis nya berbohong berkali-kali, hatinya sakit. Kerja
keras dan keberadaannya seolah tak dianggap. Sampai akhirnya,
ibunda berhenti dan berdoa agar gadisnya diberi pelajaran.
Gadis itu kemudian merasa aneh, kakinya kaku dan terkejut melihat
kakinya berubah jadi batu. Rupanya ibunda mengutuknya. Baru
separuh badan menjadi batu, gadis itu memohon ampun. Tapi,sudah
terlambat. Sampai ia menangis-nangis, kutukan itu berlanjut. Hingga
jadi batu pun, air mata sang gadis masih berlinang.
Suatu hari, sang putri pergi mandi ditemani beberapa orang dayang-
nya disabuah kolam yang berada di belakang istana. Setelah beberapa
103
saat berendam, sang putri duduk di atas batu di tepi kolam sambil
membayangkan betapa bahagianya saat pernikahan nanti. Saat Sang
putri asyik mengkhayal, tiba-tiba angin bertiup kencang dan sebuah
ranting pohon yang ujung nya tajam mendadak jatuh tepat mengenai
hidungnya dan menjadi luka.
Pesan moral yang dapat di ambil dari kisah ini adalah berhati-hati
dengan permohonan. Hal apapun yang membuat kalian sedih , jangan
sampai bermoho untuk sesuatu yang buruk.
Takut jatuh miskin, Nyai Bagendit terkenal kikir dan tak ramah pada
warga sekitarnya. Kalua pun ada yang meminjam uang, Nyai Bagendit
memberikan bunga yang tinggi. Bahkan, ia pun trga meminta
104
suruhannya untuk perlakukan peminjam dengan kasar kalua utangnya
tak kunjung bayar.
Pesan nmoral yang dapat di ambil dari cerita legenda Situ Bagendit
adalah jangan kikir dan seringlah bersedekah. Harta yang dibawa
sampai mati adalah harta yang sia-sia.
105
Suatu hari ketika Sangkuriang hendak berburu bersama Tumang,
disuruhnya Tumang untuk mengejar babi betina Wayung, yang tak lain
adalah ibunya Dayang Sumbi. Karena tidak menuruti perintah
Sangkuriang, dibunuhlah si Tumang oleh Sangkuriang. Hati si Tumang
diambil oleh Sangkuriang dan diberikan kepada ibunya, Dayang Sumbi
untu dimasak dan disantap.
Dayang Sumbi awalnya takt ahu itu anaknya. Keduanya pun saling
suka. Tapi, begitu ia kenal dan sadar bahwa pria yang ingin
menikahinya adalah Sangkuriang, ia makin terkejut. Alhasil ia
memberikan satu syarat, Sangkuriang harus mampu membuat danau
dan perahu serta membendung sungai citarum dalam waktu satu
malam.
106
9. Kisah Malin Kundang
Alkisah hidup lah seorang bunda yang berprofesi sebagai nelayan. Ia
merupakan orang tua tunggal yang hidup bersama putra satu-satunya,
Malin Kundang. Penghasilan ibunda tidak lah cukup untuk memenuhhi
kebutuhan mereka.
Tak sabar, ibunda langsung bergegas menemui Malin. Tapi, apa yang
ia harapka tak sesuai kenyataan. Malin tahu itu ibunda, tapi tak mau
mengaku di depan istri nya karena malu ibunda kenakan pakaian lusuh.
Istrinya pun kebingungan karena Malin mengaku padanya kalua
ibunda sudah tiada.
Merasa sakit hati, ibunda Malin pun memngutuknya. Tak lama hujan
deras, permintaan ampun Malin tak lagi didengar. Ia pun berubah
menjadi batu.
107
Pada malam sebelum pesta, puti Julian bermimpi bertemu denan
seorang pemuda bernama Sutan Rumandung.
108
Foklor
By. Siti Haryani
109
1. Pengertian Folklor
110
2. Falklor Menurut para ahli
3. Ciri-ciri Folklor
111
d. Bersifat 112eraka, artinya pembuat sudah tidak diketahui lagi
orangnya.
4. Jenis-Jenis Folklor
112
dan bukan lisan. Adapun penjelasannya, sebagaimana mengutip
dari buku Sejarah: untuk Kelas 1 SMA oleh M. Habib Mustopo,
yakni sebagai berikut:
a. Folklor Lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact)
yang meliputi sebagai berikut:
113
• Peralatan dan senjata khas tradisional
• Makanan dan minuman khas daerah
• Obat-obatan rakyat
• Peralatan dan senjata khas tradisional
5. Fungsi Folklor
Terdapat empat fungsi 114 erakan 114 , meliputi hal-hal sebagai
berikut:
114
115
Perkembangan sastra lama di Indonesia mencakup berbagai periode
dan genre sastra yang telah berkembang sejak zaman kuno hingga
awal abad ke-20. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang
perkembangan tersebut beserta contoh karya-karya terkenal:
1. Zaman Kuno:
116
a. “Hikayat Hang Tuah”: Cerita tentang keberanian dan
kejujuran Hang Tuah, salah satu tokoh pahlawan Melayu yang
terkenal.
b. “Syair Ken Tambuhan”: Salah satu karya sastra Melayu yang
menggambarkan nilai-nilai moral dan ajaran Islam.
4. Zaman Kolonial:
117
6. Zaman Angkatan Pujangga Baru
118
DAFTAR PUSTAKA
119
PROFIL PENULIS
120
Catatan
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
121
122