Anda di halaman 1dari 25

Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas Syariah dalam

Meningkatkan Kualitas Audit Kepatuhan Syariah


By: Khotibul Umam**
Abstract
The development of islamic finance institution is not only in a financial
banking institution but also in a financial non-banking institution which is many
variation such as islamic insurance, islamic leasing, islamic capital market and so on.
Sharia supervisory board as the audit of sharia loyalty in the islamic finance institution
must be supplied with skill and certain knowledge eitherin understanding science of
Fiqh Muamalah or science of modern Islamic finance. This paper is aimed to reveal the
importance of sharia supervisory board standardization in developing the quality of
sharia loyalty audit by constructing the professional school of sharia supervisory board in
university. In this paper, the research used is library research by seeking books or other
written data which has the appropriate research using descriptive-analitical approach.
Based on research by the author, it can be concluded that professional school of sharia
supervisory board become very important to be achieved in producing the reliable and
professional sharia supervisory board so that it can be a supervisor and motivator of the
existence of Islamic finance variant products which can empower the economic people in
a future.
Abstrak
Perkembangan lembaga keuangan syariah saat ini tidak hanya sebatas pada
lembaga keuangan perbankan namun juga pada lembaga keuangan non bank yang
beraneka ragam mulai dari asuransi syariah, leasing syariah, pasar modal syariah dan
lainnya. Dewan Pengawas Syariah sebagai audit kepatuhan syariah di lembaga
keuangan syariah harus dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan khusus baik
pemahaman dalam ilmu fiqh muamalah maupun pemahaman dalam ilmu ekonomi
dan keuangan modern. Tulisan ini bermaksud mengungkap permasalahan pentingnya
standarisasi Dewan Pengawas Syariah dalam meningkatkan kuallitas audit
kepatuhan syariah dengan membentuk suatu sekolah profesi Dewan Pengawas
Syariah di perguruan tinggi. Dalam penulisan paper ini, jenis penelitian yang
**Mahasiswa

Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Hukum Islam,


Konsentrasi Keuangan dan Perbankan Syariah.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

115

digunakan adalah penelitian pustaka (library research) dengan mencari buku-buku


atau data-data tertulis lainnya yang memiliki kesesuaian dengan topik penelitian
dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analitik. Berdasarkan penelitian yang
penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa sekolah profesi Dewan Pengawas Syariah
menjadi sangat penting untuk direalisasikan dalam mencetak Dewan Pengawas
Syariah yang handal dan profesional sehingga dapat menjadi seorang pengawas
sekaligus pendorong lahirnya variasi produk-produk keuangan syariah yang dapat
memberdayakan perekonomian masyarakat kedepannya.
Kata Kunci: Dewan Pengawas Syariah, Standarisasi, Sekolah Profesi.

A. Pendahuluan
Secara umum lembaga keuangan syariah dan lembaga keuangan
konvesional dapat dikatakan memiliki fungsi yang sama, yaitu
menghimpun dana dari masyarakat dan mengelolanya baik dalam bentuk
penyertaan modal, asuransi, leasing dan sebagainya. Akan tetapi dalam
beberapa hal, lembaga keuangan syariah memiliki perlakuan yang berbeda
karena tranksasi-transaksi yang berlaku dalam lembaga keuangan syariah
sangat khusus jika dibandingkan dengan lembaga keuangan konvensional.
Hal itu terlihat dari adanya prinsip kepatuhan syariah dalam setiap
operasionalnya dengan menghilangkan riba, maysir, gharar, tadlis dan
larangan syariah lainnya. Oleh karena itu, diperlukan garis panduan
(guidelines) yang mengaturnya. Garis panduan ini disusun dan ditentukan
oleh Dewan Syariah Nasional.
Dalam menjalankan operasinya, lembaga keuangan syariah harus
memiliki kesesuaian dengan prinsip syariah. Sebuah lembaga independen
sangat dibutuhkan untuk menganalisis kesesuaian lembaga keuangan
syariah terhadap prinsip-prinsip syariah. Di Indonesia, Dewan Pengawas
Syaraiah (DPS) merupakan lembaga independen yang diberikan amanah
oleh Dewan Syariah Nasional untuk mengawasi kesesuaian operasional
dan praktik lembaga keuagan syariah terhadap kepatuhan syariah.
Muhammad Syafii Antonio dan Karnaena mengungkapkan menjamin
independensi Dewan Pengawas Syariah penting mengingat Dewan
Pengawas Syariah bukanlah staf bank dalam arti tunduk dibawah
kekuasaan administratif, akan tetapi dipilih oleh dewan komisaris melalui
rapat umum dewan pemegang saham atas rekomendasi Majelis Ulama

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

116

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

Indonesia (Dewan Syariah Nasional) dan honorarium mereka juga


ditentukan oleh rapat umum pemegang saham.1
Dalam praktiknya, Dewan Pengawas Syariah sebagai lembaga
independen yang mengawasi operasional lembaga keuangan syariah
menerima insentif maupun tunjangan dari entitas syariah yang di awasi
dimana entitas tersebut masih memiliki hubungan adminstratif dalam
struktur administrasi manajemen, yaitu bukan dari lembaga independen di
luar administratif kepengurusan entitas yang tidak memiliki hubungan
langsung secara adminstratif dalam strukstur organisasi yang mereka awasi,
sehingga dari sinilah konflik kepentingan dapat saja terjadi dimana entitas
syariah yang mereka awasi selalu ingin mendapatkan status pujian
kesesuaian syariah namun disisi lain, Dewan Pengawas Syariah tidak ingin
kehilangan jabatan dan insentif bulananya sehingga bisa jadi hanya
melaporkan hal yang baik-baik saja terhadap entitas tersebut.
Salah satu contoh kontroversi yang mungkin masih bisa dijadikan
pertimbangan adalah produk gadai emas perbankan syariah yang akhirnya
mendapatkan perhatian khusus dari Bank Indonesia (BI) karena dianggap
tidak memenuhi aspek syariah dan berujung pada spekulasi dalam produk
gadai emas. Hal ini sesuai dengan pernyataan Direktur Pengaturan
Perbankan Syariah BI, Mulya Effendi Siregar yang mengatakan terdapat
banyak unsur spekulasi dalam produk gadai emas, sehingga Bank
Indonesia melarang berbagai metode gadai emas yang bertujuan untuk
menambah nilai pembiayaan.2 Bank Indonesia akhirnya mengeluarkan
Surat Edaran No. 14/16/ DPbS tentang pembiayaan kepemilikan emas
kepada semua perbankan syariah dalam rangka meningkatkan kehatihatian bagi bank yang menyalurkan pembiayaan kepemilikan emas. Dalam
hal ini, diperlukan Dewan Pengawas Syariah yang memiliki kemampuan
dalam menjaga kesesuaian syariah atas praktik gadai emas di lembaga
keuangan syariah mengingat praktik gadai emas saat ini masih terus
berlangsung meskipun sudah mendapatkan warning dari Bank Indonesia.
Selain itu, peristiwa gagal bayar yang dilakukan oleh GTIS (Golden
Trading Investment Syariah) yang menggelapkan dana nasabahhingga
milyaran rupiah dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga. Perusahaan
GTIS tersebut sudah mendapat sertifikat halal dari Dewan Syariah
1Muhammad Syafii Antonio dan Karnaen A. Pertaatmadja, Apa dan Bagaimana
Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hlm. 3.
2Bank
Indonesia
Larang
Berkebun
Emas,
dari
Http://News.Viva.Co.Id/News/Read/281818-Bi-Tegas-Larang-Berkebun-Emas,
di
unduh 21 Desember 2014.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

117

Nasional yang diberikan oleh Ketua MUI Ma'ruf Amin kepada Presiden
Direktur GTIS Taufiq Michael Ong dan disaksikan Ketua DPR Marzuki
Alie.3 Selain itu, Majelis Ulama Indonesia mengakui menerima keuntungan
saham sebesar 10 persen dari PT Golden Traders Indonesia Syariah
(GTIS) yang diterima melalui Yayasan Dana Dakwah Pembangunan milik
MUI karena pengurus MUI menjabat sebagai Dewan Penasehat Syariah di
GTIS. Adapun yang menjadi Dewan Pengawas Syariah dari MUI pada saat
itu adalah Sekretaris Jenderal Ichwan Sam dan Ketua Bidang Fatwa KH
Ma'ruf Amin.4 Permasalahan di sini adalah bagaimana Dewan Pengawas
Syariah bisa independen dan profesional apabila di satu sisi mereka
memiliki kepentingan terhadap entitas syariah tersebut.
Sehubungan dengan munculnya permasalahan mendasar atas
independensi, profesionalitas serta integritas Dewan Pengawas Syariah
yang mengawasi kepatuhan syariah, maka kami tertarik dan menganggap
penting untuk mengangkat tema penelitian ini dengan melakukan
pengkajian secara komprehensif dengan mengumpulkan berbagai referensi
dan telaah pustaska untuk memberikan masukan bagaimana memelihara
dan menjamin profesionalitas dan integritas dari Dewan Pengawas Syariah
dalam meningkatkan kualitas audit kepatuhan syariah.
B. Urgensi Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Perbankan
Syariah Indonesia
Sejalan dengan perkembangan lembaga keuangan syariah di tanah
air, berkembang juga jumlah Dewan Pengawas Syariah yang ada dan
mengawasi masing-masing lembaga tersebut. Semakin banyak serta
beragamnya Dewan Pengawas Syariah di masing-masing lembaga
keuangan syariah disinyalir akan memunculkan fatwa yang berbeda-beda
dari masing-masing Dewan Pengawas Syariah dan akan membingungkan
nasabah. Oleh karena itu Majelis Ulama Indonesia sebagai organisasi Islam
akhirnya menganggap perlu untuk membentuk suatu Dewan Syariah yang
bersifat nasional dan membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di
dalamnya bank-bank syariah. Lembaga independen ini kemudian dikenal
3

Golden Traders Indonesia Syariah, Investasi EmasDiduga Bodong Bersertifikat


Halal GTIS juga memberi 10 persen keuntungannya kepada MUI, dari https://
groups.yahoo.com/ neo/groups/Media_Nusantara /conversations/messages/4658,
diunduh 21 Desember 2014.
4MUI
Akui
Terima
Keuntungan
Golden
Traders,
dari
http://www.tempo.co/read/news/ 2013/03/02/ 08746 4623/MUI-Akui-TerimaKeuntungan-Golden-Traders, diunduh 21 Desember 2014.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

118

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

dengan nama Dewan Syariah Nasional (DSN) yang dibentuk pada bulan
Juli tahun 1997 melalui hasil rekomendasi Lokakarya Reksadana Syariah
pada bulan Juli di tahun yang sama.5
Dewan Syariah Nasional (DSN) merupakan lembaga otonom
dibawah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Anggota DSN terdiri dari para
ulama, praktisi, dan pakar muamalah syariah yang ditunjuk dan diangkat
oleh MUI dengan masa bakti kepengurusan selama lima tahun. Dewan
Syariah Nasional berfungsi mengawasi produk-produk lembaga keuangan
syariah agar sesuai dengan syariah Islam. Untuk keperluan itu, Dewan
Syariah Nasional membuat garis panduan (guidelines) dengan mengkaji,
menggali, dan merumuskan nilai dan prinsip hukum Islam (syariah) dalam
bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi dan
analisis produk dan jasa di lembaga keuangan syariah.6 Dewan Syariah
Nasional memiliki tugas dan wewenang sebagai berikut:7
a. Memberikan atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan
duduk sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada suatu
lembaga keuangan syariah.
b. Mengeluarkan fawa atas jenis-jenis kegiatan keuangan.
c. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan syariah.
d. Mengawasi penerapan fatwa yang telah diterapkan.
Dewan Syariah Nasional kemudian merekomendasikan seorang
ulama atau cendekiawan muslim untuk menjadi Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang betugas untuk mengawasi jalannya operasional bank dan
lembaga keuangan syariah lainnya agar selalu sesuai dengan ketentuanketentuan syariah yang didasarkan padagaris panduan (guidelines) yang
disusun dan ditentukan oleh Dewan Pengawas Syariah. Adapun tugas dan
wewenang Dewan Pengawas Syariahsebagaimana surat keputusan MUI
No. Kep-98/MUI/2001 tentang susunan Dewan Pengawas Syariah-MUI
masa bakti 2000-2005adalah sebagai berikut:8
5Muhammad

Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema


Insani, 2009), hlm. 237.
6Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009),
hlm. 42.
7Rizal Yahya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer,
(Jakarta: Salemba Empat, 2009), hlm. 27
8Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013),
hlm. 382.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

119

a. Melakukan pengawasan secara priodik pada lembaga keuangan


syariah yang berada di bawah pengawasannya.
b. Berkewajiban Mengajukan usul-usul pengembangan produk
lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada pimpinan
lembaga yang bersangkutan dan kepada Dewan Syariah Nasional.
c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga
keuangan syariah yang duasinya kepada Dewan Pengawas Syariah
sekurang-kurangnya 2 kali dalam 1 tahun anggaran.
d. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan Dewan Syariah nasional.
Dewan Pengawas Syari'ah harus membuat pernyataan berkala bahwa
lembaga keuangan yang diawasi telah berjalan sesuai dengan ketentuan
syariah. Pernyataan ini dimuat dalam laporan tahunan (annual report) bank
yang bersangkutan.9 Selain itu, Dewan Pengawas Syariah bertindak sebagai
penyaring pertama atas suatu produk baru yang dikeluarkan oleh lembaga
keungan syariah sebelum suatu produk diteliti kembali dan difatwakan
oleh Dewan Syariah Nasional.
Government Standart for Islamic Financial Institution (GSIFI) Nomor 2
dalam paragraf 7 menyebutkan tiga prosedur dalam pelaksanaan sharia
review, yaitu planning review procedures, executing review procedure and review of
working papers, and documenting conclusions and report. Planning review procedures
bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh atas operasi
lembaga keuangan syariah yang meliputi produk, skala operasi, lokasi,
kantor cabang, anak perusahaan dan divisi serta bertujuan untuk
memperoleh daftar semua fatwa, aturan dan petunjuk yang dikeluarkan
oleh dewan pengawas syariah. Sementara itu, executing review procedure and
review of workingpaper and documenting conclusions and report bertujuan untuk
menemukan temuan audit dengan melakukan serangkaian pengujian atas
transaksi dan dokumen, serta mendokumentasikan semua prosedur audit
yang telah dilakukan selama pemeriksaan.10
Pada dasarnya, Dewan Pengawas Syariah memiliki peranan penting
dalam meminimalisir dan menghindari adanya kemungkinan
penyimpangan atas kepatuhan perinsip-perinsip syariah dalam mencapai
tujuan perusahaan. Melalui pengawasan tersebut, Dewan Pengawas
9Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Insani, 2009), hlm. 234.
10Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Perinsip
Syariah, (Jakarta: Sinargrafika, 2011), hlm. 251.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

120

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

Syariah diharapkan dapat membantu mengevaluasi dan mendeteksi


mengenai sejauh mana pelaksanaan kepatuhan perinsip syariah diterapkan
dan sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam mengevaluasi
kepatuhan atas perinsip-perinsip syariah tersebut. Keberadaan Dewan
Pengawas Syariah diharapkan dapat memfokuskan dirinya dalam
mengembangkan dan mengawal agar produk dan aktivitas lembaga
keuangan syariah yang diawasinya selalu berjalan sesuai dengan syariah.
Dewan Syariah Nasional dapat memberikan teguran kepada lembaga
keuangan syariah jika lembaga yang bersangkutan menyimpang dari garis
guidelines yang ditetapkan (Fatwa DSN). Hal ini dilakukan jika Dewan
Syariah Nasional telah menerima laporan dari Dewan Pengawas Syariah
pada lembaga yang bersangkutan mengenai hal tersebut.11 Apabila lembaga
keuangan syariah tersebut tidak mengidahkan teguran yang diberikan oleh
Dewan Syariah Nasional, maka Dewan Syariah Nasional dapat
mengusulkan kepada otoritas yang berwenang seperti Otoritas Jasa
Keuangan, Bank Indonesia, Dinas Koperasi, Lembaga Ombusman
maupun ke instansi terkait lainnya untuk memberikan sanksi dan tindakan
tegas agarperusahaan tersebut tidak mengembangkan lebih jauh tindakantindakan yang melanggar ketentuan-ketentuan syariah tersebut.
C. Standarisasi Pengangkatan Dewan Pengawas Syariah.
Lemahnya pengawasan sering kali menjadi perbincangan hangat
ketika suatu permasalahan menimpa lembaga keuangan syariah, salah
satunya seperti produk berkebun emas di salah satu perbankan syariah
yang menuai kritik dari masyarakat hingga mendapat persyaratan tertentu
dari Bank Indonesia, penggelapan dana nasabah dalam investasi emas
GTIS yang mencemarkan nama Majelis Ulama Indoesia karena
mengeluarkan sertifikat halal institusi GTIS sekaligus menjadi Dewan
Pengawas Syariahnya, danmaraknya koperasi syariah(baitul mal wattamwil)
yang juga melakukan fraud dengan membawa lari dana nasabahnya.
Permasalahan disini menekankan peranan penting Dewan Pengawas
Syariah dalam mengawasi dan meminimalisir perilaku tadlis dan fraud di
lembaga keuangan syariah dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat
akan lahirnya lembaga keuangan yang adil, jujur dan amanah sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.

11Muhammad

Syafii Antonio, Bank Syariah ..., hlm. 236.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

121

Sebagai industri bisnis yang lebih menekankan pada aspek


kepercayaan (trust) masyarakat, lembaga keuangan syariah akan benarbenar kehilangan reputasinya di masyarakat apabila dalam praktik
usahanya mengindikasikan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip syariah.
Oleh karena itu Dewan Pengawas Syariah memiliki peranan penting
sebagai lembaga independen yang mengawasi kesesuaian produk dan
operasional lembaga keuangan syariah dengan prinsip-prinsip syariah
sehingga dapat memberikan jaminan dan menumbuhkan kepercayaan
masyarakat untuk melakukan transkasi di lembaga keuangan syariah.
Dalam struktur organisasi lembaga keuangan syariah, Dewan
Pengawas Syariah berkedudukan pada posisi setingkat dewan direksi di
setiap lembaga keuangan syariah. Hal ini untuk menjamin efektifitas dari
setiap opini yang diberikan DPS, sehingga dapat menjadi pengawas
sekaligus penasehat direksi dalam hal kesesuaian terhadap kepatuhan
syariah.12 Secara umum fungsi dan peranan Dewan Pengawas Syariah tidak
hanya terbatas pada kegiatan operasional lembaga keuangan syariah,
namun juga memiliki tugas dalam mengawasi pengembangan produk,
penyaluran dana entitas dan kualitas pelayanan yang dilakukan oleh
lembaga keuanngan syariah. Dewan Pengawas Syariah sebagai audit
internal kepatuhan syariah harus memiliki kecakapan dan kriteria minimal
seperti pemahaman di dalam ekonomi, hukum dan sistem analisis
keuangan agar dapat mengawasi setiap penyimpangan dan pelanggran
terhadap kepatuhan syariah. Dewan Syariah Nasional MUI (DSN-MUI)
pada tahun 2000 dikeluarkanlah surat keputusan yang mengatur mengenai
syarat-syarat keanggotaan DPS, sebagai berikut:13
a. Memiliki akhlak karimah
b. Memiliki kompetensi kepakaran di bidang syariah muamalah dan
pengetahuan di bidang perbankan dan/atau keuangan secara
umum
c. Memiliki komitmen untuk mengembangkn keuangan
berdasarkan syariah.
d. Memiliki kelayakan sebagai pengawas syariah yang dibuktikan
dengan surat/sertifikat dari DSN.
12Khaerul Umam, Manajemen Perbankan Syariah, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2013), hlm. 381.
13Keputusan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 3 Tahun 2000
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota Dewan Pengawas Syariah Pada
Lembaga Keungan Syariah.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

122

Salah satu bentuk pengetatan dalam peroses seleksi dan


pengangkatan calon Dewan Pengawas Syariah dapat terlihat dalam
mekanisme pengangkatan Dewan Pengawas Syariah di lembaga keuanan
perbankan syariah dengan melalui kriteria sebagai berikut:14
a. Komite remunerasi dan nominasi memberikan rekomendasi
calon anggota Dewan Pengawas Syariah kepada dewan komisaris.
b. Berdasarkan rekomendasi komite remunerasi dan nominasi
tersebut, dewan komisaris mengusulkan calon anggota Dewan
Pengawas Syariah kepada direksi.
c. Berdasarkan pertimbangan tertentu dengan memperhatikan
rekomendasi dewan komisaris, rapat direksi menetapkan calon
anggota Dewan Pengawas Syariah untuk dimintakan
rekomendasi kepada Majelis Ulama Indonesia.
d. Majelis ulama indonesia memberikan atau tidak memberikan
rekomendasi calon anggota Dewan Pengawas Syariah yang
disampaikan oleh direksi.
e. Bank mengajukan permohonan persetujuan kepada bank
indonesia atas calon Dewan Pengawas Syariah yang telah
mendapatkan rekomendasi Majelis Ulama Insonesia.
f. Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan atas
calon Dewan Pengawas Syariah dimaksud, dan
g. Rapat umum pemegang saham mengangkat anggota Dewan
Pengawas Syariah yang telah mendapat rekomendasi Majelis
Ulama Indonesia dan persetujuan Bank Indonesia. Dalam hal
pengangkatan anggota Dewan Pengawas Syariah oleh rapat
umum pemegang saham tersebut dilakukan sebelum adanya
persetujuan BI, maka pengangkatan Dewan Pengawas Syariah
tersebut baru efektif jika anggota Dewan Pengawas Syariah
tersebut telah disetujui oleh Bank Indonesia.
Adapun salah satu faktor lainpenyebab lemahnya pengawasan
Dewan Pengawas Syariah saat ini bisa terjadi karena jumlah mereka yang
terlalu sedikit yang hanya terdiri hampir dari dua sampai tiga orang
tentunya tidak akan dapat menjangkau seluruh kantor cabang yang berada
di daerah. Selain itu pengawasan yang dilakukan oleh Dewan
14

Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/13/Dpbs Tahun 2010 tentang


Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

123

PengawasSyariah tidak berlangsung setiap hari, bahkan ada yang hanya dua
minggu sekali sehingga memungkinkan terjadinya penyimpangan dalam
peraktiknya.15
Hal ini sejalan dengan meluasnya kantor cabang lembaga keuangan
syariah ke berbagai wilayah kabupaten bahkan kecamatan, sehingga
keberadaan jumlah Dewan Pengawas Syariah yang tidak diimbangi dengan
jumlah kantor entitas syariah tentunya akan menghasilkan suatu
pengawasan yang kurang efektif.Amin Aziz menyatakan bahwa banyak
Dewan Pengawas Syariah yang tidak berfungsi. Mereka baru bekerja jika
lembaga keuangan yang bersangkutan mengundangnya dan
berkonsultasi.16 Oleh karena itu, idealnya adalah dengan menempatkan
Dewan Pengawas Syariah di setiap kantor cabang yang didukung dengan
peraturan yang mengatur desentralisasi Dewan Pengawas syariah.
Desentralisasi Dewan Pengawas Syariah dapat menjadi solusi dalam
meningkatkan kualitas kepatuhan syariah serta dapat mendorong
pengembangan produk-produk keuangan syariah. Dewan Pengawas
Syariah di setiap kantor cabang dapat diberikan tugas untuk membuat
kreatifitas dalam mendesain produk-produk keuangan syariah yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat di sekitar lembaga keuangan syariah
tersebut.
Penempatan Dewan Pengawas Syariah
di Beberapa Lembaga Keuangan Syariah
No
1.

2.

Nama
Lembaga
Bank Muamalat

Bank BRI

Jumlah
anggota
Struktur DPS
DPS
3
a. ketua:
KH. Maruf amin
b. anggota:
1. Prof. Dr. Muardi Chatib
2. Prof. Dr. Umar Shihab
2
a. Ketua:

Jumlah Layanan
kantor di Seluruh
Indonesia
1kantor pusat, 81 kantor
cabang, 267 kantor
cabang pembantu dan
108 kantor kas.17
2 kantor pusat, 258

15Masliana,

Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam Pengawasan


Pelaksanaan Kontrak di Bank Syariah (Studi Pada Bank BRI Syariah), Skripsi, Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarih Hidayatullah, 2011, hlm. 73.
16Amin Aziz, The Power Of Al Fatihah, (Mimbar Publishing, 2012), hlm. 612.
17Annual
report
2013
Bank
Muamalat,
dari
http://www.bankmuamalat.co.id/investor/laporan-tahunan, diunduh 22 Maret 2015.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

124

syariah

Bank Mandiri
Syariah

BNI Syariah

Bank mega
Syariah

Bank bukopin
syariah

Bank BTPN
Syariah

Prof. dr. H. Didin Hafidhuddin,


MSc.
b. Anggota:
Muhammad Gunawan Yasni, SE,
MM, CIFA
a. Ketua:
Prof. DR. Komaruddin Hidayat
b. Anggota:
1. Dr. Syafii Antonio, MEc
2. Drs. Muhammad Hidayat,
MBA.
a. Ketua:
KH. Maruf Amin
b. Anggota:
Hasanudin
a. Ketua:
K.H. Maruf Amin
b. Anggota:
1. Prof. Dr. H. Achmad Satori
Ismail
2. Kanny Hidaya Y., M.A.
a. Ketua:
Prof. DR HM Din Syamsudin, MA
b. Anggota:
H. Ikhwan Abidin, MA
a. Ketua:
Drs. H. Amidhan

kantor (gabungan dari


kantor cabang, kantor
cabang pembantu dan
kantor kas). 18
1 kantor pusat, 134
kantor cabang, 511
kantor cabang
pembantu, 56 kantor kas,
6 unit kantor layanan
syariah dan 146 kantor
payment point.19
1 kantor pusat, 164
kantor cabang dan 96
kantor cabang mikro.20
1 kantor pusat, 1 kantor
cabang utama, 34 kantor
cabang, 336 kantor
cabang pembantu21
1 kantor pusat, 11 kantor
cabang, 8 kantor cabang
pembantu, 5 kantor kas
dan 1 mobil layanan
keliling
1 kantor pusat dan 17
kantor cabang22

18Annual

Report
2013
BRI
Syariah,
dari
http://www.brisyariah.co.id/?q=laporan-tahunan, diunduh 22 Maret 2015.
19Laporan
Tahunan
2013
Bank
Syariah
Mandiri,
dari
http://www.syariahmandiri.co.id/category/
investor-relation/laporan-tahunan/,
diunduh 22 Maret 2015.
20Annual
Report
2013
Bank
BNI
Syariah,
dari
http://www.bnisyariah.co.id/laporan-tahunan-bni-syariah-tahun-2013, diunduh 22 Maret
2015.
21Laporan
Tahunan
2013
Bank
Mega
Syariah,
dari
http://www.megasyariah.co.id/files/reports/
annual/Annual_Report_2013_Bank_Mega_Syariah.pdf, diunduh 22 Maret 2015.
22Lokasi
Cabang, dari https://www.btpnsyariah.com/hubungi-kami/lokasicabang, diunduh 22 Maret 2015.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

Bank BCA

Penggadaian
syariah

10

12

Takaful
Indonesia

BMT Bina
Insanul Fikri

b. Anggota:
KH. Ahmad Cholil Ridwan, Lc
a. Ketua:
Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil,
MA
b. Anggota:
Muhammad masyhuri naim
a. Ketua:
Muhammad Nahar Nahrawi
b. Anggota:
Muhammad Cholil Nafis
a. Ketua:
Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin,
MSc
b. Anggota:
1. Prof. Madya Dr. Ahmad
Shahbari Salamon
2. Prof. Dr. Fathurrahman
Djamil, MA
3. Dr. H.M. Syafii Antonio,
MEc25
a. Ketua:
DR. Hamim Ilyas, MA
b. Anggota:
Nurrudin, MA

125

7 kantor cabang, 5
kantor cabang pembantu
dan 32 unit layanan
syariah23
1 Kantor Pusat, 12
Kantor Wilayah,
4.661 Kantor Cabang24
1 kantor pusat dan 44
kantor cabang26

9
kantor
cabang
Pelayanan BMT

23Laporan
Tahunan
2013
Bank
BCA
Syariah,
dari
http://www.bcasyariah.co.id/laporan-keuangan/ tahunan/2013-2/, diunduh 22 Maret
2015.
24Annual Report 2013 Pegadaian, dari http://www.pegadaian.co.id/info-annualreport.php, diunduh 22 Maret 2015.
25Annual
Report,
dari
http://www.takaful.com/indexhome.php/profile/action/anual/, diunduh 22 Maret
2015.
26Ibid.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

126

Desentralisasi Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan


syariah dapat dikaji dan diterapkan sebagai solusi dalam meningkatkan
kualitas kepatuhan syariah yang lebih efektif dan efisien seiring dengan
semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang membuka kantor
cabangnya di berbagai wilayah mulai dari tingkat kabupaten hingga
kecamatan. Tabel di atas tentang penempatan Dewan Pengawas Syariah
menunjukkan bahwa jumlah Dewan Pengawas Syariah yang mengawasi
lembaga keuangan syariah tidak sebanding dengan jumlah kantor cabang
yang harus mereka awasi yang jumlahnya mencapai puluhan bahkan
ratusan kantor cabang.
Tabel tersebut jugamenyebutkan bahwa terdapat Dewan Pengawas
Syariah yang secara bersamaan menjadi ketua Dewan Pengawas syariah di
tiga lembaga keuangan syariah yang berbeda. Selain itu, terdapat pula
adanya anggota Dewan Pengawas Syariah yang juga merangkap sekaligus
sebagai pengeurus di Dewan Syariah Nasional.Permasalahan di sini adalah
apakah kualitas dalam pengawasan kepatuhan syariah dapat efektif dan
terjamin ketika jumlah Dewan Pengawas Syariah yang ada tidak diimbangi
dengan jumlah kantor lembaga keuangan syariah yang mereka awasi. Selain
itu, adanya tumpang tindih kebijakan antara siapa yang mengawasi dan
diawasi mengingat adanya anggota Dewan Pengawas Syariah yang
menjabat sekaligus sebagai anggota pengurus di Dewan Syariah Nasional
seperti KH. Maruf amin, Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MSc, Prof.
Dr. Umar Shihab, Prof. DR HM Din Syamsudin, MA, Dr. Syafii Antonio,
MEc, dll.27
Belum adanya standarisasi dan peraturan yang secara jelas mengatur
mekanisme pengangkatan dewan pengawas syariah dapat menjadi kendala
tersendiri dalam meningkatkan kualitas audit kepatuhan syariah dan
pengembangan produk keuangan syariah kedepannya. Adanya Dewan
pengawas syariah yang merangkap menjadi Dewan Syariah Nasional dapat
menimbulkan suatu konflik kepentingan diantara dua lembaga tersebut.
Dewan Syariah Nasional memiliki tugas dalam mengangkat dan
memberhentikan Seorang Dewan Pengawas Syariah, sekaligus
bertanggungjawab untuk mengevaluasi kinerja Dewan pengawas Syariah.
Namun, disisi lain masih banyak anggota Dewan Syariah Nasional tersebut
yang masih merangkap sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah
dilembaga keuangan syariah. Permasalahan disini adalah apakah Dewan
27

Pengurus DSN-MUI, Pengurus Pleno DSN-MUI Masa Bakti 2010-2015, dari


http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=pengurus, diunduh 23 Maret 2015.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

127

Syariah Nasional tersebut dapat bekerja secara profesional, efektif dan


independen dalam mengawasi dan mengevaluasi kinerja Dewan Pengawas
Syariah yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Permasalahan tersebut
semakin bertambah ketika anggota Dewan Pengawas tersebut juga
merangkap sekaligus sebagai Dewan Pengawas Syariah di isntitusi lembaga
keuangan yang lain dengan jumlah kantor cabang yang mencapai ratusan
unit. Selain itu, tidak sedikit dari Dewan Pengawas Syariah yang
merangkap sebagai Dewan Syariah Nasional tersebut yang memiliki
kesibukan sebagai dosen di beberapa universitas dan menjadi pengurus di
beberapa organisasi kemasyarakatan.
Otoritas Jasa Keuangan Syariah dan Bank Indonesia perlu
merestrukturisasiperaturan dan persyaratan untuk menjadi seorang Dewan
Pengawas Syariah agar tidak terjadi tumpang tindih antara tugas dan
wewenang Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional
mengingat adanya anggota Dewan Pengawas Syariah yang menjabat
sekaligus di kedua instansi tersebut. Pemerintah dapat menganalisis dan
mengevaluasi mekanisme pengangkatan Dewan Pengawas Syariah di
negara Pakistan dalam merumuskan standarisasi pengangkatan Dewan
Pengawas Syariah di Indonesia. Untuk memjadi seorang Dewan Pengawas
Syariah, negara Pakistan menetapkan sedikitnya lima kriteria profesional
yang harus dimiliki seorang Dewan Pengawas Syariah, yaitu:28
1. kualifikasi minimum dan pengalaman.
Memiliki pemahaman dalam memberikan fatwa dan memiliki
pengetahuan dalam lembaga keuangan syariah dengan
menambahkan kualifikasi pendidikan minimum seperti magister
studi islam, ekonomi, keuangan, perbankan dan semacamnya.
2. Track record.
Tidak pernah diberhentikan secara tidak hormat ketika bekerja di
suatu. Calon Dewan Pengawas Syariah harus memperlihatkan
prestasinya ketika menjabat sebagai karyawan, direktur maupun
sebagai komisaris sebagai bahan pertimbangan untuk menjadi
seorang Dewan Pengawas Syariah.
3. Solvabilitas dan integritas keuangan.
Calon Dewan Pengawas Syariah harus memiliki kecukupan dalam
likuiditas keuangannya dan memiliki kemampuan untuk melunasi
28Hussain G. Rammal, Lee D. Parker, Audit And Governance In Islamic Banks:
Selection And Training Of Shariah Advisors, hlm 16-18.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

128

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

setiap kewajiban keuangannya baik kewajiban jangka pendek


maupun kewajiban jangka panjangnya.
4. Integritas, kejujuran dan reputasi.
Memiliki integritas tinggi dan belum pernah terjerat dalam kasus
hukum dan belum pernah terlibat dalam kasus penipuan, tidak
pidana kejahatan keuangan, maupun aktifitas ilegal lainnya.
5. Konflik kepentingan.
DewanPengawas syariah dalam suatu instustusi lembaga keuangan
syariah tidak boleh menjabat sebagai Dewan Pengawas Syariah
lainnya di instustusi lembaga keuangan lainnya yang lainnya.Hal ini
diperlukan agar Dewan Pengawas Syariah dapat selalu fokus
terhadap mengawasi dan mengembangkan produk keuangan
syariah sehingga benar-benar dapat melindungi kepentingan
masyarakat dalam pemenuhan aspek-aspek kepatuhan syariah.
Konflik kepentingan dapat saja terjadi ketika beberapa institusi
yang diawas oleh seorang Dewan Pengawas Syariah memberikan
insentif dalam jumlah yang berbeda, akan menyebabkan Dewan
Pengawas Syariah mengetatkan audit kepatuhan syariahnya diuatu
instansi dan melonggarkan audit kepatuhan syariahnya di Institusi
yang lain.
Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia harus
meregulasi dan merestrukturisasi kembali posisi Dewan Pengawas syariah
dalam struktur administratif di lembaga keuangan syariah, dimana konflik
kepentingan muncul ketika Dewan Pengawas Syariah menerima insentif
dari entitas syariah yang masih memiliki hubungan administratif dalam
struktur oganisasi perusahaan. Hal ini sangat memungkinkan bagi Dewan
Pengawas Syariah untuk mendapatkan tekanan dari lembaga keuangan
yang mereka awasi. Anggota Dewan Pengawas Syariah sejatinya adalah
pihak luar yang dijadikan sebagai mitra bank syariah dalam melaksanakan
perinsip-perinsip syariah. Insentif yang diterima oleh anggota Dewan
Pengawas Syariah dapat menjadi beban psikologis personal Dewan
Pengawas Syariah yang terkadang muncul pada aspek tertentu ketika
anggota Dewan Pengawas Syariah manemukan antara fakta dan teori
(fatwa) tidak sejalan.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

129

Kondisi ini menjadi tantangan yang harus dapat dihindari oleh


anggota Dewan Pengawas Syariah agar eksistensinya tetap menjadi garis
kebijakan DSN-MUI.29 Di satu sisi, Dewan Pengawas Syariah ingin
memaksimalkan pengawasannya namun disisi lain mengkhawatirkan
dirinya akan kehilangan posisi jabatan dan insentif yang akan mereka
terima (diganti/diberhentikan) apabila terlalu ketat ketika menjabat sebagai
Dewan Pengawas Syariah. Apabila peran Dewan Pengawas Syariah tidak
optimal dalam melakukan audit kepatuhan syariah maka akan berakibat
pada pelanggaran terhadap prinsip-prinsip syariah yang akan merusak citra
dan kredibilitas lembaga keuangan syariah di masyarakat sehingga
menurunkan kepercayaan masyarakat kepada entitas syariah yang lambat
laun akan berakibat pada resiko likuiditas dan lainnya.
Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan selaku pengawas lembaga
keuangan perlu membenahi standar laporan audit kepatuhan syariah yang
dikeluarkan oleh Dewan Pengawas Syariah. Hal ini terlihat adanya
perbedaan dalam format laporan audit kepatuhan syariah yang terdapat
dalam annual reportlembaga keuangan syariah. Laporan audit Dewan
Pengawas Syariah saat ini cenderung bersifat global dan tidak mendetail,
bahkan terdapat laporan Dewan Pengawas Syariah di dalam annual report
lembaga keuangan syariah yang tidak mencantumkan opininya atas
ketegasan asersi dari laporan auditnya apakah aktifitas, layanan, maupun
produk sudah sesuai dengan fatwa, keputusan, pedoman yang dikeluarkan
oleh Dewan Syariah Nasional atau belum. Laporan Dewan Pengawas
Syariah tersebut hanya menyampaikan aktifitas kegiatan rutin Dewan
Pengawas Syariah.30
Otoritas Jasa keuangan perlu menyusun standar laporan audit
kepatuhan syariah agar terdapat keseragaman format laporan audit laporan
syariah yang akan mempermudah masyarakat untuk turut berpartisipasi
dalam mengawasi dan mengevaluasi audit kepatuhan syariah di lembaga
keuangan syariah. OJK dapat menganalis dan mengembangkan standar
laporan audit konvensional maupun stnadar laporan audit AAOIFI dalam
merumuskan standarisasi laporan audit kepatuhan syariah yang dilakukan
oleh Dewan Pengawas Syariah. Boynton, Johnson, dkk , menyebutkan
29Ahmad Dahlan, Bank Syariah Teorotik, Praktik, Kritik, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm. 212.
30Laporan BCA Syariah 2013, tentang laporan ketua dewan pengawas syariah, hlm
14 dan Laporan tahunan 2013 PT Bank Syariah Mandiri, tentang laporan dewan
pengawas syariah, hlm 102.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

130

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

bahwa lazimnya setiap laporan standar audit akan memiliki tiga


komponenparagraf, yaitu:31
a. Paragraph pendahuluan (introductory paragraph).
Merupakan paragraph pendahuluan dalam penyususnan audit
audit yang berfungsi untuk membedakan tanggung jawab
manajemen dan tanggung jawab auditor.
b. Pargraf ruang lingkup(scope paraghraph).
Paragraph ini aka meenguraikan sifat dan ruang lingkup audit
sesuai dengan standar pelaporan yang mengharuskan auditor
untuk menunjukkan dengan jelas seifat audit yang dilakukan.
Paragraph ruang lingkup ini juga menunjukkan beberapa
keterbatasan audit, seperti biaya yang memadai (reasonable cost),
jumlah waktu yang memadai (reasonable lenghth of time), dll.
c. Paragraph pendapat (opinion paragraph).
Merupakan paragraf yang menjelaskan pendapat auditor. Dalam
hal ini apakah aktifitas, layanan dan produk lembaga keuangan
syariah sudah memenuhi prinsip-prinsip syariah sesuai dengan
fatwa, pedoman maupun peraturan yang telah dibuat oleh Dewan
Syariah Nasional.
Sebagai salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar di
dunia, Indonesia masih memiliki kekurangan sumber daya manusia yang
mempunyai keilmuan secara komprehensif di bidang keilmuan kesyariahan
dan keilmuan perekonomian terutama perbankan, sehingga kurang
mununjang kualitas anggota Dewan Pengawas Syariah. Hal ini merupakan
dampak panjang dikotomistik keilmuan berbasis agama dengan keilmuan
berbasis umum. Masyarakat muslim Indonesia yang telah mendalami ilmu
agama atau syariah relatif sedikit yang menguasai ilmu ekonomi, atau
sebaliknya.32Masih banyak anggota Dewan Pengawas Syariah yang belum
mengerti tentang teknis lembaga keuangan syariah, apalagi seperti ilmu
keuangan Islam, akuntansi, ilmu ekonomi dan lainnya.Akibatnya,

31Boynton, Johnson, dkk, Modern Auditing, terj. Paul A. Rajoe, Gina Gania, dkk,
(Jakarta: Erlangga, 2002), hlm. 73.
32Ibid,. hlm. 209.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

131

pengawasan dan peran-peran strategis lainnya sangat tidak optimal.33Untuk


dapat melaksanakan auditkepatuhan syariah, anggota Dewan Pengawas
Syariah harus memiliki keilmuan integral, yaitu ilmu fiqh muamalahdan
ilmu keuangan islam modern. Oleh karena itu, lembaga keuangan syariah
tidak boleh mengangkat Dewan Pengawas Syariah karena karisma dan
kepopulerannya di tengah masyarakat, tetapi diangkat karena keilmuannya
di bidang lembaga keuangan syariah.
Melihat tanggung jawab serta tugas Dewan Pengawas Syariah yang
semakin kompleks kedepannya, maka diperlukan suatu standar kualifikasi
khusus untuk menyiapkan Dewan Pengawas Syariah yang tidak hanya
memiliki kecakapan dalam fiqh muamalah saja akan tetapi juga dapat
memahami sistem dan fungsi lembaga keuangan syariah sehingga
keberadaan Dewan Pengawas Syariah nantinya diharapkan dapat menjadi
seorang audit kepatuhan syariah sekaligusdapat berkontribusi dalam
mengembangkan variasi produk dan jasa keuangan syariah yang lebih
kreatif dan inovatif.
Adapun maksud dari standarisasi Dewan Pengawas Syariahbagi
penulis adalah dengan memasukkan Dewan Pengawas Syariahsebagai salah
satu sekolah profesi di perguruan tinggi sehingga dapat mencetak Dewan
Pengawas Syariah yang benar-benar handal di bidangnya yangdapat
menjalankan tugasnya secara profesional baik dalam hal memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan
operasional dan peristiwa ekonomi di lembaga keuangan syariah, maupun
turur serta dalam mengembangkan inovasi produk keuangan syariah yang
saat ini masih mengalami stagnancy. Adapun tujuan dimasukkannnya
Dewan Pengawas Syariah sebagai salah satu sekolah profesi, yaitu agar
Dewan Pengawas Syariah kedepannya benar-benardapat memiliki
independensi dan profesionalitas dalam menetapkan derajat kesesuaian
antara asersi-asersi kegiatan operasionalentitas tersebut dengan kriteria
syariah melalui prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya serta
menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Keberadaan Dewan Pengawas Syariah sebagai salah satu sekolah
profesi di perguruan tinggi diharapkan dapat menjadikan Dewan
Pengawas Syariah yang bertugas di lembaga keuangan syariah memiliki
kualifikasi dankarakteristik tertentu seperti pengakuan dan kepercayaan
33

Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Perinsip
Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 256.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

132

oleh masyarakat bahwa hanya orang-orang yang mempunyai keahlian


profesional yang dapat menjadi Dewan Pengawas Syariah. Selain itu,
pekerjaan dari profesi tersebut menyangkut perlindungan konsumen
secara umum atas aspek kepatuhan syariah sehingga akan terdapat
pengawasan yang ketat baik,dalam dari organisasi profesi maupun dari
pihak yang berwenang. Dengan demikian, untuk dapat masuk kedalam
profesi Dewan Pengawas Syariah dan menjalankan profesi tersebut,
seorang calon Dewan Pengawas Syariah harus menjalani pendidikan dan
latihan khusus dan lulus ujian profesi.
Pengertian profesional sendiri mengandung tiga unsur. Pertama,
upah. Artinya seorang profesional mendapatkan penghasilan dari aktivitas
profesinya sebagai tumpuan untuk hidup. Kedua, pengetahuan dan
keterampilan khusus. Berarti seseorang dapat dikatakan profesional
apabila memiliki pengetahuan dan keterampilan. Bahkan untuk
mendapatkan kemampuan itu, mereka harus menjalani pendidikan khusus.
Ketiga, etika profesi. Etika adalah nilai-nila profesi yang dijaga sungguhsungguh oleh kaum profesional, agar masyarakat tetap percaya terhadap
profesi tersebut.34
Dengan sistem pendidikan yang baru, lulusan profesi Dewan
Pengawas Syariah kedepannya dapat melakukan audit kepatuhan syariah
secara professional atas dasar-dasar ketentuan prinsip-prinsip syariah dan
perundang-undangan yang berlaku di lembaga keuangan syariah serta
dapat turut serta secara aktif dalam hal menciptakan dan mengembangkan
produk dan jasa keuangan syariah berdasarkan keahlian yang lebih
komprehensif yang mereka miliki baik di bidang fiqh muamalah,
akuntansi, keuangan dan system tata kelola di lembaga keuangan syariah.
D. Peran dan Fungsi Pihak Terkait dalam Menyusun Standarisasi
Dewan Pengawas Syariah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam meningkatkan kualitas
audit kepatuhan syariah dan mendorong variasi pengembangan kualitas
transaksi, pelayanan maupun produk keuangan syariah.Dalam
merumuskan sekolah profesi Dewan Pengawas Syariah, Pemerintah,
Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional
harus saling bersinergi dalam merumuskan kurikulum, standar kelulusan,
standar pengendalian mutu hingga perumusan kode etik dan standar
34

Amin Aziz, The Power Of Al Fatihah, (Mimbar Publishing, 2012), hlm 607.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

133

prosedur teknis audit kepatuhan syariah yang harus diketahui dan dimiliki
oleh setiap lulusan sekolah profesi Dewan Pengawas Syariah.
Kurikulum dan standar kelulusan didalam sekolah profesi Dewan
Pengawas Syariah bertujuan untuk mencetak Dewan Pengawas Syariah
yang memiliki keilmuan integral, yaitu ilmu fiqh muamalah, ilmu ekonomi,
akuntansi dan ilmu keuangan islam modern. Dalam hal ini, calon Dewan
Pengawas Syariah harus menyelesaikan semua mata kuliah yang telah
dirumuskan oleh pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia
dan DSN-MUI di sekolah profesi tersebut, misalnya calon Dewan
Pengawas Syariah harus menyelesaikan 200 satuan kredit semester kuliah
untuk mendapatkan lisesnsi sebagai Dewan Pengawas Syariah. Setiap
Dewan Pengawas Syariah yang telah menyelesaikan sekolah profesinya,
harus memenuhi standar minimal sebagai berikut:
d. Memiliki keahlian teknis yang memadai dalam melaksanakan
audit kepatuhan syariah, baik dalam menguasai ilmu fiqh
muamalah, ilmu ekonomi, akuntansi serta ilmu modern lainnya
yang dibutuhkan dalam melaksanakan audit kepatuhan syariah.
e. Memiliki kemahiran professional dalam melaksanakan audit
kepatuhan syariah serta mampu mengembangkan produk-produk
keuangan syariah.
f. Memiliki perencanaan yang cermat dalam mengawasi dan
mengewaluasi kegiatan operasional lembaga keuangan syariah
g. Memiliki kemampuan yang cukup dalam membuat kesimpulan
atau memberi rekomendasi yang berkaitan dengan setiap jasa
professional yang dilaksanakan.
h. Memilki Independensi dalam melaksanakan audit kepatuhan
syariah. Dewan Pengawas Syariah harus terbebas dari pengaruh
dan konflik kepentingan suatu entitas yang diawasinya.
Untuk menjaga kualitas dan integritas sekolah profesi Dewan
Pengawas Syariah, maka pemerintah dan pihak yang berkeentingan lainnya
harus mewajibkan kepada seluruh universitas yang menyelenggarakan
sekolah profesi Dewan Pengawas Syariah untuk memiliki system
pengendalian mutu (system of quality control) yang dapat menjaga kualitas dan
mutu dari setiap Dewan Pengawas Syariah yang telah menyelesaikan
sekolah profesi tersebut.Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, Bank
Indonesia dan Dewan syariah nasional harus mendirikan suatu komite
atau departemen khusus yang ditunjuk sebagai badan teknis senior dari
Dewan Pengawas Syariah yang bertanggung jawab dalam menetapkan dan
PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

134

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

menerbitkan standar teknis prosedur audit kepatuhan syariah yang


bertanggung jawab dalam menyediakan pedoman operasional bagi Dewan
Pengawas Syariah.
Selain itu, pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan
DSN-MUI perlu membentuk tim etika profesional Dewan Pengawas
Syariah yang bertugas untuk menetapkan dan mengembangkan standar
professional Dewan Pengawas Syariah, melakukan investigasi atas
masalah-masalah disiplin yang melibatkan Dewan Pengawas syariah dan
memberikan pemahaman serta edukasi atas standar etika profesi Dewan
Pengawas Syariah. Kode etik profesional sangat diperlukan bagi Dewan
Pengawas syariah agar dapat menjadi pedoman keutamaan moral dalam
berprilaku profesional sebagai Dewan Pengawas Syariah.Sedikitnya, ada
lima prinsip minimal yang harus dirumuskan dalam penyusunan standar
kode etik professional Dewan Pengawas Syariah, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Bertanggung Jawab
Dewan Pengawas Syariah harus melaksanakan tugas dan
wewenangnya dengan sebaik-baiknya, sebagai bentuk tanggung
jawabnya menjadi lembaga audit kepatuhan syariah dalam
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesionalitas Dewan
Pengawas Syariah.
b. Berintegritas Tinggi
Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pengawas Syariah harus
jujur dan setia terhadap nilai dan norma yang berlaku, baik dari
segi hukum positif maupun normatif agar dapat
mempertahankan kepercayaan masyarakat.
c. Independensi
Seorang Dewan Pengawas Syariah harus bersikap objektif, bebas
dari campur tangan dan pengaruh sapapun serta bebas dari segala
pertentangan kepentingan dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.
d. Kecermatan
Dewan Pengawas Syariah selalu memperhatikan standar teknis
dan standar etika dalam melaksanakan tugasnya dan membuka
diri untuk terus belajar dalam meningkatkan kualitas kompetensi
dirinya sebagai Dewan PengawaSyariah yang professional.
e. Bersikap profesional
Dewan Pengawas Syariah harus bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya yang didukung dengan
PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

135

pengetahuan, ketermpilan dan wawasan yang luas sehingga dapat


menyelesaikan setiap permasalahan yang ada dengan efektif dan
efisien.
E. Penutup
Standarisasi Dewan Pengawas Syariah perlu mendapatkan perhatian
khusus mengingat kapasitas mereka sebagai audit kepatuhan syariah yang
memberikan jaminan kepada masyarakat atas kehalalan inverstasi dan
aktifitas ekonomi di lingkungan lembaga keuangan syariah. Keberadaan
standarisasi Dewan Pengawas Syariah akan menjadi suatu keniscayaan
mengingat bentuk jasa yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah
menyangkut penegasan tentang suatu kualitas pernyataan kesesuaian
syariah (asersi) yang harus mempertanggung jawabkan asersi tersebut
kepada pihak lain, baik kepada masyarakat maupun kepada regulator yang
mengawasi kinerja dan perkembangan lembaga keuangan syariah seperti
DewanSyariah Nasional, Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa
Keuangan.Dengan memasukkan Dewan Pengawas Syariah kedalam
sekolah profesi di perguran tinggi, niscaya akan dapat meningkatkan
profesionalisme Dewan Pengawas Syariah.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan
sekolah profesi Dewan Pengawas Syariah menjadi sangat penting untuk
segera direalisasikan agar kedepannya Dewan Pengawas Syariah yang
bertugas di lingkungan lembaga keuangan syariah dapat memiliki
kemampuan dan pemahaman yang mendalam mengenai ilmu fiqh
muamalah dan ilmu keuangan islam modern seperti ilmu ekonomi,
akuntansi dan system tata kelola lembaga keuangan syariah yang dapat
meningkatkan kuliatas audit kepatuhan syariah dan mendorong lahirnya
variasi produk-produk keuangan syariah yang pada akhirnya akan
mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat di sektor riil.
Dengan adanya Sekolah profesi Dewan Pengawas Syariah,
kekurangan sumber daya insani (SDI) bukanlah menjadi kendala dalam
meningkatkan kualitas inovasi baik dalam tansaksi, layanan maupun
pengembangan produk keuangan syariah. Oleh karena itu, pemerintah
harus bisa mengakomodir dan mengkoordinasikan peran Otoritas Jasa
Keuangan, Bank Indonesia, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia, Kemendikbud serta institusi penting lainnya agar segera
merancang konsep kurikulum, standar operasional dan standar
penegndalian mutu sekolah profesi Dewan Pengawas Syariah sehingga
dapat menghasilkan Dewan Pengawas Syariah yang profesional sekaligus
PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

136

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

mampu menjadi pioneer dalam memberikan solusi atas pengembangan


variasi produk-produk keuangan syariah dalam menggerakkan
perekonomian masyarakat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani, 2009.
Antonio, Muhammad Syafii, dan Karnaen A. Pertaatmadja, Apa dan
Bagaimana Bank Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992.
Aziz, Amin. 2012. The Power Of Al Fatihah. Mimbar Publishing.
Boynton, Johnson, dkk, 2002, Modern Auditing, terj. Paul A. Rajoe, Gina
Gania, Dkk, Jakarta: Erlangga, 2002
Dahlan, Ahmad. 2012. Bank Syariah Teorotik, Praktik, Kritik. Yogyakarta:
Teras.
Masliana 2011, Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam
Pengawasan Pelaksanaan Kontrak di Bank Syariah (Studi Pada
Bank BRI Syariah). Skripsi, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarih Hidayatullah.
Rahman, Abdul Rahinm Abdul, 2008, Syariah Audit For Islamic Financial
Service: The Needs And Challenge, Kuala Lumpur: ISRA Islamic
Finance Seminar (IIFS).
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
Kencana.
Sutedi, Andrian. 2011. Pasar Modal Syariah Sarana Investasi Keuangan
Berdasarkan Perinsip Syariah. Jakarta: Sinargrafika.
Umam, Khaerul. 2013. Manajemen Perbankan Syariah. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Yahya, Rizal, dkk,. 2009. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik
Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Rahman, Azhar Abdul and Abdullah Awadh Bukair, 2013, The Influence
of the Shariah Supervision Board on Corporate Social Responsibility
Disclosure by Islamic Banks of Gulf Co-Operation Council
Countries,Asian Journal of Business and Accounting 6(2), ISSN 1985
4064, hlm. 65-104.
Kasim, Nawal, Sheila Nu NuHtay, Syed Ahmed Salman, 2013,
Comparative Analysis on AAOIFI, IFSB and BNM Shariah
Governance Guidelines, International Journal of Business and Social
PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

137

Science, Vol. 4 No. 15 [Special Issue November 2013, hlm. 220227.


Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/13/Dpbs Tahun 2010 Tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah.
Keputusan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 3
Tahun 2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota
Dewan Pengawas Syariah Pada Lembaga Keungan Syariah.
Annual
Report
2013
Bank
BNI
Syariah,
dari
http://www.bnisyariah.co.id/laporan-tahunan-bni-syariah-tahun2013, diunduh 22 Maret 2015.
Annual
report
2013
Bank
Muamalat,
dari
http://www.bankmuamalat.co.id/investor/laporan-tahunan,
diunduh 22 Maret 2015.
Annual
Report
2013
BRI
Syariah,
dari
http://www.brisyariah.co.id/?q=laporan-tahunan, diunduh 22
Maret 2015.
Annual Report 2013 Pegadaian, dari http://www.pegadaian.co.id/infoannual-report.php, diunduh 22 Maret 2015.
Annual
Report,
dari
http://www.takaful.com/indexhome.php/profile/action/anual/,
diunduh 22 Maret 2015.
Bank
Indonesia
Larang
Berkebun
Emas,
dariHttp://News.Viva.Co.Id/News/Read/281818-Bi-TegasLarang-Berkebun-Emas, diunduh 21 Desember 2014.
Golden Traders Indonesia Syariah, Investasi EmasDiduga Bodong
Bersertifikat Halal GTIS juga memberi 10 persen keuntungannya kepada
MUI,
dari
https://
groups.yahoo.com/neo/groups/Media_Nusantara/conversations/
messages /4658, diunduh 21 Desember 2014.
Rammal, Hussain G, Lee D. Parker, 2010, Audit And Governance In
Islamic Banks: Selection AndTraining Of Shariah Advisors, hlm
16-18,
Dari
https://www.google.co.id/?gws_rd=cr&ei=1PaqU82iH9O0uATU0
oDQDw#q=Audit+And+Governance+In+Islamic+Banks:+Select
ion+And+Training+Of+Shari%E2%80%99ah+Advisors, diunduh
22 Maret 2015.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

138

Khotibul Umam: Urgensi Standarisasi Dewan Pengawas...

Kantor
Pelayanan
BMT
UGT
Sidogiri,
dari
http://bmtugtsidogiri.co.id/kantor-pelayanan.html, diunduh 22
Maret 2015.
Laporan Keberlanjutan 2013 Bank Syariah Mandiri, dari
http://www.syariahmandiri.co.id/
category/
investorrelation/laporan-tahunan/, diunduh 22 Maret 2015.
Laporan
Tahunan
2013
Bank
BCA
Syariah,
dari
http://www.bcasyariah.co.id/laporan-keuangan/ tahunan/2013-2/,
diunduh 22 Maret 2015.
Laporan
Tahunan
2013
Bank
Mega
Syariah,
dari
http://www.megasyariah.co.id/files/reports/
annual/Annual_Report_2013_Bank_Mega_Syariah.pdf, diunduh 22
Maret 2015.
Lokasi Cabang, dari https://www.btpnsyariah.com/hubungi-kami/lokasicabang, diunduh 22 Maret 2015.
MUI
Akui
Terima
Keuntungan
Golden
Traders,
dari
http://www.tempo.co/read/news/
2013/03/02/
08746
4623/MUI-Akui-Terima-Keuntungan-Golden-Traders, diunduh 21
Desember 2014.
Pengurus DSN-MUI, Pengurus Pleno DSN-MUI Masa Bakti 2010
2015, dari http://www.dsnmui.or.id/index.php?page=pengurus,
diunduh 23 Maret 2015.
Tentang BMT UGT Sidogiri, dari http://bmtugtsidogiri.co.id/tentangkami-9.html, diunduh 22 Maret 2015.

PANGGUNG HUKUM

Jurnal Perhimpunan Mahasiswa Hukum Indonesia


Cabang Daerah Istimewa Yogyakarta

Vol.1, No.2, Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai