Anda di halaman 1dari 16

TRADISI LISAN DAN FOLKLOR

Rakha Bagus Rizqullah


TRADISI LISAN DAN FOLKLOR
1. Pengertian
2. Fungsi
3. Ciri ciri
4. Jenis
PENGERTIAN TRADISI LISAN

Tradisi lisan merupakan salah satu jenis warisan kebudayaan masyarakat setempat
yang proses pewarisannya dilakukan secara lisan. Menurut Jan Vansina, pengertian tradisi
lisan (oral tradition) adalah "oral testimony transmitted verbally, from one generation to
the next one or more” (kesaksian yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi).
Tradisi lisan muncul di lingkungan kebudayaan lisan dari suatu masyarakat yang belum
mengenal tulisan. Di dalam tradisi lisan terkandung unsur-unsur kejadian sejarah, nilai-
nilai moral, nilai-nilai keagamaan, adat istiadat, cerita-cerita khayalan, peribahasa,
nyanyian, serta mantra-mantra suatu masyarakat.
FUNGSI TRADISI LISAN

1. Sebagai symbol identitas masyarakat tertentu

2. Sebagai symbol solidaritas masyarakat tertentu

3. Untuk melukiskan kondisi fakta mental masyarakat


CIRI CIRI TRADISI LISAN

1. Penyampaian pesan yang disampaikan secara lisan

2. Pesan yang disampaikan dari generasi tua ke muda

3. Pesan yang disampaikan melalui dongeng,ucapan,nyanyian, maupun musik


JENIS TRADISI LISAN

1. Cerita Rakyat
Cerita rakyat adalah cerita pada zaman dahulu yang hidup di kalangan rakyat yang diceritakan secara
turun-temurun. Meskipun sebagian besar isi cerita rakyat hanya berisi cerita khayalan, namun di dalam
cerita rakyat tersebut terkandung pesan moral yang berisi nasihat-nasihat. Oleh karena itu, cerita rakyat
dapat dipakai sebagai sarana pewarisan kebudayaan dan adat istiadat dari suatu masyarakat kepada
generasi berikutnya.
Menurut William R. Bascom, cerita rakyat terdiri atas tiga golongan, yaitu mitos, legenda, dan dongeng.
Contoh cerita rakyat yang berupa cerita mitologi adalah cerita terjadinya dewi padi, Dewi Sri, dan cerita
terjadinya mado (marga) di Pulau Nias.
Contoh cerita rakyat berupa legenda adalah legenda Ken Arok, legenda Panji, dan legenda para Wali.
Contoh cerita rakyat yang berupa dongeng adalah dongeng Sang Kancil, Ande-Ande Lumut, Bawang Putih
dan Bawang Merah, Sang Kuriang atau legenda terjadinya Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, dan
dongeng Bujang Munang dari Kalimantan Barat.
JENIS TRADISI LISAN

2. Bahasa Rakyat

Menurut James Danadjaja dalam buku Folklor Indonesia, bentuk-bentuk tradisi lisan yang termasuk
dalam kelompok bahasa rakyat adalah logat atau dialek, slang, bahasa pedagang (shoptalk), bahasa sehari-
hari yang menyimpang dari bahasa konvensional (colloquial), sirkumlokusi, cara pemberian nama pada
seseorang, gelar kebangsawanan, bahasa bertingkat (speech level), kata-kata onomatopoetis
(onomatopoetic), dan pemberian nama tradisional jalan atau tempat tertentu berdasarkan legenda sejarah
(onomastis).
JENIS TRADISI LISAN

3. Sajak atau Puisi Rakyat


Ciri khas tradisi lisan berbentuk sajak rakyat adalah kalimatnya berbentuk terikat (fixed phrase). Sajak atau
puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang terdiri atas beberapa deret kalimat yang dibentuk berdasarkan unsur
mantra, panjang pendeknya suku kata dan lemah kuatnya tekanan suara atau irama.
Sajak atau puisi rakyat dapat berbentuk ungkapan tradisional (peribahasa), pertanyaan tradisional (teka-teki),
cerita rakyat, dan kepercayaan rakyat berupa mantra-mantra.
Suku-suku bangsa di Indonesia memiliki banyak sekali khazanah puisi rakyat yang masih belum tergali
kekayaannya. Contoh puisi rakyat di dalam suku bangsa Jawa adalah jenis puisi rakyat yang harus dinyanyikan
yang disebut tembang. Contoh puisi rakyat berbentuk tembang adalah tembang sinom, kinanti, pangkur, dan
durma. Contoh puisi rakyat di dalam suku bangsa Sunda adalah puisi rakyat yang berfungsi sebagai sindiran
yang disebut sisindiran.
JENIS TRADISI LISAN

4. Peribahasa Rakyat
Menurut Cervantes, peribahasa atau ungkapan tradisional adalah kalimat pendek berisi nasihat bijak bagi
masyarakat. Di Indonesia setiap suku bangsa memiliki khazanah peribahasa rakyat yang berisi petuah-petuah
bijak dan pedoman nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, di Bali terdapat peribahasa rakyat
yang berbunyi, ”yen melali aluthan, dan takhut selem” (jika berani bermain dengan arang, jangan takut menjadi
hitam). Arti peribahasa tersebut adalah apabila seseorang berani menghadapi bahaya maka ia juga harus
menghadapi resikonya. Peribahasa rakyat atau ungkapan tradisional memiliki dua sifat dasar, yaitu berbentuk satu
kalimat ungkapan dan mempunyai bentuk yang baku.
JENIS TRADISI LISAN

5. Teka Teki Rakyat


Pertanyaan tradisional atau teka-teki rakyat adalah pertanyaan yang sukar untuk dijawab dan baru dapat dijawab setelah
diketahui jawabannya.
Menurut Robert A. Georges dan Alan Dundes, berdasarkan unsur pertentangan di dalam pertanyaan dan jawabannya,
maka tekateki rakyat atau pertanyaan tradisional tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, antara lain

-teka-teki yang tidak bertentangan (non oppositional riddles);


-teka-teki yang bertentangan (oppositional riddles).

Pembagian jenis teka-teki rakyat yang tidak bertentangan pertanyaannya dan jawabannya didasarkan atas unsur-unsur
yang bersifat harfiah (literal) atau kiasan (metaphorical). Contoh tekateki yang tidak bertentangan yang bersifat harfiah
adalah ”apa yang hidup di sungai?” Jawabannya adalah ”ikan!” Contoh teka-teki yang tidak bertentangan yang bersifat
kiasan, adalah ”apakah dua baris kuda putih berbaris di atas bukit merah itu ” Jawabannya adalah ”sederet gigi di atas
gusi!”

Ciri teka-teki bertentangan (oppositional riddles) adalah pertentangan antara sepasang unsur pelukisannya (descriptive
elements). Salah satu contoh teka-teki rakyat yang bertentangan di antara unsur-unsur pelukisannya adalah pertanyaan ”apa
yang pergi ke sungai meminum dan tidak meminum?” Jawabannya adalah ”sapi dan gentanya!” Di dalam pertanyaan
tersebut terdapat unsur pertentangan antara unsur pelukisan kedua (genta yang tidak meminum) yang mengingkari unsur
pelukisan pertama (sapi yang meminum).
PENGERTIAN FOLKLOR

Kata folklore merupakan pengindonesiaan dari bahasa Inggris folklore, berasal dari dua
kata folk dan lore. Kata folk berartisekelompok orang yang memiliki ciri pengenal fisik,
social dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok kelompok social lainnya.
Ciri pengenal itu antara lain: warna kulit, bentuk rambut, mata pencaharian, dsb.
Kata lore merupakan tradisio dari folk, yaitu sebagian kebudayaan yang diwariskan secara
lisan atau melalui salah satu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat bantu
pengingat.
Folklore adalah bagian dari kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara
tradisional baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai isyarat atau alat bantu
poengingat.
Sedangakn menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat istiadat
tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun, tetapi tidak dibukukan
FUNGSI FOLKLOR

• Sebagai sistem proyeksi, yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif.
• Sebagai alat pendidik anak.
• Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan.
• Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi
anggota kolektifnya.
CIRI CIRI FOLKLOR
• Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan
suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
• Tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk yang relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam
waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi).
• Ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut
(lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi, folklore dengan
mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian, perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk
dasarnya dapat tetap bertahan.
• Anonim, yaitu penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.
• Mempunyai bentuk berumus atau berpola. Cerita rakyat, misalnya, selalu menggunakan kata-kata klise seperti “bulan empat belas hari”
untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata
pembukaan dan penutup yang baku, seperti “sohibul hikayat… dan mereka pun hidup bahagia untuk seterusnya,” atau “Menurut
empunya cerita… demikianlah konon”.
• Mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif. Cerita rakyat misalnya mempunyai kegunaan sebagai alat
pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.
• Pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklore lisan
dan sebagian lisan.
• Milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui
lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya.
• Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatan kasar, terlalu spontan. Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak
folklor merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya.
JENIS FOLKLOR
1. Mitos
Suatu hal yang dipercayai benar adanya oleh sekelompok orang dan berkembang disuatu daerah. Tokohnya bisa
berupa dari dunia lain (dewa-dewi)
2. Legenda
Prosa Rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai sesuatu yang benar adanya.
Ciri-Ciri Legenda :
a. Bersifat duniawi'
b. Ditokohi manusia
c. Milik bersama suatu komunitas tempat legenda tersebut lahir.
d. Diwariskan turun temurun
e. Sebagai pedoman hidup karena isinya ada yang bersifat baik dan buruk
Menurut John Harold Brunvan, ada 4 Jenis Legenda :
a. Legenda Keagamaan
b. Legenda alam gaib
c. Legenda perorangan
d. Legenda Tempat
JENIS FOLKLOR

3. Dongeng
Dongeng adalah prosa rakyat yang jalan ceritanya bersifat tidak masuk akal dan kurang dapat
diterima dengan nalar namun seringkali mengandung nilai moral kehidupan.

4. Nyanyian Rakyat
Nyanyian Rakyat adalah salah satu bentuk folklore yang terdiri dari teks dan lagu

5. Upacara
Sebagai sarana penghormatan terhadap nenek moyang/ tempat/ peristiwa tertentu yang terjadi di
masa lalu yang dihormati dan dilestarikan hingga kini.
Thanks To

Anda mungkin juga menyukai