2
Beberapa tanjung yang tercatat di Pulau Kalimantan: Tanjung
Sampan Mangio, Datuk, Baram, Usang, Sambar, Silat (Selatan),
Puting, Layar, Mangkalihat, dan Malatayur.
Teluk yang ada: Teluk Berunai, Balikpapan, Adang, Paitan,
Marudu, St. Lucia, Datuk, Darvel, Kumai, Sekatok, Sampit, Serban,
dan Sebangau.
Sementara sungai-sungai yang tersebar di Kalimantan terdapat
di seluruh bagian Pulau. Di Kalimantan Utara: Sungai Batang Lupar,
Trusan, Krian, Padas, Batang Rayang, Kinabatangan, Kemenah,
Kagibangan, Baram, Segama, Sugut, Kalumpang, Radas, dan
Kalapang.
Di Kalimantan Timur: Sungai Sebuku, Kayan, Sembakung Berau,
Sesayap Karangan, dan Sekatuk Mahakam. Kalimantan Tengah:
Sungai Barito atau Murung dengan anak-anak Sungai Tewe, Murung,
Lahei, Kumai, Arut/Lamandau, Jelai, Kapuas, Kahayan dengan anak-
anak sungai, Sebangau, Katingan atau Mendawai, Mentaya atau
Sampit, dan Pembuang atau Seruyan.
Di Kalimantan Selatan: Sungai Martapura, Aluh-aluh Besar, Batu
Laki, Hantu, Durian, Barito (hanya sampai Kabupaten Barito Kuala),
Kupang, Batu Licin, dan Bahan. Kalimantan Barat: Sungai Kapuas
(Kapuas Bohang), Paloh, Sambas, Sebangkau, Ambawang, Sebakuan,
Melinsan, Mempawah, Landak, Kapuas Kecil, Kawalan, Kayung,
Sengkulu, Simpang, Pawan, Air Hitam Besar, dan Kendawangan.
3
terdapat kebun buah-buahan, tegalan dan sawah musim hujan
(sawah tadahan). Di daerah ini terdapat (dapat tumbuh) pohon-
pohon nangka, durian, rambutan, duku/langsat, kasturi, keminting,
pisang, pepaya, dan terutama karet.
Di tanah-tanah yang kurang subur karena erosi hanya dapat
tumbuh tanaman jika zat lemas dan fosfor cukup seperti jenis: buntut
tikus, tusuk konde, bayam duri, kerokot hijau, dan kerokot merah,
jukut, maman hutan.
Danau-danau di Kalimantan dipergunakan sebagai tempat
pemeliharaan ikan-ikan, bebek (itik) dan kerbau. Tumbuhan
bydeilla-yerticellata dan diatome sangat subur dan menjadi sumber
makanan ikan. Danau-danau yang terkenal: Danau Meninjau,
Jempang, Melintang, Bulan, Semanjang, Sembuluh, Hampangen,
Kamipang, Madara, Sentarum, dan Luard.
Di tanah datar dan pegunungan dapat diusahakan padi. Jenis-
jenis padi yang digunakan termasuk jenis padi gunung yaitu:
Rantaumudik, Badagai, Lurus Raden, Manjan Delima, Gadis,
Umbang. Beberapa jenis didatangkan dari Bogor.
Hutan
4
eusideroglon, zwageri) yang terkenal dengan nama kayu besi, kayu
damar, kayu lanan, kayu garunggang, kayu tampurau, kayu rangas,
kayu meranti, kayu bangkirai, kayu rasak, kayu palepek, kayu meran
bungkan. Kemudian ada kayu bangalan (agathis) atau pilau yang
dapat dijadikan tripleks, kertas, korek api.
Sementara rotan (uei bahasa Dayak, pekat bahasa Banjar)
banyak dikirim ke luar Kalimantan seperti ke Jawa bahkan ke luar
negeri. Beberapa jenis di antaranya: rotan taman, rotan sigi, irit,
achas, semambu, tantuwu, lilin, belatung, bajungan dan lain-lain.
Beberapa lilin, madu, kulit kayu, bermacam-macam damar dan getah
(karet) melengkapi kekayaan hasil hutan Kalimantan.
Dalam pembagian vegetasi menurut Dr. Schimper, hutan di
Kalimantan masuk ke dalam golongan hutan hujan tropis, yang
dibagi-bagi lagi dalam beberapa formasi: hutan payau, hutan nipah,
hutan rawa, hutan bukit-bukit/belukar/primer, dan hutan gunung.
Iklim
Kalimantan Utara
Daerah Kalimantan Utara sekarang adalah daerah Malaysia
Timur, berbatasan langsung dengan daratan Kalimantan wilayah
Republik Indonesia yaitu daerah Sabah. Kerajaan Brunai berbatas
langsung dengan daerah Kalimantan Timur. Daerah Serawak 1 ,
berbatas langsung dengan daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan
Timur.
Abad kelima belas negeri Brunai, termasuk semua daerah
Kalimantan Utara dan Serawak yang sekarang, merupakan daerah
Kerajaan Melayu Malaka dan diperintah oleh seorang besar yang
1 Kuching.
5
bergelar Sang Aji. Setelah kerajaan Malaka jatuh, Brunai mendirikan
kerajaan sendiri dan merupakan pusat kebudayaan orang-orang
Melayu dan Solok Islam, di daerah Kalimantan Barat dan Pulau-
pulau Solok. Dari sinilah ajaran Islam menyebar sampai ke
Mindanau. Abad tujuh belas dan delapan belas masehi, kapal-kapal
Portugis dan Spanyol sudah pernah berlabuh di Brunai tapi tidak
dapat menaklukkannya. 2
Setelah tahun 1800 masehi, Inggris sampai di daerah itu dan
mencoba membuka daerah Labuhan atas persetujuan Raja Brunai.
Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama dan pada akhirnya
hanya ditinggalkan begitu saja. Pada tahun 1830 masehi, seorang
berkebangsaan Inggris pegawai dari East India Company, bernama
James Brooke, datang ke Brunai dan bersahabat dengan Pangeran
Hasyim yang memerintah negeri Brunai. James Brooke akhirnya
berhasil menjadi Raja Putih dan memerintah di bagian selatan negeri
Brunai yang kemudian daerah kekuasaannya diperluas sampai negeri
Serawak atau Kuching sehingga menjadi daerah naungan Inggris.
Akhirnya tahun 1889, Brunai pun bernaung dibawah kekuasaan
Inggris. Daerah ujung Kalimantan Utara yang disebut British North
Borneo, awalnya dikuasai Raja Brunai, yang kemudian takluk kepada
Sultan Solok 3 . Daerah itu kemudian dibeli oleh British North Borneo
Company dari Sultan Solok dan kemudian menjadi jajahan Inggris. 4
Keadaan Daerah
Sosial Ekonomi
6
Bangsa kulit putih dan pendatang lainnya bermukim di daerah
perkotaan. Bangsa Melayu, banyak yang bermukim di pedalaman.
Penduduk daerah pantai ialah suku Dayak Laut, yang terdiri dari
suku-suku Melayu, Kenyah, Kelambit, dan Murut. Adapun suku-suku
Dayak Darat terdiri dari suku-suku Iban, Punan, Kayan dan Bahau,
tinggal di daerah perbatasan atau pedalaman. Yang terbesar adalah
suku Iban, yang memiliki hubungan darah dengan suku Dayak di
Kalimantan Timur, seperti Bahau, Iban, Kayan, Punan.
Tiap-tiap suku Dayak memakai bahasa daerahnya masing-masing
yang satu sama lain berbeda. Bahasa pengantar ialah bahasa Iban.
Pada umumnya adat istiadat suku Dayak pada dasarnya baik. Mereka
berwatak keras dan jujur. Cara bergaul menunjukan keakraban, tetapi
kadang-kadang terjadi juga kekacauan hanya karena salah
pengertian. Dalam pergaulan mereka bersifat ramah tamah, tetapi
mudah tersinggung dan dendam.
Adat istiadatnya memiliki banyak persamaan dengan adat istiadat
suku Dayak di wilayah Kalimantan, yaitu berpegang teguh pada
ajaran nenek moyang, dan percaya kepada roh-roh yang sudah
meninggal. Bila dipandang dari adat istiadat yang sama dengan suku
Dayak di wilayah Indonesia, nampaknya semua berasal dari satu
turunan.
Pengaruh agama Kristen atau Islam terlihat pada suku Melayu
dan Tionghoa yang menempati sepanjang pesisir dan sepanjang
sungai. Untuk suku Dayak di daerah pedalaman sudah mulai
mengenal agama nasrani, akan tetapi sebagian masih beragama
Kaharingan.
Sistim pendidikan bagi penduduk pribumi di Kalimantan Utara,
sekolah dasar tiga atau enam tahun. Bahasa pengantar yang
dipergunakan di sekolah ialah bahasa Inggris atau bahasa Tionghoa.
Yang bisa melanjutkan ke pendidikan lanjutan hanyalah anak-anak
pejabat dan anak-anak orang berada saja. Untuk pendidikan agama
Islam diberikan oleh Kiai-kiai, sedang ajaran rohani agama Kristen
dan Katholik, diberikan oleh Zending dan Misi yang terdiri dari
orang-orang asing.
Dengan adanya pembatasan pendidikan di sekolah lanjutan, dan
bahasa yang dipakai adalah bahasa Inggris, serta kurangnya
penanaman tentang kebangsaan, mengakibatkan keinginan
penduduk untuk dapat berbahasa Inggris sangat besar. Bagi
penduduk pribumi, apabila ingin mencapai kemajuan, terlebih
dahulu harus mampu berbahasa Inggris.
Kebudayaan suku Dayak Kalimantan Utara, banyak
persamaannya dengan suku Dayak di wilayah Indonesia. Mereka
masih sangat memelihara tari-tarian, nyanyi-nyanyian dalam bahasa
daerah, mereka belajar dari nenek moyang. Kaum pelajar lebih
menyukai kebudayaan yang berbau asing, seperti dansa dan
7
menguasai lagu-lagu barat. Untuk daerah pedalaman, cara
pengobatan masih secara tradisional, dengan menggunakan akar-
akar kayu dan daun-daunan. Pengobatan secara modern mereka
lakukan hanya apabila mendapat bantuan dari pemerintah, misi dan
zending.
Kalimantan Barat
Ada teori yang mengatakan bahwa suku-suku Dayak pedalaman
yang pertama mendiami Kalimantan, sebelum Kalimantan terpisah
dengan Penisula Malaya, berasal dari daerah perbatasan yang
terbentang luas dari perbatasan Cina dan India sampai Tibet. Suku-
suku ini kemudian mengadakan perkawinan dengan bangsa Kaukasia
dan Mongolia. Dari keturunan ini lahir suku Punan dan Kenya 5 .
Kemudian datang imigran suku bangsa Murud dan Kayan, dari benua
Asia yang hampir menyerupai bangsa Mongol. Selain itu, menurut
para ahli etnologi, suku Karen di Birma dan suku Kayan di
Kalimantan, berasal dari turunan yang sama.
Penduduk pedalaman Kalimantan Barat yang tinggal di Kapuas
Hulu, terbagi dari beberapa Nanga suku dan berasal dari suku Punan
:
1. Nanga Enap berasal dari suku Punan Uhing.
2. Nanga Erah, berasal dari suku Punan Uhing.
3. Nanga Balang, berasal dari suku Buket.
4. Nanga Mentalunai, berasal dari suku Buket.
5. Nanga Talai, berasal dari suku Punan Kerco.
6. Nanga Belatung, berasal dari suku Punan Howong.
7. Nanga Tanjung Lakung, berasal dari suku Punan Howong.
6 Metamorposen.
9
atasnya. Tanah liat laut yang masih muda sangat subur, seperti di
daerah mempawah yang dimanfaatkan sebagai daerah persawahan.
Tanah liat laut yang sudah tua, terletak agak jauh dari pantai. Tanah
tersebut tidak subur karena banyak zat-zat tanah yang hanyut oleh
rambang.
Kalimantan Timur
Penyebaran Penduduk
10
Basap, terdapat di daerah Kutai, tetapi mereka lebih maju daripada
suku Punan. Suku-suku lainnya yang terdapat di Kutai ialah: suku
Benoa, suku Bahau, suku Tunjung, suku Kenyah, suku Ulon Dayo,
suku Berau. Yang terdapat di daerah Pasir ialah suku Pasir.
Orang-orang Melayu yang berada di Kalimantan Tmur, banyak
yang beragama Islam. Suku Dayak banyak yang beragama
Kaharingan, Kristen Protestan, Katholik. Keyakinan lama masih
sangat besar pengaruhnya. Adanya satu Tuhan, yang di beberapa
tempat terkenal dengan nama Tuhan Singei. Mereka juga masih
mempercayai mahluk-mahluk penjaga kampung, rawa, sungai, hutan,
pohon, dan sebagainya.
Perpindahan Penduduk
7 Long Nawang.
8 Muara Ancalong.
9 Monografi Kalimantan Timur, 1967, hal 12-14.
11
Sebelum Patih Gajah Mada dari Majapahit, melaksanakan
usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara, di Kalimantan
Timur ditemukan tiga buah kerajaan kecil yaitu:
1. Kerajaan Kutai.
2. Berau.
3. Pasir.
Namun kemudian ketiga kerajaan tersebut bernaung di bawah
kekuasaan Majapahit. Akan tetapi pada masa penjajahan ketika
Belanda, Inggris, Portugis menginjakkan kakinya di bumi Nusantara,
ketiganya terpecah lagi. Tahun 1870, akibat adanya politik kontrak
yang ditandatangani oleh Sultan Sulaiman, secara yuridis lenyaplah
kekuasaan kerajaan, walau sebelumnya ada perlawanan dari Sultan
Salahudin dan Panglima Perang Awang Lor, yang kemudian gugur
sebagai pahlawan.
Kalimantan Selatan
Keadaan Tanah
11 Kabupaten Bulongan.
12 Kecamatan Talisayan.
13 Malaysia Timur.
14 Pegunungan Kapuas.
15 Barabai
16 Babaris, Amuntai, Tanjung.
13
Hulu Sungai sampai Martapura. Dari daerah ke daerah,
membentang jalur tanah kapur. Dari Mataraman hingga
sepanjang Riam Kiwa, melalui Pengarus sampai ke Koah, hingga
ke goa-goa kapur, terdapat gunung batu kapur. Endapan kapur
terdapat antara kedua sisi tembok tanah margel 17 .
Iklim
Kalimantan Tengah
Demografi
24 Mentaya.
25 Tanpa menghiraukan bahasa-bahasa Melayu dan Bugis yang juga berada
di situ.
17
2. Bahasa Dayak Ma’anyan, meliputi empat puluh satu suku kecil-
kecil.
3. Bahasa Dayak Dusun, meliputi enam puluh suku kecil-kecil.
4. Bahasa Dayak Katingan, meliputi enam puluh delapan suku kecil-
kecil.
18
BAB II
PERJUANGAN SUKU BANGSA DAYAK
Penerangan Kantor Wali gereja Indonesia, Taman Cut Mutiah 10, 1974, hal
338.
20
salib yang pernah dikenalkan oleh Pastor Ventimiglia kepada mereka.
Namun tanda salib tersebut telah kehilangan arti yang sebenarnya.
Tanda salib hanya menjadi benda fetis (jimat) yang berkhasiat magis
sebagai penolak bala yang hingga saat ini terkenal dengan sebutan
lapak lampinak dalam bahasa Dayak atau cacak burung dalam
bahasa Banjar.
Di masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah,
sekalipun telah bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada
dalam lingkungannya sendiri. Tahun 1919, generasi muda Dayak yang
telah mengenyam pendidikan formal, mengusahakan kemajuan bagi
masyarakat sukunya dengan mendirikan Serikat Dayak dan Koperasi
Dayak, yang dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe 4 , Philips
Sinar, Haji Abdulgani, Sian, Lui Kamis 5 , Tamanggung Tundan, dan
masih banyak lainnya. Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, bergerak
aktif hingga tahun 1926. Sejak saat itu, Suku Dayak menjadi lebih
mengenal keadaan zaman dan mulai bergerak.
Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat
Dayak, yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan politik.
Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan tersebut ialah Hausman
Babu, Anton Samat, Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh Mahir
Mahar, C. Luran, H. Nyangkal, Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S.
Handuran, Amir Hasan, Christian Nyunting, Tjilik Riwut, dan masih
banyak lainnya. Pakat Dayak meneruskan perjuangan, hingga
bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia.
Tahun 1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak,
kemudian mempunyai cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh
J. Uvang Uray 6 , F.J. Palaunsuka, A. Djaelani, T. Brahim, F.D. Leiden.
Pada tahun 1959, Persatuan Dayak bubar, kemudian bergabung
dengan PNI dan Partindo. Akhirnya Partindo Kalimantan Barat
meleburkan diri menjadi IPKI. Di daerah Kalimantan Timur berdiri
Persukai atau Persatuan Suku Kalimantan Indonesia dibawah
pimpinan Kamuk Tupak, W. Bungai, Muchtar, R. Magat, dan masih
banyak lainnya.
Pakat Dayak
21
suku Dayak dan urusan tanah Dayak sendiri. Pertemuan ini diadakan
karena mereka merasa prihatin akan situasi dan keadaan masyarakat
sukunya. Dalam segala raad-raad atau komite-komite yang diadakan
oleh pihak pemerintah Belanda, ataupun pihak partikulir, orang-
orang dari suku Dayak tidak pernah diberi kesempatan untuk duduk
di situ, walau kenyataannya poin pembicaraan adalah urusan tanah
Dayak sendiri. Wakil Kalimantan di Volksraad Pejambon, juga tidak
memberikan perhatian sehingga keinginan rakyat Dayak tidak pernah
terdengar sampai Pejambon.
Kemudian didirikan suatu komite yang diberi nama Komite
Kesadaran Suku Dayak. Tujuan utama pendirian ialah untuk
menuntut hak dan kedudukan dalam Sidang Dewan Rakyat serta
mengobarkan semangat suku Dayak akan nasib tanah airnya. Komite
ini telah mengumpulkan beribu-ribu tanda tangan dari seluruh suku
Dayak, baik yang berdomisili di Kalimantan, maupun yang sedang
merantau, untuk meminta kedudukan dalam Dewan Rakyat yang
disampaikan kepada Pemerintah Agung.
Pasal 2
Dasar
Pasal 3
Tujuan
8 Sejarah singkat ini disusun dan ditanda tangani oleh Mahir Mahar, G Obos,
dan Tjilik Riwut, pada tanggal 17 Juli 1970.
9 Ejaan telah disempurnakan. Penyunting, ns.
23
pembentukan dan perjuangannya. Sejarah singkat ini akan kami
baca secara bertingkat:”
RESOLUSI
KONGRES RAKYAT SELURUH KALIMANTAN TENGAH
MEMUTUSKAN :
Tertanda
KETUA PRESIDIUM KONGRES
M.Mahar
25
D E W A N R A K Y A T K A L I M A N T A N T E N G A H.
LAMPIRAN
Ketua Sekretaris
:
d.t.t. d.t.t.
M. Mahar H. Ukur
26
Sidang Parlemen di Jakarta telah mensahkan Undang-undang
No. 25 tahun 1956 yang berlaku terhitung tanggal 1 Januari 1957,
tentang Propinsi Kalimantan lama dibagi menjadi 3 propinsi baru,
hanya dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
sesudah 1 (satu) tahun dibentuk wilayah Propinsi Kalimantan Tengah
melalui Karesidenan terlebih dahulu.
Kongres Rakyat Kalimantan Tengah telah mengirim utusan
menghadap Gubernur Kalimantan (pada saat itu Gubernur Milono)
dan menghadap Pemerintah Pusat menghaturkan keputusan dan
tuntutan Kongres Rakyat Kalimantan Tengah yang telah dibaca di
atas tadi, serta memberikan penjelasan-penjelasan. Hasilnya
didapatkan pengertian dan persesuaian pendapat dimana
Pemerintah Pusat cq. Menteri Dalam Negeri telah mengambil satu
keputusan pada tanggal 28 Desember 1956 nomor: U.P.34/41/24,
antara lain menetapkan:
27
dan dari daerah-daerah masing-masing menurut iramanya sendiri-
sendiri agar ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah ditetapkan di
daerahnya masing-masing.
Dari daerah Barito meminta agar Muara Teweh atau Buntok
menjadi ibu kota. Daerah Kahayan. Kapuas, menghendaki Kuala
Kapuas dan Pulang Pisau sebagai ibu kota. Daerah Katingan, Mentaya
(Sampit), Seruyan, menghendaki Kota Sampit menjadi ibu kota.
Daerah Pangkalan Bun pun tidak ketinggalan memberikan
saran/tuntutan agar Pangkalan Bun menjadi ibu kota.
Berkenan dengan itu, maka bapak Milono, Gubernur
Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah telah mengambil suatu
kebijaksanaan membentuk satu panitia untuk merumuskan dan
mencari di mana daerah atau tempat yang pantas/wajar untuk
dijadikan ibu kota propinsi Kalimantan Tengah.
28
Alasan-alasan/dasar-dasar untuk memilih tempat tersebut menjadi
calon ibu kota antara lain sebagai berikut:
1. Karena ada perbedaan pendapat tentang calon-calon ibu kota,
misalnya ada yang mengusulkan Kuala Kapuas, Pulang Pisau,
Buntok, Muara Teweh, Sampit dan Pangkalan Bun, maka
dipandang perlu dicari satu kebijaksanaan untuk mengatasi
perbedaan pendapat ini.
2. Panitia berpendapat pula karena alasan penuntutan (1) diatas
perlu sekali dicari jalan keluar, yaitu mencari daerah baru yang
dapat diterima oleh sebagian besar rakyat Kalimantan Tengah
dan penjabat-penjabat pemerintah tingkat Kalimantan.
3. Panitia pun berpendapat, alangkah baiknya apabila calon ibu kota
itu berada di tengah-tengah masyarakat seluruhnya untuk
memudahkan melaksanakan proses kepemimpinan dan
koordinasi pada masa-masa yang akan datang, dan memiliki satu
kota baru yang dibangun di tengah-tengah hutan rimba dengan
kekuatan bangsa Indonesia sendiri di alam merdeka.
4. Dan lain-lain alasan dipandang dari sudut politik, sosial,
ekonomi, pertahanan keamanan dan psikologi.
29
Selanjutnya dengan Undang-undang No. 27 tahun 1959 L.N. No.
72 tahun 1959 ditetapkan bahwa ibu kota Propinsi Kalimantan
Tengah adalah Palangka Raya.
Sesudah Undang-undang Darurat tersebut ditetapkan maka pada
tanggal 17 Juli 1957 jam 10.17 menit telah diletakkan tiang pertama
ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah oleh Presiden RI Hal ini
disaksikan oleh masyarakat Kalimantan Tengah, pejabat- pejabat sipil
dan militer tingkat Kalimantan dan Kalimantan Selatan/Kalimantan
Tengah, serta 6 orang termasuk Menteri PUT, Ir. Pangeran
Mochamad Noor dan para Corps Diplomatik serta para wartawan
dalam dan luar negeri yang memprakarsai pendirian dan
pembangunan ibu kota Palangka Raya. Ir. Pangeran Moch. Noor
adalah Gubernur RI yang pertama di Kalimantan yang berkedudukan
di Yogyakarta dari tahun 1945 s/d 1949, yang memang telah
mempunyai rencana dan cita-cita membuka Kalimantan termasuk
Kalimantan Tengah.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
Des.52/12/2-206, tanggal 22 Desember 1959 telah ditetapkan untuk
memindahkan tempat kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan
Tengah dari Banjarmasin ke Palangka Raya terhitung mulai tanggal
20 Desember 1959.
Kemudian dengan Undang-undang No. 5 tahun 1965 Kotamadya
Palangka Raya dibentuk menjadi Kotamadya Otonom yang
diresmikan pada 17 Juni 1965 oleh Menteri Dalam Negeri. Satu
keistimewaan yang patut dicatat dalam sejarah Kotamadya Palangka
Raya, bahwa Lambang Kotamadya Palangka Raya telah diterjunkan
dari udara dan dibawa oleh sukarelawan/sukarelawati dari atas Kota
Palangka Raya bersama pasukan payung.
Sebagai catatan penutup/terakhir agar penjelasan bermanfaat
untuk kita bersama untuk memelihara dan meneruskan
pembangunan Kota Palangka Raya, disertakan amanat Bapak Milono
pada hari peletakan tiang pertama Kota Palangka Raya, yang
menyatakan:
30
Presiden Republik Indonesia Pertama Ir. Soekarno,
mantejek tihang ije solake pembangunan Kota Palangka Raya,
tanggal 17 Juli 1957 jam 10.17 menit
(Foto : Dokumentasi keluarga Tjilik Riwut)
31
DENAH
KOTA
PALANGKA RAYA
32
Raksasa Kalimantan Memanggil
NASKAH BERSAMA 11
MENGINGAT :
MENIMBANG :
MEMUTUSKAN :
35
PENJELASAN DARI NASKAH BERSAMA.
36
Catatan : Naskah ini dibuat, disahkan dan ditandatangani
atas nama Peserta Musyawarah Nasional
Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Tengah yang menanda tangani Naskah
Bersama ini ditentukan/ ditunjuk oleh Rapat. 12
12 Naskah Bersama ini ditanda tangani oleh seratus dua puluh orang wakil
peserta Konperensi Dinas Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Tengah, yang terdiri dari unsur Pejabat Militer, Pejabat Sipil,
Wakil Rakyat, Pejuang, dan Tenaga-tenaga Ahli.
13 Laporan ini dibuat pada tanggal 30 Desember 1958, oleh J.C. Rangkap,
37
1. Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia Dr .Ir.
Soekarno.
2. Yang Mulia Perdana Menteri Republik Indonesia Ir.
Djuanda.
3. Yang Mulia Wakil Perdana Menteri II Idham Chalid.
4. Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Djendral A.H. Nasution.
5. Yang Mulia Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh Sekjen
Menteri Dalam Negeri Raden Soeparto.
6. Yang Mulia Menteri Pelayaran, Komodor Moh Nasir.
7. Yang Mulia Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Ir.
Pangeran Moh. Noor.
8. Yang Mulia Menteri Negara Urusan Transmigrasi Dr. F.L.
Tobing.
9. Wakil Ketua Dewan Nasional Ruslan Abdulgani.
15 Desember 1958
Delegasi berunding di Medan Merdeka Selatan 13 (bekas istana
wakil Presiden RI). Gubernur Tjilik Riwut sebagai Wakil Ketua
delegasi berhubungan dengan Istana dan Kementerian-kementerian.
Keputusan yang didapat bahwa delegasi dapat diterima pada tanggal
16 Desember 1958 oleh Y.M. Menteri Dalam Negeri.
16 Desember 1958
Jam 10.00 delegasi dengan resmi diterima oleh Sekjen Menteri
Dalam Negeri yang mewakili Y.M. Menteri Dalam Negeri
(berhalangan hadir karena sakit). Ketua delegasi Letnan Kolonel
Darmosugondo telah menyerahkan hasil Musyawarah Nasional
Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah dengan nama Piagam
Palangka Raya dan Naskah Bersama dalam bentuk satu buku. Dengan
singkat dijelaskan oleh Ketua Delegasi bahwa Musyawarah ini
merupakan sumbangsih dari daerah untuk merealisasikan
Pembangunan daerah Kalimantan Tengah sebagai lanjutan dari
Musyawarah Nasional Pembangunan Pusat.
Pelaksanaan pembangunan dalam jangka pendek (1 tahun) dan
jangka panjang (5 tahun) adalah menjadi pegangan dari musyawarah.
Para pelaksana boleh pindah, orangnya boleh berganti, jika perlu
mati, tetapi Piagam Palangka Raya, tetap menjadi pegangan bagi
pembangunan daerah. Y.M. Menteri (dalam hal ini Sekjen) yang
menghadiri sendiri musyawarah itu di Palangka Raya dan telah
mempersaksikan sendiri kesederhanaan tempat dan caranya, sangat
berbesar hati dapat menerima hasil musyawarah ini. Beliau
mengucapkan terima kasih kepada delegasi dan bersedia
menyampaikan hal ini kepada Y.M. Menteri Dalam Negeri, dan tiap-
tiap pokok yang tertulis dalam musyawarah itu akan disalurkan dan
38
dipelajari secara seksama oleh masing-masing bagian pada
Kementerian Dalam Negeri dan kementerian yang lain.
Yang Mulia Menteri selanjutnya meminta sedikit penjelasan
maupun tambahan dari isi Musyawarah itu. Ketua Delegasi
menyerahkan kesempatan untuk memberi penjelasan tersebut
kepada Wakil Ketua yaitu Gubernur Tjilik Riwut.
Secara singkat Gubernur Tjilik Riwut telah menguraikan beberapa
hal antara lain :
1. Pembangunan Kota Palangka Raya sedapat mungkin selesai
tanggal 17-8-1959, dengan pembangunan rumah-rumah dan
gedung sebanyak 300 sampai 400 buah.
2. Pembukaan jalan-jalan dan hubungan laut, darat dan udara
dipercepat.
3. PTT dan RRI supaya tahun 1959 dapat selesai dibangun.
4. Pengangkutan yang dapat dilaksanakan dalam jangka pendek
untuk kepentingan sipil dan militer diantaranya motorboat,
jeep, pick up,truck, dsb.
5. Penerangan listrik pada tempat-tempat penting di seluruh
Kalimantan Tengah.
6. Pelabuhan-pelabuhan baru di Mintin dan Kuala Kapuas, dan
memperbaiki dan memperluas pelabuhan Sampit dan Kumai.
Pengerukan muara Sungai Kapuas dan Kahayan.
7. Transmigrasi sangat diperlukan mengingat daerah sangat luas
sekali, sedangkan operasi makmur sebagian besar akan
dilaksanakan di daerah Kalimantan Tengah.
8. Dan lain-lain hal yang telah dijelaskan di dalam Piagam
Palangka Raya.
17 Desember 1958
Delegasi diterima oleh Wakil Ketua Dewan Nasional Ruslan
Abdulgani di Gedung Dewan Nasional. Seperti pada tanggal 16
Desember 1958, waktu penyerahan Piagam Palangka Raya, yaitu pada
saat ini pula pada jam 10.15 Ketua Delegasi menyerahkan buku
tersebut kepada Wakil Ketua Dewan Nasional, dengan penjelasan
yang sama oleh Gubernur Tjilik Riwut, dengan tambahan
dimohonkan tenaga-tenaga ahli dan diterangkan bahwa jalan-jalan
39
menuju Sungai Hanyu, dimana akan didirikan Monumen Dewan
Nasional akan mulai dikerjakan pada tahun 1959.
Sebagai sambutan atas hasil musyawarah ini, wakil Ketua Dewan
Nasional antara lain mengatakan :
1. Bahwa hasil dari Musyawarah Dewan itu sudah lebih dahulu
diterima oleh Dewan Nasional di Jakarta.
2. Apa yang disampaikan ini adalah satu ketegasan dari
Kalimantan Tengah sebagaimana tebalnya buku ini, demikian
pula semangat hendaknya.
3. Keputusan-keputusan ini adalah tepat pada waktunya,
disampaikan kepada pemerintah Pusat, adalah tidak cepat
dan tidak pula terlambat.
4. Bekerja, di mana Dewan Perancang Nasional sekarang sedang
membuat rencana, adanya musyawarah ini adalah memberi
cukup bahan-bahan.
5. Bahan-bahan yang dibawa adalah lebih mendahului dari
orang yang ditunjuk menjadi Perancang Dewan Nasional.
6. Kami ingin menjadikan Kalimantan satu model dan modal
(sungai Hanyu khususnya) dengan Lembaga Pembangunan
Monumen Nasional. Monumen mana adalah satu perpaduan
antara materiel dan spritual. Cita-cita ini adalah berani.
Anggota Dewan Nasional Henk Ngantung mempunyai laporan
yang sangat berharga sekali yang dibawanya dengan lukisan
realitas keadaan Kalimantan.
7. Hasil Musyawarah ini akan disampaikan kepada Ketua Dewan
Nasional yaitu P.Y.M. Presiden Soekarno.
8. Tjilik Riwut sebagai anggota Dewan Nasional akan
diperintahkan melakukan perjalanan ke seluruh Tanah Jawa
untuk berhubungan dengan kepala-kepala daerah dan
instansi-instansi yang bersangkutan untuk mulai
melaksanakan sesuatu dengan nyata, dan akhirnya.
9. Beliau menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada delegasi
bahwa Kalimantan bukan saja satu Pion, akan tetapi sedikit-
sedikitnya satu Benteng kalau tidak dapat disebutkan satu
Batu dari sudut geografis dari kepulauan Nusantara.
40
1. Minta kapal-kapal untuk pelayaran di pantai dan di sungai.
2. Membuat pelabuhan baru yang memperluas serta
memperbaiki pelabuhan-pelabuhan yang ada di Kalimantan
Tengah
3. Muara-muara sungai supaya dikeruk dan lampu-lampu untuk
tanda di laut diadakan.
4. Minta diadakan sekolah pelayaran di Kalimantan Tengah dan
membuat tempat pembangunan kapal-kapal yang dapat
dibangun di Danau Sambuluh Kuala Pembuang.
41
masing-masing. Dengan demikian Beliau merasakan segala
pembangunan akan dapat lebih lancar dilaksanakan daripada
hanya dengan surat menyurat saja.
5. Selanjutnya Beliau menyatakan apa yang disiarkan di surat kabar
dengan Proklamasi Negara Sumatera dan Kalimantan adalah
lelucon dari badut yang gagal.
18 Desember 1958
Jam 08.55 pagi delegasi diterima oleh Kepala Staff Angkatan
Darat Letnan Jenderal A.H. Nasution. Ketua Delegasi Letnan Kolonel
Darmosugondo melaporkan diri datang dengan anggota-anggota
delegasi secara kemiliteran, kemudian menyerahkan buku Piagam
Palangka Raya dengan resmi. Wakil Ketua delegasi menjelaskan
seperti kepada Menteri-menteri pada hari-hari yang lalu. Yang lebih
ditegaskan pada hari ini adalah tentang pembangunan yang
merupakan gedung-gedung, asrama, rumah tempat tinggal,
pengangkutan seperti motorboat, motor tempel, jeep dan kendaraan-
kendaraan lainnya yang sangat diperlukan sekali oleh Ketentaraan
dan Kepolisian.
Kepala Staff Angkatan Darat dalam kata sambutannya
menyatakan beberapa hal berikut :
1. Kepala Staff Angkatan Darat akan memperhatikan Anggaran
Belanja untuk bangunan-bangunan termasuk objek Kodam di
Kuala Kapuas.
2. Pelaksanaan Transmigrasi.
3. Realita dari pembangunan dengan inisiatip dari partikelir
(swasta, red) dibantu oleh alat-alat pemerintah.
4. Agar pengusaha-pengusaha langsung mengambil perhatian untuk
pembangunan objek-objek. Terakhir beliau mengatakan supaya
daerah dengan segiat-giatnya bekerja, tidak hanya menuntut
kepada Pemerintah Pusat saja, kalau sudah terpenuhi masalah
keuangan dari Pemerintah Pusat, supaya dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan jangan mengambil keuntungan untuk diri
sendiri ataupun golongan.
42
Jam 10.20, Y.M. Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga menerima
delegasi. Setelah Ketua Delegasi menyerahkan Piagam Palangka
Raya, dengan kata pengantar seperti telah disampaikan kepada
Menteri-menteri yang terdahulu, maka Gubernur Tjilik Riwut sebagai
Wakil Ketua memberikan pula penjelasan-penjelasan dengan singkat
tentang hasil musyawarah, ditambah beberapa usul yang lain.
Yang Mulia Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Ir. Pangeran
Moh. Noor, menyampaikan kesannya antara lain :
1. Beliau sangat berterima kasih atas hasil yang telah ditelurkan oleh
musyawarah yang telah diadakan di Palangka Raya tersebut.
Beliau pada tanggal 28 November 1958 bersama-sama dengan
Perdana Menteri, Kepala Staff Angkatan Udara, Sekjen
Kementerian Dalam Negeri, serta penjabat-penjabat penting
lainnya mendapat kesempatan bersama-sama berada di tengah-
tengah Musyawarah itu.
2. Beliau menyatakan sedapat mungkin membantu mengusahakan
penyelesaian segala pekerjaan yang diputuskan oleh Musyawarah
itu.
3. Mengenai rencana penyelesaian pembangunan Kota Palangka
Raya pada tanggal 17-8-1959, Beliau mengajak kita bersama-sama
melaksanakannya.
4. Dana dari Kementerian PUT akan cepat dikeluarkan untuk
melaksanakan pembangunan, yaitu untuk segala pekerjaan yang
telah diotorisiert sedangkan budgeting kwartal pertama untuk
tahun 1959 sudah dapat diterima.
5. Bila anggaran belanja dari Kementerian-kementerian lain telah
tersedia dalam hal ini terutama sekali dari Kementrian Dalam
Negeri, maka Kementrian Pekerjaan Umum Tenaga akan
menyelesaikan pembangunan-pembangunannya dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan.
6. Beliau sangat berbangga sekali karena Kabinet Karya sekarang
telah dapat menyelesaikan rencana anggaran belanja tahun 1959
yang telah disetujui oleh Parlemen dan telah menjadi Undang-
undang, sehingga dengan jalan demikian, tentu segala
pembangunan dapat berjalan lancar.
7. Perundingan dengan Sovyet Unie (Uni Soviet, ed.) tentang
pinjaman 12 juta dollar (Amerika, ed.) sudah hampir selesai dan
Kalimantan Tengah juga akan mendapat bagiannya.
8. Dana rampasan Jepang juga akan diberikan untuk Kalimantan
Tengah.
9. Untuk belanja modal, juga sudah diberikan angka-angka yang
konkrit adalah sebagai berikut :
6 buah kapal keruk @ Rp. 5.000.000,- =Rp.
30.000.000,-
43
2 buah kapal tangki @ Rp. 74.000.000,- = Rp.
14.800.000,-
2 buah kapal tarik @ Rp. 3.900.000,- = Rp.
7.800.000,-
1 buah bis air @ Rp. 1.500.000 ,- = Rp.
1.500.000,-
Biaya pengerukan 120 km saluran induk
@ Rp.205.400,- / km = Rp. 24.648.000,-
Biaya pengerukan 120/5 x 10 km saluran
Sekunder 240 km @ Rp. 50.000,- = Rp. 12.000.000,-
Listrik untuk Sampit = Rp. 10.000.000,-
Untuk pembuatan jalan = Rp.
40.000.000,-
Total = Rp.140.748.000,-
19 Desember 1958.
Jam 09.10. delegasi diterima oleh Menteri Negara Urusan
Transmigrasi. sebelumnya Ketua Delegasi menyerahkan Piagam
Palangka Raya terlebih dahulu Y.M.Menteri F.L. Tobing
menyampaikan beberapa kesan, antara lain:
1. Beliau sangat gembira atas kedatangan para delegasi.
2. Praktek yang tepat dan sederhana lebih baik dari pada teori yang
muluk-muluk.
3. Beliau bermaksud akan berkunjung pada pertengahan bulan
Januari 1959 ke Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah,
untuk beberapa soal yaitu :
a. Membicarakan dengan Pemerintah Daerah tentang ide-ide
baru dari pelaksanaan transmigrasi.
b. Menyerahkan tugas pada daerah.
c. Mengunjungi objek-objek transmigrasi sambil
memperhatikan sebab-sebab mandegnya pekerjaan yang
dilaksanakan.
44
4. Mengikuti kanalisasi dan rijstbodrijven oleh pertanian serta
perkembangan pembangunan Palangka Raya.
20 Desember 1958.
Sabtu jam 08.12, Y.M. Perdana Menteri Ir. Djuanda telah
menerima kunjungan delegasi di ruangan kerjanya. Delegasi
menghadap tanpa rombongan Ketua Letnan Kolonel Darmosugondo
yang berhalangan datang karena sakit. Pimpinan lalu dipegang oleh
Gubernur Tjilik Riwut. Setelah Gubernur menjelaskan bahwa Ketua
Rombongan Delegasi Letnan Kolonel Darmosugondo berhalangan
datang, beliau sebagai pimpinan menyerahkan Piagam Palangka Raya
sebagai hasil Musyawarah Pembangunan Daerah dan menjelaskan
berbagai hal sebagai hasil Musyawarah Pembangunan Daerah.
Penjelasan dari hasil musyawarah tersebut, diantaranya tentang
pembagian harta benda (inventaris) yang bergerak dari Kalimantan
dahulu untuk Kalimantan Tengah, bagi kepentingan sipil maupun
militer
Perdana Menteri kemudian menyampaikan pesan sebagai berikut
:
45
1. Y.M. Perdana Menteri sangat gembira atas musyawarah yang
telah di adakan di Palangka Raya secara sederhana dan unik
sekali. Beliau sendiri dapat menghadirinya pada tanggal 28
Nopember 1958, dan sempat memberikan amanat selama
beberapa menit.
2. Beliau menaruh perhatian yang besar kepada pembangunan
daerah dan beliau berikhtiar membantu sepenuh-penuhnya.
3. Beliau sangat gembira dengan adanya putusan musyawarah untuk
menerima transmigrasi untuk daerah Kalimantan Tengah.
Tentang asimilasi dari para transmigran di daerah akan diambil
perhatian sambil meninjau kembali dasar-dasar pengalaman yang
telah lalu.
4. Beliau terharu dengan adanya lapangan terbang Panarung di
Palangka Raya yang telah dapat dikerjakan secara gotong royong
oleh masyarakat. Beliau telah merasakan sendiri mendarat
dengan otter (twin otter, ed.) di Kalimantan di suatu lapangan
dari hasil jerih lelah masyarakat di daerah itu sendiri.
21 Desember 1958.
Jam 10.30 tepat, delegasi menghadap P.Y.M. Presiden Republik
Indonesia, Dr. Ir. Soekarno di Istana Merdeka. Delegasi menghadap
di bawah pimpinan Gubernur Tjilik Riwut (Ketua Delegasi Letnan
Kolonel Darmosugondo masih sakit). Pada saat ini pula pimpinan
Delegasi secara resmi menyerahkan Piagam Palangka Raya hasil dari
Musyawarah Nasional Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah
dengan diiringi penjelasan singkat.
P.Y.M. Presiden Soekarno kemudian menanyakan apakah
delegasi sudah menemui pemerintah ( Perdana Menteri ), dan
dijawab bahwa pada tanggal 20 Desember 1958 delegasi sudah
46
diterima oleh Perdana Menteri. Paduka Yang Mulia Presiden
mengajukan pertanyaan ini karena ingin mengetahui bagaimana
pendirian dari pemerintah tentang hasil musyawarah ini.
Kesan dari P.Y.M. Presiden adalah sebagai berikut:
47
Delegasi merasa sangat lega, karena harapan yang dirasakan
semula sangat tipis untuk dapat menemui Kepala Negara di tengah
kesibukan beliau, akan tetapi ternyata, Pemerintah Pusat dan Kepala
Negara masih dapat memberikan kesempatan waktu untuk menerima
laporan dari mulut pimpinan delegasi sendiri, sebagai penyambung
lidah masyarakat di Kalimantan Tengah.
48
BAB III
ASAL MULA, ADAT ISTIADAT DAN
BUDAYA SUKU BANGSA DAYAK
South Borneo People. The Hague – Martinus Nyhoff – 1963 hal. 2-3.
4 Sahawung, juga disebut Tahawung.
50
hubungkan sifat orang-orang Dayak di masa lalu, yang terkenal
dengan semboyan Menteng Ureh Mamut, yang berarti seseorang
yang mempunyai kekuatan gagah berani dan tidak kenal menyerah,
maka nama Daya Sahawung lebih condong kepada kata sifat. Dalam
bahasa Sangen, Dayak berarti bakena yang artinya gagah, cantik 5.
51
dan bangsa Wedda. Bangsa Negrito ciri-cirinya adalah sebagai berikut
:
1) bertubuh kecil.
2) warna kulit kehitam-hitaman.
3) rambut keriting.
4) bentuk kepala bundar dan menengah.
Terbagi lagi menjadi 3 suku kecil dan kemudian terbagi lagi menjadi
60 suku paling kecil atau sedatuk yaitu :
a. Dayak Kenya, terbagi lagi dalam 24 suku-suku kecil
b. Dayak Kayan, terbagi lagi dalam 10 suku-suku kecil
c. Dayak Bahau, terbagi lagi dalam 26 suku-suku kecil
Terbagi lagi menjadi 2 suku kecil, dan terbagi lagi menjadi 87 suku
kecil sedatuk
a. Dayak Klemantan atau Dayak Darat, terbagi lagi menjadi 47 suku-
suku kecil.
b. Dayak Ketungau terbagi lagi menjadi 40 suku-suku kecil.
Dayak Murut
54
Terbagi lagi dalam 3 suku, dan terbagi lagi dalam 44 suku kecil-kecil.
a. Dayak Murut, terbagi lagi menjadi 28 suku-suku kecil.
b. Dayak Idaan atau Dayak Dusun, terbagi lagi menjadi 6 suku-suku
kecil.
c. Dayak Tidung, terbagi lagi menjadi 10 suku-suku kecil.
Dayak Punan
Dayak Ot Danum
10 Ini ada kumpulan dari penyelidikan penulis sendiri, semenjak tahun 1935
dan selainnya dari itu, ditambah (dikumpulkan) menurut keterangan
buku-buku yang ditulis oleh bangsa Eropa. Yakni :
J. Mallincrodt , Leiden, 1928 ke I, Hal 7 – 40,
Bouman t.a.p. ( Kalimantan Barat ) 1924 hal. 175
Hose II. Hal. 177,180
O.Rottr.Br.N.Borneo 1922, hal. 79
Spaan T.A.G. 1902. hal.521
Nieuwenhuijs I, hal 52- 55.
Von Dewall T.B.G. 1885 hal.438.
V. Walcheren 1907, hal 797.
Elshout t.a.p. hal 248
Schadee, hal 628
Bakker, hal.362, 369, 358, 412.
Barth : Overder afd. Sukadana 1896. hal 116
Gomes : 17 Ijears Among The se – Dijaks of Borneo 1911. hal 41
J. Mal. Bijdr.K.I. 1924. Hal.401.
Enthoven : Bijdr Geogr. W. Borneo, 1903, hal 425.
Sitsen 1922, hal.593.
House and Mac Douggall, hal 67
Jongejans : Uit Dajaks land 1922, hal 199, 215
Mill.Gezagh, Pimentel 1922.
Veth Borneo’s Wester Afdeeling 1854, hal 322.
Sitsen : Tentang Tanah Tidung 1922.
55
Bahwa seluruh pulau Kalimantan terdiri dari 405 suku kecil-kecil
dan setiap daerah memiliki bahasa daerah sendiri.
a. No 1 s/d 7, 12 s/d 15, 17, 29, 31, Bahasa yang digunakan ialah bahasa
Dayak Ngaju bahasa Ngaju
b. No. 9,16,18,20 s/d 28, 30, 32s/d 35, Campuran bahasa Ngaju dan
Indonesia.
56
Marabahan dan sedikit
di Tumbang Samba dan
Longiran-Kalimantan
Timur
14 Bara Raren- Mangkatip Barito Tengah, dari
Uluh Mangkatip sampai
Mangkatip Ngaju Buntok
Ngaju S. Rungan, daerah Kuala
15 Kurun, Kahayan,
sebagian di Barito,
Kahayan sebagian di Mangkatip
Kahayan S. Kahayan, Mantaya
Tengah, sekitar Samuda,
sekitar Kasongan,
16 Samba, Long Takap-
Mahakam, Tumbang
Barangas: Sanamang
17 Barangas bahasa
18 campuran Daerah Alalak,
19 Banjar, Banjarmasin
Bara Je Bakumpai,
Kayu Tangi Ngaju Hulu Rungan, Kahayan
Dayak Bara Je Martapura
20 Kayu Tangi Daerah Pleihari dan
Dayak Riam Kiwa, Datah
21 Kedayan, Mencabung,
Tapin Belawayan, Lumpangi
22 Amandit dan Riam Kiwa
Labuan Amas Tapin
23 Daerah S. Amandit-
24 Amandit Labuan Amas Martapura
S. Amandit dan Riam
Alai Amandit Kiwa
25 Bukit-Dayak Hulu Riam Kiwa
Bukit Alai Daerah Pleihari dan
Bukit Hulu Riam Kiwa, dan
26 Pitap pegunungan Meratus
27 Daerah Hulu Riam Kiwa
Pitap
Balangan
Bajau 12 Hulu Riam Kiwa
Balangan Tanjung Pamukam, S.
2 Dayak
Ma’anyan 13
4 Dayak
Dusun
1 Dusun Buntok sampai Trusan
2 Dusun Witu Dusun Sikan sampai Paring
Dusun Lahung
Dusun Daya
5 Dayak Apu
Kayan 15
6 Dayak
Kayan 16
1 Kayan S. Baram
2 Uma Pliau Naving S. Baram
3 Uma Naving Bawang S. Baram
4 Uma Bawang Paku S. Baram
5 Uma Paku Samuka S. Baram
6 Uma Samuka Lesung S. Rejang
7 Uma Lesung Daru S. Bintulu
8 Uma Daru Juman S. Bintulu, Datadian
9 Uma Juman Leken Long Pureh, dan
Uma Leken sepanjang Mendalam
7 Dayak
Bahau 17
1 Saputan S. Kasu
2 Saputan Pnihing Di sepanjang Mahakam
Pnihing/ dari Howang sampai
Penihing Sumwe
3 Kayan Dari Sumwe sampai
4 Kayan Long Glat Dini
Long Glat Dari Dini sampai Air
Jatuh di Kali Merasa
5 Ma Suling- dan Mendalam
Ma Suling Bahau Mendalam
6
7 Long Wai Long Wai-Bahau Long Wai
8 Uma Lohat Uma Lohat- Uju Lohat
9 Hwang Ana Bahau Ana
Hwang Tring Ana-Bahau Tepu
10 Hwang Tring-
Segai/Modang Bahau Berau dan Bulungan
11 Segai-Bahau
Hwang Sirau Sirau
12 Hwang Sirau-
8 Dayak Iban
/Heban/Day
ak Laut 18
9 Dayak
Klemantan/
Dayak Darat
Klemantan
64
24 Dewa Desa Landak
25 Kuwalan Kuwalan Tayan
Tayan
26 Kancing Kancing
27 Katiyur Katiyur Tayan
28 Kenelas Kanelas Tayan 22
29 Taba Taba S. Keneles
30 Tebang Tebang S. Muna
S. Tebang
31 Banawas Banawas
32 Kerabat Kerabat S. Sejirak
33 Sawai Sawai S. Menterap23
34 Jawan Jawan S. Menterap
35 Taman Taman S. Jawan
S. Taman, Tebiau,
Kiungkang
36 Entuka Entuka
37 Samerawai Semerawai S. Entuka
38 Mangkok Mangkok S. Semerawai
39 Koman/Kuma Koman S. Mangkok
40 n Mahap S. Koman
Mahap S. Mahap
41 Sekadau
42 Ulu Sekadau Tanjung Daerah Sumber Sekadau
Tanjung Sekeliling tempat
43 Ambawang Belitang, Beketan-
44 Ambawang Sekilap Serawak24
45 Sekilap Ipoh S. Ambawang
46 Ipoh Siding S. Sekilap
47 Siding Empatung Hulu Peniti Besar25
Empatung Daerah Sambas
Daerah Sambas 26
10 Ketungau
65
4 Bagelang Demam Ketungau
5 Demam Senangan Ketungau
Senangan
6 Sakalau Ketungau
7 Sekalau Rakaui S. Rakui
8 Rakaui Malahui S. Malawi
9 Malahui Peturan S. Ketungau
10 Peturan Bugan S. Ketungau
Bugan
11 Marakai S. Ketungau
12 Marakai Marak S. Ketungau
13 Marak Laman Daerah Pinoh
14 Laman Tawa Keluas Daerah Pinoh
15 Keluas Laman Daerah Pinoh
Laman Tuha
16 Landau Daerah Pinoh
17 Landau Galata Daerah Pinoh
18 Galata Batu Daerah Pinoh
19 Batu Sandai Daerah Pinoh
20 Sandai Rangkang Daerah Pinoh28
Rangkang
21 Lamandau S. Lamandau
22 Lamandau Delang S. Delang
23 Delang Batang Kawah Batang Kawah
24 Batang Kawah Bulik S. Bulik
25 Bulik Mamah Antara Lamandau dan
Mamah Darat Bila
26 Ruku
27 Ruku Gunung Beah Hilir Jelai
28 Beah Baginci S. Beah 29
29 Baginci Kriau S. Baginci
30 Kriau Kayung S. Kriau, s Singa Puya
Kayung S. Tengah
31 Laur
32 Lauh/Laur Pasaguan S. Dake
33 Pasagun Jelai S. Pasaguan, Pamaha
34 Jelai Kendawangan Ulu
35 Kendawangan Tulak Jelai, Kotawaringin
Tulak S. Kendawangan30
36 Kecurapan S. Tulak
28 Mall.Bijdr.K.I.1924.Hal.399.
29 Barth. Hal.88
30 Barth.hal.124
66
37 Kecurapan Samandang
38 Samandang Kayu Bunga S.Kecurapan
39 Kayu Bunga Putatah S. Simpang
40 Putatah Milanau S. Simpang 31
Milanau Putatah
Milanu 32
11 Murut 33
31Barth.hal.71
32Barth.Hal.100.
33 Masih banyak suku-suku yang termasuk dalam golongan Murut, akan
tetapi karena catatan penulis hilang, dan belum ditemukan, maka hanya
ditulis demikian.
67
21 Narun Pegunungan Pesisir
Narun
22 Lelak S. Baram ( Kalimantan
23 Lelak Dabugus Utara )
Debugus/Ulun Labuk
24 Debugus Tabalo Labuk
25 Tabalo Long Pukan
26 Long Pukon Tabalo Bakatan
27 Tabalo Lerong Bakatan
28 Lerong Sakapan Labuk
Sakapan Labuk/ Suku Sebob.
Labuk
12 Dayak Idaan
/ Dusun
13 Dayak
Tidung
1 Mantarang Hilir Tubu dan Malinau
Ulun
2 Mantarang 35 Tubu Tubu
3 Ulun Tabu Dayu Dayu
4 Ulun Dayu Putuk Hulu Kinaya, Berang,
34 Evans, Among Prim.P.I. Borneo. 1922, hal 79. suku ini boleh jadi terdapat
di Tidung dengan nama Tinggalan, dan dinyatakan dalam buku Sitsen
1922, dalam keterangannya, Dayak Tinggalan diam di Sembakung dan
turunannya di Sesayap. Tinggalan Sembakung terbagi atas : Ulun Sedalir,
Ulun Lumbis, Ulun Polor, Ulun Tagul, Ulun Tidung. Dayak Tidung
bercampur dengan suku Bugis, Melayu. Mereka beragama Islam.
Bertambah lagi dengan diperkuat oleh keterangan J.Mall.1928, hal 38.
Daerah Sembakung sebetulnya semua Dayak, tetapi mereka masuk Islam,
dan mengaku sebagai suku Melayu.- penulis. T.R.
35 Ulun Mantarang ini menamakan dirinya bonsoi yang artinya manusia
14 Dayak Basap
15 Dayak
Punan 37
36
Tidak ada dokumentasi mengenai tempat dan bahasa dari suku ini.
69
1 Busang S. Hiwan
2 Busang Long Wai Long Wai
3 Long wai Punan Kayan, Kayan Ok
4 Aput Punan S.Lehusan
5 Bah Punan Batas Serawak dan Apu
Lisyum Kayan
6 Punan Kabiran
7 Berusu Semamu Semamu
8 Semamu Balalau Balalau
9 Balalau Punan Are
10 Are Tubu Tubu
Tubu
11 Tukup Tukup
12 Tukup Babung Alun Alun
13 Alun Bosang Sengan
14 Sang Benga Benga
15 Benga Bosang Nyibung
Nyibung
16 Serawak Serawak
17 Sian Legat Serawak
18 Legat Bosang Tinyar
19 Tinyar Bungan S.Bungan ( Kalbar )
20 Bungan Keriau S.Keriau
Keriau
21 Era S. Era
22 Era Mandai S. Mandai
23 Mandai Bosang Tamaluwe/Sebuwe
24 Penyabung Juloi S. Tuhop, Maruwai,
Juloi Laung
16 Dayak Ot
18 Dayak Ot
Danum
16 Nyangoi Nyangoi
17 Osa Osa S. Lekawai, Takungui
S. Osa, Mentibar,
18 Bunyau Bunyau Takungui, mensuling
19 Sahiei Sahiei S. Sempu, Sehang
20 Serawai Serawai S Serawai, Hulu
Katingan
21 Limbei Limbei S. Serawai, Nanga
Serawai
Idem
Idem
Sepanjang Barito Hulu
Tersebar di Hulu Barito
Suku Melayu
Bisa jadi di masa yang telah lalu, suku Dayak Taman telah
banyak bersentuhan dengan suku bangsa lain. Misalnya dalam hal
bahasa, banyak kesamaan dengan bahasa Bugis, Bali, Jawa. Misalnya
matahari-mitaso dalam bahasa Bugis, begitu pula dengan bahasa
75
Dayak Taman, matahari pun mitaso. Masih banyak kesamaan-
kesamaan yang dijumpai. Juga dalam peralatan, kebiasaan, cara
berpakaian. Misalnya pada suku Taman juga dikenal sabung ayam
sebagai tontonan. Kemiripan dengan Bali misalnya dalam hal lilit
kepala, pakaian Subang Krabu. Demikian pula destar solo, masih
digunakan oleh orang-orang tua.
Asal suku Giling Siud, Taman Kapuas, dari hulu Kapuas,
bekasnya kampung buah-buahan di sebelah hulu riam matahari. Oleh
karena itu Taman Kapuas sama dengan Punan, dan Semukung.
Ketuanya bernama Suku Baii, anaknya bernama Anyang Belawan,
Rejayang. Beranak Giling Amas. Turunan Tampang, Tulung Daun di
Lunsa Hulu. Sejak kira-kira 100-150 tahun yang lalu, memang sudah
ada suku Punan Hulu Kapuas yang sekarang turunan Temanggung
Tapah Bungan dan Tumenggung Irang Na, Erak. Entah seratus tahun
yang lalu, telah datang balatentara Leju dari Mahakam. Sejak itu
Kayan mandalam sudah ada. Tentara Leju memerangi suku-suku
Taman, bertahun-tahun lamanya. Juga memerangi suku Dayak
Embaloh Kapuas. Suku-suku Dayak Taman, menyembunyikan diri di
danau-danau, hingga sekarang masih dijumpai bekas tiang-tiang
belien di Danau Sula Bika, Danau Sayu Jaras.
76
Suku Dayak Suruk
Suku Dayak Klemantan, terbagi dalam dua suku besar yaitu suku
Dayak Klemantan dan suku Dayak Ketungau, masih terbagi lagi
dalam 86 suku kecil-kecil. Mereka bertempat tinggal di daerah
kalimantan Barat. Bahasa daerah yang mereka gunakan ialah bahasa
Dayak Serah dan Dayak Mardaheka.
Suku Dayak Ot
Suku ini terdiri dari empat belas suku, dan semenjak dahulu,
suku ini masih murni, tidak tersentuh oleh pengaruh asing. Bangsa
Belanda, maupun Jepang yang pernah menjajah Nusantara, tidak
mampu menaklukan suku ini. Kebanyakan dari mereka hidup di
daerah perbatasan Kalimantan Selatan, Timur dan Utara.
Kebanyakan masih hidup di hutan-hutan seperti misalnya suku
Dayak Punan, Ot Siauw, Ot Mondai, Ot Pari, Ot Saribas. Suku Dayak
Ot Saribas sangat ditakuti oleh bangsa Inggris dan Belanda. Tubuh
mereka tegap-tegap, keras dan kejam. Suku Ot Olong-Olong dan
Penyawung, yang menurut penyelidikan saya masih ada di sekitar
40 Kalimantan Barat.
77
hulu Sungai Barito, daerah Kalimantan Tengah dan Selatan, juga
Sungai Mahakam. Dalam hal ini, saya pernah mengadakan
penyelidikan ke daerah tersebut, namun sangat disayangkan,
kumpulan catatan mengenai daerah tersebut hilang.
41 Dipotong lehernya
78
Suku Dayak Baketan
79
Hangai, dan Batu Aseh, mereka ini termasuk suku Dayak Panihing
dari hulu Mahakam. Suku ini juga tunduk pada perintah kepala-
kepala suku Dayak Panihing, yakni Amun Lirang dan Kaya dari
Sungai Seputan, anak Sungai Kaso. Sungai Kaso adalah anak sungai
yang terbesar dari Sungai Mahakam.
Diantara suku Dayak Panihing, ada pula orang-orang dari suku
Dayak Kayan, dengan kepala-kepala mereka Kwing Iran dan
Masuling. Dalam pandangan suku Dayak Bungan, hanya mereka saja
yang berhak mengambil hasil hutan dari daerah Bungan itu. Dari
suku ini sudah ada yang berladang. Pada beberapa kampung suku
Bungan, yaitu di bagian hulu Sungai Bungan, anak Sungai Kapuas
Bohang atau Putus Sibau, ada beberapa penduduk yang menderita
sakit lepra.
Ngaju berarti udik. Suku ini adalah suku yang termaju di daerah
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Mereka mendiami
daerah aliran Sungai Kapuas, Kahayan, bahkan banyak pula yang
tinggal di Banjarmasin. Pada umumnya mereka memeluk agama
Kristen Protestan, tetapi ada pula beberapa yang memeluk agama
Islam dan Kaharingan. Agama Kristen Protestan yang dibawa oleh
Zending Barmen dan Basel mulai masuk.
Kuala Kapuas, Banjarmasin, Mandomai, Kuala Kurun dan
Tewah, juga Pangkoh, merupakan pusat kemajuan atau peradapan
suku Dayak Ngaju/Kapuas/Kahayan. Dari daerah-daerah tersebut
banyak generasi mudanya yang melanjutkan pendidikannya ke
tingkat yang lebih tinggi. Mereka melanjutkan ke SMA, SGA, bahkan
ada pula yang ke perguruan tinggi, seperti Universitas Gajah Mada
dan sebagainya. Banyak pula yang mengikuti pendidikan kemiliteran.
Tokoh Dayak yang berasal dari daerah ini, diantaranya Kel Babu,
Ruslan Babu, M. Mahar, E. Kamis, A.D. Ismail, G. Obus, Drs. Barthel
Aden, Ir. R. Sylvanus, Kolonel Ambu Suling, Gubernur J.C. Rangkap.
Rumah betang yang terbesar, terdapat di Kampung Tumbang Gagu,
hulu Sungai Mentaya daerah Sampit, milik bapak Antang Kalang,
nenek Hartman Assan (Budang).
81
Suku Dayak Limbei
Terhadap pemimpin
Kepada seorang yang masih asing, orang Dayak tidak begitu saja
percaya. Akan tetapi, apabila kepercayaan telah tumbuh, mereka akan
sangat bersahabat dan terbuka.
Hubungan dengan sesama, juga sangat mereka jaga. Hal ini
terbukti dengan budaya betang yang mereka miliki, dimana bumi
dipijak, disitu langit dijunjung.
Kepada para pendatang atau tamu yang datang mengunjungi,
orang Dayak sangat hormat dan selalu ingin bersahabat.
Orang Dayak amat sangat menghormati agama sesamanya.
Untuk tamu yang beragama Islam mereka tidak begitu saja langsung
memasak dan menyediakan makanan kepada para tamunya.
Umumnya bahan-bahan mentah berupa ayam, telur, kelapa ikan dan
sayur-mayurlah yang diserahkan terlebih dahulu untuk dikelola
sendiri oleh para tamunya.
Akan tetapi apabila tamu telah menyerahkan segala sesuatunya
dan mempercayakan urusan masak memasak kepada mereka,
barulah mereka akan memasak dengaan hati-hati, hidangan bagi
tamu yang beragama Islam akan dijaga agar tidak tersentuh babi.
Sementara untuk tamu yang non Muslim, biasanya hidangan
langsung dimasak dan disediakan.
84
Demikian pula dalam menjalani kehidupan, umumnya orang
Dayak bersikap mamut 46, menteng 47, ureh 48, mameh 49. Istilah ini
berarti untuk menjaga hubungan baik dengan sesama, orang Dayak
lebih suka mengalah dan menghindar; tidak menyerang apabila tidak
diserang, namun apabila kesabaran telah habis, harga diri telah
terinjak-injak, mati bukan lagi masalah dan serangan fisik akan
dihadapi secara frontal.
Orang Dayak juga tidak mudah untuk menerima hal baru,
sebelum benar-benar meyakininya. Bagi mereka, baik adalah baik
dan tidak kenal kebaikan bertopeng. Karenanya segala kebaikan,
tidak peduli kebaikan yang bertopeng, diterima dengan polos pula.
Serangan diplomatis tidak dianggap sebagai musuh, kesadaran baru
muncul ketika dampak kebaikan bertopeng muncul langsung di
hadapan mereka.
46 Kepahlawanan
47 Keperkasaan.
48 Gagah
49 Kahumung – ketololan, maksudnya nekad tanpa pikir panjang.
85
tuanya. Setelah orang tuanya lanjut usia, biasanya anak-anak sangat
peduli dan merawat dengan baik.
50 Pikun.
51 Latah, spontan meniru apa yang dilihat atau didengar.
52 Tidak mematuhi hukum adat.
53 Tarian pergaulan.
54 Minum tuak.
55 Pantun yang dilagukan.
56 Pikun.
57 latah – spontan meniru apa yang didengar dan dilihat.
86
hingga para lansia bebas pergi masuk keluar hutan, menangkap ikan,
berladang dan melakukan kegiatannya sendiri tanpa ada yang
menemani. Mereka yang muda tidak punya banyak tuntutan kepada
para lansia, tidak juga membebani orang tuanya dengan kewajiban
merawat dan memelihara cucu-cucunya. Satu hal yang selalu mereka
dambakan, yaitu panjang umur bagi para lansia karena mereka yang
muda merasa kuat bila ditemani dan diayomi. Para lansia adalah
panekang hambaruan 58, panutan, tempat bertanya, tempat meminta
restu, pusat kebanggaan, juga pemersatu keluarga.
Seiring dengan perkembangan zaman, pola hidup, pola makan
dan kebutuhan pun berubah, pergeseranpun terjadi di sana-sini. Tak
sedikit lansia yang terpaksa harus meninggalkan kampung halaman
untuk mengikuti anaknya pindah ketempat lain. Terjadinya situasi
demikian akibat anak-anak mereka yang telah mengikuti pendidikan
disekolah-sekolah bahkan telah menyelesaikan pendidikan formal,
menjalani kehidupannya dengan cara yang baru, cara yang asing bagi
orang tuanya. Mereka pindah ke kota, mempunyai pekerjaan tetap
dengan suami istri bekerja.
Pada umumnya orang tua lebih senang tetap berada di kampung
halaman daripada mengikuti anak-anaknya pindah ke kota, namun di
lain pihak anak-anak menginginkan dan berharap orang tuanya
mengikuti mereka pindah ke tempat yang baru tersebut. Tak peduli
keputusan apapun yang akhirnya mereka sepakati, satu hal yang tidak
pernah berubah yaitu nilai orang tua dimata anak, nilai tambi 59 dan
bue 60 dimata cucu-cucunya tetap tidak berubah, yaitu sebagai
panekang hambaruan.
Mereka yang lebih muda sekalipun telah berpendidikan tinggi
akan tetap hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya. Ditempat
yang baru para lansia mencoba untuk beradaptasi, namun mereka
lebih menyenangi kehidupan lama di kampung halaman. Hari-hari
mereka lalui dengan mengenang saat-saat indah ketika masih berada
di kampung halaman.
Singkatnya tidak mudah bagi mereka untuk beradaptasi di
tempat yang baru karena sesungguhnya batin mereka menolak untuk
berpisah dengan dunianya, dengan alam yang telah memberikan rasa
aman damai dan kesejahteraan, di mana mereka telah mampu
menyatu dan bersahabat dengan alam. Kondisi demikian berakibat
pada kestabilan emosi dan fisik mereka. Mereka jadi tidak lagi
energik, sakit-sakitan dan lebih cepat mengalami kepikunan.
58 Pemberi semangat.
59 Nenek.
60 Kakek.
87
Kebiasaan umum apabila terpaksa harus meninggalkan
kampung halaman, mereka tinggal di rumah salah seorang anaknya.
Biasanya mereka pilih sendiri dan anak yang terpilih adalah anak
kesayangannya. Anak yang terpilih merasa bahagia dan sangat
bersyukur, dan dengan tulus menerima kehadiran kedua orang
tuanya.
Kehadiran orang tuanya tersebut menjadikan rumah tersebut
ramai dikunjungi oleh sanak famili dan saudara kandung lainnya.
Kedatangan mereka lebih pada kunjungan keorang tuanya, tanpa
melupakan buah tangan sebagai tanda kasih dan hormat mereka
kepada orang tuanya. Buah tangan dapat berupa uang, pakaian,
makanan atau barang-barang kecil yang disenangi oleh orang tuanya.
Kehadiran orang tua dalam suatu keluarga bagaikan
matanandau61 yang menyinari bumi, hangat ceria, penuh canda dan
tawa. Cucu-cucu datang bergantian menemui tambi dan buenya
untuk mendengarkan dongeng-dongeng menarik yang diceritakan
oleh tambi dan bue. Saat itulah proses tetek tatum 62 sedang
berlangsung.
Biasanya dalam kondisi sehat, seorang yang telah lanjut usia
sekalipun berada di rumah salah seorang anaknya akan tetap
berusaha mandiri, mereka tidak senang dilayani. Cuci pakaian
dilakukan sendiri, berkebun, masak sendiri sesuai dengan apa yang
diinginkannya dan pada saat makan bersama, masakan beliau yang
paling laris disantap oleh seluruh keluarga.
Saat orang tua, entah itu ayah, ibu ataupun kakek nenek
menderita sakit, tanpa diperintah semua anak dan cucu dimanapun
berada akan turut terlibat aktip merawat bergantian menunggu dan
menjaganya. Namun, apabila jarak membatasi, anak-anak mereka
akan tetap memberikan perhatian dalam bentuk lain63. Singkat kata
seorang lanjut usia benar-benar menjadi pusat kasih dan perhatian
seluruh anak turunannya.
Begitu besarnya peran dan arti mereka yang telah lanjut usia
bagi orang Dayak, sehingga mereka yang usianya lebih muda berani
mempertaruhkan nyawa demi menjaga nama baik orang tua. Bisa jadi
hal tersebut merupakan salah satu jiwa satria “Dayak Sahawung“64
yang mendarah daging dalam diri setiap orang Dayak, tidak peduli
laki-laki atau perempuan 65. Mereka akan selalu menjaga dan
61 Matahari.
62 Pengetahuan yang menyangkut adat istiadat, budaya dan keyakinan,
diberikan secara lisan.
63 Dapat berupa doa atau urun dana pengobatan.
64 Salah satu semboyan hidup yang dimiliki para leluhur orang Dayak yaitu
88
melindungi orang tuanya, lingkungannya atau warganya yang usianya
telah lanjut.
Peran mereka yang telah lanjut usia demikian besar dalam
kehidupan orang Dayak, mereka adalah penentu serta pemberi
motivasi kepada mereka yang lebih muda. Karena itu, program
rencana kerja apapun akan dilakukan di daerah orang Dayak, jangan
pernah melupakan mereka yang lanjut usia. Tanpa restu dan
dukungan mereka yang lanjut usia, sulit mendapat dukungan dari
masyarakat setempat.
Perlu ditekankan disini bahwa orang Dayak sangat kuat
memegang teguh adat istiadat, budaya, dan prinsip hidup yang
mereka yakini. Hal ini tidak berarti bahwa mereka adalah suku yang
sangat tertutup. Kenali dan pahami budaya mereka, niscaya mereka
akan sangat bersahabat dan terbuka.
Lain-lain
Kemampuan Spiritual
66 Sakti mandraguna.
89
bersifat positif, menuju kearah kebaikan. Apabila kemampuan
tersebut pada akhirnya disalahgunakan untuk memenuhi tuntutan
keserakahan manusia yang bersifat negatif, hal tersebut adalah
tanggung jawab masing-masing pribadi yang melaksanakannya.
Dalam hal ini pengendalian diri benar-benar sangat dibutuhkan
sehingga seorang yang memiliki kesaktian mampu memanfaatkan
kesaktiannya menuju kearah yang bersifat positif, bukan kepada hal-
hal yang negatip. Semua kembali kepada pribadi masing-masing.
Disadari atau tidak, kemampuan spiritual tersebut pada
akhirnya menurun kepada anak Cucunya. Proses pewarisan kekuatan
spiritual dan Kesaktian yang dimiliki oleh seseorang terkadang
dengan sadar diwariskan kepada keturunannya dengan berbagai cara.
Hal ini umumnya terjadi di saat-saat akhir menjelang kematian.
Kemampuan spiritual seseorang bersifat sangat pribadi. Tidak
mudah memahami dan mempelajari kemampuan spiritual yang
dimiliki oleh orang Dayak karena faktor turunan darah sangat
menentukan.
Sekalipun telah bersusah payah mempelajari dan telah
melaksanakan banyak bersyaratan namun usaha tersebut sering
mengalami kegagalan. Proses pewarisan hanya terjadi apabila yang
bersangkutan telah menghembuskan nafas terakhir dan orang lain,
yang masih turunan darah yang kadang tak terduga akan otomatis
mewarisi kemampuan tersebut.
Terkadang pula kekuatan tersebut oleh orang tuanya tidak
diwariskan kepada keturunannya karena alasan tertentu, namun
dikembalikan ke alam menjelang saat akhir hidupnya dengan
melaksanakan beberapa persyaratan. Namun sering pula terjadi
kesaktian atau kemampuan spiritual yang telah dikembalikan ke
alam, setelah peristiwa kematian, beberapa waktu kemudian setelah
mengalami beberapa proses, muncul kembali pada keturunannya.
Akan tetapi bila keturunan yang dituju tidak memberi respon, pada
akhirnya daya atau kemampuan tersebut akan lenyap dengan
sendirinya.
90
turunannya 67semua kebaikan-kebaikan yang pernah di terima,
lengkap dengan nama dan identitas teman yang telah berbuat baik
tresebut. Dengan demikian secara tidak sadar, anak turunannya juga
turut serta mensyukuri, mengenang dan menghormati orang yang
telah berbuat baik bagi keluarga itu.
Komunikasi dalam bentuk diskusi keluarga membahas kebaikan
yang telah mereka terima, merupakan dasar yang kokoh dalam
menjalin ikatan batin antar keluarga.
Biasanya orang Dayak selalu ingin membalas kebaikan dengan
kebaikan. Dalam setiap kesempatan, orang yang pernah menerima
kebaikan dari seseorang, akan selalu berusaha membalas kebaikan
yang pernah mereka peroleh, sekalipun tidak langsung kepada yang
bersangkutan. Terkadang kebaikan seseorang tidak langsung
diterima kembali olehnya, namun kelak anak cucu mereka yang akan
menerima balasan kebaikan. Naluri membalas kebaikan yang pernah
diterima, bukan menjadi beban bagi mereka, namun memiliki nilai
kebahagiaan sendiri, tradisi ini menjadikan orang Dayak memiliki
ikatan batin yang kuat kepada sesamanya 68.
Hal yang serupa terjadi ketika orang Dayak mengunjungi
kenalan dan kerabatnya. Ketika menerima hidangan, mereka akan
spontan bereaksi, lalu dengan lahap menyantap hidangan yang
tersedia, bila perlu sampai habis tuntas. Semakin lahap, semakin
67 Tetek Tatum
68 Pesan terindah yang berulang-ulang selalu dikatakan penulis (Bapak
Tjilik Riwut) kepada penyunting ialah : “ Berikan kebaikanmu kepada
siapapun sebanyak mungkin, tanpa pernah membedakan jabatan, dan
status sosial seseorang, karena kelak di kemudian hari, anak cucumu
akan menerima kembali semua kebaikan yang telah disebarkan “.
Penulis selalu menekankan kepada penyunting bahwa hal tersebut
merupakan tradisi leluhur Dayak yang selalu harus dipegang teguh.
Semula pesan tersebut bagi penyunting seolah perbuatan baik dengan
syarat, karena dibalik semua itu ada suatu harapan bahwa kelak anak cucu
akan memperoleh kembali kebaikan yang telah disebarkan. Lama
kemudian setelah direnungkan, lalu penyunting sadari bahwa,
terkadang manusia berbuat dan bertindak apabila ada sesuatu yang ingin
dicapai. Bukankah kebaikan yang kelak akan diterima kembali oleh anak
cucu, bentuknya abstrak dan bukan berupa benda nyata yang sedikit demi
sedikit ditabung? Bila hal itu yang akan penyunting dapatkan, sesuatu
yang abstrak dan tak pasti, untuk apa bersusah-payah melakukannya?
Proses terjadi, semakin bertambah usia, semakin penyunting mengerti
makna yang tersirat dan tersurat dibalik pesan itu. Pesan tersebut telah
amat sangat menguatkan sebagai suatu warisan tradisi dari leluhur yang
harus dipegang teguh. (sharing pengakuan penyunting sebagai seorang
Dayak . N.S ).
91
sopan. Sikap demikian justru menunjukan keramahan, persahabatan
dan kepercayaan tinggi, karena yakin tidak diracuni.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, demikian pula
dengan tradisi setiap suku di bumi Nusantara, yang terkadang saling
bertolak belakang. Akan tetapi apabila telah saling memahami
kemajemukan yang ada, bumi Nusantara akan semakin kaya dalam
tradisi adat istiadat dan budayanya.
Makna Janji
Kepribadian Umum
namun telah sangat dipahami oleh suku Dayak. Bila terjadi pelanggaran
akan sangat fatal karena hukuman akan ditanggung oleh banyak pihak,
alam akan menghukum mereka.
92
Orang Dayak, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
perasaan yang halus. Dalam percintaan mereka sangat setia, hingga
tidak enggan mengorbankan jiwa raga bagi orang yang dicintai.
Kehalusan jiwa yang mereka miliki terlihat dalam karya seni
yang mereka hasilkan. Hal ini terlihat dari anyam-anyaman, lukisan
dalam bentuk tato di badan, tarian dan nyayian yang merupakan
gabungan sifat jantan gagah perkasa dan indahnya kelembutan seni
dalam diri orang Dayak.
Namun di balik kehalusan perasaan yang mereka miliki, apa bila
harga diri telah terinjak-injak, mamut menteng muncul seketika.
Mereka berani mati demi mempertahankan segala sesuatu yang
dianggap benar.
Kesetaraan Jender
94
e. Kepala Hutan/Kepala Padang/Kepala Sungai, satu orang untuk
setiap wilayah, disesuaikan dengan bagian masing-masing.
f. Ponokawan, jumlahnya tergantung besarnya kampung.
97
membantu para kepala kampung untuk mengembangkan kehidupan
masyarakat desanya.
b. Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat masih sangat berpengaruh. Sebagai
contoh, apabila terjadi kematian pada Kepala Suku mereka, atau
ada wabah penyakit, bahkan ketika mendengar suara burung
tertentu yang diyakini sebagai petanda tidak baik, sudah cukup
untuk menjadi alasan kepindahan mereka.
c. Pendidikan
Jika penduduk daerah lain telah lama mengenal apa yang
dinamakan sekolah, maka bagi suku yang kerap berpindah
tempat, mereka belum mengenal sekolah. Pemerintah kolonial
merasa belum ada manfaatnya apabila di daerah mereka didirikan
sekolah. Dapat dimengerti apabila kemudian mereka masih
98
berada dalam taraf yang rendah, karena tidak diberi kesempatan
untuk maju, hidup statis, tanpa peduli pada kemajuan zaman.
d. Desakan Penghidupan.
Tidak adanya perhatian dari pemerintah kolonial pada waktu itu,
didukung dengan sikap kurang menghargai dari beberapa
golongan masyarakat yang telah lebih maju, contohnya hasil
hutan yang telah dikumpulkan berbulan-bulan, hanya ditukar
dengan sebungkah garam atau satu kilogram tembakau. Salahkah
bila kemudian mereka pergi untuk mencari taraf kehidupan yang
lebih baik ?.
100
Pada masa kolonial telah dilaksanakan usaha untuk
mengintensifkani pemerintah daerah Dayak reservaat dengan jalan
menempatkan pegawai-pegawai Dayak di daerah tersebut. Usaha ini
mengalami kegagalan, karena pegawai-pegawai yang ditempatkan
tersebut hanya diberi tugas sebagai penjaga pintu. Maksudnya agar
tidak ada suku lain yang masuk dan berladang di daerah tersebut.
Pada prinsipnya Dayak reservaat, tidak perlu lagi dipertahankan,
karena akan menghambat kemajuan dan perkembangan daerah itu
sendiri. Dengan mengumpulkan suku-suku yang ada disekitarnya,
misalnya suku Dayak Bukit, Dayak Balangan, dibuat suatu kampung
baru yang sehat, terarah, dan dipimpin oleh pemerintah daerah yang
cakap, berpandangan luas dan berwibawa. Dengan demikian,
diharapkan kebiasaan penduduk untuk berpindah-pindah tempat
tinggal, akan lenyap secara bertahap.
Cara memilih daerah yang layak untuk dijadikan kampung
baru, dengan dibentuk panitia khusus dengan tugas mengadakan
perundingan dengan kedua suku, untuk menentukan tempat paling
sesuai untuk dijadikan kampung baru bagi mereka. Dalam hal ini,
jangan dilupakan untuk juga melibatkan ahli pertanian. Satu
tantangan lagi, bukan hal mudah meyakinkan kedua suku tersebut
bahwa daerah baru yang akan mereka huni akan lebih
menguntungkan dan mensejahterakan mereka, dalam hal ini tentu
saja dibutuhkan kemampuan khusus.
Tanah bekas Dayak reservaat sebaiknya direhabilitasi, dan
tentu saja butuh dana tidak sedikit dari pemerintah, namun hal
tersebut perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya pembukaan
hutan-hutan baru.
Berkenan dengan niat membuka Dayak reservaat, maka
perhatian penulis, tertuju kepada butir ke lima Pancasila yaitu : “
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “, dan U.U.D. 45 pasal
33 ayat 1, juga mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris,
maka pada saat Dayak reservaten dibuka, maka amat bijaksana
apabila pemerintah menetapkan suatu peraturan untuk mengatur
pemakaian tanah kosong yang ada di dalam daerah Dayak
reservaten, sama seperti dilakukan sekarang dengan tanah efpacht
Kelayan, dengan ketentuan bahwa bagi mereka yang telah
mempunyai tanah, baik di dalam maupun di luar Dayak reservateen,
izin tidak diberikan. Menurut hemat penulis apabila Dayak reservaat
dihapuskan, harus dilaksanakan dengan bijaksana dan karena
masalah ini dianggap hal penting, maka pelaksanaannya harus
dengan cara yang hati-hati.
Sebagai contoh :
Kesimpulan
Pendahuluan
Menurut penulis, lingua franca bagi suku Dayak di seluruh
Kalimantan ialah bahasa Ot Danom atau bahasa Dohoi. Khusus untuk
daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, lingua franca
orang-orang Dayak ialah bahasa Dayak Ngaju yang terkadang
disebut bahasa Kapuas. Bahasa kuno dan sakral yang digunakan
dalam upacara-upacara adat keagamaan, dalam Marung, upacara
Tiwah, Mahanteran, Jaya, Badewa, dan sebagainya adalah bahasa
Sangen atau disebut pula sebagai bahasa Sangiang. Bahasa Sangen
atau bahasa Sangiang telah nyaris punah. Bahkan generasi muda
Dayak nyaris tidak mengenalnya lagi.
Setiap suku memiliki bahasa daerah sendiri-sendiri, dialek dan
kosa kata sedikit berbeda. Sebagai contoh, bahasa Dayak Ot Danom
lebih banyak menggunakan huruf O dan A, sedangkan bahasa Dayak
Ngaju lebih banyak menggunakan huruf E dan A.
Beberapa Contoh Bahasa Daerah
Penjelasan
116
Penuh Meno Kuntep
Membungkus Mangkusan Mamungkus
Membuka Ngantongan Inguak
Atas Junjung Hunjun
Berdiri Tarahendeng Mendeng
Pakaian Barun Klambi
Tepi Lompong Saran
Bertempat tinggal. Batimpen Melai
Memanggil Nangkihau Mangahau
Pulang Mulang Haluli/buli
117
Luas Sandong Lumbah
Berenang Langunjan Hanangui
6 halisang = namuei
7 inon ngaram
8 Inon ngaran amaimu ?
9 Nukoh umoh
10 Salamat holisang = salamat nomuoi.
121
Perisai Bantal Batal Honjan
Tikar Kenceng Keceng Honjan
Kasur Hejan Hecan/Hecot takaranak
Bantal Tangga Tangga Kolam
Kuali Suwang Suwang Salawar/sawuk
Tangga (1) Kalambi
Tangga (2) Salawar Salawar
Subang 5 Baju Baju Uwan
Paroi
Celana Uwan Uwan Jelei
Baju Parei Parei Kotowung
Jelei Jelei Monjuhan
Uban Jagung Jagung Ora
Padi Manjuhan Manjuhan Jala
Jelai Behau Haruan Tajung
Jagung Jala Jala Sauk
Jelawat Luntung Etang Otak
Ikan Gabus Sauk Sauk
Jala Beliung Beliung Apui
Lanjung Sorongin
Tangguk Apui Apui Nohoras
Beliung Sadingen Sangengem Badarom
Bebes Bawees Poros kuhung
Api Badarem Bararem Nguta
Dingin Pehe takolok Pehe kolok Mani
Keringat Muta Nguta Atop
Demam Mamani Mamani Osun
Sakit Kepala Atep Atep Osun apui
Muntah Asep Asep
Buang Air Asep apoi Asep
Besar bahe/asep apoi Nyeha
Pintu
Asap Manusul Manusul/ Ngawus
Asap Api manyeha Badayung/
Mambesei Kawus/kiwas hadayung
Badayung Badayung Tokon
Membakar Moliti/boliti
Teken Teken Onyuh biou
Berkayuh Ranbutan Maliti Onyuh
Berdayung Enyoh Balalang oko/kalapai
Mangur Kalapai Saka/sakang
Galah Enyoh batue Badi
5 Anting-anting
122
Rambutan Saka Sapandi/sapadi
Kelapa Muda Tatamba Wadi
Kelapa Tua Wadi Balasan/acan/
Balasan sapandi Pakasem
Obat Jeruk
Wadi Pakasem Nundu
Terasi Pakasem Jeruk Basiak/basiai
Tempuyak Nundu Bakolas
Mangantuk Basiak/basihai Batokoi
Pakasem Basiak Kadian Baloh
Tampuyak Kadian Rajin Bakena
Mangantuk Rajin Humung Jaat
Binatang Buas Humung Bakena Pitar/harati
Malas Bakena Karam
Rajin Papa Pitar/harati Pios
Bodoh Pintar Indong ondou
Tampan Sipan Matan ondou
Jelek Bahalap Baun andau Bitang/potondu
Pintar Baun andau Mantan andau Bulan
Matan andau Bitang/ Ocin nang
Baik Patendu patendu Uru
Awan Bulan Bulan Bangun Enyuh
Matahari Burung Bureu Kiham
Binatang Uru Ruput Tonohus/sout
Bulan Bangun enyuh Bango enyuh
Burung Riam Kiham
Rumput Manehus/ Manehus/ Uei
Tempurung masuh/donda masuh/sout Lating
Riam ng Gandang
Milir Oei Kalatung
Oei Lating Aku kani iko
Lanting Gandang
Rotan Gandang Agung Aku poros atoi
Sakit Garantung Jaku hawang Aku kani
Gendang Aku handak ikau
Gong dengam Jaku pehe atei Aku kani
Saya mau Aku pehe atei Jaku hawang ngihup
padamu Aku handak kuman Aku kani
Saya sakit hati kuman Jaku hawang ngoroh
Saya mau Aku handak ngihup
makan mihup Jaku hawang Aku kani
Saya mau Aku handak masawe ngomosa
minum masawe Aku sita umba
Saya mau Aku handak Jaku hawang ike
123
beristeri babane wawane Iko nampayah .
Aku sinta Jaku sita umba . . 11
Saya mau dengam ikau Olon bawi
bersuami Aku mite oloh Jaku manggite pios 12
Saya cinta bawi oloh bawi
padamu Oloh bawi Olon bawi Olon ijo bolecak
Saya lihat bahalap sipan Olon ijo bakena
wanita Oloh jite
Wanita cantik balecak Olon jiee Olon ijo
Oloh jite balecak botipang
Orang itu bakena Olon jiee Olon jiee
sombong Oloh jite bakena boringan
Orang itu batimpang Olon jiee Olon ijo matoi
tampan Oloh jite batipang Olon ijo
Orang itu bahimang Olon jiee bobujan
pincang Oloh jite matei bahimang Olon ijo
Orang itu luka Oloh jite gila Olon jiee matei mondan
Olon jiee gila Olon ijo pios
Orang itu mati Oloh jite Pomoti/poyik
Orang itu gila haban Olon jiee
hawaan Loting
Orang itu sakit Oloh te Olon jiee sipan Luca
bahalap Singat/palinge Lohi
Orang itu baik Pamepet/ t Ponganon
Penyengat/ palinget Pusa
lebah Kembang Bakak Tandun manuk
Bengkak Luja Luca Nondu
Ludah Handipe Handipe
Ular Panganen Panganen Jeleng-jeleng
Ular sawah Pusa Pusa Ngotut
Kucing Tandun Tandun manok Sahang
Kokok Ayam Manuk Manandu Tonyo
Berkokok Manandu Bisa rahu
Kace-kace Tatu (ayuh)
Cepat-cepat Capat-capat Mangetut/ketu jebakas
Mengentut Mangentut t Tatu ( ayuh, ago
Lombok Sahang Sahang ). . 13.
Garam Uyah Kahing Bahiu
Basah Bisa Bisa dahu Hawun
Kakek Bue Hiang hatue Hosawon/sawo
124
n
Nenek Tambi Hiang bawi
Nokoru/tokoru
Angin Riwut Bahiou Basingi
Embun Ambun Hawon/enon Buan
Teka-teki Lelei Kalele Llat
Towu/langoh
Lari Hadari Haguang Boram
Iri Bahiri Bahiri
Bau Ewau Simak
Sayap Palapas Palapas
Toba Tuwe Tuwe
Tuak Baram Baram
127
BAB V
SISTEM TEKNOLOGI SUKU BANGSA
DAYAK
Perumahan Penduduk
Rumah Asli Penduduk Suku Dayak di Kalimantan Timur
Rumah Betang/Lamin
130
ulin selain anti rayap kayu ulin juga berdaya tahan sangat tinggi
mampu bertahan ratusan tahun.
Penghuni satu rumah bisa mencapai seratus sampai dua ratus
jiwa. Rumah demikian dapat dikatakan sebagai rumah suku karena di
dalamnya dihuni oleh satu keluarga besar yang dipimpin oleh seorang
Bakas Lewu atau seorang Kepala Suku. Setiap keluarga mempunyai
kamar sendiri berbentuk ruang berpetak-petak, juga memiliki dapur
sendiri-sendiri.
Di halaman depan rumah Betang biasanya disediakan Balai
atau Pasangrahan tempat menerima tamu ataupun ruang
pertemuan. Sekalipun ukuran rumah sangat besar namun pintu dan
tangga hanya tersedia satu buah saja dan terletak dibagian depan
rumah. Tangga tersebut dinamakan hejan atau hejot.
131
Dimasa yang telah lalu, orang Dayak tidak pernah memakan
daging anjing karena bagi mereka anjing adalah pendamping setia
yang selalu berpihak kepada mereka khususnya ketika mereka harus
berada di hutan untuk berburu, dan tiap ekor anjing mereka beri
nama. Selain anjing kadang-kadang mereka juga memelihara kucing
dan burung-burung.
Kurungan burung mereka buat sendiri. Jenis burung yang
sering dipelihara ialah burung sarindit, burung talisok dan burung
tiung (Beo). Khusus untuk burung tiung, karena dapat bicara
menirukan suara yang didengarnya, maka untuk merangsang lebih
cepat dan banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki oleh burung
tiung yang mereka miliki itu, beberapa cara mereka lakukan,
diantaranya setiap malam jumat mereka gosok lidah tiung dengan
emas, juga lombok rawit pedas sering mereka berikan kepada
tiungnya, selain tiung sangat gemar lombok yang pedas tersebut, juga
lombok rawit membuat tiung lebih lincah bicara. tiung pantang
melihat darah, begitu melihat darah, tiung akan mati.
Perlengkapan rumah tangga yang umum mereka miliki ialah
tikar, bantal, selimut yang terbuat dari kulit kayu atau ditenun sendiri
yang dinamakan manantang. Benda benda sakral yang umum
mereka miliki adalah guci, seperti balanga, tempayan, tajau, butiran
emas yang mereka dulang sendiri, gong, piring malawen, tanduk
rusa sebagai perhiasan dinding, patung-patung kecil yang mereka
pahat dan ukir sendiri. Mereka tidak mengenal meja dan kursi, bila
duduk menggunakan alas tikar. Hanya dalam upacara adat tertentu
potongan-potongan kayu besar dibutuhkan untuk tempat duduk.
Pasah/Puduk
Lanting
132
dari kayu, terkadang dari kajang, juga kulit kayu. Salah satu contoh
rumah yang terbuat dari kulit kayu.
1 Tempayan.
2 Allah Yang Kuasa.
133
kura-kura. Lama-kelamaan, barang-barang tersebut ditiru oleh
bangsa Cina dan dibawa ke negerinya.
Atas keyakinan tersebut, balanga atau tajau, mempunyai arti
khusus bagi suku Dayak. Memiliki banyak koleksi balanga, mampu
meningkatkan status sosial seseorang, bahkan masyarakat
sekampung akan menyeganinya. Orang Dayak juga meyakini bahwa
balanga mempunyai roh yang bertempat tinggal di langit ke enam.
Itulah sebabnya pada telinga balanga, sering digantungkan sesajen.
Apabila ada balanga yang pecah, upacara adat diadakan, agar roh
balanga tidak marah.
Menurut Prof. HM. Yamin SH, dalam bukunya Tata Negara
Majapahit jilid 1, dikatakan bahwa tidak sedikit barang-barang yang
berasal dari Tiongkok, ditemukan di Indonesia. Pendapat ini sesuai
dengan pendapat Van Orsey Flines, seorang ahli keramik.
Balanga Lagie
Warna, merah, kuning. Mempunyai enam sampai delapan telinga.
Tinggi balanga empat sampai lima jengkal. Untuk balanga yang
mempunyai telinga antara tujuh sampai delapan, harganya lebih
mahal. Apabila pada bagian telinga tajau atau balanga tersebut,
nampak ada bekas jari yang sangat jelas, maka tajau atau balanga
tersebut laki-laki. Akan tetapi apabila bekas jari yang nampak tidak
begitu jelas, maka balanga tersebut perempuan. Apabila pada bagian
telinga bergigi, dan lukisan yang ada tidak begitu terang, maka harga
balanga tersebut tidak mahal. Balanga yang menunjukkan kelakian
yang tulen, apabila di bagian pinggir mulut balanga, ditemukan garis.
Sebangkang
Balanga jenis ini berwarna kemerah-merahan. Mempunyai enam
buah telinga ukuran besar, hingga pada bengkokannya dapat
digunakan untuk menggantung parang. Tingginya empat sampai lima
jengkal dan bermulut besar.
134
jelas ada mata dan hidung, menunjukkan bahwa Brahan tersebut
tidak palsu. Brahan yang paling baik, apabila sisik yang ada
berjauhan letaknya dan terlihat bahwa naga hendak mengambil buah
yang tergantung disitu.
Balanga Berikit
Disebut berikit, karena dari sebelah bawah sampai leher balanga, di
bagian sebelah menyebelah, menyerupai belahan rotan.
Balanga Rantungan
Ialah balanga yang belahan rotannya bersusun dua, dan dibagian
leher sebelah atas, ujungnya sedikit bengkok keluar, menyerupai
bundaran.
Balanga Tamun
Tidak berikit
Balanga Rimpah
Tidak berikit
Balanga Tingang
Ada lukisan berbentuk burung tingang, harganya murah, tinggi dua
setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima sampai tujuh
jengkal 3.
Balanga Bingkon
Tinggi dua setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima
sampai tujuh jengkal.
Balanga Bako
Tinggi dua setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima
sampai tujuh jengkal.
Balanga Kemis
Tinggi dua setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima
sampai tujuh jengkal.
Rawie
Rawie, berwarna kemerah-merahan, mempunyai enam buah telinga.
Tingginya empat sampai lima jengkal, tidak ada lukisan.
Merajang
Tajau Macan
Telinga kecil, tetapi tidak berlubang. Bibir sedikit turun ke bawah.
Tajau jenis ini banyak macamnya, ada pula yang termasuk jenis
terbaik dan hampir menyerupai Brahan.
Alat Transportasi
Di Sungai, tanpa Mesin
Besei
Besei berarti alat untuk mendayung perahu. Dengan besei perahu
yang ditumpangi dapat meluncur sesuai kehendak atau arah yang
dituju oleh sipendayung tanpa menggunakan mesin. Besei terbuat
dari kayu ulin dengan ukuran yang berbeda. Ukuran besei buat anak-
anak lebih kecil daripada ukuran besei untuk orang dewasa.
Besei Bawi
Besei Bawi berarti alat mendayung perahu yang biasa dipakai oleh
perempuan. Perbedaan dengan alat dayung yang biasa dipakai oleh
laki-laki ialah pada bagian tangkai dayung. Dayung bawi tangkainya
berukir dan di bagian yang melebar membentuk tiga sudut. Ukuran
besei bawi lebih besar daripada besei hatue.
136
Besei Hatue
Besei Hatue berarti alat mendayung perahu yang biasa digunakan
oleh laki-laki. Ukuran besei hatue sedikit lebih kecil dari pada ukuran
besei bawi, tangkai tidak berukir dan pada bagian yang melebar
ujungnya berbentuk tumpul.
Jukung
Jukung adalah perahu. Dibuat dari sebatang pohon besar yang masih
utuh, kemudian bagian tengah kayu tersebut dikeruk dengan
menggunakan alat.
Gondol
Sejenis perahu berukuran besar.
Penes
Penes ialah perahu layar, dan dibuat berserupu. Serupu ialah bagian
dasar perahu dibuat dari batang kayu utuh yang dikerok, kemudian
pada bagian kiri dan kanan dinding perahu diberi semacam dinding
yang bentuknya lentur, kemudian dilem dengan perekat khusus, dan
begitu seterusnya sehingga ukuran perahu tersebut dapat dibuat
sesuai kebutuhan. Pada umumnya perahu yang berserupu lebih
stabil dan dapat berlayar di laut.
Rangkan
Perahu yang dibuat berserupu, dapat digunakan di laut. Pada
umumnya digunakan di daerah Riam.
Jukung Pantai
Jukung adalah perahu yang dibuat tidak berserupu, pada bagian
ujung perahu selalu dibuat semacam hiasan. Variasi hiasan pada
ujung perahu yang membedakan satu perahu dengan perahu lainnya.
Jukung Sodor
Sejenis perahu.
Tambangan
Perahu atau jukung Banjar.
Jukung Sarupih
Disebut juga jukung tiung.
Getek
Disebut juga becak air atau perahu penyebrang.
Lasang
137
Perahu berukuran besar dan dapat berlayar cepat. Arti lain dari
lasang ialah tempat sirih.
Banama
Sejenis rangkan, yaitu perahu berserupu dan berukuran besar –
sejenis kapal.
Banama Tingang
Sejenis rangkan, yaitu perahu berserupu, sejenis kapal dan dapat
berlayar di laut.
Pangkoh
Sejenis perahu
Rakit
Sejenis alat transportasi air yang dibuat dari susunan bambu atau
kayu ringan yang diikat rotan, mengambang di air.
Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya malambung, basean, arut, bakis
jukung. Perahu, begitu juga rangkan pada bagian ujung selalu diberi
hiasan. Hiasan tersebut yang membedakan nama-nama perahu atau
rangkan. Misalnya jukung sodor, jukung sarupih, sama-sama
perahu, akan tetapi karena hiasan pada ujung perahu berbeda, maka
namanya pun berbeda.
Gambar Perahu
(Foto : Dokumentasi Kel.Tjilik Riwut)
Gambar Rangkan
(Foto : Dokumentasi Kel.Tjilik Riwut)
Klotok
Klotok adalah perahu yang diberi mesin. Gerakannya tidak begitu laju
bila dibandingkan dengan motor tempel.
Motor Tempel
138
Motor Tempel
( Foto : Dokumentaasi keluarga Tjilik Riwut )
Motor Tempel adalah perahu yang diberi mesin, namun dapat melaju
kencang.
Kapal
4Keba adalah tas punggung, fungsi utama keba adalah untuk membawa
barang.
139
jauh, biasanya mereka tidur di hutan, terkadang membangun pondok
atau gubuk sederhana untuk istirahat dan menginap di tempat itu
beberapa waktu hingga lelah dan letih lenyap.
Peralatan Perang
Mandau
140
merekatkan mandau dengan pulangnya digunakan getah kayu
sambun yang telah terbukti daya rekatnya.
141
Kumpang mandau ialah sarung mandau. Kumpang mandau
dibuat dari batang pohon kayu bawang, atau kayu garunggung yang
telah tua usianya. Pada umumnya ketika membuat kumpang lebih
cendrung dipilih bahan kayu garunggung karena selain mudah
dibentuk, juga tidak mudah pecah. Bagian ujung kumpang mandau
tempat masuknya mata mandau dilapisi tanduk rusa. Pada kumpang
mandau diberi tiga tempuser undang yaitu tiga ikatan yang terbuat
dari anyaman rotan. Apabila Tempuser undang berjumlah empat
buah berarti mandau tersebut adalah milik pangkalima. 5 Ukiran
yang populer digunakan pada kupang mandau ialah ukiran
Rambunan Tambun.
Peralatan pada saat membuat kumpang mandau ialah rautan,
pisau, jujuk, dan daun ampelas. Agar kumpang mandau menjadi
halus dan licin lalu diampelas dengan sejenis daun berbulu yang
bernama bajakah tampelas. Pada kumpang mandau biasanya diberi
hiasan manik-manik, atau bulu-bulu burung seperti burung haruei,
burung tingang, burung tanjaku atau burung baliang.
Kumpang mandau diberi tali yang terbuat dari anyaman rotan.
Guna tali untuk mengikat mandau di pinggang karena memang
demikianlah cara tepat membawa mandau. Cara memakai mandau
yang benar ialah diikat dipinggang kiri, kupang mandau arah
kedepan, dan mata mandau menghadap ke atas. Tali kumpang selain
dipakai untuk mengikat mandau pada pinggang juga tempat
mengikat dan menyimpan penyang yaitu taring-taring binatang
dan benda-benda kecil bertuah sebagai jimat.
Pada bagian depan kumpang dibuat sarung kecil untuk
menyimpan langgei Puai. Langgei Puai ialah sejenis pisau kecil
pelengkap mandau. Tangkainya panjang sekitar dua puluh
sentimeter dan mata pisaunya berbentuk lebih kecil dari tangkainya.
Bentuk mata pisau semakin ke ujung semakin runcing dan sangat
tajam. Gunanya untuk membersihkan dan menghaluskan benda-
benda seperti rotan, juga berfungsi untuk mengeluarkan duri yang
terinjak di telapak kaki, karena di masa yang telah lalu orang Dayak
berkelana di hutan tanpa alas kaki. Sarung atau kumpang langgei
melekat pada sarung atau kumpang mandau, sehingga mandau dan
langgei Puai selalu dekat tak terpisahkan.
5 Panglima perang.
142
• Model mata mandau Bawin Butung, model hulu mandau,
pulang kayuh.
• Model mata mandau Hatuen Balui, model hulu mandau pulang
kayuh.
• Model mata mandau bawin Balui, model hulu mandau pulang
kayuh.
• Model Bawen Buhu. Bertatah tiga baris, dibagian ujung
mandau juga diberi ukiran. Model pulang kayuh Neneng.
• Model Butung Bahun Badulilat. Bertatah dua baris. Mandau
jenis ini harganya sangat mahal.
• Model Birang. Polos tanpa tatah, dengan pulang model kamau.
Telawang
Sipet
143
tombak yang disebut sangkoh terbuat dari batu gunung yang diikat
dengan anyaman rotan.
Cara menggunakan sipet adalah sebagai berikut. Mula-mula,
damek atau anak sumpitan dimasukkan kedalam lubang sipet dari
bawah lalu dengan menggunakan sasaran bidik , lubang tersebut
ditiup menuju sasaran yang dituju. Ketika ditiup kekuatan terbang
damek untuk mencapai sasaran dapat mencapai dua ratus meter.
Tidak semua jenis kayu dapat di buat sipet. Dari pengalaman
untuk mendapatkan hasil maksimal, sipet dibuat dari kayu tampang,
kayu ulin/tabalien, kayu lanan, kayu berangbungkan, kayu plepek,
atau kayu resak. Kemudian dibutuhkan juga tamiang atau lamiang
yaitu bambu kecil yang beruas panjang. Jenis bambu ini keras dan
mengandung racun.
Tidak semua orang mampu membuat sipet, hanya orang-orang
yang ahli dalam bidangnya saja yang mampu. Di Kalimantan, suku-
suku yang terkenal sebagai suku yang gemar dan mempunyai
keahlian khusus dalam pembuatan sumpitan yaitu Suku Dayak Ot
Danom, Punan, Apu Kayan, Bahau, Siang dan Pasir. Pembuatan
sipet diawali dengan penebangan pohon kayu besar, yang kemudian
dipotong memanjang sekitar tiga meter. Dari sebuah pohon
berukuran besar dapat dibuat sepuluh sampai dua puluh batang sipet.
Untuk membuat lubang di tengah sipet, digunakan alat yang mereka
buat sendiri 6 dari batu gunung yang telah dilebur. Lubang sumpitan
harus lurus dan licin.
Proses pembuatan dapat dilakukan dengan dua cara, pertama
murni menggunakan tenaga dan ketrampilan tangan si pembuat.
Cara kedua dengan memanfaatkan tenaga alam yaitu dengan
kekuatan arus air yang terdapat di riam dan dibuat semacam kincir
penumbuk padi. Dengan cara ini sipet yang dihasilkan akan lebih
banyak sekitar sepuluh batang perminggu. Harga jual per sipet telah
ditentukan oleh hukum adat yaitu jipen ije atau due halamaung
taheta. 7 Sipet pantang dipotong dengan parang dan pantang pula di
injak-injak. Melanggar aturan berarti tidak mentaati hukum adat,
akibatnya bisa-bisa dituntut dalam suatu rapat adat.
Damek
6 Sejenis bor.
7 Dua balanga yang masih baru.
144
ditiup dan mengenai sasaran, tancapan ujung damek tidak mudah
terlepas karena menancap dan mengikat daging korbannya bahkan
patah sehingga ipuh yang dicampurkan pada damek meracuni
korbannya. Dapat juga pada ujung diberi kaitan semacam pancing
yang biasa disebut ahau atau lajau. Untuk menyumpit burung-
burung kecil semacam burung pipit, uhit, digunakan gumpalan tanah,
kerikil atau buah-buah hutan yang besarnya telah disesuaikan dengan
ukuran lubang sumpit Ujung bagian belakang damek diberi kayu
ringan berukuran panjang dua centimeter dengan diameter setengah
centimeter depan dan tigaperempat centimeter belakang. Kayu ringan
tersebut ditancapkan pada bagian belakang damek untuk
menstabilkan terbangnya damek saat ditiupkan ke sasaran yang
dituju.
Ada dua jenis damek yaitu yang mengandung racun dan yang
tidak mengandung racun. yang mengandung racun digunakan untuk
menyerang lawan dengan menggunakan racun lemah atau racun
mematikan. Damek yang tidak mengandung racun digunakan untuk
berburu.
Ipu
Ipu ialah racun yang sengaja dibuat pada damek atau anak
sumpitan. Racun ipu dibuat dari getah tumbuh-tumbuhan.
Diantaranya getah pohon kayu siren/upas, atau ipuh /ipu, yang
dicampur dengan getah tuba, batang/uwi ara, juga lombok. Setelah
bahan-bahan yang diperlukan terkumpul, lalu dimasak hingga kental.
Diberi pewarna yang juga berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hitam
adalah warna yang umum di pakai, namun dapat pula dipakai warna
lainnya seperti putih, kuning, ataupun merah. Untuk racun
mematikan, ramuan yang ada masih ditambahkan lagi bisa ular, bisa
kalajengking, serum manusia yang telah meninggal lama.
Telep
Taji
145
Taji adalah sejenis senjata rahasia yang dapat disembunyikan
dibalik pakaian atau diikatkan pada pinggang. Bentuknya kecil,
panjang hanya sekitar lima sampai sepuluh centi meter, lebar hanya
setengah sampai satu centimeter, dan tajam sebelah menyebelah.
Biasanya terbuat dari besi batu gunung dan mengandung bisa.
Sarung taji terbuat dari kayu atau bambu dan hulunya kecil. Taji yang
berasal dari daerah Pasir dan terbuat dari besi batu tengger dan
mujat sangat terkenal keampuhannya .
Duhung
Lunju 10
8 Hulu duhung
9 Sarung duhung.
10 Tombak.
146
• Lunju Pakihu, sering digunakan untuk menangkap ikan-ikan
besar.
• Lunju Laurang, sering digunakan untuk berburu babi, rusa dan
buaya.
• Lunju Duhuk, sering digunakan untuk berburu binatang berkaki
empat, apabila mata lunju terbuat dari besi mantikei, lunju jenis
ini mampu membunuh beruang.
• Lunju Ambung
• Lunju Duha, mata lunju berbentuk agak bulat dan tidak
panjang.
• Lunju Buluh
• Lunju Duha Tundan Dahian
• Lunju Simpang
• Lunju Sahimpang
• Lunju Sarapang
• Lunju Rangga Simpang
• Lunju Sahimpang Banan
• Lunju Salahawu
• Lunju Simpang Dandan
• Lunju Sahimpang Dandan
Dondong/Su’ut
Tambuwung
147
Jarat
Salengkap
Penyang/Penyong
Langgei Simbel
11 Di masa lalu.
148
Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya Rawayang Kawit Kalakai, Dereh
Bunu, Dando atau Rando, Tohok, Tirok, Simpang, Jambia, Karis.
Penyaok labo
Penyaok Labo berfungsi sebagai ember untuk membawa atau tempat
menyimpan air, terbuat dari buah labu yang telah tua, kemudian
dikeringkan dan isi labu tersebut dibuang. Untuk memasukan dan
mengeluarkan air dibuat lubang pada bagian atas labu dan dipasang
tali yang terbuat dari rotan untuk pegangan pada saat membawanya.
Sangkalan
Sangkalan ialah sejenis cobek yang gunanya untuk membuat sambel
atau melumatkan bumbu-bumbu dapur. Ukuran bervariasi sesuai
kebutuhan dan terbuat dari bahan kayu ulin.
Nyiru
Nyiru atau Intar terbuat dari rotan, fungsinya untuk memisahkan
beras dari kulit padi atau padi yang masih tersisa.
Intar
Intar sama dengan nyiru, fungsinya sama namun bedanya intar pada
bagian tengah lingkaran diberi lubang-lubang kecil yang berfungsi
sebagai alat penyaring antara beras dan padi.
Langgei Puai
Langgei Puai ialah sejenis pisau kecil pelengkap mandau. Tangkainya
panjang sekitar dua puluh centimeter dan mata pisaunya berbentuk
lebih kecil dari tangkainya. Bentuk mata pisau semakin ke ujung
meruncing kecil dan sangat tajam. Gunanya untuk membersihkan
dan menghaluskan benda-benda seperti rotan, juga berfungsi untuk
mengeluarkan duri yang terinjak ditelapak kaki, karena dimasa yang
telah lalu orang Dayak berkelana dihutan tanpa alas kaki. Kumpang
nya melekat pada sarung atau kumpang mandau sehingga mandau
dan langgei Puai selalu dekat tak terpisahkan.
Langgei Panamek
149
Langgei Panamek ialah sejenis pisau kecil bertangkai panjang.
Gunanya untuk meraut palawi yaitu akar kayu jelutung yang ringan
dan lemah.
Kipas
Kipas terbuat dari anyaman rotan atau anyaman bambu.
Sasapu
Sasapu atau sapu terbuat dari sabut kelapa disebut sapu ijuk dan
yang terbuat dari ijuk disebut sasapu haduk.
Kusak
Sejenis tas yang dijinjing dan digunakan untuk membawa barang,
sejenis keranjang.
Karanjang
Karanjang sejenis tas yang dijinjing dan digunakan untuk membawa
bahan-bahan kebutuhan masak memasak. Misalnya Bumbu-bumbu
dapur, sayur mayur baik dari kebun sendiri maupun dari pasar.
Rambat
150
Rambat adalah sejenis tas punggung, terbuat dari rotan yang telah
diraut dan dibersihkan dengan rapi sehingga hasil akhirnya tampak
lembut dan rapi. Bentuknya menyerupai tabung, tinggi lima puluh
centi meter, garis tengah lingkaran baik atas maupun bagian bawah
tigapuluh centi meter. Rambat tidak memakai tutup namun pada
ujung bagian atas terdapat gelang-gelang kecil yang terbuat dari
anyaman rotan. Di dalam gelang-gelang tersebut diberi tali dengan
maksud apabila tali ditarik maka bagian sebelah atas rambat jadi
mengecil dan berbentuk krucut yang juga berfungsi sebagai alat
penutup.
Pahat Turih
Pahat Turih ialah sejenis pahat yang ujungnya melengkung. Gunanya
untuk memahat atau menurih pohon karet untuk mengambil getah
pohon tsb.
Senduk Bangu
Senduk bangu adalah sendok yang terbuat dari tempurung kelapa.
Gunanya untuk menyendok makanan.
Supak
Supak ialah alat yang gunanya untuk mengambil beras atau takaran
beras dan terbuat dari tempurung kelapa.
Sambilu
Pisau yang terbuat dari bambu (bagian kulit luar bambu) berukuran
limabelas centimeter. Gunanya sebagai pengganti pisau untuk makan
buah barania atau gandaria.
Kancip
Kancip adalah alat pemotong sejenis gunting yang digunakan untuk
memotong buah pinang pelengkap sirih pinang.
Jambia
Jambia sejenis duhung yang bentuknya hampir menyerupai keris,
pulang atau hulu terbuat dari tembaga. Jambia juga mempunyai
kupang, bedanya dengan duhung adalah sejenis pusaka dan
digunakan untuk menyodok babi pada saat upacara adat. Jambia
didaerah Katingan sering dimanfaatkan sebagai senjata untuk
membela diri.
Badek
Sama dengan jambia yang berfungsi seperti pisau digunakan hari-
hari. Ada jenis badek yang dapat dilenturkan, namun ada juga
151
sebagian yang tidak dapat dilenturkan. Kadang-kadang badek bisa
juga berfungsi sebagai benda pusaka, namun untuk badek yang
dianggap sebagai barang pusaka pastilah badek yang dapat
dilenturkan.
Jantar
Jantar ialah alat pintal benang atau dapat pula digunakan untuk
memilin tali. Benang atau tali yang dipilin berasal serat kayu tengang
atau serat kayu baru. Cara penggunaannya dengan cara
menggerakkan kedua pen dengan lilitan tali yang kemudian ditarik
sehingga pen berputar. Pada ujung pen diikatkan serat kayu yang
akan dibuat menjadi tali atau benang.
Lading
Lading berarti pisau, yaitu alat pemotong.
Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya baladau, langgei gunjak, langgei
kilung, pisau, Pisau pamantung, pisau lantik, pisau mambawau,
pisau duang, lading belati.
Peralatan Pertukangan
Puputan
Puputan ialah peralatan yang biasa dimiliki oleh seorang pandai besi
untuk membuat peralatan-peralatan yang terbuat dari besi untuk
keperluan hidup sehari-hari. Puputan berbentuk dua buah tabung
yanng berukuran tujuhpuluh lima centimeter dan duapuluh centi
meter. Pada bagian dinding bawah diberi dua lubang dan kemudian
dipasang bambu yang berdiameter lima centmeter yang gunanya
untuk cerobong angin. Fungsi puputan menyerupai pompa yang
dapat menghasilkan hembusan angin yang gunanya untuk meniup
bara api guna memanaskan besi yang ditempa.
Bur 12
Bur ialah bur
Gergaji 13
Gergaji ialah gergaji
Paku 14
152
Paku ialah paku
Kawat 15
Kawat ialah kawat
Katam 16
Katam ialah ketam
Pahat 17
Pahat ialah pahat
Pakaian
Bahan pakaian, begitu juga selimut, dibuat dari kulit kayu siren
atau kayu nyamu. Pada jaman dahulu, orang Dayak ada yang
menggunakan pakaian dari kulit hewan (antara lain macan dahan)
lengkap dengan ekornya. Bila dilihat dari jauh, seolah-olah ekor
tersebut (bagian dari kulit macan tadi) adalah bagian tubuh dari
orang Dayak. Hal ini yang menyebabkan pada masa lalu muncul
anggapan bahwa orang Dayak memiliki ekor.
15 idem
16 idem
17 idem
153
Sampah Ukong. Jenis pakaian yang terbuat dari bahan kajang
ukong.
Kerajinan Tangan
Tanggoi
Tanggoi Kayu. Topi yang terbuat dari kayu ringan misalnya kayu
jalutung.
Tanggoi Lahung. Topi yang terbuat dari bahan purun dan bermotif.
Tanggoi Sentang
Amak
154
d. Amak kajang kacang.
e. Amak Tihing/ tahing.
f. Amak Danau.
g. Amak Pasar.
h. Amak Letem
i. Amak Bamban.
j. Amak Talep.
k. Amak Hilai.
l. Amak Lampit.
m. Amak Rais.
n. Amak Dangan.
o. Amak Dare.
p. Amak Biro.
q. Amak Tahising.
r. Amak Dawen.
s. Amak Silar.
t. Amak Pahakung.
u. Amak Dawen Enyoh.
Lain-lain
Kasai
Bedak dingin digunakan tidak saja oleh kaum perempuan, tetapi juga
oleh kaum laki-laki. Disamping untuk merawat kulit, kasai juga
bermanfaat untuk melindungi kulit dari sengatan sinar matahari.
Bulu Burung
Bulu burung sering digunakan untuk asesoris, terkadang dipasang
pada mandau pusaka atau pada ikat kepala, atau asesoris pada saat
menari. Yang sering digunakan untuk asesoris adalah bulu burung
haruai dan bulu burung tingang atau enggang.
Masakan Dayak
Seperti umumnya suku-suku di Nusantara, demikian pula suku
Dayak, makanan utama mereka adalah nasi, yang dilengkapi dengan
sayur mayur serta lauk pauknya. Uraian singkat cara suku Dayak
mengolah bahan makanan untuk menjadi santapan harian mereka.
Beras
155
Bari atau nasi putih yang merupakan makanan pokok berasal dari
beras dengan bermacam cara pengolahan untuk dapat dimakan.
Dimasak dengan mempergunakan kenceng 18, kukusan yang terbuat
dari rotan atau bamboo atau dibuat ketupat
Bari Tanihi yaitu nasi putih yang dimasak di dalam bambu, dan
dibungkus dawen tewu19. Biasanya memasak nasi dengan cara
demikian ialah untuk bekal perjalanan jauh atau dalam upacara-
upacara adat.
Ketupat ialah nasi yang dimasak dalam ketupat yang terbuat dari
daun kelapa muda yang dianyam atau dimasukkan dalam sejenis
tumbuhan hutan yang bentuknya seperti ketupat. Biasanya ketupat
dibuat untuk bekal perjalanan jauh atau dalam upacara-upacara adat.
Bari Sanga atau Bari Narang ialah nasi goreng. Biasanya dibuat
untuk makan pagi. Cara pembuatan sama dengan cara pembuatan
nasi goreng pada umumnya hanya minyak yang digunakan kadang-
kadang menggunakan minyak tengkawang, kadang-kadang minyak
babi.
Bubur Nasi, bubur yang terbuat dari beras yang diberi air dengan
perbandingan satu banding empat, dicampur santan kelapa, gula
merah dan madu.
Kangkuyau, bubur yang terbuat dari beras yang diberi air dengan
perbandingan satu banding empat, diberi sedikit garam.
Pulut
Pulut atau ketan. Ada dua jenis ketan yaitu ketan hitam dan ketan
putih.
Kenta, jenis panganan terbuat dari beras ketan yang baru saja
dipanen. Cara membuatnya padi ketan yang baru saja mulai
menguning, dipotong dan dikumpulkan, kemudian dimasak dalam
periuk tanpa air, dan boleh juga diberi sedikit air sampai baunya
wangi dan isinya menjadi lembek. Setelah itu didinginkan. Baru
kemudian ditumbuk di lisung hingga bentuknya pipih, dan
dibersihkan kulit padinya. Cara menyajikan yaitu kenta dicampur
parutan kelapa dan gula.
18 Kuali.
19 Daun Tebu
156
Amping, sejenis panganan yang terbuat dari ketan. Cara membuat
amping hampir sama dengan cara membuat kenta, bedanya amping
dibuat dari padi ketan yang telah kering dan dipilih padi ketan yang
terbaik. Padi ketan yang telah kering digoreng tanpa minyak dalam
kuali hingga beras dalam padi ketan tsb masak. Kemudian ditumbuk
di lisung hingga berbentuk gepeng. Setelah kulit padi dibersihkan
maka amping tersebut dapat dihidangkan dengan dicampur parutan
kelapa dan gula pasir. Namun dapat juga dimakan bersama ikan asin
atau wadi yang digoreng.
Pulut Kukusan, jenis makanan yang terbuat dari beras ketan yang
dikukus. Biasanya pulut kukusan dimakan bersama inti yaitu parutan
kelapa yang dicampur gula merah dan dimasak di api.
Ubi Kayu
Sayur Mayur
157
Dalam pengolahan sayur sayuran, suku Dayak sangat
menggemari sayuran berkuah dengan bumbu-bumbu yang sama,
hanya bahan yang berbeda-beda. Untuk bahan tertentu sayur
berkuah akan lebih nikmat apabila ditambahkan santan kelapa.
Bumbu-bumbu yang dibutuhkan pada umumnya sama yaitu serai,
laos, lombok, kunir, suna 20, garam dan terasi.
Bahan masakan adalah sayuran sesuai selera dan ikan sungai
yang berlemak. Untuk ikan bisa diganti ayam atau sapi, boleh juga
daging babi. Cara membuat, semua bumbu diulek halus,
dicampurkan pada ikan/ayam/sapi/babi, dimasukkan kuali, diberi
sedikit air21, diletakkan di atas api hingga mendidih. Setelah
mendidih dimasukkan sayuran hingga matang dan siap disaji. Juhu
dapat pula dibuat dari campuran beberapa jenis sayuran. Pada saat
memasak maka sayur yang masaknya lebih lama dimasukkan lebih
dahulu baru kemudian dimasukkan sayuran yang cepat matang.
Macam-macam Juhu
158
Juhu Baluh Baputi. Kuah labu putih.
Juhu Bajei. Kuah paku boleh diberi santan, boleh juga tidak
22 Jawa – intip.
159
Juhu Kalakai. Kuah daun kalakai.
Dawen Mantela
Sayur daun kates muda, biasanya dicampur dengan lemak babi.
Terong Mapui
Terong ungu yang sedang besarnya, dibakar dengan kulitnya hingga
matang dan menjadi lembek. Kemudian siapkan lombok rawit, terasi,
garam, serei, diulek halus, ditambah ikan bakar yang berlemak dan
terong bakar, ditekan pelan-pelan sampai tercampur.
Lauk Pauk
160
Jenis-jenis binatang yang dimakan:
1). Jenis-jenis ikan
2). Sapi
3). Babi hutan, babi yang dipelihara
4). Kerbau, hadangan, hurangan
5). Rusa, manjangan, payau, bengau
6). Kijang atau karahau, kancil atau pelanduk
7). Ayam atau manuk, ayam alas atau ayam hutan
8). Itik, bebek, angsa atau japun
9). Bermacam-macam burung
10). Bermacam-macam ular, antara lain ular payahe atau paraca,
panganen atau ular sawah, depong, marawak, dan lain-lain
11). Bajai atau buaya, biawak, sambuk, muhe, dan jenis lainnya
12). Orang Hutan, kahiu atau alas, beruk
13). Bulus, bioko, kura-kura
14). Landak
Jenis Masakan
Sangan
Sangan ialah masakan yang terbuat dari ikan atau babi atau sapi.
Setelah bahan dibersihkan dan dipotong sesuai selera, dicampurkan
dengan bumbu-bumbu yang terdiri dari ulekan garam, laos,
kunir,serai, terasi, jahe, lombok. Setelah itu digoreng dengan
menggunakan minyak kelapa atau minyak babi.
Panggang
Panggang ialah daging binatang atau ikan yang telah dibersihkan
diberi garam dan dibakar di bara api sampai matang. Untuk Ikan
kecil ditusuk seperti sate. Khusus untuk jenis ikan saluang yaitu
sejenis ikan kecil yang sangat populer bagi orang Dayak, pantang di
bakar.
Lawar
Lawar ialah masakan yang terbuat dari jeroan atau isi perut binatang
berkaki empat ataupun ikan. Cara membuat setelah jeroan
dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, dicampurkan dengan bumbu-
bumbu yang telah diulek yang terdiri dari garam, laos, jahe, serai,
terasi, lombok, kunir. Boleh diberi sedikit santan kelapa, boleh juga
tidak, sesuai selera. Setelah itu dimasukkan dalam kuali diletakkan di
atas api sampai matang dan siap dihidangkan.
Tanak
161
Tanak ialah jenis masakan yang terdiri dari Ikan atau daging atau
jeroan yang telah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, dicampur
bumbu-bumbu seperti di atas, diberi air hanya sedikit 23 dimasak
hingga matang. Lawar dan tanak hampir sama hanya tanak kunirnya
lebih banyak. Dapat dimakan sebagai teman nasi atau ketan.
Burup
Burup sama dengan tanak namun harus terbuat dari bahan ikan
bukan daging.
Opor
Opor jenis masakan bersantan. Bahan daging binatang berkaki empat
atau ayam. Bumbu-bumbunya ialah: Garam, lombok, pala, kayu
manis, kunir, laos, serai, merica, yang kesemuanya diulek halus.
Kelapa dibakar, diparut dan ditumbuk hingga halus.
Kemudian bahan, bumbu, kelapa bakar yang telah dihaluskan
dicampur jadi satu, diberi santan kelapa secukupnya dan dimasak
hingga matang.
Kalampis
Kalampis adalah makanan sejenis pepes. Cara membuatnya : Ikan
boleh besar boleh ikan-ikan kecil, dicampur bumbu-bumbu yang
telah diulek halus. Adapun bumbu-bumbunya adalah suna, bila tidak
ada boleh diganti bawang merah, garam, lombok, laos, serai, kunir.
Kemudian semua bahan dan bumbu dibungkus daun pisang dan
dipanggang diatas bara api hingga matang.
Kohok
Kohok ialah jenis masakan yang dimasak dalam bambu. Bahan boleh
daun keladi atau daun singkong muda. Cara membuat: daun-daun
yang akan digunakan sebagai bahan ditumbuk halus, kemudian
dicampur dengan bumbu-bumbu yang terdiri dari suna, garam,
lombok, laos, serai, kunir yang kesemuanya sudah diulek halus.
Bahan dicampurkan dengan bumbu-bumbu ditambah potongan kecil
daging babi berlemak atau ikan yang tidak banyak durinya,
masukkan dalam seruas bambu, beri sedikit air, bakar di bara api
kecil hingga mateng. Apabila sering dihangatkan, masakan ini bisa
bertahan beberapa hari.
Panggang Kaluk/Gatal
Panggang kaluk atau gatal ialah panggang ikan. Ikan yang dapat
dibuat panggang kaluk adalah jenis ikan besar baik bersisik ataupun
tidak. Setelah isi perut ikan dikeluarkan, biarkan ikan tetap utuh,
23 Nyemek ( jw )
162
untuk ikan bersisik, sisiknya jangan dibuang. Bumbu-bumbu yang
telah diulek halus yang terdiri dari garam, lombok, suna, laos, serai,
jahe, terasi dan kunir agak lebih banyak, dimasukkan kedalam perut
ikan. Kemudian ikan dijepit dengan bambu yang telah dibelah dua
sampai tubuh ikan menjadi bengkok. Kaluk berarti bengkok. Bakar
dalam bara api hingga matang dan agak kering siap disantap.
Pancit
Pancit ialah masakan yang terbuat dari jeroan atau perut ikan-ikan
kecil. Caranya isi perut ikan kecil-kecil dikumpulkan, dibersihkan
dicampur bumbu-bumbu yang terdiri dari bumbu yang sama dengan
membuat tanak, diberi sedikit air dan dimasak dalam kuali hingga
matang. Boleh juga memasaknya dalam seruas bambu.
Panggang Enyak
Panggang enyak ialah panggang babi yang berlemak. Cara
membuatnya babi berlemak dipotong dengan potongan agak besar,
diberi garam dan dipanggang diatas bara api hingga matang. Setelah
matang pada waktu mau disantap terlebih dahulu dipotong kecil
sesuai selera, dan dimakan sebagai teman nasi dan pancuk atau
sambel terasi.
Kandas/Pipis
Kandas atau pipis ialah masakan sambel dan ikan panggang. Cara
membuat, yaitu Ikan besar dipanggang hingga mateng, kemudian
lombok, garam, terasi dan belimbing tunjuk atau dapat pula serai
diulek halus. Setelah itu ikan panggang di ulek pelan-pelan pada
sambel hingga gepeng dan siap disantap.
Pundang
Pundang ialah ikan asin yang digoreng atau dibakar.
Luntuh Manuk
Luntuh Manuk ialah ayam utuh yang direbus berkuah. Caranya ayam
dibersihkan, jangan dipotong-potong, biarkan utuh, kemudian kunir
dibakar, kupas, gepengkan. Ayam utuh tadi dimasukkan dalam kuali,
bersama kunir bakar yang telah digepengkan, garam, serai yang juga
utuh cukup dibersihkan dan digepengkan saja tidak perlu dihaluskan,
lombok utuh, suna, dan tambahkan air agak banyak, selanjutnya
dimasak hingga matang.
163
Kariting atau Karapas
Keriting atau Karapas ialah salah satu cara pengawetan daging babi.
Caranya: Daging dan lemak babi ditaburi garam dan disangrai24
hingga kering. Setelah dingin disimpan bersama lemaknya dalam
suatu tempat yang dapat ditutup rapat. Pengawetan cara ini dapat
bertahan hingga enam bulan asalkan jangan terkena air dan kadang-
kadang dipanaskan di atas api.
Sehei
Sehei adalah salah satu cara untuk mengawetkan ikan. Daya tahan
cara pengawetan ini tidak lebih dari tujuh hari. Caranya, yaitu ikan
yang masih baru di panggang di atas bara api hingga kering benar.
Kalasuam
Kalasuam adalah cara pengawetan daging buruan atau ikan agar
rasanya tidak berubah. Namun pengawetan cara ini daya tahannya
tidak lebih dari dua hari. Caranya : Ikan atau daging yang akan
diawetkan diberi garam secukupnya, dikasih sedikit air, dimasak
setengah matang diatas api dan tutup panci jangan dibuka hingga
saat akan dimanfaatkan.
Pakasem
Pakasem adalah salah satu cara pengawetan ikan atau daging.
Caranya ikan atau daging yang akan dipakasem terlebih dahulu
dipotong sebesar telapak tangan, kemudian diberi garam dan
dicampur hingga merata. Setelah itu didiamkan dahulu selama
setengah jam, baru kemudian diberi nasi secukupnya dan dicampur
hingga merata. Boleh juga ditambahkan daging durian dan
dicampurkan hingga merata. Baru kemudian disimpan dalam
tempayan atau bambu dan ditutup rapat. Apabila pembuatannya
sempurna dan tutupnya rapat, daya tahan dapat mencapai enam
bulan.
Pundang
Pundang ialah pengawetan ikan atau daging dengan cara dijemur
disinar mata hari hingga kering. Caranya setelah ikan atau daging
dibersihkan dan diberi garam secukupnya, dijemur disinar mata hari
hingga keringnya merata.
Wadi
Salah satu cara pengawetan ikan yang daya tahannya bisa mencapai
setahun. Cara pembuatan, pertama-tama ikan yang akan diawetkan
menjadi wadi dibersihkan dan dipotong-potong sebesar telapak
Tampuyak
Tampuyak ialah cara pengawetan durian yang diasinkan. Caranya
daging durian mateng dipisahkan dari bijinya, diberi garam
secukupnya, masukkan dalam belanai atau tempayan dan ditutup
rapat. Pengawetan durian cara ini bisa mencapai enam bulan asal
tidak dihinggapi lalat. Apabila hanya membuat sedikit, kadang
kadang selain garam juga ditambahkan sedikit gula dan lombok
rawit. Tempuyak dapat langsung dimakan begitu saja sebagai teman
nasi atau diberi campuran udang dan di goreng dengan sedikit
minyak, dapat pula sebagai campuran membuat juhu.
Rampang
Rampang : ialah salah satu cara pengawetan ubi kayu. Caranya, yaitu
pertama kupas ubi kayu, cuci bersih, potong kecil-kecil, jemur hingga
kering benar. Setelah kering tumbuk hingga menjadi tepung halus.
Rampang biasanya dapat di jadikan bahan pembuatan panganan,
kue-kue, dibuat bubur, bahkan dicampurkan pada nasi. Daya tahan
dapat mencapai enam bulan.
Kupue
Kupue adalah salah satu cara pengawetan ubi kayu. Daya tahan
pengawetan dapat mencapai setahun. Kejadian penting yang sulit
Minuman Beralkohol
Baram,tuak, anding yang dibuat dari nasi, ketan, hanau, enau, nila,
berwarna putih jernih, putih susu, kuning, hitam dan merah tua.
Tuak dapat disimpan lama, semakin lama semakin baik, terutama di
daerah Kalimantan Timur, Utara dan Tengah.
26
Lengkap
27
Gula batu
28
Juga ada
166
BAB VI
SISTEM MATA PENCAHARIAN
Peralatan Perladangan
Tamparang
Tamparang ialah alat untuk membuat lekuk atau lubang pada kayu.
Misalnya membuat perahu, lekukan atau lubang lesung, dan
sebagainya. Bentuknya seperti cangkul kecil. Tangkai tamparang
disebut pahera.
Ambang
Sejenis mandau
Linggis
Besi panjang berukuran 1 meter, berdiameter 20 cm, bagian ujung
gepeng, gunanya untuk membuat lubang di tanah.
Kapak
Kapak ialah alat penebang pohon atau pemotong kayu.
Beliung
Beliung adalah sejenis kapak yang gunanya untuk menebang pohon.
Tangkai beliung yang disebut pira atau pahera terbuat dari cabang
kayu elastis kuat dan panjangnya tujuh puluh lima sentimeter. Mata
atau alat pemotongnya terbuat dari besi, bagian tajam berbentuk
melengkung. Bagian belakang meruncing dan diikat kuat pada
tangkainya dengan menggunakan rotan. Ujung tangkai beliung
ditancapkan pada sepotong kayu bundar berdiameter 5 - 7 cm dan
panjang 10 cm untuk tempat pegangan dan disebut palantan.
Ranggaman
Ranggaman ialah alat pemotong padi. Bentuknya mirip ani-ani,
tangkai terbuat dari bambu, pangkal tempat landasan pisau terbuat
dari kayu dan alat potongnya terbuat dari besi, dapat juga terbuat
dari seng tipis.
Balakon
Balakon terbuat dari anyaman rotan. Pada umumnya balakon
digunakan oleh perempuan dengan cara diikat dibagian pinggang
untuk mengangkat padi setelah panen ke tempat penjemuran,
sedangkan laki-laki menggunakan luntung. Berbentuk bundar
panjang dengan tinggi 20 cm, berdiameter 30 cm. Bagian atas
dilingkari rotan yang lebih besar dan dari lingkaran tersebut diberi
tali yang terbuat dari anyaman rotan selebar 5 cm agar lebih mudah
bila diikatkan pada pinggang.
Palundu
Palundu sejenis balakon, bedanya pada palundu tidak ditemukan tali
untuk diikatkan dipinggang, karena memang membawa palundu
tidak perlu diikatkan dipinggang.
Balasai
Balasai terbuat dari anyaman daun rais, daun bingkuang ataupun
daun purun. Bentuknya persegi panjang dengan ukuran bervariasi
sesuai dengan kebutuhan. Bagian sebelah atas yang tidak bertutup
diberi anyaman untuk pegangan. Sering kali balasai digunakan untuk
mengangkat padi setelah dijemur.
Ucung
Ucung adalah tempat membawa benih padi pilihan yang segera akan
ditanam. Berbentuk tabung berdiameter 25 cm, tinggi 30 cm. Pada
bagian tepi diberi anyaman daun untuk pegangan, bagian atas diberi
tutup.
168
Kajang Tangkap
Kajang Tangkap terbuat dari anyaman daun kajang atau daun rais
dan berfungsi untuk melindungi atau menutupi padi yang sedang
dijemur dari curahan hujan.
Banjur
Banjur digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar,
umpannya adalah ikan hidup, biasanya tanpa menggunakan tangkai
pancing dan tali banjur diikat dipohon kayu. Ikan besar yang
tertangkap hanya seekor saja.
Buwu Tali
Ditunggu dengan perahu, dan tali dipegang. Untuk menangkap ikan
atau buaya.
Sakang
Untuk menangkap buaya, semacam selugi tetapi di air.
Rawai
Alat menangkap ikan, hampir sama dengan banjur tetapi pada rawai
tali pancing panjang yang mengapung diatas air kemudian dipasang
banyak mata pancing dengan arah tegak lurus.
Duhuk
Duhuk adalah alat penangkap ikan yang berbentuk tombak bermata
dua. Duhuk hampir sama dengan tampuling hanya ukurannya lebih
kecil dan pada umumnya duhuk digunakan untuk
menangkap/berburu ikan. Dibagian ujung dipasang besi runcing dan
pada sudut diberi kaitan semacam kancing yang biasa disebut ahau
atau lajau sehingga tancapan ujung tombak pada tubuh binatang
buruan tidak mudah terlepas. Keistimewaan alat ini ujung tombak
dapat terlepas secara otomatis apabila mengenai sasaran. Oleh
karena itu pada pangkal tombak diikat seutas tali yang berfungsi
sebagai alat penarik binatang yang kena sasaran.
Insoi Lowu
Insoi Lowu sejenis duhuk namun ukurannya lebih kecil.
169
Serapang
Serapang adalah alat penangkap ikan. Bentuknya seperti tombak
bermata dua bahkan lebih. Panjang tangkai tombak bervariasi sesuai
kebutuhan namun pada umumnya dua meter. Daya rekat serapang
sangat kuat karena pada ujung diberi kaitan semacam kancing yang
biasa disebut ahau atau lajau sehingga ikan yang terkena jarang
terlepas.
Lukah
Lukah adalah alat penangkap ikan yang berbentuk tabung
memanjang dengan ukuran bervariasi sesuai selera dan jenis ikan
yang menjadi sasaran penangkapan. Bagian ujung meruncing. Di
bagian dalam dipasang ijab atau hanjab yang berbentuk krucut dan
meruncing kebagian dalam. Lukah terbuat dari bambu dan ijabnya
terbuat dari rotan. Biasanya lukah dipasang di sungai-sungai kecil
atau rawa-rawa yang berarus dan diletakkan mengarah arah
datangnya arus pada saat air pasang ataupun air turun/surut.
Tangkalak
Tangkalak ialah alat penangkap ikan yang berbentuk tabung
memanjang dan ruangnya menyempit sehingga ikan yang telah
masuk kedalam tidak bisa keluar karena tidak bisa membalikkan atau
memutar tubuhnya. Ukuran Tangkalak bervariasi sesuai selera dan
jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan.
Sentapo
Sentopo alat penangkap ikan, yang berbentuk tabung memanjang,
bagian tengah diberi ahau dan dindingnya diberi duri-duri. Sehingga
apabila ada ikan besar bersisik tebal masuk sentapo, tidak dapat
keluar lagi karena badannya akan melekat pada duri-duri tersebut.
Pasuran
170
Pasuran adalah alat penangkap ikan kecil-kecil. Bentuknya seperti
tabung dan terbuat dari rotan atau bambu. Pada dinding dibuat
lubang yang gunanya untuk tempat menancapkan tabung kecil yang
ujungnya diberi ahau. Apabila ikan masuk ketabung kecil yang telah
diberi umpan, maka ikan tidak bisa keluar karena terhalang ahau.
Rawai
Rawai ialah alat penangkap ikan dengan cara dipancing. Tali rawai
dari serat kayu tengang atau boleh juga tali nilon. Caranya tali rawai
diulur panjang dan diperkirakan sampai mencapai dasar sungai.
Sebelum dilemparkan ke sungai, pada tali rawai terlebih dahulu
diikat mata kail dengan ukuran yang bervariasi, pada mata kail diberi
umpan, baru kemudian diberi pemberat dan dilemparkan ke sungai.
Dibagian sebelah atas dipasang pelampung yang terbuat dari bambu.
Tukung
Perangkap ikan yang terbuat dari bambu dan diikat rotan. Perangkap
ini dibangun permanen di dalam sungai atau danau, terutama di
daerah yang banyak ikannya. Ukuran tukung bermacam-macam
sesuai kebutuhan. Tingginya diusahakan mencapai batas air pasang,
dan luasnya sekitar dua sampai tiga meter. Pada bagian atas tukung
diberi tutup yang tidak permanen, sehingga pada saat air pasang
banyak ikan terperangkap dan ketika air surut ikan-ikan tersebut
telah aman berada di dalam tukung. Pintu masuk disediakan pada
bangunan tukung, gunanya untuk jalan masuk pemilik tukung ketika
ia menyelam dan memasuki bangunan tukung untuk menangkap ikan
yang terperangkap di dalam tukung 1. Umumnya ikan-ikan yang
terperangkap berukuran besar. Sambil menyelam, pemilik tukung
mahauk lauk yaitu menangkap ikan dengan alat semacam jaring yang
bertangkai. Ikan-ikan yang terjaring, dibawa ke permukaan sungai
atau danau dan diterima oleh salah seorang yang bertugas
mengamankan ikan yang telah terjaring di dalam perahu, dan pemilik
meneser atau menyelam kembali ke dalam tukung untuk menangkap
ikan lainnya.
Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya Rengge, Tampirai, Pasuran,
Takalak, Telung, Haup, Jala, Pasat, Hancau, Siap, Hantai, Rawai
Banjur, Panggilar/pengilar, Pikat, Embang, Rempa, Buwu Puring,
Takalak Liau, Tambu, Lukah, Tangkawing, Hempeng/Hampang,
Maneser tukung
Menyelam dan menangkap ikan yang telah terperangkap dengan
sejenis alat yang disebut mahauk yaitu sejenis jala yang bertangkai.
foto
Maneser Tukung
(Photo : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut.)
Manyauk
Menangkap ikan dengan alat yang disebut sauk, seolah menyaring
air, dan ikan yang tertangkap, tertinggal sauk.
Manuba 2
Meracuni air di sungai atau danau untuk menangkap ikan.
Mamisi
Memancing.
Manjala
Menjala ikan.
Marengge
Menangkap ikan dengan mengunakan sejenis jaring yang
mengapung.
Mahaup
Menangkap ikan dengan menggunakan jaring yang bertangkai.
Pasat
Menangkap ikan dengan sejenis jaring yang pada ke empat sudut
diberi tali dan diikatkan pada sepotong kayu.
Ngaruhi
Menangkap ikan dengan cara diburu ke suatu tempat, kemudian
disauk. Pada umumnya menangkap ikan dengan cara ngaruhi
dilaksanakan pada waktu air surut, di daerah yang banyak ikannya.
Nampana
Menangkap ikan saluang.
Peralatan Berburu
Tampuling
Tampuling ialah alat berburu. Tampuling bentuknya menyerupai
duhuk3 hanya ukurannya lebih kecil. Bentuknya sejenis tombak
bermata dua dan tangkainya terbuat dari bambu berukuran 1,75 m.
Pada ujung tombak diberi kaitan semacam kancing yang biasa disebut
ahau atau lajau agar tancapan ujung tombak tidak mudah terlepas.
Keistimewaan alat ini ujung tombak dapat terlepas secara
otomatis apabila mengenai sasaran sehingga pada pangkal tombak
diikat seutas tali yang berfungsi sebagai alat penarik binatang yang
kena sasaran.
Jarat
Jebakan terikat.
Tambuwung
Menangkap binatang buruan, dalam keadaan hidup. Caranya dengan
menggali lubang di tanah dengan kedalaman sekitar 2 meter. Karena
ingin menangkap binatang buruan dalam keadaan hidup maka di
dalam lubang tidak diberi senjata tajam. Dibagian atas lubang
ditutupi ranting-ranting pohon dan dedaunan kering, sehingga
binatang yang lewat jatuh terperangkap ke dalam lubang.
Apabila tidak awas dan waspada, mungkin saja manusia yang
terperangkap. Oleh karena itu bagi siapapun yang berjalan di hutan
harus waspada mengamati salugi yaitu bambu runcing yang diletakan
di daerah sekitar situ, arah bambu menunjukan arah tambuwung.
Maksud salugi adalah semacam pemberitahuan kepada yang lewat di
daerah tersebut bahwa di daerah itu ada dipasang Tambuwung.
Apabila manusia yang terperangkap, berarti kesalahan sendiri karena
ketika berjalan tidak waspada mengamati rambu-rambu di hutan.
Sangguh Sipet
Sangguh Sipet adalah tempat anak sumpitan yang berbentuk tabung.
Sambulut
Perangkap burung yang bahannya terbuat dari getah rekat bagai lem.
Burung yang hinggap akan merekat dan tidak dapat lepas sampai
pemilik sambuluh datang.
Katek
Katek berarti ketapel, yaitu alat untuk penangkap burung. Biasanya
burung yang dibidik dengan ketapel dan tepat sasaran akan mati.
Sepan-Sepan
Sepan-sepan adalah sumber air yang rasanya asin dan digemari oleh
binatang buruan seperti kijang, rusa, bahkan berjenis-jenis burung
menyukainya. Sepan-Sepan yang terkenal terdapat di daerah hulu
sungai Sanamang daerah kampung Balai. Pada sore hari sekitar
pukul 16.00 berduyun-duyun binatang buruan mendatangi tempat itu
untuk minum air asin yang terasa hangat. Ditempat itu pula para
pemburu telah menunggu dan mengintai binatang buruannya.
Cara membuat sepan tiruan adalah dengan mengumpulkan
batang kelapa yang kemudian dibubuhi garam, maka binatang
buruan akan berdatangan.
Salugi
Salugi adalah jenis totok bakaka, atau bahasa sandi yang telah
sangat dipahami oleh Suku Dayak. Salugi, semacam rambu-rambu
petunjuk bagi lalu lintas hutan. Bila menemui salugi yaitu bambu
runcing yang diberi cacak burung yaitu tanda (+) yang digambar
dengan kapur pada sebuah bambu runcing yang ditancapkan di
tanah, berarti waspada. Amati arah salugi tersebut, arah salugi
menunjukan arah tempat perangkap binatang telah dibuat atau
dipasang di daerah tersebut.
4 Jerat Pelanduk
174
melentur. Untuk mempertahankan lenturan tersebut maka rotan
dikaitkan pada sebuah patok setinggi tiga puluh senti meter dan pada
bagian ujung rotan dibuat lingkaran simpul hidup. Dengan demikian
apabila binatang melalui dan menginjak simpul hidup tersebut, maka
tali yang hanya dikaitkan sedikit akan terlepas, kayu yang lentur
menarik dan binatang yang lewat terjerat di simpul hidup.
Sempiti / Poti
Sempiti atau Poti adalah alat berburu binatang berkaki empat
dengan menggunakan bambu runcing yang dipasang sedemikian rupa
sehingga apabila ada binatang yang menyentuh alat pemicu maka
bambu runcing akan segera meluncur mengenai sasaran.
175
BAB VII
KEBIASAAN DAN TRADISI
SUKU BANGSA DAYAK
KALIMANTAN TENGAH
Pendahuluan
Pertama-tama, apabila masuk ke perkampungan suku Dayak,
terlebih dahulu temuilah Kepala Kampung atau Pambakal mereka.
Kepada Kepala Kampung laporkan nama, tujuan kedatangan, rencana
lama kunjungan dan sebutkan pula jumlah anggota rombongan yang
datang bersamaan. Jangan lupa pula menjelaskan barang-barang apa
saja yang telah dibawa sebagai bekal ketika memasuki daerah
mereka.
Setelah Pambakal atau wakilnya memahami maksud dan tujuan
kedatangan atau kunjungan tersebut, serahkan nasib dan
keselamatan pendatang tersebut kepada Kepala Kampung. Biasanya
Kepala Kampung menjelaskan bahwa di daerahnya ada aturan-aturan
yang harus ditaati oleh warga masyarakatnya juga oleh para
pendatang. Apabila tamu yang datang telah menyanggupi mentaati
peraturan tidak tertulis yang sangat ditaati oleh warganya tersebut,
berarti pendatang telah sanggup menerima resiko hukuman dari
pelanggaran yang dilakukannya selama berada di daerah mereka,
biasanya segalanya akan menjadi lancar.
Kedatangan pendatang baru itu akan diumumkan kepada seisi
kampung, yang berarti seluruh masyarakat kampung tersebut turut
bertanggung jawab akan keselamatan pendatang tersebut selama
berada di kampung mereka.
Apabila berkunjung ke rumah salah seorang penduduk kampung,
tanyakan dahulu, adakah laki-laki yang berada di rumah, apa bila
jawaban yang diterima ada, tanyakan lagi, bolehkah datang untuk
berkunjung. Apabila telah menerima jawaban yang menyatakan
persetujuan, masuklah untuk berkunjung.
Biasanya para tamu yang datang dipersilahkan duduk di lantai
dengan beralaskan tikar, karena pada umumnya mereka tidak
menggunakan meja dan kursi sebagai perabotan rumah tangga.
Seandainya pada saat akan berkunjung lalu bertanya tentang ada
tidaknya penghuni laki-laki dalam rumah tersebut, kemudian
jawaban yang diberikan adalah jatun, yang artinya tidak ada,
disarankan untuk menunda kunjungan tersebut lain waktu saja
sampai ada penghuni laki-laki berada di rumah. Karena bila tidak
berhati-hati, kesalahpahaman mungkin saja terjadi.
Masyarakat Dayak sangat menghormati dan menghargai
kehadiran tamu yang datang berkunjung ke kampung mereka. Salah
satu cara menyatakan keramahan mereka adalah dengan datang
mengunjungi penghuni baru sembari membawa buah tangan berupa
hasil bumi dan bahan makanan lainnya. Biasanya yang sering mereka
bawa adalah kelapa, ayam atau telur ayam dan terkadang juga sayur-
sayuran serta buah-buahan dari kebun sendiri.
Semua yang mereka berikan tersebut tentu saja dengan tulus
tanpa maksud tertentu. Mereka hanya ingin berkenalan dan
menunjukan keramahan. Bagi pendatang yang menerima pemberian
tersebut, disarankan untuk menerima dengan baik dan jangan sekali-
sekali menggantikan pemberian tersebut dengan uang. Apabila
pemberian mereka diganti dengan uang, perasaan mereka akan
sangat terluka, seolah nilai persahabatan yang mereka tawarkan
hanya sejumlah nilai uang pengganti itu saja. Walau pada akhirnya
uang tersebut mereka terima, namun torehan luka tersimpan di hati
mereka.
Terkecuali apabila si pemberi buah tangan dengan tegas
mengatakan bahwa apa yang mereka bawa mereka tawarkan atau
mereka jual dengan harga tertentu, maka silahkan untuk membayar
apa yang mereka jual tersebut dengan uang, itupun apabila cocok.
Disini ada transaksi bisnis. Apabila tidak ada transaksi bisnis, maka
apabila tamu yang datang ingin juga memberikan sesuatu sebagai
ungkapan terimakasih dan persahabatan, silahkan berikan mereka
berupa barang. Pada umumnya barang yang sangat berarti bagi
mereka berupa garam atau tembakau.
178
Terkadang karena kebahagiaan mereka menerima kedatangan
tamu yang mengunjungi kampung mereka, mereka mengadakan
acara, khusus untuk penyambutan kedatangan tamu yang
mengunjungi kampung mereka. Biasanya dalam acara tersebut, tidak
ketinggalan acara mihup baram atau danum tewun tihang yang
artinya minum tuak atau minuman yang mengandung alkohol, yang
disuguhkan dalam tanduk sapi atau tanduk kerbau yang khusus
dibuat untuk keperluan tersebut.
Mihup baram bukan sekedar acara minum-minum untuk
kesenangan belaka. Dibalik prosesi mihup baram ini sebenarnya
tersimpan suatu maksud atau cara untuk menilai seseorang. Orang
Dayak percaya bahwa kepribadian asli seseorang akan terlihat atau
terdeteksi ketika yang bersangkutan berada dalam kondisi mabuk
setelah minum tuak.
Disamping itu mereka menyanyi atau mengerungut dengan
diiringi suara musik khas mereka. Para tamu yang datang, disarankan
tidak menolak minuman yang ditawarkan, karena penolakan tersebut
akan sangat melukai perasaan mereka. Silahkan minum, walau hanya
sedikit. Apabila diajak menari, disarankan untuk turut serta menari
dan berbaur bersama mereka sekalipun tidak pandai menari, cukup
dengan sedikit menggerakkan badan.
foto
Sri Sultan Hamengku Buwono IX ketika mengunjungi Palangka
Raya, disambut dengan upacara adat Manetek Pantan
(Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut)
180
Setelah kayu penghalang berhasil diputuskan, acara dilanjutkan
dengan detail upacara adat manetek pantan 5. Pada malam hari, para
tamu dipersilahkan istirahat dan menginap di balai atau
pesanggrahan yang umumnya selalu disediakan bagi tamu yang akan
menginap di kampung-kampung Dayak.
Sesuatu yang tidak terduga, mungkin saja terjadi. Misalnya salah
seorang warga penduduk ada yang meninggal dunia. Disarankan
tamu yang sedang mengunjungi kampung tersebut, sekalipun belum
pernah saling kenal, namun sebaiknya tetap datang mengunjungi
keluarga tersebut untuk menunjukkan rasa turut berduka. Biasanya
datang dengan membawa sedikit buah tangan dan sedapat mungkin
jangan meninggalkan kampung minimal tiga hari.
Demikian pula apabila kematian yang terjadi akibat kecelakaan,
kemudian upacara adat atau tradisi dilaksanakan untuk menetralisir
peristiwa itu, disarankan tamu yang sedang mengunjungi kampung
tersebut turut serta berpartisipasi dalam upacara.
Sebagai contoh tradisi orang Dayak, apabila ada warganya yang
meninggal karena terjatuh dari pohon, maka tanah dan daun kering
disekitar pohon saat itu juga dikumpulkan oleh warga masyarakat.
Demikian pula apabila ada warga masyarakat yang meninggal karena
dimangsa buaya 6, matei buseng 7 atau meninggal karena tenggelam di
sungai, maka upacara adat akan dilaksanakan demi menetralisir
situasi. Kehadiran tamu atau pendatang yang mengunjungi kampung
tersebut ke rumah duka, akan sangat berarti bagi keluarga korban.
Khusus untuk daerah Kotawaringin, khususnya pada Suku Dayak
Mama, Ruku, Bulik, Belantikan dan Mentobi kehadiran para tamu
disambut dengan Tampung Tawar8.
Amanat Leluhur
Para pendahulu, ketika NKRI belum terbentuk, menganggap
bahwa Pulau Kalimantan adalah milik mereka. Wajar saja apabila
mereka beranggapan demikian karena memang mereka penghuni dan
penguasa daerah tersebut. Tentu saja sebagai milik mereka, selalu
dijaga dengan baik hal-hal yang berkaitan dengan keharmonisan
alam dan keamanan daerah mereka. Kepada anak cucu, mereka selalu
mengingatkan agar menjaga dan memelihara kampung halamannya
dengan baik.
5 Informasi tentang acara ini lihat pada manetek pantan di halaman lain
buku ini.
6 Penjelasan mengenai hal ini, lihat pada halaman lain buku ini.
7 Meninggal karena tenggelam di sungai..
8 Penjelasan mengenai Tampung Tawar, lihat pada bagian lain hal buku ini.
181
Pesan tersebut biasa tertuang dalam kalimat: “ Haga Lewun
keton, petak danom, ela sampai tempun petak nana sare “. Dalam
bahasa Indonesia berarti pelihara kampung halamanmu, jangan
sampai terjadi, pemilik tanah harus berladang di pinggiran.
Amanat Leluhur akan selalu dipegang oleh turunannya. Itulah
sebabnya hingga saat ini, orang Dayak selalu melindungi dan
menjaga kampung halamannya.
Bendera
Sebelum Proklamasi, sebelum mengenal bendera Kebangsaan
Merah Putih, Suku Dayak telah memiliki bendera sendiri. Mereka
memiliki dua bendera, yang satu bendera kebangsaan dan yang satu
bendera perang atau bendera asang habunu.
A. Bendera kebangsaan.
Bentuknya segi tiga panjang, dengan warna dasar kuning tua.
Pada bagian tengah ada bulatan bulan warna merah dan (tidak
terbaca, ns) sinar matahari merah. Dalam bahasa Sangen, Bendera
tersebut dinamakan Bendera Jingga Panjang Ngambang
Kabanteran Bulan Rarusir Ambu Matanandau yang artinya Bendera
Jingga (maksudnya kuning tua) panjang berbunga bulatan bulan
bersinar atas matahari. Maksudnya merah berarti berani, kuning tua
setia, bulan dan matahari lambang terus terang.
1. Hasaki/Hapalas
Hasaki atau Hapalas ialah mengoleskan darah binatang seperti
darah ayam, sapi, kerbau, untuk yang beragama Islam, dan untuk
yang non muslim, terkadang dioleskan darah babi. Darah binatang
korban tersebut dioleskan pada dahi, tangan, dada, dan kaki.
182
Mengapa harus darah? Karena darah adalah lambang hubungan
antar makhluk dan antar manusia serta dipercaya berfungsi
mendinginkan atau menetralisir.
Bagi Suku Dayak, faktor penyucian diri yang dilambangkan
dengan hasaki/hapalas memegang peranan penting dalam
kehidupan. Dengan hasaki/hapalas sebagai lambang penyucian diri,
manusia terbebas dari pengaruh-pengaruh jahat, baik lahir maupun
batin. Dalam keadaan bersih lahir batin, manusia menjadi lebih peka
dan mampu menerima karunia dan anugerah dari Ranying Hatalla.
Karunia tersebut berupa petunjuk yang akan diberikan oleh Ranying
Hatalla.
2. Menawur
Menawur berarti menabur. Menaburkan behas atau beras ke
segala penjuru, juga ke atas kepala manusia, dilakukan dalam setiap
upacara adat yang dilaksanakan oleh Suku Dayak.
Mengapa harus beras? Karena behas atau beras/padi berasal
dari Pantis Kambang Kabanteran Bulan, Lelak Lumpung
Matanandau pada bukit Kangantung Langit di langit ketujuh.
Penguasa atau roh yang ada pada beras/padi adalah roh Putir Selung
Tamanang dan Raja Angking Langit. Keduanya adalah pembantu
terdekat Ranying Hatalla.
Dengan perantaraan beras, manusia dapat berkomunikasi
dengan Putir Selang Tamanang dan Raja Angking Langit yang
kemudian diteruskan kepada Hatalla. Rasa hormat orang Dayak
kepada beras bukan berarti mereka menyembah beras, namun karena
beras mampu menjadi perantara bagi mereka dengan Hatalla.
Beras telah lebih dahulu diturunkan ke bumi sebelum manusia
pertama diturunkan. Itulah sebabnya beras mampu menyambung
nafas manusia, menjadi makanan pokok manusia. Itulah alasannya,
mengapa dalam setiap upacara sakral serta segala bentuk upacara
adat Suku Dayak, tidak pernah lupa menabur beras ke udara, ke
segala penjuru, juga ke atas kepala manusia.
3. Upacara Tiwah
Upacara Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk liau
Uluh Matei ialah upacara sakral terbesar untuk mengantarkan jiwa
atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang
dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia
Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan,
Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya dilangit ke
tujuh. Upacara Tiwah akan dibahas secara lebih mendalam dalam
sebuah sub bab khusus di akhir bab ini.
183
Hewan Sakral
Burung Tingang
Burung Tingang yang biasa juga disebut burung Enggang atau
nama latinnya Buceros Rhinocereos. Bucerotidae yang termasuk ordo
Coraciiformes ini hidup dihutan dan rimba tropika dan sub tropik
baik di Eropa, Afrika maupun Asia. Tubuh dan paruh burung
Enggang besar, dan di bagian bawah sayap tumbuh bulu yang tidak
mengikuti bangun sayap, akibatnya pada waktu terbang kepakan
sayapnya menimbulkan suara riuh yang terdengar sampai radius
ratusan meter. Kegaduhan semakin menjadi-jadi karena burung
Tingang gemar terbang sambil bersuara kaok-kaok.
Rata-rata berat tubuh burung Tingang mencapai 2,5 kg dan
panjang tubuh dari ekor sampai paruh 1,5 meter. Makanan khas yang
sangat digemari oleh burung ini selain buah-buahan juga binatang-
binatang kecil yang hanya ditemukan di hutan. Paruh burung
Tingang dewasa berwarna-warna, ada yang hitam, putih, orange,
merah dan kuning. Diatas paruh tumbuh tanduk nyaris menyerupai
bentuk pet.
Kerbau.
Kerbau adalah binatang yang biasa digunakan sebagai binatng
korban karena pada saat proses penciptaan, perkawinan Serupui
Petah Matei dengan saudara kandung ayahnya adalah tindakan yang
tidak benar. Itulah sebabnya anak yang dilahirkan berupa kerbau dan
hingga saat ini kerbau akan selalu di jadikan hewan korban dalam
upacara-upacara adat. Maksudnya untuk menstabilkan alam dan
lingkungannya dari pengaruh buruk akibat tulah suhu atau
pernikahan salah silsilah tadi.
Manukiu
Jeritan “Kui. . .” yang dilakukan hanya oleh seseorang sebagai
ungkapan rasa bahagia dan gembira ataupun sebagai pembangkit
semangat bagi dirinya sendiri. Manukiu juga berfungsi sebagai
pelepasan emosi akan beratnya beban hidup. Juga untuk mengatasi
perasaan takut, gugup dan rasa tak berdaya yang sedang menghimpit.
Biasanya setelah menjerit “kui . . .”, semua beban terlepas dan
muncul rasa percaya diri.
Mihup baram
Mihup baram atau mihup danum tewun tihang, berarti minum
tuak atau minum minuman yang mengandung alkohol sampai
mabuk. Baram dibuat dengan cara tradisional. Dalam upacara-
upacara adat, biasanya tradisi minum baram sampai babusau yang
artinya minum tuak sampai mabuk, tidak pernah ketinggalan. Dalam
etika pergaulan Suku Dayak, menolak tawaran minum baram
merupakan suatu hal yang tidak sopan. Seorang yang menawarkan
baram kepada tamunya menunjukan kegembiraan dan rasa hormat
kepada tamunya.
Apabila tawaran penuh persahabatan tersebut ditolak, dapat
dibayangkan bagaimana rasa kecewa yang diperoleh. Untuk seorang
yang telah berpengalaman, ada teknik tertentu untuk menolak secara
halus sehinggga tidak menyinggung perasaan. Caranya adalah
9 Panglima
10 Lo . . . diucapkan lu . . .
185
dengan terlebih dahulu menerima gelas atau tanduk kerbau tempat
baram yang diberikan, setelah diminum sedikit serahkan atau
bagikan kepada teman lainnya dengan prolog yang dapat dipahami
dan dimengerti oleh si pemberi baram.
Dimasa yang telah lalu, baik laki-laki maupun perempuan Suku
Dayak, sekalipun minum sebanyak mungkin, mereka dapat bertahan
untuk tidak menjadi mabuk. Ada tradisi dalam masyarakat, bahwa
orang yang kuat minum dan tidak mabuk, akan disegani oleh
masyarakat sekitarnya. Namun demikian, ada juga yang tidak mampu
bertahan dan roboh karena mabuk berat. Tradisi lama, kebiasaan
mihup sampai babusau 11 tidak berbuntut panjang. Dalam arti, yang
mabuk berat, roboh dan tergeletak lalu tertidur di tempat dimana ia
terjatuh, sudah merupakan pemandangan umum dan biasa. Jadi yang
bersangkutan baru sadar dari mabuknya pada keesokan harinya.
Perkelahian atau kesalahpahaman dalam acara mabuk dan
minum baram, dimasa yang telah lalu dapat dikatakan nyaris tak
pernah terjadi. Tujuan mereka mabuk dan minum baram adalah
kesenangan belaka, tidak ada maksud lain. Dengan sedikit mabuk,
mereka mampu mengekspresi kegembiraan mereka tanpa rasa malu-
malu.
Mereka menari manasai, menyanyi, membunyikan alat musik
dengan sangat meriah dan bersenda gurau bersama. Bahkan
seseorang yang biasanya pemalu, ketika mabuk menjadi mampu
mengekspresikan diri dengan tari, nyanyi dan tawa rianya. Saat
mabuk menjadi saat yang menggembirakan, kebersamaan dan
keakraban menjadi sangat terasa. Itulah sebabnya dimasa yang telah
lalu tidak banyak ditemukan warga masyarakat yang mengalami
stress karena ada waktu untuk bekerja dan ada waktu dimana mereka
bebas melepaskan emosi dan beban hidup dengan cara mereka yang
terungkap ketika mabuk.
Sebagai tolak ukur berhasil tidaknya suatu acara, dilihat dari
kelahapan makan para tamu yang datang. Makan lahap berarti
makanan yang tersedia mangat 12 dan apabila banyak tamu yang
babusau awi lalau daras mihup baram 13 berarti acara tersebut
sukses.
Adat Perdamaian
Di masa yang telah lalu, ketika suku Dayak masih melakukan
kegiatan mengayau yaitu memotong kepala, maka pertumpahan
186
darah tidak dapat dihindari. Pihak yang diserang balik menyerang,
dan hal ini seakan tak henti. Namun demikian dari pihak mereka
sendiri ada usaha untuk berdamai.
Cara-cara Perdamaian
Pihak penyerang mengirim utusan kepada pemimpin suku yang
telah diserang dengan maksud mengajak melakukan perundingan.
Utusan datang dengan membawa sebilah mandau bersarung atau
berkumpang maksudnya bukan mandau terhunus, namun telah
dimasukkan ke dalam sarung atau kumpangnya, dan mandau
tersebut dibungkus dengan ikat kepala yang terbuat dari kulit kayu.
Semua itu menyatakan bahwa pihak penyerang ingin berdamai dan
mengadakan perundingan dengan pihak yang diserang.
Apabila diterima, maka diadakan perundingan dan kesepakatan
perdamaian. Dalam perundingan, biasanya diketuai oleh seorang
kepala suku yang tidak terlibat dalam perselisihan itu, ia menjadi
pihak ke tiga. Selama perundingan berlangsung dilarang keras terjadi
bunuh membunuh dan semua peralatan perang harus diamankan
terlebih dahulu. Para kepala suku dari suku yang bertikai, harus
mampu kontrol diri.
Perdamaian harus bersifat kekal dan abadi. Ada dua cara yang
sering ditempuh dalam penyelesaian perselisihan menuju
perdamaian yang bersifat abadi, yaitu :
Perkawinan.
Maksudnya anak dari kedua kepala suku yang bertikai
dikawinkan, sebagai jaminan persahabatan dan hubungan
kekeluargaan dikemudian hari.
187
dilukai dengan langgai Puai. Ketika darah keluar, diambil tiga tetes
darah dari masing-masing ibu jari kepala suku yang bertikai.
Masing-masing kepala suku meletakan tetesan darahnya pada
sebuah tempat, kemudian masing-masing kepala suku
mencampurkan atau memasukan darahnya ke dalam nasi ketan yang
telah tersedia. Kemudian kedua kepala suku secara bergantian
menyerahkan nasi ketan tersebut seorang kepada yang lain dan
bersama-sama menelannya. Ketika menelan darah segar yang telah
dicampur nasi ketan, masyarakat kedua suku yang bertikai
mengiringi pimpinan mereka dengan lahap, jeritan tukiu, karungut,
tarian dan suara musik khas mereka yang terdengar sangat meriah.
Selanjutnya oleh petugas yang memimpin upacara, keduanya
diminta untuk menyatakan sumpahnya bahwa mereka bersumpah
angkat saudara, setia satu sama lain. Demikian pula kemarahan dan
kedengkian telah mampu dilenyapkan tuntas hingga keanakturunan
kelak. Ranying Hatalla sendiri telah menyaksikan langsung sumpah
mereka.
Peristiwa ini yang telah dipahami oleh penulis asing dengan
pemahaman yang salah. Sebuah buku yang ditulis oleh Prof.
Niuwenhuis, antara lain mengatakan: “ . . . Selagi kami masuk dalam
satu kampung Dayak, maka bertemulah kami dengan orang-orang
Dayak, lagi pula pesta besar upacara makan orang. Maka tatkala
kami mengetahui, maka kami larilah dari tempat tersebut, takut
dimakan oleh orang Dayak . . . “.
Sebenarnya yang terjadi dari peristiwa di atas adalah Peristiwa
perdamaian, sepan bunu atau hatuding daha. Ditegaskan disini
bahwa sesungguhnya orang Dayak tidak memakan
sesamanya. Orang Dayak tidak kanibal, tidak makan orang.
Yang ada hanyalah salah pengertian dari pihak asing yang
karena rasa takut yang berlebihan tanpa mencoba mengerti
dan memahami kejadian yang sebenarnya. Benar ada
sedikit darah dimakan, tiga tetes, namun bukan manusia
dibunuh lalu dipanggang, atau digoreng, bahkan digulai,
atau dimakan mentah-mentah. Tidak! Sekali lagi tidak
demikian!
Memang benar ada kebiasaan orang Dayak, dalam pertempuran,
atau apabila berkelahi dan membunuh orang, lalu menjilat sedikit
darah korbannya.
188
tersebut, orang tuanya menyaki atau memalas anak-anak mereka
yang yang telah mampu mengatasi kemarahannya. Keduanya harus
konsekwen menerima perdamaian yang telah disaksikan Ranying
Hatalla.
Hurui
Hurui berarti hubungan kekeluargaan. Orang Dayak sangat
peduli dengan hubungan kekeluargaan. Biasanya apabila pertama kali
bertemu, mereka akan saling menanyakan asal usul dan saling
meneliti kemungkinan adanya hubungan darah diantara mereka. Bagi
orang Dayak, mengetahui hurui sangat penting, karena kedekatan
dalam hubungan kekeluargaan. Hingga turunan ke tujuh dianggap
masih keluarga dekat. Apabila ada salah seorang keluarga mereka
yang masih ada turunan darah berkelahi di suatu kampung, maka
saudara-saudara yang masih ada turunan darah dari kampung
lainnya, akan berdatangan membela atau mangarubut 14 musuh
saudaranya itu dengan catatan saudaranya dalam posisi benar.
Angkat Saudara
Ada tradisi angkat saudara dalam Suku Dayak. Maksudnya
apabila dua sahabat yang merasa telah saling cocok dan muncul niat
dalam sanubarinya untuk mengikat tali persahabatan tersebut
menjadi lebih dalam lagi, yaitu saudara dan keduanya telah saling
sepakat, maka keduanya berusaha menyampaikan maksud tersebut
kepada kedua orang tuanya. Kemudian tali persaudaraan itu
dikokohkan dengan disaki atau dipalas dengan darah ayam oleh
orang tua mereka. Dengan demikian kedua sahabat tersebut tidak lagi
berstatus teman, tetapi mereka telah saling terikat sebagai saudara
dan harus konsekwen dengan keputusan itu. Sampai kapanpun
mereka akan tetap menjadi saudara sampai ke anak turunannya.
Hakarubut
Hakarubut berarti dikeroyok ramai-ramai. Demi membela suatu
keyakinan yang dianggap benar, atau demi membela nama suku,
keamanan dan keselamatan warga sukunya, orang Dayak memiliki
tradisi hakarubut.
14 Mengeroyok
189
Menerima Tamu di Rumah
Hajamuk
190
Manetek Pantan
15Jw Jarik
16 Gong.
17 Mandau, lihat penjelasan pada halaman lain buku ini.
18 Terkadang para tamu bergantian memotong kayu penghalang tersebut
karena tidak semua orang mampu memotong pantan dan terputus hanya
dengan sekali ayunan tangan. Terkadang apabila tamu kurang pengalaman
dalam menggunakan mandau yang adalah senjata Suku Dayak, mereka
memotong pantan bergantian hingga berkeringat, dan memakan waktu
cukup lama. Namun untuk yang telah berpengalaman menggunakan
mandau, terkadang sekali ayun saja, kayu telah terputus dan tidak ada
penghalang lagi.
191
baik sambil menundukan kepala memandang tanah sebagai
ungkapan rasa terima kasih.
Setelah itu, Kepala Adat akan memberikan minuman beralkohol
yang mereka sebut baram, yang disuguhkan dalam tanduk sapi atau
tanduk kerbau kepada para tamunya. Disarankan untuk tidak
menolak pemberian itu, minum langsung walau hanya sedikit.
Kemudian tamu dipersilahkan duduk pada sebuah gong dengan arah
menghadap matahari terbit atau arah timur, lalu Kepala Adat akan
menyaki atau memalas 19 tamunya, yaitu mengoleskan darah
binatang, bisa darah ayam, darah sapi, darah kerbau, untuk yang
beragama Islam dan untuk yang non muslim, terkadang diolesi
dengan darah babi. Darah dioleskan pada dahi, tangan, dada dan kaki
para tamu. Pada pergelangan tangan tamu diikatkan lamiang / lilis /
merjan 20, terkadang pula pemberian itu masih dilengkapi lagi dengan
mandau atau sumpitan dengan kualitas yang baik.
Hompong Kalalengan
Hompong Gapura
19 Untuk informasi lebih lengkap, lihat uraian manyaki atau memalas pada
halaman lain buku ini.
20 Tidak semua tamu menerima kehormatan ini, terbatas hanya para tamu
Tanya :
Apa sebabnya kami digora dan dipantang, ini bukan
sembarangan buluh, saya asal kejadian tulang tunjuk cerincing
gading, kenapa berani menggora dan memantang buluh tua
daripada kamu.
Jawab :
Benar tua kolai 22, tapi aku kumpang hati berani jari, aku tahu
asal usul kolai, kejadian tulang tunjuk cerincing gading, kalau kolai
tumbuh baik, pakai koi samban darah komit anak, tetapi lantang
kolai salah. Lantang di gunung galing pulau Pagat di Rangkang
rasi tanah bergana, dari sebab itu aku rabia memotongnya.
23 Tidak banyak informasi mengenai tradisi ini, baik dari kumpulan catatan
dan dokumen bapak Tjilik Riwut, maupun usaha penyunting untuk
mendapatkan informasi tentang hal ini. Dari catatan Bapak Tjilik Riwut
hanya diperoleh kalimat yang diucapkan saat upacara berlangsung saja.
Penyunting , ns.
195
kakek dan dengan berpegang pada punggung bere tersebut kakek
selamat sampai seberang sungai.
Peristiwa ini sangat berkesan dan berarti bagi kakek. Sejak saat
itu ia berjanji bahwa baik ia maupun semua turunannya tidak akan
pernah membunuh apalagi makan bere atau bulus. Waktu berlalu,
kakek telah tiada, namun hingga kini anak cucunya pantang makan
dan membunuh beres atau bulus, mereka takut kualat.
Tradisi ini disampaikan dengan cara turun temurun. Seiring
dengan perkembangan zaman, pergeseran pun terjadi di sana-sini.
Cucu dan cicit kakek yang telah mengikrarkan sumpahnya, tidak taat
lagi. Namun yang terjadi setiap makan daging bere/bulus, suara hati
menggelitik dan mengingatkan kembali sumpah tersebut, dan ketika
menikmati daging bere, rasa enaknya tidak lagi terasa, yang lebih
terasa adalah rasa bersalah karena tidak taat.
Kekuatan spiritual yang berasal dari leluhur suku Dayak, tidak
dapat dipelajari. Kekuatan tersebut akan menurun secara otomatis
kepada keturunannya, dengan tidak membedakan laki-laki ataupun
perempuan dan terkadang tanpa terduga. Namun dapat pula
kemampuan tersebut tidak jatuh kepada turunan darahnya tetapi
justru melompat kepada salah seorang menantu atau cucu menantu.
Sumpah Setia
Sumpah setia yang dilakukan oleh suku Dayak kepada
pemimpin mereka, biasanya diadakan dengan saling menukar darah
yang biasa disebut hakinan daha hasapan belum, yang kemudian
pada pergelangan tangan diikatkan lamiang atau lilis. Setelah itu
memotong rotan, menaburkan beras kuning, menabur abu, garam,
Kemudian ibu jari tangan kanan dilukai sedikit hingga mengeluarkan
darah. Upacara ini dilaksanakan sebelum pukul 12.00 siang hari.
Disini makna darah manusia yang menetes keluar dari ibu jari kanan
merupakan lambang bakti yang setinggi-tingginya.
Persyaratan yang diperlukan :
a). Rotan.
b). Beras.
c). Abu Dapur.
d). Garam.
e). Parang.
f). Kayu persegi atau bulat untuk alas pemotong rotan
g). Kunyit
h). Minyak kelapa.
Cara pelaksanaannya :
196
Sebelum seseorang menyatakan sumpahnya, terlebih dahulu ia
berdiri ke arah matahari terbit, yaitu Timur. Petugas pelaksana akan
menaburkan beras ke segala arah, dengan maksud agar Penguasa
Alam, Hatalla Raja Tuntung Matanandau Kanaruhan Tambing
Kabanteran Bulan yang tinggal di langit ketujuh, berkenan
mendengarkan janji atau sumpah yang akan diucapkan. Setelah itu,
yang bersumpah berbalik arah menghadap matahari terbenam dan
pelaksana upacara menaburkan abu, garam, dan beras di belakang
orang yang bersumpah, dengan diiringi kata-kata:
Apabila dia yang bersumpah tidak berkata benar, maka sebagai
abu yang terbang berhamburan di bawa angin, begitu pula
kehidupannya nantinya akan sia-sia dan terkutuk, hancur seperti
garam yang terbang dan menguap.
Setelah itu, dia yang disumpah berbalik arah lagi menghadap
matahari terbit, kemudian petugas penyumpahan dan dia yang
disumpah mengambil posisi duduk, tangan keduanya memegang
rotan sebelah menyebelah. Sebelum rotan di potong, dia yang
disumpah harus berani mengatakan:
Apabila ia tidak setia kepada sumpahnya, maka ia berani
tanggung resiko bagai rotan yang terpotong, yang berarti nyawanya
pun akan terpotong, siap sewaktu-waktu nyawa terputus dari badan.
Pada saat upacara berlangsung, para pemimpin-pemimpin lainnya
yang juga turut hadir menyaksikan upacara, juga masyarakat berdiri
berhadapan dengan dia yang sedang bersumpah, untuk turut serta
menyaksikan.
Maksudnya:
197
Dengan perantaraan roh beras yang ditabur-taburkan dan yang
berada di langit ke tujuh, memohon untuk menyampaikan pesan
manusia kepada Ranying Hatalla untuk meyaksikan sumpah yang
sedang berlangsung.
foto
Sumpah Setia Masyarakat Suku Dayak Pedalaman Kalimantan
kepada Pemerintah Republik Indonesia,
17 Desember 1946 pukul 10.30 di halaman depan Istana Presiden
Yogyakarta ( Gedung Agung saat ini )
(Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut)
Behas Bahenda
Behas Bahandang
Darah Manusia
199
terkadang mereka melaksanakan tradisi hakinan daha, hasapan
belum yang artinya tukar menukar darah. Ibu jari kanan ditoreh agar
mengeluarkan sedikit darah, kemudian tiga tetes darah dari masing-
masing mereka yang bersumpah dimasukan atau dicampur dengan
sedikit nasi ketan, satu sama lain saling memberikan, saling tukar,
lalu ketan tersebut dimakan.
Demikian pula apabila terjadi pembunuhan berdarah, lebih-lebih
bila yang dibunuh adalah seorang yang disegani. Maka agar
sipembunuh tidak ketulahan atau kualat, maka dengan cepat
sipembunuh mencolet darah korbannya dengan telunjuknya
kemudian dengan tergesa menjilat darah tersebut atau mengoleskan
ke dahinya dengan maksud agar ia terbebas dari kutuk korbannya.
Darah Binatang
Telur
Rotan
Dawen Sawang
Lilis/Lamiang/Merjan
Dandang Tingang
Minyak Kelapa bulan ialah minyak kelapa yang terbuat dari buah
kelapa yang kulitnya kuning seperti bulan, maknanya licinnya
minyak, melancarkan segalanya sehingga jauh dari rintangan.
Rukun Tarahan
Sirih Pinang
Air
Lambang peleburan dosa, bersih. Air bergerak selalu ke arah
sumbernya, demikian pula manusia, bergerak menuju kepada
sumbernya 27
Makna Sesajen
Dalam ritual upacara adat biasanya untuk makhluk-makhluk yang
keberadaannya tidak terlihat oleh mata jasmani, disediakan sajen.
Doa khusus juga diucapkan bagi mereka. Sajen disediakan sebagai
ucapan syukur dan terima kasih kepada roh baik, karena telah
mengupayakan kebaikan bagi manusia. Untuk roh jahat, sesajen
27 Nyalung Kaharingan Belum yaitu air kehidupan yang kekal dan berasal
dari Ranying Hatalla.
201
diberikan agar roh jahat tidak menyesatkan dan mengganggu
jalannya upacara.
foto
Tempat sesajen yang digantungkan pada pohon di hutan.
( Foto : dokumentasi kel Tjilik Riwut )
203
Perkawinan
Wilayah budaya di daerah Kalimantan Tengah terbagi atas tiga ,
dari setiap daerah ditemukan sedikit perbedaan 28 :
1. Wilayah Barat : Yaitu wilayah bekas kerajaan Kotawaringin,
banyak pengaruh budaya Melayu, Minangkabau, Siak, Riau,
Ketapang, Banjar dan Jawa.
2. Wilayah Tengah : kelompok Dayak Ngaju, Ot Danum, dianggap
mempunyai ciri seni budaya yang masih murni dan paling tua.
3. Wilayah Timur : Adalah meliputi Suku Dayak Ma’anyan,
lawangan, yang dipengaruhi oleh Kerajaan Banjar, Hindu, Jawa,
dan India.
Hakumbang Auh
28 Ny. Linda Nisida Nahson Taway, BA., Upacara Adat dan Seni Tata Rias
Pengantin Dayak Kalimantan Tengah, Tim Penggerak PKK Kalimantan
Tengah, Oktober 2000., hal 1
204
mendeng, atau seperangkat pakaian perempuan, yang disebut
sebagai batu pisek.
Surat Pelek
Pamiar Sangku Ije Solake :
1). Lambayung lapik sangku pelek toh.
2). Bulau singgah pelek toh
3). Lamiang due turus ruji
4). Dohong tejek pandung
5). Rawayang kawit kalakai
6). Gundi lumpang tusu
7). Gahuri nutup sangku
205
Kedua :
1). Tambasan sinjang entang akan indue 29
2). Lawung basulam akan bapae
3). Balui tambayung hapamuntung dengan indue
4). Kalambie panjang akan bapae
5). Tutup uwan andas ije bata akan tambie
6). Timbuk tangga epat kiping akan uluh are- turus.
7). Bulau kandung saratus kiping.
Panagih
Panagih ije solake
1). Pinggan pananan
2). Lapik ruji due ringgit
3). Tambasah sinjang entang
Pelek Pakaja
1). Pinggan tapak penyau paie
2). Ragam malahui akan sandurung
3). Balanga pasuke
4). Garantung tanggoie
5). Lamiang due sansila lengee
6). Bawoi ije saki maja empue
7). Basir ije batun kajae
Upacara Pernikahan
207
lahap 30 berturut-turut tiga kali. Dan keluarga calon mempelai
perempuan menaburkan beras kuning ke segala arah, dengan maksud
agar Ranying Hatalla turut serta menyaksikan upacara yang sedang
berlangsung.
Calon pengantin laki-laki didudukkan pada sebuah garantung
atau gong sendirian karena mempelai perempuan belum diizinkan
keluar. Pada malam harinya dilaksanakan penyerahan jujuran yang
telah disepakati pada waktu pertunangan.
Pada keesokan harinya binatang korban dipotong, kemudian
darahnya diletakkan di tempat semacam piring, mangkuk yang biasa
disebut kendarah. Setelah itu kedua pengantin didudukkan
bersanding di atas garantung atau gong dengan arah menghadap
matahari terbit atau arah timur, dan tangan keduanya bersama
memegang ureh bunu dan pohon sawang. Kedua mempelai dipalas
oleh para orang tua-tua dengan darah yang telah disediakan di
kendarah tadi. Kemudian pada pegelangan tangan keduanya
diikatkan lamiang lilis. Dilanjutkan dengan penanda tanganan surat
perjanjian kawin adat oleh kedua mempelai. Acara resmi telah
diakhiri, dilanjutkan dengan acara santap bersama.
Cicak Kacang
Maja/Pakaja
Proses pelaksanaan
Di depan rumah
Ketika memasuki halaman depan rumah mertua, posisi
pengantin laki-laki di sebelah kiri, perempuan sebelah kanan.
Kedatangan kedua mempelai diiringi oleh keluarga pihak
perempuan.
Setelah sampai di depan pintu, dilanjutkan dengan :
• Acara mamapas.
• Acara tatukan sial.
• Acara manijak tanteluh manuk.
• Acara mamparasih paie.
Orang tua pihak laki-laki menyerahkan Ragam Malahui Kampuh
berupa epat kabawak ringgit batun sinjang, bulau singah pakang,
lamiang tukan sapau tuntang jarati akan sandurung kepada
menantunya.
Kemudian pengantin perempuan berjalan di atas gong dengan
ditutupi kain berwarna kuning dengan dibimbing oleh pengantin laki-
laki dan pihak keluarga pengantin perempuan. Sahelu mahalau
tahutun sapau huma, pengantin perempuan inanggui hapan
garantung ije inutup hapan benang babilem.
Di dalam rumah
Kedua mempelai duduk menghadap matahari terbit, manyingguh
garantung ije inutup hapan benang bahenda dan huang likut iretei
balanga/balanai kare due kabawak akan sadarae. Mempelai laki
duduk di sebelah kiri, perempuan di sebelah kanan.
• Manjelas pakaja.
• Acara Manyaki/Manampung Tawar.
• Acara manyarah ramu kaja.
• Acara mameteng lilies/lamiang.
32 Nilai uang yang disebutkan di atas, disesuaikan dengan nilai golden zaman
penjajahan Belanda hingga tahun 1968.
209
4. Tanteluh manuk akan pijak paie (ije kabawak).
5. Pinggan tapak penyau paie, diisi dengan danum tuntang
bakam batu akan senduk.
6. Ringgit batun sinjang (epat kabilap)
7. Ragam Malahui kampuh (ije kalambar benang),
8. Jarati sandurung (ije kain sandurung).
9. Garantung tanggui (ije garantung inutup hapan kain
babilem ).
10. Lamiang tukang sapau (ije kabawak lamiang).
210
7. Kain babilem (ije katetek ).
8. Mangkuk/piring mise tangga huma empu (7 piring, 7
mangkuk).
9. Bawin balanga pasuk.
10. Ragam akan kampuh.
11. Ringgit batu sinjang (4 ringgit).
12. Jarati akan sandurung .
13. Batu kaja.
Nama Panggilan
Seorang anak sebelum menikah biasa dipanggil dengan nama
pemberian orang tuanya atau terkadang apabila mempunyai galar
atau nama panggilan akrab dalam keluarga, oleh orang-orang
terdekat akan dipanggil nama galar tersebut. Misalnya nama yang
diberikan orang tua adalah Ambun dan galar si Ambun Mencas-
Mencos, karena ketika kecil, si Ambun amat gemar menangis, mampu
bertahan berjam-jam dengan posisi bibir mencong ke kanan dan ke
kiri. Dengan volume suara yang maksimal sehingga para pendengar
sakit kuping. Dalam lingkungan terdekatnya, Ambun biasa dipanggil
Mencas Mencos.
Setelah seseorang menikah, untuk laki-laki tetap dipanggil nama
yang diberikan oleh orang tuanya, misalnya Riwung Toemon, tetap
dipanggil Riwung Toemon dan isterinya yang bernama Enon, tetap
dipanggil Enon bukan Ibu Riwung, terkadang dengan sedikit
informasi Enon sawan Riwung 33. Ketika anak pertama mereka lahir,
dan anak pertama diberi nama Heru, maka sejak kelahiran anak
pertama, Bapak Riwung dan Ibu Enon secara otomatis mengalami
perubahan nama. Bapak Riwung mendapat nama panggilan baru
yaitu Bapak Heru, dan isterinya Ibu Enon menjadi Indu Heru 34.
Pahuni
35 Tetek Tatum.
36Pesan terindah yang berulang-ulang selalu dikatakan penulis (Bapak
Tjilik Riwut) kepada penyunting ialah: “Berikan kebaikanmu kepada
siapapun sebanyak mungkin, tanpa pernah membedakan jabatan, dan
status sosialnya karena kelak dikemudian hari, anak cucumu akan
menerima kembali semua kebaikan yang telah disebarkan“. Penulis
selalu menekankan bahwa hal tersebut merupakan tradisi leluhur Dayak
yang selalu harus dipegang teguh. Semula pesan tersebut seolah
perbuatan baik dengan syarat, karena dibalik semua itu ada suatu
harapan bahwa kelak anak cucu akan memperoleh kembali kebaikan yang
telah disebarkan. Lama kemudian setelah melewati sebuah perenungan,
lalu penyunting menyadari bahwa, terkadang manusia berbuat dan
bertindak apabila ada sesuatu yang ingin dicapai. Bukankah kebaikan yang
kelak akan diterima kembali oleh anak cucu, bentuknya abstrak dan bukan
berupa benda nyata yang sedikit demi sedikit ditabung? Bila hal itu yang
akan penyunting dapatkan, sesuatu yang abstrak dan tak pasti, untuk apa
penyunting bersusah-payah melakukannya? Proses terjadi, semakin
bertambah usia semakin dapat dimengerti makna yang tersirat dan
tersurat dibalik pesan itu. Pesan tersebut telah amat sangat menguatkan
bagi penyunting. Sebagai suatu warisan tradisi leluhur yang harus
dipegang teguh. (sharing pengakuanku sebagai seorang Dayak.
Penyunting, N.S ),
212
Pahuni ialah suatu tradisi dalam suku Dayak bahwa apabila
menolak makanan yang telah dengan tulus ditawarkan untuk
disantap, khususnya nasi goreng dan makanan yang terbuat dari
ketan, maka akan ada resikonya. Resiko berupa malapetaka, baik
ringan maupun berat, bahkan bisa membawa kematian. Apabila
terpaksa harus menolak, demi menetralisir situasi, mereka akan
menyentuh tempat atau piring di mana makanan diletakan sambil
berguman mengucapkan kata singkat “sapulun”. Dengan demikian
penolakan tersebut telah dianggap sah dan terbebas dari resiko
kepuhunan. Selain dengan cara itu, untuk menetralisir dapat pula
dengan cara menjumput sedikit makanan yang ditawarkan tersebut
sedikit, sambil berguman “puse-puse”.
Pahingen
Pahingen ialah suatu tradisi dalam masyarakat Dayak bahwa
seorang suami yang isterinya sedang mengandung bayi mereka, harus
mampu kontrol diri dalam setiap kata, sikap dan perbuatannya.
Karena apabila lepas kontrol, misalnya saja memotong tangan
kelawet yaitu sejenis orang hutan, maka anak yang akan lahir,
dikhawatirkan mengalami cacat pada tangannya.
Lapak Laminak
Lapak Laminak atau cacak burung adalah tanda silang yang
diyakini sebagai penolak bala. Tanda tersebut pada umumnya
digambarkan pada sebilah bambu atau pada daun sawang yang
digantung di depan rumah.
Salasa
Salasa berarti Selasa. Apabila bepergian, orang Dayak selalu
berusaha menghindari hari Selasa, karena bagi mereka hari Selasa –
sala – yang berarti salah. Akan banyak kesalahan dan kesialan yang
dialami bila nekad bepergian pada hari Selasa. Terutama apabila
bepergian dengan arah yang bertolak belakang. Misalnya dalam suatu
keluarga, dua kakak beradik akan bepergian ke tempat yang berbeda
pada hari Selasa, kakak pergi ke arah timur dan adik ke arah barat.
Apabila keberangkatan tersebut memang tidak mungkin lagi ditunda,
terpaksa salah satu ngalah, harus berangkat sebelum atau sesudah
Selasa, demi menghindari terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Warna Lime Ba
213
Lime Ba berarti lima ba maksudnya lima warna yang dimiliki
oleh orang Dayak yaitu
1. Baputi – putih
2. Bahandang – merah
3. Bahenda – kuning.
4. Bahijau – hijau
5. Babilem – hitam.
Angkat Anak
Cara mengangkat anak angkat menurut tradisi Dayak adalah
sebagai berikut: anak telah dipelihara dan dirawat dengan baik
semenjak masih kecil, dengan disaksikan oleh Demang atau Kepala
Adat, sekurang-kurangnya disaksikan oleh seorang Pembakal atau
Kepala Kampung, dengan disertai upacara adat memotong hewan
korban, boleh ayam atau babi, kemudian anak dipalas dengan darah
binatang korban, lalu makan bersama dengan para pemuka kampung.
Sejak itu anak dianggap telah sah diangkat sebagai anak angkat dalam
keluarga barunya.
Tandak
37 janda dalam bahasa Dayak balu.
38 Duda dalam bahasa Dayak buyu.
214
Tandak berarti menimang. Seorang yang hidupnya bermakna
bagi sesamanya, terkadang ditimang dan disanjung, karena ia akan
menjadi sosok yang disegani dan dihormati. Akan tetapi pada
umumnya seorang yang hidupnya penuh kepura-puraan, tidak jujur,
serakah atau sedang melakukan penipuan, tidak punya keberanian
untuk di-tandak, karena resikonya tidak kecil. Sesama mungkin saja
dikelabui, akan tetapi mana mungkin manusia mampu mengelabui
Ranying Hatalla? Tulah atau kualat akan diterima apabila nekad
menerimanya.
Contoh-contoh Tandak
Tandak 39
215
Jari mukung sambang garantung
Tempu enon lumbah haburung bulau
Jari bajanda tintun janjingan
216
Mangat penyang tambun baputi
Leteng lilap baranehu
Uka paturung ihing
Bajaleang malangiau
217
Jaloh nipeng bulau kayun tangguie
Katapasan langit penda tingan
Malik lagu :
218
Ie tawa inggareku tuwe ije kabungkal
Pali mupuk gantu-gantung
Juking
Lewu Tanjung Hanyi, rondong karangan penyang kaleka Liau
Kapang baka petak rundung banama kamban tabilok baka darai
lanting jalatien. Antang nyahi lentem langit kenyoi kilat randan
ngangkuling peteng penyang. Katabalan uluh balai katapang uju
bararenjeng mendeng. Panambusan Sali nusan kayu alau hanya
baratandai mingkat.
Sei Barangas
Kaleka Liau Busun Gareng hagandang purun. Kamban baner
sihung halejar pandung balau tambun tandipah pulau tonggal
nganderang tingang nusa sahinya hengkuk Ranying.
Balanggar
Kaleka Liau Langgau hantu pangios lewu pulu.
Tumbang Tagiring
Lewu olek rondong nasarang Rawing. Kaleka Liau Rawing basiak
pamatas tungkup. Kamban lumba bahanyi pamisah ruang.
Badapung (Sambil)
Lewu Tambak Raja, rondang karangan penyang bulu. Kamban
baringen kilat, baka ginjai tulang.
Badapung (Gantau)
219
Kaleka Liau Gandang sanaman baka narah henteng palimantu
baka tenong rewei raja endus habantusan. Baka rintuh tisoi
kanaruhan.
Basungkai
Kaleka Liau Jala Bulau pali habirik baka tenong Riak Rawing.
Kambun untai rabia endus habarika baka rintuh ringkin lumba.
Tumbang Tarusan
Kaleka Liau Haramaung panjang ikohe, ngangkuling banama
jahawen.
Raing
Kaleka Liau Gandang sanaman kanarah henteng kamban pali
mantu baka teneng riwai laut Towong jongkarang endus
habantuan baka rintuh selatan kariran.
Tumbang Bakampat
Kaleka Liau Burung Bulau busik pasebun raja. Kaleka Ayam Rabia
kabantus ganggerang.
Tumbang Rasanggal
Kaleka Liau Taming Bulau, katengkan nyaru kamban talali rabia
kabantus ganggerang.
Tamiang
Kaleka Liau Antang pasihai, busilo ruhung bahanyi mandui darah
belum. Kamban kenyoi patenggan bajari pulan petah kapandaian
tanggiri hamiring.
220
Tandak Lewu Murik
Juking Kompai
Lewu Juking kompai tajur ruhung. Kaleka Liau Uei Sigi baruntih
sangkalemo.
Tumbang Maluen
Kaleka Liau Antang Pasihai basilo ruhung bahanyi mandui daha
belum kamban kenyoi patenggau bajari pulang petah kepandoian
tinggi hamaring.
Pulau Telo
Pulau rotek kasanang manyang nusa lawang hajenjeng tandipah
lewu kangajang apui nyaru rondong kaningkap bahan ganggereng.
Kaleka Liau Nyaring gila –gila enteng. Jari mandoi asep sandawa
laut kamban siakung rawe-rawe hanyie petah kapandoian paruru
barantai.
Tumbang Sakaraung
Kaleka Liau Garantung korik tetawak lewu danom jalajan kamban
janjingan rinjit titih rondong labeho pali.
Sungai Kayu
Lewo payong nyaho, rondong karawah batu sambang. Kaleka Liau
Haramaung tiroh-tiroh entenge, bahanyi mandoi daha belum,
tuntang Liau Luruk Garu sangkabilan hintung sangiang. Kambang
pangadien kanto-kantok hanyi petah kapandoian tanggiri
hamaring.
Tumbang Paraya
Kaleka Liau Antang pasihai basilo ruhung pamatas tungkup.
Kamban kenyoi patenggau pamisah raung.
221
Lanting
Lewu Ranting Rondong pelabuhan banama. Kaleka Liau Gareng
beloh soka lumpung matanandau. Kamban sihong hamaring.
Sehungkir kamban kabanteran bulan.
Mandomai
Lewu olek kalingu, rondong ampah timpong. Kaleka Liau Sawang
belum merajak bukit batu. Kamban bonge hamaring manterus
kereng liang.
Sungai Sangalang
Lewu Dandang dalam. Rondong paseban raja. Kaleka Liau Patahu
menteng beheken luar palangka ruhung. Kamban mamben bahanyi
petah badari luar tatanep salimbayong antang.
Sei Garantung
Lewu tahutun pantara, rondong teweh dare . Kaleka Liau
Rangkang salingkat mandawen bulan. Kamban hengkun banturung
mamumbung pehawang.
Tumbang Umap
Lewu Ulek kalinga, randang tambarang tingang, kaleka Liau Lunuk
panjang.
Mantarei
Lewu Payong nyahu, rondong ngajang gangerang. Kaleka Liau
Rajan talawang basaki daha tambarirang.
Tangahon
Lewu Pandih Batu, rondong jumpang handiwung. Kaleka Liau
Lunuk nyaho baka giring bulu. Kamban baringin kilat baka ginjai
tulang.
222
Tamiang
Lewu Olek Lawang Jata, rondong riak sanglemo Kaleka Liau
Lamiang Bulau hantantaliasae serumput mihing bukit
batu.Kambang hanyang rabia hantapiket banuas tanterus nyalong
kereng liang.
Mangandam
Lewu Jakatan rundian, rondong riak batu sambang.
Penda Ketapi
Lewu Mandarit Garing rondong mandarut bulau, kaleka Liau
Lunuk kajang lewu pulu kamban baringin datoh tongkap rondong
hapamantai jalatien, Eka Antang Raja bagelang bulau kenyoi
kanaruhan batingkat rabia.
Bapakang
Lewu jakatan, rondong salohan tandang.
Basuta
Lewu Bukit Tihang Jakatan Rawing. Rondong kereng tusang
salahan tandang. Kaleka Liau Nyating gila-gila entenge nakaruan
pain bukit panjang halawu pulang tanggung tingang nusa sangkai
tarahan tandipah pulau kurik sumpin tamaun nusa simit junjung
rawing.
Sei Dusun
Lewu Galang tarahan rondang masarang rawing. Kaleka Nyaring
gila-gila entenge basilo ruhung, bqka tetes uhat bakau langit.
Manusup
Lewu Leleh Lentur Satasi rondang kanapan lasang. Kaleka Liau
Lunuk hai teweng katelo dia bajombang bukit tingang papui kepat
dia basale dandang.
Dahuyan Lawu
Lewu Ulek kalingo rondong riak haselan, Kaleka Liau Dahiang
tabela jarang pampahiu dia tau metoh rawei pulu.
Sei Kapar
Lewu Ulek Kalinga, rondong riak batu sambang.
Penda Putik
223
Lewu olek kalingo, rondong sakatan randin tandang. Kaleka Liau
gandang lamiang pamaripih pulu towong hanyang papalapak
jalatien. Tumbun tarantang riwutdohong maliambong sambung.
Tarantang
Lewu Lawang Patahu rondong salampak sawang. Kaleka Batu
Lampang amba parei nyangen tingah.
Lamunti
Lewu Mandarai Sambang. Rondong kamesak lohing. Kaleka Liau
Dohong tanggalong mara-marang tasale, tau mangarak penyang
ije kasimpai. Halawu pulau tonggal nganderang tingang nusa sahin
nyahengkok ranying.
Pulau Kaladan
Lewu Dandang dalam rondang talian surat. Kaleka Liau Lunuk
sangkalemu belum manambai paseban raja. Kamban bangingen
hamaring maninggang masigit kanaruhan.
Mantangai
Lewu olek lawang jata, rondong paget Hatalla. Kaleka Liau
Nyaring gila-gila entenge makongan garing janjihin tihang.
Tapian Lisong
Lewu Olek Kalingo rondong palabuhan banama.
Kalompang
Lewo Payong Nyaho rondong kaninding timpang. Kaleka Lunuk hai
belum mambai masigi due habambai.
Leleh Baner
Lewu Leleh Lentur Santagi, rondong kankelong bengkel kaleka Liau
Rajan Tambarirang Balua Bara Singkep Langit.
Katimpun
Lewu Dandang Dalam, rondang olek kalingo. Kaleka Liau
Handiwung belum. Belom petak kasamboyan kambang pandong
hamating hating kereng kasimbu laut.
Sei Ahas
Lewu Lawang Patahu, rondong tarian antang. Kaleka Liau
Garantung kurik panyong lewo danom jalajan. Kambang jajungan
rinyit titih rondang lebehu pali.
224
Katanjung
Lewu Olek kalingo rondong tahuton Liau Lampang. Kaleka Antang
Pasihai basilo rohong baka tetes uhat marau langit.
Tawanan
Lewu Olek kalengo rondong nyapenda garing balemo. Kaleka Liau
Tingang ije kadandang kajang pukung pahewan antang bungai due
kapiting tingkap parajangan dahiang.
Tumbang Kajang
Lewu Dandang Taheta, rondong tarion antang, palus halawu
nangkalau batang danum riak sangkalemo malangkawei guhung
ringkin sangkalunyai.
Panti
Lewu Salampak Sawang rondong pandang bulan.
Aruk
Lewu Olek Lawang Jata. Rondong riak batu sambang.
Lawang Kajang
Lewu jakatan runjan rondong riak batu sambang.
Timpah
Lewu Nabasan sambang rondong riak batu sambang.
Longko Layang
Lewu jakatan runjan rondong nyampeda tihang bendera.
Tumbang Hiang
Lewu Dandang dalam rondang talian surat.
Tawai Baru
Lewu Dandang Taheta, rondong jakatan runjan.
Masaran
Lewu Ampah Durat rondang tihang bandera.
Kayu Bulan
Lewu Jakatan kalingo rondong jakatan randin tandang.
Penda Payang
225
Lewu Olek Kalingo, rondong riang batun sambang.
Penda Muntei
Lewu Olek kalingo rondong kalapan lasang.
Tapan
Lewu Sakatan Runjan rondong jakatan randin tandang.
Tapan (gantau)
Lewu Tahutan Pantar rondong jakatan runjan.
Pujun
Lewu Ampah Surat rondong jakatan runjan.
Marapit
Lewu Jakatan Runjan, rondang kajang apoi nyaro.
Mahuus
Lewu Jakatan Runjan rondong sakatan randin tandang.
Rohong
Lewu Jakatan Runjan, rondong olek kalingo.
Bajuh
Lewu Jakatan Runjan, Rondang pasang darah.
Penda Panguran
Lewu nyampeda garing balemo randan jakatan runjan.
Dandang
Lewu Jakatan Runjan, rondong olek kalinga.
Tumbang Kakat
Lewu ayun hatanjung rondang pasang darah
226
Jangkang
Lewu Jakatan Runjang, rondang pasang darah.
Tambahan Keterangan
1. Sei = Sungai.
2. Mandomai = manumon sarita uluh bakas helo bara bawak kotak
- mandoi mai - atawa - mandoi umai.
3. Juking Kumpai : Amon manumon tetek tatum, uluh bakas helo, ie
te hila dipah Kuala Kapuas. Wayah to horan kaleka
Tamanggung Tanjung Kompai Dohong, kajariae mindah akan
lewu kehu seha wayah toh bagare Marabahan atawa huran
asale Tumbang Bahan atawa Muara Bahan palus manjadi
Marabahan.
4. Pulau Telo : Manumon sarita uluh bakas helo, aton telo ije intu
bentuk sungai kapuas te asale kapal perang Belanda kahem into
nyelo 1830-1835, kejariae, manjadi Pulau Telo wayah toh.
5. Basarang : Kaleka te metoh toh inampa tarussan akan sungai
Kahayan (mintin) jari tembus benteng nyelo 1961 kepanjange
24,5 Km, kalombahe 30 meter tinai kahandalem 5 meter.
Kematian
Apabila terjadi kematian dalam suatu keluarga Suku Dayak, baik
karena sakit, mendadak atau karena mengalami kecelakaan, maka
dengan seketika mereka, baik keluarga maupun keluarga terdekat
akan berdaya upaya menyebarkan berita kematian itu kepada seluruh
masyarakatnya secara luas.
Ada suatu tradisi dalam masyarakat, mengiringi kematian
dengan suara garantung atau gong. Ketika ajal menjelang, jiwa
terpisah dari raga, kepergian atau terlepasnya jiwa menuju alam lain
diiringi dengan suara bamba atau titih, yaitu garantung atau gong
dipalu tiga kali, dilanjutknan suara tiga buah gong yang dipalu
227
bersaut-sautan diiringi karuau40 atau jerit tangis kaum ibu. Suara
yang terdengar mampu menciptakan suasana mencekam, hati
tersayat nyeri bak tertusuk sembilu. Suara gong ditalu kuat atau
keras, namun dengan irama pelan, gong . . .gong . . .gong . . . selama
kurang lebih setengah jam.
Apabila berita duka telah tersebar, yang disebarkan dengan
cara berantai dari mulut ke mulut ataupun karena mendengar suara
bamba atau titih gong yang bertalu-talu, dengan spontan penduduk
kampung bereaksi menunjukan perhatian dan kepeduliannya kepada
warganya yang sedang menerima cobaan. Sekalipun sedang bekerja
di ladang, di rumah, di perahu, di hutan atau di manapun mereka
berada, apabila suara titih atau berita kematian mereka dengar,
segala kegiatan yang sedang dilakukan ditinggalkan begitu saja,
berduyun-duyun mendatangi rumah duka, untuk memberikan
dukungan moral bagi keluarga yang ditinggalkan.
Kedatangan mereka ke rumah duka dengan membawa
sumbangan duka berupa hasil bumi hasil usaha sendiri. Di rumah
duka, setelah datang mendekati dan melihat wajah jenazah 41 untuk
terakhir kali, mereka mencoba menemui keluarga yang ditinggalkan
untuk menyatakan dukacitanya, biasanya mereka bekerja bahu
membahu, dengan cara gotong royong melakukan sesuatu untuk
meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.
Ada penduduk yang tanpa komando, langsung mengumpulkan
kayu bakar, menyediakan tungku tempat masak memasak,
menggelar tikar, dan banyak kegiatan yang dengan iklas mereka
lakukan. Di rumah duka mereka berusaha untuk menyesuaikan diri
dengan suasana duka, tidak membuat kegaduhan, bicara pelahan,
tanpa menunjukkan kegembiraan.
Jenazah diletakkan di tengah-tengah rumah, dan dikelilingi
oleh kaum kerabat dan keluarga. Peti jenazah dibuat saat itu juga,
bisa dalam bentuk raung, kakurung, runi, atau lainnya 42, yang
disesuaikan dengan kemampuan atau persyaratan adat. Pembuatan
peti mati dilaksanakan dengan cara gotong royong, pada saat itu juga.
Peti mati yang umum dipakai ialah raung, yaitu peti mati yang dibuat
dari batang pohon yang dibelah dua dan di bagian tengah dikerok
untuk tempat meletakkan jenazah.
Pada sore hari, ibu-ibu akan datang dan berkumpul lagi di
rumah duka untuk mandaring atau tidak tidur semalam, untuk
menemani keluarga yang sedang berduka. Aturan tidak tertulis
namun telah disepakati, bahwa apabila seorang telah ikut mandaring
40 Karuau atau mangaruau adalah jerit tangis histeris pada saat terjadi
peristiwa kematian.
41 Diyakini berpahala.
42 Jenis-jenis peti mati.
228
pada hari pertama, maka ia harus juga hadir mandaring di rumah
duka tersebut selama tiga malam terus menerus. Apabila hal ini tidak
ditaati, maka didenda karena telah dianggap melanggar adat.
Pada malam hari, dilaksanakan acara puar atau hapuar yaitu
daun kelapa kering yang masih berlidi atau bambu kering yang dibuat
menyerupai batang lidi, dibakar ujungnya, kemudian ujung yang
berapi disentuhkan ke kulit tubuh pelayat yang malam itu berkumpul
di rumah duka, boleh saling balas membalas atau menghindari
sentuhan. Kegiatan ini menjadikan para pelayat yang mandaring di
rumah duka menjadi tidak mengantuk, karena saling usik dan tidak
boleh ada kemarahan. Pada saat penguburan, semua pelayat yang
hadir dalam upacara akan turut berduka dan menundukkan kepala.
230
tertentu, lalu ancak tersebut digantungkan. Kedua sajen tersebut
ditujukan kepada :
1). Roh baik yang telah mengusahakan segala sesuatunya
hingga berjalan lancar tanpa halangan, maksudnya sebagai
ungkapan terima kasih.
2). Ditujukan kepada Roh jahat agar tidak mengacaukan
suasana dan jangan mengganggu ahli waris dan keluarga
yang sedang dalam keadaan berduka.
Upacara Tiwah
foto
Persiapan akhir menjelang upacara Tiwah.
( Foto : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut )
foto
Penggalian tulang.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )
foto
Membersihkan tulang.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )
foto
231
Menikam binatang korban – kerbau.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )
foto
Ritual Adat.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )
foto 1 foto 2
Basir .
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )
44 Nama-nama keempat puluh lapisan embun lihat hal lain buku ini.
232
Prinsip keyakinan Kaharingan menyatakan bahwa tanpa diantar
ke lewu liau dengan sarana upacara Tiwah, tak akan mungkin
arwah mencapai lewu liau. Bila dana belum mencukupi, ada
kematian, pelaksanaan upacara Tiwah boleh ditunda menunggu
terkumpulnya dana dan bertambahnya jumlah keluarga yang
akan bergabung untuk bersama melaksanakan upacara sakral
tersebut. Upacara besar yang berlangsung antara tujuh sampai
empat puluh hari tentu saja membutuhkan dana yang tidak
sedikit, namun karena adanya sifat gotong royong yang telah
mendarah daging, maka segala kesulitan dapat diatasi. Tumbuh
suburnya prinsip saling mendukung dalam kebersamaan
menumbuhkan sifat kepedulian yang sangat mendalam sehingga
kewajiban melaksanakan upacara Tiwah bagi keluarga-keluarga
yang ditinggalkan didukung dan dilaksanakan bersama oleh
mereka yang merasa senasib dan sepenanggungan.
c. Salumpuk Bereng yaitu raga manusia yang telah terpisah dari
jiwa karena terjadinya proses kematian. Setelah mengalami
kematian, salumpuk bereng diletakkan dalam peti mati, sambil
menunggu pelaksanaan upacara Tiwah, salumpuk bereng
dikuburkan terlebih dahulu.
d. Pengertian dosa
Tiga hukuman dosa yang harus ditanggung oleh Salumpuk liau
akibat perbuatan semasa hidupnya :
1). Merampas, mengambil isteri orang, mencuri dan
merampok. Hukuman yang harus dijalani oleh Salumpuk
liau untuk perbuatan ini ialah menanggung siksaan di Tasik
Layang Jalajan. Untuk selamanya mereka akan menjadi
penghuni tempat tersebut. Di tempat itu pula Salumpuk liau
harus mengangkat barang-barang yang telah dicuri atau
dirampok ketika hidup di dunia. Barang-barang curian
tersebut akan selalu dijunjung sampai pemilik barang yang
barangnya dicuri meninggal dunia.
2). Ketidakadilan dalam memutuskan perkara bagi mereka
yang berwewenang memutuskannya, yaitu para kepala
kampung, kepala suku dan kepala adat. Mereka juga akan
dihukum di Tasik Layang Jalajan untuk selamanya dalam
rupa setengah kijang dan setengah manusia.
3). Tindakan tidak adil atau menerima suap atau uang “Sorok“
bagi mereka yang bertugas mengadili perkara di Pantai
Danum Kalunen (dunia). Mereka akan dimasukkan ke
dalam goa-goa kecil yang terkunci untuk selamanya.
233
a. Runi yaitu jenis peti mati yang terbuat dari batang kayu bulat,
bagian tengahnya dibuat berongga/diberi lubang dan ukuran
lubang tengah disesuaikan dengan ukuran salumpuk bereng yang
akan diletakkan di situ.
b. Raung yaitu peti mati terbuat dari kayu bulat, seperti peti mati
pada umumnya, ada tutup peti pada bagian atas.
c. Kakurung, yaitu jenis peti mati pada umumnya terbuat dari
papan persegi empat panjang, dengan tutup dibagian atas.
d. Kakiring, peti mati berbentuk dulang tempat makanan babi,
kakinya berbentuk tiang panjang ukuran satu depa.
e. Sandung, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi, dengan
empat tiang.
foto
Sandung
( Foto : dokumentasi kel Tjilik Riwut ).
foto
Sapondu
( Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut)
234
q. Pantar Tabalien yaitu Pantar kayu jalan ke lewu liau.
r. Sandung Balanga, yaitu belanga tempat menyimpan abu
jenazah.
1. Balian
235
Tidak setiap orang sekalipun berusaha keras, mampu melakukan
tugas dan kewajiban sebagai Balian. Biasanya hanya orang-orang
terpilih saja. Adapun tanda-tanda yang mungkin dapat dijadikan
pedoman kemungkinannya seorang anak kelak dikemudian hari bila
telah dewasa menjadi seorang Balian, antara lain apabila seorang
anak perempuan lahir bungkus yaitu pada saat dilahirkan plasenta
anak tidak pecah karena proses kelahiran, namun lahir utuh
terbungkus plasentanya, juga sikap dan tingkah laku anak sejak kecil
berbeda dengan anak-anak pada umumnya, ia pun banyak
mengalami peristiwa-peristiwa tidak masuk akal bagi lingkungannya.
2. Basir.
Basir seperti halnya Balian adalah mediator dan komunikator
manusia dengan makhluk lain yang keberadaannya tidak terlihat oleh
mata jasmani. Di masa silam, Basir selalu seorang laki-laki yang
bersifat dan bertingkah laku seperti perempuan, namun untuk masa
sekarang hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dalam dunia spiritual
Basir memiliki kemampuan lebih, dalam hal pengobatan, khususnya
penyembuhan penyakit yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
mistik.
4. Mahanteran
Mahanteran atau Manjangen adalah mediator dan komunikator
manusia dengan Rawing Tempun Telun. Biasanya seorang
Mahanteran atau Manjangen, selalu duduk di atas gong, sambil
memegang duhung dan batanggui sampule dare 49.
48 Sebutan Telun untuk daerah Kahayan, dan Pisur untuk daerah Katingan.
49 Tutup kepala sejenis topi.
50 Sesepuh kampung
236
Tiwah 51, sehingga siapapun yang berniat meniwahkan keluarganya
mengetahui dan dapat turut serta. Setelah diumumkan, siapapun
yang ingin bergabung terlebih dahulu harus menyatakan niatnya
dengan menyebutkan jumlah salumpuk liau yang akan diikutsertakan
dalam upacara Tiwah. Setelah pendataan jumlah salumpuk liau yang
akan bergabung untuk diantarkan ke Lewu Liau, barulah ditentukan
dengan pemilihan siapa dari para Bakas Lewu yang pantas menjadi
“Bakas Tiwah” 52.
Setelah pemilihan Bakas Tiwah, barulah pembicaraan lebih
detail dilaksanakan. Detail pembicaraan antara lain menyangkut
jumlah kesanggupan yang akan diberikan oleh pihak-pihak keluarga
yang telah menyatakan diri akan bergabung. Kesanggupan itu
menyangkut masalah konsumsi, hewan-hewan yang akan
dipersembahkan sebagai korban juga bersama memutuskan siapa
pelaksana Upacara Tiwah itu nantinya, apakah Mahanteran atau
Balian.
Disamping ditawarkan kebutuhan-kebutuhan upacara Tiwah
sesuai dengan kemampuan masing-masing keluarga salumpuk liau,
masih ada beberapa persyaratan yang wajib harus disediakan oleh
pihak keluarga. Salah satunya, minimal wajib menyediakan seekor
ayam untuk setiap Salumpuk liau. Upacara diadakan di rumah Bakas
Tiwah, dengan waktu pelaksanaan ditentukan musyawarah. Pada
hari yang ditentukan, semua keluarga berkumpul di rumah Bakas
Tiwah.
Hari pertama :
Upacara diawali dengan mendirikan sebuah bangunan berbentuk
rumah yang dinamakan Balai Pangun Jandau yang artinya
mendirikan balai hanya dalam satu hari. Persyaratan yang harus
dipenuhi ialah seekor babi yang harus dibunuh sendiri oleh Bakas
Tiwah. Setelah Balai Pangun Jandau selesai dibangun, Bakas Tiwah
melakukan Pasar Sababulu yaitu memberikan tanda buat barang-
barang yang akan digunakan untuk upacara Tiwah nantinya dan
menyediakan Dawen Silar yang nantinya akan digunakan untuk
Palas Bukit.
Hari kedua :
Hari kedua mendirikan Sangkaraya Sandung Rahung yang
diletakkan di depan rumah Bakas Tiwah, gunanya untuk menyimpan
tulang belulang masing-masing salumpuk liau. Setelah itu seekor
237
babi dibunuh diambil darahnya untuk memalas Sangkaraya
Sandung Rahung. Di sekitar Sangkaraya Sandung Rahung dipasang
bambu kuning dan lamiang atau Tamiang Palingkau, juga kain-kain
warna kuning dan bendera Panjang Ngambang Kabanteran Bulan
Rarusir Ambu Ngekah Lampung Matanandau 53.
Di hari kedua ini alat-alat musik bunyi-bunyian seperti gandang,
garantung, kangkanung, toroi, katambung dan tarai mulai
dibunyikan. Namun terlebih dahulu semua peralatan musik, juga
semua perkakas yang akan digunakan dalam upacara Tiwah dipalas
atau disaki dengan darah binatang yang telah ditentukan.
Pada hari itu pula seorang Penawur mulai melaksanakan
tugasnya menawur untuk menghubungi salumpuk liau yang akan
diikutsertakan dalam upacara Tiwah tersebut agar mengetahui dan
memohon izin kepada para Sangiang, Jata, Naga Galang Petak,
Nyaring, Pampahilep. Juga pemberitahuan diberikan kepada
Sangumang, Sangkanak, Jin, Kambe Hai, Bintang, Bulan, Patendu,
Jakarang Matanandau.
Mereka yang hadir dalam acara tersebut berbusana Penyang
Gawing Haramaung, Baju Kalambi Barun Rakawan Salingkat
Sangkurat, Benang Ranggam Malahui, Ewah Bumbun dengan
memakai ikat kepala atau Lawung Sansulai Dare Nucung Dandang
Tingang, serta di pinggang diikat dohong Sanaman Mantikei. Pada
leher dikalungkan Lamiang Saling Santagi Raja. Ketika bendera
dinaikkan di atas sangkaraya, mereka yang hadir baik laki-laki atau
perempuan, tua, muda, berdiri mengelilingi sangkaraya, dilanjutkan
Menganjan54 untuk menyambut dan menghormati para Sangiang
yang telah hadir bersama mereka untuk mengantarkan Salumpuk
liau menuju Lewu Liau.
foto
Manganjan
(Foto : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut
Hari ketiga:
Pada hari ketiga, babi, sapi atau kerbau diikat di tiang
Sangkaraya. Kemudian tarian Manganjan diawali oleh tiga orang
yang berputar mengelilingi Sangkaraya. Semua bunyi-bunyian saat
itu ditabuh, pekik sorak kegembiraan terdengar disana-sini, suasana
238
meriah riang gembira. Pada hari itu beras merah dan beras kuning
ditaburkan ke arah atas. Setelah Menganjan selesai, mulailah acara
membunuh binatang korban. Darah binatang yang dibunuh
dikumpulkan pada sebuah sangku dan akan digunakan untuk
membasuh segala kotoran. Diyakini bahwa darah binatang yang
dikorbankan tersebut adalah darah Rawing Tempun Telun yang telah
disucikan oleh Hatalla. Kemudian darah tersebut digunakan untuk
menyaki dan memalas semua orang yang berada dalam kampung
tersebut, juga memalas batu-batuan, pangantuhu, minyak
sangkalemu, minyak tatamba, ramu, rakas, mandau, penyang,
karuhei, tatau serta semua peralatan yang digunakan dalam upacara
Tiwah itu. Di samping untuk memalas, darah binatang korban tadi
juga dicampur beras, kemudian dilemparkan ke atas, serta segala
penjuru, juga ke arah mereka yang hadir dalam upacara. Dengan
melempar beras yang telah dicampur darah Rawing Tempun Telun
tersebut diharapkan semua jadi baik, jauh dari segala penyakit dan
gangguan, panjang umur dan banyak rezeki.
Hari ke empat
Pada hari empat ini diyakini bahwa Salumpuk liau pun turut
hadir serta aktif berperan serta dalam perayaan Tiwah tersebut
namun kehadirannya tidak terlihat oleh mata jasmani. Salumpuk liau
jadi semakin bahagia dan gembira ketika para keluarga, baik ayah,
ibu, anak, paman, bibi, kakek neneknya hadir berkumpul di situ, dan
menemui mereka yang hadir dalam perayaan tersebut, mereka
menggosokkan air kunyit ke telapak tangan dan kaki mereka yang
hadir, menuangkan minyak kelapa di kepala para tamu, sambil
menuangkan baram dan anding 55 serta menawarkan ketan, nasi,
kaki ayam, serta lemak babi yang diakhiri dengan menyuguhkan
rokok dan sipa 56.
Setelah itu di dekat Sangkaraya didirikan tiang panjang
bernama Tihang Mandera yang maknanya pemberitahuan kepada
siapapun yang datang ke kampung tersebut bahwa dalam kampung
tersebut sedang berlangsung pesta Tiwah, berarti kampung tersebut
tertutup bagi lalu lintas umum. Mereka yang belum memenuhi
persyaratan yang harus dilakukan dalam pesta Tiwah, antara lain
belum disaki atau dipalas 57 dilarang menginjakkan kaki di kampung
itu. Tidak mentaati aturan, resiko tanggung sendiri. kemungkinan
ditangkap, pada hari itu pula dibunuh lalu ditaruh di Sangkaraya,
dipotong kepalanya sebagai pelengkap upacara Tiwah.
239
Kemudian seorang penawur duduk di atas gong, sambil
manangking Dohong Nucung Dandang Tingang. Pertama-tama
penawur berkomunikasi dengan semua orang yang telah meninggal
dunia untuk memberitahukan bahwa mereka yang nama-namanya
disebut akan diantarkan ke Lewu Liau. Kemudian berkomunikasi
dengan para Sangiang, Jata, untuk memohon perlindungan bagi
semua sanak keluarga salumpuk liau yang ditiwahkan serta para
hadirin yang hadir dalam upacara tersebut agar dijauhkan dari sakit
penyakit serta jauh dari kesusahan selama terlaksananya upacara
Tiwah tersebut.
Komunikasi selanjutnya ditujukan kepada setan-setan, kambe
dan jin-jin agar tidak mengganggu jalannya upacara, jangan sampai
terjadi kematian mendadak, orang terluka, sakit, jangan terjadi tulah
malai dan jangan sampai terjadi perkelahian. Setelah itu Antang 58
penghuni Tumbang Lawang Langit dipanggil untuk mengamati,
serta menjaga kemungkinan datangnya musuh yang berniat
mengganggu proses pelaksanaan upacara sakral tersebut. Setelah itu
burung elang datang dan terbang melayang-layang di diatas tempat
upacara Tiwah berlangsung untuk mengawasi suasana serta menjaga
keamanan kampung itu.
Kemudian pada bangunan Balai Pangun Jandau diletakkan
sebuah gong yang berisi beras kuning, rokok, sirih, maksudnya
sebagai parapah59 bagi tamu-tamu dan para ahli waris Salumpuk
liau yang sedang di-tiwah-kan juga diikat Sulau Garanuhing.
Selanjutnya penawur berkomunikasi kepada Gunjuh Apang
Pangcono yaitu “Raja Pali“ Sang Penguasa segala bentuk larangan
yang harus ditaati penduduk bumi. Pemberitahuan dan permohonan
izin pelaksanaan Tiwah yang dilaksanakan selama tujuh atau empat
puluh hari dimaksud untuk menghindari kesalahpahaman Raja Pali
akan peristiwa sakral tersebut.
Proses selanjutnya didirikan Hampatung Halu, yang diikat
sebutir manik hitam dengan tengang beliat 60 yang ditanam pada
tanah perbatasan kampung dimana upacara Tiwah sedang
dilangsungkan dengan perkampungan lain yang tidak sedang
mengadakan upacara Tiwah. Sejak hari itu hukum pali mulai
dilaksanakan oleh para ahli waris Salumpuk liau. Batas waktu
pelaksanaan hukum pali telah ditentukan yang artinya bukan
selamanya.
Adapun larangan-larangan itu adalah sebagai berikut :
1. Pali makan rusa – dilarang makan rusa.
58 Burung Elang.
59 Persembahan
60 Benang liat-lentur.
240
2. Pali makan kijang.
3. Pali makan kancil/pelanduk
4. Pali makan kelep61 dan kura-kura.
5. Pali makan kera.
6. Pali makan Beruk 62
7. Pali makan Buhis 63
8. Pali makan Kalawet 64
9. Pali makan Burung Tingang /Burung Enggang.
10. Pali makan Burung Tanjaku.
11. Pali makan Ahom 65.
12. Pali makan Mahar66.
13. Pali makan Ular.
14. Pali makan Tahatung.67
15. Pali makan Angkes.
16. Pali makan buah rimbang.
17. Pali makan daun keladi.
18. Pali makan ujau.
19. Pali makan dawen bajai- daun bajai.
Hari keempat :
Kanjan diawali oleh empat orang.
Hari kelima :
Hari ini Pantar Tabalien didirikan. Pantar Tabalien yaitu jalan
yang akan dilalui salumpuk liau menuju Lewu Liau, berbentuk tiang
yang terbuat dari kayu ulin atau kayu besi yang menjulang tinggi ke
atas, dengan tinggi mencapai 50 sampai 60 meter dari tanah.
Pada hari ini pula hewan-hewan yang dikorbankan yaitu kerbau
atau sapi diikat di sapundu dan mereka yang hadir mengelilingi
sapundu tersebut, menganjan tanpa henti baik siang maupun malam.
61 Bidawang.
62 Sejenis kera.
63 Sejenis kera
64 Sejenis kera.
65 Sejenis tenggiling.
66 Sejenis musang.
67 Landak.
68 Jipen satu
241
Saat itu pula Sandung dan Pambak tempat menyimpan salumpuk
bereng mulai dibuat, yang setelah siap terlebih dulu dipalas dengan
darah kerbau, sapi atau babi. Kemudian selama tujuh hari Sandung
tersebut dipali yaitu selama tujuh hari mereka yang lalu lalang di
kampung tersebut terkena pali dan wajib menyerahkan sesuatu
miliknya berupa benda apa saja untuk menetralisir pali yang
menimpanya. Kemudian Talin Pali 69 diputuskan.
Sebuah Tajau atau belanga dengan ukuran besar dan mahal
harganya diletakkan disamping patung besar yang terbuat dari kayu,
namanya Sandaran Sangkalan Tabalien, Ingarungkung dengan
Lalang Pehuk Barahan. Keyakinan suku Dayak belanga berasal dari
langit ketujuh oleh karena itu siapapun yang ingin diantar ke Lewu
Liau yang terletak di langit ketujuh wajib memenuhi persyaratan
sebuah belanga, dan tentu saja juga menyediakan binatang-binatang
korban karena sejak hari ke lima dan seterusnya akan banyak
masyarakat berdatangan, berkumpul, bergabung menganjan
mengelilingi hewan-hewan yang akan dikorbankan, baik siang
maupun malam untuk menghormati Salumpuk liau yang segera akan
dihantar ke tujuan. Keperluan masak memasak lebih dilengkapi lagi,
bambu dan daun itik mulai dikumpulkan karena makanan akan
dimasak di dalam bambu, kemudian dibungkus dengan daun itik.
Puncak Upacara
69 Tali pali.
70 Alat musik sejenis gendang berukuran kecil.
242
begitu saja diterima. Mereka yang datang, terlebih dahulu di uji
keberaniannya.
Begitu rombongan tamu turun dari lanting rakit yang
ditumpangi, mereka disambut dengan laluhan, taharang dan
manetek pantan. Batang kayu bulat yang panjangnya dua meter,
diikat melintang pada tiang setinggi pinggang dan diletakkan di
depan rumah Bakas Tiwah. Kepada tamu yang datang, Bakas Tiwah
bertanya asal usul rombongan yang baru saja datang, tujuan
kedatangan juga nama dan jenis binatang yang dibawa.
Kemudian rombongan tamu akan menjawab pertanyaan tersebut
bahkan tidak lupa menceritakan tindak kepahlawanan yang pernah
mereka lakukan. Untuk membuktikan kebenaran perkataan mereka,
Bakas Tiwah meminta kepada para tamunya untuk memotong kayu
penghalang yang ada di depan mata mereka. Bila mampu memotong
hingga patah berarti benar mereka adalah para ksatria yang memiliki
keberanian luar biasa, gagah perkasa pantang menyerah, baru
kemudian mereka dipersilahkan bergabung.
Cara kedua :
1). Tikaman pertama dilaksanakan oleh Bakas Tiwah, kemudian ia
berhak menerima paha kanan binatang yang telah ditombaknya.
2). Tikaman kedua oleh kepala rombongan yang datang dengan
lanting rakit dan telah berhasil memotong pantan, ia berhak
mendapat paha kiri binatang yang ditombaknya.
243
3). Tikaman ketiga oleh Bakas Lewu, kemudian ia berhak
mendapatkan dada dan jantung binatang yang ditombaknya.
71 Ahli waris yang memilih dan menentukan peti mati jenis apa yang akan
digunakan.
244
lewu liau, tanda mata diberikan kepada mereka, bahkan ketika
mereka yang melaksanakan upacara akan pulang ke kampung dan
rumah mereka masing-masing, masyarakat yang telah turut hadir
dalam upacara Tiwah berbondong-bondong mengantarkan mereka
sampai ketempat yang dituju.
72 Meminta Untung
245
2. Raja Tabela Basandar Ranjan Kanarohan Rinyit
Kangantil Garantung.
3. Tarung Lingu, Kanyumping Linga, Asun Tandang
Panangkuluk Enteng.
4. Bulan Pangajin Sambang Batu Bangkalan Banama.
5. Balu Indu Iring Penyang.
6. Haramaung Lewu Danum Jalayan.
7. Pambujang Linga.
8. Pambujang Hewang.
248
enteng uluh lewu danum jalajan, uluh rindang labehu pali tuntang
kare bulau pangajin sambang batu bangkalan banama. Balu indu
iring pinang, uluh lewu danum jalayan, hayak manenteng hanyin
katabelan uluh balai ltuyang katabelan uluh balai suling bulau,
katabelan uluh balai entas,katabelan uluh balai nyaho, telu puluh
ruang tuntang katabelan uluh balai Palangka nambulang tambun,
anak salibayung antang, mahutu Penyang, uras nyahuan usang,
hadurut lunuk hayak mandurut papan talawang mahapan tantang
burung dahiang, malentui gentui daren lintung, hapaharis rayung
baya tandak, lapik banama antng manamuei tapeting ayung,
kenyui mangja.
Ie jari bitim behas, jadi barakandung peteh, pantai danum
kalunen, entan bulau, batiang janjin, luwuk kampungan bunu, jadi
peteh manyiret. Kilau lanting darai janji manalan. Mampahulang
naharantung nyalung, te kareh tandakm panjang, halawu
bumbung dawen purun, karungutm ambu harenda pandung, bulau
tambun , jadi sukup tuntur, kilau bulan bele manyinai nenteng
sukup palakue tingkah pahawang nangkunyahe tatau. Kilat baputi
dia kanatah hintan, hijir bahenda dia nanggalung bulan, tawurku
belum baun pingan rungan etan bulau bahanjung mangkuk
saramurung laut, bahing jarambang, nipas marung garing
gantungan, pusuk rawung bambau ukei, hayak enum bandadang, te
palus manjakah behas tuh auch :
Ije, due, telu, epat, lime, jahawen, uju ije kalabien ketun sintung
uju due kalambungan ketun lambung hanya, te palus manekap
katambung, nampara nampulilang liau.
Toh ie auch :
Liiiiii liala – liaang liau matei randang are mananjung ambun.
Saran kuwu bajumbang nihau nambahui rahu nawan bulan, palus
teneng tendur gandang nyaring menteng randah are babalai
bungking lunuk, rintuh rinau, tuwung siakung tatau, basali tanduh
babulung bulau, mikeh are bunu baletuk ngandang andau panurean
dare, talawang, batesei manturana pakaluyang bulau, are timpung
jari tampahar harus laut, unduk ampah tanjung ambun buang,
bulau balemu mantap kasalananggalung petak sintel manajung
halentur liau, mahapan pahulanger bulan, tiling petak jajulana
kahem pahulanger bulan nyaluluk. Te palus teneng gandang
tambun jete, hapamuntung luang kalang labehu handalem rintuh
rinau tuwung ihing . . . Hatalla baparung rangkang huang danum,
sama manetep tuwung tambun rayung tatau, manipas ulek lawin
lanting raja. Mangat sama ela balisang panjang ije gawang tingang
rata ela balakas ambu, dinun due kasambutin antang awang matei
hila ngaju, nasat kabangkang nayu-nayu, hasapau dawen birun
bukit, hatingkap pusuk rahing tarung, awang matei junjun helu,
249
nihau tutuk panambalun tambun, jadi nyahuangku buli batang
danum katimbungan nyahu, gohong santik malelak bulau, tanjung
rahu ngalingkang bulan halaliangku buli sandung garing,
kamalesan karatu lumpung matanandau, bahalap nyapau pisih
rarindap langit kamalipir burung piak liau, hakalusang patung.
Nyamping bulan lembut nyarahan andau pandang, pandang
kaninding saramin sina rarajak saruk suling ringun tingang,
kalalambang tambun, mateiu lunjang lenjut. Kanalantai lamiang
kanungket bajihi tambun, bajihi bulau tarahan tawe-tawe
manyamei halampat nyahu nangkuang burung piak liau hatarusan
pantung baya tau mansanam kaban lumpat lawang langit ie
gagahan Telun mama Tambun bunu kandayu lanting jahawen,
kanyaki liau Randin tandang, meto rama batanduk garing, bahalap
bajela rohong bakadandang uru jejerupan perun tambun.
Awang matei ,nambit mambahete halaiyangku buli bukit
pasahang braung, kamalesang kereng rohanjang tulang, buli
pampang raung, kamelasang kereng buli hatelangkup rabia,
kanarah hanjaliwan matei lunjang lenjut, kanahintip talampe,
tapalumpang limpet.
Bahalap nyaluang, uei ringka, pakur layang antang, nambaji
garing handue uju hansasulang, kabantikan asai menteng ije tawae,
jalan liau matei nabasan dohong, nakaje andau bunu nalanjat
pandange , sama netep garing kapandukae munduk jiret sihung
kabahena, kabahena bajanda, ela naharantung bahing pantung
sambang, ela nyampilek bambi hengan lohing belum tumbang
kapanjungan panjung, haring saluhan antang nahuei, bakulas aku
muta tingang, parakanan renteng bantus manela bungai hajanjala
tundu-tundu balaku badandang lantaran tanjung Ambun, jalangku
manjurung tawur namuei langit balalu batehan laberuh luwuk
enon, sandung danun dua kapamarau langit, tanduhangku
mangkat entan bulan mangaja lambang bulau bara gantung totok
timung tandak, liau matei sambile mangantau sambung santin
karunya bapilu nihau ulang bajambilei, hindai aku mungkang
tandakm, tawur ije halawu bumbung daren purun hindai menjung
karungut etan bulau harende pandung, balau tambun –te palus
malik tinai tekap sambang, te toh iye auch :
Manturan behas te iyoh-iyoh bitim tawur ela tarewen matei
halawu bumbung daren purun, ela sabanen ajung hatilalian
hariran etan bulan, harende pandunge balau tambun, basa
tawangku panamparan belum, bara hemben horan.
Patiana pamalempang bara zaman totok panambalon tambun
puna bitim behaas pantis kambang kabanteran bulau balitam etam
bulau tahutun lelak lumpung matanandau, pantis kambang garing
manyangen, ie hajamban teras kayu engang tingang hatatean
250
lohing kayu anduh nyahu ie halalawu bukit kagantung gandang
harenda kereng nunyang, malangka langit. Palus nangkalume putir
Selung Tamanang ewen ndue Raja Nangking langit, mijen timpung
uju hatantilap pahangan hanya hatalamping, ie palus hajanjuri
hanjak, nyahu mangaruntung langit, panatekei humba kilat
malambai ambun kapamalem malentur balitam, totok tambalun
tambun hayak enon haganggupa ie palus kaput biti alem, pain bukit
tunjung nyahu lilap, hanggupa tanda puruk kereng sariangkat
kilat halawu. Petak sintel hambalambang tambun, harenda riang
dedet habangkalan garantung. Belum tandah hakaluwah
nyakelang uru jajarupen purun tambun, haring lamabat
hambalaun nyampali, kanarah lintung talawang, ie duam kauju
andau, belum nahabulun urung, naring tingkah singan behau belum
runja-runjat ampin bilis manyang mananjak, pangarawang baun
tiwing panjang hari tapu-tapu tingkah sahempun pasang bara
tumbang danum, ie palus mandawen handadue manumbung dinun
hatantelu, palus karimahan soho manggandang bara jalayan bulu,
danum nyamuk pasang bara tumbang danum. Kueh maku leteng
kambang nyahun tarung, puna bitim hai kuasam belum, tampan
jata bara huang danum, enon suka nilap batu kilat tinting balitam
datuh jema hamaring, puna selung Hatalla bara lawang labehu
langit, ie umbet kanumpuh bujang, sedang handiwung kesampelau
belum, te palus hatarung pulu ngalingkang pulau, luntur
bahandang batinting lima balas.
Akan batang danum ngabuhi bulau burung tumpah bua
nyembang hatuen burung kajajirak laut, palus mandung bitim
marantep kilau hendan bulau, nangkuyang bilatamu nahajib
tingkah lanting rabia, te bukum jadi handiwung pakandung pusue,
sawang bapangku anak, pandung malelak bulau, ie umbet bula
katugalam belum sadang bintang patendum hamaring.
Ie rawei banama baongkar puat, ajung jawu dagange
handiwung banbaukei pusu pundung malelak bulau, bauhat rentai
nyangkabilan bawak nambuku tisim, galigir bintang, nambatang
suling, ringun tingang, mandawen simbel bulau bakatantan jari
bulau jandau. Ie mangambang bulau, taparuyang rayuh, malelak
hintan tapang rundang rundai babehat babatu pating, bateras
nyalung Kaharingan belum. Baluhing gohong, paninting aseng, ie
rawei awang hatue kamampan bunu nantaulah anju tanjuren
teken.
Hababiyan karayan tantanjuk rangkan , bapa manambang
bitim kilau manambang banana manungkah laut, manangkep
balitam, ruwan manangkep ajung hatatean hareran.
Ie palus rawei masak manalajan pating ripu mangantien tundu
palus nangkung nangkuluk gentu nanpung penyang. Nundun
251
balitam tingkah nundum paturung, ie lentu-lentu oleh tingang
tempun hemben horan naji-najing antang sangiang totok tambalun
tambun palus nagaggre gangguranan arae, nasuwa sebutan bitim,
ie parei, tangkenya mampan baun tiowong panjang parei karumis
mampan jalan, parei tanjujik helang uhat
252
BAB VIII
ORGANISASI SOSIAL
Dasar
Tiga hal yang menjadi dasar dalam hukum adat suku Dayak 1
yaitu :
1. Menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Penciptanya.
2. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban warga suku sendiri.
3. Menjaga stabilitas keamanan, relasi dan ketertiban warga suku
dengan warga lain di luar sukunya.
Jabatan Telun
Jabatan Telun berhubungan langsung dengan agama
Kaharingan, dan membawahi hukum adat suku Dayak. Itu berarti
bahwa Telun tidak termasuk dalam jabatan atau anggota kerapatan
adat dan ia tidak mempunyai pengaruh dan wewenang apapun dalam
hukum adat.
Demi kebenaran, saksi dan mereka yang berperkara terlebih
dahulu harus disumpah. Pelaksanaan sumpah, dilakukan oleh Telun.
Sejak jaman dahulu kala, orang Dayak memandang sangat hina
seorang yang tidak jujur, tidak menepati janji, dan pencuri. Hukuman
dari masyarakat bagi mereka sangat berat dan selama hidup namanya
menjadi cacat serta hanya akan dipandang sebelah mata oleh
lingkungannya.
Sekalipun orang Dayak tidak memiliki aksara, mereka memiliki
kedisiplinan tinggi dalam bertutur kata. Setiap kata yang terucap,
mengandung resiko. Janji bagi orang Dayak, berarti segalanya. Ingkar
janji tanpa alasan yang kuat dan tepat, bisa membuat seseorang akan
Pengaruh Adat
Peraturan adat di masa lalu, apabila ada asang dan kayau,
perempuan dan anak-anak tidak boleh dibunuh. Terkecuali untuk
perempuan yang ikut terjun langsung dalam peperangan, boleh
ditangkap untuk dijadikan jipen 5.
Kebebasan sebagai budak baru akan diperoleh apabila pihak
yang kalah ataupun kaum keluarganya menebus. Besarnya tebusan
ditentukan oleh kerapatan adat. Di saat perang berlangsung, apabila
3 Danau sesat.
4 Mencuri dan merampas berbeda.
5 Jipen berarti budak.
255
ada musuh yang telah menyatakan marup yang berarti menyerah,
tidak diperkenankan untuk dibunuh.
Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Kesetaraan jender, bukan merupakan hal yang baru bagi
mereka. Peran serta dalam tugas kemasyarakatan, berperang,
memangku jabatan Kepala Adat atau Mantir, mengurus rumah
tangga, mencari nafkah, siapapun boleh melakukannya baik laki-laki
maupun perempuan, asalkan mau dan mampu.
Posisi Pengganti
Anak laki-laki atau anak perempuan juga menantu, merupakan
calon pertama apabila seorang kepala adat meninggal dunia. Tetapi
jika musyawarah adat memutuskan bahwa calon pengganti pertama
dianggap tidak mampu, atau karena masih terlalu muda, maka hak
pengganti dapat dipindahkan dengan cara pemilihan umum.
Sudah merupakan suatu tradisi bahwa pada setiap penggantian
pimpinan, selalu diadakan pesta besar yang diadakan oleh
masyarakat. Pesta tersebut dimaksud sebagai ungkapan rasa gembira
dan ungkapan rasa syukur. Biasanya pimpinan baru tersebut
mendapat suatu gelar yang disesuaikan dengan usianya. Misalnya
Temanggung, Singa, Jaga, Patih, Kanduran, Ngabe, Macan.
Seorang Dayak yang usianya masih sangat muda, tidak akan berani
memangku gelar yang terlalu berat, mereka takut kualat yang disebut
basahu malai.
Hukum Istimewa
Hukum adat suku Dayak juga memiliki pasal yang ditujukan
untuk melindungi dan menjaga orang asing yang masuk ke
daerahnya. Suatu penghinaan apabila orang asing tersebut menderita
atau mengalami kesusahan di daerah suku Dayak. Di lain pihak,
orang asing yang masuk ke daerah suku Dayak, juga dituntut untuk
mematuhi aturan yang ada.
Aturan tersebut, antara lain menyatakan bahwa orang asing yang
masuk ke daerah suku Dayak, setelah melaporkan diri dan
menyerahkan nasibnya kepada Kepala Adat serta telah menyatakan
janji untuk tunduk kepada hukum adat suku Dayak, maka
kehadirannya wajib diterima serta keamanannya menjadi tanggung
jawab warga masyarakat secara bersama-sama. Akan tetapi, apabila
orang asing yang datang mengunjungi mereka itu tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan, membuat kekacauan,
mungkin saja keselamatannya bisa terancam.
256
Kehadirannya bisa dianggap sebagai perusak dan pengganggu
keamanan suku. Lebih fatal lagi apabila orang asing tersebut telah
melakukan kesalahan besar, lebih-lebih kesalahan yang dilakukan
kepada Kepala Suku ataupun pimpinan agama, maka hukuman mati
bisa dialami. Akan tetapi apabila perkaranya hanya kecil saja, maka
hukumannya dapat dijadikan jipen atau budak.
Tentang Perkawinan
Perkawinan yang tidak dibenarkan oleh hukum adat Dayak:
1. Perkawinan dalam usia yang terlalu muda.
2. Perkawinan dua saudara laki-laki dengan dua saudara
perempuan9.
3. Perkawinan Hasansulang10.
4. Perempuan kawin, kemudian pindah agama.
5. Perkawinan dari satu turunan laki-laki yang lurus, sampai
turunan keempat 11.
Suatu hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya
hubungan anak dengan sanak keluarganya. Maksudnya hubungan
anak dengan keluarga dan kerabat pihak bapak dan ibu adalah sama,
sekalipun dalam kenyataannya banyak terjadi suami tinggal serumah
dengan mertua dimana anak-anak akan lebih akrab dengan keluarga
pihak ibu. Tetapi sesuai hukum adat, hak dan kewajiban adalah sama.
Dalam larangan-larangan perkawinan, hukum waris, kewajiban, tidak
ada perbedaan.
Papas Dakwa
Untuk perkara yang kurang jelas dan demi menjaga ketertiban
masyarakat, maka Hukum Papas Dakwa yang digunakan.
Hukum Terabang
Apabila dalam suatu perkara, pemeriksaan yang dilakukan
dianggap masih kurang jelas atau disebabkan tertuduh tidak mau
hadir dalam persidangan, maka hukum terabang yang akan
digunakan. Tetapi hukum terabang berubah menjadi pemeriksaan
8 Membersihkan.
9 Maksudnya isteri-isteri saudara kandung, suami-suami, saudara kandung.
10 Seorang laki-laki yang menikahi saudara iparnya.
11 Sepupu dua kali.
259
yang kedua kalinya apabila pada akhirnya terdakwa mau hadir dalam
persidangan.
Mengenai hukum adat suku Dayak, ketentuannya telah
ditetapkan oleh Kerapatan Besar di Kampung Hurong Anoi atau
Tumbang Anoi, Kahayan Hulu, yang dihadiri oleh para pemuka,
ketua-ketua rapat adat Demang seluruh Kalimantan, termasuk
Kalimantan Utara pada tahun 1892.
Di dalam keputusan kerapatan besar tersebut, telah ditetapkan
garis-garis besar hukum adat yaitu :
1. Mendamaikan perselisihan yang telah terjadi karena peperangan,
antara lain cara mengayau.
2. Mensahkan garis-garis besar hukum adat Dayak dan hukum
setempat.
260
jujuran tersebut oleh orang tua pihak perempuan akan diserahkan
kepada kedua mempelai.
Kemudian kedua mempelai berjanji satu sama lainnya bahwa
apabila salah satu dari keduanya memutuskan tali pertunangan maka
pihak yang mengingkari janji wajib membayar palekak pisek atau
denda karena telah mengingkari janji pertunangan mereka. Denda
berupa jipen 1 atau jipen 2.
Apabila pernikahan telah berlangsung dan salah satu dari
keduanya memutuskan tali pernikahan, maka pihak yang telah
terbukti bersalah harus membayar palekak hatulang berupa
denda sebesar jipen 10 sampai jipen 15. Anak-anak yang dilahirkan
dari pernikahan itu tidak diizinkan ikut pada pihak yang salah.
Singer
Untuk menyinger orang yang bersalah, maka penuntut wajib
membayar penyerahan kepada Tokoh Kampung atau Kepala
Kampung. Di masa lampau, penuntut dan orang yang dituntut wajib
membayar, akan tetapi sekarang cukup hanya membayar uang meja.
1. Jika perkara yang ada dipimpin oleh seorang Demang, maka
penuntut wajib membayar uang Rp 5,- kepada Demang dengan
uang kontan, akan tetapi boleh juga ditaksir sesuai harga pada
umumnya.
2. Jika perkara yang ada dipimpin oleh seorang Pembakal, maka
penuntut wajib membayar uang meja sebesar Rp 2,5,-, berupa
uang kontan boleh diganti dengan barang sesuai harga pada
umumnya.
Pasal-pasal Singer 13
262
Pasal 31 : Singer Rampas Besei – Teken
Pasal 32 : Singer Rampas Arut – Timba.
Pasal 33 : Singer Rampas Pambulan
Pasal 34 : Singer Rampas Ramu Huang Huma
Pasal 35 : Singer Kabalang Dagang.
Pasal 36 : Singer Manduan Haluli 17
Pasal 37 : Singer Tawan Tatau
Pasal 38 : Singer Tawan jipen
Pasal 39 : Singer Karak Tanduhan
Pasal 40 : Singer Uap Karakup Tawan
Pasal 41 : Singer Peteng Lenge
Pasal 42 : Singer Umah Ambin
Pasal 43 : Singer PakaianSsinde Mendeng.
Pasal 44 : Singer Saki – Palas.
Pasal 45 : Singer Rubuh Balanga
Pasal 46 : Singer Pisek Halamaung lama
Pasal 47 : Singer Panyahepak Tungkun
Pasal 48 : Singer Kehun Lewu Huma
Pasal 49 : Singer Kehun Sandung Pantai Dengan
Kaleka
Lewu.
Pasal 50 : Singer Tandahan jipen
Pasal 51 : Singer Tandahan Hantuen
Pasal 52 : Singer Tandahan Dosa
Pasal 53 : Singer Tandahan Sarau
Pasal 54 : Singer Kabeluman 18
Pasal 55 : Singer Kabalangan Dagang
Pasal 56 : Singer Kasule Huang Uluh
Pasal 57 : Singer Kunus Kampung
Pasal 58 : Singer Suru Pali
Pasal 59 : Singer Tamahan
Pasal 60 : Singer Tutup Mate Sumbel Pinding
Pasal 61 : Singer Pahaliman Bandung
Pasal62 : Singer Pahaliman Rampas
Pasal 63 : Singer Karak Antang Duhi
Pasal 64 : Singer Lulut Ramu
Pasal 65 : Singer Talampin 19
Pasal 66 : Singer Uap Huma Surung Tahun
Pasal 67 : Singer Pahenyek
Pasal 68 : Singer tekap Tampar Bau Mate
263
Pasal 69 : Singer Panatupan20
Pasal 70 : Singer Kabaluman
Pasal 71 : Singer Panangkalau Dosa.
Pasal 72 : Singer Mansawe Nangkalau Kakae.
Pasal 73 : Singer Tambasan 21 Tungkun
Pasal 74 : Singer Sirat Kota Andau Lewu
Pasal 75 : Singer Palanggar Taung
Pasal 77 : Singer Pangaruti Pangaturui
Pasal 78 : Singer Kabehun Banae
Pasal 79 : Singer Kabaluan
Pasal 80 : Singer Sahut Sambat
Pasal 81 : Singer Makan Toba
Pasal 82 : Singer Susun atau Biat
Pasal 83 : Singer Pangaturui atau Pangaruti
Pasal 84 : Singer Orang Kena Saradang 22
Pasal 85 : Singer biat
Pasal 86 : Singer Tandahan takau
Pasal 87 : SingerMinjam Jukung
Pasal 88 : Singer Kabalangan Mamili Jukung
Pasal 89 : Singer Potong Pohon Buah-Buahan
Pasal 90 : Singer Kapahunan
Pasal 91 : Singer Manulah Manyumbang
Pasal 92 : Singer Negeri
Pasal 93 : Singer Tambalik Jela 23
Pasal 94 : Singer Pamandang Jihi
Pasal 95 : Singer Pamandang Huma.
Pasal 96 : Singer Pamandang Dapur.
20 Pandua.
21 Tambasan/Tamahan.
22 Dundang.
23 Parahius.
264
tambahan harus dihitung pula pembayaran segala kerugian waktu
perkawinan pertama dilaksanakan.
265
Pasal 7: Singer Sarau
Singer Sarau artinya hamil akibat ulah lelaki yang bukan
suaminya. Si laki-laki yang menjadi terdakwa tidak boleh disinger,
melainkan harus menunggu sampai anak itu dilahirkan. Sementara
itu perempuan itu harus diperiksa perhubungannya. Jika
perhubungan kedua orang itu sumbang (sala hurui) maka orang tua-
orang tuanya harus memotong sapi atau kerbau buat mamalas
kampung tempat kediaman mereka. Sementara bila perhubungannya
tidak sumbang, hanya perlu dipotong seekor babi saja untuk
mamalas. Ongkos-ongkos pemalasan itu harus dipikul oleh si laki-
laki yang sumbang itu. Kemudian si laki-laki yang sumbang itu harus
membayar denda jipen 6 sampai jipen 12 paling tinggi. Tetapi bila ia
mengambil perempuan itu menjadi isterinya hukuman menjadi lebih
ringan bila perhubungannya sumbang. Tetapi bila perhubungannya
itu tidak sumbang, dendanya hanyalah jipen 2 sampai jipen 6 dan ia
harus dipalas menurut kebiasaan adatnya saja.
266
Pasal 11: Singer Sala Basa dengan Sawan Uluh
Singer Sala Basa dengan Sawan Uluh artinya denda yang
diberikan kepada lelaki yang (tidak secara adat) berjalan atau berada
di suatu rumah berduaan dengan isteri orang tanpa ada temannya
dan sang suami tidak terima akan hal itu. Di sini laki-laki yang
melanggar adat itu dihukum denda jipen 1 atau jipen 2 yang dibayar
kepada suaminya atau ahli waris atau ibu bapaknya si perempuan itu.
267
Pasal 16: Singer Bunguhan
Singer Bunguhan artinya denda bagi pembunuh bayaran yang
mendapat upah yang tetap. Orang yang mengambil upah membunuh
itu, jika disinger oleh ahli waris orang yang dibunuh, harus dihukum
jipen 2 atau jipen 5 untuk “penyau sangguh”. Orang yang menyuruh
membunuh itu harus membayar pula kepada si pembunuh jipen 2
sampai jipen 4 untuk “tasih penyang”.
24 Denda
268
pembunuhan. Singer Paramun Hantu = minta pakaian, karena
diminta waris yang mati dibunuh oleh orang yang di-singer-nya itu.
Orang yang disinger dihukum membayar satu guci, satu senapan,
satu pucuk lamiang, satu jala, satu kelapa, satu sumpitan, satu tarai,
dua giring-giring, satu meriam, satu taring gajah, satu perahu, satu
dayung, satu kalumit batis, satu kuali kuantan dan piring mangkuk
secukupnya, lagi dua jipen, satu duhung tangking, satu sangkarut
karungkung sulau, satu tentang santagi bulau, dua sulang bulau
sansila pinding, satu lawung basulam, sapuluh bulau samenget.
Tetapi jika barang-barangnya itu tidak cukup, maka boleh dibayar
dengan sejumlah jipen 5 yang dinamai pakaian paramun hantu.
25 Panyuali Liau.
26 Pembunuhan.
27 Arwah.
28 Kampung.
269
Hukumannya begitu besar karena orang itu telah didakwa turut
membunuh. Bila orang yang membunuh itu membawa kepala orang
yang dibunuh/terbunuh itu sampai tiga hari lamanya dalam kampung
dengan ramai-ramai taharang tahusung dalam kampung, maka
hukumannya bayar jipen 10 kepada waris almarhum yang
menyinger.
270
Pasal 29: Singer Rampas Pambulan Macam-macam
Singer Rampas Pambulan Macam-macam = merampok
tanaman di kebun yang masih dipelihara orang dengan diberi tanda
yang cukup. Jika terbukti orang yang merampas dengan keterangan
yang sah, maka orang itu harus dihukum jipen 1 sampai jipen 2.
271
Pasal 35: Singer Kabalangan Dagang
Singer Kabalangan Dagang = singer bila menarik barang yang
sudah dijual. Walaupun harga sesuatu barang telah ditetapkan dan
akan dibayar oleh si pembeli, tetapi yang menjual tidak jadi, maka dia
ini harus dihukum dengan jipen 1 sampai jipen 2.
272
sambun dan saki palasnya pakaian sinde mendeng harus dibayar
oleh orang yang tertangkap itu.
273
empunya halamaung itu dan apabila guci besar ini ada cacatnya,
maka denda itu ditambah dengan jipen 3.
274
Singer Tandah Dosa = seorang perempuan mendakwa seorang
laki-laki mengganggu dia. Jika keterangannya tidak lengkap, maka
perempuan itu harus dihukum jipen 2 sampai 4.
275
Pasal 58: Singer Pali Harusak Binting
Singer Pali Harusak Binting artinya ada orang baru meninggal
kemudian keluarganya yang hidup membuat pali dengan memasang
rotan menyeberang batang air, menggantung buah-buah walaupun
sudah kering atau buluh penciduk air yang kosong dan parang
tombak digantung di mana rotan yang dipasang tadi dan daun
janjuang, artinya: barang siapa melewati itu, belum tujuh hari atau
empat belas hari, ia harus dihukum bayar kepada waris almarhum
yang membuat pali tadi, dari jipen 1 sampai jipen 2, yaitu dinamakan
singer tetesan pali suruk hinting.
276
Singer Pahaliman Takau artinya denda karena turut
menyembunyikan barang yang dicuri orang serta diketahui orang lain
bahwa ia ikut menyembunyikan barang yang dicari itu. Untuk ini ia
harus dihukum gong 2 sampai jipen 1. Tetapi kalau ia memperoleh
bagian dari barang yang dicuri orang itu hukumannya menjadi sedikit
berbeda sebab ia telah setengah mencuri. Kalau ia tidak mendapat
bagian seperti di atas, hukumannya dinamakan penyau dakwa.
277
Pasal 67: Singer Pahenyek
A dan B suami istri. Kemudian A berselingkuh dengan
perempuan C. Banyaknya hukuman A dan C tergantung utangnya.
Jika utang A jipen 10 dan B datang menyinger C, C mesti membayar
kepada B 10 biji sambas, jikalau dijadikan gong dua puluh dua
setengah kati. Hukuman ini dinamakan pahenyek.
278
hukuman tambasan tungkun dikenakan pada yang mengambil itu
dengan membayar jipen 2 paling tinggi jipen 6 untuk membayar
perkawinannya yang terdahulu.
279
bisa pulang ke rumah sedangkan B tidak pernah kembali (mati). Jika
dalam beberapa tempo A mencari tidak bisa menemukan B maka A
dihukum membayar paling sedikit jipen 2, paling tinggi jipen 4
kepada ahli waris B yang kuasa menerima.
280
jika seorang lelaki makan toba bunuh diri sebab istrinya berselingkuh
atau berjanji denga lelaki lain untuk bertungkun (kawin). Di sini
keterangannya harus cukup yang menguatkan kedua orang itu akan
kawin. Perempuan itu juga mendapat hukuman yang sama. Lain lagi
kalau ada satu perempuan membuat janji dengan lelaki lain akan
bertungkun (kawin), keterangan juga cukup bahwa mereka akan
kawin dan lelaki yang berjanji tadi ternyata tidak jadi mengambil
perempuan tadi menjadi isterinya sehingga perempuan itu makan
toba atau bunuh diri. Si lelaki itu mesti dihukum membayar seperti
tersebut di atas. Jika sahiring 18, jipen 9 harus membayar singer
Pangaruti atau Pangaturui.
281
Pasal 84: Singer Orang Kena Dundang 29
A mempunyai satu bidang kebun atau ladang yang di kandang.
Kebunnya tidak terjaga dan dapat dimasuki oleh babi atau
menjangan, sehingga A membuat seradang (dundang) di mana babi
atau menjangan masuk. Sesudahnya seradang dibuat, A tidak
memberi tahu kepada orang sekampungnya di mana seradangnya
terpasang (semua orang tidak tahu). A dihukum membayar sahiring
harga almarhum, kalau ada orang yang mati terkena seradang itu.
Jika ada orang luka terkenanya, maka si A mesti bayar biat menurut
besarnya luka dan selama orang itu sakit. Jika kena kakinya saja
sehingga menjadi lemah dan rusak kondisi badan untuk berjalan
maka si A harus membayar jipen 5. Kalau sakitnya tidak merusak cara
berjalan atau melemahkan, si A membayar jipen 2, gong 1, menjadi
jipen 2,5 dan saki sirau satu pucuk lamiang (akik) dan babi seharga
Rp 5,-. Jika A waktu membuat seradang memberi tahu kepada orang-
orang sekeliling kampungnya, dan ada seorang pergi ke tempat
tersebut, maka A tidak bersalah kalau orang itu terkena seradang. A
memberi tanda di mana daerah yang ada seradang itu, dengan
menaruh mata seradang ditegakkan baik di kuala jalanan atau di
pinggir sungai supaya orang menjadi tahu serta ingat bahwa di
tempat itu ada seradang (dundang).
29 Saradang
30 Menusuk temannya.
282
Pasal 87: Singer Minjam Jukung dengan Paksa
Singer pinjam jukung (perahu) artinya ada satu kepala jalanan
tempat perkumpulan jukung atau perahu-perahu. A berangkat dari
arah barat tidak punya jukung sendiri. Sebuah dari antara perahu itu
kepunyaan B. Tiba-tiba si A membawa jukung si B dengan tidak
memberi tahu kepada si B. Si B datang tetapi jukung yang dipinjam si
A belum dikembalikan sehingga si B tertahan satu hari. Maka si A
dihukum membayar kepada si B gong 1 atau disamakan dengan guci
satu lalang rangkang. Hukun ini namanya singer pinjam jukung
atau barang-barang yang lain yang perlu dipakai yang punya (pinjam
paksa).
283
sama itu tidak dilaksanakan. Hal ini dinamakan singer kapahunan
makanan.
284
Darah kerbau atau sapi dibagikan dan dikirim ke kampung hilir dan
hulu kepada kepala kampungnya untuk dibagikan kepada anak
kampung supaya darah itu dihambur di ladang-ladang atau pohon
buah-buahan.
Seibu - sebapak
A B
C D F G
H I
J
31 Paraheus
285
Pamandang Dapur Rp.10,- jipen 1 serta saki palas B dan C yang
bertetangga dengan A.
Permainan Anak-anak
Bersosialisasi dan belajar kebudayaan sendiri telah
diperkenalkan sejak kecil kepada anak-anak melalui permainan.
Anak-anak seusia berkumpul atau berkelompok melakukan
permainan. Sambil bermain mereka belajar bersosialisasi dengan
sesamanya, belajar untuk menjadi berani, serta mengenal
lingkungannya.
286
Manyipet. Manyipet atau menyumpit adalah kegiatan anak-anak
sebaya dengan kelompoknya pergi bersama-sama ke hutan yang tidak
jauh dari kampung mereka untuk meyumpit burung.
287
Akan tetapi apabila teman yang tempat persembunyiannya
ditemukan, lalu gagal mendahului si kalah mencapai kaleng kosong,
ia masih punya kesempatan untuk ikut bersembunyi lagi apabila ada
seorang teman yang keluar dari tempat persembunyiannya, lalu
menendang kaleng kosong tersebut. Begitu seterusnya. Permainan ini
biasa dilakukan berkelompok.
32 Jarik jw.
288
lipatan segitiga bagian kiri. Lalu kedua tangan yang telah dimasukan
ke dalam lipatan tapih dikatupkan sambil menggulingkan badan ke
arah kiri, Jadilah bentuk hantu pujut dan si anak mengejar dan
menakuti teman-temannya, suasana meriah karena saling kejar dan
saling hindar. Siapa yang tertangkap, dialah yang berperan menjadi
pujut berikutnya.
289
BAB IX
SISTEM PENGETAHUAN
Pasak Bumi
Khusus untuk pria. Sebagai obat kuat bagi laki-laki, namun dapat
pula mengobati sakit pinggang, pegal-pegal dan gangguan pada
ginjal.
Cara menggunakan :
- Bagi yang suka minum minuman keras, akar yang telah
dikeringkan dan telah dibersihkan dapat dimasukkan dan
direndam dalam botol. Diminum tiga kali sehari satu sloki.
- Dapat pula akar yang telah kering dan telah dibersihkan direndam
dalam air matang dan ditutup rapat, kemudian disimpan tiga
sampai 10 hari baru kemudian diminum tiga kali sehari satu
cangkir.
Dawen Galinggang.
Dawen galinggang atau Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L)
berguna untuk mengobati panu dan demam.
• Untuk demam, daun direbus dan airnya diminum.
lembek bila disentuh dan akhirnya lenyap tanpa bekas. Terbukti ramuan
tersebut berkhasiat. (ns).
294
• Untuk mengobati panu, daun galinggang dicuci bersih dan
digosokkan pada kulit setiap mau mandi.
Kulit Tanggaring.
Buah Tanggaring sejenis rambutan. Yang dapat digunakan sebagai
obat ialah kulit buah tanggaring yang direbus dan airnya diminum.
Timun.
Getah timun dapat digunakan untuk mengobati buras sejenis
penyakit kulit flek putih pada wajah. Caranya, bagian ujung timun
yang masih berkulit dipotong tipis dan berbentuk bundar, kemudian
potongan tersebut terlebih dahulu digosok dengan arah berputar
pada timun hingga getah timun menempel di situ. Baru kemudian
dioleskan dengan agak digosok-gosok bagian kulit yang terkena buras
setiap akan tidur.
Lengkuas.
Lengkuas atau laos berguna untuk mengobati panu. Caranya lengkuas
dicuci bersih, dipotong tipis dan digosok pada bagian kulit yang
berpanu.
Kalalawit.
Berakar melilit ke atas. Caranya potong akar atau batang kalalawit,
dengan sendirinya air akan keluar dan air itulah yang diminum untuk
mengobati diare.
Kayu Patanak.
Mengobati buang air besar berdarah. Caranya : Daun yang masih
muda di rebus, setelah dingin airnya diminum.
Kayu Masisin.
295
Mengobati diare. Caranya : Daun yang masih muda boleh begitu saja
dikunyah dan ditelan atau direbus terlebih dahulu, setelah dingin air
diminum.
Bajakah Lakum.
Mengobati sakit kepala. Caranya daun yang masih muda atau boleh
juga akarnya, ditambahkan bunyer (pecahan-pecahan beras,
ditumbuk halus. Boleh juga akar Bajakah Lakum direndam air panas
dan apabila telah menjadi dingin diminum.
Sawang Papas.
Mengobati luka. Caranya: boleh batang boleh juga akar, ditumbuk
halus lalu diolesi di luka. 5
Batuhir
Salah satu cara menghilangkan sakit kepala yang datangnya
berulang-ulang dan sangat mengganggu aktifitas. Caranya
menggunakan potongan kaca atau (jw) beling yang dibakar agar
296
steril. Kemudian, dahi dilukai dengan cara digoreskan hingga
mengeluarkan darah. Biasanya darah yang keluar berwarna hitam
dan darah tersebut dianggap sebagai darah kotor yang memang harus
dibuang. Setelah darah menetes, kemudian diusap dengan
menggunakan sepotong kain lembut, darah diusap hingga bersih.
Biasanya selesai tuhir, kepala terasa ringan dan pusing hilang.
Bekas luka.
Luka yang baru sembuh kadang-kadang meninggalkan bekas. Untuk
menghindari hal itu, olesi bekas luka yang baru sembuh dengan getah
kayu yang muncul dari ujung kayu bakar waktu memasak.
Luka Bakar.
Luka bakar diolesi minyak bere atau bulus
Bibir pecah-pecah.
Diolesi minyak tengkawang.
Tiphus.
Cacing tanah segenggam, dibersihkan dengan air panas, kemudian isi
perut dibuang. Caranya kepala cacing dipegang dengan ibu jari dan
jari tengah kemudian tangan kanan dengan ibu jari dan jari tengah
memencet cacing tersebut dari kepala hingga ekor hingga isi
perutnya keluar. Kemudian digoreng tanpa minyak sampai gosong
dan berwarna hitam, lalu ditumbuk halus.
Cara meminum: kuning telur ayam kampung dikocok, ditaburi
cacing yang telah ditumbuk halus, kemudian dicampur madu 2
sendok, diaduk dan segera diminum saat itu juga. Diminum tiga hari
berturut-turut.
Flek Darah
Dilakukan hanya pada malam jumat. Cuci bersih tempat
peludahan sirih, kemudian isi air hingga penuh. Diamkan satu malam
dan pada pagi harinya yaitu hari jumat gunakan air tersebut untuk
297
keramas. Lakukan rutin tanpa terputus selama empat puluh kali
pada setiap malam jumat.
Keputihan
Akar pohon mangkudu di rebus, setelah dingin diminum. Satu kali
sehari selama satu minggu.
Mencegah kehamilan.
Resiko: peranakan kering dan bisa jadi mengalami kesulitan apabila
menghendaki punya anak kembali. Oleh karena itu disarankan
pasangan muda apalagi gadis remaja jangan sekali-kali mencobanya.
Caranya: ambil kapur sirih sebesar ujung kelingking, beri air
sepuluh sendok makan. Aduk rata kemudian biarkan semalam. Pada
pagi harinya jernihan air tuang pelan-pelan pada gelas lain, jangan
sampai endapan kapur terbawa. Kemudian jernihan air tersebut
ditambah air jeruk nipis secukupnya kemudian diminum. Lakukan
empat kali seminggu selama satu bulan.
Awet Muda.
Cara pertama. Air asam kamal atau asam jawa yang telah diberi
sedikit garam, diembunkan semalam dan pada pagi harinya
diminum. Ramuan ini sebaiknya digunakan untuk mereka yang
berusia empat puluh tahun keatas. Rutin dilakukan tiga kali satu
minggu. Cara kedua : Kunir yang bercabang sembilan atau bermata
sembilan dikupas, dihaluskan peras airnya beri sedikit gula dan
minum rutin tiga kali seminggu.
298
Sesering mungkin makan lendir lidah buaya atau aloe vera L
Disamping dimakan, lendirnya dicampurkan satu sendok madu,
dioleskan pada kulit kepala lebih kurang satu jam kemudian keramas
seperti biasa.
Menyuburkan Rambut.
Caranya: buah kelapa yang telah tua dan agak membusuk, diparut
dan dibuat santan kental. Santan tersebut dioleskan ke rambut
sampai rambut menjadi basah. Satu jam kemudian baru rambut
dikeramas.
Batu Ginjal.
Gunakan akar pahakung, cuci bersih, rebus dan setelah dingin
diminum.
Darah Tinggi.
299
Buah mangkudu yang telah matang, diambil airnya dan diminum 3
sampai 4 kali sehari setengah cangkir, atau apabila buah mangkudu
matang tidak ditemukan dapat digantikan dengan akarnya. Caranya
cuci bersih akar tersebut, lalu direndam dengan air panas. Akan
berwarna kuning. Diminum 2 sampai 3 kali sehari setengah cangkir.
Selama satu minggu pengobatan dilakukan terus menerus.
Batimung/ Katimbun.
Mengatasi keringat yang keluar berlebihan, dan membuat aroma
tubuh harum mewangi. Bahan yang diperlukan : daun pandan, daun
kunir, daun laos, daun belimbing wuluh, daun sirih, daun jambu,
bunga cempaka, bunga kenanga, daun dilem atau daun serai, akar
serai. Semua bahan tersebut digodok hingga mendidih.
Disengat Lebah
Dinetralisir dengan tembakau.
Tertempel Lintah.
Dinetralisir dengan tembakau.
Disengat kalajengking
Diolesi getah pohon akar seribu.
300
Sasuban 6
Ditempel sedikit terasi, lalu diperban semalam.
Kemampuan Spiritual
Awoh
Awoh ialah daya magis yang dimiliki seseorang untuk menyerang
lawannya. Serangan ini dapat mengakibatkan kebutaan, atau mata
menjadi bengkak, dapat pula mengakibatkan koreng di mata, disusul
dengan terlepasnya biji mata.
6 Ketelusuben (Jw.)
301
Tumbak Gahan
Ditemukan di daerah Barito Selatan, Barito Timur dan Tanah Grogot
(Pasir).
Parang Manya
Suatu daya magis yang dimiliki seseorang untuk menyerang lawan.
Serangan mematikan langsung menuju jantung lawan, biasanya
apabila meninggal dunia, jenazah korban jadi berwarna biru. Namun
kadang- kadang lawan sengaja dibuat lebih menderita dengan
dilumpuhkan anggota tubuhnya. Pada leher korban biasanya
ditemukan bekas luka.
Pipit B(e)runai
Daya magis yang dimiliki seseorang untuk menyerang lawan. Pipit
Brunai berupa binatang-binatang kecil bila diamati nampak telah
menjadi busuk, namun dirawat dan diberi makan timah dan waja,
serta disimpan dalam sebuah botol. Perintah apapun yang dikatakan
oleh majikannya untuk menyerang lawan, akan dilakukannya.
Petak 7 Malai
Di sebut juga tanah malai, biasa digunakan untuk menjinakkan
binatang liar, di samping itu dapat pula digunakan untuk
melemahkan semangat manusia. Tanah ini ditemukan dari tanah
yang terdapat di sarang burung elang, atau di Bukit Bondang Tanah
Siang, Bukit Raya, Bukit Kaminting, Gunung Kelam 8, juga di sungai
Samba dekat kampung Tumbang Jala dan Tumbang Ranei di hulu
sungai Katingan.
Panikam Jantung
Panikam Jantung ialah daya magis untuk menyerang lawan, sasaran
langsung ditikam jantungnya sehingga berakibat kematian
mendadak. Pada korban ditemukan suatu tanda biru pada punggung
dan dada korban tepat pada daerah jantung.
Hanjaliwan
Sejenis ular yang sangat berbisa. Namun ular hanjaliwan yang
dimaksudkan di sini merupakan ular siluman yang dapat bersahabat
dengan manusia. Fungsinya melindungi dan menjaga keamanan
sahabatnya serta seluruh anggota keluarga sahabatnya.
Kangkamiak
Kangkamiak sejenis burung siluman yang dapat di jadikan sahabat
manusia. Manusia yang bersahabat dengan kangkamiak punya
kewajiban menyediakan sesajen pada waktu-waktu yang telah
disepakati bersama. Apabila kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan
dengan tepat, maka manusia yang menjadi sahabatnya akan
menanggung resiko ketidak tepatannya.
Pulih
Sejenis racun
Ramu
Sejenis guna-guna.
Ingupang Dewa
Ingupang dewa disebut juga kesarungan atau kesurupan. Ada
orang-orang tertentu yang tubuhnya dapat dirasuki oleh makhluk
yang tidak terlihat mata jasmani. Pada saat peristiwa sedang
berlangsung, orang yang tubuhnya telah dirasuki oleh mahluk halus
tersebut menjadi tidak sadar. Tidak sadar dalam arti ia mampu
bicara, dan bergerak bebas namun apa yang dikatakan dan
dilakukannya semua tanpa disadari. Gerak dan kata yang terucap
berdasarkan gerak dan kata dari mahluk halus yang memasukinya.
Tubuh dan pikirannya hanya sebagai media saja.
Biasanya apabila ada seorang yang ingupang dewa entah
sengaja dipanggil atau masuk dengan sendirinya, akan banyak orang
berkumpul untuk bertanya tentang banyak hal. Bahkan terkadang
orang yang sedang ingupang dewa mampu menyembuhkan berbagai
penyakit. Pada saat ada seorang yang ingupang dewa, jangan coba
bertanya untuk maksud jahat atau sekedar memperolokkan saja,
karena ia akan marah, dan si penanya yang hanya ingin
memperolokkan itu mendadak akan sakit atau kaku tidak dapat
menggerakkan anggota tubuhnya.
303
Manajah Antang
Manajah Antang artinya memanggil Antang atau burung elang agar
memberikan pertanda kepada manusia. Manajah Antang pada
umumnya dilaksanakan beberapa saat sebelum perang, atau
mengetahui seseorang yang sedang mengalami masa kritis, akan
sembuh atau meninggal dunia. Manajah Antang hanya dapat
dilaksanakan oleh orang tertentu yang mempunyai kemampuan
khusus. Ia mampu memanggil burung elang untuk datang ketempat
upacara Manajah Antang atau memanggil Antang.
Caranya: pada sebuah tanah lapang, diletakkan dua buah saligi
atau kayu runcing. Satu saligi diletakkan di arah matahari terbit atau
arah timur dan pada ujungnya digantung bara api. Saligi satunya
diletakkan di arah matahari terbenam atau arah barat dan pada
ujungnya digantungkan daun sawang. Setelah ritual pembuka, maka
burung elang yang dikehendaki dipanggil untuk segera datang. Bila
yang dipanggil adalah burung Elang bukit batu, maka yang datang
ialah burung elang yang salah satu bulu sayapnya tercabut atau
hilang. Apabila yang dipanggil adalah burung Elang milik Kutat 9,
maka yang datang adalah burung elang yang kakinya memakai
gelang terbuat dari emas. Setelah elang datang, dengan bahasa
Sangen, dijelaskan kepada elang yang sedang terbang tersebut bahwa
apabila kemenangan yang akan mereka peroleh, elang diminta
terbang menuju arah timur. Apabila kekalahan yang akan mereka
peroleh dalam perang tersebut, maka elang diminta terbang menuju
arah barat.
Karuhei
Karuhei adalah guna-guna. Manfaatnya untuk menarik simpatik
pihak lain, bukan saja berkaitan dengan urusan cinta, namun
mempunyai arti yang lebih luas. Dapat pula berarti memiliki talenta
atau mendapatkan kepercayaan dari Yang Kuasa untuk memiliki
kemampuan atau ketrampilan khusus. Ada bermacam-macam
Karuhei, diantaranya : Karuhei malan atau Karuhei berladang,
Karuhei mamisi atau Karuhei memancing, Karuhei badagang atau
Karuhei berdagang, Karuhei manjawet atau memiliki ketrampilan
khusus dalam anyam menganyam.
Lain-lain
Misalnya, sanggar, tundek, buluh merindu, rumus, kiwang atau
pakihang, atau kibang, Karuhei, kayu lingu, bajai, air mata duyung,
pahampul, panjilek, parunduk, penyang, penyang pangarasan
tulang paniring uhat, sangkalemu, kata lamunan, pemisit bumi,
Totok Bakaka
Totok Bakaka berarti sandi atau kode atau bahasa isyarat yang
umum dimengerti masyarakat suku Dayak.
Tombak
Mengirim tombak yang telah di-jernang 10 berarti asang atau
pernyataan perang.
Tombak Bunu 11
Mohon bantuan sebanyak mungkin karena bahaya besar sedang
mengancam.
Abu
Ada rumah terbakar.
Kirim Telur
Pemberitahuan bahwa telah datang seorang yang berasal dari jauh
masuk kampung mereka untuk menjual balanga, tempayan dan
tajau.12
305
Daun Sawang
Bila masuk pada suatu kampung dan menjumpai sebuah rumah yang
pada pintunya ditemukan daun sawang yang diikat tali dan ada
gambar persegi empat pakai kapur 13, maka urungkan niat memasuki
rumah tersebut walau hanya sekedar untuk bertamu karena keluarga
dalam rumah tersebut sedang berpantang menerima kehadiran
siapapun juga mengunjungi rumahnya karena sedang menjalani
larangan adat.
Selugi
Selugi ialah tiang yang terbuat dari bambu runcing, dipasang miring
dan merupakan salah satu rambu-rambu lalu lintas belukar. Hal ini
menunjukkan bahwa arah miring yang ditunjukan oleh ujung bambu
berarti berhati-hati, karena di arah tersebut sedang dipasang
“Dondang“ yaitu alat perangkap yang digunakan untuk menangkap
dan membunuh babi hutan, dan kijang.
Bila di kebun buah yang sedang berbuah ditemukan selugi yang
telah digaris dengan kapur dan diletakan diantara pohon-pohon
buah, berarti larangan memungut buah-buahan yang ada dalam
kebun tersebut, karena buahnya akan dinikmati sendiri oleh
pemiliknya.
Mengirim salugi berarti mohon bantuan, kampung dalam
bahaya.
Dahiang 14
Burung
Antang Bahandang 15
Cara terbang dan suara Antang atau Burung Elang memiliki arti
khusus bagi orang Dayak. Lebih-lebih pada burung elang yang
berwarna merah. Contoh gerakan tersebut antara lain:
306
Apabila orang Dayak sedang mudik menumpang perahu, dalam
perjalanan tiba-tiba berjumpa burung elang yang terbang dari arah
kanan menuju ke arah kiri di depan perahu mereka, bisa jadi mereka
balik kanan untuk membatalkan perjalanan tersebut karena burung
elang telah memberikan peringatan kepada mereka bahwa di depan
mereka ada bahaya menghadang.
Apabila arah terbang Burung Elang dari kiri menuju ke arah
kanan akan tetapi tanpa mengepakkan sayapnya 16 dan terbang terus
menuju ke udik dan kemudian terbang menuju arah perahu yang
sedang mereka tumpangi, inilah pertanda baik. Artinya niat yang
ingin dicapai akan mendapatkan hasil maksimal.
Apabila arah terbang Elang dari depan perahu menuju ke
belakang dan tiba-tiba menangis 17, serta menjatuhkan diri arah ke
bawah, pertanda yang diberikan menyatakan bahwa di belakang
mereka telah terjadi kecelakaan dan mungkin saja kecelakaan
tersebut akan menimpa mereka.
Bila di sebelah kiri perahu ada seekor elang sedang terbang,
tiba-tiba dari arah kanan muncul lagi seekor elang yang langsung
menyambar elang yang sedang terbang di sebelah kiri perahu hingga
terjatuh, pertanda ini menyatakan bahwa akan terjadi kesalah
pahaman dan keselisihan sepulang mereka dari perjalanan ini,
namun kemenangan ada di pihak mereka.
Bila munculnya elang dari arah belakang perahu, kemudian
terbang searah menyertai perahu namun tiba-tiba menangis,
Pertanda yang diberikan menyatakan bahwa tujuan perjalanan akan
berhasil namun sekembali nya dari perjalanan, kesusahan bahkan
mungkin akan menderita sakit akan dialami.
Terbangnya elang dari sebelah kiri kemudian terbang menuju
arah kanan dan tiba-tiba mundur ke belakang, bahkan menangis dan
menjatuhkan diri, berarti waspada. Bahaya akan segera menimpa
mereka. Sebaiknya bila menerima pertanda demikian, batalkan
perjalanan, minimal tiga hari istirahat di rumah baru mengadakan
perjalanan lagi.
Tangis burung elang terdengar di waktu malam pertanda
kerusuhan bakal terjadi di kampung sekitar.
Seekor elang tiba-tiba terbang sambil menangis masuk ke dalam
rumah, pertanda pemilik rumah harus waspada karena ada seorang
penghianat yang akan membuat keonaran di rumah tersebut.
Bila dalam suatu upacara tiba-tiba muncul seekor burung elang
dan terbang melayang di atas lokasi upacara, kemudian menjatuhkan
Burung Hantu
Ada beberapa jenis burung hantu, diantaranya: burung hantuguk atau
burung kukut, yang bersuara kooook…kooook…kooook, burung
kangkamiak dan burung kambe. Burung berukuran besar dan
berwajah kucing serta berbola mata besar berparuh pendek, berkuku
panjang, dan hidup di dalam lebatnya hutan rimba belantara
Kalimantan dan hanya muncul di malam hari tersebut ditakuti karena
dapat memakan manusia dan binatang yang di incarnya.
Burung hantu termasuk jenis burung yang ditakuti karena
menurut keyakinan ke tiga jenis burung yang yang disebutkan tadi
Burung Kaut
Sekalipun burung kaut merupakan salah satu jenis burung hantu,
namun kehadirannya dapat memberikan pertolongan kepada
manusia. Apabila pada sebuah ladang ditemukan sarang atau telur
burung kaut, pemilik ladang akan merasa sangat bersyukur karena
keuntungan akan diperoleh. Oleh karena itu sajen yang diletakkan di
ancak atau kelangkang 19 digantungkan di bawah sarang burung agar
dapat dimakan oleh burung kaut tersebut. Diyakini roh burung kaut
akan berperan dan turut serta merawat dan menjaga padi yang
sedang tumbuh.
Handipe 20
Panganen 21
19 Tempat sajen.
20 Ular.
309
Ditemukan ular sawah yang bertelur dalam sebuah rumah atau di
lumbung padi ataupun dalam kandang ayam, pertanda bahwa
pemiliknya akan memperoleh kesenangan.
Hanjaliwan 22
Masuknya ular hanjaliwan ke suatu rumah bahkan memasuki kamar
tidur, menandakan bahwa ada seorang yang akan bermaksud jahat
bahkan hingga mengakibatkan kekacauan.
Ular Tamunung
Bertemu ular yang sedang berenang dari arah kanan ke arah kiri
pertanda tidak baik, namun sebaliknya apabila ular tanunung
berenang dari arah kiri ke kanan pertanda baik. Dalam suatu
perjalanan di hutan kemudian bertemu ular tanunung sedang
berkelahi dengan ular depung pertanda keuntungan besar kan segera
di peroleh.
Ular Depung
Ketika sedang berjalan kaki dalam hutan, bertemu ular tanunung
yang sedang berkelahi dengan ular depung, pertanda baik,
keuntungan besar segera akan diperoleh.
Bajang/Bengau 23
21 Ular Sawah.
22 Sejenis ular kobra.
23 Rusa.
24 Bersuara nyaring namun sangat singkat.
310
• Apabila terdengar suara rusa dari belakang rumah dan disahut
oleh rusa lainnya dari arah depan rumah, pertanda tamu dari jauh
yang tidak diduga akan datang.
• Menemukan tanduk rusa yang telah terlepas di ladang/sawah,
pertanda baik, berarti sawah akan mendapatlkan panen yang
berlimpah.
Kakupu 25
Asu 26
Pusa 27
Makna Mimpi
25 Kupu-kupu.
26 Anjing.
27 Kucing.
311
Jenazah.
Mimpi melihat jenasah artinya akan mendapat keuntungan.
Darah.
Mimpi melihat darah berarti waspada, darah keluar karena cekcok
atau adanya dendam. Bisa dinetralisir dengan di-palas 28.
Gigi.
Mimpi gigi atas tanggal, berarti kenalan atau sanak keluarga yang
usianya lebih tua akan meninggal dunia.
Bulan.
Mimpi melihat bulan berarti akan bertunangan.
Cincin
Mimpi memakai cincin berarti seseorang telah terluka dan sakit hati
akibat ulah kita.
Pakaian Putih.
Mimpi berpakaian putih berarti akan mengalami sakit keras.
Pakaian Hitam.
Berpakaian hitam pertanda akan mengalami sakit keras yang
mungkin membawa kematian.
Menjala Ikan.
Rezeki.
Sakit.
Berarti lawannya, yaitu sehat walafiat.
Naik Gunung.
Naik pangkat.
Jatuh.
Mendapat malu (jw. Kewirangan)
Ular.
Mimpi ditangkap ular berarti akan mendapat godaan lawan jenis.
Buaya.
Anak Burung.
Mendapatkan anak burung berarti dalam waktu dekat akan punya
anak.
Ayam.
Mimpi menangkap anak ayam berarti dalam waktu dekat akan punya
anak.
Perahu.
Mimpi naik perahu berarti akan sakit.
Terbang.
Mimpi terbang berarti akan mendapat keuntungan.
Makan.
Akan menderita sakit perut.
Telanjang.
Akan dapat malu.
Sapi.
Mimpi dikejar sapi berarti akan menderita sakit.
Kerbau.
Mimpi dikejar kerbau berarti akan menderita sakit.
Berenang.
Berarti akan menderita sakit.
Catatan:
Biasanya apabila seseorang mengalami mimpi yang maknanya
tidak baik, upaya menetralisir mimpi buruknya, dengan cara: begitu
tersadar dari mimpi buruknya, seketika itu juga sedikit ujung rambut
dipotong lalu dikuburkan atau diletakkan begitu saja di atas tanah.
Korok Samenget.
(Restu yang diungkapkan)
313
Auh uluh bakas helu mandoa uluh amun haru hasundau. –
Ungkapan yang diucapkan oleh orang-orang tua dulu mendoakan
orang bila baru bertemu.
Korok samenget
Kambang kajajak kambang malati
Hanjak hati hambaruan bulu.
Hanjak rantang hambaruan pulang.
Tetek dehen kalapurom hambo.
Umur panjang mandepe langit
Haseng hambu manggawang hawon.
Rima : Mate.
mata
314
Rima : ?
Lelei : Aton taloh belom, solake hapai epat. Limbah te hapai due,
limbah te tinai hapai telo, tuntang hamate epat.
Ada mahluk hidup, semula berkaki empat, setelah itu
berkaki dua, setelah itu pula berkaki tiga, dan bermata
empat.
Rima : ?
315
- Ke hulu tidak makan ayam, ke hilir tidak makan tabuan.
Artinya gagal karena salah perhitungan atau salah langkah.
Berarti juga sia-sia.
316
Artinya gelagat dan tingkah laku seseorang dapat di duga
sebelum perbuatan dilakukan.
317
Artinya sama dengan seperti telur di atas tanduk.
318
Artinya hampir sama dengan tong kosong berbunyi nyaring.
319
Orang yang tidak peduli akan aturan yang ada.
38 Pohon yang telah ditebang, tapi bagian bawah batang pohon sekitar
setengah meter, masih tertanam bersama akar.
320
48). Kilau bakei inetek ikuh ‘a.
- Bagaikan kera dipotong ekor
Artinya labil, tidak stabil.
57). Laju matei bapa, undur matei indu, melai matei biti.
- Maju bapak mati, mundur ibu mati, berdiam diri, diri sendiri
yang mati.
Artinya sama dengan seperti makan buah si malakama.
321
- Bagaikan daun pisang.
Artinya orang yang tidak punya pendirian.
Metuh Mian.
Sarita uluh bakas akan anake metuh mian. – Cerita orang tua
kepada anaknya ketika momong.
Bangau
+ En nyawau ikau angau ? …
Manyawau banta murik….
+ Awi danum hai. – Karena air pasang.
Mbuhen danum hai ?- Mengapa air pasang ?
+ Awi andau ujan. – Karena hari hujan.
323
Auh Mantenau Asu (Cara memanggil anjing)
Iyooooooh…, iyooooh…, iyoh…, iyooooh….
Tak…, tak…, tak…, tak.
Manyalentak - …
Siang hari
Sesering mungkin memukul baner yaitu akar kayu besar.
Malam hari
Buat perapian, bakar lombok dan garam. Minimal orang hutan dan
beruang takut mendekat.
• Untuk mengusir mahluk halus, bakarlah lombok, garam, dan
terong.
• Bila sedang berada di hutan, pantang membakar terasi, ikan
saluang, dan sabut kelapa, karena baunya sangat digemari
mahluk halus.
Tato/Tutang/Cacah
324
Alasan pertama, diyakini bahwa kelak apabila manusia telah
meninggal dunia, dan telah dihantar sempurna dengan sarana
upacara Tiwah 40, maka salumpuk liau41 yang telah mencapai Lewu
tatau dia rumpang tulang, rundung raja dia kamalesu uhate, Lewu
tatau habaras bulau, habusung hintan, hakarangan lamiang atau
Lewu Liau 42 akan bersinar kemilau.. Hal ini disebabkan karena
tutang/tato/cacah yang berada ditubuhnya semasa hidup di batang
danum kalunen43 kelak di Lewu Liau akan berubah menjadi emas
yang sinarnya berkilauan. Sinar kemilau tato menjadikan salumpuk
liau pun bersinar kemilau.
Alasan kedua, diyakini bahwa tato/tutang/cacah adalah sarana
bagi seorang Dayak untuk mengekspresikan diri sebagai orang Dayak.
Seorang dikatakan/diakui sebagai Orang Dayak apabila ia telah
bertato. Dalam tetek tatum disebutkan bahwa semua keturunan
Antang Bajela Bulau atau Tunggal Garing Janjahunan Laut yang
adalah ayah Maharaja Bunu 44 pasti akan memiliki tato, dan itu
merupakan suatu keharusan sebagi bukti bahwa mereka berasal dari
turunan yang sama.
Alasan ketiga, di masa yang telah lalu apabila seorang pemuda
Dayak tidak bertato, hanya akan dipandang dengan sebelah mata oleh
lawan jenisnya. Alasannya pemuda tersebut bukan pria idaman
karena seorang Dayak harus memiliki sifat ksatria, memiliki
keberanian luar biasa, gagah perkasa, pantang menyerah. Bertato
identik dengan kemampuan bertahan menghadapi rasa sakit, karena
memang di masa lalu proses membuat tato, sakitnya luar biasa. Kulit
di tubuh manusia dicacah dan dilukai dengan tutang yang ukurannya
sebesar telunjuk manusia dan terbuat dari besi, kemudian dipukul
dengan kayu ulin bulat yang besarnya juga sebesar telunjuk manusia
hingga mengeluarkan darah, baru kemudian ramuan dimasukan.
Ramuan terbuat dari sale damar atau sale nyating yang dibakar
sampai menyala. Upih pinang dibengkokkan di atas nyala damar
dengan maksud agar asap hitam yang berasal dari nyala damar,
melekat diupih pinang. Baru kemudian sale asap yang telah
menempel diupih pinang dimasukkan pada lawas humbang buluh
atau seruas bambu buluh, diberi sedikit air, ditambah sedikit bubuk
emas atau bubuk tembaga. Di dalam lawas humbang buluh ramuan
Telinga
326
Gigi
Tanda-tanda Alam
Kulat Danum 49
Apabila kulat danum banyak tumbuh pada bagian atas batang-batang
pohon yang terdampar di sungai atau di pantai menandakan bahwa
air sungai akan segera pasang. Bila tumbuhnya kulat danum di
bagian bawah, artinya air sungai akan segera surut.
Telur Kalambuei
Batas tertinggi dari naiknya air pasang dapat diamati dari letak telur
kalambuei yang menempel di pinggiran sungai.
Bajakah/Langeh 50
Bila akar pohon-pohonan menjalar mulai bertunas, pertanda musim
hujan dan banjir segera datang.
Katak
Suara katak di pagi hari, pertanda musim hujan segera tiba.
Kalialang
Burung kalialang51 terbang di atas sungai, dan gerakannya
menyambar arah permukaan sungai, pertanda hujan segera turun.
Ikan Tabakang 52
Musim ikan tabakang bertelur, berarti musim kemarau segera kan
tiba.
Mendirikan Mihing
Mihing adalah sejenis perkakas yang gunanya untuk menangkap
ikan. Perkakas jenis ini banyak dikagumi oleh masyarakat luas.
49 Jamur air.
50 Akar tumbuh-tumbuhan yang menjalar.
51 Burung layang-layang
52 Ikan Biawan.
328
Mihing telah ada semenjak tiga abad yang lampau dan banyak
digunakan oleh penduduk sungai Kahayan Tengah dan Kahayan
Hulu.
Menurut Tetek Tatum, bahwa tiga abad yang lalu, seorang yang
bernama Bowak, dan tinggal di kampung Tumbang Lokan 53, di tepi
sungai Kahayan Hulu. Tiap hari pekerjaannya menyiapkan makanan
babi milik majikannya. Setiap hari, sambil mencincang batang pisang
dan keladi, Bowak bernyanyi yang kata-katanya menyatakan bahwa
setiap hari tak henti-hentinya ia mencincang tambun yang bersisik
emas.
Nyanyiannya terdengar oleh Rawing, Penguasa Lewu Telu yaitu
di alam gaib. Panglima Rawing mendatangi Bowak dan membawanya
ke Lewu Telu sebagai tawanan. Sejak itu Bowak tinggal di Lewu Telu
sambil mengamati keadaan. Menurut Bowak, orang-orang yang
tinggal di alam gaib atau Lewu Telu, mempunyai senjata dari besi
yang ringan dan terapung di atas air, dan semua senjata mereka tidak
dapat melukai manusia. Yang mereka katakan sebagai burung
tingang, adalah burung pipit di dunia. Yang mereka katakan tambun,
adalah sejenis ikan lele di dunia.
Pada saat mereka mengadakan acara mendirikan Mihing,
mereka khawatir apa yang mereka lakukan terlihat Bowak. Karena itu
mereka mengurung Bowak dan menutupi dengan kajang atau dinding
yang terbuat dari daun tumbuh-tumbuhan, maksudnya agar Bowak
tidak dapat melihat apa yang mereka lakukan.
Kemudian kepada Bowak, mereka bertanya, apakah Bowak dapat
menyaksikan apa yang sedang mereka kerjakan. Sambil tertawa
Bowak menjawab bahwa ia dapat menyaksikan dengan jelas apa yang
sedang mereka buat. Mereka percaya dengan apa yang dikatakan
Bowak, lalu dinding penutup mereka ganti dengan jala.
Tentu saja semua itu membuat Bowak menjadi sangat jelas
menyaksikan apa yang saat itu mereka lakukan. Kemudian mereka
bertanya kepada Bowak, apakah Bowak dapat menyaksikan apa yang
mereka perbuat, dengan menangis Bowak menjawab bahwa ia tidak
bisa melihat sama sekali. Mereka percaya akan apa yang dikatakan
Bowak. Kemudian Bowak dengan asyiknya mengamati kerja mereka..
Terheran-heran ia menyaksikan bagaimana mereka membuat
Mihing. Setelah Mihing selesai mereka buat, mereka isi Mihing
tersebut dengan bermacam-macam guci, halamaung, balanga, gong,
emas, perak, intan serta permata lainnya. Setelah segalanya selesai,
mereka bersantap bersama dengan gembira ria.
Beberapa hari kemudian, mereka mengembalikan Bowak ke
dunia. Di dunia, Bowak mencoba mendirikan Mihing seperti apa yang
330
Menuba atau Meracun Ikan
Pada masa lalu, suku Dayak apabila ingin mendapatkan ikan
dalam jumlah banyak, mereka menuba atau meracuni ikan dalam
sebuah danau yang banyak ikannya. Hal ini biasanya dilaksanakan
pada musim kemarau.
Sebelum pekerjaan tersebut dimulai, mereka memilih salah
seorang dari mereka untuk memimpin dalam pelaksanaannya.
Kemudian pemimpin yang telah mereka pilih bersama itu,
mengundang dan memberitahu kepada warga lainnya, bahwa mereka
akan menuba ikan pada sebuah danau. Diharapkan warga kampung
terlibat dan bekerja sama. Setelah ada kesepakatan, bersama mereka
pergi mencari akar tuba. Setelah dirasa cukup, akar tuba tersebut
dibawa beramai-ramai ke tepi sebuah danau yang dituju. Kemudian
akar tuba tersebut ditumbuk beramai-ramai.
Akar tuba yang telah ditumbuk, ditimbun di tepi danau hingga
menyerupai bukit, lalu di bagian atas ditutup dengan tanggui dare
atau topi. Pada malam harinya, penduduk yang terlibat dalam
kegiatan itu, berkumpul disekitar timbunan tuba. Sebelum tuba mulai
dipukul, tiga orang yang paling gagah perkasa dari antara mereka,
melompati timbunan toba tersebut untuk mengambil tanggui dare di
atasnya. Setelah berhasil dilompati, barulah mereka memukul-mukul
akar tuba tersebut hinggaa remuk.
Pada keesokan harinya, penduduk yang akan ikut menuba ikan
telah kumpul dan bersiap di sekitar danau. Mengawali pekerjaan,
pertama-tama, menara danau diempangi dengan tali atau rotan, dan
ditengahnya digantung daun sawang tiga helai. Maksudnya,
pemberitahuan kepada penduduk bahwa daerah tersebut dilarang
untuk dilewati, karena ada keyakinan bahwa apabila tuba telah
terlanjur dimasukan ke danau, dan ikan-ikan sudah mulai mati, maka
apabila ada yang melewati tempat tersebut, ikan-ikan tersebut tidak
jadi mati, atau menyeluh Tuwe, dan orang yang melewati tempat
tersebut harus membayar denda, mengganti harga tuba dan kerugian
lainnya.
Sebelum menuba, pimpinan mereka menasihati anggotanya
untuk saling menjaga keamanan. Misalnya pada saat menombak
ikan, jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain.
Diingatkan pula pantangan-pantangan yang harus dipatuhi bersama,
misalnya tidak boleh meludah dalam air, tidak boleh membuang air
kecil di dalam air, juga tidak boleh mengatakan kalimat yang
maksudnya bahwa ikan masih hidup.
Setelah itu pimpinan mereka mengambil sedikit air tuba, dan
diletakan di dalam sepotong bambu, dimantera dan diperciki ke
seluruh danau. Setelah itu air tuba yang ada dibagi rata keseluruh
331
perahu yang akan ikut menuba, dan air tuba dituang merata
keseluruh penjuru danau. Pemimpin mereka berdiri sambil
memegang tombak atau pakihu yang telah dihias. Ikan yang mati
pertama harus ditombak oleh pimpinan mereka dengan iringan tepik
sorak peserta lainnya. Acara ini dinamakan Bongohan. Kemudian
penuba lainnya diperkenankan membunuh ikan-ikan.
Acara membunuh ikan ini hingga petang, sehingga seluruh ikan
mati dan mengambang dapat diambil. Ada juga sejenis ikan apabila
mati bukan mengambang tetapi justru tenggelam, ketika hampir
membusuk pada keesokan harinya barulah ikan tersebut
mengambang. Ikan-ikan tersebut juga diambil, dan dinamakan
manehu tiwe. Di masa sekarang, manuba telah dilarang oleh
pemerintah, bahkan bisa dituntut. Tulisan ini dimaksud hanya
sekedar bercerita apa yang pernah terjadi di masa yang telah lampau.
Mengayau Danum 54
Mangayau Danum artinya mambaleh akan uluh ije matei
buseng, yaitu suatu upacara adat yang pelaksanaannya dilakukan
apabila ada warga masyarakat yang terkena musibah, meninggal
tenggelam di sungai. Menurut keyakinan, upacara ini dimaksudkan
untuk menyelamatkan roh dari air. Karena apabila upacara ini tidak
dilaksanakan, maka selamanya roh akan berada di dalam air 55.
333
Membalas Buaya yang Telah Menyambar
Manusia 56
Apabila salah seorang suku Dayak disambar buaya, maka
pembalasan harus dilakukan. Apabila telah dapat dipastikan bahwa
penduduk yang mati tersebut karena telah disambar buaya, maka
keluarga korban menabur beras kuning dan beberapa bakul atau
keranjang padi, sembari berpesan kepada beras dan padi tersebut
agar dapat masuk ke perut buaya yang telah memangsa keluarganya.
Kemudian mereka mencari seorang ahli pancing buaya.
Si pemancing yang biasa disebut Pangaleran. Sebelum
melaksanakan tugasnya, terlebih dahulu ia harus mamali atau
berpantang selama tujuh hari. Pakaian yang digunakan oleh
Pangaleran berwarna kuning jingga. Demikian pula keluarga korban,
juga mamali atau berpantang, tidak boleh makan makanan yang
dikupas, misalnya pisang, dan sebagainya. Juga pada saat itu mereka
mengusahakan alat-alat pemancing buaya seperti sakang atau
pancing besar, tombak biasa, tombak yang bermata atau rurang dan
bertali panjang menggunakan rotan kering.
Setelah masa pamali selama tujuh hari berlalu, Pangaleran
memasang pancing pada tempat yang dirasa tepat, pada seluruh
daerah pembalasan. Daerah pembalasan yaitu dua sampai tiga
kampung sekeliling tempat dimana korban dimangsa buaya.
Didaerah sekitar itu, pada hakekatnya hanya dihuni oleh keluarga
buaya yang telah memakan korban tersebut, sedangkan untuk buaya
yang tidak bersalah, diminta keluar dari daerah tersebut, dengan cara
sarana menabur beras kuning dan padi seperti yang telah di uraikan
di atas.
Caranya, sakang diberi umpan, biasanya bangkai binatang,
seperti kera, babi, atau pelanduk. Pancing diberi tali panjang dari
rotan kering. Umpan digantung kira-kira satu meter dari atas
permukaan air, dan diletakan pada tempat yang dianggap tepat.
Pangaleran menimang umpan dan mengatakan umpan sebagai
seorang puteri yang diidamkan oleh raja buaya.
Menurut keyakinan, umpan tersebut mempunyai wajah
mempesona sehingga kaum buaya menjadi sangat tertarik, dan
56 Bahan ini diteliti dan diselidiki oleh penulis dengan bantuan Damang
Sahari Andung, Itar Illas, Elda Embang, Karamu Nihin, Isa Djapar,
Damang Pijar, dan yang membantu penulis dalam menyusun naskah Drs
Manan Bundu yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor
Penghubung Gubernur Kalimantan Tengah di Banjarmasin dan Drs Lukas
Tingkes.
334
langsung menyambar. Setelah umpan disambar, kemudian ditelan,
lalu pancing mengait diperut besar buaya, lalu dibawa berenang.
Akan tetapi talinya masih mengapung di atas air. Saat itu,
Pangaleran bersama keluarga korban mendatangi tempat itu dengan
membawa tombak dan langsung membunuh buaya tersebut.
Kemudian Pangaleran menarik ujung rotan ke pinggir sungai, dan
buaya tersebut mengapung. Kemudian Pangaleran memerintahkan
kepada buaya tersebut untuk naik ke tepian sungai, dengan taatnya
buaya menuruti perintah Pangaleran untuk naik ke tepi sungai.
Pada saat berkomunikasi dengan buaya, Pangaleran bercakap
dengan kalimat yang sulit dimengerti oleh mereka yang hadir di
tempat itu. Setelah buaya berada di daratan, kaki, tangan dan mulut
buaya diikat erat. Setelah itu buaya tersebut dibunuh dengan
menggunakan tombak, parang, dan kepala buaya dibakar dengan
damar.
Setelah mati perut buaya dibuka lalu diperiksa kemungkinan
masih tertinggal sebagian dari anggota tubuh korban di perut buaya
tersebut. Apabila ditemukan sisa-sisa bagian tubuh korban yang
msih tertinggal diperut buaya, berarti buaya tersebutlah yang telah
memangsa manusia. Akan tetapi apabila yang ditemukan beras
kuning atau padi yang disebarkan sebelum pemali, berarti buaya yang
tertangkap masih ada hubungan keluarga dengan buaya yang telah
memangsa manusia.
Buaya-buaya yang tertangkap dan telah terbunuh, dikumpulkan
pada suatu tempat dan disambut tepik sorak riang gembira dan
lahap 57. Demikian dilakukan berulang-ulang sampai buaya
memberikan tanda perdamaian. Tanda perdamaian tersebut berupa
ikan besar yang menyambar pancing-pancing yang ditujukan untuk
memancing buaya. Diyakini bahwa ikan-ikan besar yang mematuk
umpan dipancing yang ditujukan kepada buaya, adalah suruhan
buaya untuk menyampaikan kepada manusia bahwa buaya ingin
berdamai dan pembunuhan kepada buaya-buaya dihentikan. Buaya
yang tertangkap dan terbukti bersalah karena bagian tubuh korban
masih ditemukan di dalam perutnya, lalu daging buaya tersebut
diambil sebesar butir beras, dicampurkan pada makanan dan
disantap bersama oleh seluruh keluarga korban.
Terkadang, hanya umpannya saja yang dimakan oleh buaya, dan
pancing ditinggalkan begitu saja. Untuk menghindari hal ini, maka
keluarga korban dan Pangaleran pamali atau berpantang selama
tujuh hari.
Ada cara lain untuk menangkap buaya tanpa pancing, yaitu
dengan cara menyuar pada malam hari. Mata buaya akan terlihat
Tempun Elai
Tempat penampungan roh-roh jahat. Dengan demikian daerah
tersebut menjadi daerah angker, karena roh-roh jahat dikumpulkan
di tempat tersebut.
337
asam, kalau sudang masak rasa manis. Asem Tewo – Sejenis mangga
namun cara mengupasnya agak unik yaitu dipotong dua dengan arah
membujur dan potongan terseput diputar. Asem. Barania atau
gandaria atau kania atau garonang. Asem barawa – sejenis mangga
berukuran kecil. Asem Lepis – atau lepis bentuknya kecil dan gepeng.
Asem putar – asem tewu. Asem Kamal – asem jawa, Asem balanga.
Asem Bulau – kasturi. Pangi – Bentuknya seperti buah mangga,
warna kulit coklat, cara mengupas, kulit buah digaris dengan pisau
arah vertical, tarik dengan menggunakan tangan. Binjai – binjei.
Bangkinang – Mangkinang. Mangkahai atau tawadak – cempedak.
Nangka. Nangka Balulang – daging liat. Nangka Bubur – daging buah
lembek. Buah kapuk. Jambu Agung. Jambu Mede atau jambu mete
atau jambu monyet. Jambu Ratih. Jambu Burung – sejenis jambu
ratih. Dango – buah kuning, ukuran mangga, biji dan daging
dimakan. Sangkuang – buah kecil ukuran kelereng, dimakan dengan
bijinya. Kapul atau empak. Kemot. Masisin. Kamunting atau
karamunting. Ehang. Bua Bari. Bua Suli - batang sejenis lengkuas,
buah berwarna merah ukuran klereng, rasa asem. Kenyem atau Kalili
atau gendolan atau balangkosa – ukuran buah seperti klereng, pohon
besar. Pisang. Mantela – pepaya. Karatau - Murbai. Lampeso atau
lampahung – sejenis buah suli. Buah kayu laut atau buah kayu
lampang – ukuran buah kecil seperti manik,. Uweh – rasa seperti
petai cina ukuran klereng berlapis-lapis. Lawangan atau lewang –
pohon berukuran besar. Bentuk buah seperti buah apel buah, bila
masak warna hijau kekuningan, rasanya manis. Enyoh – kelapa. Ehat
– pinang. Ahas – rotan. Pinat – tumbuhan rumpun, ukuran buah
lebih kecil dari klereng. Awai – sejenis petai, pahit,warna hijau,
ukuran petai. Kanjat atau lempang. Baloh atau sondak atau labu
kuning. Baloh asip. Japau atau Lempang atau Karawila atau kerwila.
Paria atau pare. Rimbang. Rimbang Bulu. Rimbang Kopek. Terong.
Parara. Mangkodo – mengkudu. Balimbing Manis. Balimbing Tunjuk
atau Belimbing Wuluh. Balimbing Manis. Limau – Jeruk. Limau Bali
– jeruk Bali. Limau Nipis – Jeruk Nipis. Limau Keprok – jeruk
keprok. Limau Manis – jeruk manis. Limau Monyin – rasanya sangat
masam. Limau irisan. Limau Purut – jeruk purut. Bojok atau bua
masem – sejenis jeruk masam. Terong Pipit. Tantimun – mentimun.
Semangka. Karai atau Tikak – sejenis timun – karai rasa pahit.
Tantimun Batang – timun dikerok dagingnya untuk dibuat minuman.
Tantimun Batu. Jambu Sarene – jambu biji. Tilap. Kupang.
Sangalang. Rihat. Tetei Edan. Palimping Damek. Palacoi atau palasit -
buah berwarna hitam kecoklatan.
Catatan : Ada semacam ungkapan, orang yang tidak ulet disebut
palacoi – ikau tuh kilau tongkoi, palacoi, palangoi. Tampang atau
Tapang. Sapa atau Sagier. Salak. Palepek – sejenis tengkawang.
338
Tangkawang atau kangkawang atau tengkawang. Mariuh. Palahang.
Kolok Ampit. Takalet – batang pohon berduri, bentuk buah seperti
buah anggur. Rukam. Karantungan. Tongkoi – sejenis buah palacoi.
Mawoh – bisa dibuat minuman beralkohol terutama oleh suku Dayak
Siam. Uyang. Paken Tingang – sejenis durian. Tawola. Puan.
Banteron. Payang – kluwak. Jaramon. Tangkuhis. Sambun. Baringin
– beringin. Papung – Loing. Pilang. Sukun. Jaring – jengkol. Petai –
petei. Karanji. Pampaning atau balak. Jelan Bawoi. Kasuhoi. Kersen,
Lakom.Tukang Pali atau Jarak. Bua Maja. Tabulos atau tawalus atau
kalangkala. Tatu atau tato. Jinjit. Kenyem. Rambai. Kanji. Hambie -
Rumbia. Lemba. Tangkuhis.
339
alat-alat transportasi agar tidak dihanyutkan arus sungai. Setiap jenis
rotan mempunyai daya tahan yang berbeda-beda, sehingga
penggunaannya disesuaikan dengan ciri khas masing-masing jenis
rotan. Disamping itu rotan muda juga dapat dikonsumsi dibuat juhu
yaitu semacam gulai atau direbus begitu saja. Rotan muda walau
rasanya agak pahit tetapi sangat digemari.
Uei irit. Uei lamei. Uei sigi atau sigi atau sige. Uei latung. Uei
lilin. Uei lepak. Uei langili. Uei rungkung. Uei Lintum – hapan
Mihing – untuk membuat Mihing. Uei anak. Uei tantum. Uei ahas.
Uei Jarenang. Uei Pandung. Uei Dandan. Uei Tapah. Uei bulu.Uei
Ranen / Dahanen. Uei Banturong. Bajungan atau Humbut. Uei Gita.
Uei Hantu. Uei Marau. Uei Andung.
Sirih sarene atau sirih toto. Sirih kambaung atau sambay. Sirih
Jarenang. Sirih behas. Sirih sangahau. Sirih langkuas. Baki atau
tunday. Ganjing atau kamatik. Sirih padas. Sirih Tawar. Sirih
Tanjung.
340
Tampahas.Telan. Kakapar atau kapar atau kape. Papuyu atau puyu-
puyu. Haruan. Puhing. Lais. Pentet atau ulah atau jaliket. Ulah.
Lindung. Kihung. Tabakang atau tawakang. Patung atau kape. Masau.
Juah. Saluang. Banta buruk Jalujung. Hanjaluang. Putting Baliung
atau Bikang bikung. Banta saranan. Saluang balu. Kenjing.Lauk
buruk.Diking. Supang supit – berwarna kuning. Salipan talis atau
sepat atau sesapat. Katuntung. Kalakasa atau silok. Sapak pai –
bentuknya besar dan dagingnya berwarna kuning. Silok.
341
Patenggel atau hatenggel. Terap Petak. Panganen – ular sawah.
Tanonong atau nonong. Handipe Lepo. Marawak. Hanjaliwan petak.
Payahe atau payahi. Bumbung enyoh. Tangkalaluk. Kalompe atau
Kalampe, Sirang, Tambun – naga. Pahupoi. Uhat paying. Lalidi – ular
lidi. Hanteran petak. Ular lidi.
BAJAI BAKATAK
Pandak ijange, pamawi hayak basiak. – pendek rahangnya , suka
menyerang dan ganas.
BAJAI RAWING / JAJULONG.
Panjang ijange – Panjang rahangnya.
Keterangan :
Akan mangatawan bajai te kilen kahai, bahut ukurae amun ije
gawang kalombah osoke, maka kapanjange ije depe. Amun
kalombahe osoke telo gawang, maka panjange kea telo depe.
Bajai te mananteloh, bahut inampae lamunae ( sarangan
nanteloh) intu hunjun petak, inutupe dengan sahep tuntang dawen
kayu. Metuh bajai mananteloh, ie basiak. Bajai ije haron musit bara
tanteloh, kasingae tada toto.
(Bahasa Indonesia).
Untuk mengetahui buaya itu berapa ukurannya, biasanya
ukurannya, bila satu kilan (diukur dengan tangan – jarak antara ibu
jari dan jari tengah yang ditegangkan) ukuran dada, maka panjang
buaya tersebut satu depa. Bila ukuran dada tiga kilan, maka
panjangnya juga tiga depa
Buaya itu bertelur, biasanya sebelum bertelur mereka membuat
sarang tempat menyimpan telur di atas tanah, yang kemudian
ditutupi dengan …(sahep) dan dedaunan. Ketika sedang bertelur
biasanya buaya sangat ganas. Buaya yang baru menetas, giginya
sangat berbisa.
342
terbang lincah dan selalu ceria karena bila hinggap dimanapun selalu
berkicau. Kahiu. Kakumbang – kumbang. Kala – kalajengking.
Kalambuei. Kalampis dawen. Kalasi. Kalawet. Kalialang – burung
laying-layang. Katam – ketam. Kukang. Lalawa. Lalidi Ular lidi,
disebut ular lidi karena bentuknya seperti lidi, lincah dan berbisa.
Lalipan – lipan. Lamantek. Langau – lalat. Lokan. Munyin. Undang –
Udang. Uret – ulat. Ohit - burung uhit, jenis burung kecil, hampir
menyerupai burung parkit, dengan bulu beraneka warna. Pahat –
pahat. Pajahe atau piahe. Palandok – palanduk.Burung Punai. Pusa –
kucing. Sangkalap. Sansaman. Sasibur. Seso. Tahatong. Tasak –
cicak. Tipkupang. Jarungking. Kalampis dawen. Kapang. Kawok.
Katipei. Indoe rawi. Bantian.
343
BAB X
KESENIAN
Seni Suara
Pada umumnya Suku Dayak gemar melantunkan ungkapan hati
dan perasaan, kisah-kisah kehidupan dan kepahlawanan sukunya
dengan kalimat berirama. Ekspresi kalimat yang dilantunkan dengan
irama lagu berbeda-beda, misalnya sansana kayau memiliki irama
lagu tertentu, begitu pula Mohing Asang, Ngendau dan sebagainya.
Namun dari awal hingga akhir irama tersebut monoton dan diiringi
musik kecapi. Nyaris dalam setiap upacara adat selalu dilengkapi
dengan tradisi tersebut.
Mansana Kayau
Contoh-contoh Karungut 1
PANTEHAU PANTEHAU
ESUN TAMBUN BUNGAI ESUN TAMBUN BUNGAI
(Bahasa Dayak Ngaju) (Bahasa Indonesia)
347
Belom manyawan takaga uju Saya memberi karena gembira
Bauhat lamiang habaner batu Untuk kedatangan bapak yang
mengunjungi
Aku manjuluk awi kasuka Kami menyambut dengan
Akan pandumah bapa je maja keramahan
Ikei manambang dengan Di tempat kami kampung Hanua
kajenta
Hong eka ikei Lewo Hanua. Terima ini air paman bapak Enon
Aku memberi berdiri di depan
Ulurkan tangan segera
Kami memberi karena
Sambut toh danom mama bapa kebaikanmu.
Enon
Aku manjuluk mendeng hong Diberi nama Sanaman Mantikei
baun Panduh sungai yang berjejer
Gatang lenge balun habalaun Panantikei atas bukit karuhei
Ikei manenga awi kataun Kami mendengar dengan hati
gembira
Nanggare aram Sanaman
Mantikei Sama sawang tangga guci
Panduh batang danom je bara Hidup manarajah tanah
retei kasambuyan raja
Panantikei hunjun bukit karuhei Akan tangge ran orang banyak
Ikei mahining dengan hanjak dengan merata
atei Kelihatannya dikabulkan Yang
Kuasa
348
panjang Sejak malam ini yang sampai
Mangat itah rata hagatang belum
Palampang tarung je tatu hiang
Ampun maaf yang dengan bapak
Kata karungut kurang kurang
Salamat hasundau auh Semoga jangan menjadi bosan
inyampai Yang mengunjungi kami Ramang
Akan rombongan je samandiai Hanua
Tikas toh bewei auhku tinai
Bara alem toh je sampai hindai
KARUNGUT INTAN
GARINDA.
Syaer Suae
(Bahasa Dayak Ngaju)
2 Suatu tempat yang dianggap keramat oleh suku Dayak Ot. Letaknya di hulu
sungai (tidak terbaca, ns) dan Bemban anak sungai Katingan. Di kaki
gunung Raja atau Schwaner.
349
Tege isut taluh nyarita
Akan kakare je tundah kula
Hajamban isut bahing suara
Nyarita tandak intan garinda
350
Ampi bahalap je dia gampang
Mamarit atei tamuei dagang
351
Into Bentuk kakare ulun
352
Sama kilau hambaruan layang
Pahayak riwut je simpei
penyang.
355
(Bahasa Dayak Ngaju) Nanjuri kami yang air arak
Patei Lengen kameluh Dayak
Jetoh kacapi puna ihapan Mendahului dari pantan
Utus Dayak puna bara huran dibongkar
Kakare itah uras katawan
Batali due bajaman-jaman. Ini air teramat pedas
Haris pantis embun baduri
Metoh huang katika helo Pantas makanan ujai rambutan
Bawi hatue uras rata tau Hajamban pantar pambujang
Ulun bakas ije kailau guru perempuan
Seni suara musik dia bagetue.
Tuak ini memang diberi
Kecapi bulau je sangkalemo Tanda hati kami yang gembira
Mana-manan saritan ije ulon Makanan bisak yang kayu raja
helo Ketika mengunjungi Palangka
Tampung Buhul kaleka lewo Raya
Eka tasik gandang
ngarambang nyaho. Pantan dibongkar bersungguh-
sungguh
Dibongkar dengan hati yang bulat
Huran tali uei indurut Agar tulus yang hajat niat
Tampung bukit Tampung riwut Panjang umur hidup selamat
Eka raja Sambung maut
Balai saramin nantali riwut. Tengah segala mantir mangawan
Hari ini bapa membongkar pantan
Kacapi bulau umbai ambun Riwayat bapa lebih baik dikatakan
Asal jete bara hunjun Segala pengalaman di masa lalu
Aton hayak ulun turun
Bukit Kaminting kaleka muhun. Terima Bapak arak pedas
Dari kami remaja perempuan
KARUNGUT INTO Kameloh Dayak yang lima orang
JAMBATAN RAMBANG 4 Agar pekerjaan semua berhasil
(Bahasa Dayak Ngaju)
4 Karungut oleh Lewis KDR pada waktu menyambut kedatangan Bapak Haji
Ruslan Abdulgani di Palangka Raya.
356
Pandumah bapa tempu
sangiang DARI KAMPUNG
Aton panpanjajuri Palabuhan HANTAPANG MUJAI
Rambang J. Lampe Bulit
Angat kanuah je Jata lampang. (Bahasa Indonesia)
357
Tikas toh helo auh karungut Bahkan makanan ini dinikmati
Danom tuak ambun hadurut bapak
Pandumah bapa ikei Gulai ayam campur daun taya
manyambut Demikian yang dilakukan kami
Numun peteh Bapak Tjilik orang desa
Riwut. Memang tidak sama dari orang
kota
358
PERPISAHAN DENGAN ramai
BAPA GUBERNUR KDH
KALIMANTAN TENGAH 5 Kami bicara hajamban bahin
(Bahasa Dayak Ngaju) karungut
Membawa hati gembira tidak
terkatakan
Bapa Gubernur buli bara ngaju Akan kedatangan bapak Tjilik
Jalanan maninjau pedalaman Riwut
hulu Yang seperti kunang-kunang
Nampayah batu tuntang parak berjejer
kayu
Eka kawan meto tuntang eka Bukan main beruntungnya
lewo Kalimantan Tengah
Cekatan terlihat Gubernur kita
Luas pikiran pandai memimpin
Lancar perjalanan semua daerah
Kakare eka uras jadi ingaja
Hasundau kea dengan rakyat Ya bapak tuan Gubernur
jelata Engkau memimpin cukup bujur
Bara kota sampai pasah tana Indu kamiar kita selalu
Jadi inyupa uluh bakas tabela. Diberkati Yang Kuasa sepanjang
umur
Malahan panginan toh kamean
bapak Aduh bapak aduh ibu
Juhu manuk ewui dawen taya Aduh Jata aduh Sangiang
Kalote gawin ikei uluh desa Kasabai kita anak Jata Muncul
Puna dia sama bara uluh kota. Kepala ini memang tempat
kehendak
Sepoi-sepoi popularitas
Pander sarita toh dia bahasa Kalimantan Tengah
Nyanyi karungut dia bara nada Ruwan palendang intan hapanjih
Tari manasai dia kilau desa Riak-riak gelombang politik
Alun kesenian dia kilau pesta. pemerintah
Rakyat semua maju tidak kalah
Pangkeme bapak je dia rami
Bara Banjar sampai Lawang Kami anak sekolah tidak kalah
Kanji Diajar oleh guru laki-laki
Ikei balaku ampun toh baribu perempuan
kali Dalam susah semakin diramaikan
Ela manduan jadi toh kasingi. Ingat negara saat revolusi
361
Tarima bapa tarima bewei menyinggung bapak
Tarima pander ikei kilau Dimaklumi saja kami anak muda
karuhei yang masih sekolah
Tikas hetoh helo karungut ikei Yang seperti baru bisa melihat dan
Tabe ampun amun mengamati
manyinggung atei.
Bapak Tjilik Riwut satu orang
Gubernur yang berjasa
KARUNGUT ANAK SAKULA Bisa memberi contoh untuk
MPN KURUN 7 semua anak muda
(Bahasa Dayak Ngaju) Yang cinta asal usul dan bangsa
Di sana-sini sudah
Are tabe tuntang hormat memperlihatkan karya
Ikeimmanyewut kilau alamat
Tamparan kutak ikei kilau Begitu kehendak kami dengan
mansuman semua bapak-bapak
Selamat dumah bapak Yang akan memimpin daerah
Gubernur tuntang rombongan. tingkat II
Pantas mengambil contoh yang
betul berguna
Balaku paramisi je rai-rai Maniruk yang benar dan bijaksana
Dengan keton kare tundah
pahari Harapan kami buat bapak
Ikei toh bara baris anak bawi Gubernur yang memang kepala
Handak hakutak kilau gantin Bisa mencari orang yang satu hati
kare pahari dengan bapak
Untuk kepala daerah tingkat II
Toh ikei baris anak tabela Kahayan Hulu terang nyata
Mampahanyi arep hakutak
taharep bapak Demikian permintaan kami anak
Kilau manyewut salamat muda
hasupa Sampai kami berdiri dihadapan
Dengan bapak gubernur ije bapak
puna kapala Agar Kahayan Hulu bisa
sempurna
Jetuh kilau mamparahan Sesuai mengikuti keinginan kita
kahanjak itah merdeka
Tagal pandumah bapak gun Dua tahun ini sudah berlalu
akan eka itah
Perlu mite yuntang Di situ bapak mendirikan tiang
manampayah pertama
Bapak Gub Tjilik Riwut Kami kira bapak tidak ingat janji
Paham tarunge inantali riwut Karena sudah banyak tahun sudah
Bara kota sampai hulu antara lama
Kilau manggantung sewut ikei Bantuan tambahan ruang SMP
ngaju. seratus ribu besarnya
Bantuan untuk yayasan pelajar
setengah juta janji
Awi te ikei mendeng into hetoh
Kilau manyampai tuntang Kami harap bapak tidak marah
manyewut Karena banyak bicara yang bisa
Terima kasih ikei akan bapak hati melukai
Tjilik Riwut Kami tahu bapak banyak sekali
Ije biti bara ikei ngaju ije pekerjaan
basewut. Minta ampun dan maaf rai-rai
363
Mikeh kare pander aton Takut ada segala bicara kami salah
manyinggung bapak Harap jangan mengambil
Maklum bewei ikei anak tabela membawa ke ngawa
je lagi sakula Maklum saja pengetahuan pas-
Je kilau harun tau mite tuntang pasan
manampayah. Oleh karena itu banyak ampun
maaf dengan bapak-bapak.
Bapak Tjilik Riwut ije biti
gubernur ije bajasa. PETEH IJE BITI ANAK
Ulih manenga suntu akan kare KALTENG
anak tabela M. Darman.
Ije sinta utus tuntang bangsa (Bahasa Indonesia)
Hong hete-hete jari
mamparahan kariya. O kita Kalimantan Tengah
Ini perjalanan yang baru datang
Kalute kahandak ikei dengan Kita menyambut yang benar-
kare bapak-bapak benar
Ije handak mamimpin daerah Berdiri duduk harus berhadapan
tk II
Patut manduan suntu je tutue Jangan sampai yang dulu-dulu
baguna Banyak rebutan yang hasanselo
Maniruk je bujur tuntang Lebih baik menuruti orang tua-tua
bijaksana. bahula
Bisa sepakat beberapa kampung
364
Tidak kalah dengan kota sebelah
Hete bapak mampendeng tiang menyebelah
pertama Terkenal kumbang keliling dunia
Kantor tuntang huma wedana Palangka raya Indonesia jaya
Human camat tuntang kantor
camat BAKEDA KAPUAS
Ije akan inguan nyelo 63/64. (Bahasa Indonesia)
Ikei madu bapak dia ingat janji Demikian pesan dari satu orang
Awi jari are nyelo jari helat Anak Kalteng yang tidak pandai
katahi Dengan hidup yang tersia-sia
Bantuan tambahan ruang SMP Seperti berjalan mamarak duri
seratus ribu kahai
Bantuan akan yayasan pelajar Ini pohon yang Batang Garing
setengah juta janji Yang indah babusung runjan
Berakar rentai nyangkabilan
bawake
Ikei harap bapak ela balait Batunjang duhung bahangkang
Awi are pander je tau atei bunu.
babuhit
Ikei katawan bapak are toto Berdahan Nyalung Kaharingan
gawi Belum
Balaku ampun tuntang maaf Batang Garing berduri simbel
rai-rai. Indah balimut pasihai runjan
Babungking Batang Batu
365
Memang ini dari getah
Keleh Hatala mampahayak Patei Lengen pamanku Damang
bapak-bapak Kepala
Nguan jalanan mangguang Kepala Adat Kapuas Ngawa.
kare eka
Sampai dengan salamat buli Ongkos ditanggung oleh anggota
huma Bakeda
Ibu-ibu manambang dengan Yang baru hidup pas-pasan
kahanjak kea. Kerajinan kami memberi
Panglima Mantir Kepala
9 Syair untuk penyerahan tanda mata dari Bakeda Kuala Kapuas untuk
Residen Tjilik Riwut yang disampaikan dengan perantaraan Dewan
Pimpinan Daerah Partai Persatuan Dayak di dalam konferensi PD
Wilayah Kabupaten Kapuas tgl 25 – 27 April 1957. – Ketua Alek Talie.
367
Kapala ngalampang yang angin
Bateras Nyalung Kaharingan terkenal
Belom. Kalimantan Benteng ruang
Batang Garing baduhi simbel batunjung
Bahalap balimut pasihai runjan Semoga Jata Hatalla menolong
Babungkim batang batu
Kalian Camat Damang Pambakal
semua
Mamua garanuhing kanduyung Tetuha kampung Palangka Raya
Bua danom laut. Apabila adat aturan kami salah
Ije bahalap kamelang dare Minta ditegur dengan kalian ibu
Kanahenteng tabuhi bapak
368
Panjang umur rajaki mandai
Mudah-mudahan kapala
batiruh nupi.
Nupi pambelom Bakeda kapuas
je asi-asi.
KARUNGUT
KOTA
PALANGKA RAYA
(Campuran bahasa Dayak
Ngaju dan Sangen) BAKESAH SAMBIL
MASIAREP
Lilang rata je dahiang baya Arnias.R (Bapak Setia)
Bara lewo Palangka Raya (Bahasa Indonesia)
Kejau uras je taloh papa
Ngaju ngawa je ngambu ngiwa. Darisini berfikir banyak ngawur
Lebih baik kita membuat kerungut
Lewo ngarambang ijin bara atau dindang
tumbang Bukan karena pandainya
Rundung kamanjang pantis mengarang
dahiang Hanya untuk mengganggu hati
Lewo kamapan patahu antang yang pusing.
Rundung ucan garun sangiang.
Ini karungut dari orang tua
Aku je dumah je niha-niha Jaman penjajahan dia sempat
Bara batang danom riak alami semua
jamban kaleka Orang ini penuh cinta tidak
Uras uluh jari manampung pemarah
Bahanjung gahung je tampung Bila tidak salah ia pak Setia, dia
untung. Arnies.
369
Aku mananjuri riwut karungut Turunan leluhur memang perkasa
Awi aton bapak nagara Ayo kita mengurus sama
Mampendeng lewo Palangka
Raya. Ini berdiri juga ibukota
Yaitu dibuat nama Palangka Raya
Dulu berganti-ganti ke Jakarta
Kilau kanuah antang patahu Minta kepada bapak negara
Itah batang danom nyahu
Kilau ngaja Hatala bara Ini yang bernama sama maju
ngambu Nama perkembangan kita dari
Jata kalampangan bara kalang dulu
labehu. Bangunan hampir semua dari batu
Hanya sedikit saja yang dari kayu
370
Balaku tingak dengan keton memang susah
indo bapak. Selalu rasa memang dijarah
Tetapi terus tidak juga kehilangan
berubah
Jetoh bewei saritangku helo
Dengan keton mantir lewo Menghitung hidup yang seperti ini
Balaku ampun baribu-ribu Terlalu tertinggal dari kebanyakan
Tarima kasih auhku helo. orang
Siang malam nyaris tidak tidur
KARUNGUT RIWUT Hati bua yang seakan layu
ANDAU
(Campuran Bahasa sangen dan Sekian dulu karungut dindang ini
bahasa Dayak Ngaju) dulu
Karena malam sama sudah malam
Riwut andau je riwut andau Apabila ada salah karungut
Riwut manasa je juking kuta. dindangku
Minta ampun saja beribu-ribu
Riwut burung je riwut burung
Riwut pasak Kapuas Murung.
371
Hantu-hantung je pangkoh tersia-sia
lombung Memang benar juga terlalu
Mahalau teluk lewo tertinggal
Tamanggung. Dari ampin kapintar kaharati
372
Kata ini bila teguran ajaran
Toh iye je jari mendeng Bisa saja pikir dan sabar
Daerah ain itah bagare Kalteng Karena muda mudah dapat pacar
Utus Tato Hiang puna menteng Bisa bepergian ke toko pasar
Ayu itah maurus sama
barendeng. Ini karungut siap kubuat
Jika saudara mendengar memang
Toh mendeng tinai ibu kota setuju
Iete iawi ara Palangka Raya Tapi bila rasa ada menggangu
Bihin baganti-ganti akan Kami mohon maaf saja beribu-
Jakarta ribu
Balaku dengan Bapak Nagara
Karungut sampai disini dulu
Toh iye bagare sama maju Jangan kalian marah padaku
Ara kamiar itah bara helu Kata ini seperti umpama pikun
Bangunan bilak uras bara batu Tapi rasanya memang semua
Puna isut bewei je bara kayu benar
373
bagawi
Basa ampi huang desa magon
balihi
KARUNGUT
MAMPARENDENG
(Bahasa Dayak Ngaju)
374
Huran aton uluh bakas
Zaman huang Tumbang
Kapuas
Kutak pander puna karas
Tingkah ajar kea tamam uras.
375
Atawae auch bara bapak indue.
Mohing Asang
376
Salah satu Mohing Asang yang merupakan komando pangkalima
perang yang menggunakan bahasa Ot Danom dengan dialek Siang-
Murung.
Mohing Asang
(Genderang Perang)
4/4
1 2 3 3 3 3 5 3 .
Mo hing bo lah ta a mo hing
Ha woi ho mat tak ha woi
1 2 3 . 1 2 3 6 . .
mo hing na ing manuk leuweung
ha woi ne ko ko lo hambong
1 2 3 3 3 3 5 3 .
bo so bo ko hang bo so
ngin do kooman dau si pet
1 2 3 . 1 2 3 6 . . 6 6
bo so na ing a ping ting ang
tla wang da mek ne ko tun tang te lep
5 5 3 2 . 5 3 3
neng neng neng neng neng neng neng
te jep po no pangkih
2 2 6 . . 6 6 . . .
neng neng neng neng neng
si pet neng neng neng
Artinya :
Neng-neng-neng-neng
Neng-neng-neng-neng
Neng-neng-neng-neng.
377
Berani sebagai panglima
Ambillah mandau dan sumpitan
Perisai, damek, dan telep
Lain-lain
Ngendau
Natum
Natum Pangpangal
Dodoi
Dondong
11 Darat.
12 Kalimantan Tengah.
13 Manugal.
14 Panen.
378
Marung
Marung ialah nyanyian pada saat upacara atau pesta besar dan
meriah.
Contoh Marung. 15
Ngandan
Mansana Bandar
Karunya
Baratabe
Kandan
Salengot
17 Lihat lampiran
380
dalam menceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan
kedua mempelai dalam pesta pernikahan tersebut.
Setangis
Lagu Kalimantan
Seni Musik
Seni musik memegang peranan penting dalam hidup keseharian
Suku Dayak, terlebih dimasa dahulu. Pewarisan budaya yang lebih
dikenal dengan istilah Tetek Tatum, terkadang menggunakan kecapi 19
sebagai sarana. Tetek Tatum ialah cara bercerita dengan kalimat
berirama tentang asal usul nenek moyang, sejarah masa lalu suku,
tentang kepahlawanan, kepada generasi penerus. Malam hari
menjelang tidur, ayah bercerita dengan kalimat berirama sambil
memetik kecapi. Anak-dan isteri mendengarkan, terkantuk-kantuk
akhirnya tertidur. Suara kecapi mampu menghadirkan suasana
damai bagi seisi rumah hingga keakraban keluarga menjadi semakin
hangat.
Dalam setiap upacara adat, pesta pernikahan, acara kematian,
suara musik dalam bentuk Gandang Garantung tidak pernah
ketinggalan. Tanpa dilengkapi suara Gandang Garantung 20, acara
Garantung
Garantung adalah gong yang terdiri dari lima atau tujuh buah,
terbuat dari tembaga.
foto
Sarun
Alat musik pukul yang terbuat dari besi atau logam. Bunyi yang
dihasilkan hanya lima nada yaitu do (1.c ), re(2.d), mi(3.e), sol (5. g),
la (6.a).
Salung
Salung sama dengan sarun , tetapi salung terbuat dari kayu atau
bambu.
Kangkanung
Kangkanung ialah sejenis gong dengan ukuran lebih kecil berjumlah
lima biji, terbuat dari tembaga.
Gandang Mara
Gandang Mara ialah alat musik perkusi sejenis gendang dengan
ukuran setengah sampai tigaperempat meter. Bentuk silinder yang
terbuat dari kayu dan pada ujung permukaan ditutup kulit rusa yang
telah dikeringkan, kemudian diikat rotan agar kencang dan supaya
lebih kencang lagi diberi pasak.
Katambung
Katambung alat musik perkusi sejenis gendang yang biasa digunakan
dalam upacara-upacara adat. Ukuran panjang 75 cm terbuat dari
kayu ulin dan bagian yang dipukul dengan telapak tangan terbuat
dari kulit ikan buntal yang telah dikeringkan berdiameter 10 cm.
Kacapi
Kacapi adalah alat musik petik yang terbuat dari kayu ringan.
Dimasa lalu tali yang digunakan adalah tengang atau tali liat yang
terbuat dari kulit kayu, namun saat ini tengang dapat digantikan
dengan tali nilon. Dawai tali kecapi dapat dua, boleh juga tiga.
Apabila tali kecapi dipetik nada lagu dapat diatur. Suara kecapi
biasanya untuk mengiringi karungut dan Tari Kinyah.
Serunai
Serunai terbuat dari bambu atau kayu.
Guriding/Ketong
Guriding terbuat dari sejenis tumbuhan hutan yang dalam bahasa
Dayak disebut belang atau pohon jako. Yang diambil pelepahnya yang
telah tua, kemudian dikeringkan. Setelah kering dipotong-potong
berukuran sejengkal. Tengah-tengah guriding berlidah dan ujungnya
runcing dan bila dipukul akan mengeluarkan bunyi.
Suling Bahalang
Suling Bahalang ialah alat musik tiup yang terbuat dari bambu
berlubang tujuh,
Suling Balawung
Suling Balawung ialah alat musik tiup yang terbuat dari bambu
berukuran kecil dengan lima lubang di bagian bawah dan satu lubang
di bagian atas. Suling Balawang biasa digunakan oleh perempuan.
Kangkanong Humbang
Kangkanong Humbang ialah alat musik yang terbuat dari bambu.
Rebab
Rebab ialah alat musik gesek.
384
Tote atau serupai
Tote atau Serupai ialah alat musik tiup yang terbuat dari buluh kecil
yang telah dikeringkan dan ujung sebelah dalamnya diberi lidah.
Pada batang dibuat dua atau tiga buah lubang . Untuk menghasilkan
bunyi yang merdu dan menyayat kalbu, tote atau serupai ditiup pada
bagian ujungnya.
Babun
Babun sama dengan kendang.
Garunde
Kangkurung
Seni Tari
Suku Dayak khususnya di daerah pedalaman baik laki,
perempuan, tua, muda, hingga anak-anak semua gemar menari.
Biasanya mereka menari pada suatu acara tertentu atau dalam
upacara adat dan diiringi suara alat-alat musik yang mereka miliki.
Adapun nama tari-tarian yang mereka kenal :
Manganjan
Manganjan ialah tarian sakral yang biasa diadakan dalam suatu
ritual adat. Tari ini biasa dilakukan baik oleh laki-laki maupun
perempuan sambil mengelilingi binatang-binatang kurban seperti
kerbau, sapi, ayam yang akan dipersembahkan dalam upacara Tiwah
atau upacara keagamaan lainnya.
Tari Manasai
Tari Manasai ialah tarian pergaulan yang sangat digemari dan
dikenal oleh masyarakat luas. Baik laki-laki, perempuan, tua muda
semua gemar manasai yang merupakan ekspresi kegembiraan dalam
setiap acara bergembira baik dalam acara pernikahan, menyambut
kedatangan tamu yang dihormati dan semua acara gembira lainnya.
385
Tari Manasai selalu berputar mengelilingi sangkai lunuk21 atau benda
lainnya yang dengan sengaja diletakkan di tengah-tengah.
Ada empat jenis gerakan dalam tari Manasai ialah :
a. Nasai Lemu Lembai yang artinya lemah gemulai. Penari menasai
dengan gerakkan yang lemah gemulai.
b. Nasai Tambalik Baju yang artinya nasai baju terbalik. Penari
menasai dengan gerakan bertolak belakang.
c. Nasai Saluang Murik. Saluang adalah jenis ikan yang ukurannya
kecil dan sangat populer di masyarakat, murik berarti mudik.
Kebiasaan ikan Saluang apabila mudik di sungai, cara
berenangnya kadang-kadang berenang maju, kemudian mundur,
dan kadang-kadang putar ke kiri dan putar kekanan. Jadi para
penari Manasai dengan gerakan demikian pula kadang-kadang
maju, mundur, putar ke kiri dan putar ke kanan.
d. Nasai Mukah Tunding Tasai Bua. Ialah menasai pada musim
buah. Pada musim buah biasanya tumpukan buah yang
ditumpuk-tumpuk menyerupai gunung, diletakkan ditengah-
tengah dan sambil Manasai mereka berputar mengelilingi
tumpukan buah-buahan, sembari memakan buah yang tersedia,
mereka merubah bentuk tumpukan yang berbentuk gunung
menjadi bentuk binatang. Biasanya dalam kesempatan ini penari
laki-laki mengambil dan memberikan buah kepada penari
perempuan dan begitu sebaliknya.
21
Tiang
386
berarti perempuan maka pesan yang ingin disampaikan ialah untuk
maju ke medan laga, bukan hanya laki-laki yang mampu namun
perempuanpun tidak ketinggalan siap berperang dan turut serta
dalam perang demi mempertahankan kejayaan negerinya.
Tari Deder
Tari Deder ialah jenis tari gembira untuk menyambut kedatangan
tamu juga dalam upacara adat.Tari ini merupakan tradisi tarian di
daerah Murung, Tanah Siang, Barito Hulu yang biasa disebut sebagai
Deder Siang dan Deder Dusun Tengah di Barito Tengah. Tari ini bisa
dilakukan berpasangan laki-laki dan perempuan, boleh juga
bergantian. Para penari dengan diiringi suara musik sambil menari
menyanyikan lagu-lagu deder dengan kalimat-kalimat spontan,
bersahut-sahutan sambil sindir- menyindir dengan jenaka hingga
membuat para penonton riuh rendah bertepuk tangan sambil tertawa
ria. Para penari mengelilingi sebuah sangkai atau tiang, boleh di
dalam rumah, boleh juga dihalaman rumah.
Giring-Giring
Tari Giring-giring ialah tarian yang berasal dari daerah Barito
Selatan, Kalimantan Tengah. Penari boleh laki-laki atau perempuan,
boleh juga berpasangan laki-laki dan perempuan. Alat yang
digunakan untuk tarian ini ialah seruas bambu yang telah
dikeringkan berukuran satu sampai satu setengah meter, dalam
bambu diisi batu kerikil atau benda-benda kecil yang keras, dengan
maksud apabila bambu tersebut digoncang akan menghasilkan suara
yang sesuai dengan suara musik yang mengiringi tarian, Tari ini
biasanya diadakan untuk menyambut kedatangan para pahlawan
perang yang memperoleh kemenangan di medan laga. Dapat juga
diadakan pada pesta pernikahan atau untuk menyambut kedatangan
tamu.
387
berangsur-angsur si sakit akan sembuh. Tarian ini biasanya diadakan
pada upacara adat pernikahan serta pada saat menyambut tamu yang
dihormati
Tari Bukas
Bukas adalah tarian yang berasal dari dari Suku Dayak Maanyan dan
Suku Dayak Dusun. Tari ini dilakukan oleh satu sampai tujuh orang
yang terdiri dari remaja laki-laki dan perempuan. Alat yang
dipergunakan dalam tarian ini ialah bambu dan tombak. Sambil
menari mereka menyanyi. Tari ini diadakan untuk menyambut
kedatangan pangkalima 22 setelah kembali dari berperang.
Tari Salendang
Tari Salendang ialah tarian yang bisa dilakukan baik oleh laki-laki
ataupun oleh perempuan bergantian atau berpasangan. Mereka
menari dengan selendang diletakkan terjuntai ditengkuk belakang
dan kedua tangan memegang ujung selendang. Sambil menari dengan
gaya bebas dan kadang-kadang lutut ditekukkan, mereka menyanyi
dengan syair spontan hingga para penonton mampu tertawa
terpingkal-pingkal menyaksikan gaya dan syair lagu spontan yang
telah mereka lakukan.
22 Panglima.
388
dipergunakan ialah lengan bulau / tihang potong 23 atau tiang. Para
penari sambil menari berputar mengelilingi lengan bulau atau tiang
potong tersebut sambil menyanyi karang dadeo dengan syair
spontan, bersaut-sautan dengan diiringi suara musik. Susana riang
gembira ketika mereka yang hadir tertawa terbahak-bahak
menyaksikannya.
Tari Karangkau/Gumbeuk
Tari Karangkau atau tari Gumbeuk ialah tarian yang dilakukan pada
saat melaksanakan upacara Ijambe atau Manjalimbat 24. Secara
bersama-sama baik laki-laki, perempuan, tua, muda, dan anak-anak
yang hadir dalam upacara ijambe atau Manjalimbat menari
mengelilingi tulang-belulang orang yang meninggal tersebut.
Tari Mangetem
Tari Mangetem ialah ialah jenis tarian gembira pada saat memotong
padi.
Tari Mangkules
Tari Mangkules berasal dari daerah kabupaten Barito, Kalimantan
Tengah, diadakan pada upacara adat setelah pembakaran jenazah.
Tari Tugal
Tari Tugal diadakan pada saat menanam padi.
Lain-Lain
390
Masih banyak tarian lainnya, misalnya tari Bagondang –
Kotawaringin Barat, tari Halu atau tari Antan atau tari Kanjan Halu,
tari Burung Tekukur, tari Burung Balatuk, tari Baganja, tari Riam
Panjang, tari Nasai Talihit. Tari Kencep atau Papati, yaitu tari perang
yang berasal dari Suku Dayak Kenyah, tari Ngejiak – Suku Dayak
Bahau, tari Gantar – Suku Dayak Tunjung, tari Burung Kucica – Suku
Dayak Lenguai, tari Bakukui – Suku Dayak Brusui, tari Karangken,
tari Bonang tetet, tari Sekar Bakung – Suku Dayak Bakung, tari Kudo,
tari Topeng –tari Kalasik Kutai.
Seni Pahat
Di kalangan Suku Dayak, kegiatan memahat banyak dilakukan
untuk melengkapi persyaratan dalam pelaksanaan Upacara Tiwah25.
Disamping itu juga untuk menghias pusaka-pusaka baik yang terbuat
dari besi, tanduk rusa atau kayu. Misalnya untuk membuat mandau
pusaka, telawang atau perisai. Namun di masa sekarang kemampuan
memahat di kalangan Suku Dayak telah semakin berkembang.
Banyak cinderamata kecil menarik yang dipahat.
Seni Anyam
Pada umumnya dimasa yang telah lalu para gadis remaja Suku
Dayak mampu melakukan pekerjaan anyam-anyaman. Tidak mampu
menganyam tikar alas tempat tidurnya sendiri dianggap sebagai
sesuatu yang memalukan. Biasanya para gadis remaja berusaha
menganyam sendiri tikar alas tidur orang tuanya, juga untuk calon
suaminya. Kemampuan menganyam biasanya dipelajari secara turun
temurun. Banyak bahan yang dapat digunakan untuk menganyam,
yang umum digunakan adalah bahan rotan dan purun. Biasanya yang
dianyam ialah tikar, baik untuk tidur ataupun untuk alas duduk, topi,
tas, balangsai, rambat. Kupang dan pulang mandau juga terkadang
dianyam dari bahan rotan.
Kulit Binatang
Kulit binatang terkadang dimanfaatkan untuk membuat alat
musik misalnya kulit ikan buntal enyuh dapat digunakan untuk
membuat ketambung. Katambung adalah alat musik tradisional yang
mempunyai nilai sakral, karena pada upacara keagamaan umumnya
selalu digunakan. Kulit rusa terkadang dimanfaatkan untuk membuat
kendang atau gendang. Terkadang juga dibuat bahan pakaian,
misalnya kulit macan dahan.
Seni Lukis
Seni lukis terlihat dalam tato atau tutang, yang digambarkan di
tubuh manusia Dayak. Begitu juga pada gambar-gambar di peti mati
yang dinamakan runi, kakurung, sandung, patung dan sebagainya.
Tetek Tatum
Tetek Tatum
(Bahasa Dayak Ngaju)
Tatu Hiang
(Bahasa Dayak Ngaju)
393
2. Manumon saritae, metoh kalunen itah toh buang, hindai aton
huange, baya ije aton iete : Ranying 26 atawa Pahotara, Mahatara,
Hatalla, Allatalla. Jetoh aran Hatalla manumon basa Dayak
Sangen (Sangiang), basa Dayak kuno. 3. Tinai manumon kuan uluh
bakas helo, jete ije inyembah, eka kapercayan ewen. Ranying atawa
Raja Tuntung Matanandau – imbungkus awi kalawa ije hagining-
haganang bahalap toto ampie, sampai sirau dia olih matan itah
alon Kalunen manampayahe. Maka eka te bagare “Batu Muning-
Muning”.
4. Te Ranying lembut tiroke handak manampa alam-dunia Kalunen
minjam toh, tinai dengan taloh awang huange, sep simpan ampie. 5.
Huang ije wayah, salenga nganduroh mahiau Nyaru Nyalentup
langit 6. jakae kilau auh taloh basaloh-balewut; jete uras awi
kuasan ain Ranying. 7. Salenga Batu Muning-Muning te pusit
basela due. Ije hula ujun mandai manjadi langit batang danum
Kalunen; 8. tinai ije hila penda mohon gantu-gantung tuntang
bunter ampie, ije manjadi petak itah toh (Kalunen toh). 9. Metoh te
ganan kakuasaan Ranying palus mohon apoi bara hunjun akan
petak hayak mangehu petak itah toh, sampai manara bura-burak,
tinai petak bara apoi te nah jete ije manjadi kare bukit, gunung,
longkoh, luau, sungei, t.k.t. Metoh te kea jari injapa awi Ranying ije
macam ramu ampie bunter panjang tame huang atei petak tinai
melai intu bentok petak manjadi turus (hampulur) petak. 10. Aran
taloh te iete “Sanaman”. Intu Sanaman te aton mingkes kaabas ije
tau manjijit ije inyewut “Sanaman Bahanyi”. 11. Limbah te tinai
Ranying manjapa atawas mampamohon due (2) kabawa bukit ije
paham bahalap dan paham ampin kabungase. 12. Bukit te, ije
inggare bukit “Hintan” , tinai ije kaduee inggare bukit “Bulau”
(Amas), hagining-haganang, bakalawa awi pancare. 13. Salenga
due bukite nah, hobah ampie hayak hagatang akan hunjun. Sana
kalawa/pancaran ije solake bara due (2) bukit te, salenga kalunan
(alam) itah toh balawa.
14. Bukit Hintan salenga hobah manjadi “Matanandau”, tinai bukit
Bulau hobah manjadi “Bulan”. Matanandau tuntang Bulan balalu
mandai akan hunjun tuntang melai huang kalekae mije-mije helat
langit tuntang petak.. 15. Salenga Matanandau tutang Bulan itah
toh hajijit, iete ganan tarikan bara “Sanaman Bahanyi” atawa Besi
Berani ije aton intu bentok petak (hong atei petak-Kalunen),
Kajariae Kalunen (petak) itah ije bunter te mangaliling
Matanandau. 16. Limbah te tinai Ranying manjapa sepsimpan
ampin taloh huang dania/Kalunen toh, kilau kare meto, danum,
17. Metoh due bukit te nah mandai tinai mamancar kalawa ije
solake te, salenga aton majadi : “Hawoon Baro-Baroon” (imbasa
Hawon Baro-Baroon manyewut r te helat r tuntang 1). 18. Awi
ganan kaabas kalawa te, manjadi bara Ambon kilau olon Kalunen
ampie. 19. Palus limbah te basaloh manjadi : Raca Darin Dara
Nambit Tunggul Langit; ekae melai metoh te iete : “Lewo Tatau
Habaras Bulau”. Limbah jite tinai, awi kasaktian ewen palus lembut
“ Samucung Ranying Suling ie toh kea paham kuasa. 20. Limbah te
lembut “Kahungkung Nangkui Pahawang”. Bara jete lembut tinai :
“Pilang Nagkui Langit” ie paham kuasa. 21. Uras bara ewen te nah
tau lilap 27 dia gitan. 22. Pangkalepahe iuluh bara hunjon Palangka
Bulau ije Palangka bara Bulau impamohon ije biti uluh hatue ije
paham bakena dia lalangena, dia lue-luen ampin kahalap,
katagangae, paham kuasa, pupuse baputi ngila-ngilat dia aton ije
malabien bara ie. Maka uluh te ije pangkasolake manjadi tatu-bue
itah, iete iuluh into Tatan Puruk Pamatuan iete hulu Kahayan
tuntang Barito. 24. Arae iete “Antang Bajela Bulau” atawae
“Tunggul Garing Janjahuan Laut”. Awi ganan kasakti-jaya tuntang
kuasa Antang Bajela Bulau, lembut due biti uluh hatue bakena arae
:
a. Lambung atawae Maharaja Bunu.
b. Lanting atawae Maharaja Sangen
25. Awi kakenae Antang Bajela Bulau, maka jelas hariap kilau
bulau. 26. Tinai manumon kuan uluh bakas helo, ie dia matei tapi
ghaib, kinjap mangalunen, manyondau oloh, berenge hai panjang
hasansingute mamanting, hayak manangking mandau, kagantonge
bilak telo meter. 27. Ie tau dumah mangalunen, maja oleh ije aka
huange atawae mantehan ie.
Palangka Bulau Ije Inguluh Hong Datah Tangkasiang Intu
Rakaui, Malahui (Kalimantan Barat)
27 Gaib.
395
sampai intu petak kadue-due tanteloh te basaloh manjadi epat (4)
olon Kalunen iete :
a. Ije hatue bagare : Litih atawae Tiong Lajang Raja Mamegang
Jalan Tarusan Bulan, Raja Jagan Pukung Pahewan, palus
basalah manjadi “Jata” melai intu lewu Tumbang Danom
Dohong.
b. Terlo (3) biti bawi ije dia lalangena kahalap, kamanis-katawas
baun matae, pupuse malisen bahenda baputi, balantih
baharim, aran ewen telo te iete :
1. Kamulong Tenek Bulau
2. Kameloh Buwoy Bulau
3. Nyai Lwentar Katingei Bulau.
30. Metoh te kea Salenga Kameloh Buwoy Bulau atawae Putak
Bulan Tantu Julen Karangan nalihi kalunen, dia bara tahaseng
tinai. 31. Te ie palus inamput awi tahasak danum bara hunjam
bukit, inamput akan tasik sampai intu pulau “Pambelom”. Tahiu ie
ije matei te ingatawan awi pahartie “Jata” (Litih) ije paham kuasa
sakti jaya, palus dumah mimbit “danom Kaharingan Pambelom,
impihope, ihopae hemben te kea ie belum haring haring haluli. 32.
Hong pulau “Pambelom”, ie melai kabuate, tapi awi ganan kahalape
tuntang kaharitie, maka ie iangkat oleh lewu manjadi Raja.
34. Awi Ranying, impamohon tinai ije biti uluh bawi bahalap,
baputi, bahari-balantih, arae : “Nyai Sikan Tenek Kambang”
Penjalanan ewen ije impamohon hong epat eka te. 35. Sinde andau,
Lanting atawae Maharaja Sangen tinai Karangkang Amban
Penyang atawae Maharaja Sangiang mananjung akan Datah
Takasiang (Kaleka toh samapai andau toh magon aton awae, batu
Babilem kilau bulon burung Tangkasiang, ati lampate mandai, tinai
aton awan paie). 36. Tinai into hete jadi hasundau dengan due nyai
te andau, palus ewen ndue hinje, kawin mawi kabali baloh. 37.
Lanting kawin dengan Nyai Lenter Katingei Bulau Tinai
396
Karangkang Amban Penyang kawin dengan Kamulong. 38. Toh
baya Lambung atawa Maharaja Buno ije melai kabuat hindai aton
kabalie. 39. Manomon tetek tatom ije turunan Antang Bajela Bulau,
Tingang, Antang, Timbang Andin Pulran tuntang Nyai Siken Hewoi
Habureh Tinai ewen haduan, palus manak manyaria, dahang
dahanga sampai manyuang pulau itah toh manjadi tatu-bue uluh
Dayak hapus pulau Kalimantan. 40. Ampi Lambung atawa
Maharaja Buno mangkeme arep ongi-ongin angate, awi te iye
lembut tiroke kea handak manggau kabalie-baloh, manggau urohe,
manggau sinau wetau pangiring weteng kilau lanting ewen ndue
Karangkang Ambun Penyang. 41. Awi te kea ie palus halisang bara
Rakaui palus masuh akan sungai Malahui 28, Sungai Kapuas
Bohang Kalimantan Barat. Hong panjalana te ie jari hasundau
kilau kanuah Jata Kalampangan Labehu, hasundau dengan ije
bujang bawi ije dia lalengan kahalap, balau panjang sampai takir,
tunjuk puse bahenda, kilau upak langsat, bahalap bahari-balantih,
ampin tawas baun-mata, kilau bidadari muhun bara kayangan,
mampatujah. 42. Te lembut tiruk Lambung mipen uluh bawi te,
nahuang manduan akan kabali. 43. Te ie misek, te salenga palaku
te inolak awi uluh bawi te, hayak iye hamauh : “ Ela ikau kawin
dengangku, basa aku toh bawin kangkamiak”. Pasangan ayum jari
iatur awi Ranying Hatala iete ije biti bawi bahalap, nduan ie te
kareh akan sawam. 44. Awi te aran kaleka e sampai wayah toh
inyewut Pontianak, bara bawak kotak kangkamiak, jadi Ponti –
anak. 45. Lembut saaritan Lambung barayar mandipah Tasik
Mahapan Anak Tihing bagare Banama Tingang. 46. Awi uluh helo
sakti, tau barayar mahapan amak, te iye sampai pulau pambelom,
palus jakat, salenga ie jari hasundau dengan Kameloh atawa Putak
Bulan Tantu Julen Karangan. 47. Palus ewen ndue hakajadi, mawi
kabali-baloh, basa puna jadi kahandak Ranying Hatala. 48. Ewen
ndue tatap manjadi raja into pulau Pambelom. 49. Tahi-tahi ewen
ndue dinon anak hatue, bawi, ara :
1. Sempung Amai Bungai
2. Saropoy Amay Tambun.
3. Nyai Etan.
4. Nyai Rambu.
5.Rambang Tingang Kumpang Takuhan Pulau Tutuk
Rantau.
50. Salenga ie palus taraingat kare pahari, tuntang eka ije sulake.
Awi te kea Lambung mamakat kabalie tinai kare anak jaria
babukat. Palus ewen babukat malihi pulau Pambelum, barayar
mahapan Lasang Bakirai Bahenda tuntang ewen jakat into Pulau
28 Malawi.
397
Kantan, tumbang sungai Kahayan iete hila ngawa Pulang Pisau. 51.
Maka lembut saritan Karangkang Amban Penyang atawa
Maharaja Sangiang, tuntang lanting dengan anak sawa mindah
babukat bara datah Takasiang akan Teluk Rintuk into Malahui.
Metoh te Karangkang aton telo puluh anake, tinai Lanting aton
jahawen biti anake. Limbah te ewen mindah tinai akan Kahayan
mahalau sua jalan Sua Urau hulu Kahayan. 52. Te ewen manampa
lewo taheta bagare Tumbang Pajangei atawa lewo Batu Nindan
Tarong. 53. Sampai andau toh lewo te magon aton. 54. Tinai
keturunan Lanting, Rambang, Karangkang, Nyai Sikan jete
manjadi manak-manjaria manjadi tatu hiang utus Dayak hapus
pulau Kalimantan toh. 55. Metoh tato itah huran impamohon
huang kalonen toh, mahapan Palangka Bulau, maka olon ije solake
te assal balua bara cahaya matanandau tuntang bulan. 56. Awi te
kea uluh bakas helo paham marega matanandau tuntang bulan..
Itah tau mite amon aton taloh gawin uluh bakas te, harajur ewen
lebih helo maninto matanandau belom atawa hila pambelom kilau
manawur, manugal, mampatei meto, sapi, manuk, bawoi. Kilen
ampi maka anak eson ewen te manjadi batayap hapus pulau
Kalimantan, ije manjadi tato-bue itah. 57. Lampang tinai saritan
Lanting ewen ndue Lambung into Tumbang Pajangei. Lewo ije
inahang tuntang imangun ewen kabuate. 58. Sinde andau metoh
kanjeran ewen manatap pakakas hapan mampendeng huma, are
toto taloh ije manjadi mampaheran dan manarewen ampi. 59.Basa
darah ewen te salenga dumah Depong malawan Kuwung,tinai
Kuwung manawan Pandan, tinai Kuwung manawan Tume, tinai
Tume manawan patining, tinai patining manawan nyamuk, tinai
nyamuk manawan rangit. Mite ampin taloh tumon te, palus
Karangka Amban Penyang, Lanting tinai ije beken paham terewen
toto, hayak kotak-bata hisek kula : “ En rima auh te ?”. 60. Taloh
tumon te inyewut dahiang atawa alamat atawa duhieu. Sama mite
taloh ije manjadi te Karangkang haguet akan pulau Kantan29, basa
ewen dinon kabar ije Lambung tuntang kabali tinai anak jaria jadi
dumah handak misek riman dahiang te nah. 61. Ije ampi puna
mampike-pikeh ewen handiai. 62. Sana ie sampai pulau Kantan,
uras inyerita kare taloh je manjadi akan Lambung, bekabujuran
toto kabeaton ih uluh ije maja hete kea metoh te, ara Punyang
Butang Kereng Kendeng. 63. Ie toh uluh sakti, tau manujum, tau
mangatawan taloh ije akan manjadi harian andau. 64. Iete
turunan bara Nyai Siken Puruk Kambang Tanah Siang. Palus iete
mampaingat Lanting ewn ndue Karangkang Ambun Penyang : “
Ela keton ndue mikeh, basa taloh ije macam te ara dahiang atawa
29 Tukep Pangkoh.
398
dohieu akan keton. 65. Nguan kilau hadat uluh bakas helo manomon
hadat itah Dayak, basa taloh tumon te kinjap akan manjadi karen.
66. Uka harian andau amon aton kejadian tumon te dahiang awi
pamalis kelau toh kea : 67. Uras taloh tumon te kata bara Ranying
akan keton turun-temurun sampai anak-eson piut –nining keton
kareh, akan je sulake toh, keton patut mamalis mawi pesta hai ije
inyewot Maluput Saut Parapah. 68. Keton mampatei uju kungan
bawoi, buku baputi ije dia tau hai, ketahin uju andau uju alem, toto-
totos mawi baalian uju andau uju alem, tinai inyaki, imalas
mahapan dahan bawoi te nah “. 69. Leteng saritan pulau Kantan,
toh lampang tinai saritan lewo Tumbang Panjangei, te uluh lewo
aro-aroh mawi pesta, mambayar sahut parapah uju andau uju
alem, mampatei bawoi buku uju kongan. Kuman mihop rami-rami,
balian, manawur behas, mampakangan kare antang, patahu, balai
tkt. Bara te ewen nampara Hasaki-Hapalas hapan dahan bawoi
buku. 70. Nampara bara te ewen lewo te melai, belom mangat,
dengan kasanang-kahanjak, kuman mangat, mangesuh belai,
ngeten ngalapaten ngorak ruyan panahiau, nyiring weteng uluh
into lewo Tumbang Pajangei.
Nenek Moyang
(Bahasa Indonesia)
Pada saat Bukit Hintan dan Bukit Bulau telah naik ke atas serta
telah memancarkan sinarnya, muncullah hawon baro-baron 32 akibat
kekuatan gaib dari sinar cahaya kedua bukit tersebut. Kemudian
hawon baro-baron menjelma menjadi manusia sakti mandraguna
bernama Raca Darin Dara Nampit Tunggul Langit dan tinggal di
Lewo Tatau Habaras Bulau 33, Samucung Ranying Suling34,
Kahungkung Nangkui Pahawang35,Pilang Nangkui Langit 36. Semua
mereka dapat gaib dan memiliki kesaktian yang tinggi.
Akhirnya dengan menggunakan Palangka Bulau 37, Ranying
menurunkan Antang Bajela Bulau 38 yaitu seorang laki-laki bakena 39
30 Bukit Intan.
31 Bukit Emas.
32 Embun yang bergulung-gulung menyerupai tikar.
33 Negeri nan kaya berpasirkan emas.
34 Samucung tukang suling di depan Ranying.
35 Kahungkung bertopi perisai.
36 Pilang bertopi langit.
37 Tempat sajen yang terbuat dari emas.
38 Disebut juga Tunggul Garing Janjahunan Laut – nama dalam
401
Palangka Bulau diturunkan di Puruk Kambang Tanah
Siang.
402
48dan merupakan perkampungan tertua di daerah aliran sungai
Kahayan. Saat itu Maharaja Sangiang telah dianugerahi anak tiga
puluh orang dan Maharaja Sangen enam orang. Ketika membangun
kampung Tumbang Pajangei, banyak pengalaman menarik yang
mereka alami. Dekat lokasi mereka menemukan depong 49
menangkap kuwong 50, Kuwong menangkap Pandan51. Pandan
menangkap tume 52, tume menangkap patining 53. Patining
menangkap nyamuk, nyamuk menangkap rangit. Menyaksikan
semua itu Raja Sangen dan Raja Sangiang yakin bahwa semua itu ada
artinya. Semua itu adalah pertanda bagi mereka. 54
Secara kebetulan Punyang Butang turunan Nyai Sikan yang
tersohor kemampuannya dalam hal ramal meramal berdiam di pulau
Kantan. Pada saat yang sama keduanya mendengar berita bahwa adik
mereka Raja Buno telah datang menemui mereka, tetapi karena
mereka telah pindah, maka Raja Buno dan keluarganya pulang
kembali ke tempatnya. Namun saat ini masih berada di pulau Kantan.
Tentu saja kedua kakak beradik tersebut serta merta langsung
berangkat menuju pulau Kantan untuk menemui adiknya sambil
menanyakan arti dahiang yang baru saja mereka alami kepada
Punyang Butang.
Jawaban yang diberikan Punyang Butang adalah sebagai
berikut. Semua yang mereka alami tersebut adalah dahiang atau
pertanda yang diberikan Ranying Hatalla kepada manusia secara
turun temurun Karena ini untuk pertama dahiang diberikan, maka
mereka wajib mengadakan upacara besar yang disebut Sahut
Parapah. Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah tujuh ekor babi
bawoi buku 55 berwarna putih.
Upacara dilaksanakan selama tujuh hari tujuh malam dan darah
babi digunakan untuk memalas atau menyaki, peristiwa ini adalah
untuk yang pertama kali dilakukan bagi umat manusia, yaitu upacara
sahut parapah dan untuk pertama kali melaksanakan hasaki atau
hapalas. Semua persyaratan dan upacara telah dilakukan dengan
benar, sejak saat itu mereka hidup damai di kampung Tumbang
Panyangei.
403
Anak Keturunan
Tahiu Sempung
(Bahasa Dayak Ngaju)
56 Kalimantan Timur.
404
7. Endas anak karangka tuntang Kamulung, tinai manak hanya
biti iete :
1. Tabela Rawah Raca, manjadi tato uluh Dayak Murut dan
Idaan57.
2. Bungai atawa Tamanggung Bungai andin Sindai.
3. Manjan Bawan Tamanggung andin Latan hong pulau
Kantan. Ie toh manjadi tatu uluh Dayak hong Pangkoh,
Kahayan manak Habenang Rungkun Tumbang manjadi
turunan Suku Dayak into Manuhing.
4. Panjau Uruh Rangkau Amei Rewei, manjadi tato bue
Tumbang Rungan.
5. Pusan Uruh Kandang Tulong Liang Racan Durung
Haramaung, gaib basalaoh manjaadi Haramaung Lapak
Hanya inyewot kea Lapak Dahat.
6. Tipuh Uruh Tasakui Nambit Oeoi Tusuk Atei Nyaling
Mungan Kuak Daan basaloh manjadi Nyaring tuntang
Pampahilep.
7. Sembei Uruh Simpei Tacan Banuo Tunjui Tabuyan
Ongkon Ook Mawoo Malinjung, tato bue uluh Dayak
Tabuyan.
8. (Aton tuntonge ).
57 Kalimantan Utara.
405
seorang puteranya bernama Kandang Kaca Nguan Rawan
Nyingan 58 yang hingga kini turunannya mempunyai keahlian
dalam pembuatan garantung 59
4. Randi Bawin Sintang Pontianak. Datuk Suku Dayak di
Kalimantan Barat. Salah satu putra yang dilahirkan bernama
Rantai Inai Manderang Laca Panambahan Sentang Uru Saung
Temanggung Raja Nusa. Nenek moyang Suku Dayak Manukung
dan Malawei.
5. Bintang Bawin Sampit Tanah Ambau Lewo Ba’amang yang tinggal
di Deleng Pinang Mentaya. Salah seorang anak mereka bernama
Pasui Deleng Pinang Mentaya yang adalah nenek moyang Suku
Dayak Tamuan dan Mentaya 60.
6. Nyai Sanahung Bawin Japang. Anak-anak yang dilahirkan :
Tipung, Sanahung Bahinoi Pukung Tarantingang Kawin Pintu
Luhing Julou Tajo Nyilo Ngiwa Karis Jawa Hulang Jela, Kahajun
Daun Suna Tajar Panulang Karing Hitan Lung Pandan. 61
7. Nyai Endas. Kedua orang tua Nyai Endas bernama Karangkang
dan Kamulung. Dari pernikahan ini lahir tujuh anak yaitu :
1. Tabala Rawah Raca. Nenek moyang suku Dayak Murut
di daerah Kalimantan Barat.
2. Bungai Andin Sindai – Tamanggung Bungai.
3. Manjan, yang kemudian menikah dengan Tamanggung
Andin Latan di pulau Kantan. Nenek moyang Suku
Dayak di Pangkoh Kahayan. Anak mereka bernama
Habenang Rongkoh Tumbang – nenek moyang Suku
Dayak di daerah Manuhing.
4. Panjang UruhRangkau Amai Rewei. Nenek moyang
Suku Dayak di Tumbang Rungan.
5. Pusan Uruh Kandang Tulong Liang Ratjan Darung
Haramaung, kemudian gaib menjaadi Haramaung
Lapak Dahat. 62
6. Tipui Uruh Tasakui Nambit Uei Tusuk Atoi Nyaling
Mungah Kuak Daan. Gaib menjadi Nyaring dan
Pampilep.
7. Sembei Uruh Simpei Tacan Banuo Tunjui Tabuyan
Ongkon Ook Mawoo Maliujung. Nenek moyang Suku
Dayak Tabuyun.
406
Tingang Rambang Kumpang Takuhan Pulau Tutuk Rantau, pernah
menjadi basir di teluk Haan Tumbang Hakau – Basir pertama. Ia
menikah dengan Kuntu. Anak-anak yang dilahirkan adalah: Ringkai,
Tumbong, Mayang, Benang, Bulau, dan mereka semua menetap di
Tangkahen.
65 Sejenis perahu
408
Namun yang terjadi kemudian, ketika Raja Sawang
melangkahkan kakinya di atas pintu rumah Nyai Undang yang telah
dipasang kayu nyilu 66, mendadak Raja Sawang merasa lemas tak
berdaya. Dengan cepat Nyai Undang mengambil Dohong Raca
Holeng Jola, Kahajun Duun Suna Taja Panulang Karing, Hintan
Jung Pundan Sanaman Mantikei dari hulu Katingan Kuman Raha 67.
Karena sawuh 68 nyaris seluruh bala tentara mati terbunuh, bala
tentara yang marup 69 langsung dijadikan Jipen.
Selain Raja Sawang, Raja Utara yang bernama Raja Nyaliwen
juga bernasib sama dengan Raja Sawang. Jipen atau budak Nyai
Undang semakin banyak jumlahnya kurang lebih lima ratus orang.
Peristiwa ini yang mengawali adanya jipen.
Namun demikian ada juga beberapa bala tentara Raja sawang
dan Raja Ngaliwen yang masih sempat melarikan diri dan pulang
kembali ke daerah asalnya. Di sana masing-masing mereka
menceritakan pengalaman dahsyat gugurnya raja mereka karena
kalah berperang melawan Nyai Undang. Tentu saja berita tersebut
sangat mengejutkan dan membuat kemarahan yang meninggalkan
dendam. Rakyat sepakat mambaleh 70.
Berita niat mambaleh tersebut sampai ke telinga Nyai Undang.
Langsung Nyai Undang mengirim Lunju Bunu 71 ke Tumbang
Pajangei. Lunju Bunu berfungsi sebagai totok bakaka 72 yang
ditujukan kepada Rambang, Ringkai dan Tambun Bungai dengan
maksud mohon bantuan.
Pesan tersebut langsung mendapat sambutan, tanpa pikir
panjang Rambang, Ringkai, Temanggung Bungai Andin Sindai anak
Temanggung Sempung yang keberaniannya sangat termasyhur, juga
Raca Tambun Tanjung Ringkin Duhung anak Serupui yang keduanya
terkenal mamut menteng, tanpa tanding langsung memenuhi
panggilan tersebut. Kehadiran mereka dengan tanpa melupakan
membawa peralatan perang seperti sipet, lonjo, telep, telawang,
damek, ipu, mandau dan mangkepan sangkarut.73 Rambang
dibuat dari kulit kayu nyamu, bagian dalamnya dipasang kapas agar tak
mampu tertembus anak panah atau anak sumpit.
409
bertugas mengerahkan seluruh suku Dayak di Kahayan agar turut
serta membela rakyat pulau Kupang.
Nama para Pangkalima atau panglima Perang yang turut serta
membela rakyat Pulau Kupang ialah : Nyaring anak Ingoi dari hulu
Miri, Bungai anak Ramping dari Tumbang Miri, Temanggung
Kandeng keponakan Piak Batu Nocoi Riang Naroi, Isoh Batu Nyiwuh,
Etak kampung Tewah, Temanggung Hanjungan dari Sare Rangan,
Temanggung Basi Atang dari Penda Pilang, Temanggung
Sekaranukan dari Tumbang Manjangen. Temanggung Renda dari
Baseha, Temanggung Rangka dari Tumbang Rio, Temanggung Kiting
dari Tanjung Rio, Temanggung Lapas dari kampung Baras Tumbang
Miwan, Temanggung Basir Rumpun dari teluk Haan, Temanggung
Hariwung dari Tumbang Danau, Temanggung Dahiang bapak Budang
dari Sepan Simin, Temanggung Ringkai dan Tombong, dari
Tangkahen. Temanggung Uhen dari kampung Manen, Temanggung
Kaliti dari Rawi, Rakau Kenan dari Tumbang Rungan, Temanggung
Kandang Henda Pulang dari Sugihan74, Temanggung Andin dari
pulau Kantan, semuanya lebur menjadi satu kekuatan, berlayar ke
pulau Kupang dengan jumlah sekitar lima ribu jiwa.
Setibanya di pulau Kupang diadakan rapat singkat dengan Nyai
Undang. Putusan yang disepakati, secepat mungkin membangun
sebuah kota.75 Kemudian mereka berupaya mengumpulkan tabalien
atau kayu besi/ulin sebanyak-banyaknya.
Atas petunjuk Rendan adik Mandang dari Mantangai Lunuk
Panjang, mereka tidak mengalami kesulitan dimana harus
mendapatkan tabalien. Langsung mereka menuju ke tempat tujuan
yaitu sungai Mangkatub Tumbang Murui Hulu Kapuas. Mereka yang
bertugas mengumpulkan tabalien diantaranya Rambang, Bungai
Andin Sindai, Temanggung Tambun, Tanjung Ringkin, Duhong,
Sangalang adik Antang dari Tumbang Habaon yaitu tunangan Nyai
Undang sendiri. Tanpa kenal lelah selama tujuh hari tujuh malam
usaha pencarian tabalien mereka lakukan.
Setelah apa yang dicari tercukupi, kemudian tabalien tersebut
dibawa ke pulau Bataguh dengan menumpang lanting panjang
Garing Langit. Bintih anak Alih dan Temanggung Asang saudara
Barambang kemampuannya menggotong tabalien bisa diandalkan.
Dalam waktu yang sangat singkat, kota atau benteng pertahanan yang
mereka bangun dapat diselesaikan sesuai rencana. Kemudian benteng
tersebut mereka beri nama Kota Pematang Sawang yang selalu siap
menerima kedatangan musuh.
74 Guhong
75 Kota artinya benteng pertahanan yang terbuat dari kayu besi / ulin /
tabalien atau dari batu.
410
Di rumah Nyai Undang, Temanggung Rambang memimpin
persiapan-persiapan yang diperlukan. Kota atau benteng juga diberi
hiasan. Yang bagian paling atas diberi nama Kota Soha Purang
Hotokarang, Suat Dohong Hotosawong. Bekal makanan telah siap
dan para pangkalima lengkap telah berkumpul di kota. Situasi dan
kondisi mereka telah benar-benar siap perang.
Akhirnya apa yang dinanti-nantikan datang juga, kedatangan
musuh asang 76 dengan jumlah sekitar sepuluh ribu orang dari Laut –
Raja Sawang dan dari utara – Raja Nyaliwen tidak membuat mereka
menjadi gentar. Sebelum peperangan dimulai, Temanggung Rambang
dan Temanggung Ringkai terlebih dahulu Manajah Antang77.
Kalimat yang diucapkan:
Bahasa Sangen :
Bahasa Indonesia :
atau kayu besi. Gunanya untuk jalan arwah orang Dayak yang telah
meninggal dan telah di tiwahkan menuju lewo liau.
83 Daerah Kalimantan Utara.
84 Tidong.
85 Dayak Bukat.
412
7. Kuit dari Hulu Rundit Bt Lupar.
8. Parekoi dari Serawai.
9. Tunda Luting dari Samba.
10. Dekoi dari Malahoi
11. Unei dari Dayak Sahiei.
12. Tamban dari Katingan.
13. Mahat dari Mahalat.
14. Etas dari Hulu Kapuas.
15. Dalong dari Hampatung.
16. Umbing dari Manuhing.
17. Tukoh dari Mamaruh.
18. Gana dari Mantaya.
19. Nuhan dari Sarucan. 86
20. Bakan dari Rungan.
21. Sindi dari Miri.
22. Bahon dari Bahaun.
23. Sawang dari Siang 87.
24. Johan dari Taran.
25. Sota Munan dari Manyan.
26. Pahan dari Kalangan.
27. Sakai dari Serawai.
28. Manoi dari Rakaoi.
29. Punan dari Heban.
30. Hinan dari Punan.
31. Hamon dari Dusun.
32. Jaman dari Kabatan.
33. Ritu dari Uru.
34. Lati dari Pari.
35. Nanau dari Lamandau.
86 Seruyan.
87 Hulu Barito.
413
Catatan Tambahan mengenai pulau Kupang Pematang
Sawang
Saritan Mihing
(Bahasa Dayak)
(Awi: Sahari Andung ) 88
415
kangkarungut sinde karuhung, are ih uluh pantai danom kalonen ije
menteng, sintel namunan batun karangan danom, hanyu manjiret
namuan pakanan pinang mahin hindai aton manyarita kamentenge
ijr nasang burung Tingang dia bahelang andau, nganjit meto ayon
baputi tiap pandang kalaman.
26. Kuan Sahawung tinai : “ Narai karangkan lingun
karuhung ?”. Karangkan lingungku karuhung , akan tingang
nasang hadurut lunuk nanturung bahing tandak palus akan mimbit
ie akan lewo telo ije rakabuan tingang rundung epat due katarung
talawang palus nanturung lewo Bukit bua penyang, kuan Rawing
Tempun Telun. 27. Limbah auh Rawing Tempun Telun tumun te,
palus Sahawung parasih papan talawange hayak tingang nusang
hadurut lunuk. 28. Sampai kampungan ambun telo puluh, hete
Sahawung nalingan pindinge menyeneh bahing te puna
kangkarungut ih tandak Bowak te dia bahelang. 29. Palus
Sahawung nusang papan talawange nanturung bahing tandak te.
30. Dia pire katahie Sahawung sampai Tambuan pasah
Bowak ewen ndue hindu, ie randah sasar randah palus tende
bagantung huang pusun pinang., bara hete ie mite ije inasang
Bowak te dia jaka burung Tingang, tapi kujang ih. 31. Tapi auh
tandak Bowak te puna rajur-rajur ih dia bahelang ije lulang luli auh
te baka auh te ih.
32. Umbet katahie maka Sahawung muhun akan petak, tanju-
tanjung hila baun Bowak ije manasang kujang te. 33. Bowak
manggatang matae akan hila baun salengan iye mite ije biti uluh
hatue ije paham bakena mendeng baun akae manasang kujang te
hayak dia ie kasene palus ie tende manandak. 34. Sahawung palus
manukep ie hayak hamauh: “Narai nasangm Tingang aken?“ 35.
Tumbah Bowak kua : “ Nasang kujang akan bari bawui kue indang
“ 36. Kilen Tingang akan harajur manandak manyewut nasang
burung Tingang dia bahelang andau, , nganjit meto ayun baputi
tiap pandang kalaman. 37. Tumbah Bowak kua: “ Awi aku mingat
saritan kamenteng tempungku Tamanggung Caca ije pire-pire
tingkat manahan lewo bara amuk asang, jadi dumah kagiri
huangku manasang kujang toh. 38. Kuan Sahawung tinai : “ Dia
men ih Tingang aken”. 39. Mahining kalute palus Bowak malekak
pisau mendeng mananjung manuntut Sahawung. 40. Dia pire
kakejau salenga Bowak mite lasang papan talawang hila baun
ewen due, Sampai papan talawang te Sahawung manyuhu Bowak
lumpat into bentenge hayak inyuhu munduk dehe-dehen. 41. Bowak
manumun.
42. Sahawung lumpat kea. 43. Helue bara haguet, Sahawung
mameteh Bowak kuae : “ Narai kare taluh ije taragitan kareh ela
ikau maningak, baya aku tau mansuman akam. 44. Limbah te
416
lasang papan talawang te palus haguet. 45. Harun ewen ndue
hagantung maka taragitan Bowak indange karehue manyarap
kujang. 46. Bowak hamauh: “ Kanih uluh Tingang indang mama
apang karehue manyarap kujang kue tende hanjulu aku manutur
jalangku umba mama apang. 47. Kuan Sahawung tumbah : “ Dia
men ih Tingang aken, panjalanan itah dia tahi”. 48. Awi lasang te
puna paham balias eleh jari dia gitan indo Bowak. 49. Palus ewen
ndue ngambu sasar ngambu hayak dia pire katahi ewen ndue te
tame taluh ije kilau rumbak rakung tapi hai manipang hewan
pantar.
50. Limbah te sampai tasik, tarusan hayak Bowak paham
hengan mite kare tasik, tarusan, kayu, bukit, tkt, uras bahalap toto
ampie, puna dia bahanyi misek narai aran tasik, tarusan, bukit, tkt,
awi iye harajur mingat auh mama te enah. 51. Ewen ndue sampai
ije lewu ije puna jari bakas jete. 52. Sahawung manutur akae : “ Toh
Bowak Lewo kaleka Batu Nindan Tarong, Liang Angkar Bantilung
Nyaring. 53. Dia pire katahie bara hete palus ewen ndue tende
huang ije lewu ije dia lue-luen kahaie hayak karamie. 54. Lasang te
tende gantu-gantung ih. 55. Sahawung palus manangkeru akan
petak hayak hamauh, kuae : “ Ikau Tingang aken ela haguet helu “.
56. Dia pire katahie limbah Sahawung te manangkeru, palus dumah
telo biti uluh bawi manukep lasang papan talawang. 57. ije biti
bara ewen telo te hamauh kuae, mendeng ikau Tingang aken, toh
aku mentang ikau, mahining auh te Bowak palus mendeng manalih
uluh bawi te, palus uluh bawi mangkipit Bowak hayak mentang iye
kilau mentang anak kurik ih. 58. Ewen telo te mimbit iye akan ije
talaga, hete iye impandui, lisut barasih palus manakiri pakayan
Bowak, limbah te muhus petak into usuke.
59. Jari barasih gawin ewen telo hete, harun Bowak te iagah
akan Balai Palangka Nahalambung Tambun, Sali Bayung Antang
Nahutu Penyang, balai awin Rawing Tempun Telun. 60. Into hete
jari are uluh hakampeleng bakas tabela bawie hatue sama nahuang
hasundau dengan uluh kalonen. 61. Sampai Balai te, Bowak
inyarungan kuman, limbah kuman iye inyaki hapan daha belom,
mbuwur behas parei nyangen tingang, meteng lamiang bua garing
belum natisang bangkang haselan tingang, uras jadi barasih gawin
ewen uka Bowak lumpat lewo Bukit Sua Penyang / Lewo Telo uka
Kalabuan Tingang, Lindung Epat Due Katahurung Talawang dia
tau tulah malai. 62. Jari barasih gawin uluh are, Bohak inyuhu awi
Rawin Tempun Telun munduk huang bentuk balai, uluh are
mangkaliling iye, harun Tempun Telun misek iye, kuan Tempun
Telun : “ Ikei Lewo Telo ije kalabuan Tingang, Rundung Epat Due
Katahurung Talawang jari mahining tandakm ije kangkarungut
sinde manenteng panapakan bengkel ikei dengan karahung
417
Sahawung Bulau Tempon Buang Penyang. 63. Ije manutur ikau ulih
manasang burung Tingang dia bahelang andau, nganjit metu ayun
baputi tiap pandang kalaman, bara kueh ikau dinun burung
Tingang ije kalute kare ?”. 64. Tumbah Bowak kuae : “ Baya
tandakku bewei mama apang, tapi ije inasangku te puna kujang ih
akan barin bawoi kue indang. 65. Narai bukue ikau manyewut
kujang te manjadi burung Tingang ?”. 66. Tumbah Bowak tinai : “
Sulake aku manandak ije kilau te, awi aku manasang kujang te
puna are hayak aku kabuatku ih, indang harajur manarap kujang
tuntang manggau kayu akan panduke, jadi basalenga ih tapai
tungku kementeng tingang tempungku Tamanggung Caca ije ulih
manahan amuk asang ije mamuk lewun ikei jari pire-pire tingkat,
sampai jatun uluh lewo matei, asang hadari pisah-pasayah kanih-
kante tintue jadi awi itungku ije kalute balembut, kagiri huangku
manasang kujang te, hayak basalenga lembut tandakku ije
inyewut : “ Nasang burung Tingang dia bahelang andau, nganjit
meto ayun baputi tiap tiap pandang kalaman “. 67. Jadi sana
tandakku ije kilau te, aku paham hanjak bagawi dengan manandak
kilau te auh, awi kalute maka aku amun manasang kujang, harajur
aku manandak kilau te auh, lulang luli auh jete ih, tuntang riman
tandakku te mahin dia aku ketawae kea. 68. Limbah Bowak
mancarita pahurui ije sampai ie manandak kilau te akan uluh are,
maka Rawing Tempun Telun hamauh tinai dengan uluh are, kuae : “
Toh uluh pantai danom kalonen aton umba itah melai huang lewo
telo toh, awi te itah sama-sama mahaga iye, ela keton mimbit iye
barangai amun dia misek helo dengan kue karuhungku Sahawung
Bulau Tempon Buang Penyang.
69. Basa uluh pantai danom kalonen toh, ewen tau matei,
tulah malai, tau haban pehe, awi ewen toh dia baisi petak
kasambuyan, dia badaha danom kaharingan, dia bahaseng untung
panjang, beken bara itah pantai sangiang, tagal te itah buah
batawat, limbah te tinai Bowak imbit awi Sahawung maja balai aie,
Balai Entas Takaruan Tambang, Sali Undik Tapajakan Salungae.
70. Sana sampai balai te Bowak hengan awi balai te jaton heja, mite
Sahawung te mambung arep manangkero, mite kalote Bowak kea
mambung arep kea tapi dia ulih sampai awi balai te puna gantung.
71. Mite kalute Sahawung manatuyak bangkang haselan tingang
akan hunjun takuluk Bowak, limbah te Bowak mambung arep tinai,
haru ulih lumpat balai te. 72. Hete Bowak melai andau te hapander
dengaan kare pambujang linga lewo telo. 73. Macam-macam ih
kare pander ewen tahiu ampin taloh pantai danom kalunen, Bowak
manyarita kea tumun katutue, tuntang tumun pangatawae. 74. Tapi
pambujang linga lewo telo dia lalau maharap saritan Bowak te
amun dia ewen mite katutue. 75. Limbah ewen pander te, ewen
418
mimbit Bowak tinai maja kare eka ewen pambujang linga Lewo
Telo, eka bujang barendeng dia impun lawu, eka Antang Pintih
Panama Pinang, kenjui Bakan nampuyan haselan, eka burung
Lingu Kanyumping Linga tuntang eka Manyamei Hatuen Sangiang,
tbt. 76. Haranan kalote maka Bowak are kea hakasene dengan
ewen pambujang Linga Lewo Telo tuntang dengan anak uluh
sapantar iye. 77. Jadi mangat ih ie maja kanih kante huang lewo te.
78. Hayak tinai uluh lewo te puna tau basaran ewen dengae. 79.
Jalanan maja kalute pahayak ewen, Bowak mite kahalap kare talu
huang lewo te ije uras baka henga-hengan ampi hayak paham
bahalap toto, ije huang kalonen puna jaton kilau te. 80. Kinjap kea
Bowak misek dengan ewen, awang denga mananjung te, tapi ewen
te tumbah kuae : “ Dia ikei bahanyi manutur akan karuhung awi
ingahana Sahawung. 81. Baya ikau tau mite ih hayak ikau ih
marima kabuatm. 82. Katahin pander harajur ewen manara
kametang Bowak ije ulih manasang burung Tingang dia bahelang
andau, aluh kea Bowak puna manyarita ije inasang te puna dia
tingang, tapi kujang. 83. Tapi ampi ewen kurang maharap toto
saritan Bowak te, kalute harajur pander ewen andau te.
84. Andau halemei Bowak iagah ewen akan eka Sahawung
Bulau Tempon Buang Penyang, uka bahamalem hete. 85. Alem jari
gantung kea metoh Sahawung ewen ndue Bowak munduk pander
bentuk balai. 86. Basalenga ewen ndue mangkeme ewau garu hulek
sama sinde huang balai. 87. Mangkeme ewau kalute, palus
Sahawung hamauh kuae : “ Panjung bulan betau betau panjung, eka
kajang bawin tingang nyaragantung lunuk, pandang isen tamuei
habinei tambun manyabilui baras, hetuh purun buang ria-riak
daree eka bawin tingang linda ngekei renteng, amak tantawa
ringki-ringkin tabuhie jampenan tambun ayah marau bihinge. 88.
Limbah auh sahawung kilau te, palus Bowak mite uju biti uluh bawi
ije sama kahalap. 89. Ewen uju te sama munduk hayak simpa.
90. Limbah te Sahawung misek ewen uju tinai, kuae : “
Kankueh janjulanan keton bawi sintung uju jari mantang balai etas
takaruan tambang, nindan sali undik tabajakan salungae, eweh
hajakahan bitin keton bara pantai danom kalonen, ngumban aran
keton bahanjung Luwuk Kampungan Bunu ? “. 91. Tumbah ewen uju
te hayak kuma-kumie, kuae : “ Dia isek manas ekam tingang nyaho
Sahawung Bulau Tempon Buang Penyang, ikei bawi sintung uju
toh, kalabuan jarin Tamanggung Caca balus lewo hila Taweh Dare
Bahanjung Rundung Naha Pantun Salingkat, ikei uju toh inyuhu
nasaran pantai danom Sangiang manggau Bowak ije salenga lilap
dia uluh kalonen tawan tintu, uluh tingan indange mantis
mananturu harajur danum mata manggau anak Bowak, hayak
uluh are jari haguet mananjung akan parak kayu- lakau, besei-
419
basea ngaju-ngawa manggau. 92. Awi te toh tinggang nyaho akan
magah Bowak toh gulung akan pantai danom kalonen. 93.
Mahining auh te Sahawung hamauh, kua : “ Diamen ih Bulan Betau,
Bowak umba aku / ikei Lewo Telo Ije Kalabuan Tingang, Rundung
Epat Due Katahurung Talawang. 94. Sanan keton uju ih akan
Tamanggung Caca tuntang uluh Tingang indang Bowak ela iye
pehe atei huang kauju kareh aku magah iye buli pantai danom
kalonen tinai. 95. Ewen uju hinai hamauh : “ Kilen ampin uluh
kalonen tau katawan janjin uluh tingang nyahe te”. 96. Mahining te
palus Sahawung manduan behas mungkus ije imbit ewen uju te,
hayak iye manutur akan ewen uju, tuh behas mungkus bungkusan
timpung tuh amon keton uju sampai pantai danom kalonen kareh,
te nangkiri ain uluh kalonen dengan jetuh, uka uluh kalonen
ketawan ije Bowak toh dia matei tuntang aton umba ikei Lewo Telo.
97. Jari mahining auh Sahawung kalote, ewen uju sama hingkat,
sama manaturung baun tunggang balai palus lilap bara tampayah
Bowak. 98. Paham toto kahengan Bowak dengan ewen uju te, basa
manumun pangingat jaton uluh bawi huang Lewo Baras ije kilau te
kahalap ampi, awi kahengan te palus ie misek Sahawung kua : “
Eweh ewen uju enah mama apang ?”. 99. Tumbah Sahawung : “ Kua
ewen uju te iete Putir Bawin Tawur / ganan behas ije inawur awi
Tamanggung Caca manggau ikau”.100. Harun Bowak harati riman
uluh kalonen ije manawur bahut, Limbah te Bowak batiruh ih.
101. Hanjewu andau tinai bilak hindai Bowak misik, uluh ewen
pambujang linga jari are huang balai. 102. Bowak jari mandoi
parasih arepe, palus ewen pambujang linga mimbit Bowak manalih
eka Rawin Tempun Telun, ewen sama haguet.
103. Sampai eka Rawin Tempun Telun, ewen tame balai
Palangka Naha Lambang Tambun Sali Bayung Antang Nahutu
Penyang. 104 Panjang keton tingang aken pambujang linga danom
jalayan kuan Rawin Tempun Telun mamalus ewen. 105 Ewen palus
manyelem balai, sama munduk marakeran tambange mangku
garing lalunjung pulange. 106. Rawing Tempun Telun misek ewen,
kan kueh janjulanan keton pambujang linga danom jalajan jari
mantang balai Palangka Mahalambang Tambun, Nindan Sali
Buyung Antang Nahutu Penyang nduan ambun andau etoh ? “. 107
Tumbah pambujang linga danom jalayan ije bagare Antang Pintih
Panama Pinang Bangkang Nampuyan Haselan, kuae : “ Narai
isekku mama apang, aton kanahuang ikei handak mimbit
karuhungku Bowak toh manggau tingang into lunuk jayang
tingang, Baringen Sempeng Tulang Tambarirang, ije eka tingang
Rangga Bapantung Nyahu Batandaung Runtun, awi karuhungku
Bowak tuh puna menteng dia lalangena, ulih nasang burung
Tingang dia bahelang andau, nganjit meto ayun baputi tiap
420
pandang kalaman, jadi akan karuhungku Bowak mite burung
Tingang ain pantai danom sangiang toh. 108. Mahining auh ewen
kilau te, maka Rawin Tempun Telun hamauh kua: “ Keton tingang
aken pambujang linga danom jalayan toh keton mahining
saritangku toh. 109. Basa hemben huran itah lewo telo toh aton telo
biti ewen hampari ije kalambutan. 110. Iete Maharaja Sangen,
Maharaja Sangiang tuntang Maharaja Buno. 111. Maharaja Sangen
jete tatu ain ikei dengan Karuhung Sahawung, Maharaja Sangiang
tato Karuhung Mantir Mama Luhing, tuntang Maharaja Buno tato
uluh Pantai Danom Kalonen, ie tatu Bowak toh. 112. Bukun
Maharaja Buno imapuhun awi Ranying Hatala akan pantai danom
kalonen, awi sawan Maharaja Buno te olon ije baka matei, basa iye
haisi petak dia petak kasambuyan, hadaha danom dia danom
kaharingan, ba-aseng riwut dia riwut untung aseng panjang, awi
huang hunjun langit toh jaton eka uluh tau matei, jaton petak uka
mangubur hantun olon, jaton riwut ije eka ewau karam limban
olon, tagal te Maharaja Buno tuntang sawae impamuhun akan
pantai danom kalonen, luwuk kampungan bunu. 113. Amun sawut
sangen, lewo Injam Tingang, Rundung Nasih Burung. 114. Basa
danom pantai kalonen te puna jari inampa / inyadia awi Ranying
Hatala eka olon, eka meto burung sambarana ara / ampie tkt. ije
uras aka / bagian matei. 115. Jadi huang hunjun langit toh eka itah
ije dia tau matei sampai katahi. 116. Tagal te uluh kalonen ewen tau
haban, tau tulah malai, tau matei. 117. Amun ewen uluh kalonen
sampai eka itah hetoh, ewen dia tau mite en-en ije eka kuasa
Ranying Hatala, amun jatun tekang hambaruan bara kalunen, bele
ie tau tulah malai, haban pehe limbah iye mite tanah. 118. Awi te toh
tingang aken, pambujsng Linga Danom Jalayan, dia tau keton
mimbit ie manggau tingang into Lunuk Jayang Tingang, Baringen
Sampang Tulang Tambarirang, basa amun keton mimbit iye akan
hete, batarang iye kareh tulah mite Tingang Rangga ije Bapantung
Nyaho Batandang Runtun, awi huang kalonen jaton tingang huang
kalote.
119. Amon Bowak tulah, haban atawa matei huang eka itah
hetoh, tajaton petak eka itah mangubur iye, basa hetoh jaton bukit
pasahan Raung, Kereng Daharin Penda Lunuk, baya huang kalonen
ih aton. 120. Mahining saritan Rawing Tempun Telun kilau te, ulih
mahaseng jarang kajalahan pambujang linga danom jalayan. 121.
Kai-kai hurui mama apang, kuan Antang Pintih Panana Pinang
Kenyui Bangkang Nampuyan Haselan, harun ikei pambujang linga
mahining sarita. 122. Tapi tuh puna bajuju ih kanahuang ikei
mimbit karuhungku Bowak toh mengan tingang. 123. Kuan Rawing
Tempun Telun tinai : “ Tau keton mimbit ie mengan tingang akan
likut lewo Bukit Sua Penyang toh ih, tapi dia tau lalau kejau, ela
421
sampai mahalau telo bukit. 124. Amun keton jari hasundau dengan
burung pampulu, burung punei netei pating balawan randan, jete
ije burung Tingang tuntang burung tanjaku“. Limbah te palus ewen
balua. 125.(aton tuntunge ).
Mendirikan Mihing
(Bahasa Indonesia)
(Sahari Andung 89)
423
telo ije kalabuan tingang rundung epat due katahurung talawang
sampai nanturung lewu bukit sua penyang kata Rawing Tempun
Telun. 27. Sesudah kata Rawing Tempun Telun seperti itu maka
Sahawung membersihkan papan talawang dengan Tingan Nusang
Hadurut Lunuk. 28. Sampai kampunan ambun tiga puluh, disitu
Sahawung menegakkan kuping mendengar bunyi tandak itu memang
kangkarungut (melagu) saja tandak Bowak itu tidak berantara. 29.
Segera Sahawung nusang papan talawang naruntung bahing
tandak itu.
30. Tidak berapa lama Sahawung sampai tambuan gubuk
Bowak dan ibunya, ia merendah terus merendah sampai berhenti
bergantung di tempat bunga pinang, dari situ ia melihat yang diiris
Bowak itu bukan burung Enggang tetapi keladi saja. 31. Tetapi bunyi
tandak Bowak itu memang terus menerus saja tidak berhelat bunyi
itu bolak balik bunyi itu saja. 32. Begitu lama maka Sahawung turun
ke tanah berjalan-jalan di depan Bawok yang sedang mengiris keladi
itu. 33. Bowak mengangkat mata ke depan kemudian dia melihat
seorang lelaki yang sangat tampan berdiri di depan tempat ia
mengiris keladi itu yang tidak ia kenal sehingga ia berhenti bernyanyi.
34. Sahawung langsung mendekat ia dan berkata : “ Apa sedang
mengiris Enggang keponakan ? “. 35 Jawab Bowak : mengiris keladi
untuk makan babi kami berdua ibu. 36. Kenapa Enggang kemenakan
selalu menyanyi menyebut Nasang Burung Tingang Dia Bahelang
Andau, Nyangit meto ayun baputi tiap pandang kalaman? “. 37
Jawab Bowak : “ Karena aku ingat cerita keberanian tuanku
Tamanggung Caca yang beberapa kali menahan kampung dari
amukan penyerang, sehingga timbul semangatku mengiris keladi ini
“. 38. Kata Sahawung lagi maukah kau ikut aku ?, jawab Bowak mau
saja paman, tapi tunggu ibu saya datang mencari keladi. “ Kata
Sahawung lagi tidak apa-apa Tingang keponakan. 39. Mendengar itu
segera Bowak melepaskan pisau berdiri mengikuti Sahawung. 40
Tidak beberapa jauh tiba-tiba Bowak melihat Rasang Papan
telawang di depan mereka berdua. Sampai papan telawang itu
Sahawung menyuruh Bowak naik ke tengah dan duduk kuat-kuat. 41.
Bowak menurut.
42. Sahawung naik juga. 43. Sebelum berangkat Sahawung
memesan Bowak katanya : “ Segala sesuatu yang kamu lihat nanti
jangan engkau tegur, aku hanya bisa memberi tahukan padamu. 44.
Kemudian Lasang Papan Telawang itu segera berangkat. 45. Baru
mereka terbang maka terlihat Bowak ibunya sedang memotong
keladi, 46. Bowak berkata : “ Itu ibu saya paman yang sedang
memotong keladi, kita berhenti sebentar aku mengatakan
perjalananku ikut paman. 47. Kata Sahawung menjawab tidak apa-
apa saja dengan Enggang keponakan, perjalanan kita tidak lama. 48.
424
Karena lasang itu sangat cepat sehingga ibu Bowak sudah tidak
kelihatan lagi. 49. Segera mereka berdua ke atas terus ke atas dan
tidak berapa lama mereka berdua masuk tempat seperti lubang (
rakung ) tetapi besar ( manipeng ewang pantar ).
50. Kemudian sampai tasik, terusan, membuat Bowak sangat
heran melihat banyaknya tasik, terusan, kayu, bukit, dan lain-lain
semua bagus sekali nampaknya. Dia tidak berani bertanya apa nama
tasik, terusan bukit dan lain-lain, karena ia lalu ingat pesan paman
tadi. 51. Mereka berdua sampai suatu kampung yang dikatakan
Sahawung. 52. katanya ini Bowak Lewu Kaleka Batun Nindan
Tarung, Liang Angkar Bantilung Nyaring. 53. Tidak lama kemudian
dari situ segera mereka berdua berhenti disatu kampung yang tidak
terkira besarnya dan ramainya. 54. Lasang itu berhenti di atas saja.
55. Sahawung segera melompat ke tanah dan berkata : Kamu
Enggang keponakan jangan pergi dulu. 56. Tidak lama setelah
Sahawung lompat datang tiga orang perempuan mendekati sepasang
papan telawang. 57. Seorang dari mereka berkata berdiri kamu
Tingang keponakan, disini aku menggendong kamu. Mendengar itu
Bowak segera berdiri menghampiri perempuan itu kemudian
perempuan itu menggendong Bowak seperti menggendong anak kecil
saja. 58. Mereka bertiga itu membawa ia ke satu telaga, di situ ia
dimandikan, sedikit bersih terus menukar pakaian Bowak, kemudian
mengoleskan tanah di dadanya.
59. Sudah bersih pekerjaan mereka bertiga disitu baru Bowak di
antar ke Balai Palangka Nahalambang Tambun, Salibayung Antang
Manutu penyang balai kepunyaan Rawin Tempun Telun. 60. Disitu
sudah banyak orang berkumpul, tua, muda, perempuan laki-laki yang
ingin berjumpa dengan manusia. 61. Sesampai di balai itu Bowak
disuguhi makanan. Sesudah makan dia dioles dengan darah hidup
bercampur beras padi nyangen Tingang, diikatkan Lamiang Bua
Garing Belum, natisang bakang haselan tingang. 62. Sesudah
bersih pekerjaan mereka supaya Bowak naik lewo bukit Sua Penyang
/ Lewo telo ije kalabuan tenggang, rundung epat due, katahurung
talawang. Tidak bisa tulah malai. Sudah bersih pekerjaan orang
banyak, Bowak disuruh kawin. Tempun Telun duduk di tengah balai,
orang banyak mengelilingi dia. Kemudian Tempun Telun bertanya
padanya : “ Kami Lewu Telu Ije Kalabuan Tingang Rundung Epat
due katahurung Telawang sudah mendengar nyanyian kerungutmu
(sinde mananteng panapakan bengkel kami dengan karuhung
Sahawung Bulau tempon Buang Penyang. 63. Yang mengatakan
kamu sanggup menyembeleh burung Enggang tidak berhelat 90 hari,
nyangit meto ayun baputi tiap kemarau kalaman, dari mana kamu
90
Terus menerus tanpa henti
425
mendapat burung Tinggang yang begitu banyak ?. 64. Jawab Bowak,
itu cuman nyanyianku saja paman, tetapi yang saya iris itu memang
keladi saja. Untuk makan babi kami. 65. Kenapa kamu menyebut
kujang itu menjadi burung Tinggang ? 66. Jawab Bowak : Pertama-
tama aku bernyanyi seperti itu karena aku mengiris keladi yang
sangat banyak oleh aku sendiri saja. Ibu selalu memotong keladi dan
mencari kayu bakarnya, sehingga spontan saja kuhitung keberanian
tuanku Temanggung Caca yang sanggup menahan amuk menyerang
kampung kami berkali-kali. Sehingga tidak ada orang kampung yang
mati, penyerang lari, tercerai berai kesana kemari. Sehingga seperti
itu menimbulkan semangatku mengiris keladi itu. Sehingga spontan
timbul nyanyian itu menyebut “Manasang… “. 67. Karena
nyanyianku seperti itu aku sangat senang bekerja dengan menyanyi
seperti itu, oleh sebab itu kalau aku mengiris kujang selalu aku
menyanyikan seperti itu berulang-ulang kata itu saja. Juga arti
nyanyianku itu tidak kuketahui juga. 68 Setelah Bowak menceritakan
asal muasal sampai ia bernyanyi seperti itu untuk orang banyak maka
Rawing Tempun Telun berkata lagi kepada orang banyak : Ini
manusia ada ikut kita di kampung tiga ini. Karena itu kita sama-sama
memelihara dia, jangan kalian membawa dia sembarangan kalau
tidak tanya dahulu dengan kami berdua Sahawung.
69. Karena manusia ini mereka bisa mati, tulah malai
menderita sakit penyakit, karena mereka ini tidak berisi tanah
kasambuyan, tidak berdarah air Kaharingan, tidak bernafas untung
panjang, lain dengan kita di pantai Sangiang, karena itu kita harus
berhati-hati. Kemudian Bowak dibawa oleh Sahawung bertamu ke
balainya yaitu Balai Entas Takaruan Tambang, Sali Undik
Tapajakan Salunga. 70. Setelah sampai balai itu Bowak heran karena
balai itu tidak bertangga. Melihat Sahawung loncat, Bowak juga
melambungkan dirinya tapi tidak bisa sampai karena balai tersebut
memang tinggi. 71. Melihat itu Sahawung menumpahkan Bangkang
Haselan Tingang ke atas kepala Bowak, sesudah itu Bowak
melambungkan dirinya lagi baru bisa naik balai itu. 72. Disitu Bowak
tinggal hari itu berbicara dengan para pemuda kampung Telo. 73.
Macam-macam saja pembicaraan mereka mengenai kehidupan di
dunia manusia. Bowak menceritakan seperti sebenarnya juga
menurut pengetahuannya. 74. Tapi pemuda kampung Telo tidak
terlalu mengharap cerita Bowak itu kalau tidak mereka melihat
sebenarnya. 75. Sesudah mereka berbicara mereka membawa Bowak
lagi bertamu ke tempat mereka. Tempat bukang barendeng dia
impun lawu tempat antang pintih panana pinang, kenjui bangkang
nampuyan haselan, tempat burung Lingu kanyumping linga dan
tempat manyamei hatuen sangiang dan lain-lain. 76. Karena itu
maka Bowak banyak juga berkenalan dengan pemuda kampung Telo
426
dan dengan anak-anak yang sepantar dengan dia. 77. Sehingga enak
saja bertamu kesana kemari di kampung itu. 78. Juga karena orang
kampung itu memang tahu suka dengan dia. 79. Dalam perjalanan
bertamu seperti itu bersama mereka, Bowak melihat keindahan
segala sesuatu di kampung itu, yang semua mengherankan rupanya
juga sangat indah sekali, yang di dunia memang tidak seperti itu. 80.
Sering juga Bowak bertanya dengan mereka yang bersama dia
berjalan tetapi mereka menjawab: tidak berani kami mengatakan
untukmu karena dilarang Sahawung. 81. Cuma kamu boleh melihat
saja dan kamu artikan sendiri. 82. Selama mereka berbicara selalu
mereka memuji keberanian Bowak yang dapat menyembeleh burung
Tingang tidak berhelat hari, walau Bowak sudah menceritakan bahwa
yang diiris itu bukan Enggang, tetapi keladi. 83. Tetapi kelihatannya
mereka kurang menanggapi benar cerita Bowak itu, seperti begitu
terus omongan mereka terus hari itu.
84. Hari sore Bowak mereka antar ke tempat Sahawung supaya
bermalam disitu. 85. Malam sudah tengah malam saat Sahawung
dan Bowak duduk berbicara di tengah Balai. 86. Tiba-tiba mereka
berdua merasakan bau gaharu berputar sama sekali di dalam balai.
87. Merasa bau tersebut segera Sahawung berkata Panjung Bulan
Betou Tanjung, eka kajan bawi tingang nyara gantung lunuk,
pandang isen tamuei habinei tambun manyabilui baras, hetoh
purun buang riap-riap dare eka bawin tingang lingga ngekei
renteng, amak tantawa ringki-ringkin tabuhi jampenan tambun
ayah marau bahinge. 88. Sesudah berkata seperti itu, segera Bowak
melihat tujuh perempuan yang sama cantiknya. 89. Mereka bertujuh
itu sama-sama duduk menyipa. 90. Kemudian Sahawung bertanya
kepada mereka bertujuh , kemana perjalanan kalian bawi sintung uju
jari matang balai entas takaruan tambang, nindan Sali Undik
tapajakang salunga : siapa hajajakan bitin keton bara pantai
danom kalonen. Ngumban aran keton bahanjung lunuk kampung
bunu. 91. Jawab mereka bertujuh : Dia isek manas ekam tingang
nyahe sahawong bulau tempon buang penyang, kami bawi sintung
tujuh ini kalabuan daring tamanggung caca, balua lewu hila taweh
dare bahanjung rundung nahapantun salingkat, kami bertujuh ini
disuruh menyisir pantai danom sangiang mencari Bowak yang
tiba-tiba lenyap tidak diketahui manusia kemana perginya. Ibunya
selalu meneteskan air mata mencari anaknya Bowak bersama orang
banyak sudah pergi ke hutan, mendayung ke hulu ke hilir mencari.
92. Oleh karena itu ini Tingang agar anda mengantar Bowak ini cepat
ke dunia. 93. Mendengar itu Sahawung berkata, tidak apa-apa bulan
betau, Bowak ikut saya/kami kampung telo ije kalabuan tingang,
rundung epat due katahurung talawang. 94. Kalian katakan saja
pada Tamanggung Caca dan ibu Bowak jangan ia sakit hati . Dalam
427
ketujuh hari nanti, aku antar dia pulang ke dunia. 95. Mereka
bertujuh berkata bagaimana manusia tahu janji orang Tingang itu .
96. Mendengar itu Sahawung mengambil beras dibungkus yang
dibawa mereka bertujuh itu dan berkata ini beras dibungkus
bungkusan timpung , kalau sampai dunia nanti ditukar dengan punya
manusia dengan ini, agar manusia tahu bahwa Bowak ini tidak mati
dan ada bersama kami di Kampung Telo. 97. Sesudah mendengar
kata Sahawung, mereka bertujuh beranjak ke depan pintu langsung
lenyap dari penglihatan Bowak. 98. Bukan main keheranan Bowak
dengan mereka bertujuh itu karena menurut ingatannya tidak ada
perempuan di kampung Baras yang seperti itu cantiknya. Oleh
keheranannya itu lalu ia bertanya pada sahawung siapa mereka
bertujuh itu tadi paman? 99. jawab Sahawung mereka bertujuh itu
adalah putir bawin tawur karena beras yang ditabur oleh
Temanggung Caca mencari kamu. 100. Baru Bowak mengerti arti
orang yang menabur biasanya. Sesudah itu bowak tidur saja.
101. Pagi hari lagi Bowak bangun, para pemuda sudah
menunggu banyak di dalam balai. 102. Bowak sudah mandi
membersihkan dirinya lalu para pemuda membawa Bowak ke tempat
Rawin Tempun Telun. Mereka bersama-sama berangkat. 103. Sampai
di tempat Rawin Tempun Telun mereka masuk ke dalam Balai
Palangka Naha Lambang Tambun Sali Bayung Antang Nahutu
Penyang. 104. Tempun Telun mempersilahkan mereka. 105. Mereka
masuk ke dalam balai bersama-sama duduk. 106. Rawin Tempun
Telun bertanya kemana perjalanan kalian ke balai palangka
Mahalambang Tambun, Nindan Sali Buyung Antang Nahutu
Penyang pagi-pagi seperti ini. 107. Jawab pemuda yang bernama
Antang pintih Panana Pinang Pangkang Nampuyan Haselan apa
yang paman tanya? Ada keinginan kami mau mengajak Bowak ini
berburu Enggang di lunuk jayang tingang, Baringen Sempeng Tulang
Tambarirang. Dimana tempat tingang rangga pepantung nyahu
batandaung runtun, karena Bowak memang pemberani tidak
tanggung, tanggung dapat menyembeleh burung Tinggang tidak helat
hari, nyangit meto… , sehingga supaya Bowak melihat burung
Tingang milik pantai sangiang ini. 108. Mendengar kata mereka,
Rawing Tempun Telun berkata kalian Tingang, keponakan para
pemuda, kalian mendengar ceritaku ini. 109. Bahwa dulu di
Kampung Telo ini ada tiga orang bersaudara kandung 110. yaitu
Maharaja Sangen, Maharaja Sangiang, Maharaja Buno. 111. Maharaja
Sangen itu nenek moyang saya dan Sahawung. Maharaja Sangiang itu
nenek moyang karuhung Mantir Mama Luhing dan Maharaja Buno
itu nenek moyang manusia di bumi, yaitu nenek moyang Bowak ini.
112. Penyebab Maharaja Buno diturunkan oleh Ranying Hatala ke
dunia karena isteri Maharaja Buno itu manusia yang bisa mati,
428
karena ia berisi tanah tidak tanah kasambuyan, berdarah air bukan
air kaharingan. Bernafas angin bukan angin untung aseng panjang.
Karena di atas langit ini tidak ada tempat orang bisa mati, tidak ada
karena tempat mengubur jenazah manusia. Tidak ada angin tempat
bau busuk mayat manusia. Karena itu Maharaja Buno dan isterinya
diturunkan ke dunia, Luwuk kampung Buno . 113. Kalau sebutan
sangen lewo injam tingang, rundung nasih burung. 114. Karena
dunia itu memang sudah dibuat/disediakan oleh Ranying Hatala
untuk tempat manusia, tempat binatang burung sambarana
nama/bentuknya dan lain-lain. Yang semuanya untuk/akan mati. 115.
Jadi di atas langit ini tempat kita yang tidak bisa mati sampai selama-
lamanya. 116. Untuk itu manusia mereka bisa sakit, bisa tulah malai,
bisa mati. 117. Kalau mereka manusia sampai tempat kita sini,
mereka tidak bisa melihat hal-hal yang tempat kuasa Ranying
Hatala. Kalau tidak ada kekuatan roh dari manusia supaya ia bisa
tulak malai, haban sakit, sesudah ia melihatnya. 118. Oleh sebab itu
Tingang keponakan, para pemuda tidak bisa kalian membawa dia
berburu tingang di lunuk jayang tingang… karena kalau kalian
membawa dia kesitu dia nanti tulah melihat tinggang rangga …karena
dalam manusia tidak ada tingang seperti itu. Kalau
119. Bowak tulak sakit atau mati ditempat kita ini maka tidak
ada tanah tempat kita mengubur dia karena disini tidak ada bukit
haasarang Raung, kereng daharing penda lunuk, Cuma di dunia saja
ada. 120. Mendengar cerita Rawing Tempon Telo seperti itu, bisa
bernafas jarang para pemuda : 120. begitukah ceritanya paman ? kata
Antang Bintik Panana Pinang. Baru kami pemuda mendengar
ceritanya. 122. Tapi ini memang keterusan saja keinginan kami
membawa Bowak untuk berburu tinggang. 123. Kata Rawing Tempun
Telun lagi bisa kalian membawa dia berburu tingang kebelakang
kampung bukit sua penyang ini saja tetapi tidak boleh terlalu jauh.
Jangan sampai melalui tiga bukit. 124. Kalau kalian sudah bertemu
dengan burung pampulu, burung punai netei, pating balawan randan,
itu satu burung Tingang dengan burung Tangkuju. Sesudah itu
mereka keluar 125. ( bersambung )
430
Pisau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau Mandau “. 39.
Sanaman Mantikei te , bilak uras utus Dayak katawan hong
Kapuas, Kahayan, Katingan, Seruyan, Arut, Lemandau, Jelai,
Kumai Barito.
40. Akan mampingat aran te , awi Gubernur Kepala Daerah
Kalimantan Tengah Tjilik Riwut, jadi inenga aran akan
Perkampungan Pelajar Palangka Raya “ Perkampungan Pelajar
Sanaman Mantikei. 41. Tinai into tumbang Sungei Mantikei te,
sampai wayah toh aton ije mariam hai, en jete ain eweh, magon
inggau kesah asale.
91
catatan : Di muara sungai Mantikei ditemukan meriam berukuran besar,
belum diketahui siapa pemiliknya.
432
Ambang Birang Bitang Pono Ayun Kayau Mandau. Bagi Suku Dayak,
mandau Sanaman Mantikei sangat dikenal, oleh karena itu di masa
Tjilik Riwut menjabat sebagai Gubernur Kepala Daerah Propinsi
Kalimantan Tengah, beliau memberi nama Perkampungan Pelajar
Sanaman Mantikei untuk perkampungan pelajar Palangka Raya.
Tajahan Lowok
1. Hong ije kaleka lewu aton balihi due anak uluh nule. 2.
Indue bapa tahi jadi matei, uluh beken lepah dari daria hete-hete. 3.
Ije bakas te Siok Bamban arae, ije tabela dia atun tara sewut arae.
4. Sinde andau Siok Bamban te haguet mamengan, dinon burung ije
kongan, imbit buli.
5. “ Helo andi “ kuan Siok Bamban aku haguet balaku apui dengan
uluh kanih, ikau kabuatm melai buah-buah. 6. Palus ie haguet. Tapi
Siok Bamban te dia dumah, andi tunggu-tunggu naharep hantun
burung te. 7.Tunggu-tunggu jatun, te andi mantehau ie : “ O kaka
Siok Bamban burung maram dia taratinu, behas kembang dia
tararapi, lepah jelei ngutip betet. “ 8. Mmmmm” auch taloh atawa
kambe bara sandung tukep huma eka te. 9. Inaha jete auh kaka Siok
Bamban mureh ie . 10. “ O kaka Siok Bamban, burung maram dia
taratinu, behas kembang dia tararapi lepah jelei ngutip betet. “
Mmm” auh taloh te atun hong upun hejan. 11. “ O kaka Siok Bamban,
burung maram dia taratinu, behas kembang dia tararapi, lepah
jelai ngutip betet.” 12. Mmm” kuan kambe atun hong baun
tunggang. 13. Ie tarewen toto mite kambe te, tampae kilau uluh tapi
panjang, hai, mata tuntang urung hai, ngarihingrihing kasinga,
papa toto ampie, ie handak hadari tapi kambe te manyingkap ie,
436
mamisak barabit tuntang kuman ie lepah lingis, baya batisa balaue
uju kalambar tuntang daha ije katitik helat laseh. 14.
1. Dia tahi limbah te Siok Bamban dumah mimbit apoi. 16. “ O
andi “ koae mangahau andie bara petak. Benyem . 17. “ o Andi !
hong kueh ikau intehau toto-toto jatun. 18. “ Matei-matei aku,
nihau andiku tuh “ koae kutak-kutak kabuat. 19. O andi, kueh ikau
hayak auh tangis-tangis, dari daria ie hapus huma manggau andi.
20. Matei kea andiku toh, ginteng gento auhe. 21. Kabagite aton
balau uju karambar hong laseh , palus manangis ie. 22. “ Pea hureh
matei awi taloh kea ie toh, koae hayak tangise. 23. Limbah jari
ombet hoang manangis, ie mendeng bara hete. 24. Imbirang amak
susun uju, ngarong hapan dinding benang. 25. Ina hete balau andi
uju karambartuntang daha ije kapantis te imbah te ie balaku
Danum Kaharingan Danum Kaharingan belum. 26. Gohong
Paninting haseng teneng kamandih sambang ( danum pambelom )
bara Tumbang Lawang Langit ( Tambangan Langit ). 27. Amun
ikau mampolak, amun ikau benyem, jari olon kilau ampim bahut ih,
hayak auh te ie manusuh Danum Kaharingan hong daha tuntang
balau te, palus daha te manjadi olon. 28. Inusuh tinai pararinjet ie
belum, palus banyen. 29. Inusuh sinde tinai, munduk kilau uluh
misik batiruh. 30. “ Lalehan katahin tirohku te aka “, kuan andi. 31.
“ Pea ikau batiroh ?, ikau matei awi taloh. 32. “ Toto “ kuan andi
harungku mingat metuh lihim balaku apui, aku te mantehau ikau.
33. “ O kaka, Siok Bamban, burung maram dia taratini, behas
kembang dia tararapi, lepah jelei ngutip Betet “. 34. Mmm , auch
taloh t api nggareku ikau mureh aku. 35. Magun ih aku mantehau
ikau, jari taloh te hong batunggang, harungku mite ie, dia olon tapi
taloh. 36. Handak hadari dia sampet, palus ie mampatei aku. 37. “
Terai andi “ kuan Siok Bamban nguan arep, kuman belum, mandoi
barasih helo, te kuae handak mampatei taloh te ije mawi ikau te “.
38. Limbah jari kuman belum barasih, andi te inyuhu mundok
penda garantung hai tuntang Siok Bamban mimbing dandu mimpa
taloh hong serok atep baun tunggang. 39. Te andi mantehau tinai
kilau auch bihin : “ O kaka, Siok Bamban, burung maram dia
taratinu, behas kembang dia tararapi, jelei lepah ngutip betet. “ 40.
Mmm” auch taloh bara sandong. 41. “ O kaka Siok Bamban, burung
maram di taratinu, behas kembang dia tararapi, lepah jelai ngutip
betet.” 42. Mmm” auch taloh hong baun tunggang, palus tame. 43.
Imunu awi Siok Bamban manintu bentuk usuke taluh te. 44. Matei
ie. Hantun kambe te injijit awi Siok Bamban ie ndue handi akan
petak. 45. Imapui, asep hantun taloh te je baputi manjadi balacu, ije
babilem manjadi andas, bara apui te manjadi bulau. 46. Jete induan
Siok Bamban ewen ndue handi akan indu panatau, kalute ewen due
te manjadi tatau.
437
Saritan Batu Lowang Ingei
439
aton bagare Batu Lowang Ingei hong Samba anak sungai
Katingan.
Angkes Tahuman
441
kahai kilau awau bahut ih. 57. Dia ie mbuhen ampin bau matae
kilau uluh are ih, inyewut Antang Taoi te arae Tahuman.
58. Tahi kea Antang Taoi te melai lewu uju, te ie balua akan
ngawa maja indu bapa tundah kulae hong lewu jalatien. 59. Amun
ie bara lewu Jalatien akan lewu Uju, ie masuh, limbah te murik
tame saka. 60. Kalote hante-hante. 61. Tapi sawae te palus hidai ie
pakaja .62. Te lembut tirok handak mawi jalan mananjung ih bara
lewu Uju manintu lewu Jalatien, mangat amun ie pakaja sawae
kareh hong lewu jalatien mahoroi jalan te, tukep kea. 63. Te Antang
Taoi mimbit uluh are nampara mawi jalan nyambulan bara lewu,
bahata bari. 64. Tapi amun jadi bulu podok hong Tumbang jalan
manggau bari bahata, lepah. 65. Sama hengan ewen . 66. Kalute
hante-hante gagenep andau, buli handak kuman,lepah bahata. “ 67.
Terai “ koan Antang Taoi puna aton uluh manakau, kareh aku melai
mimpa jaton tahan amon kalutuh harajur. 68. Kalote uluh are
lepah mohon bagawi jalan, Antang Taoi melai manyahukan arepe
mimpa.
69. Tahi-tahi uluh are sama jadi benyem kapahining karekes
sahep auh pain uluh mananjung. 70. Nampayah, mite angkes jari
toke-tokep pasah ewen te. 71. Ngere-nggerek arepe ampie, kabe jadi
uluh hatue ije katagangae. 72. Ampie ie madu lumpat pasah ewen
te. 73. Nyelek awi Antang Taoi rangkah-rangkah, palus, kerap
manawa. 74. Ikau toh ije nukang andau manakau bahatan ikei,
induangku ikau toh gantin regan kare barin ikei ije inakau te. 75.
Yuh ih kilen gawingku dengan taloh toto kasalangku koan Angkes.
76. Halemei amun uluh are ije mawi jalan te sana buli, hengan uras
mite atun hatue ije dia ewen kasene omba Antang Taoi. 77. Uluh are
te madu jete puna uluh panakau te. 78. Ie mimbit ewen buli lewu.
omba Antang Taoi, inyewue en arae Angkes. 79. Angkes toh ije
paham apik mawi jalan. 80. Uras katawa kare calok petas taloh,
katawae taloh en-en nantoronge amun ie takolok jalan. 81. Manintu
lewu jalatien, mangat ih uluh manuntut. Jalan mametap tokep toto.
82. Sanang pambelum Antang Taoi aton Angkes ewen ndue
Tahuman omba ie. 83. Jaka malauk mambilis tahuman toh ije
ngatawan eka . 84. Naturong ih jakae manggau taloh hunjun
petak . 85. Jaka satiar marak kayu Angkes toh takolok jalan. 86.
Manintu ih jaka malan mangabun, Angkes toh katawan eka petak
ije bahalap. 87. Miar toto pambelom malan harajur dinun, ramu
mandai, mamili haramaung balanga handak dia bahelang bulae.
88. Te limbah taloh jadi sama barasih, amun Angkes Tahuman
sama jari ombet kabakase, Antang Taoi madu ewen ndue te
manampa kabalie ngawie buah-buah tumon hadat uluh are kea. 89.
Hayak limbah jadi ingawin te, Antang Taoi mambaris ewen due te.
90. Manyoho ie nguan pambelume ngabali arepe, mamangun
442
huma kabuat. 91. Dia men ewen ndue pambelum arepe. 92. Malan
harajur dinun, kare taloh gawi rata manjadi-jadi. 93. Jakai Antang
Taoi mamili balanga, mamili balanga kea Angkes Tahuman. 94.
Aton auh Antang Taoi ngarangka-rangka arep tiwah, atun kea auh
Angkes Tahuman manju manju arep mawi gawi.
95. Manggau pantar sapundo Antang Taoi, kalute kea
Angkes Tahuman. Hime-himes tindi-tindi ampie dengan Antang
Taoi tapi dia kea Antang Taoi paduli. 96. Aton kasingi nah ingkes ih
hong huang atei ih. 97. Dia ie hatambuae, Antang Taoi hete-hete
manggau hadangan basa tapas ije kungan, tapi jaton uluh ije
bajual, tapi ayun Angkes aton sukup malabien haream. 98. “ Terai “
koan Antang Taoi manalisihe kabe dia tau koan Angkes Tahuman,
hadangan aingku ije kalabie bara hapangku akan mbelomku dia
hoangku manganae palepahe. 99. Te maka pusit kasingin Antang
Taoi, taloh ije ingkes huang atei katahin te uras balua. 100. “ Dia
kahawen baum, belum awiku ih ketun ndue kau, ikau Angkes ( Iker )
meto harayap, ikau kau Tahuman dia ketun kau kalonen kilau oloh,
keton ndue kau nah, pahalau kajolom tindi-tindih, hime-himes, bara
hora-horan. 101. Dia kahawen, ungkar sandung te mite ampie
amun ie sarenem, tisik tahuman ih hete nah.
102. Awi auh Antang Taoi te Angkes paham mahamen. 103.
Bara andau te ewen due paut toto. 104. Metoh tiwah Angkes mukei
sandung anake ije iniwah helo, toto kea mite bulon Angkes tuntang
tisik tahuman ih. 105. Pea ie ati tulang uluh huange. ( inyurat helo
bara tiwah awi uluh Katingan tuntang uluh Ot Danom ). 106. Bara
te limbah tiwah te Angkes Tahuman hadari mindah bara lewu te.
107. Antang Taoi mindah kea, Angkes Tahuman akan sungai Nupi,
tuntang Antang Taoi hadari akan lewu jalatien, lewu asal.
108. Bara te ewen ndue dia hasundau tinai. Angkes
Tahuman te nabela anak bawi bagare Lusoh tuntang Antang Toi
nabela anake hatue bagare Rason tapi are puluh nyelu limbah toh,
limbah ewen jari babungkat, anak sama jadi hai ie Rason te
mansuman arepe akan bapae handak halisang maja kulae. 109.
Handak inghana kea gawi bapae tapi basa ie bajuju bapae malapas
ie kea, hayak mameteh ie : “ Ingat auhku anak, toh ikau murik maja
kolam, kolam indom, dia kea buah amun sahia-hia, aku mangahana
ikau, baya ela haliai murik sungai Nupi, jete petehku, jete
ngahanaku ikau , ingat-ingat auhku “. 110. Rue-ruek ie kilau
mameteng tali, ie mameteh anake ela haliai murik sungai nupi. 111.
Bukue ie dia mansumam baya ingat ih. Rasan murik.
112. Tahi Rasan melai leka kolae, lewun indue hong lewu
Uju. 113. Kinjap ie mahining saritan lewu Nupi, are uluh hete, hai
lewu te ampie, basewut Angkes tuntang Tahuman awi panatau
tuntang anak bujang bawi ati ije paham bahalap ampie.114. Rason
443
mipen handak mite, Rason paham handak sampai lewun Angkes
Tahuman. Jaton ie tau ingahana oloh. Peteh bapae dia ulih
mambahalang ie. 115. Ie murik sungai Nupi, bahalap lewu te, are
uluh hete, mangat bewei tuntang rami kamea. 116. Metuh Angkes
Tahuman katawan ie te anak Antang Taoi, ie paham handak atei, ie
mimbit pakaja ie tuntang manyarungan ie. 117. Lusoh bujang bawi
te manyang ( manyang Rason ( jete tau awi hormat ) . 118. Angkes
Tahuman te manyarita akan Rason ie te paharin bapae Rason (
Antang Taoi ) 119. Angkes mawi pesta hai marawai are uluh hapan
mahormat Rasan te. 120. Hong pesta hai te Rason paham mipen
uluh bawi te ( Lusoh ) sampai ie balaku dengan Angkes Tahuman
uka ie tau kawin dengae. 121. Auh te inarima awi Angkes Tahuman
dengan kahanjak atei. 122. Basa ie mangkeme Antang Taoi ije uluh
kalonen asal, tuntang jari paham mampahawen Angkes Tahuman
basa ie asal Angkes tuntang tahuman bewei tapi toh manjadi ije
kautus dengae , awi anak Rason jadi kawin dengan Lusoh anak
Angkes Tahuman hong sungai Nupi ie paham balait.
123. Tapi dia tawan auh dengan Rason jari mahining kea
sarita bapae paham pehe atei tuntang balait. 124. Manyasal kea ie,
ie manyasal kea dia maku kea mandoi hayak ie. 125. Hong hadat
uluh helo limbah kawin mandoi hayak-hayak hong uju andau
ketahie. 126. Pire-pire bulan katahie sawae te mandoi kabuat hong
talaga likut lewu te. 127. Te mahin manakau arepe helang matan
oloh, hengan Rason mite dasar tumun te ie mimpa hong saran
talaga hong likut lewu je juru eka Lusoh te mandoi. 128. Haguet
bara huma toh manyewut arepe mamengan tapi kalute ie manyuni
arepe marakare upon kayu saran talaga te. 129. Pea tahi badumah
ih Lusoh te handak mandoi hong talaga te. 130. Jari ie mengkak
kare pakayae manggerek-gerek arepe kabe bengkak ih takuluk’a
bara bereng daha hantis hantisa, bajakah kenai kihir-kihira tamput
takuloke. 131. Takolok te ih ije mandai bukange dia. 132. Hengan
toto, mikeh, giring bulu, Rason mite taloh toh te, tapi suni ih, sawae
te buli limbah ie jari manamean takuluk’a hayak kare bajakah
kanai hong bukange, hajib kilau helo ih. Rason buli kea manuntut
bara keja-kejau.
133. Rasang Halisang.
Pehe atei Rasang, bapae paham balait, ie buli bapae dia
bahanyi, melai hete jari gitae ampin sawae bahali akae. 134. Te
lembut tiruke handak halisang kejau ie mansuman tirok te akan
empue bawie hatue, akan sawae kea. 135. Sawae dia mangahana ie
asal ela lalau tahi. 136. Palisang te manintu pambelep. 137. Sampai
Barito, Kapuas, Kahayan, palus akan Mantaya tinai. 138. Akan
Seruyan hulu, Arut palus Lamandau, hete ie manahi. 139. Hapus ije
nyelu dia kea dumah. 140. Empue, sawae, manggau kabar, jaton.
444
Pehe atei Lusoh basa ampie Rason toh palus dia buli, kabare mahi
jaton. 141. Telo sampai epat nyelo, terai kuan Lusoh aku manyak
akae, Rason toh baya ampie ie dia buli. 142. Sinde alem ie haguet
tarawang kuluk’a bewei, bukang balihi . 143. Tarawang manintu
pambelep, manggau Rason. 144. Tahi ie kumbang kaliling tepa
tawae eka Rason hulu Lamandau. 145. Ie mimba uluh hamalem,
ingkes arepe hong karanin manuk, tukep baun batunggang. 146.
Uluh misik hanjewu balua huma , uras mahalau ie ije uluh beken.
147. Tapi sana Rason balua, begap ie tingkep hong upon uyat
kason, palus hajib sama ih ije puna takolok Rason ih. 148. Rason
tarewen toto, uluh are, uluh handiai ije mite jete hengan tuntang
mikeh . 149. Rason balaku engka-engkak, tapi takolok Losoh te dia
maku. basa Rason jadi malihi ie katahin te, tuntang pahimat Rason
malihi ie palus bara te Rason te uluh ije due takolok, ije hatue ije
bawie. 150. Akan kakueh ie haguet, harajur tumon te. 151.
Mahamen, pehe, heka Rason te awi takolok ije mandahang. 152.
Sinde Rason mananjung hong parakayu kabe mite ije kabatang
sangalang mamua labat tuntang masak. 153. Takolok Losoh te
paham handak kuman bua Sangalang te, tapi Rason dia maku
mandai amun ie magon due takolok. 154. Basa Lusoh paham mipen
bua te tarapaksa mengkak arepe hanjulu, pandehan Rason mandai
sangalang te, takolok te melai hunjun tunggul hong penda
sangalang te kea. 155. Amun Rason jari hong ngambu, te ie
mamelek-melek edan sangalang tuntang bua-buae, medake
manintu takolok te. 156. Kinjap magon dia tau buah . 157. Tepa
sinde dengan edan ije hai. 158. Takolok Lusoh te buah pedake bara
ngambu pusit koan Rason madu ie matei, tapi magon tau hakutak
koae dengan Rason : “ Toh aku matei, aku dia buli lewu Nupi awi
katulasm kapurun mawi aku. 159. Tapi tunggul ekaku matei toh
manjadi tunggul peres panyakit macam-macam, sakalean atun.
160. Sukup simpan ije mangapehe tuntang marusak olon. 161. Pulih
, sanggar, ramu-ramu tundek, pakihang, tkt uras hetuh asale. 162.
Hong ekaku matei toh, sangalang kau kea ije mampatei aku
sangalang kau kea ije eka kikeh kare uluh harian ije tau kilau aku,
barawut baya ikau tuntang rutus rinting aim ije dia uluh taloh
papa mawi. 163. Dia tau pullih sanggar , ramo-ramo nambelan.
164. Takolok te matei, Rason buli lewu bahata takolok ije ih kilau
uluh beken kea. 165. Bara wayah te aton ramo-ramo ain uluh hila
pambelep toh, pulih ,sanggar, pakihang tkt, sambarana macam
kapehe.
166. Patih Talongkah hong hulu Sampang Lamandau ie ije
jari basewut awi kare taloh hapa ie tau mangapehe uluh . 167. Ie
anak eson Rason te, Patih Talongkah ie “Rajan Peres“ paham kutoh
sarita tahiu ie hapus hulu batang danum Kapuas, Kahayan,
445
Katingan, Arut, Lamandau, Jelai, Barito, Pasir, Tanah Grogot,
Kapuas Bohang, Mahakam, tawan uluh aran Patih Talongkah.
168. Manomon cerita metoh zaman penjajahan Belanda
horan, ie te kilau Raja into hulu sungai sampang sungei Lamandau
hila sungei Air Hitam Kalimantan Barat kabupaten Ketapang.
169. Pemerintah Kolonial Belanda dia ulih sampai eka te, sampai ie
hadari malihi kawis ewahe marop bara Indonesia toh. 170. Pire-
pire tingkat pemerintah Belanda inyuhu akan eka te tapi dia puji
uluh sampai, awi kakare peres hasean karee, musti ewen te kana
macam-macam ampie, badarem, bahenda, baputi, kembang,
babaha, maluja daha, tkt, piket, rangit, nyamuk, uras mampatei
ewen ije manukep kaleka te. 171. Tau uluh sampai lewo te amun
uluh mandinu premisi bara jalahan ayoe, tinai jalahan aie te
mansuman akae helu. 172. Tapi bitin Patih Talongkah te puna dia
tau inukep karana uluh dia tahan.
173. Akan koeh uluh manalih Patih Talongkah ? kilau ie upon
kare peres, panyakit, upon kare sanggar, parang manya, pipit
barunai, tumbak dahan, awuh, tkt. 174. Kalute kea ie manjadi upon
tukang manatamba kare peres, uluh uras tau inatamba awie, amun
buah gawit balaku inti ie tuntang manumun auhe . 175. Jadi kinjap
menjadi tumon te. 176. Baya hila kaleka-kaleka ije aton turunan
ayue kanih kante tau maja ie dan eka-eka te ije mimbit taloh bara ie.
177. Kilau uluh Pasir, Seruyan Hulu, Samba, Katingan, Kahayan
hulu tuntang Kapuas hulu, tinai hila Nanga Pinuh hila Mahakam (
Long Tepat, Long Deho, Matan Panneh ) ije aton mingkes peres dan
tatamba te. 178. Manumun khabar bara lewu Bangkal intu danum
Sembuluh tuntang intu hulu Rungan Manuhing aton kea manduan (
manjawie bara Patih Talongkah ). 179. Are uluh haban bara
Seruyan, Katingan, Samba, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito,
batatamba uka impakeleh awie. 180. Mambayar kea tapi isut bewei.
181. Patih Talongkah huran paham kuasa, ie katawan tuntang
mangkeme into huang, amon aton musuh atawa bahaya mawi ie
atau daerah ayue, ie tau mahakan helo. 182. Ie katawan uras helo
eka mandoi, jamban aie, akae kabuate, jaka uluh beken omba mesti
matei atawa baranehu. 183. Amun ie mandoi danom tukep kilau
pulih baka matei. 184. Amon ie mahit buah kayu atau uru uras
keang bahenda palus matei.
185. Kuan uluh bakas helo Patih Talongkah ie dia matei. 186.
Baya amun ie bakas toto hobah ampie mikeh manjadi handipe
atawa bajai, atawa manjadi batu atawa gaib. 187. Aton kea uluh
mansanan ie manjadi batu kecubung ije metoh toh are into helat
Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah. 188. Iete Adiang, en
ije katoto, jete dia itah katawan baya tahio uluh ije nihau bukang
batisa takuluk’a te jete, inyewut uluh bakas “ Hantuen “ atau “
446
Pangatu “. atau Polong, Kujang, tkt jete tege dan tatamban jete oka
uluh hantuen te mikeh ie te kayu Sangalang alohe dawee buae,
batange, tuntang ohate imapui atawae rabun koan uluh bakas helo.
189. Sampai wayah toh magon impercaya awie rakyat ije
mambatang uluh awang baka-bakas. 190. Hantuen te aton tinai
kare pulih , sanggar, parang Manya, Pipit Barunai, Tumbak Gahan,
Awuh, magun aton kea tatamba.
Saritan Kiham Samanya Atawa Batu Mandi
1. Akan kueh ikau Ketot ? kuan anake esu dengan bue ije
puna arae uluh bakas te Simbel. 2. Tapi anak esu manggalar ie
Ketot. Handak magah takalakku akan labining hete, kuan uluh
bakas te tumbah rangka-rangkah. 3. Kuman helo bue kuan eso.
Kareh sasinde ,tumbah bue palus ie mamuat takalake huang jukung,
limbah te ie masuh manintu sungai Labihing. 5. Benteng-benteng
hanjewu dumah ie, hanjewu andau tinai sana misik uluh bakas te
448
manaking pisaue, lunju mohon mimbit besei. 6. Kan kueh ikau bue ?
kuan eso misek tinai, nyengok takalakku male, kua tumbah. 7.
Babenteng hanjewu dumah hindai ie. Kalute hante-hante ie mawi ije
bulan dua, telu bulan. 9. Hayak misik haguet nyencok takalake,
kanateka aton dinun lauk, kanateka tau jatun. 10. Tapi ie sasar
ambu andau ie dumah tau bentok andau, tau kea benteng halemei
kanateka tau kaput harun dumah. 11. Anak esu kinjap ridu tahiu ie
tahi dumah. 12. Mbuhen ikau tahi dumah bue ? kuan anak esu bara
derep mawi ie. 13. Tau paridu arep keton, kua tumbah, mbuhen aku
dia ikau balaku beu ?, narai taloh palau aku, kuman harajur ih aku .
14. Hong kueh ekam kuman pang ? kuan anake misek ie. 15. Kuman
barangai eka uluh awang nahuang nyarangan itah. 16. Kueh aton
eka uluh hong Labihing kuan anak esu misek sama arepe. 17. Hong
kueh, eka eweh ikau kuman nah pang ?, kuan anak misek ie sinde
tinai. 18. Balalu ie suni, tahi-tahi tinai tau jandau kadue ie dia buli.
Katelu, kaepat, ie benyem. 19. Buli benyem, abut anake esue denga.
Ngahana uluh te ie haguet, dia ie padulie. 20. Uluh mapah dia ie
umba kare gawin oloh, haguet ih ie.
21. Hong sinde andau aton uluh mantehau bara parakayu
saran tana metoh uluh malan likut lewu tumbang danum. 22. Te
uluh manggaue salenga mite Ketot . “ Narai kuam Ketun ? “ . 23. Ela
ketun ridu-ridu manggau aku, aku toh dia hinje ketun tinai. 24.
Aku melai hinje taloh masawe bawin taloh, hong Kereng Tunggal,
masawe due. 25. Baya amun keton anak esungku buah kasusah,
kajake-kajunyo, tau aku maja menyenguk keton, asal ketun
manyewut arangku, hayak manawur behas bahandang-bahenda.
26. Tuntang tinai amun keton aton mahining auch garantung
tantawak hong Kereng Tunggal, jete tanda aton pandang hai nyelo
te, limbah auh te, te lilap ie.
Catatan :
- Kinjap uluh bakas aluh hatue atawa bawi, anak esu manampa
arae beken bara puna arae. Paribasa : Rakak, Hekak, Owan,
Renyau, Tamanang, Janggut, Kelep, tkt, jete basa uluh tabela pali
manyewut aran uluh bakas.
- Kinjap koan uluh ije manyarita sarita toh, uluh jari mahining auch
garantung tantawak hong Kereng Tunggal, maka jete
harajur toto atun pandang hai. Kinjap uluh mahining auch
tandun manuk tuntang pangang aso, jete lewo uluh gaib hong
Kereng Tunggal dan tukep Tumbang Samba.
foto
449
( Foto Sandung Tamanggung Sura Jaya Pati Lawak )
450
dan sungai Manuhing hingga masuknya kolonial Belanda.
Tamanggung Sura Jaya Pati Lawak mempunyai sembilan
orang anak yaitu Rupuk, Lamiang, Mutar, Mangku Usup,
Ampeng, Ampar, Luther Nuhan, Santan, Jakubus Said.
• Anak cucu Tamanggung Sura Jaya Pati Lawak tersebar di
daerah Kahayan, Kapuas, Barito, Katingan, Sampit,
Banjarmasin dan pulau Jawa.
• Tamanggung Pandung Tanjung Kumpai Dohong adalah nenek
moyang suku Bakumpai
• Suan Ngantung Rangas Tingang adalah nenek moyang suku
Barangas.
• Imat Anjir Sarapat yang bertempat tinggal di muara Anjir
Sarapat ialah nenek moyang suku Alalak.
451
BAB XI
SISTEM RELIGI
Agama Kaharingan
454
Kaharingan tidak dimulai sejak zaman tertentu. Kaharingan
telah ada sejak awal penciptaan, sejak awal Ranying 3 Hatalla 4
menciptakan manusia. Sejak adanya kehidupan, Ranying Hatalla
telah mengatur segala sesuatunya untuk menuju jalan kehidupan ke
arah kesempurnaan yang kekal dan abadi.
Ketika nenek moyang manusia 5 diturunkan ke Pantai Danum
Kalunen, atau Lewu Injam Tingang 6 atau alam tempat kehidupan
manusia, terlebih dahulu mereka telah dibekali sendiri oleh Ranying
Hatalla dengan segala aturan, tatacara, bahkan pengalaman langsung
untuk menuju ke kehidupan sempurna yang abadi.
Itulah sebabnya ketika Raja Bunu dan keturunannya 7
diturunkan dari langit ke bumi menggunakan Palangka Bulau 8,
mereka telah sangat mengerti dan paham bahwa mereka berada di
Pantai Danum Kalunen hanya untuk sementara. Kelak apabila
waktunya telah tiba, mereka akan kembali ke Lewu Liau 9 atau Lewu
Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Isen Kamalasu Uhat. 10
Mereka buli 11 atau pulang ke tempat asalnya untuk bersatu kembali
dengan Penciptanya, dengan sarana upacara Tiwah 12.
Setelah menetap di Pantai Danum Kalunen, pengetahuan
tersebut diajarkan dan diwariskan kepada anak turunannya secara
terus menerus dalam bentuk Tetek Tatum 13. Bahkan ketika mereka,
nenek moyang manusia masih berada bersama Ranying Hatalla,
contoh bagaimana harus melaksanakan Upacara Tiwah pun telah
3 Ranying artinya Maha Tunggal, Maha Agung, Maha Mulia, Maha Jujur,
Maha Lurus, Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Suci, Maha Pengasih, dan
Penyayang, Maha adil, Kekal Abadi, Maha Mendengar.
4 Hatalla artinya Maha Pencipta.
5 Lihat kisah penciptaan.
6 Lewu Injam Tingang maksudnya tempat pinjaman - bumi ini hanya
dipinjamkan, hanya sementara saja.
7 Raja Bunu dan keluarganya adalah manusia pertama yang diturunkan oleh
Untuk menuju Alam Atas dari Pantai Danum Kalunen atau alam
tempat kehidupan manusia, terlebih dahulu harus melewati empat
puluh susunan Ambun atau embun, dan masing-masing lapisan
embun, memiliki nama sendiri-sendiri. Setelah keempat puluh
lapisan embun tersebut dilewati, barulah mencapai susunan langit
pertama. Tempat tinggal Ranying Hatalla adalah pada langit
ketujuh, langit tertinggi.
456
“Balang Bitim jadi isi sampuli balitam jadi daha, dia baling
bitim tau indu luang rawei “.
Artinya:
“Kamu bukan dijadikan menjadi darah dan daging, tetapi
selebihnya hendaklah engkau mempunyai suatu misi “.
Artinya:
Jadilah manusia yang mempunyai akal pikiran seperti teraju
yang adil dan timbangan yang benar, mempunyai pandangan yang
luas. Ia pandai melihat dan memilih mana yang benar serta mana
yang salah, mana yang adil dan mana yang tidak adil. Cahaya
matanya memancarkan cahaya keadilan dan perlindungan, rasa aman
dan rasa bakti. Apa yang diucapkannya benar dan berguna. Lidahnya
hanya mengucapkan hikmat dan kebenaran, perdamaian. Air liurnya
mengalir air kehidupan yang tidak kering-keringnya. Tangan dan
segala gerakkannya penuh budi dan perdamaian. Pandai
memutuskan segala perkara dengan adil dan jujur serta berbuah
kemakmuran yang merata, ia selalu beriman menjadi contoh dan
tauladan bagi sesama umat manusia, disenangi dan disegani
dimanapun ia berada. Ia selalu membersihkan dan menyucikan
dirinya dan jiwanya. Dengan demikian ia selalu diberkati dan
diberikan Rahmat oleh Yang Maha Suci-Tuhan.
Harapan Eskatologis
459
berasal dari Nyalung Kaharingan Belum 16. Karena memang tidak
semua kesialan atau malapetaka yang dialami manusia berasal dari
hukuman dosa yang telah dilakukan. Nyalung Kaharingan Belum
juga berperan membentuk manusia untuk menjadi semakin kuat,
kokoh dan tegar.
Nyalung Kaharingan Belum menyucikan manusia dalam
bentuk cobaan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar atau
lingkungan sekitarnya. Namun demikian, dengan segala kasihnya
Ranying Hatalla selalu memberikan pertolongannya kepada
manusia. Peristiwa ini terungkap dalam kisah penciptaan.
Ketika sepasang manusia pertama ingin mengembara, Ranying
Hatalla memberikan kepada mereka Sangku Bulau17 yang berisi
Nyalung Kaharingan Belum yang kemudian langsung digendong
oleh isteri Manyamei, yaitu Kameluh Bajarumat Hintan 18. Di
perjalanan Nyalung Kaharingan Belum tertumpah.
Kisah lain19, proses Raja Bunu mendapatkan jodoh. Terjadi
peristiwa dimana Nyalung Kaharingan Belum juga tertumpah.
Dalam kedua kisah tersebut, munculnya godaan atau roh jahat
selalu dengan peristiwa tumpahnya Nyalung Kaharingan Belum.
Pada saat itu, manusia dalam keadaan tidak waspada, sehingga roh
jahat berusaha membujuk. Dengan demikian, setiap saat manusia
diharapkan selalu waspada, karena roh jahat tak pernah berhenti
mengamati dan mencari peluang untuk menggoda manusia.
Ranying penuh maaf dan kasih. Sebesar apapun kesalahan
manusia, maaf tetap diberikan, asalkan manusia dengan tulus dan
sadar menyesali perbuatannya. Pernyataan sesal dan permohonan
maaf tersebut dilaksanakan dalam bentuk upacara adat.
Manusia sempurna menurut suku Dayak ialah orang yang
mampu melaksanakan hukum adat dengan sempurna serta mentaati
Hukum Pali. Merekalah orang-orang yang disegani dan memiliki
wewenang rohani yang ampuh dan diandalkan. Kata-kata mereka
akan selalu didengar. Nasihat dan petuah, selalu diharapkan.
Hukum Pali berarti larangan yang harus ditaati. Namun apabila
larangan tersebut telah terlanjur tidak ditaati, maka pelanggaran
tersebut harus dinetralisir. Apabila dibiarkan begitu saja maka
keharmonisan alam akan terganggu, dampaknya dapat mencelakakan
banyak orang bahkan seisi kampung akan terkena getahnya.
Sebagai contoh, apabila terjadi perkawinan sala hurui atau salah
silsilah, misalnya, seorang anak menikah dengan adik kandung
ayahnya (paman/bibinya), maka keduanya akan mendapatkan
16 Air Kehidupan.
17 Tempat penyimpan air yang terbuat dari emas.
18 Lihat kisah penciptaan.
19 Lihat kisah penciptaan.
460
hukuman. Perbuatan salah telah mereka lakukan, oleh karena itu
dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan keduanya wajib
melaksanakan upacara Pakanan Tambun Tulah.
Pada saat upacara berlangsung, kisah singkat awal adanya pali
diuraikan. Maksudnya agar siapapun yang hadir dalam upacara
tersebut, ingat kembali bahwa tidak mematuhi aturan yang telah
ditentukan oleh Ranying Hatalla ada resikonya. Dalam upacara,
kedua mahluk yang tidak mentaati aturan, harus makan pada
tempat bekas babi makan20. Bukan hanya pada piring atau tempat
makan babi, namun cara mereka makan, harus juga berkaki empat
seperti babi. Itu berarti mereka harus makan sambil merangkak di
tanah.
Saat itu keduanya jadi bahan tontonan, karena disaksikan oleh
banyak orang. Rasa malu terpaksa ditanggung, demi menetralisir
kesalahan yang terlanjur telah dilakukan. Mau tidak mau, suka tidak
suka cara tersebut harus dilaksanakan, karena dengan melaksanakan
upacara Pakanan Tambun Tulah, maka dosa mereka diampuni.
Demikian pula anak keturunannya, terbebas dan tidak lagi disebut
Tulah Sahu.
Akan tetapi perlu diingat bahwa, sekalipun dampak atau akibat
Tulah Sahu dapat dinetralisir dengan sarana upacara, namun nama
buruk yang telah terjadi akibat perbuatan buruk, akan ditanggung
seumur hidup. Oleh karena itu perlu kendali diri apabila tidak ingin
mendapatkan malu yang bertubi-tubi.
Ketika Raja Bunu dengan anak turunannya diturunkan ke
Pantai Danum Kalunen 21, Ranying Hatalla telah memberikan
petuah/pesan kepada mereka. Peteh22 Ranying Hatalla sangat
melegakan karena Raja Bunu tidak perlu takut dan khawatir bila
telah sampai di Batang Danum Kalunen. Kedua kakaknya, yaitu Raja
Sangen dan Raja Sangiang beserta semua turunannya, telah
menerima tugas dari Ranying Hatalla, untuk selalu mengawasi dan
memberikan pertolongan kepada Raja Bunu dan semua turunannya.
Oleh karena itu Kaharingan meyakini adanya mahluk yang tidak
terlihat mata jasmani, namun berada di segala tempat, baik di bumi23
maupun di langit. Mereka adalah anak cucu turunan Raja Sangen
dan Raja Sangiang.
463
Orang Dayak juga mengenal dan menghormati para pembantu
Ranying Hatalla yang bertugas menyejahterakan dan menjaga
keselamatan dan keamanan suku, di antaranya:
1. Putir Selong Tamanang30, Penguasa parei-behas 31.
2. Raja Angking Langit, Penguasa parei-behas 32.
3. Nyaru Menteng, Penguasa perang, angin, petir, halilintar, api 33 -
Menjaga Keselamatan dan Keamanan Suku.
4. Nayu, Penguasa Perang, angin, petir, halilintar, api 34 - Menjaga
Keselamatan dan Keamanan Suku.
5. Pangantoha, Penguasa perang, angin, petir, halilintar, api 35 -
Menjaga Keselamatan dan Keamanan Suku.
6. Janjalung Tatu Riwut 36, Penguasa mata angin, bertugas
mengendalikan semua arah mata angin.
7. Gambala Rajan Tanggara 37, Penguasa mata angin, bertugas
mengendalikan semua arah mata angin.
8. Raja Tuntung Tahaseng 38, berkaitan dengan usia atau nafas
kehidupan manusia. Apabila ada manusia yang meminta umur
panjang, berhasil tidaknya ditentukan oleh Ranying Hatalla.
Raja Tuntung Tahaseng tidak punya wewenang menentukan. Ia
hanya menjembatani komunikasi antara manusia dengan
Ranying Hatalla.
9. Tamanang Tarai Bulan39, bertugas merawat harta duniawi baik
yang masih baru, maupun yang sudah usang.
10. Raja Sapanipas 40, bertugas mengamati, memelihara, dan
memperbaiki kehidupan manusia yang nasibnya kurang
beruntung.
11. Raja Mise Andau 41, pengendali waktu.
464
Penciptaan
(Dayak Ngaju Daerah Katingan)
42 Di masa lalu oleh penduduk asli, pulau Kalimantan di sebut Pulau Bagawan
Lewu Telo atau Pulau Goyang.
465
14. Dahiang Sandehen Belum.
15. Pantis Lonuk Tantalin Untung.
16. Pantis Kayu.
17. Pantis Kayu Erang.
18. Raja Sagagaling Langit.
19. Angoi Bungai Tampulengai Tingang.
20. Sawang Untung.
21. Masih ada 40 Mantir Untung Panjang.
Awal Penciptaan
43 Padi-beras.
44 Artinya tetesan bulan di langit ketujuh.
466
1. Batang Garing Tingang 45.
2. Bungking Sangalang 46.
45 Pohon Kehidupan.
46 Belum ditemukan informasi untuk pohon kedua.
467
tersebut dikurung dalam sangkar emas. Makanannya sepah sirih
(jawa: lepehan sirih pinang) Putir Selung Tamanang.
Tetapi karena jatah makannya tidak mencukupi, perut Tingang
Rangga masih terasa lapar. Melihat ranumnya buah-buahan di
Batang Garing seleranya tak tertahankan. Tingang Rangga berusaha
keluar dari sangkar emasnya. Nampaknya perjuangan tidak sia-sia
karena akhirnya Tingang Rangga berhasil lepas dari sangkarnya,
langsung terbang dan hinggap di Batang Garing lalu dengan lahap
menyantap buah pohon kehidupan tersebut.
Sekali lagi Ranying Hatalla melempar dohong yaitu sejenis
senjata yang ukurannya kecil berbentuk mata tombak namun
ujungnya agak tumpul, terbuat dari emas dan bertatahkan intan dan
batu manikam. Dalam sekejap dohong yang dilemparkan tersebut
menjelma menjadi burung enggang jantan yang diberi nama
Tambarirang Batantan Langit.
Ketika Tambarirang memandang ke arah Batang Garing,
terlihat olehnya seekor Tingang Rangga hinggap pada ujung dahan
Batang Garing Tingang. Setelah diamati nampak jelas bahwa burung
Tingang Rangga sedang asyik menikmati buah pohon kehidupan
tersebut. Menyaksikan hal tersebut, Tambarirang langsung terbang
mendekati Tingang Rangga dan mematuk-matuk lumut yang
ditemukannya pada batang dan dahan pohon kehidupan tersebut.
Akhirnya keduanya bertarung, yang mengakibatkan patahnya
dahan pohon. Patahan dahan jatuh ke dalam air, seketika menjelma
menjadi Lasang Bakirai Bahenda yaitu perahu yang bisa melaju
sendiri. Potongan dahan lainnya menjelma menjadi sebuah sungai
yang bernama Batang Danum Sangsang atau Batang Danum
Sangiang/Batang Danum Hinting Dohong Harawa Bunu/Batang
Danum ain Haramaung Batulang Bunu/Jalajan, dimana Naga
Tumbang yaitu sejenis ular berukuran besar dan bersisik tinggal di
dalamnya.
Kemudian Tambarirang mematuk dahan Batang Garing hingga
salah satu dahannya patah, dan menjelma menjadi seorang gadis
cantik yang bernama Kahungkup Bungking Garing, yang dengan
seketika telah berada dalam sekunyar Lasang Bakirai Bahenda 47.
Kemarahan Tingang Rangga semakin menjadi-jadi, sehingga
pertarungan menjadi semakin sengit. Akhirnya Batang Garing
rubuh, menjelma menjadi Tasik Galumbang Bulau Danau Labehu
Rampang Matanandau. Kemudian dari serpihan Batang Garing
yang telah tumbang tersebut tercipta Batang Danum Rutas, tempat
Raja Tapitik Kawu yang kemudian menjadi Raja segala Tapitik yang
47 Sejenis perahu.
468
menguasai segala upacara Tapitik, beranak Imam Hanjaliwan48 dan
menjadi datuk dari segala ular hanjaliwan.
Imam Hanjaliwan beranak Suluh Bawin Uluh Bukit Hinting.
Serpihan lain menjelma menjadi Banama atau sekunyar bernama
Banama Babilem atau Banama Panjang.
Pertarungan kedua burung suci tersebut tetap berlanjut. Leher
burung Tingang Rangga dipatuk oleh Tambarirang, sehingga dari
paruh Tingang Rangga keluar Lumut Garing yang jatuh tepat di
Banama Babilem yang kemudian menjelma menjadi seorang laki-laki
bakena 49 bernama Manyamei Balua Unggun Tingang atau Tunggul
Garing Janjahunan Laut.
Pertarungan burung-burung suci ini semakin seru dan akhirnya
mengakibatkan kematian keduanya. Tubuh Tambarirang menjelma
menjadi Sungai Tambarirang tempat tinggal Banama Babilem dan
Raja Rapantap Kilat 50. Bagian tulang lainnya jatuh di Sungai Sahai
sampai Teluk Tasik Batu Nindan dan menjelma menjadi Lunuk
Jayang Tingang. Tulang lainnya menjelma menjadi Sungai Terusan
Tingang yang letaknya di daerah Batang Danum Jalajan pada langit
keenam.
Singkat cerita Lasang Bakirai Bahenda atau perahu yang
ditumpangi oleh Kahungkup Bungking Garing bertemu dengan
Banama Babilem/Banama Panjang yang ditumpangi oleh
Manyamei Balua Unggun Tingang/Tunggul Garing Janjahunan
Laut. Dua mahluk berlainan jenis itu berkenalan dan saling mengikat
perahu masing-masing. Sejak pandangan pertama Manyamei
menaruh hati kepada Kahungkup Bungking Garing, karenanya ia
memberanikan diri untuk menyampaikan niat hatinya.
Suatu hari berkatalah Manyamei kepada Kahungkup Bungking
Garing “O Rohong Kanduang 51 maukah Kau kujadikan isteriku?“
Mendengar pertanyaan itu Kahungkup Bungking Garing
terkesiap dan menjawab spontan, “Permintaan Rohong Kanduang
akan saya terima, namun ada syaratnya yaitu Rohong Kanduang
dapat mengabulkan satu permintaanku.“
Adapun syarat pernikahan yang diajukan oleh Kahungkup
Bungking Garing ialah sebuah pulau tempat mereka berdua berlabuh
untuk membangun keluarga baru.
Mendengar permintaan Kahungkup Bungking Garing,
Manyamei tersentak, dalam hati ia berguman “satu pulau“. Guman
Manyamei didengar Hatalla, seketika dari langit turun sebuah pulau
469
yang bernama Batu Nindan Tarung. Setelah pulau Batu Nindan
Tarung diturunkan dari langit, kawinlah mereka.
Ketika Kahungkup hamil untuk pertama kali, ia mengalami
keguguran. Gumpalan darah yang keluar dari tubuh Kahungkup
menjelma menjadi beberapa makhluk yang kemudian menyebar dan
hidup menetap di berbagai tempat yaitu di Pantai Danum Kalunen,
di langit kesatu, kedua dan seterusnya hingga langit ketujuh. Ada juga
yang hidup di udara dan di air.
Kehamilan kedua, Kahungkup keguguran lagi. Saat itu
Kahungkup sedang mandi di sungai, gumpalan darah yang keluar
dari tubuhnya oleh Kahungkup diletakkan pada sebuah batang pohon
yang hanyut di depannya. Seketika gumpalan darah tersebut
menjelma menjadi seorang gadis bernama Putir Rewu Bawin Pulau
Telu puluh yang juga bernama Jagan Hantuen Peres 52 karena ia
adalah penguasa segala macam penyakit.
Kehamilan ketiga lagi-lagi Kahungkup keguguran, gumpalan
darahnya menjelma menjadi seorang gadis bernama Indu Renan
Lawung yang kemudian menikah dengan Angan Biu Mama Sawang
Bungai Penyang Balasu Mama Randang Layang. Kedua suami isteri
ini kemudian menjadi penguasa buaya di Pantai Danum Kalunen.
Kehamilan keempat keguguran lagi dan menjelma menjadi
seorang gadis yang kemudian menikah dengan Naga Dambung. Dari
perkawinan tersebut telah lahir 6 perempuan yang dapat digolongkan
sebagai mahluk halus dan kegemarannya mencari masalah dan
mengganggu perempuan hamil dan melahirkan. Oleh karena itu agar
saat kehamilan dan proses melahirkan tidak mendapat gangguan dari
keenam anak gadis Naga Dambung, maka perempuan yang sedang
hamil biasanya menyediakan sesajen yang ditujukan kepada
keenamnya dengan cara menggantungkan ancak 53 di dahan pohon
atau meletakkan guci kecil di tepi sungai.
Pada keguguran kelima, ceceran darah menjelma menjadi
seorang perempuan yang cantik rupawan kemudian diberi nama
Kameluh Lelak Lawang yang kemudian menikah dengan Batu
Mambu. Dari perkawinan ini lahir tujuh orang anak yang
kesemuanya laki-laki, uras ureh mamut menteng 54. Ukuran tubuh
mereka tinggi besar, dan mereka adalah penguasa perang, dewa
pertempuran.
Biasanya orang Dayak sebelum berangkat perang terlebih dahulu
menyediakan sajen buat ketujuh penguasa perang putera Batu
Mambu. Caranya sajen disediakan pada waktu siang hari saat
52 Penyakit.
53 Tempat sajen
54 Semua gagah perkasa pantang menyerah.
470
matahari bersinar sangat teriknya, diletakkan pada sebuah gong besar
kemudian diikat pada dahan pohon besar. Tiga dari ketujuh saudara
tersebut memiliki kesaktian yang lebih dari saudara lainnya. Mereka
adalah Nyaru Menteng, Nayu, Pangantoha yang merupakan
penguasa angin, petir, halilintar dan api.
Ancak atau Palangka atau tempat sajen yang diikat pada sebuah
dahan pohon besar di hutan.
(Foto : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut)
55 Memotong kepala.
471
sesuatu yang berkaitan dengan penjagaan keamanan rumah
penduduk yang dibiarkan kosong.
Itulah sebabnya orang Dayak selalu mengantungkan ancak yang
berisi sajen saat pergi meninggalkan rumah. Rumah dalam keadaan
kosong pasti akan aman asalkan sesajen disediakan, sehingga yang
pergi meninggalkan rumah merasa mantap tanpa ada rasa was-was.
Di lain pihak orang yang dengan iseng masuk ke rumah kosong tanpa
penghuni, akan pergi segera tanpa berani melakukan hal-hal yang
tidak terpuji karena khawatir penunggu rumah yang tidak terlihat
oleh mata jasmani akan marah dan menghukum mereka.
Setelah mengalami tujuh kali keguguran, pada kehamilan
kedelapan barulah Kahungkup berhasil melahirkan dengan
sempurna. Bahkan anak yang dilahirkan kembar tiga dan
kesemuanya laki-laki. Nama ketiga putera kembar pasangan
Manyamei dan Kahungkup adalah :
1. Sambuaya Sangiang atau MahaRaja Sangiang.
2. Sambuaya Sangen atau MahaRaja Sangen.
3. Sambuaya Bunu atau MahaRaja Bunu.
472
Danum tiawu bulau sating malelak bulau atau lewu tatau habaras
bulau habusung hintan hakarangan lamiang atau Lewu Liau.
Rawing Tempun Telon disebut juga Rawing Tempun Telon
Lomba Habarun Bulau56 dan dalam upacara Balian disebut Mantir
Mama Luhing Bungai Raja Malawang Bulau. Nama dalam Sangen
ialah Rawing Tempun Telon, tinggalnya di Luhing Balai Mahing
Nyapundu Ranjan Sali Nyalung Maruruk Hintan, Batang Danum
Jalajan = Balai Bulau Tanduh Nyahu Sali Rabia Manuk Ambun =
Balai Palangka Malambang Tambun Salimbayung Antang Mahutu
Panjang.
Istilah Basangiang Tempun Telon atau Sahawung Bulau Tempu
Buang Penyang sering terdengar di kalangan suku Dayak artinya
ingupang 57 Tempun Telon hal ini dinamakan Basangiang atau Ber-
Sangiang.
473
2. Raja Kapupu Hawun atau Raja Pampulan Hawun
Batanduk Tunggal. Bapa Rawing Tempun Telon yang
tinggal di Batang Danum Jalajan.
3. Panjarawan Katingan atau Raja Panjarawan Katingan
Riak Rawing Rariaran Entenge Ringkin Lomba
Lalambahui Hanyie, tinggal di Batang Danum Barirai.
4. Penyang Bara Hila Bapa Manyamei, bertempat tinggal di
Bukit Batengkung.
5. Penyang Ilai atau Sawang Ilai-Ilai Langit Bapa Raja
Hantangan Tingang, bertempat tinggal di Pulau
Karandahung Bahandang.
6. Jaring Ije Kabisak, atau Garing Barenjau Bapa Sakanak,
bertempat tinggal di Batang Danum Buang Nganderang
Tingang.
7. Samparung Panji atau Raja Samparung Panji, Bapa Telon,
bertempat tinggal di negeri Batu Nindan Tarung Liang
Angkar Malintang.
Pembagian Alam
1. Alam Atas
474
2). Ambun Sawak Kajarian Ujan Balawu Langit. Enun Samur
Kanyarin Riwut manampar hawun, enun sidep dia
katurengan kining.
3). Ambun balu-balun kilau balun, Enun golo-golong tingkah
lapesan tabuhi.
4). Ambun bapapang kilau bulan pampang ruang-ruang, enun
hapangguk namunan runi hatalungkup.
5). Ambun tangi-tangis anak nule nyalanting matei, enun rindu-
rindu rarunjung siren bajumbang nihau.
6). Ambun mangkeram kilau darung hanjaliwan, enun
malengkuang busun petak tangkaluluk langit.
7). Ambun kangkanderang kilau anak burung tingang bapantung
nyahu, enun kangkariak nyakatan bawin dahiang antang
langit.
8). Ambun habarangga sakaliban rahu tanduk, boyuh langit helat
Pantai Danum Kalunen dengan pantai Sangiang hadurut.
9). Ambun bunter kilau bua enyuh nyiur bendang, enun
hatanggali nyakatan batun karangan danum.
10). Ambun hatamputer kilau pusuk manyawung, enun hangkuang
tingkah ulek lawang baun andau.
11). Ambun halanting kilau lanting dahiang, enun habangkar
tingkah bangkar rayuh baya sandang.
12). Ambun harewa kilau rewan sanggalang, enun haranggau
tingkah ranggau tampang.
13). Ambun kaput ije dia bajahuntun tanduk, enun sindep dia
katurengan kining.
14). Ambun bahandang kilau kahandang hiring dohong, enun
batehang tingkah kanehang garing sambang pulang.
15). Ambun hatantilap kilau deren nyirun tingang, enun
hatalamping tabuhi lambang dahiang.
16). Ambun bulat kilau batun karangan danum, enun bunter
tingkah pinang lewu.
17). Ambun hatampung kilau bua sangalang garing, enun
hatundun tingkah langajah sarung.
18). Ambun burai kilau pusun pinang lewu, enun marayung
tingkah bangulai rundung.
19). Ambun hamarisai kilau balai lambang sanggar, enun
hakarasih tingkah tahutun sarin kambangan.
20). Ambun sambu-sambung kilau sambung bawi balu, enun puju-
pujuk kilau baju palantan laut.
21). Ambun hakuling kilau lawung tali, enun hatatekai tingkah
tingang tetekan langkai.
22). Ambun marakeran kilau darung hanjaliwan, enun
hangkakuang tingkah busun talambang bajaleang.
475
23). Ambun daha hukung kilau meto tandang haramaung, enun
jajahangang tingkah busun pangendien.
24). Ambun nguak kilau kalawet je baputi, enum mangarindui
tingkah busun talambang bajaleang.
25). Ambun manganderang kilau anak burung tingang, enun
manyahengkuk Ranying.
26). Ambun baba-babat kilau lawah bulan, enun pete-peteng kilau
sandik salingkat.
27). Ambun bujur kilau Ranying pandereh bunu, enun habarengan
tingkah rendeng manggalung bulau.
28). Ambun manipis kilau dandang tingang, enun lampir tingkah
bintap kampung.
29). Ambun hatampung kilau tampung penyang, enun hatundung
tingkah kasingan tandang.
30). Ambun hanyaring kilau tanggui dare, enun hasahakung
tingkah kasingan tandang.
31). Ambun baputi nahamanyang mangur, enun bajeleng tingkah
julen tepung.
32). Ambun bahenda kilau riak hendan bulau, enun halapingan
tingkah lantin riwayat ( rabia ).
33). Ambun bahijau kilau bihing timpang, enun heliu tingkah liun
pahangan, enun kabarengan nyakatan renteng nanggalung
bulau.
34). Ambun bahandang kilau rihun langit, enun hajarenang
tingkah jalan Tambarirang.
35). Ambun ngiak mangansilun kilau bawin antang langit, enun
hasulingan tingkah kenyui hawun.
36). Ambun hasalumpuk kilau pantar bulan, enun hatambuhak
tingkah uhat marau langit.
37). Ambun manampusuk kilau telun jala bulau, enun hatahunyuk
tingkah tahunyuk untai rabia.
38). Ambun barangga kilau ranggan bunu, enun harahau tingkah
ekoh Ranying.
39). Ambun sangkabilan dengan garing tanduk rahu bayuh langit,
enun hatambuha umba sihung bambang hawun sampar bunu.
40). Ambun bajang elai, kilau ampin tambun belum, enun
hetanggali kilau bangau nyahatan hejan balawang langit,
habaras bulau.
476
Saluhan Antang Namuei, baru kemudian mencapai “Pintu Langit“
yang pertama.
59 Manusia.
477
Asun Bulan. Tugasnya menjaga pintu langit ke dua dan bulan. Juga
Rawing Bulan Tapakalung Bulau bertugas mengurus Bulan. Selain,
masih ada lagi penjaga pintu langit kedua dan penguasa angin.
Namanya Talin Pembahui Riwut. Di Lapisan Langit kedua selain
para penjaga pintu, masih ada beberapa penghuni lainnya, mereka
adalah :
1. Raja Langit Lumbah.
2. Bulan Betau Kameluh Panyalumpuk Bulan.
3. Tambun Baputi
4. Tambun Untai Rabia.
478
23. Sangiang Salat Pulau Karungut, yang bertugas menjaga
selat dan pulau.
24. Sangiang Selat Engkang Tingang.
25. Sangiang Pulau Raban Banama.
26. Sangiang Pulau Kupang.
27. Sangiang Pulau Katapang.
28. Sangiang Pulau Tumping Tambun
29. Sangiang Tumbang Lahang Hajenjang.
30. Sangiang Tumbang Lahang Nyaru,
31. Sangiang Tumbang Lahang Dare.
32. Sangiang Lawang Saramin.
33. Sangiang Tumbang Lawang Lamiang.
34. Sangiang Tumbang Lawang Bulau.
35. Sangiang Tumbang Lawang Hintan
36. Sangiang Tewai Patar/ Pantar.
37. Sangiang Taweh Dare. Penguasa anyam-anyaman.
38. Sangiang Tewai Sawang.
39. Sangiang Humbang.
40. Sangiang Tewai Sangkuang
41. Sangiang Kasuhui Bungai.
42. Sangiang Rihun Tingang.
43. Sangiang Kejat Hintan.
44. Sangiang Bukit Panjang.
45. Sangiang Payung Nyahu.
46. Sangiang Bukit Nalambang Sanggar.
47. Sangiang Bukit Nalewur Garu.
48. Sangiang Bukit Mahanyung Jala.
49. Sangiang Kahungkung Langit.
50. Rangkang Bapa Mating. Tubuh bagian belakangnya bisa
berubah menjadi kantong yang cukup besar sehingga
manusiapun dapat masuk ke dalamnya. Pada musim buah
durian ia sering turun ke Pantai Danum Kalunen.
479
meminang Kahungkup Bungking Garing menjadi isterinya 63. Mereka
yang berada di Batu Nindan Tarung ialah :
(1). Jata Lalunjung Sawang. Penguasa dawen Sawang 64.
(2). Jata Lalunjung Penyang. Penguasa Penyang. 65
(3). Jata Pating Haretak. Ia berasal dari Bukit Batengkung.
(4). Tingang Rangga Bapanting Nyahu.
(5). Bawui Buku Panjang Selawi Uju. Babi berukuran besar
yang adalah datuk babi di Pantai Danum Kalunen.
(6). Asu Rangka Ngahai Randin Tandak. Anjing dengan
ukuran besar nyaris sebesar kerbau, datuk anjing di
Pantai Danum Kalunen.
(7). Tatu Sesu, Ngahai Randak Kambing. Sejenis semut besar
yang ukurannya nyaris sebesar kambing, merupakan
datuk semua semut di Pantai Danum Kalunen.
(8). Pusa Dukuh Ngahai Lakang Bajang. Datuknya kucing,
besarnya sebesar rusa betina.
480
(15). Kameluh Panjulau Bintang.
(16). Kameluh Panyulih Dare.
(17). Kameluh Balawan Harenteng.
(18). Kameluh Parahimuk Tatawa.
(19). Kameluh Kambang Behas.
(20). Kameluh Kambang Pasang.
(21). Bungen Bulau Sawin Randan.
(22). Kameluh Tempun Tiawun.
(23). Rapan Hapamantai.
(24). Kameluh Tempun Randan.
(25). Sangiang Kumpang Merang Bakalinda Bulan.
(26). Liang Tingang Ngandurui Ruhung.
(27). Jata Raden Tamanggung.
(28). Antang Balanti Kanatah Harantung.
(29). Ayun Burung Metu Pambelum.
481
Hulu Danum Bapantis Runjan yang dihuni oleh :
1. Nyai Indu Sangumang.
2. Garing Hatungku Raja Ungkuh Batu.
3. Indu Mangut . Ibunda Mangut.
4. Amai Maut.
5. Amai Kono.
6. Inai Kana.
7. Endu Busei Baduru.
8. Sangalang Uring Menyang.
9. Dera Beta.
10. Tihang Nyahan Benang.
11. Nyai Inai Tene.
12. Nyai Inni Suri.
13. Kameluh Surin Garing.
14. Lilang Tungkuh Langit.
15. Sangiang Hanjulutung Baksa Dia Tau Malik Dawee.
16. Jata Putih Inai Bumbun.
17. Antang Layang Balawak Pinang.
18. Balua Pantis Kayu Sapaungut Belum.
19. Balua Pantis pinang Sapaungut Belum.
20. Balua Pantis Kayu Arang.
21. Balua Pantis Rahan Sangkalemu.
66 Pulau tiga.
482
6. Lilang Rintih Langit.
7. Nyaru Menteng Balawah Rohong Busun Sinar Bahanyi
Basalungan Pulang.
8. Bunu Nukang Tumbang Tajdahan Langit Renteng
Manyangka Tanguaren Hawun.
9. Marayu Layang Bagunting Lamiang.
10. Nyampa Layang, Panuhan Pinang.
11. Kameluh Balawang Runjan.
12. Kameluh Balawang Garantung.
13. Sangiang Samatian.
14. Jata Lalunjung Penyang.
15. Antang Tanduh Dohong.
16. Burung Metu Pambelum.
Lapisan Langit Kelima
Tasik 67 Riak Sambang, Harenda laut Ringkin Luhing, Bukit
Lambayung Nyahu dijumpai pada lapisan langit kelima. Mereka
yang berada di langit kelima dan hidup di sekitar danau-danau
tersebut ialah :
1. Tanduh Bulau Tangkurajan Sangiang.
2. Tanduh Bulau Nyumping Tapang.
3. Tanduh Bulau Hatingang Sawang.
4. Tanduh Bulau Hatingang Dohong.
5. Tanduh Bulau Hatingang Riwut.
6. Tapang Tunggal Mandawean Bulan.
7. Sawang Bulan Lambayung Nyahu.
8. Nyaring Sarumpai Bajanggut Salaka.
9. Ancak Menteng Baturus Habunu.
10. Tindan Tingang Nanjalan Bulan.
11. Raja Hapurung Dohong.
12. Raja Pamalimping Barun.
13. Putir Santang Tahunjung Sangen.
14. Lilan Panjang Sangkabilan Untung.
15. Kameluh Pusun Balusuh.
16. Kameluh Mahantara Langit.
17. Jata Raden Panambahan.
18. Antang Mangku Pati Jaya Langit.
19. Ayun Kare Burung Metu Pambelum.
Tugas utama mereka adalah jembatan/perantara komunikasi
antara manusia dengan para penghuni lapisan langit keenam.
67 Danau.
483
Lapisan Langit Keenam
Di lapisan langit keenam ini ditemukan Bukit Lambayung
Nyahu. Mereka yang menghuni lapisan langit keenam ialah :
1. Raja Sambung Maut.
2. Raja Sapaukur Belum
3. Raja Sapaungut Belum.
4. Raja Sapanaling Haseng.
5. Raja Sababaling Langit.
6. Raja Sababalang Bunu.
7. Raja Tamanang.
8. Raja Hagantangan Untung.
9. Raja Panimbang Untung.
10. Raja Hagandangan Tingang.
11. Timbang Bulau Jambangan Langit.
12. Tilik Melati.
13. Tintu Bidik.
14. Akal Maut, dengan empat puluh saudaranya.
15. Salatar Maut, dengan empat puluh orang saudaranya.
16. Sangiang Ujan Bulau Rahing Andau.
17. Jata Pangeran Mas Kuning.
18. Antang Babulu Bulau.
19. Putir Janjimai Langit.
20. Kameluh Nanung Garagat.
21. Lalang Rangkang Halamaung, Ampit Puntung Jambatan
Nyahu. Ia adalah penguasa Balanga Halamaung.
68 Walang sengit.
484
9. Tasuring Lampang Tatu Kukup. Penguasa kuku baik kuku
manusia maupun kuku binatang.
10. Tatungu Tatu Batu. Penguasa batu.
11. Tatambak Tatu Petak. Penguasa tanah, itulah sebabnya
apabila orang Dayak akan membuka lahan ataupun menggali
tanah, terlebih dahulu harus meminta izin kepadanya.
12. Lunuk Dohong Baupak Timpung, Lunuk Sangkalemu
Bauhat Rambu. Penguasa pohon lunuk yaitu sejenis pohon
beringin. Guna pohon lunuk untuk menyapu dan
membersihkan jiwa manusia yang datang dari Pantai Danum
Kalunen.
3. Alam Bawah
69 Tempat sajen
485
1. Tewang Lewun Bulau Bawin Lauk.
2. Lewun Saluang Renten Tantahan.
3. Mama Majarungkang Kiting.
4. Balida Indu Tengkung Papan.
5. Balantau Laut.
6. Ranying Manjuhan
7. Tampahas Hagambus Kadai.
8. Undang Indu Gagap Rangkang.
9. Baung Manangking Karis.
10. Bajuku Indu Metup-Merau.
11. Bajai Katabelan Uluh Ponggok Pantar Penda Rasau
Rohong.
70 Pintu ranting.
71 Pintu dahan.
72 Pintu akar tunggang.
73 Pintu akar serabut.
74 Pintu pasir.
75 Pintu batu kerikil.
486
Raden Tamanggung Sali Padadusan Dalam Nyalung
Kaharingan Belum, Gohong Paninting Haseng. Itulah
sebabnya dalam upacara Malabuh Balai76, seperangkat
sajen tersebut dimasukkan ke dalam air sungai. Biasanya
permohonan yang ditujukan kepada Jata ialah untuk
kesembuhan dari sakit yang sedang diderita dan panjang
umur.
79 Bukit Hintan.
80 Bukit Bulau.
489
dan menjaga Kiham Batu Tingkes Uju Hatuntung yang
terletak di pertengahan Batang Danum Banyahu Bulau.
Disamping itu juga bertugas untuk mengamati, memelihara,
serta memperbaiki kehidupan manusia yang nasibnya kurang
beruntung.
7. Raja Mise Andau. Bertempat tinggal di Bukit Bulau
Kagantung Gandang, Kereng Rabia Nunyang Hapalangka
Langit, bertugas menghitung dan memperhatikan waktu siang
dan malam bagi kehidupan manusia. Bagi manusia yang telah
sampai waktunya, ia akan kembali kepada Ranying Hatalla.
490
laki-laki dan Kameluh Bajarumat Hintan kepada wujud manusia
perempuan.
Suatu saat keduanya berniat melakukan perjalanan jauh.
Seketika terciptalah Sangku Bulau yang isinya Nyalung Kaharingan
yang langsung digendong oleh Kameluh Bajarumat Hintan. Dalam
perjalanan, Nyalung Kaharingan yang ada di dalam Sangku Bulau
tumpah. Tumpahannya menggenang bagai telaga dan memancarkan
cahaya kemilau.
Ketika diamati, telaga tersebut memancarkan bayangan mereka
berdua. Saat pandangan keduanya tertuju pada bayangan mereka di
telaga, seketika dengan diiringi suara gemuruh halilintar sambar
menyambar, bayangan tersebut menjelma menjadi dua manusia, laki-
laki dan perempuan. Begitu tercipta, keduanya mengaku diri sebagai
Ranying Hatalla dan memberikan nama bagi diri mereka masing-
masing. Yang laki-laki menamakan dirinya Manyamei Tempun
Tiawun Tingang dan yang perempuan menyebut diri Kameluh
Tempun Tiawun Tingang.
Kemudian kedua manusia yang baru tercipta itu mengajak
Manyamei Malinggar Langit dan Kameluh Bajarumat Hintan untuk
bersama menciptakan duplikat matahari, bulan, dan bintang-bintang
di langit. Mula-mula Manyamei Malinggar Langit menolak ajakan
itu namun akhirnya menyetujui. Ketika apa yang mereka inginkan
telah tercipta, Ranying Hatalla datang menemui mereka.
Mengetahui hal itu Manyamei Tempun Tiawun Tingang dan
Kameluh Tempun Tiawun Tingang melarikan diri dan menghilang.
Tentu saja Manyamei Malinggar Langit dan Kameluh Bajarumat
Hintan sangat ketakutan. Namun dengan bijaksana Ranying Hatalla
berbicara kepada mereka.
Kata-kata Ranying Hatalla sangat menentramkan dan membuat
mereka berempat berani datang mendekat. Setelah mereka berempat
datang mendekat maka bersabdalah Ranying kepada Manyamei
Tempun Tiawun Tingang dan Kameluh Tempun Tiawun Tingang,
“Karena Engkau telah merusak segala yang telah AKU firmankan
kepada Manyamei Malinggar Langit dan Kameluh Bajarumat
Hintan, maka Engkau berdua tidak AKU bolehkan menempati ruang
langit ini, melainkan Engkau menempati di bawah langit-Mu sendiri.”
Setelah peristiwa itu Manyamei Malinggar Langit dan Kameluh
Bajarumat Hintan merasa sangat lelah dan tertidur lelap. Disaat
keduanya terlelap, oleh Ranying Hatalla dan Jata Balawang Bulau,
pakaian keduanya ditukar.
Kemudian Ranying Hatalla mengambil Manyamei Malinggar
Langit dan memasukkannya ke dalam Garing Lalunjung Pulang
disertai sebuah Butah Nyarataka Penyang yang berisi pakaian milik
perempuan serta sebuah suling Bulau Rumbai Ambun. Kameluh
491
Bajarumat Hintan dimasukkan juga oleh Ranying Hatalla ke dalam
Kumpang Duhung disertai pakaian milik laki-laki dan sebuah
Gariding Bulau Sangkalemu.
Kemudian Kumpang Duhung dan Garing Lalunjung Pulang
tersebut dibawa menuju kayu erang tingang di Bukit Bulau
Kagantung Gandang, Kereng Rabia Nunyang Hapalangka Langit.
Setelah tiba di tempat tujuan oleh Ranying Hatalla, Lalunjung
Pulang dan Kumpang Duhung ditempatkan pada Bungking Kayu
Erang Tingang, Luhing Kayu Andung Nyahu.
Dengan diiriringi gemuruh suara halilintar, Garing Lalunjung
Pulang dan Kumpang Duhung yang telah diletakkan pada Bungking
Kayu Erang Tingang Luhing Kayu Andung Nyahu memancarkan
sinar cemerlang tanpa henti baik siang maupun malam. Kemudian
Ranying Hatalla menjadikan matahari tiruan karya empat manusia
ciptaan-Nya menjadi Tasik Rampang Matan Andau. Bulan menjadi
Tasik Mandalan Bulan dan Bintang menjadi Tasik Mangirai
Bintang, Laut Lambang Patendu.
Ketika Tambarirang Hai Marung Singkep Langit, Tingang Hai
Nipeng Randung Banama dan Antang Datuh Ngampuh Pulau Pulu
melihat Garing Lalunjung Pulang dan Kumpang Duhung yang
berada di dalam Bungking Kayu Erang Tingang, maka Tambarirang
Hai Marung Singkep Langit berusaha membukanya. Usaha itu gagal
bahkan Tambarirang Hai Marung Singkep Langit jatuh dan mati.
Bangkainya menjelma menjadi Sungai Sahai Tambarirang.
Melihat hal tersebut, Tingang Hai Nipeng Randung Banama
berusaha membuka pula namun gagal dan mati. Bangkainya
menjelma menjadi Lunuk Jayang Tingang, Baringen Sempeng
Tulang Tambarirang.
Usaha itu dilanjutkan lagi oleh Antang Datuh Ngampuh Pulau
Palu, namun lagi-lagi mengalami kegagalan, mati dan bangkainya
menjelma menjadi Batu Lentap Antang Liang Irai Bungai.
Akhirnya cahaya Bungking Kayu Erang Tingang Luhing Kayu
Andung Nyahu terlihat oleh Nyaru Menteng, Janjalung Tatu Riwut,
Gambala Rajan Tanggara. Dengan diiringi oleh suara halilintar
menggetarkan buana, ketiga kekuatan itu mampu membuka
Bungking Kayu Erang Tingang, Luhing Kayu Andung Nyahu.
Begitu terbuka, Garing Lalunjung Pulang keluar melompat jauh
ke tengah samudra luas langsung tenggelam ke dasar samudra. Begitu
mencapai dasar samudra Garing Lalunjung Pulang terlihat oleh
Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu, langsung disembur dan Garing
Lalunjung Pulang langsung muncul kembali ke permukaan laut dan
terdampar pada sebuah upun garing.
Kilau cemerlang Garing Lalunjung Pulang yang terdampar pada
upun garing, tertangkap lagi dan langsung disambar oleh tiga
492
kekuatan yang telah berhasil membuka Bungking Kayu Erang
Tingang. Seketika dengan diiringi gemuruh suara halilintar, sinar
cahaya yang kemilau tersebut menjelma menjadi seorang laki-laki
dengan sebuah Butah Nyarataka Penyang berisikan pakaian
perempuan dan sebuah suling Bulau Rumbai Ambun 81. Garing
Lalunjung Pulang menjelma menjadi Tunjang Garing, dan manusia
laki-laki yang tercipta, langsung mendiami Tunjang Garing.
Sosok lelaki yang baru tercipta oleh Ranying Hatalla diberi
nama Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung
Tangkuran Hariran.
Suatu hari, Tunggal Garing Janjahunan Laut, Manyamei
Tangkuran Hariran melihat setangkai ipah laut larut di laut. Muncul
keinginannya agar ipah laut dapat menjadi sebuah lasang 82. Disertai
suara gemuruh halilintar keinginan tersebut jadi kenyataan dan
banama yang tercipta dinamakan Banama Panjang Pahalampei
Laut, Ajung Ambu Taretau Hariran 83. Menyaksikan hal tersebut,
Manyamei Tunggal Garing Janjahunan Laut langsung naik, duduk
di sampan dan melaju menuju pantai, kemudian terdampar pada
sebuah tebing batu.
Ketika Sangkaria Nyaru Menteng, Janjalung Tatu Riwut,
Gambala Rajan Tanggara berhasil membuka Bungking Kayu
Erang Tingang, Kumpang Duhung yang masih berada di sana ikut
terjatuh di sebuah hulu sungai.
Sinar cemerlang yang memancar dari Kumpang Duhung yang
hanyut di hulu sungai, lagi-lagi tertangkap oleh Tambun Hai Nipeng
Pulau Pulu, Kumpang Duhung langsung disambar dan terlempar
jatuh pada sebuah hamparan batu.
Kumpang Duhung yang terdampar tersebut terlihat lagi oleh
Sangkaria Nyaru Menteng. Dengan disertai gemuruh suara
halilintar, Kumpang Duhung kembali disambar oleh tiga kekuatan
tersebut. Cahaya yang berada di dalam Kumpang Duhung menjelma
menjadi sosok perempuan yang dilengkapi Kapek Balulang Bulau. Di
dalamnya dijumpai pakaian lengkap milik laki-laki dan sebuah
Gariding Bulau Sangkalemu.
Kumpang Duhung menjelma menjadi batu ampar dan sosok
perempuan yang baru tercipta langsung menempati batu ampar
sebagai tempat kediamannya. Oleh Ranying Hatalla sosok
perempuan yang baru tercipta diberi nama Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun.
81 Seruling.
82 Sampan atau perahu.
83 Sampan berukuran besar.
493
Suatu waktu Kameluh Putak Bulau melihat sebuah Pusun
Handiwung larut terbawa arus. Peristiwa terulang seperti yang
dialami oleh Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut. Muncul
keinginan, dan tercipta sebuah sampan bernama Lasang Bangkirai
Bahenda Sambung. Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan
langsung naik ke sampan, dan sampan melaju kemudian terdampar
pada sebuah tebing batu.
Lama-kelamaan Manyamei Tunggal Garing Janjahunan Laut
merasa kesepian, ditiupnyalah suling Bulau Rumbai Ambun. Suara
seruling yang ditiup dengan penuh perasaan terdengar sangat merdu
dan menyayat hati.
Suara itu sayup-sayup terdengar oleh Kameluh Putak Bulau.
Hatinya bergetar dan ia coba berkonsentrasi untuk mendengarkan
rintihan batin peniup seruling. Getaran seruling mampu menyentuh
perasaan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan. Tanpa
diperintah langsung otomatis ia ikut meniup Gariding Bulau
Sangkalemu yang dimilikinya.
Suara seruling yang saling bersahut-sahutan mampu menjadi
sarana komunikasi diantara mereka berdua. Manyamei
mengungkapkan keadaan dirinya yang hidup hanya seorang diri,
telanjang tanpa pakaian karena pakaian yang ada padanya adalah
pakaian seorang perempuan.
Ungkapan tersebut dibalas oleh Kameluh Putak Bulau Janjulen
Karangan dengan ungkapan yang nadanya hampir sama. Kameluh
Janjulan Karangan juga mengungkapkan keadaan dirinya. Ia
menyatakan bahwa iapun hidup hanya seorang diri, terdampar tanpa
kawan, bahkan pakaianpun tak punya. Pakaian yang ada padanya
adalah pakaian seorang laki-laki.
Kemudian Kameluh menyatakan harapannya agar Manyamei
bersedia menyerahkan pakaian perempuan yang dimilikinya untuk
Kameluh. Mendengar ungkapan tersebut, Manyamei langsung
bereaksi. Ia berusaha menyampaikan pakaian yang ada padanya
kepada Kameluh.
Karena keduanya dalam keadaan tanpa busana, maka pakaian
wanita yang diserahkan oleh Manyamei diberikan kepada Kameluh
dengan menggunakan sepotong galah panjang. Demikian pula
Kameluh, menyerahkan pakaian laki-laki yang ia miliki kepada
Manyamei juga dengan menggunakan sebuah galah panjang. Setelah
masing-masing mengenakan pakaian, lalu mereka bertemu dan
akhirnya sepakat untuk tinggal bersama di Lasang Bangkirai
Bahenda Sambang.
494
Setelah tinggal bersama, suatu saat Kameluh mengalami
pendarahan. Darah yang mengalir keluar sebanyak satu lumpang
Bulau Tanduk Tambun, due sampilung Dawen Lunuk. Tanpa
sengaja Manyamei melihat darah tersebut, lalu dibungkusnya dengan
kain hitam dan diletakkan dalam sangku raja.
Kemudian Manyamei membuat sebuah rakit dari pohon
bamban baling. Sangku yang berisi gumpalan darah Kameluh
kemudian diletakkannya di rakit lalu hanyut bersama arus sungai
menuju laut.
Sinar yang keluar dari sangku raja yang larut ke laut tersebut
terlihat oleh Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu. Seketika Tambun Hai
Nipeng Pulau Palu langsung menyembur dan dengan diiringi
gemuruh suara halilintar rakit yang terbuat dari pohon bamban
baling menjelma menjadi Lanting Leleng Burung Dahiang. Sangku
raja menjelma menjadi Banama Bunter Dia Haluana Ajung Bulat
Isen Kamburia. Dindingnya terbuat dari kayu hitam, dan darah yang
dibungkus dengan kain hitam menjelma menjadi Sarupai Biha Apui.
Kemudian Sarupai Biha Apui menurunkan Sahumpak Buren
Petak. Sahumpak Buren Petak menurunkan Kasisik Buren Tasik.
Kasisik Buren Tasik menurunkan Putir Tenung Silu dan Kameluh
Bembang Ruang. Putir Tenung Silu melahirkan tiga orang anak yaitu
Karang Rajan Peres 84, Bujang Kamising, Rayung Sangengem.
Turunan merekalah yang kemudian menjadi bermacam-macam
penyakit di laut.
Kameluh Bembang Ruang bertempat tinggal di Bukit Maninting
Dahiang, Batang Danum Maninting Dahiang bermuara di Tasik
Ambun Baragantung Langit. Kameluh Bembang Ruang
menurunkan Putir Irang Pasihai. Putir Irang Pasihai menurunkan
Putir Lanting Bawin Dahiang. Putir Lanting Bawin Dahiang
menurunkan Hantarung Rajan Dahiang. Hantarung Rajan
Dahiang menurunkan Tunggal Kurung dan Dahiang Batanduk
Tunggal yang merupakan asal usul Dahiang 85.
2. Keguguran yang kedua kalinya
Ketika Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, Limut Batu
Kamasan Tambun sedang mandi di sungai, tiba-tiba ia mengalami
pendarahan lagi.
Darah yang mengalir keluar dari tubuh Kameluh Putak Bulau
langsung larut terbawa arus. Ketika Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu
melihat, langsung disambar. Darah yang larut di sungai tersebut
menjelma menjadi Ular Malang Laut.
84 Artinya penyakit.
85 Petanda.
495
Ular Malang Laut menurunkan Gajah Baparang Panjang.
Gajah Baparang Panjang menurunkan Tambun Lalujung Bunu,
Ihing Lampaian Sawang, Ginteng Tolong, Tabang Beang, Tampak
mangkuk Darap Kajang, Bawi Bujang Labata, Rayung Tantan
Gunting, Desan Jata Balawang Bulau, Rayat Sangkuada Bapagar
hintan. Turunan Ular Malang Laut menjadi raja-raja segala macam
penyakit yang datangnya dari dasar laut yang dalam.
86 Menangkap ikan.
87 Perkawinan Serupui Petah Matei dengan saudara kandung ayahnya
adalah tindakan yang tidak benar. Itulah sebabnya anak yang dilahirkan
berupa kerbau dan hingga saat ini kerbau akan selalu dijadikan hewan
korban dalam upacara-upacara adat. Maksudnya untuk menstabilkan alam
dan lingkungannya dari pengaruh buruk akibat tulah suhu atau
pernikahan salah silsilah tadi.
496
Nyaring menurunkan Siak Sakung Baguti Tandang
Haramaung dan bertempat tinggal di Batang Danum Nyababerang
Langit, bermuara di Tasik Gandang Ngarambang Nyahu, Laut
Tuwung Hambalat Kilat.
Siak menurunkan Selang Tato Nyaring. Selang Tato Nyaring
menurunkan Nyaring Nambalau Bahandang, Sahakung Bagundai
Serang. Sahakung Bagundai Serang menurunkan Sangkawung
Buang Pamapui Mendeng. Sangkawung Buang Pamapui Mendeng
menurunkan Salakatuk Gila-Gila Hanyi.
Sakalatuk Gila-Gila Hanyi menurunkan Raja Pandung Mama
Rahui Bungai. Raja Pandung Mama Rahui Bungai menurunkan
Bahutai Bukit Mina Nganyun Kereng. Bahutai Bukit Mina Nganyun
Kereng menurunkan Tunyuk Tatu Nyamuk, Kitau Tatu Lamantek,
Birep Tatu Patining, Kirap Tatu Piket, Riwut Tatu Rangit.
497
saat itu juga darah Kameluh Putak Bulau mengucur membasahi
bungking Sangalang Garing.
Dengan diiringi gelegar halilintar, gumpalan darah tersebut
menjelma menjadi Bawin Kameluh Lulung Sangalang. Bawin
Kameluh Lulung Sangalang menurunkan Kameluh Bumbung
Balawan. Kameluh Bumbung Balawan menurunkan Manyamei
Talampe.
Manyamei Talampe menurunkan Manyamei Tingang.
Manyamei Tingang menurunkan Manyuling Tarung. Manyuling
Tarung menurunkan Tapitik Kawu Tempun Elang Garantung.
Tapitik Kawu Tempun Elang Garantung menurunkan
Tantunya Ikuh Bakei. Tantunya Ikuh Bakei menurunkan Marasiang
Tarung. Marasiang Tarung menurunkan Bajakah Languan
Tanjung.
Bajakah Languan Tanjung menurunkan Lunuk Nyalantar
Saratus. Lunuk Nyalantar Saratus menurunkan Imam Hanjaliwan
Baras Mumpun Penda Balawan. Imam Hanjaliwan Baras Mumpun
Penda Balawan menurunkan Lamiang Panjang Harandikung
Luwang, Timpung Panjang Indu Entang Tulang.
498
menurunkan Pusa Dukuh. Pusa Dukuh menurunkan Pusa 88
Bakawan.
499
Ketika sedang jalan-jalan di halaman belakang rumahnya,
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan mengalami pendarahan.
Darah menetes membasahi halaman belakang rumahnya.
Seketika darah tersebut, dengan diiringi gemuruh suara
halilintar menjelma menjadi Karamunting Bahu. Karamunting Bahu
menurunkan Karamunting Taya. Karamunting Taya menurunkan
Rambangun Bahu. Rambangun Bahu menurunkan Rambangan
Taya.
Rambangan Taya menurunkan Salumbar Kayu Nyahu.
Salumbar Kayu Nyahu menurunkan Tabalien Munyin. Tabalien
Munyin menurunkan Kalipapan Tanduk. Kalipapan Tanduk
menurunkan Uli Ulin Bahenda. Uli Ulin Bahenda menurunkan Kayu
Nyurung Upue. Kayu Nyurung Upue menurunkan Tabalien Lantang
Penyang yang merupakan asal usul adanya kayu ulin.
500
10. Kirip renteng Tingang
11. Ruak Ganan Likur Talawang.
12. Sipet Pandak Turus Sangkairaia Mendeng.
13. Manyamei Mama Lampayan Sewang.
14. Raja Rantaran Bunu Ujan Bulau Rintih Bintang Ije
Habalita Bulau Ganda-gandang, Ngandang Riak Hanyin
Tempue.
91 Badan
92 Darah daging.
93 Tulang urat.
94 Bulu.
501
dirinya. IA berwujud bayangan dari sinar suci Ranying Hatalla yang
menyatu padanya dan disebut hambaruan.
Sejak awal kehidupan manusia, semua telah diatur oleh Ranying
Hatalla. Sebagaimana awalnya ada, begitu pula ia kembali menyatu
kepada Ranying Hatalla apabila waktunya telah tiba. Semua telah
diatur sendiri oleh Ranying Hatalla.
Setelah kandungan berusia sembilan bulan sembilan hari,
lahirlah tiga bayi, kembar tiga, semuanya laki-laki. Kemudian kedua
orang tuanya menyampaikan kurban suci untuk mohon berkat
kepada Ranying Hatalla sebagai tanda syukur. Mereka
melaksanakan upacara Nahunan yaitu upacara pemberian nama bagi
ketiga bayi yang baru lahir dengan cara mengoleskan darah hewan
korban kepada ketiganya. Mereka bertempat tinggal di Bukit Batu
Nindan Tarung Kereng Liang Bantilung Nyaring.
Nama ketiga bayi tersebut adalah :
• Raja Sangen.
• Raja Sangiang.
• Raja Bunu.
95 Beras.
502
Engkan Penyang. Semula larangan tersebut mereka taati, namun
akhirnya tidak mereka pedulikan. Di Bukit Enggang Penyang mereka
bertemu Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur
Hintan.
Ketika tiga bersaudara berebut binatang buruannya, suara
mereka terdengar oleh orang tuanya dan disusullah mereka. Pada
saat itu Raja Sangen menikam gajah buruan tadi dengan pusakanya
hingga darah bercucuran. Ketika luka tersebut diusap oleh ayah
mereka Manyamei, luka tersebut pulih tanpa bekas. Begitu pula
ketika Raja Sangiang melakukan hal yang sama. Akan tetapi ketika
Raja Bunu menikam gajah tersebut, luka akibat tikamannya tidak
dapat disembuhkan sekalipun telah diusap oleh ayah mereka. Bahkan
pada akhirnya Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Barikur Hintan mati.
Dalam hal jodoh, Raja Sangen dan Raja Sangiang tidak
mengalami kesulitan, semua lancar-lancar saja, sedangkan adik
bungsu mereka Raja Bunu mengalami berbagai permasalahan.
Raja Sangen menikah dengan Kameluh Kambang Garing,
menurunkan Raja Rahanjang Garing. Raja Rahanjang Garing
menurunkan Raja Rarusir Kilat. Raja Rarusir Kilat menurunkan
Raja Patunggal Nyahu.
Raja Patunggal Nyahu kemudian menurunkan Raja Uhat
Malatar Langit. Raja Uhat Malatar Langit menurunkan Raja
Bungking Kalipapa Tanduk. Raja Bungking Kalipapa Tanduk
menurunkan Raja Lalunjung Duhung. Raja Lalunjung Duhung
menurunkan Raja Lalunjung Penyang. Raja Lalunjung Penyang
menurunkan Raja Tantaulang Bulau. Raja Tantaulang Bulau
dikaruniai empat belas orang anak, mereka adalah :
1. Raja Pantap Nyahu.
2. Raja Hanggulan Bunu.
3. Raja Garing Harenteng.
4. Raja Garing Haleuh.
5. Raja Garing Halembai.
6. Raja Garing Harenyau.
7. Raja Garing Haresap.
8. Raja Garing Penyang Tantahila.
9. Raja Nampui Bungai.
10. Raja Pampulau Hawun.
11. Raja Panyarawan Katingan.
12. Kameluh Endas Bulau Lisan Tingang, Kambang Garing
Lelak LamiangManas Kaput Pisau Tehang.
13. Kameluh Mandalan Bulau.
14. Raja Punduk Nyahu.
503
Raja Sangiang menikah dengan Kameluh Kambang Runjan
menurunkan Nyalung Tatu Sangiang. Nyalung Tatu Sangiang
menurunkan Gambalang Rajan Sangiang. Gambalang Rajan
Sangiang menurunkan Garing Tanduh Nyahu. Garing Tanduh
Nyahu menurunkan Sawang Tanduh Nyahu. Sawang Tanduh
Nyahu menurunkan Raja Sariantang Penyang. Raja Sariantang
Penyang menurunkan Raja Samatian Tingang. Raja Samatian
Tingang menurunkan Raja Tanduh Bulau Tangkurajan Sangiang.
Raja Tanduh Bulau Tangkurajan Sangiang, menurunkan
delapan anak yaitu :
1. Raja Duhung Mama Tandang Langkah Sawang Apang
Bungai Sangiang
2. Raja Sawang Bapa Bungai Sangiang
3. Raja Antang Tempun Mihing
4. Raja Duhung Kiting Tambun
5. Raja Dahiang Mantung Bulau
6. Raja Mantir Mama Luhing Bungai Salutan Raja
Nalawung Bulau.
7. Raja Mama Rahui Bungai
8. Kameluh Rangkang Sangiang.
504
nafas bagi Kameluh Tanteluh Petak, tanah untuk daging dan air
untuk darah.
Ketika semua telah terjadi, munculah Raja Bunu. Tentu saja ia
amat marah, namun nasi sudah menjadi bubur, resiko terpaksa harus
dihadapi. Raja Bunu dan turunannya harus mengalami kematian
sebelum menuju ke kehidupan abadi.
Dari perkawinan itu telah lahir empat belas orang anak, yaitu :
1. Raja Manurun Bunu
2. Raja Kamenduh Bunu
3. Raja Maliambung Bunu
4. Raja Manyimpei Penyang
5. Raja Pamalimping Langit
6. Raja Mandurut Bunu
7. Raja Jangkarung Tingang
8. Busu Dandan Kahayan
9. Manyamei Sunsunan
10. Tiung Malaiana
11. Raja Mandurut Bulau
12. Hawun Baru-Barun
13. Sabuyung Nyaring Uhing
14. Sabira Nanggui Garantung
505
dari bayangan badannya sendiri, kornea matanya, dagingnya,
darahnya, kulitnya, tulang dan uratnya semua itu berasal dari
Nyalung Bayan Hintan Kaharingan Petak Kalabien Bulan, Liang
Kalambungan Lumpung Matan Andau yaitu Zat-KU sendiri dan
semua itu apabila ia mati rohnya disebut Liau Haring Kaharingan.
Kornea Matanya, daging darah dan kulitnya disebut Liau
Balawang Panjang, kemudian tulang dan uratnya disebut Liau
Karahang Tulang”.
Sebelum Ranying Hatalla menurunkan Raja Bunu dan
keluarganya menuju Pantai Danum Kalunen, IA menyuruh mereka
melaksanakan Tiwah Suntu 96 di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung,
sebagai contoh yang harus dilaksanakan oleh Raja Bunu dan
turunannya apabila kelak saatnya tiba mereka kembali datang
menyatu kepada-NYA.
Raja Bunu dan keluarganya diturunkan oleh Ranying Hatalla ke
Pantai Danum Kalunen dengan kendaraan Palangka Bulau
Lamabayung Nyahu yang bercahaya cemerlang. Ikut serta
mendampingi Raja Bunu dan keturunannya ketika diturunkan ke
Batang Danum Kalunen ialah Antang Patahu dan beberapa Raja
yang tercipta oleh Ranying Hatalla sebelum ada keturunan
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung
Tangkuran Hariran tercipta. Nama dan tempat tinggal Raja-Raja
dan Kameluh-Kameluh yang telah tercipta oleh Ranying Hatalla.
∗ Di Lewu Bukit Ambun Baragantung Langit :
1. Tanggalung Anak Andau
2. Hantarung Rajan Dahiang
3. Dahiang Mantung Bulau
4. Tunggal Kurung
5. Putir Irang Pasihai
6. Dahiang Batanduk Tunggal
7. Darahen Rajan Antang
8. Antang Rawing Batutuk Bunu
9. Putir Lanting Bawin Dahiang
10. Kameluh Irang Pasihai
11. Antang Habarun Bulau
12. Antang Habarun Lamiang
13. Antang Habarun Karangut
14. Antang Habarun Runjan
15. Antang Habarun Sangkalemu
16. Antang Baputi Mandui Riak Bulan
17. Putir Santang ewen Sintung Uju
18. Umban Bulau Balinga Pulu
509
Liu, Napatah Bulau Sangkalemu, Kalabien Puser Kambang
Kabanteran Bulan.
* Raja Sagagaling Langit dan isterinya Putir Kamasarin
Garing, bertempat tinggal di Batang Danum Simpei Karuhei, Bukit
Tampung Karuhei.
511
∗ Di Tasik Gandang Ngarambang Nyahu, Laut Tuwung
Hambalat Kilat, tempat Gandang Batu yang isinya Apui Nyaru di
bagian ujung dan Nyarung Kaharingan di bagian pangkal di Batang
Danum Mendeng Mahejan Langit:
1. Gambala Rajan Tanggara
2. Janjalung Tatu Riwut
3. Sangkaria Nyaru Menteng
4. Raja runjan Langit
5. Siak sakung Baguti Tandang Harimaung.
512
Mengamati kisah penciptaan yang dikenal oleh masyarakat di
daerah Katingan dengan kisah penciptaan daerah Kahayan, Kapuas
dan sekitarnya, banyak ditemukan persamaan dan perbedaan.
Perbedaan disebabkan karena tidak dikenalnya tradisi tulis,
dalam bentuk Kitab Suci. Dalam tradisi lisan, setiap orang punya
keterampilan sendiri dalam mengekspresikan apa yang ia ketahui,
kemudian mewariskan pengetahuan tersebut dalam bentuk Tetek
Tatum.
100 Lihat Fridolin Ukur, Tantang – Jawab Suku Dayak, BPK Gunung Mulia,
Jakarta.
101 Lihat Fridolin Ukur, Tantang – Jawab Suku Dayak, BPK Gunung Mulia
Jakarta.
514
Diakui oleh pihak zending, bahwa orang Dayak unik dan sulit
diduga. Di satu pihak mereka melihat bahwa orang Dayak hidup
dalam taraf kebodohan. Mereka tidak memiliki aksara, buta huruf
dan tidak punya kemampuan berfikir rasionil seperti lazimnya orang
barat. Di pihak lain, mereka menyaksikan suku ini memiliki daya
tanggap yang tajam, serta ingatan yang luar biasa. Kemampuan
praktis yang mereka miliki sangat mengagumkan, bahkan konsep
pemikiran religius mereka demikian kompleks dan sempurna.
Mereka pun mengakui serta memberikan acungan jempol, akan
sifat orang Dayak yang jujur dan terbuka. Rasa kagum tersebut
semakin sempurna, ketika mereka menyaksikan bakat serta
pembawaan dan pengungkapan seni, khususnya dalam bidang
nyanyi.
Orang Dayak sangat gemar menyanyi 102, begitu pula sifat, sikap
dan karakter suku Dayak sangat membingungkan mereka. Di satu
pihak orang Dayak sangat terbuka, jujur, sangat menghormati para
tamu yang datang mengunjungi mereka, memiliki kehalusan dan
kelembutan yang terungkap dalam karya dan ungkapan hasil seni
anyam-anyaman, dengan warna yang orisinil dan serasi. Tetapi di
pihak lain, mereka dihadapkan dengan tindak dan praktek-praktek
yang menurut norma Barat, merupakan kebuasan, kekejaman dan
ketidak-prikemanusiaan. Di sini mungkin yang dimaksud berkaitan
dengan masalah mangayau103.
Demi menghindari kesalah pahaman, tentang apa dan mengapa
adanya kayau maka perlu diberikan sedikit penjelasan.
Kayau atau mengayau 104, habunu 105, mambaleh 106 adalah
kebiasaan memenggal kepala yang dilakukan oleh suku Dayak dalam
peperangan. Mampu memenggal kepala lawan dalam peperangan
menunjukkan sikap ksatria, mamut menteng, yang artinya gagah
perkasa. Semakin banyak seseorang memenggal kepala lawan atau
musuh, ia akan semakin disegani oleh kawan dan lawan.
Kemudian sebagai tanda hormat dan bakti para ksatria tersebut
kepada orang tuanya, disaat upacara Tiwah, mereka persembahkan
kepala-kepala musuh tersebut kepada orang tuanya. Mereka yakin
bahwa kelak, arwah musuh yang kepalanya telah terpotong tersebut,
akan menjadi pelayan yang akan melayani orang tuanya di Lewu
Liau. Di sini, satu hal yang perlu diingat, kebiasaan tersebut
bukan aturan yang telah digariskan oleh Ranying Hatalla.
515
Memang benar, Indu Melang Sangar dengan suaminya Tarahen
Raja Antang107 yang bertempat tinggal di langit, adalah Penguasa
Kayau yang tugas utamanya, mengurus segala sesuatu yang berkaitan
dengan urusan mengayau atau ada asang. Hal ini berkaitan dengan
keamanan dan keselamatan suku, sesuai dengan motto kehidupan
suku Dayak yaitu Mamut Menteng yang artinya gagah perkasa
pantang menyerah. Melindungi keselamatan dan keamanan suku
adalah salah satu tugas yang diutamakan.
Ranying Hatalla tidak pernah meminta atau mengharuskan
manusia mempersembahkan kepala sesamanya dalam upacara
Tiwah. Hal ini terbukti dalam Tiwah Suntu 108 yang telah
dilaksanakan pada awal penciptaan di Bukit Batu Nindan Tarung,
tidak ada kewajiban mempersembahkan kepala manusia.
Tiwah Suntu adalah contoh langsung yang telah ditentukan
sendiri oleh Ranying kepada manusia, dengan perantaraan Raja Uju
Hakanduang 109. Proses selanjutnya, atas inisiatif manusia, tradisi
tersebut muncul dan berkembang, lalu kebiasaan tersebut menjadi
tradisi turun temurun.
Contoh lain adalah adanya tradisi Jipen atau Lewar110. Jipen
atau perbudakan, bukan merupakan ajaran atau aturan yang
ditetapkan oleh Ranying Hatalla kepada manusia. Kebiasaan
tersebut baru muncul pada peristiwa Pertempuran di Pulau
Kupang dimana saat itu Nyai Undang, seorang perempuan pejuang
suku Dayak mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang. Tidak
kurang dari lima ratus musuh bertekuk lutut dan kemudian dijadikan
Jipen atau budak oleh Nyai Undang. Itulah awal adanya Jipen di
lingkungan suku Dayak.
Tentu saja ada perbedaan antara tradisi dan aturan yang telah
ditetapkan oleh Ranying Hatalla. Tradisi adalah aturan yang dibuat
oleh manusia, disepakati bersama untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Demikian pula dengan tradisi mengayau, pada mulanya untuk
membela dan menjaga keselamatan suku, berkembang sebagai
persembahan rasa hormat kepada orang tua pada upacara Tiwah,
kemudian menjadi suatu kebiasaan.
Kokoh dan alot, demikian orang Dayak bertahan pada keyakinan
yang telah diwariskan oleh leluhurnya. Di pihak lain, para misionaris
tidak putus asa. Berbagai cara mereka usahakan, segala teknik dan
upaya telah dilakukan untuk mendekati penduduk asli, dalam upaya
mereka menyebarkan agama Kristen kepada masyarakat setempat.
Berkat usaha dan kerja keras yang tak kenal lelah, akhirnya sedikit
516
demi sedikit usaha mereka membuahkan hasil. Walau perlahan tapi
pasti, orang Dayak pada akhirnya bisa menerima iman Kristen yang
semula adalah asing bagi mereka.
Setelah orang Dayak111 mulai membuka hati, tertarik dan ingin
tahu, kemudian belajar tentang ajaran Kristen, pihak Gereja Kristen
di Kalimantan mengeluarkan Aturan Ungkup 112 yang antara lain
isinya, mengatakan bahwa salah satu prasyarat untuk menerima
pengajaran baptisan, harus menyatakan secara terbuka keinginannya
untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dan berjanji senantiasa ikut
kebaktian, meninggalkan perbuatan kekafiran (seperti hadir di
tempat-tempat orang-orang yang melakukan upacara kurban kepada
Sangiang, ikut dalam pengobatan secara Balian dan sebagainya).
Apabila ternyata dari antara mereka ini ada yang masih melakukan
praktek-praktek kehidupan lamanya, tidak diperkenankan ikut dalam
pengajaran baptisan, walaupun orang tersebut meminta.
Dengan demikian, segala sesuatu yang mengingatkan mereka
dengan kehidupan lampaunya, harus dibuang jauh-jauh. Demikian
pula segala sesuatu yang berkaitan dengan adat istiadat dan tradisi
suku, harus diputuskan.
Ketatnya aturan yang telah dikeluarkan gereja, mau tidak mau,
harus ditaati oleh mereka yang ingin dibaptis. Akibatnya, mereka
yang baru dibaptis seolah-olah menjadi asing untuk dirinya sendiri
dan harus mencari-cari identitasnya. Kebudayaan asli milik mereka,
baik yang positip maupun yang negatip, harus dilepaskan dan
dibuang semua. Seluruh akar kehidupan mereka yang berasal dari
buminya sendiri telah dicabut, dibabat habis.
Tidak mengherankan apabila orang-orang Dayak yang telah
menjadi Kristen dari generasi berikutnya, tidak lagi mengenal budaya
dan asal usulnya. Mereka bahkan tidak mampu lagi mengungkapkan
diri menggunakan unsur budaya leluhurnya. Mereka kini nyaris
tercerabut dari akar budaya leluhurnya. Hingga saat ini, dirasakan
bahwa, tidak sedikit generasi muda Kalimantan Tengah, yang terkena
imbasnya. Mereka seolah telah kehilangan jati diri, hingga tak
mampu lagi mengekspresikan diri sebagai orang Dayak.
Perkembangan saat ini, generasi muda Kalimantan Tengah,
khususnya yang tengah melanjutkan pendidikan dan hidup di
perantauan, mulai mencari dan menanam kembali rasa kehilangan
itu. Kehilangan budaya leluhur, yang telah tercerabut dari diri
mereka.
519
5. Mantir Pembantu Pelayanan (MPP)
6. Mantir Kandayu (MK).
114 Hal ini diakui oleh para missionar yang berkarya di Kalimantan di masa-
masa awal.
115 Balai Kaharingan ialah Rumah Ibadat.
521
Akibat keterlibatan warga Kaharingan dalam bidang politik,
angin segar mulai berhembus. Mulai dirasakan adanya usaha
Pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
Kaharingan. Terbukti dengan dikeluarkannya surat dari Departemen
Agama R.I. No. L/III/99/11943, Tanggal 8 September 1959, tentang
tanggapan atas surat Dewan Pemerintah Daerah Swatantra TINGKAT
I Kalimantan Tengah, tanggal 1 Agustus 1959, No. Pem. 56-VI-D-3
tentang calon petugas pegawai Kantor Urusan Agama Propinsi
Kalimantan Tengah seksi Kaharingan, juga surat Kepala Kantor
Urusan Agama Propinsi Kalimantan Tengah No. 406/A/I/60,
tanggal 10 Pebruari 1960 yang isinya juga tentang calon petugas
untuk pegawai Kantor Urusan Agama Propinsi Kalimantan Tengah
seksi Kaharingan.
Pada tanggal 2 Mei 1962 menerima surat dari Departemen
Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah di Jakarta, No. BPX
24/I/16. tentang pendaftaran aliran kebatinan/kepercayaan.
Pada tanggal 3 Agustus 1965 diterima surat dari Cabang
Kejaksaan Tinggi Surabaya di Palangka Raya, No.3/DR/938/DT-
PK.J/65, tentang pengisian formulir pengurus dan penanggung jawab
organisasi SKDI.
Kemudian pada tanggal 23 Desember 1965 diterima surat dari
Gubernur KDH Tingkat I Kalimantan Tengah, No. 437/Sos.11/1965
yang isinya penugasan satu orang pegawai untuk mempersiapkan
bagian Kaharingan di Kantor Urusan Agama Kalimantan Tengah,
untuk itu Unget Djunas dipercaya menjadi pegawai kantor urusan
agama Propinsi Kalimantan Tengah.
Demi kelancaran pengembangan Kaharingan, maka pada
tanggal 7 Desember 1971 dibentuk Yayasan Pembangunan
Kaharingan. Yayasan ini berbadan hukum dengan Akte Notaris
tertanggal 7 Desember 1971, No. 8 Banjarmasin. Para pendiri
Yayasan: Kamerhan Djatrich, Dugon Ginter, Simal Penyang, Lanca
Sahut, Abe Isar, Neken Sangkal.
Untuk lebih memantapkan organisasi, tanggal 25 Januari 1972,
SKDI mengadakan Musyawarah se-Kalimantan Tengah. Musyawarah
berhasil menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART) serta program kerja baru. Demikian pula
kepengurusan baru dipilih pada saat itu.
Proses selanjutnya pada tanggal 19 Oktober 1977 diterima
undangan dari Kepala Kejaksaan Negeri Kalimantan Tengah no.B-
570/J-3.1/10/1977 untuk mengadakan dialog langsung tentang
Kaharingan. Kelanjutan dari dialog tersebut, pada tanggal 22
Oktober 1977, diterima surat dari Kejaksaan Tinggi Kalimantan
Tengah yang isinya meminta penjelasan tertulis tentang beberapa
pokok masalah yang menyangkut Kepercayaan Kaharingan.
522
Saat itu Kaharingan oleh pemerintah belum diakui sebagai
agama, diakui hanya sebagai kelompok kebatinan atau aliran
kepercayaan. Pihak Kaharingan mensyukuri hal tersebut, namun
perjuangan belum selesai. Niat untuk mendapatkan pengakuan
sebagai agama yang syah di Indonesia belum berhasil.
Kaharingan adalah agama yang syah dan asli milik suku Dayak.
Apabila keberadaan mereka hanya diakui sebagai aliran kepercayaan
atau aliran kebatinan, kelak di kemudian hari apabila aliran
kepercayaan atau aliran kebatinan dibubarkan, atau tidak lagi diakui
pemerintah, maka mereka akan kehilangan eksistensinya.
Pada umumnya seseorang yang bergabung pada suatu aliran
kepercayaan, mereka telah memiliki agama sendiri. Jadi kalau
disuruh kembali ke induknya, mereka akan kembali ke agamanya
masing-masing. Bagaimana dengan penganut Kaharingan?
Haruskah mereka menjadi atheis?
Bagi mereka, Kaharingan bukan merupakan suatu aliran
kepercayaan ataupun aliran kebatinan, namun Kaharingan adalah
suatu kebenaran yang telah diwariskan oleh para moyang mereka.
Sesuatu yang benar adalah apa yang telah diwariskan oleh nenek
moyang. Dengan demikian, Kaharingan adalah satu-satunya
kebenaran yang harus mereka pegang dan pelihara. Kaharingan
adalah agama yang tidak lain adalah persoalan hidup matinya suku.
Sulit bagi mereka menerima kenyataan bahwa Kaharingan
hanya diakui sebagai aliran kebatinan atau kepercayaan saja.
Pengakuan pemerintah bahwa Kaharingan hanyalah aliran
kepercayaan, dirasakan tidak adil. Seolah tanah tempat mereka
berpijak yang adalah Bumi Nusantara belum sepenuhnya dapat
menerima kehadiran mereka.
Perjuangan minta pengakuan resmi masih harus menempuh
jalan panjang. Terutama, dengan adanya semacam ketentuan bahwa,
yang dapat dianggap Agama adalah ajaran berdasar Wahyu Tuhan
yang diturunkan melalui seorang Nabi, dan tertuang dalam sebuah
Kitab Suci.
Akhirnya kesepakatan diperoleh, Kaharingan diakui sebagai
agama dan digabungkan/diintegrasikan dengan agama Hindu. Walau
ada perbedaan disana-sini, namun banyak pula kesamaan ditemukan
dengan ajaran agama Hindu.
Pengakuan tersebut tertuang dalam surat dari Kementrian
Agama Republik Indonesia tertanggal 28 April 1980.
No.MA/203/1980, tentang Penggabungan/Integrasi Penganut
Kaharingan ke dalam agama Hindu. Surat tersebut ditujukan kepada
Kepala Kanwil Departemen Agama Propinsi Kalimantan Tengah yang
berisi antara lain menyatakan bahwa, peningkatan status penganut
Kaharingan dari aliran kepercayaan yang menurut GBHN tidak
523
merupakan agama, digabungkan atau diintegrasikan dengan agama
Hindu.
Sejak saat itu Status Hukum mereka adalah sebagai pemeluk
agama Hindu 116. Berhubung dengan itu, maka segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Hindu. Setelah
penggabungan maka nama Kaharingan tidak ada lagi, dengan
demikian nama Lembaga Majelis Agama Hindu Kaharingan supaya
disesuaikan dengan nama Lembaga Majelis Agama Hindu atau
Lembaga Majelis Hindu Dharma, sebab inilah satu-satunya lembaga
Hindu di Indonesia.
Dalam penghayatan dan pengamalan agama, supaya disesuaikan
dengan ajaran agama Hindu117. Secara kelembagaan pembinaan
menjadi tanggung jawab Kepala Kanwil Departemen Agama dengan
aparat pelaksana unsur Ditjen Bimas Hindu dan Budha di daerah.
Ditekankan pula agar pembinaan umat Hindu yang berasal dari
pemeluk Kaharingan, dilaksanakan dengan sebijaksana mungkin
demi menghindari adanya friksi-friksi dan keresahan yang dapat
mengganggu stabilitas dan Ketahanan Nasional.
Berdasarkan surat tersebut di atas, pada bulan April 1980,
dikeluarkan Surat Keputusan dari Direktur Jendral Bimbingan
Masyarakat Hindu dan Budha, No.H/37/SK/1980, tentang
Pengukuhan Majelis Besar Agama Hindu sebagai Badan Keagamaan,
serta pengukuhan Pengurus Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan
di Palangka Raya.
Nama-nama Pengurus Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan
di masa awal pengakuan tersebut adalah :
1. Ketua Umum : Lewis KDR., BBA.
2. Ketua I : Simal Penyang.
3. Ketua II : Rozani Dena, SH.
4. Ketua III : Kamarhan Djatriche
5. Ketua IV : Renan Baut.
6. Sekretaris Umum : Drs. Liber Sigai
7. Sekretaris I : Walter S. Penyang, BSC.
8. Sekretaris II : Berthih T. Labih.
9. Bendahara : Sulman Jungan.
10. Pembantu Umum : Bustan Limin.
Rangkap I. Nau, BA.
Tjilik M. Arang
Ellis KDR.
Dase A. Bangkan.
Kristopel S. Kusin.
525
LAMPIRAN 1
528
Begitulah berpuluh-puluh perahu motor terus membelah sungai
Martapura, Barito, Kapuas, Anjir Serapat, Anjir Kelampan dan Sungai
Kahayan dalam perjalanan menuju Kuala Kapuas dan Pahandut.
Sekali-sekali bersua perahu kecil-kecil hanya dihuni sepasang merpati
suami-isteri, dengan kepulan asap pertanda sedang masak. Mereka
seharian memancing. Hasilnya segera dilalap pada waktu itu juga.
Setelah senja pulanglah mereka ke gubugnya. Begitulah sebagian
penduduk menghabiskan hari hidupnya. Jujur . . . ya jujur dan jiwa
mereka bersih.
Dengan cara begini tentu raksasa Kalimantan tidak bisa
dibangun sebagaimana mestinya. Karenanya gaya hidup harus
dirubah, harus lebih dinamis , cepat dan produktif.
529
dugaan kami itu salah, dan kami agak merasa berdosa. Maksud
mereka ialah tidak lain untuk memberi hormatnya. Serupa kalau kita
naik kapal besar, kemudian tidak ada apa-apa lantas bunyi
nguuuuung yang kiranya memberi hormat kepada kapal lainnya yang
sedang melintas. Begitulah bila kita akan mengakhiri satu daerah
kampung dan akan memasuki daerah kampung yang lain . . . selalu
kita liat kejadian-kejadian seperti itu. Maksudnya tidak lain memberi
hormat dengan berkeliling berputar tiga kali di depan perahu motor
yang ditumpangi Bung Karno. Memang satu hal yang patut dipujikan,
dan merupakan pengalaman baru pula bagi kami putera puteri
Ciliwung (Ciliwung adalah sungai kecil di Jawa, merupakan anak
sungai kecil jika dibandingkan di Kalimantan ).
Begitulah yang terjadi hampir disetiap kampung yang kami lalui.
Maksudnya tidak lain adalah untuk memberi hormat dan menyambut
gembira atas kedatangan dan kunjungan Bung Karno beserta
rombongan.
530
Di beberapa tempat Bung Karno terus menganjurkan : Marilah
kita tundukan alam . . . Marilah kita buat berfaedah bagi manusia dari
apa yang merupakan alam ini. Begitulah selalu diperingatkannya
akan bahaya gunung berapi, bahaya banjir, serta tantangan alam
lainnya bagi kehidupan manusia. Semuanya ini harus ditundukan
untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Oleh karena itu kita
harus memaklumkan perang sekarang juga terhadap alam, demikian
ucapan Bung Karno, yang disambut dengan tempik sorak dari rakyat.
k). Di Kapuas . . .
531
ada tempat duduk untuk istirahat. Lagi-lagi alam memberi pelajaran,
dan dengan insting masing-masing akhirnya memilih tempat yang
asli, berbaring diatas rumput yang di sana sini dihiasi rawa-rawa
format kecil.
Sempoyongan lagi menuju rapat raksasa, tetapi tetap gembira
karena para Menteri dan Bung Karno sendiri tetap kelihatan gagah,
kuat. Kamipun terpaksa tidak mau kalah, dikuat-kuatkan karena
tidak mau kalah dengan orang tua. Yang bicara adalah Menteri Dalam
Negeri dan Bung Karno.
532
kabarnya banyak buaya, tidak mandi, baunya keringat tidak tahan
lagi . . . akhirnya apa boleh buat, masuklah seorang demi seorang ke
kamar kecil biasa tempat melepaskan sesuatu dan dari kamar rahasia
ini yang hanya berdinding tiga dan setinggi setengah meter, kami
menggayung dan menimba air. Jangan heran, kalau sabun dan gosok
gigi kami satu persatu memisahkan diri dari pemiliknya karena
tergelincir dari tangan . . . plung . . . lenyaplah ia ke dasar sungai
Kapuas.
533
LAMPIRAN 2
MANSANA BANDAR 1
Penjelasan Singkat
Ada pendapat yang mengatakan bahwa suku bangsa Dayak telah
mengalami beberapa zaman yaitu :
1. Masa penciptaan dengan segala prosesnya.
2. Zaman Tambun Bungai.
3. Zaman Dambung Mangkurap – sejaman dengan kekuatan
kerajaan Banjar.
4. Zaman Bandar Tamanggung—Mengenai zaman Bandar, ada dua
pendapat: pertama, pada zaman Lewu Uju, dan kedua, pada
zaman datangnya Portugis – Belanda ke Bumi Nusantara.
5. Zaman Rapat Raksasa Tumbang Anoy tahun 1896.
6. Dan seterusnya.
551
Oleh pertolongan Allah Hu Tuan puteri hendak dikata
Akbar Tersedu sedan tidak terkira.
Marah Dambung menjadi sabar
Karena mengingat pokok Tersedu sedan karena apa
sebenar Karena anak sebuah mata
Bukan puteri yang salah benar. Tinggal sendiri dengan bapak
Tentu tak hidup dengan lama.
Apalagi kalau diperiksakan
Dari asal atau permulaan Apalagi si bayi Sahan
Mengantar puteri ke padang Tiada tahu kiri dan kanan
hutan Sedangkan besar ayahnya tuan
Sungguh puteri tidak Pasti mati karena kelaparan.
bersetujuan.
Tetapi apa hendak dikata
Waktu Dambung dalam Perintah ayah tak dilawan
kesabaran Takut berpisah kepala dengan
Permaisuri memberi ingatan badan
Wahai kanda dulu kukatakan Biarlah anak ditinggalkan.
Mengasing puteri sekali jangan.
Tetapi peninggalan sebelum
Tetapi apa hendak dikata berangkat
Barang salah ada hukumnya Cincin intan warna berkilat
Tiada lain ada malunya Sehelai selendang juga berikat
Bertambah lagi air mata. Kepada suami tanda ingat.
558
Mendatangkan suami dan
anaknya Sesudah habis segala madah
Kau tinggalkan zaman dahulu Jata lenyap dari kuliah
Sekarang mereka hidup senang Puteri yakin serta mengindah
tentu. Terus membuat apa dititah.
561
Segala alat telah tersedia Salam pangeran menyatakan
Kelimpangan berangkat sampai pulang
waktunya Sultan Johor baru tercengang
Katilambung burung sedia Tapi dalam hati tiada bimbang
orangnya Menghadiahkan satu kapal
Mohon berangkat kepada perang.
bunda.
Kapal mustaid dan diterima
Tiada usah dipanjang walang Dengan segala anak buahnya
Kapal timbul menuju pulang Pangeran berangkat dengan
Lambaian tangan berulang- segera
ulang Memberi salam dan terima
Permukaan laut lagi dipandang. kasihnya.
562
Tersebut kisah Luwuk Dalam Kenaikan sang pangeran
Betawi diusung
Temanggung tetap memangku Oleh ayah yaitu Temanggung
negeri Temanggung bimbang serta
Rasa takut di dalam hati bingung
Melihat-lihat ada terjadi. Tiada kenal anak kandung.
564
Atas permintaan Ambong- Pemuda disilakan masuk jua
Ambongan Disuruh duduk di kursi bunda
Hilir mudik boleh di jalan Tuan puteri lalu bersabda.
Kepentingan jual emas intan.
Duduklah tuan muda belia
Mulailah Pangeran Ambong- Apakah yang tuan bawa
Ambongan Ingin juga aku memeriksa
Hilir hulu menjual intan Barangkali ada ketuju mata.
Sangat laku dalam pendapatan
Harga pantas tak ditawarkan. Ambong-Ambongan membuka
sekalian
Sangat laku jualan pemuda Segala macam barang dagangan
Hampir keliling seluruh kota Kain,emas,perak,intan berlian
Istana puri belum didatangnya Hampir tak ada yang
Menjual kain cincin pada bunda. ketinggalan.
576
LAMPIRAN 3
Bukit Batu
Bukit Batu yang kini lebih dikenal dengan nama Pertapaan
Pahlawan Nasional Tjilik Riwut, terletak di daerah Kalimantan
Tengah. Saat ini oleh Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah tempat
tersebut telah ditetapkan sebagai objek wisata spiritual.
1. Asal Usul
Cerita panjang yang melatar belakangi munculnya pertapaan
Bukit Batu tersebut diawali dengan kisah seorang penduduk desa
Tumbang Liting yang bernama Burut Ules. Ia seorang yang bakaji1.
Pada suatu hari, seorang diri ia pergi menuju ke suatu tempat untuk
membuka lahan perladangan. Tanpa kawan, ia kerja keras, membabat
hutan, membangun pondok untuk tempat beristirahat, tanpa
melupakan tradisi leluhurnya yaitu memohon izin terlebih dahulu
kepada segala mahluk yang tidak terlihat oleh mata jasmani,
penunggu daerah tersebut.
Suatu siang ketika Burut Ules merasa lelah, beristirahatlah ia
sejenak di bawah sebuah pohon rindang yang tinggi dan telah berusia
ratusan tahun. Dengan posisi tiduran sambil berbantalkan tangan,
matanya menerawang jauh ke depan. Matahari bersinar terik, namun
karena berada di rimba raya, sepoi-sepoi angin menyentuh lembut
kulitnya, sejuk terasa, dan kantuk mulai datang menyerang. Akan
tetapi ketika Burut Ules nyaris terlelap, ia terperanjat dan langsung
melompat bangkit.
Dilihatnya tujuh perempuan cantik yang sangat menawan turun
dari langit langsung menuju telaga yang ada didekatnya. Saat itu
hujan rintik-rintik namun matahari masih bersinar dengan teriknya.
Menyaksikan hal tersebut dengan mengendap-ngendap Burut Ules
mendekati telaga. Sambil bersembunyi ia mengintip rombongan kecil
tersebut. Gadis-gadis itu langsung membuka pakaian, besaluka2
tanpa penutup dada, dan terjun berenang, ceria, penuh tawa canda
nan meriah.
Burut Ules terpana, mata tak berkedip menyaksikan
pemandangan itu. Salah seorang yang nampak paling muda dalam
kelompok itu, gerak geriknya membuat Burut Ules sangat terpesona.
Tanpa sepengetahuan si gadis, matanya menatap tajam ke arah sang
dara. Saat itu juga Burut Ules langsung jatuh cinta.
Setelah puas mandi dan berenang, kelompok kecil itu naik ke
darat, kembali berpakaian dan melompat ke angkasa menuju langit.
Sejak saat itu Burut Ules menjadi susah, resah, gelisah. Ia sangat
7 Nazar tsb telah ditepati. Setelah Indonesia merdeka, barulah Tjilik Riwut
menikah pada tgl 31 Mei 1948 di Yogyakarta.
581
begitu usai balampah yaitu sebuah batu berbentuk daun telinga.
Wangsit yang ia peroleh mengatakan bahwa batu tersebut dapat
digunakan untuk mendengarkan dan memonitor musuh apabila
diletakkan pada daun telinganya. Namun setelah kemerdekaan
diperoleh oleh bangsa Indonesia, batu telinga itu pun gaib.
582