Anda di halaman 1dari 122

KATA PENGANTAR

Dalam setiap putaran waktu, kebudayaan sebuah bangsa menjadi


cerminan kehidupan dan identitasnya. Di Nusantara yang kaya akan
warisan budaya, ada cerita-cerita lama yang tersembunyi dalam
lapisan-lapisan sejarah. Buku ini mengajak kita untuk menggali
kembali kekayaan sastra lama dalam kebudayaan Indonesia, untuk
merenungkan makna dan kebijaksanaan yang terkandung di
dalamnya.

Bukti kejayaan sastra lama Indonesia terletak pada kekuatan


bahasanya yang melambangkan kedalaman pemikiran dan
keindahan imaji. Di dalamnya terdapat penggambaran tentang
kehidupan sehari-hari, prinsip hidup, dan pergulatan batin manusia.
Melalui sastra lama, kita dapat menyelami masa silam yang
menceritakan kejayaan kerajaan, perjalanan spiritual, serta kehidupan
masyarakat pada zaman yang telah berlalu.

Buku ini merupakan upaya untuk menghidupkan kembali karya-karya


sastra lama Indonesia yang mungkin telah terlupakan oleh sebagian
besar generasi modern. Dalam pembacaan dan penghayatan
kembali karya-karya ini, kita dapat memahami arus pemikiran dan
nilai-nilai yang telah membentuk kebudayaan kita saat ini. Sehingga,
buku ini bukan hanya menjadi jendela ke masa lalu, tetapi juga
sebuah perjalanan untuk memahami diri kita sendiri.

1
Melalui penggalian dan pemahaman yang mendalam terhadap sastra
lama dalam kebudayaan Indonesia, semoga kita dapat mengenali
dan menghargai kearifan lokal serta melanjutkan tradisi kebudayaan
yang telah diwariskan kepada kita. Buku ini diharapkan dapat
memotivasi kita untuk menjaga, melestarikan, dan menghormati
warisan budaya kita yang tak ternilai harganya.

Marilah kita menjelajahi dunia sastra lama Indonesia dengan hati


yang terbuka. Semoga buku ini menjadi sumber inspirasi dan
wawasan baru bagi kita semua, untuk terus memperkaya kehidupan
dan menjaga keberlanjutan kebudayaan kita.

Akhirnya buku ini masih jauh dari kata sempurna. Kami


mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan buku ini

Tangerang Selatan, 06 Juni 2023

Penyusun

2
PENULIS NASKAH

1. Akmal Wahid Rabbani 221010700117


2. Alif Jaya Dirgantara 221010700245
3. Alimul Fadzli 221010700147
4. Diah Suhartini 221010700334
5. Difan Afrianto 221010700418
6. Elrica Reva Labiba Putri 221010700218
7. Hidayatulloh 221010700085
8. Ilhamal Diyansyah 221010700128
9. Juherni Isnanova 221010700411
10. Khansa Hani Zhahira 221010700103
11. Khofifah Tania 221010700111
12. Lintang Ahadiah Diarni 221010700110
13. Lisa Tasya 221010700142
14. Muhammad Rizki Darmawan 211010750054
15. Muhammad Rizqi Afriyana 221010700099
16. Priska Yuliantri 221010700201
17. Rangga Putra Prawira 221010700344
18. Rosdina Priyanti 221010700130
19. Sindy Pebriyana Dewi 221010700129
20. Siti Atiyah 221010700307
21. Siti Haryani 221010700314
22. Wina Siva Roptiani 221010700237

3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................1

PENULIS NASKAH ..............................................................................3

DAFTAR ISI ...........................................................................................4

Cerita Rakyat .......................................................................................6

Legenda .................................................................................................12

Dongeng ................................................................................................17

Periode Sastra ....................................................................................23

Mantra .....................................................................................................27

Sastra Lama Peralihan .....................................................................34

Sastra Lama Pengaruh Islam ........................................................40

Contoh Folklor ....................................................................................43

Perbedaan Sastra lama dan Modern ...........................................54

Jenis – jenis Syair .............................................................................52

Jenis Karya Sastra Lama ................................................................56

Hikayat ...................................................................................................59

Sastra Lama Pengaruh Hindu ........................................................64

Sejarah Perkembangan Mantra .....................................................67

Sejarah Sastra Lama ........................................................................76

Tahapan Analisis Sastra Lama ......................................................80

Gurindam................................................................................................83

Karya Sastra Lama ............................................................................86

Pantun .....................................................................................................93

Contoh dongeng ..................................................................................97


4
Folklor ....................................................................................................109

Perkembangan Sastra Lama di Indonesia ................................114

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................118

PROFIL PENULIS .................................................................................119

5
Cerita Rakyat
By. Akmal Wahid Rabbani

6
Cerita rakyat adalah sastra lisan yang telah dikenal sejak lama dan
sudah menjadi tradisi dalam masyarakat secara turun-temurun. Bisa
juga diartikan bahwa cerita rakyat merupakan kebudayaan besar yang
diwariskan turun-temurun. Cerita rakyat masih banyak dipercayai oleh
warga 7 erak suatu daerah. Tak jarang, cerita tersebut juga menjadi
acuan dalam kehidupan mereka.

Biasanya penyebaran cerita rakyat dilakukan secara turun-temurun,


yakni dari satu generasi ke generasi berikutnya. Cerita rakyat adalah
kebudayaan tradisional di lingkungan masyarakat, sudah dikenal sejak
lama, dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.

Cerita rakyat menurut para ahli, sebagai berikut:

• Menurut Sisyono dkk, cerita rakyat merupakan sebuah karya


sastra yang berkembang di kalangan masyarakat tradisional.
Cerita ini disebarkan dari mulut ke mulut dan biasanya identitas
pengarangnya tidak diketahui (7eraka).
• Menurut penyair Suripan Sadi Hutomo, ia mengartikan cerita
rakyat sebagai kisah yang diwariskan turun temurun dari
generasi lama ke generasi baru secara lisan. Cerita rakyat bisa
diartikan sebagai wujud ekspresi suatu budaya yang ada di
masyarakat melalui tutur, yang memiliki hubungan langsung
dengan aspek budaya dan nilai sosial masyarakat itu sendiri.
• Menurut Danandjaja (2002), ia mendefinisikan cerita rakyat
sebagai suatu bentuk karya sastra lisan yang lahir dan
berkembang dari masyarakat tradisional yang disebarkan dalam
bentuk 7erakan7 tetap dan di antara kolektif tertentu dari waktu
yang cukup lama dengan menggunakan kata klise.
• Menurut Hasim Awang (1985: 5), cerita rakyat ialah kesusastraan
yang lahir di kalangan rakyat. Pada lazimnya, cerita rakyat
merujuk kepada kesusastraan rakyat daripada masa lampau, yang
telah menjadi warisan kepada sesuatu masyarakat. Cerita rakyat
adalah 7erakan7 daripada kehidupan budaya bagi masyarakat
lama.
• Menurut Liaw Yock Fang (1982: 1), cerita rakyat adalah sastra
yang hidup di tengah-tengah rakyat. Cerita rakyat dituturkan oleh

7
ibu kepada anaknya dalam buaian, atau tukang cerita kepada
penduduk kampung yang tidak tahu membaca dan menulis.
Cerita-cerita semacam ini diturunkan secara lisan, dari generasi
8erakan generasi yang lebih muda. Sastra lisan hidup dan
berkembang di kampung-kampung. Jadi, dapat dipastikan bahwa
lahirnya sastra lisan lebih dahulu dari pada sastra tertulis yang
rata-rata berkembang di istana.
• Menurut The Freencyclopedia (2006 :12), saat ini, cerita-cerita
rakyat tidak hanya merupakan cerita yang dikisahkan secara lisan
dari mulut ke mulut dan dari generasi ke generasi berikutnya,
akan tetapi telah banyak dipublikasikan secara tertulis melalui
berbagai media.

Ciri khusus cerita rakyat yang membedakannya dengan karya sastra


lainnya adalah penyebarannya. Cerita rakyat disebarkan dari mulut ke
mulut. Sehingga karakteristik ceritanya tidak memiliki sumber asli.
Selain itu, cerita rakyat sering kali hanya disampaikan secara lisan, dan
tidak ditulis dalam buku atau catatan. Dengan demikian, para penutur
cerita hanya mengandalkan ingatan saja. Terkadang jika mereka lupa,
ada yang menambahkan beberapa bagian untuk melengkapinya.
Berikut merupakan ciri-ciri dari sebuah cerita rakyat:

1. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yakni dari


mulut ke mulut
2. Bersifat tradisional dan menyebar setidaknya di dua generasi
3. Memiliki banyak versi karena menyebar secara lisan
4. Sifatnya 8eraka karena penciptanya tidak diketahui
5. Menjadi milik cerita 8erakan dalam suatu masyarakat
6. Umumnya bersifat polos dan spontan.

Unsur 8erakan88 dalam suatu cerita rakyat antara lain yaitu:

1. Tema, merupakan pokok dari pemikiran yang menjadi jiwa dan


dasar pada suatu cerita.
2. Alur/Plot, adalah rangkaian peristiwa yang dibuat dan dijalin
secara teliti guna membentuk suatu cerita dalam hubungan sebab
akibat. Pada dasarnya, alur dibedakan menjadi alur maju dan
mundur.

8
3. Setting/Latar cerita, merupakan gambaran mengenai suasana,
tempat, dan waktu 9 eraka terjadinya peristiwa tersebut, latar
cerita ini meliputi:
4. Waktu (dahulu kala, siang, tahun … dan sebagainya)
5. Tempat (di rumah, di taman, di kantor dll).
6. Suasana (sepi, sedih, gaduh dll).
7. Penokohan, meliputi penciptaan, penentuan, citra/gambar (biasa
berupa gambaran sifat atau watak tokh/pelaku).
8. Sudut pandang, adalah bagaimana cara pandang si pengarang
9eraka menceritakan suatu cerita.
9. Gaya bahasa pengarang.
10. Amanat, biasanya berupa gagasan yang mendasari cerita, serta
mengandung pesan dan nasihat yang ingin disampaikan oleh si
penulis/pengarang kepada pembaca.

Unsur ekstrinsik dalam cerita rakyat merupakan 9eraka-faktor


yang berada di luar isi cerita itu sendiri, namun mempengaruhi
pengaruh, interpretasi, dan nilai cerita tersebut. Berikut adalah
beberapa unsur ekstrinsik dalam cerita rakyat:

1. Konteks Sejarah dan Kebudayaan


Cerita rakyat terbentuk dalam konteks sejarah dan kebudayaan suatu
masyarakat. Unsur-unsur sejarah seperti peristiwa bersejarah,
kondisi sosial-politik, dan kehidupan masyarakat pada masa lampau
mempengaruhi narasi dan tema cerita rakyat.

2. Pengaruh Lingkungan

Lingkungan geografis dan alam sekitar juga memainkan peran


penting dalam cerita rakyat. Keadaan alam, seperti gunung, sungai,
dan hutan, sering kali menjadi setting penting dalam cerita rakyat,
dan karakter-karakter dalam cerita dapat terpengaruh oleh hubungan
mereka dengan alam tersebut.

9
1. Agama dan Kepercayaan

Unsur agama dan kepercayaan tradisional juga dapat ditemukan


dalam cerita rakyat. Nilai-nilai spiritual, mitos, dan 10eraka-simbol
agama sering kali menjadi elemen penting dalam cerita rakyat,
mencerminkan keyakinan dan praktik keagamaan masyarakat yang
menceritakan cerita tersebut.

2. Fungsi Sosial

Cerita rakyat sering kali memiliki fungsi sosial yang kuat. Mereka
dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai moral, etika, dan
norma-norma sosial kepada generasi muda. Selain itu, cerita rakyat
juga dapat memperkuat identitas budaya suatu komunitas dan
mempererat ikatan sosial antaranggota masyarakat.

5. Pengaruh Budaya Lisan

Sebagian besar cerita rakyat disampaikan melalui tradisi lisan, di


mana cerita-cerita ini diteruskan dari mulut ke mulut dari generasi ke
generasi. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik seperti gaya penceritaan,
ritme, dan penggunaan bahasa dalam cerita rakyat dipengaruhi oleh
budaya lisan dan tradisi lisan yang ada di masyarakat tersebut.

3. Pengaruh Perkembangan Media

Dalam era modern, perkembangan media seperti buku, film, dan


internet juga mempengaruhi interpretasi dan penyebaran cerita
rakyat. Penyampaian cerita rakyat melalui media ini dapat
mempengaruhi cara masyarakat mengakses dan memahami cerita,
serta mengubah cara cerita tersebut disampaikan.

10
Macam – Macam Cerita Rakyat

• Epos: cerita kepahlawanan. Contohnya, “Mahabarata” dan


“Ramayana”.
• Cerita Jenaka: menceritakan kebodohan atau memiliki unsur
humor. Contohnya, “Pak Pandir”, dan “Si Kabayan”.
• Paralel: Memiliki tokoh manusia dan hewan. Contohnya, “Semut
dan Belalang”.
• Parabel: menggambarkan cerita moral dengan para tokoh benda
mati, seperti “Kisah Sepasang Slop”.
• Fabel: memiliki tokoh 11erakan11 yang berperilaku layaknya
manusia, contohnya kisah “Kancil yang Cerdik”.
• Legenda: menceritakan tentang asal-usul lahirnya suatu tempat.
Contohnya, cerita “Asal Usul Banyuwangi”.
• Mite: memuat cerita dewa-dewi atau bersifat 11eraka dan penuh mistis,
seperti kisah “Dewi Sri dan Nyai Roro Kidul”.
• Sage: cerita rakyat ini mengandung unsur sejarah, misalnya “Ciung
Wanara”, dan “Roro Jonggrang”.

11
Legenda
By. Alif Jaya Dirgantara

12
1. Pengertian Legenda
Legenda memiliki beberapa pengertian. Secara umum, legenda
adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh pemilik cerita
sebagai suatu kejadian asli dan pernah benar-benar terjadi.
Legenda bersifat sekuler (keduniawian) dan terjadi pada masa
yang belum lampau sehingga bertepatan di dunia yang kita kenal
sekarang. Selain itu, tokoh dari cerita rakyat legenda adalah
manusia dengan sifat luar biasa serta sering kali dibantu dengan
makhluk-makhluk 13erak.

Menurut Dananjaya (1984), legenda sering kali dipandang sebagai


“sejarah” kolektif (folk history), walaupun “sejarah” itu tidak
tertulis dan telah mengalami distorsi sehingga dapat jauh berbeda
dari cerita aslinya. Pengertian tersebut didukung oleh pernyataan
Rukmini (2009), yang menyimpulkan bahwa legenda memang erat
dengan sejarah kehidupan di masa lampau meskipun tingkat
kebenarannya sering kali tidak bersifat murni, melainkan bersifat
semi historis.
2. Ciri-Ciri Legenda
Mengutip situs repositori.unsil.ac.id, ciri-ciri legenda dapat dilihat
dari perbedaannya dengan jenis cerita rakyat lain. Berikut
daftarnya.
a. Terjadi di alam nyata.
b. Karakteristik yang seolah-olah benar ada.
c. Tokoh legenda adalah rakyat biasa dengan makhluk
supranatural.
d. Sejarah kolektif tidak bersifat murni atau berbeda dengan
sejarah aslinya.
e. Menceritakan asal-usul sebuah tempat, mulai dari nama
hingga bentuk tempatnya.

3. Jenis-Jenis Legenda
Berdasarkan pernyataan Brunvand yang dilansir situs
respository.unpas.ac.id, Legenda terbagi menjadi empat jenis.

13
Mulai dari legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda
perseorangan, dan legenda setempat. Berikut pembahasannya.

a. Legenda Keagamaan (Religious Legend)


Legenda keagamaan adalah legenda yang kisahnya
berhubungan dengan kehidupan keagamaan. Legenda ini
menceritakan tentang orang-orang suci seperti legenda
Nasrani, legenda Makam Pangeran Panggung, dan legenda
Wali Sembilan atau Wali Songo.

b. Legenda Alam Gaib (Supernatural Legend)


Legenda alam gaib adalah cerita rakyat yang berhubungan
dengan mahluk-mahluk ghaib atau supernatural. Legenda
alam ghaib menceritakan suatu kepercayaan terhadap alam
ghaib seperti legenda Nyi Roro Kidul Sang Penguasa Pantai
Selatan.

c. Legenda Perseorangan (Personal Legend)


Sementara legenda perseorangan merupakan kisah hidup
seseorang yang berakhir dengan kematian ataupun tidak.
Legenda ini sangat erat kaitannya dengan kisah percintaan,
pengabdian, penipuan, hingga peperangan.

d. Legenda Setempat (Local Legend)


Terakhir, legenda setempat adalah cerita yang mengisahkan
asal usulnya nama sebuah tempat. Selain nama tempat,
legenda jenis ini juga mengisahkan asal usul bentuk tempat
seperti bukit, dataran, berjurang, dan lainnya.

14
4. Struktur Cerita Legenda
Struktur legenda adalah struktur cerita yang membentuk
unsur satu dengan unsur lain dalam memahami totalitas makna
cerita secara utuh. Struktur teks cerita rakyat mencakup
orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Dikutip dari jurnal situs
ejournal.undiksha.ac.id, berikut pembahasannya.
a. Orientasi
Struktur cerita legenda pertama adalah orientasi. Orientasi
merupakan bagian pendahuluan dalam cerita legenda yang
umumnya menceritakan beberapa konsep antara lain seperti
waktu, tempat, dan tokoh dari isi cerita.
b. Komplikasi
Kedua, komplikasi merupakan gambaran mengenai waktu, tokoh,
dan tempat dari isi cerita legenda. Biasanya dalam komplikasi
juga berisikan puncak masalah atau konflik yang dihadapi oleh
tokoh dalam cerita legenda.
c. Resolusi
Resolusi adalah suatu pemaparan bagaimana jalan keluar yang
dihadapi tokoh dalam cerita tersebut. Resolusi memuat solusi
yang diambil tokoh dalam cerita legenda saat menyelesaikan
masalah atau konfliknya.
d. Koda
Terakhir ada koda, struktur paling akhir dalam cerita rakyat
legenda. Koda memuat pesan moral atau amanat untuk
pendengar sebagaimana dilihat dalam cerita rakyat.
Unsur-Unsur Cerita Legenda
Dalam pembentukan cerita selain struktur, legenda memiliki
unsur pembangun cerita yang dibagi menjadi dua unsur, yaitu
unsur 15erakan1515 dan unsur ekstrinsik. Berikut pembahasan
yang dilansir dari situs siat.ung.ac.id mengenai kedua unsur cerita
legenda.

15
5. Unsur Intrinsik
Unsur 16erakan1616 ini terdiri dari tema, plot, tokoh, dan
penokohan. Keempat unsur ini sangat penting untuk membangun
kisah karena asalnya dari dalam cerita itu sendiri, terutama plot
yang membuat alur cerita lebih jelas dimengerti.
6. Unsur Ekstrinsik
Sementara untuk unsur ekstrinsik terdiri atas aspek
16erakan1616n, agama, ekonomi, dan sosial budaya. Unsur
ekstrinsik biasanya berasal dari latar belakang penulisan cerita
dan kondisi saat cerita tersebut ditulis.

16
Dongeng
By. Alimul Fadzli

17
1. Pengertian Dongeng

Dongeng adalah bentuk sastra lama yang menceritakan


tentang suatu kejadian yang luar biasa terjadi diluar nalar
manusia dengan penuh fantasi dan khayalan atau fiksi. Dongeng
dianggap oleh masyarakat sebagai sesuatu hal yang tidak benar-
benar terjadi di dunia nyata. Berdasarkan KBBI, dongeng adalah
sebuah cerita yang tidak benar-benar terjadi , terutama kejadian
pada zaman dahulu yang aneh-aneh. Bisa disimpulkan bahwa,
dongeng merupakan cerita rakyat yang fiktif atau khayalan
dengan tema-tema yang imajinatif dan seringkali tidak masuk
akal.

Cerita dongeng dapat dikaitkan dengan kepercayaan


masyarakat pada sesuatu yang bersifat supranatural dan
diimplementasikan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Dongeng biasanya melibatkan kejadian luar biasa yang membuat
pembaca ikut merasakan suasana yang terjadi di dalam cerita.

Kebanyakan cerita dongeng, baik itu lisan maupun tulisan,


tidak dapat diketahui siapa pengarangnya . Hal ini dikarenakan
banyak dongeng yang merupakan cerita turun temurun dari
nenek moyang. Maka dari itu, dongeng diajukan sebagai sastra
lama yang sudah ada dari zaman dahulu.

Cerita dongeng memang terkesan sebagai kejadian nyata yang


benar-benar terjadi, padahal dongeng hanyalah fiksi yang
imajinatif. Walaupun termasuk cerita khayalan, dongeng tetap
menjadi hiburan yang menyenangkan dan memberi banyak
dampak positif bagi anak karena banyak memuat pesan moral.

2. Pengertian Dongeng Berdasarkan Para Ahli

Berikut adalah beberapa pengertian berdasarkan para ahli


yang perlu untuk Anda ketahuinya, antara lain:

4. Menurut James Danandjaja

James Danandjaja, menyatakan bahwa dongeng merupakan


suatu cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh

18
empu cerita. Dongeng ini pyla tidak terikat oleh suatu tempat
atau waktu. Sebab dongeng diceritakan untuk menghibur.

5. Menurut Poerwadarminta

Berdasarkan Poerwadarminta, menyatakan bahwa dongeng


merupakan cerita mengenai kejadian zaman dahulu yang aneh
atau cerita yang tidak benar terjadi. Dongeng diceritakan khusus
untuk menghibur meskipun banyak pula yang menggambarkan
mengenai kebenaran, berisi mengenai pelajaran atau moral dan
bahkan sindiran. Pengisahan dongeng mengandung harapan,
keinginan, dan nasihat baik yang tersirat dan tersurat.

6. Charles Perrault

Berdasarkan Charles Perrault, menyatakan bahwa dongeng


merupakan suatu cerita pendek tentang petualangan khayalan
dengan situasi dan tokoh gaib dan luar biasa.

3. Fungsi dan Manfaat Dongeng

Fungsi utama dari dongeng adalah sebagai sarana hiburan bagi


para pendengar dan pembacanya. Namun, dongeng juga memiliki
tujuan untuk mewariskan nilai-nilai dan pesan moral yang
diyakini masyarakat pada masa itu.

4. Unsur-unsur Dongeng
a. Tema:gagasan atau ide utama dari cerita dongeng
b. Latar: keterangan suasana waktu dan ruang terjadinya suatu
peristiwa
c. Alur: peristiwa yang terjadi pada dongeng
d. Tokoh: pelaku yang ada pada dongeng
e. Penokohan: penampilan dan watak dari tiap tokoh yang ada di
dalam cerita
f. Amanat: pesan moral yang ingin disampaikan pada pembaca
atau pendengar

19
5. Jenis-jenis Dongeng

a. Fabel

Fabel adalah cerita dongeng yang tokoh utamanya 20erakan20


tetapi memiliki watak dan perilaku seperti manusia. Fabel sering
ditemukan pada kisah dongeng antara hewan, misalnya di hutan
atau tempat-tempat lainnya.

Contoh fabel: Si Kancil, Burung Gagak yang Cerdik, Kancil dan


Buaya, Semut dan Belalang, Persahabatan Kelinci dan Monyet,
Kura-Kura dan Kancil, dan sebagainya.

b. Legenda

Legenda merupakan cerita rakyat yang ada di kehidupan


masyarakat dan berhubungan tentang suatu peristiwa . Peristiwa
dalam cerita rakyat tersebut dapat melahirkan suatu asal usul
suatu tempat, suatu nama daerah, atau hal-hal yang berkaitan
dengan alam dan lingkungan sekitar .

Contoh legenda: Tangkuban Perahu, Legenda Danau Toba, Batu


Menangis, Candi Prambanan (Roro Jonggrang), Sangkuriang, dan
sebagainya.

c. Mite atau Mitos

Mite atau yang lebih dikenal dengan mitos adalah jenis dongeng
yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap hal
yang tidak masuk akal. Biasanya, ceritanya akan berhubungan
dengan makhlus halus, dewa-dewi, atau hal gaib lainnya.

Contoh tungau: Nyi Roro Kidul, Laweyan, Joko Tarub, dan


sebagainya.

d. Bijak

Sage adalah dongeng yang ceritanya mengisahkan tentang


sejarah dari tokoh tertentu yang memiliki kebaikan, keberanian,
kesaktian, dan kepahlawanan. Sage mengandung unsur sejarah
yang telah bercampur dengan cerita fantasi rakyat.

20
Contoh bijak: Panji Laras, Calon Arang, Si Pitung, Lutung
Kasarung, Airlangga, dan sebagainya.

e. Parabel

Parabel adalah cerita yang mengandung nilai-nilai


21 erakan 2121 n, baik itu 21 erakan 2121 n agama, moral, atau
21erakan2121n secara umum yang disampaikan secara tersirat.

Contoh 21erakan: Sepasang Selop Putih, Damarwulan, Hikayat


Bayan Budiman, Malin Kundang, dan sebagainya.

f. Jenaka

Dongeng jenaka atau lelucon adalah cerita lucu yang diperankan


oleh tokoh-tokohnya.

Contoh jenaka: Si Kabayan, Pan Balang Tamak, Singa Rewa, dan


sebagainya.

g. Dongeng biasa

Selain jenis-jenis di atas, ada juga dongeng yang biasa


diceritakan. Dongeng ini memuat cerita suka duka dan impian
seseorang.

Contoh dongeng biasa: Bawang Putih dan Bawang Merah,


Cinderella, Ande-ande Lumut, dan sebagainya.

6. Ciri-ciri Dongeng

a. Ceritanya singkat
b. Kalimat pembuka umumnya diawali dengan: “pada zaman dulu,
pada masa lalu, alkisah, pada suatu hari, dan sebagainya”
c. Memiliki alur yang sederhana
d. Karakter atau tokoh di dalam cerita biasanya tidak disampaikan
dengan rinci
e. Ada dua tokoh dengan watak yang berlawanan, yaitu baik dan
jahat
f. Ditulis dengan gaya penceritaan lisan
g. Bersifat fiktif atau khayalan

21
h. Ada versi yang berbeda-beda karena cara penyebarannya dari
mulut ke mulut
i. Mengandung pesan moral yang dapat dipelajari oleh pembaca
atau pendengar
j. Tidak diketahui dengan pasti siapa pengarangnya

22
Periode Sastra
By. Diah Suhartini

23
Periodisasi Sastra adalah pembagian kesusastraan berdasarkan masa
atau zamannya yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Berikut periodisasi
sastra Indonesia yang dibuatoleh berbagai ahli sastra:

1. Simorangkir-Simanjuntak berpendapat bahwa periodisasi sastra


adalah sebagai berikut:
a) Masa lama atau purba (sebelum datangnya pengaruh
hindu).
Generasi awal suatu bangsa disebut masyarakat purba atau
24 erakan 2424 merupakan suatu masyarakat yang
kehidupannya masih sangat sederhana. Pada jaman tersebut
pendududuknya belum memikirkan dan membutuhkan
kebutuhan pokok. Pada jaman purba bangsa Indonesia sudah
mempercayai adanya kekuatan kekuatan gaib diluar diri
manusia. Misalnya: kepercayaan adanya roh roh jahat yang
dapat menggangu ketentraman hidup manusia,atau roh nenek
moyang yang melindungi anak cucunya serta percaya benda
benda alam yang memiliki kekuatan dahsyat seperti:
batu,gunung, laut,pohon dan sebagainya. Atas dasar itu
lahirlah karya sastra yang erat kaitannya pada masa itu.
Contoh: sastra berupa doa-doa.
b) Masa hindu-arab (mulai dari pengaruh hindu sampai
kedatangan agama islam, sampai kedatangan orang
asing).
Masuknya ajaran Hindu Budha ke 24 erakan 2424
membawa perubahan besar terhadap perkembangan sastra
melayu. Pengaruh sastra Hindu Budha melahirkan dongeng
dongeng yang bersumber dari klasik India.

24
• Pada waktu itu Pujangga di anggap sebagai orang suci
mendapat julukan empu.
• Mereka menulis atas kehendak raja atau atas kehendak
sendiri yang hasilnya di persembahkan sebagai hadiah
buat raja.
Pujangga dan hasil karyanya antara lain:
a. Empu Tantular dengan hasil karya: Arjuna Wiwaha dan
Sutasoma yang ditulis pada masa Majapahit.
b. Empu Prapanca dengan hasil karyanya Nagara
Kartagama,yang ditulis pada masa Majapahit.
c. Hasil karya berbentuk kitab contoh: Nagara Kartagama,
Kitab Weda, Kitab Arjuna Wiwaha, serta Pararaton.

c) Zaman islam
Islam masuk ke nusantara pada abad ke 7 maschi melalui
para pedagang dari Jazirah Persia. Cina, serta India. Bahasa
yang mereka gunakan adalah bahasa Melayu. Pada masa ini
muncul pujangga-pujangga bernapaskan islam dan sangat
terkenal karya karyanya berupa syair dan prosa.
d) Zaman 25erakan25 (zaman peralihan)
e) Masa baru (dari zaman Abdullah bin abdul kadir
Munsyi, hingga perang dunia ke-II).
f) Masa mutakhir (dari tahun 1942 sampai sekarang)

2. Nj. Nursinah Supardo, menurutnya periodisasi sastra dibagi


menjadi
a) Angkatan Abdullah atau zaman peralihan

25
b) Angkatan balai 26erakan
c) Angkatan pujangga baru
d) Angkatan Jepang
e) Angkatan 45
3. Zuber Usman, B.A. 26erakan26 periodisasi sebagai berikut:
a) Kesusastraan lama
b) Zaman peralihan

4. Sabaruddin Ahmad, B.A. membuat pembagian sebagai berikut: 1)


Sastra 26erakan26 lama yang dibedakan atas:
a. Zaman dinamisme (masa pra sejarah)
b. Zaman hinduisme (masa pengaruh hindu)
c. Zaman islamisme (masa masuknya islam ke Indonesia)

5. Drs. Nugroho Sotosusanto membagi kesusastraan 26erakan2626


berdasarkan sejarahnya sebagai berikut:
a. Sastra melayu lama
b. Sastra Indonesia modern, yang dibagi atas :
1. Masa kebangkitan (1920-1945)
i. Periode 1920
ii. Període 1933
iii. Periode 1945
2. Masa perkembangan (1945 hingga sekarang) dibagi pula
atas:
i. Periode 1945
ii. Periode 1950

26
Mantra
By. Difan Afriyanto

27
Mantra adalah susunan kata atau kalimat khusus yang isinya
mengandung kekuatan gaib, dan susunan kata berisi puisi dengan
memiliki rima dan irama biasanya mantra ini sering digunakan oleh
dukun, atau pawang untuk menandingi kekuatan ghaib. Persamaan
mantra dalam bahasa melayu adalah jampi, 28 eraka, tawar, sembur,
cuca, puja, seru dan tangkal. Ciri khusus yang membedakan antara
mantra dengan puisi yaitu sifatnya yang esoferik (bahasa khusus
pembicara dengan lawan bicara yang misterius). Mantra dijadikan
sebagai budaya yang ada sejak jaman dahulu (jaman nenek moyang).
Mantra ini digolongkan ke dalam golongan bahasa berirama,
sedangkan bahasa berirama ini termasuk jenis puisi lama. Dalam
bahasa berirama itu, irama bahasa sangat dipentingkan, terutama
dalam mantra diutamakan sekali irama yang kuat dan teratur untuk
membangkitkan tenaga gaih. (alisjahbana, 1952, h.92).

Mantra berasal dari bahasa sansekerta yaitu mantra atau manir


yang merujuk pada kata-kata yang berada di dalam kitab veda, yaitu
kitab suci umat hindu. Mantra adalah kumpulan kata-kata yang
dipercaya mempunyai kekuatan mistis dan ghaib. Mantra juga
termasuk dalam puisi lama atau tua, yang pada masyarakat melayu
bukan dianggap sebagai sebuah karya sastra, tetapi lebih berhubungan
dengan adat dan istiadat kepercayaan.

Ciri-ciri mantra ialah terdiri atas beberapa rangkaian kata yang


memiliki irama, isi dari mantra berhubungan dengan kekuatan ghaib,
yang isi konsepnya menggambarkan kepercayaan suatu masyarakat
pada saat itu, mantra dibuat dan diamalkan untuk tujuan tertentu.
Mantra didapat secara ghaib seperti diwarisi dari perguruan yang
diikuti, mantra juga mengandung rayuan dan perintah, didalam mantra
terdapat kecenderungan 28 erakan28 atau khusus pada setiap kata-
katanya, mantra mementingkan keindahan permainan bunyi. (aziz,
2018)

Riyono (2009) berpendapat bahwa pada intinya fungsi dari mantra


yang masyrakat jawa lestarikan dan gunakan adalah bentuk
penghormatan pada leluhur atau nenek moyang, dan memohon
keberkahan disetiap harinya. Semisal, meminta berkah atas hasil

28
panen agar berlimpah, meminta berkah atas rezeki yang didapat, dan
memohon berkah atas bumi yang ditinggali.

Di 29 erakan 2929 , banyak sekali daerah-daerah yang masih


menggunakan mantra sebagai bagian dari budaya juga adat istiadat.
Ada yang digunakan pada upacara kematian, upacara pernikahan, dan
ada pula pada upacara keagamaan. Berikut merupakan beberapa
daerah yang masih menggunakan mantra yaitu: tanah toraja. Kota
barus (kabupaten tapanuli tengah), banten. Kalimantan. Sumatera,
kepulauan riau, jawa barat. Jawa timur, jawa tengah.

Macam-macam juga tradisi yang ada di negeri ini, saking


beragamnya tidak akan mengetahui lebih jauh jika tidak 29eraka dan
menyaksikan segala proses tradisi adat istiadat tersebut secara
langsung. Contoh saja ditanah toraja yang menggunakan mantra pada
tradisi menghormati orang yang sudah meninggal. Kemudian kota
barus yang menggunakan mantra untuk upacara pernikahan didaerah
tersebut. Ada lagi di kota banten yang sudah sangat terkenal dengan
mantra “kebal” yang dimiliki daerah tersebut. Yang paling
menyeramkan yaitu daerah pulau 29erakan2929n, sumatera, dan riau
yang menggunakan mantra hingga saat ini untuk santet dan 29eraka
sakti. Namun yang sangat menarik perhatian penulis adalah daerah
tanah jawa terutama jawa kuno dengan berbagai macam mantra yang
terus-menerus digunakan sebagai warisan budaya di kota tersebut.
Pada jaman kuno, jawa yang mengalami proses masuknya agama
hindu-budha terbesar menjadikan jawa sangat beragam dari mulai
sejarah peninggalan arkeologinya, sejarah budaya, dan sejarah mantra-
mantra saktinya.

Budaya jawa dikatakan orang sebagai edi-peni dan adi-luhung, yang


telah terbina berabad-abad lamanya, dalam penampilan atau
penyuguhannya pun tercermin dalam bentuk 29eraka-simbol budaya
jawa. Orang 29 erakan29 mendahulukan perasaannya, mereka selalu
bergulat dengan kalbu atau suara hati

Dan jiwanya, agar menjadi orang pintar dalam menangkap maksud


yang tersembunyi atau disembunyikan, dengan selalu berusaha

29
menahan hawa nafsunya. Sehingga dapat menangkap sesuatu yang
tersembunyi dengan sebenar-benarnya.

Hal tersebut secara sederhana memaparkan dengan jelas, dan dapat


dimengerti secara tepat meski oleh orang awam. Dapat dikatakan hal
tersebut sudah mencerminkan keseluruhan dasar konsep berpikir
orang jawa, yang menunjukan bahwa perasaan memegang peranan
utama disamping jiwa dan akal yang disebut cipta, rasa, dan karsa.
(herususanto, 2008, h. 137-138)

Mantra-mantra pada jaman jawa kuno ini dipercaya masyarakat


bahwa terhubung langsung pada leluhur dan itu semua sudah
dipercaya sejak jaman nenek moyang di masyarakat jawa. Mulai dari
mantra sakti awet muda, perjodohan, 30eraka, santet. Hingga mantra
sakti pembuat kebal. Sebenarnya mantra-mantra dulunya adalah do’a
atau pepujian biasa pada umumnya. Hanya dikenal sangat sakti dan
dapat dikabulkan secara langsung. Pada jaman kuno leluhur jawa tidak
dibuat untuk mengguntungkan pribadi masing-masing, maksud dan
tujuan leluhur adalah untuk kepentingan 30erakan demi kemakmuran
dan kesejahteraan anak-anak keturunan jawa dimasa depan. Mantra
yang dipanjatkan adalah agar dijauhkan dari segala macam 30 erak
buruk yang sudah diperhitungkan akan 30 eraka dimasa yang depan
menurut perhitungan pada jaman itu. Akan tetapi, akibat keserakahan
suatu kaum yang mementingkan keinginan pribadi, mulai timbulah
kekacauan dan kutukan akibat pembacaan mantra. Semisal melakukan
30eraka pada orang yang disukai, lalu meminta awet muda bagi kaum
30eraka agar tetap cantik dan tidak terlihat tua dimata lawan jenisnya,
kemudian sebutan ilmu kebal (kuat dan sakti) yang diinginkan banyak
orang agar dapat melakukan berbagai hal secara bebas tanpa takut
akan terkena musibah, oleh karena itu para leluhur akhirnya
menjadikan beberapa mantra menjadi sangat rahasia yang disimpan
secara apik ditempat yang tidak diketahui selain oleh keluarga
kerajaan. Beberapa ahli mencoba menelusuri dan melakukan riset ke
berbagai tempat, guna menemukan beberapa

Tempat yang dianggap 30 eraka, untuk melakukan upacara


pembacaan mantra sakti (mantra rahasia) jawa kuno. Masyarakat jawa

30
kuno sangat mempercayai mantra-mantra sebagai bagian budaya juga
adat istiadat untuk menghormati para ieluhur. Apalagi untuk
masyarakat pedalaman yang masih belum terkena imbas teknologi
modernisasi, ritual upacara kebudayaan dijadikan peringatan yang
dilakukan setiap tahun bahkan setiap bulan. Karena mantra
merupakan ciri khas jawa dan kebudayaan leluhur yang tidak bisa
dipisahkan dari tanah jawa. Oleh karena itu baik kiranya, untuk
masyarakat luar jawa mengetahui dan juga melihat mantra-mantra
rahasia jaman kuno ini dijaman modern sekarang untuk ikut
melestarikan budaya juga menjaga kerahasiaan agar sesuatu yang
rahasia akan tetap rahasia.

Orang jawa kuno yang mempercayai mantra dibagi menjadi dua


golongan yaitu. Kejawen dan abangan. Mantra-mantra rahasia
menggambarkan sebuah do’a untuk mengusir atau meminta dijauhkan
dari setan, iblis dan roh jahat. Orang jawa kuno percaya bahwa mantra-
mantra ini adalah merupakan do’a yang ditunjukan untuk sabdo palon
(raksasa bermuka seram yang selalu menolong orang-orang dari
gangguan setan, iblis dan roh jahat). Saat masuknya penyebaran agama
di jawa, masyarakat tetap memegang pesan leluhur agar tidak
meninggalkan budaya dan adat kebiasaan sejak jaman kuno, oleh
karena itu munculah istilah kejawen. Kejawen (bahasa jawa kejawen)
adalah sebuah kepercayaan yang terutama dianut dipulau jawa dan
oleh suku jawa. Kejawen hakikatnya adalah suatu ajaran yang melekat
berdampingan dengan agama. Dari naskah-naskah kuno, kejawen tidak
menegaskan ajarannya sebagai suatu agama meskipun memiliki laku.
Namun pada dasarnya sejak dulu kejawen mengakui ke esaan tuhan.

Salah satu contoh kasus penggunaan mantra pada upacara kematian


merupakan persembahan dihari terakhir sanak saudara bisa
mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Disetiap agama upacara untuk kematian ini berbeda-beda tata cara dan
do’anya. Akan tetapi ada beberapa daerah yang menggunakan mantra
sebagai pepujian atas persembahan untuk orang yang sudah
meninggal.

31
Setiap orang yang meninggal dunia harus diupacarai sesuai dengan
ajaran agamanya masing-masing, namun ada yang ditambahkan
dengan mantra pepujian meminta agar dimudahkan dalam
pengangkatan roh suci orang yang meninggal tersebut. Kemudian
penggunaan mantra pada upacara pernikahan, mantra biasanya
diucapkan sebagai janji kedua belah pihak mempelai yang akan terus
berpacu dengan janji sehidup semati hingga keturunan yang tidak ada
batas akhirnya. Selain kedua mempelai yang membacakan mantra-
mantra, hal tersebut dibacakan dan diucapkan pula oleh sanak
keluarga sebagai bagian dari doa restu untuk kedua mempelai.
Terutama untuk masyarakat jawa kuno, mantra ini digunakan sebelum
tersebarnya ilmu agama ditanah jawa. Sehingga 32 erakan 32
masyrakat belum banyak yang mempelajari kitab-kitab yang diajarkan
oleh tuhan. Lalu ada pula yang digunakan untuk upacara adat
keagamaan jaman jawa kuno seperti kegiatan kebiasaan yang
dilakukan oleh beberapa daerah. Tapi di jaman kuno dimana belum
masuknya agama maka adat istiadat dari nenek moyang sangatlah
penting terutama bagi masyarakat yang percaya pada sabdo palon.
Maka adat kejawaan seperti malam kliwon dan kegiatan lainnya
menggunakan budaya jawa dengan ditambah mantra-mantra terutama
meminta dijauhkan dari marabahaya. (dr. Riana 2018)

Mengenai mantra yang kuat dan kental dengan budaya leluhur, maka
pembacaan mantra pun menggunakan sebuah aturan. Tata cara (ritual)
membacakan mantra untuk leluhur yaitu, seperti tempat dibacakannya
mantra tersebut, waktu yang tepat menurut hitungan jawa kuno,
menyiapkan sesajen yang diharuskan mengikuti arahan juru kunci, lalu
untuk harinya disesuaikan menurut hitungan jawa, untuk
membacakan mantra tersebut. Bahkan sebelum dilafalkannya. Mantra
tersebut, dukun atau cenayang dan pembaca diwajibkan untuk
berpuasa dengan hari dan lamanya waktu berpuasa yang berbeda
tergantung dari mantra yang dibacakan. Setelah dibacakannya mantra
rahasia, masyarakat meyakini bahwa dukun atau cenayang dan
pembaca mantra tersebut dibawa 32 erakan gaib, berdiskusi demi
mendapat kesepakatan atas sesumpah atau pepujian yang diinginkan
untuk dikabulkan. Jika seluruh aturan dijalankan dengan sesuai maka

32
Tinggal menunggu hasilnya saja, akan tetapi jika didalam hati
tercipta niat buruk dan keinginan lain maka meski melakukan tata cara
dengan benar hasilnya akan menjadi keburukan bagi si pembaca yang
bisa berupa kutukan, cacat mental (gila), juga bisa sampai
menghilangkan nyawa. (wijoyo, 2019)

Contoh Mantra untuk Mengusir Anjing Galak

Pulanglah engkau kepada rimba sekampung,


Pulanglah engkau kepada rimba yang besar,
Pulanglah engkau kepada gaung guntung,
Pulanglah engkau kepada sungai yang tiada berhulu,
Pulanglah engkau kepada kolam yang tiada berorang,
Pulanglah engkau kepada mata air yang tiada kering,
Jikalau kau tiada mau kembali, matilah engkau.

33
Sastra Lama Peralihan
By. Elrica Reva Labiba Putri

34
Sastra pengaruh peralihan dalam sastra Indonesia lama ialah sastra
Indonesia lama yang mengandung unsur Hindu dan Islam. Karya sastra
yang termasuk dalam golongan ini 35 erakan35 besar ditulis dengan
huruf Arab-Melayu. Dalam sastra ini juga dimasukkan unsur Islam yang
berupa kata atau kalimat yang bernafaskan Islam.

Ciri-ciri sastra pengaruh peralihan di antaranya adalah:

a. Cerita berasal dari India, yang memiliki ciri-ciri seperti tokoh


utama menggunakan benda-benda keramat, ada tokoh raksasa
atau 35 erakan 35 yang menawan putri raja, garuda yang
membinasakan negeri, sayembara untuk memilih suami, tokoh
yang bertapa untuk mendapatkan kesaktian, dan orang yang mati
dapat hidup 35erakan.
b. Ada unsur Islam dalam cerita, misalnya pemberian nama yang
bernapaskan Islam pada judul cerita, seperti “Hikayat Marakarma”
diganti dengan nama “Hikayat si Miskin”, tokoh cerita ditambah
dengan tokoh para nabi atau pahlawan Islam, ajaran Islam
ditambahkan dalam cerita, serta penggunaan kata Allah SWT
sebagai pengganti nama dewata mulia.

Sastra zaman peralihan adalah sastra yang lahir dari pertemuan


sastra yang berunsur Hindu dengan pengaruh Islam. Sastra Hindu
seperti Hikayat Sri Rama, walaupun mengandung unsur Islam, tidak
dianggap sebagai sastra zaman peralihan. Untuk menentukan karya
mana yang termasuk dalam sastra zaman peralihan Hindu-Islam
sangat sulit karena sebab-sebab seperti :

a. Sastra Melayu lama pada umumnya tidak bertanggal dan tidak


ada nama pengarangnya;
b. Sastra Melayu lama tertulis dalam huruf Arab. Ini berarti
sesudah Islam masuk dan huruf Jawi diciptakan, sastra Melayu
lama baru lahir;
c. Hasil sastra Melayu yang dianggap tertua, yaitu hikayat Seri Rama.
Hikayat ini tidak jauh dari pengaruh Islam; dan
d. Semua hasil sastra zaman peralihan berjudul hikayat. Hikayat
itu sendiri adalah kata Arab yang berarti cerita.

35
Sastra zaman peralihan ini memiliki ciri-ciri seperti:

a. Tuhan yang dijunjung tinggi, mulanya Dewata Mulia Raya atau


Batara Kala kemudian menjadi Raja Syah Alam atau Allah
Subhanahu wa Ta’ala;
b. Plotnya selalu menceritakan dewa-dewi atau bidadari yang turun
ke dunia untuk menjadi raja atau anak raja. Selama
perkembangannya, unsur Hindu seperti menyelamatkan tuan
puteri dari tawanan garuda masih dipakai, namun mulai
dimasukkan unsur Islam. Perlahan sastra zaman peralihan
berubah corak menjadi sastra Islam; dan
c. Fitur sastra zaman peralihan yang harus disebut di sini adalah
bahwa sastra zaman peralihan biasanya memiliki dua judul, satu
judul Hindu dan satu judul Islam. Seringkali judul Islam suatu
hikayat lebih dikenal daripada judul Hindu. Misalnya Hikayat Si
Miskin lebih dikenal dari pada Hikayat Marakarma, Hikayat Syah
Mardan lebih dikenal daripada Hikayat Indera Jaya atau Hikayat
Bikrama Datya, dan Hikayat Ahmad Mohammad lebih dikenal
daripada Hikayat Serangga Bayu.

Berikut adalah contoh hikayat-hikayat yang ada pada masa sastra


zaman peralihan Hindu-Islam:

a. Hikayat Puspa Wiraja h. Hikayat Langlang Buana


b. Hikayat Parang Punting j. Hikayat Si Miskin
c. Hikayat Berma Syahdan k. Hikayat Indra Putra
d. Hikayat Syah Kobat l. Hikayat Koraisy Mengindra
e. Hikayat Indra Bangsawan m. Hikayat Jaya Langkara
f. Hikayat Nakhoda Muda n. Hikayat Ahmad Muhammad
g. Hikayat Syah Mardan o. Hikayat Isma Yatim

Secara umum bisa dikatakan bahwa sastra zaman peralihan


adalah zaman dimana pengaruh kebudayaan Hindu masih tetap
memiliki pengaruh dalam karya sastra dan mulai berangsur
melemah. Sementara itu pengaruh Islam mulai masuk dan mulai
terlihat pengaruh-pengaruhnya dalam karya sastra. Dan kelak sastra

36
yang dahulu dipengaruhi oleh budaya Hindu akan berubah menjadi
sastra Islam yang dikenal sebagai kesusasttraan zaman Islam.

Inti dari setiap cerita Melayu adalah suatu cerita rakyat atau
kelompok cerita rakyat yang dipengaruhi India yang dimanipulasi baik
dalam kesatuan tempat, waktu, maupun kebenaran sejarah (Winstedt,
1969:70). Setelah itu, sastra Melayu dipengaruhi cerita Jawa dan Islam.
Dari sastra terpengaruh Hindu ke sastra Islam ditemukan cerira-cerita
transisi. Yang dimaksud sastra peralihan (transisi) ialah karya sastra
yang di dalamnya tergambar peralihan dari pengaruh Hindu ke
pengaruh Islam. Di dalam sastra peralihan, terdapat cerita-cerita
dengan motif Hindu, tetapi unsur-unsur Islam juga dimunculkan.
Istilah sastra zaman peralihan muncul berdasarkan asumsi bahwa
sebelum Islam masuk ke Melayu, pengaruh India (khususnya agama
Hindu dan Buddha) sudah begitu dalam mempengaruhi pikiran orang-
orang Melayu.

Sastra yang terpengaruh India (Hindu dan Buddha) mempunyai ciri-


ciri tertentu. Ciri-ciri sastra yang masih terpengaruh India adalah
sebagai berikut.

a. Sumber kekuasaan dan kekuatan diceritakan berasal dari dewa-


dewa. Hal ini sesuai dengan pandangan Hindu bahwa yang
menguasai dunia ialah para dewa.
b. Dewa dan manusia sering berinteraksi. Manusia tertentu sering
dikatakan masih keturunan dewa atau dewa keindraan yang turun
ke dunia.
c. Motif-motif cerita dari Mahabharata dan Ramayana sering muncul,
namun dalam konteks yang berbeda. Motif tersebut misalnya kisah
sayembara memperebutkan istri, senjata sakti, pembuangan tokoh
utama, dan sebagainya.

Karya Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dianggap bercorak baru


karena tidak lagi berisi tentang istana dan raja-raja, tetapi tentang
kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata. Misalnya Hikayat
Abdullah ( otobiografi ), Syair Perihal Singapura dimakan Api, Kisah
Pelayaran Abdullah ke Negri Jeddah. Pembaharuan yang ia lakukan
tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi

37
menggunakan bahasa Melayu yang ke Arab-araban. Kesusastraan
Peralihan yaitu perkembangan dari sastra Melayu klasik ke sastra
Melayu Modern. Dilihat dari sudut isi dan bahasa yang digunakan oleh
pengarang nya, jadi peranannya peralihan sastra Melayu Klasik ke
sastra Modern dengan adanya karya-karya yang sudah ada. Beberapa
buah karya sastra pada zaman peralihan antara lain :

a. Syair Abdul Muluk karya Siti Suleha


b. Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji
c. Kisah pelayaran Abdullah ke Negeri 38 eraka karya Abdullah
Munsyi
d. Kisah pelayaran Abdullah ke Kelantan karya Abdullah Munsyi
e. Syair Singapura dimakan Api karya Abdullah Munsyi
f. Hikayat Abdullah karya Abdullah Munsyi
g. Panji Tanderan karya Abdullah Munsyi
h. Hikayat Kalilah dan Daminah karya Abdullah Munsyi

Contoh dari salah satu Gurindam Dua Belas ( Raja Ali Haji )

Gurindam pasal pertama

Barang siapa tidak memegang agama

Sekali-kali tidakkan boleh di bilangkan nama

Barang siapa mengenal yang empat

Ia itulah orang yang makrifat

Barang siapa mengenal Allah

Suruh dan tengahnya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal dunia

tahulah ia barang yang terperdaya

Barang siapa mengenal akhirat

Tahulah ia dunia mudarat

Kurang fikir, kurang siasat

38
Tinta dirimu kelah tersesat

Fikir dahulu sebelum berkata

Supaya terlelah selang sengketa

Kalau mulut tajam dan kasar

Boleh ditimpa bahaya besar

Jika ilmu tiada sempurna

Tiada berapa ia berguna.

KESIMPULAN

Kita telah mengetahui bahwa sastra zaman peralihan adalah sastra


yang lahir dari pertemuan sastra yang berunsur Hindu dengan sastra
yang berunsur Islam di dalamnya. Dua tokoh yang terkenal pada masa
itu adalah Raja Ali Haji dan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa zaman peralihan adalah


zaman di mana kebudayaan Hindu masih tetap meninggalkan
pengaruhnya dan berangsur-ansur melemah. Sementara itu, pengaruh
Islam mulai terlihat dalam kesusastraan Melayu.

Pengaruh Hindu di alam Melayu telah ada sejak abad I sesudah


Masehi, tidak hilang begitu saja dengan kedatangan Islam pada kurun
abad ke-13 M. Pengaruh Hindu yang telah berkembang tersebut, sulit
kiranya untuk dihilangkan perannya dari peradaban dan kesusastraan
Melayu. Abad XV dianggap sebagai abad penutup pengaruh Hindu di
kepulauan Melayu.

39
Sastra Lama Pengaruh Islam
By. Hidayatulloh

40
Sastra Indonesia lama pengaruh Islam

Masuknya Islam ke Indonesia merupakan proses akulturasi penduduk


pribumi dengan para pedagang yang membawa ajaran Islam. Islam
yang diterima oleh masyarakat tidak hanya dalam konteks agama saja,
namun unsur pendukung yang dibawa oleh para pedagang seperti:
bahasa Arab dengan aksaranya, kesusteraan serta adat-istiadat tanah
asalnya. Pada abad 14 dan 15 M, 41 eraka penyebaran agama Islam
sedang berlangsung, bahasa pendukung budaya Islam di Nusantara
adalah bahasa Melayu. Sehingga, tidak heran bahasa Melayu
menjadi lingua franca di Nusantara. Kita dapat lihat pada saat awal
aksara Arab sudah diadopsi oleh bahasa Melayu dan mungungguli
huruf abjad India. Di seluruh kepulauan Nusantara, kata dan ungkapan
Melayu yang ada kaitannya dengan keislaman diterima ke dalam
bahasa pribumi. Dengan masuknya pedagang Islam ke Indonesia,
masyarakat Indonesia mengenal budaya asing yang baru selain Hindu,
setelah masuk dan berkembang berkat peran para pedagang dari
gujarat , penyebaran agama islam semakin pesat. Terlebih berkat
dukungan dari ulama dan kerajaan islam yang berdiri di indonesia ,
seperti Samudra Pasai, Demak, Pajang, Mataram dll. Islam membawa
bahasa dan huruf Arab sebagai abjad yang digunakan untuk menulis
dan mulai digunakan di Indonesia. Huruf Arab ini kemudian digunakan
dalam seni ukir dan kaligrafi. Nenek moyang kita mulai mengenal
41 eraka perdagangan. Dalam berinteraksi dengan pedagang yang
berasal dari Timur Tengah, mereka menggunakan bahasa Arab-Melayu
sehingga pada masa itu karya sastra yang dihasilkan juga
menggunakan bahasa Arab-Melayu. Pada zaman itu karya sastra juga
mulai dituliskan. Hasil sastra Indonesia lama pengaruh Islam ini dapat
dibagi dalam beberapa golongan,

Yaitu kisah tentang para nabi, hikayat tentang Nabi Muhammad SAW
dan keluarganya, cerita pahlawan Islam, cerita tentang ajaran dan
kepercayaan Islam, cerita-cerita dongeng yang bernafaskan islam,
Dalam seni sastra, Islam membawa beberapa jenis sastra seperti ,

41
babad, syair, suluk, primbon dan kaligrafi serta cerita tentang mistik
atau tasawuf.

Berikut peninggalan beberapa karya sastra lama pengaruh islam di


indonesia:

1. Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman

2. Babad Tanah Jawi, Babad raja-raja Riau

3. Suluk Wijil dan Tombo Ati, Suluk Sukarsam

4. Syair Ikan Terubuk, Syair Perahu

5. Primbon Jawa

42
Contoh Folklor dalam Mitos, Dongeng,
Legenda dan Nyanyian Rakyat
By. Ilhamal Diyansyah

43
Folklor adalah cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke
generasi dan dipercayai sebagai kisah yang memiliki kebenaran.
Berikut ini adalah beberapa contoh 44 erakan 44 dari berbagai
daerah di Indonesia:
1. Roro Jonggrang
Berasal dari Jawa Tengah. Kisah ini menceritakan tentang seorang putri
yang 44erakan Roro Jonggrang yang dijadikan syarat oleh seorang raja
setan untuk membangun seribu candi dalam semalam. Namun, Roro
Jonggrang berhasil membohongi raja setan dengan membuat suara
gaduh dari kerikil dan membakar daun pisang.
2. Asal Mula Danau Toba
Berasal dari Sumatera Utara. Kisah ini menceritakan tentang seorang
anak laki-laki 44 erakan Toba yang tenggelam dalam sebuah lubang
yang kemudian menjadi danau. Mitos ini juga berhubungan dengan
legenda tentang asal mula suku Batak.
3. Legenda Candi Prambanan
Berasal dari Jawa Tengah. Kisah ini menceritakan tentang seorang
pangeran yang jatuh cinta pada seorang putri yang ternyata adalah
Roro Jonggrang. Pangeran tersebut kemudian membangun candi untuk
mengukir wajah Roro Jonggrang yang menjadi dewi.
4. Legenda Gunung Bromo
Berasal dari Jawa Timur. Kisah ini menceritakan tentang seorang
ksatria yang menemukan perahu berisi seorang bayi di tengah lautan
pasir. Bayi tersebut kemudian tumbuh menjadi pemimpin suku
Tengger yang kemudian membangun Gunung Bromo sebagai tempat
ibadah.
5. Legenda Danau Kelimutu
Berasal dari Nusa Tenggara Timur. Kisah ini menceritakan tentang tiga
roh yang tinggal di tiga danau berbeda di Gunung Kelimutu. Setiap
danau memiliki warna yang berbeda-beda yang dipercayai sebagai
44eraka dari roh yang tinggal di dalamnya.

44
Itulah beberapa contoh 45 erakan 45 dari berbagai daerah di
Indonesia. Meskipun cerita-cerita ini hanya mitos, namun banyak
orang Indonesia yang masih mempercayainya hingga saat ini.
Folklor nyanyian rakyat adalah salah satu bentuk dari warisan
budaya yang sangat 45erakan di Indonesia. Berikut beberapa contoh
nyanyian rakyat yang terkenal di Indonesia:
1. Lir Ilir berasal dari Jawa Tengah
Lir Ilir adalah salah satu lagu yang sangat 45erakan di Indonesia. Lagu
ini berasal dari Jawa Tengah dan biasanya dinyanyikan dalam acara-
acara adat atau keagamaan. Lir Ilir memiliki makna yang sangat dalam
mengenai agama dan filosofi hidup.
2. O Ina Ni Keke berasal dari Sulawesi Utara
O Ina Ni Keke adalah nyanyian rakyat yang berasal dari Sulawesi Utara.
Lagu ini biasanya dinyanyikan dalam bahasa Minahasa dan
menggambarkan keindahan alam serta kehidupan masyarakat
setempat.
1. Es Lilin berasal dari Betawi
Es Lilin adalah lagu daerah yang berasal dari Betawi. Lagu ini biasanya
dinyanyikan pada saat acara-acara pernikahan atau acara adat lainnya.
Es Lilin menggambarkan kehidupan masyarakat Betawi yang penuh
dengan kegembiraan dan kebersamaan.
2. Kicir-Kicir berasal dari Jawa Barat
Kicir-Kicir adalah lagu daerah yang berasal dari Jawa Barat. Lagu ini
terkenal dengan lirik yang sederhana dan mudah diingat. Kicir-Kicir
biasanya dinyanyikan pada saat acara-acara anak-anak atau acara
keluarga.
Itulah beberapa contoh 45erakan45 nyanyian rakyat yang terkenal
di Indonesia. Semua lagu ini memiliki keunikan dan makna yang
mendalam bagi masyarakat setempat.

45
Perbedaan Sastra Lama Dengan Sastra
Modern
By. Juherni Isna Nova

46
PERBEDAAN SASTRA LAMA DAN SASTRA MODERN
SASTRA LAMA
A. Pengertian Sastra Lama
Sastra dapat diartikan sebagai tulisan yang mengandung
keindahan tertentu. Dalam sastra, terdapat sastra lama, yang
dapat diartikan sebagai hasil sastra lama yang dihasilkan atau
dibuat oleh para sastrawan pada zaman dahulu.
Periode sastra lama ini berlangsung pada awal masa
perkembangan sastra Indonesia dan masih menggunakan bahasa
Melayu dalam karya sastranya. Sastra lama di Indonesia
berkembang pada tahun 1870 hingga tahun 1942.
Karya sastra di Indonesia terbagi menjadi dua jenis, yaitu
karya sastra lama dan karya sastra baru. Karya sastra lama adalah
karya sastra yang berbentuk lisan atau ucapan yang kemudian
dituangkan dalam sebuah tulisan oleh orang zaman dulu.Sastra
Indonesia ini menunjukkan kalau karya sastra yang dibuat ini
adalah karya sastra yang berasal dari negara Indonesia.
Penggunaan bahasa pada karya sastra Indonesia, baik itu
karya sastra baru maupun yang lama menunjukkan ciri khas
sastra Indonesia.
Bahasa yang digunakan pada karya sastra Indonesia, yaitu
karya sastra lama dan sastra baru menggunakan bahasa
Indonesia, bahasa daerah, maupun bahasa asing, salah satunya
adalah bahasa Melayu.
Sastra lama merupakan karya sastra yang berbentuk lisan
atau ucapan, sering juga disebut sebagai sastra melayu yang
proses terjadinya berasal dari ucapan serta cerita orang orang
zaman dulu. Cerita-cerita tersebut banyak yang mengandung
pelajaran serta hikmah yang dapat diambil oeh orang-orang yang
mendengarnya. Jenis karya sastra lama, yaitu Pantun, Gurindam,
Syair, Hikayat, Dongeng dan Tambo.

47
B. Sejarah Sastra Lama
Sejarah sastra lama ini menurut para ahli sudah berlangsung
sejak zaman purba, sehingga sastra lama berlangsung dari
kesusastraan zaman purba, zaman Hindu, hingga kesusastraan
zaman Islam.
Periodisasi sejarah untuk sastra lama ini memang diakui dan
disetujui oleh para sastrawan, tapi tahun berlangsungnya setiap
periode ini berbeda-beda. Berikut ini adalah penjelasan masing-
masing periodisasi dalam sejarah sastra lama.
7. Kesusastraan Zaman Purba
Kesusastraan yang ada pada zaman ini merupakan zaman yang
memperlihatkan zaman sebelum terpengaruh oleh kesusastraan
India. Kesusastraan India identic dengan doa, mantra, dongeng,
adat istiadat, hingga silsilah.
8. Kesusastraan Zaman Hindu
Sesuai dengan 48 erakan, kesusastraan pada zaman Hindu ini
merupakan zaman atau saat berbagai cerita dari India yang adalah
ajaran agama Hindu mulai berkembang. Beberapa ahli menuliskan
kesusastraan zaman Hindu menjadi satu dengan kesusastraan
zaman islam.
Namun beberapa ahli juga menuliskan kalau kesusastraan zaman
Hindu ini merupakan zaman peralihan dari kesusastraan zaman
purba ke kesusastraan zaman Islam.
9. Kesusastraan Zaman Islam
Kesusastraan zaman Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke
Indonesia. Namun sebenarnya penggunaan kata Islam ini
digunakan untuk menggantikan kata Arab, yang sebelumnya
digunakan untuk menjelaskan salah satu periodisasi kesusastraan
di Indonesia.
Perubahan nama kesusastraan Arab menjadi kesusastraan Islam
ini bukan hanya karena 48erakan yang dianggap kurang tepat, tapi

48
juga karena adanya berbagai pengaruh Islam dalam kesusastraan
yang berkembang di Indonesia saat itu.
C. Ciri-Ciri Karya Sastra Lama
Sastra lama memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan
jenis sastra lainnya, yaitu:
10. Tidak Ada Nama Pengarang
Karya sastra lama di Indonesia memiliki ciri yang dapat dengan
mudah diketahui, yaitu tidak ada atau tidak menuliskan nama
pengarangnya atau 49 eraka. Inilah sebabnya, pada karya sastra
lama seperti legenda, tidak ada nama pengarang yang membuat
karya sastra itu.
11. Penyebarannya Secara Lisan
Ciri kedua dari karya sastra lama adalah penyebarannya yang
dilakukan secara lisan, atau disebarkan melalui cerita yang
dikisahkan oleh setiap orang.
12. Temanya Bersifat Fantasi
Tema dari karya sastra lama yang sifatnya cerita fantasi juga
merupakan salah satu ciri karya sastra lama. Kebanyakan tema dari
karya sastra lama sifatnya adalah fantasi.
Ini artinya, tema yang digunakan sifatnya adalah karangan belaka,
tidak nyata, dan tidak masuk akal, sehingga menghasilkan cerita
yang bersifat luar biasa.
13. Bersifat Istanasentris
Setting karya sastra lama yang bersifat istanasentris juga menjadi
ciri lain dari karya sastra lama. Bersifat istana sentris yang dimaksud
adalah cerita dari karya sastra lama yang berpusat atau berfokus di
sekitar istana.
Sifat istana sentris dari karya sastra lama ini membuat karya sastra
lama biasanya mengambil tokoh raja atau keluarga kerajaan.
14. Cerita Adalah Milik Rakyat

49
Ciri pertama dari karya sastra lama yang sudah dituliskan adalah
nama pengarang karya yang tidak diketahui, atau 50eraka. Ciri ini
ternyata juga mempengaruhi ciri lain dari karya sastra lama, yaitu
cerita adalah milik rakyat.
Penyebabnya adalah karena pembuat cerita yang tidak diketahui
siapa orangnya, sehingga cerita tidak bisa diakui sebagai milik
seseorang. Selain itu, karya sastra ini juga menyebar dari satu orang
ke orang lainnya, yang merupakan rakyat setempat.
SASTRA MODERN
Karya sastra modern adalah hasil sastra yang telah dipengaruhi oleh
karya sastra asing sehingga sudah tidak asli lagi. Contoh karya sastra
modern adalah prosa, novel, biografi, cerpen, drama, 50eraka, puisi.
Adapun ciri-ciri karya sastra modern sebagai berikut.
• Penggunaan bahasa tidak klise.
• Proses perkembangannya berjalan dinamis.
• Pengarang cerita dikenal oleh masyarakat.
• Tema cerita dan karangan bersifat rasional.

PERBEDAAN SASTRA LAMA DAN SASTRA MODERN


Sastra lama dan sastra modern dapat dibedakan melalui tiga aspek,
yaitu waktu, bentuk, dan
ciri-ciri.
1. Waktu
a. Sastra lama merupakan sebuah karya sastra yang ditulis
oleh sastrawan dan berkembang pada masyarakat
tradisional atau pada zaman kerajaan yang mana belum ada
pergerakan nasional.
h. Sastra modern merupakan sebuah karya sastra yang
berkembang pada masyarakat modern yang mana karya
sastra tersebut dibentuk setelah adanya pergerakan

50
nasional dan umumnya telah dipengaruhi oleh karya sastra
asing.

15. Ciri-Ciri
Ciri-ciri sastra lama adalah sebagai berikut.
a. Tidak ada nama pengarang (51eraka)
b. Terikat pada kehidupan kerajaan (istanasentris)
c. Bahasa klise
d. Proses perkembangannya statis
e. Tema bersifat fantastis
Ciri-ciri sastra modern adalah sebagai berikut.
a. Terdapat nama pengarang
b. Terkait masalah kemasyarakatan
c. Bahasanya tidak klise
d. Proses perkembangannya dinamis
e. Tema bersifat rasional
3. Bentuk
Sastra lama mempunyai bentuk terikat, sedangkan sastra
modern mempunyai bentuk bebas

51
Jenis – Jenis Syair Umum
By. Khansa Hani Zhahira

52
Syair adalah salah satu bentuk puisi tradisional dalam sastra
Indonesia. Di bawah ini adalah beberapa jenis syair yang cukup
umum:

1. Syair Lama
Merupakan jenis syair yang 53erakan pada zaman kerajaan. Syair
lama umumnya berisi tentang kehidupan sehari-hari, romansa,
atau cerita-cerita rakyat. Contoh terkenal syair lama adalah “Syair
Bidasari” adalah salah satu syair terkenal dalam sastra Melayu.
Syair ini ditulis oleh penyair Melayu yang tidak diketahui
53erakan. Isi dari syair ini berkisah tentang seorang putri yang
memiliki kecantikan dan kebaikan hati yang luar biasa
Contoh bait syair Bidasari:

Bidasari tuanku nan cantik rupawan,

Kaya tak terkira di dunia jua masyhur,

Bertambahnya alam mendengar kabar,

Juga bertambahnya orang yang cinta dan kasih padanya.

2. Syair Modern
Merupakan jenis syair yang muncul pada masa 53erakan53 dan
setelahnya. Syair modern lebih bebas dalam penggunaan tema
dan bahasa. Beberapa penyair terkenal yang menghasilkan syair
modern adalah Chairil Anwar
Aku
Tanah airku tidak kulihat lagi
Burung-burung gagakpun tak lagi mengerti
Aku yang telah membuang cintaku

53
Kini laki-laki tak berguna lagi
Yang ada hanya asap yang membubung tinggi
Angin yang berbisik di belakang bulan

3. Syair Nasihat
Jenis syair ini mengandung pesan moral atau nasihat kepada
pembaca. Syair nasihat sering kali membahas tentang kehidupan,
moralitas, atau ajaran agama. Contoh syair nasihat terkenal
adalah “Syair Abu Nawas”
Syair tentang Kehidupan dan Kebijaksanaan

Siang malam ku geluti sastra,


Bukan gara-gara nafsu makan saja,
Aku takut pada 54eraka 54erak,
Tak kuasa menghadapi adu tawa.

4. Syair Pantun
Syair pantun terdiri dari empat baris dengan pola A-B-A-B,
dengan setiap baris memiliki jumlah suku kata yang sama. Syair
pantun sering kali digunakan dalam permainan kata atau sebagai
hiburan ringan. Contoh terkenal syair pantun adalah “Pantun
Melayu” Pantun Melayu tentang Cinta

Bulan purnama di angkasa,


Bagaikan cinta yang kian rasa,
Ku terbang melayang di udara,
Hatiku terpaut padamu selamanya.

54
5. Syair Agama
Merupakan jenis syair yang berisi pengabdian atau pujian kepada
Tuhan. Syair agama sering digunakan dalam konteks keagamaan
atau ritual keagamaan tertentu. Contoh terkenal syair agama
adalah “Syair Maulid”
Pantun Melayu tentang Cinta
Bulan purnama di angkasa,
Bagaikan cinta yang kian rasa,
Ku terbang melayang di udara,
Hatiku terpaut padamu selamanya.

6. Syair Cinta
Jenis syair ini menceritakan tentang cinta dan perasaan
55erakan55. Syair cinta sering mengungkapkan keindahan dan
keromantisan dalam hubungan percintaan. Beberapa contoh syair
cinta terkenal adalah”Syair Cinta Sapardi Djoko Damono.”
Syair Cinta – Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana


Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

55
Jenis Karya Sastra Lama
By. Khofifah Tania

56
Sastra lama memiliki jenis jenis nya yaitu (1) pantun (2) Mantra (3)
Syair (4) Gurindam (5)Dongeng (6) Legenda (7) Hikayat. Berikut ini
merupakan penjelasan dari masing-masing jenis karya sastra lama:

1. Pantun
Pantun adalah jenis puisi lama yang terikat aturan. Beberapa
aturan dalam pantun adalah:
#Terdiri dari empat baris.
#Baris pertama dan kedua adalah sampiran, baris ketiga dan
keempat adalah isi.
#Setiap baris terdiri dari 4-6 kata dan 8-12 suku kata.
#Memiliki pola atau rima berupa a-a-b-b, a-b-a-b, atau a-a-a-a.

2. Mantra

Mantra adalah salah satu jenis puisi yang termasuk dalam sastra
lama dan menjadi ciri khas dari kebudayaan Melayu. Mantra
merupakan karya sastra yang berkaitan dengan budaya, adat, dan
kepercayaan masyarakat sekitar.

3. Syair
Syair juga merupakan contoh sastra lama dalam bentuk puisi
lama dan berisi irama sajak. Syair sebagai sastra lama digunakan
oleh penciptanya untuk menyampaikan isi hatinya. Ciri-ciri dari
syair ini mirip dengan pantun, yaitu setiap baitnya terdiri dari
empat baris, namun pada syair terdiri lebih dari satu bait.

4. Gurindam
Gurindam adalah karya sastra berbentuk puisi yang muncul pada
kesusastraan zaman Hindu. Pengertian gurindam adalah sajak
dua baris yang isinya adalah nasihat,

5. Dongeng
Dongeng yang saat ini masih sering kita dengar juga merupakan
cerita fiksi pada zaman dahulu. Ada berbagai jenis dongeng yang
merupakan jenis karya ini, seperti fabel atau dongeng yang tokoh

57
utamanya adalah hewan yang berperilaku seperti manusia.
Contoh dongeng lainnya adalah dongeng pelipur lara, yang
merupakan dongeng komedi untuk menghibur hati. Selain itu, ada
juga jenis dongeng 58erakan yang berisi tentang ajaran hidup.

6. Legenda
Legenda merupakan salah satu jenis dongeng, namun bedanya
legenda dengan dongeng lainnya adalah isinya. Legenda berisi
cerita rakyat yang berisi tentang kisah terjadinya sesuatu. Kisah
ini bisa tentang asal mula suatu tempat, makhluk supranatural,
seorang tokoh di suatu daerah, hingga mengenai terjadinya suatu
fenomena alam.

7. Hikayat
Hikayat merupakan jenis sastra lama yang berkembang dari Arab
dan pada kesusastraan zaman Islam. Isi dari hikayat biasanya
adalah tentang cerita mengenai para dewa, putri, pangerang,
kehidupan kerajaan, hingga kesaktian yang dimiliki oleh
seseorang.

58
Pengertian Hikayat, Ciri-Ciri Hikayat,
Tujuan Hikayat dan Struktur Hikayat
by: Lintang Ahadiah Diarni

59
1. Pengertian Hikayat

a. Pengertian Hikayat Secara Umum


Secara umum, Hikayat merupakan karya sastra lama yang
berbentuk prosa dengan mengisahkan kehidupan keluarga istana, kaum
bangsawan, orang-orang ternama, orang suci di sekitar istana dengan
segala kesaktiannya, keanehan, dan juga mukjizat dari tokoh utama.
Berdasarkan etimologis, istilah kata Hikayat berasal dari bahasa Arab,
yakni “Haka”. Arti dari kata “Haka” berarti bahwa menceritakan atau
bercerita.
Sedangkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
hikayat merupakan karya sastra lama melayu yang berbentuk prosa. Di
dalam hikayat berisi mengenai cerita, undang-undang, dan juga silsilah
bersifat rekaan, keagamaan, biografis, maupun gabungan sifat-sifat
yang dibaca sebagai pelipur lara, pembangit semangat, atau hanya
sekedar meramaikan pesta.
Hikayat dapat dikatakan serupa dengan cerita sejarah yang
berbentuk 60erakan hidup. Di dalam hikayat ada beberapa hal yang
dianggap tidak masuk akal, dan penuh dengan keajaiban.
Umumnya hikayat berisi cerita mengenai kesaktian, kehidupan raja,
cerita antara orang baik dan orang jahat, dan cerita khayalan lainnya.
Dalam hikayat pun banyak mengisahkan cerita yang berakhir 60erakan
dan dimenangkan tokoh utama maupun pahlawan. Wajar saja bila
hikayat biasa dibaca sebagai hiburan atau pelipur lara, dan bahkan guna
membangkitkan semangat juang seseorang.
b. Pengertian Hikayat Berdasarkan Para Ahli
Terdapat sejumlah pengertian hikayat berdasarkan para ahli,
diantaranya yaitu:
16. Menurut Sugiarto
Kata “hikayat” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti yaitu
kisah atau cerita. Pada awalnya kata ini dipakai di dalam bahasa
Melayu yang makna aslinya masih melekat. Dengan begitu, tidak heran
jika semua karya berbentuk prosa dalam sastra melayu lama biasa
disebut hikayat.

60
17. Menurut Sudjiman
Berdasarkan istilah, kata Hikayat di awal judul kisah membuat adanya
kesalahpahaman bagi orang dulu. Karena naskah-naskah kisah Melayu
ini ditulis menggunakan huruf Melayu dan Arab. Sehingga saat naskah
itu disalin ke dalam huruf latin, maka kata hikayat ditulis menggunakan
huruf kapital, sehingga terjadi kesalahpahaman penyalin naskah yang
menganggap bahwa kata hikayat sebagai bagian dari judul kisah.
18. Menurut Suherli
Hikayat ini merupakan berbagai jenis cerita rakyat yang termasuk ke
dalam sebuah teks narasi. Hikayat adalah cerita melayu klasik yang
menunjukkan unsur penceritaan dengan ciri-ciri berupa kesaktian dan
kemustahilan dari para tokoh.

2. Ciri-Ciri Hikayat
Hikayat adalah bagian dari prosa lama yang mempunyai ciri-ciri,
diantaranya yaitu:
a. Memakai bahasa Melayu lama
b. Pralogis, artinya cerita yang terkadang sulit untuk diterima dalam
akal fikiran.
c. Istana sentris, artinya pusat cerita berada di lingkungan istana.
d. Anonim, artinya prosa yang tidak jelas siapa pengarangnya.
e. Statis, artinya bersifat tetap dan baku.
f. Memakai kata arkais, artinya kata-kata yang saat ini tidak lazim
untuk digunakannya, seperti kata hatta, sebermula, dan syahdan.
g. Bersifat tradisional. Umumnya ciri-ciri hikayat memang bersifat
memang memiliki sifat tradisional atau meneruskan kebiasaan, dan
budaya yang dianggap baik.
h. Menggunakan bahasa klise, artinya memakai bahasa secara
berulang-ulang.
i. Memiliki sifat didaktis, hal itu supaya bisa mendidik dengan cukup
baik secara religi maupun moral.
j. Magis, artinya pengarang membawa pembaca ke dalam dunia
khayalan, sehingga nantinya pembaca akan berimajinasi secara
indah.
61
k. Mengisahkan cerita secara universal, misalnya terdapat adanya
perang baik dengan perang buruk. Nantinya peperangan itu akan
memenangkan kebaikan bukan keburukan maupun kejahatan.
l. Mempunyai akhir 62erakan.

3. Tujuan Hikayat

a. Berikut adalah tujuan penulisan dari teks hikayat, diantaranya yaitu:


b. Sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat bagi pembaca.
c. Sebagai sarana untuk menghibur.
d. Sebagai sarana untuk meramaikan suatu acara maupun suasana.
e. Sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai luhur.

4. Struktur Hikayat
Terdapat struktur penulisan dari teks hikayat, diantaranya yaitu:
a. Abstrak
Abstrak di dalam teks hikayat ini memiliki sifat opsional.
Sehingga boleh ada dan boleh tidak ada di dalam teks hikayat.
Abstrak sendiri, adalah gambaran secara umum mengenai
keseluruhan dari isi hikayat.
b. Orientasi
Di dalam struktur orientasi ini berisi mengenai sebuah informasi
tentang latar dari cerita atau peristiwa terjadi. Informasi yang
dimaksudkan berkaitan dengan ihwal siapa, dimana, kapan, dan
mengapa.
c. Komplikasi
Struktur Komplikasi ini berisi mengenai rangkaian sebuah
peristiwa yang disusun secara kronologis, berdasarkan urutan
waktu dengan mencangkup kejadian-kejadian utama yang dialami
oleh tokoh. Di dalam bagian komplikasi ini juga berisi tentang
konflik yang menjadi daya 62erak dari sebuah cerita.

62
d. Resolusi
Di dalam struktur resolusi berisi tentang pernyataan kesimpulan
mengenai sebuah rangkaian peristiwa yang sudah diceritakan pada
sebelumnya. Di bagian ini pula terdapat sebuah konflik yang mulai
reda dan kerap dikenal sebagai bagian pemecahan masalah.
e. Koda
Koda adalah kata-kata penutup yang mempunyai fungsi sebagai
kesimpulan dan penegasan 63 erakan mengenai sebuah pesan
penting yang ada di dalam isi hikayat tersebut. Struktur koda ini
termasuk dalam bagian yang opsional.

63
Sastra Lama Pengaruh Hindu
By. Lisa Tasya

64
Sastra lama yang dipengaruhi oleh agama Hindu merujuk pada
karya sastra kuno yang terbentuk di bawah pengaruh agama Hindu. Ini
mencakup berbagai jenis sastra seperti puisi 65era, teks keagamaan,
dan karya-karya sastra lainnya yang mengambil tema, nilai-nilai, dan
mitologi Hindu sebagai dasar cerita dan pesan yang disampaikan.
Sastra lama memiliki pengaruh yang signifikan dari agama Hindu di
berbagai wilayah di Asia Selatan dan Tenggara. Pengaruh Hindu
terutama dapat ditemukan dalam sastra yang berkembang di India,
Nepal, Sri Lanka, Kamboja, dan Indonesia.
Di India, sastra lama yang dipengaruhi oleh agama Hindu meliputi
Veda, khususnya Rigveda, yang merupakan salah satu teks paling kuno
dalam tradisi sastra Hindu. Selain itu, Epik India seperti Ramayana dan
Mahabharata sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Hindu. Keduanya
adalah karya sastra 65 era yang memuat cerita-cerita 65 eraka,
mitologi, dan ajaran moral yang menjadi bagian penting dari budaya
dan agama Hindu.
Di Nepal, sastra lama Hindu juga terpengaruh oleh ajaran-ajaran
agama Hindu. Mantra-mantra Veda dan puisi-puisi agama digunakan
dalam praktik-praktik keagamaan, dan puisi-puisi 65 era seperti
Ramayana dan Mahabharata juga sangat dihormati dan diwariskan
dari generasi ke generasi.
Di Sri Lanka, sastra lama Hindu mengambil bentuk puisi 65 era
seperti Ramayana yang dipengaruhi oleh agama Hindu. Ramayana Sri
Lanka memiliki variasi yang unik dan berbeda dengan versi India.
Sastra Tamil klasik, seperti Tirukkural, juga dipengaruhi oleh nilai-nilai
dan ajaran-ajaran Hindu.
Di Kamboja, pengaruh Hindu dapat ditemukan dalam sastra klasik
seperti Ramayana dan Mahabharata, serta dalam puisi-puisi 65 era
lainnya. Kuil-kuil Hindu di Angkor Wat, misalnya, memiliki relief-relief
yang menggambarkan adegan-adegan dari cerita-cerita Hindu yang
terkenal.
Di Indonesia, sastra lama yang dipengaruhi oleh agama Hindu
meliputi wiracarita atau cerita pahlawan seperti Ramayana dan
Mahabharata. Selain itu, ajaran-ajaran Hindu juga mempengaruhi
karya sastra seperti kakawin dan kidung Jawa kuno.

65
Secara keseluruhan, pengaruh agama Hindu terhadap sastra lama di
berbagai wilayah Asia Selatan dan Tenggara sangat besar. Agama Hindu
memberikan inspirasi, tema, dan nilai-nilai spiritual yang
termanifestasi dalam karya-karya sastra tersebut, mencerminkan
warisan budaya yang kaya dan beragam dari peradaban Hindu kuno.

66
Sejarah Dan Perkembangan Mantra Di
Indonesia
By. Muhammad Rizki Darmawan

67
Mendengar kata “mantra”, apa yang kemudian timbul dalam benak
kita? Apakah akan tertuju pada hal-hal klenik atau jimat-magik atau
mistis? Pengetahuan kita tentang mantra dipastikan akan berkisar
pada apa pun yang berhubungan dengan dunia yang penuh jampi-
jampi. Namun, apakah dunia mantra itu seperti yang kerap kita
bayangkan?
Tulisan ini lebih jauh tidak berbicara “mantra” sebagai keniscayaan
dalam kehidupan manusia, tetapi lebih menekankan pada pembahasan
mantra sebagai fenomena Budaya; hidup dan berkembang dalam
68erak-rahim tradisi bagi mereka yang percaya.
Untuk lebih memahami mantra dan semua korpus yang berkaitan
dengannya, tentu 68 erakan pertama yang harus diambil adalah
memahami makna mantra secara keseluruhan dan memperhatikan
perjalanan mantra dalam sejarah budaya.
Sama seperti memahami sejarah candi, kita dapat menelusuri
sejarah 68 erakan dari mantra atau mantera ini, sejak dipraktikkan
hingga kegunaannya.

Kapan Mantra Lahir?


Kehadiran mantra 68 erakan ramai 68 eraka film sekuel “Harry
Potter” diperbincangkan dunia. Dari film itulah, salah satunya, citra
mantra atau sihir yang menakutkan mulai berganti. Film yang
menyajikan petualangan sejumlah anak dalam melawan sihir jahat
dengan menggunakan sihir penangkalnya, memberikan kesan bahwa
(ilmu) mantra bahkan bisa lebih “menyenangkan” daripada sains atau
ilmu-ilmu sosial.
Sejak kapan mantra muncul, rupanya tak diketahui pasti. Namun
68 erakan 6868 menduga bahwa mantra terlahir sejak manusia
membutuhkan sesuatu yang berada di luar kemampuan dirinya.
Mantra hadir berbarengan dengan kepercayaan manusia terhadap hal-
hal gaib seperti roh leluhur, dewa, atau Tuhan.

68
Sebagai patokan sementara, 69 erakan 6969 melacak keberadaan
mantra zaman dulu dari keberadaan peramal atau ahli nujum atau
sihir. Kita tahu bahwa kitab-kitab agama Ibrahim (Yahudi, Nasrani,
Islam) menyatakan bagaimana sepak terjang para ahli nujum dalam
“menyangkal ketauhidan” Tuhan.
Lalu, 69 erakan 6969 berpegang pula pada istilah “Abracadabra”
yang sering diucapkan pesulap hingga kini, yang bisa membimbing kita
akan keberadaan dunia pemantraan. Istilah itu berasal dari kata
“abraxas” bahasa Yunani Kuno. Sekte Gnostik di abad ke-2 M percaya
bahwa Yesus beradal dari Abraxas dan hidup sebagai “hantu”
(phantom) di bumi
Gnostisme (dari kata gnosis, yang berarti “pengetahuan”) sendiri
merupakan ajaran 69erakan, yang percaya bahwa gabungan kekuatan
yang sama, antara baik dan jahat, menguasai dunia. Sejumlah penganut
Gnosisme percaya bahwa dunia materi diperintah Tuhan yang
menciptakannya, yaitu Rex Mundi (Raja Dunia) yang jahat. Kata
Abraxas atau Abrasax atau Abracax diukir pada sebuah batu yang
digunakan sebagai jimat oleh pengikut Gnostik
Batu tersebut oleh orang Mesir Kuno diangap sebagai dewa
sekaligus setan. Kata Abraxas sendiri mengandung tujuh huruf Yunani,
yang artinya 365, yaitu jumlah hari pada tiga tahun berturut-turut dari
empat tahun. Abraxas dipercaya memerintah 365 dewa yang masing-
masing memiliki satu kebajikan, sehingga setiap hari dalam satu tahun
diberikan satu kebajikan khusus.
Keberadaan dukun atau ahli nujum hingga kini masih dianggap
sebagai kaum yang istimewa oleh 69 erakan 69 masyarakat. Dalam
masyarakat Mentawai atau Dayak, misalnya, kedudukan dukun–dalam
bahasa Mentawai disebut sikerei–begitu sentral. Ia bisa berperan
sebagai tabib, peramal, juga pemimpin suku. Sikerei akan melafalkan
“mantra” terhadap orang yang sakit atau 69eraka mengundang arwah
leluhur atau mengusir roh jahat.
1. Makna Mantra
Sebagai kata Sansekerta, mantra atau mantera berasal dari dua
kata: man atau manas dan tra atau trai. Man berarti “pikiran” atau
“berpikir”, tra berarti “alat” atau “melindungi”. Dengan begitu, secara

69
sederhana, mantra adalah “alat dari pikiran” atau “pikiran yang
melindungi”. Pengertian mantra atau mantram yang lebih luas adalah:
kata-kata, ungkapan atau sukukata yang secara khusuk dilagukan
berulang-ulang dengan konsentrasi yang semakin meningkat.
Dalam KBBI, mantra dikategorikan sebagai: (1) perkataan atau
ucapan yang memiliki kekuatan gaib (misalnya dapat menyembuhkan,
mendatangkan celaka, dsb); (2) susunan kata berunsur puisi (seperti
rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya
diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib
yang lain.
Menurut ajaran Hindu, mantra adalah kata-kata yang diyakini
sebagai wahyu yang diterima oleh manusia pilihan, sebagai alat
komunikasi khusus dengan Tuhan atau dewa-dewa yang merupakan
manifestasi dari kekuatan-Nya. Karena itu, tak mengherankan bila
mantra begitu dikeramatkan dan tak boleh diucapkan oleh sembarang
orang yang belum pernah mewinten (disucikan secara ritual).Di
samping itu, mantera tak boleh diucapkan di tempat-tempat yang tak
pantas. Dengan begitu, mantera bukanlah kreasi manusia, melainkan
ciptaan Tuhan sebagaimana yang terekam dalam kitab Veda yang
konon tak mengalami perubahan.
Maka dari itu, mantera dapat didefinisikan pula sebagai kekuatan
kata untuk menyatakan suatu konsep, untuk menggambarkan dewa,
mapun menguraikan prosedur mental-spiritual untuk “menghadirkan”
dewata atau yang dipersamakan dengan itu.
Ada kata lain yang mirip dengan makna mantra, yaitu kata japa. Kata
ini berasal dari kata jap yang berarti “diulang dengan suara lirih,
berkomat-kamit, berbunyi berisik, doa diam-diam” (Mac Donell dalam
Setyawati). Dengan begitu, japa dapat diartikan sebagai mantera yang
diulang, berkomat-kamit. Dengan pengulangan yang cukup sering,
kekuatan yang melekat pada mantera dipercaya akan muncul (Walker
dalam Setyawati)
Ada kemungkinan bahwa kata “jampi” atau “jampa-jampi” berasal
dari kata 70erakan70. Ada pun kata lain yang serupa maknanya dengan
mantera adalah kata “aji”, yang berarti teks-teks suci atau formula yang
suci dan magis (Zoetmulder dalam Setyawati).

70
Dari pernyataan-pernyataan di atas, kita dapat membuat definisi
lain tentang mantera, yaitu suatu idiom atau kata khusus yang
memunyai arti tersendiri. Dan yang pasti, mantra telah menjadi
kosakata bahasa Indonesia sejak dulu, sejak pengaruh Sansekerta
masuk ke wilayah Nusantara.
Juga, selain kata mantera itu sendiri, kata “tuah” (dalam prasasti
atau kitab kuno ditulis “twah”) telah menjadi kosakata tersendiri bagi
masyarakat Nusantara. Kehadiran kata tuah, yang menyangkut pada
segala sesuatu yang berhubungan dengan keajaiaban atau kesaktian,
menunjukkan pula bahwa dunia pemantraan sudah 71 erakan 71
daging dalam kehidupan masyarakat Nusantara.

2. Pengaruh Hindu Dalam Dunia Mantra


Mantra, sebagai budaya Hindu, masuk ke Nusantara paling tidak
pada abad ke-5 M, ditandai dengan berdirinya Kerajaan
Bakulapura/Kutai di Kalimantan dan Tarumanagara di Jawa Barat. Dan
sejak abad ke-9, yang ditandai dengan penerjemahan 71 era seperti
Mahabharata ke dalam Jawa Kuno, dunia pemantraan pun makin
berkembang.
Mantra-mantra berbahasa Sansekerta hingga kini masih digunakan
oleh kaum Hindu di Bali dan Jawa—selain digunakan pula bahasa Jawa,
Bali, dan lainnya. Pengucapan mantera berbahasa Sansekerta dan Jawa
(Kuno dan Baru) masih tetap dipraktikkan dalam upacara adat,
misalnya ruwatan dan juga pergelaran lakon wayang.
Kata “AUM” dalam tradisi Hindu dipercaya merupakan kata mantra.
Kata ini, menurut Hamengku Buwono X, berasal dari kata OM, yang
merupakan turunan dari dua kata alpha dan omega dalam bahasa Latin
(alpha berarti awal, omega berarti akhir)
AUM merupakan sabda Tuhan yang menciptakan, melestarikan, dan
mentransformasikan mantera Hindu: Asato Ma Sat Gamayo yang
artinya “Bimbinglah aku dari dunia maya ke dunia nyata”.AUM terdiri
atas tiga huruf, yaitu “A”, “U”, dan “M”. “A” adalah 71eraka untuk Dewa
Brahma, wujud Tuhan dalam waktu menciptakan alam semesta. Ketika
mengucap huruf ini, mulut kita terbuka. Lalu U adalah 71eraka Dewa

71
Wisnu, manifestasi Tuhan dalam waktu memelihara dan melindungi
alam.
Saat mengucapkan huruf ini, posisi bibir diperpanjang seperti sikap
melindungi bagian-dalam dari mulut itu sendiri. Sementara huruf M
adalah 72 eraka Dewa Siwa, manifestasi Tuhan yang mengembalikan
segala ke asalnya. Ketika mengucapkan huruf ini, bibir terkatup rapat
sebagaimana asalnya sebelum terbuka.
Setiap mantra dalam Hindu memiliki ciri sebagai berikut:
a. Dewa yang dipuja dalam mantera yang bersangkutan, misalnya
Visnu
b. Nama resi yang menerima mantera tersebut, misalnya
Vyasadeva;
c. Jumlah sukukata dalam mantera (akan dibahas di bawah);
d. Viniyoga, yakni kegunaan atau maksud dan tujuan mantera.
Ada mantra yang bertujuan material yang positif, misalnya untuk
72 erakan7272 , rezeki, dsb. Ada pula mantra yang bersifat material-
negatif, misalnya kutukan (banyak tercatat dalam Ahtarva-Veda). Ada
pula yang bertujuan spiritual murni, misalnya kata-kata Om namo
siwaya (Sembah kepada Siwa) atau mahamantra Hare Krisna.
Dalam sastra Sansekerta, misalnya Ramayana dan Mahabharata,
mantera sering dikaitkan dengan berbagai astra (senjata gaib). Tokoh
Sri Rama dalam Ramayana atau Krisna/Kresna dalam Mahabharata,
misalnya, memiliki senjata cakra, panah yang bermata cakram dan
mampu melesat memburu musuh mengikuti arah musuh yang
dikejarnya, hanya dengan membaca sebuah mantra.
Senjata itu pun konon dapat ditarik 72erakan hanya dengan ucapan
mantera. Untuk menguasai mantra, para kesatria dilatih oleh guru
mereka bertahun-tahun sejak kecil, agar mampu melafalkan mantera
secara tepat dengan konsentrasi penuh. Bila mantera yang diucapkan
salah atau keliru, senjata atau “kanuragan” yang dilepaskan bisa
meleset sasaran, bahkah bisa berubah menjadi senjata makan tuan.

72
3. Posisi Dan Jenis Mantra
Posisi mantra, menurut Pradipta, dalam struktur hidup manusia
adalah sebagai metode. Metode-metode yang digunakan untuk
mencapai tujuan hidup manusia antara lain adalah mantera, doa,
puja-puji, wirid, yang masing-masing seyogyanya ditunjang dengan
laku, srana/sajen, dan kerja nyata.
Sebagai sebuah metode, mantra dipergunakan untuk keperluan
manusia dalam mencapai cita-cita, untuk kebaikan dan (tak jarang
pula) untuk kejahatan yang tak memperdulika kebaikan orang lain.
Maka dari itu, ada mantra yang ditujukan untuk membuat orang lain
terpikat, gandrung, jatuh cinta, dan ada pula yang diucapkan untuk
mencelakai atau menciptakan kesusahan pada orang lain
Biasanya mantra bersifat rahasia. Maka dari itu seringkali mantra
disampaikan oleh seorang guru kepada muridnya dengan cara
karnika, “bisikan ke telinga”. Dalam penyampaiannya, cara karnika ini
adalah getaran suara guru mengaktifkan nadi sang murid agar
mantera bisa masuk dalam kesadaran yang lebih tinggi dari sang
murid (Walker dalam Setyawati).
Mendapatkan mantra melalui bacaan atau teks dinilai kurang
bertuah; akan lebih bertuah jika dipelajari lewat suara sang guru
secara langsung. Jadi, mantera tak perlu diucapkan sengan suara
keras, cukup terdengar saja.
Melihat dari cara dibunyikannya, mantra dibagi atas dua jenis:
• Mantra yang diucapkan, disebut karnika, yang terdiri atas:
vachika (ucapan), bhramara (berdengung), janantika (bisikan
lirih), karnika (bisikan ke telinga).
• Mantra yang tak diucapkan, disebut ajapa (tanpa ucapan), terdiri
atas: upamsu (diam) yakni makna yang divisualkan atau
dituliskan dalam aksara Sansekerta (mantra aksara, bisa
disamakan dengan rajah); dan manasa (batin), yang dijalankan
melalui meditasi.

Keberadaan guru yang ahli dalam pemantraan dapat kita jumpai


dalam naskah Sanghyang Siksakanda ng Karesyan yang berbahasa dan
beraksara Sunda Kuno. Disebutkan bahwa (terjemahannya) “jika ingin

73
tahu semua aji mantra: jampa-jampa, geugeui(ng), susuratan,
sasaranaan, kaseangan, pawayagahan, puspaan, susudaan, hurip
huripan, tu(n)duk iyem, pararasen, pasakwan; pokoknya semua yang
berhubungan dengan aji, tanyailah kaum brahmana.”
Keberadaan kaun brahmana sebagai pengayom keagamaan dalam
masyarakat tentu memiliki tingkat sosial yang khusus. Pada diri
merekalah, semua ilmu yang berhubungan dengan dunia kedwataan
dan keniskalaan (kegaiban) dapat ditanyakan.
Dari kitab yang ditulis pada 1518 M itu 74erakan7474 mengetahui,
setidaknya, ada dua belas jenis mantra yang beredar pada abad
bersangkutan di Tatar Sunda. Belum lagi bila kita menghitung jumlah
mantera yang beredar di wilayah lain seperti Jawa, Melayu, Bali,
hingga wilayah-wilayah kampung adat seperti Dayak, Kanekes,
Mentawai, dll. Hanya 74eraka, 74erakan keterangan yang menjelaskan
seperti apa bunyi keduabelas mantra yang dimaksud penulis
Sanghyang Siksa Kanda Ng Karesian itu.

4. Hubungan Mantra Dengan Bunyi


Bunyi dalam mantra tentu berperan besar dalam menggalang
kekuatan mantra itu sendiri. Suatu bunyi dalam mantra
memperlihatan sebuah gerak atau aktivitas manusianya. Misalnya
bunyi: “brol”, “-jol” dipakai untuk hal-hal yang dikeluarkan, misalnya
melahirkan. Kita bisa mengambil contoh mantera 74eraka menolong
orang melahirkan dari sebuah naskah koleksi Merapi-Merbabu, yakni:
“… hamtokaken rare jro weteng, ma, om, kaki jol, nini jol kaki
borojol, hamtokna rare jro weteng si hanu denengal porocol, brol, sra,
suruh temu rose rinajahan”.
Contoh lainnya adalah bunyi rep untuk meredam sesuatu.
Contohnya mantra sirep yang berbunyi:
…. Cangkeme tanpa ngucap sirep, hatine tanpa ngangen-angen,
sirep tangane tan lumiwa sirep …. Asu tanpa ngalupa tanpa ngingusa,
sirep ….”

74
Akan tetapi, tak semua mantra mementingkan bunyi. Juga, tak
selamanya mantra dituangkan dalam bentuk bunyi atau
aksara/tektual saja. Mantera pun kadang disertai rajah (gambar).
Selah Danasasmita pernah menguraikan tentang batu “nyatra” dari
Tapos
Batu ini memuat tiga lambang yang menjadi cirri khas penganut
Tantra: lambang padma/75erakan dalam lingkaran terdalam,
sejumlah trisula-ganda dalam lingkaran kedua, dan lambang gajah
dalam lingkaran terluar (lingkaran ketiga). Danasasmita mencatat
bahwa batu “nyatra” (atau batu “mandala”) tersebut digunakan oleh
penganut Tantra 75eraka bermeditasi guna mencapai kondisi
nirawerah (netral).
Keberadaan mantra, sebagai kesatuan bunyi, pada gilirannya
berpengaruh pada perkembangan estetika kebahasaan. Karya-karya
estetis/sastra seperti puisi atau seloka (jelas dari kata sloka) dan
pantun yang mengutamakan ritme dan rima, jelas merupakan
“turunan” mantra.
Dalam pantun, misalnya, kita dapat menemukan “jejak” mantera,
bukan dalam hal kekuatan gaib yang ditimbulkan melainkan dalam
hal jumlah suku kata dan bebunyian ritmis yang melahirkan kekuatan
sastrawi.
Mari kita lihat salah satu contoh bait/pada yang tertera dalam teks
Bujangga Manik, yang ditulis sekitar akhir abad ke-15 atau awal abad
ke-16 M.
“Nu badayung urang Ta(n)jung / nu ru(m)ba urang Kalapa / nu
babose urang Angke / bose rampas bose layung / deungeun bose susu
75erakan” (Para pendayung orang Tanjung, para penimba orang
Kelapa, para pendayung orang Angke, menggunakan dua dayung, juga
menggunakan dayung susu).

75
Sejarah Sastra Lama
By. Muhammad Rizqi Afriyana

76
Sejarah dalam sastra lama ini terbagi atas sejarah balai 77erakan,
sejarah 77erakan77 45 dan sejarah pujangga

1. Sejarah Balai Pustaka (Angkatan Dua Puluhan)

Disebut 77 erakan 77 dua puluhan karena 77 erakan 77 inilahir


pada tahun 1920-an dan disebut 77erakan77 balai 77erakan karena
penerbit yang paling banyak menerbitkan adalah Balai Pustaka.
Balai 77erakan didirikan tahun 1917 oleh Dr. Rinkes. Penerbit ini
sangat berjasa bagi dunia sastra Indonesia karena dengan adanya
penerbit ini lahir berbagai macam karya sastra terkenal.

Balai 77erakan tidak hanya berperan pada masa tahun 1920-an


saja melainkan sampai masa-masa berikutnya bahkan sampai
sekarang. Karya yang paling terkenal pada masa ini adalah Siti
Nurbaya karangan Marah Rusli. Roman ini menceritakan tentang
perjodohan yang masih banyak dilakukan pada masa itu.

Beberapa karya sastra 77 erakan 77 1920-an adalah Azab dan


Sengsara (roman, tahun 1920 oleh Merari Siregar), Muda Teruna
(roman, tahun 1922 oleh Moh. Kasim), Tak Putus Dirundung Malang
(roman, tahun 1929 oleh S.T. Alisyahbana)

2. Sejarah Pujangga

Baru Pujangga baru pada awalnya adalah nama sebuah majalah


bukan nama 77 erakan77. Majalah pujangga baru ini dikelola oleh
Arjmin Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir Alisyahbana. Majalah
ini terbit setiap dua bulan sekali. Malajah lain yang terbit seiring
dengan pujangga baru adalah Panji Pustaka dan pedoman rakyat.
Tetapi pada perkembangannya akhirnya pujangga baru lebih pesat
dan terkenal karena di dalamnya memberi ruang lebih luas untuk
mengembangkan sastra. Sastrawan di seluruh pelosok banyak
diberi tempat untuk mengenalkan karya mereka.

Pedoman rakyat lebih banyak menangkat masalah politik, social


dan budaya (umum) sedangkan panji 77 erakan dianggap
memasung kreativitas sastrawan.

77
Pujangga baru terbit pertama kali pada bulan juli tahun 1933.
Artikel yang mengangkat nama penerbit ini adalah “menuju seni
baru” karya alisahbana. “Kesusasteraan baru” karya armijn pane ini
memperlihatkan keinginan sastrawan mengangkat sastra Indonesia
agar terlepas dari sastra tradisional.

3. Sejarah Angakatan 45

Fase pertama ditandai dengan munculnya tulisan jassin yang


secara jelas hendak mengangkat chairil anwar sebagai tokoh sentral
78erakan78 45.

Fase kedua ditandai dengan pembelaan jassin terhadap


penamaan 78 erakan 78 45 berikut sikap yang melandasi
78erakan78 ini.

Fase ketiga ditandai dengan pembelaan jasssin terhadap sikap


dan semangat 78 erakan 78 45 dengan gagasan humanisme
universalnya. Polemic nama 78 erakan 78 dimulai 78 eraka jassin
menulis artikel “Kesusasteraan di masa Jepang” di dalamnya jassin
mulai menyinggung nama chairil anwar. Sosok penyair yang belum
genap 20 tahun pada masa itu, berani menulis dan mencipta karya
universal. Chairil dikatakan sebagai sosok yang mendobrak dan
pembaharu sastra Indonesia.

Kemudian rosihan anwar melansir pertama kali nama


78erakan78 45. Yang sebnarnya adalah usul chairil anwar. Mengapa
tidak 42, 43, atau 44? Chairil mengatakan 45 lebih tepat karena
hubungannya dengan sejarah “momentopname”.

4. Pembagian Sastra Lama

Dilihat dari sejarahnya, sastra terdiri dari 3 bagian, yaitu :

Kesusastraan Lama, kesusastraan yang hidup dan berkembang


dalam masyarakat lama dalam sejarah bangsa Indonesia.
Kesusastraan Lama Indonesia dibagi menjadi :
• Kesusastraan zaman purba,

78
• Kesusastraan zaman Hindu Budha
• Kesusastraan zaman Islam
• Kesusastraan zaman Arab – Melayu.
Sastra Indonesia terbagi dua menurut zaman pembuatan karya
sastra : ·
Karya Sastra Lama Karya sastra lama adalah Karya sastra
yang lahir dalam masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang
masih memegang adat istiadat yang berlaku di daerahnya. Karya
sastra lama biasanya bersifat moral, 79 erakan 7979 n, nasihat,
adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama. Sastra lama Indonesia
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Terikat oleh kebiasaan dan adat masyarakat
• Bersifat istana sentris
• Bentuknya baku
• Biasanya nama pengarangnya tidak disertakan (79eraka)

5. Karya Sastra Baru


Karya sastra baru Indonesia sangat berbeda dengan sastra lama.
Karya sastra ini sudah tidak dipengaruhi adat kebiasaan masyarakat
sekitarnya. Malahan karya sastra baru Indonesia cenderung
dipengaruhi oleh sastra dari Barat atau Eropa.
Ciri-ciri sastra baru Indonesia adalah:
• Ceritanya berkisar kehidupan masyarakat
• Bersifat dinamis (mengikuti perkembangan zaman)
• Mencerminkan kepribadian pengarangnya
• Selalu diberi nama sang pembuat karya sastra

79
Tahapan Analisis Sastra Lama
By. Priska Yulianty

80
Tahapan analisis sastra lama, juga dikenal sebagai metode kritik
sastra tradisional, yang melibatkan pendekatan 81erakan8181n81ive
terhadap karya sastra dengan menggunakan alat-alat dan konsep yang
telah mapan sejak lama. Meskipun ada beberapa variasi dalam
pendekatan ini, beberapa tahapan yang umum dalam analisis sastra
lama meliputi:

1. Identifikasi dan deskripsi


Tahap ini melibatkan membaca dan mengidentifikasi elemen-
elemen dasar dalam karya sastra, seperti karakter, alur, tema, dan
gaya bahasa. Tujuannya adalah untuk memahami struktur dan
konten karya sastra secara umum.

2. Analisis stilistika
Tahap ini melibatkan penelitian lebih lanjut tentang gaya bahasa
yang digunakan dalam karya sastra. Hal ini termasuk penggunaan
81 eraka retoris, perumamaan, metafora, simbolisme, dan gaya
penulisan lainnya. Fokusnya adalah untuk memahami bagaimana
gaya bahasa dan pilihan kata-kata pengarang dapat memengaruhi
makna dan dampak keseluruhan karya.

3. Konteks sejarah dan budaya


Tahap ini melibatkan penelitian tentang latar belakang sejarah dan
budaya di mana karya sastra itu ditulis. Hal ini dapat mencakup
pemahaman tentang periode waktu, sejarah peristiwa, nilai-nilai
budaya, dan kepercayaan yang mungkin mempengaruhi penulisan
karya sastra tersebut. Tujuannya adalah untuk memahami konteks
di mana karya itu dihasilkan dan bagaimana hal itu mungkin
memengaruhi makna dan pesan yang disampaikan.

4. Analisis karakter
Tahap ini melibatkan penelitian mendalam tentang karakter-
karakter dalam karya sastra. Hal ini mencakup pemahaman
tentang motivasi, konflik, perubahan karakter, dan hubungan
antara karakter-karakter tersebut. Tujuannya adalah untuk

81
memahami kompleksitas dan perkembangan karakter dalam karya
sastra
5. Tafsiran dan penilaian
Tahap ini melibatkan pelibatan unsur-unsur yang telah dianalisis
sebelumnya untuk menghasilkan tafsiran dan penilaian terhadap
karya sastra. Ini meliputi pembahasan makna yang mungkin
terkandung dalam karya, pesan yang disampaikan pengarang, dan
dampak estetika karya tersebut. Tujuannya adalah untuk
memberikan interpretasi yang lebih dalam dan pemahaman
tentang karya sastra.

Tahapan ini mencerminkan pendekatan tradisional terhadap


analisis sastra. Dalam praktiknya, pendekatan analisis sastra telah
berkembang dan beragam seiring berjalannya waktu, dengan
munculnya pendekatan kritis yang lebih modern dan kontekstual.

82
Gurindam
By. Rangga Putra Prawira

83
A. Pengertian Gurindam
Gurindam adalah salah satu bentuk puisi tradisional dalam sastra
Melayu. Gurindam terdiri dari dua bait dalam setiap pasangannya.
Setiap bait terdiri dari dua larik atau baris, dan setiap larik terdiri
dari delapan suku kata. Gurindam umumnya digunakan sebagai
sarana penyampaian nasihat atau ajaran moral kepada
pembacanya.

B. Jenis-jenis gurindam yang dikenal meliputi:


1. Gurindam Kelasik
Gurindam jenis ini sering kali menggunakan bahasa yang
klasik atau bahasa Melayu purba. Gurindam Kelasik biasanya
diwujudkan dalam bentuk perbandingan atau perumpamaan
untuk menyampaikan pesan moral kepada pembaca.
Contoh:
"Gurindam yang hendak disampaikan,
Sungguh banyak kelakuan orang zaman;
Ada mencari pekerjaan dengan rajin,
Ada juga yang tidak mau berusaha sepanjang hari."
2. Gurindam Modern
Gurindam jenis ini menggunakan bahasa Melayu yang lebih
modern dan lebih dekat dengan bahasa sehari-hari. Pesan
moral atau nasihat yang terkandung dalam Gurindam Modern
biasanya lebih aktual dan relevan dengan kehidupan sehari-
hari.
Contoh:
"Pandai mencari ilmu perlu diutamakan,
Janganlah berpangku tangan menunggu keajaiban;
Usaha dan kerja keras terus ditingkatkan,
Sukses akan datang dengan keberanian."

84
3. Gurindam Nasihat

Jenis Gurindam ini fokus pada pemberian nasihat atau


pelajaran kepada pembacanya. Gurindam Nasihat bertujuan
untuk memberikan panduan moral dan etika dalam kehidupan
sehari-hari.
Contoh:
"Hidup ini singkat, nikmati setiap detiknya,
Jangan lupa untuk membantu sesama sebanyak-banyaknya;
Tersenyumlah kepada orang yang kita temui,
Memberi kebahagiaan adalah hikmah yang terindah di dunia."

Itulah beberapa jenis gurindam yang dikenal dalam sastra


Melayu. Setiap jenis Gurindam memiliki ciri khasnya sendiri
dalam menyampaikan pesan moral atau nasihat kepada
pembaca.

85
Pengertian Karya Sastra Lama dan Ciri –
cirinya
By. Rosdina Priyanti

86
Sastra (Sanskerta : shastra) merupakan kata serapan dari bahasa
Sanskerta sastra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau
“pedoman”, dari kata dasar sas- yang berarti “instruksi” atau “ajaran”.
Teks Sastra tidak hanya teks yang berisikan mengenai intruksi ajaran,
lebih dari itu dalam bahasa Indonesia kata ini umumnya digunakan
untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau suatu jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Hal yang harus diketahui juga ada pemakaian istilah sastra dan
sastrawi. Segmentasi sastra lebih membentuk sesuai defenisinya
sebagai sekadar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang
kental dengan nuansa puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan ialah
salah satu contohnya, diartikan sebagai orang yang mempelajari
sastrawi, bukan sastra. Karena, sastrawan adalah seorang yang
menyukai nuansa puitis dan abstraknya, tidak hanya sebuah teks.
Selain itu dalam arti kesusastraan, sastra bisa dibagi menjadi sastra
tertulis atau sastra lisan (sastra oral). Di sini sastra tidak banyak
berhubungan dengan tulisan, tetapi dengan bahasa yang dijadikan
wahana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
19. Pengertian Sastra Lama
Sastra dapat diartikan sebagai tulisan yang mengandung keindahan
tertentu. Dalam sastra, terdapat sastra lama, yang dapat diartikan
sebagai hasil sastra lama yang dihasilkan atau dibuat oleh para
sastrawan pada zaman dahulu.
Periode sastra lama ini berlangsung pada awal masa perkembangan
sastra Indonesia dan masih menggunakan bahasa Melayu dalam karya
sastranya. Sastra lama di Indonesia berkembang pada tahun 1870
hingga tahun 1942.

20. Sejarah Sastra Lama


Sejarah sastra lama ini menurut para ahli sudah berlangsung sejak
zaman purba, sehingga sastra lama berlangsung dari kesusastraan
zaman purba, zaman Hindu, hingga kesusastraan zaman Islam.
Periodisasi sejarah untuk sastra lama ini memang diakui dan
disetujui oleh para sastrawan, tapi tahun berlangsungnya setiap
periode ini berbeda-beda. Berikut ini adalah penjelasan masing-
masing periodisasi dalam sejarah sastra lama.

87
a. Kesusastraan Zaman Purba
Kesusastraan yang ada pada zaman ini merupakan zaman yang
memperlihatkan zaman sebelum terpengaruh oleh kesusastraan India.
Kesusastraan India identic dengan doa, mantra, dongeng, adat istiadat,
hingga silsilah.

b. Kesusastraan Zaman Hindu


Sesuai dengan 88 erakan, kesusastraan pada zaman Hindu ini
merupakan zaman atau saat berbagai cerita dari India yang adalah
ajaran agama Hindu mulai berkembang. Beberapa ahli menuliskan
kesusastraan zaman Hindu menjadi satu dengan kesusastraan zaman
islam.
Namun beberapa ahli juga menuliskan kalau kesusastraan zaman
Hindu ini merupakan zaman peralihan dari kesusastraan zaman purba
ke kesusastraan zaman Islam.
c. Kesusastraan Zaman Islam
Kesusastraan zaman Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke
Indonesia. Namun sebenarnya penggunaan kata Islam ini digunakan
untuk menggantikan kata Arab, yang sebelumnya digunakan untuk
menjelaskan salah satu periodisasi kesusastraan di Indonesia.

Perubahan nama kesusastraan Arab menjadi kesusastraan Islam ini


bukan hanya karena 88erakan yang dianggap kurang tepat, tapi juga
karena adanya berbagai pengaruh Islam dalam kesusastraan yang
berkembang di Indonesia saat itu.

Selain itu, kesusastraan Arab di Indonesia juga digunakan dalam


pelajaran agama, ilmu kebahasaan, hingga syair.

21. Pengertian Sastra Menurut Para Ahli

a. Menurut Ahmad Badrun


Sastra ialah sebuah kegiatan seni yang menggunakan bahasa
dan 88eraka lainnya garis sebagai alat, dan imajinatif.

88
b. Menurut Mursal Esten
Sastra ialah penjelasan sastra fakta sebagai manifestasi
89 erakan 89 dan imajinatif kehidupan manusia (dan
masyarakat) melalui bahasa sebagai media dan memiliki efek
positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

c. Menurut Engleton
Panggilan sastra “Tulisan yang halus” (letters belle) dicatat
bentuk bahasa kerja. Sehari-hari dalam berbagai cara dengan
yang dipadatkan bahasa, didalamkan, tersusun, dan
diterbalikkan dipanjangtipiskan, membuat aneh.

d. Menurut Panuti Sudjiman


Sastra ialah sebuah karya sastra lisan yang memiliki berbagai
karakteristik atau tulisan keunggulan seperti keorisinalan,
kesenian, keindahan dalam isi, dan ungkapannya.

e. Menurut Tarin
Sastra ialah obyek dari gejolak emosional penulis dalam
mengungkapkan, seperti perasaan sedih, frustasi, gembira, dan
sebagainya.

f. Menurut Sumarno
Sastra merupakan pengalaman ekspresi pribadi manusia
berupa, pikiran, perasaan, ide, semangat, iman, dalam bentuk
gambar yangmembangkitkan 89erak beton dengan alat bahasa.
g. Menurut Semi
Sastra Ialah bentuk kreatif dan hasil pekerjaanseni siapa objek
adalah bahasa manusia dan kehidupannya menggunakan
sebagai media.

89
h. Menurut Sumardjo dan Sumaini
Definisi sastra adalah:
• Sastra adalah seni bahasa
• Sastra adalah ekspresi spontan perasaan yang
mendalam.
• Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa
• Sastra adalah kehidupan disegel bentuk dalamsebuah
inspirasi dari keindahan.
• Sastra adalah semua buku yang berisi perasaan
kemanusiaan kebenaran yang benar dan bermoral.
Kesucian dengan sentuhan, luas pandang dan bentuk
yang mempesona.

i. Menurut Damono
Mengungkapkan bahwa kehidupan sastra menampilkan
gambaran, dan kehidupan itu sendiri adalah realitas sosial.
Dalam pengertian ini, kehidupan mencakuphubungan
antar-masyarakat, antar-masyarakat dan individu,
interpersonal, dan antar peristiwa terjadi dalam batin
seseorang.

j. Menurut Suyitno
Sastra adalah sesuatu yang imajinatif, kreatif juga fiktif dan
harus melayani dapat dipertanggungjawabkan.

k. Menurut Saini
Sastra merupakan pengalaman ekspresi pribadi
manusiaberupa, pikiran, perasaan, ide, semangat, iman,
dalam bentuk gambar yang membangkitkan 90erak beton
dengan alat bahasa.

22. Ciri – Ciri Sastra

• Isinya bisa menggambarkan akan manusia dengan berbagai


bentuk permasalahnnya.
• Terdapat susunan bahasa yang baik dan indah.

90
• Cara penyajiannya dapat memberikan kesan dan menarik.

23. Ciri-Ciri Karya Sastra Lama


Sastra lama memiliki beberapa ciri yang membedakannya dengan
jenis sastra lainnya, yaitu:

a. Tidak Ada Nama Pengarang

Karya sastra lama di Indonesia memiliki ciri yang dapat dengan


mudah diketahui, yaitu tidak ada atau tidak menuliskan nama
pengarangnya atau 91eraka. Inilah sebabnya, pada karya sastra
lama seperti legenda, tidak ada nama pengarang yang membuat
karya sastra itu.

b. Penyebarannya Secara Lisan

Ciri kedua dari karya sastra lama adalah penyebarannya yang


dilakukan secara lisan, atau disebarkan melalui cerita yang
dikisahkan oleh setiap orang.

Berbagai karya sastra yang kita baca saat ini bisa ditemukan
dengan mudah, seperti membelinya di toko buku, atau
mencarinya di internet. Namun hal ini berbeda dengan karya
sastra lama.

Karya sastra lama disebarkan secara lisan, yaitu dari setiap


orang yang menceritakannya dari satu orang ke orang lainnya
maupun secara turun-temurun.

c. Temanya Bersifat Fantasi

Tema dari karya sastra lama yang sifatnya cerita fantasi juga
merupakan salah satu ciri karya sastra lama. Kebanyakan tema
dari karya sastra lama sifatnya adalah fantasi.

Ini artinya, tema yang digunakan sifatnya adalah karangan


belaka, tidak nyata, dan tidak masuk akal, sehingga
menghasilkan cerita yang bersifat luar biasa.

91
d. Bersifat Istanasentris

Setting karya sastra lama yang bersifat istanasentris juga


menjadi ciri lain dari karya sastra lama. Bersifat istana sentris
yang dimaksud adalah cerita dari karya sastra lama yang
berpusat atau berfokus di sekitar istana.

Sifat istana sentris dari karya sastra lama ini membuat karya
sastra lama biasanya mengambil tokoh raja atau keluarga
kerajaan.

e. Cerita Adalah Milik Rakyat

Ciri pertama dari karya sastra lama yang sudah dituliskan


adalah nama pengarang karya yang tidak diketahui, atau
92eraka. Ciri ini ternyata juga mempengaruhi ciri lain dari karya
sastra lama, yaitu cerita adalah milik rakyat.

Penyebabnya adalah karena pembuat cerita yang tidak


diketahui siapa orangnya, sehingga cerita tidak bisa diakui
sebagai milik seseorang. Selain itu, karya sastra ini juga
menyebar dari satu orang ke orang lainnya, yang merupakan
rakyat setempat.

92
Pantun
By. Sindy Pebriyana Dewi

93
Pantun adalah jenis puisi tradisional Melayu yang biasanya terdiri
dari empat baris. Setiap baris terdiri dari antara 8 hingga 12 suku kata
dengan pola a-b-a-b atau a-a-b-b. pantun bisa menjadi berbagai macam
fungsi, seperti sebagai hiburan, media dakwah, berkomunikasi dalam
percakapan perasaan cinta, persahabatan, dan kebersamaan. Pantun
biasanya menggunakan Bahasa fuguratif dan bergaya, dengan
mengandung unsurpermpamaan, majas, dan sindiran. Sebagai warisan
budaya bangsa melayu, pantun memiliki nilai-nilai tradisional yang
penting untuk di jaga dan dilestarikan.
Ahli pantun menyatakan bahwa penggunaan kata-kata pada pantun
sebaiknya harus di perhatikan dengan 94eraka agar tidak menyalahi
aturan dalam pembuatan pantun yang baik dan benar. Selain itu, dalam
pantun juga harus memperhatikan irama dan pola bait yang selalu
berbunyi sama pada setiap baris pantun. Ahli pantun juga menekankan
pentingnya menjaga nilai-nilai budaya dan adat dalam pantun, yang
seringkali digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan
moral dan etika kepada masyarakat.
Selain itu, ahli pantun juga menyarankan untuk memperkaya kosa
kata pada pantun dengan mengunakan kata-kata yang memiliki makna
yang dalam, sehingga dapat meningkatkan nilai seni pada pantun
tersebut. Dalam pembuatan pantun, ahli pantun juga menekankan
pentingnya menjaga keindahan tatabahasa dan penggunaan kata yang
tepat, sehingga dapat mempertahankan keaslian dan keindahan dari
pantun itu sendiri
Secara keseluruhan, ahli pantun menekankan bahwa pantun harus
dibuat dengan hati yang 94 eraka dan penuh cinta pada budaya dan
tradisi nene moyang, sehingga dapat di wariskan kepada generasi
selanjutnya sebagai lambang kekayaan seni sastra dan budaya
Indonesia.

94
Berikut adalah beberapa contoh jenis-jenis pantun dalam bahasa
Indonesia:
24. Pantun Nasihat
Seperti itik berenang di air,
Rajin belajarlah agar jadi cerdik dan pandai,
Jangan malas, jangan tinggal diam,
Sukses akan 95eraka jika tekun kamu menjalani.

25. Pantun Lucu


Ayam 95eraka di 95erakan tertawa,
Karena telur ayam yang dipijit ibunya,
Siapa yang bertanya, “Ayam apa yang bisa tertawa?”
Jawabnya, “Ayam bisa tertawa kalau geli dikeroki!”

26. Pantun Cinta


Bunga 95eraka berwarna putih bersih,
Hatiku kini tak lagi bisa berdiam diri,
Kau hadir dengan pesona yang tiada tanding,
Cintaku padamu takkan pernah pudar hingga akhir nanti.

27. Pantun Agama


Hidup ini sementara di dunia fana,
Mari kita jaga amal dan iman,
Ikuti petunjuk agama dengan tulus hati,
Agar hidup kita mendapatkan kebahagiaan abadi.

95
28. Pantun Pendidikan
Pelajar yang rajin jadi juara,
Ilmu dikejar, tak pernah berhenti berlari,
Buku menjadi sahabat, pena jadi alat,
Pendidikanlah kunci kesuksesan di masa depan.

29. Pantun Lingkungan


Gunung hijau berselimut awan,
Hutan lebat menjadi tempat hewan berkumpul,
Mari jaga lingkungan, jangan merusak,
Bersama-sama kita lestarikan alam yang indah ini.
Itu hanya beberapa contoh jenis-jenis pantun yang ada. Pantun
sendiri merupakan bagian dari warisan budaya Indonesia yang
memiliki beragam varian dan fungsi.

96
Contoh Dongeng
By. Siti Atiyah

97
1. Asal-usul Danau Maninjau

Di sebuah perkampungan di kaki Gunung Tinjau, ada sepuluh orang


bersaudara yang biasa disebut Bujang Sembilan. Si sulung bernama
Sani. Mereka mempunyai seorang paman bernama Datuk Limbatang.
Datuk Limbatang pun mempunyai seorang putra bernama Giran.

Suatu hari, Datuk Limbatang berkujung ke rumah Bujang Sembilan


dan disaat itulah Sani dan Giran menyadari bahwa mereka saling
menaruh hati. Seiring berjalan nya waktu, ketika musim panen tiba
kampung tersebut mengadakan adu silat.

Para pemuda kampung termasuk Kukuban dan Giran ikut


mendaftarkan diri. Di acara tersebut Kukuban berhadapan dengan
Giran, keduanya sama-sama kuat. Namun, pada suatu kesempatan
Giran beerhasil menangkis serangan dari Kukuban dan dinyatakan
kalah. Hal ini membuat Kukuban merasa kesal dan dendam terhadap
Giran.

Beberapa hari setelah acara tersebut, Datuk Limbatang datang


untuk meminang Sani. Namun karena dendam, Kukuban menolak
pinangan tersebut dengan memperlihatkan bekas kaki nya yang patah
karena Giran. Hal ini pun membuat Sani dan Giran sedih.

Kemudian, Sani dan Giran sepakat untuk bertemu di ladang untuk


mencari jalan keluar. Saat sedang berbicara, sepotong ranting
beerdurui tersangkut pada sarung Sani dan membuat pahanya terluka.
Giran pun segera mengobatinya dengan daun obat yang telah ia ramu.

Tiba-tiba puluhan orang muncul dan menuduh mereka telah


melakukan perbuatan terlarang, sehingga harus dihukum. Sani dan
Giran berusaha membela diri tetapi sia-sia dan langsung diarak menuju
puncak Gunung Tinjau.

Sebelum dihukum, Giran berdoa jika memang mereka bersalah, ia


rela tubuhnya hancur didalam air kawah gunung. Namun, jika tidak

98
bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi
ikan. Setelah itu, Giran dan Sani segera melompat ke dalam kawah.

Beberapa saat berselang, gunung itu Meletus sangat keras dan


menghancurkan semua yang berada di sekitarnya. Bujang Sembilan
pun menjelma menjadi ikan. Letusan Gunung Tinjau menjadi danau
dan akhirnya diberi nama Danau Maninjau.

Pesan moral yang dapat dipetik adalah jangan berprasangka buruk


terhadap sesorang dan tidak boleh menyimpan dendam. Kedua hal
tersebut dapat merugikan diri kita sendiri.

2. Cerita Legenda Roro Jonggrang

Dahulu, terdapat Kerajaan bernama Prambanan yang dipimpin oleh


Prabu Baka. Ia memiliki putri bernama Roro Jonggrang. Rakyat
merasa sejahtera dibawah kerjaan tersebut.

Berbeda dengan Kerajaan Prambanan, Kerajaan Pengging memliki


raja yang buruk. Ia suka berperang dan memperluas wilayah
kekuasaan nya. Raja Pengging pun memiliki ksatria bernama Bandung
Bondowoso.

Tak hanya kuat, ia juga sakti. Suatu hari ia diperintahkan untuk


menaklukan Kerajaan Prambanan. Usaha penaklukan pun berhasil
dilakukan. Raja Baka tewas, kerajaan Prambanan pun jatuh pada
Kerajaan Pengging.

Tersisa Roro Jonggrang yang ternyata disukai oleh Bandung


Bondowoso. Usai kalah, ia malah dipinang oleh Bandung Bondowoso
untuk jadi permaisurinya.

Roro Jonggrang sebenarnya tak mau menerima, tapi disisi lain


kasihan dengan rakyat Kerajaan Prambanan. Alhasil, Roro Jonggrang
memberikan syarat untuk dibuatkan 1.000 candi dan 2 sumur dalam

99
semalam. Ternyata, Bandung Bondowoso menyanggupi. Dengan
pasukannya, ia nyaris berhasil membangun candi dalam semalam.

Tapi, ia gagal membangun ke-1.000 karena pasukannya mengira


hari sudah pagi usai mendengar bunyi ayam berkokok. Rupanya, usaha
Bandung digagalkan oleh Roro Jonggrang yang mencuranginya, alhasil
putri raja itu akhirnya dikutuk menjadi candi yang ke-1.000.

Pesan moral yang bisa dipetik adalah tidak ada pencapaian yang
dapat diraih dengan instan. Semuanya buth proses. Kemudian, jangan
lah berbuat buruk, kelak keburukan akan berbalik menimpa diri
sendiri.

3. Asal-usul Nama Kota Dumai

Di daerah Dumai berdiri sebuah kerajaan bernama Seri Bunga


Tanjung yang diperintah oleh seorang ratu bernama Cik Sima. Ratu ini
memiliki tujuh orang putri yang elok nan rupawan, dikenal dengan
Putri Tujuh. Dari ke tujuuh putri tersebut, putri bungsu yang paling
cantik, namanya Mayang Sari.

Pada suatu hari, ketujuh putri tersebut sedang mandi di lubuk


Sarang Umai. Tanpa sepengetahuan mereka, ada beberapa pasang mata
yang mengamati mereka, yaitu Pangeran Empang Kuala dan para
pengawalnya. Pangerang terpesona dengan kecantikan Putri Mayang
sari dan ia jatuh cinta kepada sang putri. Bahkan, Pangerang Empang
Kuala sering bergumam lirih, “Gadis cantik di lubuk Umai..cantik di
Umai. Ya, ya….dumai…dumai.” Dari peristiwa inilah konon nama kota
Dumai berasal.

Beberapa hari kemudian, sang pangerang mengirim utusan untuk


meminang putri itu. Pinangan itu pun disambut baik oleh Ratu Cik
Sima. Namun, berdasarkan adat kerajaan, putri tertualah yang berhak
menerima pinangan terlebih dahulu.

100
Mengetahui pinangannya ditolak, Pangeran Empang Kuala naik
pitam karena rasa malu. Sang pangerang pun segera memerintahkan
para panglima dan prajuritnya untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga
Tanjung. Ratu Cik Sima yang mengetahui hal itu segera melarikan
ketujuh putrinya kedalam hutan dan membekali mereka makanan yang
cukup untuk tiga bulan.

Setelah itu, sang ratu Kembali ke kerajaan untuk mengadakan


perlawanan terhadap pasukan Pangeran Empang Kuala. Sudah 3 bulan
berlalu, tetapi pertempuran antara kedua kerajaan itu tak kunjung usai.

Pada suatu senja pasukan Pangeran Empang Kuala sedang


beristirahat di hilir Umai berlindung di bawah pohon-pohon Bakau.
Namun, menjelang malam tiba-tiba mereka tertimpa beribu-ribu buah
bakau yang jatuh dan menusuk ke badan.

Saat pasukan Kerajaan Empang Kuala tak berdaya, datang utusan


Ratu Cik Sima menghadap Pangeran Empang Kuala. Ia meminta
Pangerang untik menghentikan peperangan karena telah membuat
alam negeri Seri Bunga Tnajung marah. Seketika itu, Pangerang
Empang Kuala menyadari kesalahannya dan segera menghentika
peperangan.

Pesan moral yang dapat diambil dari cerita ini adalah permusuhan
akan menimbulkan kerugian dan penyesalan. Selain itu, jangan terlalu
cepat mengambil keputusan disaat hati sedang penuh dengan amarah.

4. Kisah Legenda Danau Toba

Pada zaman dahulu, terdapat pria bernama Toba. Suatu hari, ia


hendak memancing. Tapi, apa yang ia tangkap dari pacingan ternyata
ikan mas yang kemudian beruha menjadi putri cantik. Putri itu
kemudian berterima kasih pada Toba karena membebaskannya.

Putri itu bersedia menjadi istri Toba. Namun dengan syarat, Toba tak
boleh menceritakan asal-usulnya. Meereka akhirnya menikah dan

101
memiliki anak yang dinamai Samosir. Samosir tumbuh menjadi anak
laki-laki yang aktif tapi sayangnya sedikit nakal.

Suatu Ketika, Samosir diminta membawakan bekal makanan untuk


ayahnya. Ditengah jalan, Samosir malah memakannya hingga bekalnya
sedikit. Sampai pada ayahnya, Toba terkejut bekal yang dibawakan
sedikit. Merasa kecewa, Toba malah memarahi Samosir.

Ia melanggar janji nya sampai menyebut Samosir adalah anak ikan


yang tidak tahu diuntung. Samosir sontak kaget dan sedih. Ia langsung
pulang dan mengadu pada ibunda. Janji yang telah dilanggar akhirnya
berbuah pahit. Sang istri dan Samosir tiba-tiba hilang.

Kemudian hilangnya mereka malah berganti menjadi semburan air


yang dahsyat dekat dengan tempat tinggalnya. Alhasi, semburan
tersebut menjadi danau yang kemudian dinamakan Danau Toba.
Sementara, pulau di tengahnya diberi nama Samosir.

Pesan moral yang dapat diambil dari legenda Dana Toba adalah
jangan sekali-sekali melanggar janji yang sudah disepakati.

5. Cerita Legenda Batu Menangis

Dongeng ini berasal dari Kalimantan, berkisah tentan seorang gadis


yang cantik, namun perilakuya tak seelok rupanya. Ia merupakan anak
dari seorang Wanita yang merupakan ibu tunggal dan pekerja keras.

Suatu saat, gadis itu diajak ibunda pergi ke pasar yang jaraknya jauh
dari rumah. Mereka harus melewati desa-desa untuk mencapainya.
Lagi-lagi, gadis itu sibuk memamerkan kecantikannya di depan
masyarakat desa.

Parahnya, ia berlagak seperti majikan, sementara ia menganggap


ibunda seperti pembantunya. Setiap kali ditanya warga, ia hanya
membalas bahwa ibunda adalah pembantunya. Sekali, dua kali, ibunda
masih tegar.

102
Tapi, begitu gadis nya berbohong berkali-kali, hatinya sakit. Kerja
keras dan keberadaannya seolah tak dianggap. Sampai akhirnya,
ibunda berhenti dan berdoa agar gadisnya diberi pelajaran.

Gadis itu kemudian merasa aneh, kakinya kaku dan terkejut melihat
kakinya berubah jadi batu. Rupanya ibunda mengutuknya. Baru
separuh badan menjadi batu, gadis itu memohon ampun. Tapi,sudah
terlambat. Sampai ia menangis-nangis, kutukan itu berlanjut. Hingga
jadi batu pun, air mata sang gadis masih berlinang.

Begitulah legenda Bat Menangis. Pesan moral yang dapat diambil


adalah jangan durhaka pada orang tua. Berbaktilah pada orang tua.

6. Kisah Putri Ular

Suatu negeri di Kawasan Simalungun, dipimpin oleh seorang raja


yang baik dan arif. Raja terebut memiliki seorang putri yang cantik
jelita hingga berita kecantikan putri itu diketahui seluruh pelosok
negeri. Termasuk seseorang raja muda yang memerintah di sebuah
kerajaan yang letaknya tidak jauh dari kerajaan ayah sang putri.

Mendengar kabar tersebut, raja muda yang tampan itu berniat


untuk melamar sang putri. Keesokan harinya rombongan utusan raja
muda datang ke tempat tinggal sang putri. Sesampainya disana, mereka
segera menyampaikan pinangan dari Rajanya dan dengan sukacita
diterima oleh ayah sang putri. Raja muda sangat gembira mengetahui
pinangannya diterima.
Malamnya, sang raja memberitahukan pada putrinya bahwa ada
seorang raja muda yang meminangnya. Dengan malu-malu, putri
mengangguk bersedia. Sang raja mengingatkan putrinya untuk
menjaga diri baik-baik agar tidak terjadi sesuatu yang dapat
membatalkan penikahan.

Suatu hari, sang putri pergi mandi ditemani beberapa orang dayang-
nya disabuah kolam yang berada di belakang istana. Setelah beberapa

103
saat berendam, sang putri duduk di atas batu di tepi kolam sambil
membayangkan betapa bahagianya saat pernikahan nanti. Saat Sang
putri asyik mengkhayal, tiba-tiba angin bertiup kencang dan sebuah
ranting pohon yang ujung nya tajam mendadak jatuh tepat mengenai
hidungnya dan menjadi luka.

Sang putri panik membayangkan pernikahannya dengan raja muda


akan gagal. Pikiran itu berkecamuk di kepalanya hingga sang putri pun
jadi putus asa . sambal menangis, ia berdoa minta dihukum atas
perbuatannya tersebut. Tidak lama kemudian, petir menyambar dan
seketika kaki sang putri mengeluarkan sisik.

Sisik tersebut semakin merambat keatas. Dayang-dayang nya kaget


dan segera memanggil kedua orang tua putri. Sesampainya di kolam
pemandian, mereka sudah tidak melihat sang putri. Yang tampak hanya
seekor ular besar yang pergelung diatas batu.

Ular besar penjelmaan sang putri pun segera pergi meninggalkan


mereka dan masuk ke dalam semak belukar. Sang raja dan permaisuri
beserta dayang-dayangnya tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka pun
menyesali Nasib malang sang putri.

Pesan moral yang dapat di ambil dari kisah ini adalah berhati-hati
dengan permohonan. Hal apapun yang membuat kalian sedih , jangan
sampai bermoho untuk sesuatu yang buruk.

7. Kisah Lengenda Situ Bagendit


Situ Bagendit adalah salah satu destinasi wisata di Kabupaten Garut.
Terdapat legenda atau cerita rakyat di balik Situ Bagendit.
Dahulu,tinggal seorang perempuan bernama Nyai Bagendit. Ia
adalah perempuan kaya raya berkat warisan harta berlimpah dari
mendiang suaminya.

Takut jatuh miskin, Nyai Bagendit terkenal kikir dan tak ramah pada
warga sekitarnya. Kalua pun ada yang meminjam uang, Nyai Bagendit
memberikan bunga yang tinggi. Bahkan, ia pun trga meminta

104
suruhannya untuk perlakukan peminjam dengan kasar kalua utangnya
tak kunjung bayar.

Suatu hari, datanglah kakek-kakek misterius membawa tongkat. Ia


merasa haus dan meminta minum pada Nyai Bagendit, ia menolaknya.
Ia pun masuk kedalam rumahnya, tanpa sadar bahwa sang kakek
menancapkan tongkatnya di pekarangan rumahnya.

Kakek tersebut kecewa dan akhirnya memutuskan pulang. Ia


kemudian menarik tongkatnya dan muncullah air dari tanah yang
keluar sangat deras. Air tersebut lama-kelamaan menjadi genangan
dan banjir. Di situ, Nyai Bagendit tak lagi memikirkan nyawa. Ia malah
sibuk menyelamatkan harta hingga akhirnya tenggelam sia-sia
bersama hartanya.

Pesan nmoral yang dapat di ambil dari cerita legenda Situ Bagendit
adalah jangan kikir dan seringlah bersedekah. Harta yang dibawa
sampai mati adalah harta yang sia-sia.

8. Dongeng Anak Sangkuriang


Dayang Sumbi adalah Wanita sakti keturunan Raja Sungging
Perbangkara. Parasnya cantik dan kala itu ia menolak lamaran dari
para lelaki yang sering ia terima. Suatu saat, Ketika mengasingkan diri
bersama anjingnya, Tumang, di hutan. Gulungan benang jahitan
tenunnya jatuh.

Dayang Sumbi kemudian tanpa sadar melontarkan pernyataan,


siapa saja yang dapat mengambilkan gulungan benang tersebut jika dia
perempuan, akan dijadikannya saudara. Namum, jika laki-laki maka
akan dijadikan suami.

Di luar dugaan, si Tumang anjing peliharaannya yang mengambilkan


gulungan tersebut. Dan karena sudah berjanji, akhirnya Dayang Sumbi
menikah dengan si Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa
yang menjelma menjadi anjing. Dari pernikahan itu, lahir anak yang
diberi nama Sangkuriang.

105
Suatu hari ketika Sangkuriang hendak berburu bersama Tumang,
disuruhnya Tumang untuk mengejar babi betina Wayung, yang tak lain
adalah ibunya Dayang Sumbi. Karena tidak menuruti perintah
Sangkuriang, dibunuhlah si Tumang oleh Sangkuriang. Hati si Tumang
diambil oleh Sangkuriang dan diberikan kepada ibunya, Dayang Sumbi
untu dimasak dan disantap.

Mengetahui bahwa yang dimakannya itu adalah hati si Tumang,


kemarahannya pun memuncak. Seketika itu, kepala Sangkuriang
dipukul hingga terluka dan diusir dari tempat tinggalnya.

Waktu terus berlalu, hingga Sangkuriang tumbuh menjadi lelaki


yang gagah dan tampan. Entah berapa lama ia berkelana hingga tanpa
disadarinya, Sangkuriang Kembali ke hutan tempat asalnya. Ia bertemu
Wanita cantik yang tak lain adalah Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi awalnya takt ahu itu anaknya. Keduanya pun saling
suka. Tapi, begitu ia kenal dan sadar bahwa pria yang ingin
menikahinya adalah Sangkuriang, ia makin terkejut. Alhasil ia
memberikan satu syarat, Sangkuriang harus mampu membuat danau
dan perahu serta membendung sungai citarum dalam waktu satu
malam.

Sangkuriang menyanggupi persyaratan ini karena dia telat berguru


dan menjadi orang sakti mandraguna. Alhasil, Sangkuriang ternyata
mampu memenuhi persyaratan yang diberikan Dayang Sumbi
kepadanya. Dengan segala upaya, Dayang Sumbi berhasil membuat
Sangkuriang geram. Ia menendang perahu setengah jadi dengan sekuat
tenaga dan terguling dalam keadaan tertelungkup hingga akhirnya
muncul sebutan Tangkuban Perahu.

Pesan moral yang dapat diambil adalah bersikaplah untuk jujur


karena kejujuran akan membawa kebaikkan dan kebahagiaan di
kemudian hari. Perbuatan curang akan merugikan diri sendiri serta
bisa mendatangkan musibah bagi diri sendiri ataupun orang lain.

106
9. Kisah Malin Kundang
Alkisah hidup lah seorang bunda yang berprofesi sebagai nelayan. Ia
merupakan orang tua tunggal yang hidup bersama putra satu-satunya,
Malin Kundang. Penghasilan ibunda tidak lah cukup untuk memenuhhi
kebutuhan mereka.

Ketika Malin beranjak besar, Malin meminta izin kepada ibunda


untuk merantau. Ia ingin mengadu Nasib, siapa tahu ia beruntung.
Berlayarlah Malin dan merantau selama beberapa tahun.
Beberapa tahun setelahnya, harapan Malin tercapai. Ia menjadi
orang berhasil dan menjadi saudagar kaya raya. Ia sampai menikah
dengan putri bangsawan. Sayangnya, ia berbohong mengenai lataar
belakangnya pada keluraga sang istri.

Suatu ketika, Malin rindu kampung halaman. Ia pulang ke kampung


mengajak serta istrinya. Ia pun berbagi-bagi uang kepada masyarakat
desa. Kedatangan Malin pun sampai ke telinga ibunda.

Tak sabar, ibunda langsung bergegas menemui Malin. Tapi, apa yang
ia harapka tak sesuai kenyataan. Malin tahu itu ibunda, tapi tak mau
mengaku di depan istri nya karena malu ibunda kenakan pakaian lusuh.
Istrinya pun kebingungan karena Malin mengaku padanya kalua
ibunda sudah tiada.

Merasa sakit hati, ibunda Malin pun memngutuknya. Tak lama hujan
deras, permintaan ampun Malin tak lagi didengar. Ia pun berubah
menjadi batu.

Pesan moral yang dpat diambil dari cerita tersebut adalah


sayangilah ibunda karena perjuangan nya melahirkan, merawat, serta
mendidik taka da bandingannya dengan apapun yang dilakukan anak.

10. Legenda Siamang Putih


Seorang Raja bernama Tuanku Raja Kecik mengadakan sebuah pesta
untuk mencarikan jodoh bagi cucunya yang cantik jelita. Puti Julian.

107
Pada malam sebelum pesta, puti Julian bermimpi bertemu denan
seorang pemuda bernama Sutan Rumandung.

Ia kemudian menjadi manusia biasa dan turun ke desa. Ketika turun,


di desa sedang ada upacara merti desa. Namun, warga bukan
menyambut hangat dan malah mengusir kaeran penampilan nya yang
compang-camping.

Beruntung, ia di sambut oleh Nyai Latung, Wanita tua dari desa


tersebut. Baru Klinting kemudia mencari perhatian warga desa dengan
menancapkan lidi ke lesung kayu. Ia memberi woro-woro siapa yang
berhasil mencabutnya. Ternyata tidak ada yang bisa mencabutnya.

Baru Klinting pun mencabutnya, seketika keluar air dari dalam


tanah. Lama-kelamaan, air tersebut menenggelamkan seluruh desa.
Genangan air tersebut kemudian dikenal sebagai Rawa Pening.
Pesan moralnya adalah Hargai orang lain dan jangan lah saling
membenci. Dan jangan menilai orang dari penampilan luarnya saja.

108
Foklor
By. Siti Haryani

109
1. Pengertian Folklor

Folklor merupakan bentuk serapan dari kata bahasa Inggris,


yaitu folklore. Menurut Alan Dundes, kata folklore merupakan kata
majemuk yang berasal dari dua kata dasar, yakni folk dan lore.
Kata folk berarti sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri
pengenalan fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat
dibedakan dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Ciri-ciri
pengenalan fisik tersebut antara lain warna kulit, rambut, mata
pencaharian, bahasa, 110erakan110110n, dan agama yang sama.

Sedangkan kata lore diartikan sebagai kebudayaan yang


diwariskan secara lisan atau melalui contoh yang disertai gerak
isyarat atau alat pembantu pengingat

Sementara menurut Kamus Bahasa Besar Indonesia (KBBI),


110 erakan110 adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat
yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian


110erakan110 adalah suatu kebudayaan manusia (kolektif) yang
disebarkan dan diwariskan secara tradisional (turun temurun)
dari generasi ke generasi, baik dalam bentuk lisan maupun dalam
bentuk isyarat atau alat pembantu pengingat.

Oleh sebab itu, 110 erakan110 kerap dikaitkan dengan tradisi


dan kesenian yang berkembang seiring zaman dan menyatu dalam
kehidupan masyarakat.

Dalam masyarakat Indonesia, setiap daerah, etnis, suku,


kelompok, bangsa, dan masing-masing agama telah
mengembangkan 110 erakan 110 sendiri-sendiri. Karena itu,
Indonesia memiliki beragam 110erakan110, demikian dikutip dari
buku Pendidikan Seni Rupa Estetik Sekolah Dasar oleh Ariana
Restian.

110
2. Falklor Menurut para ahli

Menurut Endraswara, (2013: 1) secara etimologi folk adalah


sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan
budaya. Pendapat ini sejalan dengan Danandjaya, (1991: 2) folk
adalah sinonim dengan kolektif yang juga memiliki ciri-ciri
kebudayaan yang sama.

Sedangkan, Taylor (Danandjaya, 2003: 31) 111 erakan 111


adalah bahan- bahan yang diwariskan dari tradisi, melalui kata-
kata dari mulut-kemulut maupun dari praktik adat istiadat.
Dengan kata lain, 111erakan111 pada dasarnya merupakan wujud
budaya yang diturunkan dan atau diwariskan secara turun-
temurun secara lisan (oral).

3. Ciri-ciri Folklor

Kedudukan 111 erakan 111 dengan kebudayaan lainnya tentu


saja berbeda, agar dapat membedakan antara 111 erakan 111
dengan kebudayaan lainnya, harus diketahui ciri-ciri utama
111 erakan 111 . Berikut ciri-ciri 111 erakan 111 , sebagaimana
dikutip dari Buku Ajar Mata Kuliah Folklor oleh Lira Hayu Afdetis
Mana:

a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan dengan


lisan, yaitu melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu
generasi ke generasi selanjutnya.

b. Bersifat tradisional, yaitu disebarkan dalam bentuk


111erakan111 tetap atau dalam bentuk standar.

c. Berkembang dalam versi yang berbeda-beda. Penyebaran


melalui lisan membuat 111 erakan 111 mudah mengalami
perubahan. Akan tetapi, bentuk dasarnya tetap bertahan.

111
d. Bersifat 112eraka, artinya pembuat sudah tidak diketahui lagi
orangnya.

e. Biasanya mempunyai bentuk pola. Kata-kata pembuka


112 erakan112 misanya “Menurut sahibul hikayat (menurut
yang empunya cerita) atau dalam bahasa Jawa misalnya
dengan kalimat anuju sawijang dina (pada suatu hari).

f. Mempunyai manfaat dalam kehidupan kolektif. Cerita rakyat


misalnya berguna sebagai alat 112 erakan 112112 n, pelipur
lara, protes sosial, dan cerminan keinginan terpendam.

g. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak


sesuai dengan logika umum. Ciri ini terutama berlaku bagi
112erakan112 lisan dan 112erakan112 lisan.

h. Menjadi milik 112erakan (kolektif) dari masyarakat tertentu.

i. Umumnya bersifat lugu atau polos sehingga seringkali


kelihatan kasar atau terlalu sopan. Hal ini disebabkan banyak
folklore merupakan proyeksi (cerminan) emosi manusia yang
jujur.

4. Jenis-Jenis Folklor

Jan Harold Brunvand, seorang ahli 112 erakan 112 Amerika


Serikat, membagi 112 erakan112 ke dalam tiga kelompok besar,
yaitu 112 erakan 112 lisan, 112 erakan 112 112 erakan 112 lisan,

112
dan bukan lisan. Adapun penjelasannya, sebagaimana mengutip
dari buku Sejarah: untuk Kelas 1 SMA oleh M. Habib Mustopo,
yakni sebagai berikut:

a. Folklor Lisan
Folklor jenis ini dikenal juga sebagai fakta mental (mentifact)
yang meliputi sebagai berikut:

• Bahasa rakyat seperti logat bahasa (dialek), slang, bahasa


tabu, onomatis.
• Ungkapan tradisional, seperti pribahasa dan sindiran
• Pertanyaan tradisional yang dikenal sebagai teka-tek
• Sajak dan puisi rakyat, seperti pantun dan syair

b. Folklor Sebagian Lisan


Folklor ini dikenal sebagai fakta sosial (sociofact), meliputi:

• Kepercayaan dan takhayul


• Permainan dan hiburan rakyat setempat
• Teater rakyat, contoh: lenong, ketoprak, dan ludruk
• Tari rakyat, contoh: tari tabayun, doger, jaran kepang, dan
ngibing
• Upacara tradisional, contoh: tingkeban, turun tanah, dan
temu manten
• Pesta rakyat tradisional, contoh: bersih desa sesudah
panen dan selamatan

c. Folklor Bukan Lisan


Folklor ini dikenal sebagai artefak, di antaranya meliputi:

• Arsitektur bangunan rumah yang tradisional, seperti Joglo


di Jawa, Rumah Gadang di Minangkabau, Rumah Bentang
di Kalimantan, dan Honay di Papua
• Seni kerajinan tangan tradisional
• Pakaian tradisional

113
• Peralatan dan senjata khas tradisional
• Makanan dan minuman khas daerah
• Obat-obatan rakyat
• Peralatan dan senjata khas tradisional

5. Fungsi Folklor
Terdapat empat fungsi 114 erakan 114 , meliputi hal-hal sebagai
berikut:

• Sebagai 114eraka proyeksi,


• Sebagai alat pengesahan pranata-pranata
• Sebagai alat pendidik anak.
• Sebagai alat pemaksa

Perkembangan Sastra Lama di Indonesia


By. Wina Siva Roptiani

114
115
Perkembangan sastra lama di Indonesia mencakup berbagai periode
dan genre sastra yang telah berkembang sejak zaman kuno hingga
awal abad ke-20. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang
perkembangan tersebut beserta contoh karya-karya terkenal:

1. Zaman Kuno:

Pada zaman kuno, sastra Indonesia umumnya bersifat lisan dan


diturunkan secara tradisional. Contohnya adalah:

a. Dongeng dan cerita rakyat seperti “Bawang Merah Bawang


Putih” dan “Legenda Roro Jonggrang”.
b. Syair-syair tradisional seperti pantun, gurindam, dan seloka.
2. Zaman Hindu-Buddha

Pada masa ini, pengaruh agama Hindu-Buddha sangat kuat, dan


sastra berkembang dalam bahasa Sanskerta. Contoh karya pada
periode ini adalah:

a. Kakawin Ramayana: Epos yang mengisahkan kisah pangeran


Rama dan perjuangannya menyelamatkan Sita dari Ravana.
b. Kakawin Arjuna Wiwaha: Karya 116era yang menceritakan
perjalanan Arjuna dalam mencapai kesempurnaan sebagai
seorang ksatria.
3. Zaman Islam

Setelah agama Islam masuk ke Indonesia, sastra berkembang


dalam bahasa Melayu dan menampilkan pengaruh Islam. Contoh
karya pada periode ini adalah:

116
a. “Hikayat Hang Tuah”: Cerita tentang keberanian dan
kejujuran Hang Tuah, salah satu tokoh pahlawan Melayu yang
terkenal.
b. “Syair Ken Tambuhan”: Salah satu karya sastra Melayu yang
menggambarkan nilai-nilai moral dan ajaran Islam.
4. Zaman Kolonial:

Pada masa penjajahan Belanda, sastra berkembang dalam bahasa


Belanda dan Melayu. Contoh karya pada periode ini adalah:

a. “Max Havelaar” karya Multatuli (Eduard Douwes Dekker):


Novel yang menggambarkan kekejaman dan penindasan
117erakan117 Belanda di Hindia Belanda.
b. “Salah Asuhan” karya Abdul Muis: Novel yang mengkritik
pandangan masyarakat terhadap hubungan antara pria dan
117eraka pada masa itu.
5. Zaman Nasionalisme

Pada abad ke-20, semangat nasionalisme bangkit, dan sastra


digunakan sebagai sarana perjuangan melawan penjajahan.
Contoh karya pada periode ini adalah:

a. Puisi-puisi Chairil Anwar: Menampilkan semangat


kebebasan, ketidakpuasan terhadap kondisi sosial, dan
pembaruan bahasa.
b. “Tjerita dari Blora” karya Sutan Takdir Alisjahbana: Novel
yang menggambarkan kehidupan masyarakat desa dan
mengkritik kondisi sosial pada masa itu.

117
6. Zaman Angkatan Pujangga Baru

Pada periode ini, yaitu tahun 1930-an hingga 1940-an, terjadi


118erakan sastra yang disebut Angkatan Pujangga Baru. Contoh
karya pada periode ini adalah:

a. Puisi-puisi Amir Hamzah: Menyentuh tema asmara,


keindahan alam, dan kritik sosial.
b. “Buku Pintar” karya Armijn Pane: Kumpulan cerpen yang
menampilkan tema-tema kehidupan sehari-hari dan
perjuangan sosial.

Itulah beberapa contoh perkembangan sastra lama di Indonesia


beserta karya-karya terkenal pada setiap periode. Setiap karya
tersebut mencerminkan pengaruh budaya, perubahan sosial, dan
pemikiran pada masa-masa tersebut.

118
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti Rini (2017). SASTRA LAMA, UNIVERSITAS WIJAYA


KUSUMA SURABAYA.
https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-syair
https://id.wikipedia.org/wiki/Mantra
https://seputarilmu.com/mantra.html
https://www.kompas.com/periodisasi-sastra-indonesia
https://www.indonesiana.id/perkembangan-sastra-lisan-dan-
sastratulisan-di-indonesia
https://www.indonesiana.id/perkembangan-sastra-lisan-dan-
sastratulisan-di-indonesia
https://www.indonesiana.id/perkembangan-sastra-lisan-dan-
sastratulisan-di-indonesia
https://bukunesia.com/karya-sastra-lama/
https://bprsku.co.id/pengertian-sastra-menurut-para-ahli-dan-
jenisnya-terlengkap/
https://www.ruangguru.com/blog/dongeng
https://blaajar.com/perbedaan-sastra-lama-dengan-sastra-modern
https://www.donisetyawan.com/karya-sastra-zaman-hindu-budha/
https://www.dosenpendidikan.co.id/cerita-rakyat/
https://id.wikipedia.org/wiki/Legenda
https://id.wikipedia.org/wiki/Folklor
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-pantun/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/gurindam-pengertian-ciri-
bentuk-dan-contohnya

119
PROFIL PENULIS

Kami adalah mahasiswa/i Universitas Pamulang Fakultas Sastra


Prodi Sastra Indonesia Semester Pertama. Di kampus ini, kami
adalah mahasiswa/i Reguler C dimana hanya mengikuti
perkuliahan hanya di hari sabtu. Kelas kami tepatnya berada di
lantai 10 di ruangan 1016 atau kelas 02 SIDE003.

Ini adalah buku pertama yang kami terbitkan dimana untuk


menyelesaikan tugas dari Dosen kami khususnya mata kuliah
Sastra Lama. Semoga bermanfaat untuk para pembaca dan bisa
menikmatinya.

Kepadatan waktu bekerja tak menggoyahkan semangat kami


untuk terus menempuh pendidikan. Menurut kami, pendidikan
adalah sesuatu yang sangat penting untuk bekal kami dalam
kehidupan dan menempuh masa depan.

Kami percaya bahwa semangat juang tinggi dan terus berkarya


untuk Indonesia yang lebih baik.

Sekian dari kami.

120
Catatan

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

.............................................................................................................................

121
122

Anda mungkin juga menyukai