Anda di halaman 1dari 583

MANESER PANATAU TATU HIANG

Menyelami Kekayaan Leluhur


Tjilik Riwut
Sanaman Mantikei

Penyunting: Dra. Nila Riwut


BAB I
LOKASI, LINGKUNGAN ALAM, DAN
DEMOGRAFI DAERAH

Pulau Kalimantan Secara Umum


Dalam bahasa setempat, Kalimantan berarti pulau yang memiliki
sungai-sungai besar (kali ‘sungai’; mantan ‘besar’). Pulau Kalimantan
dikenal juga dengan nama Brunai, Borneo, Tanjung Negara (pada
masa Hindu), dan dengan nama setempat Pulau Bagawan Bawi
Lewu Telo. Pulau ini merupakan pulau terbesar yang dimiliki
Indonesia, luasnya mencapai lima kali luas Pulau Jawa. Kalimantan
dikelilingi laut, di sebelah barat ada Selat Karimata, sebelah timur
Selat Makasar dan Laut Sulawesi, sebelah utara Laut Cina Selatan dan
Sulu, dan sebelah selatan Laut Jawa.
Tanah Kalimantan termasuk formasi tertier yang amat tebal,
yang mulai terbentuk di bawah permukaan laut pada zaman
purbakala. Formasi ini menyebabkan tanah Kalimantan banyak
mengandung batubara dan batu karang di kaki gunung bekas pesisir.
Pada waktu ketinggian permukaan air laut berkurang, formasi tertier
ter-erosi hingga terpotong-potong dan bergelombang menjadikannya
daratan yang terputus-putus dengan bukit-bukit dan sungai-sungai
kecil. Pada umumnya tanah seperti ini kurang subur dan sukar diairi
untuk dijadikan sawah dan hanya berair pada waktu hujan.
Karenanya daerah ini hanya cocok untuk tumbuhan yang hidup di
tanah kering.
Pada tahap selanjutnya formasi tertier di pesisir dan teluk-teluk
lambat laun tertutup dengan formasi kwartier, yaitu formasi yang
lebih muda yang terbentuk dari tanah liat yang sebagian besar
tertutup gambut dari daun-daun yang berguguran. Tanah inilah yang
disukai petani untuk dijadikan sawah bayar atau sawah pasang surut.

Pulau Kalimantan memiliki pulau-pulau kecil, gunung-gunung,


sungai-sungai dan lain-lain. Beberapa pulau yang tercatat: Pulau
Labuhan, Maya, Bunyu, Tarakan, Karimata, Laut, Sebuku, Natuna,
Subi, Serasan, Teberian, Panebangan, Damar, Karayaan, Keramayan,
Nunukan, Sebatik, Bangkudulis, Baru, Tibi, Derawan, Panjang dan
Kakaban.
Pegunungan yang ada di Kalimantan: Pegunungan Kapuas,
Schwaner, Muller, Meratus, dan Madi. Gunung yang tertinggi di
Pulau ini terletak di Kalimantan Utara yaitu Gunung Kinabalu yang
tingginya 4.175 m dan Bukit Raya 2.218 m.
Bukit Raya yang berada di wilayah Indonesia memiliki tiga
puncak, dengan puncak tertinggi yang berada di tengah-tengah,
menurut peta topografi adalah 2.278 m. Orang Eropa pertama yang
mendaki Bukit Raya adalah G.A.F. Molengraaf, yang mencapai
puncaknya pada tanggal 7 Oktober 1894, walau bukan puncak yang
tertinggi.
Baru 30 tahun kemudian, pada tanggal 22-24 Desember 1924
puncak tertinggi Bukit Raya didaki oleh ekspedisi Botanika Jerman-
Belanda dibawah pimpinan Prof. Dr. Hans Winklen. Turut serta
dalam ekspedisi itu antara lain P. Dakkus, seorang Belanda dan dua
orang Indonesia, Rachmat, ahli dari Kebun Raya Bogor dan Entja,
seorang pekerja pada Herbarium di Bogor.

2
Beberapa tanjung yang tercatat di Pulau Kalimantan: Tanjung
Sampan Mangio, Datuk, Baram, Usang, Sambar, Silat (Selatan),
Puting, Layar, Mangkalihat, dan Malatayur.
Teluk yang ada: Teluk Berunai, Balikpapan, Adang, Paitan,
Marudu, St. Lucia, Datuk, Darvel, Kumai, Sekatok, Sampit, Serban,
dan Sebangau.
Sementara sungai-sungai yang tersebar di Kalimantan terdapat
di seluruh bagian Pulau. Di Kalimantan Utara: Sungai Batang Lupar,
Trusan, Krian, Padas, Batang Rayang, Kinabatangan, Kemenah,
Kagibangan, Baram, Segama, Sugut, Kalumpang, Radas, dan
Kalapang.
Di Kalimantan Timur: Sungai Sebuku, Kayan, Sembakung Berau,
Sesayap Karangan, dan Sekatuk Mahakam. Kalimantan Tengah:
Sungai Barito atau Murung dengan anak-anak Sungai Tewe, Murung,
Lahei, Kumai, Arut/Lamandau, Jelai, Kapuas, Kahayan dengan anak-
anak sungai, Sebangau, Katingan atau Mendawai, Mentaya atau
Sampit, dan Pembuang atau Seruyan.
Di Kalimantan Selatan: Sungai Martapura, Aluh-aluh Besar, Batu
Laki, Hantu, Durian, Barito (hanya sampai Kabupaten Barito Kuala),
Kupang, Batu Licin, dan Bahan. Kalimantan Barat: Sungai Kapuas
(Kapuas Bohang), Paloh, Sambas, Sebangkau, Ambawang, Sebakuan,
Melinsan, Mempawah, Landak, Kapuas Kecil, Kawalan, Kayung,
Sengkulu, Simpang, Pawan, Air Hitam Besar, dan Kendawangan.

Keadaan Tanah dan Tumbuh-tumbuhan

Di daerah-daerah pesisir, dimana sungai bermuara lebarnya 1


sampai 2 km, terdapat rawa-rawa yang pada waktu air pasang
tergenang air dan ditimbuni endapan yang terbawa oleh sungai-
sungai. Jika endapan mencapai tebal 1 meter dan tercampur dengan
gambut, tanah itu ditanami dengan tanaman-tanaman yang berakar,
yang suka zat asam yaitu famili nyrtaceae seperti jenis galam,
palmae, rumbia, kemudian keladi air, jenis pisang, kancur-kancur,
kesisap sayur, semangka, ubi jalar dan labu (waluh). Kemudian juga
famili compositae, jenis langsat, petah kemudi, galah motawauk,
famili papiliomacena, jenis sup-supan, kangkung, genjer, bingkai dan
balaran dali, dan famili nyphacacene.
Di pantai dimana tidak ada sungai-sungai bermuara, selain
berbatu karang terdapat tanah kering dan bentuknya bergelombang.
Tumbuh-tumbuhan di tanah kering pesisir ini: famili graminae, jenis
alang-alang, gelagah, telor belalang, telor jarum, paku payung,
kangkung, hutan krokot, wedasan, karmalaha, masisin, keramunting,
sukma, hutan, tambaran-tambaran.
Sementara tanah daratan di belakang pantai dan
bergelombang termasuk bukit yang tingginya sampai 120 m, dimana

3
terdapat kebun buah-buahan, tegalan dan sawah musim hujan
(sawah tadahan). Di daerah ini terdapat (dapat tumbuh) pohon-
pohon nangka, durian, rambutan, duku/langsat, kasturi, keminting,
pisang, pepaya, dan terutama karet.
Di tanah-tanah yang kurang subur karena erosi hanya dapat
tumbuh tanaman jika zat lemas dan fosfor cukup seperti jenis: buntut
tikus, tusuk konde, bayam duri, kerokot hijau, dan kerokot merah,
jukut, maman hutan.
Danau-danau di Kalimantan dipergunakan sebagai tempat
pemeliharaan ikan-ikan, bebek (itik) dan kerbau. Tumbuhan
bydeilla-yerticellata dan diatome sangat subur dan menjadi sumber
makanan ikan. Danau-danau yang terkenal: Danau Meninjau,
Jempang, Melintang, Bulan, Semanjang, Sembuluh, Hampangen,
Kamipang, Madara, Sentarum, dan Luard.
Di tanah datar dan pegunungan dapat diusahakan padi. Jenis-
jenis padi yang digunakan termasuk jenis padi gunung yaitu:
Rantaumudik, Badagai, Lurus Raden, Manjan Delima, Gadis,
Umbang. Beberapa jenis didatangkan dari Bogor.

Hutan

Selain terkenal dengan sungai-sungainya yang lebar (ada yang


200-1500 m) dan dalam serta panjang (300-500 km), Kalimantan
juga terkenal dengan hutannya yang lebat dan sebagian besar belum
pernah diinjak oleh telapak kaki manusia.
Bila naik pesawat terbang di atas Kalimantan, akan nampak
hutan rimba belantara yang luas dan tentunya banyak binatang-
binatang buas sebagai penghuninya seperti macan dahan (hangkuliah
bahasa Dayak), orang hutan (kahiu alas), beruang, landak, ular
sawah, dan buaya.
Sampai sekarang sebagian besar Kalimantan masih terdiri dari
hutan rimba raya dengan kayu-kayunya yang besar-besar, mencapai
lebih dari satu meter garis tengahnya. Hutan ini merupakan salah
satu sumber atau gudang penghasilan dan kemakmuran rakyat dan
negaranya. Hal ini telah diperhatikan dunia luar semenjak jaman
penjajahan Belanda hingga penjajahan Jepang.
Pembukaan Kalimantan sebagai rencana raksasa dimulai dari
Bapak Gubernur Kalimantan Dr. Murdjani. Hal ini merupakan satu
ide yang besar sekali karena hasil hutan Kalimantan bukan hanya
memberikan kemakmuran dan kebahagiaan untuk beratus-ratus ribu
manusia dalam satu atau dua abad saja, tetapi akan memberikan
kemakmuran bagi beribu-ribu juta manusia sampai beratus-ratus
abad.
Hutan Kalimantan yang begitu luas, memiliki hasil alam yang
beragam. Di antaranya: kayu ulin (tabalien, bulin, onglin,

4
eusideroglon, zwageri) yang terkenal dengan nama kayu besi, kayu
damar, kayu lanan, kayu garunggang, kayu tampurau, kayu rangas,
kayu meranti, kayu bangkirai, kayu rasak, kayu palepek, kayu meran
bungkan. Kemudian ada kayu bangalan (agathis) atau pilau yang
dapat dijadikan tripleks, kertas, korek api.
Sementara rotan (uei bahasa Dayak, pekat bahasa Banjar)
banyak dikirim ke luar Kalimantan seperti ke Jawa bahkan ke luar
negeri. Beberapa jenis di antaranya: rotan taman, rotan sigi, irit,
achas, semambu, tantuwu, lilin, belatung, bajungan dan lain-lain.
Beberapa lilin, madu, kulit kayu, bermacam-macam damar dan getah
(karet) melengkapi kekayaan hasil hutan Kalimantan.
Dalam pembagian vegetasi menurut Dr. Schimper, hutan di
Kalimantan masuk ke dalam golongan hutan hujan tropis, yang
dibagi-bagi lagi dalam beberapa formasi: hutan payau, hutan nipah,
hutan rawa, hutan bukit-bukit/belukar/primer, dan hutan gunung.

Iklim

Menurut Dr. A.H. Schmit dan Ir. J.H.A. Ferfuson dalam


verhandelingen no. 42 dari Jawatan Meteorologi dan Geofisika, iklim
di Kalimantan masuk dalam tipe A dan sebagian tipe B.
Tipe A adalah iklim yang mempunyai 12 bulan penghujan dalam
setahun, yaitu bulan yang hujannya lebih dari 100 mm. Sementara
tipe B adalah iklim yang memiliki 10-11 bulan penghujan dalam
setahun dengan 1-2 bulan kemarau.
Sementara menurut Dr. Mohr, iklim di Kalimantan termasuk
tipe I dan IA. Tipe I tidak mempunyai bulan kemarau sementara tipe
IA mempunyai 1-2 bulan kemarau.
Menurut alamnya, iklim dari tipe-tipe di atas ditumbuhi hutan
hujan tropis.

Kalimantan Utara
Daerah Kalimantan Utara sekarang adalah daerah Malaysia
Timur, berbatasan langsung dengan daratan Kalimantan wilayah
Republik Indonesia yaitu daerah Sabah. Kerajaan Brunai berbatas
langsung dengan daerah Kalimantan Timur. Daerah Serawak 1 ,
berbatas langsung dengan daerah Kalimantan Barat dan Kalimantan
Timur.
Abad kelima belas negeri Brunai, termasuk semua daerah
Kalimantan Utara dan Serawak yang sekarang, merupakan daerah
Kerajaan Melayu Malaka dan diperintah oleh seorang besar yang

1 Kuching.
5
bergelar Sang Aji. Setelah kerajaan Malaka jatuh, Brunai mendirikan
kerajaan sendiri dan merupakan pusat kebudayaan orang-orang
Melayu dan Solok Islam, di daerah Kalimantan Barat dan Pulau-
pulau Solok. Dari sinilah ajaran Islam menyebar sampai ke
Mindanau. Abad tujuh belas dan delapan belas masehi, kapal-kapal
Portugis dan Spanyol sudah pernah berlabuh di Brunai tapi tidak
dapat menaklukkannya. 2
Setelah tahun 1800 masehi, Inggris sampai di daerah itu dan
mencoba membuka daerah Labuhan atas persetujuan Raja Brunai.
Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama dan pada akhirnya
hanya ditinggalkan begitu saja. Pada tahun 1830 masehi, seorang
berkebangsaan Inggris pegawai dari East India Company, bernama
James Brooke, datang ke Brunai dan bersahabat dengan Pangeran
Hasyim yang memerintah negeri Brunai. James Brooke akhirnya
berhasil menjadi Raja Putih dan memerintah di bagian selatan negeri
Brunai yang kemudian daerah kekuasaannya diperluas sampai negeri
Serawak atau Kuching sehingga menjadi daerah naungan Inggris.
Akhirnya tahun 1889, Brunai pun bernaung dibawah kekuasaan
Inggris. Daerah ujung Kalimantan Utara yang disebut British North
Borneo, awalnya dikuasai Raja Brunai, yang kemudian takluk kepada
Sultan Solok 3 . Daerah itu kemudian dibeli oleh British North Borneo
Company dari Sultan Solok dan kemudian menjadi jajahan Inggris. 4

Keadaan Daerah

Keadaan daerah di Kalimantan Utara umumnya sama dengan


keadaan daerah-daerah Kalimantan wilayah Indonesia. Daerah-
daerah pesisir adalah daerah berlumpur/rawa yang pada umumnya
ditumbuhi oleh nipah-nipah. Makin masuk pedalaman, terdapat
tanah-tanah yang berombak dengan pegunungan. Pada umumnya
ketinggian maksimal 2000 meter dengan hutan belantara yang lebat.
Di daerah perbatasan ditemukan daerah pegunungan yang terpotong-
potong dengan lereng-lereng yang curam.
Lalu lintas darat sangat terbatas, dan hanya dijumpai pada daerah
perkotaan. Lalu lintas yang utama adalah di air, dengan
menggunakan perahu-perahu kecil atau speed boat. Sungai besar
adalah: Rajang, Baram, Limbang, Batang Lupat.

Sosial Ekonomi

2 D.Iken.D, Kompeni Belanda, Depok 1906, hlm.14 – 16 dan 220 – 221.


3 Masuk Philiphine
4 Sinar Harapan, 1 Juli 1978, KNI – AP.

6
Bangsa kulit putih dan pendatang lainnya bermukim di daerah
perkotaan. Bangsa Melayu, banyak yang bermukim di pedalaman.
Penduduk daerah pantai ialah suku Dayak Laut, yang terdiri dari
suku-suku Melayu, Kenyah, Kelambit, dan Murut. Adapun suku-suku
Dayak Darat terdiri dari suku-suku Iban, Punan, Kayan dan Bahau,
tinggal di daerah perbatasan atau pedalaman. Yang terbesar adalah
suku Iban, yang memiliki hubungan darah dengan suku Dayak di
Kalimantan Timur, seperti Bahau, Iban, Kayan, Punan.
Tiap-tiap suku Dayak memakai bahasa daerahnya masing-masing
yang satu sama lain berbeda. Bahasa pengantar ialah bahasa Iban.
Pada umumnya adat istiadat suku Dayak pada dasarnya baik. Mereka
berwatak keras dan jujur. Cara bergaul menunjukan keakraban, tetapi
kadang-kadang terjadi juga kekacauan hanya karena salah
pengertian. Dalam pergaulan mereka bersifat ramah tamah, tetapi
mudah tersinggung dan dendam.
Adat istiadatnya memiliki banyak persamaan dengan adat istiadat
suku Dayak di wilayah Kalimantan, yaitu berpegang teguh pada
ajaran nenek moyang, dan percaya kepada roh-roh yang sudah
meninggal. Bila dipandang dari adat istiadat yang sama dengan suku
Dayak di wilayah Indonesia, nampaknya semua berasal dari satu
turunan.
Pengaruh agama Kristen atau Islam terlihat pada suku Melayu
dan Tionghoa yang menempati sepanjang pesisir dan sepanjang
sungai. Untuk suku Dayak di daerah pedalaman sudah mulai
mengenal agama nasrani, akan tetapi sebagian masih beragama
Kaharingan.
Sistim pendidikan bagi penduduk pribumi di Kalimantan Utara,
sekolah dasar tiga atau enam tahun. Bahasa pengantar yang
dipergunakan di sekolah ialah bahasa Inggris atau bahasa Tionghoa.
Yang bisa melanjutkan ke pendidikan lanjutan hanyalah anak-anak
pejabat dan anak-anak orang berada saja. Untuk pendidikan agama
Islam diberikan oleh Kiai-kiai, sedang ajaran rohani agama Kristen
dan Katholik, diberikan oleh Zending dan Misi yang terdiri dari
orang-orang asing.
Dengan adanya pembatasan pendidikan di sekolah lanjutan, dan
bahasa yang dipakai adalah bahasa Inggris, serta kurangnya
penanaman tentang kebangsaan, mengakibatkan keinginan
penduduk untuk dapat berbahasa Inggris sangat besar. Bagi
penduduk pribumi, apabila ingin mencapai kemajuan, terlebih
dahulu harus mampu berbahasa Inggris.
Kebudayaan suku Dayak Kalimantan Utara, banyak
persamaannya dengan suku Dayak di wilayah Indonesia. Mereka
masih sangat memelihara tari-tarian, nyanyi-nyanyian dalam bahasa
daerah, mereka belajar dari nenek moyang. Kaum pelajar lebih
menyukai kebudayaan yang berbau asing, seperti dansa dan

7
menguasai lagu-lagu barat. Untuk daerah pedalaman, cara
pengobatan masih secara tradisional, dengan menggunakan akar-
akar kayu dan daun-daunan. Pengobatan secara modern mereka
lakukan hanya apabila mendapat bantuan dari pemerintah, misi dan
zending.

Kalimantan Barat
Ada teori yang mengatakan bahwa suku-suku Dayak pedalaman
yang pertama mendiami Kalimantan, sebelum Kalimantan terpisah
dengan Penisula Malaya, berasal dari daerah perbatasan yang
terbentang luas dari perbatasan Cina dan India sampai Tibet. Suku-
suku ini kemudian mengadakan perkawinan dengan bangsa Kaukasia
dan Mongolia. Dari keturunan ini lahir suku Punan dan Kenya 5 .
Kemudian datang imigran suku bangsa Murud dan Kayan, dari benua
Asia yang hampir menyerupai bangsa Mongol. Selain itu, menurut
para ahli etnologi, suku Karen di Birma dan suku Kayan di
Kalimantan, berasal dari turunan yang sama.
Penduduk pedalaman Kalimantan Barat yang tinggal di Kapuas
Hulu, terbagi dari beberapa Nanga suku dan berasal dari suku Punan
:
1. Nanga Enap berasal dari suku Punan Uhing.
2. Nanga Erah, berasal dari suku Punan Uhing.
3. Nanga Balang, berasal dari suku Buket.
4. Nanga Mentalunai, berasal dari suku Buket.
5. Nanga Talai, berasal dari suku Punan Kerco.
6. Nanga Belatung, berasal dari suku Punan Howong.
7. Nanga Tanjung Lakung, berasal dari suku Punan Howong.

Lokasi Wilayah dan Keadaan Daerah

Kalimantan Barat berbatasan di sebelah barat dengan Karimata.


Sebelah utara dengan Pegunungan Kapuas Hulu. Sebelah selatan
dengan Kalimantan Tengah. Sebelah timur dengan Pegunungan
Muller, Schwaner, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Gunung-gunung yang ditemukan di daerah Kalimantan Barat :
• Gunung Lawit, tinggi 1767 m.
• Gunung Saran, tinggi 1758 m
• Gunung Kerihun, tinggi 1790 m
• Gunung Nuit, tinggi 1700 m.

5 Tipe tengkorak brashyphal .


8
Daerah Kalimantan Barat terbagi atas tanah pegunungan
tinggi, tanah pegunungan rendah dan tanah dataran rendah. Tanah
pegunungan tinggi dan rendah, terdiri dari batu-batu beku, batu-batu
sendimen, dan batu-batu yang terjadi dari perubahan batu tersebut. 6
Batu-batu beku, ditemukan di pegunungan Paloh, pegunungan
Singkawang, Batas Landak, Tayan, Sanggau, Pegunungan
Kempayang, Pegunungan Gramiet, Semberuang, Semitu Hulu,
Schwaner, Muller.
Di tengah-tengah batu sendimen banyak ditemukan batu-
batu beku, dan di tempat ini banyak ditemukan juga gunung-gunung
yang bentuknya tidak seperti biasanya. Yang terkenal ialah Bukit
Kelam dekat Sintang. Batu-batu beku sebagian besar terdiri dari batu
dalam yang asa, misalnya granit dan kwartdioriet. Batu-batu yang
kelat terdapat di gunung yang sudah mati, yaitu Gunung Nait.
Letaknya sebelah timur laut Bangka, dikelilingi pegunungan Bayang.
Terdapat batu pasir, batu sendimen, batu lempeng, batu liat, dan
perubahan dari batu-batu tersebut.
Di beberapa tempat ditemukan marmer, yaitu di Gunung
Bayang, Pegunungan Hulu, sebagian besar dari Pegunungan Muller,
Pegunungan Tinggi Madi, Pegunungan rendah dari Bengkayang,
Landak, Sanggau, Melawi Utara dari batuan pasir. Lapisan-lapisan
dari batuan sendimen, sangat besar dan bergelombang besar dan
dalam.
Tanah datar rendah dibagi dua yaitu tanah datar rendah yang
muda, yang terletak dekat pantai dan tanah datar rendah dekat
Kapuas Tengah. Tanah datar rendah dekat petani ini, paling lebar
terletak di delta Sngai Kapuas dan di tempat yang di bukit-bukitnya ,
sampai di tepi laut dekat Singkawang, Sukadana. Yang tidak luas
dekat Kandawangan. Sungai-sungai yang mengalir melalui tanah
rendah tersebut, membuat pagung overwallen ditepinya. Diwaktu air
pasang, tanah di belakang pagung tergenang air, yang pada waktu
surut, air tersebut sulit untuk kembali ke sungai. Di Paloh dekat
Sambas, juga di Pontianak, terdapat sapok yang tebalnya bermeter-
meter.
Di tempat-tempat yang tidak digenangi air, terdapat tanah-tanah
autochtoom yang artinya tanah yang tidak beralih tempat. Asalnya
dari batu sungai, karena proses alam, batu tersebut berubah menjadi
tanah, dan jenis tanah ini tebal sekali. Batu-batu pasir dan
kwartsieten, lama-lama berubah menjadi pasir putih. Pasir putih
ditemukan banyak di daerah Kalimantan Barat. Di lembah banyak
dijumpai tanah persawahan yang subur.
Kesuburan tanah dapat dipertahankan karena pengaruh aliran air
yang membawa zat-zat makanan dari tanah yang berada disebelah

6 Metamorposen.
9
atasnya. Tanah liat laut yang masih muda sangat subur, seperti di
daerah mempawah yang dimanfaatkan sebagai daerah persawahan.
Tanah liat laut yang sudah tua, terletak agak jauh dari pantai. Tanah
tersebut tidak subur karena banyak zat-zat tanah yang hanyut oleh
rambang.

Iklim, Pertanian, Pengairan, Pertambangan

Kalimantan Barat adalah daerah yang banyak mengandung curah


hujan. Rata-rata setiap bulan 100 mm bahkan mencapai 350mm.
Pada bulan Januari- Pebruari, dan Juni – Agustus, curah hujan
sangat sedikit. Saat itu disebut musim kemarau pendek dan musim
kemarau panjang.
Pertanian yang dilaksanakan oleh penduduk :
• Pertanian yang tanamannya berumur panjang, misal, karet,
kelapa.
• Pertanian yang tanamannya berumur pendek.

Di Kalimantan Barat, ditemukan pengairan pasang surut, rawa sungai


dan pengairan tehnis. Yang banyak dijumpai ialah pengairan rawa
pantai, dan sungai.
Bahan tambang yang banyak ditemukan di daerah Kalimantan
Barat: intan, emas, koaline, sanstone, batubara, tembaga, mica,
mangan, bauksit, molydenite, cinnabar.

Kalimantan Timur
Penyebaran Penduduk

Penyebaran penduduk tidak merata. Penduduk yang menetap di


Kalimantan Timur, banyak pendatang yang berasal dari seluruh
Nusantara. Suku Banjar, hidup berkelompok. Mata pencarian utama,
menangkap ikan di laut. Penduduk Kubang Solok, keturunan Solok
dan Piliphine, menetap di sebelah timur pantai Berau. Suku Bugis
dan Mandar menetap di pinggir pantai. Suku Jawa, kebanyakan
bekerja di pertambangan batu bara. Di Kabupaten Kutai,
penduduknya didominasi oleh orang-orang Kutai sendiri. Suku
Punan, hidupnya masih mengembara, banyak berdiam di daerah
Kabupaten Kutai, Berau dan Bulongan. Suku Punan, sebagian besar
telah mengenal mata uang serta masih menggunakan sistim barter.
Mata pencariannya, berburu, menangkap ikan serta mencari
umbut-umbut kayu. Diantara suku Punan, ada yang mengenal satu
Tuhan Ma’Tau, tetapi pengaruh firasat yang dihubungkan dengan
kejadian-kejadian masih sangat besar artinya bagi mereka. Suku

10
Basap, terdapat di daerah Kutai, tetapi mereka lebih maju daripada
suku Punan. Suku-suku lainnya yang terdapat di Kutai ialah: suku
Benoa, suku Bahau, suku Tunjung, suku Kenyah, suku Ulon Dayo,
suku Berau. Yang terdapat di daerah Pasir ialah suku Pasir.
Orang-orang Melayu yang berada di Kalimantan Tmur, banyak
yang beragama Islam. Suku Dayak banyak yang beragama
Kaharingan, Kristen Protestan, Katholik. Keyakinan lama masih
sangat besar pengaruhnya. Adanya satu Tuhan, yang di beberapa
tempat terkenal dengan nama Tuhan Singei. Mereka juga masih
mempercayai mahluk-mahluk penjaga kampung, rawa, sungai, hutan,
pohon, dan sebagainya.

Perpindahan Penduduk

Penduduk yang mendiami Kalimantan Timur, didominasi oleh


suku Dayak, akan tetapi penyebaran tidak merata. Hal ini disebabkan
karena sumber kekayaan alam tidak merata. Juga adanya
perpindahan penduduk yang disebabkan karena usaha penduduk
dalam mencukupi kebutuhan ekonomi. Adanya keyakinan dalam
masyarakat yang menghubungkan firasat dengan gejala-gejala alam,
dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi.
Tahun 1967 terjadi perpindahan penduduk di wilayah Kalimantan
Timur yaitu dari kampung Long Puti 7 , ke kampung Lung Urug dan ke
kampung Long Lees 8 , sejumlah 328 jiwa. Dari kampung Long
Nawang, ke daerah Tabang dan Malinau berjumlah 4000 jiwa. Dari
Long Berang dan Long Heban Kabupaten Bulongan ke Muara Wahau
Kabupaten Kutai sejumlah 1500 jiwa.
Transmigrasi tertua di Kutai berasal dari suku Bugis. Banyak
mendiami daerah pantai, dan hidup sebagai nelayan. Walau mereka
berdomisili di Kutai, namun adat istiadat dan bahasa tetap mereka
pelihara dan pertahankan. Pendatang lain ialah suku Banjar, mereka
hidup terpencar di seluruh Kutai, dengan mata pencarian utama
berdagang. Suku Bajau, dalam jumlah kecil berdiam di Pamengkaran
dan Bontang dengan mata pencarian utama, menangkap ikan. Suku
Pasir berdiam di Sepan, Sotek dan Pemaluan. Bangsa Tionghoa,
menyebar di seluruh pelosok Kutai. Sebagian besar mata pencarian
mereka adalah berdagang.

Latar Belakang Sejarah 9

7 Long Nawang.
8 Muara Ancalong.
9 Monografi Kalimantan Timur, 1967, hal 12-14.

11
Sebelum Patih Gajah Mada dari Majapahit, melaksanakan
usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara, di Kalimantan
Timur ditemukan tiga buah kerajaan kecil yaitu:
1. Kerajaan Kutai.
2. Berau.
3. Pasir.
Namun kemudian ketiga kerajaan tersebut bernaung di bawah
kekuasaan Majapahit. Akan tetapi pada masa penjajahan ketika
Belanda, Inggris, Portugis menginjakkan kakinya di bumi Nusantara,
ketiganya terpecah lagi. Tahun 1870, akibat adanya politik kontrak
yang ditandatangani oleh Sultan Sulaiman, secara yuridis lenyaplah
kekuasaan kerajaan, walau sebelumnya ada perlawanan dari Sultan
Salahudin dan Panglima Perang Awang Lor, yang kemudian gugur
sebagai pahlawan.

Lokasi Wilayah dan Kondisi Daerah

Letak Kalimantan Timur, membujur dari barat ke timur antara


113 derajat 47 menit lintang utara dan 119 derajat bujur timur. Dari
utara ke selatan, antara 4 derajat 21 menit lintang utara dan 1 derajat
20 menit lintang selatan. Perbatasan-perbatasan:
• Sebelah barat dengan Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara-
Pegunungan Kapuas Muller.
• Sebelah timur dengan Selat Makasar.
• Sebelah selatan dengan Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah.
• Sebelah utara dengan Kalimantan Utara. 10

Perbatasan dengan Serawak, diatur dan ditentukan dengan suatu


perjanjian antara pemerintah kerajaan Belanda dan Inggris.
Perjanjian tersebut terdapat di dalam lembaran negara tahun 1892
No. 211. Pelaksanaannya dilakukan oleh panitia bersama dari kedua
kerajaan, sebagaimana tersebut dalam lembaran negara tahun 1916
No.145.
Beberapa gunung yang ditemui di Kalimantan Timur:
1. Gunung Kong Kemul, tinggi 2053 meter, Bukit Batu Tiban, tinggi
1704 meter, Gunung Kerihun, tinggi 1790, terletak di Kabupaten
Kutai.
2. Gunung Kundas, tinggi 1600 meter, gunung Cimanis, Gunung
Benua, perbatasan antara Kabupaten Berau dengan Kabupaten
Bulongan. Pegunungan Iban, perbatasan Kabupaten Berau

10 Malaysia Timur, Serawak, Brunai, dan Sabah.


12
dengan Apu Kayan 11 , Pegunungan Lasan, Suaran Gunung Mapa
dan Gunung Berum, Pegunungan Candi Hantu, Gunung
Tambalang, Gunung Sarati, Gunung Siagung.
3. Gunung Lumut, tingginya 1233 meter, dan Gunung Saren Pala,
tingginya 1380 meter. Di daerah Kabupaten Pasir, perbatasan
Pasir dengan Kabupaten Kutai dan Tabalong, yang masih aktif,
terletak di Kampung Baju 12 . Pegunungan Iban yang juga disebut
Pegunungan Kapuas Hulu merupakan perbatasan dengan daerah
Serawak 13 .

Sungai terbesar ialah Sungai Mahakam, terletak di Samarinda.


Sungai ini bersumber dari Gunung Iban 14 , dan bermuara di dekat
Selat Makasar. Sungai Mahakam, dari muara sampai ke Long Iram,
panjangnya 223 mil, bagian yang paling dalam 38 meter, dan yang
paling dangkal 4 meter. Kapal seberat 1500 ton dapat berlayar sampai
batu dinding yang letaknya lima puluh mil dari Samarinda.

Kalimantan Selatan
Keadaan Tanah

1. Dataran dan Lembah Alluvial Daerah rawa, terdapat di sepanjang


kaki pegunungan Meratus 15 , dan sebelah barat, berbatas dengan
daerah rawa. Enam puluh persen, terdiri dari tanah pematang,
kebun karet, belukar, dan kampung-kampung. Daerah
pegunungan seluas 212.750 Ha. Tinggi 800-2000 meter dari
permukaan laut, terdapat di pegubungan Meratus Babaris, di tepi
barat dan timur Pegunungan Babaris.
2. Berbukit berat. 50-300 meter dari permukaan laut, letaknya di
tepi barat Pegunungan Babaris, Pegunungan Meratus, juga di
bagian utara sepanjang Pegunungan Meratus 16 .
3. Berbukit ringan. 5-100 meter dari permukaan laut, letaknya di
tepi barat Pegunungan Babaris, Maratus. Kelanjutan
Pegunungan Maratus-Kusan-Babaris di bagian selatan. Bagian
timur berdaratan alluvial, sejak batas Kabupaten Banjar dan
Amuntai
4. Daerah batu/ tanah kapur/karang. Terdapat di daerah yang
berbukit-bukit dan daerah sepanjang tepi lembah Barito dari

11 Kabupaten Bulongan.
12 Kecamatan Talisayan.
13 Malaysia Timur.
14 Pegunungan Kapuas.
15 Barabai
16 Babaris, Amuntai, Tanjung.

13
Hulu Sungai sampai Martapura. Dari daerah ke daerah,
membentang jalur tanah kapur. Dari Mataraman hingga
sepanjang Riam Kiwa, melalui Pengarus sampai ke Koah, hingga
ke goa-goa kapur, terdapat gunung batu kapur. Endapan kapur
terdapat antara kedua sisi tembok tanah margel 17 .

Iklim

Sebagai daerah khatulistiwa, beriklim tropis yang umumnya


panas. Ukuran kelembaban :
• Banyak hujan, tiap-tiap bulan rata-rata enam sampai
limabelas hari dengan ukuran 156 – 343 mm.
• Pada musim hujan, suhunya rata-rata 17 celcius, musim
panas 30 celcius.

Kalimantan Tengah

Lokasi dan Lingkungan Alam

Propinsi Kalimantan Tengah secara astronomi berada pada


posisi 0045’ Lintang Utara (LU) - 3031’ Lintang Selatan (LS) dan
antara 1110 - 1160 Bujur Timur (BT). Secara geografis berbatasan
dengan Propinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur di sebelah
utara, Laut Jawa di sebelah Selatan, Propinsi Kalimantan Barat di
sebelah barat, Propinsi Kalimantan Selatan dan Propinsi Kalimantan
Timur di sebelah timur.
Luas wilayah Propinsi Kalimantan Tengah secara keseluruhan
sekitar 153.564 km2 atau lebih kurang 7,95% dari keseluruhan luas
Indonesia, terdiri dari hutan belantara seluas 126.200 km2, rawa-
rawa 18.115 km2, sungai, danau, dan genangan air lainnya seluas
4.563 km2 serta pertanahan lainnya seluas 4.686 km2 . Secara
administratif propinsi ini dibagi dalam 13 kabupaten dan satu kota
yaitu Palangka Raya yang menjadi ibu kota propinsi ini (pemekaran
wilayah tahun 2002).
Klimatologis Kalimantan Tengah termasuk daerah equatorial
yang beriklim basah dengan rata-rata delapan bulan basah dan empat
bulan kering. Rata-rata curah hujan, 2.814,6 mm, 145 hari dalam
setahun.

Demografi

17 Lempung kapur terdapat di Bulangan.


14
Penduduk utama adalah suku Dayak yang menggunakan lingua
franca bahasa Dayak Ngaju. Setelah Propinsi Kalimantan Tengah
terbentuk, kegiatan pembangunan mulai dilaksanakan. Jalan-jalan
mulai dibangun di Kalimantan Tengah yang wilayahnya sebagian
besar masih berupa hutan rimba belantara, seperti jalan dengan lebar
empat puluh meter yang menghubungkan Palangka Raya dengan
Tangkiling. Kemudian prasarana lainnya juga dibangun seperti
pembuatan bandara udara di Palangka Raya dan Pangkalanbun.
Untuk daerah-daerah yang belum mempunyai bandara udara,
pesawat terpaksa mendarat di air. 18 Namun tentu saja, saat itu,
pesawat udara belum merupakan sarana transportasi umum.
Pengerukan untuk pembuatan terusan yang menghubungkan satu
sungai besar dengan lainnya, mulai dilaksanakan, misalnya Terusan
Basarang yang kemudian diberi nama Terusan Milono 19 , untuk
mempersiapkan irigasi bagi program transmigrasi yang segera akan
dijalankan dengan mendatangkan para transmigran dari Jawa dan
Bali.
Kekayaan Kalimantan Tengah yang utama bukan hanya
kesuburan tanahnya, namun juga kekayaan isi buminya yang
mengandung minyak bumi, emas, batu arang (batu bara), tembaga,
kecubung dan intan, juga hasil hutan berupa kayu, damar dan rotan.
Kalimantan Tengah adalah propinsi ke 17 untuk wilayah
Republik Indonesia, yang di masa awal lahirnya propinsi ini, hanya
terdiri dari 6 daerah tingkat II yaitu:
1. Kabupaten Kotawaringin Barat
2. Kabupaten Kotawaringin timur
3. Kabupaten Kapuas
4. Kabupaten Barito Utara
5. Kabupaten Barito Selatan dan,
6. Kotamadya Palangka Raya.

Kalimantan adalah pulau terbesar ke tiga setelah Green Land dan


Irian Jaya. Sebagai akibat kolonialisme barat, bekas wilayah Inggris
di utara, menjadi wilayah negara Malaysia dan Kesultanan Brunei,
sedangkan bekas jajahan Belanda di selatan, menjadi wilayah
Republik Indonesia, yang terbagi menjadi empat propinsi, yaitu
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah.
Suku Dayak di Kalimantan Tengah terbagi menjadi beberapa
suku, diantaranya Manyan, Ot Danum dan Ngaju. Suku Dayak Ngaju
mendiami daerah sepanjang Sungai Kapuas, Kahayan, Rungan
Manuhing, Barito dan Katingan. Suku Dayak Ot Danum mendiami

18 Ada jenis pesawat tertentu yang dapat mendarat di air.


19 Nama Gubernur Kalimantan ketiga.
15
daerah sepanjang hulu-hulu sungai besar seperti Sungai Kahayan,
Rungan, Barito, dan Kapuas, juga di hulu Sungai Mahakam, sekitar
Long Pahangei di pedalaman. Suku Dayak Ngaju adalah mereka yang
berdiam di sebelah hilir, dan suku Dayak Ot Danum adalah mereka
yang berdiam di sebelah hulu. Batas kediaman suku Dayak Ngaju di
hulu Kahayan, hanya sampai desa Tumbang Miri 20 saja. Letak
kediaman suku Ot Danum di hulu Kahayan, yaitu di daerah utara
Tumbang Miri, dan di hulu Sungai Katingan, yaitu Sungai Samba,
hulu Sungai Kapuas, dan sebagian hulu Sungai Seruyan 21 , di Sungai
Kale, Desa Tumbang Sabetung.
Berbeda dengan perkampungan suku Dayak Ot Danum yang
pada umumnya merupakan daerah tersendiri 22 , maka suku Dayak
Ma’anyan tersebar di seluruh Kabupaten Barito Selatan, yaitu di tepi
timur Sungai Barito, terutama diantara anak-anak Sungai Patai,
Telang, Karau, Ayuh. Di timur suku Ma’anyan bersentuhan dengan
wilayah suku Banjar, yaitu di daerah Hulu Sungai Kalimantan
Selatan. Di barat, berbatasan dengan suku Dayak Bakumpai dan
suku Banjar daerah Hulu Sungai dari Sungai Barito. Di daerah aliran
Sungai Karau dan Ayu, suku Dayak Ma’anyan banyak bercampur
dengan suku Dayak lainnya, misalnya suku Dayak Lawangan yang
memang telah mendiami daerah itu sebelum suku Dayak Ma’anyan
memasukinya.
Menurut Mallinckrods, suku Dayak Ngaju, Dayak Ma’anyan,
Dayak Ot Danum berasal dari satu stramras, yaitu stramras Ot
Danum. Untuk hal ini perlu diadakan penelitian lebih lanjut dan
mendalam.
Suku Dayak Ngaju berasal dari suku Dayak Ot Danum juga,
tetapi kemudian karena mereka berdiam di daerah hilir, lambat laun
mereka mengalami perubahan kebudayaan sebagai akibat
berakulturasi dengan kebudayaan orang-orang Dayak di seluruh
Kalimantan. Di sini kelompok suku yang hidup di pedalaman
sesungguhnya mempunyai satu corak kebudayaan. Kesatuan mereka
ini adalah berdasarkan persamaan dalam beberapa unsur
kebudayaan, prinsip keturunan yang berdasarkan ambilinaal,
peralatan perang seperti mandau dan sumpitan, upacara kematian
yang bersifat potlatch dan kepercayaan asli yaitu agama Kaharingan.
Menurut Mallinckrodt 23 , suku Bakumpai adalah suku Dayak
Ngaju yang telah beragama Islam. Suku Bakumpai banyak mendiami
sepanjang Sungai Barito, di Tumbang Samba Sungai Katingan, di
sepanjang sungai Mahakam bagian tengah, diantaranya di Long Iram.

20 Sebagai desa terakhir.


21 Pembuang.
22 Khas Dayak Ot Danum.
23 Mallinckrodt , Adatreht van Borneo, 1928 .
16
Mallinckrodt menganggap bahwa yang termasuk stramras Ot Danum
adalah stammen groep der Ot Danom, stammen groep der Ngaju,
stammen groep der Ma’anyan dan Lawangan.
Dusun Barito, keluarga bahasa ini dipergunakan di
Kalimantan Tengah dan sebagian lagi di Kalimantan Selatan yaitu di
suatu wilayah yang di bagian barat di batasi oleh Sungai Sampit 24 ; di
utara dengan pegunungan Schwaner dan Muller, sungai-sungai
Busang, Murung dan Mahakam; di selatan dan timur 25 dibatasi oleh
laut Jawa dan Selat Makasar. Daerah keluarga Barito itu, menurut
Kennedy didiami oleh suku Dayak Ngaju, sedang menurut
Mallinckrodt oleh suku Dayak Ot Danum. Menurut klasifikasi
Hudson, bahasa Dayak Ngaju, termasuk dalam isolek bahasa Barito
Barat Laut, dan bahasa Ma’anyan termasuk dalam isolek Barito
Tenggara.
Di antara bahasa tersebut, bahasa Dayak Ngaju telah lama
menjadi lingua franca suku Dayak di Kalimantan Tengah, walaupun
akhir-akhir ini setelah Negara Kesatuan Republik Indonesia
terbentuk, bahasa Indonesia mulai menggantikannya. Peranan
bahasa Dayak Ngaju menjadi penting untuk daerah Kalimantan
Tengah berkat usaha zending Protestan dari Jerman dan basel yaitu
baselsche zending. Mereka telah memilih bahasa Dayak Ngaju dalam
penyebaran agama, antara lain dengan menterjemahkan Kitab Suci
ke dalam bahasa Dayak Ngaju.

Suku-suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah:


1. Dayak Ngaju.
2. Dayak Ma’anyan.
3. Dayak Lawangan.
4. Dayak Dusun.
5. Dayak Klementen.
6. Dayak Ot Danum.
7. Dayak Siang.
8. Dayak Witu.
9. Dayak Katingan.
10. Dayak Kapuas.

Bahasa daerah yang seringkali digunakan untuk


berkomunikasi:
1. Bahasa Dayak Ngaju, meliputi delapan puluh delapan suku kecil-
kecil.

24 Mentaya.
25 Tanpa menghiraukan bahasa-bahasa Melayu dan Bugis yang juga berada
di situ.
17
2. Bahasa Dayak Ma’anyan, meliputi empat puluh satu suku kecil-
kecil.
3. Bahasa Dayak Dusun, meliputi enam puluh suku kecil-kecil.
4. Bahasa Dayak Katingan, meliputi enam puluh delapan suku kecil-
kecil.

Peta Kalimantan Tengah

Dengan adanya pemekaran wilayah sesuai otonomi daerah,


wilayah Propinsi Kalimantan Tengah dipecah menjadi 14 daerah
setingkat kabupaten/kota. Selain lima kabupaten dan satu kota yang
sudah ada, delapan kabupaten pemekaran dibentuk dengan
menggabungkan beberapa kecamatan dari daerah kabupaten asal.
Daerah kabupaten yang baru tersebut adalah Kabupaten Barito
Timur, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Gunung Mas,
Kabupaten Katingan, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Seruyan, dan Kabupaten Sukamara.

Peta Kalimantan Tengah.


(Sumber : BAPPEDA Propinsi Kalimantan Tengah, 2003)

18
BAB II
PERJUANGAN SUKU BANGSA DAYAK

Zaman Perjuangan Suku Bangsa Dayak


Sejarah Singkat

Sebelum abad XIV, daerah Kalimantan Tengah termasuk daerah


yang masih murni, belum ada pendatang dari daerah lain. Saat itu
satu-satunya alat transportasi adalah perahu. Tahun 1350 Kerajaan
Hindu mulai memasuki daerah Kotawaringin. Tahun 1365, Kerajaan
Hindu dapat dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Beberapa kepala suku
diangkat menjadi Menteri Kerajaan.
Tahun 1620, pada waktu pantai di Kalimantan bagian selatan
dikuasai oleh Kerajaan Demak, agama Islam mulai berkembang di
Kotawaringin. Tahun 1679 Kerajaan Banjar mendirikan Kerajaan
Kotawaringin, yang meliputi daerah pantai Kalimantan Tengah.
Daerah-daerah tersebut ialah : Sampit, Mendawai, dan Pembuang.
Sedangkan daerah-daerah lain tetap bebas, dipimpin langsung oleh
para kepala suku, bahkan banyak dari antara mereka yang menarik
diri masuk ke pedalaman.
Di daerah Pematang Sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas, Kota
Bataguh pernah terjadi perang besar. Perempuan Dayak bernama
Nyai Undang memegang peranan dalam peperangan itu. Nyai
Undang didampingi oleh para satria gagah perkasa, diantaranya
Tambun, Bungai, Andin Sindai, dan Tawala Rawa Raca. Di kemudian
hari nama pahlawan gagah perkasa Tambun Bungai, menjadi nama
Kodam XI Tambun Bungai, Kalimantan Tengah.
Tahun 1787, dengan adanya perjanjian antara Sultan Banjar
dengan VOC, berakibat daerah Kalimantan Tengah, bahkan nyaris
seluruh daerah, dikuasai VOC. Tahun 1917, Pemerintah Penjajah
mulai mengangkat masyarakat setempat untuk dijadikan petugas-
petugas pemerintahannya, dengan pengawasan langsung oleh para
penjajah sendiri. Sejak abad XIX, penjajah mulai mengadakan
ekspedisi masuk pedalaman Kalimantan dengan maksud untuk
memperkuat kedudukan mereka. Namun penduduk pribumi, tidak
begitu saja mudah dipengaruhi dan dikuasai. Perlawanan kepada
para penjajah mereka lakukan hingga abad XX. Perlawanan secara
frontal, berakhir tahun 1905, setelah Sultan Mohamad Seman
terbunuh di Sungai Menawing 1 dan dimakamkan di Puruk Cahu.
Tahun 1835, Agama Kristen Protestan mulai masuk ke
pedalaman. Hingga Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus
1945, para penjajah tidak mampu menguasai Kalimantan secara
menyeluruh. Penduduk asli tetap bertahan dan mengadakan
perlawanan. Pada Agustus 1935 terjadi pertempuran antara suku
Dayak Punan yaitu Oot Marikit dengan kaum penjajah. Pertempuran
diakhiri dengan perdamaian di Sampit antara Oot Marikit dengan
menantunya Pangenan atau Panganon dengan Pemerintah Belanda.
Menurut Hermogenes Ugang 2 , pada abad ke 17, seorang
misionaris Roma Katholik bernama Antonio Ventimiglia 3 pernah
datang ke Banjarmasin. Dengan perjuangan gigih dan ketekunannya
hilir-mudik mengarungi sungai besar di Kalimantan dengan perahu
yang telah dilengkapi altar untuk mengurbankan Misa, ia berhasil
membapbtiskan tiga ribu orang Ngaju menjadi Katholik. Pekerjaan
beliau dipusatkan di daerah hulu Kapuas (Manusup) dan pengaruh
pekerjaan beliau terasa sampai ke daerah Bukit. Namun, atas
perintah Sultan Banjarmasin, Pastor Antonius Ventimiglia kemudian
dibunuh. Alasan pembunuhan adalah karena Pastor Ventimiglia
sangat mengasihi orang Ngaju, sementara saat itu orang-orang Ngaju
mempunyai hubungan yang kurang baik dengan Sultan Banjarmasin.
Dengan terbunuhnya Pastor Ventimiglia maka beribu-ribu umat
Katholik orang Ngaju yang telah dibapbtiskannya, kembali kepada
iman asli milik leluhur mereka. Yang tertinggal hanyalah tanda-tanda

1Sekarang Kabupaten Murung Raya.


2 Hermogenes Ugang, Menelusuri Jalur-Jalur Keluhuran, Sebuah Studi
Tentang Kehadiran Kristen di Dunia Kaharingan di Kalimantan. BPK
Gunung Mulia, 1983, hal 19.
3 Sejarah Gereja Katholik Indonesia, jilid I, Jakarta : Bagian Dokumentasi

Penerangan Kantor Wali gereja Indonesia, Taman Cut Mutiah 10, 1974, hal
338.
20
salib yang pernah dikenalkan oleh Pastor Ventimiglia kepada mereka.
Namun tanda salib tersebut telah kehilangan arti yang sebenarnya.
Tanda salib hanya menjadi benda fetis (jimat) yang berkhasiat magis
sebagai penolak bala yang hingga saat ini terkenal dengan sebutan
lapak lampinak dalam bahasa Dayak atau cacak burung dalam
bahasa Banjar.
Di masa penjajahan, suku Dayak di daerah Kalimantan Tengah,
sekalipun telah bersosialisasi dengan pendatang, namun tetap berada
dalam lingkungannya sendiri. Tahun 1919, generasi muda Dayak yang
telah mengenyam pendidikan formal, mengusahakan kemajuan bagi
masyarakat sukunya dengan mendirikan Serikat Dayak dan Koperasi
Dayak, yang dipelopori oleh Hausman Babu, M. Lampe 4 , Philips
Sinar, Haji Abdulgani, Sian, Lui Kamis 5 , Tamanggung Tundan, dan
masih banyak lainnya. Serikat Dayak dan Koperasi Dayak, bergerak
aktif hingga tahun 1926. Sejak saat itu, Suku Dayak menjadi lebih
mengenal keadaan zaman dan mulai bergerak.
Tahun 1928, kedua organisasi tersebut dilebur menjadi Pakat
Dayak, yang bergerak dalam bidang sosial, ekonomi dan politik.
Mereka yang terlibat aktif dalam kegiatan tersebut ialah Hausman
Babu, Anton Samat, Loei Kamis. Kemudian dilanjutkan oleh Mahir
Mahar, C. Luran, H. Nyangkal, Oto Ibrahim, Philips Sinar, E.S.
Handuran, Amir Hasan, Christian Nyunting, Tjilik Riwut, dan masih
banyak lainnya. Pakat Dayak meneruskan perjuangan, hingga
bubarnya pemerintahan Belanda di Indonesia.
Tahun 1945, Persatuan Dayak yang berpusat di Pontianak,
kemudian mempunyai cabang di seluruh Kalimantan, dipelopori oleh
J. Uvang Uray 6 , F.J. Palaunsuka, A. Djaelani, T. Brahim, F.D. Leiden.
Pada tahun 1959, Persatuan Dayak bubar, kemudian bergabung
dengan PNI dan Partindo. Akhirnya Partindo Kalimantan Barat
meleburkan diri menjadi IPKI. Di daerah Kalimantan Timur berdiri
Persukai atau Persatuan Suku Kalimantan Indonesia dibawah
pimpinan Kamuk Tupak, W. Bungai, Muchtar, R. Magat, dan masih
banyak lainnya.

Pakat Dayak

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, pada tahun 1937,


generasi muda Kalimantan yang telah mengenyam pendidikan
formal, mengerti dan mengikuti perkembangan zaman, mengadakan
pertemuan untuk membicarakan segala sesuatu mengenai urusan

4 Aktif di bidang Koperasi Dayak.


5 Aktif di bidang Koperasi Dayak.
6 Terakhir Gubernur Kepala Daerah Kalimantan Barat.

21
suku Dayak dan urusan tanah Dayak sendiri. Pertemuan ini diadakan
karena mereka merasa prihatin akan situasi dan keadaan masyarakat
sukunya. Dalam segala raad-raad atau komite-komite yang diadakan
oleh pihak pemerintah Belanda, ataupun pihak partikulir, orang-
orang dari suku Dayak tidak pernah diberi kesempatan untuk duduk
di situ, walau kenyataannya poin pembicaraan adalah urusan tanah
Dayak sendiri. Wakil Kalimantan di Volksraad Pejambon, juga tidak
memberikan perhatian sehingga keinginan rakyat Dayak tidak pernah
terdengar sampai Pejambon.
Kemudian didirikan suatu komite yang diberi nama Komite
Kesadaran Suku Dayak. Tujuan utama pendirian ialah untuk
menuntut hak dan kedudukan dalam Sidang Dewan Rakyat serta
mengobarkan semangat suku Dayak akan nasib tanah airnya. Komite
ini telah mengumpulkan beribu-ribu tanda tangan dari seluruh suku
Dayak, baik yang berdomisili di Kalimantan, maupun yang sedang
merantau, untuk meminta kedudukan dalam Dewan Rakyat yang
disampaikan kepada Pemerintah Agung.

Maksud dan Tujuan Pendirian Pakat Dayak

Maksud dan tujuan pendirian Pakat Dayak, seperti tersebut dalam


Anggaran Dasar, pasal 2 dan 3, adalah sebagai berikut: 7

Pasal 2
Dasar

Perhimpunan ini berdasar pada persatuan suku Dayak dengan


mengindahkan persamaan hak dan kewajiban. Maksud persatuan ini
ialah penggabungan seluruh suku Dayak, hingga merupakan satu
golongan yang besar dan teratur.

Pasal 3
Tujuan

a. Mengejar ketinggalan derajat suku, baik dalam soal politik, sosial


dan ekonomi.
b. Persatuan seluruh suku Dayak
c. Mengejar segala hak-hak yang diakui oleh Hukum Negara.
d. Mempertinggi kembali Adat Leluhur, serta Kebudayaan Suku.

7 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pakat Dayak.


22
Terlihat dari pernyataan tersebut bahwa perhimpunan Pakat
Dayak bukan perhimpunan keagamaan, sehingga siapapun yang
merasa seorang Dayak berhak menjadi anggota.
Dalam usianya yang keempat, Pakat Dayak telah beranggotakan
empat ribu lima ratus orang. Cabangnya tersebar di Dusun Timur,
Barito, Kapuas, Kahayan, Samarinda, Pontianak, Katingan, Mentaya,
Pangkalan Bun, Sebangau, Seruyan, bahkan dua cabang berada di
Jawa. Dalam waktu singkat, Pakat Dayak telah mampu membangun 9
buah sekolah serta berpuluh-puluh warung kecil.

Sejarah Singkat Pembentukan Propinsi


Kalimantan Tengah dan Pemancangan Tiang
Pertama
Kota Palangka Raya

Saat awal pembangunan ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah


(Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut)

Sejarah singkat pembentukan Propinsi Kalimantan Tengah dan


pemancangan tiang pertama Kota Palangka Raya dapat diketahui dari
sambutan Tjilik Riwut pada perayaan Hari Ulang Tahun ke-13 Kota
Palangka Raya yang diawali dengan sambutan seperti di bawah ini 8 :

“Bapak Panglima, Bapak Gubernur, ibu-ibu, saudara-saudara


para hadirin yang terhormat! 9
Bersyukur kepada Yang Maha Besar Tuhan bahwa pada
malam ini kami dapat menghadiri perayaan HUT XIII Kota
Palangka Raya, di Kota Palangka Raya, ibu kota Propinsi
Kalimantan Tengah yang kita cintai.
Pepatah mengatakan: “Tak kenal, tak cinta“, dengan demikian
untuk lebih mencintai Kalimantan Tengah dan ibu kotanya
Palangka Raya, maka perlu sekali kita mengetahui sejarah

8 Sejarah singkat ini disusun dan ditanda tangani oleh Mahir Mahar, G Obos,
dan Tjilik Riwut, pada tanggal 17 Juli 1970.
9 Ejaan telah disempurnakan. Penyunting, ns.

23
pembentukan dan perjuangannya. Sejarah singkat ini akan kami
baca secara bertingkat:”

Latar belakang Sejarah Pembentukan


Propinsi Kalimantan Tengah

Semenjak tahun 1954, bertubi-tubi mosi dan resolusi-resolusi


dan pernyataan-pernyataan dari parpol/ormas dan masyarakat
seluruh Kalimantan Tengah yang ditujukan kepada pemerintah pusat
dan pemerintah daerah yang pada pokok isinya adalah sama yaitu
“menuntut daerah otonom Propinsi Kalimantan Tengah
tersendiri”.
Selanjutnya pada akhir tahun 1956 waktu sidang parlemen atau
DPR Pusat membicarakan rancangan Undang-undang pembentukan
3 (tiga) Propinsi di Kalimantan yakni :
a. Kalimantan Selatan (dalam hal ini termasuk di dalamnya Propinsi
Kalimantan Tengah yang sekarang ini).
b. Propinsi Kalimantan Timur.
c. Propinsi Kalimantan Barat.

Maka hasrat rakyat Kalimantan Tengah yang disalurkan


melalui :
1) Parpol / ormas.
2) Penyalur Hasrat Rakyat Kalimantan Tengah.
3) Akhirnya disalurkan melalui Kongres Rakyat Kalimantan Tengah
dalam pimpinan Ketua Presidium Kongres, yakni Sdr. Mahir
Mahar, dan tokoh-tokoh Kalimantan Tengah lainnya, yang
dilangsungkan di Kota Banjarmasin mulai tanggal 2 s/d 5
Desember 1956, dihadiri oleh 600 utusan yang mewakili segenap
lapisan rakyat dari seluruh Kalimantan Tengah mengenai
Pembentukan Propinsi Kalimantan Tengah.

Maka dari hasil Kongres tersebut, telah melahirkan resolusi


sebagaimana yang kami baca sebagai berikut:

RESOLUSI
KONGRES RAKYAT SELURUH KALIMANTAN TENGAH

Kongres Rakyat Kalimantan Tengah, yang dilangsungkan


mulai pada tanggal 2 s/d 5 Desember 1956 di Banjarmasin, dihadiri
oleh 600 utusan-utusan yang mewakili segenap lapisan rakyat dari
seluruh daerah Kalimantan Tengah, mengenai Pembentukan Propinsi
Kalimantan Tengah.
24
Mendengar : Pandangan–pandangan, prasaran – prasaran dan
nasihat dari utusan- utusan rakyat, tokoh-tokoh
organisasi-organisasi, partai-partai dan badan-
badan yang menyalurkan perjuangan Rakyat
Kalimantan Tengah.
Memperhatikan : Keputusan Parlemen Republik Indonesia
pada tanggal 22 Oktober 1956, yang memberikan
ketentuan bahwa Kalimantan Tengah akan
dijadikan suatu propinsi Otonomi dalam jangka
waktu selambat-lambatnya Tiga Tahun.
Menimbang :
a. Bahwa jangka waktu yang ditentukan selambat-
lambatnya Tiga Tahun tersebut, belum dapat
menjadi dasar pegangan yang positip, padahal
suasana di Kalimantan Tengah dalam waktu akhir-
akhir ini sungguh menggelisahkan akibat dari
Semangat Rakyat yang meluap-luap
menghendaki segera terbentuknya Propinsi
Kalimantan Tengah.
b. Bahwa apabila hal ini dibiarkan, maka
kemungkinan akan timbul hal-hal yang akan
mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi
rakyat dan negara Republik Indonesia.

MEMUTUSKAN :

“ MENDESAK KEPADA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


AGAR DALAM WAKTU YANG SESINGKAT-SINGKATNYA,
DENGAN PENGERTIAN SEBELUM TERLAKSANANYA
PEMILIHAN UMUM UNTUK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
DAERAH, KALIMANTAN TENGAH SUDAH DIJADIKAN
SUATU PROPINSI OTONOMI “.

Keputusan ini dikeluarkan :


Di : Banjarmasin
Tgl : 5 Desember 1956
Oleh Kongres Rakyat Kalimantan Tengah

Tertanda
KETUA PRESIDIUM KONGRES

M.Mahar

25
D E W A N R A K Y A T K A L I M A N T A N T E N G A H.

LAMPIRAN

RESOLUSI KONGRES RAKYAT SELURUH


KALIMANTAN TENGAH

Dewan Rakyat Kalimantan Tengah, yang dibentuk oleh


Kongres Rakyat Kalimantan Tengah, dalam sidang plenonya tanggal 7
Desember 1956, telah memutuskan, mengeluarkan suatu saran
kepada pemerintah sebagai berikut :

A. Memohon kepada pemerintah agar mengeluarkan suatu


pernyataan, MENGAKUI dan MENYETUJUI SEPENUHNYA
AKAN TUNTUTAN Rakyat Daerah Kalimantan Tengah.
B. Pelaksanaannya dari pengakuan ini haruslah serempak dengan
pengangkatan gubernur-gubernurnya untuk Kalimantan Selatan,
Timur, dan Barat, dengan menyatakan bahwa dengan B E S L U I
T tanggal . . . No . . .(tidak terbaca ) menunjuk seorang yang
menjadi Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah.

Banjarmasin, 7 Desember 1956.

Dewan Rakyat Kalimantan Tengah

Ketua Sekretaris
:

d.t.t. d.t.t.

M. Mahar H. Ukur

26
Sidang Parlemen di Jakarta telah mensahkan Undang-undang
No. 25 tahun 1956 yang berlaku terhitung tanggal 1 Januari 1957,
tentang Propinsi Kalimantan lama dibagi menjadi 3 propinsi baru,
hanya dalam penjelasan Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa
sesudah 1 (satu) tahun dibentuk wilayah Propinsi Kalimantan Tengah
melalui Karesidenan terlebih dahulu.
Kongres Rakyat Kalimantan Tengah telah mengirim utusan
menghadap Gubernur Kalimantan (pada saat itu Gubernur Milono)
dan menghadap Pemerintah Pusat menghaturkan keputusan dan
tuntutan Kongres Rakyat Kalimantan Tengah yang telah dibaca di
atas tadi, serta memberikan penjelasan-penjelasan. Hasilnya
didapatkan pengertian dan persesuaian pendapat dimana
Pemerintah Pusat cq. Menteri Dalam Negeri telah mengambil satu
keputusan pada tanggal 28 Desember 1956 nomor: U.P.34/41/24,
antara lain menetapkan:

Mulai tanggal 1 Januari 1957 membentuk “Kantor


Persiapan Pembentukan Propinsi Kalimantan Tengah” yang
berkedudukan langsung di bawah Kementerian Dalam Negeri
dan sementara ditempatkan di Banjarmasin, dan ditetapkan
Personilnya terdiri dari 21 orang.
Dan berkantor sementara di Kantor Gubernur Kalimantan
lama dan Gubernur Milono sebagai Gubernur pada
Kementerian dalam Negeri ditunjuk / ditugaskan sebagai
Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah.
Adapun tugas-tugas yang menyangkut urusan Pemerintah
Pusat langsung bertanggung jawab kepada Menteri Dalam
Negeri.
Urusan daerah Otonom bertanggung jawab kepada
Gubernur Kepala Daerah Kalimantan Selatan.
Dalam hal ini untuk membantu Koordinasi Keamanan
Propinsi Kalimantan untuk memulihkan ketertiban dan
keamanan di Kalimantan Tengah maka dibentuklah Panitia
Pemulihan Keamanan Daerah Kalimantan Tengah yang terdiri
dari Anggota Presidium Dewan Rakyat Kalimantan Tengah
sebanyak 6 orang yang diketuai oleh Sdr. Mahir Mahar.

Latar belakang Sejarah Pembentukan/Penetapan Kota


Palangka Raya sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan
Tengah

Dengan terbentuknya Kantor Pembentuk Propinsi Kalimantan


Tengah yang sementara berkedudukan di Banjarmasin, bermunculan
lah suara-suara, tuntutan-tuntutan pernyataan dari parpol/ormas

27
dan dari daerah-daerah masing-masing menurut iramanya sendiri-
sendiri agar ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah ditetapkan di
daerahnya masing-masing.
Dari daerah Barito meminta agar Muara Teweh atau Buntok
menjadi ibu kota. Daerah Kahayan. Kapuas, menghendaki Kuala
Kapuas dan Pulang Pisau sebagai ibu kota. Daerah Katingan, Mentaya
(Sampit), Seruyan, menghendaki Kota Sampit menjadi ibu kota.
Daerah Pangkalan Bun pun tidak ketinggalan memberikan
saran/tuntutan agar Pangkalan Bun menjadi ibu kota.
Berkenan dengan itu, maka bapak Milono, Gubernur
Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah telah mengambil suatu
kebijaksanaan membentuk satu panitia untuk merumuskan dan
mencari di mana daerah atau tempat yang pantas/wajar untuk
dijadikan ibu kota propinsi Kalimantan Tengah.

Panitia tersebut dibentuk pada tanggal 23 Januari 1957, terdiri dari:


1. Mahir Mahar, Ketua Kongres Rakyat Kalimantan Tengah sebagai
ketua merangkap anggota.
2. Tjilik Riwut, residen pada Kementerian Dalam Negeri dpb.
Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah sebagai
anggota.
3. G. Obus, Bupati KDH dpb. Gubernur Pembentuk Propinsi
Kalimantan Tengah sebagai anggota.
4. E. Kamis, pensiunan Kiai kepala/pegawai PT Sampit Dayak di
Sampit sebagai anggota.
5. C. Mihing, pegawai Jawatan Penerangan Propinsi Kalimantan di
Banjarmasin sebagai anggota dan sekretaris.

Sebagai Penasihat Ahli:


1. R. Moenasir, Kepala Dinas PU Persiapan Propinsi Kalimantan
Tengah.
2. Ir. Van Der Pijl, pegawai PU Persiapan Propinsi Kalimantan
Tengah bagian gedung-gedung.

Setelah panitia mengadakan rapat-rapat serta menghubungi


tokoh-tokoh Kalimantan Tengah dan penjabat-penjabat pimpinan
militer dan sipil tingkat Kalimantan di Banjarmasin, antara lain
mendapat restu dari Kolonel Koesno Oetomo Panglima Tentara dan
Teritorium VI/Tanjung Pura, didapat kesimpulan, “bahwa di
sekitar Desa Pahandut di Kampung Jekan dan sekitar Bukit
Tangkiling ditetapkan untuk calon ibu kota Propinsi
Kalimantan Tengah“.

28
Alasan-alasan/dasar-dasar untuk memilih tempat tersebut menjadi
calon ibu kota antara lain sebagai berikut:
1. Karena ada perbedaan pendapat tentang calon-calon ibu kota,
misalnya ada yang mengusulkan Kuala Kapuas, Pulang Pisau,
Buntok, Muara Teweh, Sampit dan Pangkalan Bun, maka
dipandang perlu dicari satu kebijaksanaan untuk mengatasi
perbedaan pendapat ini.
2. Panitia berpendapat pula karena alasan penuntutan (1) diatas
perlu sekali dicari jalan keluar, yaitu mencari daerah baru yang
dapat diterima oleh sebagian besar rakyat Kalimantan Tengah
dan penjabat-penjabat pemerintah tingkat Kalimantan.
3. Panitia pun berpendapat, alangkah baiknya apabila calon ibu kota
itu berada di tengah-tengah masyarakat seluruhnya untuk
memudahkan melaksanakan proses kepemimpinan dan
koordinasi pada masa-masa yang akan datang, dan memiliki satu
kota baru yang dibangun di tengah-tengah hutan rimba dengan
kekuatan bangsa Indonesia sendiri di alam merdeka.
4. Dan lain-lain alasan dipandang dari sudut politik, sosial,
ekonomi, pertahanan keamanan dan psikologi.

Pada bulan Januari 1957, panitia telah berangkat menuju daerah


calon ibu kota dengan pimpinan M. Mahar, untuk mengadakan
penelitian dan pembicaraan dengan tokoh-tokoh masyarakat
setempat. Hasil dari peninjauan/penelitian tersebut telah dilaporkan
kepada Gubernur Pembentuk Propinsi Kalimantan Tengah,
Pemerintah Pusat, dan mendapat persetujuan sepenuhnya bahwa
daerah tersebut menjadi calon ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah.
Maka dengan Undang-undang Darurat No.10 tahun 1957, L.N.
No.53 tahun 1957 yang berlaku mulai tanggal 23 Mei 1957 yang
dinamai Undang-undang Pembentukan Daerah Swatantra Propinsi
Kalimantan Tengah dan merupakan perubahan Undang-undang
No.25 tahun 1956 tentang pembentukan daerah-daerah swatantra
propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan
Timur, dalam Pasal 2 ayat 1, undang-undang tersebut berbunyi
sebagai berikut:

“Ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah adalah Pahandut.


Untuk sementara waktu Pemerintah Daerah Swatantra
Propinsi Kalimantan Tengah berkedudukan di Banjarmasin.“

Sementara dalam pasal 3 ayat 1, Undang-undang tersebut dinyatakan


DPRD Propinsi Kalimantan Tengah terdiri dari 30 orang anggota.

29
Selanjutnya dengan Undang-undang No. 27 tahun 1959 L.N. No.
72 tahun 1959 ditetapkan bahwa ibu kota Propinsi Kalimantan
Tengah adalah Palangka Raya.
Sesudah Undang-undang Darurat tersebut ditetapkan maka pada
tanggal 17 Juli 1957 jam 10.17 menit telah diletakkan tiang pertama
ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah oleh Presiden RI Hal ini
disaksikan oleh masyarakat Kalimantan Tengah, pejabat- pejabat sipil
dan militer tingkat Kalimantan dan Kalimantan Selatan/Kalimantan
Tengah, serta 6 orang termasuk Menteri PUT, Ir. Pangeran
Mochamad Noor dan para Corps Diplomatik serta para wartawan
dalam dan luar negeri yang memprakarsai pendirian dan
pembangunan ibu kota Palangka Raya. Ir. Pangeran Moch. Noor
adalah Gubernur RI yang pertama di Kalimantan yang berkedudukan
di Yogyakarta dari tahun 1945 s/d 1949, yang memang telah
mempunyai rencana dan cita-cita membuka Kalimantan termasuk
Kalimantan Tengah.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
Des.52/12/2-206, tanggal 22 Desember 1959 telah ditetapkan untuk
memindahkan tempat kedudukan Pemerintah Daerah Kalimantan
Tengah dari Banjarmasin ke Palangka Raya terhitung mulai tanggal
20 Desember 1959.
Kemudian dengan Undang-undang No. 5 tahun 1965 Kotamadya
Palangka Raya dibentuk menjadi Kotamadya Otonom yang
diresmikan pada 17 Juni 1965 oleh Menteri Dalam Negeri. Satu
keistimewaan yang patut dicatat dalam sejarah Kotamadya Palangka
Raya, bahwa Lambang Kotamadya Palangka Raya telah diterjunkan
dari udara dan dibawa oleh sukarelawan/sukarelawati dari atas Kota
Palangka Raya bersama pasukan payung.
Sebagai catatan penutup/terakhir agar penjelasan bermanfaat
untuk kita bersama untuk memelihara dan meneruskan
pembangunan Kota Palangka Raya, disertakan amanat Bapak Milono
pada hari peletakan tiang pertama Kota Palangka Raya, yang
menyatakan:

“Nama yang diberikan ini ialah: Palangka Raya. Palangka


Raya artinya tempat yang Suci, yang Mulia dan Besar. Oleh
karena itu sesuaikan nama ini dengan cita-cita yang
dilahirkannya di Kalimantan Tengah dan semoga memberikan
contoh yang baik bagi lain-lain daerah.”

Demikianlah sejarah singkat dan latar belakang pembentukan


Propinsi Kalimantan Tengah dan penetapan Palangka Raya menjadi
ibu kotanya.

30
Presiden Republik Indonesia Pertama Ir. Soekarno,
mantejek tihang ije solake pembangunan Kota Palangka Raya,
tanggal 17 Juli 1957 jam 10.17 menit
(Foto : Dokumentasi keluarga Tjilik Riwut)

Gambar denah Kota Palangka Raya. – dua lembar.

31
DENAH
KOTA
PALANGKA RAYA

32
Raksasa Kalimantan Memanggil

Untuk melengkapi dokumen lahirnya Propinsi Kalimantan


Tengah, kesan pandangan mata rombongan para tamu yang hadir
dalam peristiwa tersebut, yang ditulis sendiri oleh mereka, dirasa
perlu didokumentasikan. Maka dalam tulisan ini dikutip, cerita
pengalaman Notosutarja, seorang wartawan yang telah mengikuti
perjalanan Bung Karno ke Kalimantan Tengah 14 Juli s/d 20 Juli
1957, dalam Harian Pemuda tanggal 30 Juli s/d 4 Agustus 1957.
Ejaan telah disempurnakan (lihat lampiran).

Piagam Palangka Raya 10

Kami peserta Konferensi Dinas Pembangunan Daerah


Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah, yang diadakan oleh
Penguasa Perang Daerah Kalimantan Tengah di Palangka Raya,
mulai tanggal 25 sampai dengan tangal 30 Nopember 1958, terdiri
dari seluruh unsur dalam Masyarakat, tokoh Militer, Sipil dan
Perwakilan Rakyat Daerah Kalimantan Tengah, dengan tekad disertai
pertanggungan jawab penuh, sesuai dengan hasrat daerah dan
masyarakat yang dicetuskan melalui saluran musyawarah dalam
konperensi ini, dikuatkan dengan keyakinan bahwa Yang Maha Kuasa
dan yang Maha Adil menyertai pekerjaan/perjuangan kami, memberi
dasar-dasar keyakinan hidup (conception of life) bagi rakyat di
daerah Kalimantan Tengah khususnya dan negara Republik
Indonesia umumnya, dalam hal ini mengikrarkan bersama :

Bersatu tekad, tidak terpisah-pisah, konsekuen serta setia


kepada keputusan konferensi dalam menyelenggarakan dan
menyelesaikan dalam segala lapangan pembangunan moril
dan materiil demi kemajuan dan mengangkat derajat hidup
yang layak bagi lapisan Rakyat dalam daerah Kalimantan
Tengah, khususnya dan Indonesia umumnya.
Palangka Raya, 30 Nopember 1958.
Atas nama seluruh peserta Konferensi
Pimpinan Kongres

1.Komandan Kodam 2. Pd Gubernur/Kep 3. Kepala Polisi


Kalteng, Daerah Kal-Teng Propinsi Kal-Teng
d.t.t. d.t.t d.t.t.
(Let.Kol Darmosugondo) (Tjilik Riwut) (R.Gampang
Prawirosastro)

10 Ejaan telah disempurnakan.


33
KONFERENSI DINAS PEMBANGUNAN DAERAH
SWATANTRA TINGKAT I KALIMANTAN TENGAH.

Peserta Konferensi Dinas Pembangunan


Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah.

NASKAH BERSAMA 11

Peserta Konferensi Dinas Pembangunan


Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah

MENGINGAT :

a. Pentingnya hasil Musyawarah Nasional


Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I
kalimantan Tengah, yang telah dilangsungkan dari
tanggal 25 Nopember 1958 sampai dengan tanggal
30 Nopember 1958.
b. Perkembangan pelaksanaan dan usaha-usaha
pembangunan selanjutnya.

MENIMBANG :

Perlu menciptakan Naskah Bersama sebagai


pegangan dasar atau landasan dari pada hasil
Musyawarah Nasional Pembangunan daerah
Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah, yang
merupakan konsekwensi dan kesetiaan terhadap
Daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila.

MEMUTUSKAN :

1. Dengan kebulatan tekad dan mendukung sepenuhnya,


menerima segala akibat dan resikonya, dengan
mengutamakan koordinasi kerja sama sebaik-baiknya, setiap
keputusan yang dapat dilaksanakan oleh daerah sendiri
(dalam hal ini penggunaan wewenang Peperda/Gubernur
Kepala Daerah, untuk menciptakan ketertiban daya kerja.

11 Ejaan telah disempurnakan.


34
Daya gotong royong, menuju Kemakmuran Rakyat dan
Keamanan).
2. Menyatakan tetap setia dan hormat kepada Pemerintah Pusat,
dan tetap berpegang pada Negara Kesatuan Republik
Indonesia, yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945,
yang bersendikan Pancasila,
mengantarkan/mempersembahkan hasil Musyawarah
Nasional Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Tengah, sebagai sumbangsih dari Daerah untuk
minta perhatian sepenuhnya.
3. Setiap penjabat/petugas baik Militer maupun Sipil dari Dinas-
dinas/Jawatan-jawatan, apabila terjadi
pemindahan/penggantian diharuskan mentaati NASKAH
BERSAMA yang diciptakan oleh segenap peserta Konperensi
Dinas Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan
Tengah yang dilangsungkan pada tanggal 25 Nopember 1958
sampai dengan tanggal 30 Nopember 1958 di Palangka Raya
(Ibu kota Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah).

DIBUAT DI : PALANGKA RAYA.


PADA TANGGAL : 30 NOPEMBER 1958.
JAM : 17.00.

A/n Peserta Konperensi Dinas Pembangunan


Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah :
Dari penjabat-penjabat Militer, Sipil, Wkl Rakyat, Pejuang, dan
Tenaga Ahli.

35
PENJELASAN DARI NASKAH BERSAMA.

Pertama : Konferensi Dinas Pembangunan Daerah Swatantra


Tingkat I Kalimantan Tengah adalah
merupakan kebulatan tekad dengan hasrat yang
penuh untuk membangun daerah menuju
kesejahteraan dan kemakmuran yang merata. Hal
ini adalah merupakan lembaran tulisan sejarah
TINTA-EMAS, oleh pelopor dari segenap
perwakilan tokoh-tokoh
Militer/Sipil/Jawatan/Pejuang/Buruh/Tani
keseluruhannya.
Kedua : Menginsafi dan menyadari bahwa apabila
setiap keputusan yang tidak diikat oleh
ketertiban, maka dikhawatirkan dalam
pelaksanaannya akan banyak menghadapi
kesulitan, kemacetan, dan lain-lain yang serupa.
Ketiga : Menjaga dalam perkembangan pelaksanaan
usaha Pembangunan selanjutnya, agar upaya
setiap penjabat/petugas, dimana terjadi
pemindahan/ penggantian, dapat melanjutkan
dengan tidak menyimpang atau menyalah gunakan
politik pembangunan yang menjadi tujuan Daerah
Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah.
Keempat : Menginsafi dan menyadari mengingat banyak
kesulitan dan penderitaan pemerintah pusat
sebagai akibat gangguan keamanan dalam negeri
yang terus menerus, maka perlu ikut serta
mengambil perhatian dan membantu dalam arti
pelaksanaan pembangunan daerah sebagai usaha
pemerintah pusat di daerah menuju kepada
kestabilan ekonomi, pemerintah dan pertahanan
wilayah sebagai bagian dari pada Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Kelima : Memberikan garis-garis besar ketentuan
dibidang Pembangunan, di mana yang dapat
dikerjakan atas kekuatan daerah, di mana yang
perlu meminta bantuan dan di mana yang
diserahkan kepada pemerintah pusat. Dengan
memberikan sumbangsih yang berwujud hasil,
Konferensi Dinas Pembangunan Daerah Swatantra
Tingkat I Kalimantan Tengah
menurut daya Kemampuan Daerah dan
Pemerintah Pusat.

36
Catatan : Naskah ini dibuat, disahkan dan ditandatangani
atas nama Peserta Musyawarah Nasional
Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Tengah yang menanda tangani Naskah
Bersama ini ditentukan/ ditunjuk oleh Rapat. 12

Laporan Singkat Pertemuan Delegasi Kalimantan


Tengah
dengan Pemerintah Pusat di Jakarta,
saat Penyerahan Piagam Palangka Raya 13

Laporan 14 singkat ini bercerita tentang pembicaraan delegasi


Kalimantan Tengah dengan Pemerintah Pusat di Jakarta ketika
membawa Piagam Palangka Raya, hasil dari Musyawarah Nasional
Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah yang diadakan pada
tanggal 25 s/d 30 Nopember 1958 di Palangka Raya.
Delegasi Kalimantan Tengah ini terdiri atas:
Ketua : Letnan Kolonel Darmosugondo,Komandan
Komando
Daerah Militer (Kodam) Kalimantan Tengah.
Wakil Ketua : Tjilik Riwut, Gubernur / Kepala Daerah
Swatantra
Tingkat I Kalimantan Tengah.
Anggota-anggota :
1. Raden Gampang Prawirosastro, Kepala Polisi Propinsi
Kalimantan Tengah.
2. J.C. Rangkap, Bupati/Kepala daerah Swatantra Tingkat II
Kapuas.
3. Kapten B. Bajupati.
4. Cyrillus Ulfah Ringkin, Anggota Polisi Negara.

Di Jakarta delegasi telah menemui :

12 Naskah Bersama ini ditanda tangani oleh seratus dua puluh orang wakil
peserta Konperensi Dinas Pembangunan Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Tengah, yang terdiri dari unsur Pejabat Militer, Pejabat Sipil,
Wakil Rakyat, Pejuang, dan Tenaga-tenaga Ahli.
13 Laporan ini dibuat pada tanggal 30 Desember 1958, oleh J.C. Rangkap,

Bupati/Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Kapuas, salah seorang peserta


delegasi.
14 Ejaan dan tata bahasa telah disempurnakan tanpa mengubah arti tulisan.

37
1. Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia Dr .Ir.
Soekarno.
2. Yang Mulia Perdana Menteri Republik Indonesia Ir.
Djuanda.
3. Yang Mulia Wakil Perdana Menteri II Idham Chalid.
4. Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Djendral A.H. Nasution.
5. Yang Mulia Menteri Dalam Negeri yang diwakili oleh Sekjen
Menteri Dalam Negeri Raden Soeparto.
6. Yang Mulia Menteri Pelayaran, Komodor Moh Nasir.
7. Yang Mulia Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Ir.
Pangeran Moh. Noor.
8. Yang Mulia Menteri Negara Urusan Transmigrasi Dr. F.L.
Tobing.
9. Wakil Ketua Dewan Nasional Ruslan Abdulgani.

15 Desember 1958
Delegasi berunding di Medan Merdeka Selatan 13 (bekas istana
wakil Presiden RI). Gubernur Tjilik Riwut sebagai Wakil Ketua
delegasi berhubungan dengan Istana dan Kementerian-kementerian.
Keputusan yang didapat bahwa delegasi dapat diterima pada tanggal
16 Desember 1958 oleh Y.M. Menteri Dalam Negeri.

16 Desember 1958
Jam 10.00 delegasi dengan resmi diterima oleh Sekjen Menteri
Dalam Negeri yang mewakili Y.M. Menteri Dalam Negeri
(berhalangan hadir karena sakit). Ketua delegasi Letnan Kolonel
Darmosugondo telah menyerahkan hasil Musyawarah Nasional
Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah dengan nama Piagam
Palangka Raya dan Naskah Bersama dalam bentuk satu buku. Dengan
singkat dijelaskan oleh Ketua Delegasi bahwa Musyawarah ini
merupakan sumbangsih dari daerah untuk merealisasikan
Pembangunan daerah Kalimantan Tengah sebagai lanjutan dari
Musyawarah Nasional Pembangunan Pusat.
Pelaksanaan pembangunan dalam jangka pendek (1 tahun) dan
jangka panjang (5 tahun) adalah menjadi pegangan dari musyawarah.
Para pelaksana boleh pindah, orangnya boleh berganti, jika perlu
mati, tetapi Piagam Palangka Raya, tetap menjadi pegangan bagi
pembangunan daerah. Y.M. Menteri (dalam hal ini Sekjen) yang
menghadiri sendiri musyawarah itu di Palangka Raya dan telah
mempersaksikan sendiri kesederhanaan tempat dan caranya, sangat
berbesar hati dapat menerima hasil musyawarah ini. Beliau
mengucapkan terima kasih kepada delegasi dan bersedia
menyampaikan hal ini kepada Y.M. Menteri Dalam Negeri, dan tiap-
tiap pokok yang tertulis dalam musyawarah itu akan disalurkan dan

38
dipelajari secara seksama oleh masing-masing bagian pada
Kementerian Dalam Negeri dan kementerian yang lain.
Yang Mulia Menteri selanjutnya meminta sedikit penjelasan
maupun tambahan dari isi Musyawarah itu. Ketua Delegasi
menyerahkan kesempatan untuk memberi penjelasan tersebut
kepada Wakil Ketua yaitu Gubernur Tjilik Riwut.
Secara singkat Gubernur Tjilik Riwut telah menguraikan beberapa
hal antara lain :
1. Pembangunan Kota Palangka Raya sedapat mungkin selesai
tanggal 17-8-1959, dengan pembangunan rumah-rumah dan
gedung sebanyak 300 sampai 400 buah.
2. Pembukaan jalan-jalan dan hubungan laut, darat dan udara
dipercepat.
3. PTT dan RRI supaya tahun 1959 dapat selesai dibangun.
4. Pengangkutan yang dapat dilaksanakan dalam jangka pendek
untuk kepentingan sipil dan militer diantaranya motorboat,
jeep, pick up,truck, dsb.
5. Penerangan listrik pada tempat-tempat penting di seluruh
Kalimantan Tengah.
6. Pelabuhan-pelabuhan baru di Mintin dan Kuala Kapuas, dan
memperbaiki dan memperluas pelabuhan Sampit dan Kumai.
Pengerukan muara Sungai Kapuas dan Kahayan.
7. Transmigrasi sangat diperlukan mengingat daerah sangat luas
sekali, sedangkan operasi makmur sebagian besar akan
dilaksanakan di daerah Kalimantan Tengah.
8. Dan lain-lain hal yang telah dijelaskan di dalam Piagam
Palangka Raya.

Y.M. Menteri Dalam Negeri telah memberikan kesediaan diri untuk


menjadi perantara agar delegasi dapat diterima oleh menteri-menteri
yang lainnya walaupun pada saat ini pemerintah sedang sibuk
menerima Tamu-tamu Agung, diantaranya Presiden India dan
disusul pula dengan Presiden Yugoslavia. Dengan ramah sekali Y.M.
Menteri menerima delegasi dan akan memberi bantuan yang besar
sekali bagi daerah Kalimantan Tengah.

17 Desember 1958
Delegasi diterima oleh Wakil Ketua Dewan Nasional Ruslan
Abdulgani di Gedung Dewan Nasional. Seperti pada tanggal 16
Desember 1958, waktu penyerahan Piagam Palangka Raya, yaitu pada
saat ini pula pada jam 10.15 Ketua Delegasi menyerahkan buku
tersebut kepada Wakil Ketua Dewan Nasional, dengan penjelasan
yang sama oleh Gubernur Tjilik Riwut, dengan tambahan
dimohonkan tenaga-tenaga ahli dan diterangkan bahwa jalan-jalan

39
menuju Sungai Hanyu, dimana akan didirikan Monumen Dewan
Nasional akan mulai dikerjakan pada tahun 1959.
Sebagai sambutan atas hasil musyawarah ini, wakil Ketua Dewan
Nasional antara lain mengatakan :
1. Bahwa hasil dari Musyawarah Dewan itu sudah lebih dahulu
diterima oleh Dewan Nasional di Jakarta.
2. Apa yang disampaikan ini adalah satu ketegasan dari
Kalimantan Tengah sebagaimana tebalnya buku ini, demikian
pula semangat hendaknya.
3. Keputusan-keputusan ini adalah tepat pada waktunya,
disampaikan kepada pemerintah Pusat, adalah tidak cepat
dan tidak pula terlambat.
4. Bekerja, di mana Dewan Perancang Nasional sekarang sedang
membuat rencana, adanya musyawarah ini adalah memberi
cukup bahan-bahan.
5. Bahan-bahan yang dibawa adalah lebih mendahului dari
orang yang ditunjuk menjadi Perancang Dewan Nasional.
6. Kami ingin menjadikan Kalimantan satu model dan modal
(sungai Hanyu khususnya) dengan Lembaga Pembangunan
Monumen Nasional. Monumen mana adalah satu perpaduan
antara materiel dan spritual. Cita-cita ini adalah berani.
Anggota Dewan Nasional Henk Ngantung mempunyai laporan
yang sangat berharga sekali yang dibawanya dengan lukisan
realitas keadaan Kalimantan.
7. Hasil Musyawarah ini akan disampaikan kepada Ketua Dewan
Nasional yaitu P.Y.M. Presiden Soekarno.
8. Tjilik Riwut sebagai anggota Dewan Nasional akan
diperintahkan melakukan perjalanan ke seluruh Tanah Jawa
untuk berhubungan dengan kepala-kepala daerah dan
instansi-instansi yang bersangkutan untuk mulai
melaksanakan sesuatu dengan nyata, dan akhirnya.
9. Beliau menaruh kepercayaan sepenuhnya kepada delegasi
bahwa Kalimantan bukan saja satu Pion, akan tetapi sedikit-
sedikitnya satu Benteng kalau tidak dapat disebutkan satu
Batu dari sudut geografis dari kepulauan Nusantara.

Dengan berbesar hati, delegasi sesudah diterima dengan ramah-


tamah meninggalkan gedung Dewan Nasional. Jam 11.00 delegasi
diterima oleh Y.M. Menteri Pelayaran Komodor Moh.Nasir, dan
sesudah Ketua Delegasi menyerahkan buku Piagam Palangka Raya,
maka Wakil Ketua, Gubernur Tjilik Riwut memberikan penjelasan
seperti kepada Y.M. Menteri Dalam Negeri dan Wakil Ketua Dewan
Nasional.
Dan lebih ditekankan lagi antara lain :

40
1. Minta kapal-kapal untuk pelayaran di pantai dan di sungai.
2. Membuat pelabuhan baru yang memperluas serta
memperbaiki pelabuhan-pelabuhan yang ada di Kalimantan
Tengah
3. Muara-muara sungai supaya dikeruk dan lampu-lampu untuk
tanda di laut diadakan.
4. Minta diadakan sekolah pelayaran di Kalimantan Tengah dan
membuat tempat pembangunan kapal-kapal yang dapat
dibangun di Danau Sambuluh Kuala Pembuang.

Y.M. Menteri menyatakan :


1. Dengan ucapan terima kasih menerima Piagam Palangka Raya
ini, dan akan mempelajarinya dengan seksama.
2. Kalimantan Tengah akan mendapat bantuan kapal yang
besarnya kira-kira 600 ton, dan kalau tidak ada halangan apa-
apa pada pertengahan Pebruari 1959 akan dapat diterima.

Y.M. Menteri, selain sendiri menerima delegasi dengan resmi dan


penuh ramah tamah, secara kekeluargaan merasakan diri berasal dari
Kalimantan karena semasa masih muda sudah kenal baik dengan
Bupati/Kepala daerah Swatantra Tingkat II Kapuas, J.C. Rangkap
sebagai olahragawan.
Jam 17.15 delegasi diterima oleh Y.M. Wakil Perdana Menteri II
Idham Chalid. Sesudah Ketua Delegasi menyerahkan hasil
musyawarah, Gubernur Tjilik Riwut menjelaskan garis-garis besar
apa yang menjadi tuntutan dari Musyawarah Pembangunan Nasional
diadakan di Palangka Raya.
Y.M. Perdana Menteri II menyatakan :
1. Terima kasih yang setinggi-tingginya karena delegasi telah
menyerahkan satu kepercayaan yang besar kepada Beliau sebagai
seorang anggota kabinet yang banyak memperhatikan
pertumbuhan daerah Kalimantan Tengah. Apalagi pula telah
terbuka hatinya untuk kepentingan pembangunan daerahnya
secara meluas.
2. Menteri Transmigrasi sedang betul-betul mempelajari agar tidak
terjadi kembali kegagalan mendatangkan transmigran ke daerah-
daerah. Semua kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan
yang dilakukan akan menjadi pelajaran di kemudian hari.
3. Menurut pendapat Beliau, delegasi ini adalah delegasi yang
pertama kali datang, yang sudah membawa hasil dari satu
Musyawarah Nasional Daerah, maka dengan demikian,
Pemerintah Pusat mulai lapang dadanya.
4. Sebaiknya harus ada satu orang yang tetap tinggal di Pusat,
supaya dapat mendesak Menteri-menteri dalam bidangnya

41
masing-masing. Dengan demikian Beliau merasakan segala
pembangunan akan dapat lebih lancar dilaksanakan daripada
hanya dengan surat menyurat saja.
5. Selanjutnya Beliau menyatakan apa yang disiarkan di surat kabar
dengan Proklamasi Negara Sumatera dan Kalimantan adalah
lelucon dari badut yang gagal.

Setelah delegasi menyatakan setia kepada Proklamasi 17 Agustus


1945, dan tetap berdiri di belakang Pemerintah Pusat dengan Kabinet
Karya yang sekarang, maka pertemuan ini diakhiri dengan masing-
masing mempunyai keyakinan yang penuh bagi pembangunan
daerah Kalimantan Tengah, karena delegasi telah diterima dengan
resmi, disamping perasaan hubungan kekeluargaan yang sangat erat
sekali dengan Y.M. Wakil Perdana Menteri II Idham Chalid, putera
Indonesia yang kebetulan dilahirkan di Kalimantan.

18 Desember 1958
Jam 08.55 pagi delegasi diterima oleh Kepala Staff Angkatan
Darat Letnan Jenderal A.H. Nasution. Ketua Delegasi Letnan Kolonel
Darmosugondo melaporkan diri datang dengan anggota-anggota
delegasi secara kemiliteran, kemudian menyerahkan buku Piagam
Palangka Raya dengan resmi. Wakil Ketua delegasi menjelaskan
seperti kepada Menteri-menteri pada hari-hari yang lalu. Yang lebih
ditegaskan pada hari ini adalah tentang pembangunan yang
merupakan gedung-gedung, asrama, rumah tempat tinggal,
pengangkutan seperti motorboat, motor tempel, jeep dan kendaraan-
kendaraan lainnya yang sangat diperlukan sekali oleh Ketentaraan
dan Kepolisian.
Kepala Staff Angkatan Darat dalam kata sambutannya
menyatakan beberapa hal berikut :
1. Kepala Staff Angkatan Darat akan memperhatikan Anggaran
Belanja untuk bangunan-bangunan termasuk objek Kodam di
Kuala Kapuas.
2. Pelaksanaan Transmigrasi.
3. Realita dari pembangunan dengan inisiatip dari partikelir
(swasta, red) dibantu oleh alat-alat pemerintah.
4. Agar pengusaha-pengusaha langsung mengambil perhatian untuk
pembangunan objek-objek. Terakhir beliau mengatakan supaya
daerah dengan segiat-giatnya bekerja, tidak hanya menuntut
kepada Pemerintah Pusat saja, kalau sudah terpenuhi masalah
keuangan dari Pemerintah Pusat, supaya dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya dan jangan mengambil keuntungan untuk diri
sendiri ataupun golongan.

42
Jam 10.20, Y.M. Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga menerima
delegasi. Setelah Ketua Delegasi menyerahkan Piagam Palangka
Raya, dengan kata pengantar seperti telah disampaikan kepada
Menteri-menteri yang terdahulu, maka Gubernur Tjilik Riwut sebagai
Wakil Ketua memberikan pula penjelasan-penjelasan dengan singkat
tentang hasil musyawarah, ditambah beberapa usul yang lain.
Yang Mulia Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Ir. Pangeran
Moh. Noor, menyampaikan kesannya antara lain :
1. Beliau sangat berterima kasih atas hasil yang telah ditelurkan oleh
musyawarah yang telah diadakan di Palangka Raya tersebut.
Beliau pada tanggal 28 November 1958 bersama-sama dengan
Perdana Menteri, Kepala Staff Angkatan Udara, Sekjen
Kementerian Dalam Negeri, serta penjabat-penjabat penting
lainnya mendapat kesempatan bersama-sama berada di tengah-
tengah Musyawarah itu.
2. Beliau menyatakan sedapat mungkin membantu mengusahakan
penyelesaian segala pekerjaan yang diputuskan oleh Musyawarah
itu.
3. Mengenai rencana penyelesaian pembangunan Kota Palangka
Raya pada tanggal 17-8-1959, Beliau mengajak kita bersama-sama
melaksanakannya.
4. Dana dari Kementerian PUT akan cepat dikeluarkan untuk
melaksanakan pembangunan, yaitu untuk segala pekerjaan yang
telah diotorisiert sedangkan budgeting kwartal pertama untuk
tahun 1959 sudah dapat diterima.
5. Bila anggaran belanja dari Kementerian-kementerian lain telah
tersedia dalam hal ini terutama sekali dari Kementrian Dalam
Negeri, maka Kementrian Pekerjaan Umum Tenaga akan
menyelesaikan pembangunan-pembangunannya dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan.
6. Beliau sangat berbangga sekali karena Kabinet Karya sekarang
telah dapat menyelesaikan rencana anggaran belanja tahun 1959
yang telah disetujui oleh Parlemen dan telah menjadi Undang-
undang, sehingga dengan jalan demikian, tentu segala
pembangunan dapat berjalan lancar.
7. Perundingan dengan Sovyet Unie (Uni Soviet, ed.) tentang
pinjaman 12 juta dollar (Amerika, ed.) sudah hampir selesai dan
Kalimantan Tengah juga akan mendapat bagiannya.
8. Dana rampasan Jepang juga akan diberikan untuk Kalimantan
Tengah.
9. Untuk belanja modal, juga sudah diberikan angka-angka yang
konkrit adalah sebagai berikut :
6 buah kapal keruk @ Rp. 5.000.000,- =Rp.
30.000.000,-

43
2 buah kapal tangki @ Rp. 74.000.000,- = Rp.
14.800.000,-
2 buah kapal tarik @ Rp. 3.900.000,- = Rp.
7.800.000,-
1 buah bis air @ Rp. 1.500.000 ,- = Rp.
1.500.000,-
Biaya pengerukan 120 km saluran induk
@ Rp.205.400,- / km = Rp. 24.648.000,-
Biaya pengerukan 120/5 x 10 km saluran
Sekunder 240 km @ Rp. 50.000,- = Rp. 12.000.000,-
Listrik untuk Sampit = Rp. 10.000.000,-
Untuk pembuatan jalan = Rp.
40.000.000,-
Total = Rp.140.748.000,-

Masih ditambah 1 juta dolar Amerika untuk pembuatan jalan-


jalan.

Angka-angka tersebut di atas hanyalah semata-mata dari


Kementerian PUT saja, jadi tidak terhitung dari Kementerian lainnya.
Beliau berharap pula bahwa Keputusan Musyawarah Nasional
mendapat sokongan dari kementerian-kementerian yang lain dan
Beliau sebagai putera Kalimantan akan turut serta
memperjuangkannya. Dengan demikian berakhirlah kunjungan resmi
dari delegasi pada Y.M. Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga,
bertempat di rumah beliau di Kebayoran Baru.

19 Desember 1958.
Jam 09.10. delegasi diterima oleh Menteri Negara Urusan
Transmigrasi. sebelumnya Ketua Delegasi menyerahkan Piagam
Palangka Raya terlebih dahulu Y.M.Menteri F.L. Tobing
menyampaikan beberapa kesan, antara lain:
1. Beliau sangat gembira atas kedatangan para delegasi.
2. Praktek yang tepat dan sederhana lebih baik dari pada teori yang
muluk-muluk.
3. Beliau bermaksud akan berkunjung pada pertengahan bulan
Januari 1959 ke Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah,
untuk beberapa soal yaitu :
a. Membicarakan dengan Pemerintah Daerah tentang ide-ide
baru dari pelaksanaan transmigrasi.
b. Menyerahkan tugas pada daerah.
c. Mengunjungi objek-objek transmigrasi sambil
memperhatikan sebab-sebab mandegnya pekerjaan yang
dilaksanakan.

44
4. Mengikuti kanalisasi dan rijstbodrijven oleh pertanian serta
perkembangan pembangunan Palangka Raya.

Kemudian Ketua delegasi Letnan Kolonel Darmosugondo


menyerahkan Piagam Palangka Raya, sebagai hasil Musyawarah
Nasional yang telah diadakan tanggal 25 s/d 30 Nopember 1958, yang
dihadiri oleh seluruh Pemerintah Sipil, Militer, diantaranya Penguasa
Perang Daerah Kalimantan Tengah selaku Pimpinan dan Gubernur
Kalimantan Tengah, serta Kepala-kepala Jawatan Tingkat Propinsi,
Bupati-bupati, Ketua-ketua DPR Peralihan, Wakil Ketua DPD
Peralihan, Perwira Distrik Militer, Kepala Polisi Tingkat Kabupaten
dan Tokoh-tokoh dalam masyarakat tani dsb. Jumlah peserta
mencapai lebih kurang 400 orang.
Dinyatakan juga bahwa Putusan Musyawarah ini adalah satu
sumbangsih dari daerah bukan untuk Kalimantan Tengah saja, tetapi
untuk warga negara Indonesia di seluruh Nusantara.
Pada saat itu delegasi menyampaikan satu masalah pokok yaitu
tentang transmigrasi. Transmigrasi yang dimaksud ialah transmigrasi
umum lokal dan spontan (suka rela). Daerah Kalimantan Tengah
yang sangat luas sekali sedangkan penduduknya sangat sedikit,
membuka pintu selebar-lebarnya untuk setiap warga negara Republik
Indonesia, karena di Kalimantan Tengah telah dilaksanakan Operasi
Makmur. Setelah itu Y.M. Menteri menyampaikan kesan-kesannya
yang terakhir bahwa untuk kepentingan transmigran, kedatangannya
di daerah tidak dihadapkan dengan rimba-rimba, dengan kayunya
yang besar-besar.

20 Desember 1958.
Sabtu jam 08.12, Y.M. Perdana Menteri Ir. Djuanda telah
menerima kunjungan delegasi di ruangan kerjanya. Delegasi
menghadap tanpa rombongan Ketua Letnan Kolonel Darmosugondo
yang berhalangan datang karena sakit. Pimpinan lalu dipegang oleh
Gubernur Tjilik Riwut. Setelah Gubernur menjelaskan bahwa Ketua
Rombongan Delegasi Letnan Kolonel Darmosugondo berhalangan
datang, beliau sebagai pimpinan menyerahkan Piagam Palangka Raya
sebagai hasil Musyawarah Pembangunan Daerah dan menjelaskan
berbagai hal sebagai hasil Musyawarah Pembangunan Daerah.
Penjelasan dari hasil musyawarah tersebut, diantaranya tentang
pembagian harta benda (inventaris) yang bergerak dari Kalimantan
dahulu untuk Kalimantan Tengah, bagi kepentingan sipil maupun
militer
Perdana Menteri kemudian menyampaikan pesan sebagai berikut
:

45
1. Y.M. Perdana Menteri sangat gembira atas musyawarah yang
telah di adakan di Palangka Raya secara sederhana dan unik
sekali. Beliau sendiri dapat menghadirinya pada tanggal 28
Nopember 1958, dan sempat memberikan amanat selama
beberapa menit.
2. Beliau menaruh perhatian yang besar kepada pembangunan
daerah dan beliau berikhtiar membantu sepenuh-penuhnya.
3. Beliau sangat gembira dengan adanya putusan musyawarah untuk
menerima transmigrasi untuk daerah Kalimantan Tengah.
Tentang asimilasi dari para transmigran di daerah akan diambil
perhatian sambil meninjau kembali dasar-dasar pengalaman yang
telah lalu.
4. Beliau terharu dengan adanya lapangan terbang Panarung di
Palangka Raya yang telah dapat dikerjakan secara gotong royong
oleh masyarakat. Beliau telah merasakan sendiri mendarat
dengan otter (twin otter, ed.) di Kalimantan di suatu lapangan
dari hasil jerih lelah masyarakat di daerah itu sendiri.

Yang Mulia Perdana Menteri juga memberikan kesediaan Beliau


sebagai perantara agar delegasi dapat menemui P.Y.M. Presiden dan
Beliau pada saat itu juga telah berhubungan dengan ajudan Presiden
di Istana.
Kemudian dari mulut Perdana Menteri keluar pernyataan bahwa
delegasi Kalimantan Tengah akan diterima oleh P.Y.M. Presiden
walaupun dalam beberapa menit saja, karena Kalimantan Tengah
adalah Anak Emas dari Presiden Sukarno.
Selama lebih kurang 45 menit delegasi secara resmi telah diterima
di Pejambon oleh Perdana Menteri. Perdana Menteri menyampaikan
kegembiraan Beliau dan meminta maaf kepada delegasi karena hari
sebelumnya, tanggal 19 desember 1958, sedianya akan diterima,
tetapi karena kesibukan Pemerintah dengan pertanggunganjawaban
kepada Parlemen, maka baru saat ini delegasi dapat diterima.

21 Desember 1958.
Jam 10.30 tepat, delegasi menghadap P.Y.M. Presiden Republik
Indonesia, Dr. Ir. Soekarno di Istana Merdeka. Delegasi menghadap
di bawah pimpinan Gubernur Tjilik Riwut (Ketua Delegasi Letnan
Kolonel Darmosugondo masih sakit). Pada saat ini pula pimpinan
Delegasi secara resmi menyerahkan Piagam Palangka Raya hasil dari
Musyawarah Nasional Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah
dengan diiringi penjelasan singkat.
P.Y.M. Presiden Soekarno kemudian menanyakan apakah
delegasi sudah menemui pemerintah ( Perdana Menteri ), dan
dijawab bahwa pada tanggal 20 Desember 1958 delegasi sudah

46
diterima oleh Perdana Menteri. Paduka Yang Mulia Presiden
mengajukan pertanyaan ini karena ingin mengetahui bagaimana
pendirian dari pemerintah tentang hasil musyawarah ini.
Kesan dari P.Y.M. Presiden adalah sebagai berikut:

“Saya akan mendesakkan kepada Pemerintah dan umumnya


instansi-instansi agar sedapat mungkin permintaan yang wajar
untuk pembangunan daerah-daerah dapat direalisasikan, wajar
dalam arti kata pantas, dan dapat dilaksanakan, baik dalam jangka
panjang, maupun jangka pendek. Tetapi kepada permintaan yang
tidak wajar, bukan saja sukar untuk memberikan dorongan kepada
pemerintah dan instansi-instansi, bahkan saya akan berkata
permintaan semacam itu kurang ajar.”

Selanjutnya Beliau mengatakan sejak semula saya mengerti


keinginan daerah, untuk membangun daerahnya. Bukan saja
Kalimantan Tengah, tetapi juga seluruh negara kita diperhatikan.
Saya ingin sekali datang untuk meninjau kembali ke Palangka Raya,
rindu hutan rimba, sungai-sungai dan kesunyian alamnya.
Beliau kemudian menanyakan kepada delegasi kapan beliau dapat
datang lagi ke Palangka Raya. Dijawab oleh Gubernur Tjilik Riwut
bahwa bila pembangunan Palangka Raya sebagai ibu kota dan alat-
alat pemerintah yang direncanakan berjalan lancar sedapat mungkin
sebagian besarnya pada tanggal 17 Agustus 1959 sudah dapat
berkedudukan di ibu kota itu, maka secepat mungkin, P.Y.M Presiden
dipersilahkan datang. Oleh karena itu delegasi memohonkan bantuan
Beliau dalam rangka mempercepat pembangunan Palangka Raya dan
seluruh Kalimantan Tengah.
P.Y.M. Presiden menanyakan apakah tugu controleur yang ada di
Anjir Serapat sudah dibongkar apa belum. Dijawab oleh
Bupati/Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Kapuas, J.C. Rangkap
bahwa tugu itu sudah dibongkar pada akhir bulan Desember 1957,
menjelang tahun 1958.
Presiden mengharapkan agar Anjir Serapat dan Anjir Kelampan
diperdalam agar lalu lintas tidak terhalang karenanya. Dijawab oleh
Gubernur Kalimantan Tengah bahwa pada tahun 1959, kedua anjir
tersebut akan dikeruk.
Kunjungan resmi ini berjalan hanya 32 menit dan sebenarnya
terlihat bahwa Presiden masih ingin menanyakan keadaan di
Kalimantan Tengah, akan tetapi terpaksa diakhiri karena ajudan
Presiden sudah memberi tanda bahwa waktu telah lewat. Ternyata
Menteri Pertahanan, Perdana Menteri, K.S.A.D., K.S.A.U., telah
menunggu kedatangan Presiden sehubungan dengan kedatangan dari
Tamu Agung Presiden Yugoslavia.

47
Delegasi merasa sangat lega, karena harapan yang dirasakan
semula sangat tipis untuk dapat menemui Kepala Negara di tengah
kesibukan beliau, akan tetapi ternyata, Pemerintah Pusat dan Kepala
Negara masih dapat memberikan kesempatan waktu untuk menerima
laporan dari mulut pimpinan delegasi sendiri, sebagai penyambung
lidah masyarakat di Kalimantan Tengah.

Pendapat Secara Umum

Delegasi sudah dapat diterima dengan sebaik-baiknya, oleh


Pemerintah Pusat dan Kepala Negara, dan telah menerima harapan-
harapan yang baik, sehingga mulai tahun 1959 adalah saat
dimulainya tahun karya untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur di seluruh Kalimantan Tengah.
Delegasi secara resmi telah diterima dengan penuh ramah tamah,
kekeluargaan yang erat, yang memberi kekuatan batin dan
menambah keyakinan untuk membangun secara nyata.
Dalam hal ini pelapor telah menyaksikan sendiri bahwa tokoh
Tjilik Riwut sebagai Gubernur Kepala Daerah Swatantra Tingkat I
Kalimantan Tengah, berbuat jasa yang besar untuk merintis jalan
bagi putera Daerah Kalimantan Tengah. Kalau awalnya delegasi agak
pesimis untuk dapat menemui Pemerintah dan Kepala Negara,
karena sedang menerima tamu-tamu agung yaitu Presiden India dan
Presiden Yugoslavia, maka dengan kebijaksanaan dari Tjilik Riwut
sebagai anggota Dewan Nasional, dapat menemui apa yang
diharapkan semula, yaitu menyampaikan Piagam Palangka Raya dan
Naskah Bersama, ke tangan Kepala Negara sendiri.
Dengan tidak melupakan juga jasa-jasa dari seluruh peserta
musyawarah dan anggota-anggota delegasi sendiri karena dengan doa
restunya telah dapat menyampaikan cita-citanya walaupun masih
dalam taraf perencanaan.

48
BAB III
ASAL MULA, ADAT ISTIADAT DAN
BUDAYA SUKU BANGSA DAYAK

Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa Dayak


Pengertian Dayak 1

Sebutan kata Dayak, adalah sebutan yang umum di Kalimantan.


Bahkan di seluruh Indonesia, setiap orang yang mendengar kata
Dayak, sudah tentu pandangannya tertuju kepada salah satu suku di
Indonesia yang mendiami Kalimantan.
Apakah arti kata Dayak itu yang sebenarnya? O.K. Rahmat dan R.
Sunardi, mengatakan bahwa kata Dayak adalah satu perkataan untuk
menamakan stam-stam yang tidak beragama Islam yang mendiami
pedalaman Kalimantan. Istilah ini sendiri diberikan oleh bangsa
Melayu di pesisir Kalimantan yang berarti gunung.
Bila Bangsa Melayu yang mendiami pesisir Kalimantan yang
memberi istilah Dayak kepada stam-stam yang tidak beragama Islam
yang mendiami pedalaman Kalimantan dan berarti orang gunung,
maka timbul suatu pertanyaan, siapakah orang Melayu itu?
Bila dilihat dari arti yang umum, tidak lain, yang dinamakan
bangsa Melayu pada waktu itu adalah orang-orang yang berasal dari
daerah Melayu dan berbahasa Melayu. Akan tetapi apabila yang

1 Encyclopoedie Nederlandsch Indie Op Het Woord Dayak


dimaksud dengan orang Melayu adalah orang Dayak yang telah
menganut agama Islam, akan terasa ada yang janggal.
Bila dilihat dari sisi orang Dayak sendiri, yang disebut orang
Melayu ialah orang-orang yang berasal dari daerah Melayu dan para
pendatang lainnya, selain Tionghoa, yang tinggal di Kalimantan.
Muncul lagi pertanyaan, apakah ada kata Dayak dalam bahasa
Melayu yang artinya orang gunung?
Sampai saat ini belum pernah ada kamus yang menyatakan
bahwa Dayak berarti orang gunung. Kemungkinan pengertian kata
Dayak sama dengan orang gunung, disebabkan karena sebagian
besar orang-orang Dayak tinggal di udik-udik sungai yang tanahnya
bergunung-gunung, tetapi bukan berarti bahwa kata Dayak berarti
orang gunung2. Di samping nama Dayak, kita kenal juga istilah
Dyak yang merujuk pula pada pengertian Dayak. Istilah Dyak ini
diberikan oleh orang-orang Inggris kepada suku-suku Dayak di
Kalimantan Utara.
Suku Dayak di Kalimantan, tersebar di seluruh pulau Kalimantan,
hidup berpencar, di hulu-hulu sungai, di gunung-gunung, lembah dan
kaki bukit. Untuk menyebut identitas diri, menyebut tempat asal,
mereka memakai daerah aliran sungai besar di mana mereka
bertempat tinggal. Misalnya yang berasal dari daerah Sungai Barito,
mereka menyebut diri sebagai uluh Barito, demikian pula yang
berasal dari daerah aliran Sungai Kahayan, uluh Kahayan. Ada uluh
Katingan, uluh Kapuas dan sebagainya 3.
Di antara orang-orang Dayak sendiri, ada yang keberatan
memakai istilah Dayak sehingga muncul istilah lain untuk Dayak,
yaitu Daya, yang populer di daerah Kalimantan Timur dan
Kalimantan Barat. Selain istilah Daya, kata Daya Sahawung,
diabadikan sebagai kompleks pelajar di Kuala Kapuas, yang namanya
Kompleks Pelajar Sahawung. Sahawung sendiri mempunyai dua
pengertian, pertama Sahawung adalah salah seorang pembantu
Ranying Hatalla yang bertempat tinggal di alam atas, dan pengertian
kedua, Sahawung berarti duta, jujur, sakti, mamut, menteng. Dayak
juga dapat berarti Sahawung. Suatu organisasi orang-orang Dayak,
diberi nama Partai Daya.
Dengan demikian kata Dayak dan Daya, dalam bahasa Ngaju,
menunjukkan kata sifat dan menunjukkan pula suatu kekuatan.
Demikian pula kata Sahawung, yang berarti sifat kepahlawanan
seseorang, gagah perkasa, dan tidak kenal menyerah4. Kalau kita

2 Scharer, Hans,Dr., Die Dajakische Religion in Ethaologischer und


Theologischer Sicht Evangelisches Missionmagasin pp.131 – 55 th 1944.
3 Scharer, Hans.Dr., Ngaju Religion . The Conception of God Among a

South Borneo People. The Hague – Martinus Nyhoff – 1963 hal. 2-3.
4 Sahawung, juga disebut Tahawung.

50
hubungkan sifat orang-orang Dayak di masa lalu, yang terkenal
dengan semboyan Menteng Ureh Mamut, yang berarti seseorang
yang mempunyai kekuatan gagah berani dan tidak kenal menyerah,
maka nama Daya Sahawung lebih condong kepada kata sifat. Dalam
bahasa Sangen, Dayak berarti bakena yang artinya gagah, cantik 5.

Asal Usul Suku Bangsa Dayak

Mengenai suku Dayak, masih terlihat adanya perbedaan-


perbedaan pendapat. Sebagian mengatakan bahwa suku Dayak
berasal dari langit ke tujuh6, dan ada pula yang berpendapat bahwa
suku Dayak berasal dari proto Melayu. Menurut tetek tatum, orang
Dayak berasal dari langit ke tujuh. Diturunkan ke bumi dengan
menggunakan Palangka Bulau 7, oleh Ranying Hatalla. Menurut
keyakinan orang Dayak yang berasal dari kepercayaan Kaharingan,
manusia diturunkan dari langit ke tujuh di empat tempat, yaitu:
1) Di Tantan Puruk Pamatuan, yang terletak di hulu Sungai
Kahayan dan Barito.
2) Di Tantang Liang Mangan Puruk Kaminting, yang letaknya
disekitar Gunung Raya.
3) Di Datah Tangkasiang, di hulu Sungai Malahui, yang terletak
di daerah Kalimantan Barat.
4) Di Puruk Kambang Tanah Siang, yang terletak di hulu Sungai
Barito.

Orang-orang Dayak yang diturunkan di tempat-tempat ini, saling


kawin mengawin satu dengan lainnya, lalu berkembang biak
menempati seluruh pulau Kalimantan.
Secara ilmiah dikatakan bahwa kurang lebih dua ratus tahun
sebelum masehi, terjadilah perpindahan bangsa Melayu yang
pertama ke Indonesia. Mereka datang secara bergelombang dari
daerah Yunan. Mula-mula mereka mendiami daerah pantai, akan
tetapi karena kedatangan bangsa Melayu muda, maka bangsa Melayu
tua atau proto Melayu, terdesak masuk ke pedalaman. Bisa jadi hal
ini disebabkan karena kalah perang atau disebabkan karena
kebudayaan Melayu tua lebih rendah bila dibandingkan dengan
Melayu muda.
Sebelum bangsa Melayu tua datang dan mendiami daerah
tersebut, menurut penelitian, di daerah itu telah ada bangsa Negrito

5 Cantik untuk perempuan. Bagus, cakep, gagah, untuk laki-laki.


6 Menurut tetek tatum.
7 Tempat sajen yang terbuat dari emas.

51
dan bangsa Wedda. Bangsa Negrito ciri-cirinya adalah sebagai berikut
:
1) bertubuh kecil.
2) warna kulit kehitam-hitaman.
3) rambut keriting.
4) bentuk kepala bundar dan menengah.

Sisa-sisa bangsa ini sendiri masih dijumpai di daerah Malaya, orang


Semang, dan orang Acta di Philiphina.

Ciri-ciri bangsa Wedda adalah sebagai berikut :


1) rambut ikal berombak.
2) kulit tidak terlalu gelap.
3) bentuk kepala menengah.
4) mata agak masuk ke dalam.
5) tubuhnya lebih tinggi dari pada bangsa Negrito.

Sisa-sisa bangsa ini masih kita jumpai di Malaka, orang Senoi,


orang Kubu di Palembang, orang Jambi di Jambi. Orang Tokea dan
Toala di Sulawesi, orang Tomuna di pulau Tomuna, bahkan mungkin
pula sisa-sisa suku bangsa ini terdapat di Pulau Jawa dan
Kalimantan. 8
Kohlbrugge, seorang Antropolog, membagi suku Dayak atas
dua bagian, yaitu :
1) Suku Dayak yang berkepala panjang atau dolichocephaall, yang
mendiami sepanjang Sungai Kapuas, dan bermuara di sebelah
barat kota Banjarmasin.
2) Suku Dayak yang berkepala bulat atau brachyoephaall, antara
lain suku Dayak Kayan, nama anak sungai dari Kapuas, Dayak
daerah Kahayan dan Dayak daerah Katingan.

Suku-suku Dayak yang hidupnya masih sangat sederhana, misalnya


suku Dayak Ot antara lain Ot Panyawung, Ot Siauw, Ot Mondai, Ot
Pari, Ot Saribas, Ot Olong-olong, kebanyakan tinggal di pegunungan
hulu Sungai Kahayan, Barito, Kapuas, Mahakam, dan di pegunungan
berbatasan dengan Kalimantan Utara. Kepiawaian suku Dayak Ot
dalam hal sumpit menyumpit sudah terbukti. Di masa lalu bangsa
Inggris dan bangsa Belanda sangat takut kepada suku Ot, karena
sering tanpa diketahui dari mana asalnya, sumpitan mereka
mengenai musuhnya.
Apapun pendapat para ahli mengenai asal usul suku Dayak,
penulis tetap pada pendirian bahwa suku Dayak adalah penduduk asli

8 Niewenhuis; Quer durch Borneo, 1904 – 1907, jilid 1.


52
Pulau Kalimantan. Walau dari pengalaman penulis ketika berada di
pedalaman, sampai ke udik-udik, banyak bertemu dengan suku
Dayak yang matanya agak masuk ke dalam, bisa jadi mereka itu
adalah campuran proto Melayu atau Melayu tua dengan penduduk
asli Pulau Kalimantan. Karena apapun juga, secara batin, suku Dayak
meyakini bahwa mereka berasal dari satu turunan, yang diturunkan
dengan Palangka Bulau dari langit ke tujuh oleh Ranying Hatalla.
Di masa lalu, diantara satu suku dengan suku lainnya di kalangan
suku Dayak sendiri, sering terjadi peperangan untuk mencari kepala
manusia. Inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab suku
Dayak tersebar di seluruh Kalimantan. Mereka mencari tempat-
tempat yang aman dari serangan suku lain, mengisolasikan diri dari
pergaulan dengan suku-suku lain. Akibatnya budaya diantara satu
suku dengan suku lainnya menjadi berbeda.
Demi keamanan dan keselamatan suku, mereka membangun
rumah besar, tinggi dan kuat, hingga dapat memuat seratus sampai
dua ratus orang didalamnya. Rumah tersebut disebut Rumah Betang
atau Lamin.
Suku-suku Dayak tersebar di Kalimantan, sebagian ada yang di
Kalimantan Utara 9, dan sebagian lagi di Kalimantan wilayah Republik
Indonesia. Sesungguhnya, bagi orang Dayak sendiri, tidak ada batas
pemisah yang secara tegas mengenai batas daerah ini.

Macam-Macam Suku Dayak dan Daerahnya

Suku Dayak, tersebar di seluruh Kalimantan, kebanyakan


berdiam di daerah pedalaman dan tidak banyak yang mendiami
daerah pesisir. Setiap suku memiliki bahasa daerah masing-masing,
bahkan bahasa daerah dari suku yang berada di daerah yang letaknya
tidak jauh, juga berbeda. Sebagai contoh, di daerah Kahayan dan
Kapuas, dari muara sungai sampai kurang lebih dua pertiga bagian
Sungai Kahayan, penduduknya mengunakan bahasa Dayak Ngaju.
Sementara itu di bagian hulu, bahasa yang digunakan ialah bahasa
Dayak Ot Danom. Kedua bahasa tersebut ternyata sangatlah berbeda.
Tiap-tiap suku dapat dibagi atas suku-suku yang sedatuk, dan
yang sedatuk dapat dibagi lagi atas suku-suku kekeluargaan.
Dapat disimpulkan bahwa suku Dayak ini terbagi menjadi :
1) Suku asal atau rumpun
2) Suku atau anak Suku
3) Suku yang sedatuk
4) Suku yang memiliki ikatan kekeluargaan atau sefamili.

9 Sekarang wilayah Malaysia dan Brunei


53
Di sini jelas, beberapa keluarga menjadi suku sefamili, yang
merupakan cabang dari suku yang sedatuk. Beberapa suku yang
sefamili, merupakan suku yang sedatuk. Beberapa suku atau anak
suku, dan anak suku lainnya, merupakan rumpun atau asal suku.
Suku Dayak di Kalimantan, terdiri atas tujuh suku. Ketujuh
suku ini, terdiri dari delapan belas anak suku yang sedatuk, yang
terdiri dari 405 suku kekeluargaan. Untuk mempermudah
pemahaman, pembagiannya adalah berdasar:
1) Suku asal atau Dayak
2) Suku besar
3) Suku kecil
4) Suku kekeluargaan.

Suku Dayak Ngaju

Terbagi menjadi 4 suku kecil, yang keempatnya terbagi lagi menjadi


90 suku paling kecil atau sedatuk rinciannya :
a. Dayak Ngaju, terbagi lagi dalam 53 suku-suku kecil
b. Dayak Ma’anyan terbagi lagi dalam 8 suku-suku kecil
c. Dayak Dusun, terbagi lagi dalam 8 suku-suku kecil
d. Dayak Lawangan, terbagi lagi dalam 21 suku-suku kecil.

Dayak Apu Kayan

Terbagi lagi menjadi 3 suku kecil dan kemudian terbagi lagi menjadi
60 suku paling kecil atau sedatuk yaitu :
a. Dayak Kenya, terbagi lagi dalam 24 suku-suku kecil
b. Dayak Kayan, terbagi lagi dalam 10 suku-suku kecil
c. Dayak Bahau, terbagi lagi dalam 26 suku-suku kecil

Dayak Iban dan Heban atau Dayak Laut

Terbagi lagi menjadi 11 suku-suku kecil

Dayak Klemantan atau Dayak Darat

Terbagi lagi menjadi 2 suku kecil, dan terbagi lagi menjadi 87 suku
kecil sedatuk
a. Dayak Klemantan atau Dayak Darat, terbagi lagi menjadi 47 suku-
suku kecil.
b. Dayak Ketungau terbagi lagi menjadi 40 suku-suku kecil.

Dayak Murut

54
Terbagi lagi dalam 3 suku, dan terbagi lagi dalam 44 suku kecil-kecil.
a. Dayak Murut, terbagi lagi menjadi 28 suku-suku kecil.
b. Dayak Idaan atau Dayak Dusun, terbagi lagi menjadi 6 suku-suku
kecil.
c. Dayak Tidung, terbagi lagi menjadi 10 suku-suku kecil.

Dayak Punan

Terbagi lagi menjadi 52 suku-suku kecil atau 4 suku daerah.


a. Dayak Basap, terbagi dalam 20 suku.
b. Dayak Punan, terbagi lagi dalam 24 suku.
c. Dayak Ot, terbagi lagi dalam 5 suku.
d. Dayak Bukat, terbagi lagi dalam 3 suku.

Dayak Ot Danum

Terbagi lagi dalam 61 suku kecil-kecil.

Total : 7 Suku Besar,18 suku kecil, dan 405 suku Kekeluargaan.

Penduduk Suku Dayak Seluruh Kalimantan10

10 Ini ada kumpulan dari penyelidikan penulis sendiri, semenjak tahun 1935
dan selainnya dari itu, ditambah (dikumpulkan) menurut keterangan
buku-buku yang ditulis oleh bangsa Eropa. Yakni :
J. Mallincrodt , Leiden, 1928 ke I, Hal 7 – 40,
Bouman t.a.p. ( Kalimantan Barat ) 1924 hal. 175
Hose II. Hal. 177,180
O.Rottr.Br.N.Borneo 1922, hal. 79
Spaan T.A.G. 1902. hal.521
Nieuwenhuijs I, hal 52- 55.
Von Dewall T.B.G. 1885 hal.438.
V. Walcheren 1907, hal 797.
Elshout t.a.p. hal 248
Schadee, hal 628
Bakker, hal.362, 369, 358, 412.
Barth : Overder afd. Sukadana 1896. hal 116
Gomes : 17 Ijears Among The se – Dijaks of Borneo 1911. hal 41
J. Mal. Bijdr.K.I. 1924. Hal.401.
Enthoven : Bijdr Geogr. W. Borneo, 1903, hal 425.
Sitsen 1922, hal.593.
House and Mac Douggall, hal 67
Jongejans : Uit Dajaks land 1922, hal 199, 215
Mill.Gezagh, Pimentel 1922.
Veth Borneo’s Wester Afdeeling 1854, hal 322.
Sitsen : Tentang Tanah Tidung 1922.
55
Bahwa seluruh pulau Kalimantan terdiri dari 405 suku kecil-kecil
dan setiap daerah memiliki bahasa daerah sendiri.

No. Nama Suku Bahasa Daerah Tempat


Tinggal
1 Dayak
Ngaju 11
1 Bara Dia Ngaju Kapuas, Pulau Petak,
Kuala Kapuas, Sebangau
Tengah, Banjarmasin,
Kahayan Hilir
2 Bara Hayam Ngaju Rungan Hilir
3 Bara Bara Nare Manuhing Kahayan
Narai/Bara
4 Nare Bara Nio Kahayan sampai daerah
Bara Kuala Kurun
5 Nio/Ngaju Bara Nyet / Dari Kuala Kurun
Ngaju sampai Tumbang
6 Bara Habaon
Nyet/Ngaju
7 Bara Urik/ Bara Urik S. Miri
Ngaju
8 Uluh Mantaya- Sampit S. Mantaya Tengah
Sampit
Katingan S. Katingan, sedikit di S.
9 Uluh Katingan Saranau, S. Tualan, dan
di Pundu
Tamuan S. Saranau, Hulu
10 Tamuan Seruyan, S. Cempaga,
dan sedikit S. Cempaga

11 Seruyan Kohin Seruyan Tengah


12 Mentubi Mentubi S. Mentubi-
Pangkalanbun
13 Bara Ki- Bakumpai S. Barito dan Kapuas
Bakumpai Hilir, daerah

Nieuwenhuis. Hal 535.


Schwaner 1887 jilid I, hal 160 – 171.
11 Keterangan :

a. No 1 s/d 7, 12 s/d 15, 17, 29, 31, Bahasa yang digunakan ialah bahasa
Dayak Ngaju bahasa Ngaju
b. No. 9,16,18,20 s/d 28, 30, 32s/d 35, Campuran bahasa Ngaju dan
Indonesia.
56
Marabahan dan sedikit
di Tumbang Samba dan
Longiran-Kalimantan
Timur
14 Bara Raren- Mangkatip Barito Tengah, dari
Uluh Mangkatip sampai
Mangkatip Ngaju Buntok
Ngaju S. Rungan, daerah Kuala
15 Kurun, Kahayan,
sebagian di Barito,
Kahayan sebagian di Mangkatip
Kahayan S. Kahayan, Mantaya
Tengah, sekitar Samuda,
sekitar Kasongan,
16 Samba, Long Takap-
Mahakam, Tumbang
Barangas: Sanamang
17 Barangas bahasa
18 campuran Daerah Alalak,
19 Banjar, Banjarmasin
Bara Je Bakumpai,
Kayu Tangi Ngaju Hulu Rungan, Kahayan
Dayak Bara Je Martapura
20 Kayu Tangi Daerah Pleihari dan
Dayak Riam Kiwa, Datah
21 Kedayan, Mencabung,
Tapin Belawayan, Lumpangi
22 Amandit dan Riam Kiwa
Labuan Amas Tapin
23 Daerah S. Amandit-
24 Amandit Labuan Amas Martapura
S. Amandit dan Riam
Alai Amandit Kiwa
25 Bukit-Dayak Hulu Riam Kiwa
Bukit Alai Daerah Pleihari dan
Bukit Hulu Riam Kiwa, dan
26 Pitap pegunungan Meratus
27 Daerah Hulu Riam Kiwa
Pitap
Balangan
Bajau 12 Hulu Riam Kiwa
Balangan Tanjung Pamukam, S.

12 Bukan suku Dayak, tetapi berasal dari Iiianon – pilipina.


57
28 Bajau Cengkal, S. Klumpang,
Kota Baru, S.Pasir,
Muara Pakasau, S.
Pasir Kuara, Tanjung
Panurikan
29 Pasir Tanjung Aru, Hulu S.
Kendilo, S. Pakasau,
30 daerah gunung
Kapuas Balikpapan, S. Pasir,
31 Tanah Grogot
Mentebah Kapuas S. Kapuas Tengah, S.
32 Kahayan Hilir
Sembuluh Mentebah S. Murung anak S.
Barito.
33 Arut Tamuan
Danau Sambuluh-
34 Arut Bangkal, Rungan
35 Bulik S. Arut Hulu dan
Pambuang Tengah,
Batang Kawa Bulik Durian Kait,
36 Belantikan Sukamandang, Sambi
37 Batang Kawa S. Bulik, Kotawaringin-
Belantikan dari Sungkup sampai
38 Ulang Lw Ijo
39 Lemandau S. Kawa, Kotawaringin.
Ulang S. Lemandau, S.
40 Bentian Lemandau Belantikan-
Murung Kotawaringin
41 Bentian
42 Tebilun Murung S. Ulang-Kotawaringin
43 S. Lemandau-
44 Bawu Kohin Kotawaringin
Lampeung/Bal S. Kapuas Hulu
oi Bawu S. Meruwai, S. Bluwit,
45 Tungka Lampeung/Sian anak S. Barito
Taboyan g Hulu S. Seruyan
46 Teweh Tungka
Taboyan Hulu S. Rungan
47 Hulu Barito -S.
48 Purui Lampiung
Taboyan S. Siwali, Montalat
49 Kuwing-Kohin S. Taboyan, S. Meriai,
Kohin daerah Tanjung Jawa,
50 Pananyui Muara Tewe
58
Purung Katingan S. Baoh Hulu Tewe
Purung
51 Lantu’ung Rantau Pulut hingga
Pasir Tumbang Manjul
52 Bawa Adang Katingan Hulu
Pasir S. Lempar, Kutai-
53 Kalimantan Timur
Bawa Dia Hulu S. Pasir-
Pasir Kalimantan Timur
54 Lolang Dekat Teluk Adang,
Pasir Pasir-Kaltim
Uluh
Mandawai Mandawai - Daerah Pasir, Tanah
Ngaju Grogot-Kaltim
Daerah Longkali, Lolo,
Kali Muara Talaken-Kaltim
Pasir Pangkalanbun, Kp.
Mandawai, berasal dari
Mandawai-Katingan
Daerah Longkali

2 Dayak
Ma’anyan 13

1 Ma’anyan Ma’anyan Telang, Paju Empat,


Siung Buntok
2 Patai – S.Patai
3 Ma’anyan Ma’anyan Tampa
4 Patai Paku-Ma’anyan S. Karau, Barito
Ma’anyan Ma’anyan
5 Paku S. Karau, Barito
Ma’anyan Paju Ma’anyan
6 X S. Dayu
7 Ma’anyan Paju Dayu-Ma’anyan Bintang Karang,
lV Ma’anyan Tumpung Murung,
Ma’anyan Dusun Timur, Tamiang
Dayu Layang, Blawa,
Ma’anyan Tumpangan Daka-
Barito

13 Bahasa yang digunakan ialah bahasa Ma’anyan.


59
3 Dayak
Lawangan 14

1 Lawangan Lawangan Ampah, Rodok, Patung


2 Karau Lawangan Ampah, Rodok, Patung
3 Singa Rasi Paku Tampa
4 Paku Ayus S. Ayus, Patas I dan II
5 Ayus bawu Leok Ara-Ayuh Hulu
Bawu
6 Taboyan S. Montallat
Taboyan
7 Mantararan Tungku Siwali-Montallat
8 Tungka Taboyan S. Taboyan-S. Teweh
9 Malang Mangku Petung
10 Taboyan Nyumit Teweh Tengah
Teweh
11 Mangku Anum Bantian Bernaung-Hulu Teweh,
Nyumit Pasir Hulu, S. Tuwang
di Kutai
12 Bantian Purui S. Bauk-Teweh Hulu
13 Tundung Mahakam Hilir
14 Leok Ara S. Teweh
15 Purui Bukit Tanah Tinggi, Hulu
Tundung Sungai
Leok Ara
16 Bukit Mangku Di Pasir
17 Benuwa Ma Sieam-Kutai
18 Bayan Bernaung-Hulu Teweh
19 Mangku Pauk Hulu Teweh
20 Benuwa Lemper Hulu Teweh
21 Bayan Tungka S. Tungku-Montallat
Pauk
Lemper
Tungka

4 Dayak
Dusun
1 Dusun Buntok sampai Trusan
2 Dusun Witu Dusun Sikan sampai Paring
Dusun Lahung

14 Bahasa yang digunakan ialah bahasa Dayak Taboyan dan Dayak


Lawangan.
60
3 Dusun Paring Lahung sampai
Bayan Tawan Bintang Ninggi
4 Karawatan Lemu
5 Karawatan Dusun Malawaken
6 Dusun Dusun Lue, Lahai, Nihan
7 Taboyan Karamaun Lahai dan beberapa
Malang Dusun di Barito
8 Karamaun Dusun Barito Tengah

Dusun Daya
5 Dayak Apu
Kayan 15

1 Kenya-Kenyah Kenya S. Mubung, S. Ala, S.


Ulu, S. Bengen, daerah
Bukit Payang-Hulu
2 Kenya Bauh Kenya Mahakam
3 Lepu Payah Kenya S. Baram – Serawak
4 Uma Klap Kenya Gunung Halat
5 Nyibung/Saba Kenya S. Rejang
n Long Pajungan
6 Kenya
7 Lepo Maut Kenya Long Pajungan
8 Ma Long Ma Alim Long Pajungan
9 Ma Alim Lepo Ko Pua, Pajungan
10 Lepo Ko Ma Badang Pajungan
Ma Badang Pajungan
11 Berau
Ulun Nerau Hulu Krayan, Kalun
12 Berau Tanah Tidung
13 Ulun Paya Kenya S. Malinau
14 Lepo Tau Kenya Long Nawang, Long Uru
15 Lepo Jalan Kenya Long Anyo Tek wan
Lepo Leka Kidaum, Uma Beh
Bam/Bom Moh
16 Tukung
17 Kulit Uma Tukung
18 Lepo Tukung Uma Bakung Ma Kulit Kiam
19 Lepo Kulit Baka Anye
20 Lepo Bakung Lepo Tepu Ma Baka
Baka Lepo Tepu Kayan
21 Lepo Tepu Lisan

15 Bahasa yang digunakan ialah bahasa Kenyah.


61
22 Lepo Kayan Uma Bam Beh
23 Lepo Lisan Ngure Lepo Tepu Kayan
24 Lepo Kayan Lepo Timei Talang Usun
Ngure/Urik Uma Bam Boh
Lepo Timei

6 Dayak
Kayan 16
1 Kayan S. Baram
2 Uma Pliau Naving S. Baram
3 Uma Naving Bawang S. Baram
4 Uma Bawang Paku S. Baram
5 Uma Paku Samuka S. Baram
6 Uma Samuka Lesung S. Rejang
7 Uma Lesung Daru S. Bintulu
8 Uma Daru Juman S. Bintulu, Datadian
9 Uma Juman Leken Long Pureh, dan
Uma Leken sepanjang Mendalam

7 Dayak
Bahau 17
1 Saputan S. Kasu
2 Saputan Pnihing Di sepanjang Mahakam
Pnihing/ dari Howang sampai
Penihing Sumwe
3 Kayan Dari Sumwe sampai
4 Kayan Long Glat Dini
Long Glat Dari Dini sampai Air
Jatuh di Kali Merasa
5 Ma Suling- dan Mendalam
Ma Suling Bahau Mendalam
6
7 Long Wai Long Wai-Bahau Long Wai
8 Uma Lohat Uma Lohat- Uju Lohat
9 Hwang Ana Bahau Ana
Hwang Tring Ana-Bahau Tepu
10 Hwang Tring-
Segai/Modang Bahau Berau dan Bulungan
11 Segai-Bahau
Hwang Sirau Sirau
12 Hwang Sirau-

16 Bahasa yang digunakan ialah bahasa Kayan.


17 Bahasa yang digunakan ialah bahasa Dayak Bahau.
62
13 Melarang Bahau Hilir Kayan
14 Ma Belur Melarang-Bahau Mendalam
Ma Lowang Ma Belur-Bahau Mendalam
15 Ma Lowang-
Uma Aging Bahau Tanjung Karang
16 Uma Aging-
Uma Pagung Bahau Tanjung Kuda
17
Uma Uma Pogung- S. Melinau di hulu S.
18 Bau/Uban Bahau Adio dan di hulu Tubu
19 Bahau Tidung
Uvang Dali Long Iram
20 Bahau Uvang Di Pantai S. Batuan
Bahau Bulungan
21 Uvang Hurei S. Merah
22 Ovang Hurei
23 Uvang Mekam S. Merah
24 Uvang Boh Mekam Hulu Mahakam
25 Uvang Sirap Uvang Boh Hulu Mahakam
26 Uma Mehak Uvang Sirap Semua sekarang bersatu
Uma Teliba - dan masuk Uvang Dali
Tunjung - di S. Anggen
Linggal -

8 Dayak Iban
/Heban/Day
ak Laut 18

1 Balau Balau Batang Lupar


2 Skrang Skrang Sungai Skrang
3 Sarbas/Saribas Saribas Saribas
4 Undup Undup S.Kantu, Merakai Hulu
5 Kumpang/Ulu Kumpang S.Kantor, Hulu Merakai
h Kanto

6 Sebuyau Sebuyau Di Pesisir Lundu


7 Seru Seru Kalaka, Serawak
8 Kanowit Kanowit S. Kanowit di Hilir
Leboyan Barat
9 Emran/Ulu Empran Daerah Danau dan
Batang Api Leboyan
10 Katibas Katibas Katibas, Hulu Embaluh

18 Bahasa yang digunakan ialah bahasa Dayak Iban/Heban


63
11 Gaat Gaat Hulu Embaluh

9 Dayak
Klemantan/
Dayak Darat
Klemantan

1 Salakau Salakau Samatan, Lundu


2 Dayak Darat Klemantan S. Sagau, S. Arut,
Kotawaringin
3 Klemantan Klemantan Hulu Batang Lupar,
Kapuas, Embaloh,
4 Maloh Maloh Sambas
5 Sedu Sedu Mandai, Kalis
Sakayam
6 Kembayan Kembayan
7 Songkeng Songkeng Sakayam
8 Tawang Tawang Sakayam
9 Galih Galih Sakayam 19
10 Ribun Ribun Baduwai
Sakayam, Tayan
11 Punti Punti
12 Kadukul Kadukul S. Punti
13 Piangah Piangah S. Kadukul
14 Sakubang Sakubang Piangah ? 20
15 Sakujam ?
Antara Sanggau dan
Ketungau
16 Mualang Mualang
Antara Sanggau dan
17 Ayuh Ayuh Ketungau 21
18 Bentiang Bentiang Ngabang
19 Batang Tarang Batang Tarang Tayan
20 Manyuke Manyuke Tayan
Tayan
21 Perenguan Perenguwan
22 Sareto Sareto Tayan
Semua di landak dan
23 Dait Dait Tayan

19 Bakker hal 362.


20 Kurang terang tempatnya.TR.
21 Bouman hal 195. Enth.II hal 697.

64
24 Dewa Desa Landak
25 Kuwalan Kuwalan Tayan
Tayan
26 Kancing Kancing
27 Katiyur Katiyur Tayan
28 Kenelas Kanelas Tayan 22
29 Taba Taba S. Keneles
30 Tebang Tebang S. Muna
S. Tebang
31 Banawas Banawas
32 Kerabat Kerabat S. Sejirak
33 Sawai Sawai S. Menterap23
34 Jawan Jawan S. Menterap
35 Taman Taman S. Jawan
S. Taman, Tebiau,
Kiungkang
36 Entuka Entuka
37 Samerawai Semerawai S. Entuka
38 Mangkok Mangkok S. Semerawai
39 Koman/Kuma Koman S. Mangkok
40 n Mahap S. Koman
Mahap S. Mahap
41 Sekadau
42 Ulu Sekadau Tanjung Daerah Sumber Sekadau
Tanjung Sekeliling tempat
43 Ambawang Belitang, Beketan-
44 Ambawang Sekilap Serawak24
45 Sekilap Ipoh S. Ambawang
46 Ipoh Siding S. Sekilap
47 Siding Empatung Hulu Peniti Besar25
Empatung Daerah Sambas
Daerah Sambas 26

10 Ketungau

1 Bandur/Banju Bandur Ketungau 27


2 r Tabun Ketungau
3 Tabun Bagelang Ketungau

22 Schadee hal 628 dan Enth.II. Hal 794.


23 No 32 s/d 34, disebut suku Menterap. T.R.
24 Hose II. Hal 320 dan Enth.II hal 697. –T.R.
25 Kater. T.B.G. 1887. Hal 183.
26 Bakker 1867, hal 195.
27 Boumen, hal.195.

65
4 Bagelang Demam Ketungau
5 Demam Senangan Ketungau
Senangan
6 Sakalau Ketungau
7 Sekalau Rakaui S. Rakui
8 Rakaui Malahui S. Malawi
9 Malahui Peturan S. Ketungau
10 Peturan Bugan S. Ketungau
Bugan
11 Marakai S. Ketungau
12 Marakai Marak S. Ketungau
13 Marak Laman Daerah Pinoh
14 Laman Tawa Keluas Daerah Pinoh
15 Keluas Laman Daerah Pinoh
Laman Tuha
16 Landau Daerah Pinoh
17 Landau Galata Daerah Pinoh
18 Galata Batu Daerah Pinoh
19 Batu Sandai Daerah Pinoh
20 Sandai Rangkang Daerah Pinoh28
Rangkang
21 Lamandau S. Lamandau
22 Lamandau Delang S. Delang
23 Delang Batang Kawah Batang Kawah
24 Batang Kawah Bulik S. Bulik
25 Bulik Mamah Antara Lamandau dan
Mamah Darat Bila
26 Ruku
27 Ruku Gunung Beah Hilir Jelai
28 Beah Baginci S. Beah 29
29 Baginci Kriau S. Baginci
30 Kriau Kayung S. Kriau, s Singa Puya
Kayung S. Tengah
31 Laur
32 Lauh/Laur Pasaguan S. Dake
33 Pasagun Jelai S. Pasaguan, Pamaha
34 Jelai Kendawangan Ulu
35 Kendawangan Tulak Jelai, Kotawaringin
Tulak S. Kendawangan30
36 Kecurapan S. Tulak

28 Mall.Bijdr.K.I.1924.Hal.399.
29 Barth. Hal.88
30 Barth.hal.124

66
37 Kecurapan Samandang
38 Samandang Kayu Bunga S.Kecurapan
39 Kayu Bunga Putatah S. Simpang
40 Putatah Milanau S. Simpang 31
Milanau Putatah
Milanu 32

11 Murut 33

1 Murut Murut Tanah Kningau


2 Bundu Kali Kilas
3 Papar Bongawan Benoni Kinamis
4 Peduan Peduan Bukit-bukit sepanjang
padas
5 Dalit Dalit Penawan Hulu

6 Rundum Rundum Tagul sampai batas


Kalsel & Kaltim
7 Kolur Kolur S. Mempisan
8 Sepulot Sepulot Tanah Sook sampai
Sepulot
9 Lun Dayoh Dayoh Padas Hulu
10 Pensiangan/ Pensiangan S. Mempisan Hulu
Lagungan

11 Tempasuk Tempasuk Sampai Marudu


12 Tambunan Tambunan Tanah Tambunan
13 Kiau Kiau Hulu Tuaran &
14 Ranau Ranau Tempasuk
Tanah Ranau, daerah
15 Marudu Marudu Mata air Labuk & Sugut.
Tempasuk- Paitan
16 Rungus Rungus
17 Dumpa Dumpa Kudat, Malabong
18 Miri/Tambun Miri Labuk
19 wa Tenggara Labuk
20 Tenggara Tegas D.Mata Air Kina
Tegas Batangan

31Barth.hal.71
32Barth.Hal.100.
33 Masih banyak suku-suku yang termasuk dalam golongan Murut, akan

tetapi karena catatan penulis hilang, dan belum ditemukan, maka hanya
ditulis demikian.
67
21 Narun Pegunungan Pesisir
Narun
22 Lelak S. Baram ( Kalimantan
23 Lelak Dabugus Utara )
Debugus/Ulun Labuk
24 Debugus Tabalo Labuk
25 Tabalo Long Pukan
26 Long Pukon Tabalo Bakatan
27 Tabalo Lerong Bakatan
28 Lerong Sakapan Labuk
Sakapan Labuk/ Suku Sebob.
Labuk

12 Dayak Idaan
/ Dusun

1 Bundu Bundu Utaranya Kali Kilas


2 Membakut Membakut Di pesisir Bongawan
Beaufort
3 Papar Papar Gongawan, Benoni,
Kimanis
4 Putatan Putatan Inanam, Mengatai 34
5 Tenggilan Tenggilan Antara Tuayan dan
Tempasuk
6 Tuaran Tuaran Tuaran Ilir.

13 Dayak
Tidung
1 Mantarang Hilir Tubu dan Malinau
Ulun
2 Mantarang 35 Tubu Tubu
3 Ulun Tabu Dayu Dayu
4 Ulun Dayu Putuk Hulu Kinaya, Berang,

34 Evans, Among Prim.P.I. Borneo. 1922, hal 79. suku ini boleh jadi terdapat
di Tidung dengan nama Tinggalan, dan dinyatakan dalam buku Sitsen
1922, dalam keterangannya, Dayak Tinggalan diam di Sembakung dan
turunannya di Sesayap. Tinggalan Sembakung terbagi atas : Ulun Sedalir,
Ulun Lumbis, Ulun Polor, Ulun Tagul, Ulun Tidung. Dayak Tidung
bercampur dengan suku Bugis, Melayu. Mereka beragama Islam.
Bertambah lagi dengan diperkuat oleh keterangan J.Mall.1928, hal 38.
Daerah Sembakung sebetulnya semua Dayak, tetapi mereka masuk Islam,
dan mengaku sebagai suku Melayu.- penulis. T.R.
35 Ulun Mantarang ini menamakan dirinya bonsoi yang artinya manusia

cantik, terkadang mereka juga menyebut diri Ulun Abei. ( T.R.)


68
Ulun Patuk Puruk, Karayan Tengah,
Karayan hulu, anak
sungai Karayan.
5 Nilau Karayan Hulu, Samamu,
Long llo atau Tubu
6 Ulun Nilau Kalabit Krayan Hulu
7 Kalabit Adang Limbang Hulu
8 Adang Saban Krayan Hulu
9 Saban Keraian Krayan Hulu
10 Keraian Libun Krayan Hulu.
Libun

14 Dayak Basap

1 Kinaru Kinaru S. Prisau


2 Sagabba Sagabba S. Sata
3 Sambarukat Sambarukat S. Sambarukat
4 Birang Birang S. Birang
5 Bala Bala S. Sambarata

6 Mati Mati S. Pura


7 Malmau Malmau S. Malmau
8 Sidung Sidung S. Sidung
9 Luwanggi Luwanggi S. Luwanggi
10 Mangging Mangging S. Mangging

11 Makkam Ulu Makkam Ulu Makkam Ulu


12 Malattan Malattan S. Malattan
13 Maning Maning Di antara Maning dan
14 Bengungu Bengungu Lati
15 Suwaran Suwaran S. Bengungu
S. Suwaran
16 Orang Labu Labu
17 Siagong Siagong S. Lasan
18 Long Gi Long Gi S. Siagon
19 Malianu/ Peman S.Gi
Punan Usun S. Malinau.
20 Batu 36

15 Dayak
Punan 37

36
Tidak ada dokumentasi mengenai tempat dan bahasa dari suku ini.
69
1 Busang S. Hiwan
2 Busang Long Wai Long Wai
3 Long wai Punan Kayan, Kayan Ok
4 Aput Punan S.Lehusan
5 Bah Punan Batas Serawak dan Apu
Lisyum Kayan
6 Punan Kabiran
7 Berusu Semamu Semamu
8 Semamu Balalau Balalau
9 Balalau Punan Are
10 Are Tubu Tubu
Tubu
11 Tukup Tukup
12 Tukup Babung Alun Alun
13 Alun Bosang Sengan
14 Sang Benga Benga
15 Benga Bosang Nyibung
Nyibung
16 Serawak Serawak
17 Sian Legat Serawak
18 Legat Bosang Tinyar
19 Tinyar Bungan S.Bungan ( Kalbar )
20 Bungan Keriau S.Keriau
Keriau
21 Era S. Era
22 Era Mandai S. Mandai
23 Mandai Bosang Tamaluwe/Sebuwe
24 Penyabung Juloi S. Tuhop, Maruwai,
Juloi Laung

16 Dayak Ot

1 Ot Paroi/Ot Pari Antara Mahakam dan


Pari Barito, juga di Bukit
2 Olong-olong Raya
3 Ot Olong- Marikit Batu Pau
4 olong Patih Tarukah Kaki Bukit Raya
Ot Marikit Bukit Raya
5 Ot Patih Ot Siaou
Tarukah Kaki Bukit Raya
Ot Siau
17 Dayak

37 Juloi terbagi dua yaitu Juloi dan Tuhup


70
Bukat 38

18 Dayak Ot
Danum

1 Lebang Lebang S. Jatah, S. Ingar.


2 Undan Undan S. Penyak
3 Desa Desa S. Mau, Payak,
Benuwang
S. Jetah, Dedai, Linuh,
Keban, Ingar, Ladan,
4 Payak Payak Payak
5 Seberuwang Seberuang S. Payak
S.Keberak
6 Linuh Linuh
7 Palan Palan S. Blimping
8 Randu/Pandu Randu S. Blimbing
9 Barai Barai S. Kebahan
S. Ladan, Kebahan,
10 Muntok Muntok Pengotal
11 Silang Silang S. Blimbing
12 Jungkau Jungkau S. Blimbing
13 Ketiyur Ketiyur S. Rasak
14 Ot Danom Ot Danom S. Kayan
S. Ambalau, Melawi
15 Panangkuwi/ Lekawai Hulu-Kalbar
Lekawai S. Lekawai, Melawi

16 Nyangoi Nyangoi
17 Osa Osa S. Lekawai, Takungui
S. Osa, Mentibar,
18 Bunyau Bunyau Takungui, mensuling
19 Sahiei Sahiei S. Sempu, Sehang
20 Serawai Serawai S Serawai, Hulu
Katingan
21 Limbei Limbei S. Serawai, Nanga
Serawai

22 Ransa Ransa S. Mentawai, Hulu Ella,


23 Iban Iban S. Keruwab, Kenoban,

38Tidak terdapat dokumentasi atau tulisan yang menjelaskan tentang


pembagian untuk suku ini.
71
24 Kenyilu Kenyilu Tapal, Nawah, Hulu
25 Nyadum Nyadum Katingan.
S. Menukung
26 Tahin Tahin S. Menukung
27 Kubin Kubin S. Nuwa
S. Mentebah

28 Pananyui Pananyui S. Nuwa


29 Ellah Ellah S. Ella Hilir, S. Lebubuh,
30 Kebahan Kebahan S. Kelaki, Hulu Seruyan
sampai Bahan
31 Keninjal Keninjal Hulu Katingan
S. Ella Hilir
S. Kelaki, Man, Kayan
32 Tebidah Tebidah
33 Gunih Gunih S. Kelaki, Kalawi,
34 Payak Payak Seruyan Hulu, Manjul,
35 Jampal Jampal Langki, Nanga Sayan, N.
Mancur
36 Kayan Kayan S. Tebidah, Lahar
37 Nanga Nanga S. Mendayan Pelai
38 Ulun Daan Ulun Daan S. Mendayan Lahar
39 Mentebah Mentebah S. Mendayan
40 Taman Taman
S. Kumbal
41 Taman Sibau Taman S. Kayan
42 Mandai- Suruk Mandai Nanga Raung
43 Palin Palin Mandai
44 Embaloh Embaluh Mendalam, Suai
45 Lauk Lauk
Putus Sibau
46 Kalis Kalis S. Suruk
47 Leboyan Leboyan S. Palin-Hulu Kapuas
48 Sabaung Sabaung S. Embaluh -H. Kapuas
49 Tawahui Tawahui S. Lauk-H. Kapuas
50 Raham Raham
S. Kalis-H. Kapuas
51 Pananyari Pananyari Hulu Kapuas
52 Duhoi Duhoi Katingan Hulu, S.Hiran
Samba dan Katingan
53 Ot Banusu/Ot Bunuu Hulu
Banuu Samba dan Katingan
54 Tohup Tohup Hulu
55 Ot Siang Siang
72
Samba dan Katingan
Hulu
56 Kalang Lupu Kalang Lupu Samba, Kahayan, Hulu
57 Jambung Jambung jama Kapuas, Murung
58 Jama Lahai Hulu
Gunung Gunung
59 Kambang Kambang Hilir Tohup
60 Nyaring Uhing Nyaring Tersebar di
61 Babuat Babuat perkampungan darat
Danau Usung Usung Barito Hulu, juga di
Laung Hulu, Mahakam
Idem
Idem

Idem
Idem
Sepanjang Barito Hulu
Tersebar di Hulu Barito

Perkembangan Suku Bangsa Dayak


Sejarah Singkat

Suku Dayak walau bertempat tinggal tersebar di seluruh


Kalimantan, namun secara batin mereka tetap merasa satu. Jarak
tidak mampu memisahkan benang merah ikatan batin diantara
mereka. Ikatan batin tersebut pun tidak mampu memisahkan lintas
batas negara. Suku Dayak di daerah Kalimantan wilayah Indonesia
dan suku Dayak di daerah Kalimantan Utara, yang bukan menjadi
wilayah Indonesia, tetap terikat dalam satu ikatan batin yang kuat.

Suku Melayu

Sudah jadi suatu kebiasaan sejak masa penjajahan, orang Dayak


yang telah beragama Islam, dengan resmi menyatakan diri sebagai
orang Melayu, kemudian segala sesuatu yang berkaitan dengan asal
sukunya tidak terdengar lagi, meskipun secara batin suku-sukunya
tetap mengakui suku Dayak. Secara umum, suku Melayu dan suku
Dayak terpisah, disebabkan karena agama dan pergaulan. Walau
demikian, pada kenyataannya, komunikasi diantara mereka tetap saja
terjadi. Contohnya Panembahan Sekadau, karena perkawinan, ada
ikatan dengan suku Kayan dan Taman.
Panembahan Sintang dengan Suku Taman Embaloh. Demikian
pula dengan Pangeran-Pangeran di Suhaid, Selimbau, Bunut, masih
73
ada hubungan dengan suku Taman dan Kayan-Mandalam. Suku
Melayu, banyak yang menikah dengan Suku Dayak. Di daerah P.
Sibau, banyak suku Dayak yang masuk Islam, misalnya di kampung
Kedamin, suku Dayak Taman, dan beberapa dari suku Kayan. Juga di
kampung Ilir, suku Taman, Kapuas, Sibau, dan Embaloh.
Di masa lalu, kota Mempawah, Tayan, Sanggau, Sekadau,
terkenal dengan sebutan Kota Melayu. Sesungguhnya, adanya
pemisahan tersebut akibat ulah penjajah. Belanda sengaja dengan
sangat menyolok memberikan perlindungan dan hak istimewa
kepada suku-suku Melayu, sedangkan orang Dayak hanya dipandang
dengan sebelah mata. Misalnya dengan para Raja, Sultan,
Panembahan dan orang-orang Melayu lainnya, diberikan
perlindungan serta kontrak-kontrak dagang diadakan di antara
mereka. Begitu pula orang Dayak yang telah memeluk Islam telah
pula menjadi orang Melayu. Dengan demikian, munculah perbedaan
sosial sangat menyolok dalam masyarakat.

Suku Dayak Kantuk

Suku Dayak Kantuk, berasal dari Sei Kantuk di Kabupaten


Sintang Empanang Undup Serawak. Di Kapuas Hulu, suku ini
terdapat di pantai Kapuas, masuk Sungai Embaloh Suwai,
Kalimantan Barat. Alasan utama suku ini mengundurkan diri dari
tempat asalnya karena takut pada suku Iban yang sering mengayau39
mereka. Apabila diamati dari perbendaharaan kata bahasa daerah
kedua suku ini, banyak terdapat kesamaan. Misalnya makan, dalam
bahasa Iban atau Kantuk, adalah makai. Begitu juga mati, bahasa
keduanya parai, pulang – pulai, pondok – langkau, dan masih
banyak lainnya. Bisa jadi pada awalnya kedua suku ini berasal dari
tempat yang sama.

Suku Dayak Ot Danum

Ot berarti hulu, danum berarti air, jadi Ot Danum artinya hulu


air atau hulu sungai. Bahasa yang dipergunakan sehari-hari adalah
bahasa Ot Danum atau bahasa Duhoi, huruf O banyak digunakan dan
huruf R dan L agak tak terdengar. Suku ini banyak mendiami daerah
Kalimantan Tengah. Menurut keterangan, bapak suku Ot Danum ada
dua orang, sehingga suku Ot Danum terbagi menjadi dua suku. Daftar
suku-suku ini tidak jelas, karena salah satu hal, yaitu catatan penulis
hilang, sehingga dalam karangan ini kurang begitu jelas, dan masih
ada beberapa yang perlu diselidiki lagi kebenaran dan penjelasannya.

39 Memenggal Kepala (ns)


74
Bahwa sekarang ada terdapat bahwa Duhoi itu menamakan dirinya
Duhoi Miri atau Duhoi Habadong. Suku Dayak Ot Danom, walau
hidup tersebar, namun mereka tetap setia kepada sukunya, rasa setia
kawan diantara mereka sangat kuat. Suku Dayak Ot Danum, suku
Dayak Heban dan Iban, banyak sekali mempunyai persamaan dalam
sifat dan tabiat.
Perlu dijelaskan disini bahwa sesungguhnya tidak ada
perbatasan seperti dengan Malaysia atau Kalimantan Utara, bagi
suku-suku Dayak di Kalimantan, karena menurut pendapat mereka,
merekalah yang lebih dahulu hidup leluasa di seluruh daerah pulau
Kalimantan. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila suku Dayak
dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur,
terkadang dengan berjalan kaki menuju daerah Kalimantan Utara
yang telah dikuasai Inggris hanya untuk mengunjungi keluarganya.
Lepas dari soal politik, bagi mereka hubungan kekeluargaan
diantara mereka sedemikian kuat. Bagi mereka, keterpisahan mereka
bukan atas kehendak sendiri, akan tetapi, para pendatang, orang
asing, telah menjajah mereka, yang membuat mereka seakan jadi
terpecah belah. Suku Dayak Ot Danum yang sekarang bertempat
tinggal di daerah hulu Melawi, berasal dari hulu Kapuas. Menurut
keterangan Prof. Veth dan Hertman, suku Ot Danum ini adalah suku
Dayak Taman atau Mentuwasi atau Ulu Trai. Pada kira-kira tahun
1822, suku Dayak Ulu Trai dikejar dan diusir oleh suku Dayak Kayan
dari Kutai yang dipimpin oleh Liju, dan di seluruh daerah hulu
Kapuas sampai Seliban mereka kuasai.

Suku Dayak Taman

Suku Dayak Taman, mendiami daerah kampung-kampung atau


lawang di daerah hulu Kapuas, Kalimantan Barat, yang jumlahnya
mencapai seratus tujuh puluh lima buah. Menurut keterangan
mereka, suku Dayak Taman adalah penduduk asli daerah hulu Sungai
Kapuas tersebut. Gunung Tilung yang terdapat di daerah tersebut,
bagi mereka adalah gunung suci dan dipuja. Seorang Tokoh yang
berasal dari suku Dayak Taman, antara lain F.J. Palaunsuka.
Suku Dayak Taman, terbagi tiga yaitu :
• Taman Kapuas-Sibau-Mendalam.
• Taman Embaloh.
• Taman Leboyan-Palin-Kalis.

Bisa jadi di masa yang telah lalu, suku Dayak Taman telah
banyak bersentuhan dengan suku bangsa lain. Misalnya dalam hal
bahasa, banyak kesamaan dengan bahasa Bugis, Bali, Jawa. Misalnya
matahari-mitaso dalam bahasa Bugis, begitu pula dengan bahasa
75
Dayak Taman, matahari pun mitaso. Masih banyak kesamaan-
kesamaan yang dijumpai. Juga dalam peralatan, kebiasaan, cara
berpakaian. Misalnya pada suku Taman juga dikenal sabung ayam
sebagai tontonan. Kemiripan dengan Bali misalnya dalam hal lilit
kepala, pakaian Subang Krabu. Demikian pula destar solo, masih
digunakan oleh orang-orang tua.
Asal suku Giling Siud, Taman Kapuas, dari hulu Kapuas,
bekasnya kampung buah-buahan di sebelah hulu riam matahari. Oleh
karena itu Taman Kapuas sama dengan Punan, dan Semukung.
Ketuanya bernama Suku Baii, anaknya bernama Anyang Belawan,
Rejayang. Beranak Giling Amas. Turunan Tampang, Tulung Daun di
Lunsa Hulu. Sejak kira-kira 100-150 tahun yang lalu, memang sudah
ada suku Punan Hulu Kapuas yang sekarang turunan Temanggung
Tapah Bungan dan Tumenggung Irang Na, Erak. Entah seratus tahun
yang lalu, telah datang balatentara Leju dari Mahakam. Sejak itu
Kayan mandalam sudah ada. Tentara Leju memerangi suku-suku
Taman, bertahun-tahun lamanya. Juga memerangi suku Dayak
Embaloh Kapuas. Suku-suku Dayak Taman, menyembunyikan diri di
danau-danau, hingga sekarang masih dijumpai bekas tiang-tiang
belien di Danau Sula Bika, Danau Sayu Jaras.

Suku Dayak Kayan

Suku Dayak Kayan, mendiami daerah-daerah hilir Mendalam,


Serawak, dan di daerah Batang Lupar, yakni Batang Rejang. Mereka
adalah suku Dayak Kayan dari daerah hulu Mahakam daerah
Kalimantan Timur, yang kemudian pindah ke daerah Serawak.
Menurut keyakinan suku Dayak Taman, suku Dayak Mendalam yang
sekarang didiami oleh suku Kayan, semula dihuni oleh suku Dayak
Taman dan Turi. Sekitar 150 tahun yang telah lalu, suku Dayak Kayan
mendiami daerah di hulu Kapuas. Suku Dayak lainnya yang tidak
banyak berbeda dengan suku Kayan ialah : suku Kayan Uma’, Aging
Uma’, Pegung Uma’, Suling, yang berasal dari Apu Kayan daerah
Kalimantan Timur. Uma’ Aging berasal dari Hulu Sibau. Tokoh suku
Dayak Kayan antara lain Gubernur J. Uvaang Uray.

Suku Dayak Iban

Suku Iban, disebut juga Batang Lupar. Di daerah Putus Sibau,


hanya dijumpai satu buah rumah Betang atau Lamin milik suku Iban,
akan tetapi di Benua Sibau, ada tujuh belas perindukan. Mereka
berasal dari Sungai Lauk, kecamatan Embaloh.

76
Suku Dayak Suruk

Suku ini berdiam di daerah Sungai Suruk, daerah Sungai


Embaloh, Mentebah 40. Para kepala atau pimpinan dari suku ini,
memakai pangkat sebagai Tumenggung, Kyai, Patih, Angsana. Mata
pencarian mereka berladang dan menangkap ikan.

Suku Dayak Klemantan

Suku Dayak Klemantan, terbagi dalam dua suku besar yaitu suku
Dayak Klemantan dan suku Dayak Ketungau, masih terbagi lagi
dalam 86 suku kecil-kecil. Mereka bertempat tinggal di daerah
kalimantan Barat. Bahasa daerah yang mereka gunakan ialah bahasa
Dayak Serah dan Dayak Mardaheka.

Suku Dayak Bahau

Suku Dayak Bahau, bertempat tinggal di daerah Mahakam. Suku


ini mempunyai kebiasaan memanjangkan daun telinganya.

Suku Dayak Apu Kayan

Suku Dayak apu Kayan, bertempat tinggal di daerah Kalimantan


Timur.

Suku Dayak Murut

Suku Dayak Murut, termasuk Dayak Idaan, daerah Sandakan


dan Dayak Tidung Lenden di daerah Tarakan.

Suku Dayak Ot

Suku ini terdiri dari empat belas suku, dan semenjak dahulu,
suku ini masih murni, tidak tersentuh oleh pengaruh asing. Bangsa
Belanda, maupun Jepang yang pernah menjajah Nusantara, tidak
mampu menaklukan suku ini. Kebanyakan dari mereka hidup di
daerah perbatasan Kalimantan Selatan, Timur dan Utara.
Kebanyakan masih hidup di hutan-hutan seperti misalnya suku
Dayak Punan, Ot Siauw, Ot Mondai, Ot Pari, Ot Saribas. Suku Dayak
Ot Saribas sangat ditakuti oleh bangsa Inggris dan Belanda. Tubuh
mereka tegap-tegap, keras dan kejam. Suku Ot Olong-Olong dan
Penyawung, yang menurut penyelidikan saya masih ada di sekitar

40 Kalimantan Barat.
77
hulu Sungai Barito, daerah Kalimantan Tengah dan Selatan, juga
Sungai Mahakam. Dalam hal ini, saya pernah mengadakan
penyelidikan ke daerah tersebut, namun sangat disayangkan,
kumpulan catatan mengenai daerah tersebut hilang.

Suku Dayak Leboyan di Kalimantan Barat

Semula suku Dayak Leboyan tinggal di daerah Sungai Ambaluh.


Akan tetapi karena acapkali mendapat serangan dari suku Dayak
Batang Lupar, maka mereka meninggalkan tempat itu dan pindah ke
hulu Sungai Embaluh pada sekitar tahun 1884, hingga sekarang.
Setelah berdamai dengan suku Dayak Batang Lupar pada tahun 1885,
mereka berniat pula berladang ke daerah udik karena tanahnya lebih
subur, dan itu hanya bersifat sementara. Suku Dayak yang termasuk
suku Dayak Embaluh ialah suku Dayak Leboyan, suku Dayak dari
daerah-daerah Sungai Kapuas Tengah, Embaluh Kapuas dan Palin.
Bahasa daerah yang mereka pergunakan hampir sama. Antara suku
Dayak Lemboyan dengan suku Embaloh acapkali terjadi perkawinan,
bahkan kadang-kadang ada juga yang pindah ke daerah Dayak
Embaluh tersebut. Kampung-kampung besar mereka seperti Luk
Jaweh dan Bakul, terletak di tepi Sungai Leboyan.

Suku Dayak Embaloh

Supaya dapat menangkis serangan-serangan dari suku Dayak


Batang Lupar, dan suku Dayak Saribas dari Serawak, maka
perkampungan mereka yang terletak di daerah antara Sei Embaluh-
Kapuas, tempatnya berdekatan. Rumah-rumah besar atau batang
suku ini, serupa dengan suku Dayak Leboyan, pun jurang-jurangnya
serta pekuburan-pekuburannya. Zaman dahulu, mayat-mayat orang
yang dikayau41, mereka kubur dalam tanah dengan memakai tabala
atau peti mati.
Untuk memperkuat pertahanan kampung, mereka menanam
berjejer kayu bulat yang tingginya sekitar tiga meter dan sebelah atas
dibuat runcing, yang gunanya sebagai pagar keliling kampung.
Bambu-bambu runcing juga mereka ikatkan pada pagar, dan bagian
yang runcing diarahkan keluar. Dibagian depan pagar kayu tersebut,
mereka taruh batang-batang kayu, kayu-kayuan berduri, serta ranjau-
ranjau. Kampung-kampung besar yang dilalui apabila mudik sungai
ialah Oleh Pauh, ada beberapa orang Melayu , Pat, Embaloh, Taliya,
Benua Ujung juga ada beberapa orang Melayu, Bukang, Belimas
Peenjawan dan Laman.

41 Dipotong lehernya
78
Suku Dayak Baketan

Kira-kira limapuluh tahun yang lalu, suku Dayak Baketan yang


sekarang tinggal di hilir sebagai Embaloh.

Suku Dayak Palin

Kampung suku ini ialah Penjawan, yang letaknya di pinggir Sei


Palin, ada sebuah rumah besar dengan 35 buah pintu. Di Nahan, pada
muara sebuah anak sungai, ada satu rumah dengan 42 buah pintu,
dan buatannya jauh lebih kuat dari pada rumah-rumah besar lainnya.
Di Sadungan, pinggir Sungai Nyahan, ada satu rumah dengan pintu
15 buah. Di Sungai Ipung, pinggir Sungai Nyahan, ditemukan dua
rumah yang masing-maasing rumah mempunyai 25 buah pintu. Di
Sungai Buluh, pinggir Sungai Lauh, ada dua rumah dengan 20 buah
pintu. Bangunan rumah, pada umumnya sama dengan rumah betang
atau lamin pada suku Dayak Embaluh, dan kayu-kayu yang
digunakan ialah jenis kayu ulin.

Suku Dayak Kantu

Suku ini, mula-mula berdiam di daerah Sungai Embaluh dan


Kantu adalah anak sungainya. Waktu itu, penduduknya ada kira-kira
limaratus kepala keluarga. Akan tetapi karena adanya serangan dari
suku Dayak Batang Lupar, mereka pindah ke arah Kapuas Tengah,
dan sampai sekarang mereka berdiam di daerah tersebut. Pada tahun
1881, daerah Empanan diakui termasuk bagian Selimban, maka
mereka pindah ke daerah Kapuas. Letak kampung-kampung mereka
di pinggiran Sungai Senerang, Sungai Kapuas, Semitau, dan daerah
antara Sungai Bunut dan Putus Sibau.

Suku Dayak Pangin atau Pangen

Suku ini berasal dari daerah Melawi dan Katingan. Sekarang


mereka tinggal di daerah Sungai Ella, yaitu anak sungai di sebelah kiri
Pangin dan Nangah Praun, anak Sungai Malawi Di kampung ini ada
dua rumah betang, yang terbesar didiami oleh 39 keluarga, dan yang
kecil sekitar 18 keluarga.

Suku Dayak Bungan

Suku ini tinggal di daerah Sungai Bulit, yakni anak sungai


sebelah kiri Bungan. Kampung-kampung mereka adalah Sungai

79
Hangai, dan Batu Aseh, mereka ini termasuk suku Dayak Panihing
dari hulu Mahakam. Suku ini juga tunduk pada perintah kepala-
kepala suku Dayak Panihing, yakni Amun Lirang dan Kaya dari
Sungai Seputan, anak Sungai Kaso. Sungai Kaso adalah anak sungai
yang terbesar dari Sungai Mahakam.
Diantara suku Dayak Panihing, ada pula orang-orang dari suku
Dayak Kayan, dengan kepala-kepala mereka Kwing Iran dan
Masuling. Dalam pandangan suku Dayak Bungan, hanya mereka saja
yang berhak mengambil hasil hutan dari daerah Bungan itu. Dari
suku ini sudah ada yang berladang. Pada beberapa kampung suku
Bungan, yaitu di bagian hulu Sungai Bungan, anak Sungai Kapuas
Bohang atau Putus Sibau, ada beberapa penduduk yang menderita
sakit lepra.

Suku Dayak Rambai

Mula-mula, suku Dayak ini tunduk di bawah perintah suku


Dayak Selimbau, kemudian mereka pindah di bawah perintah Raja
Sintang. Akan tetapi pada tahun 1880, daerah tempat mereka tinggal,
diakui sebagai daerah gubernemen, maka suku ini diakui sebagai
rakyat gubernemen. Pada tahun 1894, di daerah Seberuang,
dikunjungi oleh dua orang imam Katholik. Inilah awal masuknya
agama Katholik ke pedalaman Kalimantan Barat.

Suku Dayak Batang Lupar

Kepala suku daerah ini, mempunyai pengaruh besar di sukunya.


Setiap orang wajib membayar satu rupiah setahun, sebagai gajih
kepada kepala mereka. Senjata suku ini ialah tombak dan parang,
yaitu parang pedang, parang jumpul, dan nyabur. Suku ini mahir
membuat senjata yang terbuat dari besi, dan hasilnya mereka jual
kepada suku Melayu dan orang-orang Cina. Mereka jarang memiliki
senjata api. Pada tahun 1895, penduduk di daerah Pinoh, telah
mencapai 9000 jiwa. 4170 adalah orang Melayu dan 4830 adalah
orang Dayak sendiri. Luas daerah Pinoh adalah 77 grafiese mil, jadi
penduduknya dalam satu grafiese mil, sekitar 177 jiwa.
Sebenarnya suku Melayu42 di daerah ini turunan Melayu
Sintang, dan Kotawaringin. Demikian juga suku Dayak Jungkan dan
Kabehan, karena telah beragama Islam, telah menjadi orang Melayu.
Rumah penduduk, tidak berbentuk rumah panjang, setiap keluarga
membuat satu rumah sendiri, akan tetapi buatannya tidak kokoh.
Penduduk daerah Pinoh, baik suku Melayu ataupun suku Dayak

42 Suku Melayu adalah mereka yang telah memeluk agama Islam.


80
Keninjal, banyak memelihara sapi dan kerbau, yang terkadang
sampai mencapai 50 ekor. Binatang peliharaan tersebut hanya
disembelih apa bila ada pesta saja, akan tetapi di daerah kota,
binatang-binatang tersebut disembelih dan dagingnya dijual.

Suku Dayak Katingan

Suku ini kebanyakan tinggal di sepanjang Sungai Katingan atau


Mandawai, Hulu Sungai Seranau, Tualan, Cempaga, dan Rungan
Manuhing. Kebanyakan dari mereka masih beragama Kaharingan,
hanya sedikit yang beragama Islam dan Kristen Protestan. Penulis
berasal dari suku Dayak Katingan, nenek Tjilik Riwut adalah suku
Dayak Heban dan Ot Danum.

Suku Dayak Kapuas/Kahayan/Ngaju

Ngaju berarti udik. Suku ini adalah suku yang termaju di daerah
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Mereka mendiami
daerah aliran Sungai Kapuas, Kahayan, bahkan banyak pula yang
tinggal di Banjarmasin. Pada umumnya mereka memeluk agama
Kristen Protestan, tetapi ada pula beberapa yang memeluk agama
Islam dan Kaharingan. Agama Kristen Protestan yang dibawa oleh
Zending Barmen dan Basel mulai masuk.
Kuala Kapuas, Banjarmasin, Mandomai, Kuala Kurun dan
Tewah, juga Pangkoh, merupakan pusat kemajuan atau peradapan
suku Dayak Ngaju/Kapuas/Kahayan. Dari daerah-daerah tersebut
banyak generasi mudanya yang melanjutkan pendidikannya ke
tingkat yang lebih tinggi. Mereka melanjutkan ke SMA, SGA, bahkan
ada pula yang ke perguruan tinggi, seperti Universitas Gajah Mada
dan sebagainya. Banyak pula yang mengikuti pendidikan kemiliteran.
Tokoh Dayak yang berasal dari daerah ini, diantaranya Kel Babu,
Ruslan Babu, M. Mahar, E. Kamis, A.D. Ismail, G. Obus, Drs. Barthel
Aden, Ir. R. Sylvanus, Kolonel Ambu Suling, Gubernur J.C. Rangkap.
Rumah betang yang terbesar, terdapat di Kampung Tumbang Gagu,
hulu Sungai Mentaya daerah Sampit, milik bapak Antang Kalang,
nenek Hartman Assan (Budang).

Suku Dayak Siang/Murung

Suku Dayak Siang atau Murung, bertempat tinggal di daerah


aliran Sungai Barito, dan pusat kotanya Puruk Cahu. Tokoh yang
berasal dari daerah ini antara lain: Letkol Untung Surapati, Syamsi
Silam, Tunjung Silam, Hamdy Silam, dan lain-lain.

81
Suku Dayak Limbei

Sejak dahulu, suku ini memang penduduk daerah Melawi


Tengah, yang terletak di hulu Sungai Katingan, daerah Kalimantan
Tengah. Batas tempat mereka hanya sampai pulau Hungarang saja,
karena suku Dayak Ngangai, tidak mengizinkan mereka untuk
bertempat tinggal lebih masuk ke udik.

Suku Dayak Tumbit 43

Kampung Tumbit, berpenduduk sekitar 500 jiwa.


Kampung Tumbit terbagi dua yaitu
1. Tumbit Melayu yang didiami oleh suku Berau, Bugis, dan
beragama Islam.
2. Tumbit Dayak yang didiami oleh suku Dayak yang masih
beragama Kaharingan, yang dikenal dengan nama Segaji Tumbit.

Kampung tersebut terletak sekitar setengah hari perjalanan dengan


motor tempel dari Tanjung Redeb, mudik Sungai Kelai, sebuah
cabang bagian selatan Sungai Berau, daerah Kalimantan Timur. Suku
ini, walaupun telah sekian lama bergaul erat dengan suku Berau yang
telah beragama Islam, bahkan telah pula mendapat banyak pengaruh
pada zaman penjajahan Belanda, namun demikian mereka tetap
teguh memegang adat istiadat dan budaya leluhurnya.

Bentuk Tubuh, Sifat dan Sikap Suku Bangsa


Dayak
Bentuk Tubuh

Pada umumnya orang Dayak berbadan tegap, menandakan


kekuatan dan ketangkasan. Ukuran tubuh mereka sedang, tidak
terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil. Jarang ditemukan orang
Dayak yang bertubuh terlalu gemuk atau cacat fisik. Rambut mereka
berwarna hitam, terkadang keriting dan terkadang lurus. Warna kulit
putih bersih. Ada sebagian orang Dayak, yang mirip dengan orang
Tionghoa, bermata sipit, dan berkulit putih.

Sifat dan Sikap Suku Dayak

43 Monografi Daerah Propinsi kalimantan Timur, 1967, Research dan


Statistik kantor Gubernur Propinsi Kalimantan Timur, hal 122 – 126.
82
Terhadap alam

Baik laki-laki maupun perempuan memiliki jiwa ksatria,


pemberani, dan pantang menyerah. Hal ini terungkap dalam
semboyan hidup mereka Isen Mulang yang berarti pantang
menyerah.
Sikap demikian khususnya di masa lalu mau tidak mau harus
mereka miliki karena tuntutan keganasan alam. Hidup di rimba
belantara, yang dihuni binatang-binatang buas dan berbisa, serta
dilengkapi sungai-sungai luas yang berarus deras dan riam-riam
ganas yang siap menunggu mangsa serta tersebar di sana sini. Masih
ditambah fakta keadaan alam ini yang harus dihadapi menuntut
mereka untuk selalu waspada demi keselamatan hidup. Waspada,
energik dan harus selalu menang, adalah cara suku Dayak menyikapi
tantangan alam yang hari demi hari harus mereka hadapi bila ingin
bertahan hidup.
Perkembangan selanjutnya melalui proses, suku Dayak sadar
bahwa mereka tidak akan pernah mampu menaklukan alam. Karena
itu mereka mencoba mengamati, menghayati dan memahami
lingkungan dan ganasnya alam. Pada akhirnya mereka justru mampu
bersahabat dengan alam.
Berdasarkan pengalaman pula, suku Dayak memperoleh
kenyataan bahwa alam sulit diduga. Walau bersahabat suku Dayak
harus selalu waspada, namun bukan berarti curiga.
Pengaruh situasi alam yang demikian tercermin dalam sikap dan
gaya hidup suku Dayak dalam bermasyarakat. Selalu waspada, tegas
tanpa basa basi langsung pada tujuan. Merekapun tidak mudah
terpengaruh, selalu kace-kace 44, hingga terkesan bertindak dulu baru
berfikir, namun berani tanggung resiko45. Bisa dibayangkan apabila
mereka terlalu lama berfikir dan menimbang-nimbang sebelum
melakukan tindakan, maka belum sempat mereka mempertahankan
diri, mereka telah menjadi mangsa binatang buas. Alam telah
menggembleng mereka untuk berkarakter demikian. Itulah sebabnya
orang Dayak tidak mampu berpura-pura, mereka selalu bersikap apa
adanya. Keramahan dan kemarahan terlihat jelas dalam sikap
spontan yang terekspresi.

Interaksi kepada sesama

Terhadap pemimpin

44 Tergesa-gesa – bahasa Dayak Katingan.


45 Berani mati demi mempertahankan kebenaran.
83
Kepada pimpinan yang telah diakui, orang Dayak sangat taat dan
setia. Untuk mendapatkan pengakuan dari penduduk, seorang
pemimpin harus benar-benar mampu mengayomi dan mengenal
masyarakatnya dengan sempurna. Pemimpin suku Dayak, bukan
seorang yang hanya memberi perintah atau menerima pelayanan
lebih, dari masyarakat, namun justru sebaliknya.
Pemimpin yang disegani ialah pemimpin yang mampu dekat dan
memahami masyarakatnya serta peka mengamati situasi. Yang
dimaksud dengan peka disini ialah, sebelum peristiwa terjadi,
pemimpin yang baik akan lebih dahulu mendeteksi kemungkinan
yang terjadi karena kedekatannya dengan masyarakat.
Disamping itu, faktor mamut menteng atau gagah perkasa,
tegas, berani tanggung resiko, berilmu tinggi, bersikap adil, dan
mampu menjalankan hukum adat dengan baik juga taat kepada
hukum pali, merupakan faktor yang sangat menentukan untuk
mendapatkan pengakuan penuh dari masyarakatnya. Pemimpin
serupa ini, dianggap sebagai pemimpin sempurna dan kata-katanya
akan selalu didengar oleh masyarakatnya.

Terhadap orang asing

Kepada seorang yang masih asing, orang Dayak tidak begitu saja
percaya. Akan tetapi, apabila kepercayaan telah tumbuh, mereka akan
sangat bersahabat dan terbuka.
Hubungan dengan sesama, juga sangat mereka jaga. Hal ini
terbukti dengan budaya betang yang mereka miliki, dimana bumi
dipijak, disitu langit dijunjung.
Kepada para pendatang atau tamu yang datang mengunjungi,
orang Dayak sangat hormat dan selalu ingin bersahabat.
Orang Dayak amat sangat menghormati agama sesamanya.
Untuk tamu yang beragama Islam mereka tidak begitu saja langsung
memasak dan menyediakan makanan kepada para tamunya.
Umumnya bahan-bahan mentah berupa ayam, telur, kelapa ikan dan
sayur-mayurlah yang diserahkan terlebih dahulu untuk dikelola
sendiri oleh para tamunya.
Akan tetapi apabila tamu telah menyerahkan segala sesuatunya
dan mempercayakan urusan masak memasak kepada mereka,
barulah mereka akan memasak dengaan hati-hati, hidangan bagi
tamu yang beragama Islam akan dijaga agar tidak tersentuh babi.
Sementara untuk tamu yang non Muslim, biasanya hidangan
langsung dimasak dan disediakan.

84
Demikian pula dalam menjalani kehidupan, umumnya orang
Dayak bersikap mamut 46, menteng 47, ureh 48, mameh 49. Istilah ini
berarti untuk menjaga hubungan baik dengan sesama, orang Dayak
lebih suka mengalah dan menghindar; tidak menyerang apabila tidak
diserang, namun apabila kesabaran telah habis, harga diri telah
terinjak-injak, mati bukan lagi masalah dan serangan fisik akan
dihadapi secara frontal.
Orang Dayak juga tidak mudah untuk menerima hal baru,
sebelum benar-benar meyakininya. Bagi mereka, baik adalah baik
dan tidak kenal kebaikan bertopeng. Karenanya segala kebaikan,
tidak peduli kebaikan yang bertopeng, diterima dengan polos pula.
Serangan diplomatis tidak dianggap sebagai musuh, kesadaran baru
muncul ketika dampak kebaikan bertopeng muncul langsung di
hadapan mereka.

Dalam Lingkungan Sendiri

Handep tuntang haduhup artinya menanggulangi masalah


bersama dan saling tolong menolong. Hal ini selalu dilakukan dalam
menangani setiap masalah. Salah satu contoh adalah dalam
pelaksanaan upacara Tiwah, upacara sakral mengantarkan arwah
orang yang telah meninggal ke Lewu Liau, biasanya tidak
dilaksanakan sendiri-sendiri.
Upacara Tiwah adalah salah satu upacara adat yang
membutuhkan dana yang tidak sedikit dan beresiko tinggi, maka
pelaksanaannya, sejak perencanaan, juga resiko dan tanggung jawab
menjadi beban bersama beberapa ahli waris yang sepakat terlibat
untuk melaksanakan upacara tersebut.
Demikian pula apabila ada serangan musuh atau ada
pembunuhan, perampokan, maka orang sekampung akan bangkit
semua membela warganya yang dalam kesulitan.

Terhadap Isteri, dan Keluarga

Kepada para isteri diberikan kemerdekaan dan kekuasaan


penuh. Hal ini mengakibatkan perempuan Dayak mampu menjadi
dirinya sendiri, sehingga kesetaraan gender sejak dahulu telah
dikenal oleh orang Dayak.
Para orang tua sangat peduli dan mencintai anak-anaknya,
demikian pula anak-anak sangat hormat dan bakti kepada orang

46 Kepahlawanan
47 Keperkasaan.
48 Gagah
49 Kahumung – ketololan, maksudnya nekad tanpa pikir panjang.

85
tuanya. Setelah orang tuanya lanjut usia, biasanya anak-anak sangat
peduli dan merawat dengan baik.

Terhadap Lanjut Usia

Semakin tua usia seorang Dayak, semakin kuat dan hening


hidupnya. Rasa percaya diripun semakin mantap. “ Ngalilu 50 “ dan “
Gagiren 51 “ yang banyak dialami oleh mereka yang berusia lanjut
tidak berdampak apapun juga bagi mereka dan lingkungannya.
Seorang muda yang tidak menghargai mereka yang lebih tua adalah
seorang yang “ dia bahadat “.52 Seorang yang “dia bahadat” atau
tidak beradat hanya akan dipandang dengan sebelah mata oleh
lingkungannya.
Dilain pihak, dampak positif sangat nyata dialami oleh mereka
yang lanjut usia karena adanya perasaan diterima dan dipahami oleh
lingkungannya. Hal ini mengakibatkan kondisi kesehatan mereka
yang telah lanjut usia pada umumnya tetap sehat dan energik. Usia
tua bukan halangan untuk tetap melakukan kegiatan rutin harian
dengan energik dan ceria.
Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, para lanjut usia tetap
aktif, hadir dalam setiap acara yang diadakan, berbaur manasai 53,
mihup baram 54, mangarungut 55, dan masih banyak kegiatan
lainnya. Kehadiran mereka dalam setiap acara diterima total oleh
lingkungan sosialnya, karena usia tua bukan beban, justru usia tua
adalah saat terindah dalam kehidupan seseorang.
Cara orang Dayak mengekspresikan rasa hormat kepada orang
tua bukan dengan sikap dan aturan etika yang rumit, namun lebih
pada sikap batin. Bukan tidak mungkin lansia yang mengalami
ngalilu56 dan gagiren 57 oleh anak cucunya justru dijadikan bahan
senda gurau. Namun hal tersebut tidak mengurangi sedikitpun rasa
hormat dan bakti mereka. Canda dan godaan yang terjadi bukan
dimaksudkan untuk mengejek, namun lebih pada suasana akrab yang
berinteraksi dengan baik.
Para lansia bebas melaksanakan kegiatan rutin hariannya.
Mereka yang lebih muda percaya penuh bahwa para lansia mampu
mengatasi masalahnya sendiri, mampu melindungi dirinya sendiri

50 Pikun.
51 Latah, spontan meniru apa yang dilihat atau didengar.
52 Tidak mematuhi hukum adat.
53 Tarian pergaulan.
54 Minum tuak.
55 Pantun yang dilagukan.
56 Pikun.
57 latah – spontan meniru apa yang didengar dan dilihat.

86
hingga para lansia bebas pergi masuk keluar hutan, menangkap ikan,
berladang dan melakukan kegiatannya sendiri tanpa ada yang
menemani. Mereka yang muda tidak punya banyak tuntutan kepada
para lansia, tidak juga membebani orang tuanya dengan kewajiban
merawat dan memelihara cucu-cucunya. Satu hal yang selalu mereka
dambakan, yaitu panjang umur bagi para lansia karena mereka yang
muda merasa kuat bila ditemani dan diayomi. Para lansia adalah
panekang hambaruan 58, panutan, tempat bertanya, tempat meminta
restu, pusat kebanggaan, juga pemersatu keluarga.
Seiring dengan perkembangan zaman, pola hidup, pola makan
dan kebutuhan pun berubah, pergeseranpun terjadi di sana-sini. Tak
sedikit lansia yang terpaksa harus meninggalkan kampung halaman
untuk mengikuti anaknya pindah ketempat lain. Terjadinya situasi
demikian akibat anak-anak mereka yang telah mengikuti pendidikan
disekolah-sekolah bahkan telah menyelesaikan pendidikan formal,
menjalani kehidupannya dengan cara yang baru, cara yang asing bagi
orang tuanya. Mereka pindah ke kota, mempunyai pekerjaan tetap
dengan suami istri bekerja.
Pada umumnya orang tua lebih senang tetap berada di kampung
halaman daripada mengikuti anak-anaknya pindah ke kota, namun di
lain pihak anak-anak menginginkan dan berharap orang tuanya
mengikuti mereka pindah ke tempat yang baru tersebut. Tak peduli
keputusan apapun yang akhirnya mereka sepakati, satu hal yang tidak
pernah berubah yaitu nilai orang tua dimata anak, nilai tambi 59 dan
bue 60 dimata cucu-cucunya tetap tidak berubah, yaitu sebagai
panekang hambaruan.
Mereka yang lebih muda sekalipun telah berpendidikan tinggi
akan tetap hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya. Ditempat
yang baru para lansia mencoba untuk beradaptasi, namun mereka
lebih menyenangi kehidupan lama di kampung halaman. Hari-hari
mereka lalui dengan mengenang saat-saat indah ketika masih berada
di kampung halaman.
Singkatnya tidak mudah bagi mereka untuk beradaptasi di
tempat yang baru karena sesungguhnya batin mereka menolak untuk
berpisah dengan dunianya, dengan alam yang telah memberikan rasa
aman damai dan kesejahteraan, di mana mereka telah mampu
menyatu dan bersahabat dengan alam. Kondisi demikian berakibat
pada kestabilan emosi dan fisik mereka. Mereka jadi tidak lagi
energik, sakit-sakitan dan lebih cepat mengalami kepikunan.

58 Pemberi semangat.
59 Nenek.
60 Kakek.

87
Kebiasaan umum apabila terpaksa harus meninggalkan
kampung halaman, mereka tinggal di rumah salah seorang anaknya.
Biasanya mereka pilih sendiri dan anak yang terpilih adalah anak
kesayangannya. Anak yang terpilih merasa bahagia dan sangat
bersyukur, dan dengan tulus menerima kehadiran kedua orang
tuanya.
Kehadiran orang tuanya tersebut menjadikan rumah tersebut
ramai dikunjungi oleh sanak famili dan saudara kandung lainnya.
Kedatangan mereka lebih pada kunjungan keorang tuanya, tanpa
melupakan buah tangan sebagai tanda kasih dan hormat mereka
kepada orang tuanya. Buah tangan dapat berupa uang, pakaian,
makanan atau barang-barang kecil yang disenangi oleh orang tuanya.
Kehadiran orang tua dalam suatu keluarga bagaikan
matanandau61 yang menyinari bumi, hangat ceria, penuh canda dan
tawa. Cucu-cucu datang bergantian menemui tambi dan buenya
untuk mendengarkan dongeng-dongeng menarik yang diceritakan
oleh tambi dan bue. Saat itulah proses tetek tatum 62 sedang
berlangsung.
Biasanya dalam kondisi sehat, seorang yang telah lanjut usia
sekalipun berada di rumah salah seorang anaknya akan tetap
berusaha mandiri, mereka tidak senang dilayani. Cuci pakaian
dilakukan sendiri, berkebun, masak sendiri sesuai dengan apa yang
diinginkannya dan pada saat makan bersama, masakan beliau yang
paling laris disantap oleh seluruh keluarga.
Saat orang tua, entah itu ayah, ibu ataupun kakek nenek
menderita sakit, tanpa diperintah semua anak dan cucu dimanapun
berada akan turut terlibat aktip merawat bergantian menunggu dan
menjaganya. Namun, apabila jarak membatasi, anak-anak mereka
akan tetap memberikan perhatian dalam bentuk lain63. Singkat kata
seorang lanjut usia benar-benar menjadi pusat kasih dan perhatian
seluruh anak turunannya.
Begitu besarnya peran dan arti mereka yang telah lanjut usia
bagi orang Dayak, sehingga mereka yang usianya lebih muda berani
mempertaruhkan nyawa demi menjaga nama baik orang tua. Bisa jadi
hal tersebut merupakan salah satu jiwa satria “Dayak Sahawung“64
yang mendarah daging dalam diri setiap orang Dayak, tidak peduli
laki-laki atau perempuan 65. Mereka akan selalu menjaga dan

61 Matahari.
62 Pengetahuan yang menyangkut adat istiadat, budaya dan keyakinan,
diberikan secara lisan.
63 Dapat berupa doa atau urun dana pengobatan.
64 Salah satu semboyan hidup yang dimiliki para leluhur orang Dayak yaitu

“Dayak Sahawung“ yang artinya “ Gagah Perkasa Pantang Menyerah “


65 Kesamaan gender telah dikenal suku Dayak sejak zaman dahulu.

88
melindungi orang tuanya, lingkungannya atau warganya yang usianya
telah lanjut.
Peran mereka yang telah lanjut usia demikian besar dalam
kehidupan orang Dayak, mereka adalah penentu serta pemberi
motivasi kepada mereka yang lebih muda. Karena itu, program
rencana kerja apapun akan dilakukan di daerah orang Dayak, jangan
pernah melupakan mereka yang lanjut usia. Tanpa restu dan
dukungan mereka yang lanjut usia, sulit mendapat dukungan dari
masyarakat setempat.
Perlu ditekankan disini bahwa orang Dayak sangat kuat
memegang teguh adat istiadat, budaya, dan prinsip hidup yang
mereka yakini. Hal ini tidak berarti bahwa mereka adalah suku yang
sangat tertutup. Kenali dan pahami budaya mereka, niscaya mereka
akan sangat bersahabat dan terbuka.

Lain-lain

Kemampuan Spiritual

Persahabatan dengan alam sangat dijaga. Mereka yang tidak


menghargai penguasa alam akan menerima resiko dari sikap salah
yang telah mereka lakukan. Sebaliknya, perlakuan baik yang
diberikan kepada alam, akan dibalas dengan rezeki yang melimpah.
Sebagai contoh saat membuka lahan untuk berladang, orang
Dayak tidak pernah begitu saja membabat hutan tanpa terlebih
dahulu memohon izin dan menyediakan sesajen kepada penguasa
daerah tersebut. Mereka yakin bahwa di setiap tempat ada penguasa,
yang tidak terlihat mata jasmani namun berada di segala tempat,
mengawasi sikap dan tindak tanduk mereka.
Kedekatan orang Dayak dengan alam menjadikan mereka selalu
mengqamati gerak lembut perubahan alam. Akibatnya orang Dayak
semakin mampu menyatu dengan alam. Kebersatuan dengan alam,
keheningan, menjadikan mereka mampu menyerap getaran alam.
Kepekaan menjadi semakin terasah dan perlahan tapi pasti tumbuh
dan berkembang kemampuan spiritual dalam dirinya. Suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit nenek
moyang orang Dayak yang bakaji. 66
Segala kemampuan spiritual, kesaktian dalam bentuk apapun
yang telah mereka miliki berasal dari Ranying Hatalla dan selalu

66 Sakti mandraguna.
89
bersifat positif, menuju kearah kebaikan. Apabila kemampuan
tersebut pada akhirnya disalahgunakan untuk memenuhi tuntutan
keserakahan manusia yang bersifat negatif, hal tersebut adalah
tanggung jawab masing-masing pribadi yang melaksanakannya.
Dalam hal ini pengendalian diri benar-benar sangat dibutuhkan
sehingga seorang yang memiliki kesaktian mampu memanfaatkan
kesaktiannya menuju kearah yang bersifat positif, bukan kepada hal-
hal yang negatip. Semua kembali kepada pribadi masing-masing.
Disadari atau tidak, kemampuan spiritual tersebut pada
akhirnya menurun kepada anak Cucunya. Proses pewarisan kekuatan
spiritual dan Kesaktian yang dimiliki oleh seseorang terkadang
dengan sadar diwariskan kepada keturunannya dengan berbagai cara.
Hal ini umumnya terjadi di saat-saat akhir menjelang kematian.
Kemampuan spiritual seseorang bersifat sangat pribadi. Tidak
mudah memahami dan mempelajari kemampuan spiritual yang
dimiliki oleh orang Dayak karena faktor turunan darah sangat
menentukan.
Sekalipun telah bersusah payah mempelajari dan telah
melaksanakan banyak bersyaratan namun usaha tersebut sering
mengalami kegagalan. Proses pewarisan hanya terjadi apabila yang
bersangkutan telah menghembuskan nafas terakhir dan orang lain,
yang masih turunan darah yang kadang tak terduga akan otomatis
mewarisi kemampuan tersebut.
Terkadang pula kekuatan tersebut oleh orang tuanya tidak
diwariskan kepada keturunannya karena alasan tertentu, namun
dikembalikan ke alam menjelang saat akhir hidupnya dengan
melaksanakan beberapa persyaratan. Namun sering pula terjadi
kesaktian atau kemampuan spiritual yang telah dikembalikan ke
alam, setelah peristiwa kematian, beberapa waktu kemudian setelah
mengalami beberapa proses, muncul kembali pada keturunannya.
Akan tetapi bila keturunan yang dituju tidak memberi respon, pada
akhirnya daya atau kemampuan tersebut akan lenyap dengan
sendirinya.

Ungkapan Terima Kasih

Bahasa Dayak, khususnya bahasa Dayak Ngaju sebagai bahasa


lingua franca, tidak mengenal kosa kata ungkapan rasa “terima
kasih”. Rasa terima kasih diungkapkan dalam sikap dan perbuatan,
serta rasa hormat yang mendalam.
Seorang yang telah menerima kebaikan dari sesamanya, tidak
begitu saja melupakannya. Semua kebaikan yang telah mereka
terima, akan tersimpan rapi dalam lubuk hati yang terdalam. Bahkan
dalam setiap kesempatan, mereka akan menceritakan kepada anak

90
turunannya 67semua kebaikan-kebaikan yang pernah di terima,
lengkap dengan nama dan identitas teman yang telah berbuat baik
tresebut. Dengan demikian secara tidak sadar, anak turunannya juga
turut serta mensyukuri, mengenang dan menghormati orang yang
telah berbuat baik bagi keluarga itu.
Komunikasi dalam bentuk diskusi keluarga membahas kebaikan
yang telah mereka terima, merupakan dasar yang kokoh dalam
menjalin ikatan batin antar keluarga.
Biasanya orang Dayak selalu ingin membalas kebaikan dengan
kebaikan. Dalam setiap kesempatan, orang yang pernah menerima
kebaikan dari seseorang, akan selalu berusaha membalas kebaikan
yang pernah mereka peroleh, sekalipun tidak langsung kepada yang
bersangkutan. Terkadang kebaikan seseorang tidak langsung
diterima kembali olehnya, namun kelak anak cucu mereka yang akan
menerima balasan kebaikan. Naluri membalas kebaikan yang pernah
diterima, bukan menjadi beban bagi mereka, namun memiliki nilai
kebahagiaan sendiri, tradisi ini menjadikan orang Dayak memiliki
ikatan batin yang kuat kepada sesamanya 68.
Hal yang serupa terjadi ketika orang Dayak mengunjungi
kenalan dan kerabatnya. Ketika menerima hidangan, mereka akan
spontan bereaksi, lalu dengan lahap menyantap hidangan yang
tersedia, bila perlu sampai habis tuntas. Semakin lahap, semakin

67 Tetek Tatum
68 Pesan terindah yang berulang-ulang selalu dikatakan penulis (Bapak
Tjilik Riwut) kepada penyunting ialah : “ Berikan kebaikanmu kepada
siapapun sebanyak mungkin, tanpa pernah membedakan jabatan, dan
status sosial seseorang, karena kelak di kemudian hari, anak cucumu
akan menerima kembali semua kebaikan yang telah disebarkan “.
Penulis selalu menekankan kepada penyunting bahwa hal tersebut
merupakan tradisi leluhur Dayak yang selalu harus dipegang teguh.
Semula pesan tersebut bagi penyunting seolah perbuatan baik dengan
syarat, karena dibalik semua itu ada suatu harapan bahwa kelak anak cucu
akan memperoleh kembali kebaikan yang telah disebarkan. Lama
kemudian setelah direnungkan, lalu penyunting sadari bahwa,
terkadang manusia berbuat dan bertindak apabila ada sesuatu yang ingin
dicapai. Bukankah kebaikan yang kelak akan diterima kembali oleh anak
cucu, bentuknya abstrak dan bukan berupa benda nyata yang sedikit demi
sedikit ditabung? Bila hal itu yang akan penyunting dapatkan, sesuatu
yang abstrak dan tak pasti, untuk apa bersusah-payah melakukannya?
Proses terjadi, semakin bertambah usia, semakin penyunting mengerti
makna yang tersirat dan tersurat dibalik pesan itu. Pesan tersebut telah
amat sangat menguatkan sebagai suatu warisan tradisi dari leluhur yang
harus dipegang teguh. (sharing pengakuan penyunting sebagai seorang
Dayak . N.S ).
91
sopan. Sikap demikian justru menunjukan keramahan, persahabatan
dan kepercayaan tinggi, karena yakin tidak diracuni.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, demikian pula
dengan tradisi setiap suku di bumi Nusantara, yang terkadang saling
bertolak belakang. Akan tetapi apabila telah saling memahami
kemajemukan yang ada, bumi Nusantara akan semakin kaya dalam
tradisi adat istiadat dan budayanya.

Makna Hukum Adat

Dalam konsep kepercayaan suku Dayak, manusia juga makhluk


lainnya telah ditentukan dan ditugaskan dalam kedudukan masing-
masing untuk memenuhi fungsinya guna memelihara tata ketertiban
alam. Semua merupakan harapan agar segalanya berjalan semestinya
dalam keadaan serasi dan seimbang. Tata keserasian 69 dan tata
keseimbangan kosmos inilah yang dikalangan suku Dayak dinamakan
hadat.
Manusia dikatakan baik atau sempurna apabila ia mampu
menjalankan seluruh hukum adat 70 dan mentaati hukum pali71.
Dengan demikian adat bagi orang Dayak bukan saja peraturan atau
kebiasaan yang mengatur hubungan antar sesama manusia tetapi
mempunyai pengertian yang lebih luas. Hukum adat mencangkup
seluruh kejadian, seluruh makhluk serta seluruh alam semesta.

Makna Janji

Janji bagi seorang Dayak berarti segalanya. Ingkar janji tanpa


alasan yang kuat dan tepat beresiko tinggi. Bisa jadi seseorang yang
pernah ingkar janji akan kehilangan legitimasi di lingkungannya dan
akan dipandang hanya dengan sebelah mata.

Kepribadian Umum

69 Fridolin Ukur, Tantang Jawab Suku Dayak, BPK Gunung Mulia


70 Hukum Adat berarti aturan tidak tertulis yang telah dipahami benar oleh
orang Dayak. Dalam pelaksanaan tidak saja peraturan yang menyangkut
hubungan antar manusia, namun juga untuk masalah yang berkaitan
dengan kepercayaan, karena penjara tidak dikenal maka hukuman berupa
denda yang biasa disebut singer.
71 Hukum Pali berarti larangan tidak tertulis yang tidak boleh dilakukan

namun telah sangat dipahami oleh suku Dayak. Bila terjadi pelanggaran
akan sangat fatal karena hukuman akan ditanggung oleh banyak pihak,
alam akan menghukum mereka.
92
Orang Dayak, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai
perasaan yang halus. Dalam percintaan mereka sangat setia, hingga
tidak enggan mengorbankan jiwa raga bagi orang yang dicintai.
Kehalusan jiwa yang mereka miliki terlihat dalam karya seni
yang mereka hasilkan. Hal ini terlihat dari anyam-anyaman, lukisan
dalam bentuk tato di badan, tarian dan nyayian yang merupakan
gabungan sifat jantan gagah perkasa dan indahnya kelembutan seni
dalam diri orang Dayak.
Namun di balik kehalusan perasaan yang mereka miliki, apa bila
harga diri telah terinjak-injak, mamut menteng muncul seketika.
Mereka berani mati demi mempertahankan segala sesuatu yang
dianggap benar.

Kesetaraan Jender

Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban


yang sama. Kesetaraan jender bukan merupakan hal baru bagi
mereka. Peran serta dalam tugas kemasyarakatan, berperang,
mengurus rumah tangga dan mencari nafkah boleh dilakukan
siapapun baik laki-laki maupun perempuan asalkan mau dan mampu.
Begitu juga dalam hal pembagian warisan, baik warisan dalam
bentuk materi maupun dalam bentuk kemampuan spiritual dan
kesaktian yang diwariskan berdasarkan turunan darah tidak ada
perbedaan, laki-laki dan perempuan. Perbedaan hanya pada fungsi
alamiah dalam bentuk fisik antara laki-laki dan perempuan itu
sendiri.

Keadaan dan Perkembangan Kampung Dayak


Penjelasan Mengenai Kampung Suku Dayak

Kampung adalah desa dalam bahasa Dayak. Istilah desa tidak


populer di masyarakat Dayak. Beberapa informasi mengenai
kampung di Kalimantan:
• Jarak dari satu kampung ke kampung lainnya, pada umumnya
berjauhan, dan terpencar. Begitu pula letak rumah-rumah
penduduk biasanya terpencar-pencar. Lamin atau Betang atau
rumah panjang banyak ditemukan. Biasanya sebuah
perkampungan besar, mempunyai empat sampai lima anak
kampung dengan jarak yang sangat jauh. Anak kampung yang
terpencil letaknya lebih jauh ke pedalaman, yaitu di gunung,
lembah, tepi sungai, bahkan di hutan. Tepat sekali apabila
dikatakan bahwa letak kampung di Kalimantan, seperti lalat
terbang, ada yang di tepi sungai, hutan, lembah, dan gunung.
93
• Beberapa kumpulan dari kampung kecil menjadi sebuah
kampung besar, atau dapat dikatakan bahwa sebuah kampung
besar terdiri dari beberapa kampung kecil. Hal ini terjadi
disebabkan karena tuntutan kebutuhan. Sebagai contoh,
masyarakat yang pergi ke suatu daerah disekitar kampung tempat
tinggal mereka untuk mencari nafkah, misalnya menangkap ikan
atau mencari hasil hutan, dan kepergian mereka berkelompok
demi mempermudah. Di daerah tujuan tersebut mereka bangun
rumah untuk mereka beristirahat. Dengan demikian, secara
administratif, mereka tetap penduduk kampung asalnya.
• Pada umumnya, alasan pendirian kampung berdasarkan
kesuburan tanah, atau banyaknya hasil hutan yang dibutuhkan,
juga pada daerah yang banyak ikannya. Kelak apabila kesuburan
tanah telah menurun atau hasil hutan yang dibutuhkan telah
mulai habis, maka tempat tersebut ditinggalkan untuk mencari
daerah baru yang lebih menjanjikan. Itulah sebabnya di
pedalaman Kalimantan banyak ditemukan kampung-kampung
yang telah kosong karena penduduknya secara bersama-sama
telah pindah ke daerah lain sesuai kesepakatan. Tanda-tanda lain
daerah bekas perkampungan ialah apabila daerah tersebut banyak
ditemukan pohon buah-buahan, misalnya durian, rambutan,
manggis, dan sebagainya.
• Akibat kekayaan alam, penduduk pribumi menjadi sangat
dimanja. Tanpa kerja keras, mereka telah mampu hidup, cukup
makan. Dampaknya, penduduk enggan kerja keras.

Susunan Pamong Desa dan Penghasilannya

Ketua Pamong Desa dipegang oleh seorang Pembakal atau Kepala


Kampung. Di Kotawaringin disebut Mantir atau Demong.
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur di sebut Patinggi atau
Kepala Hajo. Sebagai penasihat dipilih seorang guru desa, biasanya
disebut Guru Kepala.

Susunan Pamong Desa :


a. Wakil Kepala Kampung di daerah suku Dayak biasanya lebih dari
satu orang. Hal ini disebabkan karena letak dari kampung kecil-
kecil jauh terpencar, sehingga setiap kampung kecil dikepalai oleh
seorang Pembakal.
b. Satu orang Juru Tulis Pembakal.
c. Pangirak. Pada setiap kampung kecil ada seorang pangirak.
d. Tetuha Kampung atau Bakas Lewu.

94
e. Kepala Hutan/Kepala Padang/Kepala Sungai, satu orang untuk
setiap wilayah, disesuaikan dengan bagian masing-masing.
f. Ponokawan, jumlahnya tergantung besarnya kampung.

Yang menerima penghasilan hanyalah Pembakal, namun menurut


kebiasaannya, Pembakal menyisihkan bagian yang diterimanya untuk
Wakil Pembakal, Juru Tulis dan Pangirak.

Uang tersebut berupa :


a. Uang kehormatan.
b. Bebas pajak.
c. Uang tiga tali yang dibayarkan oleh tiap-tiap wajib pajak.
d. Uang Collecteloon 8 %.
e. Uang pemasukan untuk Kepala Hutan / padang.
f. Uang pembersihan sungai untuk kepala sungai.

Pemandangan Umum Tentang Perbaikan Desa

Dalam hal ini penulis ingin membatasi pandangan penulis


pada kampung-kampung di daerah 7 suku besar 72.
Sebelum adanya pemerintah Belanda di negeri ini, suku Dayak
telah mempunyai perkampungan sendiri, yaitu tempat tinggal
bersama suatu keluarga besar, dalam pimpinan Kepala Suku. Cara
pemerintahan diatur oleh hukum adat yang menyangkut masalah
keamanan, peraturan-peraturan, dan masalah yang berhubungan
dengan kesejahteraan masyarakat. Sebagai penanggung jawab, adalah
Kepala Suku, namun dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban, Kepala
Suku didampingi oleh ketua-ketua kampung, tanpa membedakan
jenis kelamin.
Di samping tugas-tugas tersebut, Kepala Suku juga bertindak
sebagai Hakim di daerahnya. Hukum adat yang dijalankan
berdasarkan pada overleveringen yang telah diakui dan ditaati oleh
penduduk. Segala inisiatif sepenuhnya dilaksanakan oleh Kepala
Suku dan Ketua-Ketua Kampung, karena mereka adalah tulang
punggung masyarakat.
Pada awal pemerintahan kolonial instelingen, peraturan ini
tetap dipakai, hanya nama Kepala Suku dirubah menjadi Pembakal.
Untuk tingkat yang lebih tinggi di sebut Damang dan Tumenggung.
Istilah-istilah tersebut menunjukan adanya pengaruh kebudayaan
jawa. Perkembangan selanjutnya, kekuasaan Kepala Suku, semakin
hari semakin dipersempit, hingga akhirnya tak berarti lagi.
Maksudnya para Kepala Suku hanya menjalankan perintah demi

72 405 suku yang lebih kecil.


95
kepentingan pemerintah kolonial. Misalnya sebagai pemungut pajak
atau tukang dayung untuk mengantarkan pegawai kolonial
melakukan perjalanan dari kampung ke kampung, yang terkadang
cukup lama.
Karena seringnya Kepala kampung meninggalkan daerahnya
untuk mengantarkan pegawai kolonial ke kampung lain,
mengakibatkan popularitas Kepala Kampung telah hilang di mata
rakyat, bahkan sudah tidak diinginkan lagi. Sehingga tidak
mengherankan apabila kemudian pemilihan Kepala Kampung sudah
tidak murni lagi, sudah ada mufakat sebelum pemilihan. Yang terpilih
menjadi Kepala Kampung adalah orang-orang yang tidak punya
pengaruh atau para pengangguran di kampung. Akibatnya tentu saja
kewibawaan kepala kampung menjadi semakin pudar.
Tugas lain yang harus diemban oleh seorang Kepala Kampung
selain mencari nafkah bagi keluarganya, juga bertugas menjadi kaki
tangan pemerintah kolonial. Tugas tersebut mereka laksanakan tanpa
mendapat imbal jasa, hanya bebas pajak. Pemerintah Pamong Praja
jarang mengunjungi kampung-kampung, sehingga kampung tidak
berkembang, seolah-olah hanya tempat mendirikan rumah / pondok
saja untuk tempat tinggal. Wibawa dan kharisma Kepala Kampung
telah benar-benar sirna sehingga kebersihan kampung dan tata tertib
terabaikan. Peraturan dilaksanakan hanya apabila dengan ancaman
hukuman.

Pengaruh Pendudukan Jepang

Mental masyarakat telah dirusak oleh pemerintah kolonial,


masih ditambah lagi dengan datangnya bencana baru, yaitu
pendudukan Jepang. Lengkaplah kekacauan yang dihasilkan.
Ketaatan penduduk hanya karena kekuatan senjata dan kekejaman
yang mereka alami. Kekuatan kampung digunakan untuk kekuatan
perang yaitu dengan jalan memaksa anak kampung ber-kinrohosi dan
menjual bahan makanan serta hewan mereka kepada pemerintah
Jepang, tanpa mengindahkan apakah kampung tersebut telah cukup
mempunyai bahan makanan bagi kebutuhan kampung itu sendiri.

Pengaruh Zaman Revolusi

Setelah mengalami masa keras, terbelenggu, karena


kehilangan kebebasan bergerak, tibalah zaman revolusi. Inisiatif
masyarakat mulai muncul kembali. Akan tetapi dampak negatif
pengaruh penindasan yang telah dialami penduduk berbuntut
panjang. Sulit mengembalikan mental penduduk untuk taat kembali
kepada peraturan yang ada. Tata tertib tidak lagi diindahkan, bahkan
96
kepada Kepala Kampung, pada tingkat pertama dan Pemerintah
pada tingkat kedua, tidak lagi tersisa rasa hormat dan ketaatan.
Seolah masyarakat telah lepas kendali.
Mengingat kurangnya pengetahuan masyarakat pada masa
itu, seharusnya dapat dimaklumi dan dimaafkan. Mereka tidak diberi
kesempatan untuk memperoleh pendidikan formal, begitu pula
kemampuan para Kepala Kampung masih jauh ketinggalan, sehingga
tidak mungkin baginya untuk dapat memberikan informasi yang
sejelas-jelasnya kepada penduduk setempat akan arti demokrasi
tersebut. Apabila mereka dikatakan kurang taat kepada peraturan,
bukan berarti mereka melawan pemerintah. Akan tetapi
sesungguhnya mereka salah mengerti akan arti dan makna kata
demokrasi, akibatnya disiplin kabur.
Pada masa pemerintah kolonial, para Kepala Kampung hanya
menjadi orang yang hanya menerima perintah saja. Sebaiknya pada
masa ini diharapkan inisiatif hendaklah diserahkan kepada para
Kepala Kampung, tetapi dengan cara yang tepat, antara lain dengan
memberikan brosur-brosur otonomi desa yang terbawah dari
undang-undang desentralisasi. Rasanya memang tidak tepat, apabila
di masa demokrasi sedang berkembang pada penduduk di kampung,
kemudian mengatur cara pemerintahan seperti pada zaman kolonial
ataupun meneruskan kembali kebiasaan lama, benar-benar sudah
tidak pada tempatnya lagi.
Rakyat menghendaki kekuasaan untuk memajukan kampung
halamannya sendiri, ada dalam tangan mereka sendiri. Ada baiknya
keinginan tersebut disalurkan pada peraturan-peraturan yang ada,
yaitu memberikan desa otonomi yang pada tingkat awal dengan
dibantu oleh pegawai-pegawai Pamong Praja. Pemerintah sebaiknya
mendahului keinginan rakyat yang arah dan tujuannya telah dapat
dilihat. Desa otonomi, tidak perlu diberikan secara merata kepada
tiap-tiap kampung, cukup diawali pada kampung-kampung besar dan
telah mengalami kemajuan. Tentu saja pendampingan dalam bentuk
penerangan sangat dibutuhkan oleh penduduk kampung, juga sangat
dibutuhkan sikap sebijaksana mungkin demi menghindari terjadinya
goncangan kepercayaan rakyat.
Mengingat sumber keuangan yang merupakan dana untuk
melancarkan otonomi desa, maka diperlukan kepala-kepala kampung
yang mampu dan cakap. Oleh sebab itu, seseorang bisa terpilih
menjadi kepala kampung, harus melalui seleksi dan persyaratan
tertentu.
Secara bertahap, tugas dan kewajiban seorang Camat akan
mengalami perubahan. Mereka akan berfungsi sebagai pengawas
yang mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan pemerintah, juga

97
membantu para kepala kampung untuk mengembangkan kehidupan
masyarakat desanya.

Kemungkinan Perubahan Desa-Desa di Daerah Dayak


yang Masih Berpindah-Pindah, Menjadi Satu yang
Tetap dan Teratur

Pada umumnya, suku Dayak yang suka berpindah-pindah


adalah suku Dayak yang berdiam di pedalaman.

Beberapa Penyebab Perpindahan

a. Keadaan Alam Kalimantan


Pulau Kalimantan yang luas dan kaya akan hasil hutan, sangat
mendukung kegiatan penduduk dalam hal berpindah-pindah
tempat tinggal. Lancarnya kegiatan perdagangan hasil hutan,
membuat masyarakat semakin terpacu menambah penghasilan.
Lalu mereka berusaha mencari tempat baru yang tanahnya subur,
serta banyak hasil hutannya. Apabila daerah yang mereka
gunakan tanahnya telah tidak subur karena telah digunakan
untuk berladang, juga karena hasil hutannyapun telah mulai habis
karena telah mereka ambil dan manfaatkan, mereka pindah
ketempat lain yang lebih subur dan banyak hasil hutannya. Begitu
seterusnya.
Akibat negatif perpindahan penduduk yang berulang-ulang
tersebut, dapat mengakibatkan kegundulan hutan dan banjir.
Disamping itu akibat kehidupan yang sering berpindah-pindah,
maka penghidupan menjadi tidak teratur, wabah penyakit mudah
menyerang, cacah jiwa akan merosot, dan yang dikhawatirkan
suku demi suku akan pupus.

b. Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat masih sangat berpengaruh. Sebagai
contoh, apabila terjadi kematian pada Kepala Suku mereka, atau
ada wabah penyakit, bahkan ketika mendengar suara burung
tertentu yang diyakini sebagai petanda tidak baik, sudah cukup
untuk menjadi alasan kepindahan mereka.

c. Pendidikan
Jika penduduk daerah lain telah lama mengenal apa yang
dinamakan sekolah, maka bagi suku yang kerap berpindah
tempat, mereka belum mengenal sekolah. Pemerintah kolonial
merasa belum ada manfaatnya apabila di daerah mereka didirikan
sekolah. Dapat dimengerti apabila kemudian mereka masih
98
berada dalam taraf yang rendah, karena tidak diberi kesempatan
untuk maju, hidup statis, tanpa peduli pada kemajuan zaman.

d. Desakan Penghidupan.
Tidak adanya perhatian dari pemerintah kolonial pada waktu itu,
didukung dengan sikap kurang menghargai dari beberapa
golongan masyarakat yang telah lebih maju, contohnya hasil
hutan yang telah dikumpulkan berbulan-bulan, hanya ditukar
dengan sebungkah garam atau satu kilogram tembakau. Salahkah
bila kemudian mereka pergi untuk mencari taraf kehidupan yang
lebih baik ?.

Menurut penulis, untuk mengatasi hal tersebut, maka :


a. Menempatkan pegawai pemerintah yang telah terlatih, untuk
ditugaskan mengadakan pendekatan dengan suku yang dimaksud.
Cara pendekatan personal, menjalin hubungan baik kepada
penduduk setempat, baru kemudian memberikan penerangan-
penerangan sesuai daya tangkap dan kebutuhan masyarakat
setempat.
b. Membentuk Kader. Menyekolahkan beberapa anak dari suku
tersebut ke daerah lain yang lebih maju, dengan harapan kelak,
apabila telah memiliki pengetahuan sekalipun sangat sederhana,
dan telah kembali kekelompok sukunya, nantinya ia akan
mengarahkan dan memimpin sukunya untuk membangun
kampung yang tetap. Disamping itu juga dipilih beberapa pemuda
untuk dididik dalam bidang kesehatan, serta terjun langsung di
rumah sakit atau poliklinik di daerah yang lebih maju. Dengan
harapan, kader-kader terpilih, nantinya akan memberikan contoh
dan penerangan-penerangan kepada masyarakat sukunya tentang
arti dan manfaat kebersihan dan kesehatan.
c. Memberikan perhatian dan perlindungan kepada suku yang
dimaksud secara menyeluruh, khususnya disaat mereka
mengalami bencana atau malapetaka. Misalnya saat ada wabah
penyakit menular, bencana kelaparan, dan sebagainya. Juga
penting memberikan perlindungan dan perhatian kepada mereka
agar tidak lagi menjadi korban golongan tertentu dalam dunia
perdagangan. Dengan adanya rasa terlindung dari suku yang
dimaksud, maka secara bertahap mereka akan merasa dihargai
dan kepercayaan kepada pemerintah akan pulih kembali 73.
d. Untuk menunjang program di atas, diadakan dana desa untuk
jangka panjang yang dikelola oleh pemerintah, dan dalam
pelaksanaannya hendaklah dijaga, supaya tidak merupakan

73 Akibat ulah pemerintah kolonial.


99
permainan sinterklas yaitu membagi-bagikan hadiah yang
akibatnya akan mematikan semangat kerja penduduk.
e. Pernah ada peraturan yang menetapkan bahwa setiap kepala
keluarga harus mempunyai rumah sendiri di dalam ibu kampung,
diizinkan tinggal di hutan hanya pada saat kerja ladang saja, dan
apabila apa yang dilakukan telah selesai, diwajibkan kembali ke
ibu kampung. Disediakan patroli di hutan-hutan dan pegunungan
- pegunungan yang bertugas mengawasi pelaksanaan peraturan
ini, dan apabila peraturan tidak dilaksanakan, maka akan
diberikan sanksi dengan pembongkaran rumah yang terdapat di
hutan.

Niat Membuka Dayak Reservaten

Niat membuka Dayak reservaten, sepanjang yang tertulis,


memberikan perlindungan kepada suku Dayak agar dapat memiliki
tanah perladangan yang cukup. Disamping itu tidak dapat dipungkiri
bahwa bentuk Dayak reservaat adalah sejalan dengan politik kolonial
yang ingin memecah belah bangsa Indonesia dengan jalan
memisahkan golongan satu dengan lainnya.
Sebenarnya Dayak reservaat, sama artinya dengan orang
Dayak di jadikan tontonan, maksudnya dimasukkan kedalam lemari
kaca, kemudian dijadikan tontonan pihak lain. Dunia luar menyangka
mereka mendapatkan perlindungan, kenyataan mereka tetap sebagai
golongan masyarakat terendah yang tidak mendapatkan layanan dan
bimbingan yang layak sebagai rakyat. Disamping itu harus juga diakui
bahwa sebenarnya Dayak reservaat sebenarnya adalah batas dari
hutan cadang dan tanah perkampungan, sehingga, apabila batas
tersebut dengan begitu saja ditiadakan, mungkin tanah-tanah yang
ada disitu dalam waktu singkat, akan berubah menjadi padang alang-
alang. Kemudian hutan cadang akan habis musnah, sehingga
kemungkinan bencana banjir akan lebih besar.
Penduduk yang mendiami Dayak reservaat ini, taraf
pendidikan dan pengetahuan akan dunia luar sangat minim. Hal ini
dapat dimengerti karena sejak dulu tidak pernah mendapatkan
bimbingan yang layak. Dikhawatirkan adanya perbedaan yang
menyolok antara penduduk yang mendiami Dayak reservaat dengan
penduduk yang diam di luar Dayak reservaat. Dikhawatirkan pula
bila daerah Dayak reservaat dihapuskan dan penduduk yang
mendiami daerah tersebut tidak mendapatkan perlindungan yang
wajar, maka mereka akan mengadakan perpindahan besar-besaran
untuk masuk lebih dalam ke pedalaman. Akibatnya, banyak pihak
yang akan dirugikan.

100
Pada masa kolonial telah dilaksanakan usaha untuk
mengintensifkani pemerintah daerah Dayak reservaat dengan jalan
menempatkan pegawai-pegawai Dayak di daerah tersebut. Usaha ini
mengalami kegagalan, karena pegawai-pegawai yang ditempatkan
tersebut hanya diberi tugas sebagai penjaga pintu. Maksudnya agar
tidak ada suku lain yang masuk dan berladang di daerah tersebut.
Pada prinsipnya Dayak reservaat, tidak perlu lagi dipertahankan,
karena akan menghambat kemajuan dan perkembangan daerah itu
sendiri. Dengan mengumpulkan suku-suku yang ada disekitarnya,
misalnya suku Dayak Bukit, Dayak Balangan, dibuat suatu kampung
baru yang sehat, terarah, dan dipimpin oleh pemerintah daerah yang
cakap, berpandangan luas dan berwibawa. Dengan demikian,
diharapkan kebiasaan penduduk untuk berpindah-pindah tempat
tinggal, akan lenyap secara bertahap.
Cara memilih daerah yang layak untuk dijadikan kampung
baru, dengan dibentuk panitia khusus dengan tugas mengadakan
perundingan dengan kedua suku, untuk menentukan tempat paling
sesuai untuk dijadikan kampung baru bagi mereka. Dalam hal ini,
jangan dilupakan untuk juga melibatkan ahli pertanian. Satu
tantangan lagi, bukan hal mudah meyakinkan kedua suku tersebut
bahwa daerah baru yang akan mereka huni akan lebih
menguntungkan dan mensejahterakan mereka, dalam hal ini tentu
saja dibutuhkan kemampuan khusus.
Tanah bekas Dayak reservaat sebaiknya direhabilitasi, dan
tentu saja butuh dana tidak sedikit dari pemerintah, namun hal
tersebut perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya pembukaan
hutan-hutan baru.
Berkenan dengan niat membuka Dayak reservaat, maka
perhatian penulis, tertuju kepada butir ke lima Pancasila yaitu : “
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “, dan U.U.D. 45 pasal
33 ayat 1, juga mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris,
maka pada saat Dayak reservaten dibuka, maka amat bijaksana
apabila pemerintah menetapkan suatu peraturan untuk mengatur
pemakaian tanah kosong yang ada di dalam daerah Dayak
reservaten, sama seperti dilakukan sekarang dengan tanah efpacht
Kelayan, dengan ketentuan bahwa bagi mereka yang telah
mempunyai tanah, baik di dalam maupun di luar Dayak reservateen,
izin tidak diberikan. Menurut hemat penulis apabila Dayak reservaat
dihapuskan, harus dilaksanakan dengan bijaksana dan karena
masalah ini dianggap hal penting, maka pelaksanaannya harus
dengan cara yang hati-hati.

Demang Kepala Adat


101
Dalam kesempatan ini, penulis teringat pada pepatah yang
berbunyi: “Lain ladang, lain belalang, lain lubuk, lain ikannya”.
Disamping itu juga U.U.D. RI. Pasal 32, ada kalimat yang berbunyi:
“Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia“, maka di
sini kebudayaan juga termasuk adat istiadat dan sejarah masa lalu.
Sehingga pada tempatnyalah apabila jabatan Demang Kepala Adat,
masih dipertahankan hingga saat ini.
Jabatan Demang Kepala Adat, yang pada tahun 1928
dilahirkan sebagai jabatan tebusan, untuk menggantikan jabatan
Kepala-kepala Adat masa lalu 74, oleh suku Dayak diterima dengan
baik, sebagai pemulihan dan pengakuan kembali atas adat istiadat
budaya leluhur mereka. Dirasa sangat bijaksana apabila adat istiadat
leluhur dipelihara dengan baik oleh pemerintah dengan menetapkan
jabatan-jabatan Demang Kepala Adat, khususnya untuk semua
kabupaten yang ada di seluruh Kalimantan.

Sebagai contoh :

a. Di Kabupaten Kotawaringin, terdapat 22 orang Kepala Adat, yaitu


8 Demang yang meliputi 3 kewedanaan; di Sampit Barat 1 orang,
Sampit Utara 4 orang, dan di Sampit Timur 3 orang. Mantir
Puluhan ada 14 orang dalam Swapraja Kotawaringin. Tugas dan
kewajiban mereka ditetapkan dengan instruksi Residen
Kalimantan Selatan dan Timur, tertanggal 28 Oktober 1928. No.
349/c7 – 1. Akan tetapi, sampai dimana instruksi tersebut
ditanggapi? Jawabannya semua dapat digunakan sebagai
pedoman, asalkan beberapa kalimat dikurangi:
1) Kalimat yang berbunyi: Demikian pula penuntutan atau
Vordering, gerakan rodi atau heerrendienst.
2) Seluruh pasal 7 yang isinya : Mereka berhak atau bevoegd,
apabila mereka berpendapat bahwa untuk ada alasan atau
aanleiding, yang penting atau dringend untuk berurusan
dengan surat kepada pemerintah Eropa atau Europeesche
Bestuur tentang segala hal ihwal yang patut disampaikan,
tetapi apabila mereka tidak memperoleh kecocokan atau
Overeenstemming dalam itu dengan Kiai atau Asisten Kiai
yang bersangkutan.
b. Pekerjaan Demang – Kepala Adat – Demang – Demong
Temenggung – mantir Puluhan, seperti yang telah ditetapkan

74 Maksudnya di masa kolonial Belanda.


102
Rapat adat yang diketuai oleh seorang Demang, dengan anggota para
Tetuha Terkemuka dan bertempat tinggal di ibukota kedemangan.
Para penasihat terdiri dari mereka yang disebut Penghulu Adat dari
tiap-tiap suku yang terdapat dalam daerah kedemangan tersebut.
Penghasilan Kerapatan Adat, 75 10 % dari jumlah taksiran harga
barang yang diperkarakan dan harus dibayar oleh kedua pihak yang
bersengketa.

Susunan dan Tingkatan Pada Masa Lampau

Akibat perkembangan zaman, maka terjadilah susunan dan


tingkatan-tingkatan diantara penduduk Kalimantan di masa lalu.

a. Kepala Kampung yang di masa kolonial tugasnya hanya


melaksanakan perintah pegawai kolonial, dengan tugas utama
menarik pajak, dan mendayung perahu, bagi para pegawai
kolonial, apabila mengunjungi kampung lain, mengakibatkan
terjadinya perbedaan kelas dalam masyarakat. Ada kaum
bangsawan, dan ada orang-orang pantan.
b. Orang-orang Pantan adalah penduduk asli yang dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, diusahakan sendiri.
Kewajiban mereka mematuhi perintah pimpinan, serta wajib
menyediakan tenaga secara sukarela apabila dibutuhkan oleh
pimpinan. Disini jelas nasib mereka banyak tergantung kepada
kepribadian pimpinan mereka.
c. Orang-orang Merdeka adalah keluarga jauh para Kepala
Kampung. Mereka dibebaskan dari kewajiban membayar pajak,
namun tetap harus menyediakan tenaga secara sukarela apabila
dibutuhkan, demi kepentingan umum.
d. Orang-orang Jipen, ialah golongan budak. Para jipen, sama
sekali tidak memiliki harta benda, seluruh kebutuhan hidupnya
disediakan oleh majikannya. Kepala Kampung, orang-orang
merdeka, orang-orang pantan, diizinkan mempunyai jipen. Jipen
berasal dari orang-orang yang kalah perang, dan tak sanggup
melunasi utangnya 76. Apabila para jipen telah mampu melunasi
utangnya, maka kemerdekaan akan mereka peroleh. Akan tetapi
bila hingga akhir hayat, utang belum mampu juga dilunasi, maka
anak keturunannya akan tetap menjadi jipen, yang biasa disebut
dengan sebutan utus jipen, sampai utang yang ada terlunasi.
e. Orang-orang Abdi ialah orang-orang yang dibeli.
f. Orang-orang tangkapan atau tawanan.

75 Yang terdiri dari ketua, penasihat dan anggota.


76 Mereka disebut juga manempu.
103
g. Orang Tamuei atau orang asing. Mereka bukan penduduk asli,
akan tetapi mereka adalah pendatang yang datang ke daerah
tersebut untuk alasan dagang. Akan tetapi selama mereka berada
di suatu daerah di kampung Dayak, mereka harus tunduk kepada
aturan yang ada, dan dengan proses, mereka akhirnya akan
mendapatkan hak yang sama dengan penduduk.

Keadaan Penduduk Di Masa Lampau

Hukum Adat telah dikenal sejak masa lampau. Pada


umumnya mereka tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, selalu
berpindah-pindah. Pakaian yang digunakan terbuat dari kulit kayu.
Dalam kehidupan bermasyarakat, tidak dikenal adanya perbedaan
kelas.

Pendirian dan Perhubungan Kampung-kampung

Sering diadakan musyawarah di antara Kepala-Kepala


Kampung untuk mencapai suatu mufakat yang dapat diterima oleh
semua pihak. Dalam keadaan darurat, misalnya bahaya yang segera
mengancam, musyawarah khusus segera diadakan. Ketidaksepakatan
belum pernah terjadi, akan tetapi apabila hal tersebut sampai terjadi,
maka para Kepala Kampung lainnya segera berkumpul dan berusaha
menganjurkan perdamaian diantara mereka . Atau di dalam
pemeriksaan masalah ditemukan ada yang bersalah, maka kepada
pihak yang bersalah, diberikan hukuman berupa denda.

Hak Atas Tanah

Belum mengenal adanya surat-surat tanah, dan hal ini


merupakan salah satu pendorong adanya penduduk yang berpindah-
pindah tempat.

Kesimpulan

a. Berbagai cara pemilihan Kepala Kampung.


1) Di daerah pedalaman, dilaksanakan dengan mufakat tetuha-
tetuha kampung. Hasilnya dituangkan dalam bentuk daftar.
2) Daerah hilir dengan cara pemilihan biasa, pakai proses verbal.
3) Di daerah Swapraja Kotawaringin, Kepala Kampung yang
biasa disebut Mantir, dipilih berdasarkan faktor turunan.

b. Penulis sangat mendukung untuk mempertahankan cara pertama,


dengan ketentuan harus terang huruf. Diharapkan Pembakal
104
mampu menyeleksi petugas Pamong desa terdiri dari orang-orang
yang mampu, cakap dalam melaksanakan tugas pemerintahan
kampung sehari-hari.
1). Penghasilan Kepala Kampung yang oleh Gubernur Kalimantan
sudah dianjurkan untuk dilipat gandakan. Penulis sangat
mendukung kebijaksanaan ini.
2). Aturan Pas atau Surat Jalan, sebaiknya tetap dipertahankan,
mengingat saat-saat ini masyarakat merasa tidak lagi merasa
aman dalam perjalanan tanpa mengantongi Pas dalam saku
bajunya. Aturan Pas, antara lain, pendatang berkewajiban
melaporkan diri kepada Pembakal setempat 77.
3). Kursus Pamong desa, makin cepat, makin baik, buku-buku
petunjuk dibutuhkan untuk setiap unit pelajaran.

77 Pasal 515 Kitab U.U. Pidana.


105
BAB IV
BAHASA

Pendahuluan
Menurut penulis, lingua franca bagi suku Dayak di seluruh
Kalimantan ialah bahasa Ot Danom atau bahasa Dohoi. Khusus untuk
daerah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, lingua franca
orang-orang Dayak ialah bahasa Dayak Ngaju yang terkadang
disebut bahasa Kapuas. Bahasa kuno dan sakral yang digunakan
dalam upacara-upacara adat keagamaan, dalam Marung, upacara
Tiwah, Mahanteran, Jaya, Badewa, dan sebagainya adalah bahasa
Sangen atau disebut pula sebagai bahasa Sangiang. Bahasa Sangen
atau bahasa Sangiang telah nyaris punah. Bahkan generasi muda
Dayak nyaris tidak mengenalnya lagi.
Setiap suku memiliki bahasa daerah sendiri-sendiri, dialek dan
kosa kata sedikit berbeda. Sebagai contoh, bahasa Dayak Ot Danom
lebih banyak menggunakan huruf O dan A, sedangkan bahasa Dayak
Ngaju lebih banyak menggunakan huruf E dan A.
Beberapa Contoh Bahasa Daerah

Bahasa Bahasa Bahasa Bahasa Bahasa


Indonesia Dayak Dayak Bajau Dayak
Ngaju Bahau Ot Danum
Satu Ije Jie Sa Ico
Dua Due Dua Dua Doo
Tiga Telo Telo Tee Toro
Empat Epat Epat Empat Opat
Lima Lime Lime Lime Rimo
Enam Jahawen Enam Enem Unom
Tujuh Uju Tuju Pitu Pito
Delapan Hanya Saya Walu Waru
Sembilan Jalatien Pitan Sanga Sioi
Sepuluh Sapuluh Pulu Sepuluh Poro

Bahasa Bahasa Bahasa Bahasa


Indonesia Dayak Dayak Dayak Lepo
Pasir Ma’anyan Tau (Long
Nawang)
Satu Erai Isa Ca
Dua Doeo Rueh Dua
Tiga Toloe Telu Telo
Empat Opat Epat Pat
Lima Limo Dime Lema
Enam Onom Enem Enam
Tujuh Turu Pitu Tuju
Delapan Walu Walu Ayah
Sembilan Sie Suei Pien
Sepuluh Sapulu Pulu1 Pulu

1 Pulu dapat pula disebut sepuluh.


108
Bahasa Bahasa Bahasa Bahasa
Indonesia Dayak Ngaju Dayak Ot Dayak
Danum Ma’anyan

Allah Hatalla Pohotara Alatala


Perut Kanai Botoi Wuntung
Beras Behas Bojah Weah
Bapak Apang/Bapa Amai Ambah
Makan Kuman Kumai Kuman
Sakit Pehe Poros Mahanang
Kepala Takolok Kuhung Ulu
Mati Matei Matoi Matei
Hidup Belum Borum Welum
Lidah Jela Jora Lela

Datang Dumah Rombut Hawi


Hitam Babilem Mitom Maintem
Merah Bahandang Mangan Mariang
Perempuan Bawi Bawi Wawei
Laki-laki Hatue Bakang Upu
Obat Tatamba Tawas Tatamba
Tiang Jihi Johi Ari’
Ayam Manok Manuk Manu
Babi Bawoi Bawui 2 Wawui
Anjing Aso Asu Antahu

Riam Riam Kiham 3 Riam


Panas Balasut Barasut Malaing
Minum Mihop Ngorih Ngu’ut
Marah Sangit Basingi Sangit
Cinta Sinta Sita Sinta
Isteri Sawa Aruh Darangan
Kakek Bue Tatu Kakah
Nenek Tambi Tatu Itak
Perahu Arut Arut Jukung
Dayung Besei Bahosoi Dayung

Lantai Laseh Sauh Lantai


Luka Bahimang Baringin Batan
Sombong Balecak Barecak Sakah
Celana Salawar Sambuk Salawar

2 Bawui bisa juga disebut urak.


3 Kiham bisa juga disebut gohong.
109
Telinga Pinding Taringa Silu
Menyelam Maneser Nosot Iselem
Kelapa Enyoh Onyuh Niui
Nasi Bari Bari Nahi
Malu Mahamen Mia Amangan
Kera Bakei Bakai Warik
Babi Hutan Bawoi Bawoi Wawui

Penjelasan

Penjelasan untuk bahasa Dayak Ot Danom

 Dalam bahasa Dayak Ot Danom ada huruf atau sebutan, tetapi


tidak ada huruf dalam tulisan. Misalnya huruf R (er), sebagai
contoh borum, tidak diucapkan borum seperti apa yang tertulis,
akan tetapi cara pengucapannya berada diantara huruf R dan L.
 Babi = bawui atau urak, maksudnya babi hutan disebut bawui
dan babi yang dipelihara disebut urak.

Penjelasan untuk bahasa Dayak Manyan

 Kuman berarti makan dengan nasi. Lainnya memakai istilah


nguta, misalnya nguta kenah, artinya makan ikan.

 Ari’ mempunyai banyak arti yaitu : tiang, jual, yang bertujuan.


Nah bah hanyu artinya engkau.

 Wawui berarti babi hutan, iwek berarti babi peliharaan.

 Darangan berarti isteri juga suami. Contohnya darangan wat


Hasbullah, berarti isteri Hasbullah. Darangan wat Aminah,
berarti suami Aminah.

 Ambah berarti bapak. Namun antara tulisan dan ucapan berbeda


karena cara pengucapan bukan Ambah dan bukan pula Amah,
tetapi pada pengucapan lidah harus ditahan sehingga huruf B
tidak terdengar, suara hanya terdengar di dalam.

 Wolu memiliki arti ganda yaitu delapan dan janda.

 Di daerah Barito Timur ditemukan bahasa Dayak kuno yang


disebut bahasa Pangunraun. Karena penulis sendiri tidak
110
memahami bahasa tersebut, hanya ayah beliau yang merupakan
seorang penghulu dan Kanjat Justinus Langai yang berdomisili di
Sampit yang fasih menggunakannya, maka segala sesuatu tentang
bahasa Pangunraun tidak disinggung di sini. Hanya sebagai
informasi saja bahwa suku Dayak juga pernah mempunyai bahasa
kuno yang disebut bahasa Pangunraun yang adalah juga bahasa
sakral keagamaan.

 Untuk bahasa Dayak Ngaju, O dibaca U misalnya dohop, dibaca


duhup. Apoi dibaca apui. Toto dibaca tutu. Untuk huruf E
diucapkan E’. Misalnya Teken, diucapkan Te’ke’n

Penjelasan untuk bahasa Sangen

Bahasa Indonesia Bahasa Dayak Bahasa Dayak Ngaju


Sangen
(Dayak Kuno)
Allah Ranying Hatalla
Makan Ten Ngalapaten Kuman
Air Kehidupan Danum Kaharingan Danum
Embun Belum Ambun
Berkuasa Enun Bakuasa
Silahkan Masuk Kanaruhan Palus Tame
Nafas Rohong Kanduang Tahaseng
Cawat Aseng Ewah
Kabut Anden Kawus
Bertamu Aro Maja
Tersesat Ayah Layang

Tinggal Ahoi Melai


Memanggil Babalai Mangahau
Keluar Babalok Balua
Rumah Babalua Huma
Pergi Babungan Haguet
Jatuh Bajajak Lawu
Tempat sirih pinang Balawo anggon Sarangan sipa
Kampung Banua Lewo
Di Bara Hong
Rambut Gundai Balau

Guci Gosi Balanai


Pohon Garing Upun
Minyak Haselan Undus
111
Berlayar Mariaran Marayar
Barang Iran Ramu
Naga Ihing Tambun
Langit Hawon Langit
Upacara Tiwah Aui/haui/aoi/haoi Tiwah
Bagus/baik Babangkang Bahalap
Berdarah Badarah Badaha

Baik Badaris Bahalap


Menagih Badurun Managih
Atas Bagantung Ngambu
Bernafas Bahaseng Bara tahaseng
Duduk Bajanda Munduk
Cepat/bagus Balinga Gulung/bahalap
Orang Balita Biti
Imam Banian Balian
Bertato Bapatik Hatutang
Deras Batiki Badehes

Besar Batunjong Hai


Bercerita Batuntur Hasarita
Jauh Bawawet Kejau
Alamat/petanda Baya/bayan Dahiang
Badan/diri/pribadi Bihing Biti/arepe
Merah Bintan Bahandang
Guci Bukit Batu Balanga
Orang Buno Uluh
Bendera Dandayu Bandera
Dekat Dani Tukep

Sangat Daro-daro Paham


Ayam/ular Darong Manuk/handipe
Benar Dumas Tutu
Mari Ehei bara ehei Has-has
Kuning Endas Bahenda
Angsa Gasa Gangsa
Berkecambah Gawi-gawing Manyuluh
Lama tanpa Habalaun Tahi
gangguan Hadurut Muhun
Turun Hakanduang Hatatup
Kembar

Rakit Hakit Lanting


Kehidupan Hamaring Belum/pambelum
112
Mengantar Hanteran Magah
Perempuan Haruei Bawi
Berhenti Hatantinda Tende
Makan sirih Hataraju Simpa
Saling membacok Hatawekan Hasuduk
Memegang Hatiang Mimbing
Duda Hentap Buyu
Kakek Hiang Bue/datuk

Mata Hining Mate


Bersama Humboh Hayak
Ibu Indang Indu
Kaki Jaka Pai
Besi Jangkaran Sanaman
Pendek, kecil Iwa Pendek, kurik
Sapu Kalingking Papas
Pekerjaan Kamah Gawi
Di dalam Kalingu Huang
Raja Kanarohan Raja

Bertatah Kangatil Batatah


Dekat Karani Tukep
Buruk Karantusan Maram
Timang Karunya Tandak
Berfikir Kina Bapikir
Mata/bulu kening Kining Mate/bulun kining
Tersenyum simpul Kumi-kumi Ngumi-ngumi
Pihak Kurong Hila
Letih Leso Heka
Sirih Leut Sirih

Tempat Lonta Eka


Lelah Malu Uyuh
Menyongsong Mambang Manambang
Menghidupkan Mampaharing Mambelum
Membersihkan Mampang Marasih
Menyerahkan Manajoh Manjuluk
Memikirkan/ Manalatai Mangarangka/
menganyam mandare
Melahirkan Manalondong Manak
Bekata Manisoi Hamauh
Mengikatkan Manjah Mameteng

Naik/berjalan Manjong Mandai/mananjung


113
Penuh Meno Kuntep
Berdetik Merau-merau Mera-merau
Masuk Merem Tame
Meludah Mura Meluja
Di dalam Murung Huang
Pucat Musat Kalas
Seperti Naha Kilau
Seperti Nari Kilau
Masuk Nasa Tame

Mengantar Nganggarong Magah


Muncul Nyandang Lembut
Keluar Pajanjuri Belua
Duduk Pajena MundukTempara
Asal-usul Pananturan Tampara
Angker Pilu Rutas
Sedih Pusang Pehe atei
Meninggal Pusing Nihau
Emas Rabia Bulau
Barang Rangkan Ramu

Cepat-cepat Rariarang Dadari/paham balias


Beribu-ribu Riwon Bakuya-kuyan
Suara Riwut Auch
Dikurung Runtan Ingurung
Sakit hati Runting Pehe atei
Pergi Salam Haguet
Kemenyan Santi Garu
Mengangkat Sari Gatang Gatang
Manas Sarik Manas
Tabur Sawong Ambon Tawur

Serta Sintong Hayak


Tersedu-sedu Sire-siren Side-siden
Tali Sukoi Jarat/tali
Janda Sulan Balu
Menjelma Sulei Saluh
Yang pertama Sungka Sulake
Yatim Siren Nule
Enggang Tanjaku Tingang
Tempat Wayong Eka
Dada Wayang Usuk

Hitam Wawilem Babilem


114
Sayur berkuah Uring Juhu
Berlarian Lilalilang Dadari
Jalan Nanjung Tanjung
Embun Ambon Ambon
Lari Sarak Dari
Almarhum Awo Liau
Air Rahu Danum
Diam Teneng Suni
Kecil Randan Kurik

Tinggal Netep Melai


Kamu Rayong Ketun
Bawah Nipas Penda
Pindah Tasat Indah
Pindah Mindah Indah
Kelapa Palas Enyoh
Sawit Pandonge Sawit
Muntah Manela Muta
Jangan Korang Ela
Putus Ngampelek Memelek

Tinggal Basali Melai


Diri Bangkang Biti
Diminyaki Hapandoyan Iohos
Bau Simak Ewau
Lembar Kadandang Karambar
Seperti Rowan Kilau
Lembar Kapating Karambar
Memang Handong Puna
Awal/permulaan Panalataim Tamparam
Kuketahui Batuanaku Tawangku

Hidup Hamaring Belum


Atas Bagantung Ngambu
Bundar Kabanteran Kabunter
Kepunyaanmu Sangiangm Tempom
Tinggal Basali Melai
Seperti Nana Kilau
Emas Rawia Bulau
Jatuh Halawo Lawu
Kutaburkan Hapapayangku Inawurku
Tiba Harende Sampai

Masuk Nyelem Tame


115
Rumah Parung Huma
Mengeluarkan Nampalua Mamplua
Tidak mujur Kawe Sial
Memberangkatkan Hapaneken Manolak
Membuang Nantelak Manganan
Membuat Ngenteng Nguan
Bekerja Mangku Bagawi
Petanda Rahiang Dahiang
Bahan/ kain/ Timpong Benang
benang

Padat Deret Sintel


Pinggir Pangarawang Saran
Tanah Liang Petak
Kemerah-merahan Lingelingei Lalendang
Daun Lenjun Dawen
Menghilangkan Nantahuan Mahapus
Hilang Pusing Nihau
Urat Pantange Uhate
Menggerakkan Marogoh Manggerek
Menggerakkan Narinjet Manggerek

Terlompat Takaruan Takajuk


Kaki Tambang Pai
Lompat Tamparangan Tangkajuk
Kaki Salungan Pai
Guci Runjang Balanga
Berpakaian Habaruan Haklambi
Kau suruh Nyahuan Inyuhum
Masuk Nyelem Tame
Lagi Hatalinai Tinai
Kamu Enjong Ikau

Naik Manjung Mandaii


Pekataan Bahing Auh
Dari Marung Bara
Ribut Nyiang Ridu
Humus Sahumpak Sahep
Perjalanan Bajamban Halisang
Bersama Sintong Hayak
Lari Tanjan Dari
Sungai Ranum Batang danum
Jari Jari Tunjuk

116
Penuh Meno Kuntep
Membungkus Mangkusan Mamungkus
Membuka Ngantongan Inguak
Atas Junjung Hunjun
Berdiri Tarahendeng Mendeng
Pakaian Barun Klambi
Tepi Lompong Saran
Bertempat tinggal. Batimpen Melai
Memanggil Nangkihau Mangahau
Pulang Mulang Haluli/buli

Rumah Parung Huma


Berjalan Batanjung Mananjung
Memancing Misi Mamisi
Bawah Nyalulok Penda
Diambil Batambang Induan
Lelah Rumpang Heka
Kinang Hapantar Simpa
Kinang Hataraju Simpa
Menempati Menteng Melai
Bawah Nipas Penda

Bau Hampis Ewau


Lelah Leso heka
Mengintip Manjawau Manangkilik
Tempat Salohan Eka
Dimasukkan Nyalema Iajuk
Terpelanting Mirang Tambalang
Kurang Nahapas Tapas
Nafas Saheroi Tahaseng
Menyakiti Maherek Ngapehe
Menukar Malimbas Nakiri

Nafas Aseng Tahaseng


Lemah Bajambulei Balemu
Ikat Simpei Peteng
Bagus Badaris Bahalap
Bekal Tangkalawet Bahata
Rambut Pandung Balau
Dianyam Rarakan Indare
Berhenti Harende Tende
Anyaman Raren Dare
Bersanding Hararahan Habambai

117
Luas Sandong Lumbah
Berenang Langunjan Hanangui

Dalam bahasa Dayak Sangen Allah ialah Ranying Pohotara


Jakarang Raja Tuntung Matanandau Kanaruhan Tambing
Kabanteran Bulan, melai hong Tasik Malambung Bulau Bukit
Hintan Bagantung Langit, Kereng rabia Batuyang Hawun, Bukit
Tunjung Nyahu, Rintuh Rinyau Kamanjang Luhing, Gohong
Paninting Haseng, teneng kamandih Sambang. Nama ini dipakai
dalam upacara adat suku Dayak4.

Bahasa Bahasa Dayak Bahasa Bahasa Dayak


Indonesia Ngaju Dayak Dohoi
Katingan (Ot Danum)
Satu Ije Ice Ico
Dua Due Due Duo
Tiga Telu Telo Tolu
Empat Epat Epat Opot
Lima Lime Lime Limo
Enam Jahawen Jahawen Jahawen/Onom
Tujuh Uju Ucu Uju/Pitu
Delapan Hanya Hanya Hanya/Jalu
Sembilan Jalatien Tien Jalatien/Sioi
Sepuluh Sapuluh Sapuluh Sepuluh/Pulu
Sebelas Sebelas Sawalaas Sobalas
Duabelas Due Belas Due walas Due Balas
Duapuluh Due Puluh Due Puluh Due Puluh
Limapuluh Lime Puluh Lime Puluh Limo Puluh
Seratus Seratus Saratus Solatus
Seribu Saribu/Sakuyan Sakoyan Saribu/Sakujan

Bahasa Bahasa Bahasa Dayak Bahasa Dayak


Indonesia Bajau Lepo Tau Pasir
(long Nawang)
Satu Sa Ca Erai
Dua Due Duo Duo
Tiga Tee Telo Tolu
Empat Empat Pat Opat
Lima Lime Lema Limo
Enam Enem Enam Onom
Tujuh Pitu Tuju Turu

4 Lihat bab tentang agama Kaharingan.


118
Delapan Walu Ayah Walu
Sembilan Sanga Pien Sie
Sepuluh Sepuluh Pulu Sepulu
Sebelas Sebalas Ca Suhepulu Sablas
Dua Puluh Duam Pulu Due Suhe Pulu Dou Pulu
Seratus Datus Matu Jatus
Seribu Desebu Pulu Matu Saribo

Bahasa Bahasa Bahasa Dayak Bahasa Dayak


Indonesia Dayak Kinjin Impanang
Bahau
Satu Jie Ca Ca
Dua Dua Duo Rega,
Tiga Telo Talo Telo
Empat Epat Pet Apat
Lima Lime Lema Lima
Enam Enam Nem Hagan
Tujuh Tuju Tujoh Tucu
Sembilan Pilan Piin Salatien
Sepuluh Pulu Pulu Sapuluh
Dua Puluh Dua Pulu Duapulu -
Sebelas Jie Hainpulu Cahimpulu -
Seratus Matue Maatoh -
Seribu Jin Ribu Pulu Maatoh -

Bahasa Bahasa Dayak Bahasa Dayak Bahasa Dohoi


Indonesia Ngaju Katingan (Ot Danum)
Ayam Manuk Manuk Manuk
Telur Tanteluh Kate Katoluh
Nasi Bari Bari Bari
Ikan Lauk Lauk Ocin
Nasi Goreng Bari sanga Bari narang Bari
tanak/ngole
Perut Kanaii Elem Butui
Lapar Balauu Balauu Bolouu
Air Danum Danum Danum
Haus Teah belai Teah Belai Tojah bolai
Saya Lapar Aku balauu Yaku balauu Aku bolouu
119
Aku Haus Aku haus Yaku teah belai Aku tojah bolai
Saya sakit Aku pehe Yaku pehe Aku poros butui
perut kanaii elem Jalan/karatak

Jalan Mananjung Karatak Jalan nokuh


umoh
Jalan ke mana Jalan akan Jalan pasuwei Jalan nokuh
kueh juoi
Jalan ke udik Jalan akan Jalan pacu Jalan nokoh
ngaju booi
Jalan ke hilir Jalan akan Jalan pawa Jalan nokuh
ngawa kombuloi
Jalan ke kiri Jalan akan Jalan sambil Bajo
sambil Asu
Buaya Bajaii Bae Lamatok
Anjing Asu Asu
Pacat/lintah Lamantek Lamatek Boringan
Katin
Luka Bahimang Bahimang Mata
Gatal Bagatel Bagatel Urung
Mata Mate Mate Paa
Hidung Urung Urung Balou
Kaki Paii Paii Bakas
Rambut Balau Balau Bawi
Laki-laki Hatue Hatue Anak
Perempuan Bawi Bawi Amai
Anak Anak Nyanak
Bapak Bapa Aba Epu
Ine
Mertua Empu Epu Anak inyam
Ibu Umai Indang Ucan
Anak kecil Anak oloh Anak tawela Balasut
Hujan Ujan Ucan Batisah
Panas Balasut Balasut Boputi
Robek Barabit Barabit Bohenda
Putih Baputi Baputi Kambang
Kuning Bahenda Bahenda bungo
Bunga Kambang Kambang Patau
Titian Tetean Talotok Alut
Balosoi
Perahu Arut/jukung Bakis/alur Lopou
Pengayuh Besei Bahesei Konah
Rumah Huma Parak/pasah Onyoh
120
Sayur Juhu Joho Kahat
Kelapa Enyuh Enyoh Kahat takana
Pinang Pinang Gehat Kotimun
Pinang tua Pinang batue Takana Bakai
Mentimun Tantimun Tatimun Bakala
Kera Bakei Bakei
Bakantan Bakara Bakara Ucau/ucou
Lamatok/
Rebung Ujau Ucau/lembui laminjau
Lintah Lamantek Lamatek/ Le ngaram 7
lamanjau Le ngaran
Siapa Eweh aram? Ewei ngaram amaimu? 8
namamu? Eweh aran Ewei ngaran Le ijo?/ lai orih
Siapa bapam? japangm Akan umoh 9
Bapakmu? Eweh jete? Ewei jie Manulut
Akan kueh? Pasuei Salamat
Siapa itu? Manyapa Manyapa hasombang
Kemana? Selamat Salamat Salamat ngokos
Menyumpah hasundau hasundau
Selamat Salamat Salamat Salamat
bertemu hanjewu ngokos ngolomi
Selamat pagi Salamat Salamat
hamalem hamalem Salamat
Selamat holisang 10
malam Salamat Salamat Nangui
halisang halisang 6 Nokoru
Hanangui Hanangui Nyalan
Selamat Hadari Haguang Tabe
merantau Mananjung Mananjung Daan
Berenang Hatabe Hatabe Pisou/isou
Lari Edan Daan Lunju
Berjalan Pisau Pisau Damok/pongan
Bersalam Lunju Lunju Sopot
Dahan Damek Damek
Parang Sipet Sipet Talawang
Tombak Kacang
Damek Talawang Talawang Lemek/tilam
Sumpitan Amak Amak Batar/karuk
Lalemek Lalemek Keceng

6 halisang = namuei
7 inon ngaram
8 Inon ngaran amaimu ?
9 Nukoh umoh
10 Salamat holisang = salamat nomuoi.

121
Perisai Bantal Batal Honjan
Tikar Kenceng Keceng Honjan
Kasur Hejan Hecan/Hecot takaranak
Bantal Tangga Tangga Kolam
Kuali Suwang Suwang Salawar/sawuk
Tangga (1) Kalambi
Tangga (2) Salawar Salawar
Subang 5 Baju Baju Uwan
Paroi
Celana Uwan Uwan Jelei
Baju Parei Parei Kotowung
Jelei Jelei Monjuhan
Uban Jagung Jagung Ora
Padi Manjuhan Manjuhan Jala
Jelai Behau Haruan Tajung
Jagung Jala Jala Sauk
Jelawat Luntung Etang Otak
Ikan Gabus Sauk Sauk
Jala Beliung Beliung Apui
Lanjung Sorongin
Tangguk Apui Apui Nohoras
Beliung Sadingen Sangengem Badarom
Bebes Bawees Poros kuhung
Api Badarem Bararem Nguta
Dingin Pehe takolok Pehe kolok Mani
Keringat Muta Nguta Atop
Demam Mamani Mamani Osun
Sakit Kepala Atep Atep Osun apui
Muntah Asep Asep
Buang Air Asep apoi Asep
Besar bahe/asep apoi Nyeha
Pintu
Asap Manusul Manusul/ Ngawus
Asap Api manyeha Badayung/
Mambesei Kawus/kiwas hadayung
Badayung Badayung Tokon
Membakar Moliti/boliti
Teken Teken Onyuh biou
Berkayuh Ranbutan Maliti Onyuh
Berdayung Enyoh Balalang oko/kalapai
Mangur Kalapai Saka/sakang
Galah Enyoh batue Badi

5 Anting-anting
122
Rambutan Saka Sapandi/sapadi
Kelapa Muda Tatamba Wadi
Kelapa Tua Wadi Balasan/acan/
Balasan sapandi Pakasem
Obat Jeruk
Wadi Pakasem Nundu
Terasi Pakasem Jeruk Basiak/basiai
Tempuyak Nundu Bakolas
Mangantuk Basiak/basihai Batokoi
Pakasem Basiak Kadian Baloh
Tampuyak Kadian Rajin Bakena
Mangantuk Rajin Humung Jaat
Binatang Buas Humung Bakena Pitar/harati
Malas Bakena Karam
Rajin Papa Pitar/harati Pios
Bodoh Pintar Indong ondou
Tampan Sipan Matan ondou
Jelek Bahalap Baun andau Bitang/potondu
Pintar Baun andau Mantan andau Bulan
Matan andau Bitang/ Ocin nang
Baik Patendu patendu Uru
Awan Bulan Bulan Bangun Enyuh
Matahari Burung Bureu Kiham
Binatang Uru Ruput Tonohus/sout
Bulan Bangun enyuh Bango enyuh
Burung Riam Kiham
Rumput Manehus/ Manehus/ Uei
Tempurung masuh/donda masuh/sout Lating
Riam ng Gandang
Milir Oei Kalatung
Oei Lating Aku kani iko
Lanting Gandang
Rotan Gandang Agung Aku poros atoi
Sakit Garantung Jaku hawang Aku kani
Gendang Aku handak ikau
Gong dengam Jaku pehe atei Aku kani
Saya mau Aku pehe atei Jaku hawang ngihup
padamu Aku handak kuman Aku kani
Saya sakit hati kuman Jaku hawang ngoroh
Saya mau Aku handak ngihup
makan mihup Jaku hawang Aku kani
Saya mau Aku handak masawe ngomosa
minum masawe Aku sita umba
Saya mau Aku handak Jaku hawang ike
123
beristeri babane wawane Iko nampayah .
Aku sinta Jaku sita umba . . 11
Saya mau dengam ikau Olon bawi
bersuami Aku mite oloh Jaku manggite pios 12
Saya cinta bawi oloh bawi
padamu Oloh bawi Olon bawi Olon ijo bolecak
Saya lihat bahalap sipan Olon ijo bakena
wanita Oloh jite
Wanita cantik balecak Olon jiee Olon ijo
Oloh jite balecak botipang
Orang itu bakena Olon jiee Olon jiee
sombong Oloh jite bakena boringan
Orang itu batimpang Olon jiee Olon ijo matoi
tampan Oloh jite batipang Olon ijo
Orang itu bahimang Olon jiee bobujan
pincang Oloh jite matei bahimang Olon ijo
Orang itu luka Oloh jite gila Olon jiee matei mondan
Olon jiee gila Olon ijo pios
Orang itu mati Oloh jite Pomoti/poyik
Orang itu gila haban Olon jiee
hawaan Loting
Orang itu sakit Oloh te Olon jiee sipan Luca
bahalap Singat/palinge Lohi
Orang itu baik Pamepet/ t Ponganon
Penyengat/ palinget Pusa
lebah Kembang Bakak Tandun manuk
Bengkak Luja Luca Nondu
Ludah Handipe Handipe
Ular Panganen Panganen Jeleng-jeleng
Ular sawah Pusa Pusa Ngotut
Kucing Tandun Tandun manok Sahang
Kokok Ayam Manuk Manandu Tonyo
Berkokok Manandu Bisa rahu
Kace-kace Tatu (ayuh)
Cepat-cepat Capat-capat Mangetut/ketu jebakas
Mengentut Mangentut t Tatu ( ayuh, ago
Lombok Sahang Sahang ). . 13.
Garam Uyah Kahing Bahiu
Basah Bisa Bisa dahu Hawun
Kakek Bue Hiang hatue Hosawon/sawo

11. . .olon bawi


12bohinoi
13 . . . jebawi

124
n
Nenek Tambi Hiang bawi
Nokoru/tokoru
Angin Riwut Bahiou Basingi
Embun Ambun Hawon/enon Buan
Teka-teki Lelei Kalele Llat
Towu/langoh
Lari Hadari Haguang Boram
Iri Bahiri Bahiri
Bau Ewau Simak
Sayap Palapas Palapas
Toba Tuwe Tuwe
Tuak Baram Baram

Bahasa Indonesia Bahasa Dayak Ngaju Bahasa Dayak


Katingan
Saya sesat Aku layang Yaku layau
Saya minta tolong Aku balaku dohop Yaku balaku dohop
Saya luka Aku bahimang Yaku bahimang
Teman saya sakit Kawalku haban Kawalku hawaan
Teman saya gila Kawalku gila Kawalku gila
Teman saya mati Kawalkumatei Kawalku matei
Teman saya hilang Kawalku nihau Kawalku nihau
Temanku sesat Kawalku layang Kawalku Jayang
Sakit perut Kapehe kanaii Pehe elem
Sakit Kepala Pehe takolok Pehe takolok

Sakit kaki Kapehe paii Pehe paii


Sakit belakang Kapehe likut Pehe likur
Sakit pinggang Kapehe kahang Pehe kahang
Bolehkah saya naik Taukah aku mandai Tau yaku lopat
rumah? huma? pasah?
Bolehkah saya Taukah aku mandoi Tau yaku mandoi
mandi disini? hetoh? sitoh?
Bolehkah saya Taukah aku batiroh Tau yaku tiroh
tidur disini? hetoh? ngasitoh?
Bolehkah saya Taukah aku kuman Tau yaku kuman
makan disini? hetoh ? ngasitoh?
Marah Sangit/balait Sangit
Saya marah Aku sangit/balait Yaku sangit
Saudara Pahari balaitkah? Pahari balaitkah?
marahkah?
125
Dohop aku Ndohop yaku
Tolong saya Dohop aku kahete Ndohop ngagah
Tolong antar saya yaku pasie’
kesana Dohop mimbit aku Ndohop nyandang
Tolong antar saya akan hete aku panih
kesitu Dohop meli rokok Ndohop meli
Tolong belikan Aku handak mahit rokok
rokok Yaku hawang
Saya mau buang air Aku mikeh mangahit
kecil Aku bahanyi Yaku mikeh
Saya takut Ikau pamikeh Yaku bahanyi
Saya berani Ikau bahanyi Ikau pamikeh
Kamu penakut Aku balau Ikau bahanyi
Kamu berani Yaku balauu
Aku lapar Aku teah belai
Jambatan/tetean Yaku teah belai
Aku haus Matei buseng Talotok
Jembatan Burung Matei buseng
Mati lemas Hanangui Bureuo
Burung Kembang Hanangoi
Berenang Barabit Bakak
Bengkak Kahem Barawit
Robek Mahingkep Kahem
Karam Mahukup
Tiarap

Bahasa Bahasa Bahasa Bahasa


Indonesia Ma’anyan Indonesia Ma’anyan
Satu Isa Mata Mate
Dua Rueh Telinga Silu
Tiga Telu Rambut Wulu
Empat Apat Tangan Tangan
Lima Dime Luka Batan
Enam Enem Batuk Nguhu
Tujuh Pitu Lapar Kalauan/kajuju
Delapan Walu Obat Obat
Sembilan Suei Buang air Amini
Sepuluh Sepuluh kecil Amerak
Sebelas Sawalas Buang air Kaanre
Dua belas Duawalas besar Manre
Tiga belas Tigawalas Mengantuk Tepu pee
Empat belas Ampatwalas Tidur Mala/kakan
126
Lima belas Limawalas Patah kaki ranu
Enam belas Anamwalas Aus Tariah
Tujuh belas Pituwalas Pingsan Jatuh
Delapan Waluwalas Seratus Saribu
belas Sueiwalas Seribu Telum pulu
Sembilan Ruam Pulu Tiga puluh Epat pulu
belas Empat puluh Dimempulu
Dua puluh Lima puluh

127
BAB V
SISTEM TEKNOLOGI SUKU BANGSA
DAYAK

Perumahan Penduduk
Rumah Asli Penduduk Suku Dayak di Kalimantan Timur

Rumah asli penduduk suku Dayak di Kalimantan Timur disebut


Lamin dan terbagi dalam tiga bentuk, yaitu :
1. Bentuk Kenyah dan Bahau.
2. Bentuk Longlat.
3. Bentuk enggalan
Untuk rumah bentuk kenyah dan bahau, banyak dijumpai di
hulu Sungai Mahakam, Berau, Apokayan, Pojongan, dan Lepumaut.
Serambi muka dari rumah tersebut panjang dan disebut awa, dan
untuk dapat naik ke serambi harus melalui tangga yang disebut
hejan, terbuat dari kayu bulat. Dengan demikian, keamanan seisi
rumah terjamin. Jendela tidak ditemukan. Sebagai pengganti jendela,
dibuat lubang di atap yang bisa ditutup, dan bila siang dibuka. Dapur
juga tidak ditemukan, yang ada hanya tempat membikin api.
Rumah bentuk longlat banyak ditemukan di sepanjang Sungai
Kayan dan disekitar kampung longlat. Juga ditemukan adanya awa,
yang letaknya di bawah ruang tidur, manfaatnya untuk tempat
bermusyawarah. Tangga ditemukan untuk menghubungkan awa dan
lamin, dengan bentuk longlat, terbuat dari kayu yang kokoh.
Rumah bentuk tenggalan, terdapat di Tanah Tidung, sering
dibuat dari bahan-bahan yang tidak tahan lama. Ditemukan juga
ruang permusyawaratan, yang disebut solek.

Rumah Suku Dayak Leboyan Kalimantan Barat

Bangunan rumah suku Dayak Leboyan, secara garis besar sama


dengan rumah-rumah Dayak pada umumnya. Tinggi rumah antara
lima sampai enam meter dari tanah, semua tiang rumah terbuat dari
kayu ulin, lantai terbuat dari papan. Dinding terbuat dari papan dan
anyaman bambu, atap terbuat dari sirap atau kulit pohon. Sebagai
pintu ialah lubang-lubang besar di lantai, dan tangganya terbuat dari
batang kayu ulin. Tak jauh dari rumah besar, dijumpai rumah kecil
dan lebih rendah, sekitar dua sampai tiga meter dari tanah.
Namanya jurang. Gunanya untuk menjemur, menumbuk padi, dan
menyimpan kayu bakar, juga untuk menginap para pendatang.

Rumah Betang/Lamin

Gambar Rumah Betang

Di masa yang telah lalu, merupakan tradisi bagi suku Dayak


apabila membangun rumah dilaksanakan bersama-sama secara
bergotong royong oleh seluruh keluarga. Untuk membangun rumah
mereka selalu memilih lokasi di pinggir sungai. Rumah yang
dibangun berukuran besar dengan panjang mencapai tiga puluh
sampai seratus limapuluh meter, lebarnya antara sepuluh sampai
tigapuluh meter, bertiang tinggi antara tiga sampai empat meter dari
tanah.
Rumah yang dibangun tinggi dari tanah tersebut dengan
maksud untuk menghindari banjir, menghindari musuh yang datang
menyerang dengan tiba-tiba, menghindari binatang buas, juga karena
tuntutan adat. Lantai terbuat dari kayu, berdinding kayu bahkan
kadang-kadang dinding terbuat dari kulit kayu. Atap rumah terbuat
dari sirap. Kayu yang dipilih untuk membangun rumah ialah kayu

130
ulin selain anti rayap kayu ulin juga berdaya tahan sangat tinggi
mampu bertahan ratusan tahun.
Penghuni satu rumah bisa mencapai seratus sampai dua ratus
jiwa. Rumah demikian dapat dikatakan sebagai rumah suku karena di
dalamnya dihuni oleh satu keluarga besar yang dipimpin oleh seorang
Bakas Lewu atau seorang Kepala Suku. Setiap keluarga mempunyai
kamar sendiri berbentuk ruang berpetak-petak, juga memiliki dapur
sendiri-sendiri.
Di halaman depan rumah Betang biasanya disediakan Balai
atau Pasangrahan tempat menerima tamu ataupun ruang
pertemuan. Sekalipun ukuran rumah sangat besar namun pintu dan
tangga hanya tersedia satu buah saja dan terletak dibagian depan
rumah. Tangga tersebut dinamakan hejan atau hejot.

Gambar Hejan atau hejot, satu-satunya tangga di rumah betang.

Dibagian sebelah belakang rumah betang ditemukan sebuah


balai berukuran kecil yang disebut kerangking atau jorong atau
tukau yang digunakan untuk menyimpan alat-alat bertani, atau
berladang, juga untuk menyimpan halu dan lisung.
Di halaman depan rumah betang atau lamin juga ditemukan
sapundu yaitu patung berukuran tinggi yang fungsinya untuk
tiang pengikat binatang-binatang yang akan dikorbankan pada
saat upacara adat. Kadang-kadang Petahu atau pangantoho yaitu
rumah kecil yang berfungsi sebagai rumah pemujaan ditemukan di
halaman depan rumah betang.

( Foto Sapondu : Dokumentasi Kel.Tjilik Riwut).

Ruang untuk menyimpan senjata namanya Bawong. Di


halaman depan atau kadang-kadang di sebelah belakang rumah
betang ditemukan sandung yaitu tempat menyimpan tulang-tulang
kerabat mereka yang telah meninggal dan telah mengalami proses
upacara tiwah.
Suku Dayak gemar memelihara anjing, selain mereka sangat
menyayangi anjing-anjing yang mereka pelihara dan rawat dengan
penuh kasih sayang, merekapun membutuhkan anjing-anjingnya
untuk menemani saat berburu binatang di hutan. Kadang-kadang
satu keluarga memiliki dua belas ekor anjing bahkan kadang-kadang
jumlahnya lebih banyak lagi.

131
Dimasa yang telah lalu, orang Dayak tidak pernah memakan
daging anjing karena bagi mereka anjing adalah pendamping setia
yang selalu berpihak kepada mereka khususnya ketika mereka harus
berada di hutan untuk berburu, dan tiap ekor anjing mereka beri
nama. Selain anjing kadang-kadang mereka juga memelihara kucing
dan burung-burung.
Kurungan burung mereka buat sendiri. Jenis burung yang
sering dipelihara ialah burung sarindit, burung talisok dan burung
tiung (Beo). Khusus untuk burung tiung, karena dapat bicara
menirukan suara yang didengarnya, maka untuk merangsang lebih
cepat dan banyaknya perbendaharaan kata yang dimiliki oleh burung
tiung yang mereka miliki itu, beberapa cara mereka lakukan,
diantaranya setiap malam jumat mereka gosok lidah tiung dengan
emas, juga lombok rawit pedas sering mereka berikan kepada
tiungnya, selain tiung sangat gemar lombok yang pedas tersebut, juga
lombok rawit membuat tiung lebih lincah bicara. tiung pantang
melihat darah, begitu melihat darah, tiung akan mati.
Perlengkapan rumah tangga yang umum mereka miliki ialah
tikar, bantal, selimut yang terbuat dari kulit kayu atau ditenun sendiri
yang dinamakan manantang. Benda benda sakral yang umum
mereka miliki adalah guci, seperti balanga, tempayan, tajau, butiran
emas yang mereka dulang sendiri, gong, piring malawen, tanduk
rusa sebagai perhiasan dinding, patung-patung kecil yang mereka
pahat dan ukir sendiri. Mereka tidak mengenal meja dan kursi, bila
duduk menggunakan alas tikar. Hanya dalam upacara adat tertentu
potongan-potongan kayu besar dibutuhkan untuk tempat duduk.

Pasah/Puduk

Pasah/Puduk ialah rumah kecil yang dibangun di ladang atau


kebun buah durian, berfungsi sebagai rumah darurat untuk berteduh
dari hujan dan terik matahari ketika mereka sedang bekerja di ladang
atau pada saat musim buah durian. Sambil menunggu jatuhnya buah
durian, mereka berteduh dan beristirahat di dalamnya.

Lanting

Lanting adalah rumah yang dibangun mengapung di atas air


sungai.

Rumah Keluarga yang terbuat dari kulit kayu

Selain rumah-rumah tersebut di atas, ada pula penduduk yang


membangun rumahnya sendiri. Terkadang rumah tersebut terbuat

132
dari kayu, terkadang dari kajang, juga kulit kayu. Salah satu contoh
rumah yang terbuat dari kulit kayu.

Gambar Rumah Penduduk di daerah Katingan.


(Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut ).

Tempayan atau Tajau atau Balanga 1


Tajau atau balanga, bagi suku Dayak termasuk barang yang
bernilai sakral. Untuk mengamati, memahami, dan mengetahui asal
usul, perkiraan tahun pembuatan dan kualitas bahan pembuatan,
dibutuhkan pengamatan yang sangat cermat untuk membedakannya,
antara lain dengan mengamati lukisan yang ada pada tajau atau
balanga tersebut. Tajau atau balanga ada dua macam yaitu laki dan
perempuan.

Asal Usul Balanga

Menurut keyakinan suku Dayak, balanga berasal dari Ranying


Hatalla.2 Dan dibuat dari campuran tanah untung panjang yang
dicampur emas. balanga, dibuat sendiri oleh Ranying Hatalla.
Dalam proses pembuatan dibantu oleh Lalang Rangkang
Haramaung Ampit Putung Jambangan Nyahu, Setelah penciptaan,
dan manusia telah diturunkan ke bumi dari langit ke tujuh, balanga
pun diturunkan ke bumi, dan diserahkan kepada Ratu Campa. Pada
saat halilintar menggelegar, Ratu Campa menyembunyikan balanga-
balanga tersebut ke dalam sebuah gua besar yang terbuat dari batu di
gunung dan dijaga ketat.
Ratu Campa menikah dengan Putir Unak Manjang, yaitu puteri
dari Majapahit, dan melahirkan seorang putera yang diberi nama
Raden Tunjung. Suatu saat, Ratu Campa berkeinginan pulang ke
langit. Sebelum berangkat ia berpesan kepada puteranya, bahwa ia
telah menyembunyikan barang berharga, dan tempat di mana
barang-barang tersebut disembunyikan juga dikatakannya. Namun
puteranya tidak peduli dan tidak mau tahu.
Pada suatu hari, petir, kilat, sambar menyambar, dan balanga-
balanga yang telah disembunyikan di dalam gua tercerai berai. Ada
yang masuk ke dalam laut, ada yang menjelma menjadi kijang.
Senjata-senjata, menjelma menjadi ular, dan gong menjelma menjadi

1 Tempayan.
2 Allah Yang Kuasa.
133
kura-kura. Lama-kelamaan, barang-barang tersebut ditiru oleh
bangsa Cina dan dibawa ke negerinya.
Atas keyakinan tersebut, balanga atau tajau, mempunyai arti
khusus bagi suku Dayak. Memiliki banyak koleksi balanga, mampu
meningkatkan status sosial seseorang, bahkan masyarakat
sekampung akan menyeganinya. Orang Dayak juga meyakini bahwa
balanga mempunyai roh yang bertempat tinggal di langit ke enam.
Itulah sebabnya pada telinga balanga, sering digantungkan sesajen.
Apabila ada balanga yang pecah, upacara adat diadakan, agar roh
balanga tidak marah.
Menurut Prof. HM. Yamin SH, dalam bukunya Tata Negara
Majapahit jilid 1, dikatakan bahwa tidak sedikit barang-barang yang
berasal dari Tiongkok, ditemukan di Indonesia. Pendapat ini sesuai
dengan pendapat Van Orsey Flines, seorang ahli keramik.

Jenis-Jenis Tajau atau Balanga

Balanga Lagie
Warna, merah, kuning. Mempunyai enam sampai delapan telinga.
Tinggi balanga empat sampai lima jengkal. Untuk balanga yang
mempunyai telinga antara tujuh sampai delapan, harganya lebih
mahal. Apabila pada bagian telinga tajau atau balanga tersebut,
nampak ada bekas jari yang sangat jelas, maka tajau atau balanga
tersebut laki-laki. Akan tetapi apabila bekas jari yang nampak tidak
begitu jelas, maka balanga tersebut perempuan. Apabila pada bagian
telinga bergigi, dan lukisan yang ada tidak begitu terang, maka harga
balanga tersebut tidak mahal. Balanga yang menunjukkan kelakian
yang tulen, apabila di bagian pinggir mulut balanga, ditemukan garis.

Sebangkang
Balanga jenis ini berwarna kemerah-merahan. Mempunyai enam
buah telinga ukuran besar, hingga pada bengkokannya dapat
digunakan untuk menggantung parang. Tingginya empat sampai lima
jengkal dan bermulut besar.

Lakian dan Brahan


Balanga jenis ini, telinganya lebar, antara satu setengah sampai dua
jari. Namun apabila dibandingkan dengan telinga Brahan, ukuran
telinga lakian, agak lebih kecil sedikit. Biasanya ditemukan lukisan
naga yang lebarnya antara dua sampai tiga jari. Brahan dan Lakian,
bentuknya hampir sama, perbedaan hanya pada lukisan naga saja.
Patokan untuk membedakan Brahan dan Lakian adalah : Brahan
bersisik, telinganya berbentuk bundar dan ukuran telinga hanya satu
inci saja, dan ada lubang-lubang. Apabila dalam lukisan naga terlihat

134
jelas ada mata dan hidung, menunjukkan bahwa Brahan tersebut
tidak palsu. Brahan yang paling baik, apabila sisik yang ada
berjauhan letaknya dan terlihat bahwa naga hendak mengambil buah
yang tergantung disitu.

Balanga Berikit
Disebut berikit, karena dari sebelah bawah sampai leher balanga, di
bagian sebelah menyebelah, menyerupai belahan rotan.

Balanga Rantungan
Ialah balanga yang belahan rotannya bersusun dua, dan dibagian
leher sebelah atas, ujungnya sedikit bengkok keluar, menyerupai
bundaran.

Balanga Tamun
Tidak berikit

Balanga Rimpah
Tidak berikit

Balanga Tingang
Ada lukisan berbentuk burung tingang, harganya murah, tinggi dua
setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima sampai tujuh
jengkal 3.

Balanga Bingkon
Tinggi dua setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima
sampai tujuh jengkal.

Balanga Bako
Tinggi dua setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima
sampai tujuh jengkal.

Balanga Kemis
Tinggi dua setengah sampai tiga setengah jengkal, keliling lima
sampai tujuh jengkal.

Rawie
Rawie, berwarna kemerah-merahan, mempunyai enam buah telinga.
Tingginya empat sampai lima jengkal, tidak ada lukisan.

Merajang

3 Dalam bahasa Dayak Gawang.


135
Berwarna kuning muda, terkadang ada pula yang berwarna agak
kemerah-merahan. Mempunyai enam buah telinga, dengan tinggi
empat sampai lima jengkal, tidak ada lukisan gambar.

Tajau Macan
Telinga kecil, tetapi tidak berlubang. Bibir sedikit turun ke bawah.
Tajau jenis ini banyak macamnya, ada pula yang termasuk jenis
terbaik dan hampir menyerupai Brahan.

Jenis Balanga lainnya


Balanga lagi, Perempuan laki, Balanga Haramaung, Perempuan
Halamaung, Laki Prahan, Laki Rentilan, Parampuwan Rentian,
Sabangkang, Prahan atau Brahan, Balanga atau Tarahan, Rawie,
Marajang, Tajau, Sahuri, Potok, Kalata, Basir, Rumos.

Alat Transportasi
Di Sungai, tanpa Mesin

Pengertian yang perlu dipahami disini ialah pada cara


pembuatan. Perahu terbuat dari batang pohon yang dikerok dibagian
tengah. Rangkan juga dari kayu bulat yang dikerok di bagian tengah,
namun pada dua sisi dibuat serupu, dan direkat dengan alat perekat
khusus yang terbuat dari getah kayu, tahan air. Semakin banyak
susunan serupu tersusun, semakin besar dan pada akhirnya tercipta
kapal dengan ukuran besar. Perahu yang berserupu stabil dan lincah
sehingga dapat berlayar di laut bahkan mampu berlayar di daerah
yang banyak riamnya.

Besei
Besei berarti alat untuk mendayung perahu. Dengan besei perahu
yang ditumpangi dapat meluncur sesuai kehendak atau arah yang
dituju oleh sipendayung tanpa menggunakan mesin. Besei terbuat
dari kayu ulin dengan ukuran yang berbeda. Ukuran besei buat anak-
anak lebih kecil daripada ukuran besei untuk orang dewasa.

Besei Bawi
Besei Bawi berarti alat mendayung perahu yang biasa dipakai oleh
perempuan. Perbedaan dengan alat dayung yang biasa dipakai oleh
laki-laki ialah pada bagian tangkai dayung. Dayung bawi tangkainya
berukir dan di bagian yang melebar membentuk tiga sudut. Ukuran
besei bawi lebih besar daripada besei hatue.

136
Besei Hatue
Besei Hatue berarti alat mendayung perahu yang biasa digunakan
oleh laki-laki. Ukuran besei hatue sedikit lebih kecil dari pada ukuran
besei bawi, tangkai tidak berukir dan pada bagian yang melebar
ujungnya berbentuk tumpul.

Jukung
Jukung adalah perahu. Dibuat dari sebatang pohon besar yang masih
utuh, kemudian bagian tengah kayu tersebut dikeruk dengan
menggunakan alat.

Gondol
Sejenis perahu berukuran besar.

Penes
Penes ialah perahu layar, dan dibuat berserupu. Serupu ialah bagian
dasar perahu dibuat dari batang kayu utuh yang dikerok, kemudian
pada bagian kiri dan kanan dinding perahu diberi semacam dinding
yang bentuknya lentur, kemudian dilem dengan perekat khusus, dan
begitu seterusnya sehingga ukuran perahu tersebut dapat dibuat
sesuai kebutuhan. Pada umumnya perahu yang berserupu lebih
stabil dan dapat berlayar di laut.

Rangkan
Perahu yang dibuat berserupu, dapat digunakan di laut. Pada
umumnya digunakan di daerah Riam.

Jukung Pantai
Jukung adalah perahu yang dibuat tidak berserupu, pada bagian
ujung perahu selalu dibuat semacam hiasan. Variasi hiasan pada
ujung perahu yang membedakan satu perahu dengan perahu lainnya.

Jukung Sodor
Sejenis perahu.

Tambangan
Perahu atau jukung Banjar.

Jukung Sarupih
Disebut juga jukung tiung.

Getek
Disebut juga becak air atau perahu penyebrang.

Lasang

137
Perahu berukuran besar dan dapat berlayar cepat. Arti lain dari
lasang ialah tempat sirih.

Banama
Sejenis rangkan, yaitu perahu berserupu dan berukuran besar –
sejenis kapal.

Banama Tingang
Sejenis rangkan, yaitu perahu berserupu, sejenis kapal dan dapat
berlayar di laut.

Pangkoh
Sejenis perahu

Rakit
Sejenis alat transportasi air yang dibuat dari susunan bambu atau
kayu ringan yang diikat rotan, mengambang di air.

Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya malambung, basean, arut, bakis
jukung. Perahu, begitu juga rangkan pada bagian ujung selalu diberi
hiasan. Hiasan tersebut yang membedakan nama-nama perahu atau
rangkan. Misalnya jukung sodor, jukung sarupih, sama-sama
perahu, akan tetapi karena hiasan pada ujung perahu berbeda, maka
namanya pun berbeda.

Gambar Perbedaan Perahu dan Rangkan

Gambar Perahu
(Foto : Dokumentasi Kel.Tjilik Riwut)

Gambar Rangkan
(Foto : Dokumentasi Kel.Tjilik Riwut)

Di Sungai, Perahu Bermesin

Klotok
Klotok adalah perahu yang diberi mesin. Gerakannya tidak begitu laju
bila dibandingkan dengan motor tempel.

Motor Tempel

138
Motor Tempel
( Foto : Dokumentaasi keluarga Tjilik Riwut )

Motor Tempel adalah perahu yang diberi mesin, namun dapat melaju
kencang.

Kapal

Kapal dalam perjalanan menelusuri sungai


di daerah Kereng Bangkirai
( Foto : Dokumentasi Kapten dr Herman Hidayat ).

Kapal ialah perahu bermesin dan berserupu. Serupu yang tersusun,


menjadikan kapal berukuran besar. bermesin.

Di Darat dengan Jalan Kaki

Di masa yang telah lalu, transportasi di darat hanya dapat


dilakukan dengan jalan kaki menembus rimba belantara. Sejauh
apapun tujuan yang akan dicapai, mau tidak mau, suka tidak suka,
mereka harus berjalan kaki, terkecuali apabila perjalanan itu dapat
ditempuh melalui sungai, barulah sarana perahu, rangkan atau kapal
bisa digunakan.
Dalam perjalanan, mereka tidak pernah lupa membawa
mandau yaitu senjata utama suku Dayak. Ketika berada di hutan,
mandau banyak kegunaannya, selain berguna untuk menyelamatkan
diri dari serangan musuh dan binatang, juga digunakan untuk
menebang semak-semak yang menghalangi perjalanan mereka.
Selain mandau, mereka juga terkadang membawa tongkeh atau
takada atau songkeh yaitu tongkat yang berfungsi sebagai teman
dan petunjuk jalan khususnya dimalam hari, untuk meraba-raba
daerah depan langkah mereka. Ada beberapa jenis tongkat,
diantaranya ada tongkat yang anti ular, sehingga ketika mereka
berjalan, sekalipun di daerah yang banyak ularnya, mereka merasa
aman karena ular tidak berani mendekat, bahkan menjadi lemah tak
berdaya.
Apabila dalam perjalanan ada seorang yang sakit, dan tidak
mampu lagi berjalan, agar perjalanan tidak terhambat, maka sisakit
ditandu. Untuk menggendong anak kecil dalam perjalanan di hutan,
biasanya anak tsb dimasukan dalam keba 4. Apabila perjalanan terlalu

4Keba adalah tas punggung, fungsi utama keba adalah untuk membawa
barang.
139
jauh, biasanya mereka tidur di hutan, terkadang membangun pondok
atau gubuk sederhana untuk istirahat dan menginap di tempat itu
beberapa waktu hingga lelah dan letih lenyap.

Perjalanan di hutan, dengan jalan kaki


( Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut )

Peralatan Perang
Mandau

Mandau adalah salah satu senjata suku Dayak yang merupakan


pusaka turun temurun dan dianggap sebagai barang keramat. Di
samping itu mandau juga merupakan alat untuk memotong dan
menebas tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya, karena nyaris
sebagian besar kehidupan seharian orang Dayak berada di hutan,
maka mandau selalu berada dan diikatkan pada pinggang mereka.
Sering kali orang terkecoh antara mandau dan parang atau yang
disebut ambang atau apang. Seorang yang tidak terbiasa akan
dengan mudah mengira bahwa ambang atau apang adalah mandau
karena memang bentuknya sama. Namun bila diperhatikan lebih
seksama perbedaan akan ditemukan, yaitu mandau lebih kuat dan
lentur karena terbuat dari batu gunung yang mengandung besi
dengan proses pengolahan sedemikian rupa, sedangkan ambang atau
apang terbuat dari besi biasa. Mandau bertatah, atau berukir dengan
menggunakan emas, perak atau tembaga sedangkan ambang atau
apang hanya terbuat dari besi biasa.
Mandau atau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau dirawat
dengan baik karena diyakini bahwa mandau memiliki kekuatan
spiritual yang mampu melindungi mereka dari serangan dan maksud
jahat lawan. Di samping itu diyakini bahwa mandau dijaga oleh
seorang perempuan, yang apabila pemilik mandau bermimpi
dijumpai perempuan penunggu mandau, berarti rezeki.
Mandau selain dibuat dari besi batu gunung dan diukir, pulang
atau hulu mandau yang biasa disebut pulang mandau juga dibuat
berukir dengan menggunakan tanduk rusa untuk warna putih dan
tanduk kerbau untuk warna hitam Namun dapat pula dibuat dengan
menggunakan kayu kayamihing. Untuk memproses pembuatan
pulang mandau dengan kayu kayamihing terlebih dahulu batang
kayu yang akan digunakan tersebut direndam dalam tanah luncur
yaitu tanah yang ditemukan di daerah pantai. Dibagian ujung pulang
mandau diberi bulu binatang atau rambut manusia. Untuk

140
merekatkan mandau dengan pulangnya digunakan getah kayu
sambun yang telah terbukti daya rekatnya.

Gambar Pulang mandau terbuat dari tanduk rusa

Setelah pulang dan mandau terikat dengan baik, baru


kemudian diikat lagi dengan jangang. Kemampuan daya tahan
jangang tidak perlu diragukan, namun apabila jangang sulit
ditemukan dapat diganti dengan anyaman rotan.
Besi mantikei banyak ditemukan di daerah :
• Di Kereng Gambir, sungai Koro Jangkang, Sungai Mantikei anak
Sungai Samba simpangan Sungai Katingan.
• Batu Mujat dan Batu Tengger yang terdapat disekitar Pasir Tanah
Grogot.
• Di hulu Sungai Mahakam sekitar Long Tepat dan Long Deho,
serta sekitar Long Nawang dan Long Pahangai (Kalimantan
Timur)
• Batu Montalat yang terdapat di hulu Sungai Montalat anak Sungai
Barito (Kabupaten Barito) di daerah Saripoi Barito Hulu.
• Di hulu Sungai Kapuas (Kalimantan Barat) di udik Putu Sibau.
• Di hulu Sungai Baram, daerah Kucing (Serawak Kalimantan
Utara).

Dibutuhkan kemampuan memilih bebatuan yang mengandung besi


bila mengawali pekerjaan ini. Kemudian bebatuan yang terkumpul
mereka masak dalam tumpukan ranting-ranting dan daun kering
dengan menggunakan alat yang disebut puputan, hingga batu-batuan
itu bernyala. Dalam keadaan bernyala, bebatuan dimasukkan ke
dalam air, bebatuan mendidih di air, dan terurai. Butir-butiran besi
yang dihasilkan diolah menjadi bahan pembuatan mandau. Besi
mantikei sangat keras, tajam, dan elastis, juga mengandung bisa,
disamping itu mahluk halus yang punya maksud jahat takut pada
daya magis yang dimiliki oleh besi mantikei tersebut.
Membuat Mandau dengan besi mantikei prosesnya lebih
mudah karena pemanasan cukup sekali saja, tidak perlu diulang-
ulang. Setelah sekali dipanaskan, sekali dicelupkan ke dalam air, yang
biasa disebut suhup lewa, besi mantikei tersebut dapat segera
diproses menjadi bentuk mandau yang diinginkan. Dari tetek tatum
diketahui bahwa mereka yang mampu mengolah besi batu gunung
menjadi mandau hanyalah Pangkalima Sempung dan Bungai serta
anak turunannya saja.

141
Kumpang mandau ialah sarung mandau. Kumpang mandau
dibuat dari batang pohon kayu bawang, atau kayu garunggung yang
telah tua usianya. Pada umumnya ketika membuat kumpang lebih
cendrung dipilih bahan kayu garunggung karena selain mudah
dibentuk, juga tidak mudah pecah. Bagian ujung kumpang mandau
tempat masuknya mata mandau dilapisi tanduk rusa. Pada kumpang
mandau diberi tiga tempuser undang yaitu tiga ikatan yang terbuat
dari anyaman rotan. Apabila Tempuser undang berjumlah empat
buah berarti mandau tersebut adalah milik pangkalima. 5 Ukiran
yang populer digunakan pada kupang mandau ialah ukiran
Rambunan Tambun.
Peralatan pada saat membuat kumpang mandau ialah rautan,
pisau, jujuk, dan daun ampelas. Agar kumpang mandau menjadi
halus dan licin lalu diampelas dengan sejenis daun berbulu yang
bernama bajakah tampelas. Pada kumpang mandau biasanya diberi
hiasan manik-manik, atau bulu-bulu burung seperti burung haruei,
burung tingang, burung tanjaku atau burung baliang.
Kumpang mandau diberi tali yang terbuat dari anyaman rotan.
Guna tali untuk mengikat mandau di pinggang karena memang
demikianlah cara tepat membawa mandau. Cara memakai mandau
yang benar ialah diikat dipinggang kiri, kupang mandau arah
kedepan, dan mata mandau menghadap ke atas. Tali kumpang selain
dipakai untuk mengikat mandau pada pinggang juga tempat
mengikat dan menyimpan penyang yaitu taring-taring binatang
dan benda-benda kecil bertuah sebagai jimat.
Pada bagian depan kumpang dibuat sarung kecil untuk
menyimpan langgei Puai. Langgei Puai ialah sejenis pisau kecil
pelengkap mandau. Tangkainya panjang sekitar dua puluh
sentimeter dan mata pisaunya berbentuk lebih kecil dari tangkainya.
Bentuk mata pisau semakin ke ujung semakin runcing dan sangat
tajam. Gunanya untuk membersihkan dan menghaluskan benda-
benda seperti rotan, juga berfungsi untuk mengeluarkan duri yang
terinjak di telapak kaki, karena di masa yang telah lalu orang Dayak
berkelana di hutan tanpa alas kaki. Sarung atau kumpang langgei
melekat pada sarung atau kumpang mandau, sehingga mandau dan
langgei Puai selalu dekat tak terpisahkan.

Gambar Kumpang Mandau dan Langgei Puai


( Karya Damang J.Saililah )

Beberapa model mandau yang dikenal antara lain :

5 Panglima perang.
142
• Model mata mandau Bawin Butung, model hulu mandau,
pulang kayuh.
• Model mata mandau Hatuen Balui, model hulu mandau pulang
kayuh.
• Model mata mandau bawin Balui, model hulu mandau pulang
kayuh.
• Model Bawen Buhu. Bertatah tiga baris, dibagian ujung
mandau juga diberi ukiran. Model pulang kayuh Neneng.
• Model Butung Bahun Badulilat. Bertatah dua baris. Mandau
jenis ini harganya sangat mahal.
• Model Birang. Polos tanpa tatah, dengan pulang model kamau.

Gambar Mata Mandau


( Karya Damang J. Saililah )

Telawang

Telawang atau perisai yaitu perlengkapan perang yang


gunanya untuk melindungi diri menghadapi serangan senjata lawan.
Telawang terbuat dari kayu liat, tidak mudah pecah dan ringan,
bentuk persegi enam, ukuran panjang sekitar satu sampai dua
meter, dengan lebar tiga puluh sampai lima puluh centi meter dan
ujungnya mengecil. Biasanya sebelah depan diberi ukiran sesuai
selera pemiliknya, dan sebelah dalam diberi pegangan.

Sipet

Sipet atau sumpit merupakan senjata utama suku Dayak.


Bentuknya bulat panjang berukuran satu setengah sampai dua meter,
berdiameter dua sampai tiga sentimeter. Pada ujung sipet dibuat
sasaran bidik berupa patok kecil bentuk wajik berukuran tiga sampai
lima sentimeter. Pada bagian tengah sipet berlubang, harus lurus dan
licin dengan diameter seperempat sampai tiga perempat sentimeter.
Kadang-kadang lubang sipet bagian bawah lebih besar dari pada
lubang sipet bagian atas tetapi kadang-kadang lubang atas dan bawah
ukurannya sama. Guna lubang untuk memasukan anak sumpitan
atau damek. Bagian atas sipet tepat di depan sasaran bidik, dipasang

143
tombak yang disebut sangkoh terbuat dari batu gunung yang diikat
dengan anyaman rotan.
Cara menggunakan sipet adalah sebagai berikut. Mula-mula,
damek atau anak sumpitan dimasukkan kedalam lubang sipet dari
bawah lalu dengan menggunakan sasaran bidik , lubang tersebut
ditiup menuju sasaran yang dituju. Ketika ditiup kekuatan terbang
damek untuk mencapai sasaran dapat mencapai dua ratus meter.
Tidak semua jenis kayu dapat di buat sipet. Dari pengalaman
untuk mendapatkan hasil maksimal, sipet dibuat dari kayu tampang,
kayu ulin/tabalien, kayu lanan, kayu berangbungkan, kayu plepek,
atau kayu resak. Kemudian dibutuhkan juga tamiang atau lamiang
yaitu bambu kecil yang beruas panjang. Jenis bambu ini keras dan
mengandung racun.
Tidak semua orang mampu membuat sipet, hanya orang-orang
yang ahli dalam bidangnya saja yang mampu. Di Kalimantan, suku-
suku yang terkenal sebagai suku yang gemar dan mempunyai
keahlian khusus dalam pembuatan sumpitan yaitu Suku Dayak Ot
Danom, Punan, Apu Kayan, Bahau, Siang dan Pasir. Pembuatan
sipet diawali dengan penebangan pohon kayu besar, yang kemudian
dipotong memanjang sekitar tiga meter. Dari sebuah pohon
berukuran besar dapat dibuat sepuluh sampai dua puluh batang sipet.
Untuk membuat lubang di tengah sipet, digunakan alat yang mereka
buat sendiri 6 dari batu gunung yang telah dilebur. Lubang sumpitan
harus lurus dan licin.
Proses pembuatan dapat dilakukan dengan dua cara, pertama
murni menggunakan tenaga dan ketrampilan tangan si pembuat.
Cara kedua dengan memanfaatkan tenaga alam yaitu dengan
kekuatan arus air yang terdapat di riam dan dibuat semacam kincir
penumbuk padi. Dengan cara ini sipet yang dihasilkan akan lebih
banyak sekitar sepuluh batang perminggu. Harga jual per sipet telah
ditentukan oleh hukum adat yaitu jipen ije atau due halamaung
taheta. 7 Sipet pantang dipotong dengan parang dan pantang pula di
injak-injak. Melanggar aturan berarti tidak mentaati hukum adat,
akibatnya bisa-bisa dituntut dalam suatu rapat adat.

Damek

Damek ialah anak sumpitan. Batang damek dibuat dari dahan


pohon bendang atau dahan pohon bamban yang sudah dikeringkan.
Bentuk dan ukuran damek bermacam-macam, namun ukuran umum
biasanya panjang limabelas centimeter. Lima centimeter dekat ujung
damek dibuat celah atau dikerat dengan maksud apabila damek telah

6 Sejenis bor.
7 Dua balanga yang masih baru.
144
ditiup dan mengenai sasaran, tancapan ujung damek tidak mudah
terlepas karena menancap dan mengikat daging korbannya bahkan
patah sehingga ipuh yang dicampurkan pada damek meracuni
korbannya. Dapat juga pada ujung diberi kaitan semacam pancing
yang biasa disebut ahau atau lajau. Untuk menyumpit burung-
burung kecil semacam burung pipit, uhit, digunakan gumpalan tanah,
kerikil atau buah-buah hutan yang besarnya telah disesuaikan dengan
ukuran lubang sumpit Ujung bagian belakang damek diberi kayu
ringan berukuran panjang dua centimeter dengan diameter setengah
centimeter depan dan tigaperempat centimeter belakang. Kayu ringan
tersebut ditancapkan pada bagian belakang damek untuk
menstabilkan terbangnya damek saat ditiupkan ke sasaran yang
dituju.
Ada dua jenis damek yaitu yang mengandung racun dan yang
tidak mengandung racun. yang mengandung racun digunakan untuk
menyerang lawan dengan menggunakan racun lemah atau racun
mematikan. Damek yang tidak mengandung racun digunakan untuk
berburu.

Ipu

Ipu ialah racun yang sengaja dibuat pada damek atau anak
sumpitan. Racun ipu dibuat dari getah tumbuh-tumbuhan.
Diantaranya getah pohon kayu siren/upas, atau ipuh /ipu, yang
dicampur dengan getah tuba, batang/uwi ara, juga lombok. Setelah
bahan-bahan yang diperlukan terkumpul, lalu dimasak hingga kental.
Diberi pewarna yang juga berasal dari tumbuh-tumbuhan. Hitam
adalah warna yang umum di pakai, namun dapat pula dipakai warna
lainnya seperti putih, kuning, ataupun merah. Untuk racun
mematikan, ramuan yang ada masih ditambahkan lagi bisa ular, bisa
kalajengking, serum manusia yang telah meninggal lama.

Telep

Telep yaitu tempat menyimpan damek atau anak sumpitan.


Dibuat dari seruas bambu dan atasnya diberi tutup yang terbuat dari
tempurung kelapa. Bentuk tutup dibuat sedemikian rupa agar tidak
mudah terbuka dan jatuh. Pinding telep atau telinga telep terbuat
dari kuningan, atau dapat pula dari kayu.
Sebuah telep dapat memuat limapuluh sampai seratus batang
damek. Bila bepergian cara membawa telep di kaitkan pada tali
mandau pada pinggang sebelah kiri atau dibagian depan.

Taji

145
Taji adalah sejenis senjata rahasia yang dapat disembunyikan
dibalik pakaian atau diikatkan pada pinggang. Bentuknya kecil,
panjang hanya sekitar lima sampai sepuluh centi meter, lebar hanya
setengah sampai satu centimeter, dan tajam sebelah menyebelah.
Biasanya terbuat dari besi batu gunung dan mengandung bisa.
Sarung taji terbuat dari kayu atau bambu dan hulunya kecil. Taji yang
berasal dari daerah Pasir dan terbuat dari besi batu tengger dan
mujat sangat terkenal keampuhannya .

Duhung

Duhung ialah senjata suku Dayak yang bentuk dan ukurannya


seperti mata tombak, kedua sisinya tajam, pulang 8 duhung terbuat
dari tanduk dan kumpang nya 9 terbuat dari kayu. Hanya Basir,
Damang, para Kepala Suku yang boleh memiliki dan
menggunakannya.

Lunju 10

Lunju atau tombak ialah peralatan berburu yang juga dapat


digunakan untuk berperang. Lunju bertangkai panjang berukuran
dua meter, pada bagian ujung dipasang atau diikat mata lunju
dengan rotan yang dianyam. Untuk kwalitas istimewa mata lunju
terbuat dari besi mantikei. Selain digunakan sebagai alat berburu
binatang, lunju juga merupakan barang pusaka yang dirawat dengan
baik karena dalam upacara-upacara tertentu lunju dibutuhkan
keberadaannya sebagai pelengkap persyaratan upacara. Diyakini
bahwa lunju-lunju tertentu bertuah dan ada penunggunya.
Beberapa nama lunju :
• Lunju Bawin Sambilapayau
• Lunju Darung Arang
• Lunju Bunu Ruhui
• Lunju Rabayang
• Lunju Randu
• Lunju Bunu – Ranying Pandereh Bunu – Renteng Nanggalung
Bulau
• Lunju Rawayang Sandang Awang

8 Hulu duhung
9 Sarung duhung.
10 Tombak.

146
• Lunju Pakihu, sering digunakan untuk menangkap ikan-ikan
besar.
• Lunju Laurang, sering digunakan untuk berburu babi, rusa dan
buaya.
• Lunju Duhuk, sering digunakan untuk berburu binatang berkaki
empat, apabila mata lunju terbuat dari besi mantikei, lunju jenis
ini mampu membunuh beruang.
• Lunju Ambung
• Lunju Duha, mata lunju berbentuk agak bulat dan tidak
panjang.
• Lunju Buluh
• Lunju Duha Tundan Dahian
• Lunju Simpang
• Lunju Sahimpang
• Lunju Sarapang
• Lunju Rangga Simpang
• Lunju Sahimpang Banan
• Lunju Salahawu
• Lunju Simpang Dandan
• Lunju Sahimpang Dandan

Dondong/Su’ut

Dondong/Su’ut terbuat dari bambu runcing yang bertangkai.


Umumnya digunakan untuk menangkap binatang buruan, namun
tidak jarang dondang juga dimanfaatkan untuk menyerang lawan.
Caranya dondang dipasang mengelilingi kampung lawan dengan
ukuran yang telah ditentukan yaitu mengarah kearah perut atau
jantung lawan, sehingga siapapun yang terkena dondang, jarang
yang selamat.

Tambuwung

Tambuwung adalah sejenis perangkap berbentuk lubang yang


digali sedalam dua sampai empat meter dan lebarnya satu sampai
dua meter. digunakan untuk menangkap binatang buruan, juga untuk
menangkap musuh. Lubang bagian dalam dibuat lebih besar dari
pada dibagian atas agar apabila binatang atau musuh yang terjebak,
tidak mudah untuk naik kembali. Bagian sebelah atas lubang ditutupi
dengan ranting-ranting pohon, dedaunan, dibuat sedemikian rupa
seolah tidak ada perangkap dibawahnya. Kadang-kadang dalam
lubang diberi ranjau yang terbuat dari kayu atau bambu runcing
sehingga yang terjebak, jiwanya sulit tertolong.

147
Jarat

Jarat atau jerat adalah salah satu cara menangkap binatang


buruan di hutan. Namun kadang-kadang digunakan juga untuk
menjerat lawan.

Salengkap

Salengkap ialah salah satu alat pemberi tanda kepada


penghuni rumah bahwa ada binatang atau musuh lalu atau meliwati
daerah dekat rumahnya. Salengkap terbuat dari bambu yang diikat
tali berukuran panjang.

Penyang/Penyong

Penyang ialah sejenis jimat yang diwariskan secara turun


temurun. Terkadang dalam jumlah banyak berupa kayu-kayuan,
batu-batuan, botol-botol kecil yang tertutup rapat, juga taring-taring
binatang. Biasanya diikat bergelantungan dipinggang pemiliknya,
atau dikalungkan pada leher pemiliknya bahkan dapat pula diikat
bergelantungan pada sarung mandau. Penguasa Penyang adalah
Jata lalunjung Panjang yang bertempat tinggal di langit ke tiga.
Suku Dayak yakin bahwa penyang yang mereka miliki mampu
mengobarkan semangat pada saat perang, sehingga mereka tidak
memiliki rasa takut kepada musuh. Disamping itu penyang mampu
sebagai penolak bala, penolak racun apabila musuh berniat jahat
meracuni mereka, menghindari gangguan mahluk halus, bahkan
mampu menyembuhkan penyakit.
Penyang pantang dilangkahi oleh siapapun juga karena dengan
dilangkahi khasiatnya akan berkurang. Jangan coba-coba
mentertawakan atau memperolok-olok seorang yang ditubuhnya
bergelantungan penyang karena penyang adalah lambang
keberanian. Mentertawakan atau menghina sama artinya dengan
menghina Suku, hukumannya sama dengan membunuh Kepala Suku
yaitu hukuman mati. 11

Langgei Simbel

Senjata khusus semacam jimat yang hanya dimiliki oleh kaum


perempuan. Bentuknya kecil, pada langgai ditemukan semacam
gelang yang terbuat dari tembaga.

11 Di masa lalu.
148
Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya Rawayang Kawit Kalakai, Dereh
Bunu, Dando atau Rando, Tohok, Tirok, Simpang, Jambia, Karis.

Peralatan Rumah Tangga


Batu Asa
Batu asa ialah sejenis batu yang digunakan untuk mengasah pisau,
belati, mandau, ambang, dsb.

Penyaok labo
Penyaok Labo berfungsi sebagai ember untuk membawa atau tempat
menyimpan air, terbuat dari buah labu yang telah tua, kemudian
dikeringkan dan isi labu tersebut dibuang. Untuk memasukan dan
mengeluarkan air dibuat lubang pada bagian atas labu dan dipasang
tali yang terbuat dari rotan untuk pegangan pada saat membawanya.

Sangkalan
Sangkalan ialah sejenis cobek yang gunanya untuk membuat sambel
atau melumatkan bumbu-bumbu dapur. Ukuran bervariasi sesuai
kebutuhan dan terbuat dari bahan kayu ulin.

Nyiru
Nyiru atau Intar terbuat dari rotan, fungsinya untuk memisahkan
beras dari kulit padi atau padi yang masih tersisa.

Intar
Intar sama dengan nyiru, fungsinya sama namun bedanya intar pada
bagian tengah lingkaran diberi lubang-lubang kecil yang berfungsi
sebagai alat penyaring antara beras dan padi.

Langgei Puai
Langgei Puai ialah sejenis pisau kecil pelengkap mandau. Tangkainya
panjang sekitar dua puluh centimeter dan mata pisaunya berbentuk
lebih kecil dari tangkainya. Bentuk mata pisau semakin ke ujung
meruncing kecil dan sangat tajam. Gunanya untuk membersihkan
dan menghaluskan benda-benda seperti rotan, juga berfungsi untuk
mengeluarkan duri yang terinjak ditelapak kaki, karena dimasa yang
telah lalu orang Dayak berkelana dihutan tanpa alas kaki. Kumpang
nya melekat pada sarung atau kumpang mandau sehingga mandau
dan langgei Puai selalu dekat tak terpisahkan.

Langgei Panamek

149
Langgei Panamek ialah sejenis pisau kecil bertangkai panjang.
Gunanya untuk meraut palawi yaitu akar kayu jelutung yang ringan
dan lemah.

Keba atau Pakalu


Keba atau Pakalu adalah sejenis tas punggung, terbuat dari rotan.
Keistimewaan keba sebagai alat mengangkut barang untuk perjalanan
jauh ini karena dapat mengangkat barang dengan ukuran besar
maupun kecil. Hal ini disebabkan karena salah satu bagian dinding
keba dapat dibuka dan ditutup. Pada umumnya keba digunakan
untuk mengangkut hasil-hasil hutan Bentuk keba menyerupai kubus,
tinggi antara empatpuluh sampai tujuhpuluh lima centimeter.

Luntung atau Lanjung


Luntung atau Lanjung adalah sejenis tas punggung yang terbuat dari
rotan dan fungsi utamanya adalah untuk mengangkut barang dalam
perjalanan jauh. Pada umumnya luntung tidak hanya digunakan
untuk mengangkat padi, tapi juga untuk mengangkat barang lainnya.
Bentuk luntung menyerupai kubus namun bagian atas yang tidak
diberi tutup berukuran lebih besar dari pada bagian bawah.
Ukurannya bervariasi sesuai selera, yang sering ditemukan ukuran
garis tengah dasar lima puluh centimeter dan garis tengah atas
tujuhpuluh sentimeter, dan tingginya tujuhpuluh lima centimeter
namun kadang-kadang dibuat dengan ukuran lebih besar atau lebih
kecil. Nama-nama jenis luntung antara lain luntung kembang,
luntung silip dan luntung jarang.

Kipas
Kipas terbuat dari anyaman rotan atau anyaman bambu.

Sasapu
Sasapu atau sapu terbuat dari sabut kelapa disebut sapu ijuk dan
yang terbuat dari ijuk disebut sasapu haduk.

Kusak
Sejenis tas yang dijinjing dan digunakan untuk membawa barang,
sejenis keranjang.

Karanjang
Karanjang sejenis tas yang dijinjing dan digunakan untuk membawa
bahan-bahan kebutuhan masak memasak. Misalnya Bumbu-bumbu
dapur, sayur mayur baik dari kebun sendiri maupun dari pasar.

Rambat

150
Rambat adalah sejenis tas punggung, terbuat dari rotan yang telah
diraut dan dibersihkan dengan rapi sehingga hasil akhirnya tampak
lembut dan rapi. Bentuknya menyerupai tabung, tinggi lima puluh
centi meter, garis tengah lingkaran baik atas maupun bagian bawah
tigapuluh centi meter. Rambat tidak memakai tutup namun pada
ujung bagian atas terdapat gelang-gelang kecil yang terbuat dari
anyaman rotan. Di dalam gelang-gelang tersebut diberi tali dengan
maksud apabila tali ditarik maka bagian sebelah atas rambat jadi
mengecil dan berbentuk krucut yang juga berfungsi sebagai alat
penutup.

Pahat Turih
Pahat Turih ialah sejenis pahat yang ujungnya melengkung. Gunanya
untuk memahat atau menurih pohon karet untuk mengambil getah
pohon tsb.

Senduk Bangu
Senduk bangu adalah sendok yang terbuat dari tempurung kelapa.
Gunanya untuk menyendok makanan.

Supak
Supak ialah alat yang gunanya untuk mengambil beras atau takaran
beras dan terbuat dari tempurung kelapa.

Sambilu
Pisau yang terbuat dari bambu (bagian kulit luar bambu) berukuran
limabelas centimeter. Gunanya sebagai pengganti pisau untuk makan
buah barania atau gandaria.

Kancip
Kancip adalah alat pemotong sejenis gunting yang digunakan untuk
memotong buah pinang pelengkap sirih pinang.

Jambia
Jambia sejenis duhung yang bentuknya hampir menyerupai keris,
pulang atau hulu terbuat dari tembaga. Jambia juga mempunyai
kupang, bedanya dengan duhung adalah sejenis pusaka dan
digunakan untuk menyodok babi pada saat upacara adat. Jambia
didaerah Katingan sering dimanfaatkan sebagai senjata untuk
membela diri.

Badek
Sama dengan jambia yang berfungsi seperti pisau digunakan hari-
hari. Ada jenis badek yang dapat dilenturkan, namun ada juga

151
sebagian yang tidak dapat dilenturkan. Kadang-kadang badek bisa
juga berfungsi sebagai benda pusaka, namun untuk badek yang
dianggap sebagai barang pusaka pastilah badek yang dapat
dilenturkan.

Jantar
Jantar ialah alat pintal benang atau dapat pula digunakan untuk
memilin tali. Benang atau tali yang dipilin berasal serat kayu tengang
atau serat kayu baru. Cara penggunaannya dengan cara
menggerakkan kedua pen dengan lilitan tali yang kemudian ditarik
sehingga pen berputar. Pada ujung pen diikatkan serat kayu yang
akan dibuat menjadi tali atau benang.

Lading
Lading berarti pisau, yaitu alat pemotong.

Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya baladau, langgei gunjak, langgei
kilung, pisau, Pisau pamantung, pisau lantik, pisau mambawau,
pisau duang, lading belati.

Peralatan Pertukangan
Puputan
Puputan ialah peralatan yang biasa dimiliki oleh seorang pandai besi
untuk membuat peralatan-peralatan yang terbuat dari besi untuk
keperluan hidup sehari-hari. Puputan berbentuk dua buah tabung
yanng berukuran tujuhpuluh lima centimeter dan duapuluh centi
meter. Pada bagian dinding bawah diberi dua lubang dan kemudian
dipasang bambu yang berdiameter lima centmeter yang gunanya
untuk cerobong angin. Fungsi puputan menyerupai pompa yang
dapat menghasilkan hembusan angin yang gunanya untuk meniup
bara api guna memanaskan besi yang ditempa.

Bur 12
Bur ialah bur

Gergaji 13
Gergaji ialah gergaji

Paku 14

12 Bukan peralatan asli suku dayak.


13 idem
14 idem

152
Paku ialah paku

Kawat 15
Kawat ialah kawat

Katam 16
Katam ialah ketam

Pahat 17
Pahat ialah pahat

Pakaian
Bahan pakaian, begitu juga selimut, dibuat dari kulit kayu siren
atau kayu nyamu. Pada jaman dahulu, orang Dayak ada yang
menggunakan pakaian dari kulit hewan (antara lain macan dahan)
lengkap dengan ekornya. Bila dilihat dari jauh, seolah-olah ekor
tersebut (bagian dari kulit macan tadi) adalah bagian tubuh dari
orang Dayak. Hal ini yang menyebabkan pada masa lalu muncul
anggapan bahwa orang Dayak memiliki ekor.

Gambar orang Dayak dengan pakaian kulit hewan

Baju Kalambi Barun Rakawan. Jenis pakaian yang dipakai pada


saat upacara adat, khususnya pada saat upacara tiwah.

Salingkat Sangkurat Benang Ranggam Malahui. Jenis pakaian


yang dipakai pada saat upacara adat, khususnya pada saat upacara
tiwah.

Ewah. Semacam cawat

Ewah Bumbun. Semacam cawat yang digunakan dalam upacara


adat dan berwarna kuning.

Ewah Nyamo. Cawat yang terbuat dari kulit kayu.

Sakarut/Sangkarut. Semacam rompi dan di bagian sebelah dalam


banyak jimat.

15 idem
16 idem
17 idem

153
Sampah Ukong. Jenis pakaian yang terbuat dari bahan kajang
ukong.

Sampah Angang. Sejenis topi pisur waktu menawur.

Lawung Sansulai Dare Nucung Dandang Tingang. Sejenis ikat


kepala yang digunakan pada saat upacara adat, khususnya pada saat
pelaksanaan upacara tiwah.

Kerajinan Tangan
Tanggoi

Tanggoi ialah penutup kepala atau sejenis topi berukuran


lebar. Lebar tanggoi biasanya limapuluh centimeter. Gunanya untuk
menutupi kepala dari panas matahari. Bahan yang digunakan untuk
membuat topi ialah rotan, atau daun rais. Biasanya topi digunakan
untuk bepergian, berladang dan menangkap ikan.

Tanggoi Dare. Topi yang terbuat dari rotan dan bermotif.

Tanggoi Sarudong. Kerudung

Tanggoi Uei. Topi yang terbuat dari rotan tanpa motif.

Tanggoi Kayu. Topi yang terbuat dari kayu ringan misalnya kayu
jalutung.

Tanggoi Lahung. Topi yang terbuat dari bahan purun dan bermotif.

Tanggoi Sentang

Amak

Amak adalah tikar yang gunanya sebagai alas duduk, ataupun


alas tidur. Ukurannya berbeda-beda sesuai kebutuhan. Dibuat dari
anyaman rotan, daun rais, atau daun purun. Amak yang terbuat dari
anyaman rotan yang telah diraut halus biasanya bermotif. Namun
untuk amak yang terbuat dari daun rais atau daun purun biasanya
tanpa motif dan lebih populer disebut lampit. Nama-nama Amak:
a. Amak Purun.
b. Amak Pararani.
c. Amak Madu, dibuat dari kajang, dapat disusun sampai
tujuh.

154
d. Amak kajang kacang.
e. Amak Tihing/ tahing.
f. Amak Danau.
g. Amak Pasar.
h. Amak Letem
i. Amak Bamban.
j. Amak Talep.
k. Amak Hilai.
l. Amak Lampit.
m. Amak Rais.
n. Amak Dangan.
o. Amak Dare.
p. Amak Biro.
q. Amak Tahising.
r. Amak Dawen.
s. Amak Silar.
t. Amak Pahakung.
u. Amak Dawen Enyoh.

Lain-lain

Kasai
Bedak dingin digunakan tidak saja oleh kaum perempuan, tetapi juga
oleh kaum laki-laki. Disamping untuk merawat kulit, kasai juga
bermanfaat untuk melindungi kulit dari sengatan sinar matahari.
Bulu Burung
Bulu burung sering digunakan untuk asesoris, terkadang dipasang
pada mandau pusaka atau pada ikat kepala, atau asesoris pada saat
menari. Yang sering digunakan untuk asesoris adalah bulu burung
haruai dan bulu burung tingang atau enggang.

Masakan Dayak
Seperti umumnya suku-suku di Nusantara, demikian pula suku
Dayak, makanan utama mereka adalah nasi, yang dilengkapi dengan
sayur mayur serta lauk pauknya. Uraian singkat cara suku Dayak
mengolah bahan makanan untuk menjadi santapan harian mereka.

Beras

Padi yang diolah menjadi beras, kemudian ditanak hingga menjadi


nasi, cara pengolahannya:

155
Bari atau nasi putih yang merupakan makanan pokok berasal dari
beras dengan bermacam cara pengolahan untuk dapat dimakan.
Dimasak dengan mempergunakan kenceng 18, kukusan yang terbuat
dari rotan atau bamboo atau dibuat ketupat

Bari Tanihi yaitu nasi putih yang dimasak di dalam bambu, dan
dibungkus dawen tewu19. Biasanya memasak nasi dengan cara
demikian ialah untuk bekal perjalanan jauh atau dalam upacara-
upacara adat.

Bari Bahenda atau nasi kuning.

Ketupat ialah nasi yang dimasak dalam ketupat yang terbuat dari
daun kelapa muda yang dianyam atau dimasukkan dalam sejenis
tumbuhan hutan yang bentuknya seperti ketupat. Biasanya ketupat
dibuat untuk bekal perjalanan jauh atau dalam upacara-upacara adat.

Bari Sanga atau Bari Narang ialah nasi goreng. Biasanya dibuat
untuk makan pagi. Cara pembuatan sama dengan cara pembuatan
nasi goreng pada umumnya hanya minyak yang digunakan kadang-
kadang menggunakan minyak tengkawang, kadang-kadang minyak
babi.
Bubur Nasi, bubur yang terbuat dari beras yang diberi air dengan
perbandingan satu banding empat, dicampur santan kelapa, gula
merah dan madu.

Kangkuyau, bubur yang terbuat dari beras yang diberi air dengan
perbandingan satu banding empat, diberi sedikit garam.

Pulut

Pulut atau ketan. Ada dua jenis ketan yaitu ketan hitam dan ketan
putih.

Kenta, jenis panganan terbuat dari beras ketan yang baru saja
dipanen. Cara membuatnya padi ketan yang baru saja mulai
menguning, dipotong dan dikumpulkan, kemudian dimasak dalam
periuk tanpa air, dan boleh juga diberi sedikit air sampai baunya
wangi dan isinya menjadi lembek. Setelah itu didinginkan. Baru
kemudian ditumbuk di lisung hingga bentuknya pipih, dan
dibersihkan kulit padinya. Cara menyajikan yaitu kenta dicampur
parutan kelapa dan gula.

18 Kuali.
19 Daun Tebu
156
Amping, sejenis panganan yang terbuat dari ketan. Cara membuat
amping hampir sama dengan cara membuat kenta, bedanya amping
dibuat dari padi ketan yang telah kering dan dipilih padi ketan yang
terbaik. Padi ketan yang telah kering digoreng tanpa minyak dalam
kuali hingga beras dalam padi ketan tsb masak. Kemudian ditumbuk
di lisung hingga berbentuk gepeng. Setelah kulit padi dibersihkan
maka amping tersebut dapat dihidangkan dengan dicampur parutan
kelapa dan gula pasir. Namun dapat juga dimakan bersama ikan asin
atau wadi yang digoreng.

Lamang, sejenis makanan yang dimasak di dalam bambu yang


dilapisi daun pisang, diberi santan kelapa dan garam secukupnya.

Pulut Kukusan, jenis makanan yang terbuat dari beras ketan yang
dikukus. Biasanya pulut kukusan dimakan bersama inti yaitu parutan
kelapa yang dicampur gula merah dan dimasak di api.

Ubi Kayu

Kangkalut, makanan yang terbuat dari singkong. Cara membuatnya


singkong dikupas, dibersihkan, dipotong dadu dicampur beras dan
ditanak seperti menanak nasi.

Sangkuwai, makanan yang terbuat dari singkong. Cara membuat,


singkong dikupas, dibersihkan, dipotong dadu, dicampur beras
dengan perbandingan satu banding dua lalu dikukus hingga matang.

Goreng Jawau. Singkong dikupas, dicuci bersih, dipotong


sepantasnya lalu digoreng dengan minyak kelapa, minyak
tengkawang ataupun minyak babi.

Tapai Jawau, tape yang terbuat dari singkong. Caranya, singkong


dikupas, dicuci bersih, dikukus. Setelah hangat-hangat kuku
dicampur ragi ditutup rapat selama dua puluh empat jam dan siap
dinikmati.

Luntuh Jawau. Ubi Kayu direbus.

Sayur Mayur

Cara Membuat Masakan Sayur Berkuah

157
Dalam pengolahan sayur sayuran, suku Dayak sangat
menggemari sayuran berkuah dengan bumbu-bumbu yang sama,
hanya bahan yang berbeda-beda. Untuk bahan tertentu sayur
berkuah akan lebih nikmat apabila ditambahkan santan kelapa.
Bumbu-bumbu yang dibutuhkan pada umumnya sama yaitu serai,
laos, lombok, kunir, suna 20, garam dan terasi.
Bahan masakan adalah sayuran sesuai selera dan ikan sungai
yang berlemak. Untuk ikan bisa diganti ayam atau sapi, boleh juga
daging babi. Cara membuat, semua bumbu diulek halus,
dicampurkan pada ikan/ayam/sapi/babi, dimasukkan kuali, diberi
sedikit air21, diletakkan di atas api hingga mendidih. Setelah
mendidih dimasukkan sayuran hingga matang dan siap disaji. Juhu
dapat pula dibuat dari campuran beberapa jenis sayuran. Pada saat
memasak maka sayur yang masaknya lebih lama dimasukkan lebih
dahulu baru kemudian dimasukkan sayuran yang cepat matang.

Macam-macam Juhu

Juhu Dawen kayu. Sayur berkuah dedaunan yang dapat dimakan.

Juhu Dawen Saretak. Sayur berkuah daun kacang panjang.

Juhu Ujau. Kuah umbut-umbutan

Juhu Tantimun. Kuah timun, biasanya ditambah sedikit santan


kelapa.

Juhu Singkah. Kuah rotan muda, rasanya agak pahit.

Juhu Enyoh. Kuah kelapa muda.

Juhu Singkah Enyoh. Kuah batang kelapa muda.

Juhu Singkah Hambie. Kuah batang rumbia muda.

Juhu Bua Pisang. Gulai buah pisang muda, pakai santan.

Juhu Batang Pisang. Gulai batang pisang, bersantan.

Juhu Kangkung. Gulai kangkung, bersantan.

20 Suna boleh diganti bawang merah.


21 Sesuai selera.

158
Juhu Baluh Baputi. Kuah labu putih.

Juhu Baluh Bahenda. Kuah labu kuning, boleh bersantan boleh


tidak.

Juhu Dawen jawau. Kuah daun singkong, boleh bersantan, boleh


tidak.

Juhu Kujang. Gulai keladi diberi santan. Terkadang keladi bila


dimasak terasa gatal, maka untuk menghilangkannya keladi
dibersihkan, direbus dengan diberi garam secukupnya hingga
mendidih dan kemudian airnya dibuang. Setelah itu ikan yang telah
dicampur bumbu-bumbu, santan kelapa, keladi, ditambahkan daun
nangka muda yang telah dipotong kecil-kecil tujuh lembar lalu
diletakkan di atas api hingga matang. Apabila daun nangka muda
tidak ada, penghilang gatal dapat diganti kerak nasi. 22

Juhu Kanas. Kuah buah nanas muda.

Juhu Mantela Mangur. Gulai pepaya muda, boleh bersantan,


boleh tidak.

Juhu Lauk. Kuah ikan

Juhu Kamenyo. Kuah daun kamenyo, rasanya asam.

Juhu Leping. Kuah daun leping rasanya asam.

Juhu Tampuyak. Kuah durian yang telah diasinkan, rasanya asam.

Juhu Dahian. Kuah durian muda.

Juhu Asem. Kuah asam muda.

Juhu Galimbing Tunjuk. Kuah belimbing wuluh

Juhu Rimbang. Kuah rimbang, rasanya asam.

Juhu Kulat. Kuah cendawan

Juhu Uwi. Kuah ubi,boleh diberi santan, boleh juga idak.

Juhu Bajei. Kuah paku boleh diberi santan, boleh juga tidak

22 Jawa – intip.
159
Juhu Kalakai. Kuah daun kalakai.

Juhu jagung Muda. Kuah jagung muda

Juhu Dawen Paria. Kuah daun Paria (pare)

Juhu Paria. Kuah paria (pare)

Juhu Taya/Bengkel. Kuah taya/bengkel, pahit rasanya

Dawen Mantela
Sayur daun kates muda, biasanya dicampur dengan lemak babi.

Luntuh Dawen Mantela dengan Pancuk


Daun pepaya muda direbus dan dimakan bersama pancuk yang
berarti sambel terasi yang dibuat dari lombok, terasi, garam, diulek
dan ditambah air jeruk nipis.

Luntuh Dawen Jawau dengan Pancuk


Daun ubi kayu muda, jangan dilepaskan dari tangkai yang masih
muda, dicuci bersih, direbus dan dimakan bersama sambal yang
terbuat dari lombok merah, garam, terasi, diulek dan diberi air jeruk
nipis.

Tepen Dawen jawau


Tepen dawen jawau ialah daun ubi kayu yang telah ditumbuk halus
dilisung. Babi berlemak dipotong kecil-kecil dicampur bumbu, diberi
air sedikit dan santan kelapa, diletakkan di api. Apabila telah
mendidih dimasukkan daun ubi kayu yang telah dihaluskan sampai
matang siap dihidangkan. Bumbunya harus dihaluskan terlebih
dahulu. Bumbunya antara lain lombok, kunir, laos, serai, suna, bila
tidak ada suna boleh diganti bawang merah, terasi dan garam. Cara
lain boleh juga semua bahan diletakkan di wajan dan dimasak hingga
kuahnya hampir kering.

Terong Mapui
Terong ungu yang sedang besarnya, dibakar dengan kulitnya hingga
matang dan menjadi lembek. Kemudian siapkan lombok rawit, terasi,
garam, serei, diulek halus, ditambah ikan bakar yang berlemak dan
terong bakar, ditekan pelan-pelan sampai tercampur.

Lauk Pauk

160
Jenis-jenis binatang yang dimakan:
1). Jenis-jenis ikan
2). Sapi
3). Babi hutan, babi yang dipelihara
4). Kerbau, hadangan, hurangan
5). Rusa, manjangan, payau, bengau
6). Kijang atau karahau, kancil atau pelanduk
7). Ayam atau manuk, ayam alas atau ayam hutan
8). Itik, bebek, angsa atau japun
9). Bermacam-macam burung
10). Bermacam-macam ular, antara lain ular payahe atau paraca,
panganen atau ular sawah, depong, marawak, dan lain-lain
11). Bajai atau buaya, biawak, sambuk, muhe, dan jenis lainnya
12). Orang Hutan, kahiu atau alas, beruk
13). Bulus, bioko, kura-kura
14). Landak

Jenis Masakan

Sangan
Sangan ialah masakan yang terbuat dari ikan atau babi atau sapi.
Setelah bahan dibersihkan dan dipotong sesuai selera, dicampurkan
dengan bumbu-bumbu yang terdiri dari ulekan garam, laos,
kunir,serai, terasi, jahe, lombok. Setelah itu digoreng dengan
menggunakan minyak kelapa atau minyak babi.

Panggang
Panggang ialah daging binatang atau ikan yang telah dibersihkan
diberi garam dan dibakar di bara api sampai matang. Untuk Ikan
kecil ditusuk seperti sate. Khusus untuk jenis ikan saluang yaitu
sejenis ikan kecil yang sangat populer bagi orang Dayak, pantang di
bakar.

Lawar
Lawar ialah masakan yang terbuat dari jeroan atau isi perut binatang
berkaki empat ataupun ikan. Cara membuat setelah jeroan
dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, dicampurkan dengan bumbu-
bumbu yang telah diulek yang terdiri dari garam, laos, jahe, serai,
terasi, lombok, kunir. Boleh diberi sedikit santan kelapa, boleh juga
tidak, sesuai selera. Setelah itu dimasukkan dalam kuali diletakkan di
atas api sampai matang dan siap dihidangkan.

Tanak

161
Tanak ialah jenis masakan yang terdiri dari Ikan atau daging atau
jeroan yang telah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, dicampur
bumbu-bumbu seperti di atas, diberi air hanya sedikit 23 dimasak
hingga matang. Lawar dan tanak hampir sama hanya tanak kunirnya
lebih banyak. Dapat dimakan sebagai teman nasi atau ketan.

Burup
Burup sama dengan tanak namun harus terbuat dari bahan ikan
bukan daging.

Opor
Opor jenis masakan bersantan. Bahan daging binatang berkaki empat
atau ayam. Bumbu-bumbunya ialah: Garam, lombok, pala, kayu
manis, kunir, laos, serai, merica, yang kesemuanya diulek halus.
Kelapa dibakar, diparut dan ditumbuk hingga halus.
Kemudian bahan, bumbu, kelapa bakar yang telah dihaluskan
dicampur jadi satu, diberi santan kelapa secukupnya dan dimasak
hingga matang.

Kalampis
Kalampis adalah makanan sejenis pepes. Cara membuatnya : Ikan
boleh besar boleh ikan-ikan kecil, dicampur bumbu-bumbu yang
telah diulek halus. Adapun bumbu-bumbunya adalah suna, bila tidak
ada boleh diganti bawang merah, garam, lombok, laos, serai, kunir.
Kemudian semua bahan dan bumbu dibungkus daun pisang dan
dipanggang diatas bara api hingga matang.

Kohok
Kohok ialah jenis masakan yang dimasak dalam bambu. Bahan boleh
daun keladi atau daun singkong muda. Cara membuat: daun-daun
yang akan digunakan sebagai bahan ditumbuk halus, kemudian
dicampur dengan bumbu-bumbu yang terdiri dari suna, garam,
lombok, laos, serai, kunir yang kesemuanya sudah diulek halus.
Bahan dicampurkan dengan bumbu-bumbu ditambah potongan kecil
daging babi berlemak atau ikan yang tidak banyak durinya,
masukkan dalam seruas bambu, beri sedikit air, bakar di bara api
kecil hingga mateng. Apabila sering dihangatkan, masakan ini bisa
bertahan beberapa hari.

Panggang Kaluk/Gatal
Panggang kaluk atau gatal ialah panggang ikan. Ikan yang dapat
dibuat panggang kaluk adalah jenis ikan besar baik bersisik ataupun
tidak. Setelah isi perut ikan dikeluarkan, biarkan ikan tetap utuh,

23 Nyemek ( jw )
162
untuk ikan bersisik, sisiknya jangan dibuang. Bumbu-bumbu yang
telah diulek halus yang terdiri dari garam, lombok, suna, laos, serai,
jahe, terasi dan kunir agak lebih banyak, dimasukkan kedalam perut
ikan. Kemudian ikan dijepit dengan bambu yang telah dibelah dua
sampai tubuh ikan menjadi bengkok. Kaluk berarti bengkok. Bakar
dalam bara api hingga matang dan agak kering siap disantap.

Pancit
Pancit ialah masakan yang terbuat dari jeroan atau perut ikan-ikan
kecil. Caranya isi perut ikan kecil-kecil dikumpulkan, dibersihkan
dicampur bumbu-bumbu yang terdiri dari bumbu yang sama dengan
membuat tanak, diberi sedikit air dan dimasak dalam kuali hingga
matang. Boleh juga memasaknya dalam seruas bambu.

Panggang Enyak
Panggang enyak ialah panggang babi yang berlemak. Cara
membuatnya babi berlemak dipotong dengan potongan agak besar,
diberi garam dan dipanggang diatas bara api hingga matang. Setelah
matang pada waktu mau disantap terlebih dahulu dipotong kecil
sesuai selera, dan dimakan sebagai teman nasi dan pancuk atau
sambel terasi.

Kandas/Pipis
Kandas atau pipis ialah masakan sambel dan ikan panggang. Cara
membuat, yaitu Ikan besar dipanggang hingga mateng, kemudian
lombok, garam, terasi dan belimbing tunjuk atau dapat pula serai
diulek halus. Setelah itu ikan panggang di ulek pelan-pelan pada
sambel hingga gepeng dan siap disantap.

Pundang
Pundang ialah ikan asin yang digoreng atau dibakar.

Luntuh Manuk
Luntuh Manuk ialah ayam utuh yang direbus berkuah. Caranya ayam
dibersihkan, jangan dipotong-potong, biarkan utuh, kemudian kunir
dibakar, kupas, gepengkan. Ayam utuh tadi dimasukkan dalam kuali,
bersama kunir bakar yang telah digepengkan, garam, serai yang juga
utuh cukup dibersihkan dan digepengkan saja tidak perlu dihaluskan,
lombok utuh, suna, dan tambahkan air agak banyak, selanjutnya
dimasak hingga matang.

Pengawetan Bahan Makanan

163
Kariting atau Karapas
Keriting atau Karapas ialah salah satu cara pengawetan daging babi.
Caranya: Daging dan lemak babi ditaburi garam dan disangrai24
hingga kering. Setelah dingin disimpan bersama lemaknya dalam
suatu tempat yang dapat ditutup rapat. Pengawetan cara ini dapat
bertahan hingga enam bulan asalkan jangan terkena air dan kadang-
kadang dipanaskan di atas api.

Sehei
Sehei adalah salah satu cara untuk mengawetkan ikan. Daya tahan
cara pengawetan ini tidak lebih dari tujuh hari. Caranya, yaitu ikan
yang masih baru di panggang di atas bara api hingga kering benar.

Kalasuam
Kalasuam adalah cara pengawetan daging buruan atau ikan agar
rasanya tidak berubah. Namun pengawetan cara ini daya tahannya
tidak lebih dari dua hari. Caranya : Ikan atau daging yang akan
diawetkan diberi garam secukupnya, dikasih sedikit air, dimasak
setengah matang diatas api dan tutup panci jangan dibuka hingga
saat akan dimanfaatkan.

Pakasem
Pakasem adalah salah satu cara pengawetan ikan atau daging.
Caranya ikan atau daging yang akan dipakasem terlebih dahulu
dipotong sebesar telapak tangan, kemudian diberi garam dan
dicampur hingga merata. Setelah itu didiamkan dahulu selama
setengah jam, baru kemudian diberi nasi secukupnya dan dicampur
hingga merata. Boleh juga ditambahkan daging durian dan
dicampurkan hingga merata. Baru kemudian disimpan dalam
tempayan atau bambu dan ditutup rapat. Apabila pembuatannya
sempurna dan tutupnya rapat, daya tahan dapat mencapai enam
bulan.

Pundang
Pundang ialah pengawetan ikan atau daging dengan cara dijemur
disinar mata hari hingga kering. Caranya setelah ikan atau daging
dibersihkan dan diberi garam secukupnya, dijemur disinar mata hari
hingga keringnya merata.

Wadi
Salah satu cara pengawetan ikan yang daya tahannya bisa mencapai
setahun. Cara pembuatan, pertama-tama ikan yang akan diawetkan
menjadi wadi dibersihkan dan dipotong-potong sebesar telapak

24 Digoreng tanpa minyak.


164
tangan, dicampur garam hingga merata dan diletakan dalam suatu
tempat tertutup. Kemudian sangrai, 25 padi hingga kering dan matang
beras yang ada dalam padi tsb, setelah itu dalam keaadaan masih
panas, padi yang telah disangrai ditumbuk hingga halus, dan
campurkan merata pada ikan yang telah tercampur garam merata
tadi. Bila ikan, garam dan padi yang telah ditumbuk tadi dicampur
merata, agar lebih awet, tambahkan lagi sedikit garam yang
kemudian campurkan agar benar-benar merata. Jaga dan hindari
jangan sampai dihinggapi lalat. Cara penyimpanan dimasukan dalam
balanga atau bambu dan ditutup rapat.
Di daerah Tewang Pajangan, wadi ikan manjuhan disantap dalam
keadaan mentah, tanpa dimasak terlebih dahulu asalkan wadi
tersebut telah jadi. Ikan manjuhan mentah yang telah dikucuri jeruk
terlebih dahulu juga langsung dapat disantap tanpa dimasak terlebih
dahulu.

Tampuyak
Tampuyak ialah cara pengawetan durian yang diasinkan. Caranya
daging durian mateng dipisahkan dari bijinya, diberi garam
secukupnya, masukkan dalam belanai atau tempayan dan ditutup
rapat. Pengawetan durian cara ini bisa mencapai enam bulan asal
tidak dihinggapi lalat. Apabila hanya membuat sedikit, kadang
kadang selain garam juga ditambahkan sedikit gula dan lombok
rawit. Tempuyak dapat langsung dimakan begitu saja sebagai teman
nasi atau diberi campuran udang dan di goreng dengan sedikit
minyak, dapat pula sebagai campuran membuat juhu.

Lampuk atau Megan atau Dodol Duren


Daging duren dimasak di atas api sampai berwarna coklat, dibungkus
dengan daun, diasapkan atau di para.

Rampang
Rampang : ialah salah satu cara pengawetan ubi kayu. Caranya, yaitu
pertama kupas ubi kayu, cuci bersih, potong kecil-kecil, jemur hingga
kering benar. Setelah kering tumbuk hingga menjadi tepung halus.
Rampang biasanya dapat di jadikan bahan pembuatan panganan,
kue-kue, dibuat bubur, bahkan dicampurkan pada nasi. Daya tahan
dapat mencapai enam bulan.

Kupue
Kupue adalah salah satu cara pengawetan ubi kayu. Daya tahan
pengawetan dapat mencapai setahun. Kejadian penting yang sulit

25 Digoreng tanpa minyak.


165
dilupakan oleh orang Dayak ialah mereka pernah diselamatkan oleh
kupue. Saat itu tahun 1918, panen gagal. Kemudian beras sebagai
makanan pokok digantikan oleh kupue. Cara pembuatannya terlebih
dahulu ubi kayu dikupas, dan direndam dalam air, boleh direndam
dalam tempayan besar yang telah diberi air, boleh juga dimasukkan
dalam keranjang besar yang terbuat dari bambu atau rotan dan
direndam dalam air sungai. Perendaman memakan waktu sekitar
satu minggu hingga ubi kayu menjadi lembek dan baunya asam.
Setelah air ditiriskan, dijemur hingga kering benar, ditumbuk halus
hingga menjadi tepung dan disimpan dalam tempayan dan ditutup
rapat. Tepung kupue dapat dimanfaatkan untuk membuat makanan,
bubur atau campuran nasi.

Wadai atau Kue Basah

Wadai, wajik, dikang, lamang, garuk, gatas, tamanyau, ahas,


goreng-gorengan, tanak-tanakan, panggang-panggangan, sukup
sipan 26 wadai egang eguk 27 mahi atun 28.

Minuman Beralkohol

Baram,tuak, anding yang dibuat dari nasi, ketan, hanau, enau, nila,
berwarna putih jernih, putih susu, kuning, hitam dan merah tua.
Tuak dapat disimpan lama, semakin lama semakin baik, terutama di
daerah Kalimantan Timur, Utara dan Tengah.

26
Lengkap
27
Gula batu
28
Juga ada
166
BAB VI
SISTEM MATA PENCAHARIAN

Peralatan Perladangan
Tamparang
Tamparang ialah alat untuk membuat lekuk atau lubang pada kayu.
Misalnya membuat perahu, lekukan atau lubang lesung, dan
sebagainya. Bentuknya seperti cangkul kecil. Tangkai tamparang
disebut pahera.

Ambang
Sejenis mandau

Linggis
Besi panjang berukuran 1 meter, berdiameter 20 cm, bagian ujung
gepeng, gunanya untuk membuat lubang di tanah.

Kapak
Kapak ialah alat penebang pohon atau pemotong kayu.

Beliung
Beliung adalah sejenis kapak yang gunanya untuk menebang pohon.
Tangkai beliung yang disebut pira atau pahera terbuat dari cabang
kayu elastis kuat dan panjangnya tujuh puluh lima sentimeter. Mata
atau alat pemotongnya terbuat dari besi, bagian tajam berbentuk
melengkung. Bagian belakang meruncing dan diikat kuat pada
tangkainya dengan menggunakan rotan. Ujung tangkai beliung
ditancapkan pada sepotong kayu bundar berdiameter 5 - 7 cm dan
panjang 10 cm untuk tempat pegangan dan disebut palantan.

Ranggaman
Ranggaman ialah alat pemotong padi. Bentuknya mirip ani-ani,
tangkai terbuat dari bambu, pangkal tempat landasan pisau terbuat
dari kayu dan alat potongnya terbuat dari besi, dapat juga terbuat
dari seng tipis.

Balakon
Balakon terbuat dari anyaman rotan. Pada umumnya balakon
digunakan oleh perempuan dengan cara diikat dibagian pinggang
untuk mengangkat padi setelah panen ke tempat penjemuran,
sedangkan laki-laki menggunakan luntung. Berbentuk bundar
panjang dengan tinggi 20 cm, berdiameter 30 cm. Bagian atas
dilingkari rotan yang lebih besar dan dari lingkaran tersebut diberi
tali yang terbuat dari anyaman rotan selebar 5 cm agar lebih mudah
bila diikatkan pada pinggang.

Palundu
Palundu sejenis balakon, bedanya pada palundu tidak ditemukan tali
untuk diikatkan dipinggang, karena memang membawa palundu
tidak perlu diikatkan dipinggang.

Balasai
Balasai terbuat dari anyaman daun rais, daun bingkuang ataupun
daun purun. Bentuknya persegi panjang dengan ukuran bervariasi
sesuai dengan kebutuhan. Bagian sebelah atas yang tidak bertutup
diberi anyaman untuk pegangan. Sering kali balasai digunakan untuk
mengangkat padi setelah dijemur.

Ucung
Ucung adalah tempat membawa benih padi pilihan yang segera akan
ditanam. Berbentuk tabung berdiameter 25 cm, tinggi 30 cm. Pada
bagian tepi diberi anyaman daun untuk pegangan, bagian atas diberi
tutup.

Amak Dawen Rais


Amak dawen rais ialah tikar dengan ukuran besar yang terbuat dari
daun rais dan gunanya untuk menjemur padi.

168
Kajang Tangkap
Kajang Tangkap terbuat dari anyaman daun kajang atau daun rais
dan berfungsi untuk melindungi atau menutupi padi yang sedang
dijemur dari curahan hujan.

Peralatan Menangkap Ikan


Pisi
Pancing kecil yang bertangkai, gunanya untuk menangkap ikan-ikan
kecil.

Banjur
Banjur digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar,
umpannya adalah ikan hidup, biasanya tanpa menggunakan tangkai
pancing dan tali banjur diikat dipohon kayu. Ikan besar yang
tertangkap hanya seekor saja.

Buwu Tali
Ditunggu dengan perahu, dan tali dipegang. Untuk menangkap ikan
atau buaya.

Sakang
Untuk menangkap buaya, semacam selugi tetapi di air.

Rawai
Alat menangkap ikan, hampir sama dengan banjur tetapi pada rawai
tali pancing panjang yang mengapung diatas air kemudian dipasang
banyak mata pancing dengan arah tegak lurus.

Duhuk
Duhuk adalah alat penangkap ikan yang berbentuk tombak bermata
dua. Duhuk hampir sama dengan tampuling hanya ukurannya lebih
kecil dan pada umumnya duhuk digunakan untuk
menangkap/berburu ikan. Dibagian ujung dipasang besi runcing dan
pada sudut diberi kaitan semacam kancing yang biasa disebut ahau
atau lajau sehingga tancapan ujung tombak pada tubuh binatang
buruan tidak mudah terlepas. Keistimewaan alat ini ujung tombak
dapat terlepas secara otomatis apabila mengenai sasaran. Oleh
karena itu pada pangkal tombak diikat seutas tali yang berfungsi
sebagai alat penarik binatang yang kena sasaran.

Insoi Lowu
Insoi Lowu sejenis duhuk namun ukurannya lebih kecil.

169
Serapang
Serapang adalah alat penangkap ikan. Bentuknya seperti tombak
bermata dua bahkan lebih. Panjang tangkai tombak bervariasi sesuai
kebutuhan namun pada umumnya dua meter. Daya rekat serapang
sangat kuat karena pada ujung diberi kaitan semacam kancing yang
biasa disebut ahau atau lajau sehingga ikan yang terkena jarang
terlepas.

Lukah
Lukah adalah alat penangkap ikan yang berbentuk tabung
memanjang dengan ukuran bervariasi sesuai selera dan jenis ikan
yang menjadi sasaran penangkapan. Bagian ujung meruncing. Di
bagian dalam dipasang ijab atau hanjab yang berbentuk krucut dan
meruncing kebagian dalam. Lukah terbuat dari bambu dan ijabnya
terbuat dari rotan. Biasanya lukah dipasang di sungai-sungai kecil
atau rawa-rawa yang berarus dan diletakkan mengarah arah
datangnya arus pada saat air pasang ataupun air turun/surut.

Dahiling atau Tangguk


Dahiling atau Tangguk atau sauk ialah alat penangkap ikan terutama
ikan-ikan kecil di rawa atau di sungai kecil yang airnya dangkal. Ikan
berukuran besarpun tidak terkecuali dapat tertangkap dengan alat ini
asalkan ikan-ikan tersebut sedang berada di daerah rawa yang
berlumpur dan bersembunyi di sela-sela akar-akar pohon atau
diantara bebatuan dan masuk dilubang-lubang tanah. Bahan
pembuatan dahiling atau tangguk ialah bambu atau rotan. Dasarnya
berbentuk cekung dan atasnya berbentuk elips dan terbuka.
Ukurannya bervariasi.

Tangkalak
Tangkalak ialah alat penangkap ikan yang berbentuk tabung
memanjang dan ruangnya menyempit sehingga ikan yang telah
masuk kedalam tidak bisa keluar karena tidak bisa membalikkan atau
memutar tubuhnya. Ukuran Tangkalak bervariasi sesuai selera dan
jenis ikan yang menjadi sasaran penangkapan.

Sentapo
Sentopo alat penangkap ikan, yang berbentuk tabung memanjang,
bagian tengah diberi ahau dan dindingnya diberi duri-duri. Sehingga
apabila ada ikan besar bersisik tebal masuk sentapo, tidak dapat
keluar lagi karena badannya akan melekat pada duri-duri tersebut.

Pasuran

170
Pasuran adalah alat penangkap ikan kecil-kecil. Bentuknya seperti
tabung dan terbuat dari rotan atau bambu. Pada dinding dibuat
lubang yang gunanya untuk tempat menancapkan tabung kecil yang
ujungnya diberi ahau. Apabila ikan masuk ketabung kecil yang telah
diberi umpan, maka ikan tidak bisa keluar karena terhalang ahau.

Rawai
Rawai ialah alat penangkap ikan dengan cara dipancing. Tali rawai
dari serat kayu tengang atau boleh juga tali nilon. Caranya tali rawai
diulur panjang dan diperkirakan sampai mencapai dasar sungai.
Sebelum dilemparkan ke sungai, pada tali rawai terlebih dahulu
diikat mata kail dengan ukuran yang bervariasi, pada mata kail diberi
umpan, baru kemudian diberi pemberat dan dilemparkan ke sungai.
Dibagian sebelah atas dipasang pelampung yang terbuat dari bambu.

Tukung
Perangkap ikan yang terbuat dari bambu dan diikat rotan. Perangkap
ini dibangun permanen di dalam sungai atau danau, terutama di
daerah yang banyak ikannya. Ukuran tukung bermacam-macam
sesuai kebutuhan. Tingginya diusahakan mencapai batas air pasang,
dan luasnya sekitar dua sampai tiga meter. Pada bagian atas tukung
diberi tutup yang tidak permanen, sehingga pada saat air pasang
banyak ikan terperangkap dan ketika air surut ikan-ikan tersebut
telah aman berada di dalam tukung. Pintu masuk disediakan pada
bangunan tukung, gunanya untuk jalan masuk pemilik tukung ketika
ia menyelam dan memasuki bangunan tukung untuk menangkap ikan
yang terperangkap di dalam tukung 1. Umumnya ikan-ikan yang
terperangkap berukuran besar. Sambil menyelam, pemilik tukung
mahauk lauk yaitu menangkap ikan dengan alat semacam jaring yang
bertangkai. Ikan-ikan yang terjaring, dibawa ke permukaan sungai
atau danau dan diterima oleh salah seorang yang bertugas
mengamankan ikan yang telah terjaring di dalam perahu, dan pemilik
meneser atau menyelam kembali ke dalam tukung untuk menangkap
ikan lainnya.

Lain-lain
Masih banyak lainnya, misalnya Rengge, Tampirai, Pasuran,
Takalak, Telung, Haup, Jala, Pasat, Hancau, Siap, Hantai, Rawai
Banjur, Panggilar/pengilar, Pikat, Embang, Rempa, Buwu Puring,
Takalak Liau, Tambu, Lukah, Tangkawing, Hempeng/Hampang,

1Pintu tukung ditutup kembali setelah pemilik berhasil masuk dalam


tukung.
171
Serapang, Bubu/Buwu, Kabam, Tambak udang, Salambau, Jebuk,
Rakep, Ringkap, Banjur, Tukung, Lurang, Santagi, Salahawu.

Cara Menangkap Ikan

Maneser tukung
Menyelam dan menangkap ikan yang telah terperangkap dengan
sejenis alat yang disebut mahauk yaitu sejenis jala yang bertangkai.

foto
Maneser Tukung
(Photo : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut.)

Manyauk
Menangkap ikan dengan alat yang disebut sauk, seolah menyaring
air, dan ikan yang tertangkap, tertinggal sauk.

Manuba 2
Meracuni air di sungai atau danau untuk menangkap ikan.

Mamisi
Memancing.

Manjala
Menjala ikan.

Marengge
Menangkap ikan dengan mengunakan sejenis jaring yang
mengapung.

Mahaup
Menangkap ikan dengan menggunakan jaring yang bertangkai.

Pasat
Menangkap ikan dengan sejenis jaring yang pada ke empat sudut
diberi tali dan diikatkan pada sepotong kayu.

Ngaruhi
Menangkap ikan dengan cara diburu ke suatu tempat, kemudian
disauk. Pada umumnya menangkap ikan dengan cara ngaruhi
dilaksanakan pada waktu air surut, di daerah yang banyak ikannya.

2 Cara Manuba, lihat penjelasan pada halaman lain buku ini.


172
Kemudian dengan cara beramai-ramai penduduk menghalau ikan
dengan menggunakan ranting-ranting pohon menuju kesuatu tempat.
Merawai
Pancing banyak, tiap pancing diberi pelampung.

Nampana
Menangkap ikan saluang.

Peralatan Berburu
Tampuling
Tampuling ialah alat berburu. Tampuling bentuknya menyerupai
duhuk3 hanya ukurannya lebih kecil. Bentuknya sejenis tombak
bermata dua dan tangkainya terbuat dari bambu berukuran 1,75 m.
Pada ujung tombak diberi kaitan semacam kancing yang biasa disebut
ahau atau lajau agar tancapan ujung tombak tidak mudah terlepas.
Keistimewaan alat ini ujung tombak dapat terlepas secara
otomatis apabila mengenai sasaran sehingga pada pangkal tombak
diikat seutas tali yang berfungsi sebagai alat penarik binatang yang
kena sasaran.

Jarat
Jebakan terikat.

Tambuwung
Menangkap binatang buruan, dalam keadaan hidup. Caranya dengan
menggali lubang di tanah dengan kedalaman sekitar 2 meter. Karena
ingin menangkap binatang buruan dalam keadaan hidup maka di
dalam lubang tidak diberi senjata tajam. Dibagian atas lubang
ditutupi ranting-ranting pohon dan dedaunan kering, sehingga
binatang yang lewat jatuh terperangkap ke dalam lubang.
Apabila tidak awas dan waspada, mungkin saja manusia yang
terperangkap. Oleh karena itu bagi siapapun yang berjalan di hutan
harus waspada mengamati salugi yaitu bambu runcing yang diletakan
di daerah sekitar situ, arah bambu menunjukan arah tambuwung.
Maksud salugi adalah semacam pemberitahuan kepada yang lewat di
daerah tersebut bahwa di daerah itu ada dipasang Tambuwung.
Apabila manusia yang terperangkap, berarti kesalahan sendiri karena
ketika berjalan tidak waspada mengamati rambu-rambu di hutan.

Sangguh Sipet
Sangguh Sipet adalah tempat anak sumpitan yang berbentuk tabung.

3 Alat penangkap ikan.


173
Sangguh Atep
Sangguh Atep artinya tutup sangguh sipet atau tutup tempat
menyimpan anak sumpitan.

Sambulut
Perangkap burung yang bahannya terbuat dari getah rekat bagai lem.
Burung yang hinggap akan merekat dan tidak dapat lepas sampai
pemilik sambuluh datang.

Katek
Katek berarti ketapel, yaitu alat untuk penangkap burung. Biasanya
burung yang dibidik dengan ketapel dan tepat sasaran akan mati.

Sepan-Sepan
Sepan-sepan adalah sumber air yang rasanya asin dan digemari oleh
binatang buruan seperti kijang, rusa, bahkan berjenis-jenis burung
menyukainya. Sepan-Sepan yang terkenal terdapat di daerah hulu
sungai Sanamang daerah kampung Balai. Pada sore hari sekitar
pukul 16.00 berduyun-duyun binatang buruan mendatangi tempat itu
untuk minum air asin yang terasa hangat. Ditempat itu pula para
pemburu telah menunggu dan mengintai binatang buruannya.
Cara membuat sepan tiruan adalah dengan mengumpulkan
batang kelapa yang kemudian dibubuhi garam, maka binatang
buruan akan berdatangan.

Salugi
Salugi adalah jenis totok bakaka, atau bahasa sandi yang telah
sangat dipahami oleh Suku Dayak. Salugi, semacam rambu-rambu
petunjuk bagi lalu lintas hutan. Bila menemui salugi yaitu bambu
runcing yang diberi cacak burung yaitu tanda (+) yang digambar
dengan kapur pada sebuah bambu runcing yang ditancapkan di
tanah, berarti waspada. Amati arah salugi tersebut, arah salugi
menunjukan arah tempat perangkap binatang telah dibuat atau
dipasang di daerah tersebut.

Sansuruk / Jarat Palanduk


Sansuruk atau Jarat Palanduk4 ialah sejenis alat penjebak untuk
berburu binatang khususnya pelanduk atau kancil. Sansuruk terbuat
dari jenis kayu lentur yang lurus, dengan panjang empat meter. Ujung
kayu ditancapkan ke tanah dan ujung lainnya diikat rotan sepanjang
dua meter. Apabila rotan ditarik ke arah bawah, maka kayu akan

4 Jerat Pelanduk
174
melentur. Untuk mempertahankan lenturan tersebut maka rotan
dikaitkan pada sebuah patok setinggi tiga puluh senti meter dan pada
bagian ujung rotan dibuat lingkaran simpul hidup. Dengan demikian
apabila binatang melalui dan menginjak simpul hidup tersebut, maka
tali yang hanya dikaitkan sedikit akan terlepas, kayu yang lentur
menarik dan binatang yang lewat terjerat di simpul hidup.

Sempiti / Poti
Sempiti atau Poti adalah alat berburu binatang berkaki empat
dengan menggunakan bambu runcing yang dipasang sedemikian rupa
sehingga apabila ada binatang yang menyentuh alat pemicu maka
bambu runcing akan segera meluncur mengenai sasaran.

Sangkatok / Saketung / Jarat Tupai


Sangkatok atau Jarat tupai adalah alat berburu sejenis jerat
khususnya untuk menjerat tupai, tikus dan binatang mengerat
lainnya. Sangkatok terbuat dari bambu.

175
BAB VII
KEBIASAAN DAN TRADISI
SUKU BANGSA DAYAK
KALIMANTAN TENGAH

Pendahuluan
Pertama-tama, apabila masuk ke perkampungan suku Dayak,
terlebih dahulu temuilah Kepala Kampung atau Pambakal mereka.
Kepada Kepala Kampung laporkan nama, tujuan kedatangan, rencana
lama kunjungan dan sebutkan pula jumlah anggota rombongan yang
datang bersamaan. Jangan lupa pula menjelaskan barang-barang apa
saja yang telah dibawa sebagai bekal ketika memasuki daerah
mereka.
Setelah Pambakal atau wakilnya memahami maksud dan tujuan
kedatangan atau kunjungan tersebut, serahkan nasib dan
keselamatan pendatang tersebut kepada Kepala Kampung. Biasanya
Kepala Kampung menjelaskan bahwa di daerahnya ada aturan-aturan
yang harus ditaati oleh warga masyarakatnya juga oleh para
pendatang. Apabila tamu yang datang telah menyanggupi mentaati
peraturan tidak tertulis yang sangat ditaati oleh warganya tersebut,
berarti pendatang telah sanggup menerima resiko hukuman dari
pelanggaran yang dilakukannya selama berada di daerah mereka,
biasanya segalanya akan menjadi lancar.
Kedatangan pendatang baru itu akan diumumkan kepada seisi
kampung, yang berarti seluruh masyarakat kampung tersebut turut
bertanggung jawab akan keselamatan pendatang tersebut selama
berada di kampung mereka.
Apabila berkunjung ke rumah salah seorang penduduk kampung,
tanyakan dahulu, adakah laki-laki yang berada di rumah, apa bila
jawaban yang diterima ada, tanyakan lagi, bolehkah datang untuk
berkunjung. Apabila telah menerima jawaban yang menyatakan
persetujuan, masuklah untuk berkunjung.
Biasanya para tamu yang datang dipersilahkan duduk di lantai
dengan beralaskan tikar, karena pada umumnya mereka tidak
menggunakan meja dan kursi sebagai perabotan rumah tangga.
Seandainya pada saat akan berkunjung lalu bertanya tentang ada
tidaknya penghuni laki-laki dalam rumah tersebut, kemudian
jawaban yang diberikan adalah jatun, yang artinya tidak ada,
disarankan untuk menunda kunjungan tersebut lain waktu saja
sampai ada penghuni laki-laki berada di rumah. Karena bila tidak
berhati-hati, kesalahpahaman mungkin saja terjadi.
Masyarakat Dayak sangat menghormati dan menghargai
kehadiran tamu yang datang berkunjung ke kampung mereka. Salah
satu cara menyatakan keramahan mereka adalah dengan datang
mengunjungi penghuni baru sembari membawa buah tangan berupa
hasil bumi dan bahan makanan lainnya. Biasanya yang sering mereka
bawa adalah kelapa, ayam atau telur ayam dan terkadang juga sayur-
sayuran serta buah-buahan dari kebun sendiri.
Semua yang mereka berikan tersebut tentu saja dengan tulus
tanpa maksud tertentu. Mereka hanya ingin berkenalan dan
menunjukan keramahan. Bagi pendatang yang menerima pemberian
tersebut, disarankan untuk menerima dengan baik dan jangan sekali-
sekali menggantikan pemberian tersebut dengan uang. Apabila
pemberian mereka diganti dengan uang, perasaan mereka akan
sangat terluka, seolah nilai persahabatan yang mereka tawarkan
hanya sejumlah nilai uang pengganti itu saja. Walau pada akhirnya
uang tersebut mereka terima, namun torehan luka tersimpan di hati
mereka.
Terkecuali apabila si pemberi buah tangan dengan tegas
mengatakan bahwa apa yang mereka bawa mereka tawarkan atau
mereka jual dengan harga tertentu, maka silahkan untuk membayar
apa yang mereka jual tersebut dengan uang, itupun apabila cocok.
Disini ada transaksi bisnis. Apabila tidak ada transaksi bisnis, maka
apabila tamu yang datang ingin juga memberikan sesuatu sebagai
ungkapan terimakasih dan persahabatan, silahkan berikan mereka
berupa barang. Pada umumnya barang yang sangat berarti bagi
mereka berupa garam atau tembakau.

178
Terkadang karena kebahagiaan mereka menerima kedatangan
tamu yang mengunjungi kampung mereka, mereka mengadakan
acara, khusus untuk penyambutan kedatangan tamu yang
mengunjungi kampung mereka. Biasanya dalam acara tersebut, tidak
ketinggalan acara mihup baram atau danum tewun tihang yang
artinya minum tuak atau minuman yang mengandung alkohol, yang
disuguhkan dalam tanduk sapi atau tanduk kerbau yang khusus
dibuat untuk keperluan tersebut.
Mihup baram bukan sekedar acara minum-minum untuk
kesenangan belaka. Dibalik prosesi mihup baram ini sebenarnya
tersimpan suatu maksud atau cara untuk menilai seseorang. Orang
Dayak percaya bahwa kepribadian asli seseorang akan terlihat atau
terdeteksi ketika yang bersangkutan berada dalam kondisi mabuk
setelah minum tuak.
Disamping itu mereka menyanyi atau mengerungut dengan
diiringi suara musik khas mereka. Para tamu yang datang, disarankan
tidak menolak minuman yang ditawarkan, karena penolakan tersebut
akan sangat melukai perasaan mereka. Silahkan minum, walau hanya
sedikit. Apabila diajak menari, disarankan untuk turut serta menari
dan berbaur bersama mereka sekalipun tidak pandai menari, cukup
dengan sedikit menggerakkan badan.

foto
Sri Sultan Hamengku Buwono IX ketika mengunjungi Palangka
Raya, disambut dengan upacara adat Manetek Pantan
(Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut)

Untuk menyambut kehadiran tamu yang datang ke kampung


Dayak, dan tamu tersebut sangat dihormati dan disegani, biasanya
mereka sambut dengan lahap tujuh kali 1. Untuk tamu agung yang
datang dari tempat jauh ada upacara khusus yang mereka
selenggarakan. Penyambutan dapat menjadi lebih istimewa lagi,
karena kedatangan tamu disambut dengan acara Hatahusung-
Hataharang, yang artinya di tengah perjalanan, sebelum tamu yang
datang mencapai daerah atau kampung mereka, kapal para tamu
telah dicegat oleh perahu penduduk yang telah dihiasi dengan
bendera warna-warni dengan warna meriah, bulu-bulu burung, juga
ukir-ukiran indah karya mereka.
Di dalam perahu tersebut mereka telah menyiapkan alat-alat
musik tradisional, lengkap dengan penari dan penyanyi – karungut

1 Lihat lahap dalam halaman lain buku ini.


179
dan dilengkapi bukung. Bukung artinya seorang bertopeng dan
berpakaian aneh yang nantinya akan turut serta menari di atas kapal
bersama penari lainnya.
Begitu kapal yang ditumpangi oleh tamu terlihat, spontan suara
musik langsung diperdengarkan. Tari, nyanyian dan sorak meriah
terdengar memekikan telinga dan perahu berhias tersebut langsung
datang mendekati kapal tamu yang datang untuk kemudian
mengelilingi kapal sebanyak tujuh kali, dalam kemeriahan, diiringi
suara lahap tanpa henti.
Menghadapi kemeriahan sambutan ini, disarankan para tamu
tetap dalam keadaan tenang, jangan menunjukan ketakutan, karena
terkadang para tamu terkejut dan justru menjadi bingung.
Sesungguhnya mereka datang menyambut para tamu yang sangat
mereka hormati dengan luapan kegembiraan serta puji-pujian dan
menimang para tamu yang datang dengan cara mereka. Doa pun
mereka panjatkan agar tamunya selamat dan sejahtera dalam
perjalanan.
Apabila para tamu dan rombongan penjemput telah sampai ke
dermaga yang biasa disebut batang, janganlah tamu langsung
spontan turun dari kapal untuk kemudian naik ke batang, tenang-
tenanglah dulu di dalam kapal sampai ada komunikasi dari Kepala
Adat. Biasanya Kepala adat memerintahkan kepada warganya untuk
menanyakan kepada tamunya apakah bersedia turun dari kapal dan
memasuki kampung mereka. Apabila tamu telah menyatakan
kesediaannya, dan pesan tersebut telah disampaikan kembali oleh
warga masyarakat yang ditugaskan sebagai komunikator, barulah
Kepala Adat dengan didampingi oleh para Mantir Basara atau
anggota rapat adat, datang menuju kapal untuk menjemput langsung
tamu memasuki perkampungan mereka. Pada saat datang Kepala
Adat tidak lupa membawa behas bahenda atau beras kuning 2, untuk
menghujani kepala Tamu beserta rombongannya.
Pada saat menaiki tangga, terkadang kaki para tetamu dicuci
dengan air kunyit atau diolesi dengan minyak kelapa bulan3 yang
maksudnya agar dijauhkan dari marabahaya dan mendapatkan
keselamatan dalam perjalanannya. Terkadang juga, tamu yang sangat
mereka hormati itu turun dari kapal menuju kampung dengan
ditandu sampai dimuka pantan4 kehormatan.

2 Mengenai behas bahenda atau beras kuning, penjelasannya lihat di


halaman lain buku ini.
3 Kelapa yang kulitnya kuning seperti bulan.
4 Lihat halaman lain dari buku ini.

180
Setelah kayu penghalang berhasil diputuskan, acara dilanjutkan
dengan detail upacara adat manetek pantan 5. Pada malam hari, para
tamu dipersilahkan istirahat dan menginap di balai atau
pesanggrahan yang umumnya selalu disediakan bagi tamu yang akan
menginap di kampung-kampung Dayak.
Sesuatu yang tidak terduga, mungkin saja terjadi. Misalnya salah
seorang warga penduduk ada yang meninggal dunia. Disarankan
tamu yang sedang mengunjungi kampung tersebut, sekalipun belum
pernah saling kenal, namun sebaiknya tetap datang mengunjungi
keluarga tersebut untuk menunjukkan rasa turut berduka. Biasanya
datang dengan membawa sedikit buah tangan dan sedapat mungkin
jangan meninggalkan kampung minimal tiga hari.
Demikian pula apabila kematian yang terjadi akibat kecelakaan,
kemudian upacara adat atau tradisi dilaksanakan untuk menetralisir
peristiwa itu, disarankan tamu yang sedang mengunjungi kampung
tersebut turut serta berpartisipasi dalam upacara.
Sebagai contoh tradisi orang Dayak, apabila ada warganya yang
meninggal karena terjatuh dari pohon, maka tanah dan daun kering
disekitar pohon saat itu juga dikumpulkan oleh warga masyarakat.
Demikian pula apabila ada warga masyarakat yang meninggal karena
dimangsa buaya 6, matei buseng 7 atau meninggal karena tenggelam di
sungai, maka upacara adat akan dilaksanakan demi menetralisir
situasi. Kehadiran tamu atau pendatang yang mengunjungi kampung
tersebut ke rumah duka, akan sangat berarti bagi keluarga korban.
Khusus untuk daerah Kotawaringin, khususnya pada Suku Dayak
Mama, Ruku, Bulik, Belantikan dan Mentobi kehadiran para tamu
disambut dengan Tampung Tawar8.

Amanat Leluhur
Para pendahulu, ketika NKRI belum terbentuk, menganggap
bahwa Pulau Kalimantan adalah milik mereka. Wajar saja apabila
mereka beranggapan demikian karena memang mereka penghuni dan
penguasa daerah tersebut. Tentu saja sebagai milik mereka, selalu
dijaga dengan baik hal-hal yang berkaitan dengan keharmonisan
alam dan keamanan daerah mereka. Kepada anak cucu, mereka selalu
mengingatkan agar menjaga dan memelihara kampung halamannya
dengan baik.

5 Informasi tentang acara ini lihat pada manetek pantan di halaman lain
buku ini.
6 Penjelasan mengenai hal ini, lihat pada halaman lain buku ini.
7 Meninggal karena tenggelam di sungai..
8 Penjelasan mengenai Tampung Tawar, lihat pada bagian lain hal buku ini.

181
Pesan tersebut biasa tertuang dalam kalimat: “ Haga Lewun
keton, petak danom, ela sampai tempun petak nana sare “. Dalam
bahasa Indonesia berarti pelihara kampung halamanmu, jangan
sampai terjadi, pemilik tanah harus berladang di pinggiran.
Amanat Leluhur akan selalu dipegang oleh turunannya. Itulah
sebabnya hingga saat ini, orang Dayak selalu melindungi dan
menjaga kampung halamannya.

Bendera
Sebelum Proklamasi, sebelum mengenal bendera Kebangsaan
Merah Putih, Suku Dayak telah memiliki bendera sendiri. Mereka
memiliki dua bendera, yang satu bendera kebangsaan dan yang satu
bendera perang atau bendera asang habunu.

A. Bendera kebangsaan.
Bentuknya segi tiga panjang, dengan warna dasar kuning tua.
Pada bagian tengah ada bulatan bulan warna merah dan (tidak
terbaca, ns) sinar matahari merah. Dalam bahasa Sangen, Bendera
tersebut dinamakan Bendera Jingga Panjang Ngambang
Kabanteran Bulan Rarusir Ambu Matanandau yang artinya Bendera
Jingga (maksudnya kuning tua) panjang berbunga bulatan bulan
bersinar atas matahari. Maksudnya merah berarti berani, kuning tua
setia, bulan dan matahari lambang terus terang.

B. Bendera dalam masa perang atau Asang Habunu.


Bendera ini pada bulan Januari tahun 1939 di Banjarmasin telah
disahkan oleh rapat kepala suku, kepala adat Dayak, dan Konferensi
Perhimpunan Pakat atau Persatuan Dayak. Warna dasar bendera
adalah merah yang artinya berani, di bagian tengah diberi gambar
telawang, mandau dan sumpitan berwarna putih.

Hal-hal yang Perlu Diketahui


Upacara Sakral

1. Hasaki/Hapalas
Hasaki atau Hapalas ialah mengoleskan darah binatang seperti
darah ayam, sapi, kerbau, untuk yang beragama Islam, dan untuk
yang non muslim, terkadang dioleskan darah babi. Darah binatang
korban tersebut dioleskan pada dahi, tangan, dada, dan kaki.
182
Mengapa harus darah? Karena darah adalah lambang hubungan
antar makhluk dan antar manusia serta dipercaya berfungsi
mendinginkan atau menetralisir.
Bagi Suku Dayak, faktor penyucian diri yang dilambangkan
dengan hasaki/hapalas memegang peranan penting dalam
kehidupan. Dengan hasaki/hapalas sebagai lambang penyucian diri,
manusia terbebas dari pengaruh-pengaruh jahat, baik lahir maupun
batin. Dalam keadaan bersih lahir batin, manusia menjadi lebih peka
dan mampu menerima karunia dan anugerah dari Ranying Hatalla.
Karunia tersebut berupa petunjuk yang akan diberikan oleh Ranying
Hatalla.

2. Menawur
Menawur berarti menabur. Menaburkan behas atau beras ke
segala penjuru, juga ke atas kepala manusia, dilakukan dalam setiap
upacara adat yang dilaksanakan oleh Suku Dayak.
Mengapa harus beras? Karena behas atau beras/padi berasal
dari Pantis Kambang Kabanteran Bulan, Lelak Lumpung
Matanandau pada bukit Kangantung Langit di langit ketujuh.
Penguasa atau roh yang ada pada beras/padi adalah roh Putir Selung
Tamanang dan Raja Angking Langit. Keduanya adalah pembantu
terdekat Ranying Hatalla.
Dengan perantaraan beras, manusia dapat berkomunikasi
dengan Putir Selang Tamanang dan Raja Angking Langit yang
kemudian diteruskan kepada Hatalla. Rasa hormat orang Dayak
kepada beras bukan berarti mereka menyembah beras, namun karena
beras mampu menjadi perantara bagi mereka dengan Hatalla.
Beras telah lebih dahulu diturunkan ke bumi sebelum manusia
pertama diturunkan. Itulah sebabnya beras mampu menyambung
nafas manusia, menjadi makanan pokok manusia. Itulah alasannya,
mengapa dalam setiap upacara sakral serta segala bentuk upacara
adat Suku Dayak, tidak pernah lupa menabur beras ke udara, ke
segala penjuru, juga ke atas kepala manusia.

3. Upacara Tiwah
Upacara Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk liau
Uluh Matei ialah upacara sakral terbesar untuk mengantarkan jiwa
atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang
dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia
Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan,
Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya dilangit ke
tujuh. Upacara Tiwah akan dibahas secara lebih mendalam dalam
sebuah sub bab khusus di akhir bab ini.

183
Hewan Sakral

Burung Tingang
Burung Tingang yang biasa juga disebut burung Enggang atau
nama latinnya Buceros Rhinocereos. Bucerotidae yang termasuk ordo
Coraciiformes ini hidup dihutan dan rimba tropika dan sub tropik
baik di Eropa, Afrika maupun Asia. Tubuh dan paruh burung
Enggang besar, dan di bagian bawah sayap tumbuh bulu yang tidak
mengikuti bangun sayap, akibatnya pada waktu terbang kepakan
sayapnya menimbulkan suara riuh yang terdengar sampai radius
ratusan meter. Kegaduhan semakin menjadi-jadi karena burung
Tingang gemar terbang sambil bersuara kaok-kaok.
Rata-rata berat tubuh burung Tingang mencapai 2,5 kg dan
panjang tubuh dari ekor sampai paruh 1,5 meter. Makanan khas yang
sangat digemari oleh burung ini selain buah-buahan juga binatang-
binatang kecil yang hanya ditemukan di hutan. Paruh burung
Tingang dewasa berwarna-warna, ada yang hitam, putih, orange,
merah dan kuning. Diatas paruh tumbuh tanduk nyaris menyerupai
bentuk pet.

Kerbau.
Kerbau adalah binatang yang biasa digunakan sebagai binatng
korban karena pada saat proses penciptaan, perkawinan Serupui
Petah Matei dengan saudara kandung ayahnya adalah tindakan yang
tidak benar. Itulah sebabnya anak yang dilahirkan berupa kerbau dan
hingga saat ini kerbau akan selalu di jadikan hewan korban dalam
upacara-upacara adat. Maksudnya untuk menstabilkan alam dan
lingkungannya dari pengaruh buruk akibat tulah suhu atau
pernikahan salah silsilah tadi.

Binatang korban lainnya


Sapi, babi bagi yang non muslim, dan ayam bagi yang muslim.

Tradisi Suara Memekik dan Meminum Baram


Malahap
Malahap adalah pekik rimba, yang telah menyatu dan meresap
dalam jiwa dan keseharian hidup suku Dayak di daerah Kalimantan
Tengah. Dengan melahap mereka mengekspresikan kegembiraan dan
kesungguhan hati mereka akan suatu tekad dan tujuan yang telah
mereka sepakati bersama. Jeritan lahap seolah mengingatkan mereka
bahwa mereka harus bersatu, bergandengan tangan, melangkah maju
merapatkan barisan, dan dengan penuh semangat, bertekad untuk
menang. Menang dalam segala bidang, bukan saja dalam peperangan,
184
namun juga dalam tujuan yang ingin mereka capai. Lahap juga
berarti salam persatuan.
Pekik lahap juga akan selalu bergema untuk menyambut
kehadiran tamu yang sangat dihormati, sebagai ekspresi kebahagiaan,
ucapan selamat datang dan keramahan mereka menerima kehadiran
tamu yang hadir diantara mereka. Disamping itu, lahap juga mereka
lakukan pada saat menyambut dan mengantarkan Pangkalima-
pangkalima 9 perang mereka, menuju dan dari medan perang.
Biasanya suara lahap akan selalu dimulai oleh pimpinan mereka atau
orang yang mereka segani dengan ucapan dan jeritan “lo . . . . . . . . . . .
. . . . . .lo . . .lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo lo 10. . .”, kemudian disambut
dengan pekikan “Kui . . .” oleh hadirin yang hadir.
Biasanya melahap dilakukan berturut-turut tiga kali, dan jeritan
mereka lakukan dengan sekuat tenaga, penuh rasa hormat dan
kesungguhan. Berani melahap berarti berani menegakkan kebenaran,
karena jerit lahap juga berarti jeritan permohonan kepada Ranying
Hatalla untuk turut serta menyaksikan kesungguhan tekad mereka.

Manukiu
Jeritan “Kui. . .” yang dilakukan hanya oleh seseorang sebagai
ungkapan rasa bahagia dan gembira ataupun sebagai pembangkit
semangat bagi dirinya sendiri. Manukiu juga berfungsi sebagai
pelepasan emosi akan beratnya beban hidup. Juga untuk mengatasi
perasaan takut, gugup dan rasa tak berdaya yang sedang menghimpit.
Biasanya setelah menjerit “kui . . .”, semua beban terlepas dan
muncul rasa percaya diri.

Mihup baram
Mihup baram atau mihup danum tewun tihang, berarti minum
tuak atau minum minuman yang mengandung alkohol sampai
mabuk. Baram dibuat dengan cara tradisional. Dalam upacara-
upacara adat, biasanya tradisi minum baram sampai babusau yang
artinya minum tuak sampai mabuk, tidak pernah ketinggalan. Dalam
etika pergaulan Suku Dayak, menolak tawaran minum baram
merupakan suatu hal yang tidak sopan. Seorang yang menawarkan
baram kepada tamunya menunjukan kegembiraan dan rasa hormat
kepada tamunya.
Apabila tawaran penuh persahabatan tersebut ditolak, dapat
dibayangkan bagaimana rasa kecewa yang diperoleh. Untuk seorang
yang telah berpengalaman, ada teknik tertentu untuk menolak secara
halus sehinggga tidak menyinggung perasaan. Caranya adalah

9 Panglima
10 Lo . . . diucapkan lu . . .
185
dengan terlebih dahulu menerima gelas atau tanduk kerbau tempat
baram yang diberikan, setelah diminum sedikit serahkan atau
bagikan kepada teman lainnya dengan prolog yang dapat dipahami
dan dimengerti oleh si pemberi baram.
Dimasa yang telah lalu, baik laki-laki maupun perempuan Suku
Dayak, sekalipun minum sebanyak mungkin, mereka dapat bertahan
untuk tidak menjadi mabuk. Ada tradisi dalam masyarakat, bahwa
orang yang kuat minum dan tidak mabuk, akan disegani oleh
masyarakat sekitarnya. Namun demikian, ada juga yang tidak mampu
bertahan dan roboh karena mabuk berat. Tradisi lama, kebiasaan
mihup sampai babusau 11 tidak berbuntut panjang. Dalam arti, yang
mabuk berat, roboh dan tergeletak lalu tertidur di tempat dimana ia
terjatuh, sudah merupakan pemandangan umum dan biasa. Jadi yang
bersangkutan baru sadar dari mabuknya pada keesokan harinya.
Perkelahian atau kesalahpahaman dalam acara mabuk dan
minum baram, dimasa yang telah lalu dapat dikatakan nyaris tak
pernah terjadi. Tujuan mereka mabuk dan minum baram adalah
kesenangan belaka, tidak ada maksud lain. Dengan sedikit mabuk,
mereka mampu mengekspresi kegembiraan mereka tanpa rasa malu-
malu.
Mereka menari manasai, menyanyi, membunyikan alat musik
dengan sangat meriah dan bersenda gurau bersama. Bahkan
seseorang yang biasanya pemalu, ketika mabuk menjadi mampu
mengekspresikan diri dengan tari, nyanyi dan tawa rianya. Saat
mabuk menjadi saat yang menggembirakan, kebersamaan dan
keakraban menjadi sangat terasa. Itulah sebabnya dimasa yang telah
lalu tidak banyak ditemukan warga masyarakat yang mengalami
stress karena ada waktu untuk bekerja dan ada waktu dimana mereka
bebas melepaskan emosi dan beban hidup dengan cara mereka yang
terungkap ketika mabuk.
Sebagai tolak ukur berhasil tidaknya suatu acara, dilihat dari
kelahapan makan para tamu yang datang. Makan lahap berarti
makanan yang tersedia mangat 12 dan apabila banyak tamu yang
babusau awi lalau daras mihup baram 13 berarti acara tersebut
sukses.

Adat Perdamaian
Di masa yang telah lalu, ketika suku Dayak masih melakukan
kegiatan mengayau yaitu memotong kepala, maka pertumpahan

11 Minum sampai mabuk


12 Enak
13 Mabuk karena terlalu banyak minum tuak.

186
darah tidak dapat dihindari. Pihak yang diserang balik menyerang,
dan hal ini seakan tak henti. Namun demikian dari pihak mereka
sendiri ada usaha untuk berdamai.

Cara-cara Perdamaian
Pihak penyerang mengirim utusan kepada pemimpin suku yang
telah diserang dengan maksud mengajak melakukan perundingan.
Utusan datang dengan membawa sebilah mandau bersarung atau
berkumpang maksudnya bukan mandau terhunus, namun telah
dimasukkan ke dalam sarung atau kumpangnya, dan mandau
tersebut dibungkus dengan ikat kepala yang terbuat dari kulit kayu.
Semua itu menyatakan bahwa pihak penyerang ingin berdamai dan
mengadakan perundingan dengan pihak yang diserang.
Apabila diterima, maka diadakan perundingan dan kesepakatan
perdamaian. Dalam perundingan, biasanya diketuai oleh seorang
kepala suku yang tidak terlibat dalam perselisihan itu, ia menjadi
pihak ke tiga. Selama perundingan berlangsung dilarang keras terjadi
bunuh membunuh dan semua peralatan perang harus diamankan
terlebih dahulu. Para kepala suku dari suku yang bertikai, harus
mampu kontrol diri.
Perdamaian harus bersifat kekal dan abadi. Ada dua cara yang
sering ditempuh dalam penyelesaian perselisihan menuju
perdamaian yang bersifat abadi, yaitu :

Perkawinan.
Maksudnya anak dari kedua kepala suku yang bertikai
dikawinkan, sebagai jaminan persahabatan dan hubungan
kekeluargaan dikemudian hari.

Sepan Bunu atau Tuding Daha


Sepan Bunu atau tuding daha, maksudnya para kepala suku
yang bertikai, dengan suatu upacara adat diikat menjadi saudara
kandung seibu sebapak.

Proses pelaksanaan upacara sepan bunu / tuding daha:


Pada saat yang telah ditetapkan, warga masyarakat dari kedua
suku yang bertikai berkumpul, dengan disaksikan oleh kepala suku
lainnya, yang tidak terlibat dalam pertikaian. Dalam upacara, kedua
kepala suku yang bertikai duduk di atas gong besar dengan posisi
berhadap-hadapan.
Binatang korban berupa ayam, babi, sapi dan kerbau dipotong,
juga disediakan baram atau minuman tuak, makanan dan minuman
mengalir tersedia. Kemudian oleh Kepala Suku atau Kepala Adat
yang tidak ikut bertikai, ibu jari kedua kepala suku yang bertikai,

187
dilukai dengan langgai Puai. Ketika darah keluar, diambil tiga tetes
darah dari masing-masing ibu jari kepala suku yang bertikai.
Masing-masing kepala suku meletakan tetesan darahnya pada
sebuah tempat, kemudian masing-masing kepala suku
mencampurkan atau memasukan darahnya ke dalam nasi ketan yang
telah tersedia. Kemudian kedua kepala suku secara bergantian
menyerahkan nasi ketan tersebut seorang kepada yang lain dan
bersama-sama menelannya. Ketika menelan darah segar yang telah
dicampur nasi ketan, masyarakat kedua suku yang bertikai
mengiringi pimpinan mereka dengan lahap, jeritan tukiu, karungut,
tarian dan suara musik khas mereka yang terdengar sangat meriah.
Selanjutnya oleh petugas yang memimpin upacara, keduanya
diminta untuk menyatakan sumpahnya bahwa mereka bersumpah
angkat saudara, setia satu sama lain. Demikian pula kemarahan dan
kedengkian telah mampu dilenyapkan tuntas hingga keanakturunan
kelak. Ranying Hatalla sendiri telah menyaksikan langsung sumpah
mereka.
Peristiwa ini yang telah dipahami oleh penulis asing dengan
pemahaman yang salah. Sebuah buku yang ditulis oleh Prof.
Niuwenhuis, antara lain mengatakan: “ . . . Selagi kami masuk dalam
satu kampung Dayak, maka bertemulah kami dengan orang-orang
Dayak, lagi pula pesta besar upacara makan orang. Maka tatkala
kami mengetahui, maka kami larilah dari tempat tersebut, takut
dimakan oleh orang Dayak . . . “.
Sebenarnya yang terjadi dari peristiwa di atas adalah Peristiwa
perdamaian, sepan bunu atau hatuding daha. Ditegaskan disini
bahwa sesungguhnya orang Dayak tidak memakan
sesamanya. Orang Dayak tidak kanibal, tidak makan orang.
Yang ada hanyalah salah pengertian dari pihak asing yang
karena rasa takut yang berlebihan tanpa mencoba mengerti
dan memahami kejadian yang sebenarnya. Benar ada
sedikit darah dimakan, tiga tetes, namun bukan manusia
dibunuh lalu dipanggang, atau digoreng, bahkan digulai,
atau dimakan mentah-mentah. Tidak! Sekali lagi tidak
demikian!
Memang benar ada kebiasaan orang Dayak, dalam pertempuran,
atau apabila berkelahi dan membunuh orang, lalu menjilat sedikit
darah korbannya.

Menyatukan yang retak


Apabila terjadi perkelahian antar saudara, maka orang tua
berusaha menyelesaikan permasalahan hingga tuntas. Apabila sudah
dapat diatasi dan kedamaian telah tercapai, maka demi
mempersatukan kembali hubungan persaudaraan yang nyaris retak

188
tersebut, orang tuanya menyaki atau memalas anak-anak mereka
yang yang telah mampu mengatasi kemarahannya. Keduanya harus
konsekwen menerima perdamaian yang telah disaksikan Ranying
Hatalla.

Hurui
Hurui berarti hubungan kekeluargaan. Orang Dayak sangat
peduli dengan hubungan kekeluargaan. Biasanya apabila pertama kali
bertemu, mereka akan saling menanyakan asal usul dan saling
meneliti kemungkinan adanya hubungan darah diantara mereka. Bagi
orang Dayak, mengetahui hurui sangat penting, karena kedekatan
dalam hubungan kekeluargaan. Hingga turunan ke tujuh dianggap
masih keluarga dekat. Apabila ada salah seorang keluarga mereka
yang masih ada turunan darah berkelahi di suatu kampung, maka
saudara-saudara yang masih ada turunan darah dari kampung
lainnya, akan berdatangan membela atau mangarubut 14 musuh
saudaranya itu dengan catatan saudaranya dalam posisi benar.

Angkat Saudara
Ada tradisi angkat saudara dalam Suku Dayak. Maksudnya
apabila dua sahabat yang merasa telah saling cocok dan muncul niat
dalam sanubarinya untuk mengikat tali persahabatan tersebut
menjadi lebih dalam lagi, yaitu saudara dan keduanya telah saling
sepakat, maka keduanya berusaha menyampaikan maksud tersebut
kepada kedua orang tuanya. Kemudian tali persaudaraan itu
dikokohkan dengan disaki atau dipalas dengan darah ayam oleh
orang tua mereka. Dengan demikian kedua sahabat tersebut tidak lagi
berstatus teman, tetapi mereka telah saling terikat sebagai saudara
dan harus konsekwen dengan keputusan itu. Sampai kapanpun
mereka akan tetap menjadi saudara sampai ke anak turunannya.

Hakarubut
Hakarubut berarti dikeroyok ramai-ramai. Demi membela suatu
keyakinan yang dianggap benar, atau demi membela nama suku,
keamanan dan keselamatan warga sukunya, orang Dayak memiliki
tradisi hakarubut.

Tradisi dan Adat Menerima Tamu

14 Mengeroyok
189
Menerima Tamu di Rumah

Keluarga Dayak, apabila menerima tamu yang datang


mengunjungi rumahnya, baik teman dekat ataupun orang asing yang
belum dikenal, apabila tiba saatnya makan, secara otomatis tamu
tersebut diajak untuk makan bersama. Memalukan bagi orang Dayak
apabila ada tamu yang datang dan mengunjungi rumah mereka,
terlantar, lapar dan tidak terurus. Dilain pihak, disarankan para tamu
yang mengunjungi keluarga Suku Dayak, tidak menolak tawaran
makan, sekalipun terlihat bahwa apa yang dihidangkan tidak menarik
selera.
Menolak ajakan makan, melukai perasaan pemilik rumah,
terkesan bahwa tamu yang datang tidak menerima ramah
persahabatan yang mereka tawarkan bahkan terkesan curiga dan
takut diracuni, yang artinya kurang percaya.
Ketika acara makan berlangsung, pemilik rumah kadang
mengamati gerak gerik tamu yang makan. Apabila tamu makan
dengan lahap dan semua makanan yang dihidangkan habis tak
bersisa, tuan rumah akan sangat berbahagia karena hidangan yang
telah mereka hidangkan telah diterima dengan baik oleh tamunya.
Begitu juga apabila orang Dayak mengunjungi kenalan dan
kerabatnya. Ketika menerima hidangan, mereka akan spontan
bereaksi, lalu dengan lahap menyantap hidangan yang tersedia, bila
perlu sampai habis tuntas. Semakin lahap, semakin sopan. Sikap
demikian justru menunjukan keramahan, persahabatan dan
kepercayaan yang tinggi kepada keluarga yang dikunjungi.
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, demikian pula
dengan tradisi setiap suku di bumi Nusantara, yang terkadang saling
bertolak belakang. Akan tetapi apabila telah saling memahami,
kemajemukan akan semakin memperkaya tradisi adat istiadat dan
budaya Nusantara.

Hajamuk

Hajamuk ialah suatu tradisi di saat musim buah durian. Apabila


ada tamu datang ke suatu tempat di kampung Suku Dayak pada
musim buah durian, maka kedatangan tamu disambut dengan
lumuran daging durian yang dioleskan pada wajahnya. Sikap ini
menunjukan kegembiraan, rasa hormat dan penyambutan ramah
kepada tamu yang datang. Di pihak lain, diharapkan tamu yang
datang dapat memahami dan tidak menjadi marah, karena hal
tersebut sudah menjadi tradisi penyambutan tamu di musim durian.

190
Manetek Pantan

Manetek Pantan atau Hompong atau Batang Jarau berarti


memotong kayu penghalang yang disediakan khusus untuk
menyambut kedatangan tamu yang dihormati dan disegani. Kayu
tersebut dipasang pada pintu gerbang, diletakan melintang menutupi
arah jalan masuk.
Terkadang kayu penghalang tersebut dipasang berlapis, bisa tiga,
lima, atau tujuh lapis. Namun jumlahnya selalu ganjil. Namun bisa
juga dipasang hanya satu buah saja. Pada pintu gerbang diberi hiasan
berupa dedaunan, bulu-bulu burung, kain-kain simpanan penduduk
seperti tapih 15 misalnya, peralatan perang yang bertuah, guci-guci
kuno, garantung 16, umbai-umbai yang terbuat dari dedaunan, dan
masih banyak lagi kemeriahan yang terungkap dari cara mereka
mengatur dekorasi penyambutan.
Setelah sampai di depan pantan atau hampong atau batang
jarau, tamu yang paling dihormati, diminta memotong kayu
penghalang tersebut dengan menggunakan mandau17, yang terlebih
dahulu diawali dengan komunikasi akrab antara tamu dan tuan
rumah. Komunikasi dalam bentuk tanya jawab tersebut dilakukan
dengan cara-cara ksatria.
Setelah pantan berhasil dipotong 18 dengan iringan lahap, berarti
penghalang telah tidak ada lagi, tamu yang datang dipersilahkan
memasuki kampung mereka. Sebelum para tamu melangkahkan kaki
untuk memasuki perkampungan mereka, terlebih dahulu para gadis
remaja kampung menyambut kedatangan para tamu dengan tari dan
nyanyian yang diiringi suara musik.
Disamping menari dan menyanyi, mereka pun menyerahkan
kepada para tamu buah tangan hasil bumi mereka berupa beras, ikan,
ayam hidup, telur, sayur mayur dan hasil bumi lainnya, sebagai
ungkapan kegembiraan mereka. Disarankan pada waktu menerima
hasil bumi yang mereka serahkan, para tamu dapat menerima dengan

15Jw Jarik
16 Gong.
17 Mandau, lihat penjelasan pada halaman lain buku ini.
18 Terkadang para tamu bergantian memotong kayu penghalang tersebut

karena tidak semua orang mampu memotong pantan dan terputus hanya
dengan sekali ayunan tangan. Terkadang apabila tamu kurang pengalaman
dalam menggunakan mandau yang adalah senjata Suku Dayak, mereka
memotong pantan bergantian hingga berkeringat, dan memakan waktu
cukup lama. Namun untuk yang telah berpengalaman menggunakan
mandau, terkadang sekali ayun saja, kayu telah terputus dan tidak ada
penghalang lagi.
191
baik sambil menundukan kepala memandang tanah sebagai
ungkapan rasa terima kasih.
Setelah itu, Kepala Adat akan memberikan minuman beralkohol
yang mereka sebut baram, yang disuguhkan dalam tanduk sapi atau
tanduk kerbau kepada para tamunya. Disarankan untuk tidak
menolak pemberian itu, minum langsung walau hanya sedikit.
Kemudian tamu dipersilahkan duduk pada sebuah gong dengan arah
menghadap matahari terbit atau arah timur, lalu Kepala Adat akan
menyaki atau memalas 19 tamunya, yaitu mengoleskan darah
binatang, bisa darah ayam, darah sapi, darah kerbau, untuk yang
beragama Islam dan untuk yang non muslim, terkadang diolesi
dengan darah babi. Darah dioleskan pada dahi, tangan, dada dan kaki
para tamu. Pada pergelangan tangan tamu diikatkan lamiang / lilis /
merjan 20, terkadang pula pemberian itu masih dilengkapi lagi dengan
mandau atau sumpitan dengan kualitas yang baik.

Hompong Kalalengan

Hompong Kalalengan adalah tradisi menyambut kedatangan


tamu. Kalimat yang diucapkan dalam bahasa Ma’anyan pada saat
memotong pantan.

Hompong Gapura

Bulau panakateng jelang Balai persegi empat


Suang tasik bembeng Di tasik dalam luas
Betuk nater timpung lalung Tengah ruang dang bidadari
Tena dire kewan kampung Tanah hamparan jejak
Botuk natar jokan kampung kampung
Rana mate ayau neau Tanah ruangan sidang umum
Sainyewanan blo dikur- Banyak mata tumpah
dikuren langit pandangan
Tanda suka remunia Selingkungan menteri kiri
Ambur bua rongi bawo. kanan langit

19 Untuk informasi lebih lengkap, lihat uraian manyaki atau memalas pada
halaman lain buku ini.
20 Tidak semua tamu menerima kehormatan ini, terbatas hanya para tamu

yang disegani dan sangat dihormati.


192
Tanda suka serba ragam
Langseng Lebat buah rongi gunung

Delea imbang sila Tiang


Sila langsang timbe ruak
Pampulu paget ole Toleh arah sebelah
Tanda suka rumania Sebelahnya tiang belah empat
Burung layang ayam siang
Kuing Tanda suka serba ragam

Delea imbang sila Kain


Are kuing konyong langit
Temayang letak tana Toleh arah sebelah
Tanda suka rumania Itu kain penyapu langit
Bendera berkibar lebar
Teb Tanda suka serba ragam

Sila tewu tolang taun Tebu


Tanda suka rumania
Banei Sebelah tebu masak tahun
Tanda suka serba ragam
Sila tungkus teluyan jatus Lemang
Tulang ular jaun palu
Tanda suka rumania Sebelah nasi lemang beratus
Tulang ular lemak ketan
Wadai Tanda suka serba ragam

Sila bua betu lengen olo Kue


Tanda suka rumania
Sebelah buah batu sinar
Lumbah mentari
Tanda suka serba ragam
Aropiring takeba jawa
Tanda suka rumania Piring

Niui Itu piring hidangan banyak


Tanda suka serba ragam
Sila bua luan tatau
Danum gelek danum gelo Kelapa
Danum beau toan osie
Danum beau taon unrang Sebelah buah nyiur kaya
Tanda suka Rumania Air penuh, air goncang
Air tanpa gangguan tiram
Gula Air tanpa gangguan udang
193
Tanda suka serba ragam
Aro bua sianak jawa
Tanda suka rumania Gula
Ambur bua rongi bawo
Itu buah gula banyak
Tumbuk Nuju Tanda suka serba ragam
Nyuka tasik sentuwer danum Lebat buah rongi gunung
Lumut sematang bawo
Ade sama uwei erai atei Tujuan
Bombang bulau erai koyo Sukakan tasik penunggal air
Takayo erai loseu Lumut pematang gunung
Sukur sipur karembia Supaya sama terikat satu hati
Hiyawo tendrang duli Bamban buku satu batang
Naan lalung ngulik silu Rusa satu lompatan
ngelap Sukur limpah temu datang
Lembaran daun sawang
Nayu paleha wae Bidadari menjenguk Silu
Timang paleha bentik menoleh
Naan tasyinyari tayu nyodo Nayu tampakan muka
Nyudo tiwei diun kukut Harimau tampakan belang
Teridis enau lalung. Ada kunjungan serta tinjauan
Tinjau Muara Teweh
Tetesan gigi bidadari

Memotong Batang Jarau 21

Tanya :
Apa sebabnya kami digora dan dipantang, ini bukan
sembarangan buluh, saya asal kejadian tulang tunjuk cerincing
gading, kenapa berani menggora dan memantang buluh tua
daripada kamu.

Jawab :
Benar tua kolai 22, tapi aku kumpang hati berani jari, aku tahu
asal usul kolai, kejadian tulang tunjuk cerincing gading, kalau kolai
tumbuh baik, pakai koi samban darah komit anak, tetapi lantang
kolai salah. Lantang di gunung galing pulau Pagat di Rangkang
rasi tanah bergana, dari sebab itu aku rabia memotongnya.

21 Dari serobong batang buluh.


22 Kolai berarti kamu.
194
Tampung Tawar 23

Salah satu tradisi menyambut kedatangan tamu di daerah


Kotawaringin, terutama pada Suku Dayak Mama, Ruku, Bulik,
Belantikan, dan Mentobi.
Kalimat yang diucapkan pada saat upacara berlangsung:

Tampung tawar , tampung jati.


Jatuh ke tanah, mula tumbuh, kerosak menjadi
Tampung tawar, tampung jati
Jatuh ke bulan ke matahari
Mengikat tonggang, mengguguri boras
Tonggang ganti urat
Sangkuba ganti kulit
Tingang hujan gola basah
Pondang podi, gola layu.

Tradisi Menghormati Leluhur


Suku Dayak sangat menghormati leluhurnya, rasa hormat
tersebut terungkap dalam segala sikap dan perbuatan mereka sehari-
hari. Sesuatu yang tidak direstui leluhur misalnya pantang
melangkahi penyang atau jimat, kenyataannya orang Dayak tidak
akan berani melakukannya, karena mereka takut tulah atau kualat.
Setiap orang Dayak selalu akan berusaha untuk hidup bahadat, yang
artinya menjalankan hukum adat dan mentaati hukum pali, karena
apabila tidak hidup beradat suara hati akan selalu mengingatkan.
Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang telah terbentuk dan
menyatu dalam kehidupan mereka. Contoh lain, ada suatu keluarga
yang hingga sekarang pantang untuk makan bere, bulus, atau
bidawang yaitu sejenis kura-kura namun kulit punggungnya tidak
keras.
Alasannya karena dimasa yang telah lalu, salah seorang bue
atau kakek mereka pernah terhutang budi kepada jenis binatang
tersebut. Suatu hari ketika kakek mereka berenang menyeberang
sungai lebar, di tengah sungai sesuatu terjadi dan nyaris sang kakek
tenggelam. Namun seketika muncul bere atau bulus besar di depan

23 Tidak banyak informasi mengenai tradisi ini, baik dari kumpulan catatan
dan dokumen bapak Tjilik Riwut, maupun usaha penyunting untuk
mendapatkan informasi tentang hal ini. Dari catatan Bapak Tjilik Riwut
hanya diperoleh kalimat yang diucapkan saat upacara berlangsung saja.
Penyunting , ns.
195
kakek dan dengan berpegang pada punggung bere tersebut kakek
selamat sampai seberang sungai.
Peristiwa ini sangat berkesan dan berarti bagi kakek. Sejak saat
itu ia berjanji bahwa baik ia maupun semua turunannya tidak akan
pernah membunuh apalagi makan bere atau bulus. Waktu berlalu,
kakek telah tiada, namun hingga kini anak cucunya pantang makan
dan membunuh beres atau bulus, mereka takut kualat.
Tradisi ini disampaikan dengan cara turun temurun. Seiring
dengan perkembangan zaman, pergeseran pun terjadi di sana-sini.
Cucu dan cicit kakek yang telah mengikrarkan sumpahnya, tidak taat
lagi. Namun yang terjadi setiap makan daging bere/bulus, suara hati
menggelitik dan mengingatkan kembali sumpah tersebut, dan ketika
menikmati daging bere, rasa enaknya tidak lagi terasa, yang lebih
terasa adalah rasa bersalah karena tidak taat.
Kekuatan spiritual yang berasal dari leluhur suku Dayak, tidak
dapat dipelajari. Kekuatan tersebut akan menurun secara otomatis
kepada keturunannya, dengan tidak membedakan laki-laki ataupun
perempuan dan terkadang tanpa terduga. Namun dapat pula
kemampuan tersebut tidak jatuh kepada turunan darahnya tetapi
justru melompat kepada salah seorang menantu atau cucu menantu.

Sumpah Setia
Sumpah setia yang dilakukan oleh suku Dayak kepada
pemimpin mereka, biasanya diadakan dengan saling menukar darah
yang biasa disebut hakinan daha hasapan belum, yang kemudian
pada pergelangan tangan diikatkan lamiang atau lilis. Setelah itu
memotong rotan, menaburkan beras kuning, menabur abu, garam,
Kemudian ibu jari tangan kanan dilukai sedikit hingga mengeluarkan
darah. Upacara ini dilaksanakan sebelum pukul 12.00 siang hari.
Disini makna darah manusia yang menetes keluar dari ibu jari kanan
merupakan lambang bakti yang setinggi-tingginya.
Persyaratan yang diperlukan :
a). Rotan.
b). Beras.
c). Abu Dapur.
d). Garam.
e). Parang.
f). Kayu persegi atau bulat untuk alas pemotong rotan
g). Kunyit
h). Minyak kelapa.

Cara pelaksanaannya :

196
Sebelum seseorang menyatakan sumpahnya, terlebih dahulu ia
berdiri ke arah matahari terbit, yaitu Timur. Petugas pelaksana akan
menaburkan beras ke segala arah, dengan maksud agar Penguasa
Alam, Hatalla Raja Tuntung Matanandau Kanaruhan Tambing
Kabanteran Bulan yang tinggal di langit ketujuh, berkenan
mendengarkan janji atau sumpah yang akan diucapkan. Setelah itu,
yang bersumpah berbalik arah menghadap matahari terbenam dan
pelaksana upacara menaburkan abu, garam, dan beras di belakang
orang yang bersumpah, dengan diiringi kata-kata:
Apabila dia yang bersumpah tidak berkata benar, maka sebagai
abu yang terbang berhamburan di bawa angin, begitu pula
kehidupannya nantinya akan sia-sia dan terkutuk, hancur seperti
garam yang terbang dan menguap.
Setelah itu, dia yang disumpah berbalik arah lagi menghadap
matahari terbit, kemudian petugas penyumpahan dan dia yang
disumpah mengambil posisi duduk, tangan keduanya memegang
rotan sebelah menyebelah. Sebelum rotan di potong, dia yang
disumpah harus berani mengatakan:
Apabila ia tidak setia kepada sumpahnya, maka ia berani
tanggung resiko bagai rotan yang terpotong, yang berarti nyawanya
pun akan terpotong, siap sewaktu-waktu nyawa terputus dari badan.
Pada saat upacara berlangsung, para pemimpin-pemimpin lainnya
yang juga turut hadir menyaksikan upacara, juga masyarakat berdiri
berhadapan dengan dia yang sedang bersumpah, untuk turut serta
menyaksikan.

Kalimat yang diucapkan pada saat upacara berlangsung


sejak awal hingga akhir adalah sebagai berikut (bahasa
Dayak Sangen):
Ehem behas, memperinjetku ganam, salumpuk kilau riak
hendan bulau, namparuguhku labatam pananterusam ruwan lantin
rabia, lampang kamaitan gulung manarusan langit timbuk
kajayam, basikap mametas hawun, manuntung riwut, raweiku
manambing selatan tisuiku, mangat manyembang Raja Tuntung
Matanandau Kanaruhan Tambing Kabanteran Bulan, mangat ie
mahining bulau tampak bangkele, manyantuh rantunan tanduke
manahingan rawei hayak manantuneng batantar sumpah tingang.
Amon anu toh hangga auh tanjaru dia toto, tatarawang kilau kawu,
lenyoh kilau uyah, bageto kilau uei, amun ie hanggap auh toto, te
taloh jari bulau untung panjang Rabia nyame ambu jari sapaungut
belum, sapaling tahaseng jari penyang panundung tarung patarung
sari angkat tinting.

Maksudnya:

197
Dengan perantaraan roh beras yang ditabur-taburkan dan yang
berada di langit ke tujuh, memohon untuk menyampaikan pesan
manusia kepada Ranying Hatalla untuk meyaksikan sumpah yang
sedang berlangsung.

Kalimat yang terucap:


Apabila dia yang bersumpah tidak setia, tidak jujur dan hanya
berpura-pura, maka, bagaikan abu, hidupnya terbang ditiup angin,
akan hancur seperti garam, dan nafasnya akan terputus bagai rotan
yang terpotong. Akan tetapi apabila orang yang bersumpah setia,
rajin dan jujur untuk selamanya, maka ia akan mendapat untung
panjang, hidup senang, umur panjang, dapat berkat dan banyak
rezeki.

Sumpah Setia semacam ini telah pernah dilaksanakan oleh Suku


Dayak Pedalaman Kalimantan kepada Pemerintah RI24 di Gedung
Agung Yogyakarta, pada tanggal 17 Desember 1946, pada pukul 10.30
pagi.

foto
Sumpah Setia Masyarakat Suku Dayak Pedalaman Kalimantan
kepada Pemerintah Republik Indonesia,
17 Desember 1946 pukul 10.30 di halaman depan Istana Presiden
Yogyakarta ( Gedung Agung saat ini )
(Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut)

Makna Benda-benda Sakral


Behas

Behas atau beras, mempunyai arti khusus bagi Suku Dayak.


Selain sebagai makanan pokok, penunjang hidup, juga berperan
sebagai media komunikasi antara manusia dengan Ranying Hatalla.
Itulah sebabnya dalam setiap upacara adat, beras tidak pernah

24 Lihat Nila Suseno. Dra, Sumpah Setia Masyarakat Suku Dayak


Pedalaman Kalimantan kepada Pemerintah Republik Indonesia, 1996,
Penerbit Andi Yogyakarta.
198
ketinggalan, biasanya ditaburkan ke udara dan ke atas kepala
Manusia. Maksudnya, dengan menaburkan beras, maka Putir Selong
Tamanang dan Raja Angking Langit 25 ikut menghadiri acara yang
sedang dilaksanakan tersebut. Behas atau Beras / padi berasal dari
Pantis Kambang Kabanteran Bulan, Lelak Lumpung Matanandau
pada bukit Kangantung Langit di langit ke tujuh. Penguasa bahkan
roh yang ada pada beras/padi adalah roh Putir Selung Tamanang
dan Raja Angking Langit. Keduanya adalah pembantu terdekat
Ranying Hatalla. Dengan perantaraan beras manusia dapat
berkomunikasi dengan Putir Selang Tamanang dan Raja Angking
Langit yang kemudian diteruskan kepada Hatalla. Rasa hormat
orang Dayak kepada beras bukan berarti mereka menyembah beras,
namun karena beras mampu menjadi perantara mereka dengan
Hatalla. Beras telah lebih dahulu diturunkan ke bumi sebelum
manusia pertama diturunkan. Itulah sebabnya beras mampu
menyambung nafas manusia, menjadi makanan pokok manusia.
Itulah sehingga dalam setiap upacara sakral serta segala bentuk
upacara adat Suku Dayak, menabur beras ke udara ke segala penjuru,
juga ke atas kepala manusia akan selalu dilakukan.

Behas Bahenda

Behas bahenda atau beras kuning adalah salah satu persyaratan


upacara sakral/adat yang harus dipenuhi. Beras kuning dibuat dari
campuran beras, air kunyit dan minyak kelapa bulan26

Behas Bahandang

Behas Bahandang atau beras merah adalah salah satu


persyaratan yang harus dipenuhi dalam upacara Tiwah. Beras merah
adalah beras yang telah dicampur dengan darah binatang korban,
misalnya darah kerbau atau darah sapi. Diyakini bahwa darah yang
tercampur pada beras tersebut adalah darah Rawing Tempun Telun
perantara manusia dengan Hatalla pada upacara Tiwah.

Darah Manusia

Bagi orang Dayak, darah manusia mempunyai arti khusus. Darah


melambangkan rasa bakti yang setinggi-tingginya, sebagai contoh,
apabila seorang Dayak melakukan sumpah, atau angkat saudara,

25 Pembantu terdekat Ranying Hatalla.


26 Kelapa gading.

199
terkadang mereka melaksanakan tradisi hakinan daha, hasapan
belum yang artinya tukar menukar darah. Ibu jari kanan ditoreh agar
mengeluarkan sedikit darah, kemudian tiga tetes darah dari masing-
masing mereka yang bersumpah dimasukan atau dicampur dengan
sedikit nasi ketan, satu sama lain saling memberikan, saling tukar,
lalu ketan tersebut dimakan.
Demikian pula apabila terjadi pembunuhan berdarah, lebih-lebih
bila yang dibunuh adalah seorang yang disegani. Maka agar
sipembunuh tidak ketulahan atau kualat, maka dengan cepat
sipembunuh mencolet darah korbannya dengan telunjuknya
kemudian dengan tergesa menjilat darah tersebut atau mengoleskan
ke dahinya dengan maksud agar ia terbebas dari kutuk korbannya.

Darah Binatang

Lambang hubungan antar mahluk, antar manusia dan berfungsi


mendinginkan atau menetralisir.

Telur

Lambang hubungan antar makhluk, juga lambang kedamaian


dan ketentraman.

Rotan

Lambang persatuan, ikatan yang erat.

Dawen Sawang

Dawen Sawang atau daun sawang, adalah sejenis daun sakral


yang dipergunakan untuk memercik air atau darah korban pada saat
upacara sakral. Penguasa daun sawang ialah Jata Lalunjung Sawang
yang tinggal di negeri Batu Nindan Tarung.

Lilis/Lamiang/Merjan

Lamiang, lilis, atau merjan ialah sejenis manik-manik kuno yang


warnanya abadi tak kan pernah luntur oleh waktu. Fungsi
lamiang/lilis/ merjan adalah sebagai penekang hambaruan atau
penguat semangat dan keyakinan dalam segala tindakan, bahkan
berperan pula sebagai alat pengakuan dan kemantapan berpijak.
Apabila seorang tamu yang oleh Suku Dayak telah diterima dengan
baik, kemudian disaki atau dipalas, dan pada pergelangan tangannya
diikatkan lamiang/lilis/merjan kuno, maka hal tersebut
200
menunjukkan bahwa tamu tersebut telah diterima dengan baik
bahkan telah menerima penghormatan besar yang setinggi-tingginya.
Hal ini terutama berlaku pada Suku Dayak Ot Danom, Punan, Heban,
Apu Kayan, Siang, Bahau, Katingan. Fungsi lain dari
lamiang/lilis/merjan, dapat berfungsi sebagai perhiasan wanita.
Lamiang/lilis/merjan dapat pula digunakan untuk membayar
hukuman denda pada suatu pelanggaran adat.

Dandang Tingang

Dandang Tingang atau bulu burung Enggang, merupakan


lambang alam semesta.

Minyak Kelapa Bulan

Minyak Kelapa bulan ialah minyak kelapa yang terbuat dari buah
kelapa yang kulitnya kuning seperti bulan, maknanya licinnya
minyak, melancarkan segalanya sehingga jauh dari rintangan.

Rukun Tarahan

Lambang kekuasaan Ranying Hatalla.

Sirih Pinang

Melambangkan persatuan kehidupan dan Zat Yang Maha Suci,


menuju kebijaksanaan.

Air
Lambang peleburan dosa, bersih. Air bergerak selalu ke arah
sumbernya, demikian pula manusia, bergerak menuju kepada
sumbernya 27

Makna Sesajen
Dalam ritual upacara adat biasanya untuk makhluk-makhluk yang
keberadaannya tidak terlihat oleh mata jasmani, disediakan sajen.
Doa khusus juga diucapkan bagi mereka. Sajen disediakan sebagai
ucapan syukur dan terima kasih kepada roh baik, karena telah
mengupayakan kebaikan bagi manusia. Untuk roh jahat, sesajen

27 Nyalung Kaharingan Belum yaitu air kehidupan yang kekal dan berasal
dari Ranying Hatalla.
201
diberikan agar roh jahat tidak menyesatkan dan mengganggu
jalannya upacara.

foto
Tempat sesajen yang digantungkan pada pohon di hutan.
( Foto : dokumentasi kel Tjilik Riwut )

Sikap dan Etika Pergaulan Remaja


Di daerah pedalaman Kalimantan, banyak aturan yang harus
ditaati dalam tata pergaulan dengan gadis-gadis remaja, tidak
mentaati akan mendapat hukuman dan denda sesuai adat.
Peraturan tersebut diantaranya :
1. Dilarang bercakap-cakap berduaan dengan seorang gadis,
khususnya ditempat sepi. Bila tertangkap basah akan mendapat
hukuman adat dan harus membayar denda.
2. Bila sedang berada di jalan kemudian bertemu seorang gadis
remaja yang belum dikenal, dilarang menatap dan mengamati
sekalipun dari jarak jauh. Karena apabila salah seorang keluarga
si gadis remaja menyaksikan hal tersebut, akibatnya dituntut
dalam rapat adat.
3. Apabila berkunjung ke rumah salah seorang penduduk kampung
sebaiknya tanyakan dahulu, adakah laki-laki yang berada di
rumah, apa bila jawaban yang diterima ada, tanyakan lagi,
bolehkah datang untuk berkunjung. Apabila telah menerima
jawaban yang menyatakan persetujuan, silahkan masuk untuk
berkunjung. Seandainya pada saat akan berkunjung lalu bertanya
tentang ada tidaknya penghuni laki-laki dalam rumah tersebut,
kemudian jawaban yang berikan jatun, yang artinya tidak ada,
disarankan untuk menunda kunjungan tersebut lain waktu saja
sampai ada penghuni laki-laki berada di rumah. Karena bila tidak
berhati-hati, kesalahpahaman mungkin saja terjadi. Suatu saat
kalau datang lagi mengunjungi rumah tersebut dan telah ada
penghuni laki-laki yang sedang berada di dalam rumah, jangan
lupa untuk memberikan penjelasan bahwa anda telah pernah
datang mengunjungi rumah mereka, namun ditunda karena tak
seorang penghuni laki-laki sedang berada di rumah.
4. Apabila sedang mengunjungi suatu keluarga dan ketika sedang
asyik bercakap-cakap dengan pemilik rumah, kemudian muncul
seorang gadis baikl anak, kemenakan ataupun teman melewati
tempat atau ruangan itu, jangan coba mengeluarkan suara ehe-
ehem. Karena suara ehe-ehem mempunyai dua pengertian yaitu
menggoda atau menantang.
202
5. Ketika menginap di rumah keluarga Dayak, sebagai tamu yang
dihormati, tentu saja diurus dan dilayani dengan baik oleh
keluarga tersebut. Kebaikan tersebut jangan disalahartikan
karena apabila sikap tamu menjadi tidak terkontrol dan dianggap
tidak sopan karena dianggap ada usaha mengganggu gadis-gadis
remaja yang juga sedang berada di rumah, maka bukan tidak
mungkin tamu dikeluarkan dari rumah dan diserahkan kepada
Kepala Kampung atau Kepala Adat.
6. Apabila ada sekelompok gadis remaja berkumpul di suatu tempat,
kemudian seorang pemuda terpaksa harus melalui tempat itu,
karena memang tidak ada jalan lain yang dapat dilewati, hal
tersebut tidak menimbulkan masalah asalkan si pemuda tidak
lupa memberikan salam kepada perempuan yang usianya lebih
tua dan berada di tempat itu.
7. Bila ingin aman dan selamat memasuki perkampungan Suku
Dayak, berhati-hatilah dalam bersikap kepada gadis remaja
Dayak. Para pemuda Dayak sangat melindungi dan menghormati
gadis-gadis remaja sukunya. Oleh karena itu tidak rela apabila
ada orang yang mereka anggap asing memasuki daerah mereka,
kemudian berusaha menggoda salah seorang gadis remaja
sukunya. Apabila salah langkah, sikap, gerak gerik dan tingkah
laku pemuda asing tersebut akan selalu diawasi oleh warga desa,
bila kecurigaan terbukti, maka tamu pendatang tersebut dapat
dikeroyok ramai-ramai oleh pemuda sekampung, baru kemudian
diserahkan kepada Kepala Desa.
8. Pendatang atau tamu yang mengunjungi kampung Dayak dan
telah diterima dengan baik oleh warga kampung, mendapat
perlindungan keamanan dalam hukum adat Dayak.
9. Seorang laki-laki berada bersama seorang perempuan yang telah
bersuami, hanya berduaan saja, dan diantara keduanya tidak ada
hubungan kekeluargaan bahkan tidak saling kenal, dapat dituntut
dalam rapat adat.
10. Laki-laki dan perempuan berjalan berduaan tanpa seizin keluarga
perempuan, juga dianggap melanggar adat.
11. Dalam perjalanan, seorang perempuan diajak bicara oleh seorang
laki-laki padahal keduanya belum saling mengenal, apabila
terlihat oleh ahli waris perempuan, maka laki-laki tersebut dapat
di denda karena dianggap melanggar adat.
12. Apabila seorang laki-laki mengajak satu atau dua perempuan
untuk berjalan-jalan, tanpa terlebih dahulu meminta izin kepada
ayah si gadis, akan lebih berat lagi apabila diantara mereka tidak
saling mengenal, maka si laki-laki dianggap melakukan kesalahan
dan dapat dituntut di rapat adat.

203
Perkawinan
Wilayah budaya di daerah Kalimantan Tengah terbagi atas tiga ,
dari setiap daerah ditemukan sedikit perbedaan 28 :
1. Wilayah Barat : Yaitu wilayah bekas kerajaan Kotawaringin,
banyak pengaruh budaya Melayu, Minangkabau, Siak, Riau,
Ketapang, Banjar dan Jawa.
2. Wilayah Tengah : kelompok Dayak Ngaju, Ot Danum, dianggap
mempunyai ciri seni budaya yang masih murni dan paling tua.
3. Wilayah Timur : Adalah meliputi Suku Dayak Ma’anyan,
lawangan, yang dipengaruhi oleh Kerajaan Banjar, Hindu, Jawa,
dan India.

Perkawinan yang diuraikan dalam buku ini, merupakan tata cara


lama tradisi Suku Dayak di daerah wilayah Tengah, Kalimantan
Tengah. Perkawinan terjadi melalui tiga proses yaitu :
1. Hakumbang Auh atau meminang.
2. Hisek atau pertunangan.
3. Pernikahan atau Perkawinan.

Hak, kewajiban dan tanggung jawab perkawinan, termuat dalam


Pelek Rujin Perkawinan yang artinya Pedoman Dasar Perkawinan.

Hakumbang Auh

Hakumbang auh atau lamaran awal. Apabila seorang laki-laki


berniat mempersunting seorang gadis, maka pihak keluarga laki-laki
berusaha untuk mencari tahu lebih banyak tentang asal usul, sejarah
keluarga, situasi dan kondisi si gadis. Diteliti pula apakah si gadis
idaman, masih sendiri atau sudah ada yang punya. Biasanya pihak
keluarga laki-laki mengutus wakilnya untuk menemui pihak keluarga
perempuan untuk mendapatkan kepastian. Setelah jawaban
meyakinkan diperoleh dari pihak keluarga perempuan dilanjutkan
dengan mengadakan pembicaraan serius pihak orang tua dan
keluarga calon pengantin dengan sesepuh kampung atau orang yang
dituakan. Lalu pihak keluarga laki-laki datang berkunjung ke rumah
keluarga pihak perempuan, untuk menyatakan niatnya. Apabila niat
dan tujuan telah diterima dengan baik, sebagai bukti kesungguhan,
pihak laki-laki menyerahkan sejumlah uang dan pakaian sinde

28 Ny. Linda Nisida Nahson Taway, BA., Upacara Adat dan Seni Tata Rias
Pengantin Dayak Kalimantan Tengah, Tim Penggerak PKK Kalimantan
Tengah, Oktober 2000., hal 1
204
mendeng, atau seperangkat pakaian perempuan, yang disebut
sebagai batu pisek.

Hisek atau Pertunangan

Pihak orang tua perempuan dengan keluarganya, akan


berkumpul untuk mendapatkan kata mufakat menolak atau
menerima lamaran tersebut. Apabila lamaran diterima, batu pisek
tidak dikembalikan, akan tetapi apabila lamaran ditolak, batu pisek
dikembalikan dalam jangka waktu yang tidak begitu lama. Apabila
batu pisek tidak lagi dikembalikan, berarti lamaran awal telah
diterima dengan baik, maka dilanjutkan dengan acara pertunangan.
Pada waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, acara
pertunangan dilangsungkan. Diawali dengan menyaki atau memalas
calon pengantin perempuan, kemudian pihak laki-laki membuka
pembicaraan untuk menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan
mereka. Lalu pembicaraan meningkat mengacu pada pembuatan
surat perjanjian nikah lengkap dengan syarat dan sanksi yang harus
di lakukan apabila terjadi sesuatu dikemudian hari. Surat tersebut
disebut sebagai surat pelek, yaitu : Hak, kewajiban dan tanggung
jawab perkawinan, yang termuat dalam Pelek Rujin Perkawinan
yang artinya Pedoman Dasar Perkawinan yang antara lain adalah
sebagai berikut :

Surat Pelek
Pamiar Sangku Ije Solake :
1). Lambayung lapik sangku pelek toh.
2). Bulau singgah pelek toh
3). Lamiang due turus ruji
4). Dohong tejek pandung
5). Rawayang kawit kalakai
6). Gundi lumpang tusu
7). Gahuri nutup sangku

Pamiar Sangku Ije kadue :


Pertama :
1). Kalata pedudukan ewen due belum.
2). Lamiang tukang sapau
3). Bulau singgah pakang
4). Kalata sarangan behas
5). Pinggan panahan hapan ewen due kuman
6). Pakaian sukup simpan akae

205
Kedua :
1). Tambasan sinjang entang akan indue 29
2). Lawung basulam akan bapae
3). Balui tambayung hapamuntung dengan indue
4). Kalambie panjang akan bapae
5). Tutup uwan andas ije bata akan tambie
6). Timbuk tangga epat kiping akan uluh are- turus.
7). Bulau kandung saratus kiping.

Pamiar Sangku Ije Hantelo


Pertama:
1). Saput epat puluh kiping akan nyahae.
2). Pakaian indue, bapae, sinde mendeng.
3). Palakun sawae halamaung ije regae lime ratus kiping
4). Taloh imbelum korik hai sukup akae
5). Pulau enyoh gehat sukup akae
6). Batang panjang imbaji tampajat
7). Pandohop akan asip tempe akae
Kedua:
1). Arut hai dinding mandui
2). Bulau singah labehu ekae mandui
3). Arut ije papan hepat hapae mambesei
4). Uluh due akan mambesei kamburi haluan
5). Jala ije karambayan
6). Ayang hapan mohon mandoi
7). Balai telo ruang akae manjawet
Ke tiga :
1). Huma hai sukup puate
2). Pilus ije sulep betung
3). Galas due sangkalan paie
4). Pinggan tapak penyau paie
5). Tajau due posak mantiling
6). Bawin halamaung due, bawin balanga due
7). Hatuen halamaung due, hatuen balanga due
8). Garantung kolok pelek indu Sangumang.

Panagih
Panagih ije solake
1). Pinggan pananan
2). Lapik ruji due ringgit
3). Tambasah sinjang entang

29 Melambangkan ucapan terima kasih kepada ibu calon mempelai karena


telah mengasuh dan membesarkan hingga dewasa.
206
Panagih ije handue :
1). Tutup uwan andas
2). Timbuk tangga telo kiping
3). Bulau kandung saratus kiping

Panagih ije katelo :


1). Saput 40 kiping
2). Pakaian 16 kiping
3). Palaku balanga ije 1000 kiping

Pelek Pakaja
1). Pinggan tapak penyau paie
2). Ragam malahui akan sandurung
3). Balanga pasuke
4). Garantung tanggoie
5). Lamiang due sansila lengee
6). Bawoi ije saki maja empue
7). Basir ije batun kajae

Setelah segalanya yang berkaitan dengan surat pelek dianggap


selesai, dilanjutkan dengan makan bersama. Selama masa
pertunangan, hubungan suami isteri belum boleh dilakukan, apabila
hal tersebut sampai terjadi, perbuatan tersebut dianggap perbuatan
zinah. Pelanggaran adat telah mereka lakukan. Keduanya harus
dipalas atau disaki, kemudian jumlah jujuran yang telah disepakati
dalam surat pelek pada saat meminang, jumlahnya dikurangi karena
keduanya telah membuang kehormatan mereka sendiri.

Upacara Pernikahan

Pada hari pernikahan sesuai tanggal yang telah disepakati


bersama, maka pengantin laki-laki dengan diantar atau diarak oleh
keluarga dan banyak orang berangkat menuju ke rumah pengantin
perempuan. Upacara ini disebut sebagai upacara maja misek atau
pinangan resmi. Di rumah pengantin perempuan, rombongan calon
pengantin laki-laki terlebih dahulu harus melewati lawang sekepeng
atau pintu gerbang yang telah berhias. Dengan diiringi suara gong,
kedatangan calon mempelai laki-laki disambut dengan pantan yang
terbuat dari tali dan harus diputuskan dengan permainan pencak silat
atau manca. Setelah tali mampu diputuskan, berarti penghalang telah
tiada dan kedatangan calon mempelai laki-laki disambut dengan

207
lahap 30 berturut-turut tiga kali. Dan keluarga calon mempelai
perempuan menaburkan beras kuning ke segala arah, dengan maksud
agar Ranying Hatalla turut serta menyaksikan upacara yang sedang
berlangsung.
Calon pengantin laki-laki didudukkan pada sebuah garantung
atau gong sendirian karena mempelai perempuan belum diizinkan
keluar. Pada malam harinya dilaksanakan penyerahan jujuran yang
telah disepakati pada waktu pertunangan.
Pada keesokan harinya binatang korban dipotong, kemudian
darahnya diletakkan di tempat semacam piring, mangkuk yang biasa
disebut kendarah. Setelah itu kedua pengantin didudukkan
bersanding di atas garantung atau gong dengan arah menghadap
matahari terbit atau arah timur, dan tangan keduanya bersama
memegang ureh bunu dan pohon sawang. Kedua mempelai dipalas
oleh para orang tua-tua dengan darah yang telah disediakan di
kendarah tadi. Kemudian pada pegelangan tangan keduanya
diikatkan lamiang lilis. Dilanjutkan dengan penanda tanganan surat
perjanjian kawin adat oleh kedua mempelai. Acara resmi telah
diakhiri, dilanjutkan dengan acara santap bersama.

Cicak Kacang

Cicak kacang adalah kawin kecil. Maksudnya melangsungkan


upacara pernikahan hanya dengan cara sederhana yaitu kedua
mempelai dipalas dengan darah ayam kemudian makan sederhana
bersama.

Maja/Pakaja

Maja atau pakaja ialah bertandang. Hansansulang pamuseh


panguman ialah setelah upacara pernikahan resmi selesai, kedua
suami isteri yang baru menikah, maja atau bertandang ke rumah
orang tua pihak laki-laki. Saat itu, mertua pengantin perempuan
menyerahkan pakaian sinde mendeng dan sebuah garantung, yang
dinamakan garantung tanggui tawai kepada menantunya, atau bisa
juga diganti uang dengan harga yang sama 31. Semua pemberian
tersebut disebut Batun Kaja.
Ketetapan Rapat Adat menyepakati bahwa: apabila seorang laki-
laki berniat untuk menikah, maka ia terlebih dahulu wajib
menyediakan ongkos pernikahan paling sedikit Rp 100,-, atau dalam

30 Lihat penjelasan lahap dalam halaman lain buku ini.


31 1 kati gong sama dengan Rp 2.50 uang.
208
bentuk balanai taheta 3 buah dan gong 20 kati 32. Apabila belum
mampu menyediakan semua persyaratan tersebut, sebaiknya
perkawinan ditunda dahulu.

Proses pelaksanaan

Di depan rumah
Ketika memasuki halaman depan rumah mertua, posisi
pengantin laki-laki di sebelah kiri, perempuan sebelah kanan.
Kedatangan kedua mempelai diiringi oleh keluarga pihak
perempuan.
Setelah sampai di depan pintu, dilanjutkan dengan :
• Acara mamapas.
• Acara tatukan sial.
• Acara manijak tanteluh manuk.
• Acara mamparasih paie.
Orang tua pihak laki-laki menyerahkan Ragam Malahui Kampuh
berupa epat kabawak ringgit batun sinjang, bulau singah pakang,
lamiang tukan sapau tuntang jarati akan sandurung kepada
menantunya.
Kemudian pengantin perempuan berjalan di atas gong dengan
ditutupi kain berwarna kuning dengan dibimbing oleh pengantin laki-
laki dan pihak keluarga pengantin perempuan. Sahelu mahalau
tahutun sapau huma, pengantin perempuan inanggui hapan
garantung ije inutup hapan benang babilem.

Di dalam rumah
Kedua mempelai duduk menghadap matahari terbit, manyingguh
garantung ije inutup hapan benang bahenda dan huang likut iretei
balanga/balanai kare due kabawak akan sadarae. Mempelai laki
duduk di sebelah kiri, perempuan di sebelah kanan.
• Manjelas pakaja.
• Acara Manyaki/Manampung Tawar.
• Acara manyarah ramu kaja.
• Acara mameteng lilies/lamiang.

Ramu ije inyadia hung acara pakaja manantu:


A. Ije inyadia hung baun huma:
1. Dawen Sawang
2. Sangku, diisi dengan danum nyanyah behas.
3. Manuk tatukan sial (ije kungan manuk belum).

32 Nilai uang yang disebutkan di atas, disesuaikan dengan nilai golden zaman
penjajahan Belanda hingga tahun 1968.
209
4. Tanteluh manuk akan pijak paie (ije kabawak).
5. Pinggan tapak penyau paie, diisi dengan danum tuntang
bakam batu akan senduk.
6. Ringgit batun sinjang (epat kabilap)
7. Ragam Malahui kampuh (ije kalambar benang),
8. Jarati sandurung (ije kain sandurung).
9. Garantung tanggui (ije garantung inutup hapan kain
babilem ).
10. Lamiang tukang sapau (ije kabawak lamiang).

B. Ramu ije inyadia hung ruangan huma akan pakaja :


1. Bulau singah pakung (2 gram emas).
2. Bawin balanga pasuk (ije balanai kurik).
3. Halamaung batu kaja (ije kabawak balanai).
4. Balanga habuhut turus panatau (ije kabawak balanga).
5. Pakaian sinde mendeng.
6. Lilis/manas (5 kalalisa).
7. Kadandang kajang labehu (ije katetek benang bahandang).
8. Bulau singah labehu (sakeping emas buwur).
9. Mangkuk timban labehu (ije kabawak mangkuk).
10. Mangkuk tambak behas (ije kabawak mangkuk iisi behas)
11. Tanteluh manuk (7 kabawak, jadi initik dan iandak intu
mangkuk tambak behas).
12. Bahan undus (ije kasa kurik iisi undus tuntang ije kasa
minyak harum).
13. Pisau pangkit (ije) dan langgei simbel (ije),
14. Tampung tawar bara dawen enyuh.
15. Batu asa (ije),
16. Pilus ije sulep betung.
17. Dahan bawui (iandak hung mangkuk kurik)
18. Amak badare (imbirang).
19. Pinggan tatar (ije mangkuk iisi dengan danum tuntang
saran mangkuk atun petak)
20. Garantung eka munduk lapik hapa benang bahenda.

C. Ramun kaja ije inyarah hung acara pakaja :


ramun kaja ije inyarah awi indu pangantin hatue akan
manantu, inarima awi indu pengantin bawi:
1. Kadandang kajang labehu (ije katetek benang bahandang).
2. Pinggan timban labehu (ije kabawak mangkuk).
3. Bulau singah labehu (2 gram emas buwur).
4. Bulau singah pakang (sakiping emas).
5. Lamiang tukan sapau (1 lilis lamiang).
6. Garantung tanggui (ije kabawak garantung).

210
7. Kain babilem (ije katetek ).
8. Mangkuk/piring mise tangga huma empu (7 piring, 7
mangkuk).
9. Bawin balanga pasuk.
10. Ragam akan kampuh.
11. Ringgit batu sinjang (4 ringgit).
12. Jarati akan sandurung .
13. Batu kaja.

Nama Panggilan
Seorang anak sebelum menikah biasa dipanggil dengan nama
pemberian orang tuanya atau terkadang apabila mempunyai galar
atau nama panggilan akrab dalam keluarga, oleh orang-orang
terdekat akan dipanggil nama galar tersebut. Misalnya nama yang
diberikan orang tua adalah Ambun dan galar si Ambun Mencas-
Mencos, karena ketika kecil, si Ambun amat gemar menangis, mampu
bertahan berjam-jam dengan posisi bibir mencong ke kanan dan ke
kiri. Dengan volume suara yang maksimal sehingga para pendengar
sakit kuping. Dalam lingkungan terdekatnya, Ambun biasa dipanggil
Mencas Mencos.
Setelah seseorang menikah, untuk laki-laki tetap dipanggil nama
yang diberikan oleh orang tuanya, misalnya Riwung Toemon, tetap
dipanggil Riwung Toemon dan isterinya yang bernama Enon, tetap
dipanggil Enon bukan Ibu Riwung, terkadang dengan sedikit
informasi Enon sawan Riwung 33. Ketika anak pertama mereka lahir,
dan anak pertama diberi nama Heru, maka sejak kelahiran anak
pertama, Bapak Riwung dan Ibu Enon secara otomatis mengalami
perubahan nama. Bapak Riwung mendapat nama panggilan baru
yaitu Bapak Heru, dan isterinya Ibu Enon menjadi Indu Heru 34.

Ungkapan Rasa Terima Kasih


Bahasa Dayak tidak mengenal kosa kata ungkapan rasa Terima
Kasih. Ungkapan rasa terima kasih diungkapkan dalam sikap dan
perbuatan, serta rasa hormat yang mendalam.
Seorang yang telah menerima kebaikan dari sesamanya, tidak
begitu saja melupakannya. Semua kebaikan yang telah mereka
terima, mereka simpan dalam lubuk hati yang terdalam, bahkan
dalam setiap kesempatan, mereka selalu menceritakan kepada anak

33 Maksudnya Enon isteri Riwung.


34 Ibunya Heru.
211
turunannya 35 semua kebaikan-kebaikan yang pernah mereka terima,
serta menyebutkan dengan lengkap nama dan identitas rekan baiknya
itu.
Dengan demikian secara tidak sadar, anak turunannya juga
turut serta mensyukuri, mengenang dan menghormati orang yang
telah berbuat baik bagi keluarga itu. Demikian pula seluruh keluarga,
satu sama lain selalu menceritakan kebaikan yang pernah mereka
peroleh dari sesamanya, dan rasa syukur dan hormat semakin
berkembang dan menguasai kehidupan mereka.
Biasanya orang Dayak selalu ingin membalas kebaikan dengan
kebaikan. Dalam setiap kesempatan, orang yang pernah menerima
kebaikan dari seseorang akan selalu berusaha membalas kebaikan
yang pernah mereka peroleh, sekalipun tidak langsung kepada yang
bersangkutan. Terkadang kebaikan seseorang tidak langsung
diterima kembali olehnya, namun kelak anak cucu mereka yang
tergerak mengupayakan membalas kebaikan. Naluri membalas
kebaikan yang pernah diterima, bukan menjadikan beban bagi
mereka, namun memiliki nilai kebahagiaan sendiri, bahkan tradisi
demikian menjadikan orang Dayak memiliki ikatan batin yang kuat
kepada sesamanya 36.

Pahuni

35 Tetek Tatum.
36Pesan terindah yang berulang-ulang selalu dikatakan penulis (Bapak
Tjilik Riwut) kepada penyunting ialah: “Berikan kebaikanmu kepada
siapapun sebanyak mungkin, tanpa pernah membedakan jabatan, dan
status sosialnya karena kelak dikemudian hari, anak cucumu akan
menerima kembali semua kebaikan yang telah disebarkan“. Penulis
selalu menekankan bahwa hal tersebut merupakan tradisi leluhur Dayak
yang selalu harus dipegang teguh. Semula pesan tersebut seolah
perbuatan baik dengan syarat, karena dibalik semua itu ada suatu
harapan bahwa kelak anak cucu akan memperoleh kembali kebaikan yang
telah disebarkan. Lama kemudian setelah melewati sebuah perenungan,
lalu penyunting menyadari bahwa, terkadang manusia berbuat dan
bertindak apabila ada sesuatu yang ingin dicapai. Bukankah kebaikan yang
kelak akan diterima kembali oleh anak cucu, bentuknya abstrak dan bukan
berupa benda nyata yang sedikit demi sedikit ditabung? Bila hal itu yang
akan penyunting dapatkan, sesuatu yang abstrak dan tak pasti, untuk apa
penyunting bersusah-payah melakukannya? Proses terjadi, semakin
bertambah usia semakin dapat dimengerti makna yang tersirat dan
tersurat dibalik pesan itu. Pesan tersebut telah amat sangat menguatkan
bagi penyunting. Sebagai suatu warisan tradisi leluhur yang harus
dipegang teguh. (sharing pengakuanku sebagai seorang Dayak.
Penyunting, N.S ),
212
Pahuni ialah suatu tradisi dalam suku Dayak bahwa apabila
menolak makanan yang telah dengan tulus ditawarkan untuk
disantap, khususnya nasi goreng dan makanan yang terbuat dari
ketan, maka akan ada resikonya. Resiko berupa malapetaka, baik
ringan maupun berat, bahkan bisa membawa kematian. Apabila
terpaksa harus menolak, demi menetralisir situasi, mereka akan
menyentuh tempat atau piring di mana makanan diletakan sambil
berguman mengucapkan kata singkat “sapulun”. Dengan demikian
penolakan tersebut telah dianggap sah dan terbebas dari resiko
kepuhunan. Selain dengan cara itu, untuk menetralisir dapat pula
dengan cara menjumput sedikit makanan yang ditawarkan tersebut
sedikit, sambil berguman “puse-puse”.

Pahingen
Pahingen ialah suatu tradisi dalam masyarakat Dayak bahwa
seorang suami yang isterinya sedang mengandung bayi mereka, harus
mampu kontrol diri dalam setiap kata, sikap dan perbuatannya.
Karena apabila lepas kontrol, misalnya saja memotong tangan
kelawet yaitu sejenis orang hutan, maka anak yang akan lahir,
dikhawatirkan mengalami cacat pada tangannya.

Lapak Laminak
Lapak Laminak atau cacak burung adalah tanda silang yang
diyakini sebagai penolak bala. Tanda tersebut pada umumnya
digambarkan pada sebilah bambu atau pada daun sawang yang
digantung di depan rumah.

Salasa
Salasa berarti Selasa. Apabila bepergian, orang Dayak selalu
berusaha menghindari hari Selasa, karena bagi mereka hari Selasa –
sala – yang berarti salah. Akan banyak kesalahan dan kesialan yang
dialami bila nekad bepergian pada hari Selasa. Terutama apabila
bepergian dengan arah yang bertolak belakang. Misalnya dalam suatu
keluarga, dua kakak beradik akan bepergian ke tempat yang berbeda
pada hari Selasa, kakak pergi ke arah timur dan adik ke arah barat.
Apabila keberangkatan tersebut memang tidak mungkin lagi ditunda,
terpaksa salah satu ngalah, harus berangkat sebelum atau sesudah
Selasa, demi menghindari terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Warna Lime Ba
213
Lime Ba berarti lima ba maksudnya lima warna yang dimiliki
oleh orang Dayak yaitu
1. Baputi – putih
2. Bahandang – merah
3. Bahenda – kuning.
4. Bahijau – hijau
5. Babilem – hitam.

Pembagian Warisan Suku Dayak Ngaju


Tiga hal yang berkaitan dengan masalah warisan :
1). Ahli Waris, ialah orang yang berhak menerima harta /warisan.
2). Pewaris ialah orang yang memiliki harta benda tersebut
3). Warisan ialah harta benda yang ditinggalkan.

Urutan penerima waris menurut tradisi Dayak Ngaju ialah isteri,


anak, cucu, anak angkat, saudara kandung, baru kemudian saudara
ibu atau saudara bapak. Jenis kelamin tidak dibedakan, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki hak yang sama dalam pembagian
warisan. Apabila yang meninggal tidak mempunyai anak, maka
warisannya diserahkan kepada jandanya dan bagian lain diserahkan
kepada orang tua dan saudara kandungnya. Akhir-akhir ini ada
semacam perjanjian dalam perkawinan yang menegaskan bahwa
apabila tidak punya anak, maka harta warisan diserahkan kepada
janda 37 atau dudanya 38. Apabila ada anak angkat, maka harta
warisan itu jatuh kepada anak angkatnya.

Angkat Anak
Cara mengangkat anak angkat menurut tradisi Dayak adalah
sebagai berikut: anak telah dipelihara dan dirawat dengan baik
semenjak masih kecil, dengan disaksikan oleh Demang atau Kepala
Adat, sekurang-kurangnya disaksikan oleh seorang Pembakal atau
Kepala Kampung, dengan disertai upacara adat memotong hewan
korban, boleh ayam atau babi, kemudian anak dipalas dengan darah
binatang korban, lalu makan bersama dengan para pemuka kampung.
Sejak itu anak dianggap telah sah diangkat sebagai anak angkat dalam
keluarga barunya.

Tandak
37 janda dalam bahasa Dayak balu.
38 Duda dalam bahasa Dayak buyu.
214
Tandak berarti menimang. Seorang yang hidupnya bermakna
bagi sesamanya, terkadang ditimang dan disanjung, karena ia akan
menjadi sosok yang disegani dan dihormati. Akan tetapi pada
umumnya seorang yang hidupnya penuh kepura-puraan, tidak jujur,
serakah atau sedang melakukan penipuan, tidak punya keberanian
untuk di-tandak, karena resikonya tidak kecil. Sesama mungkin saja
dikelabui, akan tetapi mana mungkin manusia mampu mengelabui
Ranying Hatalla? Tulah atau kualat akan diterima apabila nekad
menerimanya.

Contoh-contoh Tandak

Tandak 39

Anak Nyaru Hapantar Batu


Antang Liang Habalau Kilat
Mangkalewu Bukit Batu.

1. Barigana hanjaliwen babilem


Ganan Ulai Telun Penyang.
2. Barigana haramaung menteng
Kinjap Palangka Bulau Ruhung.
3. Barigana garing Bulau Sangkalemu
Baterus penyang salumpuk bukit tunjung nyahu.

Tandak Penyang Menteng

Malang malampai tanduk


Putir bawin sangiang
Maut mamehera kininge
Kameloh taran jalayan

Manuntun mangep kilau tatak rahung


Manuntun bumbung daren purun
Manurang marinak ingkah jari pulang
Manureng Pandung irit Bungai

Kapandukan Rawing Tempun Telun

39 Tandak bara masyarakat lewo Tewah manambang pandumah bapa


Enon, Sanaman Mantikei 26 Agustus 1962. Sanaman Mantikei jete aran
panyurat buku toh metoh garilya wayah revolusi perjuangan
kemerdekaan utus/bangsa Indonesia.

215
Jari mukung sambang garantung
Tempu enon lumbah haburung bulau
Jari bajanda tintun janjingan

Rangkang Penyang Panjanjuri


Balua batang danum jalayan
Parukat Sehang Bapindak bahanjung gohong
Labehu pali mangantimbung tambun
Lelek batu Rangkang mangareheng tanggar haramaung

Jadi mukung sembang garantung


Manarui penyang, panggirik lingu
Jadi bajanda pintu jajingan
Manarui paturung pangarasang karandem

Akan tingang manuk Sangiang


Ije dohong hanjanjungen enteng
Akan ranying Tangkarayung Jalayan
Kabontenga nyari angkat hanyie

Mangat tingang dia hungkui dandang


Mandui Riak Penyang
Uka haramaung dia mekut tambang
Hapanduyan ringkin paturung

Dia Tingang taratingkai dandang


Malawan Tambun Baputi
Kueh Haramaung tarasamping tambang
Hakajang dengan ihing bajaleang.

Mangat Tingang sangiang


Dia enteng mulang nahabajing gandang
Uka Ranying Tangkarayung jalayan
Dia Hany tendur mahatambit sambang

Mangat penyang sawu-sawuh entenge


Mapaleteng tarung tambun baputi
Uka paturung giri-giri hanyie
Nampalilap tintinge ihing bajaleang

Mangat ikei lapas


Bara kalung jela bulu
Uka ikei liwus
Bara genjen untei rabiu

216
Mangat penyang tambun baputi
Leteng lilap baranehu
Uka paturung ihing
Bajaleang malangiau

Mangat tarung lampang


Ngangapung duhung tambing benteng
Uka tinting kalapangan
Nyarupih talawang tambing

Mina penyang ije bahari simpeie


Baka lenyuh tambun baputi
Mingkes paturung ije mait sandike
Bahalap ihing manjaleang

Hemben daraduan hambekan katun


Aku manandak balitan Rawing Tempun Telun
Metuk dinon kajaretan etuk
Aku mangarunya lumbah balai palangka

Nahingku terunge lampang


Bababalai lawang labehun langit
Nyaneangku selatan tinting
Batuyang rantau kangkuria hawun

Mina penyang menteng


Mujang lawang langit
Mingkes paturung bahanyi
Manyamparau rantai hawun

Hinjap antang manamuei


Duhung sarak tanjung ambun
Hiket kenyui rewen maja pulang
Tangkuranak luwuk enon

Jaloh nipang kambu kameteng penyang


Katapasan bukit jadi pantang tambange

Jaloh nipeng raning kapandereh bunu


Katapasan lunuk jari puntuh ruhung

Jaloh nipeng bangun tarajun ambun


Katapasan labehu jari tuwen penyangm

217
Jaloh nipeng bulau kayun tangguie
Katapasan langit penda tingan

Puna bulu menteng ikau dia lalangena


Talawang bahanyi ikau jaton sampalangen

Hemben duan kambekan katun


Aku manandak gangguranan aram
Mantuk rinun kajuretan ituh
Aku mangarunya sasabutan bitim

Malik bahing patun ambang


Akamu manandak gawin gangguranan aram
Mulas salintik luhing
Aku mangarungi sasabutan bitim

Malik Bahing pantun Ambang


Akamu manandak gawin gangguranan aram
Mulas salintik luhing
Aku mangarungi sasabutan bitim

Malik lagu :

Inanggareku aram duhung kurik kinjap


Kuit lawang langit
Nansuwaku sasabutan bitim
Pulang ringkang ringit hiket
Ukei kangarim hawun.

Layang garun tandak sambang


Akan papar penyangm hila panyambilei

Inanggareku gangguranan aram


Duhung kurik baka tetes hinting bunu
Mansuwaku sasabutan bitim pulang
Ringkang ringit
Bakagetu jamban kamara ambu

Ie eweh hawah gangguranan aram


Ije selem toto batu piring kalingun
Lisem sasabutan bitim
Ije tolok bungka liang jarak karendem

218
Ie tawa inggareku tuwe ije kabungkal
Pali mupuk gantu-gantung

Baka buang kalang labehu


Tambun baputi uju bara tuntung
Parukat tawing due katawing
Ije pali ngisai tuya-tuyang
Baka santung rantau ihing bajuleu hanya baratinggu

Tandak Lewu Murik Murung

Lewu Tumbang Murung


Lewu Batu Randang Tingang, rondong liang lentah tambun kaleka
Liau Turus pandak, kabalen kapang, kamban tahajak iwa kabantus
tambilok.

Juking
Lewu Tanjung Hanyi, rondong karangan penyang kaleka Liau
Kapang baka petak rundung banama kamban tabilok baka darai
lanting jalatien. Antang nyahi lentem langit kenyoi kilat randan
ngangkuling peteng penyang. Katabalan uluh balai katapang uju
bararenjeng mendeng. Panambusan Sali nusan kayu alau hanya
baratandai mingkat.

Lewu Lupak Dalam


Kaleka Liau Garing randan bajamban laut. Kambang sihong
ringkang tatean hariran.

Sei Barangas
Kaleka Liau Busun Gareng hagandang purun. Kamban baner
sihung halejar pandung balau tambun tandipah pulau tonggal
nganderang tingang nusa sahinya hengkuk Ranying.

Balanggar
Kaleka Liau Langgau hantu pangios lewu pulu.

Tumbang Tagiring
Lewu olek rondong nasarang Rawing. Kaleka Liau Rawing basiak
pamatas tungkup. Kamban lumba bahanyi pamisah ruang.

Badapung (Sambil)
Lewu Tambak Raja, rondang karangan penyang bulu. Kamban
baringen kilat, baka ginjai tulang.
Badapung (Gantau)

219
Kaleka Liau Gandang sanaman baka narah henteng palimantu
baka tenong rewei raja endus habantusan. Baka rintuh tisoi
kanaruhan.

Basungkai
Kaleka Liau Jala Bulau pali habirik baka tenong Riak Rawing.
Kambun untai rabia endus habarika baka rintuh ringkin lumba.

Kueh Tandak Lewu ?


• Pulau Kupang kota Bataguh pamatang sawang pulau Kupang,
kaleka ulek Nyai Undang.
• Banau atawa Bahanau.
• Basarang ?.

Tumbang Tarusan
Kaleka Liau Haramaung panjang ikohe, ngangkuling banama
jahawen.

Raing
Kaleka Liau Gandang sanaman kanarah henteng kamban pali
mantu baka teneng riwai laut Towong jongkarang endus
habantuan baka rintuh selatan kariran.

Tumbang Bakampat
Kaleka Liau Burung Bulau busik pasebun raja. Kaleka Ayam Rabia
kabantus ganggerang.

Tumbang Rasanggal
Kaleka Liau Taming Bulau, katengkan nyaru kamban talali rabia
kabantus ganggerang.

Tamiang
Kaleka Liau Antang pasihai, busilo ruhung bahanyi mandui darah
belum. Kamban kenyoi patenggan bajari pulan petah kapandaian
tanggiri hamiring.

Juking (Kuala Kapuas)


Lewu Tambak Raja rondang banjang tarahan. Kaleka Liau Lunuk
hai kajang tombang ulang hagandang kamban daringan datah
tingkap kanarewong antang.

220
Tandak Lewu Murik

Juking Kompai
Lewu Juking kompai tajur ruhung. Kaleka Liau Uei Sigi baruntih
sangkalemo.

Tumbang Maluen
Kaleka Liau Antang Pasihai basilo ruhung bahanyi mandui daha
belum kamban kenyoi patenggau bajari pulang petah kepandoian
tinggi hamaring.

Pulau Telo
Pulau rotek kasanang manyang nusa lawang hajenjeng tandipah
lewu kangajang apui nyaru rondong kaningkap bahan ganggereng.
Kaleka Liau Nyaring gila –gila enteng. Jari mandoi asep sandawa
laut kamban siakung rawe-rawe hanyie petah kapandoian paruru
barantai.

Lewo Lentop Banama, Rondong Sempong Tihang


Kaleka Liau Moehoer batu bateras penyang, kambang sukai
baluhing, halawu pulau lentop Banama Nusa sempong tihang.

Tumbang Sungei Dayang


Lewu Tambak Raja, rondong timbok kanaruhan. Kaleka Liau Rajan
Pasang, baka lelep Lewu Pulu. Kamban kanaruhan jaramai baka
lilap rundung jalatien.

Tumbang Sakaraung
Kaleka Liau Garantung korik tetawak lewu danom jalajan kamban
janjingan rinjit titih rondong labeho pali.

Sungai Kayu
Lewo payong nyaho, rondong karawah batu sambang. Kaleka Liau
Haramaung tiroh-tiroh entenge, bahanyi mandoi daha belum,
tuntang Liau Luruk Garu sangkabilan hintung sangiang. Kambang
pangadien kanto-kantok hanyi petah kapandoian tanggiri
hamaring.

Tumbang Paraya
Kaleka Liau Antang pasihai basilo ruhung pamatas tungkup.
Kamban kenyoi patenggau pamisah raung.

221
Lanting
Lewu Ranting Rondong pelabuhan banama. Kaleka Liau Gareng
beloh soka lumpung matanandau. Kamban sihong hamaring.
Sehungkir kamban kabanteran bulan.

Mandomai
Lewu olek kalingu, rondong ampah timpong. Kaleka Liau Sawang
belum merajak bukit batu. Kamban bonge hamaring manterus
kereng liang.

Sungai Sangalang
Lewu Dandang dalam. Rondong paseban raja. Kaleka Liau Patahu
menteng beheken luar palangka ruhung. Kamban mamben bahanyi
petah badari luar tatanep salimbayong antang.

Sei Garantung
Lewu tahutun pantara, rondong teweh dare . Kaleka Liau
Rangkang salingkat mandawen bulan. Kamban hengkun banturung
mamumbung pehawang.

Tumbang Umap
Lewu Ulek kalinga, randang tambarang tingang, kaleka Liau Lunuk
panjang.

Mantarei
Lewu Payong nyahu, rondong ngajang gangerang. Kaleka Liau
Rajan talawang basaki daha tambarirang.

Tangahon
Lewu Pandih Batu, rondong jumpang handiwung. Kaleka Liau
Lunuk nyaho baka giring bulu. Kamban baringin kilat baka ginjai
tulang.

Pantai (hila gantau murik)


Lewu Tahuton Liau Lampang, rondong nyaimbur tambon baputi.

Pantai (hila sambil murik)


Lewu Pantai Bulau, rondong gelombang pahalang, kaleka Liau
Riwut dohong maliambong sambong selatan pulang panangkules
bengkel bahanyi mutang giling pinang janji undun pamua lunuk
bungai. Eka Antang Riak Rawing panasarang ambun balanga
kenjoi ringkin loemba panasakui tambun repang garantung.

222
Tamiang
Lewu Olek Lawang Jata, rondong riak sanglemo Kaleka Liau
Lamiang Bulau hantantaliasae serumput mihing bukit
batu.Kambang hanyang rabia hantapiket banuas tanterus nyalong
kereng liang.

Mangandam
Lewu Jakatan rundian, rondong riak batu sambang.

Penda Ketapi
Lewu Mandarit Garing rondong mandarut bulau, kaleka Liau
Lunuk kajang lewu pulu kamban baringin datoh tongkap rondong
hapamantai jalatien, Eka Antang Raja bagelang bulau kenyoi
kanaruhan batingkat rabia.

Bapakang
Lewu jakatan, rondong salohan tandang.

Basuta
Lewu Bukit Tihang Jakatan Rawing. Rondong kereng tusang
salahan tandang. Kaleka Liau Nyating gila-gila entenge nakaruan
pain bukit panjang halawu pulang tanggung tingang nusa sangkai
tarahan tandipah pulau kurik sumpin tamaun nusa simit junjung
rawing.

Sei Dusun
Lewu Galang tarahan rondang masarang rawing. Kaleka Nyaring
gila-gila entenge basilo ruhung, bqka tetes uhat bakau langit.

Manusup
Lewu Leleh Lentur Satasi rondang kanapan lasang. Kaleka Liau
Lunuk hai teweng katelo dia bajombang bukit tingang papui kepat
dia basale dandang.

Dahuyan Lawu
Lewu Ulek kalingo rondong riak haselan, Kaleka Liau Dahiang
tabela jarang pampahiu dia tau metoh rawei pulu.

Sei Kapar
Lewu Ulek Kalinga, rondong riak batu sambang.

Penda Putik

223
Lewu olek kalingo, rondong sakatan randin tandang. Kaleka Liau
gandang lamiang pamaripih pulu towong hanyang papalapak
jalatien. Tumbun tarantang riwutdohong maliambong sambung.

Tarantang
Lewu Lawang Patahu rondong salampak sawang. Kaleka Batu
Lampang amba parei nyangen tingah.

Lamunti
Lewu Mandarai Sambang. Rondong kamesak lohing. Kaleka Liau
Dohong tanggalong mara-marang tasale, tau mangarak penyang
ije kasimpai. Halawu pulau tonggal nganderang tingang nusa sahin
nyahengkok ranying.

Pulau Kaladan
Lewu Dandang dalam rondang talian surat. Kaleka Liau Lunuk
sangkalemu belum manambai paseban raja. Kamban bangingen
hamaring maninggang masigit kanaruhan.

Mantangai
Lewu olek lawang jata, rondong paget Hatalla. Kaleka Liau
Nyaring gila-gila entenge makongan garing janjihin tihang.

Tapian Lisong
Lewu Olek Kalingo rondong palabuhan banama.

Kalompang
Lewo Payong Nyaho rondong kaninding timpang. Kaleka Lunuk hai
belum mambai masigi due habambai.

Leleh Baner
Lewu Leleh Lentur Santagi, rondong kankelong bengkel kaleka Liau
Rajan Tambarirang Balua Bara Singkep Langit.

Katimpun
Lewu Dandang Dalam, rondang olek kalingo. Kaleka Liau
Handiwung belum. Belom petak kasamboyan kambang pandong
hamating hating kereng kasimbu laut.

Sei Ahas
Lewu Lawang Patahu, rondong tarian antang. Kaleka Liau
Garantung kurik panyong lewo danom jalajan. Kambang jajungan
rinyit titih rondang lebehu pali.

224
Katanjung
Lewu Olek kalingo rondong tahuton Liau Lampang. Kaleka Antang
Pasihai basilo rohong baka tetes uhat marau langit.
Tawanan
Lewu Olek kalengo rondong nyapenda garing balemo. Kaleka Liau
Tingang ije kadandang kajang pukung pahewan antang bungai due
kapiting tingkap parajangan dahiang.

Tumbang Kajang
Lewu Dandang Taheta, rondong tarion antang, palus halawu
nangkalau batang danum riak sangkalemo malangkawei guhung
ringkin sangkalunyai.

Panti
Lewu Salampak Sawang rondong pandang bulan.

Aruk
Lewu Olek Lawang Jata. Rondong riak batu sambang.

Lawang Kajang
Lewu jakatan runjan rondong riak batu sambang.

Timpah
Lewu Nabasan sambang rondong riak batu sambang.

Longko Layang
Lewu jakatan runjan rondong nyampeda tihang bendera.

Tumbang Hiang
Lewu Dandang dalam rondang talian surat.

Tawai Baru
Lewu Dandang Taheta, rondong jakatan runjan.

Penda Ketapi Due


Lewu Uhat Marau Langit, rondang tahutan Liau Lampang.

Masaran
Lewu Ampah Durat rondang tihang bandera.

Kayu Bulan
Lewu Jakatan kalingo rondong jakatan randin tandang.

Penda Payang

225
Lewu Olek Kalingo, rondong riang batun sambang.

Lewu Baru (Gantau Murik)


Lewu Tanjung Hanyi rondang karangan penyang.

Lewu Baru (Sambil Murik)


Lewu tahutan panatar rondong teweh dara.

Penda Muntei
Lewu Olek kalingo rondong kalapan lasang.

Kareta sei Jihi


Lewu Olek Lawang jata rondang tarian antang.

Tapan
Lewu Sakatan Runjan rondong jakatan randin tandang.

Tapan (gantau)
Lewu Tahutan Pantar rondong jakatan runjan.

Pujun
Lewu Ampah Surat rondong jakatan runjan.

Marapit
Lewu Jakatan Runjan, rondang kajang apoi nyaro.

Mahuus
Lewu Jakatan Runjan rondong sakatan randin tandang.

Rohong
Lewu Jakatan Runjan, rondong olek kalingo.

Bajuh
Lewu Jakatan Runjan, Rondang pasang darah.

Penda Panguran
Lewu nyampeda garing balemo randan jakatan runjan.

Dandang
Lewu Jakatan Runjan, rondong olek kalinga.

Tumbang Kakat
Lewu ayun hatanjung rondang pasang darah

226
Jangkang
Lewu Jakatan Runjang, rondang pasang darah.

Tambahan Keterangan

1. Sei = Sungai.
2. Mandomai = manumon sarita uluh bakas helo bara bawak kotak
- mandoi mai - atawa - mandoi umai.
3. Juking Kumpai : Amon manumon tetek tatum, uluh bakas helo, ie
te hila dipah Kuala Kapuas. Wayah to horan kaleka
Tamanggung Tanjung Kompai Dohong, kajariae mindah akan
lewu kehu seha wayah toh bagare Marabahan atawa huran
asale Tumbang Bahan atawa Muara Bahan palus manjadi
Marabahan.
4. Pulau Telo : Manumon sarita uluh bakas helo, aton telo ije intu
bentuk sungai kapuas te asale kapal perang Belanda kahem into
nyelo 1830-1835, kejariae, manjadi Pulau Telo wayah toh.
5. Basarang : Kaleka te metoh toh inampa tarussan akan sungai
Kahayan (mintin) jari tembus benteng nyelo 1961 kepanjange
24,5 Km, kalombahe 30 meter tinai kahandalem 5 meter.

Aran Lewo Hai Into Kalimantan Tengah Ije Solake


Palangka Raya: Ibu kota Propinsi Kalimantan Tengah ije
intejek tihang solake tanggal 17 Juli 1957 awi Paduka Yang Mulia
Presiden Ir Soekarno, tuntang andau te kea aran Palangka Raya
inetep awi Paduka Yang Mulia Presiden. Kuala Kapuas, aran solake
Tumbang Kapuas, Sampit, Kuala Kurun, Buntok, Muara Tewe, Puruk
Cahu, Pangkalanbun, Tamiang Layang, Kasongan, Tewah, Kuala
Kuayan, Kumai, Kuala Pambuang, Pulang Pisau, Mandomai, Ampah,
Tumbang Samba, tkt.

Kematian
Apabila terjadi kematian dalam suatu keluarga Suku Dayak, baik
karena sakit, mendadak atau karena mengalami kecelakaan, maka
dengan seketika mereka, baik keluarga maupun keluarga terdekat
akan berdaya upaya menyebarkan berita kematian itu kepada seluruh
masyarakatnya secara luas.
Ada suatu tradisi dalam masyarakat, mengiringi kematian
dengan suara garantung atau gong. Ketika ajal menjelang, jiwa
terpisah dari raga, kepergian atau terlepasnya jiwa menuju alam lain
diiringi dengan suara bamba atau titih, yaitu garantung atau gong
dipalu tiga kali, dilanjutknan suara tiga buah gong yang dipalu

227
bersaut-sautan diiringi karuau40 atau jerit tangis kaum ibu. Suara
yang terdengar mampu menciptakan suasana mencekam, hati
tersayat nyeri bak tertusuk sembilu. Suara gong ditalu kuat atau
keras, namun dengan irama pelan, gong . . .gong . . .gong . . . selama
kurang lebih setengah jam.
Apabila berita duka telah tersebar, yang disebarkan dengan
cara berantai dari mulut ke mulut ataupun karena mendengar suara
bamba atau titih gong yang bertalu-talu, dengan spontan penduduk
kampung bereaksi menunjukan perhatian dan kepeduliannya kepada
warganya yang sedang menerima cobaan. Sekalipun sedang bekerja
di ladang, di rumah, di perahu, di hutan atau di manapun mereka
berada, apabila suara titih atau berita kematian mereka dengar,
segala kegiatan yang sedang dilakukan ditinggalkan begitu saja,
berduyun-duyun mendatangi rumah duka, untuk memberikan
dukungan moral bagi keluarga yang ditinggalkan.
Kedatangan mereka ke rumah duka dengan membawa
sumbangan duka berupa hasil bumi hasil usaha sendiri. Di rumah
duka, setelah datang mendekati dan melihat wajah jenazah 41 untuk
terakhir kali, mereka mencoba menemui keluarga yang ditinggalkan
untuk menyatakan dukacitanya, biasanya mereka bekerja bahu
membahu, dengan cara gotong royong melakukan sesuatu untuk
meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.
Ada penduduk yang tanpa komando, langsung mengumpulkan
kayu bakar, menyediakan tungku tempat masak memasak,
menggelar tikar, dan banyak kegiatan yang dengan iklas mereka
lakukan. Di rumah duka mereka berusaha untuk menyesuaikan diri
dengan suasana duka, tidak membuat kegaduhan, bicara pelahan,
tanpa menunjukkan kegembiraan.
Jenazah diletakkan di tengah-tengah rumah, dan dikelilingi
oleh kaum kerabat dan keluarga. Peti jenazah dibuat saat itu juga,
bisa dalam bentuk raung, kakurung, runi, atau lainnya 42, yang
disesuaikan dengan kemampuan atau persyaratan adat. Pembuatan
peti mati dilaksanakan dengan cara gotong royong, pada saat itu juga.
Peti mati yang umum dipakai ialah raung, yaitu peti mati yang dibuat
dari batang pohon yang dibelah dua dan di bagian tengah dikerok
untuk tempat meletakkan jenazah.
Pada sore hari, ibu-ibu akan datang dan berkumpul lagi di
rumah duka untuk mandaring atau tidak tidur semalam, untuk
menemani keluarga yang sedang berduka. Aturan tidak tertulis
namun telah disepakati, bahwa apabila seorang telah ikut mandaring

40 Karuau atau mangaruau adalah jerit tangis histeris pada saat terjadi
peristiwa kematian.
41 Diyakini berpahala.
42 Jenis-jenis peti mati.

228
pada hari pertama, maka ia harus juga hadir mandaring di rumah
duka tersebut selama tiga malam terus menerus. Apabila hal ini tidak
ditaati, maka didenda karena telah dianggap melanggar adat.
Pada malam hari, dilaksanakan acara puar atau hapuar yaitu
daun kelapa kering yang masih berlidi atau bambu kering yang dibuat
menyerupai batang lidi, dibakar ujungnya, kemudian ujung yang
berapi disentuhkan ke kulit tubuh pelayat yang malam itu berkumpul
di rumah duka, boleh saling balas membalas atau menghindari
sentuhan. Kegiatan ini menjadikan para pelayat yang mandaring di
rumah duka menjadi tidak mengantuk, karena saling usik dan tidak
boleh ada kemarahan. Pada saat penguburan, semua pelayat yang
hadir dalam upacara akan turut berduka dan menundukkan kepala.

Tiga Tahapan Pelaksanaan Upacara Kematian suku


Dayak

a. Penguburan, menyerahkan arwah yang meninggal kepada Raja


Entai Nyahu yang tugasnya sebagai penjaga kuburan.
b. Tantulak Matei, untuk menjauhkan keluarga dari arwah yang
meninggal dari segala bentuk kesialan dan kematian.
Pemberitahuan kepada Duhung Mama Tandang bahwa seorang
manusia telah meninggal, agar Duhung Mama Tandang turun ke
bumi untuk memandikan arwah dengan Nyalung Kaharingan
Belum dan mengantarkannya ke Lewu Bukit Nalian Lanting
sampai kelak upacara Tiwah dilaksanakan.
c. Upacara Tiwah atau Ijambe atau Wara atau Nyorat 43. Arwah
diantar ke Lewu Liau atau Surga dipandu oleh Rawing Tempun
Telun.

Cara Merawat Jenazah Menjelang Penguburan

Arah meletakkan jenazah untuk laki-laki dan perempuan


berbeda. Jenazah seorang laki-laki, kepala diletakkan arah selatan,
untuk perempuan, kepala diletakkan arah utara.
Setelah dimandikan oleh petugas yang telah ditentukan, lalu
dikenakan pakaian. Setelah itu dibungkus dengan tujuh lapis kain,
pada tangan kiri diletakan telur atau daun sawang, dan tangan kanan
pinang muda atau pinang tua. Pada bagian mata, ditutupi tujuh
lembar potongan kain, dan di atas potongan kain pada lapis teratas,
diletakan batu atau uang putih. Pada lubang telinga dan lubang
hidung, diberi penutup, lalu pada bagian ulu hati diletakan sasari
atau mangkuk kecil. Kemudian dengan lawai atau benang lembut,

43 Upacara Tiwah, lihat halaman lain buku ini.


229
jenazah diikat dari kepala hingga kaki. Ujung benang pengikat kaki,
pada satu kaki diikatkan sepotong perak atau besi, dan kaki satunya
lagi diikatkan sirih pinang dan rokok. Disamping kepala dan kaki
diletakan mangkuk dan piring kecil.
Setelah semuanya siap, seorang perempuan yang telah
ditentukan akan duduk di samping jenazah dan tangannya memegang
daun sawang. Maksudnya menjaga jangan sampai jenazah dihinggapi
lalat. Larangan yang harus ditaati oleh perempuan yang bertugas
duduk disebelah jenazah, adalah pantang makan nasi. Ia hanya boleh
makan sayur mayur selama menunggui jenazah.
Jenis peti mati ditentukan oleh ahli waris dan dibuat bersama-
sama, gotong royong warga kampung. Setelah peti mati selesai
dibuat, diletakan di sebelah jenazah menunggu sampai saatnya
jenazah dimasukan ke dalam peti mati. Barang-barang yang
dimilikinya selama hidup, diletakan di kiri kanannya. Barang-barang
yang diletakan di sebelah kiri, yang antara lain pakaian, mandau,
tombak, besei atau pengayuh, diletakan disebelah kiri, karena
nantinya akan dibawa ke liang kubur untuk kemudian dibawa lagi ke
Lewu Liau atau surga apabila upacara Tiwah telah dilaksanakan.
Barang-barang yang diletakan di sebelah kanan, tidak dibawa ke liang
kubur karena akan ditinggalkan sebagai warisan bagi keluarga yang
ditinggalkan.
Sebelum jenazah dimasukan ke dalam peti jenazah, terlebih
dahulu ahli waris menyediakan :
1). Beras satu mangkuk.
2). Garam satu mangkuk
3). patung dua buah. Yang sebuah terbuat dari batang pisang
dan yang sebuah lagi terbuat dari bambu telang.

Apabila jenazah telah diletakkan di dalam peti mati dan ditaburi


beras dan garam yang telah disediakan, kemudian seorang pisur atau
petugas pelaksana upacara adat, melaksanakan tugasnya memanggil
hambaruan atau semangat yang dimiliki oleh siapapun yang hadir
dalam rumah duka. Lalu semua yang hadir meludahi kedua patung
yang telah disediakan agar segala sial dan niat jahat siapapun yang
hadir tidak terbawa oleh si mati, demikian pula segala sial dan
malapetaka dari si mati jangan mengganggu yang masih hidup.
Segala sial dan malapetaka, hanya akan dibawa dan ditanggung oleh
kedua patung tersebut. Setelah upacara meludahi patung selesai,
barulah barang-barang yang akan dibawa ke liang kubur, dimasukan
ke dalam peti mati, baru kemudian peti mati dipasak atau dipaku.
Ketika jenazah telah dikebumikan, pada hari itu juga, di rumah
duka disediakan dua buah ancak atau palangka atau tempat sesajen
yang telah dilengkapi dengan sajen berupa makanan- makanan

230
tertentu, lalu ancak tersebut digantungkan. Kedua sajen tersebut
ditujukan kepada :
1). Roh baik yang telah mengusahakan segala sesuatunya
hingga berjalan lancar tanpa halangan, maksudnya sebagai
ungkapan terima kasih.
2). Ditujukan kepada Roh jahat agar tidak mengacaukan
suasana dan jangan mengganggu ahli waris dan keluarga
yang sedang dalam keadaan berduka.

Beberapa Cara Penguburan

1). Dibakar, abunya dimasukkan ke sebuah guci lalu disimpan di


depan rumah.
2). Ada yang dalam tiga hari di kubur nguluhpalus, dan dalam waktu
satu sampai tujuh (tidak terbaca, ns) harus diadakan upacara
Tiwah
3). Bilit atau belit Orang yang telah meninggal dimasukkan ke dalam
peti mati yang disebut runi, kemudian digantung di dalam hutan
hingga (tidak terbaca, ns). Setahun kemudian, tulang diambil
untuk ditiwahkan lalu tulang-tulang tersebut disimpan dalam
Sandung Naung.
4). Dihanyutkan dalam air dengan upacara.
5). Niwah Palus. Maksudnya (tidak terbaca, ns) hari setelah
meninggal diadakan upacara Tiwah.

Upacara Tiwah

foto
Persiapan akhir menjelang upacara Tiwah.
( Foto : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut )

foto

Penggalian tulang.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

foto

Membersihkan tulang.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

foto
231
Menikam binatang korban – kerbau.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

foto
Ritual Adat.
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

foto 1 foto 2
Basir .
( Foto : dokumentasi Christian Bela Bangsa, S.T. )

Upacara Tiwah atau Tiwah Lale atau Magah Salumpuk liau


Uluh Matei ialah upacara sakral terbesar untuk mengantarkan jiwa
atau roh manusia yang telah meninggal dunia menuju tempat yang
dituju yaitu Lewu Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Dia
Kamalesu Uhate, Lewu Tatau Habaras Bulau, Habusung Hintan,
Hakarangan Lamiang atau Lewu Liau yang letaknya di langit ke
tujuh.
Perantara dalam upacara ini ialah : Rawing Tempun Telun, Raja
Dohong Bulau atau Mantir Mama Luhing Bungai Raja Malawung
Bulau, yang bertempat tinggal di langit ketiga. Dalam pelaksanaan
tugas dan kewajibannya Rawing Tempun Telun dibantu oleh Telun
dan Hamparung, dengan melalui bermacam-macam rintangan.
Kendaraan yang digunakan oleh Rawing Tempun Telun
mengantarkan liau ke Lewu Liau ialah Banama Balai Rabia, Bulau
Pulau Tanduh Nyahu Sali Rabia, Manuk Ambun. Perjalanan jauh
menuju Lewu Liau meli\ewati empat puluh lapisan embun 44, melalui
sungai-sungai, gunung-gunung, tasik, laut, telaga, jembatan-
jembatan yang mungkin saja apabila pelaksanaan tidak sempurna,
Salumpuk liau yang diantar menuju alam baka tersesat. Pelaksana di
pantai danum kalunen dilakukan oleh Basir dan Balian. Untuk lebih
memahami uraian selanjutnya, beberapa istilah perlu diketahui :

Pengertian yang Perlu Dipahami

1. Jiwa atau Roh.


a. Jiwa/roh manusia yang masih hidup di dunia disebut
Hambaruan atau Semenget.
b. Jiwa/roh orang yang telah meninggal dunia disebut Salumpuk
Liau. Selumpuk Liau harus dikembalikan kepada Hatalla.

44 Nama-nama keempat puluh lapisan embun lihat hal lain buku ini.
232
Prinsip keyakinan Kaharingan menyatakan bahwa tanpa diantar
ke lewu liau dengan sarana upacara Tiwah, tak akan mungkin
arwah mencapai lewu liau. Bila dana belum mencukupi, ada
kematian, pelaksanaan upacara Tiwah boleh ditunda menunggu
terkumpulnya dana dan bertambahnya jumlah keluarga yang
akan bergabung untuk bersama melaksanakan upacara sakral
tersebut. Upacara besar yang berlangsung antara tujuh sampai
empat puluh hari tentu saja membutuhkan dana yang tidak
sedikit, namun karena adanya sifat gotong royong yang telah
mendarah daging, maka segala kesulitan dapat diatasi. Tumbuh
suburnya prinsip saling mendukung dalam kebersamaan
menumbuhkan sifat kepedulian yang sangat mendalam sehingga
kewajiban melaksanakan upacara Tiwah bagi keluarga-keluarga
yang ditinggalkan didukung dan dilaksanakan bersama oleh
mereka yang merasa senasib dan sepenanggungan.
c. Salumpuk Bereng yaitu raga manusia yang telah terpisah dari
jiwa karena terjadinya proses kematian. Setelah mengalami
kematian, salumpuk bereng diletakkan dalam peti mati, sambil
menunggu pelaksanaan upacara Tiwah, salumpuk bereng
dikuburkan terlebih dahulu.
d. Pengertian dosa
Tiga hukuman dosa yang harus ditanggung oleh Salumpuk liau
akibat perbuatan semasa hidupnya :
1). Merampas, mengambil isteri orang, mencuri dan
merampok. Hukuman yang harus dijalani oleh Salumpuk
liau untuk perbuatan ini ialah menanggung siksaan di Tasik
Layang Jalajan. Untuk selamanya mereka akan menjadi
penghuni tempat tersebut. Di tempat itu pula Salumpuk liau
harus mengangkat barang-barang yang telah dicuri atau
dirampok ketika hidup di dunia. Barang-barang curian
tersebut akan selalu dijunjung sampai pemilik barang yang
barangnya dicuri meninggal dunia.
2). Ketidakadilan dalam memutuskan perkara bagi mereka
yang berwewenang memutuskannya, yaitu para kepala
kampung, kepala suku dan kepala adat. Mereka juga akan
dihukum di Tasik Layang Jalajan untuk selamanya dalam
rupa setengah kijang dan setengah manusia.
3). Tindakan tidak adil atau menerima suap atau uang “Sorok“
bagi mereka yang bertugas mengadili perkara di Pantai
Danum Kalunen (dunia). Mereka akan dimasukkan ke
dalam goa-goa kecil yang terkunci untuk selamanya.

2. Jenis dan Nama Peti Mati :

233
a. Runi yaitu jenis peti mati yang terbuat dari batang kayu bulat,
bagian tengahnya dibuat berongga/diberi lubang dan ukuran
lubang tengah disesuaikan dengan ukuran salumpuk bereng yang
akan diletakkan di situ.
b. Raung yaitu peti mati terbuat dari kayu bulat, seperti peti mati
pada umumnya, ada tutup peti pada bagian atas.
c. Kakurung, yaitu jenis peti mati pada umumnya terbuat dari
papan persegi empat panjang, dengan tutup dibagian atas.
d. Kakiring, peti mati berbentuk dulang tempat makanan babi,
kakinya berbentuk tiang panjang ukuran satu depa.
e. Sandung, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi, dengan
empat tiang.

foto

Sandung
( Foto : dokumentasi kel Tjilik Riwut ).

f. Sandung Raung, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi,


dengan enam tiang.
g. Sandung Tulang, berbentuk rumah kecil berukuran tinggi,
dengan satu tiang.
h. Sandung Rahung, umumnya digunakan oleh mereka yang mati
terbunuh. Sandung Rahung juga disebut Balai Telun karena
Rawing Tempun Telun akan memberikan balasan kepada si
pembunuh.
i. Tambak, di kubur di dalam tanah bentuknya persegi empat.
j. Pambak, juga dikubur dalam tanah, namun bentuknya sedikit
berbeda dengan Tambak.
k. Jiwab, bentuknya menyerupai sandung namun tanpa tiang.
l. Sandung Dulang, tempat menyimpan abu jenazah.
m. Sandung Naung, tempat menyimpan tulang belulang.
n. Ambatan, patung-patung yang terbuat dari kayu dan diletakan
disekitar sandung.
o. Sapundu, patung terbuat dari kayu berukuran besar dan
diletakan di depan rumah.

foto
Sapondu
( Foto : Dokumentasi Keluarga Tjilik Riwut)

p. Sandaran Sangkalan Tabalien yaitu patung besar jalan ke


langit.

234
q. Pantar Tabalien yaitu Pantar kayu jalan ke lewu liau.
r. Sandung Balanga, yaitu belanga tempat menyimpan abu
jenazah.

Upacara Tiwah adalah upacara sakral terbesar yang beresiko


tinggi, maka pelaksanaan dan persiapan segala sesuatunya harus
dilakukan dengan benar-benar cermat, karena kalau terjadi
kekeliruan atau pelaksanaan tidak sempurna, para ahli waris yang
ditinggalkan akan menanggung beban berat, diantaranya :

1). Pali akan pambelum itah harian 45.


2). Tau pamparesen itah limbah gawie toh 46.
3). Indu kakicas, pambelum itah harian andau 47.

Banyak persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya harus


tersedia hewan korban seperti kerbau, sapi, babi, ayam, bahkan di
masa yang telah lalu persyaratan yang tersedia masih dilengkapi lagi
dengan kepala manusia. Makna persembahan kepala manusia ialah
ungkapan rasa hormat dan bakti para ahli waris kepada salumpuk
liau yang siap diantar ke Lewu Liau. Mereka yakin bahwa kelak di
kemudian hari apabila salumpuk liau telah mencapai tempat yang
dituju yaitu Lewu Liau, maka sejumlah kepala yang dipersembahkan,
sejumlah itu pula pelayan yang dimilikinya kelak. Mereka yang
terpilih dan kepala mereka yang telah dipersembahkan dalam
upacara sakral tersebut, secara otomatis Salumpuk liau-nya akan
masuk Lewu Liau tanpa harus di-tiwah-kan walau keberadaan
mereka di Lewu Liau hanya sebagai pelayan. Namun di masa kini hal
tersebut telah tidak berlaku lagi. Kepala manusia digantikan oleh
kepala kerbau atau kepala sapi.

Pelaksana upacara sakral

1. Balian

Balian adalah seorang perempuan yang bertugas sebagai


mediator dan komunikator antara manusia dengan makhluk lain
yang keberadaannya tidak terlihat oleh kasat mata jasmani manusia.
Balian menyampaikan permohonan-permohonan manusia kepada
Ranying Hatalla dengan perantaraan roh baik yang telah menerima
tugas khusus dari Ranying Hatalla untuk mengayomi manusia.

45 Jauh rezeki di masa mendatang.


46 Kesehatan terganggu.
47 Menanggung kutukan untuk masa-masa mendatang.

235
Tidak setiap orang sekalipun berusaha keras, mampu melakukan
tugas dan kewajiban sebagai Balian. Biasanya hanya orang-orang
terpilih saja. Adapun tanda-tanda yang mungkin dapat dijadikan
pedoman kemungkinannya seorang anak kelak dikemudian hari bila
telah dewasa menjadi seorang Balian, antara lain apabila seorang
anak perempuan lahir bungkus yaitu pada saat dilahirkan plasenta
anak tidak pecah karena proses kelahiran, namun lahir utuh
terbungkus plasentanya, juga sikap dan tingkah laku anak sejak kecil
berbeda dengan anak-anak pada umumnya, ia pun banyak
mengalami peristiwa-peristiwa tidak masuk akal bagi lingkungannya.

2. Basir.
Basir seperti halnya Balian adalah mediator dan komunikator
manusia dengan makhluk lain yang keberadaannya tidak terlihat oleh
mata jasmani. Di masa silam, Basir selalu seorang laki-laki yang
bersifat dan bertingkah laku seperti perempuan, namun untuk masa
sekarang hal tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dalam dunia spiritual
Basir memiliki kemampuan lebih, dalam hal pengobatan, khususnya
penyembuhan penyakit yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
mistik.

3. Telun atau Pisur


Telun atau Pisur48 adalah pangkat atau jabatan dalam agama
Kaharingan. Telun bertugas hanya akan hal-hal yang berkaitan
dengan upacara-upacara adat keagamaan. Telun tidak termasuk
dalam jabatan atau anggota Kerapatan Adat. Dengan demikian Telun
tidak punya suara dalam Putusan Kerapatan Adat.

4. Mahanteran
Mahanteran atau Manjangen adalah mediator dan komunikator
manusia dengan Rawing Tempun Telun. Biasanya seorang
Mahanteran atau Manjangen, selalu duduk di atas gong, sambil
memegang duhung dan batanggui sampule dare 49.

Proses Pelaksanaan Upacara Tiwah

Diawali dengan musyawarah para Bakas Lewu 50, yang hasilnya


diumumkan bahwa dalam waktu dekat akan diadakan Upacara

48 Sebutan Telun untuk daerah Kahayan, dan Pisur untuk daerah Katingan.
49 Tutup kepala sejenis topi.
50 Sesepuh kampung

236
Tiwah 51, sehingga siapapun yang berniat meniwahkan keluarganya
mengetahui dan dapat turut serta. Setelah diumumkan, siapapun
yang ingin bergabung terlebih dahulu harus menyatakan niatnya
dengan menyebutkan jumlah salumpuk liau yang akan diikutsertakan
dalam upacara Tiwah. Setelah pendataan jumlah salumpuk liau yang
akan bergabung untuk diantarkan ke Lewu Liau, barulah ditentukan
dengan pemilihan siapa dari para Bakas Lewu yang pantas menjadi
“Bakas Tiwah” 52.
Setelah pemilihan Bakas Tiwah, barulah pembicaraan lebih
detail dilaksanakan. Detail pembicaraan antara lain menyangkut
jumlah kesanggupan yang akan diberikan oleh pihak-pihak keluarga
yang telah menyatakan diri akan bergabung. Kesanggupan itu
menyangkut masalah konsumsi, hewan-hewan yang akan
dipersembahkan sebagai korban juga bersama memutuskan siapa
pelaksana Upacara Tiwah itu nantinya, apakah Mahanteran atau
Balian.
Disamping ditawarkan kebutuhan-kebutuhan upacara Tiwah
sesuai dengan kemampuan masing-masing keluarga salumpuk liau,
masih ada beberapa persyaratan yang wajib harus disediakan oleh
pihak keluarga. Salah satunya, minimal wajib menyediakan seekor
ayam untuk setiap Salumpuk liau. Upacara diadakan di rumah Bakas
Tiwah, dengan waktu pelaksanaan ditentukan musyawarah. Pada
hari yang ditentukan, semua keluarga berkumpul di rumah Bakas
Tiwah.

Hari pertama :
Upacara diawali dengan mendirikan sebuah bangunan berbentuk
rumah yang dinamakan Balai Pangun Jandau yang artinya
mendirikan balai hanya dalam satu hari. Persyaratan yang harus
dipenuhi ialah seekor babi yang harus dibunuh sendiri oleh Bakas
Tiwah. Setelah Balai Pangun Jandau selesai dibangun, Bakas Tiwah
melakukan Pasar Sababulu yaitu memberikan tanda buat barang-
barang yang akan digunakan untuk upacara Tiwah nantinya dan
menyediakan Dawen Silar yang nantinya akan digunakan untuk
Palas Bukit.

Hari kedua :
Hari kedua mendirikan Sangkaraya Sandung Rahung yang
diletakkan di depan rumah Bakas Tiwah, gunanya untuk menyimpan
tulang belulang masing-masing salumpuk liau. Setelah itu seekor

51 Pada umumnya pelaksanaan upacara Tiwah dilaksanakan secara gotong


royong, ditanggung bersama oleh beberapa keluarga yang bergabung
untuk secara bersama-sama Meniwahkan sanak keluarganya.
52 Ketua dan penanggung jawab.

237
babi dibunuh diambil darahnya untuk memalas Sangkaraya
Sandung Rahung. Di sekitar Sangkaraya Sandung Rahung dipasang
bambu kuning dan lamiang atau Tamiang Palingkau, juga kain-kain
warna kuning dan bendera Panjang Ngambang Kabanteran Bulan
Rarusir Ambu Ngekah Lampung Matanandau 53.
Di hari kedua ini alat-alat musik bunyi-bunyian seperti gandang,
garantung, kangkanung, toroi, katambung dan tarai mulai
dibunyikan. Namun terlebih dahulu semua peralatan musik, juga
semua perkakas yang akan digunakan dalam upacara Tiwah dipalas
atau disaki dengan darah binatang yang telah ditentukan.
Pada hari itu pula seorang Penawur mulai melaksanakan
tugasnya menawur untuk menghubungi salumpuk liau yang akan
diikutsertakan dalam upacara Tiwah tersebut agar mengetahui dan
memohon izin kepada para Sangiang, Jata, Naga Galang Petak,
Nyaring, Pampahilep. Juga pemberitahuan diberikan kepada
Sangumang, Sangkanak, Jin, Kambe Hai, Bintang, Bulan, Patendu,
Jakarang Matanandau.
Mereka yang hadir dalam acara tersebut berbusana Penyang
Gawing Haramaung, Baju Kalambi Barun Rakawan Salingkat
Sangkurat, Benang Ranggam Malahui, Ewah Bumbun dengan
memakai ikat kepala atau Lawung Sansulai Dare Nucung Dandang
Tingang, serta di pinggang diikat dohong Sanaman Mantikei. Pada
leher dikalungkan Lamiang Saling Santagi Raja. Ketika bendera
dinaikkan di atas sangkaraya, mereka yang hadir baik laki-laki atau
perempuan, tua, muda, berdiri mengelilingi sangkaraya, dilanjutkan
Menganjan54 untuk menyambut dan menghormati para Sangiang
yang telah hadir bersama mereka untuk mengantarkan Salumpuk
liau menuju Lewu Liau.

foto
Manganjan
(Foto : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut

Hari ketiga:
Pada hari ketiga, babi, sapi atau kerbau diikat di tiang
Sangkaraya. Kemudian tarian Manganjan diawali oleh tiga orang
yang berputar mengelilingi Sangkaraya. Semua bunyi-bunyian saat
itu ditabuh, pekik sorak kegembiraan terdengar disana-sini, suasana

53 Bendera panjang warna kuning bergambar bulan ditengahnya dengan


gambar sinar matahari dari atas.
54 Tarian sakral mengelilingi Sangkaraya

238
meriah riang gembira. Pada hari itu beras merah dan beras kuning
ditaburkan ke arah atas. Setelah Menganjan selesai, mulailah acara
membunuh binatang korban. Darah binatang yang dibunuh
dikumpulkan pada sebuah sangku dan akan digunakan untuk
membasuh segala kotoran. Diyakini bahwa darah binatang yang
dikorbankan tersebut adalah darah Rawing Tempun Telun yang telah
disucikan oleh Hatalla. Kemudian darah tersebut digunakan untuk
menyaki dan memalas semua orang yang berada dalam kampung
tersebut, juga memalas batu-batuan, pangantuhu, minyak
sangkalemu, minyak tatamba, ramu, rakas, mandau, penyang,
karuhei, tatau serta semua peralatan yang digunakan dalam upacara
Tiwah itu. Di samping untuk memalas, darah binatang korban tadi
juga dicampur beras, kemudian dilemparkan ke atas, serta segala
penjuru, juga ke arah mereka yang hadir dalam upacara. Dengan
melempar beras yang telah dicampur darah Rawing Tempun Telun
tersebut diharapkan semua jadi baik, jauh dari segala penyakit dan
gangguan, panjang umur dan banyak rezeki.

Hari ke empat
Pada hari empat ini diyakini bahwa Salumpuk liau pun turut
hadir serta aktif berperan serta dalam perayaan Tiwah tersebut
namun kehadirannya tidak terlihat oleh mata jasmani. Salumpuk liau
jadi semakin bahagia dan gembira ketika para keluarga, baik ayah,
ibu, anak, paman, bibi, kakek neneknya hadir berkumpul di situ, dan
menemui mereka yang hadir dalam perayaan tersebut, mereka
menggosokkan air kunyit ke telapak tangan dan kaki mereka yang
hadir, menuangkan minyak kelapa di kepala para tamu, sambil
menuangkan baram dan anding 55 serta menawarkan ketan, nasi,
kaki ayam, serta lemak babi yang diakhiri dengan menyuguhkan
rokok dan sipa 56.
Setelah itu di dekat Sangkaraya didirikan tiang panjang
bernama Tihang Mandera yang maknanya pemberitahuan kepada
siapapun yang datang ke kampung tersebut bahwa dalam kampung
tersebut sedang berlangsung pesta Tiwah, berarti kampung tersebut
tertutup bagi lalu lintas umum. Mereka yang belum memenuhi
persyaratan yang harus dilakukan dalam pesta Tiwah, antara lain
belum disaki atau dipalas 57 dilarang menginjakkan kaki di kampung
itu. Tidak mentaati aturan, resiko tanggung sendiri. kemungkinan
ditangkap, pada hari itu pula dibunuh lalu ditaruh di Sangkaraya,
dipotong kepalanya sebagai pelengkap upacara Tiwah.

55 Sejenis minuman yang mengandung alkohol.


56 Makan sirih
57 berkaitan dengan hukum pali.

239
Kemudian seorang penawur duduk di atas gong, sambil
manangking Dohong Nucung Dandang Tingang. Pertama-tama
penawur berkomunikasi dengan semua orang yang telah meninggal
dunia untuk memberitahukan bahwa mereka yang nama-namanya
disebut akan diantarkan ke Lewu Liau. Kemudian berkomunikasi
dengan para Sangiang, Jata, untuk memohon perlindungan bagi
semua sanak keluarga salumpuk liau yang ditiwahkan serta para
hadirin yang hadir dalam upacara tersebut agar dijauhkan dari sakit
penyakit serta jauh dari kesusahan selama terlaksananya upacara
Tiwah tersebut.
Komunikasi selanjutnya ditujukan kepada setan-setan, kambe
dan jin-jin agar tidak mengganggu jalannya upacara, jangan sampai
terjadi kematian mendadak, orang terluka, sakit, jangan terjadi tulah
malai dan jangan sampai terjadi perkelahian. Setelah itu Antang 58
penghuni Tumbang Lawang Langit dipanggil untuk mengamati,
serta menjaga kemungkinan datangnya musuh yang berniat
mengganggu proses pelaksanaan upacara sakral tersebut. Setelah itu
burung elang datang dan terbang melayang-layang di diatas tempat
upacara Tiwah berlangsung untuk mengawasi suasana serta menjaga
keamanan kampung itu.
Kemudian pada bangunan Balai Pangun Jandau diletakkan
sebuah gong yang berisi beras kuning, rokok, sirih, maksudnya
sebagai parapah59 bagi tamu-tamu dan para ahli waris Salumpuk
liau yang sedang di-tiwah-kan juga diikat Sulau Garanuhing.
Selanjutnya penawur berkomunikasi kepada Gunjuh Apang
Pangcono yaitu “Raja Pali“ Sang Penguasa segala bentuk larangan
yang harus ditaati penduduk bumi. Pemberitahuan dan permohonan
izin pelaksanaan Tiwah yang dilaksanakan selama tujuh atau empat
puluh hari dimaksud untuk menghindari kesalahpahaman Raja Pali
akan peristiwa sakral tersebut.
Proses selanjutnya didirikan Hampatung Halu, yang diikat
sebutir manik hitam dengan tengang beliat 60 yang ditanam pada
tanah perbatasan kampung dimana upacara Tiwah sedang
dilangsungkan dengan perkampungan lain yang tidak sedang
mengadakan upacara Tiwah. Sejak hari itu hukum pali mulai
dilaksanakan oleh para ahli waris Salumpuk liau. Batas waktu
pelaksanaan hukum pali telah ditentukan yang artinya bukan
selamanya.
Adapun larangan-larangan itu adalah sebagai berikut :
1. Pali makan rusa – dilarang makan rusa.

58 Burung Elang.
59 Persembahan
60 Benang liat-lentur.

240
2. Pali makan kijang.
3. Pali makan kancil/pelanduk
4. Pali makan kelep61 dan kura-kura.
5. Pali makan kera.
6. Pali makan Beruk 62
7. Pali makan Buhis 63
8. Pali makan Kalawet 64
9. Pali makan Burung Tingang /Burung Enggang.
10. Pali makan Burung Tanjaku.
11. Pali makan Ahom 65.
12. Pali makan Mahar66.
13. Pali makan Ular.
14. Pali makan Tahatung.67
15. Pali makan Angkes.
16. Pali makan buah rimbang.
17. Pali makan daun keladi.
18. Pali makan ujau.
19. Pali makan dawen bajai- daun bajai.

Selain larangan menyantap beberapa jenis binatang dan


tumbuh-tumbuhan, juga ada pali berkelahi. Bila terjadi perkelahian
maka mereka yang berkelahi wajib membayar denda kepada Bakas
Tiwah Jipen ije 68 dan kewajiban potong babi, darah babi digunakan
untuk menyaki mereka yang berkelahi.

Hari keempat :
Kanjan diawali oleh empat orang.

Hari kelima :
Hari ini Pantar Tabalien didirikan. Pantar Tabalien yaitu jalan
yang akan dilalui salumpuk liau menuju Lewu Liau, berbentuk tiang
yang terbuat dari kayu ulin atau kayu besi yang menjulang tinggi ke
atas, dengan tinggi mencapai 50 sampai 60 meter dari tanah.
Pada hari ini pula hewan-hewan yang dikorbankan yaitu kerbau
atau sapi diikat di sapundu dan mereka yang hadir mengelilingi
sapundu tersebut, menganjan tanpa henti baik siang maupun malam.

61 Bidawang.
62 Sejenis kera.
63 Sejenis kera
64 Sejenis kera.
65 Sejenis tenggiling.
66 Sejenis musang.
67 Landak.
68 Jipen satu

241
Saat itu pula Sandung dan Pambak tempat menyimpan salumpuk
bereng mulai dibuat, yang setelah siap terlebih dulu dipalas dengan
darah kerbau, sapi atau babi. Kemudian selama tujuh hari Sandung
tersebut dipali yaitu selama tujuh hari mereka yang lalu lalang di
kampung tersebut terkena pali dan wajib menyerahkan sesuatu
miliknya berupa benda apa saja untuk menetralisir pali yang
menimpanya. Kemudian Talin Pali 69 diputuskan.
Sebuah Tajau atau belanga dengan ukuran besar dan mahal
harganya diletakkan disamping patung besar yang terbuat dari kayu,
namanya Sandaran Sangkalan Tabalien, Ingarungkung dengan
Lalang Pehuk Barahan. Keyakinan suku Dayak belanga berasal dari
langit ketujuh oleh karena itu siapapun yang ingin diantar ke Lewu
Liau yang terletak di langit ketujuh wajib memenuhi persyaratan
sebuah belanga, dan tentu saja juga menyediakan binatang-binatang
korban karena sejak hari ke lima dan seterusnya akan banyak
masyarakat berdatangan, berkumpul, bergabung menganjan
mengelilingi hewan-hewan yang akan dikorbankan, baik siang
maupun malam untuk menghormati Salumpuk liau yang segera akan
dihantar ke tujuan. Keperluan masak memasak lebih dilengkapi lagi,
bambu dan daun itik mulai dikumpulkan karena makanan akan
dimasak di dalam bambu, kemudian dibungkus dengan daun itik.

Puncak Upacara

Terlebih dahulu oleh Bakas Tiwah, Basir dikenakan pakaian


khusus yang memang telah dipersiapkan untuk upacara. Penawur
dan masyarakat yang hadir untuk menyaksikan upacara telah
berkumpul di Balai. Basir dan Balian didudukkan diatas Katil Garing
dan siap memegang sambang/ ketambung 70. Posisi duduk Basir di
tengah dan diapit oleh dua orang, serta empat orang duduk di
belakangnya. Penawur mengawali Tatulak Balian yang artinya
buang sial, maksudnya membuang segala bencana yang mungkin
terjadi selama prosesi sakral berlangsung.
Salah satu persyaratan yang diminta oleh Hatalla dengan
perantaraan Rawing Tempun Telun kepada mereka yang
melaksanakan upacara Tiwah ialah sifat ksatria, memiliki keberanian
luar biasa, gagah perkasa pantang menyerah. Sikap ini diekspresikan
dengan datangnya sebuah Lanting Rakit dari sebelah hulu.
Kedatangan rombongan tamu saat upacara Tiwah dengan membawa
binatang-binatang korban seperti kerbau, sapi, babi, ayam, tidak

69 Tali pali.
70 Alat musik sejenis gendang berukuran kecil.
242
begitu saja diterima. Mereka yang datang, terlebih dahulu di uji
keberaniannya.
Begitu rombongan tamu turun dari lanting rakit yang
ditumpangi, mereka disambut dengan laluhan, taharang dan
manetek pantan. Batang kayu bulat yang panjangnya dua meter,
diikat melintang pada tiang setinggi pinggang dan diletakkan di
depan rumah Bakas Tiwah. Kepada tamu yang datang, Bakas Tiwah
bertanya asal usul rombongan yang baru saja datang, tujuan
kedatangan juga nama dan jenis binatang yang dibawa.
Kemudian rombongan tamu akan menjawab pertanyaan tersebut
bahkan tidak lupa menceritakan tindak kepahlawanan yang pernah
mereka lakukan. Untuk membuktikan kebenaran perkataan mereka,
Bakas Tiwah meminta kepada para tamunya untuk memotong kayu
penghalang yang ada di depan mata mereka. Bila mampu memotong
hingga patah berarti benar mereka adalah para ksatria yang memiliki
keberanian luar biasa, gagah perkasa pantang menyerah, baru
kemudian mereka dipersilahkan bergabung.

Hari ketujuh yang disebut hari manggetu rutas pakasindus


yaitu hari melepaskan segala kesialan kawe rutas matei, pada hari
ketujuh inilah salumpuk liau mengawali perjalanan menuju Lewu
Liau diawali dengan penikaman dengan menggunakan tombak atau
lunju pada binatang korban yang telah dipersiapkan, dan diikat di
sapundu tempat dimana masyarakat yang hadir telah menganjan
siang malam tanpa henti.
Tidak setiap orang diperkenankan menikam binatang korban,
semua ada aturannya.
Cara pertama :
1). Bakas Tiwah menikam lambung kanan, dinamakan kempas
bunuhan. Ia berhak mendapatkan paha kanan dari binatang yang
ditombaknya.
2). Seorang perempuan ahli waris salumpuk liau, bekas tikamannya
disebut pekas bunuhan. Ia berhak mendapatkan paha kiri dari
binatang yang telah ditombaknya
3). Salah seorang wakil masyarakat yang hadir dalam upacara. Bekas
tikamannya disebut timbalan bunuhan. Ia berhak mendapatkan
dada dan jantung binatang korban yang telah ditombaknya.

Cara kedua :
1). Tikaman pertama dilaksanakan oleh Bakas Tiwah, kemudian ia
berhak menerima paha kanan binatang yang telah ditombaknya.
2). Tikaman kedua oleh kepala rombongan yang datang dengan
lanting rakit dan telah berhasil memotong pantan, ia berhak
mendapat paha kiri binatang yang ditombaknya.

243
3). Tikaman ketiga oleh Bakas Lewu, kemudian ia berhak
mendapatkan dada dan jantung binatang yang ditombaknya.

Disusul dengan Kanjan Hatue yaitu tarian kanjan yang hanya


dilakukan oleh laki-laki. Selesai kanjan hatue dilanjutkan acara
masak memasak mempersiapkan makanan untuk Sangiang,
Nyaring, Pampahilep, Sangkanak, kambe, burung bahotok, burung
papau, burung Antang.
Ada ketentuan cara memberi makan kepada mereka yang tidak
terlihat mata jasmani yaitu dilempar ke arah bawah ditujukan kepada
salumpuk liau yang sedang diantar ke Lewu Liau, lemparan ke arah
kanan ditujukan kepada Raja Untung dan para Sangiang. Lemparan
ke arah belakang ditujukan kepada Raja Sial. Kemudian diulangi lagi,
ke arah belakang ditujukan kepada Sangumang dan Sangkanak, ke
arah atas ditujukan kepada Bulan, Bintang, Matahari, Patendu, Kilat
dan Nyahu. Selesai acara pemberian makan kembali masyarakat yang
hadir berkumpul.
Tibalah saatnya salumpuk bereng digali/diambil dari tempat
penyimpanan sementara. Tulang belulang yang ditemukan
dikumpulkan, dan pada hari itu pula dimasukkan dalam tambak atau
pambak atau sandung 71. Kemudian pantar didirikan dan dilanjutkan
hajamuk atau hapuar. Upacara dianggap selesai apabila seluruh
prosesi upacara telah dilaksanakan lengkap, dengan demikian
keluarga yang ditinggalkan merasa lega karena telah berhasil
melaksanakan tugas dan kewajibanya kepada orang-orang yang
dicintai. Salumpuk liau telah sampai ke tempat yang dituju yaitu
Lewu Liau.
Setelah hari ketujuh, Basir dan Balian diberi kesempatan
beristirahat namun hanya sehari saja karena setelah itu acara akan
dilanjutkan lagi selama tiga hari berturut-turut. Maksud acara
lanjutan yang juga dilengkapi dengan potong babi, minum
tuak/baram adalah ungkapan rasa syukur dan terima kasih oleh ahli
waris salumpuk liau kepada para tamu yang telah hadir bersama
mereka. Terima Kasih dan selamat jalan, itulah ungkapan yang ingin
mereka sampaikan. Kepada Rawing Tempun Telun tidak lupa
mereka selalu mohon perlindungan. Pada hari yang sama diadakan
juga acara Balian Balaku Untung yaitu dengan perantaraan Rawing
Tempun Telun mohon rezeki kepada Hatalla.
Sebagai ungkapan terima kasih kepada Basir, Balian,
Mahanteran dan Penawur yang telah terlibat aktif sebagi perantara
dalam semua prosesi upacara demi mengantarkan salumpuk liau ke

71 Ahli waris yang memilih dan menentukan peti mati jenis apa yang akan
digunakan.
244
lewu liau, tanda mata diberikan kepada mereka, bahkan ketika
mereka yang melaksanakan upacara akan pulang ke kampung dan
rumah mereka masing-masing, masyarakat yang telah turut hadir
dalam upacara Tiwah berbondong-bondong mengantarkan mereka
sampai ketempat yang dituju.

Balian Balaku Untung 72

Merupakan salah satu upacara adat yang bertujuan meminta


umur panjang, banyak rezeki serta mendapat berkat dari Ranying
Hatalla. Permohonan kepada Hatalla tersebut mereka lakukan
dengan perantaraan Rawing Tempun Telun yang dalam upacara
Balian Balaku Untung disebut Mantir Mama Luhing Bungai.
Dalam upacara ini persyaratan yang lazim disediakan ialah
bawui buku baputi atau babi kerdil yang berwarna putih. Namun
boleh juga kerbau atau sapi. Setelah segala macam persyaratan dan
sesajen disiapkan, upacara segera dimulai. Diawali dengan seorang
penawur, yang dengan sarana beras, menabur-naburkan beras ke
segala arah. Dengan perantaraan seorang penawur, mereka
memohon kepada roh beras yang ditawurkannya untuk
menyampaikan kepada Mantir Mama Luhing Bungai agar bersedia
turun ke bumi untuk menyampaikan persembahan mereka kepada
Penguasa Alam.
Tidak lupa dengan perantaraan penawur pula mereka
memohon izin kepada salumpuk liau atau jiwa-jiwa orang yang telah
meninggal dunia bahwa di bumi sedang diadakan upacara Balian
Balaku Untung. Juga disebutkan alasan upacara tersebut mereka
adakan. Adapun alasannya karena sebagai manusia yang masih harus
melanjutkan hidupnya di Pantai Danum Kalunen, mereka masih
membutuhkan rezeki dan umur panjang.
Setelah roh beras yang ditawurkan naik menuju ke tempat
Mantir Mama Luhing Bungai di Batang Danum Jalayan di langit
ketiga yaitu di negeri Batu Nindan Tarung, pesan dan tujuan
dilaksanakannya upacara adat tersebut disampaikan. Setelah
dipahami maksud dan tujuannya, kemudian beberapa Sangiang
mengambil alih tugas tersebut. Sangiang-sangiang itulah yang
nantinya menjadi perantara manusia menuju Tahta Ranying
Hatalla.
Para Sangiang yang sering kali terlibat dalam melaksanakan
tugas tersebut, antara lain:
1. Mantir Mama Luhing Bungai.

72 Meminta Untung
245
2. Raja Tabela Basandar Ranjan Kanarohan Rinyit
Kangantil Garantung.
3. Tarung Lingu, Kanyumping Linga, Asun Tandang
Panangkuluk Enteng.
4. Bulan Pangajin Sambang Batu Bangkalan Banama.
5. Balu Indu Iring Penyang.
6. Haramaung Lewu Danum Jalayan.
7. Pambujang Linga.
8. Pambujang Hewang.

Sangiang-Sangiang yang bersedia menjadi perantara tersebut


akan langsung turun ke bumi dan memasuki rumah tempat upacara
dilaksanakan. Mereka tidak lama berada di rumah tersebut karena
harus segera mengantarkan korban persembahan serta permohonan
manusia ke hadirat Penguasa Alam. Mereka naik ke atas menuju
langit ketujuh dengan melalui empat puluh lapisan embun.
Setelah melewati empat puluh lapisan embun, barulah mereka
mencapai langit pertama, lalu langit kedua dan seterusnya. Setiap
langit ada penjaga pintu gerbang, dan setiap penjaga gerbang berhak
pula menerima sesajen yang khusus telah disiapkan bagi mereka.
Apabila sesajen diterima dengan baik, lalu mereka menukar sesajen
tersebut dengan Bulau Untung Panjang 73. Lalu mengutus salah
seorang dari penjaga pintu gerbang setiap lapisan langit bergabung
dalam rombongan untuk turut serta mengantarkan Bulau Untung
Panjang menuju Tahta Ranying Hatalla.
Dengan demikian setiap melewati lapisan langit, jumlah
rombongan menjadi semakin besar karena dari setiap langit yang
dilalui, seorang sangiang akan turut serta. Dengan demikian setelah
mencapai langit keenam, jumlah rombongan sangiang yang dipimpin
oleh Rawing Tempun Telon atau Mantir Mama Luhing Bungai telah
bertambah enam orang. Menjelang pintu ke tujuh, Raja Anging
Langit telah menunggu di depan pintu gerbang langit ke tujuh untuk
mengucapkan salam. Bersama Raja Anging Langit, turut serta Indu
Sangumang yang nantinya akan bertugas mengetuk Pintu Tahta
Kerajaan Ranying Hatalla.
Setelah memasuki pintu langit ketujuh, lalu ke Tasik
Malambung Bulau, Tumbang Batang Danum Kamandih Sambang,
Gohong Rintuh Kamanjang Lohing tempat tinggal Tamanang
Handut Nyahu dan Kereng Tatambat Kilat Baru Tumbang Danum
Nyarangkukui Nyahu Gohong Nyarabendu Kilat, tempat Raja
Sapaitung Andau. Baru kemudian menuju Bukit Bulau Nalambang
Kintan Tumbang Danum Banyahu.

73 Kepingan emas pembawa rezeki.


246
Setelah itu menuju Bukit Tunjung Nyahu Harende Kereng
Sariangkat Kilat. Disinilah Banama Tingang 74, kendaraan
berbentuk perahu yang mereka tumpangi berhenti. Hanya tiga dari
rombongan Sangiang tersebut yang melanjutkan perjalanannya
menuju Tahta Ranying Hatalla.
Mereka adalah :
1. Mantir Mama Luhing.
2. Raja Tunggal sangumang.
3. Indu Sangumang.
Anggota rombongan lainnya hanya sampai di tempat tersebut
dan harus bersabar menantikan ketiga temannya melanjutkan
perjalanan menuju Tahta Ranying Hatalla.
Sambil membawa Bulau Gantung Panjang atau Batun Bulau
Untung yang telah diserahkan oleh para penjaga lapisan langit,
ketiganya menuju ke tempat Raja Sagagaling Langit di Bukit
Bagantung Langit, untuk membersihkan Bulau Batu Untung yang
mereka bawa tersebut.
Dari tempat itu mereka pergi lagi menuju Bukit Garinda Hintan
tempat Angui Bungai Tempulengai Tingang, lauk Angin Manjala
Buking Tapang untuk mangarinda Bulau Batu Untung. Setelah itu
dengan menumpang Lasang Nyahu, yaitu sejenis perahu yang melaju
cepat, mereka menuju Bukit Hintan Bagantung Langit tempat
kediaman Raja Mintir Langit. Di sana mereka membuka gedung
tujuh tempat Putir Sinta Kameluh( . . . tidak terbaca, ns).
Lalu Indu Sangumang mengetuk pintu, kemudian masuk dan
menghadap Singgasana Ranying Hatalla. Indu Sangumang
memohon berkat bagi Bulau Batu Untung (. . . tidak terbaca, ns.)
setelah berkat diberikan mereka kembali menuju arah Bukit Tunjung
Nyahu, dan di tempat tersebut telah menunggu 40 Mantir Untung
yang langsung meletakkan Bulau Batu Untung pada kendarah cinta
kasih yang tak dapat direnggangkan oleh kekuatan apapun jua.
Dengan demikian proses tugas para Sangiang telah selesai dan
mereka kembali ke dunia dengan melalui tujuh lapisan langit, empat
puluh lapisan embun, langsung menuju rumah di mana upacara
sedang berlangsung.
Setelah menjelaskan segala sesuatunya kepada perantara dalam
hal ini balian, maka para Sangiang pamit untuk kembali ke tempat
mereka masing-masing, namun terlebih dahulu mereka menyantap
sesajen yang telah disediakan khusus bagi mereka pada sebuah
kamar.
Untuk pengecekan apakah permohonan tersebut dikabulkan
atau ditolak dengan cara sebagai berikut:

74 Kendaraan yang digunakan adalah sejenis perahu.


247
Sebelum upacara dimulai, disediakan rotan yang panjangnya
tujuh depa dan beras tujuh sukat. Panjang rotan benar-benar telah
diukur oleh tukang tawur atau balian, panjangnya tujuh depa
dengan disaksikan oleh banyak orang. Begitu pula beras sebanyak
tujuh sukat. Setelah upacara selesai, diadakan pengecekan ulang.
Apabila ukuran rotan menjadi lebih panjang yaitu lebih dari tujuh
depa seperti hasil pengukuran semula, begitu juga jumlah beras lebih
dari tujuh sukat, berarti permohonan mereka diterima dengan baik.
Permohonan telah dikabulkan. Akan tetapi apabila setelah diukur
kembali panjang rotan kurang dari tujuh depa, begitu pula jumlah
beras kurang dari tujuh sukat, berarti permohonan mereka ditolak.

Manawur Tamparan Munduk Balian Hapan Tiwah


(Bahasa Dayak Ngaju)

Bara solak tamparan munduk balian, palus mimbing behaas


ietuh : Ehem behas, harenjet ganan, hai ganan, belum nantuguh
labatang entang bulau, datuh labate habaring jari hampit riwut
manyan Raja. Nyimak saturi malayu, Hapan juyang bangkang
halelan tingang, runting tajahan burung nampasut, kilau nampasut
tingang ije kadadang, nampuras tingkah nampuras bungai ije
kapating, malugaku bitim kilau banama nyandang liara nampilaku
balitam, netek ajung hatalumbang jadri hampalua uluh pantai
danum kalunen bara balanai bintan penyang, nampahanjung
luwuk kampungan bunu, bara busi renteng bapampang pulu, ie
babalai sansiri koenjat antang, basali mangkuk sarangiring laut.
Kuntep kamaras, ban penu kaningagang sara dia jaka teburan
garing tabela belum, dia jaka penankekei, bara usuk lisum
pananjuri bara wain tapan, Terai nduan tambekan etuh ijamku
enteng nasihku hanyim, nyahungku indum luang reawei, panati
danum kalunen, akan jamban payaruhan tisue luwuk kampungan
bunu, nyahuangku bitim, antang manamuei manajah riak renteng
tingang, raja tabela basandar ranjang.
Nyangkabila balitan kenyui mangaja, mantilung kanaruhan
ringgit, kangatil garantung, Katabelan oleh balai mihing nyapundu
runjan anak Sali nyalung marusuk hintan, nyahuan ie tingang
hadurat lunuk, akan pantai danum kalunen, nyangkabilae tambun
nyalentur labehu, akan luwuk kampungan bunu, ije puna hampang
jawah hempeng, palumpang langit busun kenyui juhai hanyi,
panasiran Hawun. Ije mapan batu jadi randung banama
namburak karangan jari talin pambuhui riwut hanya mananteng
hanyin, burung lingu kanyumping linga, ason tandang panangkului

248
enteng uluh lewu danum jalajan, uluh rindang labehu pali tuntang
kare bulau pangajin sambang batu bangkalan banama. Balu indu
iring pinang, uluh lewu danum jalayan, hayak manenteng hanyin
katabelan uluh balai ltuyang katabelan uluh balai suling bulau,
katabelan uluh balai entas,katabelan uluh balai nyaho, telu puluh
ruang tuntang katabelan uluh balai Palangka nambulang tambun,
anak salibayung antang, mahutu Penyang, uras nyahuan usang,
hadurut lunuk hayak mandurut papan talawang mahapan tantang
burung dahiang, malentui gentui daren lintung, hapaharis rayung
baya tandak, lapik banama antng manamuei tapeting ayung,
kenyui mangja.
Ie jari bitim behas, jadi barakandung peteh, pantai danum
kalunen, entan bulau, batiang janjin, luwuk kampungan bunu, jadi
peteh manyiret. Kilau lanting darai janji manalan. Mampahulang
naharantung nyalung, te kareh tandakm panjang, halawu
bumbung dawen purun, karungutm ambu harenda pandung, bulau
tambun , jadi sukup tuntur, kilau bulan bele manyinai nenteng
sukup palakue tingkah pahawang nangkunyahe tatau. Kilat baputi
dia kanatah hintan, hijir bahenda dia nanggalung bulan, tawurku
belum baun pingan rungan etan bulau bahanjung mangkuk
saramurung laut, bahing jarambang, nipas marung garing
gantungan, pusuk rawung bambau ukei, hayak enum bandadang, te
palus manjakah behas tuh auch :
Ije, due, telu, epat, lime, jahawen, uju ije kalabien ketun sintung
uju due kalambungan ketun lambung hanya, te palus manekap
katambung, nampara nampulilang liau.
Toh ie auch :
Liiiiii liala – liaang liau matei randang are mananjung ambun.
Saran kuwu bajumbang nihau nambahui rahu nawan bulan, palus
teneng tendur gandang nyaring menteng randah are babalai
bungking lunuk, rintuh rinau, tuwung siakung tatau, basali tanduh
babulung bulau, mikeh are bunu baletuk ngandang andau panurean
dare, talawang, batesei manturana pakaluyang bulau, are timpung
jari tampahar harus laut, unduk ampah tanjung ambun buang,
bulau balemu mantap kasalananggalung petak sintel manajung
halentur liau, mahapan pahulanger bulan, tiling petak jajulana
kahem pahulanger bulan nyaluluk. Te palus teneng gandang
tambun jete, hapamuntung luang kalang labehu handalem rintuh
rinau tuwung ihing . . . Hatalla baparung rangkang huang danum,
sama manetep tuwung tambun rayung tatau, manipas ulek lawin
lanting raja. Mangat sama ela balisang panjang ije gawang tingang
rata ela balakas ambu, dinun due kasambutin antang awang matei
hila ngaju, nasat kabangkang nayu-nayu, hasapau dawen birun
bukit, hatingkap pusuk rahing tarung, awang matei junjun helu,

249
nihau tutuk panambalun tambun, jadi nyahuangku buli batang
danum katimbungan nyahu, gohong santik malelak bulau, tanjung
rahu ngalingkang bulan halaliangku buli sandung garing,
kamalesan karatu lumpung matanandau, bahalap nyapau pisih
rarindap langit kamalipir burung piak liau, hakalusang patung.
Nyamping bulan lembut nyarahan andau pandang, pandang
kaninding saramin sina rarajak saruk suling ringun tingang,
kalalambang tambun, mateiu lunjang lenjut. Kanalantai lamiang
kanungket bajihi tambun, bajihi bulau tarahan tawe-tawe
manyamei halampat nyahu nangkuang burung piak liau hatarusan
pantung baya tau mansanam kaban lumpat lawang langit ie
gagahan Telun mama Tambun bunu kandayu lanting jahawen,
kanyaki liau Randin tandang, meto rama batanduk garing, bahalap
bajela rohong bakadandang uru jejerupan perun tambun.
Awang matei ,nambit mambahete halaiyangku buli bukit
pasahang braung, kamalesang kereng rohanjang tulang, buli
pampang raung, kamelasang kereng buli hatelangkup rabia,
kanarah hanjaliwan matei lunjang lenjut, kanahintip talampe,
tapalumpang limpet.
Bahalap nyaluang, uei ringka, pakur layang antang, nambaji
garing handue uju hansasulang, kabantikan asai menteng ije tawae,
jalan liau matei nabasan dohong, nakaje andau bunu nalanjat
pandange , sama netep garing kapandukae munduk jiret sihung
kabahena, kabahena bajanda, ela naharantung bahing pantung
sambang, ela nyampilek bambi hengan lohing belum tumbang
kapanjungan panjung, haring saluhan antang nahuei, bakulas aku
muta tingang, parakanan renteng bantus manela bungai hajanjala
tundu-tundu balaku badandang lantaran tanjung Ambun, jalangku
manjurung tawur namuei langit balalu batehan laberuh luwuk
enon, sandung danun dua kapamarau langit, tanduhangku
mangkat entan bulan mangaja lambang bulau bara gantung totok
timung tandak, liau matei sambile mangantau sambung santin
karunya bapilu nihau ulang bajambilei, hindai aku mungkang
tandakm, tawur ije halawu bumbung daren purun hindai menjung
karungut etan bulau harende pandung, balau tambun –te palus
malik tinai tekap sambang, te toh iye auch :
Manturan behas te iyoh-iyoh bitim tawur ela tarewen matei
halawu bumbung daren purun, ela sabanen ajung hatilalian
hariran etan bulan, harende pandunge balau tambun, basa
tawangku panamparan belum, bara hemben horan.
Patiana pamalempang bara zaman totok panambalon tambun
puna bitim behaas pantis kambang kabanteran bulau balitam etam
bulau tahutun lelak lumpung matanandau, pantis kambang garing
manyangen, ie hajamban teras kayu engang tingang hatatean

250
lohing kayu anduh nyahu ie halalawu bukit kagantung gandang
harenda kereng nunyang, malangka langit. Palus nangkalume putir
Selung Tamanang ewen ndue Raja Nangking langit, mijen timpung
uju hatantilap pahangan hanya hatalamping, ie palus hajanjuri
hanjak, nyahu mangaruntung langit, panatekei humba kilat
malambai ambun kapamalem malentur balitam, totok tambalun
tambun hayak enon haganggupa ie palus kaput biti alem, pain bukit
tunjung nyahu lilap, hanggupa tanda puruk kereng sariangkat
kilat halawu. Petak sintel hambalambang tambun, harenda riang
dedet habangkalan garantung. Belum tandah hakaluwah
nyakelang uru jajarupen purun tambun, haring lamabat
hambalaun nyampali, kanarah lintung talawang, ie duam kauju
andau, belum nahabulun urung, naring tingkah singan behau belum
runja-runjat ampin bilis manyang mananjak, pangarawang baun
tiwing panjang hari tapu-tapu tingkah sahempun pasang bara
tumbang danum, ie palus mandawen handadue manumbung dinun
hatantelu, palus karimahan soho manggandang bara jalayan bulu,
danum nyamuk pasang bara tumbang danum. Kueh maku leteng
kambang nyahun tarung, puna bitim hai kuasam belum, tampan
jata bara huang danum, enon suka nilap batu kilat tinting balitam
datuh jema hamaring, puna selung Hatalla bara lawang labehu
langit, ie umbet kanumpuh bujang, sedang handiwung kesampelau
belum, te palus hatarung pulu ngalingkang pulau, luntur
bahandang batinting lima balas.
Akan batang danum ngabuhi bulau burung tumpah bua
nyembang hatuen burung kajajirak laut, palus mandung bitim
marantep kilau hendan bulau, nangkuyang bilatamu nahajib
tingkah lanting rabia, te bukum jadi handiwung pakandung pusue,
sawang bapangku anak, pandung malelak bulau, ie umbet bula
katugalam belum sadang bintang patendum hamaring.
Ie rawei banama baongkar puat, ajung jawu dagange
handiwung banbaukei pusu pundung malelak bulau, bauhat rentai
nyangkabilan bawak nambuku tisim, galigir bintang, nambatang
suling, ringun tingang, mandawen simbel bulau bakatantan jari
bulau jandau. Ie mangambang bulau, taparuyang rayuh, malelak
hintan tapang rundang rundai babehat babatu pating, bateras
nyalung Kaharingan belum. Baluhing gohong, paninting aseng, ie
rawei awang hatue kamampan bunu nantaulah anju tanjuren
teken.
Hababiyan karayan tantanjuk rangkan , bapa manambang
bitim kilau manambang banana manungkah laut, manangkep
balitam, ruwan manangkep ajung hatatean hareran.
Ie palus rawei masak manalajan pating ripu mangantien tundu
palus nangkung nangkuluk gentu nanpung penyang. Nundun

251
balitam tingkah nundum paturung, ie lentu-lentu oleh tingang
tempun hemben horan naji-najing antang sangiang totok tambalun
tambun palus nagaggre gangguranan arae, nasuwa sebutan bitim,
ie parei, tangkenya mampan baun tiowong panjang parei karumis
mampan jalan, parei tanjujik helang uhat

252
BAB VIII
ORGANISASI SOSIAL

Dasar
Tiga hal yang menjadi dasar dalam hukum adat suku Dayak 1
yaitu :
1. Menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Penciptanya.
2. Menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban warga suku sendiri.
3. Menjaga stabilitas keamanan, relasi dan ketertiban warga suku
dengan warga lain di luar sukunya.

Bila ada perkara atau pelanggaran adat, biasanya para


sesepuh kampung, kepala adat, Demang/Demong/Mantir Puluhan,
Kepala Kampung/ Pembakal/Mantir/Patinggi/Kepala Hajo
berkumpul bersama untuk bermusyawarah dengan diketuai oleh
seorang Damang. Pertemuan ini bersifat terbuka dengan disaksikan
banyak orang. Mereka yang bertikai diberi keleluasaan penuh secara
adil mengungkapkan duduk perkara sebenarnya di depan kerapatan
adat demi mempertahankan kebenarannya.
Apabila dianggap perlu, dalam sidang kerapatan adat diadakan
angkat sumpah. Demi kemurnian sumpah yang diucapkan, sumpah
tersebut harus dilakukan oleh seorang Telun dengan melaksanakan
seremonial adat. Telun ialah seorang yang berperan dalam agama
Kaharingan. Dengan perantaraan Telun, pelaksanaan sumpah akan

1Keterangan tentang hukum adat ini diterjemahkan dari suku Dayak


Katingan dan Dohoi (Ot Danum) dan hampir berlaku di seluruh Kalimantan,
dengan perbedaan sedikit-sedikit dan disusun oleh penulis menjadi ketikan
“Hukum Adat Bangsa Dayak”, yang diusahakan oleh Kantor Borneo
Minseibo, di Banjarmasin tertanggal Sitji Gatsoe 2604 (17-7-2604,
penanggalan Jepang). Ns.
disaksikan langsung oleh Penguasa Alam. Fatal akibatnya apabila
sumpah yang diucapkan tidak mengandung kebenaran.
Keputusan hukum adat Dayak senantiasa berjalan dengan tidak
memaksa, tetapi diterima oleh rakyat Dayak dengan rasa puas karena
semua dijalankan dengan sungguh-sungguh.
Kepala Adat atau Demang atau Demong atau Mantir puluhan
yang memegang pucuk pimpinan di segala lapangan adat, tidak
berhak mengambil putusan sendiri. Semua harus diputuskan
bersama dalam Musyawarah Kerapatan Adat, yang terdiri dari
beberapa orang kepala suku, tetuha kampung yang diketuai oleh
Kepala Adat atau Damang dan dibantu oleh para kepala kampung
atau Pambakal, bisa juga Mantir.
Peraturan adat berlaku umum dan terbuka serta memberi
keleluasaan yang besar kepada pihak-pihak yang bertentangan demi
mempertahankan kebenaran. Untuk itu dibutuhkan juga para saksi.
Apabila suatu kampung ada asang ataupun kayau 2, maka semua
penduduk akan berkumpul dalam huma basara atau balai basara,
untuk merundingkan permasalahan yang sedang terjadi.

Foto Musyawarah Kerapatan Adat


(Photo: dokumentasi keluarga Tjilik Riwut)

Jabatan Telun
Jabatan Telun berhubungan langsung dengan agama
Kaharingan, dan membawahi hukum adat suku Dayak. Itu berarti
bahwa Telun tidak termasuk dalam jabatan atau anggota kerapatan
adat dan ia tidak mempunyai pengaruh dan wewenang apapun dalam
hukum adat.
Demi kebenaran, saksi dan mereka yang berperkara terlebih
dahulu harus disumpah. Pelaksanaan sumpah, dilakukan oleh Telun.
Sejak jaman dahulu kala, orang Dayak memandang sangat hina
seorang yang tidak jujur, tidak menepati janji, dan pencuri. Hukuman
dari masyarakat bagi mereka sangat berat dan selama hidup namanya
menjadi cacat serta hanya akan dipandang sebelah mata oleh
lingkungannya.
Sekalipun orang Dayak tidak memiliki aksara, mereka memiliki
kedisiplinan tinggi dalam bertutur kata. Setiap kata yang terucap,
mengandung resiko. Janji bagi orang Dayak, berarti segalanya. Ingkar
janji tanpa alasan yang kuat dan tepat, bisa membuat seseorang akan

2Asang berarti serangan mendadak. Kayau berarti memotong kepala.


254
kehilangan legitimasi di lingkungannya dan hanya akan dipandang
sebelah mata. Hal ini berlaku selama hayat dikandung badan.
Untuk perbuatan mencuri, hukuman berat akan dialami
pelakunya di akhirat kelak. Ketika manusia yang telah berani mencuri
meninggal dunia, di akhirat ia akan mengangkat atau menjunjung
barang-barang yang telah dicurinya semasa hidup, kemanapun ia
pergi. Ia juga akan dimasukkan ke dalam danau hayang3. Barang-
barang curian yang selalu dibawa kemanapun pergi tersebut, baru
akan dilepaskan apabila pemilik barang juga telah meninggal dunia.
Hal-hal di ataslah yang membuat di dalam hukum adat Dayak,
tidak ditemukan pasal yang mengatur denda dan hukuman bagi
pencuri 4 dan pengingkar janji. Di sini telah mendarah daging dalam
keyakinan suku Dayak bahwa hukuman bagi kedua perbuatan itu
berat. Yang ada adalah hukuman bagi merampas atau marampas.
Keputusan Kerapatan Adat biasanya akan selalu diterima dengan
lapang dada oleh masyarakat yang sedang bertikai. Hal ini
disebabkan adanya keyakinan bahwa ketidakadilan dalam
memutuskan perkara bagi mereka yang berwenang memutuskannya,
dalam hal ini para kepala kampung, kepala suku dan kepala adat,
kelak apabila mereka meninggal dunia, akan mendapatkan hukuman
yang setimpal. Arwah mereka akan dimasukkan ke dalam lubang-
lubang gua yang kecil untuk selama-lamanya.
Apabila suatu perselisihan, baik perkara besar maupun perkara
kecil, telah diselesaikan dengan hukum adat, maka perkara tersebut
telah dianggap selesai dan telah terhapus dari muka bumi. Suku
Dayak juga mengenal perdamaian batin dengan cara hambai atau
hurai, yang artinya menjalin hubungan kekeluargaan dengan cara
pertunangan dan perkawinan. Dengan perkawinan, diharapkan
kedua pihak yang sedang bertikai, hubungannya menjadi baik
kembali. Hal ini disebut Sapan Bunu.

Pengaruh Adat
Peraturan adat di masa lalu, apabila ada asang dan kayau,
perempuan dan anak-anak tidak boleh dibunuh. Terkecuali untuk
perempuan yang ikut terjun langsung dalam peperangan, boleh
ditangkap untuk dijadikan jipen 5.
Kebebasan sebagai budak baru akan diperoleh apabila pihak
yang kalah ataupun kaum keluarganya menebus. Besarnya tebusan
ditentukan oleh kerapatan adat. Di saat perang berlangsung, apabila

3 Danau sesat.
4 Mencuri dan merampas berbeda.
5 Jipen berarti budak.

255
ada musuh yang telah menyatakan marup yang berarti menyerah,
tidak diperkenankan untuk dibunuh.
Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban
yang sama. Kesetaraan jender, bukan merupakan hal yang baru bagi
mereka. Peran serta dalam tugas kemasyarakatan, berperang,
memangku jabatan Kepala Adat atau Mantir, mengurus rumah
tangga, mencari nafkah, siapapun boleh melakukannya baik laki-laki
maupun perempuan, asalkan mau dan mampu.

Posisi Pengganti
Anak laki-laki atau anak perempuan juga menantu, merupakan
calon pertama apabila seorang kepala adat meninggal dunia. Tetapi
jika musyawarah adat memutuskan bahwa calon pengganti pertama
dianggap tidak mampu, atau karena masih terlalu muda, maka hak
pengganti dapat dipindahkan dengan cara pemilihan umum.
Sudah merupakan suatu tradisi bahwa pada setiap penggantian
pimpinan, selalu diadakan pesta besar yang diadakan oleh
masyarakat. Pesta tersebut dimaksud sebagai ungkapan rasa gembira
dan ungkapan rasa syukur. Biasanya pimpinan baru tersebut
mendapat suatu gelar yang disesuaikan dengan usianya. Misalnya
Temanggung, Singa, Jaga, Patih, Kanduran, Ngabe, Macan.
Seorang Dayak yang usianya masih sangat muda, tidak akan berani
memangku gelar yang terlalu berat, mereka takut kualat yang disebut
basahu malai.

Hukum Istimewa
Hukum adat suku Dayak juga memiliki pasal yang ditujukan
untuk melindungi dan menjaga orang asing yang masuk ke
daerahnya. Suatu penghinaan apabila orang asing tersebut menderita
atau mengalami kesusahan di daerah suku Dayak. Di lain pihak,
orang asing yang masuk ke daerah suku Dayak, juga dituntut untuk
mematuhi aturan yang ada.
Aturan tersebut, antara lain menyatakan bahwa orang asing yang
masuk ke daerah suku Dayak, setelah melaporkan diri dan
menyerahkan nasibnya kepada Kepala Adat serta telah menyatakan
janji untuk tunduk kepada hukum adat suku Dayak, maka
kehadirannya wajib diterima serta keamanannya menjadi tanggung
jawab warga masyarakat secara bersama-sama. Akan tetapi, apabila
orang asing yang datang mengunjungi mereka itu tidak mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan, membuat kekacauan,
mungkin saja keselamatannya bisa terancam.

256
Kehadirannya bisa dianggap sebagai perusak dan pengganggu
keamanan suku. Lebih fatal lagi apabila orang asing tersebut telah
melakukan kesalahan besar, lebih-lebih kesalahan yang dilakukan
kepada Kepala Suku ataupun pimpinan agama, maka hukuman mati
bisa dialami. Akan tetapi apabila perkaranya hanya kecil saja, maka
hukumannya dapat dijadikan jipen atau budak.

Penjelasan Mengenai Hukum Adat


Bila disebut hukum adat Dayak, bukan berarti hukum yang ada
berlaku di seluruh daerah Dayak yang terdapat di seluruh
Kalimantan. Secara garis besar memang sama, tetapi sesuai pepatah
“Lain ladang, lain belalang, lain lubuk, lain ikannya”, maka demikian
pula dengan hukum adat Dayak. Ada kesamaan, tapi di sana-sini ada
sedikit perbedaannya.

Bentuk Hukum Adat Dayak

Dalam pelaksanaan, hukum adat Dayak, terarah kepada hal-hal


yang tersilah kepada masalah duniawi dan hal-hal yang tersilah
kepada masalah agama.

Tersilah pada masalah duniawi

Ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah kriminal,


moral dan pergaulan sosial. Di sini keputusan balai adat terbagi dua,
yaitu hukuman berat dan hukuman ringan.
Karena penjara tidak dikenal dalam hukum adat Dayak, maka
hukuman selalu berupa pembayaran denda yang sepuluh persennya
menjadi hak pelaksana pengadilan. Apabila tidak mampu membayar
denda, maka seluruh harta yang dimiliki disita.
Tetapi, bila seorang yang terhukum tidak mampu dan tidak
memiliki harta benda yang pantas disita, maka yang bersangkutan
dinyatakan sebagai jipen atau budak pihak yang memenangkan
perkara. Ia terbebas tidak menjadi budak lagi sampai ia mampu
menebus denda atau ada pihak lain yang menebusnya. Bisa juga
kebebasan itu diperoleh karena adanya rasa belas kasihan dari
majikannya.
Apabila rapat adat mengalami kesulitan dalam memutuskan
perkara, maka dengan sangat terpaksa digunakan cara lain yang
sifatnya hanya untung-untungan yaitu:
• Hukum Pisih.
• Haguang Lunjo.
• Hakuis Nyating.
257
Hukum adat Dayak yang tersilah pada masalah duniawi,
misalnya :
1. Sahiring, punya dua arti, pertama artinya pembunuhan, dan
kedua tuntutan waktu perang dua kali lipat.
2. Bali Belum, maksudnya pembunuhan namun korban yang
dibunuh tidak mati.
3. Biat berarti luka, baik luka parah, maupun luka-luka ringan.
4. Kahasu berarti dituntut untuk selamanya.
5. Merampas milik orang lain.
6. Merusak barang orang.
7. Sala hadat artinya tidak sopan.
8. Sala basa artinya salah bicara.
9. Perzinahan.
10. Tungkun, berarti mengambil isteri orang.
11. Perkosaan.
12. Mengacaukan persidangan.
13. Penghinaan.
14. Mempermalukan orang lain.
15. Memfitnah.
16. Berkelahi.
17. Memaki.
18. Masuk rumah orang tanpa izin.
19. Warisan.
20. Kawin-cerai
21. Dan lain-lain.

Tersilah kepada agama

Hukum adat yang tersilah kepada agama, menghukum siapapun


yang telah menghina dan mencemarkan hal-hal yang berhubungan
dengan kepercayaan masyarakat. Misalnya merusak kubur, merusak
pahewan, merusak petak rutas, merusak petak pali, merusak indus,
merusak sandung, melanggar adat pali 6 di saat kampung memegang
rutas, melanggar adat kampung ketika mamalas pali, melanggar adat
pali di tempat orang melahirkan, melanggar adat pali pada saat
pengobatan orang sakit, merusak pangantoho 7, tulah berjinah
dengan saudara, tulah berjinah dengan ibu atau bapak, tulah
berjinah dengan misan, merusak pantar.

6 Lihat halaman lain buku ini.


7 Rumah kecil tempat sesajen.
258
Denda yang diperoleh digunakan untuk mamalas kampung 8,
agar terlepas dari kutukan Ranying Hatalla.
Ada juga hukum adat yang berhubungan dengan pengasingan.
Yaitu bagi penderita penyakit menular seperti cacar air, samah atau
kusta, kamising atau kolera, luta atau jamlang. Juga ada hukum adat
pengasingan kuburan bagi orang yang meninggal akibat terserang
penyakit menular.

Tentang Perkawinan
Perkawinan yang tidak dibenarkan oleh hukum adat Dayak:
1. Perkawinan dalam usia yang terlalu muda.
2. Perkawinan dua saudara laki-laki dengan dua saudara
perempuan9.
3. Perkawinan Hasansulang10.
4. Perempuan kawin, kemudian pindah agama.
5. Perkawinan dari satu turunan laki-laki yang lurus, sampai
turunan keempat 11.
Suatu hal yang perlu mendapat perhatian adalah adanya
hubungan anak dengan sanak keluarganya. Maksudnya hubungan
anak dengan keluarga dan kerabat pihak bapak dan ibu adalah sama,
sekalipun dalam kenyataannya banyak terjadi suami tinggal serumah
dengan mertua dimana anak-anak akan lebih akrab dengan keluarga
pihak ibu. Tetapi sesuai hukum adat, hak dan kewajiban adalah sama.
Dalam larangan-larangan perkawinan, hukum waris, kewajiban, tidak
ada perbedaan.

Papas Dakwa
Untuk perkara yang kurang jelas dan demi menjaga ketertiban
masyarakat, maka Hukum Papas Dakwa yang digunakan.

Hukum Terabang
Apabila dalam suatu perkara, pemeriksaan yang dilakukan
dianggap masih kurang jelas atau disebabkan tertuduh tidak mau
hadir dalam persidangan, maka hukum terabang yang akan
digunakan. Tetapi hukum terabang berubah menjadi pemeriksaan

8 Membersihkan.
9 Maksudnya isteri-isteri saudara kandung, suami-suami, saudara kandung.
10 Seorang laki-laki yang menikahi saudara iparnya.
11 Sepupu dua kali.

259
yang kedua kalinya apabila pada akhirnya terdakwa mau hadir dalam
persidangan.
Mengenai hukum adat suku Dayak, ketentuannya telah
ditetapkan oleh Kerapatan Besar di Kampung Hurong Anoi atau
Tumbang Anoi, Kahayan Hulu, yang dihadiri oleh para pemuka,
ketua-ketua rapat adat Demang seluruh Kalimantan, termasuk
Kalimantan Utara pada tahun 1892.
Di dalam keputusan kerapatan besar tersebut, telah ditetapkan
garis-garis besar hukum adat yaitu :
1. Mendamaikan perselisihan yang telah terjadi karena peperangan,
antara lain cara mengayau.
2. Mensahkan garis-garis besar hukum adat Dayak dan hukum
setempat.

Misalnya hukum adat di Katingan, Kapuas, Kahayan, ada sedikit


perbedaan dengan hukum adat di Sampit, Pembuang, Ma’anyan,
Malahui, Bahau, Punan, dan Ketunggau. Adapun hukum adat ini
berlaku untuk suku Dayak sepanjang Katingan, Kahayan, Kapuas,
Barito, Saruyan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, juga
Kalimantan Utara. Sedikit perbedaan yang ada, yaitu dalam besarnya
denda karena 1 (satu) jipen di Katingan Rp 40,-, di Kahayan Rp 20,-
dan di Seruyan Rp 10,-.
Ada daerah tertentu, misalnya di Senamang, anak Sungai
Katingan kanan mudik, dijumpai suku Mahalat, suku Sahiei, dan
suku Kahayan. Dari Kuala Baraui ke arah hulu Sungai Samba, anak
Sungai Katingan kanan, terus mudik sampai di Talunei, akan bertemu
dengan empat suku yang sebagian besar adalah suku Ot Danum, yaitu
suku Dohoi, suku Tawahui, dan suku Pananyui. Hukum adat yang
mereka pergunakan masih sama dengan hukum adat yang dulu
digunakan oleh para leluhur mereka. Apabila terjadi suatu masalah,
baik itu besar ataupun kecil, para tokoh adat berkumpul untuk
bermusyawarah, dan singer atau denda akan diputuskan dalam
pengadilan.
Dalam pertunangan dan perkawinan, peraturan adat yang harus
mereka laksanakan adalah sebagai berikut:
Syarat meminang, pihak laki-laki harus menyerahkan satu buah
lamiang atau lilis, satu lembar sarung, satu lembar baju, satu lembar
selendang, dan satu uang ringgit. Semua barang tersebut terlebih
dahulu harus sudah dipalas. Setelah semua lengkap diserahkan, baru
kemudian ditetapkan jujuran yang harus diberikan.
Pada umumnya jujuran berupa jipen 5 (lima) atau Rp 200,- dan
untuk Saput, jipen 1 (satu) atau Rp 40,-. Saput, maksudnya pengganti
yang diterima oleh ahli waris. Sedangkan untuk jujuran maksudnya,
apabila pertunangan itu dapat berlanjut hingga pernikahan maka

260
jujuran tersebut oleh orang tua pihak perempuan akan diserahkan
kepada kedua mempelai.
Kemudian kedua mempelai berjanji satu sama lainnya bahwa
apabila salah satu dari keduanya memutuskan tali pertunangan maka
pihak yang mengingkari janji wajib membayar palekak pisek atau
denda karena telah mengingkari janji pertunangan mereka. Denda
berupa jipen 1 atau jipen 2.
Apabila pernikahan telah berlangsung dan salah satu dari
keduanya memutuskan tali pernikahan, maka pihak yang telah
terbukti bersalah harus membayar palekak hatulang berupa
denda sebesar jipen 10 sampai jipen 15. Anak-anak yang dilahirkan
dari pernikahan itu tidak diizinkan ikut pada pihak yang salah.

Singer
Untuk menyinger orang yang bersalah, maka penuntut wajib
membayar penyerahan kepada Tokoh Kampung atau Kepala
Kampung. Di masa lampau, penuntut dan orang yang dituntut wajib
membayar, akan tetapi sekarang cukup hanya membayar uang meja.
1. Jika perkara yang ada dipimpin oleh seorang Demang, maka
penuntut wajib membayar uang Rp 5,- kepada Demang dengan
uang kontan, akan tetapi boleh juga ditaksir sesuai harga pada
umumnya.
2. Jika perkara yang ada dipimpin oleh seorang Pembakal, maka
penuntut wajib membayar uang meja sebesar Rp 2,5,-, berupa
uang kontan boleh diganti dengan barang sesuai harga pada
umumnya.

Pembagian uang meja adalah sebagai berikut, apabila perkara


dipimpin oleh seorang Demang, maka Demang mendapatkan Rp 2,-,
sedangkan sisanya dibagikan kepada anggotanya secara adil. Apabila
perkara itu dipimpin oleh seorang Pembakal, maka Pembakal
menerima Rp 1,- dan para anggotanya menerima Rp 0,5,- yang
dibagikan secara merata.
Aturan yang dikeluarkan di atas untuk menyelesaikan perkara
besar dan melawan adat. Akan tetapi, kadang-kadang ada juga
perkara kecil yang tidak sesuai dengan uang meja. Dalam hal ini uang
meja tidak diminta, hanya Kepala Kampung menerima Lap
Tunggal, yaitu 10 ambil 1 dari barang-barang yang sedang
diperkarakan, yang berarti 1/10.
Tentang utang piutang, rapat adat hanya menerima Lap
Tunggal 1/10. Untuk perkara merebut kebun rotan atau buah-
buahan, maka yang menang diharuskan membayar Lap Tunggal dan
membayar uang jalan komisi Rp 1,- satu orang komisi.
261
Biasanya keputusan Demang atau Kepala Kampung langsung
diterima oleh penduduk, akan tetapi sering juga terjadi orang
menuntut ke dalam kerapatan kecil. Oleh sebab itu, terlebih dahulu
Demang akan mengirimkan proses verbal kepada ketua kerapatan
kecil 12.

Pasal-pasal Singer 13

Pasal 1 : Singer Tungkun


Pasal 2 : Singer Tungkun Balang Dosa Palus.
Pasal 3 : Singer Palekak
Pasal 4 : Singer Palekak Atas Kahendak Kedua Pihak
Pasal 5 : Singer Palekak Pisek
Pasal 6 : Singer Kabalangan Pisek
Pasal 7 : Singer Sarau
Pasal 8 : Singer Sarue Sawae.
Pasal 9 : Singer Sarau Bujang
Pasal 10 : Singer Karusak Balu
Pasal 11 : Singer Sala Basa Dengan Sawan Uluh
Pasal 12 : Singer Sala Basa dengan Bawi Bujang
Pasal 13 : Singer Sala Basa dengan uluh Bawi
Pasal 14 : Singer Salahan Kabaluan.
Pasal 15 : Singer Palangi Pangarai
Pasal 16 : Singer Bunguhan
Pasal 17 : Singer Timbalan
Pasal 18 : Singer Titikan
Pasal 19 : Singer Balaku Biti 14
Pasal 20 : Singer Selem Layu Lewu
Pasal 21 : Singer Paramun Hantu
Pasal 22 : Singer Tipuk danum
Pasal 23 : Singer Sahiring Bali Belum
Pasal 24 : Singer Panyuali Punu 15
Pasal 25 : Singer Tulak Haluan16
Pasal 26 : Singer Puseh panguman
Pasal 27 : Singer Tetes Hinting Pali
Pasal 28 : Singer Rampas Huang Huma.
Pasal 29 : Singer Rampas Pambulan Macam-Macam.
Pasal 30 : Singer Rampas Bawui – Manuk

12 Nilai uang diatas menurut nilai golden zaman Belanda.


13 Singer berarti denda.
14 Sahiring.
15 Panyuali Liau.
16 Ules Arut.

262
Pasal 31 : Singer Rampas Besei – Teken
Pasal 32 : Singer Rampas Arut – Timba.
Pasal 33 : Singer Rampas Pambulan
Pasal 34 : Singer Rampas Ramu Huang Huma
Pasal 35 : Singer Kabalang Dagang.
Pasal 36 : Singer Manduan Haluli 17
Pasal 37 : Singer Tawan Tatau
Pasal 38 : Singer Tawan jipen
Pasal 39 : Singer Karak Tanduhan
Pasal 40 : Singer Uap Karakup Tawan
Pasal 41 : Singer Peteng Lenge
Pasal 42 : Singer Umah Ambin
Pasal 43 : Singer PakaianSsinde Mendeng.
Pasal 44 : Singer Saki – Palas.
Pasal 45 : Singer Rubuh Balanga
Pasal 46 : Singer Pisek Halamaung lama
Pasal 47 : Singer Panyahepak Tungkun
Pasal 48 : Singer Kehun Lewu Huma
Pasal 49 : Singer Kehun Sandung Pantai Dengan
Kaleka
Lewu.
Pasal 50 : Singer Tandahan jipen
Pasal 51 : Singer Tandahan Hantuen
Pasal 52 : Singer Tandahan Dosa
Pasal 53 : Singer Tandahan Sarau
Pasal 54 : Singer Kabeluman 18
Pasal 55 : Singer Kabalangan Dagang
Pasal 56 : Singer Kasule Huang Uluh
Pasal 57 : Singer Kunus Kampung
Pasal 58 : Singer Suru Pali
Pasal 59 : Singer Tamahan
Pasal 60 : Singer Tutup Mate Sumbel Pinding
Pasal 61 : Singer Pahaliman Bandung
Pasal62 : Singer Pahaliman Rampas
Pasal 63 : Singer Karak Antang Duhi
Pasal 64 : Singer Lulut Ramu
Pasal 65 : Singer Talampin 19
Pasal 66 : Singer Uap Huma Surung Tahun
Pasal 67 : Singer Pahenyek
Pasal 68 : Singer tekap Tampar Bau Mate

17 Membatalkan atau mengambil kembali.


18 Kajaun Huang.
19 Suruk Amak Huwur.

263
Pasal 69 : Singer Panatupan20
Pasal 70 : Singer Kabaluman
Pasal 71 : Singer Panangkalau Dosa.
Pasal 72 : Singer Mansawe Nangkalau Kakae.
Pasal 73 : Singer Tambasan 21 Tungkun
Pasal 74 : Singer Sirat Kota Andau Lewu
Pasal 75 : Singer Palanggar Taung
Pasal 77 : Singer Pangaruti Pangaturui
Pasal 78 : Singer Kabehun Banae
Pasal 79 : Singer Kabaluan
Pasal 80 : Singer Sahut Sambat
Pasal 81 : Singer Makan Toba
Pasal 82 : Singer Susun atau Biat
Pasal 83 : Singer Pangaturui atau Pangaruti
Pasal 84 : Singer Orang Kena Saradang 22
Pasal 85 : Singer biat
Pasal 86 : Singer Tandahan takau
Pasal 87 : SingerMinjam Jukung
Pasal 88 : Singer Kabalangan Mamili Jukung
Pasal 89 : Singer Potong Pohon Buah-Buahan
Pasal 90 : Singer Kapahunan
Pasal 91 : Singer Manulah Manyumbang
Pasal 92 : Singer Negeri
Pasal 93 : Singer Tambalik Jela 23
Pasal 94 : Singer Pamandang Jihi
Pasal 95 : Singer Pamandang Huma.
Pasal 96 : Singer Pamandang Dapur.

Pasal 1: Singer Tungkun


Singer Tungkun atau denda tungkun ialah denda yang harus
dibayarkan oleh seseorang apabila ia mengambil perempuan dengan
paksa. Jikalau jujuran-nya dahulu jipen 5, maka sekarang harus
dibayar jipen 10 kepada suaminya oleh yang menungkun itu. Sebagai
panyahepak buat mengganti malu dari suami yang dahulu tadi harus
dibayar jipen 1, serta pakaian ije mendeng (seperangkat atau satu set)
dan dipalas dengan babi hidup, babi mati, lamiang sirau dan
bilamana semua sudah dibayarkan, perempuan itu harus
memberikan sirih masak kepada kedua laki-laki yang bermasalah
dengannya. Untuk mantan suaminya, diberikan dengan tangan
kanan, yang berarti kiri dibuang dan yang kanan diambil. Sebagai

20 Pandua.
21 Tambasan/Tamahan.
22 Dundang.
23 Parahius.

264
tambahan harus dihitung pula pembayaran segala kerugian waktu
perkawinan pertama dilaksanakan.

Pasal 2: Singer Tungkun Balang Dosa Palus


Singer Tungkun Balang Dosa Palus yang artinya tungkun
dibatalkan karena perempuan yang ditungkun telah diambil kembali
oleh suaminya. Di sini laki-laki yang telah mengambil seseorang
bebas dari hukuman menungkun, tetapi dijatuhkan hukuman dosa
saja, menurut adat nenek moyangnya, dari jipen 12 sampai jipen 30.

Pasal 3: Singer Palekak


Singer Palekak artinya denda perceraian (palekak=bercerai).
Pihak yang bersalah harus dihukum menurut perjanjian pada saat
mereka kawin atau sesuai keterangan saksi-saksi. Tetapi bilamana
tidak ada perjanjian, maka orang tua dari pihak yang bersalah harus
membayar jipen 1 kepada yang benar.

Pasal 4: Singer Palekak atas Kehendak Kedua Belah


Pihak
Singer Palekak atas kehendak kedua belah pihak artinya denda
perceraian atas kesepakatan kedua belah pihak. Jika hal ini terjadi,
maka harta keduanya dibagi menjadi tiga bagian. Satu bagian untuk
yang perempuan, dan dua bagian untuk yang laki-laki. Jika
mempunyai anak, maka harta mereka belum boleh dibagikan
sebelum anak mereka bisa bekerja

Pasal 5: Singer Palekak Pisek


Singer Palekak Pisek artinya denda yang harus dibayarkan
apabila pertunangan dibatalkan atau tunangan diambil orang lain.
Jika si laki-laki mempunyai barang pada si perempuan, maka bila
perempuan itu ditungkun (diambil orang lain), mereka yang mundur
harus membayar dua kali banyaknya barang yang ada pada pihak
sebelah, dan orang yang menungkun harus membayar jipen 3 kepada
tunangannya dahulu, apabila si laki-laki yang terdahulu itu
mempunyai barang pada si perempuan sebanyak jipen 1.

Pasal 6: Singer Kabalangan Pisek


Singer Kabalangan Pisek artinya denda karena dibatalkannya
pertunangan yang telah dilaksanakan ketika keduanya masih bocah.
Keduanya dipertunangkan waktu masih kecil dan belum bisa
ditanyai. Apabila pihak laki-laki mempunyai barang pada pihak
perempuan, dan pihak laki-laki yang menarik diri, maka barang itu
tidak usah dikembalikan. Apabila pihak perempuan yang tidak jadi,
maka barang itu harus dikembalikan kepada pihak laki-laki.

265
Pasal 7: Singer Sarau
Singer Sarau artinya hamil akibat ulah lelaki yang bukan
suaminya. Si laki-laki yang menjadi terdakwa tidak boleh disinger,
melainkan harus menunggu sampai anak itu dilahirkan. Sementara
itu perempuan itu harus diperiksa perhubungannya. Jika
perhubungan kedua orang itu sumbang (sala hurui) maka orang tua-
orang tuanya harus memotong sapi atau kerbau buat mamalas
kampung tempat kediaman mereka. Sementara bila perhubungannya
tidak sumbang, hanya perlu dipotong seekor babi saja untuk
mamalas. Ongkos-ongkos pemalasan itu harus dipikul oleh si laki-
laki yang sumbang itu. Kemudian si laki-laki yang sumbang itu harus
membayar denda jipen 6 sampai jipen 12 paling tinggi. Tetapi bila ia
mengambil perempuan itu menjadi isterinya hukuman menjadi lebih
ringan bila perhubungannya sumbang. Tetapi bila perhubungannya
itu tidak sumbang, dendanya hanyalah jipen 2 sampai jipen 6 dan ia
harus dipalas menurut kebiasaan adatnya saja.

Pasal 8: Singer Sarau Sawae


Singer Sarau Sawae artinya denda karena perempuan hamil
oleh laki-laki lain yang bukan suaminya. Si laki-laki yang bersalah itu
harus didenda membayar jipen 2 sampai jipen 5 apabila perempuan
itu belum pernah beranak. Jikalau ia sudah mendapat anak dari
suaminya yang terdahulu maka hukumannya menjadi sampai jipen 12
dan ditambah menyahepaknya jipen 1 serta pakaian secukupnya
sekali berdiri dan satu ekor babi buat palasnya.

Pasal 9: Singer Sarau Bujang


Singer Sarau Bujang artinya gadis remaja belum menikah
(bujang) diganggu oleh seorang laki-laki. Jika ditemui oleh warisnya
bahwa perempuan itu telah berzina dengan seorang laki-laki, maka si
laki-laki itu didenda jipen 2 sampai jipen 4. Ini namanya “dosa
bujang” atau “panyarau”. Bab ini adalah yang paling ringan kepada
yang bersalah.

Pasal 10: Singer Karusak Balu


Singer Karusak Balu berlaku bila seorang laki-laki menjalin
asmara dengan seorang janda. Jika ditemukan kejadian ini dengan
keterangan yang sah, maka laki-laki itu didenda jipen 2 sampai jipen
4 yang harus dibayar kepada ibu/bapak atau waris almarhum
suaminya. Tetapi kalau mayatnya sudah ditiwah, maka singer itu
tidak boleh dibagi pada ahli waris almarhum itu melainkan harus
diserahkan kepada waris perempuan itu yang sah.

266
Pasal 11: Singer Sala Basa dengan Sawan Uluh
Singer Sala Basa dengan Sawan Uluh artinya denda yang
diberikan kepada lelaki yang (tidak secara adat) berjalan atau berada
di suatu rumah berduaan dengan isteri orang tanpa ada temannya
dan sang suami tidak terima akan hal itu. Di sini laki-laki yang
melanggar adat itu dihukum denda jipen 1 atau jipen 2 yang dibayar
kepada suaminya atau ahli waris atau ibu bapaknya si perempuan itu.

Pasal 12: Singer Sala Basa dengan Bawi Bujang


Singer Sala Basa dengan Bawi Bujang artinya denda yang diberikan
kepada lelaki yang berjalan atau berada di suatu rumah atau dimana-
mana pun hanya berduaan dengan seorang gadis remaja dan ahli
waris si gadis tidak menerima akan hal itu Maka laki-laki yang
bersalah itu harus membayar denda kepada ibu/bapak atau
keluarganya yang karib dari perempuan itu sebesar jipen 1 sampai
jipen 2.

Pasal 13: Singer Sala Basa dengan Uluh


Singer Sala Basa dengan uluh artinya melanggar adat terhadap
gadis remaja atau isteri orang. Jikalau ada orang perempuan berjalan,
lalu seorang laki-laki bertanya dan meminta sesuatu dari perempuan
itu, lalu memegang atau mengintip ke dalam tempatnya membawa
barang-barang, dan telah terlihat oleh salah seorang ahli waris si
perempuan itu, maka si laki-laki itu dihukum membayar denda jipen
1 sampai jipen 2. Bagian kedua : apabila seorang laki-laki berani
membawa satu atau dua orang perempuan pergi kemana-mana, tidak
dengan seizin waris laki perempuan itu, maka laki-laki itu harus
dihukum menurut aturan di atas ini, bilamana suaminya tidak terima.

Pasal 14: Singer Salahan Kabaluan


Singer Salahan Kabaluan artinya denda ketika seorang suami
yang mati terbunuh dan belum ditiwah kemudian jandanya menikah
lagi dengan kerabat almarhum suaminya. Laki-laki yang baru ini
dihukum jipen 6 sampai 8. Hukuman ini harus dipikul oleh kedua
suami isteri ini dan harus dibayar kepada warisnya almarhum yang
paling dekat.

Pasal 15: Singer Palangi Pangarai


Singer Palangi Pangarai artinya perempuan yang meninggal
karena melahirkan bayinya. Tujuh hari setelah meninggal,
ibu/bapaknya dan saudaranya datang menyinger suami
almarhumah. Laki-laki itu dihukum jipen 8 sampai jipen 9 dan untuk
perabot menurut mayat itu macam-macam rupa jipen satu.

267
Pasal 16: Singer Bunguhan
Singer Bunguhan artinya denda bagi pembunuh bayaran yang
mendapat upah yang tetap. Orang yang mengambil upah membunuh
itu, jika disinger oleh ahli waris orang yang dibunuh, harus dihukum
jipen 2 atau jipen 5 untuk “penyau sangguh”. Orang yang menyuruh
membunuh itu harus membayar pula kepada si pembunuh jipen 2
sampai jipen 4 untuk “tasih penyang”.

Pasal 17: Singer Timbalan


Singer Timbalan artinya denda yang diberikan kepada seseorang
yang ikut-ikutan membunuh setelah melihat orang lain melakukan
pembunuhan. Orang yang kemudian membunuh itu harus membayar
denda kepada waris yang mati itu untuk “penyau sangguh” sejumlah
satu sampai dua jipen.
Pasal 18: Singer Tetekan
Singer Tetekan artinya denda yang diberikan kepada seorang
yang memotong kepala orang yang telah mati terbunuh. Ia dihukum
jipen 5, karena ia terdakwa membawa kepala itu ke sandung atau ke
dalam sandung.

Pasal 19: Singer Balaku Biti


Singer Balaku Biti artinya denda yang diberikan kepada
seseorang yang mati terbunuh namun kematiannya adalah akibat
kesalahan si korban sendiri karena telah menungkun isteri si
pembunuh. Diminta sahiring 24 jipen 25 sampai jipen 50. Singer itu
separuhnya dibayarkan kepada yang wajib menerima dan yang
sebagian itu pula tidak dibayarkan karena kesalahannya dan atau
menungkun. Yang tidak bisa dipotong singernya ialah paramun
hantu, salem balai, dan tipuk danum.

Pasal 20: Singer Salem Layu Lewu


Singer Salem Layu Lewu artinya denda yang berfungsi untuk
menetralisir dendam. Di sini orang yang membunuh menginginkan
agar ahli warisnya yang mati terbunuh itu tidak balas membunuh
untuk membalas kematian itu dengan meminta sahiring keluarga
almarhum. Maka sahiring itu harus membayar menurut hukum adat
biasanya kepada waris yang mati itu jipen 2 serta satu ekor kerbau
seharga jipen 5 dan dua pucuk lamiang penyirau sanaman tampajat.

Pasal 21: Singer Paramun Hantu


Singer Paramun Hantu artinya barang dan perkakas tertentu
yang harus disediakan sebagai persyaratan membayar denda

24 Denda
268
pembunuhan. Singer Paramun Hantu = minta pakaian, karena
diminta waris yang mati dibunuh oleh orang yang di-singer-nya itu.
Orang yang disinger dihukum membayar satu guci, satu senapan,
satu pucuk lamiang, satu jala, satu kelapa, satu sumpitan, satu tarai,
dua giring-giring, satu meriam, satu taring gajah, satu perahu, satu
dayung, satu kalumit batis, satu kuali kuantan dan piring mangkuk
secukupnya, lagi dua jipen, satu duhung tangking, satu sangkarut
karungkung sulau, satu tentang santagi bulau, dua sulang bulau
sansila pinding, satu lawung basulam, sapuluh bulau samenget.
Tetapi jika barang-barangnya itu tidak cukup, maka boleh dibayar
dengan sejumlah jipen 5 yang dinamai pakaian paramun hantu.

Pasal 22: Singer Tipuk Danum


Singer Tipuk danum artinya salah satu cara atau persyaratan
untuk membuang sial dan menentralisir situasi dengan cara
mencipratkan air sungai kepada ahli waris. Di sini si pembunuh itu
mencipratkan air di kaki waris yang minta itu supaya jangan
mendapat sakit sarak musu kepada keluarganya, atau campah
kudung atau penyakit-penyakit lain. Jika waris itu saudara kandung,
maka harus dibuat batunya jipen 5 beserta 2 lilis dan pisau pangkit.
Jika waris itu sepupu sekali atau dua kali, maka tipuk danum itu
tidak diberi batunya, melainkan hanya dipotong seekor ayam saja di
halaman dan darahnya dioles sedikit di dada yang minta tipuk danum
itu, dan barulah ia boleh berkumpul dengan orang yang membunuh
itu, agar tidak mendapat penyakit.

Pasal 23 : Singer Sahiring Bali Belom Susun Biat


Himang
Yaitu denda yang harus diberikan kepada orang yang dibunuh
namun tidak mati. Terlebih dahulu harus diselidiki apakah luka itu
dalam, atau tidak ada tempat lukanya, bila lukanya dalam hukumnya
jipen 2, kalau tidak dalam hanya jipen 1. Jika termasuk luka berat dan
hampir mematikan orang itu, maka harus dibayar denda jipen 10
bersama saki siraunya orang yang luka itu.

Pasal 24: Singer Panyuali Punu 25


Singer Panyuali Punu 26/Panyuali Liau 27/Panyuali Lewu28
artinya mamalas diri sekalipun tidak terlibat dalam pembunuhan
dengan maksud membuang sial. Maka orang kampung harus
bersama-sama membayar sedikitnya jipen 1 sampai jipen 5.

25 Panyuali Liau.
26 Pembunuhan.
27 Arwah.
28 Kampung.

269
Hukumannya begitu besar karena orang itu telah didakwa turut
membunuh. Bila orang yang membunuh itu membawa kepala orang
yang dibunuh/terbunuh itu sampai tiga hari lamanya dalam kampung
dengan ramai-ramai taharang tahusung dalam kampung, maka
hukumannya bayar jipen 10 kepada waris almarhum yang
menyinger.

Pasal 25: Singer Tulak Haluan Ules Arut


Singer Tulak Haluan Ules Arut artinya penundaan kewajiban
denda karena alasan yang dapat diterima. Orang yang minta sahiring
itu pulang, sebab si pembunuh itu minta tempo karena belum habis
memotong padi atau hendak bermufakat dengan kaum keluarganya.
Untuk hal ini harus didenda jipen 1 sampai jipen 2 jika orang itu
mengaku bahwa ia yang membunuh.

Pasal 26: Singer Puseh Panguman


Singer Puseh panguman = makan minum tuak, arak, potong
babi, ayam, yang dilakukan sesudah minta sahiring atau sesudah
tungkun, atau dosa, atau puseh panguman orang membeli balanga,
tetapi kalau membeli balanga sesudah habis makan dan minum,
segala piring, mangkok tempat makan dan minum, diambil masing-
masing untuk diri sendiri satu-satu dan dibawa pulang.

Pasal 27: Singer Tetes Hinting Pali


Singer Tetes Hinting Pali (Pali Bunu)= urusan hal pembunuhan
sudah habis. Memotong kerbau atau sapi dan babi, ayam dan makan
minum tuak, arak serta bersumpah pasak taguh malintup awang
baloh, malaboh batu, marapak ijang pahera, hatindik sawong
bungai dan satu pohon ulin dipaku oleh warisnya serta dipukul paku
di batang ulin atau kayu sampai tidak bergerak sebagai tanda
kematian itu tidak boleh dibongkar lagi, dan barang siapa
membongkar lagi hal itu maka ia dimakan sumpah sebanyak macam
yang tersebut di atas, yang disaksikan oleh orang banyak.

Pasal 28: Singer Rampas Huang Huma


Singer Rampas Huang Huma = merampas dalam rumah. Jika
pencuri itu masuk ke dalam rumah dan telah merampas barang
seharga Rp 20,- maka ia dihukum jipen 1 sampai jipen 2. Apabila ia
masuk dengan membongkar dinding atau lantai dan merampas
barang seharga itu juga, ia akan dihukum jipen 2 sampai jipen 3
kepada pemilik barang.

270
Pasal 29: Singer Rampas Pambulan Macam-macam
Singer Rampas Pambulan Macam-macam = merampok
tanaman di kebun yang masih dipelihara orang dengan diberi tanda
yang cukup. Jika terbukti orang yang merampas dengan keterangan
yang sah, maka orang itu harus dihukum jipen 1 sampai jipen 2.

Pasal 30: Singer Rampas Bawui-Manuk


Singer Rampas Bawui Manuk = merampas babi atau ayam. Jika
babi itu harganya sampai Rp 20,-, maka ia dihukum denda jipen 1
sampai jipen 2. Kalau ayam yang dirampas maka dendanya gong 1
sampai gong 2, tapi kalau ayam sahur orang, yaitu hukumannya jipen
1, dibayar dengan saki palasnya.

Pasal 31: Singer Rampas Besei-Teken


Singer Rampas Besei Teken = merampas pengayuh atau
penanjak (galah). Jika dirampas dari perahu yang sedang dalam
perjalanannya, maka hukuman yang harus dibayar kepada pemilik,
jipen 1 dan yang punya itu harus dipalas dengan ayam 1 ekor dan
piring mangkuk sanaman pangkitnya dan satu tarikan lasung
kuningan, semua diberi kepada orang yang menyinger itu.

Pasal 32: Singer Rampas Arut Tuntang Timba


Singer Rampas Arut Tuntang Timba = perampasan perahu dan
penimba. Jika ia merampas perahu di tempatnya atau waktu orang
masih di tengah perjalanan, maka ia dihukum jipen 1 sampai jipen 2,
dan bilamana ia merampas satu barang yang kecil sekali, maka orang
itu akan dihukum denda jipen 1 kepada pemilik barang.

Pasal 33: Singer Rampas Pambulan


Singer Rampas Pambulan = perampasan buah-buahan.
Hukumannya menurut pasal 29, tetapi bila bukti kesalahan tidak
terang, maka si pengadu itu dihukum membayar sepuluh kati barang
kuningan dan paling tinggi jipen 1, kepada orang yang terdakwa.

Pasal 34: Singer Rampas Ramu Huang Huma


Singer Rampas Ramu Huang Huma = merampas barang dalam
rumah. Jika merampas piring atau mangkuk perkakas makan orang
dalam rumah itu, maka ia dihukum jipen 1 dan sirau sambun saki
palas untuk orang yang mempunyai barang. Dan jika harga
barangnya sampai sepuluh rupiah, hukumannya dari jipen 2 sampai
jipen 3, di luar sari sakinya. Yang dinamakan sirau saki yaitu satu
biji lalang, satu parang, satu pasang lasung, satu mangkuk, satu
piring, memotong seekor ayam. Begitu juga bila pemilik rumah
bepergian dan yang menunggu rumah hanya ibu atau ayahnya saja.

271
Pasal 35: Singer Kabalangan Dagang
Singer Kabalangan Dagang = singer bila menarik barang yang
sudah dijual. Walaupun harga sesuatu barang telah ditetapkan dan
akan dibayar oleh si pembeli, tetapi yang menjual tidak jadi, maka dia
ini harus dihukum dengan jipen 1 sampai jipen 2.

Pasal 36: Singer Manduan Haluli Binatang yang


Dipelihara
Singer tarik (mengambil) sekalian barang yang dipelihara.
Umpamanya si A ada menyerahkan kepada si B kerbau, babi, atau
kambing untuk dipelihara dengan perjanjian bilamana binatang itu
beranak tiga ekor, maka yang satu ekor akan menjadi upah si B,
untuk memelihara tadi. Akan tetapi sesudah tiga-empat bulan tiba-
tiba si A mengambil semua binatang itu dengan tidak memberi upah
sepatutnya. Maka jika terjadi begini, si A harus membayar upah si B
Rp 12,- sampai Rp 24,- dan untuk tidak jadinya si B yang memelihara
binatang itu tadi harus dibayar jipen 1.

Pasal 37: Singer Tawan Tatau


Singer Tawan Tatau = menangkap orang kaya yang menyimpan
barang-barang. Bila seorang yang kaya tertangkap karena kesalahan
orang lain, maka di situ harus ditilik jumlah tebusannya, jika
besarnya satu biji halamaung lama, harganya sampai Rp 1000,- yaitu
peteng lenge upah ambin basir, harga jipen lima serta saki palas
sambun siraunya bulau kandung, pakaian sinde mendeng serta
memotong ayam dan babi atau sapi buat palasnya.
Tetapi bila ia tertangkap itu karena kesalahannya sendiri
umpamanya sebab dosa atau manungkun anak isteri orang, beberapa
peteng lenge umah ambin batun sitan saki, harus dipotong buat
membayar kesalahannya itu menurut hukuman adat atau
tungkunnya. Jika kurang, yang tertangkap itu harus menambah lagi
sampai cukup tungkun siang itu, hanya yang tidak boleh dipotong
ialah pakaian sinde mendeng.

Pasal 38: Singer Tawan Jipen


Singer Tawan Jipen = menangkap tambah (buruh) orang. Jika
tambah itu ditangkap karena kesalahannya sendiri, didenda jipen 1
sampai jipen 2 dan pakaian sinde mendeng seperti yang tersebut di
atas.

Pasal 39: Singer Karak Tawan


Singer Karak Tawan = orang yang ditangkap itu dibuka dari
dalam panga. Hukumannya jipen 1 sampai jipen 2 serta sirau

272
sambun dan saki palasnya pakaian sinde mendeng harus dibayar
oleh orang yang tertangkap itu.

Pasal 40: Singer Uap Karakup Tawan


Singer Uap Karakup Tawan = orang yang ditawan itu belum
bisa diputus perkaranya karena kesalahan belum terang.
Hukumannya jipen 2 sampai 5, tetapi saki palasnya dan sambun
siraunya belum bisa dibayar sebab perkara itu masih belum beres.

Pasal 41: Singer Peteng Lenge


Singer Peteng Lenge = orang yang ditangkap ternyata tidak
bersalah dan tidak lama, cuma satu hari saja. Hukumannya dari jipen
1 sampai 2 dan sirau saki sanaman pangkitnya, lamiang lilis, bulau
ije tilai, tingang behat due saga bahandang, lesung hatandipah,
duhung tangking dan dua batu jejakannya.

Pasal 42: Singer Umah Ambin


Singer Umah Ambin = ditangkap karena hendak membunuh
orang, cemburu, karena bersalah dengan perempuan orang, memaki
orang tidak mau membayar utang, menipu, gila dan orang ini tidak
memakai umah ambin, maka hanya ia harus membayar denda Rp
10,- saja, dan sirau saki saja yang dibayar oleh yang menangkap
orang itu.

Pasal 43: Singer Pakaian Sinde Mendeng


Denda untuk seseorang yang ditangkap karena menungkun atau
dosa lain, atau karena mencuri, hukumannya cuma membayar
pakaian sinde mendeng serta sirau sakinya saja.

Pasal 44: Singer Saki Palas


Singer Saki Palas = beristri dua (hajambua). Dia harus
memotong kerbau, sapi, atau babi untuk mamalas kedua isterinya itu
agar mereka dapat berkumpul dan tidak timbul percekcokan satu
sama lain dan akan menurut adat yang bermadu.

Pasal 45: Singer Rubuh Balanga


Denda karena memecahkan balanga orang. Barang siapa
memecahkan balanga orang maka ia harus membayar satu buah
halamaung lama dan satu ekor babi kepada yang punya balanga.

Pasal 46: Singer Pesek Lalang (Halamaung) Lama


Denda untuk orang yang memecahkan lalang orang, ia harus
membayar satu buah guci basir yang harganya jipen lima kepada si

273
empunya halamaung itu dan apabila guci besar ini ada cacatnya,
maka denda itu ditambah dengan jipen 3.

Pasal 47: Singer Panyahepak Tungkun


Singer Panyahepak Tungkun = mamenyau (mencuci) hati.
Untuk membersihkan perselisihan antara suami-isteri agar jangan
muncul perselisihan lagi di antara mereka, sebesar jipen 1 sampai 2,
tetapi boleh dibayar dengan satu ekor sapi atau kerbau dengan saki
palas.

Pasal 48: Singer Kehun Lewu Huma


Singer Kehun Lewu Huma = membakar rumah orang. Jika
ditemukan orang yang membakar itu, maka mereka itu harus
dihukum untuk selamanya menjadi sembuat/tambah (buruh) si
pemilik rumah. Bila dapat dibuktikan bahwa di dalam rumah itu
turut terbakar balanga dan halamaung, maka si pembakar itu harus
menjadi tambah turun temurun dari pemilik rumah.

Pasal 49: Singer Kehun Sandung Pantai dan Kaleka


Lewu
Singer Kehun Sandung Pantai dan Kaleka Lewu = membakar
kuburan atau batang pantar dan bekas tempat rumah orang yang ada
tanamannya hingga terjadi banyak kerusakan. Hukuman jipen 2
sampai 6. Jika terbakar bekas rumah atau batang pantar,
hukumannya jipen 1 sampai jipen 2 tetapi diberi saki palas, daging
babi dipotong-potong untuk dimakan beramai-ramai di bawah
sandung pantar itu. Adapun singer kaleka tidak usah makan minum,
cukuplah diberi ayam dengan sirau kakinya.

Pasal 50: Singer Tandahan Jipen


Singer Tandahan Jipen = sembarang kata membicarakan orang.
Jika seorang mengatakan orang lain yang sebenarnya turunan
bangsawan sebagai tambah (buruh) orang, maka orang yang
mengatakan itu harus dihukum jipen 2 sampai 3, sebab ia telah
memberi malu karena mengatakan demikian.

Pasal 51: Singer Tandahan Hantuen


Singer Tandahan Hantuen = mengatakan orang bisa menjadi
kuyang. Jika mengatakan seorang kuyang tanpa keterangan yang
cukup, maka orang itu harus dihukum jipen 3 sampai 6.

Pasal 52: Singer Tandah Dosa

274
Singer Tandah Dosa = seorang perempuan mendakwa seorang
laki-laki mengganggu dia. Jika keterangannya tidak lengkap, maka
perempuan itu harus dihukum jipen 2 sampai 4.

Pasal 53: Singer Tandahan Sarau


Singer Tandahan Sarau = seorang gadis yang hamil mendakwa
seorang laki-laki telah mengganggu dia. Jikalau perempuan itu tidak
berani dengan sumpah menerangkan pendakwaan itu dan keterangan
serta saksi-saksi tidak cukup maka perempuan itu harus membayar
denda jipen 1 sampai jipen 3, dengan memperhatikan apakah harta
kekayaan yang dimilikinya.

Pasal 54: Singer Kabeluman Kajaun Huang


Singer Kabeluman Kajaun Huang = umpamanya si A telah
memberikan anaknya kepada si B, tetapi setelah satu tahun anak itu
diambil kembali oleh si A. Kalau selama sampai satu tahun si B telah
memelihara anak itu maka si A harus membayar denda kepada si B.
Denda jipen 2 sampai 3 sebagai ongkos si B memelihara anak itu.

Pasal 55: Singer Kabalangan Dagang


Singer Kabalangan Dagang = A menjual satu ekor kerbau dan
lain-lain, umpamanya harga sampai Rp 5,-, dan sudah ditetapkan
dengan seorang bernama si B. Tetapi si A tidak jadi menjual barang
itu. Maka si A dihukum bayar denda kepada si B dari gong 2 sampai
jipen 1.

Pasal 56: Singer Kasule Huang Uluh


Singer Kasule Huang Uluh artinya si A sudah berjanji dengan B
bermufakat untuk berusaha getah dan lain-lain tetapi si A lantas pergi
dan tidak memberi tahu kepada B. Di sini si A dihukum bayar denda
jipen 1 dan kalau si A pergi serta ia membawa B, B tidak didenda
jipen 1 sebab ia tidak menepati perjanjian dahulu. Dalam hal ini siapa
yang melanggar perjanjian mesti dihukum.

Pasal 57: Singer Kunus Kampung


Singer Kunus Kampung artinya A berkumpul serumah dengan
B. Setelah beberapa lama berkumpul ternyata si perempuan B hamil.
Kemudian si A ingin pindah ke rumah lain dengan semua barang-
barangnya. Maka untuk itu si A dihukum bayar saki palas sirau lilis
buat B: satu ekor babi, satu ekor ayam, satu lamiang, satu parang,
satu piring, satu mangkok, dua gelang kuningan, dan batunya Rp 3,-.

275
Pasal 58: Singer Pali Harusak Binting
Singer Pali Harusak Binting artinya ada orang baru meninggal
kemudian keluarganya yang hidup membuat pali dengan memasang
rotan menyeberang batang air, menggantung buah-buah walaupun
sudah kering atau buluh penciduk air yang kosong dan parang
tombak digantung di mana rotan yang dipasang tadi dan daun
janjuang, artinya: barang siapa melewati itu, belum tujuh hari atau
empat belas hari, ia harus dihukum bayar kepada waris almarhum
yang membuat pali tadi, dari jipen 1 sampai jipen 2, yaitu dinamakan
singer tetesan pali suruk hinting.

Pasal 59: Singer Tamahan


Singer Tamahan artinya yaitu si A dijual si B kepada orang lain
padahal si A tidak berhutang kepada si B. Si B dihukum jipen 5
sampai jipen 10 sebab ia telah bersalah menjual si A, dan saki
palasnya cukup. Pada jaman dahulu si B dihukum satu biji
halamaung lama, sebab orang yang membeli si A dari tangan si B
tadi untuk kabalik, artinya dimatikan buat pesta tiwah. Tetapi hal ini
sekarang tidak digunakan lagi. Sekarang ini perkara kabalik sudah di
bawah pemerintah, yaitu dinamakan hukum tamahan matei.

Pasal 60: Singer Tutup Mate Sumbel Pinding


A berzina dengan B. Hal ini diketahui oleh seseorang laki-laki
atau perempuan yang melihat mereka berdua. Untuk
menyembunyikan hal ini, orang ini diberi satu tarikan gelang
kuningan atau uang paling besar Rp 10,-. Kemudian kejadian mereka
berzina ini diketahui oleh suami perempuan tadi tetapi orang yang
mengetahui dan telah menerima barang atau uang tidak mau menjadi
saksinya, maka jatuhlah hukuman untuk lelaki B yang berzina tadi
dengan didenda jipen 1 sampai jipen 2 yang harus dibayar kepada
suaminya perempuan A tadi.

Pasal 61: Singer Pahaliman Bandung


A berzina dengan B kemudian diketahui oleh lain orang. Orang
yang melihat itu disuruk oleh si laki-laki yang berzina tadi dengan
jipen 2 sampai jipen 3 supaya yang melihat tadi tutup rahasia.
Ternyata di kemudian hari kedapatan oleh keluarga istri A orang yang
mengetahui kejadian ini berusaha menyembunyikan perkara.
Lantaran ia sudah makan suruk (suap) maka ia dihukum jipen 2
sampai 4 sebab itu orang sudah menjadi sekutu untuk merusak
kelakuan anak muda itu yang dinamakan Singer Pahaliman
Bandung.

Pasal 62: Singer Pahaliman Takau

276
Singer Pahaliman Takau artinya denda karena turut
menyembunyikan barang yang dicuri orang serta diketahui orang lain
bahwa ia ikut menyembunyikan barang yang dicari itu. Untuk ini ia
harus dihukum gong 2 sampai jipen 1. Tetapi kalau ia memperoleh
bagian dari barang yang dicuri orang itu hukumannya menjadi sedikit
berbeda sebab ia telah setengah mencuri. Kalau ia tidak mendapat
bagian seperti di atas, hukumannya dinamakan penyau dakwa.

Pasal 63: Singer Karak Antang Duhi


A akan pergi ke tempat atau negeri lain. Pada setengah
perjalanan itu berbunyi burung yang menunjukkan bahwa ia akan
mendapat susah dalam perjalanannya itu. Kemudian ia membuat
pondok kecil tempat untuk tidur selama tiga hari tiga malam,
kemudian baru ia berangkat dari tempat itu, dan di pondok tersebut
digantungnya satu cangkir berisi beras yang dinamakan pinggan
sahur. Kemudian datang orang lain merampas, menarik atau
menungkun di pondok tersebut. Maka orang itu yang membuat
kejahatan dihukum bayar paling sedikit jipen 1, paling tinggi jipen 2
yaitu dinamakan karak antang dahiang dan juga satu ekor babi
seharga Rp 3,- dan satu pucuk lamiang (akik).

Pasal 64: Singer Lulut Ramu


Singer Lulut Ramu atau Singer Lasan Barang artinya A
meminjam barang B satu haramaung lama atau gong dimana dari
pinjaman itu harus diberi tambahan. Namun A mengembalikan
barang tersebut dengan tidak membayar sesuai perjanjiannya kepada
si B, maka A dihukum membayar jipen 1 sebab si A mengingkari
perjanjiannya kepada si B. Namanya hukuman lulut, guci itu pulang
kepada si B.

Pasal 65: Singer Talampin


Singer Talampin (suruk amak hawut) artinya A berzina dengan
perempuan bernama B, dilakukan pada satu tempat tidur perempuan
C. Maka A mesti membayar denda hukuman paling kecil jipen 1,
paling besar jipen 2 kepada C karena tidak terima tempat tidurnya
diinjak oleh A.

Pasal 66: Singer Uap Huma Surung Takun


Jika ada laki-laki masuk pintu dan terus masuk ke dalam
pangkeng hendak berzina dengan perempuan B, tetapi diketahui
orang dan dikenali si A yang masuk tadi, walau si A lari bersembunyi.
Untuk itu si A dihukum mesti membayar gong 2, paling tinggi jipen 1
yang dinamakan uap huma surung takun.

277
Pasal 67: Singer Pahenyek
A dan B suami istri. Kemudian A berselingkuh dengan
perempuan C. Banyaknya hukuman A dan C tergantung utangnya.
Jika utang A jipen 10 dan B datang menyinger C, C mesti membayar
kepada B 10 biji sambas, jikalau dijadikan gong dua puluh dua
setengah kati. Hukuman ini dinamakan pahenyek.

Pasal 68: Singer Tekap Tampar Baun Mate


Singer Tekap Tampar Baun Mate artinya membuat malu orang
tua atau ibu bapak si perempuan A karena si lelaki B dengan paksa
mengambil A menjadi istrinya. Si B mesti membayar hukumannya
kepada orang tua si A tadi jipen 3 paling tinggi jipen 5.

Pasal 69: Singer Pandua


Singer Pandua artinya lelaki A kawin dengan perempuan B.
Lantas A kawin lagi dengan perempuan C sehingga A beristri dua,
maka C sebagai istri baru disinger B dengan jipen 6 paling tinggi
jipen 8 bersama satu ekor babi harga Rp 10,- dan satu pucuk
lamiang, dinamakan pandua atau pahinje.

Pasal 70: Singer Kabeluman


Singer Kabeluman artinya jika A mendapat kesusahan karena
karam di riam atau di tempat lain sampai hampir mati, kemudian
datang B lalu memegang tangan si A atau di rambutnya sehingga A
terlepas dari bahaya maut. Si A wajib membayar kepada B satu gong
paling tinggi jipen 1 sebab si A tidak jadi mati.

Pasal 71: Singer Panangkalau Dosa


Si lelaki A beristri B. Di kemudian hari A melakukan dosa
berzina dengan gadis atau perempuan orang lain, maka B menyinger
suaminya A. Di sini A kena hukuman membayar kepada B paling
rendah jipen 1, paling tinggi jipen 2, itu hukuman dinamakan
panangkalau dosa (mempunyai istri tetapi berzina).

Pasal 72: Singer Mansawe Nangkalau Kaka


A akan mengawini C, tetapi ada saudara tua C yaitu perempuan
B dan masih gadis. Di sini A melangkahi B untuk mengambil C. A
harus membayar jipen 1 kepada B, yaitu singer panangkalau karena
kawin melewati yang tua untuk mengambil yang muda.

Pasal 73: Singer Tambasan Tungkun


Singer Tambasan Tungkun terjadi apabila ada orang
menungkun atau mengambil perempuan yang sudah lama ditinggal
suaminya. Dalam hal ini kawin saja tidak cukup menurut adat, dan

278
hukuman tambasan tungkun dikenakan pada yang mengambil itu
dengan membayar jipen 2 paling tinggi jipen 6 untuk membayar
perkawinannya yang terdahulu.

Pasal 74: Singer Sirat Kota Anduh Lewu


A berkelahi dengan B dan A minta pertolongan kepada C karena
A merasa akan kalah berkelahi melawan B bila tidak ditolong C.
Tetapi C sebenarnya tidak ada masalah dengan B. Untuk itu C harus
membuat perjanjian yang teguh dengan A. A memberi satu tombak
kepada C dan C memberi satu tombak kepada A. A memberi satu ekor
kerbau dan 100 ramu = jipen 2, yang dinamakan sirat kota anduh
lewu atau singer (jalan bermufakat).

Pasal 75: Singer Palanggar Raung


Lelaki A kawin dengan perempuan B. Kemudian tiba-tiba B
meninggal dunia. Lantas A kawin lagi dengan perempuan lain
sebelum tiwah B dan tanpa bermufakat dengan ahli waris/keluarga B.
Di sini A harus membayar jipen 2 paling tinggi jipen 5. Denda ini
dinamakan singer Palanggar Raung (melanggar almarhumah dan
tidak dibersihkan kematian istrinya).

Pasal 76: Singer Palanggar Balu


Singer Palanggar Balu artinya perempuan A bersuami B, tiba-
tiba si B meninggal dan kemudian waris atau ibu bapaknya si B
memotong ujung rambut si A serta membuat pesta di rumahnya si A
dan memanggil orang tua-tua berkumpul di situ membuat perjanjian
dan mengganti pakaian A semua menjadi pakaian putih tidak boleh
pakaian merah jika si A belum lepas pesta tiwah dan berjanji di
hadapan orang tua-tua yang turut menyaksikan perjanjian pesta
tiwah. Diberi waktu dua tahun untuk melaksanakan tiwah. Tetapi
kalau sampai dua tahun si A belum melaksanakan tiwah itu, barang
perpantangannya dibagi dua atau dibagi tiga. Dua bagian kembali
pada ahli waris almarhum dan waris membuat pesta tiwah, serta A
membayar jipen 2, paling tinggi jipen 5 buat waris. Sementara, jika A
belum habis tempo kemudian kawin dengan laki-laki lain, A mesti
dihukum membayar bersama laki-laki itu jipen 3, paling tinggi jipen
6. Tetapi kalau si lelaki baru sanggup membuat pesta tiwah sehabis
pesta itu, kalau barang-barang almarhum masih ada sisanya, dua
bagian harus dipulangkan kepada ahli waris atau kepada anaknya
kalau si B mempunyai anak.

Pasal 77: Singer Mangaruti Pangaturui


Singer Pangaruti atau Pangaturui = artinya A dan B berjalan
mencari getah atau pekerjaan lain, kemudian si B sesat di hutan itu. A

279
bisa pulang ke rumah sedangkan B tidak pernah kembali (mati). Jika
dalam beberapa tempo A mencari tidak bisa menemukan B maka A
dihukum membayar paling sedikit jipen 2, paling tinggi jipen 4
kepada ahli waris B yang kuasa menerima.

Pasal 78: Singer Kabehun Bane


Singer Kabehun Bane artinya lelaki A kawin dengan perempuan
B kemudian A cemburu dan mengadu kepada keluarga/ahli waris B.
Tetapi kecemburuan itu tidak dikuatkan dengan keterangan, sampai
si lelaki berani sumpah membenarkan sebagai dakwaannya itu maka
si A dihukum berhutang membayar kepada ahli waris si B paling
rendah jipen 1 paling tinggi jipen 2. Demikian pula sebaliknya.

Pasal 79: Singer Kabaluan


Singer Kabaluan artinya lelaki A kawin dengan perempuan B,
tiba-tiba si A meninggal atau mati dengan meninggalkan harta cukup
untuk pesta tiwah. Dan dalam satu tahun sesudah si A mati, lantas si
B bersuami orang lain, waris si A harus datang menyinger si B minta
kebaluan. Maka hukumannya paling rendah jipen 3, paling tinggi
jipen 6. Jika ada barang peninggalan si A, harus dibagi dua, satu
bagian dikembalikan kepada ahli waris si A, satu bagian tetap untuk
si B.

Pasal 80: Singer Sahut Sambat


Singer Sahut Sambat yang bisa menjadi utang, artinya kalau
salah tuduh akan jadi perkara. Hal ini dapat terjadi apabila
perempuan A bersuami B. Suatu saat B cemburu dan menuduh A
berselingkuh dengan lelaki bernama C. Tetapi si B tidak mendapatkan
keterangan yang cukup sehingga B sering kali marah kepada A,
sampai suatu saat mereka bercerai. Barang-barang perpantangan
dibagi dua menurut adat istiadat tetapi B harus menerangkan
dakwaannya itu dihadapan orang tua-tua sebagai saksi, yaitu jika A di
kemudian hari menikah dengan C, maka ia akan menuntut tungkun
kepada C dan A. Ternyata di kemudian hari si A kawin dengan si C
dan A sehingga A harus membayar denda kepada B sebagian
besarnya tungkun. Tetapi kalau A kawin dengan orang lain, maka B
tidak bisa menuntut apa-apa dari A.

Pasal 81: Singer Makan Toba atau Manikam Diri


Singer Makan Toba atau Manikam Diri artinya membunuh diri.
Seorang perempuan makan toba (racun) jika suaminya berselingkuh
atau hendak kawin dengan perempuan lain. Berapa sahiring
(harganya) almarhumah harus dibagi dua. Satu bagian suaminya
harus dibayar kepada waris almarhumah. Hal sebaliknya juga berlaku

280
jika seorang lelaki makan toba bunuh diri sebab istrinya berselingkuh
atau berjanji denga lelaki lain untuk bertungkun (kawin). Di sini
keterangannya harus cukup yang menguatkan kedua orang itu akan
kawin. Perempuan itu juga mendapat hukuman yang sama. Lain lagi
kalau ada satu perempuan membuat janji dengan lelaki lain akan
bertungkun (kawin), keterangan juga cukup bahwa mereka akan
kawin dan lelaki yang berjanji tadi ternyata tidak jadi mengambil
perempuan tadi menjadi isterinya sehingga perempuan itu makan
toba atau bunuh diri. Si lelaki itu mesti dihukum membayar seperti
tersebut di atas. Jika sahiring 18, jipen 9 harus membayar singer
Pangaruti atau Pangaturui.

Pasal 82: Singer Susun atau Biat


Singer susun atau biat artinya A meminta pertolongan B
memotong kayu atau pekerjaan lain dengan memanggil orang banyak
untuk bekerja (usaha gotong royong). Tiada disangka dalam
pekerjaan tersebut si B mendapat luka berat karena terkena kayu
yang tumbang disebabkan oleh kawan-kawannya yang lain. Di sini
dilihat keadaan sakitnya. Jika kena kepalanya dan selama sakit itu 8
sampai 10 hari, maka yang memotong kayu tadi dihukum membayar
denda jipen 1, dan yang memanggil (empunya pekerjaan) memberi
saki palasnya satu ekor babi dan satu pucuk lamiang. Kalau orang
itu sampai mati maka orang yang memotong kayu dan yang
memanggil atau empunya pekerjaan tadi si A, harus membersihkan
pesta tiwah almarhum tadi, dinamakan susun biat orang sakit dan
mati itu, karena tanpa sengaja si A dan orang lain menyebabkan
orang tadi mati atau luka, dihukum lantaran kurang hati-hati. Jika
orang itu kena kaki atau tangannya dan selama sakitnya belum baik,
maka ongkos-ongkos obat dan penjaganya menjadi tanggungan orang
yang memanggil dan yang menyebabkan luka.

Pasal 83: Singer Pangaturui atau Pangaruti


Singer Pangaturui atau Pangaruti artinya mati dibunuh orang
gila. Si A membunuh B, tetapi orang tidak tahu bahwa si A gila, jadi
dibiarkan saja. Di sini warisnya si A mesti membuat pesta tiwah si
B, kecuali semua orang tahu bahwa si A gila serta mengingatkan waris
si A. Tetapi bila waris ini tidak memperdulikan, maka waris si A
melakukan tindakan salah dan kalau ada orang mati maka waris A
mesti membayar sahiring harga yang mati. Tetapi jika mengamuk
kepada orang dan ia sendiri yang mati itu tidak ada perkaranya.

281
Pasal 84: Singer Orang Kena Dundang 29
A mempunyai satu bidang kebun atau ladang yang di kandang.
Kebunnya tidak terjaga dan dapat dimasuki oleh babi atau
menjangan, sehingga A membuat seradang (dundang) di mana babi
atau menjangan masuk. Sesudahnya seradang dibuat, A tidak
memberi tahu kepada orang sekampungnya di mana seradangnya
terpasang (semua orang tidak tahu). A dihukum membayar sahiring
harga almarhum, kalau ada orang yang mati terkena seradang itu.
Jika ada orang luka terkenanya, maka si A mesti bayar biat menurut
besarnya luka dan selama orang itu sakit. Jika kena kakinya saja
sehingga menjadi lemah dan rusak kondisi badan untuk berjalan
maka si A harus membayar jipen 5. Kalau sakitnya tidak merusak cara
berjalan atau melemahkan, si A membayar jipen 2, gong 1, menjadi
jipen 2,5 dan saki sirau satu pucuk lamiang (akik) dan babi seharga
Rp 5,-. Jika A waktu membuat seradang memberi tahu kepada orang-
orang sekeliling kampungnya, dan ada seorang pergi ke tempat
tersebut, maka A tidak bersalah kalau orang itu terkena seradang. A
memberi tanda di mana daerah yang ada seradang itu, dengan
menaruh mata seradang ditegakkan baik di kuala jalanan atau di
pinggir sungai supaya orang menjadi tahu serta ingat bahwa di
tempat itu ada seradang (dundang).

Pasal 85: Singer Biat Anak-anak Tertimpas 30


Singer biat artinya A mempunyai anak dan B juga mempunyai
anak. Tiba-tiba anaknya A menimpas (menusuk dengan pisau)
anaknya B dan mendapat luka di kepala, di kaki atau di tangannya. Si
A dihukum membayar gong satu = setengah jipen atau satu buah
halamaung baru serta satu ekor ayam, satu pucuk lamiang.

Pasal 86: Singer Tandahan Takau


A mendakwa B mencuri tetapi ternyata bukan B yang mencuri
melainkan si C. Maka si A harus dihukum salah dakwa jipen satu
kepada si B tetapi si C harus membayar jipen dua kepada si A. Jadi A
dapat jipen satu dan B dapat jipen 1. Sebab B tidak akan terdakwa jika
tidak karena C. A tidak juga mendakwa jika tidak betul barangnya
hilang, dan barang-barang curian dikembalikan kepada si A. Jika
barang-barang itu sudah hilang, maka C mesti mengganti kepada si A.
Hukum ini dinamakan tandahan mencuri salah dakwa.

29 Saradang
30 Menusuk temannya.
282
Pasal 87: Singer Minjam Jukung dengan Paksa
Singer pinjam jukung (perahu) artinya ada satu kepala jalanan
tempat perkumpulan jukung atau perahu-perahu. A berangkat dari
arah barat tidak punya jukung sendiri. Sebuah dari antara perahu itu
kepunyaan B. Tiba-tiba si A membawa jukung si B dengan tidak
memberi tahu kepada si B. Si B datang tetapi jukung yang dipinjam si
A belum dikembalikan sehingga si B tertahan satu hari. Maka si A
dihukum membayar kepada si B gong 1 atau disamakan dengan guci
satu lalang rangkang. Hukun ini namanya singer pinjam jukung
atau barang-barang yang lain yang perlu dipakai yang punya (pinjam
paksa).

Pasal 88: Singer Kabalangan Mamili Jukung


Ada tiga orang, A, B, dan C. A dan B itu orang pendatang yang
bertemu di suatu tempat dengan C. Kemudian jukung A tidak muat
untuk barang-barangnya sehingga si A berniat membeli jukung si B.
B mengiyakan dan menetapkan harga. Si A kemudian menjual
jukungnya kepada si C. Tiba-tiba si B tidak jadi menjual jukungnya
kepada si A. A kemudian meminta kembali jukungnya dari C tetapi C
mau. Untuk hal seperti ini si B mesti dihukum membayar kepada si A
jipen 1, sebab ia (A) tertipu karena B. Hal demikian dinamakan singer
kabalangan mamili jukung rangkan atau perahu.

Pasal 89: Singer Potong Pohon Buah-buahan


Di sini si A mempunyai pohon buah-buahan yang sudah berbuah
atau belum berbuah yang diwarisinya dari datu atau neneknya. Tiba-
tiba datang B memotong pohon buah-buahan tersebut untuk
membuat tempat tinggal, tetapi ia tidak berkeluarga dengan A. Maka
si B harus dihukum membayar kepada A satu pohon buah atau dua
pohon jipen 1 atau disamakan satu pohon satu biji halamaung baru.
Tetapi kalau pohon itu belum berbuah, apa saja macamnya
malengkan dilihat besar batang pohon buah, kemudian ditaksir yang
harus dibayar B kepada A. Tetapi kalau A bakula (punya hubungan
keluarga) dengan B malengkan dihitung berapa harga pohon yang
mati dipotong itu. Berapa banyak turunan berkula dibagi dua (rata),
terpotong bagian B sebab ia mematikan buah itu.

Pasal 90: Singer Kapahunan


A membuat perjanjian dengan B untuk mengadakan pesta dalam
rangka mengangkat B menjadi saudaranya dengan memotong seekor
babi. Namun janji tersebut tak kunjung ditepati sampai akhirnya si B
sakit. Walau satu tahun sudah berlalu si B boleh mengadukan si A
dan si A mesti membayar kepada si B paling kecil jipen 1, paling besar
jipen 2. Di sini B menjadi sakit karena perjanjian makan bersama-

283
sama itu tidak dilaksanakan. Hal ini dinamakan singer kapahunan
makanan.

Pasal 91: Singer Manulah Manyumbang


Singer Manulah Manyumbang artinya satu bapa atau ibu
barang siapa jurah tinggi memaki keponakannya baik lelaki maupun
perempuan mesti dihukum. Yang derajatnya lebih tua membayar
kepada yang dimakinya jipen 1, jikalau yang dimakinya itu
keponakannya betul (dekat) hukumannya sampai jipen 2. Hal ini
dinamakan singer katulah kasumbang.

Pasal 92: Singer Negeri


Singer Negeri terjadi ketika A berzina dengan kemenakannya,
baik laki-laki atau perempuan. Hamil maupun tidak hamil, jika
keterangannya cukup menerangkan kedua orang itu telah berzina,
maka orang di hilir atau di hulu kampung bermufakat mencari sapi
atau kerbau, milik yang bergendak maupun milik orang lain. Kepala
dan satu pupuh kerbau atau sapi tersebut harus diantar kepada yang
salah baru kemudian daging-daging dibagi kepada setiap orang yang
ikut menyembelih. Jika yang berzina itu hamil, sehabis bersalin
orang-orang yang menyembelih sapi atau kerbau mengadu kepada
kepala kampung. Kepala Kampung membawa perkara itu kepada
Kepala Daerah. Jika yang bergendak itu tidak hamil, semua yang
bersangkut paut termasuk yang memberi keterangan dipanggil untuk
berkumpul dan diperiksa.
Dalam pertemuan tersebut segera diputuskan si A dan pasangan
zinanya (kemenakan) lebih dahulu membayar harga kerbau atau sapi,
kemudian baru diputuskan orang. Namanya batu saki negeri jipen 4.
Seberapa kampung yang turut membunuh kerbau atau sapi tersebut
terbagi rata, baru kemudian ditanyakan kepada kedua orang tersebut
mau kawin atau tidak.
Jika mau kawin, diputus besar saput atau palaku, artinya
persalinan itu jipen 1, dibayar kepada ahli waris perempuan itu. Jika
kedua orang tersebut tidak mau kawin, dibicarakan dan diputus si
laki membayar dosa sarau namanya. Jika bujang jipen 2, jikalau balu
jipen 4, tetapi ditanya ke ahli waris laki-laki terdahulu, sudah
membuat pesta tiwah atau belum. Jika belum tiwah, jipen 4 dibagi 2,
satu bagian kepada waris almarhum, satu bagian kepada ibu
bapaknya.
Yang bersangkutan dan semua orang berkumpul dan
bermufakat untuk menyembelih kerbau atau sapi. Dengan
sepengetahuan orang tua-tua itu pekerjaan berzina sumbang, artinya
salah juriat sehingga tidak bisa kawin sebab di bagian samping pihak
laki-laki atau perempuan, tidak dipedulikan asal saja salah juriat.

284
Darah kerbau atau sapi dibagikan dan dikirim ke kampung hilir dan
hulu kepada kepala kampungnya untuk dibagikan kepada anak
kampung supaya darah itu dihambur di ladang-ladang atau pohon
buah-buahan.

Pasal 93: Singer Tambalik Jela 31


Singer Tambalik Jela atau Paraheus artinya A dan B adalah
saudara kandung. A mempunyai anak bernama C dan D. D
mempunyai anak bernama F dan G, anak perempuan bernama H. F
mempunyai anak bernama I. Kemudian H mempunyai anak
perempuan bernama J. Lantas J akan menjadi isteri I. Maka G dan D
datang menyinger I. Kemudian G dan D membagikan barang singer
itu kepada keluarga dekat lainnya. Lihat bagan:

Seibu - sebapak

A B

C D F G
H I
J

Pasal 94: Singer Pamandang Jihi


Singer Pamandang Jihi terjadi ketika si A mendirikan rumahnya
tetap tidak sampai jadi sehingga perkakasnya rusak. Harus B dan C
yang berdekatan menuntut pamandang tiang rusak mulai Rp 10,-
sampai jipen 1 serta saki palas B dan C.

Pasal 95: Singer Pamandang Huma


Singer Pamandang Huma artinya jika A membuat rumah
sampai jadi tidak didiami oleh A selama-lamanya, maka B dan C
menuntut pamandang rumah. Di sini A harus membayar Rp10,-
sampai jipen 1 serta saki palas B dan C.
Pasal 96: Singer Pamandang Dapur
Singer Pamandang Dapur terjadi ketika A meninggalkan
rumahnya di kampung selamanya. Si A dihukum membayar

31 Paraheus
285
Pamandang Dapur Rp.10,- jipen 1 serta saki palas B dan C yang
bertetangga dengan A.
Permainan Anak-anak
Bersosialisasi dan belajar kebudayaan sendiri telah
diperkenalkan sejak kecil kepada anak-anak melalui permainan.
Anak-anak seusia berkumpul atau berkelompok melakukan
permainan. Sambil bermain mereka belajar bersosialisasi dengan
sesamanya, belajar untuk menjadi berani, serta mengenal
lingkungannya.

Hanangui. Hanangui berarti berenang. Anak-anak seusia dengan


kelompoknya berenang beramai-ramai di sungai, mereka berlomba,
berkejaran, menyelam, sehingga tanpa disadari tumbuh rasa setia
kawan dan persahabatan diantara mereka dan mereka jadi semakin
mengenal alam. Bermain di sungai amat menyenangkan namun
apabila tidak waspada banyak bahaya mengancam.

Bajukung. Bajukung berarti berperahu. Anak-anak seusia dengan


kelompoknya berperahu, mendayung, dengan ceria. Tanpa mereka
sadari proses pembelajaran terjadi karena mereka menjadi mahir
mendayung dan mengarahkan tujuan mereka.

Bakabun. Bakabun berarti berkebun. Anak-anak yang seusia


dengan kelompoknya berkebun bersama-sama di tempat yang tidak
jauh dari rumahnya. Mereka merasa senang dengan pengalaman baru
mereka karena mereka bisa menggunakan peralatan perkebunan dan
melihat hasil tanaman mereka yang setiap hari tumbuh mengalami
perubahan. Tanpa mereka sadari, dengan bermain mereka sedang
melakukan proses pembelajaran bagaimana harus berkebun dan
berladang.

Perang-perangan. Permainan perang-perangan biasanya di


lakukan di hutan yang terletak tidak jauh dari kampung mereka. Cara
berperang dengan menggunakan alat yang terbuat dari bambu hasil
karya mereka sendiri, dengan peluru sejenis biji, tanah liat atau daun
yang apabila terkena kulit terasa gatal, namun tidak berbahaya.

Memanjat Pohon. Permainan memanjat pohon biasanya dilakukan


dengan dua alasan. Alasan pertama memetik buah dari pohon itu,
dan yang kedua mengambil sarang burung yang ditemukan di pohon
tersebut.

286
Manyipet. Manyipet atau menyumpit adalah kegiatan anak-anak
sebaya dengan kelompoknya pergi bersama-sama ke hutan yang tidak
jauh dari kampung mereka untuk meyumpit burung.

Mangatek. Mangatek ialah kegiatan mencari burung dengan


ketapel.

Mamulut. Mamulut ialah kegiatan menangkap burung dengan


perekat yang mereka buat dari getah pohon-pohonan. Biasanya anak-
anak sebaya, pada pagi hari dengan kelompoknya beramai-ramai
menuju hutan, memasang perekat, lalu meninggalkan tempat itu.
Sore hari mereka datang kembali untuk melihat hasil tangkapan
mereka.

Bola Gita. Perangkat permainan biasanya mereka buat sendiri


dengan proses bermain juga. Misalnya mereka berlomba membuat
bola gita. Gita adalah getah pohon karet. Caranya, kulit batang pohon
gita di lukai, lalu getah gita yang berwarna putih mulai menetes
keluar. Kemudian tetesan getah mereka ambil dengan jari telunjuk
tangan kanan, lalu diolesi ditelapak tangan kiri. Diolesi sampai
merata namun tidak terlalu tipis. Ditunggu sebentar, sekitar tujuh
menit. Setelah kering, getah yang menempel di tangan dikelupas
pelan-pelan sambil membuat bundaran. Demikian dilakukan
berulang-ulang hingga besar bola yang diinginkan telah tercapai.

Main Bola. Main bola, seperti main bola pada umumnya.

Sepak Tengkong. Sepak Tengkong ialah main sembunyi-


sembunyian, tetapi dengan menggunakan sebuah kaleng kosong. Si
kalah, duduk di atas kaleng sambil matanya ditutup dengan kedua
tangannya. Teman-teman lain bersembunyi. Setelah suasana tenang
yang berarti teman-teman telah bersembunyi semua, si kalah boleh
membuka mata dan berusaha mencari tempat persembunyian
temannya. Apabila ditemukan, mereka berlomba mencapai kaleng
kosong. Apabila si kalah yang lebih dahulu mencapainya, maka teman
yang tempat persembunyiannya ditemukan tersebut menjadi calon
utama menggantikan posisi si kalah untuk nantinya mencari teman-
temannya. Namun apabila teman yang bersembunyi tadi berhasil
lebih dahulu mencapai kaleng kosong lalu menendangnya sekuat
tenaga, maka ia berhak untuk bersembunyi lagi. Si kalah harus
mengambil kaleng kosong yang ditendang oleh temannya itu dan
mengembalikan ketempat asalnya, lalu berusaha mencari teman-
temannya lagi.

287
Akan tetapi apabila teman yang tempat persembunyiannya
ditemukan, lalu gagal mendahului si kalah mencapai kaleng kosong,
ia masih punya kesempatan untuk ikut bersembunyi lagi apabila ada
seorang teman yang keluar dari tempat persembunyiannya, lalu
menendang kaleng kosong tersebut. Begitu seterusnya. Permainan ini
biasa dilakukan berkelompok.

Bahagaan. Bahagaan sama dengan gobak sodor di Jawa.

Ba’ajakan. Ba’ajakan adalah permainan kejar-kejaran sampai


tersentuh, siapa yang tersentuh balik mengejar. Akan tetapi
disediakan suatu tempat yang dinamakan pal. Pada pal, si kalah tidak
punya hak mengejar, ia hanya boleh menunggu dan kembali
mengejar apabila ada yang keluar dari pal dan kembali berlari
menuju pal selanjutnya. Biasanya disediakan dua pal.

Baasaman atau Sam-saman. Baasaman atau Sam-saman sama


dengan engklek di Jawa.

Badaku. Badaku sama dengan dakon di Jawa, akan tetapi bermain


daku di alam bebas. Maksudnya lobang daku di buat di tanah dan biji
daku bisa mengunakan batu-batuan kecil atau biji-bijian.

Memelihara ayam. Anak-anak tertentu gemar memelihara ayam.


Mereka merawat sendiri beberapa ekor ayam milik sendiri. Secara
tidak sadar mereka telah berlatih bertanggung jawab dan mengenal
lingkungan. Pada waktu siang, ketika suara ayam betina berkotek
untuk mencari tempat bertelur, hati mereka berdetak, rasa bangga
terasa, lalu diam-diam mereka amati gerak gerik ayam yang sedang
mencari tempat tersebut. Dari kejauhan mereka tunggui. Perasaan
bangga bukan karena ayam telah memberikan telur kepada mereka ,
namun keberhasilan merawat ayam kecilnya hingga berhasil menelur.

Bagasing. Bagasing sama dengan gangsingan di Jawa.

Hantu Pujut. Hantu pujut ialah permainan sekelompok anak untuk


saling menakut-nakuti. Caranya, kain tapih 32 dibentangkan di lantai.
Kemudian pada bagian sebelah atas tapih, kira-kira lima belas
sentimeter, dilipat arah ke dalam. Lalu pada kedua ujung dilipat
membentuk segitiga. Setelah itu seorang anak tidur berbaring di atas
tapih, dengan tangan dimasukan ke dalam lipatan segitiga tadi.
Tangan kanan di lipatan segitiga bagian kanan dan tangan kiri di

32 Jarik jw.
288
lipatan segitiga bagian kiri. Lalu kedua tangan yang telah dimasukan
ke dalam lipatan tapih dikatupkan sambil menggulingkan badan ke
arah kiri, Jadilah bentuk hantu pujut dan si anak mengejar dan
menakuti teman-temannya, suasana meriah karena saling kejar dan
saling hindar. Siapa yang tertangkap, dialah yang berperan menjadi
pujut berikutnya.

289
BAB IX
SISTEM PENGETAHUAN

Kebiasaan Suku Dayak


Pengetahuan Tentang Obat-obatan

Sangat disesalkan sekian banyak pengetahuan suku Dayak


mengenai obat-obatan yang berasal dari alam saat ini nyaris punah.
Hal tersebut disebabkan karena tidak adanya peninggalan tertulis dan
pengetahuan tentang obat-obatan memang tidak mendapat perhatian
khusus dari masyarakat.
Ketika seseorang menderita demam, ramuan langsung
diminumkan pada si sakit oleh yang merawat, biasanya oleh ibu
kepada anak. Setelah anak sembuh, masalah dianggap selesai. Anak
hanya tahu bahwa ia sembuh karena telah meminum ramuan yang
diberikan oleh ibunya. Sedang sang Ibu tidak pernah menjelaskan
ramuan apa yang telah ia berikan kepada anaknya. Sehingga hanya
ibulah yang mengetahui mengenai ramuan tersebut. Suatu saat
apabila ada lagi salah seorang anggota keluarga yang sakit, ibu
langsung pergi ke hutan memetik daun-daun tertentu dan terkadang
dilengkapi dengan kulit dan akar pohon kayu di hutan. Ramuan
tersebut kemudian diolah dan diminumkan kepada si sakit.
Pengetahuan tersebut tidak diturunkan kepada keturunannya,
karena ada keyakinan bahwa khasiat ramuan akan berkurang apabila
diceritakan pada banyak orang. Lazimnya pengetahuan tersebut
tertata rapi dalam sanubari, namun apabila ada yang tertarik ingin
mengetahui lalu bertanya, dengan senang hati pengetahuan tersebut
dibagikan. Singkat kata pengetahuan tentang obat-obatan hanya
akan diberikan kepada mereka yang ingin tahu, kemudian bertanya.
Diyakini khasiat obat tidak akan berkurang apabila informasi
diberikan hanya untuk menjawab pertanyaan, tanpa niat pamer
kemampuan. Disini kerendahan hati sangat dibutuhkan. Ada
beberapa keunikan pengetahuan pengobatan yang dimiliki oleh suku
Dayak. Sangat disayangkan banyak pengetahuan tersebut kini nyaris
punah. Namun demikian uraian singkat ini ditampilkan, dengan
maksud bahwa di masa yang telah lalu. Pengetahuan tersebut pernah
dimiliki oleh suku Dayak, diantaranya :

Usaha Membatasi Kelahiran

Pembatasan kelahiran, sebetulnya telah diketahui sejak dahulu


oleh orang Dayak. Dulu apabila seseorang baru menikah, ia bisa
merencanakan jumlah anak yang diinginkan, dan menentukan
sendiri jarak kelahiran yang diinginkan. Caranya hanya dengan
makan suluh 1 suatu jenis pohon. Contohnya bila menginginkan lima
anak dengan jarak kelahiran lima tahun antara anak pertama dan
kedua, kemudian satu tahun antara anak kedua dan ketiga, dua tahun
anak ketiga dan keempat, lima tahun antara anak ke empat dan
kelima. Mereka kemudian mencari suluh suatu jenis pohon2 tertentu
yang banyak cabangnya. Kemudian untuk menentukan jarak
kelahiran misalnya lima tahun, mereka memotong atau membuang
lima suluh yang terletak di bawah suluh pertama, maksudnya selama
lima tahun tidak akan hamil. Suluh keenam kemudian dibiarkan,
maksudnya tahun keenam siap untuk hamil, kemudian dua suluh di
bagian bawah dibuang, berarti dua tahun tidak hamil dan suluh
ketiga dibiarkan, maksudnya pada tahun ketiga kembali siap untuk
hamil, dan seterusnya. Suluh tersebut cukup dimakan sekali pada
awal pernikahan dan anak yang lahir dari pernikahan tersebut baik
jumlah maupun jarak waktu yang diinginkan akan menjadi
kenyataan.

Kulit tubuh putih mulus

Apabila kedua orang tua yang memiliki kulit tubuh berwarna


gelap dan menginginkan anak yang akan lahir berkulit putih mulus,
maka kedua orang tua dapat mengusahakannya. Caranya : istri yang
kandungannya telah mencapai usia enam bulan, pergi ke hutan

1 Daun yang masih menggulung karena masih sangat muda.


2 Sangat disesalkan nama tumbuhan tersebut tidak tercatat.
292
diantarkan oleh suaminya untuk memetik sehelai daun3. Begitu daun
ditemukan, dipetik, langsung dimakan oleh istri yang sedang hamil
tersebut di hadapan pohon yang daunnya baru dipetik. Ketika daun
sedang dikunyah oleh sang isteri, suami memohon penuh harap.
Kenyataan setelah anak dilahirkan, kulit tubuh bayi yang baru lahir
berwarna putih mulus dan rambutnya pun berwarna kecoklat-
coklatan. Untuk anak yang dilahirkan kemudian, apabila kedua
orang tuanya tidak mengusahakan mencari dan menguyah langsung
daun tersebut, maka kulit tubuh bayi yang dilahirkan selanjutnya,
akan sewarna dengan warna kulit orang tuanya.
Untuk kehamilan selanjutnya apabila daun dimakan kembali,
kulit tubuh anak yang lahir juga akan berwarna putih mulus. Begitu
seterusnya. Bisa jadi dalam suatu keluarga warna kulit anak berbeda
karena ibu tidak telaten mengusahakan mencari dan memakan daun
tersebut.4

3 Sangat disayangkan nama tumbuhan tersebut sudah tidak terdeteksi.


4 Ketika penyunting pulang kampung dan menemui salah seorang peramu
obat di pedalaman Kalimantan, penyunting banyak bertanya dan semua
pertanyaan penyunting di jawab dengan lengkap. Tidak hanya itu bahkan
peramu obat dengan senang hati menunjukkan kepada penulis tempat di
mana ia peroleh bahan-bahan ramuannya. Semua ramuan yang
dibutuhkan hanya ditemukan dalam hutan dan sebagian lagi hanya
ditemukan di tepi sungai. Peramu obat tersebut sudah mencoba menanam
ramuan-ramuan itu di halaman rumahnya namun usaha itu selalu gagal.
Sehingga tiap saat ramuan dibutuhkan, pergilah ia ke hutan untuk mencari
bahan-bahan yang dibutuhkan. Ada beberapa ramuan yang harus
diminum dalam keadaan segar namun ada beberapa yang boleh
dikeringkan. Ketika penyunting menanyakan nama dari tumbuh-
tumbuhan tersebut, peramu obat tidak mampu memberikan jawaban
karena ia memang tidak tahu namanya. Ia bercerita bahwa ketika
menanyakan tentang ramuan obat yang pernah diberikan oleh almarhum
orang tuanya kepadanya, yang dilakukan oleh orang tuanya bukan
menyebutkan nama tumbuhan yang dibutuhkan tersebut, namun
mengajaknya langsung mencari bahan yang dibutuhkan di hutan. Peramu
obat hanya mengenal bentuknya saja tanpa mengetahui namanya. Salah
satu ramuan yang telah terbukti berhasil menyembuhkan penyunting.
Punggung telapak tangan penyunting sudah sejak lama ditumbuhi
benjolan ukuran telor puyuh. Benjolan tsb tidak terasa sakit. Ketika
penyunting menunjukkan benjolan tersebut, sang peramu obat langsung
meraba dan memberikan sejenis akar serabut. Peramu obat berpesan agar
akar tersebut direbus dan airnya diminum, seminggu tiga kali. Ketika
penyunting menanyakan ukuran yang dibutuhkan untuk sekali minum,
jawaban yang diberikan tidak meyakinkan. Tidak ada ketentuan, yang
penting jumlahnya ganjil. Semula penyunting merasa khawatir karena
dosisnya tidak meyakinkan. Setelah tiga minggu meminum ramuan
tersebut4, benjolan berangsur-angsur hilang. Mula-mula benjolan terasa
293
Dari Tumbuh-tumbuhan

Beberapa tumbuh-tumbuhan liar yang dapat digunakan sebagai


ramuan obat yang masih terdata:

Pasak Bumi
Khusus untuk pria. Sebagai obat kuat bagi laki-laki, namun dapat
pula mengobati sakit pinggang, pegal-pegal dan gangguan pada
ginjal.
Cara menggunakan :
- Bagi yang suka minum minuman keras, akar yang telah
dikeringkan dan telah dibersihkan dapat dimasukkan dan
direndam dalam botol. Diminum tiga kali sehari satu sloki.
- Dapat pula akar yang telah kering dan telah dibersihkan direndam
dalam air matang dan ditutup rapat, kemudian disimpan tiga
sampai 10 hari baru kemudian diminum tiga kali sehari satu
cangkir.

Daun Tabat Barito.


Khusus untuk wanita yang tidak bergairah. Caranya: tiga atau lima
lembar daun tabat barito yang telah dikeringkan, diseduh dengan air
panas, seperti membuat teh, diminum tiga kali sehari satu cangkir.
(obat ini pantang untuk lelaki).

Pacar Bahenda/Akar kayu Kuning


Pacar kuning dapat digunakan untuk mengobati sakit kuning.
Caranya: daun yang telah kering sebanyak satu atau dua lembar
diseduh dengan air panas seperti membuat teh, kemudian diminum
tiga sampai empat kali sehari satu cangkir.
Batang yang masih berkulit dan telah dikeringkan, dicuci bersih,
lalu direndam dalam air panas yang baru mendidih. Setelah dingin
masukkan dalam botol, kemudian diminum tiga sampai empat kali
sehari satu cangkir. Apabila air hampir habis dapat ditambahkan air
panas lagi dan diminum secara rutin selama satu minggu.

Dawen Galinggang.
Dawen galinggang atau Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L)
berguna untuk mengobati panu dan demam.
• Untuk demam, daun direbus dan airnya diminum.

lembek bila disentuh dan akhirnya lenyap tanpa bekas. Terbukti ramuan
tersebut berkhasiat. (ns).

294
• Untuk mengobati panu, daun galinggang dicuci bersih dan
digosokkan pada kulit setiap mau mandi.

Dawen Jambu Batu.


Yaitu daun jambu biji yang berguna untuk mengobati murus
(mencret/disentri) dan sakit perut. Caranya daun jambu biji direbus
dan airnya diminum.

Kulit Penawar Gantung.


Kulit penawar gantung rasanya sangat pahit, gunanya untuk
mengobati demam dengan cara dimakan begitu saja.

Kulit Tanggaring.
Buah Tanggaring sejenis rambutan. Yang dapat digunakan sebagai
obat ialah kulit buah tanggaring yang direbus dan airnya diminum.

Timun.
Getah timun dapat digunakan untuk mengobati buras sejenis
penyakit kulit flek putih pada wajah. Caranya, bagian ujung timun
yang masih berkulit dipotong tipis dan berbentuk bundar, kemudian
potongan tersebut terlebih dahulu digosok dengan arah berputar
pada timun hingga getah timun menempel di situ. Baru kemudian
dioleskan dengan agak digosok-gosok bagian kulit yang terkena buras
setiap akan tidur.

Lengkuas.
Lengkuas atau laos berguna untuk mengobati panu. Caranya lengkuas
dicuci bersih, dipotong tipis dan digosok pada bagian kulit yang
berpanu.

Kalalawit.
Berakar melilit ke atas. Caranya potong akar atau batang kalalawit,
dengan sendirinya air akan keluar dan air itulah yang diminum untuk
mengobati diare.

Kayu Patanak.
Mengobati buang air besar berdarah. Caranya : Daun yang masih
muda di rebus, setelah dingin airnya diminum.

Kayu Masisin.

295
Mengobati diare. Caranya : Daun yang masih muda boleh begitu saja
dikunyah dan ditelan atau direbus terlebih dahulu, setelah dingin air
diminum.

Bajakah Lakum.
Mengobati sakit kepala. Caranya daun yang masih muda atau boleh
juga akarnya, ditambahkan bunyer (pecahan-pecahan beras,
ditumbuk halus. Boleh juga akar Bajakah Lakum direndam air panas
dan apabila telah menjadi dingin diminum.

Sawang Papas.
Mengobati luka. Caranya: boleh batang boleh juga akar, ditumbuk
halus lalu diolesi di luka. 5

Akar Gantung atau Brotowali atau Tinospora Crispa (L)


Miers.
Gunanya untuk mengobati demam, dan merangsang nafsu makan.
Caranya batang akar gantung ukuran ibu jari, digodok dengan air,
dan air rebusan setelah dingin diminum sehari tiga kali. Disamping
itu dapat juga digunakan untuk mengobati luka, dan membersihkan
luka atau korengan, dengan cara batang akar gantung direbus, dan
air rebusan yang sudah dingin digunakan untuk membersihkan luka
atau koreng. Untuk mengobati luka, daun akar gantung ditumbuk
halus lalu ditempelkan pada luka.

Kebiasaan Umum Mengatasi Gangguan Kesehatan

Batuhir
Salah satu cara menghilangkan sakit kepala yang datangnya
berulang-ulang dan sangat mengganggu aktifitas. Caranya
menggunakan potongan kaca atau (jw) beling yang dibakar agar

5 Masih ada beberapa nama tumbuh-tumbuhan yang dapat dimanfaatkan


sebagai bahan obat-obatan, namun belum ditemukan informasi
kegunaannya.
Daun Sungkai Daso
Kayu Gaharu
Batang pisang.
Penawar Sampai
Kayu Pulut
Dawen Tampilak
Patah Kamudi
Kayu Saluang Belum
Akar Kayu Rahwana

296
steril. Kemudian, dahi dilukai dengan cara digoreskan hingga
mengeluarkan darah. Biasanya darah yang keluar berwarna hitam
dan darah tersebut dianggap sebagai darah kotor yang memang harus
dibuang. Setelah darah menetes, kemudian diusap dengan
menggunakan sepotong kain lembut, darah diusap hingga bersih.
Biasanya selesai tuhir, kepala terasa ringan dan pusing hilang.

Bekas luka.
Luka yang baru sembuh kadang-kadang meninggalkan bekas. Untuk
menghindari hal itu, olesi bekas luka yang baru sembuh dengan getah
kayu yang muncul dari ujung kayu bakar waktu memasak.

Luka Bakar.
Luka bakar diolesi minyak bere atau bulus

Bibir pecah-pecah.
Diolesi minyak tengkawang.

Tiphus.
Cacing tanah segenggam, dibersihkan dengan air panas, kemudian isi
perut dibuang. Caranya kepala cacing dipegang dengan ibu jari dan
jari tengah kemudian tangan kanan dengan ibu jari dan jari tengah
memencet cacing tersebut dari kepala hingga ekor hingga isi
perutnya keluar. Kemudian digoreng tanpa minyak sampai gosong
dan berwarna hitam, lalu ditumbuk halus.
Cara meminum: kuning telur ayam kampung dikocok, ditaburi
cacing yang telah ditumbuk halus, kemudian dicampur madu 2
sendok, diaduk dan segera diminum saat itu juga. Diminum tiga hari
berturut-turut.

Lelaki lemah syawat


Satu buah pinang muda yang warnanya hijau, dibakar dengan
kulitnya hingga gosong dan berwarna hitam. Kemudian ditumbuk
halus. Cara meminum: kuning telur ayam kampung dikocok, lalu
dicampurkan bubuk pinang, tambahkan dua sendok madu, aduk rata
dan minum seketika. Diminum empat kali seminggu selama tiga
bulan.

Flek Darah
Dilakukan hanya pada malam jumat. Cuci bersih tempat
peludahan sirih, kemudian isi air hingga penuh. Diamkan satu malam
dan pada pagi harinya yaitu hari jumat gunakan air tersebut untuk

297
keramas. Lakukan rutin tanpa terputus selama empat puluh kali
pada setiap malam jumat.

Keputihan
Akar pohon mangkudu di rebus, setelah dingin diminum. Satu kali
sehari selama satu minggu.

Mencegah kehamilan.
Resiko: peranakan kering dan bisa jadi mengalami kesulitan apabila
menghendaki punya anak kembali. Oleh karena itu disarankan
pasangan muda apalagi gadis remaja jangan sekali-kali mencobanya.
Caranya: ambil kapur sirih sebesar ujung kelingking, beri air
sepuluh sendok makan. Aduk rata kemudian biarkan semalam. Pada
pagi harinya jernihan air tuang pelan-pelan pada gelas lain, jangan
sampai endapan kapur terbawa. Kemudian jernihan air tersebut
ditambah air jeruk nipis secukupnya kemudian diminum. Lakukan
empat kali seminggu selama satu bulan.

Memperlancar proses kelahiran.


Apabila usia kandungan telah mencapai saat-saat menjelang
melahirkan, minum campuran kuning telur ayam kampung, minyak
kelapa bulan dua sendok makan dan madu dua sendok makan. Proses
kelahiran menjadi lebih lancar.

Rambut Tetap Hitam Hingga Usia Lanjut.


Sejak masa kanak-kanak apabila terjadi gerhana bulan, segera keluar
rumah, kepala ditutup wajan, akan lebih sempurna apabila bagian
bawah wajan telah menghitam kena asap karena telah lama
digunakan. Kemudian berjalan tiga kali mengelilingi rumah dari arah
kanan menuju arah kiri rumah.

Awet Muda.
Cara pertama. Air asam kamal atau asam jawa yang telah diberi
sedikit garam, diembunkan semalam dan pada pagi harinya
diminum. Ramuan ini sebaiknya digunakan untuk mereka yang
berusia empat puluh tahun keatas. Rutin dilakukan tiga kali satu
minggu. Cara kedua : Kunir yang bercabang sembilan atau bermata
sembilan dikupas, dihaluskan peras airnya beri sedikit gula dan
minum rutin tiga kali seminggu.

Rambut Tidak Mudah Rontok

298
Sesering mungkin makan lendir lidah buaya atau aloe vera L
Disamping dimakan, lendirnya dicampurkan satu sendok madu,
dioleskan pada kulit kepala lebih kurang satu jam kemudian keramas
seperti biasa.

Menyuburkan dan Menghitamkan Rambut.


Apabila menebang pohon pisang, tidak peduli jenis pisangnya,
bagian batang yang masih menyatu di akar, pada bagian tengahnya
dikerok sampai berlubang sekitar limabelas centimeter dalamnya.
Kemudian yang berlubang itu ditutupi dengan pelepah pisang.
Biarkan semalam. Besok pagi sebelum matahari terbit air yang
terdapat di lubang kerokan batang pisang tersebut, diolesi di rambut
sampai rambut menjadi basah. Satu jam kemudian rambut
dikeramas.

Menyuburkan Rambut.
Caranya: buah kelapa yang telah tua dan agak membusuk, diparut
dan dibuat santan kental. Santan tersebut dioleskan ke rambut
sampai rambut menjadi basah. Satu jam kemudian baru rambut
dikeramas.

Kulit Tetap Halus.


Sering cuci muka dengan menggunakan buah belimbing tunjuk
(belimbing wuluh) yang telah matang. Cara lain, setengah jam
sebelum mandi, lumuri kulit dengan madu.

Mengobati Sakit Pinggang


Ada beberapa jenis akar-akaran yang dapat digunakan untuk
mengobati sakit pinggang. Boleh pilih salah satu dari daftar yang
disebutkan di bawah ini, mana yang lebih mudah didapat. Caranya
setelah dicuci dan dibersihkan, direbus dan setelah dingin airnya
diminum.
- Akar muda pinang.
- Akar muda kelapa.
- Akar Tampilak.
- Akar bunga sepatu yang berwarna merah.
- Akar pisang manggala.

Batu Ginjal.
Gunakan akar pahakung, cuci bersih, rebus dan setelah dingin
diminum.

Darah Tinggi.

299
Buah mangkudu yang telah matang, diambil airnya dan diminum 3
sampai 4 kali sehari setengah cangkir, atau apabila buah mangkudu
matang tidak ditemukan dapat digantikan dengan akarnya. Caranya
cuci bersih akar tersebut, lalu direndam dengan air panas. Akan
berwarna kuning. Diminum 2 sampai 3 kali sehari setengah cangkir.
Selama satu minggu pengobatan dilakukan terus menerus.

Tersengat Racun Ikan Pantik.


Ikan Pantik adalah sejenis ikan yang sering ditemukan di rawa-rawa.
Ikan ini dapat menyengat atau mematil (jw) dan apabila bisanya
menyerang manusia dapat mengakibatkan manusia hilang kesadaran.
Cara menawar racun atau bisa ikan pantik adalah dengan
menangkap ikan tersebut atau ikan pantik lainnya kemudian
kepalanya dipecahkan, ambil otaknya, oleskan pada bekas sengatan
atau tempat yang dipatil tersebut. Niscaya semua akan menjadi baik
kembali.

Batimung/ Katimbun.
Mengatasi keringat yang keluar berlebihan, dan membuat aroma
tubuh harum mewangi. Bahan yang diperlukan : daun pandan, daun
kunir, daun laos, daun belimbing wuluh, daun sirih, daun jambu,
bunga cempaka, bunga kenanga, daun dilem atau daun serai, akar
serai. Semua bahan tersebut digodok hingga mendidih.

Menghilangkan bau keringat.


Untuk menghilangkan bau keringat dengan meminum godokan daun
sirih. Caranya tujuh lembar daun sirih digodok dengan satu gelas air,
sampai tersisa setengah gelas. Diminum sehari sekali selama tujuh
hari. Bisa pula daun sirih tanpa digodok. Caranya tujuh lembar daun
sirih ditumbuk halus, diperas dan airnya langsung diminum saat itu
juga. Boleh dicampur sedikit garam. Diminum tiga hari berturut-
turut sekali sehari.

Disengat Lebah
Dinetralisir dengan tembakau.

Tertempel Lintah.
Dinetralisir dengan tembakau.

Disengat kalajengking
Diolesi getah pohon akar seribu.

300
Sasuban 6
Ditempel sedikit terasi, lalu diperban semalam.

Juru Sembuh atau Dukun

Dukun atau juru sembuh adalah seseorang, baik laki-laki


ataupun perempuan yang mempunyai kemampuan mengobati orang
lain dengan cara irasional. Kemampuan itu diperoleh karena faktor
turunan atau tanpa terduga, diterima begitu saja dari leluhurnya.
Cara mendeteksi penyakit dan pengobatannya dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satunya dengan menggunakan sarana air dan
minyak. Air dipergunakan untuk mendeteksi penyakit, dan minyak
untuk mengobati. Suatu hal yang sulit dimengerti, deteksi penyekit
yang diberikan, tidak berbeda dengan diagnose dokter. Akan tetapi
segala bentuk penyakit, selalu diobati dengan minyak yang sama,
walaupun penyakit yang diderita berbeda. Setelah menerima
pengobatan, ada beberapa pantangan atau pali yang wajib ditaati,
diantaranya dilarang jalan melintasi penda sadai atau di bawah tali
jemuran selama tiga bulan. Apabila larangan tersebut tidak ditaati,
penyakitnya akan kumat lagi.
Untuk masa kini orang Dayak lebih memilih dokter dan rumah
sakit apabila mereka jatuh sakit. Akan tetapi apabila dokter telah
angkat tangan dan menyatakan si pasien sudah tidak ada harapan,
maka sebagai usaha akhir, si sakit oleh keluarganya dibawa ke dukun
atau juru sembuh. Tidak sedikit yang berhasil disembuhkan oleh
dukun atau juru sembuh setelah dokter menyatakan tidak berdaya
mengobati.
Suku Dayak mengenal racun, juga penangkalnya. Namun saat ini
kemampuan tersebut dapat dikatakan nyaris hilang. Racun dibuat
dari campuran getah kayu dengan bisa ular, bisa kalajengking, timah,
tembaga, miang bambu, bahkan serum manusia yang telah
meninggal. Namun setiap racun pasti ada pemunahnya.

Kemampuan Spiritual

Awoh
Awoh ialah daya magis yang dimiliki seseorang untuk menyerang
lawannya. Serangan ini dapat mengakibatkan kebutaan, atau mata
menjadi bengkak, dapat pula mengakibatkan koreng di mata, disusul
dengan terlepasnya biji mata.

6 Ketelusuben (Jw.)
301
Tumbak Gahan
Ditemukan di daerah Barito Selatan, Barito Timur dan Tanah Grogot
(Pasir).

Parang Manya
Suatu daya magis yang dimiliki seseorang untuk menyerang lawan.
Serangan mematikan langsung menuju jantung lawan, biasanya
apabila meninggal dunia, jenazah korban jadi berwarna biru. Namun
kadang- kadang lawan sengaja dibuat lebih menderita dengan
dilumpuhkan anggota tubuhnya. Pada leher korban biasanya
ditemukan bekas luka.

Pipit B(e)runai
Daya magis yang dimiliki seseorang untuk menyerang lawan. Pipit
Brunai berupa binatang-binatang kecil bila diamati nampak telah
menjadi busuk, namun dirawat dan diberi makan timah dan waja,
serta disimpan dalam sebuah botol. Perintah apapun yang dikatakan
oleh majikannya untuk menyerang lawan, akan dilakukannya.
Petak 7 Malai
Di sebut juga tanah malai, biasa digunakan untuk menjinakkan
binatang liar, di samping itu dapat pula digunakan untuk
melemahkan semangat manusia. Tanah ini ditemukan dari tanah
yang terdapat di sarang burung elang, atau di Bukit Bondang Tanah
Siang, Bukit Raya, Bukit Kaminting, Gunung Kelam 8, juga di sungai
Samba dekat kampung Tumbang Jala dan Tumbang Ranei di hulu
sungai Katingan.

Panikam Jantung
Panikam Jantung ialah daya magis untuk menyerang lawan, sasaran
langsung ditikam jantungnya sehingga berakibat kematian
mendadak. Pada korban ditemukan suatu tanda biru pada punggung
dan dada korban tepat pada daerah jantung.

Hanjaliwan
Sejenis ular yang sangat berbisa. Namun ular hanjaliwan yang
dimaksudkan di sini merupakan ular siluman yang dapat bersahabat
dengan manusia. Fungsinya melindungi dan menjaga keamanan
sahabatnya serta seluruh anggota keluarga sahabatnya.

7 Petak berarti tanah.


8 Daerah Kalimantan Barat.
302
Bahutai
Bahutai berwujud anjing siluman berukuran besar. Bahutai dapat
bersahabat dengan manusia dan akan melindungi sahabatnya serta
melakukan apa saja yang diperintahkan oleh sahabatnya. Keharusan
bagi manusia yang bersahabat dengan bahutai wajib menyediakan
sesajen kepada sahabatnya pada waktu yang telah ditentukan dan
disepakati bersama. Apabila pemberian sajen terlambat bisa fatal
akibatnya, bisa jadi sang sahabat sendiri akan diterkam.

Kangkamiak
Kangkamiak sejenis burung siluman yang dapat di jadikan sahabat
manusia. Manusia yang bersahabat dengan kangkamiak punya
kewajiban menyediakan sesajen pada waktu-waktu yang telah
disepakati bersama. Apabila kesepakatan tersebut tidak dilaksanakan
dengan tepat, maka manusia yang menjadi sahabatnya akan
menanggung resiko ketidak tepatannya.

Pulih
Sejenis racun

Ramu
Sejenis guna-guna.

Ingupang Dewa
Ingupang dewa disebut juga kesarungan atau kesurupan. Ada
orang-orang tertentu yang tubuhnya dapat dirasuki oleh makhluk
yang tidak terlihat mata jasmani. Pada saat peristiwa sedang
berlangsung, orang yang tubuhnya telah dirasuki oleh mahluk halus
tersebut menjadi tidak sadar. Tidak sadar dalam arti ia mampu
bicara, dan bergerak bebas namun apa yang dikatakan dan
dilakukannya semua tanpa disadari. Gerak dan kata yang terucap
berdasarkan gerak dan kata dari mahluk halus yang memasukinya.
Tubuh dan pikirannya hanya sebagai media saja.
Biasanya apabila ada seorang yang ingupang dewa entah
sengaja dipanggil atau masuk dengan sendirinya, akan banyak orang
berkumpul untuk bertanya tentang banyak hal. Bahkan terkadang
orang yang sedang ingupang dewa mampu menyembuhkan berbagai
penyakit. Pada saat ada seorang yang ingupang dewa, jangan coba
bertanya untuk maksud jahat atau sekedar memperolokkan saja,
karena ia akan marah, dan si penanya yang hanya ingin
memperolokkan itu mendadak akan sakit atau kaku tidak dapat
menggerakkan anggota tubuhnya.

303
Manajah Antang
Manajah Antang artinya memanggil Antang atau burung elang agar
memberikan pertanda kepada manusia. Manajah Antang pada
umumnya dilaksanakan beberapa saat sebelum perang, atau
mengetahui seseorang yang sedang mengalami masa kritis, akan
sembuh atau meninggal dunia. Manajah Antang hanya dapat
dilaksanakan oleh orang tertentu yang mempunyai kemampuan
khusus. Ia mampu memanggil burung elang untuk datang ketempat
upacara Manajah Antang atau memanggil Antang.
Caranya: pada sebuah tanah lapang, diletakkan dua buah saligi
atau kayu runcing. Satu saligi diletakkan di arah matahari terbit atau
arah timur dan pada ujungnya digantung bara api. Saligi satunya
diletakkan di arah matahari terbenam atau arah barat dan pada
ujungnya digantungkan daun sawang. Setelah ritual pembuka, maka
burung elang yang dikehendaki dipanggil untuk segera datang. Bila
yang dipanggil adalah burung Elang bukit batu, maka yang datang
ialah burung elang yang salah satu bulu sayapnya tercabut atau
hilang. Apabila yang dipanggil adalah burung Elang milik Kutat 9,
maka yang datang adalah burung elang yang kakinya memakai
gelang terbuat dari emas. Setelah elang datang, dengan bahasa
Sangen, dijelaskan kepada elang yang sedang terbang tersebut bahwa
apabila kemenangan yang akan mereka peroleh, elang diminta
terbang menuju arah timur. Apabila kekalahan yang akan mereka
peroleh dalam perang tersebut, maka elang diminta terbang menuju
arah barat.

Karuhei
Karuhei adalah guna-guna. Manfaatnya untuk menarik simpatik
pihak lain, bukan saja berkaitan dengan urusan cinta, namun
mempunyai arti yang lebih luas. Dapat pula berarti memiliki talenta
atau mendapatkan kepercayaan dari Yang Kuasa untuk memiliki
kemampuan atau ketrampilan khusus. Ada bermacam-macam
Karuhei, diantaranya : Karuhei malan atau Karuhei berladang,
Karuhei mamisi atau Karuhei memancing, Karuhei badagang atau
Karuhei berdagang, Karuhei manjawet atau memiliki ketrampilan
khusus dalam anyam menganyam.

Lain-lain
Misalnya, sanggar, tundek, buluh merindu, rumus, kiwang atau
pakihang, atau kibang, Karuhei, kayu lingu, bajai, air mata duyung,
pahampul, panjilek, parunduk, penyang, penyang pangarasan
tulang paniring uhat, sangkalemu, kata lamunan, pemisit bumi,

9 Nenek moyang suku Dayak Katingan.


304
rubuh, kata talasih, tunggul ungu, kujang kurui, bakam, kata
payung, baju barantai, panarung, sampaga, minyak Apui, minyak
pamulang, sangga, ramu rakas, minyak pahlawan, kohong
homong, minyak bintang, batenung.

Totok Bakaka

Totok Bakaka berarti sandi atau kode atau bahasa isyarat yang
umum dimengerti masyarakat suku Dayak.

Tombak
Mengirim tombak yang telah di-jernang 10 berarti asang atau
pernyataan perang.

Tombak Bunu 11
Mohon bantuan sebanyak mungkin karena bahaya besar sedang
mengancam.

Abu
Ada rumah terbakar.

Seruas Bambu yang Terisi Air


Pemberitahuan ada seorang yang telah meninggal dunia karena
tenggelam, biasanya tanpa menyebutkan nama korban.

Kirim Cawat yang Telah Dibakar Ujungnya


Pemberitahuan bahwa seorang keluarga yang telah berusia lanjut
meninggal dunia.

Kirim Telur
Pemberitahuan bahwa telah datang seorang yang berasal dari jauh
masuk kampung mereka untuk menjual balanga, tempayan dan
tajau.12

Kinangan (sirih pinang)


Mengirim kinangan kepada suatu keluarga berarti akan meminang
salah satu anak gadis dalam keluarga tersebut.

10 Diikat rotan merah.


11 Tombak yang mata tombaknya diberi kapur.
12 Memiliki nilai sakral dan menunjukan status sosial dalam masyarakat.

305
Daun Sawang
Bila masuk pada suatu kampung dan menjumpai sebuah rumah yang
pada pintunya ditemukan daun sawang yang diikat tali dan ada
gambar persegi empat pakai kapur 13, maka urungkan niat memasuki
rumah tersebut walau hanya sekedar untuk bertamu karena keluarga
dalam rumah tersebut sedang berpantang menerima kehadiran
siapapun juga mengunjungi rumahnya karena sedang menjalani
larangan adat.

Selugi
Selugi ialah tiang yang terbuat dari bambu runcing, dipasang miring
dan merupakan salah satu rambu-rambu lalu lintas belukar. Hal ini
menunjukkan bahwa arah miring yang ditunjukan oleh ujung bambu
berarti berhati-hati, karena di arah tersebut sedang dipasang
“Dondang“ yaitu alat perangkap yang digunakan untuk menangkap
dan membunuh babi hutan, dan kijang.
Bila di kebun buah yang sedang berbuah ditemukan selugi yang
telah digaris dengan kapur dan diletakan diantara pohon-pohon
buah, berarti larangan memungut buah-buahan yang ada dalam
kebun tersebut, karena buahnya akan dinikmati sendiri oleh
pemiliknya.
Mengirim salugi berarti mohon bantuan, kampung dalam
bahaya.

Dahiang 14

Seperti telah di jelaskan pada halaman sebelumnya bahwa pada


langit keenam ada raja penjaga dahiang yang bertugas memberi
perintah kepada jenis-jenis binatang tertentu yang berada di dunia
agar memberikan pertanda kepada manusia di dunia. Jenis-jenis
hewan tersebut:

Burung

Antang Bahandang 15
Cara terbang dan suara Antang atau Burung Elang memiliki arti
khusus bagi orang Dayak. Lebih-lebih pada burung elang yang
berwarna merah. Contoh gerakan tersebut antara lain:

13 Kapur sirih maksudnya.


14 Pertanda.
15 Elang merah.

306
Apabila orang Dayak sedang mudik menumpang perahu, dalam
perjalanan tiba-tiba berjumpa burung elang yang terbang dari arah
kanan menuju ke arah kiri di depan perahu mereka, bisa jadi mereka
balik kanan untuk membatalkan perjalanan tersebut karena burung
elang telah memberikan peringatan kepada mereka bahwa di depan
mereka ada bahaya menghadang.
Apabila arah terbang Burung Elang dari kiri menuju ke arah
kanan akan tetapi tanpa mengepakkan sayapnya 16 dan terbang terus
menuju ke udik dan kemudian terbang menuju arah perahu yang
sedang mereka tumpangi, inilah pertanda baik. Artinya niat yang
ingin dicapai akan mendapatkan hasil maksimal.
Apabila arah terbang Elang dari depan perahu menuju ke
belakang dan tiba-tiba menangis 17, serta menjatuhkan diri arah ke
bawah, pertanda yang diberikan menyatakan bahwa di belakang
mereka telah terjadi kecelakaan dan mungkin saja kecelakaan
tersebut akan menimpa mereka.
Bila di sebelah kiri perahu ada seekor elang sedang terbang,
tiba-tiba dari arah kanan muncul lagi seekor elang yang langsung
menyambar elang yang sedang terbang di sebelah kiri perahu hingga
terjatuh, pertanda ini menyatakan bahwa akan terjadi kesalah
pahaman dan keselisihan sepulang mereka dari perjalanan ini,
namun kemenangan ada di pihak mereka.
Bila munculnya elang dari arah belakang perahu, kemudian
terbang searah menyertai perahu namun tiba-tiba menangis,
Pertanda yang diberikan menyatakan bahwa tujuan perjalanan akan
berhasil namun sekembali nya dari perjalanan, kesusahan bahkan
mungkin akan menderita sakit akan dialami.
Terbangnya elang dari sebelah kiri kemudian terbang menuju
arah kanan dan tiba-tiba mundur ke belakang, bahkan menangis dan
menjatuhkan diri, berarti waspada. Bahaya akan segera menimpa
mereka. Sebaiknya bila menerima pertanda demikian, batalkan
perjalanan, minimal tiga hari istirahat di rumah baru mengadakan
perjalanan lagi.
Tangis burung elang terdengar di waktu malam pertanda
kerusuhan bakal terjadi di kampung sekitar.
Seekor elang tiba-tiba terbang sambil menangis masuk ke dalam
rumah, pertanda pemilik rumah harus waspada karena ada seorang
penghianat yang akan membuat keonaran di rumah tersebut.
Bila dalam suatu upacara tiba-tiba muncul seekor burung elang
dan terbang melayang di atas lokasi upacara, kemudian menjatuhkan

16 Disebut Elang menari.


17 Bersuara.
307
dirinya hingga nyaris menyentuh bumbungan rumah, pertanda akan
terjadi kerusuhan dengan pertumpahan darah.

Burung Pantis, Burung Bakutok, Burung papau, dan


Burung Salehei
Keempat jenis burung ini bulunya berwarna hitam, dan biasanya
orang Dayak tidak pernah membunuh apalagi menyantapnya. Jenis
burung ini banyak ditemukan di hutan atau di hulu sungai dan jenis
ulat-ulatan adalah makanannya.
Kebersatuan dengan alam menyebabkan leluhur orang Dayak
sangat memperhatikan dan selalu mengamati dahiang dan segala
pertanda alam di sekitarnya. Demikian juga dari gerakan dan suara
burung, mereka mampu membedakan bagaimana suara burung yang
menunjukkan kegembiraan atau tertawa dengan suara burung yang
menyatakan kesedihan atau menangis, dan kadang-kadang mereka
menyaksikan burung yang pingsan mendadak, hal tersebut juga
mempunyai arti tertentu.
Bila salah satu dari keempat jenis burung ini muncul di suatu
kampung atau terbang melewati bawah rumah penduduk18,
memberikan pertanda tidak menyenangkan bagi penduduk kampung
tersebut. Begitu pula apabila orang Dayak pergi berburu masuk ke
dalam lebatnya hutan, kemudian mereka mendengar bunyi suara
burung pantis, mula-mula suara burung terdengar disebelah kiri
mereka kemudian terdengar lagi suara burung itu dari sebelah kanan
mereka, pantis tujuh, pertanda perburuan akan mengalami kegagalan
bahkan bencana akan menimpa. Sebaiknya perburuan dibatalkan.
Namun apabila yang terdengar adalah suara burung bakutok
yang bunyinya terdengar dari sebelah kiri kemudian terdengar lagi
disebelah kanan mereka, pertanda baik yang diberikan oleh suara
burung bakutok tersebut.

Burung Hantu
Ada beberapa jenis burung hantu, diantaranya: burung hantuguk atau
burung kukut, yang bersuara kooook…kooook…kooook, burung
kangkamiak dan burung kambe. Burung berukuran besar dan
berwajah kucing serta berbola mata besar berparuh pendek, berkuku
panjang, dan hidup di dalam lebatnya hutan rimba belantara
Kalimantan dan hanya muncul di malam hari tersebut ditakuti karena
dapat memakan manusia dan binatang yang di incarnya.
Burung hantu termasuk jenis burung yang ditakuti karena
menurut keyakinan ke tiga jenis burung yang yang disebutkan tadi

18 Di masa yang telah lalu rumah-rumah penduduk berukuran tinggi untuk


menghindari banjir dan binatang buas.
308
dapat menjelma menjadi perempuan. Itulah sebabnya apabila pada
malam hari terdengar suara salah satu dari ke tiga jenis burung
tersebut, tanpa membawa daun sawang dan beras kuning, orang
Dayak segan untuk keluar rumah.
Apabila di malam hari di sekitar rumah penduduk terdengar
suara burung hantaguk atau burung kukut menandakan bahwa salah
seorang penduduk kampung akan meninggal dunia. Bila tiga malam
berturut-turut terdengar suara burung hantaguk, tanda bahwa
kampung akan diserang wabah penyakit. Namun apabila burung
tersebut hinggap pada salah satu rumah penduduk, berarti salah
seorang tetangga akan meninggal dunia.

Burung Kulang Kulit


Sejenis burung hantu yang biasanya berkelompok dan
kemunculannya di malam hari menakutkan manusia. Biasanya
apabila kelompok burung kulang kulit muncul, tidak lama kemudian
muncul mahluk halus.

Burung Kaut
Sekalipun burung kaut merupakan salah satu jenis burung hantu,
namun kehadirannya dapat memberikan pertolongan kepada
manusia. Apabila pada sebuah ladang ditemukan sarang atau telur
burung kaut, pemilik ladang akan merasa sangat bersyukur karena
keuntungan akan diperoleh. Oleh karena itu sajen yang diletakkan di
ancak atau kelangkang 19 digantungkan di bawah sarang burung agar
dapat dimakan oleh burung kaut tersebut. Diyakini roh burung kaut
akan berperan dan turut serta merawat dan menjaga padi yang
sedang tumbuh.

Burung Enggang atau Tingang


Pantang dimakan, karena dapat menyebabkan lepra basamah atau
sakit lepra. Suatu hal yang unik apabila memasak daging burung
tersebut pada sore hari, maka pada pagi harinya daging burung
tersebut sudah keluar hama.

Handipe 20

Jenis-jenis ular yang dianggap mampu memberikan pertanda kepada


manusia ialah :

Panganen 21

19 Tempat sajen.
20 Ular.
309
Ditemukan ular sawah yang bertelur dalam sebuah rumah atau di
lumbung padi ataupun dalam kandang ayam, pertanda bahwa
pemiliknya akan memperoleh kesenangan.

Hanjaliwan 22
Masuknya ular hanjaliwan ke suatu rumah bahkan memasuki kamar
tidur, menandakan bahwa ada seorang yang akan bermaksud jahat
bahkan hingga mengakibatkan kekacauan.

Ular Tamunung
Bertemu ular yang sedang berenang dari arah kanan ke arah kiri
pertanda tidak baik, namun sebaliknya apabila ular tanunung
berenang dari arah kiri ke kanan pertanda baik. Dalam suatu
perjalanan di hutan kemudian bertemu ular tanunung sedang
berkelahi dengan ular depung pertanda keuntungan besar kan segera
di peroleh.

Ular Depung
Ketika sedang berjalan kaki dalam hutan, bertemu ular tanunung
yang sedang berkelahi dengan ular depung, pertanda baik,
keuntungan besar segera akan diperoleh.

Bajang/Bengau 23

Beberapa pertanda yang diberikan oleh bajang, bengau atau rusa


ialah :
• Bertemu rusa berenang menyeberang dari kanan ke kiri, ketika
sedang mengendarai perahu, pertanda perjalanan akan tidak
mulus karena akan mendapat gangguan orang atau akan
menderita sakit dalam perjalanan.
• Bila bertemu rusa sedang menyebrang di depan perahu dari kiri
ke kanan, pertanda yang diberikan sangat menyenangkan karena
niat perjalanan berhasil baik dan mendapat keuntungan.
• Di malam hari terdengar suara rusa menukiu 24 dan suara itu
terdengar dari arah sebelah kiri rumah juga ditemukan ada pohon
yang dahannya patah, pertanda tetangga kampung atau bahkan
salah seorang penghuni rumah akan mengalami sakit keras
bahkan mungkin sampai meninggal dunia.

21 Ular Sawah.
22 Sejenis ular kobra.
23 Rusa.
24 Bersuara nyaring namun sangat singkat.

310
• Apabila terdengar suara rusa dari belakang rumah dan disahut
oleh rusa lainnya dari arah depan rumah, pertanda tamu dari jauh
yang tidak diduga akan datang.
• Menemukan tanduk rusa yang telah terlepas di ladang/sawah,
pertanda baik, berarti sawah akan mendapatlkan panen yang
berlimpah.

Kakupu 25

Peran kakupu atau kupu-kupu dalam memberikan pertanda :


• Kupu-kupu yang terbang masuk rumah, kemudian terbang lagi
masuk dalam kamar tidur bahkan hinggap di tempat tidur,
pertanda ada tamu yang datangnya dari jauh dan akan menginap
di rumah tersebut.
• Bila kupu-kupu menempel di pintu depan rumah, pertanda akan
kedatangan tamu dari sekitar kampung dan tamunya tidak
menginap.
• Kupu-kupu yang terbang masuk rumah, bahkan hinggap di kepala
dan tangan, pertanda keluarga dekat dengan keperluan penting
akan datang mengunjungi.

Asu 26

Saat berburu dan mengajak anjing, kemudian anjing yang sedang


berlari tiba-tiba berhenti sambil menurunkan ekornya ke bawah dan
mengeluarkan suara ngirrrr…ngirrr, pertanda mahluk halus atau
orang gaib berada disekitar anjing tersebut.

Pusa 27

Kucing menyaup yang artinya menggosok-gosokkan tangan di


mukanya pertanda akan ada tamu berkunjung.

Makna Mimpi

Orang Dayak meyakini bahwa mimpi merupakan realitas yang


bermakna bagi kehidupannya, sehingga mimpi memiliki arti tertentu.
Beberapa contoh arti mimpi :

25 Kupu-kupu.
26 Anjing.
27 Kucing.

311
Jenazah.
Mimpi melihat jenasah artinya akan mendapat keuntungan.
Darah.
Mimpi melihat darah berarti waspada, darah keluar karena cekcok
atau adanya dendam. Bisa dinetralisir dengan di-palas 28.

Gigi.
Mimpi gigi atas tanggal, berarti kenalan atau sanak keluarga yang
usianya lebih tua akan meninggal dunia.

Bulan.
Mimpi melihat bulan berarti akan bertunangan.

Cincin
Mimpi memakai cincin berarti seseorang telah terluka dan sakit hati
akibat ulah kita.

Pakaian Putih.
Mimpi berpakaian putih berarti akan mengalami sakit keras.

Pakaian Hitam.
Berpakaian hitam pertanda akan mengalami sakit keras yang
mungkin membawa kematian.

Menjala Ikan.
Rezeki.

Sakit.
Berarti lawannya, yaitu sehat walafiat.

Naik Gunung.
Naik pangkat.

Jatuh.
Mendapat malu (jw. Kewirangan)

Ular.
Mimpi ditangkap ular berarti akan mendapat godaan lawan jenis.

Buaya.

28 Diusap darah binatang.


312
Mimpi membunuh buaya berarti akan mendapatkan lawan yang
tangguh.

Anak Burung.
Mendapatkan anak burung berarti dalam waktu dekat akan punya
anak.

Ayam.
Mimpi menangkap anak ayam berarti dalam waktu dekat akan punya
anak.

Perahu.
Mimpi naik perahu berarti akan sakit.

Terbang.
Mimpi terbang berarti akan mendapat keuntungan.

Makan.
Akan menderita sakit perut.

Telanjang.
Akan dapat malu.

Sapi.
Mimpi dikejar sapi berarti akan menderita sakit.

Kerbau.
Mimpi dikejar kerbau berarti akan menderita sakit.

Berenang.
Berarti akan menderita sakit.
Catatan:
Biasanya apabila seseorang mengalami mimpi yang maknanya
tidak baik, upaya menetralisir mimpi buruknya, dengan cara: begitu
tersadar dari mimpi buruknya, seketika itu juga sedikit ujung rambut
dipotong lalu dikuburkan atau diletakkan begitu saja di atas tanah.

Kebiasaan dalam Kehidupan

Korok Samenget.
(Restu yang diungkapkan)

313
Auh uluh bakas helu mandoa uluh amun haru hasundau. –
Ungkapan yang diucapkan oleh orang-orang tua dulu mendoakan
orang bila baru bertemu.

Korok samenget
Kambang kajajak kambang malati
Hanjak hati hambaruan bulu.
Hanjak rantang hambaruan pulang.
Tetek dehen kalapurom hambo.
Umur panjang mandepe langit
Haseng hambu manggawang hawon.

Lelei atawa Kalele


(Teka-teki)

Lelei : Habulo ngambu habulu ngiwa, hasampuk sama mangat.


Berbulu atas, berbulu bawah, berbenturan sama enaknya

Rima : Mate.
mata

Lelei : Ewah Sangumang jaton tarabilik.


Rima : ?

Lelei : Habatang batang gandang, habua bua bakat,…(tak


terbaca) hadawen dawen talawang.
Berbatang batang gendang, berbuah buah ... , berdaun daun
telawang.
Rima : Pisang.

Lelei : Nejep Halit, nejep halit.


Tancap meleset, tancap meleset.
Rima : Danum.
Air.

Lelei : Manuk rintik-rantak manangkeru pagar papak.


Rima : ?

Lelei : Manahaseng hapan takire.


Rima : ?

Lelei : Sasar paham kuman, sasar paringkung.


Semakin banyak makan, semakin kurus.

314
Rima : ?

Lelei : Amun inontong, manjadi pandak :amun inetek manjadi


panjang.
Rima : ?

Lelei : Aton taloh belom, solake hapai epat. Limbah te hapai due,
limbah te tinai hapai telo, tuntang hamate epat.
Ada mahluk hidup, semula berkaki empat, setelah itu
berkaki dua, setelah itu pula berkaki tiga, dan bermata
empat.
Rima : ?

Lelei : Hamalem manjadi pulau, handau nihau.


Malam hari menjadi pulau, siang hilang.
Rima : ?

Lelei : Hamalem manjadi raja, handau manjadi jipen.


Malam hari menjadi raja, siang hari menjadi budak.
Rima : lampu

Lelei : Kakijak anake, lalantong indue.


Rima : ?

Lelei : Amun kurik manjadi kawal, amun hai manjadi musuh.


Apabila kecil menjadi teman, apabila besar menjadi musuh.
Rima : Apui.
Api.

Tanding Uluh Bakas Helo (Pepatah)

1). Mundok lelep mendeng tambukep.


- Duduk tenggelam, berdiri...
 Artinya Kepepet.

2). Hindai kasene kaasak kulat.


- Belum kenal masak jamur
 Artinya belum saling mengenal , atau baru pertama bertemu,
lupa kontrol diri.

3). Kangaju dia kuman manuk, kangawa dia kuman


tabuan.

315
- Ke hulu tidak makan ayam, ke hilir tidak makan tabuan.
 Artinya gagal karena salah perhitungan atau salah langkah.
Berarti juga sia-sia.

4). Hame-hamen behau


- Malu-malu ikan Gabus 29
 Artinya hampir sama dengan malu-malu kucing.

5). Kangaju buah buwo, ka ngawa buah takalak.


- Ke hulu terkena buwo 30, ke hilir terkena tengkalak.
 Artinya sial atau gagal.

6). Laya-laya katam huang bowo.


- Lengah-lengah ketam dalam bowo.31
 Artinya tidak waspada.

7). Dus dahian dus nangkarap.


- Dus suara durian jatuh spontan bergegas mengambil
 Terlalu cepat bereaksi tanpa berusaha memahami terlebih
dahulu.

8). Tambohos pai, murah injawut. Tambohos kotak, dia


tau injawut.
- Terperosok kaki mudah dicabut, terperosok bicara tak dapat
dicabut
 Berhat—hatilah apabila bertutur kata.

9). Korang bajai, salabih danum.


- Kurang buaya, melebihi air.
 Hati-hati terhadap musuh potensial dibalik ketenangan.

10). Mambelom pungau, manotok mate.


- Memelihara sejenis burung yang berparuh panjang,
menyambar mata.
 Artinya hampir sama dengan pagar makan tanaman.

11). Kilau asem aton ewau, tapi hindai buae.


- Seperti sejenis mangga yang baunya telah tercium, tetapi
buahnya belum terlihat.

29 Behau adalah sejenis ikan.


30 Sejenis perangkap ikan.
31 Sejenis perangkap ikan.

316
 Artinya gelagat dan tingkah laku seseorang dapat di duga
sebelum perbuatan dilakukan.

12). Uli-uling aso, tarapangkit pinding kolae.


- Anjing yang berguling-guling, bercanda dengan sesamanya,
lalu tergigit telinga sesamanya.
 Artinya, jaga jarak dalam pergaulan, demi menghindari kesalah
pahaman.

13). Kilau handalai ingawo.


- Seperti cacing kena abu.
 Artinya :
1. genit, banyak tingkah menjengkelkan.
2. Seorang yang selalu bertopeng untuk menyembunyikan
kelemahannya, mendapat malu ketika kedoknya terbuka.

14). Muno laok timbas kambuese.


- Membunuh ikan, kurang cekatan, ikan lari meninggalkan
gejolak atau busa di air.
 Artinya tidak tepat sasaran, kurang cekatan dan terlambat.

15). Ela kuman nanselo batu.


- Jangan makan di antara batu.
 Jangan mendahului atau melakukan sesuatu sebelum tiba saat
yang tepat

16). Kilau Manuk, imbing hong ikohe.


- Seperti ayam yang dipegang ekor
 Salah strategi.

17). Kilau Apui inata danum.


- Seperti api disiram air.
 Artinya ada dua pengertian :
1 Apabila api tersebut hanya bara saja, berarti tepat sasaran.
2 Apabila berbentuk kobaran api yang besar, berarti solusi
penyelesaian tidak tepat, berarti salah strategi.

18). Mahiau tume saran saloi, dia mahiau ie lompat.


- Berbunyi kutu busuk dalam sarung, tidak berbunyi ia
melompat.
 Kurang mawas diri.

19). Kilau tanteloh sangkelang batu.


- Seperti telur diantara batu

317
 Artinya sama dengan seperti telur di atas tanduk.

20). Kilau baji mentai tukang.


- Seperti baji32 menunggu tukang.
 Tanpa melakukan tindakan, keahlian menjadi sia-sia tak berarti.

21). Hasantak kilau piring mangkok.


- Berbenturan bagai piring mangkuk.
 Berhati-hatilah apabila tak ingin ada benturan.

22). Kilau manyuang siap hapan behas.


- Seperti mengisi siap 33 dengan beras.
 Melakukan pekerjaan yang sia-sia.

23). Kilau bakatak penda bango


- Seperti katak di dalam tempurung.
 Artinya kurang pengalaman, kurang wawasan.

24). Antang tempon tandake, sabaru tempon talantake.


- Elang yang punya tandake, burung bangau punya talantake
 Artinya, yang berjasa dilupakan, yang tidak melakukan apapun
juga justeru menjadi terkenal. Dapat pula berarti salah sasaran.

25). Auh tanggararar kilau danum hong dawen kujang.


- Perkataan meluncur bagaikan air di daun talas.
 Artinya Orang yang mendengar tapi tidak menanggapi atau
masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.

26). Ela barayar manahusong riwut.


- Jangan berlayar menantang angin.
 Jangan melawan arus.

27). Kilau kayu nihau parurok.


- Seperti kayu yang terlepas dari akarnya atau tunggulnya.
 Orang yang telah kehilangan jati dirinya.

28). Tingang bahinge, endo bulue.


- Lubang kecil di kulit burung tingang setelah bulunya tercabut,
endo 34 bulunya.

32 Baji sama dengan alat pertukangan.


33 Alat pembersih beras - padi berbentuk seperti nyiru tapi berlubang.
34 Nama burung

318
 Artinya hampir sama dengan tong kosong berbunyi nyaring.

29). Kilau pasang iagah riwut.


- Seperti air pasang yang diantar angin
 Seorang yang tidak mandiri.

30). Paham Nyaho, jaton uja.


- Suara petir sambar menyambar tetapi hujan tidak turun
 Artinya hampir sama dengan tong kosong nyaring bunyinya.

31). Kilau bajai malangau


- Seperti buaya menunggui lalat.
 Artinya waspada.

32). Mamapak suah, asang jari buli.


- Mamapak suah, serangan musuh sudah pulang
 Artinya terlambat.

33). Hai arut hai kea riake


- Besar kapal, besar pula gelombangnya.
 Artinya berani berbuat, harus berani tanggung resiko.

34). Kilau dahuyan dengan tantimon.


- Seperti durian dan mentimun.
 Artinya tidak imbang.

35). Pilus intu itah, mariam intu oloh.


- Jarum pada kita, meriam di tempat orang.
 Tidak imbang.
36). Hampea kambing tau mobah belange ?.
- Kapan kambing dapat mengubah belangnya ?
 Artinya sifat seseorang tak akan pernah berubah.

37). Bewan kilau balasan wadi pakasem.


- Baunya seperti terasi wadi35 pakasem 36.
 Sepandai-pandainya menyimpan rahasia, akhirnya terbongkar
pula.

38). Ela manasal sanaman manta.


- Jangan manasal 37 besi yang masih muda.

35 Ikan yang diawetkan.


36 idem
37 Pekerjaan pandai besi.

319
 Orang yang tidak peduli akan aturan yang ada.

39). Nyaho mandehen pandange


- Petir mandehen musim panas atau kemarau
 Keyakinan mendukung fakta.

40). Jaton matei bitik, jaka dia gula.


- Semut tak akan mati bila tidak karena gula.
 Hancur karena serakah.

41). Dia katawan pasang dumah, riwut lawo


- Tidak tahu bahwa air pasang tiba, angin jatuh.
 Artinya tanpa perhitungan.

42). Gura-gurak kilau bakatak magas.


- Suara yang terdengar waktu air mendidih seperti kodok
magas.
 Artinya heboh dahulu, baru mengamati.

43). Gura-gurak kenceng menara kabuat


- Suara yang terdengar waktu air mendidih, dan panci mendidih
dengan sendirinya
 Memuji diri.

44). Jatun uei, bajakah mahin baguna.


- Tidak ada rotan, kijilpun berguna.
 Artinya sama dengan tak ada rotan, akarpun berguna.

45). Ela nampayah saran tanan kolam.


- Jangan mengamati tepi ladang sesamamu.
 Jangan membanding-bandingkan.

46). Kilau kelep mandai tunggul


- Seperti kura-kura naik tunggul 38
 Artinya hampir sama dengan bagai pungguk merindukan bulan
yaitu sesuatu yang tidak mungkin.

47). Kilau manjapang langit.


- Seperti menggapai langit
 Artinya sesuatu yang tidak mungkin.

38 Pohon yang telah ditebang, tapi bagian bawah batang pohon sekitar
setengah meter, masih tertanam bersama akar.
320
48). Kilau bakei inetek ikuh ‘a.
- Bagaikan kera dipotong ekor
 Artinya labil, tidak stabil.

49). Kilau aso belang.


- Bagaikan anjing belang.
 Tak mengenal sopan santun.

50). Kilau mihir uei ije kadereh.


- Seperti membersihkan rotan keseluruhan memanjang.
 Artinya asyik sendiri, tak peduli dengan lingkungannya.

51). Kilau besei kambe.


- Seperti pengayuh hantu
 Seorang yang hidupnya tanpa arah.

52). Manunggo sungai dia bara hulu.


- Menunggu sungai tidak dari hulu
 Menantikan sesuatu yang tidak pasti.

53). Tempon petak manana sare.


- Pemilik tanah berladang di pinggiran
 Tersingkir.

54). Dia uluh manajur pilus, amun jaton rumbak.


- Orang tidak akan manajur jarum, apabila tidak ada lubangnya.
 Artinya sama dengan tak ada asap apabila tak ada apinya.

55). Maraga sabaru huang hempeng.


- Membersihkan sabaru dalam buwu.
 Rencana yang tidak jelas.

56). Nihau pandang ije nyelo awi ucan jandau.


- Hilang panas setahun oleh hujan sehari.
 Artinya sama dengan hujan sehari menghilangkan panas
setahun.

57). Laju matei bapa, undur matei indu, melai matei biti.
- Maju bapak mati, mundur ibu mati, berdiam diri, diri sendiri
yang mati.
 Artinya sama dengan seperti makan buah si malakama.

58). Kilau dawen pisang.

321
- Bagaikan daun pisang.
 Artinya orang yang tidak punya pendirian.

59). Mepei kahum andau mandang.


- Menjemur pada saat yang tepat hari panas.
 Tepat waktu.

60). Badagang uyah batawah belai.


- Berdagang garam, terasa hambar
 Artinya sama dengan mati kelaparan di tumpukan padi.

61). Kilau Manuk mikeh Antang.


- Bagaikan ayam takut burung elang.
 Orang yang nyalinya kecil.

62). Kilau bajang tame lewu.


- Seperti rusa masuk kampung.
 Orang udik.

63). Ela minjam inja-injam lunuk.


- Jangan pinjam pinjam-pinjam lunuk 39.
 Artinya orang yang ingkar janji. Atau seorang yang pinjam
barang tetapi tidak tepat saat pengembaliannya.

Tirok Hiang Tirok.


Amun uluh bakas huran handak mandui, uka bajai (bae) dia
manderoh ie, te ie hamauh: “ Tirok hiang tirok“. Rima maneser ikau
bue (bajai). – Bila orang tua dulu mau mandi (Pada umumnya
mereka mandi di sungai - ns), agar buaya tidak mengganggunya,
beginilah katanya: “Tirok hiang tirok“, yang artinya menyelamlah
engkau kakek (buaya).

Metuh Mian.
Sarita uluh bakas akan anake metuh mian. – Cerita orang tua
kepada anaknya ketika momong.

Bangau
+ En nyawau ikau angau ? …
 Manyawau banta murik….
+ Awi danum hai. – Karena air pasang.
 Mbuhen danum hai ?- Mengapa air pasang ?
+ Awi andau ujan. – Karena hari hujan.

39 Sejenis pohon beringin, biasanya angker – konotasi tidak baik.


322
 Mbuhen andau ujan ? - Mengapa hari hujan ?.
+ Awi tandok (botong) maram (buruk).
 Mbuhen botong maram ? …
+Awi lalau are. – Karena terlalu banyak.

Banyen atawa Banyin (Bersin)


Uluh bakas huran, amun ie banyin (banyen) te ie mampalua auh
kalutoh : - Orang-orang tua dulu, apabila ia bersin, akan berkata :
Cing kora pating panas.
Saak burek
hawaan baqiqil
bararem barema
Balasut baluhus.
Rima : Uka manganan kare isak, lasut, tuntang burek.
Artinya : Untuk membuang segala bersin, panas/demam dan
ingus

Manyalu / Ruta / Rahas (Merajuk atau mangkel)


Uluh bakas helu amun uluh ije murah menyalu / ruta / rahas, te ie
ihurehe kalutoh: - orang tua dulu bila ada orang yang mudah meraju,
maka orang tersebut diolok-olok dengan kalimat :
Netek ahas tumbang tudek.
Buhau rahas nusuh burek.

Manunggu Bua (Menunggu buah)


Auh uluh bakas huran metuh manunggu bua dahuyan, metuh riwut
barat manyangit uka bua dahuyan baduruh. – Yang dikatakan oleh
orang-orang tua dulu ketika sedang menunggu buah durian, ketika
angin barat bertiup kencang, agar buah durian jatuh.
Turik tutang lawu awang.
Turik tutik lawu londik.

Kendau atawa Hasewut.


Kamanggau ku sirau walau
Kamintin tisin witang
Sinau wetau jahurau.

Kambe Hai (Hantu berukuran besar)


Gong, geng, geng, geng, geng !
Jonggang jangguk hantu mondok
Jonggang janggeng hantu mendeng.

Auh Mantehau Manuk (Cara memanggil ayam)


Kooor, koor…, koor…, kooor, koooor…,

323
Auh Mantenau Asu (Cara memanggil anjing)
Iyooooooh…, iyooooh…, iyoh…, iyooooh….
Tak…, tak…, tak…, tak.
Manyalentak - …

Auh Mantehau Bawoi Lewu/Urak/Samben (Cara


memanggil babi kampung)
Dik-dik-dik-dik-dik-dik-dik.
Rik-rik-rik-rik-rik-rik-rik-rik.

Auh Mantehau Pusa (Cara memanggil kucing)


Sing-sing-sing-sing-sing.
Nas-nas-nas-nas-nas-nas.

Auh Maharak Bakei (Cara mengusir kera/monyet)


Krah-krah-krah-krah-krah.

Usaha Penyelamatan Diri Terhadap Binatang Buas


Bila Sedang Berada di Hutan Rimba Belantara
Kalimantan

Siang hari
Sesering mungkin memukul baner yaitu akar kayu besar.

Malam hari
Buat perapian, bakar lombok dan garam. Minimal orang hutan dan
beruang takut mendekat.
• Untuk mengusir mahluk halus, bakarlah lombok, garam, dan
terong.
• Bila sedang berada di hutan, pantang membakar terasi, ikan
saluang, dan sabut kelapa, karena baunya sangat digemari
mahluk halus.

Tato/Tutang/Cacah

Menurut Tetek Tatum, di masa yang telah lalu,


tato/tutang/cacah memiliki makna khusus.

324
Alasan pertama, diyakini bahwa kelak apabila manusia telah
meninggal dunia, dan telah dihantar sempurna dengan sarana
upacara Tiwah 40, maka salumpuk liau41 yang telah mencapai Lewu
tatau dia rumpang tulang, rundung raja dia kamalesu uhate, Lewu
tatau habaras bulau, habusung hintan, hakarangan lamiang atau
Lewu Liau 42 akan bersinar kemilau.. Hal ini disebabkan karena
tutang/tato/cacah yang berada ditubuhnya semasa hidup di batang
danum kalunen43 kelak di Lewu Liau akan berubah menjadi emas
yang sinarnya berkilauan. Sinar kemilau tato menjadikan salumpuk
liau pun bersinar kemilau.
Alasan kedua, diyakini bahwa tato/tutang/cacah adalah sarana
bagi seorang Dayak untuk mengekspresikan diri sebagai orang Dayak.
Seorang dikatakan/diakui sebagai Orang Dayak apabila ia telah
bertato. Dalam tetek tatum disebutkan bahwa semua keturunan
Antang Bajela Bulau atau Tunggal Garing Janjahunan Laut yang
adalah ayah Maharaja Bunu 44 pasti akan memiliki tato, dan itu
merupakan suatu keharusan sebagi bukti bahwa mereka berasal dari
turunan yang sama.
Alasan ketiga, di masa yang telah lalu apabila seorang pemuda
Dayak tidak bertato, hanya akan dipandang dengan sebelah mata oleh
lawan jenisnya. Alasannya pemuda tersebut bukan pria idaman
karena seorang Dayak harus memiliki sifat ksatria, memiliki
keberanian luar biasa, gagah perkasa, pantang menyerah. Bertato
identik dengan kemampuan bertahan menghadapi rasa sakit, karena
memang di masa lalu proses membuat tato, sakitnya luar biasa. Kulit
di tubuh manusia dicacah dan dilukai dengan tutang yang ukurannya
sebesar telunjuk manusia dan terbuat dari besi, kemudian dipukul
dengan kayu ulin bulat yang besarnya juga sebesar telunjuk manusia
hingga mengeluarkan darah, baru kemudian ramuan dimasukan.
Ramuan terbuat dari sale damar atau sale nyating yang dibakar
sampai menyala. Upih pinang dibengkokkan di atas nyala damar
dengan maksud agar asap hitam yang berasal dari nyala damar,
melekat diupih pinang. Baru kemudian sale asap yang telah
menempel diupih pinang dimasukkan pada lawas humbang buluh
atau seruas bambu buluh, diberi sedikit air, ditambah sedikit bubuk
emas atau bubuk tembaga. Di dalam lawas humbang buluh ramuan

40 Upacara sakral untuk mengantarkan salumpuk liau ke surga – Lewu Liau.


41 Bila seorang meninggal dunia, jiwa terpisah dari raga. Jiwa disebut
salumpuk liau dan raga disebut salumpuk bereng.
42 Surga.
43 Dunia.
44 Maharaja Bunu adalah manusia pertama yang diturunkan ke Pantai

Danum Kalunen dengan Palangka Bulau.


325
dikocok hingga tercampur rata kemudian baru dituang ke dalam
humbang basila due atau sepotong bambu yang telah dibelah dua.
Kulit yang telah digambar dan dicacah dengan mata tutang yang
ukurannya sebesar Telunjuk dan gepeng bentuknya, setelah
mengeluarkan darah karena dipukul dengan tabalien bulat, baru
kemudian dilumuri ramuan, dan selesailah pembuatan tato. Tato
benar-benar sempurna apabila luka bekas mata cacah telah sembuh,
biasanya memakan waktu sekitar seminggu hingga sebulan. Untuk
tato seluruh tubuh memakan waktu sekitar dua tahun karena dibuat
bertahap.
Baik laki-laki maupun perempuan yang tidak mempunyai
keberanian luar biasa dan tidak memiliki kemampuan menahan rasa
sakit, tak akan mungkin bersedia di tato.

1. Bahan yang dibutuhkan untuk ramuan tato :


a. Sale damar atau sale nyating (arang damar) yaitu damar mata
kucing atau damar batu. Jangan gunakan damar jenis lain, karena
bisa menyebabkan infeksi.
b. Bubuk emas/bubuk tembaga.
c. Upih pinang.
d. Lawas humbang buluh45
e. Humbang basila due.46
f. Sanaman lapis isin tutang kahai tunjuk 47
g. Kabalien bulat kahai tunjuk. 48

2. Nama-nama Motif Tato :


1), Gambar Naga.
2), Lampinak.
3), Apui.
4), Palapas Langau.
5), Matan Punei.
6), Saluang Murik.
7), Manuk Tutang Usuk.
8), Tutang Bajai.
9), Tutang Tasak Bajai Dinding.

Telinga

Orang Dayak juga mengenal Pesek atau tindik telinga.

45 Seruas bambu buluh.


46 Bambu yang dibelah dua.
47 Besi gepeng sebesar telunjuk digunakan sebagai mata tutang.
48 Kayu ulin bulat sebesar jari telunjuk.

326
Gigi

Suku Dayak memiliki tradisi menghitamkan gigi dengan


menggunakan sejenis getah yang dicampur sedemikian rupa,
sehingga berwarna hitam, mengkilat, dan tak luntur dimakan waktu.
Kebiasaan ini disebut Katinting Katune. Tujuan menghitamkan gigi,
selain sebagai asesoris, juga untuk menjaga kesehatan gigi, sehingga
mereka yang menggunakan cara ini tidak pernah mengalami masalah
gigi.

Adat Suku Dayak Pada Waktu Gerhana Bulan dan


Matahari

Di masa lampau, suku Dayak yakin bahwa gerhana matahari dan


gerhana bulan, disebabkan karena matahari dan bulan, telah
ditangkap oleh mahluk halus, yang bernama Ruhu. Ruhu akan
menelan bulat-bulat matahari atau bulan tersebut. Oleh sebab itu,
pada saat terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, mereka akan
membunyikan gong dan benda-benda lainnya sambil berteriak, teriak
agar matahari atau bulan tidak ditelan oleh Ruhu. Ada juga yang
segera menarah kayu-kayuan yang diyakini mempunyai kekuatan
magis, seperti tiang sandung, pantar, tiang bendera. Apabila
kemudian matahari atau bulan telah muncul kembali, maka seluruh
kampung akan bergembira.

Bencana Alam Menurut Kepercayaan Suku Dayak

Suku Dayak khususnya yang beragama Kaharingan, yakin


bahwa bencana alam, disebabkan oleh kesalahan manusia sendiri.
Hal-hal yang sering menyebabkan terjadinya bencana alam :
1. Apabila sekelompok anak sedang bermain-main dengan binatang,
kemudian mengeluarkan ucapan tidak pantas yang ditujukan
kepada binatang tersebut.
2. Melanggar suatu larangan pada tempat-tempat tertentu, misalnya
pahewan, atau tempat lain yang dianggap ada penghuninya.
3. Kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan kewajiban yang
berkaitan dengan keyakinan Kaharingan.
4. Adanya hubungan yang melanggar aturan, misalnya antara anak
dan bapak, atau antara paman dengan kemenakan.
5. Penyimpangan sex pada binatang yang tidak sebangsa.

Pada saat bencana terjadi, masyarakat tidak berani keluar rumah,


bahkan anak-anak disembunyikan di kamar yang ditutup kain.
327
Usaha mereka untuk meredakan kemarahan alam, dengan cara
menaburkan beras yang ditujukan kepada mahluk halus yang
keberadaannya tidak terlihat mata jasmani manusia, yaitu para Roh
Baik yang telah diberi tugas oleh Ranying Hatalla, untuk menolong
manusia. Agar bencana alam yang sedang berlangsung segera reda.

Tanda-tanda Alam
Kulat Danum 49
Apabila kulat danum banyak tumbuh pada bagian atas batang-batang
pohon yang terdampar di sungai atau di pantai menandakan bahwa
air sungai akan segera pasang. Bila tumbuhnya kulat danum di
bagian bawah, artinya air sungai akan segera surut.

Telur Kalambuei
Batas tertinggi dari naiknya air pasang dapat diamati dari letak telur
kalambuei yang menempel di pinggiran sungai.

Bajakah/Langeh 50
Bila akar pohon-pohonan menjalar mulai bertunas, pertanda musim
hujan dan banjir segera datang.
Katak
Suara katak di pagi hari, pertanda musim hujan segera tiba.

Kalialang
Burung kalialang51 terbang di atas sungai, dan gerakannya
menyambar arah permukaan sungai, pertanda hujan segera turun.

Ikan Tabakang 52
Musim ikan tabakang bertelur, berarti musim kemarau segera kan
tiba.

Pohon Bungur Berbunga


Menandakan musim hujan tiba dan air pasang (banjir).

Mendirikan Mihing
Mihing adalah sejenis perkakas yang gunanya untuk menangkap
ikan. Perkakas jenis ini banyak dikagumi oleh masyarakat luas.

49 Jamur air.
50 Akar tumbuh-tumbuhan yang menjalar.
51 Burung layang-layang
52 Ikan Biawan.

328
Mihing telah ada semenjak tiga abad yang lampau dan banyak
digunakan oleh penduduk sungai Kahayan Tengah dan Kahayan
Hulu.
Menurut Tetek Tatum, bahwa tiga abad yang lalu, seorang yang
bernama Bowak, dan tinggal di kampung Tumbang Lokan 53, di tepi
sungai Kahayan Hulu. Tiap hari pekerjaannya menyiapkan makanan
babi milik majikannya. Setiap hari, sambil mencincang batang pisang
dan keladi, Bowak bernyanyi yang kata-katanya menyatakan bahwa
setiap hari tak henti-hentinya ia mencincang tambun yang bersisik
emas.
Nyanyiannya terdengar oleh Rawing, Penguasa Lewu Telu yaitu
di alam gaib. Panglima Rawing mendatangi Bowak dan membawanya
ke Lewu Telu sebagai tawanan. Sejak itu Bowak tinggal di Lewu Telu
sambil mengamati keadaan. Menurut Bowak, orang-orang yang
tinggal di alam gaib atau Lewu Telu, mempunyai senjata dari besi
yang ringan dan terapung di atas air, dan semua senjata mereka tidak
dapat melukai manusia. Yang mereka katakan sebagai burung
tingang, adalah burung pipit di dunia. Yang mereka katakan tambun,
adalah sejenis ikan lele di dunia.
Pada saat mereka mengadakan acara mendirikan Mihing,
mereka khawatir apa yang mereka lakukan terlihat Bowak. Karena itu
mereka mengurung Bowak dan menutupi dengan kajang atau dinding
yang terbuat dari daun tumbuh-tumbuhan, maksudnya agar Bowak
tidak dapat melihat apa yang mereka lakukan.
Kemudian kepada Bowak, mereka bertanya, apakah Bowak dapat
menyaksikan apa yang sedang mereka kerjakan. Sambil tertawa
Bowak menjawab bahwa ia dapat menyaksikan dengan jelas apa yang
sedang mereka buat. Mereka percaya dengan apa yang dikatakan
Bowak, lalu dinding penutup mereka ganti dengan jala.
Tentu saja semua itu membuat Bowak menjadi sangat jelas
menyaksikan apa yang saat itu mereka lakukan. Kemudian mereka
bertanya kepada Bowak, apakah Bowak dapat menyaksikan apa yang
mereka perbuat, dengan menangis Bowak menjawab bahwa ia tidak
bisa melihat sama sekali. Mereka percaya akan apa yang dikatakan
Bowak. Kemudian Bowak dengan asyiknya mengamati kerja mereka..
Terheran-heran ia menyaksikan bagaimana mereka membuat
Mihing. Setelah Mihing selesai mereka buat, mereka isi Mihing
tersebut dengan bermacam-macam guci, halamaung, balanga, gong,
emas, perak, intan serta permata lainnya. Setelah segalanya selesai,
mereka bersantap bersama dengan gembira ria.
Beberapa hari kemudian, mereka mengembalikan Bowak ke
dunia. Di dunia, Bowak mencoba mendirikan Mihing seperti apa yang

53 Sekarang, kampung tersebut adalah kampung Tumbang Danau.


329
pernah ia amati ketika ia berada di Lewu Telu. Setelah Mihing selesai
dibuat, ia letakkan di belakang rumahnya. Tanpa diketahui dari mana
datangnya, Mihing yang diletakkan di halaman rumah Bowak, penuh
berisi harta benda berharga yang terdapat di muka bumi. Bahkan
harta benda orang di Lewu Telu juga berguguran masuk ke dalam
Mihing Bohak.
Melihat keadaan demikian, penguasa Lewu Telu menjadi sangat
marah, langsung turun ke bumi dan langsung menerjang Mihing
milik Bohak. Akibatnya Mihing bohak, jatuh terpelanting lalu jatuh
ke dalam sungai. Dengan demikian berjenis-jenis ikan masuk ke
dalam Mihing milik Bowak. Sejak saat itu masyarakat suku Dayak di
daerah kahayan, memperggunakan Mihing untuk menangkap ikan
karena sudah tidak dapat lagi digunakan untuk mengambil harta
benda.
Bentuk bangunan Mihing seperti bangunan rumah tetapi tidak
beratap dan tidak berdinding, namun berlantai yang terbuat dari
jalinan bambu. Dari bagian muka kebelakang semakin tinggi dan
menyempit, ujungnya dinamakan anjung-anjung. Tiang bagian
depan berbentuk patung yang terbuat dari kayu, dinamakan kaja,
banuang, tawe, tabalus. Dibuat berbentuk patung dengan maksud
agar patung tersebut dapat berbicara dan mengundang segala jenis
ikan untuk maja atau bertandang ke tempat itu. Tiang kedua yang
letaknya di bagian sebelah atas dibuat dari kayu tabulus, juga dibuat
bentuk patung agar dapat bicara kepada ikan yang liwat dan
mengatakan palus, yang artinya silahkan masuk. Selanjutnya tiang
lainnya dibuat dari kayu dan semua ada maknanya. Rotan yang
dipakai menjalin, tidak boleh dipotong,dan dibiarkan terjuntai ke
dalam air.
Biasanya Mihing didirikan pada musim kemarau, di tempat yang
agak dangkal, tetapi berarus deras. Miring diletakan arah hulu, dan
bagian belakang arah hilir. Apabila musim hujan tiba dan air mulai
pasang, maka lantai Mihing tergenang air. Pada saat itulah ikan-ikan
segala jenis, baik besar maupun kecil masuk ke dalam Mihing. Para
penduduk kampung duduk di lantai Mihing sambil menangkap ikan.

Beberapa pantangan yang harus ditaati, diantaranya:


a. Perempuan dilarang turut menangkap ikan dalam Mihing, sebab
apabila perempuan ikut menangkap ikan di Mihing, akan
menyebabkan Mihing roboh.
b. Menangkap ikan tidak diperkenankan menggunakan tombak atau
parang.
c. Selama menangkap ikan, dilarang membuang air kecil dan
berludah ke dalam air.

330
Menuba atau Meracun Ikan
Pada masa lalu, suku Dayak apabila ingin mendapatkan ikan
dalam jumlah banyak, mereka menuba atau meracuni ikan dalam
sebuah danau yang banyak ikannya. Hal ini biasanya dilaksanakan
pada musim kemarau.
Sebelum pekerjaan tersebut dimulai, mereka memilih salah
seorang dari mereka untuk memimpin dalam pelaksanaannya.
Kemudian pemimpin yang telah mereka pilih bersama itu,
mengundang dan memberitahu kepada warga lainnya, bahwa mereka
akan menuba ikan pada sebuah danau. Diharapkan warga kampung
terlibat dan bekerja sama. Setelah ada kesepakatan, bersama mereka
pergi mencari akar tuba. Setelah dirasa cukup, akar tuba tersebut
dibawa beramai-ramai ke tepi sebuah danau yang dituju. Kemudian
akar tuba tersebut ditumbuk beramai-ramai.
Akar tuba yang telah ditumbuk, ditimbun di tepi danau hingga
menyerupai bukit, lalu di bagian atas ditutup dengan tanggui dare
atau topi. Pada malam harinya, penduduk yang terlibat dalam
kegiatan itu, berkumpul disekitar timbunan tuba. Sebelum tuba mulai
dipukul, tiga orang yang paling gagah perkasa dari antara mereka,
melompati timbunan toba tersebut untuk mengambil tanggui dare di
atasnya. Setelah berhasil dilompati, barulah mereka memukul-mukul
akar tuba tersebut hinggaa remuk.
Pada keesokan harinya, penduduk yang akan ikut menuba ikan
telah kumpul dan bersiap di sekitar danau. Mengawali pekerjaan,
pertama-tama, menara danau diempangi dengan tali atau rotan, dan
ditengahnya digantung daun sawang tiga helai. Maksudnya,
pemberitahuan kepada penduduk bahwa daerah tersebut dilarang
untuk dilewati, karena ada keyakinan bahwa apabila tuba telah
terlanjur dimasukan ke danau, dan ikan-ikan sudah mulai mati, maka
apabila ada yang melewati tempat tersebut, ikan-ikan tersebut tidak
jadi mati, atau menyeluh Tuwe, dan orang yang melewati tempat
tersebut harus membayar denda, mengganti harga tuba dan kerugian
lainnya.
Sebelum menuba, pimpinan mereka menasihati anggotanya
untuk saling menjaga keamanan. Misalnya pada saat menombak
ikan, jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang lain.
Diingatkan pula pantangan-pantangan yang harus dipatuhi bersama,
misalnya tidak boleh meludah dalam air, tidak boleh membuang air
kecil di dalam air, juga tidak boleh mengatakan kalimat yang
maksudnya bahwa ikan masih hidup.
Setelah itu pimpinan mereka mengambil sedikit air tuba, dan
diletakan di dalam sepotong bambu, dimantera dan diperciki ke
seluruh danau. Setelah itu air tuba yang ada dibagi rata keseluruh
331
perahu yang akan ikut menuba, dan air tuba dituang merata
keseluruh penjuru danau. Pemimpin mereka berdiri sambil
memegang tombak atau pakihu yang telah dihias. Ikan yang mati
pertama harus ditombak oleh pimpinan mereka dengan iringan tepik
sorak peserta lainnya. Acara ini dinamakan Bongohan. Kemudian
penuba lainnya diperkenankan membunuh ikan-ikan.
Acara membunuh ikan ini hingga petang, sehingga seluruh ikan
mati dan mengambang dapat diambil. Ada juga sejenis ikan apabila
mati bukan mengambang tetapi justru tenggelam, ketika hampir
membusuk pada keesokan harinya barulah ikan tersebut
mengambang. Ikan-ikan tersebut juga diambil, dan dinamakan
manehu tiwe. Di masa sekarang, manuba telah dilarang oleh
pemerintah, bahkan bisa dituntut. Tulisan ini dimaksud hanya
sekedar bercerita apa yang pernah terjadi di masa yang telah lampau.

Mengayau Danum 54
Mangayau Danum artinya mambaleh akan uluh ije matei
buseng, yaitu suatu upacara adat yang pelaksanaannya dilakukan
apabila ada warga masyarakat yang terkena musibah, meninggal
tenggelam di sungai. Menurut keyakinan, upacara ini dimaksudkan
untuk menyelamatkan roh dari air. Karena apabila upacara ini tidak
dilaksanakan, maka selamanya roh akan berada di dalam air 55.

Bahan-bahan yang harus disiapkan :


a. Mamangun balai pali palus manampa eka anju-anjuang bunu.
b. Manampa paramun sangkaraya, manyadia paramun dan eka
tahusung – taharep, palus eka manggantung garantung,
kangkanung.
c. Manampa hampatung bara kayu, ije inyewut uluh arae kareh
Damang Simban.
d. Manyiap jukung, ije ulih mamuat uluh uju biti hapan haguet
makah.
e. Perlengkapan barapi- kuman katahin mukung balai pali, akan
ndue andau ije alem (katelu handau hamalem ije inyewut uluh
palin kayau).
f. Kare biti ije ianggap umba mukung balai pali iete :

54 Ketika salah seorang menantu penulis mengalami musibah, jatuh dan


tenggelam di sungai Kereng Bangkirai Kalimantan Tengah, demi
memenuhi persyaratan adat, upacara ini telah dilaksanakan pada tanggal
11 April 1979. Upacara dipimpin oleh bapak Itar Illas.- Penyunting ( N.S ).
55 Dikutip dari surat menyurat bapak Tjilik Riwut dengan Bapak Itar Illas

yang telah memimpin jalannya upacara . ( N.S ),


332
 Ije biti tukang tawur.
 Uju biti haguet mukah (kayau).
 Telu biti jadi ampi (ganan danum).
 Due biti manjadi Antang Patahu.
 Telu biti uluh Balian (Basir).
 Lime biti khusus tanaga ije bagawi dan tau akan suhu –
rentah- kanih – kante, palus akan rapi – juhu.
 Sejumlah ahli waris.
 Ije biti manjadi Damang Simba

Bila semua sudah siap kemudian dilakukan mukung balai pali,


mandurut Antang Patahu dan maniring hinting bunu.

Syarat dan pantangan sesudah mukung balai bunu:


a. Perempuan sama sekali tidak boleh masuk balai pali, hal itu
sudah merupakan pemali Penyang Antang Patahu.
b. Semua orang yang mengikuti mukung balai pali, tidak boleh tidur
dengan anak istri di rumah, karena dikhawatirkan melanggar
palin Penyang Antang Patahu.
c. Bila ada keperluan yang perlu diambil di rumah telah disiapkan
lima orang yang ditunjuk Antang Patahu sebagai pembantu
(luang/suhu rentah).

Manuk / Bawui ije impatei,


a. Manuk ije kungan sakin tawur palus sakin Penyang Antang Patahu.
b. Manuk ije kungan tinai jagau bahandang bulu upah Antang Patahu.
c. Manuk ije kungan tinai, jete khusus bantal bawui, jadi jumlah telu
kungan.
d. Bawui ije kungan, paling kurik rega uju kiping.

Perlengkapan haguet mukeh:


a. Uju lunju, uju mandau dan uju penyang.
b. Uju lawung dann uju kea dandang tingang.
c. Uju lawas sabangkang dan ije rambat.
d. Arut/ jukung, siap dengan besei – teken.

Meninggal Karena Terjatuh dari Pohon


Dalam tradisi Dayak, apabila ada warganya yang meninggal
karena terjatuh dari pohon, maka tanah dan daun kering di sekitar
pohon, seketika dikumpulkan oleh warga masyarakat setempat.

333
Membalas Buaya yang Telah Menyambar
Manusia 56
Apabila salah seorang suku Dayak disambar buaya, maka
pembalasan harus dilakukan. Apabila telah dapat dipastikan bahwa
penduduk yang mati tersebut karena telah disambar buaya, maka
keluarga korban menabur beras kuning dan beberapa bakul atau
keranjang padi, sembari berpesan kepada beras dan padi tersebut
agar dapat masuk ke perut buaya yang telah memangsa keluarganya.
Kemudian mereka mencari seorang ahli pancing buaya.
Si pemancing yang biasa disebut Pangaleran. Sebelum
melaksanakan tugasnya, terlebih dahulu ia harus mamali atau
berpantang selama tujuh hari. Pakaian yang digunakan oleh
Pangaleran berwarna kuning jingga. Demikian pula keluarga korban,
juga mamali atau berpantang, tidak boleh makan makanan yang
dikupas, misalnya pisang, dan sebagainya. Juga pada saat itu mereka
mengusahakan alat-alat pemancing buaya seperti sakang atau
pancing besar, tombak biasa, tombak yang bermata atau rurang dan
bertali panjang menggunakan rotan kering.
Setelah masa pamali selama tujuh hari berlalu, Pangaleran
memasang pancing pada tempat yang dirasa tepat, pada seluruh
daerah pembalasan. Daerah pembalasan yaitu dua sampai tiga
kampung sekeliling tempat dimana korban dimangsa buaya.
Didaerah sekitar itu, pada hakekatnya hanya dihuni oleh keluarga
buaya yang telah memakan korban tersebut, sedangkan untuk buaya
yang tidak bersalah, diminta keluar dari daerah tersebut, dengan cara
sarana menabur beras kuning dan padi seperti yang telah di uraikan
di atas.
Caranya, sakang diberi umpan, biasanya bangkai binatang,
seperti kera, babi, atau pelanduk. Pancing diberi tali panjang dari
rotan kering. Umpan digantung kira-kira satu meter dari atas
permukaan air, dan diletakan pada tempat yang dianggap tepat.
Pangaleran menimang umpan dan mengatakan umpan sebagai
seorang puteri yang diidamkan oleh raja buaya.
Menurut keyakinan, umpan tersebut mempunyai wajah
mempesona sehingga kaum buaya menjadi sangat tertarik, dan

56 Bahan ini diteliti dan diselidiki oleh penulis dengan bantuan Damang
Sahari Andung, Itar Illas, Elda Embang, Karamu Nihin, Isa Djapar,
Damang Pijar, dan yang membantu penulis dalam menyusun naskah Drs
Manan Bundu yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor
Penghubung Gubernur Kalimantan Tengah di Banjarmasin dan Drs Lukas
Tingkes.
334
langsung menyambar. Setelah umpan disambar, kemudian ditelan,
lalu pancing mengait diperut besar buaya, lalu dibawa berenang.
Akan tetapi talinya masih mengapung di atas air. Saat itu,
Pangaleran bersama keluarga korban mendatangi tempat itu dengan
membawa tombak dan langsung membunuh buaya tersebut.
Kemudian Pangaleran menarik ujung rotan ke pinggir sungai, dan
buaya tersebut mengapung. Kemudian Pangaleran memerintahkan
kepada buaya tersebut untuk naik ke tepian sungai, dengan taatnya
buaya menuruti perintah Pangaleran untuk naik ke tepi sungai.
Pada saat berkomunikasi dengan buaya, Pangaleran bercakap
dengan kalimat yang sulit dimengerti oleh mereka yang hadir di
tempat itu. Setelah buaya berada di daratan, kaki, tangan dan mulut
buaya diikat erat. Setelah itu buaya tersebut dibunuh dengan
menggunakan tombak, parang, dan kepala buaya dibakar dengan
damar.
Setelah mati perut buaya dibuka lalu diperiksa kemungkinan
masih tertinggal sebagian dari anggota tubuh korban di perut buaya
tersebut. Apabila ditemukan sisa-sisa bagian tubuh korban yang
msih tertinggal diperut buaya, berarti buaya tersebutlah yang telah
memangsa manusia. Akan tetapi apabila yang ditemukan beras
kuning atau padi yang disebarkan sebelum pemali, berarti buaya yang
tertangkap masih ada hubungan keluarga dengan buaya yang telah
memangsa manusia.
Buaya-buaya yang tertangkap dan telah terbunuh, dikumpulkan
pada suatu tempat dan disambut tepik sorak riang gembira dan
lahap 57. Demikian dilakukan berulang-ulang sampai buaya
memberikan tanda perdamaian. Tanda perdamaian tersebut berupa
ikan besar yang menyambar pancing-pancing yang ditujukan untuk
memancing buaya. Diyakini bahwa ikan-ikan besar yang mematuk
umpan dipancing yang ditujukan kepada buaya, adalah suruhan
buaya untuk menyampaikan kepada manusia bahwa buaya ingin
berdamai dan pembunuhan kepada buaya-buaya dihentikan. Buaya
yang tertangkap dan terbukti bersalah karena bagian tubuh korban
masih ditemukan di dalam perutnya, lalu daging buaya tersebut
diambil sebesar butir beras, dicampurkan pada makanan dan
disantap bersama oleh seluruh keluarga korban.
Terkadang, hanya umpannya saja yang dimakan oleh buaya, dan
pancing ditinggalkan begitu saja. Untuk menghindari hal ini, maka
keluarga korban dan Pangaleran pamali atau berpantang selama
tujuh hari.
Ada cara lain untuk menangkap buaya tanpa pancing, yaitu
dengan cara menyuar pada malam hari. Mata buaya akan terlihat

57 Pekikan untuk mengobarkan semangat.


335
apabila terkena sinar suar sekalipun dari jarak yang cukup jauh.
Kemudian buaya tersebut didekati dan ditombak dengan
menggunakan tombak bermata dua atau rurang. Pembalasan dendam
kepada buaya dengan menggunakan suar hanya akan berakhir
apabila hati telah merasa puas saja, karena pembunuhan dengan cara
tersebut, buaya tidak memberikan tanda perdamaian. Setelah itu,
pangelaran menerima upah sesuai dengan jumlah buaya yang
terbunuh, juga dipertimbangkan selama waktu yang digunakan
dalam melaksanakan pekerjaan itu.

Merutas Tanah Perladangan


Merutas Tanah Perladangan adalah salah satu adat suku Dayak
yang beragama Kaharingan. Merutas berarti menahan. Apabila ada
seorang yang terpandang dalam masyarakat, kaya, meninggal dunia,
maka untuknya di pertahankan sebidang tanah sampai saat upacara
Tiwah diadakan. Di tanah yang dipertahankan tersebut tidak
diizinkan seorangpun berladang atau menggunakannya. Barang siapa
berani menggunakan, baik untuk berladang atau hal lainnya, maka
kepadanya akan dikenakan denda serta turut serta membiayai pesta
Tiwah bagi perutas tanah perladangan tersebut. Pada umumnya
orang berpikir dua kali untuk menggunakan tanah tersebut karena
rasa takut kepada arwah orang yang meninggal itu. Merutas dapat
juga dilakukan pada danau-danau yang banyak ikannya.
Setelah orang yang telah meninggal dikebumikan, keluarganya
menemui Kepala kampung untuk mohon izin menahan sebidang
tanah, atau danau yang terletak di daerah bekas perladangan
almarhum. Setelah mendapat izin, lalu mereka berangkat membawa
darah babi yang dicampur beras. Mereka memohon kepada Dewa-
dewa dan arwah orang-orang meninggal, agar memberi Berkah dan
dapat melaksanakan upacara Tiwah dalam waktu dekat. Mereka
berpesan kepada para penjaga daerah tersebut, yang keberadaannya
tidak terlihat mata jasmani, untuk tidak mengizinkan siapapun
berladang di daerah tersebut Setelah itu, pada tiap-tiap penjuru
tanah, didirikan patung yang terbuat dari kayu, dan bendera diikat di
atas pohon dan ditengahnya.
Apabila arwah orang yang telah meninggal ditiwahkan, yaitu
pada hari setelah memasukan tulang-tulang orang yang telah
meninggal ke dalam sandung, maka masyarakat, Balian dan tukang
hanteran, membawa kepala kerbau, sapi atau babi yang telah
dipotong dalam pesta Tiwah ke tanah yang telah dirutas. Disana
mereka makan bersama, kemudian Balian memohon kepada Dewa-
dewa yang telah menjaga tanah rutas tersebut, agar mereka pindah
dari tempat itu untuk kembali ke tempat asalnya. Tukang Hanteran
336
menabur beras berkeliling rutas dengan permintaan yang sama
dengan permintaan Balian. Itu berarti daerah tersebut telah bebas,
tidak dirutas lagi. Apabila seseorang akan menggunakan tanah
tersebut untuk berladang, maka diadakan Upacara Manyanggar,
dengan memotong ayam atau babi dengan maksud memindah habis
segala makhluk yang keberadaannya tidak terlihat oleh mata jasmani,
apabila masih tersisa di daerah tersebut.
1. Mohon perlindungan kepada mahluk halus tertentu agar ladang
mereka tumbuh subur. Biaya menyanggar ditanggung bersama
oleh orang-orang yang mendapat bagian tanah, atau ditanggung
sendiri oleh keluarga yang punya rutas. Makanan di masak dan
dimakan bersama di daerah itu.
2. Padi hasil ladang pada tanah rutas, 10 % diserahkan kepada
mereka yang punya rutas.

Tempun Elai
Tempat penampungan roh-roh jahat. Dengan demikian daerah
tersebut menjadi daerah angker, karena roh-roh jahat dikumpulkan
di tempat tersebut.

Nama Jenis Tumbuhan dan Binatang


Nama-nama Buah yang Dijumpai di Daerah Kalimantan
Tengah, baik Berasal dari Kebun maupun Buah yang
Dijumpai di Hutan dan Dapat Dimakan

Maliti – rambutan. Tanggaring – sejenis rambutan berbulu


pendek dan berwarna coklat, daging buah tidak terlepas dari biji
buah. Nanamun atau namon. Siwau atau siwe – sejenis rambutan,
bulu panjang daging buah tidak terlepas dari biji. Dara – sejenis
rambutan, bulu sedang dan daging buah tidak dapat terlepas dari biji
buah. Kuyakan – sejenis rambutan yang daging buahnya dapat
terlepas dari biji buah dan rasanya manis. Lasar – buah langsat,
sejenis buah duku. Tanggo – sejenis buah duku , banyak mengandung
air. Roko – sejenis buah duku. Ruking – sejenis buah langsat, rasa
asam. Rukung – sejenis buah duku rasa asam. Rambai – buah
rambai. Duhian atau dahian atau kalang – buah durian.. Paken –
sejenis durian namun daging buah berwarna oranye, memiliki bau
dan rasa yang khas. Sungkup atau sukup – buah manggis. Karamo –
sejenis buah bangkinang namun berwarna hitam kecoklatan-
coklatan. Bua Uei – buah rotan. Katiau – sejenis buah karamo.
Gandis – bentuknya menyerupai buah kalengkeng, mentah rasanya

337
asam, kalau sudang masak rasa manis. Asem Tewo – Sejenis mangga
namun cara mengupasnya agak unik yaitu dipotong dua dengan arah
membujur dan potongan terseput diputar. Asem. Barania atau
gandaria atau kania atau garonang. Asem barawa – sejenis mangga
berukuran kecil. Asem Lepis – atau lepis bentuknya kecil dan gepeng.
Asem putar – asem tewu. Asem Kamal – asem jawa, Asem balanga.
Asem Bulau – kasturi. Pangi – Bentuknya seperti buah mangga,
warna kulit coklat, cara mengupas, kulit buah digaris dengan pisau
arah vertical, tarik dengan menggunakan tangan. Binjai – binjei.
Bangkinang – Mangkinang. Mangkahai atau tawadak – cempedak.
Nangka. Nangka Balulang – daging liat. Nangka Bubur – daging buah
lembek. Buah kapuk. Jambu Agung. Jambu Mede atau jambu mete
atau jambu monyet. Jambu Ratih. Jambu Burung – sejenis jambu
ratih. Dango – buah kuning, ukuran mangga, biji dan daging
dimakan. Sangkuang – buah kecil ukuran kelereng, dimakan dengan
bijinya. Kapul atau empak. Kemot. Masisin. Kamunting atau
karamunting. Ehang. Bua Bari. Bua Suli - batang sejenis lengkuas,
buah berwarna merah ukuran klereng, rasa asem. Kenyem atau Kalili
atau gendolan atau balangkosa – ukuran buah seperti klereng, pohon
besar. Pisang. Mantela – pepaya. Karatau - Murbai. Lampeso atau
lampahung – sejenis buah suli. Buah kayu laut atau buah kayu
lampang – ukuran buah kecil seperti manik,. Uweh – rasa seperti
petai cina ukuran klereng berlapis-lapis. Lawangan atau lewang –
pohon berukuran besar. Bentuk buah seperti buah apel buah, bila
masak warna hijau kekuningan, rasanya manis. Enyoh – kelapa. Ehat
– pinang. Ahas – rotan. Pinat – tumbuhan rumpun, ukuran buah
lebih kecil dari klereng. Awai – sejenis petai, pahit,warna hijau,
ukuran petai. Kanjat atau lempang. Baloh atau sondak atau labu
kuning. Baloh asip. Japau atau Lempang atau Karawila atau kerwila.
Paria atau pare. Rimbang. Rimbang Bulu. Rimbang Kopek. Terong.
Parara. Mangkodo – mengkudu. Balimbing Manis. Balimbing Tunjuk
atau Belimbing Wuluh. Balimbing Manis. Limau – Jeruk. Limau Bali
– jeruk Bali. Limau Nipis – Jeruk Nipis. Limau Keprok – jeruk
keprok. Limau Manis – jeruk manis. Limau Monyin – rasanya sangat
masam. Limau irisan. Limau Purut – jeruk purut. Bojok atau bua
masem – sejenis jeruk masam. Terong Pipit. Tantimun – mentimun.
Semangka. Karai atau Tikak – sejenis timun – karai rasa pahit.
Tantimun Batang – timun dikerok dagingnya untuk dibuat minuman.
Tantimun Batu. Jambu Sarene – jambu biji. Tilap. Kupang.
Sangalang. Rihat. Tetei Edan. Palimping Damek. Palacoi atau palasit -
buah berwarna hitam kecoklatan.
Catatan : Ada semacam ungkapan, orang yang tidak ulet disebut
palacoi – ikau tuh kilau tongkoi, palacoi, palangoi. Tampang atau
Tapang. Sapa atau Sagier. Salak. Palepek – sejenis tengkawang.

338
Tangkawang atau kangkawang atau tengkawang. Mariuh. Palahang.
Kolok Ampit. Takalet – batang pohon berduri, bentuk buah seperti
buah anggur. Rukam. Karantungan. Tongkoi – sejenis buah palacoi.
Mawoh – bisa dibuat minuman beralkohol terutama oleh suku Dayak
Siam. Uyang. Paken Tingang – sejenis durian. Tawola. Puan.
Banteron. Payang – kluwak. Jaramon. Tangkuhis. Sambun. Baringin
– beringin. Papung – Loing. Pilang. Sukun. Jaring – jengkol. Petai –
petei. Karanji. Pampaning atau balak. Jelan Bawoi. Kasuhoi. Kersen,
Lakom.Tukang Pali atau Jarak. Bua Maja. Tabulos atau tawalus atau
kalangkala. Tatu atau tato. Jinjit. Kenyem. Rambai. Kanji. Hambie -
Rumbia. Lemba. Tangkuhis.

Aran Upun Kayu, Kulat, Oro hong Parak Kayu (Nama–


nama pohon, cendawan, rumput di hutan)

Asem. Bajai. Bakau. Balawan. Bamban. Bangkirai. Kulat


Bantilong – sejenis jamur hutan yang tumbuh menempel pada pohon
yang telah lapuk terutama di bawah pohon durian. Barania –
gandaria. Baringen Jagung. Jarenang. Jaring – jengkol. Jelei – jelai.
Jinjit. Junggul Manuk. Galam. Galinggang. Gambili – ubi jalar.
Gambir. Hanjalotong. Humbang – bamboo. Ilong – enceng gondok.
Ipah. Kayu alau. Kayu bawang. Kayu Lamiang. Kayu manis. Kayu
laut. Kayu pulut. Kayu Tate. Kalakai. Kamal. Kambat. Kambang
Tanjong – bunga tanjung. Kambang Japon. Karamo. Kasumba. Kulat
– jamur. Kumpai. Kumpang. Lakum. Lanan. Langkuas – laos.
Mahang. Maliti. Nyato. Oro Balanda. – rumput Belanda. Oro
Mahamen – puteri malu. Pahakong. Palepek. Palingkau. Rangas.
Rokam. Sihong. Taya. Taleket. Talasih – selasih. Tampelas.
Tangkuhis. Tampilak. Bajai, tuwe tuba.

Aran Kambang (Nama Bunga)

Kambang Japon. Kambang gambala. Kambang ikuh aso.


Kambang karang. Kambang mawar – bunga mawar. Kambang sapato
– bunga sepatu. Kambang Tali. Kambang Tanjong – bunga tanjung.
Kambang Kamboja – bunga kamboja. Kambang kaminting. Kambang
kamunah. Kambang Kamunah. Kambang kananga. Kambang
campaka Kambang malati.

Aran Uei (Nama rotan)

Bagi suku Dayak, rotan sangat berguna. Selain berfungsi sebagai


alat ikat mengikat, baik saat membangun rumah, memasang jerat
binatang buruan, menangkap ikan, juga bermanfaat dalam pengaman

339
alat-alat transportasi agar tidak dihanyutkan arus sungai. Setiap jenis
rotan mempunyai daya tahan yang berbeda-beda, sehingga
penggunaannya disesuaikan dengan ciri khas masing-masing jenis
rotan. Disamping itu rotan muda juga dapat dikonsumsi dibuat juhu
yaitu semacam gulai atau direbus begitu saja. Rotan muda walau
rasanya agak pahit tetapi sangat digemari.
Uei irit. Uei lamei. Uei sigi atau sigi atau sige. Uei latung. Uei
lilin. Uei lepak. Uei langili. Uei rungkung. Uei Lintum – hapan
Mihing – untuk membuat Mihing. Uei anak. Uei tantum. Uei ahas.
Uei Jarenang. Uei Pandung. Uei Dandan. Uei Tapah. Uei bulu.Uei
Ranen / Dahanen. Uei Banturong. Bajungan atau Humbut. Uei Gita.
Uei Hantu. Uei Marau. Uei Andung.

Aran Enyoh (Nama kelapa)

Enyoh Tambaga. Enyoh Sarene. Enyoh Bahijau. Enyoh Buta.


Enyoh Gading - kelapa Gading. Enyoh Bandar. Enyoh puan. Enyoh
Bulan. Enyoh Langkuas. Enyoh Panawar.

Aran Pinang/Gehat (Nama jenis Pinang)

Pinang Kania. Pinang Saluang. Pinang Hara. Pinang Jarenang.


Pinang Sarene. Pinang Tawar.

Aran Singkah (Nama umbut-umbutan)

Singkah Humbut. Rigei. Nange. Enyoh. Lepu atau Lisi. Irit.


Bajungan. Hambie. Undus. Hanau. Rua. Bakung. Bendang. Rasau.
Dahirang. Dahanen. Bambang. Diwung.

Aran Sirih/Karayap/Leut (Nama sirih)

Sirih sarene atau sirih toto. Sirih kambaung atau sambay. Sirih
Jarenang. Sirih behas. Sirih sangahau. Sirih langkuas. Baki atau
tunday. Ganjing atau kamatik. Sirih padas. Sirih Tawar. Sirih
Tanjung.

Aran Lauk (Nama ikan)

Manjohan – Jelawat. Miau. Bakut. Balannak. Balantau. Balida –


Pipih. Bamban. Baung. Bawal. Papuyu. Behau. Bilis. Buntal. Jajulong.
Kakapar. Kalakasa. Kalawau. Kaloi. Karandang.Lais. Lawang.
Sanggang. Manangin. Patong. Peang. Pentet – lele. Salap. Saluang.
Sambilang. Sasapat- Sepat. Tabakang. Tabuwu. Tahuman.

340
Tampahas.Telan. Kakapar atau kapar atau kape. Papuyu atau puyu-
puyu. Haruan. Puhing. Lais. Pentet atau ulah atau jaliket. Ulah.
Lindung. Kihung. Tabakang atau tawakang. Patung atau kape. Masau.
Juah. Saluang. Banta buruk Jalujung. Hanjaluang. Putting Baliung
atau Bikang bikung. Banta saranan. Saluang balu. Kenjing.Lauk
buruk.Diking. Supang supit – berwarna kuning. Salipan talis atau
sepat atau sesapat. Katuntung. Kalakasa atau silok. Sapak pai –
bentuknya besar dan dagingnya berwarna kuning. Silok.

Aran Taluh Pamepet (Nama-nama binatang yang


menggigit, menyengat dan berbisa)

Uang Petak Manyarangan huang rumbak petak, hai bitie hayak


tada, manujah amun buah pepete. Kuan uluh bakas helu sarangan
Uang Petak te amun tahi sasar tahi sasar batekang manjadi waja
kuning ije ihapan uluh huran akan Tangkalasan. – Uang Petak
bersarang di lubang tanah, badannya besar dan sangat berbisa.
Menurut orang-orang tua dahulu, Uang petak tersebut semakin lama
semakin mengeras dan akhirnya menjadi besi kuning yang digunakan
oleh orang tua-tua dahulu untuk …….(Tangkalasan). Uang barenteng.
Uang gantung. Naning – kunang- kunang. Hambiyur atau bosor.
Palinget atau singet. Papahit - baya mamepet amun ie hapit – hanya
menggigit bila terjepit. Lalawah atau lawah – laba-laba. Tabuan.
Bajangi atau wanji – tawon. Sansaman atau sasehe. Saragate. Sesu
atau Kaha – semut merah besar. Kala – kalajengking. Lalipan – lipan.
Anja. Bitik Apui – semut merah. Guti – kutu. Kiamat atau lilih – kutu
busuk. Nyamuk. Rangit. Pikat. Handipe - belahe mawi hapan ikohe,
jete mamepet, tapi aton ije
mamangkit/manotok/masungap/mansakui/mangeta/mangurip, dan
malilit. – Sebagian menyerang dengan ekornya yaitu menyengat,
akan tetapi ada juga yang menggigit /mematuk dan melilit.
Samahandang atau sarandang atau laliah. Teka. Lamantek atau
lamanjau atau laminjaul. Jelau atau jelau danum – lintah. Jelau
hunjun petak atau jelok. Sagageting. Mamburep. Buhei. Selakpitau.
Angoi. Toke. Gayap Kambe – kaki seribu. Kalampis Dawen. Garutu.
Andap - bawisa, Baisa – berbisa. Kalambuhong atau kakumbang –
kumbang. Haman Manuk – kutu ayam warna baputi – putih.

Aran Handipe (Nama-nama Ular)

Hanjaliwan. Hanjaliwan behau. Hanjaliwan manas. Hanjaliwan


dawen. Hanjaliwan Muhe - handipe sendok – ular sendok.
Hanjaliwan bawoi. Hanjaliwan Darung. Hanjaliwan enyoh.
Hanjaliwan Danum. Hanjalahing. Depong. Dirang atau Birang.

341
Patenggel atau hatenggel. Terap Petak. Panganen – ular sawah.
Tanonong atau nonong. Handipe Lepo. Marawak. Hanjaliwan petak.
Payahe atau payahi. Bumbung enyoh. Tangkalaluk. Kalompe atau
Kalampe, Sirang, Tambun – naga. Pahupoi. Uhat paying. Lalidi – ular
lidi. Hanteran petak. Ular lidi.

Aran Bajai atawa Bae (Nama-nama buaya)


(Bahasa Dayak Ngaju).

BAJAI BAKATAK
Pandak ijange, pamawi hayak basiak. – pendek rahangnya , suka
menyerang dan ganas.
BAJAI RAWING / JAJULONG.
Panjang ijange – Panjang rahangnya.
Keterangan :
Akan mangatawan bajai te kilen kahai, bahut ukurae amun ije
gawang kalombah osoke, maka kapanjange ije depe. Amun
kalombahe osoke telo gawang, maka panjange kea telo depe.
Bajai te mananteloh, bahut inampae lamunae ( sarangan
nanteloh) intu hunjun petak, inutupe dengan sahep tuntang dawen
kayu. Metuh bajai mananteloh, ie basiak. Bajai ije haron musit bara
tanteloh, kasingae tada toto.

(Bahasa Indonesia).
Untuk mengetahui buaya itu berapa ukurannya, biasanya
ukurannya, bila satu kilan (diukur dengan tangan – jarak antara ibu
jari dan jari tengah yang ditegangkan) ukuran dada, maka panjang
buaya tersebut satu depa. Bila ukuran dada tiga kilan, maka
panjangnya juga tiga depa
Buaya itu bertelur, biasanya sebelum bertelur mereka membuat
sarang tempat menyimpan telur di atas tanah, yang kemudian
ditutupi dengan …(sahep) dan dedaunan. Ketika sedang bertelur
biasanya buaya sangat ganas. Buaya yang baru menetas, giginya
sangat berbisa.

Aran Meto (Nama-nama binatang)

Ahem-trenggiling. Ampit – burung pipit. Anak andau. Bajanyi –


tawon. Bayawak–biyawak. Bajuku – kura-kura. Bakara. Bakatak –
kodok. Bakei – monyet. Balatok – Burung belatuk. Bangamat –
kelelawar. Bangau – burung bangau. Bere – bulus. Berok. Buhis.
Depong - Ular Depong. Dengen. Jantik – jentik – jentik. Japon. Jelau.
Garinang. Halamantek – lintah. Hampangau – walang sangit.
Handalai. Kajajau - burung kajajau, jenis burung warna hitam,

342
terbang lincah dan selalu ceria karena bila hinggap dimanapun selalu
berkicau. Kahiu. Kakumbang – kumbang. Kala – kalajengking.
Kalambuei. Kalampis dawen. Kalasi. Kalawet. Kalialang – burung
laying-layang. Katam – ketam. Kukang. Lalawa. Lalidi Ular lidi,
disebut ular lidi karena bentuknya seperti lidi, lincah dan berbisa.
Lalipan – lipan. Lamantek. Langau – lalat. Lokan. Munyin. Undang –
Udang. Uret – ulat. Ohit - burung uhit, jenis burung kecil, hampir
menyerupai burung parkit, dengan bulu beraneka warna. Pahat –
pahat. Pajahe atau piahe. Palandok – palanduk.Burung Punai. Pusa –
kucing. Sangkalap. Sansaman. Sasibur. Seso. Tahatong. Tasak –
cicak. Tipkupang. Jarungking. Kalampis dawen. Kapang. Kawok.
Katipei. Indoe rawi. Bantian.

343
BAB X
KESENIAN

Seni Suara
Pada umumnya Suku Dayak gemar melantunkan ungkapan hati
dan perasaan, kisah-kisah kehidupan dan kepahlawanan sukunya
dengan kalimat berirama. Ekspresi kalimat yang dilantunkan dengan
irama lagu berbeda-beda, misalnya sansana kayau memiliki irama
lagu tertentu, begitu pula Mohing Asang, Ngendau dan sebagainya.
Namun dari awal hingga akhir irama tersebut monoton dan diiringi
musik kecapi. Nyaris dalam setiap upacara adat selalu dilengkapi
dengan tradisi tersebut.

Mansana Kayau

Mansana Kayau ialah kisah kepahlawanan yang dilagukan.


Biasanya dinyanyikan bersahut-sahutan dua sampai empat orang
baik perempuan ataupun laki-laki.

Mansana Kayau Pulang

Mansana Kayau Pulang artinya kisah yang dinyanyikan pada


waktu malam sebelum tidur oleh para orang tua kepada anak dan
cucunya dengan maksud membakar semangat anak turunannya
untuk membalas dendam kepada Tambun Baputi yang telah
membunuh nenek moyang mereka.
Karungut

Karungut adalah sejenis pantun yang dilagukan. Dalam berbagai


acara, karungut sering dilantunkan, misalnya pada acara
penyambutan tamu yang dihormati. Salah satu ekspresi kegembiraan
dan rasa bahagia diungkapkan dalam bentuk karungut. Terkadang
ditemukan perulangan kata pada akhir kalimat, a a a a, atau a b a b,
namun terkadang juga tidak. Untuk mengamati cara tutur orang
Dayak dalam mengekspresikan perasaan mereka, maka terjemahan
kedalam bahasa Indonesia dibuat sebagai mana adanya, kata per
kata.

Contoh-contoh Karungut 1

PANTEHAU PANTEHAU
ESUN TAMBUN BUNGAI ESUN TAMBUN BUNGAI
(Bahasa Dayak Ngaju) (Bahasa Indonesia)

O Utus je tanta ulang O turunan ya Tanta Ulang


Utus Bungai Tambun je tuntang Turunan Bungai Tambun ya
Rambang dengan Rambang
Tuh ampi ikau harun hagatang Ini kelihatannya kamu baru
Katahin palihi Balanda Japang terangkat
Semenjak ditinggalkan Belanda,
Jepang.

Amun mingat je helu-helu Bila ingat yang sudah-sudah


Jari mahalau baratus nyelu Sudah berlalu beratus tahun
Tatum menteng bahanyi tutu Leluhurmu perkasa sangat berani
Puna patut akan indu suntu Memang pantas untuk ibu contoh.

Tapi salenga dumah Balanda Tapi tiba-tiba datang Belanda


Ikau injajah diya langena Engkau dijajah tidak terkira
Barakat ikau hatambing enteng Berkat engkau sama memikul
Penjajah Balanda-Japang enteng
balalu leteng Penjajah Belanda Jepang lalu
tenggelam.

1 Dikumpulkan dari kumpulan dokumen tertulis karungut koleksi Tjilik


Riwut. Tumpukan koleksi karungut dalam bentuk kaset, sulit didengarkan
kembali.
346
Ini mulai membangun kota
Tuh nampara mambangun Palangka Raya
Palangka Raya Minta engkau yang jangan lengah
Balaku ikau je ela laya Tempat engkau terkenal keliling
Uka ikau batarung kaliling dunia
dunia Palangka Raya Indonesia Raya.
Palangka Raya Indonesia Jaya

Palangka Raya, 24 Juli 1958


ttd.
M. DARMAN

AKAN BAPA ENON BUAT BAPAK ENON

Are ampun baribu ampun Banyak ampun beribu ampun


Je aku dengan kakare keton Saya dengan kamu semua
Bara likut sampai kan baun Dari belakang sampai ke depan
Aku ngarungut jaton kataun Saya ngarungut tidak bisa.

Are tabe je tuntang hormat Banyak salam yang dengan


Dengan pahari kakare sobat hormat
Dengan Bapa ije bapangkat Dengan saudara segala sahabat
Aku ngarungut hajamban Dengan bapak yang berpangkat
surat. Saya ngarungut hajamban surat.

Dia nyangka-nyangka ampin Tidak disangka-sangka seperti


pandumah kedatangan
Je kajan bapa je bujur buah Yang kunjungan bapak yang betul
Maja ikei je belum susah tepat
Mikeh ayau tau tampayah Mengunjungi kami yang hidup
susah
Siapa tau bisa melihat.

Toh aku haganggulu anggur Ini saya haganggulu anggur pedas


bahari Yang pajanjuri tanah Betawi
Je pajanjuri pulau tanah Isap bunga yang kayu janji
Betawi Kita minum agar beruntung
Sadap kambang je kayu janji rezeki.
Itah mihup mangat batuah
marajaki. Isap bunga yang kayu lingu
Berbatang emas yang sangkalemu
Sadap kamambang je kayu Hidup manyawan takaga tujuh
lingu Berurat lamiang, berakar baru
Habatang bulau je sangkalemu

347
Belom manyawan takaga uju Saya memberi karena gembira
Bauhat lamiang habaner batu Untuk kedatangan bapak yang
mengunjungi
Aku manjuluk awi kasuka Kami menyambut dengan
Akan pandumah bapa je maja keramahan
Ikei manambang dengan Di tempat kami kampung Hanua
kajenta
Hong eka ikei Lewo Hanua. Terima ini air paman bapak Enon
Aku memberi berdiri di depan
Ulurkan tangan segera
Kami memberi karena
Sambut toh danom mama bapa kebaikanmu.
Enon
Aku manjuluk mendeng hong Diberi nama Sanaman Mantikei
baun Panduh sungai yang berjejer
Gatang lenge balun habalaun Panantikei atas bukit karuhei
Ikei manenga awi kataun Kami mendengar dengan hati
gembira
Nanggare aram Sanaman
Mantikei Sama sawang tangga guci
Panduh batang danom je bara Hidup manarajah tanah
retei kasambuyan raja
Panantikei hunjun bukit karuhei Akan tangge ran orang banyak
Ikei mahining dengan hanjak dengan merata
atei Kelihatannya dikabulkan Yang
Kuasa

Sama sawang tangga balanga Minum ini bapak yang anggur


Belom manarajah petak pedas
kasambuyan raja Ya apabila suka dengan kemauan
Akan tangge ran uluh are je Agar badan semua sehat
sama rata Untuk kita dapat saling
Ampi ingabul Jata Hatala mengangkat semua

Hanya ini saja kata dikarang


Semua sama berumur panjang
Ihup toh bapa je anggur padas Agar kita sama terangkat
Je amun suka dengan kahias Mengangkat popularitas yang
Mangat bereng rata barigas turunan leluhur
Akan itah tau hagatang uras
Selamat berjumpa kata
disampaikan
Tikas toh bewei auh ingarang Untuk rombongan yang samandiai
Mandahan sama baumur Hanya ini saja kataku lagi

348
panjang Sejak malam ini yang sampai
Mangat itah rata hagatang belum
Palampang tarung je tatu hiang
Ampun maaf yang dengan bapak
Kata karungut kurang kurang
Salamat hasundau auh Semoga jangan menjadi bosan
inyampai Yang mengunjungi kami Ramang
Akan rombongan je samandiai Hanua
Tikas toh bewei auhku tinai
Bara alem toh je sampai hindai

Ampun maaf je dengan bapa SEPAN APOI


Auh karungaut tapas tapasa (Bahasa Indonesia)
Harap ela akan kajera
Je maja ikei Ramang Hanua. Selagi pahlawan Sempung yang
kaya
Yang kuat gagah perkasa
And. Hanua – Ramang. Sekali waktu terharu hatinya
Pergi ke
SEPAN APOI 2 Sepan Apoi
(Bahasa Dayak Ot Danom) Ingin berjumpa dengan Tuhannya
Kasih sayang timbul di dadanya.
Panondauw liouw Sempung
tatau
Umat to jikarang.
Natang kalingon tingang.
Ngingat rikoi KARUNGUT INTAN
Sepan Apoi GARINDA
Nyari nokan manjing Pohotara. Syaer Suae
Akan ita anak bakat hasita. (Bahasa Indonesia)

KARUNGUT INTAN
GARINDA.
Syaer Suae
(Bahasa Dayak Ngaju)

2 Suatu tempat yang dianggap keramat oleh suku Dayak Ot. Letaknya di hulu
sungai (tidak terbaca, ns) dan Bemban anak sungai Katingan. Di kaki
gunung Raja atau Schwaner.
349
Tege isut taluh nyarita
Akan kakare je tundah kula
Hajamban isut bahing suara
Nyarita tandak intan garinda

Ihatku bewei mangesah jetoh


Haranan mahining kakare auh
Intan Garinda bawi je mantoh
Akan tampangan kakare oloh.

Intan garinda jaragan lawang


Bawi bahalap je dia gampang
Jaton tanding tampengas
jarang
Jete harajur mamparusak
huang.

Intan Garinda baurai balau


Ingkal ngaranung je mampan
lingkau
Tunjuk kurik batisin bulau
Pantas kaleka tahaseng nihau.

Jetoh pahari ihatku bewei


Manumun angat kahandak atei
Marak auh mahi dia baretei
Bele pangarang lalau melai
bewei

Hitung angat puna bakulas


Mandahang pangarang je jadi
bakas
Kilau tuwo batisa kuas
Tuntang are panyundau tapas.

Intan Garinda bahalap toto


Tarong mangumbang je
ngawa-ngaju
Akan tampangan je uluh lewo
Nampayah jaton ulih
manyuntue

Uluh bawi tanggar kabujang


Tunjuk batisin lenge hagalang

350
Ampi bahalap je dia gampang
Mamarit atei tamuei dagang

Haranan tarung Intan Garinda


Manyelem karang labehu
penda
Nambeleng itung bisak salaka
Lembut pikiran tuntang
rencana

Dumah itung handak


mangarang
Palus manjijit karatas
bakambang
Nambalang itung mamparusak
huang
Haranan tarong je kilat
pandang

Nanggareku bitim Intan


Kamala
Intan singah labehun Jata
Inanding hendan amas parada
Tampayah bahalap dia langena

Amun nampayah malati


kambang
Paringkung tingang ngalagar
tulang
Sandong kalawet batuyang
rangkang
Mambisa tampuk gaguling
malang.

Sapala anak jata manuah


Into bentok Kalimantan Tengah
Balemu atei amun nampayah
Pantas kaleka tahaseng lepah

Nanggareku bitim je Intan


Jambon
Tampayah bahalap tampongae
jaton
Namunan busun Hatala muhun

351
Into Bentuk kakare ulun

Tunjuk kurik alun balemu


Intan singah kalang labehu
Kilau ampin bintang patendu
Bahalap dia ulih manyuntu

Ampi bahalap tingkah lalangae


Bilang jaton tanding-tandingae
Eka karajin je tundah kulae
Gagenep kalonen dia imbedae

Kalute kahalap Intan Garinda


Singah papaan lawang salaka
Pupus balua baputi bahenda
Narewen nampayah tamuei
maja

Eka karajin je tundah kulae


Bawi hatue dia imbedae
Jete jamban rezeki aka
Sapala belom amun mahaga

Ie balanga takuluk amba


Turus panatau je indu bapa
Bawi bahalap tingkah lalangae
Jarang kalune sabanding
dengae

Pahayak karungut aku


mansanan
Ampi kahalap je kilat hintan
Tingkah lalangan bawi jaragan
Akan pangingat andau rahian.

Tunjuk kurik banius lantil


Tamuei dagang uras tatarik
Pander sarita saraba apik
Bawi bahalap kalengan usik

Amun nampayah je busu


pandang
Lampang angat kanyaasal
huang

352
Sama kilau hambaruan layang
Pahayak riwut je simpei
penyang.

Balaku harajur asin Hatala


Tuah rajaki aton inenga
Manyambung itung tuntang
rencana
Akan bagin bereng Intan
garinda KARUNGUT TARI ANDI

Nambereng tarung je busu Tari adik yang tari adik


pandang Sinar cahaya yang Sumbu
Manumun angat karangkan Kurung 10
huang Gantang pelan lemah gemulai
Mudahan umur je sama Jari kecil lancip lentik
panjang
Asin raja tunggal Sangumang Angkat balun yang habalaun
Seperti pantun arah angin turun
Amun asi harajur inenga Air pasang datang yang
Hajamban riwut bahing suara bergulung-gulung
Palus narusan lawang salaka Dengan riak gelombang munyun
Nambelang atei Intan Garinda.
Iya adik perempuan
Malaku Hatala harajur masi Pupus hidup licin putih
Aton manenga tuah rezeki Bagai intan pantas dibeli
Hajamban tarung je busu andi Tempat kalengan untung rezeki
Intan Garinda kamala sari.
Galang legem yang
Intan singah lawang salaka hambambalang
Pupus balue baputi bahenda Terlihat tingkah yang
Jaka imili tuntang irega bergelombang
Rega pantas tanggalan balanga Mengumpulkan yang dahan
ranting
Iyoh andi je busu pandang Kabantengan pukung pahewan
Ela bitim basule huang tutang
Mahining saritam je dia
panjang Sinar intan yang air laut
Tabe salamat bara pangarang. Menghampiri sikap yang serba
pantas
Sampai hetoh auh sarita Jari lentik bagai dipijat
Akan kakare je tundak kula Sapala adik perempuan terkenal

10 Pendamping setia Bandar. Wanita teladan di masanya.


353
Mudahan halajur asin Hatala
Manyambung itung tuntang Halenjen terang listrik bergantung
rencana. Karena terang yang Sumbu
Kurung
Amun umur je sama panjang Melihat rambut yang
Harian andau sarita lampang mangarunung
Sampai hetoh sarita ingarang Seperti bunga yang sari gantung
Mudahan hasundau atei je
sanang. Pancaran intan yang riau hari
Indah memancar merah kuning
KARUNGUT TARI ANDI3
Dapat mampir yang pinggir dahi
Tari andi je tari andi Santah penglihatan kekayaan
Kilat pandang je Sumbu jagau
Kurung
Gantang rangkah balemue Seperti bunga cempaka kuning
lamah Intan terbuka pancaran sinar
Tunjuk kurik banius lantik Intan taturuk Liang kaminting
Santah penglihatan salundik
Gatang balun je habalaun uhing
Kilau Pantun tanggara muhun
Pasang dumah je hambabalun Iya adik yang perempuan
Hayak riak galumbang Pantar perempuan yang padadari
munyun. Kamu memang beruntung rezeki
Lekat penglihatan hujan melati

Iyoh andi je bawin nyai Duduk berdiri yang Murai rambut


Pupus belum malisen baputi Ngarekot ngarunung yang pinggir
Kilau intan patut imili lingkau
Eka kalengan tuah rajaki. Legem indah bergelang emas
Pantas benar tempat nafas hilang
Galang lengem je
hambambalang KARUNGUT TANDAK
Ampin tingkah je hagalumbang KECAPI
Manamunan je edan tapang (Bahasa Indonesia)
Kabantengan pukung pahewan
tutang. Ini kecapi memang dipakai
Turunan Dayak memang dari dulu
Kita semua mengetahui
Hapancar intan je air laut Bertali dua sejak dahulu

3 Karungut ini telah dilantunkan/dinyayikan oleh anggota kesenian Bakeda (


Badan Kesenian Daerah / Dayak ) pimpinanan Bapak Damang Salilah
dan Bapak Narpan Apoi di Palangka Raya tahun 1957.
354
Manyingah tingkah je saraba
patut Waktu di masa yang lalu
Tunjuk lantik kilau iurut Perempuan dan laki-laki semua
Sapala andi bawi basewut bisa
Orang tua bagaikan guru
Seni suara musik tidak terputus
Halenjen pandang listrik
bagantung Kecapi emas yang sangkalemo
Awi pandang je Sumbu Kurung Mana-manan cerita yang orang
Nampayah balau je dulu
mangarunung Tampung Buhul tempat kampung
Kilau kambang je sari gantung. Tempat Tasik gandang
mengelilingi kilat
Hapancar intan je riau andau
Bahalap mamancar bahandang Dahulu tali rotan indurut
bahenda Tampung bukit tampung angin
Tau manyinggah je saran Tempat Raja Sambung Maut
lingkau Balai Saramin nantali angin
Santah tampayah panatau
jagau. Kecapi emas umbai embun
Asal itu dari atas
Kilau kambang campaka Ada sama orang turun
kuning Bukit Kaminting tempat turun
Intan bukei mancar bagining
Intan taturuk Liang Kaminting KARUNGUT DI JAMBATAN
Santah tampayah salundik RAMBANG
uhing (Bahasa Indonesia)

Iyoh andi je bawi nyai Ampun maaf cerita bapak


Pantar bawin je padadari Apabila susunannya banyak salah
Ikau puna batuah marajaki Maklum kami bujangan muda
Lekat tampayah ujan malati. Tidak tinggi ilmu sekolah

Mondok mendeng je murai


balau Karena kegembiraan kami
Ngarekot ngarunung je saran menyambut
lingkau Kedatangan Bapak pemilik
Legem bahalap hagalang bulau Sangiang
Pantas toto eka tahaasengku Ada panjanjajuri Pelabuhan
nihau. Rambang
Rasa keberuntungan yang Jata
muncul
KARUNGUT TANDAK
KACAPI. Ini Bapak Jamban kegembiraan

355
(Bahasa Dayak Ngaju) Nanjuri kami yang air arak
Patei Lengen kameluh Dayak
Jetoh kacapi puna ihapan Mendahului dari pantan
Utus Dayak puna bara huran dibongkar
Kakare itah uras katawan
Batali due bajaman-jaman. Ini air teramat pedas
Haris pantis embun baduri
Metoh huang katika helo Pantas makanan ujai rambutan
Bawi hatue uras rata tau Hajamban pantar pambujang
Ulun bakas ije kailau guru perempuan
Seni suara musik dia bagetue.
Tuak ini memang diberi
Kecapi bulau je sangkalemo Tanda hati kami yang gembira
Mana-manan saritan ije ulon Makanan bisak yang kayu raja
helo Ketika mengunjungi Palangka
Tampung Buhul kaleka lewo Raya
Eka tasik gandang
ngarambang nyaho. Pantan dibongkar bersungguh-
sungguh
Dibongkar dengan hati yang bulat
Huran tali uei indurut Agar tulus yang hajat niat
Tampung bukit Tampung riwut Panjang umur hidup selamat
Eka raja Sambung maut
Balai saramin nantali riwut. Tengah segala mantir mangawan
Hari ini bapa membongkar pantan
Kacapi bulau umbai ambun Riwayat bapa lebih baik dikatakan
Asal jete bara hunjun Segala pengalaman di masa lalu
Aton hayak ulun turun
Bukit Kaminting kaleka muhun. Terima Bapak arak pedas
Dari kami remaja perempuan
KARUNGUT INTO Kameloh Dayak yang lima orang
JAMBATAN RAMBANG 4 Agar pekerjaan semua berhasil
(Bahasa Dayak Ngaju)

Ampun maaf saritan bapa Cukup sekian dulu kata-kata


Amun susuna je are sala karungut
Maklum ikei bujang tabela Air tuak embun hadurut
Dia gantung ilmu sakula. Kedatangan bapak kami sambut
Menuruti pesan bapak Tjilik
Riwut.
Awi kahanjak ikei manambang

4 Karungut oleh Lewis KDR pada waktu menyambut kedatangan Bapak Haji
Ruslan Abdulgani di Palangka Raya.
356
Pandumah bapa tempu
sangiang DARI KAMPUNG
Aton panpanjajuri Palabuhan HANTAPANG MUJAI
Rambang J. Lampe Bulit
Angat kanuah je Jata lampang. (Bahasa Indonesia)

Moga-moga umur bapak panjang


Selamat niat dapat cepat muncul
Rungan-Rahuyan apalagi tempat
Jetoh bapak jamban kahanjak kehendak
Nanjuri ikei je danom arak Terkenal laku diangkat
Patei lengen kameloh Dayak
Sahelo bara pantan ingarak Seperti garam yang asin
Cukup Berkat oleh Yang Kuasa
Jetoh danom tada bahari Terangkat dengan yang turunan
Haris pantis ambon baduri urutan
Pantas panginan ujai maliti Kekayaan nenek moyang, sudah
Hajamban pantar pambujang banyak tapasing
bawi.
Sekian dulu doa dan salam
Dari kami laki-laki dan
Tuak jetoh puna inenga perempuan
Tanda atei ikei je suka Tangis diganti dengan tertawa
Panginan bisak je kayu raja Kalampangan saja cepat agar rata
Metoh maja Palangka Raya. kita rasakan.

Pantan ingarak ba-hima-himat PERPISAHAN DENGAN


Ingarak dengan atei je bulat BAPAK
Mangat tulus je hajat niat. GUBERNUR KDH
Panjang umur belum salamat. KALIMANTAN TENGAH
(Bahasa Indonesia)

Bentuk kare mantir mangawan Bapa Gubernur pulang dari udik


Andau toh bapa mangarak Perjalanan meninjau pedalaman
pantan hulu
Riwayat bapa keleh insanan Melihat batu dan hutan
Taluh panyundau sajaman Tempat binatang dan tempat
huran. kampung

Tarima bapak arak bahari Segala tempat telah dikunjungi


Bara ikei pambujang bawi Bertemu pula dengan rakyat jelata
Kameloh Dayak je lime biti Dari kota sampai pondok di
Mangat gawi uras manjadi. ladang
Sudah menemui orang tua muda

357
Tikas toh helo auh karungut Bahkan makanan ini dinikmati
Danom tuak ambun hadurut bapak
Pandumah bapa ikei Gulai ayam campur daun taya
manyambut Demikian yang dilakukan kami
Numun peteh Bapak Tjilik orang desa
Riwut. Memang tidak sama dari orang
kota

Bicara cerita ini tidak bahasa


BARA KAMPUNG Nyanyi karungut tanpa nada
HANTAPANG MUJAI Tari manasai tidak seperti desa
J. Lampe Bulit Walau kesenian tidak seperti pesta
(Bahasa Dayak Ngaju)
Perasaan bapak yang tidak ramai
Mudah-mudahan umur bapak Dari Banjar sampai Lawang kanji
panjang Kami minta ampun ini beribu kali
Selamat maksud tau gulung Jangan mengambil jadi ini
lampang kemarahan
Rungan-rahuyan mahin eka
huang Bila rombongan pulang kembali
Tarung sewut laku inggatang. Kami menyebut ini selamat jalan
Untuk semua anggota rombongan
Baik Tuhan menentukan jalan
Kilau uyah je bakahing
Sukup Berkat awi Hatala KARUNGUT UNTUK
Ranjing GUBERNUR KDH
Hagatang hayak je utus rinting KALIMANTAN TENGAH
Panatau tatue hiang, jari are (Bahasa Indonesia)
tapasing.
Salam bapak Gubernur Kepala
Tuan besar perpangkat raja
Salam merata tua muda
Tikas toh helo doa dan tabe Ini kami hendak naladan cerita
Bara ikei bawi hatue
Tangis ingganti hapan tatawe Ya bapak yang tula hai
Kalampangan ih gulung Yo bapak suci berani
mangat rata itah mangkeme. Ya gagah perkasa dan badiri
Ya dengar bicara yang ramai-

358
PERPISAHAN DENGAN ramai
BAPA GUBERNUR KDH
KALIMANTAN TENGAH 5 Kami bicara hajamban bahin
(Bahasa Dayak Ngaju) karungut
Membawa hati gembira tidak
terkatakan
Bapa Gubernur buli bara ngaju Akan kedatangan bapak Tjilik
Jalanan maninjau pedalaman Riwut
hulu Yang seperti kunang-kunang
Nampayah batu tuntang parak berjejer
kayu
Eka kawan meto tuntang eka Bukan main beruntungnya
lewo Kalimantan Tengah
Cekatan terlihat Gubernur kita
Luas pikiran pandai memimpin
Lancar perjalanan semua daerah
Kakare eka uras jadi ingaja
Hasundau kea dengan rakyat Ya bapak tuan Gubernur
jelata Engkau memimpin cukup bujur
Bara kota sampai pasah tana Indu kamiar kita selalu
Jadi inyupa uluh bakas tabela. Diberkati Yang Kuasa sepanjang
umur
Malahan panginan toh kamean
bapak Aduh bapak aduh ibu
Juhu manuk ewui dawen taya Aduh Jata aduh Sangiang
Kalote gawin ikei uluh desa Kasabai kita anak Jata Muncul
Puna dia sama bara uluh kota. Kepala ini memang tempat
kehendak

Sepoi-sepoi popularitas
Pander sarita toh dia bahasa Kalimantan Tengah
Nyanyi karungut dia bara nada Ruwan palendang intan hapanjih
Tari manasai dia kilau desa Riak-riak gelombang politik
Alun kesenian dia kilau pesta. pemerintah
Rakyat semua maju tidak kalah
Pangkeme bapak je dia rami
Bara Banjar sampai Lawang Kami anak sekolah tidak kalah
Kanji Diajar oleh guru laki-laki
Ikei balaku ampun toh baribu perempuan
kali Dalam susah semakin diramaikan
Ela manduan jadi toh kasingi. Ingat negara saat revolusi

5 Lagu Hetbah. T. Dj. Bahen, Kepala Sekolah SDN Kuala Kurun. 12


September 1964.
359
Walau ketika di masa susah
Saat hati sangat gelisah
Amon rombongan mules haluan Saat tetap tidak berubah
Ikei manyewot toh salamat Nasihat bapak pangarasang kita
jalan
Akan hapus anggota Usah panjang cerita ngambang
rombongan Pohon bicara yang membatang
Keleh Hatala manintu jalan. Semua mendoakan bapak panjang
umur
KARUNGUT AKAN Tempat pangkat naik cerita naik
GUBERNUR KDH
KALIMANTAN TENGAH 6
(Bahasa Dayak Ngaju) Terima bapak terima saja
Terima bicara kami seperti
Tabe bapak gubernur kepala Cukup sekian dulu karungut kami
Tuan hai bapangkat raja Salam ampun bila menyinggung
Tabe rata bakas tabela hati
Toh ikei handak naladan sarita
KARUNGUT ANAK
Yoh bapa je tula-hai SEKOLAH MPN KURUN
Yoh bapa haramaung bahanyi (Bahasa Indonesia)
Yoh menteng hayak badiri
Yoh seneh pander je rami-rami. Banyak salam dan hormat
Kami menyebut seperti alamat
Ikei pander hajamban bahing Awal bicara kami seperti
karungut mengatakan
Imbit atei hanjak dia tarasewut Selamat datang bapak Gubernur
Into pandumah bapak Tjilik dan rombongan
Riwut
Ije kilau pampahilep hadurut. Minta izin yang rai-rai
Dengan kalian semua sanak
saudara
Kami ini dari barisan perempuan
Mau bicara seperti ganti semua
saudara
Lehan katuah Kalimantan
Tengah Ini kami barisan anak muda
Iinga-linga ampin Gubernur Memberanikan diri bicara di
itah depan bapak
Lapang pikirae apik marentah Seperti mengatakan selamat
Lancar kamiar hapus daerah. berjumpa
Dengan bapak Gubernur yang

6 M.Tj.Laman – Guru SDN Kuala Kurun. 12 September 1964.


360
memang kepala
Iyuh bapak tuan gubernur Ini seperti memperlihatkan
Ikau marentah cukup bujur kegembiraan kita
Indu kamiar itah halajur Untuk kedatangan bapak
Imberkat Hatala sapanjang Gubernur ketempat kita
umur. Perlu melihat dan mengamati
Akan segala keadaan disegala
daerah.
Hakarang indang hakarang
apang Bapak Gubernur Tjilik Riwut
Kayah Jata aduh Sangiang Sangat terkenal inantali angin
Kasabai itah anak Jata Dari kota sampai hulu
Lampang Seperti mengangkat nama kami
Kapala jetoh puna eka huang. udik

Oleh karena itu kami berdiri disini


Riwu-riwut tarung Kalimantan Seperti menyampaikan dan
Tengah menyebut
Ruwan palendang intan Terimakasih kami buat bapak
hapanjingah Tjilik Riwut
Ria-riak galambung politik Satu orang dari kami udik yang
pamarentah terkenal
Rakjat uras maju dia kalah.
Satu lagi kami sampaikan kepada
Ikei anak sakula dia kalah bapak
Iajar awi guru hatue bawi Ucapan selamat dapat pangkat
Into kasusah mahin imparami Kolonel Udara
Ingat nagara wayah revolusi. Yang jarang laki-laki dapat
menyamai
Walau metoh wayah kasusah Nampaknya bapak Tjilik Riwut,
Wayah atei paham galissah Bandar dulu menjelma
Wajah tatap dia hubah
Wejangan bapak pangarasang Lain lagi perkataan kami dengan
itah. bapak
Seperti menyatakan cita-cita kami
Usah panjang sarita ngambang anak muda
Upun pander je mambatang Takut karena tiruk yang memang
Uras mandoa bapak umur lalangena
panjang Karena kehendak saja
Uka pangkat mandai sarita menyampaikan kepada bapak
hagatang.
Pertama kami banyak menyebut
ampun dan maaf
Takut kalau bicara ada

361
Tarima bapa tarima bewei menyinggung bapak
Tarima pander ikei kilau Dimaklumi saja kami anak muda
karuhei yang masih sekolah
Tikas hetoh helo karungut ikei Yang seperti baru bisa melihat dan
Tabe ampun amun mengamati
manyinggung atei.
Bapak Tjilik Riwut satu orang
Gubernur yang berjasa
KARUNGUT ANAK SAKULA Bisa memberi contoh untuk
MPN KURUN 7 semua anak muda
(Bahasa Dayak Ngaju) Yang cinta asal usul dan bangsa
Di sana-sini sudah
Are tabe tuntang hormat memperlihatkan karya
Ikeimmanyewut kilau alamat
Tamparan kutak ikei kilau Begitu kehendak kami dengan
mansuman semua bapak-bapak
Selamat dumah bapak Yang akan memimpin daerah
Gubernur tuntang rombongan. tingkat II
Pantas mengambil contoh yang
betul berguna
Balaku paramisi je rai-rai Maniruk yang benar dan bijaksana
Dengan keton kare tundah
pahari Harapan kami buat bapak
Ikei toh bara baris anak bawi Gubernur yang memang kepala
Handak hakutak kilau gantin Bisa mencari orang yang satu hati
kare pahari dengan bapak
Untuk kepala daerah tingkat II
Toh ikei baris anak tabela Kahayan Hulu terang nyata
Mampahanyi arep hakutak
taharep bapak Demikian permintaan kami anak
Kilau manyewut salamat muda
hasupa Sampai kami berdiri dihadapan
Dengan bapak gubernur ije bapak
puna kapala Agar Kahayan Hulu bisa
sempurna
Jetuh kilau mamparahan Sesuai mengikuti keinginan kita
kahanjak itah merdeka
Tagal pandumah bapak gun Dua tahun ini sudah berlalu
akan eka itah
Perlu mite yuntang Di situ bapak mendirikan tiang
manampayah pertama

7 Pada malam resepsi penyambutan Gubernur Kepala Daerah Kalteng di


Kuala Kurun 1964.
362
Ampin kare keadaan hong kare Kantor dan rumah Wedana
daerah. Rumah Camat dan kantor Camat
Yang akan dibuat tahun 63/64

Bapak Gub Tjilik Riwut Kami kira bapak tidak ingat janji
Paham tarunge inantali riwut Karena sudah banyak tahun sudah
Bara kota sampai hulu antara lama
Kilau manggantung sewut ikei Bantuan tambahan ruang SMP
ngaju. seratus ribu besarnya
Bantuan untuk yayasan pelajar
setengah juta janji
Awi te ikei mendeng into hetoh
Kilau manyampai tuntang Kami harap bapak tidak marah
manyewut Karena banyak bicara yang bisa
Terima kasih ikei akan bapak hati melukai
Tjilik Riwut Kami tahu bapak banyak sekali
Ije biti bara ikei ngaju ije pekerjaan
basewut. Minta ampun dan maaf rai-rai

Begitu kata bicara kami habis


Harap bapak melihat dan
Ije tinai ikei manyampai akan mengamati
bapak Keadaan kami Kahayan Hulu yang
Ucapan selamat dinon pangkat memang
kolonel udara Tetapi cita-cita tetap sampai
Je jarang hatue tau manyamae punah
Ampie bapa Tjilik Riwut
Bandar huran manjalma. Sekali lagi kami mohon ampun
Dengan bapak Gubernur dan
rombongan
Karena segala bicara kami yang
Beken tinai auh ikei dengan sudah ada
bapak Banyak minta tolong jangan
Kilau mansuman cita-cita ikei sampai dibuang
anak tabela
Mikeh awi tiruk ije puna Semoga Tuhan mengikuti bapak-
lalangena bapak
Awi huang bewei manyampai Membuat jalanan menuju segala
akan bapak. tempat
Sampai dengan selamat pulang
kerumah
Ibu-ibu menyambut dengan
Helu ikei are manyewut ampun kegembiraan juga
tuntang maaf

363
Mikeh kare pander aton Takut ada segala bicara kami salah
manyinggung bapak Harap jangan mengambil
Maklum bewei ikei anak tabela membawa ke ngawa
je lagi sakula Maklum saja pengetahuan pas-
Je kilau harun tau mite tuntang pasan
manampayah. Oleh karena itu banyak ampun
maaf dengan bapak-bapak.
Bapak Tjilik Riwut ije biti
gubernur ije bajasa. PETEH IJE BITI ANAK
Ulih manenga suntu akan kare KALTENG
anak tabela M. Darman.
Ije sinta utus tuntang bangsa (Bahasa Indonesia)
Hong hete-hete jari
mamparahan kariya. O kita Kalimantan Tengah
Ini perjalanan yang baru datang
Kalute kahandak ikei dengan Kita menyambut yang benar-
kare bapak-bapak benar
Ije handak mamimpin daerah Berdiri duduk harus berhadapan
tk II
Patut manduan suntu je tutue Jangan sampai yang dulu-dulu
baguna Banyak rebutan yang hasanselo
Maniruk je bujur tuntang Lebih baik menuruti orang tua-tua
bijaksana. bahula
Bisa sepakat beberapa kampung

Kalau kita bisa sepakat


Kaharap ikei akan bapak gub je Sesuatu yang berat dapat diangkat
puna kapala Jangan halisi rebutan pangkat
Tau manggau uluh je hinje atei Kalimantan Tengah pasti
dengan bapak mendapat berkat
Akan kepala daerah tk II
Kahayan Hulu tarang nyata. Pangkat memang dicari juga
Tapi jangan menggeser sesama
Kalute palakun ikei anak tabela Seperti kata yang peribahasa
Sampai ikei mendeng taharep Bisa meminta bisa memberi
bapak
Mangat Kahayan Hulu tau Ini kita baru mulai
sampurna Membangun kota Palangka Raya
Sesuai tumon kahandak itah Lebih baik sepakat tidak memilih
merdeka. saudara
Due nyelo jadi toh mahalau Agar yang bersungguh-sungguh
… ( tidak terbaca ). tidak sia-sia.

Tempat kota Palangka Raya

364
Tidak kalah dengan kota sebelah
Hete bapak mampendeng tiang menyebelah
pertama Terkenal kumbang keliling dunia
Kantor tuntang huma wedana Palangka raya Indonesia jaya
Human camat tuntang kantor
camat BAKEDA KAPUAS
Ije akan inguan nyelo 63/64. (Bahasa Indonesia)

Ikei madu bapak dia ingat janji Demikian pesan dari satu orang
Awi jari are nyelo jari helat Anak Kalteng yang tidak pandai
katahi Dengan hidup yang tersia-sia
Bantuan tambahan ruang SMP Seperti berjalan mamarak duri
seratus ribu kahai
Bantuan akan yayasan pelajar Ini pohon yang Batang Garing
setengah juta janji Yang indah babusung runjan
Berakar rentai nyangkabilan
bawake
Ikei harap bapak ela balait Batunjang duhung bahangkang
Awi are pander je tau atei bunu.
babuhit
Ikei katawan bapak are toto Berdahan Nyalung Kaharingan
gawi Belum
Balaku ampun tuntang maaf Batang Garing berduri simbel
rai-rai. Indah balimut pasihai runjan
Babungking Batang Batu

Berbuah garanuhing kanduyung


Kalute auh pander ikei lepah Buah air laut
Harap bapak mite tuntang Yang indah kamelang dare
manampayah Kanaheteng tabuhi.
Keadaan ikei Kahayan Hulu je
puna Berdaun dandang tingang
Tapi cita-cita tatap sampai Mamusu lamiang buah garing
punah. belum
Indah berbuah emas buah
tampung penyang.
Sinde tinai ikei balaku ampun Berdaun dandang tingang
Dengan bapak Gub tuntang
rombongan Garing indah batalajuk bunu
Awi kare pander ikei je jari aton Kakanderang burung tingang.
Are balaku duhup ela sampai Nganderang nangkenja
inganan. Mantir Kepala

Tamunan ini dibuat baru

365
Memang ini dari getah
Keleh Hatala mampahayak Patei Lengen pamanku Damang
bapak-bapak Kepala
Nguan jalanan mangguang Kepala Adat Kapuas Ngawa.
kare eka
Sampai dengan salamat buli Ongkos ditanggung oleh anggota
huma Bakeda
Ibu-ibu manambang dengan Yang baru hidup pas-pasan
kahanjak kea. Kerajinan kami memberi
Panglima Mantir Kepala

Berani gagah perkasa dan masih


Mikeh aton kare pander ikei muda
sala Meminta hati panglima suka
Harap ela mandua mimbit Menerima pemberian kami
akan ngawa anggota Bakeda
Malum bewei kataun je puna Yang baru hidup pas-pasan.
beja-beja
Awi te are ampun maaf dengan Panjang umur rezeki naik
bapak-bapak. Mudah-mudahan pimpinan tidur
bermimpi
Mimpi kehidupan Bakeda yang
PETEH IJE BITI ANAK pas-pasan.
KALTENG.
M.DARMAN. 8 KARUNGUT
(Bahasa Dayak Ngaju) KOTA
PALANGKA RAYA
O itah Kalimantan Tengah (Bahasa Indonesia)
Toh kamiar je haru dumah
Itah manyambut je buah-buah
Pendeng punduk harus Lilang rate yang dahiang baya
tandipah. Dari kampung Palangka Raya
Jauh semua yang segala kekotoran
Ela kilau je helo-helo Ngaju ngawa yang ngambu ngiwa
Are karabut je hasanselo
Keleh manomon uluh bakas helo Lewo ngarambang ijin dari
Tau hapakat papire lewo. tumbang
Rundung kamanjang pantis
dahiang
Amon itah tau hapakat Kampung kamapan patahu antang
Taloh je babehat ulih iangkat Rundung ucan gurun sangiang.
Ela halisi karabut pangkat

8 Palangka Raya, 24 Juli 1958.


366
Kalimantan Tengah tantu Aku yang datang yang niha-niha
mandino berkat. Dari sungai riak jamban tempat
Semua orang sudah manampung
Pangkat puna inggau kea Bahanjung gahung yang tampung
Tapi ela manggeser kula untung
Kilau kuan je paribasa
Tau balaku tau manenga. Berangkat memakai kapal kata
Nuhang intan yang kayu landa
Toh itah harun nampara Menuju kampung Palangka Raya
Mambangun kota Palangka
Raya Terima Kasih dengan selamat
Keleh hapakat dia mintih kula Awa asom sahut sambat
Mangat je himat dia sia-sia. Panjang umur bisa bertemu
Dengan kalian yang tundah kula

Aku mananjuri riwut karungut


Uka kota Palangka Raya Karena ada bapak negara
Dia kalah dengan kota Sansila Mendirikan kampung Palangka
Batarung kumbang kaliling Raya
dunia.
Palangka Raya Indonesia Jaya. Seperti keuntungan antang patahu
Kita sungai Nyahu
Seperti dikunjungi yang Kuasa
BAKEDA KAPUAS9 dari atas
(Bahasa Dayak Ngaju) Jata kalampangan dari Kereng
labehu
Kalote peteh bara ije biti
Anak Kalteng je dia pintar Rasa Kasihan Yang Kuasa sudah
harati lumayan
Hayak belum je asi-asi Untuk kita Kalimantan Tengah
Kilau mananjung mamarak Seperti menyambut Yang Kuasa
Duhi. datang

Jetoh batang je garing belom Kapanatau panglima tinggi


Ije bahalap babasung runjan Ia datang dengan menampung
Bauhat rentai nyangkabilan Ke air nyahu maruang duhung
bawake Kampung Palangka Raya ini
Batunjang duhung bahangkang terkenal
bunu
Kalian semua pimpinan tinggi

9 Syair untuk penyerahan tanda mata dari Bakeda Kuala Kapuas untuk
Residen Tjilik Riwut yang disampaikan dengan perantaraan Dewan
Pimpinan Daerah Partai Persatuan Dayak di dalam konferensi PD
Wilayah Kabupaten Kapuas tgl 25 – 27 April 1957. – Ketua Alek Talie.
367
Kapala ngalampang yang angin
Bateras Nyalung Kaharingan terkenal
Belom. Kalimantan Benteng ruang
Batang Garing baduhi simbel batunjung
Bahalap balimut pasihai runjan Semoga Jata Hatalla menolong
Babungkim batang batu
Kalian Camat Damang Pambakal
semua
Mamua garanuhing kanduyung Tetuha kampung Palangka Raya
Bua danom laut. Apabila adat aturan kami salah
Ije bahalap kamelang dare Minta ditegur dengan kalian ibu
Kanahenteng tabuhi bapak

Mandawen dandang tingang Ini dulu ceritaku dulu


Mamusu lamiang bua garing Dengan kalian mantir lewo
belom Minta ampun beribu-ribu
Bahalap mamua bulau bua Terima Kasih kataku dulu.
tampung penyang
Mandawen dandang tingang KARUNGUT RIWUT ANDAU
(Bahasa Indonesia)
Garing bahalap batalajuk bunu
Kakanderang burung Tingang
Nganderang nangkenja
Mantir Kepala

Tamunan jetoh nampa taheta


Puna jetoh bara gita
Patei lengen amaku Damang
kapala
Kapala adat Kapuas ngawa.

Ungkuse inanggung awi


anggota Bakeda
Ije haru belom niha-niha
Karajin ikei manenga
Pangkalima mantir kepala

Bahanyi menteng tuntang


balinga
Balaku atei pangkalima suka
Manarima penenga ikei
anggota Bakeda
Ije haru belum niha-niha.

368
Panjang umur rajaki mandai
Mudah-mudahan kapala
batiruh nupi.
Nupi pambelom Bakeda kapuas
je asi-asi.

KARUNGUT
KOTA
PALANGKA RAYA
(Campuran bahasa Dayak
Ngaju dan Sangen) BAKESAH SAMBIL
MASIAREP
Lilang rata je dahiang baya Arnias.R (Bapak Setia)
Bara lewo Palangka Raya (Bahasa Indonesia)
Kejau uras je taloh papa
Ngaju ngawa je ngambu ngiwa. Darisini berfikir banyak ngawur
Lebih baik kita membuat kerungut
Lewo ngarambang ijin bara atau dindang
tumbang Bukan karena pandainya
Rundung kamanjang pantis mengarang
dahiang Hanya untuk mengganggu hati
Lewo kamapan patahu antang yang pusing.
Rundung ucan garun sangiang.
Ini karungut dari orang tua
Aku je dumah je niha-niha Jaman penjajahan dia sempat
Bara batang danom riak alami semua
jamban kaleka Orang ini penuh cinta tidak
Uras uluh jari manampung pemarah
Bahanjung gahung je tampung Bila tidak salah ia pak Setia, dia
untung. Arnies.

Tolak mahapan je kapal kata Ini seperti bila kata sejarah


Nuhang intan je kayu landa Tanah air yang punya kita
Manyampai lewo Palangka Orang Dayak dianggap orang
Raya. rendah
Padahal urusan apa saja tidak
Terima kasih dengan salamat kalah
Awa asom sahut sambat
Panjang umur tau hasupa Ini dia yang sudah berdiri
Dengan keton je tundah kula. Daerah punya kita namanya
kalteng

369
Aku mananjuri riwut karungut Turunan leluhur memang perkasa
Awi aton bapak nagara Ayo kita mengurus sama
Mampendeng lewo Palangka
Raya. Ini berdiri juga ibukota
Yaitu dibuat nama Palangka Raya
Dulu berganti-ganti ke Jakarta
Kilau kanuah antang patahu Minta kepada bapak negara
Itah batang danom nyahu
Kilau ngaja Hatala bara Ini yang bernama sama maju
ngambu Nama perkembangan kita dari
Jata kalampangan bara kalang dulu
labehu. Bangunan hampir semua dari batu
Hanya sedikit saja yang dari kayu

Pak Tjilik Riwut Sanaman


Asin Hatala jari bakarinah Mantikei
Akan itah Kalimantan Tengah Sangat benar mencinta hati
Kilau manambang Jata Hatala Budi bahasanya dengan kami
dumah. Tidak terlupakan sampai mati

Iya bapak Tjilik Riwut


Kapanatau Pangkalima Hitung engkau mengangkat sewut
gantung Ibukota kalian buat di Pahandut
Ie dumah hayak manampung Apa yang ada kalian nampaknya
Into danom nyahu maruang semua pantas
duhung
Lewo Palangka Raya jetoh Apabila engkau ke ngawa atau ke
batarung. ngaju
Orang melambai tiap kampung
Karena orang dengan rindu sangat
Keton uras kapala gantung Engkau tidak pandang bulu
Kapala ngalampangan je riwut
tarung Tjilik Riwut diharap saja sering
Kalimantan benteng ruang pulang
batunjung Lihat bangunan yang banyak
Mandahan Jata Hatalla dibuat
manulung. Sambil menasihati orang yang
bekerja
Karena kelihatannya di desa
masih ketinggalan
Keton camat, Damang,
Pambakal rata Yang membuat kerungut ini
Bakas lewo Palangka Raya memang kita
Amun hadat tata ikei sala Nampaknya kehidupan yang

370
Balaku tingak dengan keton memang susah
indo bapak. Selalu rasa memang dijarah
Tetapi terus tidak juga kehilangan
berubah
Jetoh bewei saritangku helo
Dengan keton mantir lewo Menghitung hidup yang seperti ini
Balaku ampun baribu-ribu Terlalu tertinggal dari kebanyakan
Tarima kasih auhku helo. orang
Siang malam nyaris tidak tidur
KARUNGUT RIWUT Hati bua yang seakan layu
ANDAU
(Campuran Bahasa sangen dan Sekian dulu karungut dindang ini
bahasa Dayak Ngaju) dulu
Karena malam sama sudah malam
Riwut andau je riwut andau Apabila ada salah karungut
Riwut manasa je juking kuta. dindangku
Minta ampun saja beribu-ribu
Riwut burung je riwut burung
Riwut pasak Kapuas Murung.

Riak rumbai raden KARUNGUT


tamanggung MAMPARENDENG
Dia panjajuri je huma gantung. (Bahasa Indonesia)

Riak galumbang Kayai Malam sabtu itu pasti muncul


Damang Kita mendengar kata karungut
Je pajanjuri je batang panjang. Jangan sampai saudara sampai
marah
Tulak harikas kakare bakas Lagi ini terserah membawa
Balua batang danom sungai sebutan
Kapuas.
Dulu ada orang tua
Dumah rata je bangkis rangkan Jaman di Tumbang Kapuas.
Balua Kahayan Rungan Tutur kata memang keras
Katingan. Tingkah ajaran juga hebat semua.

Salampai sinjang je Nyai Jaman itu aku ada ikut


Undang Karena perlu untuk berobat
Manambang pandumah Rumah sakit dahulu di Barimba
Tamanggung Damang. Orang datang dari Ngaju ngawa

Hantatulak je rangkan panjang Nasihat orang tua itu mengenai


Laut Lewo kota Basarang. perempuan
Ingat suka kita banyak yang

371
Hantu-hantung je pangkoh tersia-sia
lombung Memang benar juga terlalu
Mahalau teluk lewo tertinggal
Tamanggung. Dari ampin kapintar kaharati

Tapa-tasai – riwut je sarian Apabila perempuan benar bujang


Into tumbang danou telo. Apabila bayak keberuntungan
dagang
Pasang dumah je masuh ngawa Lebih baik bergaul dengan cukup
Manyampai lewo je Juking Itu sebut bagus bisa mengangkat
kuta.
Apabila memang banyak
BAKESAH SAMBIL MASI keuntungan dagang
AREP Jangan juga terlalu urang aray
Arnias. R (Bapak Setia) Lebih baik ingat dengan tanjung
(Bahasa Dayak Ngaju) tetei
Yang sebut bagus sampai mati
Bara toh bapikir are hayang
Keleh itah mawi karungut Karena bila ada orang laki-laki
atawa dindang Bicara terus itu atau ini
Dia jaka awi kaapik Jangan terlalu percaya itu
mangarang Nama lidah bisa menyakiti
Baya hapa manderuh atei je
pusang. Bila satu mengikuti kebenaran
Bila laki-laki mau mencari jodoh
Pasti ada orang disuruh
Atau kata dari bapak ibu

Toh karungut bara uluh bakas Perempuan memang banyak


Jaman jajahan ie sangkum uras Sering ia bisa juru-juru
Uluh toh bajenta dia parahas Tua ada ia bicara benar
Amun dia sala iye pak Setia, ie Kita tidak ada salah hendak jatuh
Arnias.
Anak seperti itu apa gunanya
Teguran ajaran mudah dilupakan
Walau cantik seperti tak berharga
Hati yang kotor tidak kejadian
Toh kilau jaka auch sajarah
Petak danom je ain itah Ini adat leluhur nenek moyang
Utus Dayak ianggap uluh Memang punya kita orang banyak
randah Tidak salah hurah tertawa
Padahal urusan en bewei dia Hanya satu salah jangan sama
kalah sekali

372
Kata ini bila teguran ajaran
Toh iye je jari mendeng Bisa saja pikir dan sabar
Daerah ain itah bagare Kalteng Karena muda mudah dapat pacar
Utus Tato Hiang puna menteng Bisa bepergian ke toko pasar
Ayu itah maurus sama
barendeng. Ini karungut siap kubuat
Jika saudara mendengar memang
Toh mendeng tinai ibu kota setuju
Iete iawi ara Palangka Raya Tapi bila rasa ada menggangu
Bihin baganti-ganti akan Kami mohon maaf saja beribu-
Jakarta ribu
Balaku dengan Bapak Nagara
Karungut sampai disini dulu
Toh iye bagare sama maju Jangan kalian marah padaku
Ara kamiar itah bara helu Kata ini seperti umpama pikun
Bangunan bilak uras bara batu Tapi rasanya memang semua
Puna isut bewei je bara kayu benar

Pak Tjilik Riwut Sanaman


Mantikei
Paham kabujur kajenta atei
Budi bahasam dengan ikei
Dia ingalapean sampai matei

Iyuh bapak je Tjilik Riwut


Reken ikau manggatang sewut
Ibu kota awi keton into
Pahandut
Narai je aton keton ampi uras
patut.

Amun ikau kangawa atawa


kangaju
Uluh mangipai genep lewo
Awi uluh dengam taharu toto
Ikau dia pandang ampin pupus
bulu.

Tjilik Riwut iharap ih kinjap


buli
Gite bangunan je are iawi
Sambil manasehat uluh je

373
bagawi
Basa ampi huang desa magon
balihi

Je mawi karungut toh puna itah


Ampi belum je pangka susah
Harajur angat puna inyarah
Tapi palus jatun kea ampin
kahubah.

Mitung belom je tumon jetoh


Lalau kalihe bara kakare uluh
Handau hamalem bilak dia
batiruh
Atei bua je bilak layuh

Tikas hetoh karungut dindang


toh helo
Awi alem sama jadi ambu
Jaka aton sala karungut
dindangku
Balaku ampun ih baribu-ribu

Palangka Raya, 10 April 1984.

KARUNGUT
MAMPARENDENG
(Bahasa Dayak Ngaju)

Alem sabtu te pasti lembut


Itah mahining auch karungut
Ela kare pahari sampai abut
Lagu toh barangai mimbit
sewut

374
Huran aton uluh bakas
Zaman huang Tumbang
Kapuas
Kutak pander puna karas
Tingkah ajar kea tamam uras.

Zaman te aku aton umba


Awi perlu handak batatamba
Rumah sakit huran huang
Barimba
Uluh dumah bara ngaju ngawa.

Nasehat bakas te tahiu bawi


Mingat suku itah are asi-asi
Puna toto kea paham balihi
Bara ampin kapintar kaharati

Jaka bawi toto bujang


Amun are tamuei dagang
Keleh bagaul dengan sadang
Te sewot bahalap tau hagatang

Amun puna are dagang tamuei


Ela kea lalau urang aray
Keleh bingat dengan tanjung
tetei
Je sewot bahalap sampai matei.

Basa amon aton uluh hatue


Pander palus toh atawae te
Ela lalau percaya jite
Ara jela tau mangapehe.

Amun ije tumon katutu


Jaka hatue handak manggau
jodo
Tantu aton uluh inyuhu

375
Atawae auch bara bapak indue.

Anak bawi puna are lagu


Kinjap iye tau juru-juru
Bakas aton iye pander toto
Itah jaton taloh sala handak
halawu.

Anak tumun te narai guna


Tingak ajar murah ingalapea
Aloh kahalap kilau jaton rega
Atei je papa dia kajarian

Toh adat laluhur tato bue


Puna ain itah uluh are
Dia kasala hurah tatawe
Baya ije sala ela samasinde.

Auch toh jaka tingak ajar


Tau ih mikir dengan sabar
Awi tabela murah dinon pacar
Tau jalanan akan toko pasar.

Toh karungut siap iawiku


Jika pahari manyeneh puna
satuju
Tapi jaka angat aton
mangganggu
Ikei mohon maaf ih baribu-ribu.

Karungut tikas hetoh helo


Ela Keton balait dengangku
Auh toh kilau jaka ngalilu
Tapi angat puna uras toto.

Mohing Asang

Mohing Asang ialah nyanyian perang. Bila Pangkalima telah


membunyikan salentak tujuh kali kemudian terdengar nyanyian
Mohing Asang, itu berarti suatu perintah untuk menyerang, dan
maju.

376
Salah satu Mohing Asang yang merupakan komando pangkalima
perang yang menggunakan bahasa Ot Danom dengan dialek Siang-
Murung.

Mohing Asang
(Genderang Perang)

4/4

1 2 3 3 3 3 5 3 .
Mo hing bo lah ta a mo hing
Ha woi ho mat tak ha woi

1 2 3 . 1 2 3 6 . .
mo hing na ing manuk leuweung
ha woi ne ko ko lo hambong
1 2 3 3 3 3 5 3 .
bo so bo ko hang bo so
ngin do kooman dau si pet

1 2 3 . 1 2 3 6 . . 6 6
bo so na ing a ping ting ang
tla wang da mek ne ko tun tang te lep

5 5 3 2 . 5 3 3
neng neng neng neng neng neng neng
te jep po no pangkih

2 2 6 . . 6 6 . . .
neng neng neng neng neng
si pet neng neng neng

Artinya :

Mari ya saudara mari


Mari kita maju kedepan
Bersama berkumpul bersama
Bersama kita melawan musuh

Neng-neng-neng-neng
Neng-neng-neng-neng
Neng-neng-neng-neng.

Berani dan maju berani

377
Berani sebagai panglima
Ambillah mandau dan sumpitan
Perisai, damek, dan telep

Tusuk, tombak, parang


Sumpit
Neng-neng-neng-neng.

Lain-lain

Ngendau

Ngendau ialah ialah senda-gurau yang dilagukan. Biasanya


dilakukan oleh para remaja baik laki-laki ataupun perempuan dan
bersaut-sautan.
Kalalai-lalai

Kalalai-lalai ialah nyanyian yang disertai tari-tarian Suku Dayak


Mama 11 di daerah Kotawaringin 12.

Natum

Natum ialah kisah sejarah masa lalu yang dilagukan.

Natum Pangpangal

Natum Pangpanggal ialah ratap tangis kesedihan pada saat


terjadi kematian anggota keluarga yang dilagukan.

Dodoi

Dodoi ialah nyanyian ketika sedang berkayuh di perahu atau di


rakit.

Dondong

Dondong ialah nyanyian pada saat menanam padi 13 dan


memotong padi 14.

11 Darat.
12 Kalimantan Tengah.
13 Manugal.
14 Panen.

378
Marung

Marung ialah nyanyian pada saat upacara atau pesta besar dan
meriah.

Contoh Marung. 15

Andau ucan burai-burai


Danum haju ngarantong tawai
Anak inyam ku ngorah amai
Oron Bawi ku ngorah bosai

Anak Rohi Basoring poti


Nokat Johi Arum pati
Bicok Birok matan korop
Ngoap atop boran Borop

Ngandan

Ngandan ialah nyanyian yang dinyanyikan oleh para lanjut usia


yang ditujukan kepada generasi muda sebagai pujian, sanjungan dan
rasa kasih sayang.

Mansana Bandar

Mansana artinya cerita epik yang dilagukan. Bandar ialah nama


seorang tokoh yang sangat dipuja di zamannya. Bandar hidup di
zaman Lewu Uju 16 dan diyakini bahwa tokoh Bandar bukan hanya
sekedar mitos. Hingga saat ini masih ada orang-orang tertentu yang
bernazar kepada tokoh Bandar. Keharuman namanya disebabkan
karena kepribadiannya yang sangat simpatik dan menarik, disamping
memiliki sifat kepahlawanan dan kesaktian yang tiada duanya.
Banyak sansana tercipta untuk memuji dan mengagungkan
tokoh Bandar ini namun dengan versi yang berbeda-beda. Beberapa
judul Sansana Bandar yang populer ialah Pejan Tarahan, Tompi alai
dia haliai, dan masih banyak lainnya. Di sini dikutip Sansana
Bandar yang telah diterjemahkan dari bahasa Dayak Ngaju ke dalam
bahasa Indonesia oleh M. Bahar dan diserahkan kepada Tjilik Riwut
pada 30 Desember 1959.

15 Bahasa Dayak Ot Danom


16 Ada beberapa pendapat mengenai zaman Bandar. Ada yang berpendapat
pada zaman Lewu Uju, ada pula yang berpendapat pada zaman masuknya
Portugis/Belanda ke Bumi Nusantara.
379
Di dalam sansana ini dikisahkan bagaimana Bandar jatuh
bangun dalam proses pembentukan kepribadiannya hingga ia mampu
jadi sosok kuat yang sangat dikagumi di zamannya. Demikian pula
Sumbu Kurung yang telah ditakdirkan untuk menjadi pendamping
setia Bandar telah mewakili sosok perempuan Dayak di zamannya.
Untuk lebih memahami situasi kehidupan masyarakat di zaman
Bandar, terjemahan M. Bahar dimuat dalam lampiran buku ini. 17

Karunya

Karunya ialah nyanyian yang diiringi suara musik sebagai


pemujaan kepada Ranying Hatala. Dapat juga diadakan pada saat
upacara pengangkatan seorang pemimpin mereka atau untuk
menyambut kedatangan tamu yang sangat dihormati.

Baratabe

Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan para


tamu.

Kandan

Kandan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan saut


menyaut baik oleh laki-laki ataupun perempuan dalam suatu pesta
atau pertemuan. Apabila pesta yang diadakan untuk menyambut
tamu yang dihormati maka kalimat-kalimat yang dilantunkan lebih
bersifat kalimat pujian, sanjungan, doa dan harapan mereka kepada
tamu yang dihormati tersebut. Tradisi ini biasa ditemukan pada Suku
Dayak Siang atau Murung di Kecamatan Siang dan Murung,
Kabupaten Barito Hulu.

Dedeo atau Ngaloak

Dedeo atau Ngaloak sama dengan Kandan hanya istilahnya saja


yang berbeda, karena Dedeo atau Ngaloak adalah tradisi Suku Dayak
Dusun Tengah di daerah Barito Tengah Kalimantan Tengah.

Salengot

Salengot ialah pantun berirama yang biasa diadakan pada pesta


pernikahan, namun dalam upacara kematian Salengot terlarang oleh
adat untuk dilaksanakan. Salengot khusus dilakukan oleh laki-laki

17 Lihat lampiran
380
dalam menceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan
kedua mempelai dalam pesta pernikahan tersebut.

Setangis

Setangis dilaksanakan hanya dalam upacara kematian dan


terlarang oleh adat dilaksanakan dalam pesta pernikahan. Baik laki-
laki ataupun perempuan boleh melakukan setangis yang intinya
menceritakan riwayat hidup serta mengenang jasa yang meninggal
serta ungkapan kedukaan keluarga yang ditinggalkan.

Lagu Kalimantan

Salah satu nyanyian rakyat di pedalaman Kalimantan yang


menyatakan keindahan dan kekayaan alamnya, penuh dengan kata-
kata yang mengandung arti luas dan dalam.

(Bahasa Dayak 18) (Bahasa Indonesia)


Kalimantan pulau itah Kalimantan pulau kita
Hong kahalap hong kahai Yang indah serta mulia.
Manangkalau bilak lepah Melebihi dari yang lain
semuanya
Kare pulau handiai Segala Pulau yang ada.

Bukite gantung petake Bukit tinggi, tanahnya rendah


randah Lengkap dengan jurang
Lungkoh luau handiai semuanya
Semua ada dari baik
Uras aton bara kahalape Gunanyapun besar sekali.
Gunae paham haliai.
Bagaikan urat di dalam
Kilau uhat huang bereng daging
Tumon jete handiai Seperti itulah jua adanya
Kare sungai into petak Banyak sungai di dalam
Alohe kurik alohe hai. pulaunya
baik kecil walaupun besar.
Taloh imbul belum awie
Impajewong danom aie Tanam-tanamannya hidup
Sampai dia tau hayang subur
Gawin uluh mimbul te Subur dipupuk oleh airnya

18 Belum ditemukan siapa yang menulis lagu ini.


381
Hingga tidak akan jadi sia-sia
Tinai huang parak kayu Pekerjaan usaha orang
Tarasundau handiai taninya
Taloh ije harajur payu
Serta di dalam hutan
Akan itah handiai Semuanya ada kedapatan
Barang yang selalu tersedia
Kayu lanan berangbungkan dan laku
Kayu plepek rasak te Untuk kita penghuni
Lilin sambun tuntang semuanya
hangkang
Madu ain bajanyi te. Kayu lanan berang bungkan
Kayu plepek rasak sejenisnya
Lilin sambun serta hangkang
Serta lebah mengeluarkan
madunya
Itulah salah satu syair lagu yang sering dinyanyikan oleh rakyat
di pedalaman Kalimantan. Mereka bangga akan kekayaan alam yang
terpendam dalam hutan dan tanah mereka.

Seni Musik
Seni musik memegang peranan penting dalam hidup keseharian
Suku Dayak, terlebih dimasa dahulu. Pewarisan budaya yang lebih
dikenal dengan istilah Tetek Tatum, terkadang menggunakan kecapi 19
sebagai sarana. Tetek Tatum ialah cara bercerita dengan kalimat
berirama tentang asal usul nenek moyang, sejarah masa lalu suku,
tentang kepahlawanan, kepada generasi penerus. Malam hari
menjelang tidur, ayah bercerita dengan kalimat berirama sambil
memetik kecapi. Anak-dan isteri mendengarkan, terkantuk-kantuk
akhirnya tertidur. Suara kecapi mampu menghadirkan suasana
damai bagi seisi rumah hingga keakraban keluarga menjadi semakin
hangat.
Dalam setiap upacara adat, pesta pernikahan, acara kematian,
suara musik dalam bentuk Gandang Garantung tidak pernah
ketinggalan. Tanpa dilengkapi suara Gandang Garantung 20, acara

19 Alat musik petik.


20 Musik Gandang Garantung adalah gabungan dari suara beberapa alat
musik yaitu satu buah gandang atau kendang yang dimainkan oleh satu
orang. Garantong atau gong berjumlah lima buah, tiga gong dimainkan
oleh seorang dan dua lainnya dimainkan oleh orang yang berbeda.
Kangkanong bentuknya serupa gong namun ukurannya lebih kecil,
berjumlah lima buah. Dimainkan oleh satu orang. Total untuk
menghasilkan suara gandang garantung yang sempurna dan lengkap
382
terasa hambar, ada sesuatu yang kurang. Oleh karena itu nyaris
dalam setiap acara, penyelenggara selalu mengusahakan Gandang
Garantung. Apabila seperangkat alat tersebut tidak mereka miliki,
terpaksa mereka meminjam kepada kenalan atau sanak saudara
lainnya.
Tapi untuk meminjam Gandang Garantung ada persyaratan
tertentu yang harus dipenuhi. Persyaratannya adalah segenggam
beras yang diletakkan pada sebuah piring warna putih yang
dilengkapi dengan sirih pinang, rokok dan sebuah mata beliung.
Persyaratan tersebut diserahkan kepada pemilik gandang garantung
dan diambil kembali ketika gandang garantung telah dikembalikan.
Jenis-jenis alat musik yang biasanya terdapat di dalam kebudayaan
Suku Dayak adalah sebagai berikut :

Garantung
Garantung adalah gong yang terdiri dari lima atau tujuh buah,
terbuat dari tembaga.

foto

Sarun
Alat musik pukul yang terbuat dari besi atau logam. Bunyi yang
dihasilkan hanya lima nada yaitu do (1.c ), re(2.d), mi(3.e), sol (5. g),
la (6.a).

Salung
Salung sama dengan sarun , tetapi salung terbuat dari kayu atau
bambu.

Kangkanung
Kangkanung ialah sejenis gong dengan ukuran lebih kecil berjumlah
lima biji, terbuat dari tembaga.

Gandang Mara
Gandang Mara ialah alat musik perkusi sejenis gendang dengan
ukuran setengah sampai tigaperempat meter. Bentuk silinder yang
terbuat dari kayu dan pada ujung permukaan ditutup kulit rusa yang
telah dikeringkan, kemudian diikat rotan agar kencang dan supaya
lebih kencang lagi diberi pasak.

diperlukan empat orang yang bertugas memainkan sekumpulan alat


musik tersebut.
383
Gandang Panjang
Gandang Panjang ialah alat musik perkusi sejenis gendang dengan
ukuran panjang 2 meter dan bergaris tengah antara tiga puluh hingga
empat puluh sentimeter.

Katambung
Katambung alat musik perkusi sejenis gendang yang biasa digunakan
dalam upacara-upacara adat. Ukuran panjang 75 cm terbuat dari
kayu ulin dan bagian yang dipukul dengan telapak tangan terbuat
dari kulit ikan buntal yang telah dikeringkan berdiameter 10 cm.

Kacapi
Kacapi adalah alat musik petik yang terbuat dari kayu ringan.
Dimasa lalu tali yang digunakan adalah tengang atau tali liat yang
terbuat dari kulit kayu, namun saat ini tengang dapat digantikan
dengan tali nilon. Dawai tali kecapi dapat dua, boleh juga tiga.
Apabila tali kecapi dipetik nada lagu dapat diatur. Suara kecapi
biasanya untuk mengiringi karungut dan Tari Kinyah.

Serunai
Serunai terbuat dari bambu atau kayu.

Guriding/Ketong
Guriding terbuat dari sejenis tumbuhan hutan yang dalam bahasa
Dayak disebut belang atau pohon jako. Yang diambil pelepahnya yang
telah tua, kemudian dikeringkan. Setelah kering dipotong-potong
berukuran sejengkal. Tengah-tengah guriding berlidah dan ujungnya
runcing dan bila dipukul akan mengeluarkan bunyi.

Suling Bahalang
Suling Bahalang ialah alat musik tiup yang terbuat dari bambu
berlubang tujuh,

Suling Balawung
Suling Balawung ialah alat musik tiup yang terbuat dari bambu
berukuran kecil dengan lima lubang di bagian bawah dan satu lubang
di bagian atas. Suling Balawang biasa digunakan oleh perempuan.

Kangkanong Humbang
Kangkanong Humbang ialah alat musik yang terbuat dari bambu.

Rebab
Rebab ialah alat musik gesek.

384
Tote atau serupai
Tote atau Serupai ialah alat musik tiup yang terbuat dari buluh kecil
yang telah dikeringkan dan ujung sebelah dalamnya diberi lidah.
Pada batang dibuat dua atau tiga buah lubang . Untuk menghasilkan
bunyi yang merdu dan menyayat kalbu, tote atau serupai ditiup pada
bagian ujungnya.

Babun
Babun sama dengan kendang.

Kalali atau Suling Panjang


Kalali atau suling panjang ialah ialah alat musik tiup yang terbuat
dari buluh kecil yang telah dikeringkan. Ukuran panjang setengah
meter dengan ujung beruas dan dibuat lubang kecil dekat ruas
tersebut. Ujung ruas diraut agar dapat dipasang sepotong rotan yang
telah diraut pula berbentuk tipis. Buluh dan rotan diikat pada batang
kalali, kemudian dibuat lima buah lubang untuk menentukan tinggi
rendah nada.

Garunde

Kangkurung

Seni Tari
Suku Dayak khususnya di daerah pedalaman baik laki,
perempuan, tua, muda, hingga anak-anak semua gemar menari.
Biasanya mereka menari pada suatu acara tertentu atau dalam
upacara adat dan diiringi suara alat-alat musik yang mereka miliki.
Adapun nama tari-tarian yang mereka kenal :

Manganjan
Manganjan ialah tarian sakral yang biasa diadakan dalam suatu
ritual adat. Tari ini biasa dilakukan baik oleh laki-laki maupun
perempuan sambil mengelilingi binatang-binatang kurban seperti
kerbau, sapi, ayam yang akan dipersembahkan dalam upacara Tiwah
atau upacara keagamaan lainnya.

Tari Manasai
Tari Manasai ialah tarian pergaulan yang sangat digemari dan
dikenal oleh masyarakat luas. Baik laki-laki, perempuan, tua muda
semua gemar manasai yang merupakan ekspresi kegembiraan dalam
setiap acara bergembira baik dalam acara pernikahan, menyambut
kedatangan tamu yang dihormati dan semua acara gembira lainnya.
385
Tari Manasai selalu berputar mengelilingi sangkai lunuk21 atau benda
lainnya yang dengan sengaja diletakkan di tengah-tengah.
Ada empat jenis gerakan dalam tari Manasai ialah :
a. Nasai Lemu Lembai yang artinya lemah gemulai. Penari menasai
dengan gerakkan yang lemah gemulai.
b. Nasai Tambalik Baju yang artinya nasai baju terbalik. Penari
menasai dengan gerakan bertolak belakang.
c. Nasai Saluang Murik. Saluang adalah jenis ikan yang ukurannya
kecil dan sangat populer di masyarakat, murik berarti mudik.
Kebiasaan ikan Saluang apabila mudik di sungai, cara
berenangnya kadang-kadang berenang maju, kemudian mundur,
dan kadang-kadang putar ke kiri dan putar kekanan. Jadi para
penari Manasai dengan gerakan demikian pula kadang-kadang
maju, mundur, putar ke kiri dan putar ke kanan.
d. Nasai Mukah Tunding Tasai Bua. Ialah menasai pada musim
buah. Pada musim buah biasanya tumpukan buah yang
ditumpuk-tumpuk menyerupai gunung, diletakkan ditengah-
tengah dan sambil Manasai mereka berputar mengelilingi
tumpukan buah-buahan, sembari memakan buah yang tersedia,
mereka merubah bentuk tumpukan yang berbentuk gunung
menjadi bentuk binatang. Biasanya dalam kesempatan ini penari
laki-laki mengambil dan memberikan buah kepada penari
perempuan dan begitu sebaliknya.

Tari Kinyah/Tari Perang/Tari Mandau


Tari Kinyah/tari perang/tari Mandau ialah jenis tarian yang
dipertontonkan kepada para tamu yang hadir dalam suatu acara
tertentu dan merupakan tari yang bernuansa keperkasaan seorang
pahlawan dalam perang. Tari ini bisa dilakukan oleh laki-laki ataupun
perempuan, boleh juga oleh laki-laki dan perempuan. Sambil menari,
penari memegang mandau dan telawang, kadang-kadang masih
dilengkapi dengan sumpitan. Tari Kinyah merupakan tradisi yang
biasa dilaksanakan di daerah suku Dayak Klemantan, Katingan dan
Kahayan.

Tari Kinyah Bawi


Tari Kinyah Bawi ialah jenis tarian yang dipertontonkan kepada
para tamu yang hadir dalam suatu acara tertentu dan merupakan tari
yang bernuansa keperkasaan seorang pahlawan dalam perang. Sambil
menari, penari memegang mandau dan telawang, kadang-kadang
masih dilengkapi dengan sumpitan. Khusus untuk tari Kinyah Bawi,
penarinya hanya terdiri dari kaum perempuan saja karena bawi

21
Tiang
386
berarti perempuan maka pesan yang ingin disampaikan ialah untuk
maju ke medan laga, bukan hanya laki-laki yang mampu namun
perempuanpun tidak ketinggalan siap berperang dan turut serta
dalam perang demi mempertahankan kejayaan negerinya.

Tari Deder
Tari Deder ialah jenis tari gembira untuk menyambut kedatangan
tamu juga dalam upacara adat.Tari ini merupakan tradisi tarian di
daerah Murung, Tanah Siang, Barito Hulu yang biasa disebut sebagai
Deder Siang dan Deder Dusun Tengah di Barito Tengah. Tari ini bisa
dilakukan berpasangan laki-laki dan perempuan, boleh juga
bergantian. Para penari dengan diiringi suara musik sambil menari
menyanyikan lagu-lagu deder dengan kalimat-kalimat spontan,
bersahut-sahutan sambil sindir- menyindir dengan jenaka hingga
membuat para penonton riuh rendah bertepuk tangan sambil tertawa
ria. Para penari mengelilingi sebuah sangkai atau tiang, boleh di
dalam rumah, boleh juga dihalaman rumah.

Tari Kambang Pandan


Tari Kambang Pandan ialah tarian pergaulan muda-mudi, yang
berkembang di daerah Kotawaringin Barat.

Giring-Giring
Tari Giring-giring ialah tarian yang berasal dari daerah Barito
Selatan, Kalimantan Tengah. Penari boleh laki-laki atau perempuan,
boleh juga berpasangan laki-laki dan perempuan. Alat yang
digunakan untuk tarian ini ialah seruas bambu yang telah
dikeringkan berukuran satu sampai satu setengah meter, dalam
bambu diisi batu kerikil atau benda-benda kecil yang keras, dengan
maksud apabila bambu tersebut digoncang akan menghasilkan suara
yang sesuai dengan suara musik yang mengiringi tarian, Tari ini
biasanya diadakan untuk menyambut kedatangan para pahlawan
perang yang memperoleh kemenangan di medan laga. Dapat juga
diadakan pada pesta pernikahan atau untuk menyambut kedatangan
tamu.

Tari Wadian Bawo/ Gelang Bawo


Tari Wadian Bawo atau Gelang Bawo ialah tarian yang berasal dari
daerah Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Penari hanya
laki-laki dengan jumlah yang tidak terbatas. Tari Wadian Bawo
atau Gelang Bawo ini melukiskan bagaimana seorang dukun laki-laki
mengobati seorang yang sedang sakit dengan cara memanggil roh-roh
jahat untuk tidak lagi mengganggu si sakit. Kemudian memanggil
kembali roh si sakit untuk kembali, dengan demikian secara

387
berangsur-angsur si sakit akan sembuh. Tarian ini biasanya diadakan
pada upacara adat pernikahan serta pada saat menyambut tamu yang
dihormati

Tari Wadian Dadas/ Gelang Dadas


Wadian Dadas atau Gelang Dadas ialah tari yang berasal dari daerah
Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Penari hanya terdiri
dari perempuan dengan jumlah yang tidak terbatas. Tari Wadian
Dadas atau Gelang Dadas ini melukiskan bagaimana seorang dukun
perempuan mengobati seorang yang sedang sakit dengan cara
memanggil roh-roh jahat untuk tidak lagi mengganggu si sakit.
Kemudian memanggil kembali roh si sakit untuk kembali, dengan
demikian secara berangsur-angsur si sakit akan sembuh. Tarian ini
biasanya diadakan pada upacara adat pernikahan serta pada saat
menyambut tamu yang dihormati.

Tari Bukas
Bukas adalah tarian yang berasal dari dari Suku Dayak Maanyan dan
Suku Dayak Dusun. Tari ini dilakukan oleh satu sampai tujuh orang
yang terdiri dari remaja laki-laki dan perempuan. Alat yang
dipergunakan dalam tarian ini ialah bambu dan tombak. Sambil
menari mereka menyanyi. Tari ini diadakan untuk menyambut
kedatangan pangkalima 22 setelah kembali dari berperang.

Tari Banting Raun


Banting Raun ialah tarian yang dilakukan oleh remaja perempuan
Suku Dayak Maanyan.

Tari Salendang
Tari Salendang ialah tarian yang bisa dilakukan baik oleh laki-laki
ataupun oleh perempuan bergantian atau berpasangan. Mereka
menari dengan selendang diletakkan terjuntai ditengkuk belakang
dan kedua tangan memegang ujung selendang. Sambil menari dengan
gaya bebas dan kadang-kadang lutut ditekukkan, mereka menyanyi
dengan syair spontan hingga para penonton mampu tertawa
terpingkal-pingkal menyaksikan gaya dan syair lagu spontan yang
telah mereka lakukan.

Tari Dadeo/Karang Dadeo


Tari Dadeo atau Karang Dadeo ialah jenis tarian gembira. Tarian ini
boleh dilakukan oleh laki-laki ataupun perempuan bergantian atau
berpasangan. Boleh menggunakan selendang boleh tidak. Alat yang

22 Panglima.
388
dipergunakan ialah lengan bulau / tihang potong 23 atau tiang. Para
penari sambil menari berputar mengelilingi lengan bulau atau tiang
potong tersebut sambil menyanyi karang dadeo dengan syair
spontan, bersaut-sautan dengan diiringi suara musik. Susana riang
gembira ketika mereka yang hadir tertawa terbahak-bahak
menyaksikannya.

Tari Karangkau/Gumbeuk
Tari Karangkau atau tari Gumbeuk ialah tarian yang dilakukan pada
saat melaksanakan upacara Ijambe atau Manjalimbat 24. Secara
bersama-sama baik laki-laki, perempuan, tua, muda, dan anak-anak
yang hadir dalam upacara ijambe atau Manjalimbat menari
mengelilingi tulang-belulang orang yang meninggal tersebut.

Tari Dandang Tingang


Tari Dandang Tingang ialah jenis tarian gembira yang ditarikan oleh
kaum perempuan. Dandang artinya bulu ekor burung Enggang yang
panjang dan Tingang berarti burung Enggang. Disebut tari Dandang
Tingang karena para penari sambil menari memegang tongkat yang
pada setiap ujung tongkat ditancapkan bulu ekor burung Enggang.
Tari ini berasal dari daerah Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah,
yang diadakan pada waktu mendirikan tiang-tiang ulin untuk benteng
pertahanan juga pada waktu masyarakat di desa secara gotong royong
mendirikan Jihi Busu yaitu tiang pertama Rumah Betang yang
terbuat dari kayu pilihan dan letaknya di bagian dalam bangunan
rumah tersebut.

Tari Nyadun Rimang


Tari Nyadun Rimang Bungai adalah sejenis tarian pujian bagi
Panglima Perang. Tarian ini berasal dari daerah Kabupaten Kapuas
dan Kahayan Hulu, Kalimantan Tengah.

Tari Nyadun Nyambah


Tari Nyadun Nyambah adalah sejenis tarian permohonan ampun
dan maaf kepada para tamu. Tarian ini berasal dari Kabupaten
Kapuas, Kalimantan Tengah.

Tari Parang Pari


Tari Parang Pari ialah jenis tarian gembira yang berasal dari daerah
Kotawaringin Timur.

23 Bahasa Dayak Dusun Tengah.


24 Upacara adat yang berkaitan dengan ritus kematian.
389
Tari Kowung
Tari Kowung adalah jenis tarian gembira dengan mempergunakan
alat sederhana. Tarian ini berasal dari daerah Kabupaten Kapuas,
Kalimantan Tengah.

Tari Hatusuh Bua


Tari Hatusuh Bua adalah jenis tarian gembira pada saat musim buah.

Tari Mangetem
Tari Mangetem ialah ialah jenis tarian gembira pada saat memotong
padi.

Tari Mangkules
Tari Mangkules berasal dari daerah kabupaten Barito, Kalimantan
Tengah, diadakan pada upacara adat setelah pembakaran jenazah.

Tari Kinjak Karing


Tari Kinjak Karing beraasal dari daerah Kapuas dan Kahayan Hulu.
Tarian ini ditarikan oleh perempuan sebagai dukungan bagi pahlawan
yang sedang berperang.

Tari Kanjan Pahi


Tari Kanjan Pahi diadakan pada waktu upacara Tiwah.

Tari Suling Balawung


Tari Suling Balawung diadakan pada saat telur ayam menetas,
berasal dari daerah Kabupaten Kapuas.

Tari Tugal
Tari Tugal diadakan pada saat menanam padi.

Tari Tandik Pamalan


Tari Tandik Pamalan ialah jenis tarian gembira. Diadakan pada
upacara adat menyambut hasil panen atau pada waktu menyambut
kedatangan tamu yang dihormati. Penarinya adalah muda-mudi
berpasangan. Tarian ini mengisahkan proses menuai padi di daerah
Kalimantan Tengah. Diawali dari membersihkan , menumbuk padi
hingga menjadi beras yang siap untuk ditanak menjadi nasi. Setelah
semua proses selesai sambil melepaskan lelah mereka menari-nari
dengan gerak tarian yang dinamakan tandik halu.

Lain-Lain

390
Masih banyak tarian lainnya, misalnya tari Bagondang –
Kotawaringin Barat, tari Halu atau tari Antan atau tari Kanjan Halu,
tari Burung Tekukur, tari Burung Balatuk, tari Baganja, tari Riam
Panjang, tari Nasai Talihit. Tari Kencep atau Papati, yaitu tari perang
yang berasal dari Suku Dayak Kenyah, tari Ngejiak – Suku Dayak
Bahau, tari Gantar – Suku Dayak Tunjung, tari Burung Kucica – Suku
Dayak Lenguai, tari Bakukui – Suku Dayak Brusui, tari Karangken,
tari Bonang tetet, tari Sekar Bakung – Suku Dayak Bakung, tari Kudo,
tari Topeng –tari Kalasik Kutai.

Seni Pahat
Di kalangan Suku Dayak, kegiatan memahat banyak dilakukan
untuk melengkapi persyaratan dalam pelaksanaan Upacara Tiwah25.
Disamping itu juga untuk menghias pusaka-pusaka baik yang terbuat
dari besi, tanduk rusa atau kayu. Misalnya untuk membuat mandau
pusaka, telawang atau perisai. Namun di masa sekarang kemampuan
memahat di kalangan Suku Dayak telah semakin berkembang.
Banyak cinderamata kecil menarik yang dipahat.

Seni Anyam
Pada umumnya dimasa yang telah lalu para gadis remaja Suku
Dayak mampu melakukan pekerjaan anyam-anyaman. Tidak mampu
menganyam tikar alas tempat tidurnya sendiri dianggap sebagai
sesuatu yang memalukan. Biasanya para gadis remaja berusaha
menganyam sendiri tikar alas tidur orang tuanya, juga untuk calon
suaminya. Kemampuan menganyam biasanya dipelajari secara turun
temurun. Banyak bahan yang dapat digunakan untuk menganyam,
yang umum digunakan adalah bahan rotan dan purun. Biasanya yang
dianyam ialah tikar, baik untuk tidur ataupun untuk alas duduk, topi,
tas, balangsai, rambat. Kupang dan pulang mandau juga terkadang
dianyam dari bahan rotan.

25 Upacara mengantar arwah orang yang telah meninggal ke Lewo Liau.


391
foto

Gambar hasil anyaman


(sumber: koleksi pribadi)

Kulit Binatang
Kulit binatang terkadang dimanfaatkan untuk membuat alat
musik misalnya kulit ikan buntal enyuh dapat digunakan untuk
membuat ketambung. Katambung adalah alat musik tradisional yang
mempunyai nilai sakral, karena pada upacara keagamaan umumnya
selalu digunakan. Kulit rusa terkadang dimanfaatkan untuk membuat
kendang atau gendang. Terkadang juga dibuat bahan pakaian,
misalnya kulit macan dahan.

Seni Lukis
Seni lukis terlihat dalam tato atau tutang, yang digambarkan di
tubuh manusia Dayak. Begitu juga pada gambar-gambar di peti mati
yang dinamakan runi, kakurung, sandung, patung dan sebagainya.

Tetek Tatum
Tetek Tatum
(Bahasa Dayak Ngaju)

(1) Tetek tatum iete rimae :


(2) a. Tetek : Rima ije toto, ije kapunae.
(3) b. Tatum : Jete auh lagu uluh bakas helo tahio kare
saritan asal tatu-bue itah horan banohon banaha. (4) Sarita ije
insunan / ingesah hayak lagu manatum ije katotoe, ije tetek, ije
sabujure. (5) Awi uluh bakas itah helo jaton atun huruf atawa
aksara tagal te kea ewen jaton atun buku, ije inyurat kare kesah
saritan uluh bakas helo, aie tatu-bue itah, kilau uluh eka beken. (6)
Uluh Jawa umpama, ewen aton huruf atawae aksara kabuate. (7)
Ewen aton sarita ije inyurat intu dawen luntar banuhon-banha, tapi
ain tatu-bue, hiyang-umbah itah horan jatun, awi te kare sarita ain
uluh bakas helo, baya ingat bara mulut, bara tatu akan bue, bara
bue akan bapa, bara bapa akan anak, bara anak akan eso, bara eso
akan piut, bara piut akan nining. (8) Kalote rajur-rajur, sasar tahi
sasar nihau, inuntong kaluwak dengan bilue, kanateke labih,
392
kanateke kurang. (9) Horan, tetek tatum te gagenep uluh bakas
mansanan akan kare anak-manantue, mahin tinai hamalen,
batatum, manatum, tatum, bakesah. (10) Awi te narai ije inyuratku
hetoh, kilau pangarendeng akan itah ampin kesah sarita ije barega
bara tatu-hiyang itah akan anak eson itah, kilen ampie manumon
tetek tatum ije bara kueh utus itah dan tatu-bue itah horan. (11)
Sarita tumon toh perlu itah manesere akan manjadi panatahu anak-
eson itah rahian andau. (12) Ain uluh bakas helo, baya aton ije
inyewut “Totok Bakakak” kilau gantin huruf atawae aksara. (13)
Manomon sarita uluh bakas helo, ije tatu-bue itah te asale bara
Hatalla Pangkahai Tuhan, dan hoang basa Sangen iete basa Dayak
kuno inyewut : Ranying Pohotara Jakarang Raja Tuntung
Matanandau Kanaruhan Tambing Kabanteran Bulan, melai hong
Tasik Malambung Bulau, Bukit Hintan Bagantung Langit. (14)
Kereng Rabia Batuyang Hawon Bukit Tunjung Nyahu, Rintuh
Rinjau Kamanjang Lohing Gohong Paninting Haseng, Teneng
Kamandih Sambang, Lewu Tatau Habusong Hintan, Hakarangan
Lamiang, Rundung Raja Dia Kamalesu Uhate, Dia Rumpung
Tulang, iete intu Surga. (Ranying te rimae pangkahaie,
pangkakuasa, pangkagantunge). (15) Ranying te jari mampamohon
tatu-bue itah horan mahapan “ Palangka Bulau “ ije asale bara
matanandau tuntang bulan. (Aran kota Palangka Raya te, induan
awi Presiden I RI bara “ Palangka Bulau te. Iete Palangka indahang
dengan Raya. Aran te inenga/inetep tanggal 17 Juli 1957 intu lewu
Pahandut hila jekan, ije wayah toh baun Kantor Gubernur Kepala
Daerah Propinsi Kalimantan Tengah)
Asal-usul Nenek Moyang

Tatu Hiang
(Bahasa Dayak Ngaju)

1. Manumon Tetek Tatum, Tatu-Bue itah horan impamuhon (iuloh)


hangkaepat tingkat intu Kalunen toh, iete :
a. Hong Tantan Puruk Pamatuan, hulu sungai Kahayan
tuntang
Barito.
b. Hong Tantan Liang Mangan Puruk Kaminting.
c. Hong Datah Takasiang, hulu Rakaui Malahui (
Kalimantan
Barat ).
d. Hong Pueruk Kambang, Tanah Siang ( Hulu Barito )
(Puruk rimae bukit atau gunung)

393
2. Manumon saritae, metoh kalunen itah toh buang, hindai aton
huange, baya ije aton iete : Ranying 26 atawa Pahotara, Mahatara,
Hatalla, Allatalla. Jetoh aran Hatalla manumon basa Dayak
Sangen (Sangiang), basa Dayak kuno. 3. Tinai manumon kuan uluh
bakas helo, jete ije inyembah, eka kapercayan ewen. Ranying atawa
Raja Tuntung Matanandau – imbungkus awi kalawa ije hagining-
haganang bahalap toto ampie, sampai sirau dia olih matan itah
alon Kalunen manampayahe. Maka eka te bagare “Batu Muning-
Muning”.
4. Te Ranying lembut tiroke handak manampa alam-dunia Kalunen
minjam toh, tinai dengan taloh awang huange, sep simpan ampie. 5.
Huang ije wayah, salenga nganduroh mahiau Nyaru Nyalentup
langit 6. jakae kilau auh taloh basaloh-balewut; jete uras awi
kuasan ain Ranying. 7. Salenga Batu Muning-Muning te pusit
basela due. Ije hula ujun mandai manjadi langit batang danum
Kalunen; 8. tinai ije hila penda mohon gantu-gantung tuntang
bunter ampie, ije manjadi petak itah toh (Kalunen toh). 9. Metoh te
ganan kakuasaan Ranying palus mohon apoi bara hunjun akan
petak hayak mangehu petak itah toh, sampai manara bura-burak,
tinai petak bara apoi te nah jete ije manjadi kare bukit, gunung,
longkoh, luau, sungei, t.k.t. Metoh te kea jari injapa awi Ranying ije
macam ramu ampie bunter panjang tame huang atei petak tinai
melai intu bentok petak manjadi turus (hampulur) petak. 10. Aran
taloh te iete “Sanaman”. Intu Sanaman te aton mingkes kaabas ije
tau manjijit ije inyewut “Sanaman Bahanyi”. 11. Limbah te tinai
Ranying manjapa atawas mampamohon due (2) kabawa bukit ije
paham bahalap dan paham ampin kabungase. 12. Bukit te, ije
inggare bukit “Hintan” , tinai ije kaduee inggare bukit “Bulau”
(Amas), hagining-haganang, bakalawa awi pancare. 13. Salenga
due bukite nah, hobah ampie hayak hagatang akan hunjun. Sana
kalawa/pancaran ije solake bara due (2) bukit te, salenga kalunan
(alam) itah toh balawa.
14. Bukit Hintan salenga hobah manjadi “Matanandau”, tinai bukit
Bulau hobah manjadi “Bulan”. Matanandau tuntang Bulan balalu
mandai akan hunjun tuntang melai huang kalekae mije-mije helat
langit tuntang petak.. 15. Salenga Matanandau tutang Bulan itah
toh hajijit, iete ganan tarikan bara “Sanaman Bahanyi” atawa Besi
Berani ije aton intu bentok petak (hong atei petak-Kalunen),
Kajariae Kalunen (petak) itah ije bunter te mangaliling
Matanandau. 16. Limbah te tinai Ranying manjapa sepsimpan
ampin taloh huang dania/Kalunen toh, kilau kare meto, danum,

26 Hatalla Pangkahai Tuhan.


394
danau, tasik, bintang, patento retei relo, kayu, uru, burung, lauk
dan kare taloh awang beken t.k.t.

Tali Palangka Bulau ije inguluh intu Tantan Puruk


Pamantuan, Hulu Kahayan tuntang Barito.

17. Metoh due bukit te nah mandai tinai mamancar kalawa ije
solake te, salenga aton majadi : “Hawoon Baro-Baroon” (imbasa
Hawon Baro-Baroon manyewut r te helat r tuntang 1). 18. Awi
ganan kaabas kalawa te, manjadi bara Ambon kilau olon Kalunen
ampie. 19. Palus limbah te basaloh manjadi : Raca Darin Dara
Nambit Tunggul Langit; ekae melai metoh te iete : “Lewo Tatau
Habaras Bulau”. Limbah jite tinai, awi kasaktian ewen palus lembut
“ Samucung Ranying Suling ie toh kea paham kuasa. 20. Limbah te
lembut “Kahungkung Nangkui Pahawang”. Bara jete lembut tinai :
“Pilang Nagkui Langit” ie paham kuasa. 21. Uras bara ewen te nah
tau lilap 27 dia gitan. 22. Pangkalepahe iuluh bara hunjon Palangka
Bulau ije Palangka bara Bulau impamohon ije biti uluh hatue ije
paham bakena dia lalangena, dia lue-luen ampin kahalap,
katagangae, paham kuasa, pupuse baputi ngila-ngilat dia aton ije
malabien bara ie. Maka uluh te ije pangkasolake manjadi tatu-bue
itah, iete iuluh into Tatan Puruk Pamatuan iete hulu Kahayan
tuntang Barito. 24. Arae iete “Antang Bajela Bulau” atawae
“Tunggul Garing Janjahuan Laut”. Awi ganan kasakti-jaya tuntang
kuasa Antang Bajela Bulau, lembut due biti uluh hatue bakena arae
:
a. Lambung atawae Maharaja Bunu.
b. Lanting atawae Maharaja Sangen
25. Awi kakenae Antang Bajela Bulau, maka jelas hariap kilau
bulau. 26. Tinai manumon kuan uluh bakas helo, ie dia matei tapi
ghaib, kinjap mangalunen, manyondau oloh, berenge hai panjang
hasansingute mamanting, hayak manangking mandau, kagantonge
bilak telo meter. 27. Ie tau dumah mangalunen, maja oleh ije aka
huange atawae mantehan ie.
Palangka Bulau Ije Inguluh Hong Datah Tangkasiang Intu
Rakaui, Malahui (Kalimantan Barat)

28. Limbah Ranying mampamohon uluh intu Tantan Puruk


Pamatuan, maka impamohon tinai dengan Palangka Bulau hong
Datah Takasiang Rakahui Malahui. 29. Intu hete jari impamohon
due tantalah, iete : ije tanteloh Antang, ije tanteloh Tingang, sana

27 Gaib.
395
sampai intu petak kadue-due tanteloh te basaloh manjadi epat (4)
olon Kalunen iete :
a. Ije hatue bagare : Litih atawae Tiong Lajang Raja Mamegang
Jalan Tarusan Bulan, Raja Jagan Pukung Pahewan, palus
basalah manjadi “Jata” melai intu lewu Tumbang Danom
Dohong.
b. Terlo (3) biti bawi ije dia lalangena kahalap, kamanis-katawas
baun matae, pupuse malisen bahenda baputi, balantih
baharim, aran ewen telo te iete :
1. Kamulong Tenek Bulau
2. Kameloh Buwoy Bulau
3. Nyai Lwentar Katingei Bulau.
30. Metoh te kea Salenga Kameloh Buwoy Bulau atawae Putak
Bulan Tantu Julen Karangan nalihi kalunen, dia bara tahaseng
tinai. 31. Te ie palus inamput awi tahasak danum bara hunjam
bukit, inamput akan tasik sampai intu pulau “Pambelom”. Tahiu ie
ije matei te ingatawan awi pahartie “Jata” (Litih) ije paham kuasa
sakti jaya, palus dumah mimbit “danom Kaharingan Pambelom,
impihope, ihopae hemben te kea ie belum haring haring haluli. 32.
Hong pulau “Pambelom”, ie melai kabuate, tapi awi ganan kahalape
tuntang kaharitie, maka ie iangkat oleh lewu manjadi Raja.

Palangka Bulau Ije Impamohon Hong Tatan Liang Puruk


Kaminting

33. Awi kuasan Ranying, te aton tinai lembut Hawoon Baro-Baroon


Raja Burung Bua (Dara) Andin Nakawis Suruh Riu, Nyalung Uhing
Bulau, Sabira Nangkui Karantong, Timbang Andin Sahing Pulra;
salengan limbah te lembut ije biti uluh ije abas, sakti, bagare :
“Karangkeng Amban Panjang” atawae “Maharaja Sangiang” .

Palangka Bulau Ije Ipamohon Hong Puruk Kambang Tanah


Siang (Barito Hulu)

34. Awi Ranying, impamohon tinai ije biti uluh bawi bahalap,
baputi, bahari-balantih, arae : “Nyai Sikan Tenek Kambang”
Penjalanan ewen ije impamohon hong epat eka te. 35. Sinde andau,
Lanting atawae Maharaja Sangen tinai Karangkang Amban
Penyang atawae Maharaja Sangiang mananjung akan Datah
Takasiang (Kaleka toh samapai andau toh magon aton awae, batu
Babilem kilau bulon burung Tangkasiang, ati lampate mandai, tinai
aton awan paie). 36. Tinai into hete jadi hasundau dengan due nyai
te andau, palus ewen ndue hinje, kawin mawi kabali baloh. 37.
Lanting kawin dengan Nyai Lenter Katingei Bulau Tinai

396
Karangkang Amban Penyang kawin dengan Kamulong. 38. Toh
baya Lambung atawa Maharaja Buno ije melai kabuat hindai aton
kabalie. 39. Manomon tetek tatom ije turunan Antang Bajela Bulau,
Tingang, Antang, Timbang Andin Pulran tuntang Nyai Siken Hewoi
Habureh Tinai ewen haduan, palus manak manyaria, dahang
dahanga sampai manyuang pulau itah toh manjadi tatu-bue uluh
Dayak hapus pulau Kalimantan. 40. Ampi Lambung atawa
Maharaja Buno mangkeme arep ongi-ongin angate, awi te iye
lembut tiroke kea handak manggau kabalie-baloh, manggau urohe,
manggau sinau wetau pangiring weteng kilau lanting ewen ndue
Karangkang Ambun Penyang. 41. Awi te kea ie palus halisang bara
Rakaui palus masuh akan sungai Malahui 28, Sungai Kapuas
Bohang Kalimantan Barat. Hong panjalana te ie jari hasundau
kilau kanuah Jata Kalampangan Labehu, hasundau dengan ije
bujang bawi ije dia lalengan kahalap, balau panjang sampai takir,
tunjuk puse bahenda, kilau upak langsat, bahalap bahari-balantih,
ampin tawas baun-mata, kilau bidadari muhun bara kayangan,
mampatujah. 42. Te lembut tiruk Lambung mipen uluh bawi te,
nahuang manduan akan kabali. 43. Te ie misek, te salenga palaku
te inolak awi uluh bawi te, hayak iye hamauh : “ Ela ikau kawin
dengangku, basa aku toh bawin kangkamiak”. Pasangan ayum jari
iatur awi Ranying Hatala iete ije biti bawi bahalap, nduan ie te
kareh akan sawam. 44. Awi te aran kaleka e sampai wayah toh
inyewut Pontianak, bara bawak kotak kangkamiak, jadi Ponti –
anak. 45. Lembut saaritan Lambung barayar mandipah Tasik
Mahapan Anak Tihing bagare Banama Tingang. 46. Awi uluh helo
sakti, tau barayar mahapan amak, te iye sampai pulau pambelom,
palus jakat, salenga ie jari hasundau dengan Kameloh atawa Putak
Bulan Tantu Julen Karangan. 47. Palus ewen ndue hakajadi, mawi
kabali-baloh, basa puna jadi kahandak Ranying Hatala. 48. Ewen
ndue tatap manjadi raja into pulau Pambelom. 49. Tahi-tahi ewen
ndue dinon anak hatue, bawi, ara :
1. Sempung Amai Bungai
2. Saropoy Amay Tambun.
3. Nyai Etan.
4. Nyai Rambu.
5.Rambang Tingang Kumpang Takuhan Pulau Tutuk
Rantau.
50. Salenga ie palus taraingat kare pahari, tuntang eka ije sulake.
Awi te kea Lambung mamakat kabalie tinai kare anak jaria
babukat. Palus ewen babukat malihi pulau Pambelum, barayar
mahapan Lasang Bakirai Bahenda tuntang ewen jakat into Pulau

28 Malawi.
397
Kantan, tumbang sungai Kahayan iete hila ngawa Pulang Pisau. 51.
Maka lembut saritan Karangkang Amban Penyang atawa
Maharaja Sangiang, tuntang lanting dengan anak sawa mindah
babukat bara datah Takasiang akan Teluk Rintuk into Malahui.
Metoh te Karangkang aton telo puluh anake, tinai Lanting aton
jahawen biti anake. Limbah te ewen mindah tinai akan Kahayan
mahalau sua jalan Sua Urau hulu Kahayan. 52. Te ewen manampa
lewo taheta bagare Tumbang Pajangei atawa lewo Batu Nindan
Tarong. 53. Sampai andau toh lewo te magon aton. 54. Tinai
keturunan Lanting, Rambang, Karangkang, Nyai Sikan jete
manjadi manak-manjaria manjadi tatu hiang utus Dayak hapus
pulau Kalimantan toh. 55. Metoh tato itah huran impamohon
huang kalonen toh, mahapan Palangka Bulau, maka olon ije solake
te assal balua bara cahaya matanandau tuntang bulan. 56. Awi te
kea uluh bakas helo paham marega matanandau tuntang bulan..
Itah tau mite amon aton taloh gawin uluh bakas te, harajur ewen
lebih helo maninto matanandau belom atawa hila pambelom kilau
manawur, manugal, mampatei meto, sapi, manuk, bawoi. Kilen
ampi maka anak eson ewen te manjadi batayap hapus pulau
Kalimantan, ije manjadi tato-bue itah. 57. Lampang tinai saritan
Lanting ewen ndue Lambung into Tumbang Pajangei. Lewo ije
inahang tuntang imangun ewen kabuate. 58. Sinde andau metoh
kanjeran ewen manatap pakakas hapan mampendeng huma, are
toto taloh ije manjadi mampaheran dan manarewen ampi. 59.Basa
darah ewen te salenga dumah Depong malawan Kuwung,tinai
Kuwung manawan Pandan, tinai Kuwung manawan Tume, tinai
Tume manawan patining, tinai patining manawan nyamuk, tinai
nyamuk manawan rangit. Mite ampin taloh tumon te, palus
Karangka Amban Penyang, Lanting tinai ije beken paham terewen
toto, hayak kotak-bata hisek kula : “ En rima auh te ?”. 60. Taloh
tumon te inyewut dahiang atawa alamat atawa duhieu. Sama mite
taloh ije manjadi te Karangkang haguet akan pulau Kantan29, basa
ewen dinon kabar ije Lambung tuntang kabali tinai anak jaria jadi
dumah handak misek riman dahiang te nah. 61. Ije ampi puna
mampike-pikeh ewen handiai. 62. Sana ie sampai pulau Kantan,
uras inyerita kare taloh je manjadi akan Lambung, bekabujuran
toto kabeaton ih uluh ije maja hete kea metoh te, ara Punyang
Butang Kereng Kendeng. 63. Ie toh uluh sakti, tau manujum, tau
mangatawan taloh ije akan manjadi harian andau. 64. Iete
turunan bara Nyai Siken Puruk Kambang Tanah Siang. Palus iete
mampaingat Lanting ewn ndue Karangkang Ambun Penyang : “
Ela keton ndue mikeh, basa taloh ije macam te ara dahiang atawa

29 Tukep Pangkoh.
398
dohieu akan keton. 65. Nguan kilau hadat uluh bakas helo manomon
hadat itah Dayak, basa taloh tumon te kinjap akan manjadi karen.
66. Uka harian andau amon aton kejadian tumon te dahiang awi
pamalis kelau toh kea : 67. Uras taloh tumon te kata bara Ranying
akan keton turun-temurun sampai anak-eson piut –nining keton
kareh, akan je sulake toh, keton patut mamalis mawi pesta hai ije
inyewot Maluput Saut Parapah. 68. Keton mampatei uju kungan
bawoi, buku baputi ije dia tau hai, ketahin uju andau uju alem, toto-
totos mawi baalian uju andau uju alem, tinai inyaki, imalas
mahapan dahan bawoi te nah “. 69. Leteng saritan pulau Kantan,
toh lampang tinai saritan lewo Tumbang Panjangei, te uluh lewo
aro-aroh mawi pesta, mambayar sahut parapah uju andau uju
alem, mampatei bawoi buku uju kongan. Kuman mihop rami-rami,
balian, manawur behas, mampakangan kare antang, patahu, balai
tkt. Bara te ewen nampara Hasaki-Hapalas hapan dahan bawoi
buku. 70. Nampara bara te ewen lewo te melai, belom mangat,
dengan kasanang-kahanjak, kuman mangat, mangesuh belai,
ngeten ngalapaten ngorak ruyan panahiau, nyiring weteng uluh
into lewo Tumbang Pajangei.

Nenek Moyang
(Bahasa Indonesia)

Menurut Tetek Tatum, nenek moyang kita dahulu diturunkan


empat kali ke manusia ini, yaitu :
a. Di Tantan Puruk Pamatuan, hulu Sungai Kahayan dan Barito.
b. Di Tantan Liang Mangan Puruk Kaminting.
c. Di Datah Takasiang, hulu Rakaui Malahui (Kalimantan
Barat).
d. Di Pueruk Kambang, Tanah Siang (Hulu Barito)
(Puruk artinya bukit atau gunung).
Menurut cerita, waktu manusia kita ini kosong, belum ada isi,
yang ada hanya Yang Kuasa atau Ranying atau Pahotara, Mahatara,
Hatalla, Allatalla. Ini nama Tuhan Allah menurut bahasa Dayak
Sangen (Sangiang) bahasa Dayak kuno. Menurut orang tua dulu
yang disembah adalah tempat kepercayaan mereka. Ranying atau
Raja Tuntung Matanandau – dibungkus oleh cahaya yang bersinar
terang, indah sekali nampaknya, sampai silau tidak bisa mata kita
manusia melihatnya, maka tempat itu bernama Batu Muning-
muning. Ranying muncul niat hendak membuat alam dunia yang
manusia pinjam ini, dengan segala kehendaknya semua baik
kelihatannya. Pada suatu waktu, tiba-tiba gemuruh suara petir
menyambar langit. Seketika batu muning-muning pecah menjadi dua.
Pecahan bagian atas berubah menjadi langit dan bagian bawah
399
menjadi bumi. Kemudian bola api diturunkan ke bumi untuk
meleburkan tanah hingga mendidih. Busa api menjelma menjadi
gunung, bukit dan sungai-sungai. Pada saat yang bersamaan
diturunkan pula ke bumi suatu benda berbentuk bulat panjang, dan
langsung masuk di bagian pertengahan bumi yang kemudian menjadi
sumbu bumi. Benda tersebut bernama sanaman atau besi berani
yang fungsinya sebagai daya tarik bumi.
Kemudian dua bukit indah diturunkan yang namanya bukit
Hintan 30 dan bukit Bulau 31 Kedua bukit tersebut bersinar kemilau,
namun sekonyong-konyong dua bukit tersebut bergerak mengarah ke
atas. Pada saat kedua bukit tersebut berada di atas, bumi menjadi
terang. Bukit Hintan adalah matahari dan bukit Bulau adalah bulan.
Kedua benda tersebut yaitu matahari dan bulan terus bergerak
menuju ke atas serta menduduki tempatnya masing-masing yang
hingga saat ini menyinari bumi dan langit. Matahari dan bumi saling
tarik menarik karena pengaruh sanaman atau besi berani yang
ditemukan di dalam bumi. Akibatnya bumi yang berbentuk bulat
mengelilingi matahari. Selanjutnya barulah Ranying menurunkan
segala isi bumi dan segala mahluk yang hidup di bumi.

Palangka Bulau yang diturunkan di Tantan Puruk


Pamatuhan di Hulu Kahayan dan Barito.

Pada saat Bukit Hintan dan Bukit Bulau telah naik ke atas serta
telah memancarkan sinarnya, muncullah hawon baro-baron 32 akibat
kekuatan gaib dari sinar cahaya kedua bukit tersebut. Kemudian
hawon baro-baron menjelma menjadi manusia sakti mandraguna
bernama Raca Darin Dara Nampit Tunggul Langit dan tinggal di
Lewo Tatau Habaras Bulau 33, Samucung Ranying Suling34,
Kahungkung Nangkui Pahawang35,Pilang Nangkui Langit 36. Semua
mereka dapat gaib dan memiliki kesaktian yang tinggi.
Akhirnya dengan menggunakan Palangka Bulau 37, Ranying
menurunkan Antang Bajela Bulau 38 yaitu seorang laki-laki bakena 39

30 Bukit Intan.
31 Bukit Emas.
32 Embun yang bergulung-gulung menyerupai tikar.
33 Negeri nan kaya berpasirkan emas.
34 Samucung tukang suling di depan Ranying.
35 Kahungkung bertopi perisai.
36 Pilang bertopi langit.
37 Tempat sajen yang terbuat dari emas.
38 Disebut juga Tunggul Garing Janjahunan Laut – nama dalam

Mahanteran. Dalam Tetek Tatum, nama tersebut lebih terkenal dengan


nama Antang Bajela Bulau.
400
kulitnya berwarna kuning emas di Tantan Puruk Pamatuan yang
terletak diantara hulu sungai Kahayan dan Barito. Antang Bajela
Bulau adalah nenek moyang Suku Dayak , dengan kesaktiannya
terciptalah dua manusia yang menteng ureh mamut40 yang
kemudian diberi nama Lambung atau Maharaja Buno dan Lanting
atau Maharaja Sangen41.

Palangka Bulau yang diturunkan di Datah Takasiang Rakaui


sungai Malahui di daerah Kalimantan Barat.

Setelah Ranying menurunkan manusia di daerah Tantan Puruk


Pamatuan, maka diturunkan lagi dalam ujud dua butir telur di daerah
Datah Takasiang Rakaui sungai Malahui Kalimantan Barat. Ketika
menyentuh tanah, dua butir telur tersebut berubah menjadi empat
manusia, seorang laki-laki dan ketiga lainnya perempuan. Yang
perempuan cantik dan rupawan dan diberi nama Kamulung Tenek
Bulau, Kameluh Putak Bulan Tantu Julen Karangan dan Nyai
Lentar Kartinei Bulau. Untuk yang laki-laki diberi nama Litih atau
Tiung Layang Raca . Ia bertempat tinggal di Tarusan Bulan Raca
Jagan Pukung Pahewan. Namun seketika Litih atau Tiung Layang
menjelma menjadi Jata lalu berdiam di bawah tanah di Tumbang
Danom Dohong. Suatu peristiwa terjadi, tidak lama setelah tercipta,
terjadilah musibah. Salah seorang dari ketiga saudara perempuannya
yaitu Bawin Kameloh Putak Bulan Tantu Julen Karangan meninggal
mendadak, hanyut terbawa air sampai laut namun akhirnya
terdampar di Mako. Untunglah Jata mengetahui hal tersebut dan
dengan kesaktiannya ia berhasil menghidupkan saudara
perempuannya tersebut dengan menggunakan Danom Kaharingan
Belom. 42.

Palangka Bulau yang diturunkan di Tantan Liang Mangan


Puruk Kaminting.

Karena kekuasaan Ranying Hatalla, tercipta lagi Hawon Baro-


Baron, Raca Burung Bua Andis Nakawis Suruh Tiu, Nyalung Uhing
Bulau, Sabira Nangkui Karantung, Timbang Andin Sahing Pulran,.
Kemudian tercipta lagi seorang sakti yang diberi nama Karangkang
Amban Penyang atau Maharaja Sangiang.

39 Cakep, bagus, menarik, rupawan, perkasa .


40 Gagah perkasa pantang menyerah.
41 Lambung atau Lanting nama dalam tetek tatum, Raja Buno atau Raja

Sangen nama dalam mahanteran


42 Air kehidupan.

401
Palangka Bulau diturunkan di Puruk Kambang Tanah
Siang.

Maharaja Sangen dan Maharaja Sangiang melakukan perjalanan


menuju Datah Takasiang. Disana jodoh dipertemukan. Raja Sangen
menikah dengan Nyai Lentar Kartinei Bulau, dan Raja Sangiang.
menikah dengan Kamulung Tenek Bulau. Hanya Raja Buno seorang
yang belum mendapatkan jodoh. Oleh karena itu ia mengembara
menuju sungai Malahui hingga muara sungai Kapuas Bohang yang
terletak di daerah Kalimantan Barat. Dalam pengembaraan tersebut
bertemulah ia dengan seorang perempuan cantik mempesona. Ketika
Raja Buno menyempaikan niatnya, sang dara menolak dan
mengatakan dirinya adalah Bawin Kangkamiak 43. Setelah
menyatakan penolakkannya, Bawin Kangkamiak mengatakan kepada
Raja Buno agar ia pergi ke Mako untuk menemui seorang perempuan
yang telah ditentukan oleh Ranying Hatalla sebagai jodohnya. Saran
tersebut dituruti oleh Raja Buno. Berangkatlah ia menuju Mako
dengan menumpang amak tihing atau banama panjang 44 menuju
pulau Mako. Benar apa yang dikatakan bawin kangkamiak karena
disana di pulau Mako Raja Buno menjumpai seorang gadis rupawan
dan menikahlah ia dengan bawin Kameloh 45 Putak Bulan Tantu Julen
Karangan. Dari pernikahan tersebut lima anak dilahirkan yaitu :
Sempung Amai Bungai, Serupoi Amai Tambun, Nyai Etan, Nyai
Rambu, Tingang Rambang Kumpang Takuhan Pulau Tutuk Rantau.
Suatu saat Raja Buno ingin menengok kedua saudaranya yang
telah lama ia tinggalkan. Dengan menumpang Lasang Bakirai
Bahenda46, lengkap dengan isteri dan kelima anaknya, berangkatlah
ia menuju tempat yang dituju. Namun ketika sampai ketempat yang
dituju, Raja Buno sangat kecewa karena saudara-saudaranya sudah
tidak lagi berdiam di desa tersebut. Kemudian Raja Buno dan
keluarganya kembali pulang ketempat asalnya, namun dalam
perjalanan ia mampir di pulau Kantan 47.
Alkisah Maharaja Sangiang dan Maharaja Sangen beserta
seluruh keluarganya telah pindah ke Datah Takasiang Rakaui sungai
Malahui di daerah Kalimantan Barat. Dari situ mereka pindah lagi ke
daerah aliran sungai Kahayan yaitu di Sua Urau hulu Kahayan, hanya
dengan berjalan kaki. Di daerah tersebut mereka membangun
perkampungan yang mereka beri nama kampung Tumbang Pajangei

43 Kuntilanak / sundal Bolong.


44 Sejenis perahu
45 Cantik rupawan.
46 Sejenis perahu yang terbuat dari kayu bakirai yang kuning
47 Dekat sungai Kahayan – Pangkoh.

402
48dan merupakan perkampungan tertua di daerah aliran sungai
Kahayan. Saat itu Maharaja Sangiang telah dianugerahi anak tiga
puluh orang dan Maharaja Sangen enam orang. Ketika membangun
kampung Tumbang Pajangei, banyak pengalaman menarik yang
mereka alami. Dekat lokasi mereka menemukan depong 49
menangkap kuwong 50, Kuwong menangkap Pandan51. Pandan
menangkap tume 52, tume menangkap patining 53. Patining
menangkap nyamuk, nyamuk menangkap rangit. Menyaksikan
semua itu Raja Sangen dan Raja Sangiang yakin bahwa semua itu ada
artinya. Semua itu adalah pertanda bagi mereka. 54
Secara kebetulan Punyang Butang turunan Nyai Sikan yang
tersohor kemampuannya dalam hal ramal meramal berdiam di pulau
Kantan. Pada saat yang sama keduanya mendengar berita bahwa adik
mereka Raja Buno telah datang menemui mereka, tetapi karena
mereka telah pindah, maka Raja Buno dan keluarganya pulang
kembali ke tempatnya. Namun saat ini masih berada di pulau Kantan.
Tentu saja kedua kakak beradik tersebut serta merta langsung
berangkat menuju pulau Kantan untuk menemui adiknya sambil
menanyakan arti dahiang yang baru saja mereka alami kepada
Punyang Butang.
Jawaban yang diberikan Punyang Butang adalah sebagai
berikut. Semua yang mereka alami tersebut adalah dahiang atau
pertanda yang diberikan Ranying Hatalla kepada manusia secara
turun temurun Karena ini untuk pertama dahiang diberikan, maka
mereka wajib mengadakan upacara besar yang disebut Sahut
Parapah. Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah tujuh ekor babi
bawoi buku 55 berwarna putih.
Upacara dilaksanakan selama tujuh hari tujuh malam dan darah
babi digunakan untuk memalas atau menyaki, peristiwa ini adalah
untuk yang pertama kali dilakukan bagi umat manusia, yaitu upacara
sahut parapah dan untuk pertama kali melaksanakan hasaki atau
hapalas. Semua persyaratan dan upacara telah dilakukan dengan
benar, sejak saat itu mereka hidup damai di kampung Tumbang
Panyangei.

48 Pada saat mahanteran, dalam bahasa Sangen, kampung Tumbang


Pajangei disebut Lewu Batu Nindan Tarung.
49 Ular besar tapi berukuran pendek.
50 Sejenis binatang berbentuk tupai yang bisa terbang.
51 Pandan adalah kelelawar.
52 Tume adalah kutu busuk ( jw ) tinggi.
53 Patining adalah kunang-kunang.
54 Pertanda dalam bahasa Dayak disebut dahiang.
55 Babi kerdil tidak bisa besar.

403
Anak Keturunan

Tahiu Sempung
(Bahasa Dayak Ngaju)

Anak Turunan Maharaja Buno – Sempung

Sempung anak Lanting, uluh tagap, bakena-balinga, pintar harati,


menteng-mamut, rajin halisang, rajin mite lewo kejau, rajin
manamuei. Iete aton kata Pamisit Bumi, manalih taloh kanih kante,
aloh kejau, ingguang hanjulu toto. Awi iye uluh panamuei, kalote
kea kanih kante iye masawe. Sawa aton uju biti uras dia lalengan
uras baun mata, kaharin-kalantih. Aran sawa te iete :
1. Sawa ije sulake ara Nunyang manak ije bawi, ara nyai Undang
ije paham bahalap, melai into Pamatang Sawang Pulau Kupang,
kota Bataguh ije harian manjadi raja Pangkalima bawi. Eka
melai iete ije inyewut kota Bataguh, wayah toh hila ngawa kota
Kuala Kapuas.
2. Bolou Botoo Kereng Kendeng Kokoh Langit Utong Puron Tolong
Tukun, Haburang Bawoi Bulau Suwoi, ietoh manjadi panurun
uluh Dayak into Mahakam Ranggn Linjan Bulau tuntang
Tidung. 56. Anak ije bagare Samulut Mina Lingot bawin Oot
Nyapot Dumot Bahinoy Nyanyah Uuey, Bucang rangan Linjan
Bulan. Toh ie manjaadi keturunan Ohing, Saputau, Punan
tuntang Bahau.
3. Nyai Icong bara laut, imbit bara Semarang, limbah te imbit into
lewo jawa jangkang darah Jangkang hulu Kapuas, aran anak
iete, Kandang Raca Nguan Rawan Nyingan atawa Rawan
Nyingen jete garantong, iete ije katurunan ije manampa
gandang garantong, kangkanong, tarai, tkt.
4. Randi bawin Sintang atawa Sentang Kalimantan Barat iete
manjadi tato uluh Dayak Klemantan, Katungan, Manukung,
Malawi, tkt. Tinai anak bagare Rantai indo Manderang Raja
Panambahan Sintang, Uru Saung Tamanggung Raja Nusa.
5. Bintang bawi Sampit tanah Ambau, lewo Baamang, melai into
lewo Deleng Pinang Mantaya, Manak Pasui Deleng Pinang
Mantaya, ie toh manjadi tato uluh Dayak Mantaya, Sampit,
Saranan, Tamuan.
6. Sanahun bawin Japang manak Tipung. Sahanung Bahinoy
pukong taran Tingan kawin Pintu Luhing Julo Tingang Majo
Nyilo, ngiwa Karis jawa Hulang Jula, Kahajun Doon Sona Raja
Panulang Karing Hitan Iyung Pandan.

56 Kalimantan Timur.
404
7. Endas anak karangka tuntang Kamulung, tinai manak hanya
biti iete :
1. Tabela Rawah Raca, manjadi tato uluh Dayak Murut dan
Idaan57.
2. Bungai atawa Tamanggung Bungai andin Sindai.
3. Manjan Bawan Tamanggung andin Latan hong pulau
Kantan. Ie toh manjadi tatu uluh Dayak hong Pangkoh,
Kahayan manak Habenang Rungkun Tumbang manjadi
turunan Suku Dayak into Manuhing.
4. Panjau Uruh Rangkau Amei Rewei, manjadi tato bue
Tumbang Rungan.
5. Pusan Uruh Kandang Tulong Liang Racan Durung
Haramaung, gaib basalaoh manjaadi Haramaung Lapak
Hanya inyewot kea Lapak Dahat.
6. Tipuh Uruh Tasakui Nambit Oeoi Tusuk Atei Nyaling
Mungan Kuak Daan basaloh manjadi Nyaring tuntang
Pampahilep.
7. Sembei Uruh Simpei Tacan Banuo Tunjui Tabuyan
Ongkon Ook Mawoo Malinjung, tato bue uluh Dayak
Tabuyan.
8. (Aton tuntonge ).

Anak Turunan Maharaja Buno – Sempung:


(Bahasa Indonesia)

Sempung Amai Bungai, gemar merantau. Mamut menteng, bakena,


cerdas, rajin, tekun dan pandai. Beristeri tujuh yaitu :
1. Nunyang.
Lahir seorang anak yang bernama Nyai Undang yang terkenal
karena keberaniannya. Walau seorang perempuan, ia sangat
disegani dan ditakuti musuh. Nyai Undang bertempat tinggal di
Pematang Sawang Kota Bataguh di pulau Kupang Kuala Kapuas.
Datuk penduduk Kupang dan Kuala Kapuas.
2. Bulau Butoi Kereng Kendeng Kokoh Langit Utong Puron Tolong
Tukon, Huburan Buei Bulau Suei. Datuk Suku Dayak Mahakam
Rangan Linjen Bulau dan Tidong. Salah seorang puteri mereka
yang bernama Samulut Mina Lingut Bawin Oot Nyaput Dumot
Bahinoi Nyanyah Uei, Bucang rangan Linjen Bulan adalah datuk
Suku Dayak Uhing, Saputan, Punan, Bahau.
3. Nyai Icong.
Seorang Tionghoa yang diajak ke Semarang dan Jawa Jangkang –
Dalam sansana Bandar disebut Lewo Lowok Dalam Batawi. Salah

57 Kalimantan Utara.
405
seorang puteranya bernama Kandang Kaca Nguan Rawan
Nyingan 58 yang hingga kini turunannya mempunyai keahlian
dalam pembuatan garantung 59
4. Randi Bawin Sintang Pontianak. Datuk Suku Dayak di
Kalimantan Barat. Salah satu putra yang dilahirkan bernama
Rantai Inai Manderang Laca Panambahan Sentang Uru Saung
Temanggung Raja Nusa. Nenek moyang Suku Dayak Manukung
dan Malawei.
5. Bintang Bawin Sampit Tanah Ambau Lewo Ba’amang yang tinggal
di Deleng Pinang Mentaya. Salah seorang anak mereka bernama
Pasui Deleng Pinang Mentaya yang adalah nenek moyang Suku
Dayak Tamuan dan Mentaya 60.
6. Nyai Sanahung Bawin Japang. Anak-anak yang dilahirkan :
Tipung, Sanahung Bahinoi Pukung Tarantingang Kawin Pintu
Luhing Julou Tajo Nyilo Ngiwa Karis Jawa Hulang Jela, Kahajun
Daun Suna Tajar Panulang Karing Hitan Lung Pandan. 61
7. Nyai Endas. Kedua orang tua Nyai Endas bernama Karangkang
dan Kamulung. Dari pernikahan ini lahir tujuh anak yaitu :
1. Tabala Rawah Raca. Nenek moyang suku Dayak Murut
di daerah Kalimantan Barat.
2. Bungai Andin Sindai – Tamanggung Bungai.
3. Manjan, yang kemudian menikah dengan Tamanggung
Andin Latan di pulau Kantan. Nenek moyang Suku
Dayak di Pangkoh Kahayan. Anak mereka bernama
Habenang Rongkoh Tumbang – nenek moyang Suku
Dayak di daerah Manuhing.
4. Panjang UruhRangkau Amai Rewei. Nenek moyang
Suku Dayak di Tumbang Rungan.
5. Pusan Uruh Kandang Tulong Liang Ratjan Darung
Haramaung, kemudian gaib menjaadi Haramaung
Lapak Dahat. 62
6. Tipui Uruh Tasakui Nambit Uei Tusuk Atoi Nyaling
Mungah Kuak Daan. Gaib menjadi Nyaring dan
Pampilep.
7. Sembei Uruh Simpei Tacan Banuo Tunjui Tabuyan
Ongkon Ook Mawoo Maliujung. Nenek moyang Suku
Dayak Tabuyun.

58 Rawan Nyingan dalam bahasa Sangen berarti garantong atau gong.


59 Gong.
60 Nama suku di sungai Mantaya dan Cempaga.
61 Keris yang kecil seperti daun bawang, sebelah menyebelah tajam dan

sangat beracun. Hulunya dibungkus intan dan sarungnya dianyam dengan


daun pandan dan dibungkus dengan kayu nyilu yaitu kayu sakti.
62 Mahluk halus yang berbentuk harimau bermata persegi delapan.

406
Tingang Rambang Kumpang Takuhan Pulau Tutuk Rantau, pernah
menjadi basir di teluk Haan Tumbang Hakau – Basir pertama. Ia
menikah dengan Kuntu. Anak-anak yang dilahirkan adalah: Ringkai,
Tumbong, Mayang, Benang, Bulau, dan mereka semua menetap di
Tangkahen.

Anak Turunan Maharaja Sangiang


(Bahasa Indonesia )

Maharaja Sangiang atau Karangkang Amban Penyang beristri


Kamulung Tenek Bulau Bawin Datah Takasiang. Mereka
dianugerahkan tiga puluh orang anak. Nama-nama mereka adalah :
1. Nyai Endas Indu Bungai – menetap di Pajangei.
2. Bungkai indu Tambun – di Pajangei.
3. Birau indu Tipung – menetap di Tumbang Miri.
4. Mendai indu Rumpung – menetap di Tapang.
5. Dahiang indu Tipung – di Tapang.
6. Menyah indu Karing – di Tapang.
7. Renden indu Bolou – di Tapang
8. Mantai bapak Rambang – menetap di Tumbang Pajangei.
9. Djahan bapak Ningkei – di Tumbang Pajangei.
10. Buson bapak Sangen 63– di Tumbang Pajangei.
11. Lintung bapak Sangalang – di Tumbang Pajangei.
12. Kahetan indu Nyaring – di Tumbang Pajangei
13. Alih indu Bintih
14. Djiu indu Asang
15. Bolang bapak Haci Kohong Kiham Tingang Djoloi –
nenek moyang suku Dayak Heban dan Punan.
16. Mangut indu Antang – di Tumbang Habaon 64
17. Rawing Bosai Nyai Kadju Tangi Karang Intan.
18. Bihing Amai Rampun – di Tumbang Pajangei.
19. Mangku Jangan bapak Andin Lantan di pulau Kantan.
20. Ingei Inai Nyaring Ot Miri.
21. Balian indu Bungai – di Tumbang Pajangei.

63 Turunannya pandai manyangen.


64 Kahayan.
407
22. Mangkuan bapak Purung. - Datuk orang Malahui, Kiham.
Tusang.
23. Bahen bapak Burung. – di Tumbang Pajangei.
24. Junjung indu Kandang – di Tumbang Pajangei.
25. Bungai indu Uring – di Tumbang Pajangei.
26. Tiwun indu Uring - di Tumbang Pajangei.
27. Ulu indu Tinggang – di Tumbang Pajangei
28. Untai indu Rangka Tanjung Riu.
29. Tihan bapak Kandan. Datuk Ot Ohang Miri.
30. Sajacak – meninggal.

Anak Turunan Maharaja Sangen :


(Bahasa Indonesia)

1. Ringkit bapak Karing


2. Nyahun bapak Bulon
3. Damang Sawang bapak Rumpung.
4. Tihang bapak Antang. Datuk Suku Dayak Heban.
5. Menju indu Rumpun
6. Putik bapak Saruwong Nguroh Hempei Bawin Tanjungan
Hampatong Ot Danom

Pertempuran di Pulau Kupang

Berita kecantikan Nyai Undang tersebar luas. Raja Laut yang


bernama Sawang dengan menumpang tujuh Banama65 diiringi bala
tentaranya datang ke pulau Kupang untuk melamar Nyai Undang.
Tekadnya hanya satu, apabila lamarannya ditolak maka perang tidak
dapat dihindari.
Raja Sawang mengirim utusan untuk melamar Nyai Undang.
Namun ketika acara melamar sedang berlangsung, ibu Nyai Undang
mengatakan bahwa keputusan ditolak atau diterima lamaran tersebut
sepenuhnya di tangan Nyai Undang. Mendengar jawaban demikian,
para utusan Raja Sawang memohon izin untuk dapat bertemu
langsung dengan Nyai Undang.
Setelah menemui Nyai Undang, jawaban yang mereka peroleh
mengatakan bahwa Nyai Undang menghendaki Raja Sawang datang
sendiri langsung menemuinya. Singkat cerita Raja Sawang
berpakaian kebesaran lengkap, diiringi bala tentaranya datang
langsung menemui Nyai Undang. Tentu saja tidak lupa membawa
upeti yang akan diserahkan kepada jantung hatinya.

65 Sejenis perahu
408
Namun yang terjadi kemudian, ketika Raja Sawang
melangkahkan kakinya di atas pintu rumah Nyai Undang yang telah
dipasang kayu nyilu 66, mendadak Raja Sawang merasa lemas tak
berdaya. Dengan cepat Nyai Undang mengambil Dohong Raca
Holeng Jola, Kahajun Duun Suna Taja Panulang Karing, Hintan
Jung Pundan Sanaman Mantikei dari hulu Katingan Kuman Raha 67.
Karena sawuh 68 nyaris seluruh bala tentara mati terbunuh, bala
tentara yang marup 69 langsung dijadikan Jipen.
Selain Raja Sawang, Raja Utara yang bernama Raja Nyaliwen
juga bernasib sama dengan Raja Sawang. Jipen atau budak Nyai
Undang semakin banyak jumlahnya kurang lebih lima ratus orang.
Peristiwa ini yang mengawali adanya jipen.
Namun demikian ada juga beberapa bala tentara Raja sawang
dan Raja Ngaliwen yang masih sempat melarikan diri dan pulang
kembali ke daerah asalnya. Di sana masing-masing mereka
menceritakan pengalaman dahsyat gugurnya raja mereka karena
kalah berperang melawan Nyai Undang. Tentu saja berita tersebut
sangat mengejutkan dan membuat kemarahan yang meninggalkan
dendam. Rakyat sepakat mambaleh 70.
Berita niat mambaleh tersebut sampai ke telinga Nyai Undang.
Langsung Nyai Undang mengirim Lunju Bunu 71 ke Tumbang
Pajangei. Lunju Bunu berfungsi sebagai totok bakaka 72 yang
ditujukan kepada Rambang, Ringkai dan Tambun Bungai dengan
maksud mohon bantuan.
Pesan tersebut langsung mendapat sambutan, tanpa pikir
panjang Rambang, Ringkai, Temanggung Bungai Andin Sindai anak
Temanggung Sempung yang keberaniannya sangat termasyhur, juga
Raca Tambun Tanjung Ringkin Duhung anak Serupui yang keduanya
terkenal mamut menteng, tanpa tanding langsung memenuhi
panggilan tersebut. Kehadiran mereka dengan tanpa melupakan
membawa peralatan perang seperti sipet, lonjo, telep, telawang,
damek, ipu, mandau dan mangkepan sangkarut.73 Rambang

66 Khasiat kayu nyilu dapat melemahkan orang.


67 Sanaman Mantikei Hulu Katingan Kuman Raha artinya besi mantikei yang
berada di hulu sungai Katingan, sungai Koro anak sungai Jangkang.
68 Setelah melihat darah, mengamuk tak terkendali.
69 Menyerah tanpa syarat, di jadikan jipen atau budak.
70 Balas dendam.
71 Tombak Bunu.
72 Totok Bakaka berarti bahasa Sandi.
73 Memakai pakaian perang, semacam tameng berbentuk pakaian biasanya

dibuat dari kulit kayu nyamu, bagian dalamnya dipasang kapas agar tak
mampu tertembus anak panah atau anak sumpit.
409
bertugas mengerahkan seluruh suku Dayak di Kahayan agar turut
serta membela rakyat pulau Kupang.
Nama para Pangkalima atau panglima Perang yang turut serta
membela rakyat Pulau Kupang ialah : Nyaring anak Ingoi dari hulu
Miri, Bungai anak Ramping dari Tumbang Miri, Temanggung
Kandeng keponakan Piak Batu Nocoi Riang Naroi, Isoh Batu Nyiwuh,
Etak kampung Tewah, Temanggung Hanjungan dari Sare Rangan,
Temanggung Basi Atang dari Penda Pilang, Temanggung
Sekaranukan dari Tumbang Manjangen. Temanggung Renda dari
Baseha, Temanggung Rangka dari Tumbang Rio, Temanggung Kiting
dari Tanjung Rio, Temanggung Lapas dari kampung Baras Tumbang
Miwan, Temanggung Basir Rumpun dari teluk Haan, Temanggung
Hariwung dari Tumbang Danau, Temanggung Dahiang bapak Budang
dari Sepan Simin, Temanggung Ringkai dan Tombong, dari
Tangkahen. Temanggung Uhen dari kampung Manen, Temanggung
Kaliti dari Rawi, Rakau Kenan dari Tumbang Rungan, Temanggung
Kandang Henda Pulang dari Sugihan74, Temanggung Andin dari
pulau Kantan, semuanya lebur menjadi satu kekuatan, berlayar ke
pulau Kupang dengan jumlah sekitar lima ribu jiwa.
Setibanya di pulau Kupang diadakan rapat singkat dengan Nyai
Undang. Putusan yang disepakati, secepat mungkin membangun
sebuah kota.75 Kemudian mereka berupaya mengumpulkan tabalien
atau kayu besi/ulin sebanyak-banyaknya.
Atas petunjuk Rendan adik Mandang dari Mantangai Lunuk
Panjang, mereka tidak mengalami kesulitan dimana harus
mendapatkan tabalien. Langsung mereka menuju ke tempat tujuan
yaitu sungai Mangkatub Tumbang Murui Hulu Kapuas. Mereka yang
bertugas mengumpulkan tabalien diantaranya Rambang, Bungai
Andin Sindai, Temanggung Tambun, Tanjung Ringkin, Duhong,
Sangalang adik Antang dari Tumbang Habaon yaitu tunangan Nyai
Undang sendiri. Tanpa kenal lelah selama tujuh hari tujuh malam
usaha pencarian tabalien mereka lakukan.
Setelah apa yang dicari tercukupi, kemudian tabalien tersebut
dibawa ke pulau Bataguh dengan menumpang lanting panjang
Garing Langit. Bintih anak Alih dan Temanggung Asang saudara
Barambang kemampuannya menggotong tabalien bisa diandalkan.
Dalam waktu yang sangat singkat, kota atau benteng pertahanan yang
mereka bangun dapat diselesaikan sesuai rencana. Kemudian benteng
tersebut mereka beri nama Kota Pematang Sawang yang selalu siap
menerima kedatangan musuh.

74 Guhong
75 Kota artinya benteng pertahanan yang terbuat dari kayu besi / ulin /
tabalien atau dari batu.
410
Di rumah Nyai Undang, Temanggung Rambang memimpin
persiapan-persiapan yang diperlukan. Kota atau benteng juga diberi
hiasan. Yang bagian paling atas diberi nama Kota Soha Purang
Hotokarang, Suat Dohong Hotosawong. Bekal makanan telah siap
dan para pangkalima lengkap telah berkumpul di kota. Situasi dan
kondisi mereka telah benar-benar siap perang.
Akhirnya apa yang dinanti-nantikan datang juga, kedatangan
musuh asang 76 dengan jumlah sekitar sepuluh ribu orang dari Laut –
Raja Sawang dan dari utara – Raja Nyaliwen tidak membuat mereka
menjadi gentar. Sebelum peperangan dimulai, Temanggung Rambang
dan Temanggung Ringkai terlebih dahulu Manajah Antang77.
Kalimat yang diucapkan:

Bahasa Sangen :

Amun Rikang Rambang akan manang


Kawung Naang, kundang tingang
Tunju patinjo ico hila kutau
Amon aru daun sawang dandang tingang.

Kawung manari hoto tori, akan ngoik ngiki-ngiki


Amon Rengah Ringkang Rambang akan kalah
Nari tutor tangis tingang
Nari patinjo tonggo miring pondok apoi.

Bahasa Dayak Ngaju :

Amun Ringkang Rambang akan manang.


Amun Antang tarawang kilau tarawang tingang.
Manintu panunjuk ije hila gantau.
Amun tege imeteng dawen sawang dandang tingang

Antang manari dia hakipak, sanmbil manguik


Amun Ampie Ringkai Rambang akan kalah
Tingang manari sambil manangis
Manintu patinju ije imeteng pondok apoi.

Bahasa Indonesia :

Kalau Ringkang Rambang akan menang.

76 Serangan musuh yang datang mendadak tanpa terduga


77 Memanggil burung Elang yang dapat meramal suatu yang akan terjadi.
411
Kalau Elang terbang seperti Enggang terbang.
Menuju petunjuk yang sebelah kanan
Kalau ada diikat daun sawang dandang tingang

Elang menari tanpa gerak sayap, sambil bersuara kuik-kuik


Kalau kelihatannya Ringkai Rambang akan kalah
Enggang manari sambil manangis.
Menuju petunjuk yang diikat bara api.

Tiba-tiba muncullah seekor burung Elang menuju ke arah daun


sawang yang berarti kemenangan bagi Ringkang Rambang. Dalam
pertempuran pusaka-pusaka milik Suku Dayak yang berasal dari
Ranying Hatalla juga dilibatkan. Singkat cerita kemenangan gilang
gemilang diperoleh oleh pihak Nyai Undang, semua pemimpin lawan
tewas, musuh marup dan bala tentara yang kalah perang dijadikan
jipen oleh Nyai Undang.
Setelah perang berakhir, diadakan upacara adat memalas78
terutama Ringkang Rambang sebagai pemimpin utama dalam
pertempuran tersebut agar malai 79 dan jangan ada tulah. 80
Setelah upacara berakhir, Nyai Undang mengadakan pesta
besar untuk kemenangan gilang gemilang yang mereka peroleh juga
sebagai ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat. Pesta
diadakan selama tujuh hari tujuh malam, makan sepuasnya dan
minum baram 81 hingga mabuk. Pada saat diadakan pesta besar-
besaran tersebut, semua utusan yang mewakili suku Dayak di seluruh
Kalimantan hadir kemudian didirikan Pantar 82.
Tiga puluh lima wakil suku yang telah hadir dalam pesta besar
yang diadakan oleh Nyai Undang ialah :
1. Manan, dari Hulu Kahayan.
2. Londoi dari Tabaloi.
3. Jato dari Bahoi.
4. Ibung dari Buit 83.
5. Ikuh dari Tinggalan. 84
6. Tingang dari Bukat. 85

78 Diusapkan darah binatang agar tidak tulah.


79 Menormalkan kembali emosi akibat peperangan.
80 Kutukan para korban dinetralisir.
81 Sejenis tuak.
82 Tiang yang menjulang keatas, tinggi, terbuat dari tabalien atau kayu ulin

atau kayu besi. Gunanya untuk jalan arwah orang Dayak yang telah
meninggal dan telah di tiwahkan menuju lewo liau.
83 Daerah Kalimantan Utara.
84 Tidong.
85 Dayak Bukat.

412
7. Kuit dari Hulu Rundit Bt Lupar.
8. Parekoi dari Serawai.
9. Tunda Luting dari Samba.
10. Dekoi dari Malahoi
11. Unei dari Dayak Sahiei.
12. Tamban dari Katingan.
13. Mahat dari Mahalat.
14. Etas dari Hulu Kapuas.
15. Dalong dari Hampatung.
16. Umbing dari Manuhing.
17. Tukoh dari Mamaruh.
18. Gana dari Mantaya.
19. Nuhan dari Sarucan. 86
20. Bakan dari Rungan.
21. Sindi dari Miri.
22. Bahon dari Bahaun.
23. Sawang dari Siang 87.
24. Johan dari Taran.
25. Sota Munan dari Manyan.
26. Pahan dari Kalangan.
27. Sakai dari Serawai.
28. Manoi dari Rakaoi.
29. Punan dari Heban.
30. Hinan dari Punan.
31. Hamon dari Dusun.
32. Jaman dari Kabatan.
33. Ritu dari Uru.
34. Lati dari Pari.
35. Nanau dari Lamandau.

Pada akhirnya diadakan sekali lagi pesta besar-besaran yaitu


pesta pernikahan Nyai Undang dengan Temanggung Sangalang di
Pematang Sawang Pulau Kupang. Juga dalam waktu yang tidak
begitu lama diadakan lagi pesta pernikahan di pulau Kantan antara
Nyaring anak Ingoi dan Manyang anak Mangku Jangkan selama
tujuh hari tujuh malam. Dilanjutkan lagi dengan pernikahan Bungai
Andin Sindai putra Demang Sawang dengan Karing Likon Lating.
Masih ada lagi pernikahan yaitu Tambun atau Temanggung Tambun
Panjing Ringkin Duhong dengan Bulau Bawin Purang.

86 Seruyan.
87 Hulu Barito.

413
Catatan Tambahan mengenai pulau Kupang Pematang
Sawang

Sering terjadi pergantian kekuasaan. Kota yaitu benteng


pertahanan yang terbuat dari kayu ulin. Dan panjang lima kilometer.
Daerah ini sangat memperhatikan pertahanan daerah, terbukti
setelah kota lama mulai usang, diganti dengan kota yang baru.
Demikian persenjataan daerah ini memiliki koleksi yang lengkap
bahkan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Di daerah ini juga
ditemukan meriam. Pada tahun 1934 di daerah ini telah dibangun
sebuah terusan yang dinamakan terusan Bataguh.

Saritan Mihing
(Bahasa Dayak)
(Awi: Sahari Andung ) 88

1. Zaman huran limbah zaman tetek tatum into Kahayan aton


lewo je bagare Baras, ketika toh inyewot uluh Kaleka Lewo Baras.
Awi puna jari usang-usang ilihi oloh. 2. Katika toh awa lewo
Tumbang Miwan, tame kecamatan Kurun Kewedanaan Kurun
Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. 3. Jaman te lewo Baras
hatandipah, tapi eka kepala melai iete lewu ije hela gantau murik.
4. Metoh zaman te lewo baras te aton lewo ije hai hayak rami
basa are uluh melai hete indahang tinai hatandipah. 5. Aran kepala
ije marentah due lewo te bagare Tamanggung Caca. 6.
Tamanggung Caca te aton kepala ije paham basewot, basa iye
paham menteng, tatau pintar tuntang harati hayak tau basara
dengan kare uluh lewo te iamuk awi asang, ulih ie mangalah asang
te sampai uluh lewo jaton en-en. 7. Kalote kea iye kinjap mandohop
kare lewo hakaliling bara kare bahaya. 8. Kalote tamanggung Caca
te paham irega hayak ihormat uluh are samandiai.
9. Tamanggung Caca te kea paham are panakawa. 10. Dengan
jipe kea ie paham tau basara, sampai panakawa te kalute kare jaton
ije biti nahuang hapisah bara ie. 10. Awi panakawa te paham are
maka Tamanggung Caca mambagi kare gawi akan panakawa te
tomon katau tuntang kaulih, pire-pire biti ije tantai malan, pire-pire
biti tantai mandop / malauk., pire-pire biti mahaga sapi hadangan,

88 Sahari Andung, Saritan Mihing, karangan toh dengan persetujuan pahari


Sahari Andung, inamean huang buku Maneser Panatau Tatu Hiang.
Palangka Raya, 11 Mei 1966.
414
pire-pire biti tantai mambelom manuk/itik. Pire-pire biti mambelom
bawoi. 11. Bara kare panakawa ije mambelom bawoi aton ije biti
bawi balu ije anake bagare Bowak. 12. Jadi indo Bowak ewen ndue
hanak te inyuhu awi Tamanggung Caca mambelom bawoi into eka
ije dia kejau bara lewo. 13. Ije eka te inggare Lawang, likut Lewo
Baras ije hila sambil murik. 14. Into hete jari imangun pasah ije
sukup kahaie tuntang kadehee eka indo Bowak ewen ndue hanak
melai. 15. Genep andau indo Bowak harajur manggau kujang akan
barin bawoi ewen ndue hanak tuntang manggau kayu indu
panduke, tuntang Bowak genep andau kea manasang kujang te
palus pakasake, hayak hanjewo halemei ie pakanan bawoi ewen
ndue hindu. 16. Harajur gawin indo Bowak ewen ndue hanak genep
andau.
17. Sinde andau metoh manasang kujang Bowak tapaingat
saritan kamenteng tempu Tamanggung Caca ije pire-pire tingkat
manahan lewo bara amok asang, sampai uluh jaton ije biti matei,
tuntang asang te hadari pisah-pasayan kanih-kante tintu palus
lembut kagiri huang manasang kujang hayak tanda-tandak
manyewot Nasang burung Tingang dia bahelang andau, nganjit
meto ayun baputi tiap pandang kalaman. 18. Kalute tandak Bowak
te lulang luli auh jete bakae jete ih.
19. Jadi pire-pire nyelu ewen ndue hindu melai hete sampai
gehat enyuhe uras jari mamua, hayak bawui ewen ndue hindu
paham manjadi, sampai Tamangung Caca paham hanjak tuntang
tau toto basarae dengan Bowak ewen ndue hindu.
20. Sinde andau into panyawah panyurung bulan uju, Bowak
te sana limbah kuman hanjewo manampara manasang kujang,
tuntang indoe haguet kea manyarap kujang tuntang palus
manggau kayu panduk barin bawoi ewen ndue. 21. Sana manasang
kujang palus Bowak manandak tinai kilau kapatuh auhe genep
andau helo te. 22. Tawae kea auh tandak Bowak te salenga ulih
manyalumbu akan hunjun langit, batahining awi Sahawung Bulan
Tempon Buang Penyang, palus Sahawung manalih Tempun Telun,
Rumba Habaron Bulan uluh Batang Danom Jalayan Guhung
Labehu Pali Ngatimbung Tambun. ( Langit ije kaepat ). 23. Tame
daerah lewo telo ije kalabuan tingang, rundung epat due
katahurung talawang.
24. Awi tandak Bowak te ulih kangkarungut sinde manantang
pinding Sahawung ewen ndue Tempun Telun, palus Sahawung
manalih Tempun Telun, hayak hamauh: “ En Karuhung aton ikau
mahining tandak uluh pantai danom kalonen ije manyarita
kamentenge sampai manasang burung Tingang dia bahelang
andau, nganjit meto ayon baputi tiap pandang kalaman ? “. 25.
Tumbah Rawing Tempun Telun : “ Tege karuhung bitin

415
kangkarungut sinde karuhung, are ih uluh pantai danom kalonen ije
menteng, sintel namunan batun karangan danom, hanyu manjiret
namuan pakanan pinang mahin hindai aton manyarita kamentenge
ijr nasang burung Tingang dia bahelang andau, nganjit meto ayon
baputi tiap pandang kalaman.
26. Kuan Sahawung tinai : “ Narai karangkan lingun
karuhung ?”. Karangkan lingungku karuhung , akan tingang
nasang hadurut lunuk nanturung bahing tandak palus akan mimbit
ie akan lewo telo ije rakabuan tingang rundung epat due katarung
talawang palus nanturung lewo Bukit bua penyang, kuan Rawing
Tempun Telun. 27. Limbah auh Rawing Tempun Telun tumun te,
palus Sahawung parasih papan talawange hayak tingang nusang
hadurut lunuk. 28. Sampai kampungan ambun telo puluh, hete
Sahawung nalingan pindinge menyeneh bahing te puna
kangkarungut ih tandak Bowak te dia bahelang. 29. Palus
Sahawung nusang papan talawange nanturung bahing tandak te.
30. Dia pire katahie Sahawung sampai Tambuan pasah
Bowak ewen ndue hindu, ie randah sasar randah palus tende
bagantung huang pusun pinang., bara hete ie mite ije inasang
Bowak te dia jaka burung Tingang, tapi kujang ih. 31. Tapi auh
tandak Bowak te puna rajur-rajur ih dia bahelang ije lulang luli auh
te baka auh te ih.
32. Umbet katahie maka Sahawung muhun akan petak, tanju-
tanjung hila baun Bowak ije manasang kujang te. 33. Bowak
manggatang matae akan hila baun salengan iye mite ije biti uluh
hatue ije paham bakena mendeng baun akae manasang kujang te
hayak dia ie kasene palus ie tende manandak. 34. Sahawung palus
manukep ie hayak hamauh: “Narai nasangm Tingang aken?“ 35.
Tumbah Bowak kua : “ Nasang kujang akan bari bawui kue indang
“ 36. Kilen Tingang akan harajur manandak manyewut nasang
burung Tingang dia bahelang andau, , nganjit meto ayun baputi
tiap pandang kalaman. 37. Tumbah Bowak kua: “ Awi aku mingat
saritan kamenteng tempungku Tamanggung Caca ije pire-pire
tingkat manahan lewo bara amuk asang, jadi dumah kagiri
huangku manasang kujang toh. 38. Kuan Sahawung tinai : “ Dia
men ih Tingang aken”. 39. Mahining kalute palus Bowak malekak
pisau mendeng mananjung manuntut Sahawung. 40. Dia pire
kakejau salenga Bowak mite lasang papan talawang hila baun
ewen due, Sampai papan talawang te Sahawung manyuhu Bowak
lumpat into bentenge hayak inyuhu munduk dehe-dehen. 41. Bowak
manumun.
42. Sahawung lumpat kea. 43. Helue bara haguet, Sahawung
mameteh Bowak kuae : “ Narai kare taluh ije taragitan kareh ela
ikau maningak, baya aku tau mansuman akam. 44. Limbah te

416
lasang papan talawang te palus haguet. 45. Harun ewen ndue
hagantung maka taragitan Bowak indange karehue manyarap
kujang. 46. Bowak hamauh: “ Kanih uluh Tingang indang mama
apang karehue manyarap kujang kue tende hanjulu aku manutur
jalangku umba mama apang. 47. Kuan Sahawung tumbah : “ Dia
men ih Tingang aken, panjalanan itah dia tahi”. 48. Awi lasang te
puna paham balias eleh jari dia gitan indo Bowak. 49. Palus ewen
ndue ngambu sasar ngambu hayak dia pire katahi ewen ndue te
tame taluh ije kilau rumbak rakung tapi hai manipang hewan
pantar.
50. Limbah te sampai tasik, tarusan hayak Bowak paham
hengan mite kare tasik, tarusan, kayu, bukit, tkt, uras bahalap toto
ampie, puna dia bahanyi misek narai aran tasik, tarusan, bukit, tkt,
awi iye harajur mingat auh mama te enah. 51. Ewen ndue sampai
ije lewu ije puna jari bakas jete. 52. Sahawung manutur akae : “ Toh
Bowak Lewo kaleka Batu Nindan Tarong, Liang Angkar Bantilung
Nyaring. 53. Dia pire katahie bara hete palus ewen ndue tende
huang ije lewu ije dia lue-luen kahaie hayak karamie. 54. Lasang te
tende gantu-gantung ih. 55. Sahawung palus manangkeru akan
petak hayak hamauh, kuae : “ Ikau Tingang aken ela haguet helu “.
56. Dia pire katahie limbah Sahawung te manangkeru, palus dumah
telo biti uluh bawi manukep lasang papan talawang. 57. ije biti
bara ewen telo te hamauh kuae, mendeng ikau Tingang aken, toh
aku mentang ikau, mahining auh te Bowak palus mendeng manalih
uluh bawi te, palus uluh bawi mangkipit Bowak hayak mentang iye
kilau mentang anak kurik ih. 58. Ewen telo te mimbit iye akan ije
talaga, hete iye impandui, lisut barasih palus manakiri pakayan
Bowak, limbah te muhus petak into usuke.
59. Jari barasih gawin ewen telo hete, harun Bowak te iagah
akan Balai Palangka Nahalambung Tambun, Sali Bayung Antang
Nahutu Penyang, balai awin Rawing Tempun Telun. 60. Into hete
jari are uluh hakampeleng bakas tabela bawie hatue sama nahuang
hasundau dengan uluh kalonen. 61. Sampai Balai te, Bowak
inyarungan kuman, limbah kuman iye inyaki hapan daha belom,
mbuwur behas parei nyangen tingang, meteng lamiang bua garing
belum natisang bangkang haselan tingang, uras jadi barasih gawin
ewen uka Bowak lumpat lewo Bukit Sua Penyang / Lewo Telo uka
Kalabuan Tingang, Lindung Epat Due Katahurung Talawang dia
tau tulah malai. 62. Jari barasih gawin uluh are, Bohak inyuhu awi
Rawin Tempun Telun munduk huang bentuk balai, uluh are
mangkaliling iye, harun Tempun Telun misek iye, kuan Tempun
Telun : “ Ikei Lewo Telo ije kalabuan Tingang, Rundung Epat Due
Katahurung Talawang jari mahining tandakm ije kangkarungut
sinde manenteng panapakan bengkel ikei dengan karahung

417
Sahawung Bulau Tempon Buang Penyang. 63. Ije manutur ikau ulih
manasang burung Tingang dia bahelang andau, nganjit metu ayun
baputi tiap pandang kalaman, bara kueh ikau dinun burung
Tingang ije kalute kare ?”. 64. Tumbah Bowak kuae : “ Baya
tandakku bewei mama apang, tapi ije inasangku te puna kujang ih
akan barin bawoi kue indang. 65. Narai bukue ikau manyewut
kujang te manjadi burung Tingang ?”. 66. Tumbah Bowak tinai : “
Sulake aku manandak ije kilau te, awi aku manasang kujang te
puna are hayak aku kabuatku ih, indang harajur manarap kujang
tuntang manggau kayu akan panduke, jadi basalenga ih tapai
tungku kementeng tingang tempungku Tamanggung Caca ije ulih
manahan amuk asang ije mamuk lewun ikei jari pire-pire tingkat,
sampai jatun uluh lewo matei, asang hadari pisah-pasayah kanih-
kante tintue jadi awi itungku ije kalute balembut, kagiri huangku
manasang kujang te, hayak basalenga lembut tandakku ije
inyewut : “ Nasang burung Tingang dia bahelang andau, nganjit
meto ayun baputi tiap tiap pandang kalaman “. 67. Jadi sana
tandakku ije kilau te, aku paham hanjak bagawi dengan manandak
kilau te auh, awi kalute maka aku amun manasang kujang, harajur
aku manandak kilau te auh, lulang luli auh jete ih, tuntang riman
tandakku te mahin dia aku ketawae kea. 68. Limbah Bowak
mancarita pahurui ije sampai ie manandak kilau te akan uluh are,
maka Rawing Tempun Telun hamauh tinai dengan uluh are, kuae : “
Toh uluh pantai danom kalonen aton umba itah melai huang lewo
telo toh, awi te itah sama-sama mahaga iye, ela keton mimbit iye
barangai amun dia misek helo dengan kue karuhungku Sahawung
Bulau Tempon Buang Penyang.
69. Basa uluh pantai danom kalonen toh, ewen tau matei,
tulah malai, tau haban pehe, awi ewen toh dia baisi petak
kasambuyan, dia badaha danom kaharingan, dia bahaseng untung
panjang, beken bara itah pantai sangiang, tagal te itah buah
batawat, limbah te tinai Bowak imbit awi Sahawung maja balai aie,
Balai Entas Takaruan Tambang, Sali Undik Tapajakan Salungae.
70. Sana sampai balai te Bowak hengan awi balai te jaton heja, mite
Sahawung te mambung arep manangkero, mite kalote Bowak kea
mambung arep kea tapi dia ulih sampai awi balai te puna gantung.
71. Mite kalute Sahawung manatuyak bangkang haselan tingang
akan hunjun takuluk Bowak, limbah te Bowak mambung arep tinai,
haru ulih lumpat balai te. 72. Hete Bowak melai andau te hapander
dengaan kare pambujang linga lewo telo. 73. Macam-macam ih
kare pander ewen tahiu ampin taloh pantai danom kalunen, Bowak
manyarita kea tumun katutue, tuntang tumun pangatawae. 74. Tapi
pambujang linga lewo telo dia lalau maharap saritan Bowak te
amun dia ewen mite katutue. 75. Limbah ewen pander te, ewen

418
mimbit Bowak tinai maja kare eka ewen pambujang linga Lewo
Telo, eka bujang barendeng dia impun lawu, eka Antang Pintih
Panama Pinang, kenjui Bakan nampuyan haselan, eka burung
Lingu Kanyumping Linga tuntang eka Manyamei Hatuen Sangiang,
tbt. 76. Haranan kalote maka Bowak are kea hakasene dengan
ewen pambujang Linga Lewo Telo tuntang dengan anak uluh
sapantar iye. 77. Jadi mangat ih ie maja kanih kante huang lewo te.
78. Hayak tinai uluh lewo te puna tau basaran ewen dengae. 79.
Jalanan maja kalute pahayak ewen, Bowak mite kahalap kare talu
huang lewo te ije uras baka henga-hengan ampi hayak paham
bahalap toto, ije huang kalonen puna jaton kilau te. 80. Kinjap kea
Bowak misek dengan ewen, awang denga mananjung te, tapi ewen
te tumbah kuae : “ Dia ikei bahanyi manutur akan karuhung awi
ingahana Sahawung. 81. Baya ikau tau mite ih hayak ikau ih
marima kabuatm. 82. Katahin pander harajur ewen manara
kametang Bowak ije ulih manasang burung Tingang dia bahelang
andau, aluh kea Bowak puna manyarita ije inasang te puna dia
tingang, tapi kujang. 83. Tapi ampi ewen kurang maharap toto
saritan Bowak te, kalute harajur pander ewen andau te.
84. Andau halemei Bowak iagah ewen akan eka Sahawung
Bulau Tempon Buang Penyang, uka bahamalem hete. 85. Alem jari
gantung kea metoh Sahawung ewen ndue Bowak munduk pander
bentuk balai. 86. Basalenga ewen ndue mangkeme ewau garu hulek
sama sinde huang balai. 87. Mangkeme ewau kalute, palus
Sahawung hamauh kuae : “ Panjung bulan betau betau panjung, eka
kajang bawin tingang nyaragantung lunuk, pandang isen tamuei
habinei tambun manyabilui baras, hetuh purun buang ria-riak
daree eka bawin tingang linda ngekei renteng, amak tantawa
ringki-ringkin tabuhie jampenan tambun ayah marau bihinge. 88.
Limbah auh sahawung kilau te, palus Bowak mite uju biti uluh bawi
ije sama kahalap. 89. Ewen uju te sama munduk hayak simpa.
90. Limbah te Sahawung misek ewen uju tinai, kuae : “
Kankueh janjulanan keton bawi sintung uju jari mantang balai etas
takaruan tambang, nindan sali undik tabajakan salungae, eweh
hajakahan bitin keton bara pantai danom kalonen, ngumban aran
keton bahanjung Luwuk Kampungan Bunu ? “. 91. Tumbah ewen uju
te hayak kuma-kumie, kuae : “ Dia isek manas ekam tingang nyaho
Sahawung Bulau Tempon Buang Penyang, ikei bawi sintung uju
toh, kalabuan jarin Tamanggung Caca balus lewo hila Taweh Dare
Bahanjung Rundung Naha Pantun Salingkat, ikei uju toh inyuhu
nasaran pantai danom Sangiang manggau Bowak ije salenga lilap
dia uluh kalonen tawan tintu, uluh tingan indange mantis
mananturu harajur danum mata manggau anak Bowak, hayak
uluh are jari haguet mananjung akan parak kayu- lakau, besei-

419
basea ngaju-ngawa manggau. 92. Awi te toh tinggang nyaho akan
magah Bowak toh gulung akan pantai danom kalonen. 93.
Mahining auh te Sahawung hamauh, kua : “ Diamen ih Bulan Betau,
Bowak umba aku / ikei Lewo Telo Ije Kalabuan Tingang, Rundung
Epat Due Katahurung Talawang. 94. Sanan keton uju ih akan
Tamanggung Caca tuntang uluh Tingang indang Bowak ela iye
pehe atei huang kauju kareh aku magah iye buli pantai danom
kalonen tinai. 95. Ewen uju hinai hamauh : “ Kilen ampin uluh
kalonen tau katawan janjin uluh tingang nyahe te”. 96. Mahining te
palus Sahawung manduan behas mungkus ije imbit ewen uju te,
hayak iye manutur akan ewen uju, tuh behas mungkus bungkusan
timpung tuh amon keton uju sampai pantai danom kalonen kareh,
te nangkiri ain uluh kalonen dengan jetuh, uka uluh kalonen
ketawan ije Bowak toh dia matei tuntang aton umba ikei Lewo Telo.
97. Jari mahining auh Sahawung kalote, ewen uju sama hingkat,
sama manaturung baun tunggang balai palus lilap bara tampayah
Bowak. 98. Paham toto kahengan Bowak dengan ewen uju te, basa
manumun pangingat jaton uluh bawi huang Lewo Baras ije kilau te
kahalap ampi, awi kahengan te palus ie misek Sahawung kua : “
Eweh ewen uju enah mama apang ?”. 99. Tumbah Sahawung : “ Kua
ewen uju te iete Putir Bawin Tawur / ganan behas ije inawur awi
Tamanggung Caca manggau ikau”.100. Harun Bowak harati riman
uluh kalonen ije manawur bahut, Limbah te Bowak batiruh ih.
101. Hanjewu andau tinai bilak hindai Bowak misik, uluh ewen
pambujang linga jari are huang balai. 102. Bowak jari mandoi
parasih arepe, palus ewen pambujang linga mimbit Bowak manalih
eka Rawin Tempun Telun, ewen sama haguet.
103. Sampai eka Rawin Tempun Telun, ewen tame balai
Palangka Naha Lambang Tambun Sali Bayung Antang Nahutu
Penyang. 104 Panjang keton tingang aken pambujang linga danom
jalayan kuan Rawin Tempun Telun mamalus ewen. 105 Ewen palus
manyelem balai, sama munduk marakeran tambange mangku
garing lalunjung pulange. 106. Rawing Tempun Telun misek ewen,
kan kueh janjulanan keton pambujang linga danom jalajan jari
mantang balai Palangka Mahalambang Tambun, Nindan Sali
Buyung Antang Nahutu Penyang nduan ambun andau etoh ? “. 107
Tumbah pambujang linga danom jalayan ije bagare Antang Pintih
Panama Pinang Bangkang Nampuyan Haselan, kuae : “ Narai
isekku mama apang, aton kanahuang ikei handak mimbit
karuhungku Bowak toh manggau tingang into lunuk jayang
tingang, Baringen Sempeng Tulang Tambarirang, ije eka tingang
Rangga Bapantung Nyahu Batandaung Runtun, awi karuhungku
Bowak tuh puna menteng dia lalangena, ulih nasang burung
Tingang dia bahelang andau, nganjit meto ayun baputi tiap

420
pandang kalaman, jadi akan karuhungku Bowak mite burung
Tingang ain pantai danom sangiang toh. 108. Mahining auh ewen
kilau te, maka Rawin Tempun Telun hamauh kua: “ Keton tingang
aken pambujang linga danom jalayan toh keton mahining
saritangku toh. 109. Basa hemben huran itah lewo telo toh aton telo
biti ewen hampari ije kalambutan. 110. Iete Maharaja Sangen,
Maharaja Sangiang tuntang Maharaja Buno. 111. Maharaja Sangen
jete tatu ain ikei dengan Karuhung Sahawung, Maharaja Sangiang
tato Karuhung Mantir Mama Luhing, tuntang Maharaja Buno tato
uluh Pantai Danom Kalonen, ie tatu Bowak toh. 112. Bukun
Maharaja Buno imapuhun awi Ranying Hatala akan pantai danom
kalonen, awi sawan Maharaja Buno te olon ije baka matei, basa iye
haisi petak dia petak kasambuyan, hadaha danom dia danom
kaharingan, ba-aseng riwut dia riwut untung aseng panjang, awi
huang hunjun langit toh jaton eka uluh tau matei, jaton petak uka
mangubur hantun olon, jaton riwut ije eka ewau karam limban
olon, tagal te Maharaja Buno tuntang sawae impamuhun akan
pantai danom kalonen, luwuk kampungan bunu. 113. Amun sawut
sangen, lewo Injam Tingang, Rundung Nasih Burung. 114. Basa
danom pantai kalonen te puna jari inampa / inyadia awi Ranying
Hatala eka olon, eka meto burung sambarana ara / ampie tkt. ije
uras aka / bagian matei. 115. Jadi huang hunjun langit toh eka itah
ije dia tau matei sampai katahi. 116. Tagal te uluh kalonen ewen tau
haban, tau tulah malai, tau matei. 117. Amun ewen uluh kalonen
sampai eka itah hetoh, ewen dia tau mite en-en ije eka kuasa
Ranying Hatala, amun jatun tekang hambaruan bara kalunen, bele
ie tau tulah malai, haban pehe limbah iye mite tanah. 118. Awi te toh
tingang aken, pambujsng Linga Danom Jalayan, dia tau keton
mimbit ie manggau tingang into Lunuk Jayang Tingang, Baringen
Sampang Tulang Tambarirang, basa amun keton mimbit iye akan
hete, batarang iye kareh tulah mite Tingang Rangga ije Bapantung
Nyaho Batandang Runtun, awi huang kalonen jaton tingang huang
kalote.
119. Amon Bowak tulah, haban atawa matei huang eka itah
hetoh, tajaton petak eka itah mangubur iye, basa hetoh jaton bukit
pasahan Raung, Kereng Daharin Penda Lunuk, baya huang kalonen
ih aton. 120. Mahining saritan Rawing Tempun Telun kilau te, ulih
mahaseng jarang kajalahan pambujang linga danom jalayan. 121.
Kai-kai hurui mama apang, kuan Antang Pintih Panana Pinang
Kenyui Bangkang Nampuyan Haselan, harun ikei pambujang linga
mahining sarita. 122. Tapi tuh puna bajuju ih kanahuang ikei
mimbit karuhungku Bowak toh mengan tingang. 123. Kuan Rawing
Tempun Telun tinai : “ Tau keton mimbit ie mengan tingang akan
likut lewo Bukit Sua Penyang toh ih, tapi dia tau lalau kejau, ela

421
sampai mahalau telo bukit. 124. Amun keton jari hasundau dengan
burung pampulu, burung punei netei pating balawan randan, jete
ije burung Tingang tuntang burung tanjaku“. Limbah te palus ewen
balua. 125.(aton tuntunge ).

Mendirikan Mihing
(Bahasa Indonesia)
(Sahari Andung 89)

1. Zaman dahulu setelah zaman tetek tatum di Kahayan, ada


satu kampung bernama Baras, sekarang disebut orang Kaleka Lewu
Baras. Karena sudah ditinggalkan orang. 2. Sekarang namanya
adalah desa Tumbang Niwan, masuk kecamatan Kurun, kewedanaan
Kurun Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. 3. Zaman itu kampung
Baras merupakan dua tempat yang berseberangan, tetapi tempat
kepala kampung tinggal yaitu kampung sebelah kanan mudik.
4. Waktu zaman itu, kampung Baras adalah kampung yang
besar dan ramai karena banyak orang tinggal di situ ditambah lagi
berseberangan. 5. Nama kepala kampung yang memerintah dua
kampung itu adalah Temanggung Caca. 6. Temanggung Caca itu
adalah kepala kampung yang sangat terkenal karena ia sangat berani,
kaya, pintar, dan bijaksana serta bisa melindungi segenap masyarakat
kampung bila terjadi perang (asang). Dia bisa mengalahkan
penyerang itu sehingga masyarakat kampung merasa aman. 7. Begitu
juga dia sering menolong banyak kampung sekelilingnya dari banyak
bahaya. 8. Begitulah Tamanggung Caca itu sangat dihargai dan
dihormati segenap orang banyak.
9. Temanggung Caca juga mempunyai banyak asisten dengan
budaknya, juga dia bisa berteman sampai-sampai pembantunya yang
sedemikian banyak tidak satu orangpun yang mau berpisah
dengannya. 10. Karena pembantunya sangat banyak maka
Tamanggung Caca membagi segala pekerjaan untuk para
pembantunya itu sesuai keahliaan dan kesanggupannya: Berapa
orang bertugas berladang, beberapa orang bertugas berburu /
mencari ikan, beberapa orang memelihara sapi kerbau, beberapa
orang memelihara ayam/ itik, beberapa orang memelihara babi. 11.
Dari para pembantunya yang memelihara babi ada seseorang wanita
janda yang anaknya bernama Bowak. 12. Jadi ibu Bowak dan
anaknya itu disuruh oleh Temanggung Caca memelihara babi
ditempat yang tidak jauh dari kampung, 13. yaitu tempat yang
bernama Lawang. Dibelakang kampung Baras yang di sebelah kiri

89 Karangan ini, dengan persetujuan sdr. Sahari Andung, dimasukkan dalam


buku Maneser Panatau Tatu Hiang. Palangka Raya, 11 Mei 1966.
422
mudik. 14. Disitu sudah dibangun gubuk yang cukup besarnya dan
kuatnya tempat ibu Bowak dan anaknya tinggal. 15. Setiap hari ibu
Bowak selalu mencari kujang atau keladi untuk makan babi bersama
anaknya sambil mencari kayu untuk kayu bakar, dengan Bowak
setiap hari juga mengiris keladi itu kemudian dimasak, pada pagi dan
sore ia memberi makan babi bersama ibunya. 16. Selalu itu pekerjaan
ibu Bowak setiap hari.
17. Suatu hari waktu mengiris keladi Bowak teringat cerita
keberanian tuannya Temanggung Caca yang beberapa kali menahan
kampung dari amukan penyerang, sehingga tidak ada seorangpun
meninggal dan penyerang itu berlari tercerai berai kesana kemari,
sehingga timbul perasaan geregetan waktu mengiris keladi sambil
menyebut-nyebut Nasang Burung Tinggang dia Bahelang Andau,
Nganjit meto ayun baputi dia pandang alamat. 18. Begitu tandak
Bowak itu mengulang kata-kata itu terus menerus.
19. Sudah beberapa tahun mereka berdua ibunya tinggal disitu
sampai (gehat enyoh) semua berbuah. Dengan babi mereka berdua
ibunya sangat berhasil, sehingga Temanggung caca gembira dan bisa
sekali akrab dengan Bowak dan ibunya.
20 Suatu hari di awal bulan tujuh, Bowak sesudah sarapan pagi
memulai mengiris keladi. Dengan ibunya pergi juga memotong keladi
dan langsung mencari kayu bakar untuk memasak makan babi
mereka berdua. 21. Saat mengiris keladi langsung Bowak
melantunkan lagi seperti kebiasaannya setiap hari 22. lalu tandak
Bowak itu sehingga sanggup terdengar ke atas langit, terdengar oleh
Sahawung Bulau Tempun Buang Penyang, Anju Bahani Batiruh
Mendeng dan Rawing Tempun Telun, Rumbah Habarun Bulau Uluh
Batang Danom Jalayan Dohong Labehu Pali Ngatimbung Tambun.
( langit ke empat ) 23. masuk daerah Lewu telu ije kalabuan
Tingang, Rundung Epat due Katahurung Talawang.
24. Karena tandak Bowak itu sangat mendirikan telinga
Sahawung dan Tempun Telun bersama berkata : Apakah engkau ada
mendengar tandak orang di dunia yang menceritakan keberanian
sampai menyembeleh (Menjagal) burung Enggang tidak berantara
hari sangat binatang punya putih tiap kemarau kalaman?. 25 Jawab
Rawing Tempun Telun ada kudengar karungut satu karungkung.
Banyak saja orang dunia yang berani Sintel Namnan Batun
Karangan Danom Hanyo Manjiret Namunan Pakanan Pinang Juga
belum ada menceritakan keberanian yang menyembeleh burung
Tingang tidak berhelat hari, sangat binatang punya putih tiap
kemarau Kalaman.
26. Kata Sahawung : Apa karangkan Lingum Karuhung,
Karangan Lingungku Karuhung untuk tinggang musang hadurut
lunuk nang turung baring tandak juga akan membawa dia kelewu

423
telo ije kalabuan tingang rundung epat due katahurung talawang
sampai nanturung lewu bukit sua penyang kata Rawing Tempun
Telun. 27. Sesudah kata Rawing Tempun Telun seperti itu maka
Sahawung membersihkan papan talawang dengan Tingan Nusang
Hadurut Lunuk. 28. Sampai kampunan ambun tiga puluh, disitu
Sahawung menegakkan kuping mendengar bunyi tandak itu memang
kangkarungut (melagu) saja tandak Bowak itu tidak berantara. 29.
Segera Sahawung nusang papan talawang naruntung bahing
tandak itu.
30. Tidak berapa lama Sahawung sampai tambuan gubuk
Bowak dan ibunya, ia merendah terus merendah sampai berhenti
bergantung di tempat bunga pinang, dari situ ia melihat yang diiris
Bowak itu bukan burung Enggang tetapi keladi saja. 31. Tetapi bunyi
tandak Bowak itu memang terus menerus saja tidak berhelat bunyi
itu bolak balik bunyi itu saja. 32. Begitu lama maka Sahawung turun
ke tanah berjalan-jalan di depan Bawok yang sedang mengiris keladi
itu. 33. Bowak mengangkat mata ke depan kemudian dia melihat
seorang lelaki yang sangat tampan berdiri di depan tempat ia
mengiris keladi itu yang tidak ia kenal sehingga ia berhenti bernyanyi.
34. Sahawung langsung mendekat ia dan berkata : “ Apa sedang
mengiris Enggang keponakan ? “. 35 Jawab Bowak : mengiris keladi
untuk makan babi kami berdua ibu. 36. Kenapa Enggang kemenakan
selalu menyanyi menyebut Nasang Burung Tingang Dia Bahelang
Andau, Nyangit meto ayun baputi tiap pandang kalaman? “. 37
Jawab Bowak : “ Karena aku ingat cerita keberanian tuanku
Tamanggung Caca yang beberapa kali menahan kampung dari
amukan penyerang, sehingga timbul semangatku mengiris keladi ini
“. 38. Kata Sahawung lagi maukah kau ikut aku ?, jawab Bowak mau
saja paman, tapi tunggu ibu saya datang mencari keladi. “ Kata
Sahawung lagi tidak apa-apa Tingang keponakan. 39. Mendengar itu
segera Bowak melepaskan pisau berdiri mengikuti Sahawung. 40
Tidak beberapa jauh tiba-tiba Bowak melihat Rasang Papan
telawang di depan mereka berdua. Sampai papan telawang itu
Sahawung menyuruh Bowak naik ke tengah dan duduk kuat-kuat. 41.
Bowak menurut.
42. Sahawung naik juga. 43. Sebelum berangkat Sahawung
memesan Bowak katanya : “ Segala sesuatu yang kamu lihat nanti
jangan engkau tegur, aku hanya bisa memberi tahukan padamu. 44.
Kemudian Lasang Papan Telawang itu segera berangkat. 45. Baru
mereka terbang maka terlihat Bowak ibunya sedang memotong
keladi, 46. Bowak berkata : “ Itu ibu saya paman yang sedang
memotong keladi, kita berhenti sebentar aku mengatakan
perjalananku ikut paman. 47. Kata Sahawung menjawab tidak apa-
apa saja dengan Enggang keponakan, perjalanan kita tidak lama. 48.

424
Karena lasang itu sangat cepat sehingga ibu Bowak sudah tidak
kelihatan lagi. 49. Segera mereka berdua ke atas terus ke atas dan
tidak berapa lama mereka berdua masuk tempat seperti lubang (
rakung ) tetapi besar ( manipeng ewang pantar ).
50. Kemudian sampai tasik, terusan, membuat Bowak sangat
heran melihat banyaknya tasik, terusan, kayu, bukit, dan lain-lain
semua bagus sekali nampaknya. Dia tidak berani bertanya apa nama
tasik, terusan bukit dan lain-lain, karena ia lalu ingat pesan paman
tadi. 51. Mereka berdua sampai suatu kampung yang dikatakan
Sahawung. 52. katanya ini Bowak Lewu Kaleka Batun Nindan
Tarung, Liang Angkar Bantilung Nyaring. 53. Tidak lama kemudian
dari situ segera mereka berdua berhenti disatu kampung yang tidak
terkira besarnya dan ramainya. 54. Lasang itu berhenti di atas saja.
55. Sahawung segera melompat ke tanah dan berkata : Kamu
Enggang keponakan jangan pergi dulu. 56. Tidak lama setelah
Sahawung lompat datang tiga orang perempuan mendekati sepasang
papan telawang. 57. Seorang dari mereka berkata berdiri kamu
Tingang keponakan, disini aku menggendong kamu. Mendengar itu
Bowak segera berdiri menghampiri perempuan itu kemudian
perempuan itu menggendong Bowak seperti menggendong anak kecil
saja. 58. Mereka bertiga itu membawa ia ke satu telaga, di situ ia
dimandikan, sedikit bersih terus menukar pakaian Bowak, kemudian
mengoleskan tanah di dadanya.
59. Sudah bersih pekerjaan mereka bertiga disitu baru Bowak di
antar ke Balai Palangka Nahalambang Tambun, Salibayung Antang
Manutu penyang balai kepunyaan Rawin Tempun Telun. 60. Disitu
sudah banyak orang berkumpul, tua, muda, perempuan laki-laki yang
ingin berjumpa dengan manusia. 61. Sesampai di balai itu Bowak
disuguhi makanan. Sesudah makan dia dioles dengan darah hidup
bercampur beras padi nyangen Tingang, diikatkan Lamiang Bua
Garing Belum, natisang bakang haselan tingang. 62. Sesudah
bersih pekerjaan mereka supaya Bowak naik lewo bukit Sua Penyang
/ Lewo telo ije kalabuan tenggang, rundung epat due, katahurung
talawang. Tidak bisa tulah malai. Sudah bersih pekerjaan orang
banyak, Bowak disuruh kawin. Tempun Telun duduk di tengah balai,
orang banyak mengelilingi dia. Kemudian Tempun Telun bertanya
padanya : “ Kami Lewu Telu Ije Kalabuan Tingang Rundung Epat
due katahurung Telawang sudah mendengar nyanyian kerungutmu
(sinde mananteng panapakan bengkel kami dengan karuhung
Sahawung Bulau tempon Buang Penyang. 63. Yang mengatakan
kamu sanggup menyembeleh burung Enggang tidak berhelat 90 hari,
nyangit meto ayun baputi tiap kemarau kalaman, dari mana kamu

90
Terus menerus tanpa henti
425
mendapat burung Tinggang yang begitu banyak ?. 64. Jawab Bowak,
itu cuman nyanyianku saja paman, tetapi yang saya iris itu memang
keladi saja. Untuk makan babi kami. 65. Kenapa kamu menyebut
kujang itu menjadi burung Tinggang ? 66. Jawab Bowak : Pertama-
tama aku bernyanyi seperti itu karena aku mengiris keladi yang
sangat banyak oleh aku sendiri saja. Ibu selalu memotong keladi dan
mencari kayu bakarnya, sehingga spontan saja kuhitung keberanian
tuanku Temanggung Caca yang sanggup menahan amuk menyerang
kampung kami berkali-kali. Sehingga tidak ada orang kampung yang
mati, penyerang lari, tercerai berai kesana kemari. Sehingga seperti
itu menimbulkan semangatku mengiris keladi itu. Sehingga spontan
timbul nyanyian itu menyebut “Manasang… “. 67. Karena
nyanyianku seperti itu aku sangat senang bekerja dengan menyanyi
seperti itu, oleh sebab itu kalau aku mengiris kujang selalu aku
menyanyikan seperti itu berulang-ulang kata itu saja. Juga arti
nyanyianku itu tidak kuketahui juga. 68 Setelah Bowak menceritakan
asal muasal sampai ia bernyanyi seperti itu untuk orang banyak maka
Rawing Tempun Telun berkata lagi kepada orang banyak : Ini
manusia ada ikut kita di kampung tiga ini. Karena itu kita sama-sama
memelihara dia, jangan kalian membawa dia sembarangan kalau
tidak tanya dahulu dengan kami berdua Sahawung.
69. Karena manusia ini mereka bisa mati, tulah malai
menderita sakit penyakit, karena mereka ini tidak berisi tanah
kasambuyan, tidak berdarah air Kaharingan, tidak bernafas untung
panjang, lain dengan kita di pantai Sangiang, karena itu kita harus
berhati-hati. Kemudian Bowak dibawa oleh Sahawung bertamu ke
balainya yaitu Balai Entas Takaruan Tambang, Sali Undik
Tapajakan Salunga. 70. Setelah sampai balai itu Bowak heran karena
balai itu tidak bertangga. Melihat Sahawung loncat, Bowak juga
melambungkan dirinya tapi tidak bisa sampai karena balai tersebut
memang tinggi. 71. Melihat itu Sahawung menumpahkan Bangkang
Haselan Tingang ke atas kepala Bowak, sesudah itu Bowak
melambungkan dirinya lagi baru bisa naik balai itu. 72. Disitu Bowak
tinggal hari itu berbicara dengan para pemuda kampung Telo. 73.
Macam-macam saja pembicaraan mereka mengenai kehidupan di
dunia manusia. Bowak menceritakan seperti sebenarnya juga
menurut pengetahuannya. 74. Tapi pemuda kampung Telo tidak
terlalu mengharap cerita Bowak itu kalau tidak mereka melihat
sebenarnya. 75. Sesudah mereka berbicara mereka membawa Bowak
lagi bertamu ke tempat mereka. Tempat bukang barendeng dia
impun lawu tempat antang pintih panana pinang, kenjui bangkang
nampuyan haselan, tempat burung Lingu kanyumping linga dan
tempat manyamei hatuen sangiang dan lain-lain. 76. Karena itu
maka Bowak banyak juga berkenalan dengan pemuda kampung Telo

426
dan dengan anak-anak yang sepantar dengan dia. 77. Sehingga enak
saja bertamu kesana kemari di kampung itu. 78. Juga karena orang
kampung itu memang tahu suka dengan dia. 79. Dalam perjalanan
bertamu seperti itu bersama mereka, Bowak melihat keindahan
segala sesuatu di kampung itu, yang semua mengherankan rupanya
juga sangat indah sekali, yang di dunia memang tidak seperti itu. 80.
Sering juga Bowak bertanya dengan mereka yang bersama dia
berjalan tetapi mereka menjawab: tidak berani kami mengatakan
untukmu karena dilarang Sahawung. 81. Cuma kamu boleh melihat
saja dan kamu artikan sendiri. 82. Selama mereka berbicara selalu
mereka memuji keberanian Bowak yang dapat menyembeleh burung
Tingang tidak berhelat hari, walau Bowak sudah menceritakan bahwa
yang diiris itu bukan Enggang, tetapi keladi. 83. Tetapi kelihatannya
mereka kurang menanggapi benar cerita Bowak itu, seperti begitu
terus omongan mereka terus hari itu.
84. Hari sore Bowak mereka antar ke tempat Sahawung supaya
bermalam disitu. 85. Malam sudah tengah malam saat Sahawung
dan Bowak duduk berbicara di tengah Balai. 86. Tiba-tiba mereka
berdua merasakan bau gaharu berputar sama sekali di dalam balai.
87. Merasa bau tersebut segera Sahawung berkata Panjung Bulan
Betou Tanjung, eka kajan bawi tingang nyara gantung lunuk,
pandang isen tamuei habinei tambun manyabilui baras, hetoh
purun buang riap-riap dare eka bawin tingang lingga ngekei
renteng, amak tantawa ringki-ringkin tabuhi jampenan tambun
ayah marau bahinge. 88. Sesudah berkata seperti itu, segera Bowak
melihat tujuh perempuan yang sama cantiknya. 89. Mereka bertujuh
itu sama-sama duduk menyipa. 90. Kemudian Sahawung bertanya
kepada mereka bertujuh , kemana perjalanan kalian bawi sintung uju
jari matang balai entas takaruan tambang, nindan Sali Undik
tapajakang salunga : siapa hajajakan bitin keton bara pantai
danom kalonen. Ngumban aran keton bahanjung lunuk kampung
bunu. 91. Jawab mereka bertujuh : Dia isek manas ekam tingang
nyahe sahawong bulau tempon buang penyang, kami bawi sintung
tujuh ini kalabuan daring tamanggung caca, balua lewu hila taweh
dare bahanjung rundung nahapantun salingkat, kami bertujuh ini
disuruh menyisir pantai danom sangiang mencari Bowak yang
tiba-tiba lenyap tidak diketahui manusia kemana perginya. Ibunya
selalu meneteskan air mata mencari anaknya Bowak bersama orang
banyak sudah pergi ke hutan, mendayung ke hulu ke hilir mencari.
92. Oleh karena itu ini Tingang agar anda mengantar Bowak ini cepat
ke dunia. 93. Mendengar itu Sahawung berkata, tidak apa-apa bulan
betau, Bowak ikut saya/kami kampung telo ije kalabuan tingang,
rundung epat due katahurung talawang. 94. Kalian katakan saja
pada Tamanggung Caca dan ibu Bowak jangan ia sakit hati . Dalam

427
ketujuh hari nanti, aku antar dia pulang ke dunia. 95. Mereka
bertujuh berkata bagaimana manusia tahu janji orang Tingang itu .
96. Mendengar itu Sahawung mengambil beras dibungkus yang
dibawa mereka bertujuh itu dan berkata ini beras dibungkus
bungkusan timpung , kalau sampai dunia nanti ditukar dengan punya
manusia dengan ini, agar manusia tahu bahwa Bowak ini tidak mati
dan ada bersama kami di Kampung Telo. 97. Sesudah mendengar
kata Sahawung, mereka bertujuh beranjak ke depan pintu langsung
lenyap dari penglihatan Bowak. 98. Bukan main keheranan Bowak
dengan mereka bertujuh itu karena menurut ingatannya tidak ada
perempuan di kampung Baras yang seperti itu cantiknya. Oleh
keheranannya itu lalu ia bertanya pada sahawung siapa mereka
bertujuh itu tadi paman? 99. jawab Sahawung mereka bertujuh itu
adalah putir bawin tawur karena beras yang ditabur oleh
Temanggung Caca mencari kamu. 100. Baru Bowak mengerti arti
orang yang menabur biasanya. Sesudah itu bowak tidur saja.
101. Pagi hari lagi Bowak bangun, para pemuda sudah
menunggu banyak di dalam balai. 102. Bowak sudah mandi
membersihkan dirinya lalu para pemuda membawa Bowak ke tempat
Rawin Tempun Telun. Mereka bersama-sama berangkat. 103. Sampai
di tempat Rawin Tempun Telun mereka masuk ke dalam Balai
Palangka Naha Lambang Tambun Sali Bayung Antang Nahutu
Penyang. 104. Tempun Telun mempersilahkan mereka. 105. Mereka
masuk ke dalam balai bersama-sama duduk. 106. Rawin Tempun
Telun bertanya kemana perjalanan kalian ke balai palangka
Mahalambang Tambun, Nindan Sali Buyung Antang Nahutu
Penyang pagi-pagi seperti ini. 107. Jawab pemuda yang bernama
Antang pintih Panana Pinang Pangkang Nampuyan Haselan apa
yang paman tanya? Ada keinginan kami mau mengajak Bowak ini
berburu Enggang di lunuk jayang tingang, Baringen Sempeng Tulang
Tambarirang. Dimana tempat tingang rangga pepantung nyahu
batandaung runtun, karena Bowak memang pemberani tidak
tanggung, tanggung dapat menyembeleh burung Tinggang tidak helat
hari, nyangit meto… , sehingga supaya Bowak melihat burung
Tingang milik pantai sangiang ini. 108. Mendengar kata mereka,
Rawing Tempun Telun berkata kalian Tingang, keponakan para
pemuda, kalian mendengar ceritaku ini. 109. Bahwa dulu di
Kampung Telo ini ada tiga orang bersaudara kandung 110. yaitu
Maharaja Sangen, Maharaja Sangiang, Maharaja Buno. 111. Maharaja
Sangen itu nenek moyang saya dan Sahawung. Maharaja Sangiang itu
nenek moyang karuhung Mantir Mama Luhing dan Maharaja Buno
itu nenek moyang manusia di bumi, yaitu nenek moyang Bowak ini.
112. Penyebab Maharaja Buno diturunkan oleh Ranying Hatala ke
dunia karena isteri Maharaja Buno itu manusia yang bisa mati,

428
karena ia berisi tanah tidak tanah kasambuyan, berdarah air bukan
air kaharingan. Bernafas angin bukan angin untung aseng panjang.
Karena di atas langit ini tidak ada tempat orang bisa mati, tidak ada
karena tempat mengubur jenazah manusia. Tidak ada angin tempat
bau busuk mayat manusia. Karena itu Maharaja Buno dan isterinya
diturunkan ke dunia, Luwuk kampung Buno . 113. Kalau sebutan
sangen lewo injam tingang, rundung nasih burung. 114. Karena
dunia itu memang sudah dibuat/disediakan oleh Ranying Hatala
untuk tempat manusia, tempat binatang burung sambarana
nama/bentuknya dan lain-lain. Yang semuanya untuk/akan mati. 115.
Jadi di atas langit ini tempat kita yang tidak bisa mati sampai selama-
lamanya. 116. Untuk itu manusia mereka bisa sakit, bisa tulah malai,
bisa mati. 117. Kalau mereka manusia sampai tempat kita sini,
mereka tidak bisa melihat hal-hal yang tempat kuasa Ranying
Hatala. Kalau tidak ada kekuatan roh dari manusia supaya ia bisa
tulak malai, haban sakit, sesudah ia melihatnya. 118. Oleh sebab itu
Tingang keponakan, para pemuda tidak bisa kalian membawa dia
berburu tingang di lunuk jayang tingang… karena kalau kalian
membawa dia kesitu dia nanti tulah melihat tinggang rangga …karena
dalam manusia tidak ada tingang seperti itu. Kalau
119. Bowak tulak sakit atau mati ditempat kita ini maka tidak
ada tanah tempat kita mengubur dia karena disini tidak ada bukit
haasarang Raung, kereng daharing penda lunuk, Cuma di dunia saja
ada. 120. Mendengar cerita Rawing Tempon Telo seperti itu, bisa
bernafas jarang para pemuda : 120. begitukah ceritanya paman ? kata
Antang Bintik Panana Pinang. Baru kami pemuda mendengar
ceritanya. 122. Tapi ini memang keterusan saja keinginan kami
membawa Bowak untuk berburu tinggang. 123. Kata Rawing Tempun
Telun lagi bisa kalian membawa dia berburu tingang kebelakang
kampung bukit sua penyang ini saja tetapi tidak boleh terlalu jauh.
Jangan sampai melalui tiga bukit. 124. Kalau kalian sudah bertemu
dengan burung pampulu, burung punai netei, pating balawan randan,
itu satu burung Tingang dengan burung Tangkuju. Sesudah itu
mereka keluar 125. ( bersambung )

Tamparan Sanaman Mantikei


(Bahasa Dayak)

1.Metoh sawan Dandan Kahayan manumon kuan belahe uluh


bakas, jete ije manjadi aran sungei Kahayan, mimbit arepe tingkat
ije kadue ie midam bawoi himba kilau helo te kea. 2. Te Dandan
Kahayan mimbit aso mandop. 3. Hong saran tanae, aso te
mangang, ie mangguange tuntang mite bawoi te hai toto. 4. “
Katungau Rajan Bawoi “ . 5. Imuno bawoi te. 6. Buah, bahimang,
429
badaha. 7. Bawoi te muat bara hete manamput himang, limbah te
manahan, kea tahan jajat. 8. Handau te jandau-jandau, hamalem je
male-malem bawoi te magon miar, aso magun manuntut. 9.
Dandan Kahayan magon manyak. 10. Lepah Hulu Kahayan, hulu
Malahui, hulu Mambaruh, Mantaya, Saruyan, mules tinai manintu
hulu Katingan palus Samba. 11. Daha pirit-piritai batusuh hete-hete,
magun dia tau matei. 12. Tapi kajariae bawoi te matei hong Kereng
Gambir, hong hulu Bae Lampung tuntang Jangkang. ( Bae
Lampung Sampang sungei Koro - tuntang sungei Koro te sampang
sungei Mantikei, sungei Mantikei sampang sungei Samba, sungei
Samba sampang sungei Katingan - Mandawai ). 13. Ie dahan
Katungau Rajan Bawoi te saloh manjadi sanaman. 14. Hong kueh
eka daha batusuh, hete aton batu sanaman. 15. Eka karam hatun
bawoi hong hulu Bae Lampung te manjadi batu sanaman karam.
16. Himang je awi sanaman karam te, alohe kurik bewei, manjadi
maram. 17. Isi maram batutuh batutuh kajarie mesti matei. 18.
Pepet halamantek, piket, nyamok, rangit hetemanjadi baluyong,
baha kasebang, ije dia taratatamba, mesti matei awie. 19. Bara
horan palus toh uluh mikeh eka te. 20. Baya Sempong Amai Bungai
uluh tetek tatum huran iye ije biti ih ije aton mingkes sanaman bara
eka te, ije tada. 21. Biti kabuat dia olihe kea tapi iye jari balaku
dohop dengan taloh ie te anyaring tuntang Kalue. 22. Uju biti jipen
Sempong te matei jalanan te, matei awi pepet nyamok, rangit,
langau, piket. 23. Sanaman te inampae manjadi sangguh sipet, tapi
baya Nyaring ewen ndue Kalue ih ije bahanyi manungkal akae. 24.
Uluh beken uras dia bahanyi. 25. Awi auh Bungai hong tetek tatum
bahut, amun ie mansuman pakakase kalahi te akan musuh ije
inyewut “ Tap “ atau “ Natum “ jete :
26. Ponyondow liow Sepong tataw.
27. Omat Jakarang Kotat Ohang sungei Jangkang.
28 Omat Osin Koron Kambin.
29. Omat Sikoh sandoi tiroh.
30. Puput kalue tukon tusoi.
31. Tasan Nyaring hureng baui.
32. Monoo rawang pangorop turang.
33. Ico poon tawas, duo uhat bapatut.
34. Duo poon tawas, mah rasa maso juan juto.
35. Sanaman ije tau uluh beken, tahu uluh bahut manduae, dia into
hete malengkan hong batang sungei Koro anak Mantikei hila sambil
murik tuntang huang sungei Jangkang- Mantikei Ngaju. 36.
Sanaman ije imungkal bara hete, iete inyewut Sanaman Mantikei.
37. Sanaman Mantikei jete ije inampa manjadi mandau, ije batatah
tuntang sanaman te balemu, mandau tau ilantik atawae ingaluk.
38. Mandau ije inampa bara sanaman mantikei bahut inyewut “

430
Pisau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau Mandau “. 39.
Sanaman Mantikei te , bilak uras utus Dayak katawan hong
Kapuas, Kahayan, Katingan, Seruyan, Arut, Lemandau, Jelai,
Kumai Barito.
40. Akan mampingat aran te , awi Gubernur Kepala Daerah
Kalimantan Tengah Tjilik Riwut, jadi inenga aran akan
Perkampungan Pelajar Palangka Raya “ Perkampungan Pelajar
Sanaman Mantikei. 41. Tinai into tumbang Sungei Mantikei te,
sampai wayah toh aton ije mariam hai, en jete ain eweh, magon
inggau kesah asale.

Asal Usul Sanaman Mantikei


(Bahasa Indonesia)

Menurut cerita sebagian orang-orang tua, nama sungai


Kahayan yang letaknya di daerah Kalimantan Tengah, diambil dari
nama Dandan Kahayan, seorang penduduk yang hidup di tepi sungai
tersebut di masa yang telah lalu. Ketika istri Dandan Kahayan sedang
hamil anak kedua, pada kehamilan bulan pertama seperti yang
sudah-sudah, lagi-lagi ia mengidam babi hutan. Untuk memenuhi
permintaan istrinya, Dandan Kahayan pergi ke hutan, berburu babi
hutan diikuti anjing-anjingnya . Sampai di tepi ladang, terdengar
ramai suara salak anjing-anjing miliknya yang sekonyong-konyong
lari mendahuluinya. Seketika pandangan Dandan Kahayan tertuju ke
arah suara ramai salak anjing. Dandan Kahayan terkesima
menyaksikan di depan matanya Katungau Rajan Bawui yaitu babi
yang berukuran raksasa, lari terbirit-birit dikejar anjing buruannya.
Pelahan tapi pasti, Dandan Kahayan mengarahkan tombaknya ke
arah babi yang sedang kebingunan dan tombak tepat mengena arah
yang dituju. Darah bercucuran keluar dari luka akibat tombak
Dandan Kahayan, namun babi tidak mati, tetap berlari membawa
lukanya yang bercucuran darah. Sekalipun darah bercucuran bagai
air mengalir, Katungau Rajan Bawui tetap berlari berusaha
menyelamatkan dirinya. Begitu juga Dandan Kahayan bersama
anjing-anjing buruannya tetap mengejar dan mengikuti kemanapun
Katungau Rajan bawui berlari. Katungau Rajan Bawui berlari satu
hari satu malam tanpa beristirahat menuju hulu Kahayan, terus ke
hulu Malahui, hulu Mambaruh, Mantaya, Saruyan, kembali lagi
menuju hulu Katingan lalu ke Samba. Namun akhirnya Katungau
Rajan Bawui tergeletak dan mati di Kereng Gambir hulu Bae
431
Lampung dan Jangkang. (Bae Lampung persimpangan sungai Koro,
sungai Koro persimpangan sungai Mantikei, sungai Mantikei
persimpangan sungai Samba, sungai Samba persimpangan sungai
Katingan Mandawai). 91
Tetesan darah yang keluar dari tubuh Katungau Rajan Bawui
menjelma menjadi besi. Mayat babi yang membusuk menjelma
menjadi besi busuk. Terluka karena besi busuk walau sekecil apapun
berakibat luka membusuk dan akhirnya membawa kematian. Segala
jenis serangga yang ditemukan di daerah tersebut menjadi serangga
yang mematikan, bila digigit serangga di daerah tempat mayat
Katungau Rajan Bawui ditemukan maka bekas gigitannya jadi bisul
baha kasabang tak terobati, akhirnya kematian terjadi. Sejak dulu
hingga sekarang orang takut pada tempat itu. Karena keampuhan
besi busuk tersebut maka tidak sembarang orang berani memiliki
ataupun menyimpannya. Menurut tetek tatum hanya seorang yang
bernama Sempong Amai Bungai yang berani menyimpan dan
memilikinya untuk dijadikan sangguh sipet yaitu ujung mata sumpit.
Nyaring dan Kalue, dua makhluk halus telah menolong Sempong
Amai Bungai sehingga ia mempunyai kekuatan memiliki dan
menyimpan besi busuk yang sangat mematikan tersebut. Untuk
mendapatkannya pun ia harus kehilangan tujuh orang jipen (budak)
yang meninggal karena disengat tawon dalam perjalanan menuju Bae
Lampung tempat besi busuk ditemukan. Dalam tetek tatum
disebutkan bahwa apabila Sempong Amai Bungai mengatakan
tentang senjata perangnya kepada musuh disebut Tap atau Natum
yaitu :
Ponyondow liow Sepong tataw
Omat Jakarang Kotat Ohang sungei Jangkang
Omat Osin Koron Kambin.
Omat Sikoh Sandoi tiroh
Puput kalue tukon tusoi
Tasan Nyaring hureng baui.
Manoo rawang pangorop turang
Ico poon tawas, duo uhat bapatut.
Duo poon tawas, mah rasa maso juan juto.
Disamping itu, dikenal pula sejenis besi yang sifatnya lentur hingga
dapat dibengkak-bengkokkan apabila dibuat mandau. Nama besi
tersebut adalah Sanaman Mantikei. Diyakini bahwa besi tersebut
berasal dari cucuran darah Katungau Rajan Bawoi yang terluka
karena tombak Dandan Kahayan. Biasanya mandau bertatah atau
berukir yang dibuat dari besi sanaman mantikei disebut Pisau

91
catatan : Di muara sungai Mantikei ditemukan meriam berukuran besar,
belum diketahui siapa pemiliknya.
432
Ambang Birang Bitang Pono Ayun Kayau Mandau. Bagi Suku Dayak,
mandau Sanaman Mantikei sangat dikenal, oleh karena itu di masa
Tjilik Riwut menjabat sebagai Gubernur Kepala Daerah Propinsi
Kalimantan Tengah, beliau memberi nama Perkampungan Pelajar
Sanaman Mantikei untuk perkampungan pelajar Palangka Raya.

Lewun Uluh Gaib hong Pakahi


(Bahasa Dayak)

1. Huran aton uluh hatue bagare Tuhan atawa pak Manyang


( bara aran anake Manyang ). 2. Ie uluh Katingan bara Lowok
manahi hong Mandawai omba Haji Halit awi tempu utang. 3. Pehe
kea mea basa ie uluh Katingan hinje dengan uluh masih. 4. Beken
kea angat nyangkelang uras uluh Tumbang. 5. Te sinde alem ie
suni-suni mamuat ramu misut-misut. 6. Jari hong kabenyem uluh
ambu alem, ie balua huma dengan jatun uluh ije biti katawae. 7. Ie
murik manamput jukung oloh. Murik besei karas, sampai andau
sawah. 8. Amun sawah andau, te tame sungei ie manyahukan
arepe mikeh uluh mangguang ie bara Mandawai. 9. Kaput andau
murik ie, ije male-malem. 10. Metoh ie sampai buntu-buntut
Tanjung Pakahi, salenga hining auh uluh are ngaju sasar ngaju
kabe gita lewun oloh. 11. Hai lewu te, uluh are. 12. Hengan Tuhan,
pak Manyang basa bahut jatun puji atun lewun hete. 13. Tapi jatun
sala puna jete lewun oloh. 14. Batang talian uluh bara retei. 15. Ie
tende lompat, mite karatak mangancang sama kilau lewun itah
Katingan bahut ih, tapi uluh jatun ije biti ie kasene. 16. Uluh hete
bajenta, malus uluh iye lumpat huma, nyarungan uluh . 17. Kuman
belum mangat hete kilau eka sama arep ih.
18. Tahi ie melai hete, andau kaput, balawa, malan, bagawi,
malauk, mambilis, nguan jajawet jaweta, sama kilau bahut ih. 19.
Tahi ie hete ie adu uluh masawe. Kabuahekawin buah-buah kilau
hadat uluh are. 20. Tahi angat mea ie melai lewu Pakahi te. 21. Te
sinde ie masuman akan sawae handak murik maja eka sulak hong
Lowok toh. 22. Dia kea sawae mangahana ie . 23. Amon ie handak
batulak sawae bahata ie dengan uju kalawas pulut tuntang behas
bahatae tinai ranjung basilip nyuang randang. 24. Kalute te murik
kabuat jatun usah barapi en-en karana atun bahata pulut uju
kalawas te, kuman jete ih ie. 25. Kalute hante-hante gawi, amon ie
balau koman bara huang lawas te sampai lepah. 26. Taraingat
randang hong ranjungbasilip ndau.Ukei, hengan toto ie, karana
gitae uras bua lawangan. 27. I nantinge manganae batisa ije
kabawak. 27. Jete kinae, ingkeme mangat toto. 28. Dia samasinde
bua lawangan bahut. 29. Beken haliai toto jete wadai ije mangat.
30. Metoh ie sampai lewu Lowok, uluh paham hengan, basa uluh
433
madu ie tahi jari matei. 31. Tapi Tuhan atawa pak Manyang akan
uluh horoi ie tahi jaton karana tahi melai huang Pakahi. 32.
Banyelo-nyelo kea ie melai huang Lowok, tapi ie manampara laya-
layau. 33. Hakutak, hapander kabuate, kanateke sangit kabuat, tapi
auh kilau jaka aton dengae hakotak. 34. Ie mambesei kabuat bara
haluan tapi arut magun mujur ih, kilau jaka aton uluh mangamburi.
35. Koan oloh, sawae uluh gaib hong Pakahi te, jete denga hapander
te, jete kea dengae mambesei, mangamburi akae, baya uluh beken
dia mite tapi ie gita. 36. Hong ampi laya-layau tumon te ie metei
hong Lowok. ( Lowok Penda ekan).

Perkampungan Makhluk Halus di Pakahi


(Bahasa Indonesia)

Dulu di masa yang telah lalu ada seorang laki-laki bernama


Tuhan atau pak Manyang (tradisi Suku Dayak di Kalimantan Tengah,
apabila telah menikah dan mempunyai anak, nama anak pertama
entah laki atau perempuan akan menjadi nama panggilan selanjutnya
bagi ayah dan ibunya. Misalnya Tjilik Riwut, putri pertamanya Enon
maka Tjilik Riwut lebih populer dengan nama panggilan Bapa Enon,
begitu juga dengan ibu Tjilik Riwut, lebih populer dipanggil Indu
Enon). Pak Manyang berasal dari daerah Katingan kampung Lowok
Manahi, ia tinggal di rumah haji Halit di daerah Mandawai. Sesuai
traadisi yang ada dimasyarakat saat itu, karena tidak mampu
melunasi utang-utangnya, maka pak Manyang harus bekerja dirumah
haji Halit sebagai jipen ( budak akibat utang ) untuk menebus
utangnya. Dilingkungan barunya ini pak Manyang gagal beradaptasi.
Suatu malam dengan diam-diam pak Manyang mengemasi barang-
barangnya pada tengah malam buta, mengendap-ngendap keluar
dari rumah haji Halit menuju kesebuah perahu entah milik siapa
untuk pergi tanpa tujuan. Khawatir kepergiannya diketahui, pak
Manyang semalaman mendayung perahunya sekuat tenaga agar
perahu melaju tak tersusulkan. Saat mata hari terbit ia bersembunyi
dan di malam hari kembali perahu dikayuhnya.
Suatu malam ketika sampai di muara Tanjung Pakahi, pak
Manyang mendengar suara ramai seolah ada kemeriahan di daerah
tersebut. Semakin dekat suara yang terdengar semakin jelas dan
perkampungan besar dijumpainya disitu, banyak orang berada di
perkampungan itu . Pak Manyang berpikir keras, dimanakah kini ia
berada karena selama ini belum pernah dijumpai perkampungan di
daerah tersebut. Berderet Batang (Pada umumnya rumah penduduk
di daerah pedalaman Kalimantan Tengah terletak ditepi sungai.
Biasanya di tepi sungai depan rumah setiap penduduk dijumpai
Batang terbuat dari gelondongan kayu yang diikat dan bilik kecil
434
dibangun dibagian ujung . Fungsi Batang semacam dermaga dan
tempat mandi, mencuci, buang air dan sebagainya ) milik penduduk
dijumpainya ditempat itu. Pak Manyang menghentikan perahunya
disebuah batang milik salah satu penduduk kampung itu dan turun
dari perahunya masuk kampung. Jalan-jalan yang dilaluinya terawat
rapi, namun tak seorang penduduk pun yang dikenalinya. Para
penduduk sangat ramah, bahkan oleh salah satu keluarga ia
dipersilahkan mampir, bahkan dijamu makanan yang sangat
menggugah selera.
Akhirnya pak Manyang menjadi salah seorang penghuni
kampung tersebut. ....dsb

Tajahan Lowok

1. Horan aton uluh bagare Dandan basa ie melai hong


Kahayan, inggare uluh ie Dandan Kahayan. 2. Sawan Dandan
Kahayan te mimbit arep tingkat ije solake, midam tingkat ije kadue
iete asal Sanaman Mantikei. 3. Midam atei bawui himba, paham
Dandan Kahayan te mandup, palus jatun ulih dinun bawui himba.
4. Ampie bihin sawae te manjadi dia sukup kidam. Bulae sampai te
luas, mite anak burung Tiong. 5. Ie inyewut arae Tiong Malianae. 6.
Anak burung Tiong te ( tidak terbaca) akan sindah Antang Taoi
hong Sepang ( Kahayan ngawa ). 7. Tahi-tahi salenga burung te
lilap, nggau jatun kumbang-kumbanga hete-hete jaton. 8. Ie inyoho
Burut Olles sewu akan Katingan toh manggau Tiong te. 9. Gau
jatun ( tidak terbaca ) jatun, ie Burut te manampa kaleka, balawu
hong hulu Hampangen.
10. Sampai toh aton kaleka lewu hong hulu Hampangan batisa kare
pulau bua ...wang hai-hai . 11. Bara eka te Burut Oles kinjap haguet
mamengan lacit batang danom Uju Lowok wayah toh. 12. Mite
petak bahalap, batang danum lumbah. 13. Kabelen ... huang handak
manampa ekae hete. 14. Jalanae haron tinai ie mandirik manehang
taloh hete akan eka lewu maneweng ije batang bantoro na hai lawin
bantorong te buah danum... lawin bantorong te huseh hulek hong
danum. 15. Te induae batang bintarong te akan indu batang
gandang . 16. Gandang ije paham katengkung auch. 17. Tahi batang
gandang te kute bewei, jatun tambite. 18. Te sinde ie nambesei mite
pulau haur gue-guet huseh. 19. Nukep, ie mite panganen hai leket
hong upon haur bahendate. 20. Ampie sulak metuh dereh haur te
lagi ujau, panganen te mukung hete. 21. Ujau te sasar batekang
panganen te bahimang awie, sasar tahi lepa lasak sila panganen te.
22. Ujau te miar kambusampai manjadi batang haur. 23.
Panganen te dia olih maliwus arepe tinai panganen te impatei awi
Burut Oles. 24. Upak te induan akan tambit gandang.
435
25. Gandang ije paham katengkung auch. 26. Amun imantu hong
hetoh, hining hong Sampaga. 27. Metuh Burut Oles te melai hete,
harue sundau burung Tiong Malianae hong Tumbang Manyo
ngawae lewo Lowok wayah toh. 28. Tiong te gaib hete, ie palus
manjadi Tajahan Tumbang Manyo “ Tajahan Sampar Barera “. 29.
Tajahan jete hantuen. 30. Sampai toh kinjap uluh mite taloh ije papa
hong eka te. 31. Ampie kilau kambing,
kanateka kilau hadangan tau kea ampie kilau asep baputi. 32. Uluh
handiai mikeh eka te. 33. Katika Burut Oles hindai are uluh hong
Katingan ngawa baya atun ije kabali uluh ije satengah olon dengan
talon. 34. Uluh te Kuntat ara, asal bara Seruyan. 35. Ie mangkalewu
hong Tasik Piawan ( tukep Petak Bahandang ) ije metoh te lagi
batang danum, tapi wayah toh ddanum Muntei aran lewu. 36. Tapi
tapian eka mandoi hong Balawan, kalute kakejau, tapi bajeleng ie
dumah kilau jaka eka mandoi te tukep huma. 37. Burut Oles te
kawin dengan anak Kuntat. 38. Te Sawae imbite melai eka hong
Lowok. 39. Ewen due te manak bawie hatue, jete asal uluh Katingan
Ngawa. 40. Burut Oles te dia matei, ie Gaib metoh anak esu malihi
lewu te, kaleka te manjadi tajahan, sampai andau toh bagare
Tajahan Lowok.

Saritan Uluh Helo

1. Hong ije kaleka lewu aton balihi due anak uluh nule. 2.
Indue bapa tahi jadi matei, uluh beken lepah dari daria hete-hete. 3.
Ije bakas te Siok Bamban arae, ije tabela dia atun tara sewut arae.
4. Sinde andau Siok Bamban te haguet mamengan, dinon burung ije
kongan, imbit buli.
5. “ Helo andi “ kuan Siok Bamban aku haguet balaku apui dengan
uluh kanih, ikau kabuatm melai buah-buah. 6. Palus ie haguet. Tapi
Siok Bamban te dia dumah, andi tunggu-tunggu naharep hantun
burung te. 7.Tunggu-tunggu jatun, te andi mantehau ie : “ O kaka
Siok Bamban burung maram dia taratinu, behas kembang dia
tararapi, lepah jelei ngutip betet. “ 8. Mmmmm” auch taloh atawa
kambe bara sandung tukep huma eka te. 9. Inaha jete auh kaka Siok
Bamban mureh ie . 10. “ O kaka Siok Bamban, burung maram dia
taratinu, behas kembang dia tararapi lepah jelei ngutip betet. “
Mmm” auh taloh te atun hong upun hejan. 11. “ O kaka Siok Bamban,
burung maram dia taratinu, behas kembang dia tararapi, lepah
jelai ngutip betet.” 12. Mmm” kuan kambe atun hong baun
tunggang. 13. Ie tarewen toto mite kambe te, tampae kilau uluh tapi
panjang, hai, mata tuntang urung hai, ngarihingrihing kasinga,
papa toto ampie, ie handak hadari tapi kambe te manyingkap ie,

436
mamisak barabit tuntang kuman ie lepah lingis, baya batisa balaue
uju kalambar tuntang daha ije katitik helat laseh. 14.
1. Dia tahi limbah te Siok Bamban dumah mimbit apoi. 16. “ O
andi “ koae mangahau andie bara petak. Benyem . 17. “ o Andi !
hong kueh ikau intehau toto-toto jatun. 18. “ Matei-matei aku,
nihau andiku tuh “ koae kutak-kutak kabuat. 19. O andi, kueh ikau
hayak auh tangis-tangis, dari daria ie hapus huma manggau andi.
20. Matei kea andiku toh, ginteng gento auhe. 21. Kabagite aton
balau uju karambar hong laseh , palus manangis ie. 22. “ Pea hureh
matei awi taloh kea ie toh, koae hayak tangise. 23. Limbah jari
ombet hoang manangis, ie mendeng bara hete. 24. Imbirang amak
susun uju, ngarong hapan dinding benang. 25. Ina hete balau andi
uju karambartuntang daha ije kapantis te imbah te ie balaku
Danum Kaharingan Danum Kaharingan belum. 26. Gohong
Paninting haseng teneng kamandih sambang ( danum pambelom )
bara Tumbang Lawang Langit ( Tambangan Langit ). 27. Amun
ikau mampolak, amun ikau benyem, jari olon kilau ampim bahut ih,
hayak auh te ie manusuh Danum Kaharingan hong daha tuntang
balau te, palus daha te manjadi olon. 28. Inusuh tinai pararinjet ie
belum, palus banyen. 29. Inusuh sinde tinai, munduk kilau uluh
misik batiruh. 30. “ Lalehan katahin tirohku te aka “, kuan andi. 31.
“ Pea ikau batiroh ?, ikau matei awi taloh. 32. “ Toto “ kuan andi
harungku mingat metuh lihim balaku apui, aku te mantehau ikau.
33. “ O kaka, Siok Bamban, burung maram dia taratini, behas
kembang dia tararapi, lepah jelei ngutip Betet “. 34. Mmm , auch
taloh t api nggareku ikau mureh aku. 35. Magun ih aku mantehau
ikau, jari taloh te hong batunggang, harungku mite ie, dia olon tapi
taloh. 36. Handak hadari dia sampet, palus ie mampatei aku. 37. “
Terai andi “ kuan Siok Bamban nguan arep, kuman belum, mandoi
barasih helo, te kuae handak mampatei taloh te ije mawi ikau te “.
38. Limbah jari kuman belum barasih, andi te inyuhu mundok
penda garantung hai tuntang Siok Bamban mimbing dandu mimpa
taloh hong serok atep baun tunggang. 39. Te andi mantehau tinai
kilau auch bihin : “ O kaka, Siok Bamban, burung maram dia
taratinu, behas kembang dia tararapi, jelei lepah ngutip betet. “ 40.
Mmm” auch taloh bara sandong. 41. “ O kaka Siok Bamban, burung
maram di taratinu, behas kembang dia tararapi, lepah jelai ngutip
betet.” 42. Mmm” auch taloh hong baun tunggang, palus tame. 43.
Imunu awi Siok Bamban manintu bentuk usuke taluh te. 44. Matei
ie. Hantun kambe te injijit awi Siok Bamban ie ndue handi akan
petak. 45. Imapui, asep hantun taloh te je baputi manjadi balacu, ije
babilem manjadi andas, bara apui te manjadi bulau. 46. Jete induan
Siok Bamban ewen ndue handi akan indu panatau, kalute ewen due
te manjadi tatau.

437
Saritan Batu Lowang Ingei

1. Kepat kalime helo bara sarita toh manjadi harajur daur


toto ampin uluh hong batang lewo ( tak terbaca ) hong Samba uluh
manatap taloh hapan uluh nyangka... 2. Awang bawi tempe
nambehas, awang hatue belahe manampa palambir atawa
karayan. 3. Belahengubuah betang, manggau kayu apui, manggau
dawen, manggau dawen kayu joho. 4. Belahe haguet marawei . 5.
Uluh hong lewo ngaju ngawa eka ewen te belahe tinai manta-
manatap ramon.. puca-puca te te edan kayu baringin tuntang pire-
pire macam kayu beken asak kayun kereng jete impendeng hong
huma. 6. Hakaliling jete kareh kare balian te bahigal. 7. Amun kare
taloh je perlu te uras jadi tatap, halemei uluh manampara mundok
balian. 8. Balian handak ije male-malem. Nasai harariung
hagusang betang, kuman mihup gurak-gurak. 9. Rami toto kalute
koan oloh. Hanjewu andau tinai uluh tatap handak mampatei bawoi
hai. 10. Uluh are metoh daur toto wayah te , tapi Tombong ( jete
aran uluh ije melai hong karong tapakan betang hila ngawa te
manatap arepe nyingkap pisaue, sipet tuntang telepe. 11. “ Ikau
kareh ela haguet omba gawin uluh “ koae dengan sawae Ingei. 12.
Aku handak haguet mamengan. 13. “. Mbuhen Tombong dia omba
kare gawin karamin uluh . 14. Ie te pangabehu karana sawae Ingei
te lagi tabela tuntang paham bahalap ampie. 15. “ Ela ikau haguet
lihiku kareh. Koae sinde tinai hayak ie matep huma limbah likute,
palus mohon tangga. 16. Limbah te tame parakayu, benyem Ingei
balihi kabuat hete tapi uluh are hong betang Pontong te sasar
paham lalento. 17. Karamin uluh jajalan paham. Auch surak lala
hap uluh hayak gandang garantong tuntang katambong uluh
balian kilau en. 18. Baya Ingei ih melai suni kabuat, hete mendeng,
mondok ie jatun sanang angate amun ie dia mite karamin oloh. 19.
Jatun kasarenan kea ie. 20. Lehae kea ie jeleng dumah aku dia tahi ,
koae kota-kotak kabuat hayak makayan arepe. 21. Limbah ie haguet
maja eka uluh bagawi.
22. Laya-laya katam tame buwo mite karamin oloh,
tapatahi kea ie mundok marak uluh are hete hong palihi maja eka
oloh. Nyankai te badumah mimbit hantun kalasi ije kongan dinon
mamengan, tapi sawae Ingei jaton hong homae. 23. Tapi Tombong
katawan helu Ingei te jaton batantu hong eka uluh nyarakai te. 24.
Sangit toto hong ateie basa sawae dia manumun auch. 25. Hong
kasangit ie, mangkayan hantun kalasi te. Nampa ewah kepae
sangkarut tuntang kahangang, limbah te dumah manalih eka uluh
bagawi. 26. Uluh are eweh-eweh ije hasundau hengan mite gawie.
27. Ije tumun te sang ie sampai bentuk huma eka uluh bagawi. 28.
438
Gita aton sawae mundok marak uluh hete jakahe kamben hantun
kalasi ije jari imakayan te nah akan upon puca hete. 29. Limbah te ie
palus bules buli salenga hingkat ih hantun kalasi te, belum haluli
palus ngajajak ie mandai batang puca te sampai lawie. 30 “ Hei “
kahabut uluh are mite taloh tomon te. 31. Uluh balait toto dengan
Tombong. 32. Belahe uluh are te mandai mampatei kalasi te tinai.
33. Metoh uluh ridu-ridu katahiu kalasi ije matei tapi belum tinai te
mite taloh sasar harenep, jajalan kaput, riwut barat goto-gotok,
hayak nyahu kilat, dum-dam, cir-car. 34. Amun auch gotok ije kilau
auh barat paham te sampai lewu te, lewo basaloh, uras manjadi
batu. 35 Kare uluh tuntang meto saloh manjadi batu kea, belahe
matei. 36. Baya Ingei ih kabuat belum. Ie belum hong huang batu,
kilau jaka korong akae tapi jatun baun tunggang . 37. Atun rumbak
tapi kurik babaya lengen Ingei olih balua. 38. Kalute kea jaka uluh
bara luar baya lengen uluh ih olih tame.
39. Kilen Tombong ?, Tombong amun ie mite taloh sasar
harenep jajaran kaput, mahining auh nyahu kilat tuntang gotok
taloh te, ie mohon akan jukung manetes lawak arut palus
manimpah batang Samba. 40 Ie dari-dari tame parakayu. 41 Auh
taloh gotok-gotok hayak nyaho kilat manontot likute. 42. Te huang
kikeh ie hadari manyangit, hadari tuntang dia katawan kan kueh
tintu. 43. Auh gotok hayak nyaho kilat te sasa-sasar tukep Tombong
te hadari tuntang dia malaian. 44. Tapi ie lacit Tumbang Baraui.
Auch gotok te jari tokep toto dengae. 45. Te ie manangkeru handak
mandipah batang Baraui te. 46. Hayak manangkeru auh gotok te
sampai , kilat nyahurang, palus ie saloh manjadi batu.
47. Jete te batu Tombong hong Tumbang Baraui , sampai
wayah toh Tombang Baraui lewu into sungai Samba anak sungai
Katingan. 48. Kareh uluh awang luli lia mahalau kaleka lewu ije
basaloh nah kinjap jadi mite Inggei te hong huang batu te, kinjap
bakotak kea dengae. 49. Ingei paham toto tau mitor hapan lenge
sampai ie basewut awi te. 50 Kinjap uluh tende hete tuntang ....juju
akan hong huang rombak te palus lawai tuntang benang uka ie
mitoi.51. Puji uluh mancoba handak mamusit batu te, uka Ingei tau
balua tapi dia olih awi amun batu te bakiwak kahain tunjuk te
manjurong kahain penang. 52. Bakiwak kalombah lukap,
manjurong ije hasa. 53. Awi uluh dia maku mancoba mandohop ie
tinai. 54. Tepa sinde andau uluh papa ije mawi Ingei hapa teken
kamehas iete uluh bara Tumbang Samba. 55. Bara andau te uluh
dia mite Ingei tinai. 56. Ampie te dia maku mamparahan arep tinai
akan oloh. 57. Baya amon ie intehau ie tumbah kea manumun auh
uluh ije mantehau ie. 58. Ingei !, Ingei koan auch tombah bara batu
te. 59. Kueh ikau ? kuan auch tumbah sampai andau toh magon

439
aton bagare Batu Lowang Ingei hong Samba anak sungai
Katingan.

Angkes Tahuman

Angkes = sejenis tupai., Tahuman = sejenis ikan.


1. Sinde horan andau paham balasut toto, pandang taloh
giri-giri. 2. Itah mohon mandoi ih jipen, lalau balasut taloh toh,
koan Tapih bawi kowo hong lewu uju. 3. “ Has Tempo”. 4. Koan
jipen ewen sama manyingkap tanggoi dare mohon. 5. Metoh
babenteng jalan te nampeleng awi pusok manyawung ewen hajipen
te. 6. Keleh djipee ewen due minggat ie nahimbing tanggoi . 7. Tapih
toh dia sampet, palos manari ih tanggoi dare namput pusok
menjawung. 8.Bawa-bawai ie duan akangku jipen ,duan !, kilen
ampin itah tempo koan jipen te ie kanih. 9. Gantong mahigantong ,
sampai lilap bara matan ewen. 10. Ceh ah jipen, koa sanyang
tanggoiku’ aku ih buki-bukih, haga-haga angatku dengae. 11. Kilen
auh itah dengae tempoh ? koen jipen jari nihau ie te. 12. Hapan
aingku toh ih tempo koan jipe hayak ie manjulok akan tempoe . 13.
Ceh sanyang ah magon kua kuta- kutak kabuat. 14. Limbah
mandoi te ewen haluli tame Lawang Kuwo.
15. Leteng helu saritan tapih bawi kowo te leteng kea helu
saritan tanggoi dare ije nampeleng pusok menyawong te. 16.
Lembut toh saritan antang taoi hong lewu jalatien ie Manajah
Antang awi handak hanguet namuei. 17. Tahi tehau antang , palus
dia dumah, jari handak malayan ie kabemite manari ih tanggoi
dare ngena. 18. Randah mahi randah, jari randah toto, nangkujap
awi Antang Taoi, manyingkap. 19. Kamana-mana itah ah, dinun
tanggui ije dia lalangena kahalap. 20. Jatun aku puji mite ije
kalotoh kahalap gawi tuntang dare, koan Antang Taoi, bawin
kameloh kueh kea ije lalau kalotoh kataue koae hayak iye buli
huma. 21. Tangguoi maka tanggoi te ih kakenanga. Te baka te ih
ganang harajur. 22. Kilen ampin mata bau kurus tawas pai lenge,
koan hoange uluh ije kalotoh kahalap gawi. 23. Te lembut tiruk
halisang ih manggau uluh tempun tanggoi te. 24. Manajah Antang
mahi ie dia maku dumah, nauhe halisang kai ih koa kutak-kutak
kabuat.
25. Ie halisang murik mimbit tanggui dare te, nantunai
manaliti lakau genep lewu genep human uluh mikeh aton tanggoi
da ije kalute kahalap tuntang misek oloh, manggau ije tau mandar.
26. Jatun, dia aku terai amun dia aku sundau uluh ije tempun
tanggoi toh, koan Antang Taoi, ie mules tinai masuh palus murik
akan Lewu Uju. Sinde umbet andau ih, ewen sampai Lewu Uju.
Tende lompat balai madu batiruh 27. Hete handak kea melai je
440
andau kadue hete. 28. Tanggoi te koak ih nyarurui dinding. 29.
Handau tinai lihi Antang Taoi aton jalana nampayah ih jipen bara
Lawang Kowo te nampayah uluh hong balai. “ 30. Hau tempo,
lalehan kahalap tanggoi uluh tambuei ije hong balai te , ampin
kahalap aim ije nihau bihin, tempo”. 31. Mendeng kea ie nampayah.
32. “ Toto kea koa, terai jipen soho anak uluh duae, aku minjam helu
mite ampie “ koan Tapih. 33. Mohon anak uluh bara huma te, duae
minjam nyoho oloh, imbit jipen tame Lawang Kowo. 34. “ Lehan
panggitangku tanggoi toh kilau aingku ije nihau nampeleng pusok
manjawong toh, koae luli- lulia auhe. 35. “ Kilau ampin gitan keton
?” koae dengan jipee, pea hureh auchm tempo pea itah dia kasene
gawin itah kabuat tempo, koan jipee. 36. Soho anak uluh mansanae
akan uluh tamuei te koan Tapih, dia aku maliae tanggoi toh basa
puna aingku. 37. Karana aku paham kanyasalku dengan tanggoiku
ije nihau bihin te. 38. Suman anak uluh kea akan uluh ije hong balai
te sama suni ih helo, basa Antang Taoi jatun biti. 39. Halemei
andau ie dumah suman awi jalahae akae horoi tanggoi te ije
nangkeng uluh hong huma. 40. Yoh koan Antang Taoi, jadi kea jete
ijeinggauku. 41. Aku puna manggau tempun tanggui te. 42.
Hamalem limbah barasih kuman belum, ie lumpat huma maja bapa
Tapih te misek pahoroi tanggoi te. 43. Horoi uluh kanihau solake te
metoh jalanae mohon mandoi nambeleng awi pusok manyawong.
44. Horoi kea awi Antang Taoi ampie sundau tanggoi te metuh ie
Manajah Antang, antang palus dia dumah tanggoi te ihangeu. 45.
Limbah te Antang Taoi misek, misek basawe basa koa : “ Tanggoi te
jari induan awi Tapih, te kareh ie manduan bitingku toh kea . 46.
Jandau kadue limbah ie haron uluh tombah iseke, narima uluh ih
asal ie manyanggup kare taloh koan jalan hadat oloh. 47, Ie
manyanggup palus kawin ih ie, kalote Antang Taoi uluh lewu
jalatien kawin Tapih bawin uluh lewo uju.
48. Sinde andau Antang Taoi mimbit anak uluh haguet
membang sungei, dinon kea lauk, ewen buli hamalem sampai, lepah
lauk beken induae bara jukung baya batisa ije kungan anak
tahuman hong ruange. 49. Naoh ie belum hete helo, koan Antang
Taoi, murah jewu duae tinai. 50. Hanjewu andau, mohon madu
manduan lauk tisa male. 51. Kabe mita anak awau melai hong
ruange. “ Hau kilau horoi taloh toh nah ? “, koae hayak katarewe,
basa salenga mite anak awau, dia katawan bara kueh pandumahe.
52. Palus ndua anak awau te imbite buli huma bawi awau te.
53. Uluh handiai ije mahining saritae te sama hengan, basa
tahuman ije aton hong ruang te male palus jatun, tapi anak awau
atun. 54. Ampie tahuman te saloh jari anak awau bawi te. 55. “
Nduem”, koan Antang Taoi asal ie uluh ih , asale ie panjang umure
ih. 56. Ie imbelum awau te hagae buah-buah, barigas miar kambu

441
kahai kilau awau bahut ih. 57. Dia ie mbuhen ampin bau matae
kilau uluh are ih, inyewut Antang Taoi te arae Tahuman.
58. Tahi kea Antang Taoi te melai lewu uju, te ie balua akan
ngawa maja indu bapa tundah kulae hong lewu jalatien. 59. Amun
ie bara lewu Jalatien akan lewu Uju, ie masuh, limbah te murik
tame saka. 60. Kalote hante-hante. 61. Tapi sawae te palus hidai ie
pakaja .62. Te lembut tirok handak mawi jalan mananjung ih bara
lewu Uju manintu lewu Jalatien, mangat amun ie pakaja sawae
kareh hong lewu jalatien mahoroi jalan te, tukep kea. 63. Te Antang
Taoi mimbit uluh are nampara mawi jalan nyambulan bara lewu,
bahata bari. 64. Tapi amun jadi bulu podok hong Tumbang jalan
manggau bari bahata, lepah. 65. Sama hengan ewen . 66. Kalute
hante-hante gagenep andau, buli handak kuman,lepah bahata. “ 67.
Terai “ koan Antang Taoi puna aton uluh manakau, kareh aku melai
mimpa jaton tahan amon kalutuh harajur. 68. Kalote uluh are
lepah mohon bagawi jalan, Antang Taoi melai manyahukan arepe
mimpa.
69. Tahi-tahi uluh are sama jadi benyem kapahining karekes
sahep auh pain uluh mananjung. 70. Nampayah, mite angkes jari
toke-tokep pasah ewen te. 71. Ngere-nggerek arepe ampie, kabe jadi
uluh hatue ije katagangae. 72. Ampie ie madu lumpat pasah ewen
te. 73. Nyelek awi Antang Taoi rangkah-rangkah, palus, kerap
manawa. 74. Ikau toh ije nukang andau manakau bahatan ikei,
induangku ikau toh gantin regan kare barin ikei ije inakau te. 75.
Yuh ih kilen gawingku dengan taloh toto kasalangku koan Angkes.
76. Halemei amun uluh are ije mawi jalan te sana buli, hengan uras
mite atun hatue ije dia ewen kasene omba Antang Taoi. 77. Uluh are
te madu jete puna uluh panakau te. 78. Ie mimbit ewen buli lewu.
omba Antang Taoi, inyewue en arae Angkes. 79. Angkes toh ije
paham apik mawi jalan. 80. Uras katawa kare calok petas taloh,
katawae taloh en-en nantoronge amun ie takolok jalan. 81. Manintu
lewu jalatien, mangat ih uluh manuntut. Jalan mametap tokep toto.
82. Sanang pambelum Antang Taoi aton Angkes ewen ndue
Tahuman omba ie. 83. Jaka malauk mambilis tahuman toh ije
ngatawan eka . 84. Naturong ih jakae manggau taloh hunjun
petak . 85. Jaka satiar marak kayu Angkes toh takolok jalan. 86.
Manintu ih jaka malan mangabun, Angkes toh katawan eka petak
ije bahalap. 87. Miar toto pambelom malan harajur dinun, ramu
mandai, mamili haramaung balanga handak dia bahelang bulae.
88. Te limbah taloh jadi sama barasih, amun Angkes Tahuman
sama jari ombet kabakase, Antang Taoi madu ewen ndue te
manampa kabalie ngawie buah-buah tumon hadat uluh are kea. 89.
Hayak limbah jadi ingawin te, Antang Taoi mambaris ewen due te.
90. Manyoho ie nguan pambelume ngabali arepe, mamangun

442
huma kabuat. 91. Dia men ewen ndue pambelum arepe. 92. Malan
harajur dinun, kare taloh gawi rata manjadi-jadi. 93. Jakai Antang
Taoi mamili balanga, mamili balanga kea Angkes Tahuman. 94.
Aton auh Antang Taoi ngarangka-rangka arep tiwah, atun kea auh
Angkes Tahuman manju manju arep mawi gawi.
95. Manggau pantar sapundo Antang Taoi, kalute kea
Angkes Tahuman. Hime-himes tindi-tindi ampie dengan Antang
Taoi tapi dia kea Antang Taoi paduli. 96. Aton kasingi nah ingkes ih
hong huang atei ih. 97. Dia ie hatambuae, Antang Taoi hete-hete
manggau hadangan basa tapas ije kungan, tapi jaton uluh ije
bajual, tapi ayun Angkes aton sukup malabien haream. 98. “ Terai “
koan Antang Taoi manalisihe kabe dia tau koan Angkes Tahuman,
hadangan aingku ije kalabie bara hapangku akan mbelomku dia
hoangku manganae palepahe. 99. Te maka pusit kasingin Antang
Taoi, taloh ije ingkes huang atei katahin te uras balua. 100. “ Dia
kahawen baum, belum awiku ih ketun ndue kau, ikau Angkes ( Iker )
meto harayap, ikau kau Tahuman dia ketun kau kalonen kilau oloh,
keton ndue kau nah, pahalau kajolom tindi-tindih, hime-himes, bara
hora-horan. 101. Dia kahawen, ungkar sandung te mite ampie
amun ie sarenem, tisik tahuman ih hete nah.
102. Awi auh Antang Taoi te Angkes paham mahamen. 103.
Bara andau te ewen due paut toto. 104. Metoh tiwah Angkes mukei
sandung anake ije iniwah helo, toto kea mite bulon Angkes tuntang
tisik tahuman ih. 105. Pea ie ati tulang uluh huange. ( inyurat helo
bara tiwah awi uluh Katingan tuntang uluh Ot Danom ). 106. Bara
te limbah tiwah te Angkes Tahuman hadari mindah bara lewu te.
107. Antang Taoi mindah kea, Angkes Tahuman akan sungai Nupi,
tuntang Antang Taoi hadari akan lewu jalatien, lewu asal.
108. Bara te ewen ndue dia hasundau tinai. Angkes
Tahuman te nabela anak bawi bagare Lusoh tuntang Antang Toi
nabela anake hatue bagare Rason tapi are puluh nyelu limbah toh,
limbah ewen jari babungkat, anak sama jadi hai ie Rason te
mansuman arepe akan bapae handak halisang maja kulae. 109.
Handak inghana kea gawi bapae tapi basa ie bajuju bapae malapas
ie kea, hayak mameteh ie : “ Ingat auhku anak, toh ikau murik maja
kolam, kolam indom, dia kea buah amun sahia-hia, aku mangahana
ikau, baya ela haliai murik sungai Nupi, jete petehku, jete
ngahanaku ikau , ingat-ingat auhku “. 110. Rue-ruek ie kilau
mameteng tali, ie mameteh anake ela haliai murik sungai nupi. 111.
Bukue ie dia mansumam baya ingat ih. Rasan murik.
112. Tahi Rasan melai leka kolae, lewun indue hong lewu
Uju. 113. Kinjap ie mahining saritan lewu Nupi, are uluh hete, hai
lewu te ampie, basewut Angkes tuntang Tahuman awi panatau
tuntang anak bujang bawi ati ije paham bahalap ampie.114. Rason

443
mipen handak mite, Rason paham handak sampai lewun Angkes
Tahuman. Jaton ie tau ingahana oloh. Peteh bapae dia ulih
mambahalang ie. 115. Ie murik sungai Nupi, bahalap lewu te, are
uluh hete, mangat bewei tuntang rami kamea. 116. Metuh Angkes
Tahuman katawan ie te anak Antang Taoi, ie paham handak atei, ie
mimbit pakaja ie tuntang manyarungan ie. 117. Lusoh bujang bawi
te manyang ( manyang Rason ( jete tau awi hormat ) . 118. Angkes
Tahuman te manyarita akan Rason ie te paharin bapae Rason (
Antang Taoi ) 119. Angkes mawi pesta hai marawai are uluh hapan
mahormat Rasan te. 120. Hong pesta hai te Rason paham mipen
uluh bawi te ( Lusoh ) sampai ie balaku dengan Angkes Tahuman
uka ie tau kawin dengae. 121. Auh te inarima awi Angkes Tahuman
dengan kahanjak atei. 122. Basa ie mangkeme Antang Taoi ije uluh
kalonen asal, tuntang jari paham mampahawen Angkes Tahuman
basa ie asal Angkes tuntang tahuman bewei tapi toh manjadi ije
kautus dengae , awi anak Rason jadi kawin dengan Lusoh anak
Angkes Tahuman hong sungai Nupi ie paham balait.
123. Tapi dia tawan auh dengan Rason jari mahining kea
sarita bapae paham pehe atei tuntang balait. 124. Manyasal kea ie,
ie manyasal kea dia maku kea mandoi hayak ie. 125. Hong hadat
uluh helo limbah kawin mandoi hayak-hayak hong uju andau
ketahie. 126. Pire-pire bulan katahie sawae te mandoi kabuat hong
talaga likut lewu te. 127. Te mahin manakau arepe helang matan
oloh, hengan Rason mite dasar tumun te ie mimpa hong saran
talaga hong likut lewu je juru eka Lusoh te mandoi. 128. Haguet
bara huma toh manyewut arepe mamengan tapi kalute ie manyuni
arepe marakare upon kayu saran talaga te. 129. Pea tahi badumah
ih Lusoh te handak mandoi hong talaga te. 130. Jari ie mengkak
kare pakayae manggerek-gerek arepe kabe bengkak ih takuluk’a
bara bereng daha hantis hantisa, bajakah kenai kihir-kihira tamput
takuloke. 131. Takolok te ih ije mandai bukange dia. 132. Hengan
toto, mikeh, giring bulu, Rason mite taloh toh te, tapi suni ih, sawae
te buli limbah ie jari manamean takuluk’a hayak kare bajakah
kanai hong bukange, hajib kilau helo ih. Rason buli kea manuntut
bara keja-kejau.
133. Rasang Halisang.
Pehe atei Rasang, bapae paham balait, ie buli bapae dia
bahanyi, melai hete jari gitae ampin sawae bahali akae. 134. Te
lembut tiruke handak halisang kejau ie mansuman tirok te akan
empue bawie hatue, akan sawae kea. 135. Sawae dia mangahana ie
asal ela lalau tahi. 136. Palisang te manintu pambelep. 137. Sampai
Barito, Kapuas, Kahayan, palus akan Mantaya tinai. 138. Akan
Seruyan hulu, Arut palus Lamandau, hete ie manahi. 139. Hapus ije
nyelu dia kea dumah. 140. Empue, sawae, manggau kabar, jaton.

444
Pehe atei Lusoh basa ampie Rason toh palus dia buli, kabare mahi
jaton. 141. Telo sampai epat nyelo, terai kuan Lusoh aku manyak
akae, Rason toh baya ampie ie dia buli. 142. Sinde alem ie haguet
tarawang kuluk’a bewei, bukang balihi . 143. Tarawang manintu
pambelep, manggau Rason. 144. Tahi ie kumbang kaliling tepa
tawae eka Rason hulu Lamandau. 145. Ie mimba uluh hamalem,
ingkes arepe hong karanin manuk, tukep baun batunggang. 146.
Uluh misik hanjewu balua huma , uras mahalau ie ije uluh beken.
147. Tapi sana Rason balua, begap ie tingkep hong upon uyat
kason, palus hajib sama ih ije puna takolok Rason ih. 148. Rason
tarewen toto, uluh are, uluh handiai ije mite jete hengan tuntang
mikeh . 149. Rason balaku engka-engkak, tapi takolok Losoh te dia
maku. basa Rason jadi malihi ie katahin te, tuntang pahimat Rason
malihi ie palus bara te Rason te uluh ije due takolok, ije hatue ije
bawie. 150. Akan kakueh ie haguet, harajur tumon te. 151.
Mahamen, pehe, heka Rason te awi takolok ije mandahang. 152.
Sinde Rason mananjung hong parakayu kabe mite ije kabatang
sangalang mamua labat tuntang masak. 153. Takolok Losoh te
paham handak kuman bua Sangalang te, tapi Rason dia maku
mandai amun ie magon due takolok. 154. Basa Lusoh paham mipen
bua te tarapaksa mengkak arepe hanjulu, pandehan Rason mandai
sangalang te, takolok te melai hunjun tunggul hong penda
sangalang te kea. 155. Amun Rason jari hong ngambu, te ie
mamelek-melek edan sangalang tuntang bua-buae, medake
manintu takolok te. 156. Kinjap magon dia tau buah . 157. Tepa
sinde dengan edan ije hai. 158. Takolok Lusoh te buah pedake bara
ngambu pusit koan Rason madu ie matei, tapi magon tau hakutak
koae dengan Rason : “ Toh aku matei, aku dia buli lewu Nupi awi
katulasm kapurun mawi aku. 159. Tapi tunggul ekaku matei toh
manjadi tunggul peres panyakit macam-macam, sakalean atun.
160. Sukup simpan ije mangapehe tuntang marusak olon. 161. Pulih
, sanggar, ramu-ramu tundek, pakihang, tkt uras hetuh asale. 162.
Hong ekaku matei toh, sangalang kau kea ije mampatei aku
sangalang kau kea ije eka kikeh kare uluh harian ije tau kilau aku,
barawut baya ikau tuntang rutus rinting aim ije dia uluh taloh
papa mawi. 163. Dia tau pullih sanggar , ramo-ramo nambelan.
164. Takolok te matei, Rason buli lewu bahata takolok ije ih kilau
uluh beken kea. 165. Bara wayah te aton ramo-ramo ain uluh hila
pambelep toh, pulih ,sanggar, pakihang tkt, sambarana macam
kapehe.
166. Patih Talongkah hong hulu Sampang Lamandau ie ije
jari basewut awi kare taloh hapa ie tau mangapehe uluh . 167. Ie
anak eson Rason te, Patih Talongkah ie “Rajan Peres“ paham kutoh
sarita tahiu ie hapus hulu batang danum Kapuas, Kahayan,

445
Katingan, Arut, Lamandau, Jelai, Barito, Pasir, Tanah Grogot,
Kapuas Bohang, Mahakam, tawan uluh aran Patih Talongkah.
168. Manomon cerita metoh zaman penjajahan Belanda
horan, ie te kilau Raja into hulu sungai sampang sungei Lamandau
hila sungei Air Hitam Kalimantan Barat kabupaten Ketapang.
169. Pemerintah Kolonial Belanda dia ulih sampai eka te, sampai ie
hadari malihi kawis ewahe marop bara Indonesia toh. 170. Pire-
pire tingkat pemerintah Belanda inyuhu akan eka te tapi dia puji
uluh sampai, awi kakare peres hasean karee, musti ewen te kana
macam-macam ampie, badarem, bahenda, baputi, kembang,
babaha, maluja daha, tkt, piket, rangit, nyamuk, uras mampatei
ewen ije manukep kaleka te. 171. Tau uluh sampai lewo te amun
uluh mandinu premisi bara jalahan ayoe, tinai jalahan aie te
mansuman akae helu. 172. Tapi bitin Patih Talongkah te puna dia
tau inukep karana uluh dia tahan.
173. Akan koeh uluh manalih Patih Talongkah ? kilau ie upon
kare peres, panyakit, upon kare sanggar, parang manya, pipit
barunai, tumbak dahan, awuh, tkt. 174. Kalute kea ie manjadi upon
tukang manatamba kare peres, uluh uras tau inatamba awie, amun
buah gawit balaku inti ie tuntang manumun auhe . 175. Jadi kinjap
menjadi tumon te. 176. Baya hila kaleka-kaleka ije aton turunan
ayue kanih kante tau maja ie dan eka-eka te ije mimbit taloh bara ie.
177. Kilau uluh Pasir, Seruyan Hulu, Samba, Katingan, Kahayan
hulu tuntang Kapuas hulu, tinai hila Nanga Pinuh hila Mahakam (
Long Tepat, Long Deho, Matan Panneh ) ije aton mingkes peres dan
tatamba te. 178. Manumun khabar bara lewu Bangkal intu danum
Sembuluh tuntang intu hulu Rungan Manuhing aton kea manduan (
manjawie bara Patih Talongkah ). 179. Are uluh haban bara
Seruyan, Katingan, Samba, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito,
batatamba uka impakeleh awie. 180. Mambayar kea tapi isut bewei.
181. Patih Talongkah huran paham kuasa, ie katawan tuntang
mangkeme into huang, amon aton musuh atawa bahaya mawi ie
atau daerah ayue, ie tau mahakan helo. 182. Ie katawan uras helo
eka mandoi, jamban aie, akae kabuate, jaka uluh beken omba mesti
matei atawa baranehu. 183. Amun ie mandoi danom tukep kilau
pulih baka matei. 184. Amon ie mahit buah kayu atau uru uras
keang bahenda palus matei.
185. Kuan uluh bakas helo Patih Talongkah ie dia matei. 186.
Baya amun ie bakas toto hobah ampie mikeh manjadi handipe
atawa bajai, atawa manjadi batu atawa gaib. 187. Aton kea uluh
mansanan ie manjadi batu kecubung ije metoh toh are into helat
Kalimantan Barat dengan Kalimantan Tengah. 188. Iete Adiang, en
ije katoto, jete dia itah katawan baya tahio uluh ije nihau bukang
batisa takuluk’a te jete, inyewut uluh bakas “ Hantuen “ atau “

446
Pangatu “. atau Polong, Kujang, tkt jete tege dan tatamban jete oka
uluh hantuen te mikeh ie te kayu Sangalang alohe dawee buae,
batange, tuntang ohate imapui atawae rabun koan uluh bakas helo.
189. Sampai wayah toh magon impercaya awie rakyat ije
mambatang uluh awang baka-bakas. 190. Hantuen te aton tinai
kare pulih , sanggar, parang Manya, Pipit Barunai, Tumbak Gahan,
Awuh, magun aton kea tatamba.
Saritan Kiham Samanya Atawa Batu Mandi

1. Hong huma dapur ije huma, into lewu samanya horan


paham auch tangis ije biti anak oloh. 2. Suni, kalote atun auch
kariak ije biti uluh bawi hong huma dapur te kea. 3. Tapi anak uluh
te magun manangis. 4. “ Suni Mandi ! “, kalote auch hai hayak
balait, indue mangkariak sinde tinai, tapi Mandi ( jete aran anak
uluh te ) paham harean tangise. 5. Ampie ie ngamue indue ije
metoh te naharep dapur manyanga bari. 6. “ Leha-lehan ikau tuh
nah dia tau suni “ , hayak te pek sodoke sanga initike hong takolok
anake te. 7. Kaparanjur kanyangit ampie, takolok Mandi te
bahimang , daha mahusur hapus takoloke. 8. Bapa anak uluh te
mahining anake paham manangis heta-hetang, te ie tame huma
manampayah akan hila dapur tarewen toto ie, anake te mandoi
daha. 9. Hao buhente nah, koan bapae hayak tarewen tuntang masi
dengan anake. 10. Taparanjur koan sawae, taparanjur lengengku
hapan sudok sanga, hayak ie manduan anake memangkure,
mampuas dahan mange te. 11. Sangit toto ampin bapak Mandi te
dengan sawae. 12. Kalote katulas indum dengam handak mampatei
ikau. Bara andau te Bapa Mandi ewen ndue anake mambaris arepe
bara sawae hayak balait toto. 13. Ie mambaris ramu, manatap
arepe ampin uluh ije handak halisang kejau. 14. Hong sinde andau
uluh mite bapa Mandi ewen ndue handak masuh batang Katingan.
15. Tapi uluh dia katawan masuh sampai kueh. 16. Narai awi
tuntang kilen katahie uluh dia aton misek ie tuntang ie kea dia aton
mansanan akan oloh. 17. Bara andau te Mandi ewen ndue habapa
benyem sarita. 18. Ewen ndue nihau akan uluh Samanya baya
balihi hong huma te uluh bawi ije taparanjur te manjadi balu
tuntang kilau uluh tamanang. 19. Ie melai manyasal tuntang paham
pehe atei.
20. Are puluh nyelu imbah te atun dumah ije penas hai (
kapal ) singgah into Samanya. 21. Uluh huange te jatun ije biti uluh
Samanya kasene. 22. Penes te sarat toto dengan kare ramon
dagang. Badagang garantong, kangkanong, lalang, gandang
tuntang kotohe ramo beken tinai. 23. Uluh tempon ramo te metoh
katagangae ampie. 24. Taloh dagang paham laris kilau mandoi
uluh maja penes te. 25. Awi te ie tapatahi hete. 26. Basa bahalap
447
akae amun ramo paham payu. 27. Hoang katahi te uluh dagang te
taragitae ije biti uluh bawi ije ingilak matae, basa bahalap ampie
te. 28. Ie te misek buah-buah handak kawin dengae. 29. Pisek te
inerima uluh dan kawin. 30. Limbah tahi kea jari kawin, te sinde
andau uluh dagang te manyoho sawae te manggau guti, karena
uluh hatue te panjang balaue. 31. Ie metoh sawae te kakas-kakas
manggau guti, taragitae awan himang hong takoloke. 32. saswae
misek te : “ Awan en toh ? buhen huran takolokm bahimang ? “ te
bane mansuman horoi titip tumon saritan liau bapae. 33. “ Aku
kabuat dia mingat tinai himang takolokku tuntang buhen maka
bahimang, karana metoh aku kurik. 34. Sinde aku paham
manangis ngamue induku ije metoh te manyanga bari, awi aku dia
maku suni, te induku manitik takolokku dengan sudok sanga . 35.
Ampie taparanjur kanyangite te takolokku bahimang , apangku
mite tumon te paham balait dengan induku palus ie manamput aku
babuhau bara induku. 36. Apangku dia maku mingat induku te
sampai ie matei ie dia maku manyarita akangku eweh aran induku
te tuntang hong kueh induku te. 37. Imbah mahining saritae bana te
uluh bawie tarewen toto ampie. 38. Bau bakalas, ombe-ombet
bahandang kilau uluh ije nihau pikirae ampie hayak te tumbah : “
Mandi.....ikau toh anakku, aku tuh indum, palus salenga imbah auch
te , baun andau sinde-sindep kilau iniring andas, hayak auch gotok
riwut barat tuntang nyoho kilat cir-car dum-dam. 39. Taloh
manjadi kapot jala-jaln, saloh, balewut. Mandi handak mohon akan
penese tapi ie tapanting akan laut palus manjadi batu ije bagare “
Batu Mandi “ hong tandipah tombang Katingan sampai wayah toh
darah pulau Damar tuntang gosong sakunyar teluk Sebangau . 40.
Indu Mandi te balalu saloh kea manjadi batu bagare “ Batu Indu
Mandi “ aton hunjun petak tandipah Kiham Samanya . 41. Tinai
penes ain Mandi tuntang kare ramoe dagange ije hoange uras
manjadi batu kea , sampai manjadi kiham bagare “ Kiham
Samanya “ hong kiham samanya te aton “ Batu Banama “ ie te
banama ain Mandi te aton batu gandang, baru kangkanung. 42.
Jete ramo bara banama te ije saloh manjadi batu.

Uluh Gaib hong Kereng Tunggal

1. Akan kueh ikau Ketot ? kuan anake esu dengan bue ije
puna arae uluh bakas te Simbel. 2. Tapi anak esu manggalar ie
Ketot. Handak magah takalakku akan labining hete, kuan uluh
bakas te tumbah rangka-rangkah. 3. Kuman helo bue kuan eso.
Kareh sasinde ,tumbah bue palus ie mamuat takalake huang jukung,
limbah te ie masuh manintu sungai Labihing. 5. Benteng-benteng
hanjewu dumah ie, hanjewu andau tinai sana misik uluh bakas te
448
manaking pisaue, lunju mohon mimbit besei. 6. Kan kueh ikau bue ?
kuan eso misek tinai, nyengok takalakku male, kua tumbah. 7.
Babenteng hanjewu dumah hindai ie. Kalute hante-hante ie mawi ije
bulan dua, telu bulan. 9. Hayak misik haguet nyencok takalake,
kanateka aton dinun lauk, kanateka tau jatun. 10. Tapi ie sasar
ambu andau ie dumah tau bentok andau, tau kea benteng halemei
kanateka tau kaput harun dumah. 11. Anak esu kinjap ridu tahiu ie
tahi dumah. 12. Mbuhen ikau tahi dumah bue ? kuan anak esu bara
derep mawi ie. 13. Tau paridu arep keton, kua tumbah, mbuhen aku
dia ikau balaku beu ?, narai taloh palau aku, kuman harajur ih aku .
14. Hong kueh ekam kuman pang ? kuan anake misek ie. 15. Kuman
barangai eka uluh awang nahuang nyarangan itah. 16. Kueh aton
eka uluh hong Labihing kuan anak esu misek sama arepe. 17. Hong
kueh, eka eweh ikau kuman nah pang ?, kuan anak misek ie sinde
tinai. 18. Balalu ie suni, tahi-tahi tinai tau jandau kadue ie dia buli.
Katelu, kaepat, ie benyem. 19. Buli benyem, abut anake esue denga.
Ngahana uluh te ie haguet, dia ie padulie. 20. Uluh mapah dia ie
umba kare gawin oloh, haguet ih ie.
21. Hong sinde andau aton uluh mantehau bara parakayu
saran tana metoh uluh malan likut lewu tumbang danum. 22. Te
uluh manggaue salenga mite Ketot . “ Narai kuam Ketun ? “ . 23. Ela
ketun ridu-ridu manggau aku, aku toh dia hinje ketun tinai. 24.
Aku melai hinje taloh masawe bawin taloh, hong Kereng Tunggal,
masawe due. 25. Baya amun keton anak esungku buah kasusah,
kajake-kajunyo, tau aku maja menyenguk keton, asal ketun
manyewut arangku, hayak manawur behas bahandang-bahenda.
26. Tuntang tinai amun keton aton mahining auch garantung
tantawak hong Kereng Tunggal, jete tanda aton pandang hai nyelo
te, limbah auh te, te lilap ie.
Catatan :
- Kinjap uluh bakas aluh hatue atawa bawi, anak esu manampa
arae beken bara puna arae. Paribasa : Rakak, Hekak, Owan,
Renyau, Tamanang, Janggut, Kelep, tkt, jete basa uluh tabela pali
manyewut aran uluh bakas.
- Kinjap koan uluh ije manyarita sarita toh, uluh jari mahining auch
garantung tantawak hong Kereng Tunggal, maka jete
harajur toto atun pandang hai. Kinjap uluh mahining auch
tandun manuk tuntang pangang aso, jete lewo uluh gaib hong
Kereng Tunggal dan tukep Tumbang Samba.

Riwayat Hidup Singkat Tamanggung Sura Jaya Pati


Lawak

foto
449
( Foto Sandung Tamanggung Sura Jaya Pati Lawak )

Tamanggung Sura Jaya Pati Lawak di masa pemerintahan Raja


Banjar acapkali bertempur mempertahankan penyerangan musuh di
daerah Manuhing untuk mempertahankan Koet 92 Tumbang Manang
dan Koet Tumbang Rukum, juga Tewah di Kahayan. Dalam
perjuangannya mempertahankan daerah Tewah, Nyai Bulau
93bergabung untuk turut serta mempertahankan daerah tersebut

hingga kemenangan diperoleh.


Setelah Raja Banjar menyerah kepada Kompeni, Temanggung
Sura Jaya Pati Lawak tidak sepenuhnya menyerah. Hal ini
disebabkan karena anaknya yang bernama Mutar turut serta menjadi
salah seorang pemimpin pemberontakan melawan Belanda yang
kemudian terkenal dengan perang Kasintu. Perang ini diredakan
dengan perdamaian Tumbang Anoi. Selain itu salah seorang anaknya
lagi yang bernama Luther Nuhan telah membunuh seorang serdadu
Belanda yang menyebabkan Luther Nuhan menerima hukuman
dibuang ke pulau Jawa selama lima belas tahun. Itulah sebabnya
tidak seorangpun anak Tamanggung Sura Jaya Pati Lawak diangkat
menjadi Tamanggung, hanya sebagai Kepala Desa.

Silsilah Tamanggung di Rawi

Penduduk asal di Rawi :


• Tamanggung Kalintei, berputra Tamanggung Kaei
• Tamanggung Kaei menikah dengan Nyai Hapa kemudian
berputra Tamanggung Talenjen.
• Tamanggung Talenjen berputra Tamanggung Tingang.
• Tamanggung Tingang berputra Karis Pambakal.
• Karis Pambakal berputra Singa Lenjun.
• Singa Lenjun berputra Jaga Miring.
• Jaga Miring berputra Tamanggung Tawan.
• Tamanggung Tawan berputra tiga yaitu Kiai Rupuk, namun
Kiai Rupuk tidak memiliki keturunan. Rangga Pati di
kemudian hari pindah ke tempat lain. Tawur menetap di Bukit
Rawi dan dikaruniai lima anak : yaitu Saul, Ripin, Lawak,
Panjin, Lawang.
• Anak Tawur yang bernama Lawak menjadi Tamanggung dan
bergelar Tamanggung Sura Jaya Pati Lawak. Dan daerah
kekuasaannya ialah mudik sungai Kahayan, sungai Rungan

92 Koet adalah suatu istilah yang menyatakan suatu tempat yang


dipertahankan.
93 Pejuang wanita yang mamut menteng.

450
dan sungai Manuhing hingga masuknya kolonial Belanda.
Tamanggung Sura Jaya Pati Lawak mempunyai sembilan
orang anak yaitu Rupuk, Lamiang, Mutar, Mangku Usup,
Ampeng, Ampar, Luther Nuhan, Santan, Jakubus Said.
• Anak cucu Tamanggung Sura Jaya Pati Lawak tersebar di
daerah Kahayan, Kapuas, Barito, Katingan, Sampit,
Banjarmasin dan pulau Jawa.
• Tamanggung Pandung Tanjung Kumpai Dohong adalah nenek
moyang suku Bakumpai
• Suan Ngantung Rangas Tingang adalah nenek moyang suku
Barangas.
• Imat Anjir Sarapat yang bertempat tinggal di muara Anjir
Sarapat ialah nenek moyang suku Alalak.

451
BAB XI
SISTEM RELIGI

Kepercayaan Suku Bangsa Dayak


di Daerah Kalimantan Tengah
Seringkali orang Dayak merasa tidak dipahami oleh
lingkungannya, khususnya bila mereka berada jauh di perantauan.
Munculnya situasi demikian dapat dimengerti, karena
kenyataannya budaya serta adat istiadat orang Dayak tidak banyak
diketahui. Adat istiadat serta budaya suku Dayak yang juga
merupakan aset budaya Nusantara, terkesan rapi tersimpan dan
hanya dikenal di lingkungannya sendiri. Situasi demikian merupakan
tantangan bagi orang-orang Dayak untuk lebih berani membuka diri,
dan mengenalkan budaya serta adat istiadatnya kepada dunia, lebih-
lebih kepada bangsanya sendiri. Tentu saja, kesadaran tersebut harus
muncul dari orang Dayak sendiri.
Kebiasaan di masa lalu, demi menjaga kesakralan tradisi, rahasia
suku adalah milik suku itu sendiri. Tentu saja hal ini menjadi beban
tersendiri bagi generasi penerus, untuk membuka tradisi sukunya
kepada umum. Untuk itu, dengan niat baik, tanpa mengesampingkan
kesepakatan tak tertulis Tatu, Hiang, Tambi, Bue 1, di masa silam,
dengan penuh rasa hormat dan bakti kepada para Leluhur2, demi

1 Kakek, Nenek, dan para pendahulu.


2 Dengan terlebih dahulu memohon izin secara bathin.
sebuah dokumen, buku ini membuka langkah untuk menjadi lebih
terbuka.
Untuk itu, usaha dan kerja keras sangat dibutuhkan, demi
menumbuhkan inisiatif dan kesadaran suku Dayak, agar lebih berani
membuka diri, memberikan informasi kepada masyarakat tentang
agama, adat istiadat, budaya, serta falsafah hidup yang diyakini.
Dengan demikian, pihak lain dapat memahami jati diri dan
kepribadian suku Dayak.
Munculnya niat untuk lebih mengenalkan adat istiadat dan
budaya suku, bukan untuk mengkotak-kotakkan kehidupan
bermasyarakat. Harapan yang dituju, apabila telah saling mengenal,
kemudian memahami, maka kerukunan dan kedamaian bukan lagi
menjadi impian.
Uraian dalam bab ini, lebih menekankan pada masalah yang
berkaitan dengan Kaharingan. Alasan tersebut disebabkan karena
agama Hindu Kaharingan belum banyak diketahui, bahkan belum
dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Padahal kenyataannya,
Kaharingan adalah satu-satunya agama etnis di Bumi Nusantara,
yang telah mendapat pengakuan dari Pemerintah Indonesia sebagai
suatu agama. Namun sangat disayangkan, banyak yang belum pernah
mendengar, apalagi mengenalnya. Lebih parah lagi, banyak yang
salah duga, lalu mengira agama Kaharingan adalah agama kafir dan
penyembah berhala.
Sekalipun dalam perkembangannya Kaharingan juga
bersentuhan dengan agama besar lainnya, akan tetapi tradisi asli
Dayak masih sangat kental terlihat dalam pelaksanaan ritual
keagamaan.
Untuk mempermudah pemahaman, detail cerita diusahakan
sesingkat mungkin, sehingga alur cerita khususnya pada penciptaan,
terkesan tidak lengkap, karena memang tujuan yang ingin dicapai
adalah pengenalan, bukan sebagai suatu ajaran.
Tidak kenal maka tidak cinta, untuk dapat dikenal kemudian
dipahami dan dicinta, izinkan kami masyarakat suku Dayak di
Kalimantan Tengah mengenalkan budaya kami. Sekalipun jauh dari
sempurna, diharapkan uraian singkat ini ada manfaatnya.

Agama Kaharingan

Keyakinan atau kepercayaan asli suku Dayak ialah agama Helu


atau Kaharingan. Kaharingan, berasal dari kata haring, artinya
hidup.

454
Kaharingan tidak dimulai sejak zaman tertentu. Kaharingan
telah ada sejak awal penciptaan, sejak awal Ranying 3 Hatalla 4
menciptakan manusia. Sejak adanya kehidupan, Ranying Hatalla
telah mengatur segala sesuatunya untuk menuju jalan kehidupan ke
arah kesempurnaan yang kekal dan abadi.
Ketika nenek moyang manusia 5 diturunkan ke Pantai Danum
Kalunen, atau Lewu Injam Tingang 6 atau alam tempat kehidupan
manusia, terlebih dahulu mereka telah dibekali sendiri oleh Ranying
Hatalla dengan segala aturan, tatacara, bahkan pengalaman langsung
untuk menuju ke kehidupan sempurna yang abadi.
Itulah sebabnya ketika Raja Bunu dan keturunannya 7
diturunkan dari langit ke bumi menggunakan Palangka Bulau 8,
mereka telah sangat mengerti dan paham bahwa mereka berada di
Pantai Danum Kalunen hanya untuk sementara. Kelak apabila
waktunya telah tiba, mereka akan kembali ke Lewu Liau 9 atau Lewu
Tatau Dia Rumpang Tulang, Rundung Raja Isen Kamalasu Uhat. 10
Mereka buli 11 atau pulang ke tempat asalnya untuk bersatu kembali
dengan Penciptanya, dengan sarana upacara Tiwah 12.
Setelah menetap di Pantai Danum Kalunen, pengetahuan
tersebut diajarkan dan diwariskan kepada anak turunannya secara
terus menerus dalam bentuk Tetek Tatum 13. Bahkan ketika mereka,
nenek moyang manusia masih berada bersama Ranying Hatalla,
contoh bagaimana harus melaksanakan Upacara Tiwah pun telah

3 Ranying artinya Maha Tunggal, Maha Agung, Maha Mulia, Maha Jujur,
Maha Lurus, Maha Kuasa, Maha Tahu, Maha Suci, Maha Pengasih, dan
Penyayang, Maha adil, Kekal Abadi, Maha Mendengar.
4 Hatalla artinya Maha Pencipta.
5 Lihat kisah penciptaan.
6 Lewu Injam Tingang maksudnya tempat pinjaman - bumi ini hanya
dipinjamkan, hanya sementara saja.
7 Raja Bunu dan keluarganya adalah manusia pertama yang diturunkan oleh

Ranying Hatalla ke Pantai Danum Kalunen atau dunia tempat kehidupan


manusia.
8 Tempat sesajen yang terbuat dari emas.
9 Tempat tujuan akhir sempurna bersama Ranying Hatalla.
10 Surga.
11 Buli berarti pulang atau kembali yaitu pada saat kematian, manusia pulang

kembali ke tempat asalnya, sebelum diturunkan ke bumi.


12 Upacara Tiwah adalah upacara mengantarkan arwah orang yang telah

meninggal dunia ke Lewu Liau.


13 Tetek Tatum artinya cerita yang dituturkan secara lisan dengan irama.

Sarana pewarisan pengetahuan baik itu kisah penciptaan, kisah para


leluhur, kisah para pahlawan dan masih banyak hal lain yang diwariskan
oleh ayah kepada anak, begitu seterusnya tanpa terputus.
455
dilaksanakan sedemikian detail. Ranying Hatalla telah mengatur dan
menjadikan segalanya sesuai dengan kehendaknya.
Dengan alasan tersebut di atas, Kaharingan tidak mempunyai
buku pedoman atau tokoh panutan sebagai pendiri yang merupakan
utusan Ranying Hatalla. Agama Kaharingan diturunkan dan diatur
langsung oleh Ranying Hatalla. Keyakinan tersebut hingga saat ini
tetap dianut dan ditaati oleh pemeluknya secara turun-temurun.
Alam terbagi atas :
1. Alam Atas
2. Pantai Danum Kalunen.
3. Alam Bawah.

Untuk menuju Alam Atas dari Pantai Danum Kalunen atau alam
tempat kehidupan manusia, terlebih dahulu harus melewati empat
puluh susunan Ambun atau embun, dan masing-masing lapisan
embun, memiliki nama sendiri-sendiri. Setelah keempat puluh
lapisan embun tersebut dilewati, barulah mencapai susunan langit
pertama. Tempat tinggal Ranying Hatalla adalah pada langit
ketujuh, langit tertinggi.

Kalimat suci yang selalu dijadikan pegangan oleh


penganut Kaharingan :
• Indu Rangkang panekang tulang, mina runting paniring uhat
artinya Kaharingan sebagai pegangan merupakan sumber segala
kekuatan lahir batin.
• Indu Lambung panunjung tarung, mina timpung payun rawei
artinya Kaharingan sebagai pegangan menjadi sumber segala
kebijaksanaan, ungkapan suci serta petunjuk-petunjuk yang dapat
dijadikan suri tauladan.
• Putir Sinta Rantaian, Mina Lingga artinya Kaharingan sebagai
pegangan merupakan sumber kerukunan, kasih dan kesejahteraan
hidup.
• Indu Miring Penyang artinya Kaharingan sebagai pegangan
merupakan akal budi dan sumber hikmah yang menuntun dan
membimbing mereka menuju jalan yang benar baik di dunia
maupun di akhirat.

Dalam Kaharingan, diyakini bahwa setiap orang dalam


kehidupannya mempunyai tugas dan misi tertentu. Misi utama
Kaharingan ialah mengajak manusia menuju jalan yang benar
dengan berbakti serta mengagungkan Ranying Hatalla dalam setiap
sikap dan perbuatan.
Ajaran tersebut termuat dalam kalimat :

456
“Balang Bitim jadi isi sampuli balitam jadi daha, dia baling
bitim tau indu luang rawei “.
Artinya:
“Kamu bukan dijadikan menjadi darah dan daging, tetapi
selebihnya hendaklah engkau mempunyai suatu misi “.

Maksudnya badan jasmani yang terdiri dari darah dan daging


mampu menjadikan manusia makhluk yang sempurna dalam arti
harati, bakena mamut menteng 14 dan bijaksana. Namun keadaan
demikian bukan demi kepentingan pribadi. Semua kesempurnaan itu
dimaksudkan sebagai sarana untuk mencapai misi atau tujuan hidup
yang telah ditentukan oleh Ranying Hatalla.
Tanggung jawab manusia melaksanakan misi kehidupannya
dengan sempurna, merupakan syarat mutlak yang harus
dilaksanakan. Untuk mencapai hal tersebut, lahir dan batin harus
selalu bersih. Di sini, dalam ajaran Kaharingan, faktor penyucian
diri, yang dilambangkan dengan hasaki/hapalas 15 pegang peranan
penting dalam kehidupan. Manusia harus selalu, bersih.
Dengan hasaki, hapalas sebagai lambang penyucian diri,
manusia terbebas dari pengaruh-pengaruh jahat, baik lahir maupun
batin. Dalam keadaan bersih lahir batin, manusia, menjadi lebih peka
dan mampu menerima karunia dan anugerah Ranying Hatalla.
Karunia tersebut berupa petunjuk yang akan diberikan oleh Ranying
Hatalla, dengan perantara Roh Baik yang kehadirannya tidak terlihat
mata jasmani.

Kaharingan mengenal tiga relasi yang harus dijaga


keharmonisannya, yaitu :
 Hubungan manusia dengan Ranying Hatalla.
Dalam ajaran Kaharingan, dinyatakan bahwa Hubungan
manusia dengan Ranying Hatalla :
 Penyang Ije Kasimpei, Penyang Ranying Hatalla Langit
artinya Beriman kepada Yang Tunggal yaitu Ranying Hatalla.
Hubungan manusia dengan manusia lainnya baik secara kelompok,
maupun individu.
 Hatamuei Lingu Nalata, artinya saling kenal mengenal, tukar
pengalaman dan pikiran, serta saling tolong menolong.
 Hatindih Kambang Nyahun Tarung, Mantang Lawang Langit,
artinya berlomba-lomba jadi manusia baik agar diberkati oleh

14 Artinya pandai, cakep atau bagus/cantik untuk perempuan, gagah perkasa.


15 Mengoleskan atau mengusap darah binatang kurban. Fungsinya untuk
menetralisir atau bersifat mendinginkan.
457
Tuhan di langit, dan bisa memandang dan menghayati
kebesaran Tuhan.
 Hubungan manusia dengan alam semesta.
 Ciptaan Ranying Hatalla yang paling mulia dan sempurna
adalah manusia. Oleh karena itu manusia wajib menjadi suri
tauladan bagi segala mahluk lainnya. Keajaiban-keajaiban yang
terkadang terjadi adalah sarana untuk mengetahui dan lebih
menyadari kebesaran Ranying Hatalla. Dengan demikian,
segala mahluk semakin menyadari bahwa hanya Ranying
Hatalla yang patut disembah. Alam merupakan suatu tatanan
harmoni, dan terjadinya keharmonisan merupakan tanggung
jawab manusia.

Sebagai ciptaan paling mulia dan sempurna, diharapkan


manusia: Bitim batakuluk bangun tarajun ambun, baramate ungkal
bulau pungkal raja, bakining bulau batutuk sangkalemu, bajela
bulau batangep rabia, baiweh Nyalung Kaharingan Belum, basilu
ruhung bataji pulang, bakatetes hinting bunu panjang, baratap
hinting kamarau ambu, batatutuh bulau lelak bendang, batingkai
rabia bahinis kereng, baragana anak antang baputi, belum bahalap
limu-limut bulue, hapanduyan Nyalung Kaharingan Belum,
hapupuk guhung paninting aseng, tantausik Jata – Hatalla.

Artinya:
Jadilah manusia yang mempunyai akal pikiran seperti teraju
yang adil dan timbangan yang benar, mempunyai pandangan yang
luas. Ia pandai melihat dan memilih mana yang benar serta mana
yang salah, mana yang adil dan mana yang tidak adil. Cahaya
matanya memancarkan cahaya keadilan dan perlindungan, rasa aman
dan rasa bakti. Apa yang diucapkannya benar dan berguna. Lidahnya
hanya mengucapkan hikmat dan kebenaran, perdamaian. Air liurnya
mengalir air kehidupan yang tidak kering-keringnya. Tangan dan
segala gerakkannya penuh budi dan perdamaian. Pandai
memutuskan segala perkara dengan adil dan jujur serta berbuah
kemakmuran yang merata, ia selalu beriman menjadi contoh dan
tauladan bagi sesama umat manusia, disenangi dan disegani
dimanapun ia berada. Ia selalu membersihkan dan menyucikan
dirinya dan jiwanya. Dengan demikian ia selalu diberkati dan
diberikan Rahmat oleh Yang Maha Suci-Tuhan.

Harapan Eskatologis

Impian eskatologis setiap orang setelah kematian terjadi adalah,


Buli Lewu Tatau Dia Rumpung Tulang, Rundung Raja Isen
458
Kamalasu Uhat, yaitu Surga, tempat yang kaya raya, sejahtera dan
membahagiakan. Tidak ada kesusahan dan kemiskinan serta
kesengsaraan. Di sinilah Upacara Tiwah pegang peranan penting.
Bila diamati dengan seksama, di dalam aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh Ranying Hatalla, banyak ajaran moral dan kasih
kepada sesama terselip. Di antaranya setiap orang punya hak untuk
Buli Lewu asalkan upacara Tiwah dilaksanakan oleh mereka yang
ditinggalkan, dalam hal ini diharapkan para kerabat dan sanak
keluarga.
Dengan demikian dalam menjalani langkah kehidupan setiap
orang harus mampu kontrol diri dalam sikap dan perbuatan serta
mampu menjalin relasi dengan sesama. Sejak dini, orang tua wajib
mengenalkan kepada anak dan turunannya akan rasa hormat dan
bakti kepada para leluhur.
Bimbingan dan pengarahan juga diberikan kepada keturunannya
agar bertanggung jawab dengan penuh kesadaran dan keihklasan
untuk melaksanakan upacara Tiwah bagi kedua orang tuanya, bila
saatnya telah tiba. Adanya keterikatan untuk saling bertanggung
jawab dan saling menghargai satu sama lain, berfungsi sebagai
pengendali kontrol diri bagi manusia. Karena tidak mungkin seorang
yang telah meninggal dunia, mampu melaksanakan upacara Tiwah
bagi dirinya sendiri.

Dosa berat dalam kehidupan manusia ialah :


1. Merampas.
2. Mengambil isteri orang.
3. Mencuri.
4. Merampok.
5. Ketidak adilan dalam memutuskan perkara bagi mereka yang
berwewenang memutuskannya, yaitu para Kepala Kampung,
Kepala Suku dan Kepala Adat.
6. Tindakan tidak adil atau menerima suap atau uang “Sorok“
bagi mereka yang bertugas mengadili perkara di Pantai
Danum Kalunen (dunia).

Neraka tidak dikenal, namun bila melakukan pelanggaran atau


tidak taat akan suatu aturan yang telah ditetapkan oleh Ranying
Hatalla, malapetaka akan langsung dialami. Malapetaka dapat pula
datang tidak seketika, perlahan tapi pasti.
Ketika malapetaka itu datang, mereka rela dan iklas
menerimanya. Secara batin, mereka sendiri mampu merasakan dan
membedakan, apakah nasib tidak beruntung atau malapetaka yang
dialami merupakan hukuman dosa, atau merupakan cobaan yang

459
berasal dari Nyalung Kaharingan Belum 16. Karena memang tidak
semua kesialan atau malapetaka yang dialami manusia berasal dari
hukuman dosa yang telah dilakukan. Nyalung Kaharingan Belum
juga berperan membentuk manusia untuk menjadi semakin kuat,
kokoh dan tegar.
Nyalung Kaharingan Belum menyucikan manusia dalam
bentuk cobaan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari luar atau
lingkungan sekitarnya. Namun demikian, dengan segala kasihnya
Ranying Hatalla selalu memberikan pertolongannya kepada
manusia. Peristiwa ini terungkap dalam kisah penciptaan.
Ketika sepasang manusia pertama ingin mengembara, Ranying
Hatalla memberikan kepada mereka Sangku Bulau17 yang berisi
Nyalung Kaharingan Belum yang kemudian langsung digendong
oleh isteri Manyamei, yaitu Kameluh Bajarumat Hintan 18. Di
perjalanan Nyalung Kaharingan Belum tertumpah.
Kisah lain19, proses Raja Bunu mendapatkan jodoh. Terjadi
peristiwa dimana Nyalung Kaharingan Belum juga tertumpah.
Dalam kedua kisah tersebut, munculnya godaan atau roh jahat
selalu dengan peristiwa tumpahnya Nyalung Kaharingan Belum.
Pada saat itu, manusia dalam keadaan tidak waspada, sehingga roh
jahat berusaha membujuk. Dengan demikian, setiap saat manusia
diharapkan selalu waspada, karena roh jahat tak pernah berhenti
mengamati dan mencari peluang untuk menggoda manusia.
Ranying penuh maaf dan kasih. Sebesar apapun kesalahan
manusia, maaf tetap diberikan, asalkan manusia dengan tulus dan
sadar menyesali perbuatannya. Pernyataan sesal dan permohonan
maaf tersebut dilaksanakan dalam bentuk upacara adat.
Manusia sempurna menurut suku Dayak ialah orang yang
mampu melaksanakan hukum adat dengan sempurna serta mentaati
Hukum Pali. Merekalah orang-orang yang disegani dan memiliki
wewenang rohani yang ampuh dan diandalkan. Kata-kata mereka
akan selalu didengar. Nasihat dan petuah, selalu diharapkan.
Hukum Pali berarti larangan yang harus ditaati. Namun apabila
larangan tersebut telah terlanjur tidak ditaati, maka pelanggaran
tersebut harus dinetralisir. Apabila dibiarkan begitu saja maka
keharmonisan alam akan terganggu, dampaknya dapat mencelakakan
banyak orang bahkan seisi kampung akan terkena getahnya.
Sebagai contoh, apabila terjadi perkawinan sala hurui atau salah
silsilah, misalnya, seorang anak menikah dengan adik kandung
ayahnya (paman/bibinya), maka keduanya akan mendapatkan

16 Air Kehidupan.
17 Tempat penyimpan air yang terbuat dari emas.
18 Lihat kisah penciptaan.
19 Lihat kisah penciptaan.

460
hukuman. Perbuatan salah telah mereka lakukan, oleh karena itu
dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan keduanya wajib
melaksanakan upacara Pakanan Tambun Tulah.
Pada saat upacara berlangsung, kisah singkat awal adanya pali
diuraikan. Maksudnya agar siapapun yang hadir dalam upacara
tersebut, ingat kembali bahwa tidak mematuhi aturan yang telah
ditentukan oleh Ranying Hatalla ada resikonya. Dalam upacara,
kedua mahluk yang tidak mentaati aturan, harus makan pada
tempat bekas babi makan20. Bukan hanya pada piring atau tempat
makan babi, namun cara mereka makan, harus juga berkaki empat
seperti babi. Itu berarti mereka harus makan sambil merangkak di
tanah.
Saat itu keduanya jadi bahan tontonan, karena disaksikan oleh
banyak orang. Rasa malu terpaksa ditanggung, demi menetralisir
kesalahan yang terlanjur telah dilakukan. Mau tidak mau, suka tidak
suka cara tersebut harus dilaksanakan, karena dengan melaksanakan
upacara Pakanan Tambun Tulah, maka dosa mereka diampuni.
Demikian pula anak keturunannya, terbebas dan tidak lagi disebut
Tulah Sahu.
Akan tetapi perlu diingat bahwa, sekalipun dampak atau akibat
Tulah Sahu dapat dinetralisir dengan sarana upacara, namun nama
buruk yang telah terjadi akibat perbuatan buruk, akan ditanggung
seumur hidup. Oleh karena itu perlu kendali diri apabila tidak ingin
mendapatkan malu yang bertubi-tubi.
Ketika Raja Bunu dengan anak turunannya diturunkan ke
Pantai Danum Kalunen 21, Ranying Hatalla telah memberikan
petuah/pesan kepada mereka. Peteh22 Ranying Hatalla sangat
melegakan karena Raja Bunu tidak perlu takut dan khawatir bila
telah sampai di Batang Danum Kalunen. Kedua kakaknya, yaitu Raja
Sangen dan Raja Sangiang beserta semua turunannya, telah
menerima tugas dari Ranying Hatalla, untuk selalu mengawasi dan
memberikan pertolongan kepada Raja Bunu dan semua turunannya.
Oleh karena itu Kaharingan meyakini adanya mahluk yang tidak
terlihat mata jasmani, namun berada di segala tempat, baik di bumi23
maupun di langit. Mereka adalah anak cucu turunan Raja Sangen
dan Raja Sangiang.

20 Piring atau tempat yang biasanya digunakan babi untuk makan.


21 Sebagai hukuman karena ketidak taatan.
22 Peteh artinya pesan.
23 Ketika Raja Bunu dan turunannya diturunkan ke Pantai Danum Kalunen,

Raja-raja, Kameluh-kameluh bahkan Antang Patahu juga turut serta


diturunkan bersamaan.
461
Mahluk-mahluk yang tidak terlihat oleh mata jasmani dan
bertempat tinggal di langit 24 dapat turun ke bumi untuk menemui
manusia, memberikan pertolongan atau melaksanakan tugas lainnya.
Mahluk-mahluk tersebut adalah juga ciptaan Ranying Hatalla.
Masing-masing mereka mempunyai tugas khusus dalam
pengendalian alam dan kesejahteraan manusia.
Diperlukan kewaspadaan apabila ingin berkomunikasi dengan
mahluk-mahluk tersebut. Tidak semua dari mereka adalah roh baik,
sebagian ada juga roh jahat. Mereka tak pernah henti menggoda
manusia untuk tidak lagi taat kepada Ranying Hatalla.
Dalam ritual upacara adat biasanya untuk mahluk-mahluk
tersebut disediakan sajen. Doa khusus juga diucapkan bagi mereka.
Sajen disediakan sebagai ucapan syukur dan terima kasih kepada roh
baik, karena telah mengupayakan kebaikan bagi manusia. Untuk roh
jahat, sajen diberikan agar mereka tidak menyesatkan dan
mengganggu jalannya upacara.
Di sini pengendalian diri amat sangat dibutuhkan. Ranying
Hatalla mengizinkan manusia untuk berkomunikasi dengan roh atau
mahluk halus yang tidak terlihat oleh mata jasmani. Kepada mereka
manusia diizinkan meminta tolong serta mohon petunjuk. Namun
satu hal perlu diingat, manusia harus selalu dalam keadaan waspada.
Menghindari keserakahan dan pengendalian diri sangat dibutuhkan.
Apabila tidak berhati-hati dan tidak memahami benar, mungkin saja
kesalahan yang terjadi. Bukan roh baik yang dituju namun roh jahat
yang dapat menipu, menyesatkan serta mencelakakan manusia.
Kaharingan sangat menghormati dan memuliakan Ranying
Hatalla. Perkara kecil yang sepele urusan keduniawian tidak perlu
melibatkan Ranying Hatalla. Ranying Hatalla telah memberi
wewenang kepada para pembantu-Nya untuk menyelesaikannya.
Pembagian tugas telah diatur sedemikian cermat.
Manusia, apabila ingin berkomunikasi dengan Ranying Hatalla,
melalui Balian atau Basir. Sekalipun demikian, Balian atau Basir
tidak secara langsung berkomunikasi dengan Ranying Hatalla,
namun melewati para pembantu Ranying. Para Pembantu Ranying
ialah roh baik yang telah diberikan tugas dan tanggung jawab tertentu
oleh Ranying.
Balian adalah seorang perempuan yang bertugas sebagai
mediator dan komunikator antara manusia dengan makhluk lainnya
yang keberadaannya tidak terlihat oleh mata jasmani manusia. Tidak
setiap orang, sekalipun berusaha keras, mampu melakukan tugas dan
kewajiban sebagai Balian. Biasanya hanya orang-orang terpilih saja.

24 Dikenal tujuh lapisan langit.


462
Ada beberapa tanda yang dapat dijadikan pedoman
kemungkinan seorang anak kelak bila telah dewasa dapat menjadi
seorang Balian. Salah satunya apabila seorang anak perempuan lahir
bungkus yaitu pada saat dilahirkan placenta anak tidak pecah karena
proses kelahiran. Ia dilahirkan utuh terbungkus placentanya.
Demikian juga sikap dan tingkah laku anak sejak kecil berbeda
dengan anak-anak pada umumnya. Ia pun banyak mengalami
peristiwa-peristiwa tidak masuk akal bagi lingkungannya.
Basir seperti halnya Balian adalah mediator dan komunikator
manusia dengan mahluk lain yang keberadaannya tidak terlihat oleh
mata jasmani. Di masa silam, Basir selalu seorang laki-laki yang
bersifat dan bertingkah laku seperti perempuan, namun sekarang hal
tersebut sudah tidak berlaku lagi. Dalam dunia spiritual Basir
memiliki kemampuan lebih dalam hal pengobatan, khususnya
penyembuhan penyakit yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
mistik.
Beras mempunyai arti khusus bagi suku Dayak. Selain sebagai
makanan pokok, penunjang hidup, juga berperan sebagai media
komunikasi antara manusia dengan Ranying Hatalla. Itulah
sebabnya dalam setiap upacara adat selalu disediakan beras. Beras ini
ditaburkan ke udara, dan ke atas kepala manusia. Maksudnya,
dengan menaburkan beras maka Putir Selong Tamanang dan Raja
Angking Langit 25 ikut menghadiri acara yang sedang dilaksanakan
tersebut.
Dari sekian banyak roh baik, beberapa diantaranya:
1. Raja Uju Hakanduang 26– Roh Suci pembawa ajaran Tuhan.
2. Raja Tunggal Sangumang – membawa rezeki, iman dan
kesempurnaan.
3. Rawing Tempun Telun – bertugas mengantar roh ke surga.
4. Manteri Mama Luhing Bungai, Salutan Raja Nalawung Bulau –
memberi hikmah dan kebijaksanaan.
5. Raja Sambung Maut – berkuasa atas maut.
6. Raja Entai Nyahu – penjaga kuburan
7. Masih banyak lainnya.

Dari sekian banyak roh jahat, beberapa diantaranya


1. Angui Mama Lengai Bungai 27.
2. Rajan Peres28, atau Jagan Hantuen Peres.
3. Nyaring Pampahilep29.

25 Pembantu terdekat Ranying Hatalla.


26 Raja Uju Hakanduang. Uju berarti tujuh karena jumlah mereka ada tujuh
orang.
27 Angui berarti bunglon, selalu berubah-ubah dan menyesatkan.
28 Rajan peres artinya Raja penyakit.

463
Orang Dayak juga mengenal dan menghormati para pembantu
Ranying Hatalla yang bertugas menyejahterakan dan menjaga
keselamatan dan keamanan suku, di antaranya:
1. Putir Selong Tamanang30, Penguasa parei-behas 31.
2. Raja Angking Langit, Penguasa parei-behas 32.
3. Nyaru Menteng, Penguasa perang, angin, petir, halilintar, api 33 -
Menjaga Keselamatan dan Keamanan Suku.
4. Nayu, Penguasa Perang, angin, petir, halilintar, api 34 - Menjaga
Keselamatan dan Keamanan Suku.
5. Pangantoha, Penguasa perang, angin, petir, halilintar, api 35 -
Menjaga Keselamatan dan Keamanan Suku.
6. Janjalung Tatu Riwut 36, Penguasa mata angin, bertugas
mengendalikan semua arah mata angin.
7. Gambala Rajan Tanggara 37, Penguasa mata angin, bertugas
mengendalikan semua arah mata angin.
8. Raja Tuntung Tahaseng 38, berkaitan dengan usia atau nafas
kehidupan manusia. Apabila ada manusia yang meminta umur
panjang, berhasil tidaknya ditentukan oleh Ranying Hatalla.
Raja Tuntung Tahaseng tidak punya wewenang menentukan. Ia
hanya menjembatani komunikasi antara manusia dengan
Ranying Hatalla.
9. Tamanang Tarai Bulan39, bertugas merawat harta duniawi baik
yang masih baru, maupun yang sudah usang.
10. Raja Sapanipas 40, bertugas mengamati, memelihara, dan
memperbaiki kehidupan manusia yang nasibnya kurang
beruntung.
11. Raja Mise Andau 41, pengendali waktu.

29 Nyaring Pampahilep artinya jadi-jadian.


30 Lihat Penciptaan daerah Katingan dan sekitarnya.
31 Parei Behas, berarti padi – beras.
32 Lihat Penciptaan daerah Katingan dan sekitarnya.
33 Lihat Penciptaan daerah Katingan dan sekitarnya.
34 Lihat Penciptaan daerah Katingan dan sekitarnya.
35 Lihat Penciptaan daerah Katingan dan sekitarnya.
36 Lihat Penciptaan daerah Kahayan dan Kapuas dan sekitarnya.
37 Lihat Penciptaan daerah Kahayan dan Kapuas dan sekitarnya.
38 Lihat Penciptaan daerah Kahayan dan Kapuas dan sekitarnya.
39 Lihat Penciptaan daerah Kahayan dan Kapuas dan sekitarnya.
40 Lihat Penciptaan daerah Kahayan dan Kapuas dan sekitarnya.
41 Lihat Penciptaan daerah Kahayan dan Kapuas dan sekitarnya.

464
Penciptaan
(Dayak Ngaju Daerah Katingan)

Sebelum mengawali uraian ini perlu diberikan informasi bahwa


memang tidak mudah memahami tradisi, keyakinan, serta adat
istiadat budaya suku Dayak tanpa pernah mengunjungi, melihat
lokasi alam, serta lingkungan kehidupan mereka. Suku Dayak di
Kalimantan terbagi dalam 7 suku dan 405 sub suku. Proses pewarisan
tradisi dan budaya dilaksanakan secara lisan karena tidak dikenalnya
aksara. Di sini setiap suku memiliki cara tersendiri dalam
mengekspresikan keyakinannya. Namun pada dasarnya konsep
pemahaman yang mereka yakini dapat dikatakan tidak jauh berbeda.
Salah satu hal yang dapat dijadikan pegangan terdapat pada
paham Kaharingan, keyakinan asli yang dimiliki suku Dayak,
penduduk asli yang mendiami pulau Kalimantan 42. Di sini paham
Kaharingan hanya mengakui satu Allah Yang Maha Kuasa, Awal dan
Akhir dari segala kejadian, yang mereka sebut “Ranying Pohotara
Jakarang Raja Tuntung Matanandau Kanaruhan
Tambing Kabanteran Bulan“, atau Ranying Hatalla.
Ranying Hatalla bertempat tinggal pada langit ketujuh di Tasik
Malambung Bulau Bukit Hintan Bagantung Langit Kereng Rabia
Batuyang Hawun Bukit Tunjung Nyahu Rintuh Rinjau Kamanjang
Lohing Gohong Paninting Haseng, Teneng Kamandih Sambang,
Lewu Tatau Habusung Hintan, Hakarangan Lamiang, Kaleka Liau
Parara Wuang Nihau Tambing Matei.
Keberadaan Ranying Hatalla di langit ketujuh tidak sendirian,
namun didampingi oleh para pembantunya. Mereka adalah :
1. Putir Selung Tamanang.
2. Raja Angking Langit.
3. Raja Sampunang Sampaning.
4. Raja Sapaitung Andau.
5. Raja Angking Penjang.
6. Raja Kanimbang Dara.
7. Raja Pangantang Dara.
8. Putir Maluja Bulau.
9. Putir Maluja Hintan.
10. Putir Urak Manjang.
11. Sangiang Langit Lombah.
12. Jata Pangeran Intan.
13. Antang Intuh Bakining Bulau.

42 Di masa lalu oleh penduduk asli, pulau Kalimantan di sebut Pulau Bagawan
Lewu Telo atau Pulau Goyang.

465
14. Dahiang Sandehen Belum.
15. Pantis Lonuk Tantalin Untung.
16. Pantis Kayu.
17. Pantis Kayu Erang.
18. Raja Sagagaling Langit.
19. Angoi Bungai Tampulengai Tingang.
20. Sawang Untung.
21. Masih ada 40 Mantir Untung Panjang.

Di langit ketujuh mereka tinggal di Bukit Kagantung Gandang.


Dua dari sekian banyak pembantu Ranying Hatalla adalah pembantu
terdekat yaitu Putir Selong Tamanang dan Raja Angking Langit.
Keduanya selalu berada dekat Ranying.
Selain sebagai orang terdekat Ranying Hatalla, keduanya adalah
penguasa “Parei-Behas“ 43. Padi-beras berasal dari Pantis Kambang
Kabanteran Bulan Lelak Lumpung Matanandau44 dan tumbuh di
Bukit Kagantung Langit tempat tinggal Putir Selong Tamanang dan
Raja Angking Langit.
Beras yang ada di Pantai Danum Kalunen atau dunia ini
diturunkan dari langit ketujuh oleh kedua pembantu terdekat
Ranying Hatalla tersebut. Roh yang ada dalam beras adalah roh
mereka berdua.
Itulah sebabnya orang Dayak sangat menghargai beras-padi
karena roh beras-padi dianggap mampu memberikan pertolongan
kepada mereka. Selain sebagai makanan pokok penunjang hidup,
penyambung nafas, juga sebagai media komunikasi antara mereka
dengan Ranying Hatalla.
Dengan perantaraan beras, orang Dayak mampu melakukan
banyak hal yang bersifat magis. Dalam setiap upacara sakral, beras
tidak pernah ketinggalan, selalu ditaburkan ke udara atau ke atas
kepala manusia.

Awal Penciptaan

Ketika Ranying Hatalla melepas dan melempar


selatup/lawung/ikat kepalaNya yang terbuat dari emas, intan, dan
campuran segala jenis permata indah, seketika lawung tersebut
menjelma menjadi dua batang pohon besar dan sangat rimbun.
Berbeda dengan pohon biasa, buah serta dedaunan kedua pohon
tersebut terbuat dari emas, berlian serta segala jenis permata. Kedua
pohon tersebut diberi nama:

43 Padi-beras.
44 Artinya tetesan bulan di langit ketujuh.
466
1. Batang Garing Tingang 45.
2. Bungking Sangalang 46.

Gambar Batang Garing


(Sumber : Gambar Dandang Tinggang Jilid II, Damang J. Saililah,
Lembaga Bahasa dan Seni Budaya Universitas Palangka Raya 3 Agustus
1983 Hal. 35)

Putir Selung Tamanang memelihara seekor burung enggang


bernama Tingang Rangga Bapantung Nyahu Manela Bulau. Burung

45 Pohon Kehidupan.
46 Belum ditemukan informasi untuk pohon kedua.
467
tersebut dikurung dalam sangkar emas. Makanannya sepah sirih
(jawa: lepehan sirih pinang) Putir Selung Tamanang.
Tetapi karena jatah makannya tidak mencukupi, perut Tingang
Rangga masih terasa lapar. Melihat ranumnya buah-buahan di
Batang Garing seleranya tak tertahankan. Tingang Rangga berusaha
keluar dari sangkar emasnya. Nampaknya perjuangan tidak sia-sia
karena akhirnya Tingang Rangga berhasil lepas dari sangkarnya,
langsung terbang dan hinggap di Batang Garing lalu dengan lahap
menyantap buah pohon kehidupan tersebut.
Sekali lagi Ranying Hatalla melempar dohong yaitu sejenis
senjata yang ukurannya kecil berbentuk mata tombak namun
ujungnya agak tumpul, terbuat dari emas dan bertatahkan intan dan
batu manikam. Dalam sekejap dohong yang dilemparkan tersebut
menjelma menjadi burung enggang jantan yang diberi nama
Tambarirang Batantan Langit.
Ketika Tambarirang memandang ke arah Batang Garing,
terlihat olehnya seekor Tingang Rangga hinggap pada ujung dahan
Batang Garing Tingang. Setelah diamati nampak jelas bahwa burung
Tingang Rangga sedang asyik menikmati buah pohon kehidupan
tersebut. Menyaksikan hal tersebut, Tambarirang langsung terbang
mendekati Tingang Rangga dan mematuk-matuk lumut yang
ditemukannya pada batang dan dahan pohon kehidupan tersebut.
Akhirnya keduanya bertarung, yang mengakibatkan patahnya
dahan pohon. Patahan dahan jatuh ke dalam air, seketika menjelma
menjadi Lasang Bakirai Bahenda yaitu perahu yang bisa melaju
sendiri. Potongan dahan lainnya menjelma menjadi sebuah sungai
yang bernama Batang Danum Sangsang atau Batang Danum
Sangiang/Batang Danum Hinting Dohong Harawa Bunu/Batang
Danum ain Haramaung Batulang Bunu/Jalajan, dimana Naga
Tumbang yaitu sejenis ular berukuran besar dan bersisik tinggal di
dalamnya.
Kemudian Tambarirang mematuk dahan Batang Garing hingga
salah satu dahannya patah, dan menjelma menjadi seorang gadis
cantik yang bernama Kahungkup Bungking Garing, yang dengan
seketika telah berada dalam sekunyar Lasang Bakirai Bahenda 47.
Kemarahan Tingang Rangga semakin menjadi-jadi, sehingga
pertarungan menjadi semakin sengit. Akhirnya Batang Garing
rubuh, menjelma menjadi Tasik Galumbang Bulau Danau Labehu
Rampang Matanandau. Kemudian dari serpihan Batang Garing
yang telah tumbang tersebut tercipta Batang Danum Rutas, tempat
Raja Tapitik Kawu yang kemudian menjadi Raja segala Tapitik yang

47 Sejenis perahu.
468
menguasai segala upacara Tapitik, beranak Imam Hanjaliwan48 dan
menjadi datuk dari segala ular hanjaliwan.
Imam Hanjaliwan beranak Suluh Bawin Uluh Bukit Hinting.
Serpihan lain menjelma menjadi Banama atau sekunyar bernama
Banama Babilem atau Banama Panjang.
Pertarungan kedua burung suci tersebut tetap berlanjut. Leher
burung Tingang Rangga dipatuk oleh Tambarirang, sehingga dari
paruh Tingang Rangga keluar Lumut Garing yang jatuh tepat di
Banama Babilem yang kemudian menjelma menjadi seorang laki-laki
bakena 49 bernama Manyamei Balua Unggun Tingang atau Tunggul
Garing Janjahunan Laut.
Pertarungan burung-burung suci ini semakin seru dan akhirnya
mengakibatkan kematian keduanya. Tubuh Tambarirang menjelma
menjadi Sungai Tambarirang tempat tinggal Banama Babilem dan
Raja Rapantap Kilat 50. Bagian tulang lainnya jatuh di Sungai Sahai
sampai Teluk Tasik Batu Nindan dan menjelma menjadi Lunuk
Jayang Tingang. Tulang lainnya menjelma menjadi Sungai Terusan
Tingang yang letaknya di daerah Batang Danum Jalajan pada langit
keenam.
Singkat cerita Lasang Bakirai Bahenda atau perahu yang
ditumpangi oleh Kahungkup Bungking Garing bertemu dengan
Banama Babilem/Banama Panjang yang ditumpangi oleh
Manyamei Balua Unggun Tingang/Tunggul Garing Janjahunan
Laut. Dua mahluk berlainan jenis itu berkenalan dan saling mengikat
perahu masing-masing. Sejak pandangan pertama Manyamei
menaruh hati kepada Kahungkup Bungking Garing, karenanya ia
memberanikan diri untuk menyampaikan niat hatinya.
Suatu hari berkatalah Manyamei kepada Kahungkup Bungking
Garing “O Rohong Kanduang 51 maukah Kau kujadikan isteriku?“
Mendengar pertanyaan itu Kahungkup Bungking Garing
terkesiap dan menjawab spontan, “Permintaan Rohong Kanduang
akan saya terima, namun ada syaratnya yaitu Rohong Kanduang
dapat mengabulkan satu permintaanku.“
Adapun syarat pernikahan yang diajukan oleh Kahungkup
Bungking Garing ialah sebuah pulau tempat mereka berdua berlabuh
untuk membangun keluarga baru.
Mendengar permintaan Kahungkup Bungking Garing,
Manyamei tersentak, dalam hati ia berguman “satu pulau“. Guman
Manyamei didengar Hatalla, seketika dari langit turun sebuah pulau

48 Sejenis ular yang sangat berbisa.


49 Gagah perkasa dan rupawan.
50 Raja Rapantap Kilat merupakan orang kepercayaan Nyaru Menteng yaitu

penguasa kilat, petir, halilintar.


51 Dalam bahasa Dayak Sangen artinya saudara.

469
yang bernama Batu Nindan Tarung. Setelah pulau Batu Nindan
Tarung diturunkan dari langit, kawinlah mereka.
Ketika Kahungkup hamil untuk pertama kali, ia mengalami
keguguran. Gumpalan darah yang keluar dari tubuh Kahungkup
menjelma menjadi beberapa makhluk yang kemudian menyebar dan
hidup menetap di berbagai tempat yaitu di Pantai Danum Kalunen,
di langit kesatu, kedua dan seterusnya hingga langit ketujuh. Ada juga
yang hidup di udara dan di air.
Kehamilan kedua, Kahungkup keguguran lagi. Saat itu
Kahungkup sedang mandi di sungai, gumpalan darah yang keluar
dari tubuhnya oleh Kahungkup diletakkan pada sebuah batang pohon
yang hanyut di depannya. Seketika gumpalan darah tersebut
menjelma menjadi seorang gadis bernama Putir Rewu Bawin Pulau
Telu puluh yang juga bernama Jagan Hantuen Peres 52 karena ia
adalah penguasa segala macam penyakit.
Kehamilan ketiga lagi-lagi Kahungkup keguguran, gumpalan
darahnya menjelma menjadi seorang gadis bernama Indu Renan
Lawung yang kemudian menikah dengan Angan Biu Mama Sawang
Bungai Penyang Balasu Mama Randang Layang. Kedua suami isteri
ini kemudian menjadi penguasa buaya di Pantai Danum Kalunen.
Kehamilan keempat keguguran lagi dan menjelma menjadi
seorang gadis yang kemudian menikah dengan Naga Dambung. Dari
perkawinan tersebut telah lahir 6 perempuan yang dapat digolongkan
sebagai mahluk halus dan kegemarannya mencari masalah dan
mengganggu perempuan hamil dan melahirkan. Oleh karena itu agar
saat kehamilan dan proses melahirkan tidak mendapat gangguan dari
keenam anak gadis Naga Dambung, maka perempuan yang sedang
hamil biasanya menyediakan sesajen yang ditujukan kepada
keenamnya dengan cara menggantungkan ancak 53 di dahan pohon
atau meletakkan guci kecil di tepi sungai.
Pada keguguran kelima, ceceran darah menjelma menjadi
seorang perempuan yang cantik rupawan kemudian diberi nama
Kameluh Lelak Lawang yang kemudian menikah dengan Batu
Mambu. Dari perkawinan ini lahir tujuh orang anak yang
kesemuanya laki-laki, uras ureh mamut menteng 54. Ukuran tubuh
mereka tinggi besar, dan mereka adalah penguasa perang, dewa
pertempuran.
Biasanya orang Dayak sebelum berangkat perang terlebih dahulu
menyediakan sajen buat ketujuh penguasa perang putera Batu
Mambu. Caranya sajen disediakan pada waktu siang hari saat

52 Penyakit.
53 Tempat sajen
54 Semua gagah perkasa pantang menyerah.

470
matahari bersinar sangat teriknya, diletakkan pada sebuah gong besar
kemudian diikat pada dahan pohon besar. Tiga dari ketujuh saudara
tersebut memiliki kesaktian yang lebih dari saudara lainnya. Mereka
adalah Nyaru Menteng, Nayu, Pangantoha yang merupakan
penguasa angin, petir, halilintar dan api.

Ancak atau Palangka atau tempat sajen yang diikat pada sebuah
dahan pohon besar di hutan.
(Foto : dokumentasi keluarga Tjilik Riwut)

Pada kehamilan keenam, lagi-lagi Kahungkup Bungking Garing


mengalami keguguran. Gumpalan darahnya menjelma menjadi
seorang perempuan yang diberi nama Indu Melang Sangar yang
kemudian kawin dengan Tarahen Raja Antang yang badannya
ditumbuhi bulu menyerupai bulu Burung Haruei.
Tugas utama mereka mengurus segala sesuatu yang berkaitan
dengan urusan mengayau 55 atau asang. Oleh karena itu bagi
siapapun yang akan berangkat mengayau terlebih dahulu harus
mengadakan upacara Munduk Balian atau Menawur. Upacara ini
ditujukan kepada Indu Melang Sangar dan Tarahan Raja Antang
untuk meminta restu.
Pada keguguran yang ketujuh, gumpalan darah menjelma
menjadi seorang perempuan yang bernama Kameluh Bumbung
Lunuk yang kawin dengan Nyaring Gila Hanyi Dumbang Enyeng
Tingang. Perkawinan ini melahirkan beberapa orang anak. Anak
yang dilahirkan dari perkawinan ini bertugas mengurus segala

55 Memotong kepala.
471
sesuatu yang berkaitan dengan penjagaan keamanan rumah
penduduk yang dibiarkan kosong.
Itulah sebabnya orang Dayak selalu mengantungkan ancak yang
berisi sajen saat pergi meninggalkan rumah. Rumah dalam keadaan
kosong pasti akan aman asalkan sesajen disediakan, sehingga yang
pergi meninggalkan rumah merasa mantap tanpa ada rasa was-was.
Di lain pihak orang yang dengan iseng masuk ke rumah kosong tanpa
penghuni, akan pergi segera tanpa berani melakukan hal-hal yang
tidak terpuji karena khawatir penunggu rumah yang tidak terlihat
oleh mata jasmani akan marah dan menghukum mereka.
Setelah mengalami tujuh kali keguguran, pada kehamilan
kedelapan barulah Kahungkup berhasil melahirkan dengan
sempurna. Bahkan anak yang dilahirkan kembar tiga dan
kesemuanya laki-laki. Nama ketiga putera kembar pasangan
Manyamei dan Kahungkup adalah :
1. Sambuaya Sangiang atau MahaRaja Sangiang.
2. Sambuaya Sangen atau MahaRaja Sangen.
3. Sambuaya Bunu atau MahaRaja Bunu.

Suatu ketika terjadi kesalah pahaman di antara ketiga


bersaudara ini. Akibat kesalahan tersebut ketiganya mendapat
hukuman dari ayahnya berupa pemisahan tempat tinggal.
Anak pertama yaitu Sambuaya Sangiang atau MahaRaja
Sangiang diperintahkan naik ke alam atas yang kemudian anak
turunannya menjadi penduduk Pantai Sangiang. Menjadi perantara
komunikasi Ranying Hatalla dan manusia.
Anak kedua yaitu Sambuaya Sangen atau MahaRaja Sangen
diperintahkan untuk tetap tinggal di tempat, mendiami “Batu Nindan
Tarung“ dan menjadi sumber segala kisah kepahlawanan.
Anak ke tiga yaitu Sambuaya Bunu atau Maharaja Bunu
diturunkan ke Pantai Danum Kalunen atau dunia dengan
menggunakan Palangka Bulau dan kemudian menjadi nenek moyang
suku Dayak di dunia.

1. Sambuaya Sangiang atau MahaRaja Sangiang.


Merupakan penguasa para Sangiang dan salah satu turunannya
adalah Rawing Tempun Telon atau Tempun Telon, mendiami pantai
Sangiang Tasik Riak Bulau di langit ketiga pada negeri Batang
Danum Jalajan. Tugas utama Rawing Tempun Telon adalah
perantara manusia dan Ranying Hatalla. Ia menjembatani
komunikasi manusia dan Ranying Hatalla dan begitu sebaliknya.
Rawing Tempun Telon juga bertugas menghantarkan jiwa atau
arwah orang yang telah meninggal dunia menuju negeri baka, lewu
tatau dia rumpang tulang rundung raja dia kamalesu uhate Batang

472
Danum tiawu bulau sating malelak bulau atau lewu tatau habaras
bulau habusung hintan hakarangan lamiang atau Lewu Liau.
Rawing Tempun Telon disebut juga Rawing Tempun Telon
Lomba Habarun Bulau56 dan dalam upacara Balian disebut Mantir
Mama Luhing Bungai Raja Malawang Bulau. Nama dalam Sangen
ialah Rawing Tempun Telon, tinggalnya di Luhing Balai Mahing
Nyapundu Ranjan Sali Nyalung Maruruk Hintan, Batang Danum
Jalajan = Balai Bulau Tanduh Nyahu Sali Rabia Manuk Ambun =
Balai Palangka Malambang Tambun Salimbayung Antang Mahutu
Panjang.
Istilah Basangiang Tempun Telon atau Sahawung Bulau Tempu
Buang Penyang sering terdengar di kalangan suku Dayak artinya
ingupang 57 Tempun Telon hal ini dinamakan Basangiang atau Ber-
Sangiang.

2. Sambuaya Sangen atau MahaRaja Sangen.


Sambuaya Sangen atau MahaRaja Sangen mempunyai seorang
anak yang bernama Karawa Munduk. Karawa Munduk mempunyai
seorang anak bernama Karawa Mendeng. Anak Karawa Mendeng
ialah Lampu Ke Lambung Keke. Anaknya lagi bernama Sangkalap
Gimai.
Anak Sangkalap Gimai bernama Tingang Rangga, anaknya lagi
bernama Bungking Kalipapa. Bungking Kalipapa beranak Kambe
Hai dan Ratu Besar. Kemudian Ratu Besar beranak Tantaulang
Bulau dan Mangku Amat.
Ratu Besar diturunkan ke Pantai Danum Kalunen 58lalu masuk
air dan menjadi Jata atau Litih yang sekarang disebut juga Tiong
Layang Raja Jagan Pukung Pahewan. Kambe Hai melompat ke
tanah dan menjadi Antang Nyaring Kalue, jin, kambe, taluh, Kambe
Hai, kambe bindak. Ia adalah penguasa segala roh jahat.
Kebanyakan hantu, roh jahat dan jin yang berada di Pantai
Danum Kalunen tinggal di udara, melayang-layang sambil
mengawasi manusia untuk mencari kesempatan menggoda manusia.
Tantaulang Bulau beranak empat belas orang yang terdiri dari
tujuh laki-laki dan tujuh perempuan. Nama ketujuh anak laki-
suaminya ialah :
1. Garing Hatungku Hapangumang atau Garing Hatungku
Bapa Sangumang yang tinggal di Batang Danum Sanglela
Bulau.

56 Nama dalam mahanteran atau upacara adat.


57 Kemasukan/kerasukan.
58 Bumi.

473
2. Raja Kapupu Hawun atau Raja Pampulan Hawun
Batanduk Tunggal. Bapa Rawing Tempun Telon yang
tinggal di Batang Danum Jalajan.
3. Panjarawan Katingan atau Raja Panjarawan Katingan
Riak Rawing Rariaran Entenge Ringkin Lomba
Lalambahui Hanyie, tinggal di Batang Danum Barirai.
4. Penyang Bara Hila Bapa Manyamei, bertempat tinggal di
Bukit Batengkung.
5. Penyang Ilai atau Sawang Ilai-Ilai Langit Bapa Raja
Hantangan Tingang, bertempat tinggal di Pulau
Karandahung Bahandang.
6. Jaring Ije Kabisak, atau Garing Barenjau Bapa Sakanak,
bertempat tinggal di Batang Danum Buang Nganderang
Tingang.
7. Samparung Panji atau Raja Samparung Panji, Bapa Telon,
bertempat tinggal di negeri Batu Nindan Tarung Liang
Angkar Malintang.

Masih ditambah lagi dengan tujuh orang anak perempuan.

3. Sambuaya Bunu atau MahaRaja Bunu.


Orang Dayak yakin bahwa Maharaja Bunu yang diturunkan ke
dunia (Pantai Danum Kalunen) dengan Palangka Bulau adalah
nenek moyang orang-orang Dayak. Maharaja Bunu disisihkan ke
dunia karena kesalah pahaman dengan saudara-saudaranya.

Pembagian Alam

Alam menurut kepercayaan suku Dayak dibagi dalam tiga bagian


yaitu :
1) Alam Atas.
2) Pantai Danum Kalunen (bumi).
3) Alam bawah.

1. Alam Atas

Alam Atas adalah Tahta Kuasa Ranying, sedangkan Pantai


Danum Kalunen adalah dunia tempat kehidupan manusia. Dari
dunia menuju Tahta kuasa Ranying yaitu di langit ketujuh, terlebih
dahulu harus melalui empat puluh susunan embun, yaitu:
1). Ambun Randah Kajang Pantai Danum Kalunen, Luwuk Enun
Lela Tingkap Rajung Kapungan Bunu.

474
2). Ambun Sawak Kajarian Ujan Balawu Langit. Enun Samur
Kanyarin Riwut manampar hawun, enun sidep dia
katurengan kining.
3). Ambun balu-balun kilau balun, Enun golo-golong tingkah
lapesan tabuhi.
4). Ambun bapapang kilau bulan pampang ruang-ruang, enun
hapangguk namunan runi hatalungkup.
5). Ambun tangi-tangis anak nule nyalanting matei, enun rindu-
rindu rarunjung siren bajumbang nihau.
6). Ambun mangkeram kilau darung hanjaliwan, enun
malengkuang busun petak tangkaluluk langit.
7). Ambun kangkanderang kilau anak burung tingang bapantung
nyahu, enun kangkariak nyakatan bawin dahiang antang
langit.
8). Ambun habarangga sakaliban rahu tanduk, boyuh langit helat
Pantai Danum Kalunen dengan pantai Sangiang hadurut.
9). Ambun bunter kilau bua enyuh nyiur bendang, enun
hatanggali nyakatan batun karangan danum.
10). Ambun hatamputer kilau pusuk manyawung, enun hangkuang
tingkah ulek lawang baun andau.
11). Ambun halanting kilau lanting dahiang, enun habangkar
tingkah bangkar rayuh baya sandang.
12). Ambun harewa kilau rewan sanggalang, enun haranggau
tingkah ranggau tampang.
13). Ambun kaput ije dia bajahuntun tanduk, enun sindep dia
katurengan kining.
14). Ambun bahandang kilau kahandang hiring dohong, enun
batehang tingkah kanehang garing sambang pulang.
15). Ambun hatantilap kilau deren nyirun tingang, enun
hatalamping tabuhi lambang dahiang.
16). Ambun bulat kilau batun karangan danum, enun bunter
tingkah pinang lewu.
17). Ambun hatampung kilau bua sangalang garing, enun
hatundun tingkah langajah sarung.
18). Ambun burai kilau pusun pinang lewu, enun marayung
tingkah bangulai rundung.
19). Ambun hamarisai kilau balai lambang sanggar, enun
hakarasih tingkah tahutun sarin kambangan.
20). Ambun sambu-sambung kilau sambung bawi balu, enun puju-
pujuk kilau baju palantan laut.
21). Ambun hakuling kilau lawung tali, enun hatatekai tingkah
tingang tetekan langkai.
22). Ambun marakeran kilau darung hanjaliwan, enun
hangkakuang tingkah busun talambang bajaleang.

475
23). Ambun daha hukung kilau meto tandang haramaung, enun
jajahangang tingkah busun pangendien.
24). Ambun nguak kilau kalawet je baputi, enum mangarindui
tingkah busun talambang bajaleang.
25). Ambun manganderang kilau anak burung tingang, enun
manyahengkuk Ranying.
26). Ambun baba-babat kilau lawah bulan, enun pete-peteng kilau
sandik salingkat.
27). Ambun bujur kilau Ranying pandereh bunu, enun habarengan
tingkah rendeng manggalung bulau.
28). Ambun manipis kilau dandang tingang, enun lampir tingkah
bintap kampung.
29). Ambun hatampung kilau tampung penyang, enun hatundung
tingkah kasingan tandang.
30). Ambun hanyaring kilau tanggui dare, enun hasahakung
tingkah kasingan tandang.
31). Ambun baputi nahamanyang mangur, enun bajeleng tingkah
julen tepung.
32). Ambun bahenda kilau riak hendan bulau, enun halapingan
tingkah lantin riwayat ( rabia ).
33). Ambun bahijau kilau bihing timpang, enun heliu tingkah liun
pahangan, enun kabarengan nyakatan renteng nanggalung
bulau.
34). Ambun bahandang kilau rihun langit, enun hajarenang
tingkah jalan Tambarirang.
35). Ambun ngiak mangansilun kilau bawin antang langit, enun
hasulingan tingkah kenyui hawun.
36). Ambun hasalumpuk kilau pantar bulan, enun hatambuhak
tingkah uhat marau langit.
37). Ambun manampusuk kilau telun jala bulau, enun hatahunyuk
tingkah tahunyuk untai rabia.
38). Ambun barangga kilau ranggan bunu, enun harahau tingkah
ekoh Ranying.
39). Ambun sangkabilan dengan garing tanduk rahu bayuh langit,
enun hatambuha umba sihung bambang hawun sampar bunu.
40). Ambun bajang elai, kilau ampin tambun belum, enun
hetanggali kilau bangau nyahatan hejan balawang langit,
habaras bulau.

Setelah melewati empat puluh lapis embun, memasuki Kilat


Basangkelang Balwang Baunandau dan Liu Basampaliulek
Sangking Pangaruh Langit yang artinya melewati kilat, awan dan
pelangi. Kemudian menjumpai pohon lunuk Marayuh Pupuh di
Tumbang Pajungan Manjung, dan pohon Baringin Marisai Haring

476
Saluhan Antang Namuei, baru kemudian mencapai “Pintu Langit“
yang pertama.

Lapisan Langit Pertama


Para penghuni pintu langit pertama ialah:
1. Balu Lunuk Mina Rantanan Pinang, Sulan Gajah Balui
Bagawing Penyang. Mereka tinggal di Tumbang Pajungan
Manjung Saluhan Antang Manuei.
2. Ganan. Tempat tinggal kelompok Ganan di Tanjung Pahalentar
Liu, Luwuk Pahalanger Bulan. Di daerah itu ditemukan bukit
yang sangat indah ialah Bukit Gahagas, bukit Tingang Kereng
Gahumut Bungai. Jenis burung-burung ini mempunyai tugas
khusus bagi kalunen59, yaitu memberi petanda atau “Dahiang“
kepada kalunen. Petanda yang diberikan bisa baik bisa juga
berarti bahaya.
a. Ganan Pantis Tatelai Ruhung.
b. Ganan Kutuk Indu Anjur Bunu.
c. Ganan Papan Hapantang Lintung.
d. Ganan Buak Lalinggang Bulan.
e. Ganan Salehei Haburun Penyang.
f. Ganan Buas Namburung Tali.
3. Hantarung Tatu Dahiang, yang tinggalnya di Batang Danum
Maninting Dahiang pada Bukit Baluhur Ambun. Tugasnya
memberi perintah kepada burung-burung yang punya tugas
memberikan dahiang atau petanda kepada manusia. Jenis
burung di bawah perintahnya ialah jenis burung pantis dan jenis
burung bakotok.
4. Nyahu Papan Saliwae, tinggal di Kereng Hadatah Kilat Atap
Dandang Tajahan, tugasnya melaksanakan perintah Nyaru
Menteng untuk membunyikan suara halilintar.
5. Darahan Tatun Antang, tinggal di Bukit Pangkat Nyahu.
6. Putir Santang Baduri Langit. Bersaudara tujuh perempuan dan
satu laki-laki. Yang laki-laki bernama Umban Bulau Balinga Pulu
Balui Kumpang Bapelek Jalatien. Mereka tinggal di Bukit Ambun
Bagantung Langit Kereng Enun Batuyang Hawun. Sering
mereka turun ke Pantai Danum Kalunen masuk ke dalam tubuh
orang yang menyebabkan orang yang dimasuki kesurupan.

Lapisan Langit Kedua


Penjaga pintu langit kedua karena salah makan yaitu makan
Tipkupang, seluruh badannya ditumbuhi bulu dan rupanya seperti
anjing. Kemudian oleh saudaranya ia diberi nama Manyamei Tatu

59 Manusia.
477
Asun Bulan. Tugasnya menjaga pintu langit ke dua dan bulan. Juga
Rawing Bulan Tapakalung Bulau bertugas mengurus Bulan. Selain,
masih ada lagi penjaga pintu langit kedua dan penguasa angin.
Namanya Talin Pembahui Riwut. Di Lapisan Langit kedua selain
para penjaga pintu, masih ada beberapa penghuni lainnya, mereka
adalah :
1. Raja Langit Lumbah.
2. Bulan Betau Kameluh Panyalumpuk Bulan.
3. Tambun Baputi
4. Tambun Untai Rabia.

Lapisan Langit Ketiga


Langit ketiga banyak dihuni oleh mereka yang berasal dari
Negeri Batu Nindan Tarung. Kepada mereka manusia bisa memohon
apapun terutama permohonan agar panjang umur dan murah rezeki.
Nama-nama mereka adalah :
1. Balu Indu Rangkang Penyang.
2. Sangiang Garing Malatar Langit.
3. Jata Raden Tunjung.
4. Antang Patih Pelang.
5. Raja Dohong Mama Tandang.
6. Sawang Mama Bungai, Bandung Nyaring Jahawen.
7. Antang Riak Mihing.
8. Dahiang Mantuh Bulau.
9. Antang Tampurahei
10. Sangiang Tumbang Kayu Mambun.
11. Sangiang Tumbang Tutah Bitang
12. Sangiang Tumbang Sahai Langit.
13. Sangiang Tumbang Pakuh Lunuk
14. Sangiang Tumbang Rangkang Hegawing.
15. Sangiang Tumbang Tesei Bungai.
16. Sangiang Riak Bulan.
17. Sangiang Teluk Rahan Banama. Penguasa Perahu.
18. Sangiang Bakung Narahap. Penguasa Bakung. 60
19. Sangiang Kumpai Halukum. Penguasa Kumpai61
20. Sangiang Purun Bulau. Menjaga Purun. 62
21. Sangiang Pawah Bulau. Menjaga Pawah.
22. Sangiang Danum Pasang. Menjaga dan mengurus air
pasang.

60 Sejenis rumput yang tumbuh di pinggir sungai.


61 Sejenis rumput yang juga banyak ditemukan di pinggir sungai.
62 Sejenis rumput bahan pembuat tikar.

478
23. Sangiang Salat Pulau Karungut, yang bertugas menjaga
selat dan pulau.
24. Sangiang Selat Engkang Tingang.
25. Sangiang Pulau Raban Banama.
26. Sangiang Pulau Kupang.
27. Sangiang Pulau Katapang.
28. Sangiang Pulau Tumping Tambun
29. Sangiang Tumbang Lahang Hajenjang.
30. Sangiang Tumbang Lahang Nyaru,
31. Sangiang Tumbang Lahang Dare.
32. Sangiang Lawang Saramin.
33. Sangiang Tumbang Lawang Lamiang.
34. Sangiang Tumbang Lawang Bulau.
35. Sangiang Tumbang Lawang Hintan
36. Sangiang Tewai Patar/ Pantar.
37. Sangiang Taweh Dare. Penguasa anyam-anyaman.
38. Sangiang Tewai Sawang.
39. Sangiang Humbang.
40. Sangiang Tewai Sangkuang
41. Sangiang Kasuhui Bungai.
42. Sangiang Rihun Tingang.
43. Sangiang Kejat Hintan.
44. Sangiang Bukit Panjang.
45. Sangiang Payung Nyahu.
46. Sangiang Bukit Nalambang Sanggar.
47. Sangiang Bukit Nalewur Garu.
48. Sangiang Bukit Mahanyung Jala.
49. Sangiang Kahungkung Langit.
50. Rangkang Bapa Mating. Tubuh bagian belakangnya bisa
berubah menjadi kantong yang cukup besar sehingga
manusiapun dapat masuk ke dalamnya. Pada musim buah
durian ia sering turun ke Pantai Danum Kalunen.

Kepada para Sangiang, manusia bisa langsung bermohon,


namun sebenarnya tugas utama mereka adalah jembatan komunikasi
manusia kepada Ranying Hatalla. Selain itu setiap Sangiang
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjaga benda-benda
di Pantai Danum Kalunen.
Di langit ketiga ini pula terdapat negeri Batu Nindan Tarung
yaitu pulau yang diturunkan dari langit ketujuh akibat guman
Manyamei Balua Unggun Tinggang atau Tunggal Garing
Janjahunan Laut yang telah didengar oleh Hatalla ketika ia

479
meminang Kahungkup Bungking Garing menjadi isterinya 63. Mereka
yang berada di Batu Nindan Tarung ialah :
(1). Jata Lalunjung Sawang. Penguasa dawen Sawang 64.
(2). Jata Lalunjung Penyang. Penguasa Penyang. 65
(3). Jata Pating Haretak. Ia berasal dari Bukit Batengkung.
(4). Tingang Rangga Bapanting Nyahu.
(5). Bawui Buku Panjang Selawi Uju. Babi berukuran besar
yang adalah datuk babi di Pantai Danum Kalunen.
(6). Asu Rangka Ngahai Randin Tandak. Anjing dengan
ukuran besar nyaris sebesar kerbau, datuk anjing di
Pantai Danum Kalunen.
(7). Tatu Sesu, Ngahai Randak Kambing. Sejenis semut besar
yang ukurannya nyaris sebesar kambing, merupakan
datuk semua semut di Pantai Danum Kalunen.
(8). Pusa Dukuh Ngahai Lakang Bajang. Datuknya kucing,
besarnya sebesar rusa betina.

Di samping Negeri Batu Nindan Tarung, di langit ketiga


dijumpai lewu Batang Danum Jalajan, yang dihuni oleh:
(1). Raja Pampulau Hawun Batanduk Tunggal, Habungai
Lamiang, yang adalah ayah Rawing Tempun Telun
(2). Raja Dohong Bulau, Rawing Tempun Telun. Dua
pembantu Rawing Tempun Telun ialah :
a. Telun Mama Tambun Bunu.
b. Hamparung Mama Kandayu Lanting.
(3). Babungkan Suling Bulau.
(4). Panjule Langkah Hewang.
(5). Bujang Barendeng Bakaimpun Lewu.
(6). Sahawung Bulau Tempun Bua Penyang. Ia sangat
termasyur di kalangan orang Dayak karena berani dan
gagah perkasa.
(7). Rahan Tingang, Nyampulan Bahandang.
(8). Talinting Bulau Anak Naga Randan
(9). Raja Panjarawan Katingan.
(10). Raja Hantangan Tingang.
(11). Raja Ngalang Bulau.
(12). Tampu Kanarean Sawang.
(13). Manyamei Bukit Batengkung.
(14). Kumpang Letap Pangandang Langkau Banama.

63 Lihat halaman lain buku ini


64 Sejenis daun yang warnanya kemerah-merahan , merupakan salah satu
persyaratan yang harus disediakan pada saat melaksanakan upacara
sakral.
65 Jimat.

480
(15). Kameluh Panjulau Bintang.
(16). Kameluh Panyulih Dare.
(17). Kameluh Balawan Harenteng.
(18). Kameluh Parahimuk Tatawa.
(19). Kameluh Kambang Behas.
(20). Kameluh Kambang Pasang.
(21). Bungen Bulau Sawin Randan.
(22). Kameluh Tempun Tiawun.
(23). Rapan Hapamantai.
(24). Kameluh Tempun Randan.
(25). Sangiang Kumpang Merang Bakalinda Bulan.
(26). Liang Tingang Ngandurui Ruhung.
(27). Jata Raden Tamanggung.
(28). Antang Balanti Kanatah Harantung.
(29). Ayun Burung Metu Pambelum.

Lewu Sangkala Bulau Harenda Rundung Kanentang Tahil juga


berada di langit ketiga dengan penghuninya :
(1). Raja Tunggal Sangumang Riak Mihing Tempu Linggar
Garantung.
(2). Ragam Tunggal Nambalau Pulu.
(3). Raja Pandak Kanuntung Peteng, Kanaruhan Iwa
Kanyambung Angkul.
(4). Masing Penyang Apang Palui / Pak Awi.
(5). Maharaja Hanji.
(6). Sakanak.
(7). Sapahatu.
(8). Asang Baratih
(9). Asang Kalempe.
(10). Putir Ewen Jahawen (mereka berenam yang adalah anak
Maharaja Haji).
(11). Bulan Bawi Langir.
(12). Sangumang Ewen epat Puluh. Sangumang dengan empat
puluh saudaranya.
(13). Pisau Tehang Manas Kakaput.
(14). Bulan Bawi Silu
(15). Kikir Utak Garut Langit.
(16). Andas Bulau Lisan Tingang. Ia adalah ibunda
Sangumang.
(17). Kameluh Lentar Bulau.
(18). Sangiang Dilang Tahundung Sangen.
(19). Jata Raden Panambahan.
(20). Antang Batih Ragem.
(21). Ayun Burung Metu Pambelum.

481
Hulu Danum Bapantis Runjan yang dihuni oleh :
1. Nyai Indu Sangumang.
2. Garing Hatungku Raja Ungkuh Batu.
3. Indu Mangut . Ibunda Mangut.
4. Amai Maut.
5. Amai Kono.
6. Inai Kana.
7. Endu Busei Baduru.
8. Sangalang Uring Menyang.
9. Dera Beta.
10. Tihang Nyahan Benang.
11. Nyai Inai Tene.
12. Nyai Inni Suri.
13. Kameluh Surin Garing.
14. Lilang Tungkuh Langit.
15. Sangiang Hanjulutung Baksa Dia Tau Malik Dawee.
16. Jata Putih Inai Bumbun.
17. Antang Layang Balawak Pinang.
18. Balua Pantis Kayu Sapaungut Belum.
19. Balua Pantis pinang Sapaungut Belum.
20. Balua Pantis Kayu Arang.
21. Balua Pantis Rahan Sangkalemu.

Kemudian dengan mengalami proses, Negeri Batu Nindan


Tarung terpecah menjadi tiga negeri yang bernama Lewu Telu66,
kemudian terpecah lagi menjadi tujuh dan bernama Lewu Uju dan
selanjutnya Negeri Batu Nindan Tarung semakin terpecah-pecah
menjadi pulau-pulau di Pantai Danum Kalunen ini.

Lapisan Langit Keempat


Pada lapisan langit keempat ini mengalir Tarusan Kajaran
Bulau, Tasik Kabanteran Bulan Laut Lumpung Matanandau, Bukit
Hayung Tampung Buhul. Mereka yang tinggal di langit keempat ini
tugas utamanya ialah sebagai penghubung atau perantara manusia
dengan para penghuni langit kelima. Para penghuninya langit ke
empat ialah :
1. Raja Baparung Panjang.
2. Raja Nyagun Tingang.
3. Mangku Mahabayu Timpung.
4. Lilang Panjang Kasau Langit.
5. Lilang Nyahu Entai.

66 Pulau tiga.
482
6. Lilang Rintih Langit.
7. Nyaru Menteng Balawah Rohong Busun Sinar Bahanyi
Basalungan Pulang.
8. Bunu Nukang Tumbang Tajdahan Langit Renteng
Manyangka Tanguaren Hawun.
9. Marayu Layang Bagunting Lamiang.
10. Nyampa Layang, Panuhan Pinang.
11. Kameluh Balawang Runjan.
12. Kameluh Balawang Garantung.
13. Sangiang Samatian.
14. Jata Lalunjung Penyang.
15. Antang Tanduh Dohong.
16. Burung Metu Pambelum.
Lapisan Langit Kelima
Tasik 67 Riak Sambang, Harenda laut Ringkin Luhing, Bukit
Lambayung Nyahu dijumpai pada lapisan langit kelima. Mereka
yang berada di langit kelima dan hidup di sekitar danau-danau
tersebut ialah :
1. Tanduh Bulau Tangkurajan Sangiang.
2. Tanduh Bulau Nyumping Tapang.
3. Tanduh Bulau Hatingang Sawang.
4. Tanduh Bulau Hatingang Dohong.
5. Tanduh Bulau Hatingang Riwut.
6. Tapang Tunggal Mandawean Bulan.
7. Sawang Bulan Lambayung Nyahu.
8. Nyaring Sarumpai Bajanggut Salaka.
9. Ancak Menteng Baturus Habunu.
10. Tindan Tingang Nanjalan Bulan.
11. Raja Hapurung Dohong.
12. Raja Pamalimping Barun.
13. Putir Santang Tahunjung Sangen.
14. Lilan Panjang Sangkabilan Untung.
15. Kameluh Pusun Balusuh.
16. Kameluh Mahantara Langit.
17. Jata Raden Panambahan.
18. Antang Mangku Pati Jaya Langit.
19. Ayun Kare Burung Metu Pambelum.
Tugas utama mereka adalah jembatan/perantara komunikasi
antara manusia dengan para penghuni lapisan langit keenam.

67 Danau.
483
Lapisan Langit Keenam
Di lapisan langit keenam ini ditemukan Bukit Lambayung
Nyahu. Mereka yang menghuni lapisan langit keenam ialah :
1. Raja Sambung Maut.
2. Raja Sapaukur Belum
3. Raja Sapaungut Belum.
4. Raja Sapanaling Haseng.
5. Raja Sababaling Langit.
6. Raja Sababalang Bunu.
7. Raja Tamanang.
8. Raja Hagantangan Untung.
9. Raja Panimbang Untung.
10. Raja Hagandangan Tingang.
11. Timbang Bulau Jambangan Langit.
12. Tilik Melati.
13. Tintu Bidik.
14. Akal Maut, dengan empat puluh saudaranya.
15. Salatar Maut, dengan empat puluh orang saudaranya.
16. Sangiang Ujan Bulau Rahing Andau.
17. Jata Pangeran Mas Kuning.
18. Antang Babulu Bulau.
19. Putir Janjimai Langit.
20. Kameluh Nanung Garagat.
21. Lalang Rangkang Halamaung, Ampit Puntung Jambatan
Nyahu. Ia adalah penguasa Balanga Halamaung.

Di langit keenam ini juga ditemukan Tarusan Bapasang Bulau,


Tumbang Batang Danum Palabuhan Banama, tempat tinggal
Kameluh Galang Gandang Putir Panjanak Andau dan Raja Tarung
Tingang. Kepada mereka berdualah manusia di Pantai Danum
Kalunen meminta rezeki.

Di sini dijumpai pula Batang Danum Nabuhi Bulau, Bukit


Kanyambung Nyahu, Kereng Kanangkung Kilat yang dihuni oleh :
1. Nyai Mina Tiwun Bulau.
2. Nabi Awan.
3. Burung Tampa Dosa. Penguasa urusan buah-buahan.
4. Raja Katutu Bukit. Penguasa bukit.
5. Tantariun Manak Saratus Jandau.
6. Ungget Jut Datuk Uret. Penguasa ulat.
7. Tinjau Birau Tatu Hampangau. Penguasa Hampangau 68.
8. Tasirau Langit Tatu Luai. Penguasa Luai.

68 Walang sengit.
484
9. Tasuring Lampang Tatu Kukup. Penguasa kuku baik kuku
manusia maupun kuku binatang.
10. Tatungu Tatu Batu. Penguasa batu.
11. Tatambak Tatu Petak. Penguasa tanah, itulah sebabnya
apabila orang Dayak akan membuka lahan ataupun menggali
tanah, terlebih dahulu harus meminta izin kepadanya.
12. Lunuk Dohong Baupak Timpung, Lunuk Sangkalemu
Bauhat Rambu. Penguasa pohon lunuk yaitu sejenis pohon
beringin. Guna pohon lunuk untuk menyapu dan
membersihkan jiwa manusia yang datang dari Pantai Danum
Kalunen.

Lapisan Langit Ketujuh


Langit ketujuh adalah puncak langit, tidak ada langit yang lebih
tinggi lagi dari pada langit ke tujuh. Di langit ke tujuh ini Ranying
Hatalla Bertahta dengan segala kuasanya.

2. Pantai Danum Kalunen

Pantai Danum Kalunen ialah dunia tempat kehidupan


sementara. Selama masih mempunyai nafas kehidupan, di dunialah
mereka berada. Kelak apabila kematian tiba, mereka akan buli ke
Lewu Liau. Tentang hal ini akan dijelaskan pada halaman
selanjutnya.

3. Alam Bawah

Alam bawah berarti dunia di bawah tanah dan di bawah air.


Salah satu dari sekian banyak penghuni alam bawah tanah adalah
Kalue Tunggal Tusoh, penguasa tumbuh-tumbuhan. Sesajen
kepadanya diberikan dengan kelangkang atau ancak69 yang
digantungkan di dahan pepohonan besar ataupun kecil.
Penghuni alam bawah air ialah Jata atau sering juga disebut
Litih atau Raden Tamanggung Sali Padadusan Dalam atau Tiung
Layang Raja Memegang Jalan Harusan Bulau, Ije Puna Raja Jagan
Pukung Sahewan. Ia bertempat tinggal di Batang Danum Basuhun
Bulau, Gohong Saramei Rabia, Lalung Kaharingan Belum, Gohong
Paninting Haseng.
Untuk mencapai tempat kediaman Jata, terlebih dahulu harus
melewati beberapa penjaga:

69 Tempat sajen
485
1. Tewang Lewun Bulau Bawin Lauk.
2. Lewun Saluang Renten Tantahan.
3. Mama Majarungkang Kiting.
4. Balida Indu Tengkung Papan.
5. Balantau Laut.
6. Ranying Manjuhan
7. Tampahas Hagambus Kadai.
8. Undang Indu Gagap Rangkang.
9. Baung Manangking Karis.
10. Bajuku Indu Metup-Merau.
11. Bajai Katabelan Uluh Ponggok Pantar Penda Rasau
Rohong.

Kemudian menembus tanah.


1) Tumbang Ayuh Bulau.
2) Lawang Sahep.
3) Lawang Pating 70.
4) Lawang Edan71
5) Lawang Batang.
6) Lawang Tunggul.
7) Lawang Baner72
8) Lawang Uhat73
9) Lawang Baras74.
10) Lawang Karangan75
11) Lawang Liang.
12) Lawang Batu.
13) Lawang Tembaga.
14) Lawang salaka.
15) Lawang Bulau.
16) Lawang Hintan.
17) Tambang Lawang Bulau.
18) Tasik Labata, Laut Begiring Gunting atau Tasik Leleng
Batang, Karende Laut Leleng Ampah. Daerah ini dihuni
oleh Bujang Labatah. Di daerah ini juga dijumpai laut dan
sungai.
19) Tumbang Batang Danum Bagandang Pulau. Sali
Padaduan Datuh Pahalingei, atau Batang Danum Basuhun
Bulau, Gohong Saramai Rabia. Yang dihuni oleh Jata

70 Pintu ranting.
71 Pintu dahan.
72 Pintu akar tunggang.
73 Pintu akar serabut.
74 Pintu pasir.
75 Pintu batu kerikil.

486
Raden Tamanggung Sali Padadusan Dalam Nyalung
Kaharingan Belum, Gohong Paninting Haseng. Itulah
sebabnya dalam upacara Malabuh Balai76, seperangkat
sajen tersebut dimasukkan ke dalam air sungai. Biasanya
permohonan yang ditujukan kepada Jata ialah untuk
kesembuhan dari sakit yang sedang diderita dan panjang
umur.

Penciptaan (Kahayan dan Sekitarnya)

Awal mulanya segalanya tiada, yang ada hanya IA Yang Maha


Sempurna Yang Diliputi oleh Kekuatan dan Kekuasaan-Nya, menyatu
dalam Keagungan dan Kemuliaan-Nya. IA adalah awal segala
kejadian, memperlihatkan kebesaran dan Kekuasaan-Nya. IA Yang
Maha Sempurna, Menyatakan Keagungan dan Kemuliaan-Nya dan
bersama dengan itu bergetarlah alam semesta laksana guntur
menggelegar langit, petir dan halilintar menggetar semesta alam,
maka memancarlah Cahaya Terang yang bersih suci, menghalau
kegelapan alam. IA adalah awal segala kejadian.
Ranying Hatalla bertahta pada Balai Bulau Napatah Intan
Balai Intan Napatah Bulau dikelilingi Tasik Malambung Bulau Laut
Bapantan Hintan.
Ranying Hatalla berfirman bahwa “AKU inilah Ranying Hatalla
Yang Maha Kuasa, Awal dan Akhir segala kejadian, dan cahaya
kemuliaan-KU yang terang, bersih dan suci, adalah cahaya kehidupan
yang kekal abadi, dan AKU sebut ia Hintan Kaharingan“.
Ranying Hatalla menuju Bukit Bulau Kagantung Gandang
Kereng Rabia Nunjang Hapalangka Langit yang letaknya di Batang
Danum Mendeng Ngatimbung Langit, Guhung Tenjek Nyampalak
Hawon. Dari sinilah Ranying Hatalla melihat ada suatu wujud yang
menyerupai Diri-Nya. Wujud yang dilihat tersebut adalah bayangan-
Nya sendiri, kemudian nama yang diberikan oleh Ranying Hatalla
kepada bayangan-Nya adalah Jata Balawang Bulau Kanaruhan
Bapager Hintan 77 yang berada di Papan Malambung Bulau, bertahta
di Laut Bapantan Hintan.
Kemudian Jata Balawang Bulau menuju Bukit Bulau
Kagantung Gandang, Nyahendeng Kereng Rabia Nunjang
Hapalangka Langit. Di atas Bukit Kangantung Gandang, Jata
Balawang Bulau berada bersama Ranying Hatalla. Di atas bukit
tersebut dengan disaksikan oleh Jata Balawang Bulau, Ranying

76 Memberikan sajen kepada jata.


77 Zat Yang Maha Mulia.
487
Hatalla berfirman, “Alangkah indahnya jika AKU menjadikan bumi,
langit, bulan, bintang matahari dan segala isinya“.
Setelah itu Ranying Hatalla melepaskan Sarumpah Bulau pada
suatu tempat dan seketika terdengarlah suara gemuruh halilintar,
petir kilat sambar menyambar menggetarkan buana. Sarumpah
Bulau kemudian menjelma menjadi Naga Hai Galang Petak.
Demikianlah ciptaan pertama Ranying Hatalla.
Setelah itu Ranying Hatalla melepaskan Lawung Singkap
Antang, membuka dan meletakkan di atas Naga Hai Galang Petak.
Seketika terdengar lagi suara gemuruh halilintar, petir kilat sambar
menyambar dan Lawung Singkap Antang menjelma menjadi Petak
Sintel Habalambang Tambun, Liang Deret Habangkalan Karangan.
Ini adalah tanah bumi lengkap dengan laut, sungai, danau dan segala
isinya, juga tumbuh-tumbuhan yang hidup di tanah. Demikianlah
ciptaan kedua Ranying Hatalla.
Ciptaan ketiga, Ranying Hatalla mengambil Pandereh Bunu
yaitu sifat Kemuliaan-Nya Yang Maha Lurus, Maha Jujur dan Maha
Adil, diiringi suara gemuruh halilintar, Pendereh Bunu menjelma
menjadi Batang Haring, namanya Batang Kayu Janji.
Ciptaan keempat, Ranying Hatalla mengambil Peteng Liung
Lingkar Tali Wanang yaitu sifat kewibawaan-Nya yang Maha Besar
dan Maha Agung. Seketika gemuruh halilintar memekakkan telinga
dan Peteng Liung Lingkar Tali Wanang menjelma menjadi Tambun
Hai Nipeng Pulau Pulu 78.
Ciptaan kelima, Ranying Hatalla dan Jata Balawang Bulau
makan pantar pinang untuk menunjukkan sifat Hatalla yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, Minyip Rukun Tarahan yaitu Maha
Adil dan Maha Bijaksana. Kelembutan itu Maha Indah. Dengan
diiringi gelegar suara halilintar, Juhun Pinang menjelma menjadi
Tingang Hai Nipeng Randung Banama dan Panatau Tantauyas
Pinang menjadi Antang Datuh Ngampuh Pulau Pulu. Putting Rukun
Tarahan menjadi Tambarirang Hai Marung Singkep Langit.
Ciptaan keenam, disertai suara gemuruh halilintar sambar
menyambar, buana bergetar, terciptalah langit, bulan, bintang,
matahari, juga tercipta terang.
Ciptaan ketujuh Ranying Hatalla menentukan gelap dan
terang. Terang disebut siang dan gelap disebut malam. Segala sesuatu
ditentukan pula pada tempatnya. Bumi, air, langit, bulan, bintang dan
matahari telah menepati tempatnya masing-masing. Semenjak itu IA
menyebut diri-Nya “Aku adalah Ranying Hatalla Langit, Raja
Tuntung Matan Andau, Tuhan Tambing Kabuntaran Bulan”.

78 Kekuasaan yang Maha Kuat dari segala penjuru Kebesaran-Nya.


488
Ciptaan kedelapan Ranying Hatalla menyatakan Kesucian-
Nya yang Maha Agung disertai Kemaha Kuasaan Ciptaan-Nya.
Kemudian terjadilah persatuan Kemuliaan-Nya yang Maha Suci79
dengan Keagungan-Nya yang Maha Mulia 80.
Demikian segala-galanya telah tercipta atas kehendak Ranying
Hatalla dan Jata Balawang Bulau.

Akibat benturan cahaya Bukit Hintan yang menyatu dengan


sinar suci Bukit Bulau, diiringi gemuruh suara halilintar, terciptalah
Raja Uju Hakanduang Kanaruhan Hanya Basakati. Nama masing-
masing mereka adalah:
1. Janjalung Tatu Riwut, bertempat tinggal di Batang Danum
Mendeng Mahejan Langit, Guhung Tenjek Makang Liu pada
Tasik Gandang Ngarambang Nyahu, Laut Tuwung
Hambalat Kilat, bertugas mengendalikan semua arah mata
angin yang dipergunakan oleh manusia nantinya apabila
manusia memintanya.
2. Gambala Rajan Tanggara, bertempat tinggal di Batang
Danum Mendeng Mahejan Langit, Guhung Tenjek Makang
Liu, pada Tasik Gandang Ngarambang Nyahu Laut Tuwung
Hambalat Kilat. Tugas yang diemban sama dengan Janjulang
Tatu Riwut yaitu memelihara dan mengendalikan semua arah
mata angin yang dipergunakan oleh manusia nantinya,
apabila manusia memintanya
3. Sangkaria Nyaru Menteng. Bertempat tinggal di Batang
Danum Mendeng Mahejan Langit, Duhung Tenjek Makang
Liu, pada Tasik Gandang Ngarambang Nyahu, Laut Tuwung
Hambalat Kilat. Tugasnya adalah mengendalikan petir dan
guntur.
4. Raja Tuntung Tahaseng. Bertempat tinggal di Batang Danum
Banyahu Bulau dekat Bukit Tunjung Marakunjung Aseng
Panjang. Tugasnya berkaitan dengan masalah usia, yaitu
nafas kehidupan manusia. Apabila ada manusia yang meminta
umur panjang, dikabulkan atau tidak harus atas
sepengetahuan Ranying Hatalla.
5. Tamanang Tarai Bulan. Bertempat tinggal di Batang Danum
Baputi Nahajulen Tepung, Guhung Bajaleang Nahagitan
Lunuk. Tugasnya ialah memelihara harta benda duniawi baik
yang baru maupun yang telah usang.
6. Raja Sapanipas. Bertempat tinggal di Bukit Batipas Bara
Putting Lumpung Matan Andau. Tugasnya ialah memelihara

79 Bukit Hintan.
80 Bukit Bulau.
489
dan menjaga Kiham Batu Tingkes Uju Hatuntung yang
terletak di pertengahan Batang Danum Banyahu Bulau.
Disamping itu juga bertugas untuk mengamati, memelihara,
serta memperbaiki kehidupan manusia yang nasibnya kurang
beruntung.
7. Raja Mise Andau. Bertempat tinggal di Bukit Bulau
Kagantung Gandang, Kereng Rabia Nunyang Hapalangka
Langit, bertugas menghitung dan memperhatikan waktu siang
dan malam bagi kehidupan manusia. Bagi manusia yang telah
sampai waktunya, ia akan kembali kepada Ranying Hatalla.

Kemudian Bukit Hintan dan Bukit Bulau kembali menyatu,


dengan diiringi gemuruh suara halilintar, petir kilat sambar
menyambar, terciptalah tujuh sinar suci yang menjelma menjadi
tujuh perempuan yang disebut Bawin Kameluh Sintung Uju. Mereka
bertujuh bertempat tinggal di tempat yang sama yaitu Batang Danum
yang bermuara di Tasik Malambung Bulau Laut Bapantan Hintan.
Nama masing-masing mereka:
1. Kameluh Selung Untung.
2. Kameluh Selung Buhul
3. Kameluh Selung Bulan.
4. Kameluh Selung Bintang.
5. Kemeluh Selung Darah.
6. Kameluh Timbang Timbangan Darah.
7. Kameluh Timbang Timbangan Nyahu.

Ciptaan selanjutnya terjadi setelah benturan antara Bukit Hintan


dan Bukit Bulau selama tujuh hari tujuh malam, dengan diiringi
gemuruh suara halilntar, terciptalah wujud manusia laki-laki dan
manusia perempuan.
Keduanya sangat takut kepada Ranying Hatalla karena mereka
tercipta telanjang tanpa busana. Oleh karena itu Ranying Hatalla
berfirman kepada Jata Balawang Bulau agar memberikan pakaian
lengkap kepada keduanya untuk dikenakan.
Kemudian Jata Balawang Bulau mengambil pakaian dari
Ranying Hatalla. Pakaian tersebut diserahkan dan langsung
dikenakan oleh keduanya. Setelah berpakaian barulah mereka berani
datang mendekati Ranying Hatalla di Bukit Bulau Kagantung
Gandang, Kereng Rabia Nunyang Hapalangka Langit. Saat itu
keduanya menyaksikan Jata Balawang Bulau berada dekat Ranying
Hatalla.
Ranying Hatalla memberikan nama kepada masing-masing
mereka adalah Manyamei Malinggar Langit kepada wujud manusia

490
laki-laki dan Kameluh Bajarumat Hintan kepada wujud manusia
perempuan.
Suatu saat keduanya berniat melakukan perjalanan jauh.
Seketika terciptalah Sangku Bulau yang isinya Nyalung Kaharingan
yang langsung digendong oleh Kameluh Bajarumat Hintan. Dalam
perjalanan, Nyalung Kaharingan yang ada di dalam Sangku Bulau
tumpah. Tumpahannya menggenang bagai telaga dan memancarkan
cahaya kemilau.
Ketika diamati, telaga tersebut memancarkan bayangan mereka
berdua. Saat pandangan keduanya tertuju pada bayangan mereka di
telaga, seketika dengan diiringi suara gemuruh halilintar sambar
menyambar, bayangan tersebut menjelma menjadi dua manusia, laki-
laki dan perempuan. Begitu tercipta, keduanya mengaku diri sebagai
Ranying Hatalla dan memberikan nama bagi diri mereka masing-
masing. Yang laki-laki menamakan dirinya Manyamei Tempun
Tiawun Tingang dan yang perempuan menyebut diri Kameluh
Tempun Tiawun Tingang.
Kemudian kedua manusia yang baru tercipta itu mengajak
Manyamei Malinggar Langit dan Kameluh Bajarumat Hintan untuk
bersama menciptakan duplikat matahari, bulan, dan bintang-bintang
di langit. Mula-mula Manyamei Malinggar Langit menolak ajakan
itu namun akhirnya menyetujui. Ketika apa yang mereka inginkan
telah tercipta, Ranying Hatalla datang menemui mereka.
Mengetahui hal itu Manyamei Tempun Tiawun Tingang dan
Kameluh Tempun Tiawun Tingang melarikan diri dan menghilang.
Tentu saja Manyamei Malinggar Langit dan Kameluh Bajarumat
Hintan sangat ketakutan. Namun dengan bijaksana Ranying Hatalla
berbicara kepada mereka.
Kata-kata Ranying Hatalla sangat menentramkan dan membuat
mereka berempat berani datang mendekat. Setelah mereka berempat
datang mendekat maka bersabdalah Ranying kepada Manyamei
Tempun Tiawun Tingang dan Kameluh Tempun Tiawun Tingang,
“Karena Engkau telah merusak segala yang telah AKU firmankan
kepada Manyamei Malinggar Langit dan Kameluh Bajarumat
Hintan, maka Engkau berdua tidak AKU bolehkan menempati ruang
langit ini, melainkan Engkau menempati di bawah langit-Mu sendiri.”
Setelah peristiwa itu Manyamei Malinggar Langit dan Kameluh
Bajarumat Hintan merasa sangat lelah dan tertidur lelap. Disaat
keduanya terlelap, oleh Ranying Hatalla dan Jata Balawang Bulau,
pakaian keduanya ditukar.
Kemudian Ranying Hatalla mengambil Manyamei Malinggar
Langit dan memasukkannya ke dalam Garing Lalunjung Pulang
disertai sebuah Butah Nyarataka Penyang yang berisi pakaian milik
perempuan serta sebuah suling Bulau Rumbai Ambun. Kameluh

491
Bajarumat Hintan dimasukkan juga oleh Ranying Hatalla ke dalam
Kumpang Duhung disertai pakaian milik laki-laki dan sebuah
Gariding Bulau Sangkalemu.
Kemudian Kumpang Duhung dan Garing Lalunjung Pulang
tersebut dibawa menuju kayu erang tingang di Bukit Bulau
Kagantung Gandang, Kereng Rabia Nunyang Hapalangka Langit.
Setelah tiba di tempat tujuan oleh Ranying Hatalla, Lalunjung
Pulang dan Kumpang Duhung ditempatkan pada Bungking Kayu
Erang Tingang, Luhing Kayu Andung Nyahu.
Dengan diiriringi gemuruh suara halilintar, Garing Lalunjung
Pulang dan Kumpang Duhung yang telah diletakkan pada Bungking
Kayu Erang Tingang Luhing Kayu Andung Nyahu memancarkan
sinar cemerlang tanpa henti baik siang maupun malam. Kemudian
Ranying Hatalla menjadikan matahari tiruan karya empat manusia
ciptaan-Nya menjadi Tasik Rampang Matan Andau. Bulan menjadi
Tasik Mandalan Bulan dan Bintang menjadi Tasik Mangirai
Bintang, Laut Lambang Patendu.
Ketika Tambarirang Hai Marung Singkep Langit, Tingang Hai
Nipeng Randung Banama dan Antang Datuh Ngampuh Pulau Pulu
melihat Garing Lalunjung Pulang dan Kumpang Duhung yang
berada di dalam Bungking Kayu Erang Tingang, maka Tambarirang
Hai Marung Singkep Langit berusaha membukanya. Usaha itu gagal
bahkan Tambarirang Hai Marung Singkep Langit jatuh dan mati.
Bangkainya menjelma menjadi Sungai Sahai Tambarirang.
Melihat hal tersebut, Tingang Hai Nipeng Randung Banama
berusaha membuka pula namun gagal dan mati. Bangkainya
menjelma menjadi Lunuk Jayang Tingang, Baringen Sempeng
Tulang Tambarirang.
Usaha itu dilanjutkan lagi oleh Antang Datuh Ngampuh Pulau
Palu, namun lagi-lagi mengalami kegagalan, mati dan bangkainya
menjelma menjadi Batu Lentap Antang Liang Irai Bungai.
Akhirnya cahaya Bungking Kayu Erang Tingang Luhing Kayu
Andung Nyahu terlihat oleh Nyaru Menteng, Janjalung Tatu Riwut,
Gambala Rajan Tanggara. Dengan diiringi oleh suara halilintar
menggetarkan buana, ketiga kekuatan itu mampu membuka
Bungking Kayu Erang Tingang, Luhing Kayu Andung Nyahu.
Begitu terbuka, Garing Lalunjung Pulang keluar melompat jauh
ke tengah samudra luas langsung tenggelam ke dasar samudra. Begitu
mencapai dasar samudra Garing Lalunjung Pulang terlihat oleh
Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu, langsung disembur dan Garing
Lalunjung Pulang langsung muncul kembali ke permukaan laut dan
terdampar pada sebuah upun garing.
Kilau cemerlang Garing Lalunjung Pulang yang terdampar pada
upun garing, tertangkap lagi dan langsung disambar oleh tiga

492
kekuatan yang telah berhasil membuka Bungking Kayu Erang
Tingang. Seketika dengan diiringi gemuruh suara halilintar, sinar
cahaya yang kemilau tersebut menjelma menjadi seorang laki-laki
dengan sebuah Butah Nyarataka Penyang berisikan pakaian
perempuan dan sebuah suling Bulau Rumbai Ambun 81. Garing
Lalunjung Pulang menjelma menjadi Tunjang Garing, dan manusia
laki-laki yang tercipta, langsung mendiami Tunjang Garing.
Sosok lelaki yang baru tercipta oleh Ranying Hatalla diberi
nama Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung
Tangkuran Hariran.
Suatu hari, Tunggal Garing Janjahunan Laut, Manyamei
Tangkuran Hariran melihat setangkai ipah laut larut di laut. Muncul
keinginannya agar ipah laut dapat menjadi sebuah lasang 82. Disertai
suara gemuruh halilintar keinginan tersebut jadi kenyataan dan
banama yang tercipta dinamakan Banama Panjang Pahalampei
Laut, Ajung Ambu Taretau Hariran 83. Menyaksikan hal tersebut,
Manyamei Tunggal Garing Janjahunan Laut langsung naik, duduk
di sampan dan melaju menuju pantai, kemudian terdampar pada
sebuah tebing batu.
Ketika Sangkaria Nyaru Menteng, Janjalung Tatu Riwut,
Gambala Rajan Tanggara berhasil membuka Bungking Kayu
Erang Tingang, Kumpang Duhung yang masih berada di sana ikut
terjatuh di sebuah hulu sungai.
Sinar cemerlang yang memancar dari Kumpang Duhung yang
hanyut di hulu sungai, lagi-lagi tertangkap oleh Tambun Hai Nipeng
Pulau Pulu, Kumpang Duhung langsung disambar dan terlempar
jatuh pada sebuah hamparan batu.
Kumpang Duhung yang terdampar tersebut terlihat lagi oleh
Sangkaria Nyaru Menteng. Dengan disertai gemuruh suara
halilintar, Kumpang Duhung kembali disambar oleh tiga kekuatan
tersebut. Cahaya yang berada di dalam Kumpang Duhung menjelma
menjadi sosok perempuan yang dilengkapi Kapek Balulang Bulau. Di
dalamnya dijumpai pakaian lengkap milik laki-laki dan sebuah
Gariding Bulau Sangkalemu.
Kumpang Duhung menjelma menjadi batu ampar dan sosok
perempuan yang baru tercipta langsung menempati batu ampar
sebagai tempat kediamannya. Oleh Ranying Hatalla sosok
perempuan yang baru tercipta diberi nama Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan Limut Batu Kamasan Tambun.

81 Seruling.
82 Sampan atau perahu.
83 Sampan berukuran besar.

493
Suatu waktu Kameluh Putak Bulau melihat sebuah Pusun
Handiwung larut terbawa arus. Peristiwa terulang seperti yang
dialami oleh Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut. Muncul
keinginan, dan tercipta sebuah sampan bernama Lasang Bangkirai
Bahenda Sambung. Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan
langsung naik ke sampan, dan sampan melaju kemudian terdampar
pada sebuah tebing batu.
Lama-kelamaan Manyamei Tunggal Garing Janjahunan Laut
merasa kesepian, ditiupnyalah suling Bulau Rumbai Ambun. Suara
seruling yang ditiup dengan penuh perasaan terdengar sangat merdu
dan menyayat hati.
Suara itu sayup-sayup terdengar oleh Kameluh Putak Bulau.
Hatinya bergetar dan ia coba berkonsentrasi untuk mendengarkan
rintihan batin peniup seruling. Getaran seruling mampu menyentuh
perasaan Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan. Tanpa
diperintah langsung otomatis ia ikut meniup Gariding Bulau
Sangkalemu yang dimilikinya.
Suara seruling yang saling bersahut-sahutan mampu menjadi
sarana komunikasi diantara mereka berdua. Manyamei
mengungkapkan keadaan dirinya yang hidup hanya seorang diri,
telanjang tanpa pakaian karena pakaian yang ada padanya adalah
pakaian seorang perempuan.
Ungkapan tersebut dibalas oleh Kameluh Putak Bulau Janjulen
Karangan dengan ungkapan yang nadanya hampir sama. Kameluh
Janjulan Karangan juga mengungkapkan keadaan dirinya. Ia
menyatakan bahwa iapun hidup hanya seorang diri, terdampar tanpa
kawan, bahkan pakaianpun tak punya. Pakaian yang ada padanya
adalah pakaian seorang laki-laki.
Kemudian Kameluh menyatakan harapannya agar Manyamei
bersedia menyerahkan pakaian perempuan yang dimilikinya untuk
Kameluh. Mendengar ungkapan tersebut, Manyamei langsung
bereaksi. Ia berusaha menyampaikan pakaian yang ada padanya
kepada Kameluh.
Karena keduanya dalam keadaan tanpa busana, maka pakaian
wanita yang diserahkan oleh Manyamei diberikan kepada Kameluh
dengan menggunakan sepotong galah panjang. Demikian pula
Kameluh, menyerahkan pakaian laki-laki yang ia miliki kepada
Manyamei juga dengan menggunakan sebuah galah panjang. Setelah
masing-masing mengenakan pakaian, lalu mereka bertemu dan
akhirnya sepakat untuk tinggal bersama di Lasang Bangkirai
Bahenda Sambang.

Mengalami berulang kali keguguran


1. Pertama kali keguguran

494
Setelah tinggal bersama, suatu saat Kameluh mengalami
pendarahan. Darah yang mengalir keluar sebanyak satu lumpang
Bulau Tanduk Tambun, due sampilung Dawen Lunuk. Tanpa
sengaja Manyamei melihat darah tersebut, lalu dibungkusnya dengan
kain hitam dan diletakkan dalam sangku raja.
Kemudian Manyamei membuat sebuah rakit dari pohon
bamban baling. Sangku yang berisi gumpalan darah Kameluh
kemudian diletakkannya di rakit lalu hanyut bersama arus sungai
menuju laut.
Sinar yang keluar dari sangku raja yang larut ke laut tersebut
terlihat oleh Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu. Seketika Tambun Hai
Nipeng Pulau Palu langsung menyembur dan dengan diiringi
gemuruh suara halilintar rakit yang terbuat dari pohon bamban
baling menjelma menjadi Lanting Leleng Burung Dahiang. Sangku
raja menjelma menjadi Banama Bunter Dia Haluana Ajung Bulat
Isen Kamburia. Dindingnya terbuat dari kayu hitam, dan darah yang
dibungkus dengan kain hitam menjelma menjadi Sarupai Biha Apui.
Kemudian Sarupai Biha Apui menurunkan Sahumpak Buren
Petak. Sahumpak Buren Petak menurunkan Kasisik Buren Tasik.
Kasisik Buren Tasik menurunkan Putir Tenung Silu dan Kameluh
Bembang Ruang. Putir Tenung Silu melahirkan tiga orang anak yaitu
Karang Rajan Peres 84, Bujang Kamising, Rayung Sangengem.
Turunan merekalah yang kemudian menjadi bermacam-macam
penyakit di laut.
Kameluh Bembang Ruang bertempat tinggal di Bukit Maninting
Dahiang, Batang Danum Maninting Dahiang bermuara di Tasik
Ambun Baragantung Langit. Kameluh Bembang Ruang
menurunkan Putir Irang Pasihai. Putir Irang Pasihai menurunkan
Putir Lanting Bawin Dahiang. Putir Lanting Bawin Dahiang
menurunkan Hantarung Rajan Dahiang. Hantarung Rajan
Dahiang menurunkan Tunggal Kurung dan Dahiang Batanduk
Tunggal yang merupakan asal usul Dahiang 85.
2. Keguguran yang kedua kalinya
Ketika Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan, Limut Batu
Kamasan Tambun sedang mandi di sungai, tiba-tiba ia mengalami
pendarahan lagi.
Darah yang mengalir keluar dari tubuh Kameluh Putak Bulau
langsung larut terbawa arus. Ketika Tambun Hai Nipeng Pulau Pulu
melihat, langsung disambar. Darah yang larut di sungai tersebut
menjelma menjadi Ular Malang Laut.

84 Artinya penyakit.
85 Petanda.
495
Ular Malang Laut menurunkan Gajah Baparang Panjang.
Gajah Baparang Panjang menurunkan Tambun Lalujung Bunu,
Ihing Lampaian Sawang, Ginteng Tolong, Tabang Beang, Tampak
mangkuk Darap Kajang, Bawi Bujang Labata, Rayung Tantan
Gunting, Desan Jata Balawang Bulau, Rayat Sangkuada Bapagar
hintan. Turunan Ular Malang Laut menjadi raja-raja segala macam
penyakit yang datangnya dari dasar laut yang dalam.

3. Keguguran yang ketiga kalinya


Ketika sedang menyauk ikan 86 di Kumpai Rarayun Tanjung,
Kameluh mengalami pendarahan lagi. Darah yang mengalir
dibungkusnya dengan Kumpai Rarayun Tanjung kemudian
dibungkus lagi dengan daun kayu bulan tiga puluh lapis, setelah itu
baru dihanyutkannya pada arus sungai.
Proses yang sama terjadi dan bungkusan darah menjelma
menjadi Awu-awu Ganan Pulau Pulu. Kemudian menurunkan Gajah
Babalai Lanting. Gajah Babalai Lanting menurunkan Raja
Pangandurun Bukit. Raja Panganduran Bukit menurunkan Sarupui
Petah Matei.
Serupui Petah Matei beristeri saudara kandung ayahnya,
menurunkan Randin Tandang. Randin Tandang menurunkan Rama
Batanduk Garing. Rama Batanduk Garing menurunkan Hadangan
Laut yang merupakan moyang hewan kerbau dalam kehidupan
dunia 87. Isteri kedua Sarupai Petah Matei bernama Kameluh Bawin
Banting menurunkan Sapi Rumbai Ambun, menurunkan Sapi
Bakawan.

4. Keguguran yang keempat kalinya


Ketika menginjakkan kakinya di tanah, Kameluh Putak Bulau
mengalami pendarahan. Darahnya menetes membasahi dedaunan
yang berserakan di tanah.
Cahaya yang keluar dari darah terlihat oleh tiga kekuatan yaitu
Sangkaria Nyaru Menteng, Gambala Rajan Tanggara, Janjalung
Tatu Riwut. Diiringi suara gemuruh petir kilat sambar menyambar,
gumpalan darah menjelma menjadi Nyaring Panyaraia Belum,
Sahakung Pamarupa Haring yang kemudian bertempat tinggal di
Batang Danum Injen Tingang Teluk Harantung Langit

86 Menangkap ikan.
87 Perkawinan Serupui Petah Matei dengan saudara kandung ayahnya
adalah tindakan yang tidak benar. Itulah sebabnya anak yang dilahirkan
berupa kerbau dan hingga saat ini kerbau akan selalu dijadikan hewan
korban dalam upacara-upacara adat. Maksudnya untuk menstabilkan alam
dan lingkungannya dari pengaruh buruk akibat tulah suhu atau
pernikahan salah silsilah tadi.
496
Nyaring menurunkan Siak Sakung Baguti Tandang
Haramaung dan bertempat tinggal di Batang Danum Nyababerang
Langit, bermuara di Tasik Gandang Ngarambang Nyahu, Laut
Tuwung Hambalat Kilat.
Siak menurunkan Selang Tato Nyaring. Selang Tato Nyaring
menurunkan Nyaring Nambalau Bahandang, Sahakung Bagundai
Serang. Sahakung Bagundai Serang menurunkan Sangkawung
Buang Pamapui Mendeng. Sangkawung Buang Pamapui Mendeng
menurunkan Salakatuk Gila-Gila Hanyi.
Sakalatuk Gila-Gila Hanyi menurunkan Raja Pandung Mama
Rahui Bungai. Raja Pandung Mama Rahui Bungai menurunkan
Bahutai Bukit Mina Nganyun Kereng. Bahutai Bukit Mina Nganyun
Kereng menurunkan Tunyuk Tatu Nyamuk, Kitau Tatu Lamantek,
Birep Tatu Patining, Kirap Tatu Piket, Riwut Tatu Rangit.

5. Keguguran yang kelima kalinya


Ketika mencari Garing Pamalangkan Pantar, Ihing Sanggaran
Dahiang, mereka berjalan melalui beberapa bukit dan memberi nama
kepada tiap bukit yang dilalui, yaitu Bukit Ngalangkang Garu,
Kereng Naliwur Santi, Bukit Ampar Samben, Kereng Irai Santagi,
Bukit Ngarambang Garing, Kereng Hambalat Sihung, Bukit
Batengkung Nyahu, Kereng Batenggau Ganggerang, Bukit Payah
Bulan, Kereng Tenggau Pahawang, Bukit Kandang Duhung, Kereng
Anduh Bunu, Bukit Batu Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung
Nyaring.
Di sini keduanya akan mendirikan Garing Pamalangkan
Pantar, Ihing Sanggaran Dahiang. Namun tanpa disangka
mendadak Kameluh Putak Bulau mengalami pendarahan. Darahnya
sebanyak satu lumpang Bulau Tanduk Tambun.
Gumpalan darah tersebut oleh Manyamei langsung ditutupi
dengan telawang dan ditindih Ranying Bunu. Diiringi gelegar
halilintar, gumpalan darah menjelma menjadi Haramaung Batulang
Bunu, Pangandien Balikur Talawang. Haramaung Batulang Bunu,
Pangandien Balikur Talawang menurunkan Kameluh Pakun
Hawon, menurunkan Kameluh Indu Tahunjung Tarung yang
bertempat tinggal di Batang Danum Injen Tingang, Lewu Bukit
Bajaga Bulan.

6. Keguguran yang keenam kalinya


Sekali lagi mereka berdua mempersiapkan segala sesuatunya
untuk mendirikan Garing Pamalangkan Pantar, Ihing Sanggaran
Dahiang. Karena kesibukannya, tidak sadar Kameluh Putak Bulau
Janjulen Karangan melompati Garing Pamalangkan Pantar dan

497
saat itu juga darah Kameluh Putak Bulau mengucur membasahi
bungking Sangalang Garing.
Dengan diiringi gelegar halilintar, gumpalan darah tersebut
menjelma menjadi Bawin Kameluh Lulung Sangalang. Bawin
Kameluh Lulung Sangalang menurunkan Kameluh Bumbung
Balawan. Kameluh Bumbung Balawan menurunkan Manyamei
Talampe.
Manyamei Talampe menurunkan Manyamei Tingang.
Manyamei Tingang menurunkan Manyuling Tarung. Manyuling
Tarung menurunkan Tapitik Kawu Tempun Elang Garantung.
Tapitik Kawu Tempun Elang Garantung menurunkan
Tantunya Ikuh Bakei. Tantunya Ikuh Bakei menurunkan Marasiang
Tarung. Marasiang Tarung menurunkan Bajakah Languan
Tanjung.
Bajakah Languan Tanjung menurunkan Lunuk Nyalantar
Saratus. Lunuk Nyalantar Saratus menurunkan Imam Hanjaliwan
Baras Mumpun Penda Balawan. Imam Hanjaliwan Baras Mumpun
Penda Balawan menurunkan Lamiang Panjang Harandikung
Luwang, Timpung Panjang Indu Entang Tulang.

7. Keguguran yang ketujuh kalinya


Muncul keinginan dalam benak Manyamei dan Kameluh untuk
memiliki rumah, karena selama ini tempat tinggal mereka adalah di
Lasang Bangkirai Bahenda Sambung.
Ketika niat tersebut tak terbendung lagi, pergilah keduanya
mencari lahan yang mereka inginkan lalu tanah tersebut mereka
bersihkan. Setelah tanah yang dimaksud siap, keduanya mencari
tujuh bilah tangkai pelepah Bendang Bulau Sangkalemu. Setelah itu
ketujuh bilah tangkai pelepah Bendang Bulau Sangkalemu didirikan
pada sebidang tanah yang telah mereka siapkan untuk membangun
rumah.
Kepada Ranying Hatalla mereka bermohon agar ketujuh
pelepah bendang tersebut dapat menjelma menjadi rumah besar lagi
indah. Setelah bermohon, mereka tinggalkan tempat itu dan kembali
ke Lasang Bangkirai Bahenda Sambung.
Permohonan mereka dikabulkan oleh Ranying Hatalla. Rumah
besar dengan tiga ruangan besar yang telah dilengkapi harta benda
duniawi telah tercipta bagi mereka. Kemudian keduanya menempati
rumah tersebut.
Setelah mendiami rumah itu selama tujuh hari tujuh malam,
ketika Kameluh Putak Bulau menghidupkan perapian, darah
mengucur lagi membasahi sisi perapian. Dengan diiringi gemuruh
suara halilintar gumpalan darah menjelma menjadi Putir Balawang
Kawu. Putir Balawang Kawu menurunkan Pusa Tiun. Pusa Tiun

498
menurunkan Pusa Dukuh. Pusa Dukuh menurunkan Pusa 88
Bakawan.

8. Keguguran yang kedelapan kalinya


Niat memiliki keturunan belum juga keturutan karena lagi-lagi
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan mengalami keguguran.
Diiringi suara gemuruh halilintar, petir kilat sambar menyambar,
gumpalan darah menjelma menjadi Raja Jangkuang Langit. Raja
Jangkuang Langit menurunkan Patih Juluk Jungkau. Patih Juluk
Jungkau menurunkan Patih Pulang Kaeng. Patih Pulang Kaeng
menurunkan Asu Bangka. Asu Bangka menurunkan Asu Pahaluang
Lewu. Asu Pahaluang Lewu menurunkan Asu 89Bakawan.

9. Keguguran yang kesembilan kalinya


Suatu hari tanpa disangka Kameluh Putak Bulau keguguran lagi.
Sinar cahaya yang dipancarkan oleh darah tersebut sangat besar.
Diiringi gelegar gemuruh suara halilintar, guntur kilat sambar
menyambar, gumpalan darah menjelma menjadi Ramuan Penda
Bendang. Ramuan Penda Bendang menurunkan Raja Kariring
Langit. Raja Kariring Langit menurunkan Raja Lalunjung Bunu.
Raja Lalunjung Bunu menurunkan Raja Panyahempun Taya,
menurunkan Narantang Raja Panyahempak Bukit, menurunkan
Bawui Samben. Bawui Samben menurunkan Bawui 90Bakawan.

10. Keguguran yang kesepuluh kalinya


Ketika Kameluh Putak Bulau sedang menuruni tangga
rumahnya, lagi-lagi ia mengalami pendarahan. Darah segar
membasahi anak tangga rumahnya.
Diiringi gemuruh suara halilintar, gumpalan darah menjelma
menjadi Bangkuak Penda Pakang. Bangkuak Penda Pakang
menurunkan Marasiau Bulau. Marasiau Bulau menurunkan Jaga
Hakasah. Jaga Hakasah menurunkan Talenjen Tandas. Talenjen
Tandas menurunkan Manuk Darung Tingang. Manuk Darung
Tingang menurunkan Manuk Bakawan, asal usul adanya ayam di
dunia.

11. Keguguran yang kesebelas kalinya

88 Pusa artinya kucing.


89 Asu artinya anjing.
90 Bawui berarti babi

499
Ketika sedang jalan-jalan di halaman belakang rumahnya,
Kameluh Putak Bulau Janjulen Karangan mengalami pendarahan.
Darah menetes membasahi halaman belakang rumahnya.
Seketika darah tersebut, dengan diiringi gemuruh suara
halilintar menjelma menjadi Karamunting Bahu. Karamunting Bahu
menurunkan Karamunting Taya. Karamunting Taya menurunkan
Rambangun Bahu. Rambangun Bahu menurunkan Rambangan
Taya.
Rambangan Taya menurunkan Salumbar Kayu Nyahu.
Salumbar Kayu Nyahu menurunkan Tabalien Munyin. Tabalien
Munyin menurunkan Kalipapan Tanduk. Kalipapan Tanduk
menurunkan Uli Ulin Bahenda. Uli Ulin Bahenda menurunkan Kayu
Nyurung Upue. Kayu Nyurung Upue menurunkan Tabalien Lantang
Penyang yang merupakan asal usul adanya kayu ulin.

12. Keguguran yang kedua belas kalinya.


Setelah dua belas bulan hidup bersama, muncul niat mereka
ingin membersihkan dan menyapu halaman rumah. Di halaman
rumah Kameluh Putak Bulau mengalami pendarahan, darah menetes
membasahi pohon sawang.
Gumpalan darah tertangkap oleh tiga kekuatan yaitu Sangkaria
Nyaru Menteng, Gambala Rajan Tanggara, Janjalung Tatu Riwut.
Disertai gemuruh suara halilintar, gumpalan darah menjelma
menjadi Sangkarawat Munduk, Sangkarawat Mendeng.
Sangkarawat Munduk, Sangkarawat Mendeng kemudian
menurunkan Rangkang Sanaman Batunjang Duhung, Parukat
Jangkarang Bahangkang Bunu, Rangkang Sanaman Batunjang
Duhung. Parukat Jangkarang Bahangkang Bunu menurunkan
Rangkang Batu Batunjang Karangan, Parukat Liang Bahangkang
Baras, kemudian menurunkan Raja Ungkuh Batu Tuhan Jenjang
Liang.
Raja Ungkuh Batu Tuhan Jenjang Liang menurunkan Nyahu
Papan Taliwu Kilat Santep Dandang Tajahan. Nyahu Papan
Taliwu Kilat Santep Dandang Tajahan menurunkan empat belas
wujud patahu yang oleh Ranying Hatalla diberi nama :
1. Lalunjung Bunu
2. Lalunjung Pulang
3. Anju Ganan Tutuk Bunu
4. Renteng Bantikan Tuntung.
5. Tantiwa Pantun Garantung.
6. Kaliwat Peteng Penyang
7. Sarimpak Bambang Kumpang
8. Kunjat Ganan Lambang Palangka.
9. Sasanggah Ganan Lambang Balai

500
10. Kirip renteng Tingang
11. Ruak Ganan Likur Talawang.
12. Sipet Pandak Turus Sangkairaia Mendeng.
13. Manyamei Mama Lampayan Sewang.
14. Raja Rantaran Bunu Ujan Bulau Rintih Bintang Ije
Habalita Bulau Ganda-gandang, Ngandang Riak Hanyin
Tempue.

Keempat belas turunan patahu tersebut mendiami Bukit Ginteng


Nahakahang Duhung Kereng Barangga Naharanggan Bunu di
Batang Danum Pijir Habunu.

Setelah dua belas kali mengalami keguguran, atas kehendak


Ranying Hatalla diadakanlah upacara perkawinan di antara
keduanya. Raja Uju Hakanduang menerima firman dari Ranying
Hatalla dan Jata Balawang Bulau, untuk turun menuju Bukit Batu
Nindan Tarung, Kereng Liang Bantilung Nyaring untuk segera
melaksanakan upacara perkawinan antara Manyamei Tunggul
Garing Janjahunan Laut dan Kameluh Putak Bulau Janjulen
Karangan. Adapun nama Raja Uju Hakanduang ialah :
1. Raja Mandurut Untung
2. Raja Mandurut Bulau
3. Raja Barakat
4. Raja Angking Penyang
5. Raja Garing Hatungku
6. Raja Panimbang Darah
7. Raja Tamanang.

Setelah upacara perkawinan dilaksanakan, barulah Kameluh


Putak Bulau Janjulen Karangan mengalami kehamilan sempurna.
Pada saat isterinya sedang hamil itulah, Manyamei Tunggul
Garing Janjahunan Laut menerima firman dari Ranying Hatalla
yang disampaikan melalui Raja Uju Hakanduang. Dikatakan bahwa
pada saat awal darah menjadi badan manusia, terbentuklah Lumpuk
Mata, setelah itu terbentuk Biti Bereng 91, isin daha92, tulang, uhat93,
pupus Bulu94.
Setelah semua lengkap, sempurna dan saatnya telah tiba untuk
dilahirkan ke dunia, maka bayi akan lahir disertai kekuatan dan ke-
Maha Kuasaan Yang Maha Agung. Saat itu pula IA datang dan
menyatu dalam diri sang bayi. Sesungguhnya IA hidup bersama

91 Badan
92 Darah daging.
93 Tulang urat.
94 Bulu.

501
dirinya. IA berwujud bayangan dari sinar suci Ranying Hatalla yang
menyatu padanya dan disebut hambaruan.
Sejak awal kehidupan manusia, semua telah diatur oleh Ranying
Hatalla. Sebagaimana awalnya ada, begitu pula ia kembali menyatu
kepada Ranying Hatalla apabila waktunya telah tiba. Semua telah
diatur sendiri oleh Ranying Hatalla.
Setelah kandungan berusia sembilan bulan sembilan hari,
lahirlah tiga bayi, kembar tiga, semuanya laki-laki. Kemudian kedua
orang tuanya menyampaikan kurban suci untuk mohon berkat
kepada Ranying Hatalla sebagai tanda syukur. Mereka
melaksanakan upacara Nahunan yaitu upacara pemberian nama bagi
ketiga bayi yang baru lahir dengan cara mengoleskan darah hewan
korban kepada ketiganya. Mereka bertempat tinggal di Bukit Batu
Nindan Tarung Kereng Liang Bantilung Nyaring.
Nama ketiga bayi tersebut adalah :
• Raja Sangen.
• Raja Sangiang.
• Raja Bunu.

Raja Bunu sejak kecil banyak mengalami peristiwa dan


permasalahan hidup yang berbeda dari kedua kakaknya yaitu Raja
Sangiang dan Raja Sangen. Ketika usia balita, Raja Sangen dan Raja
Sangiang tumbuh subur dan sehat, namun Raja Bunu sulit makan
dan kesehatannya sering terganggu. Makanan utama yang dimakan
saat itu ialah Pantar Pinang. Setelah Ranying Hatalla melalui Raja
Uju Hakanduang memberikan Behas Nyangen Tingang 95, Raja
Bunu mau makan bahkan menjadi anak yang sehat dan gemuk.
Setelah meningkat dewasa, pada saat ketiganya mandi di sungai
di tepian Bukit Batu Nindan Tarung Kereng Liang Bantilung
Nyaring, mereka menemukan sepotong besi yang bagian ujungnya
timbul di permukaan air dan bagian pangkalnya tenggelam. Besi
tersebut berasal dari Ranying Hatalla dan Jata Balawang Bulau
yang memang diberikan kepada mereka bertiga.
Setelah temuan itu dilaporkan dan dibicarakan dengan ayahnya,
mereka sepakat besi itu dijadikan pusaka. Pusaka yang terbuat dari
besi yang timbul menjadi milik Raja Sangen dan Raja Sangiang
karena pada saat ditemukan mereka berdualah yang pertama kali
menyentuhnya. Raja Bunu mendapat pusaka yang dibuat dari besi
yang tenggelam.
Setelah pusaka diterima, mereka menjadi sangat gemar berburu.
Suatu hari, ayah mereka Manyamei Tunggul Garing Janjahunan
Laut berpesan agar apabila mereka berburu, jangan menuju Bukit

95 Beras.
502
Engkan Penyang. Semula larangan tersebut mereka taati, namun
akhirnya tidak mereka pedulikan. Di Bukit Enggang Penyang mereka
bertemu Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang Barikur
Hintan.
Ketika tiga bersaudara berebut binatang buruannya, suara
mereka terdengar oleh orang tuanya dan disusullah mereka. Pada
saat itu Raja Sangen menikam gajah buruan tadi dengan pusakanya
hingga darah bercucuran. Ketika luka tersebut diusap oleh ayah
mereka Manyamei, luka tersebut pulih tanpa bekas. Begitu pula
ketika Raja Sangiang melakukan hal yang sama. Akan tetapi ketika
Raja Bunu menikam gajah tersebut, luka akibat tikamannya tidak
dapat disembuhkan sekalipun telah diusap oleh ayah mereka. Bahkan
pada akhirnya Gajah Bakapek Bulau, Unta Hajaran Tandang
Barikur Hintan mati.
Dalam hal jodoh, Raja Sangen dan Raja Sangiang tidak
mengalami kesulitan, semua lancar-lancar saja, sedangkan adik
bungsu mereka Raja Bunu mengalami berbagai permasalahan.
Raja Sangen menikah dengan Kameluh Kambang Garing,
menurunkan Raja Rahanjang Garing. Raja Rahanjang Garing
menurunkan Raja Rarusir Kilat. Raja Rarusir Kilat menurunkan
Raja Patunggal Nyahu.
Raja Patunggal Nyahu kemudian menurunkan Raja Uhat
Malatar Langit. Raja Uhat Malatar Langit menurunkan Raja
Bungking Kalipapa Tanduk. Raja Bungking Kalipapa Tanduk
menurunkan Raja Lalunjung Duhung. Raja Lalunjung Duhung
menurunkan Raja Lalunjung Penyang. Raja Lalunjung Penyang
menurunkan Raja Tantaulang Bulau. Raja Tantaulang Bulau
dikaruniai empat belas orang anak, mereka adalah :
1. Raja Pantap Nyahu.
2. Raja Hanggulan Bunu.
3. Raja Garing Harenteng.
4. Raja Garing Haleuh.
5. Raja Garing Halembai.
6. Raja Garing Harenyau.
7. Raja Garing Haresap.
8. Raja Garing Penyang Tantahila.
9. Raja Nampui Bungai.
10. Raja Pampulau Hawun.
11. Raja Panyarawan Katingan.
12. Kameluh Endas Bulau Lisan Tingang, Kambang Garing
Lelak LamiangManas Kaput Pisau Tehang.
13. Kameluh Mandalan Bulau.
14. Raja Punduk Nyahu.

503
Raja Sangiang menikah dengan Kameluh Kambang Runjan
menurunkan Nyalung Tatu Sangiang. Nyalung Tatu Sangiang
menurunkan Gambalang Rajan Sangiang. Gambalang Rajan
Sangiang menurunkan Garing Tanduh Nyahu. Garing Tanduh
Nyahu menurunkan Sawang Tanduh Nyahu. Sawang Tanduh
Nyahu menurunkan Raja Sariantang Penyang. Raja Sariantang
Penyang menurunkan Raja Samatian Tingang. Raja Samatian
Tingang menurunkan Raja Tanduh Bulau Tangkurajan Sangiang.
Raja Tanduh Bulau Tangkurajan Sangiang, menurunkan
delapan anak yaitu :
1. Raja Duhung Mama Tandang Langkah Sawang Apang
Bungai Sangiang
2. Raja Sawang Bapa Bungai Sangiang
3. Raja Antang Tempun Mihing
4. Raja Duhung Kiting Tambun
5. Raja Dahiang Mantung Bulau
6. Raja Mantir Mama Luhing Bungai Salutan Raja
Nalawung Bulau.
7. Raja Mama Rahui Bungai
8. Kameluh Rangkang Sangiang.

Raja Bunu, ketika akan mencari jodoh tidak selancar kedua


kakaknya. Ia mengalami banyak masalah dan cobaan. Ketika ia
memohon untuk diberikan jodoh seperti halnya kedua kakaknya,
Ranying Hatalla mengabulkan.
Seorang perempuan bernama Kameluh Tanteluh Petak
ditentukan sebagai jodoh Raja Bunu. Akan tetapi perempuan yang
dijodohkan tersebut bagai patung karena tak memiliki nafas. Raja
Bunu tidak putus asa, bermohonlah ia kepada Ranying Hatalla agar
calon isterinya dapat bernafas.
Ranying Hatalla mengabulkan permohonan itu dan
memberikan Nyalung Kaharingan Belum yang diletakkan di dalam
Lamiang Bua Garing Belum, dengan pesan agar Raja Bunu berhati-
hati dalam perjalanan pulang dan Nyalung Kaharingan Belum yang
dibawanya agar diberikan kepada calon isterinya.
Sekalipun Ranying Hatalla telah memperingatkan kepada Raja
Bunu untuk waspada dan berhati-hati, nyatanya dalam perjalanan,
roh jahat yaitu Angui Mamalengai Bungai berhasil menggodanya.
Akibatnya Nyalung Kaharingan Belum yang dibawanya tertumpah di
jalan, dan menjelma menjadi Tasik Kaharingan, Bukit Tampung
Buhul.
Menyaksikan hal tersebut, Angui Mamalengai Bungai bergegas
mendahuluinya dan berusaha menemukan Kameluh Tanteluh Petak.
Begitu yang dicari ketemu, dengan tergesa diberikannya angin untuk

504
nafas bagi Kameluh Tanteluh Petak, tanah untuk daging dan air
untuk darah.
Ketika semua telah terjadi, munculah Raja Bunu. Tentu saja ia
amat marah, namun nasi sudah menjadi bubur, resiko terpaksa harus
dihadapi. Raja Bunu dan turunannya harus mengalami kematian
sebelum menuju ke kehidupan abadi.
Dari perkawinan itu telah lahir empat belas orang anak, yaitu :
1. Raja Manurun Bunu
2. Raja Kamenduh Bunu
3. Raja Maliambung Bunu
4. Raja Manyimpei Penyang
5. Raja Pamalimping Langit
6. Raja Mandurut Bunu
7. Raja Jangkarung Tingang
8. Busu Dandan Kahayan
9. Manyamei Sunsunan
10. Tiung Malaiana
11. Raja Mandurut Bulau
12. Hawun Baru-Barun
13. Sabuyung Nyaring Uhing
14. Sabira Nanggui Garantung

Ranying Hatalla berfirman kepada Raja Bunu “Untuk Engkau


ketahui Raja Bunu, bahwa Engkau dan semua anak keturunan-Mu
akan AKU turunkan untuk mengisi permukaan tanah bumi yang
telah Kucipta dan AKU sebutkan itu kehidupan, serta bagi anak
keturunan-Mu nantinya, ia kembali kepada KU melalui kematian“.
Kemudian Ranying berfirman lagi “Engkau jangan merasa
khawatir mendengar petunjuk dari-KU. Walaupun keturunan-Mu
menjadi bagian yang mati, mereka itu akan dibantu oleh keturunan
kedua saudara-Mu mengembalikannya menyatu kepada-KU”.
Kemudian kepada Raja Bunu, Ranying Hatalla juga berpesan
agar apabila Raja Bunu dalam kehidupan kelak di Pantai Danum
Kalunen mengalami kekurangan rezeki, ia diizinkan meminta
kekurangan itu kepada ayahnya Manyamei Tunggul Garing
Janjahunan Laut dan ibunya Kemeluh Putak Bulau Janjulen
Karangan di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung.
Kemudian Ranying Hatalla kembali berfirman “Sekarang aku
menetapkan untuk-Mu Raja Bunu, beserta dengan seluruh
keturunan-Mu tentang bagaimana tatacaranya keturunan-Mu itu
kembali kepada-KU, yaitu nanti ada keturunan saudara kandung-
Mu Raja Sangen dan Raja Sangiang yang akan melaksanakan dan
membawa mereka melalui jalannya datang dari pada Aku, begitu
pula mereka kembali kepada-KU. Manusia hidup, rohnya berasal

505
dari bayangan badannya sendiri, kornea matanya, dagingnya,
darahnya, kulitnya, tulang dan uratnya semua itu berasal dari
Nyalung Bayan Hintan Kaharingan Petak Kalabien Bulan, Liang
Kalambungan Lumpung Matan Andau yaitu Zat-KU sendiri dan
semua itu apabila ia mati rohnya disebut Liau Haring Kaharingan.
Kornea Matanya, daging darah dan kulitnya disebut Liau
Balawang Panjang, kemudian tulang dan uratnya disebut Liau
Karahang Tulang”.
Sebelum Ranying Hatalla menurunkan Raja Bunu dan
keluarganya menuju Pantai Danum Kalunen, IA menyuruh mereka
melaksanakan Tiwah Suntu 96 di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung,
sebagai contoh yang harus dilaksanakan oleh Raja Bunu dan
turunannya apabila kelak saatnya tiba mereka kembali datang
menyatu kepada-NYA.
Raja Bunu dan keluarganya diturunkan oleh Ranying Hatalla ke
Pantai Danum Kalunen dengan kendaraan Palangka Bulau
Lamabayung Nyahu yang bercahaya cemerlang. Ikut serta
mendampingi Raja Bunu dan keturunannya ketika diturunkan ke
Batang Danum Kalunen ialah Antang Patahu dan beberapa Raja
yang tercipta oleh Ranying Hatalla sebelum ada keturunan
Manyamei Tunggul Garing Janjahunan Laut, Sahawung
Tangkuran Hariran tercipta. Nama dan tempat tinggal Raja-Raja
dan Kameluh-Kameluh yang telah tercipta oleh Ranying Hatalla.
∗ Di Lewu Bukit Ambun Baragantung Langit :
1. Tanggalung Anak Andau
2. Hantarung Rajan Dahiang
3. Dahiang Mantung Bulau
4. Tunggal Kurung
5. Putir Irang Pasihai
6. Dahiang Batanduk Tunggal
7. Darahen Rajan Antang
8. Antang Rawing Batutuk Bunu
9. Putir Lanting Bawin Dahiang
10. Kameluh Irang Pasihai
11. Antang Habarun Bulau
12. Antang Habarun Lamiang
13. Antang Habarun Karangut
14. Antang Habarun Runjan
15. Antang Habarun Sangkalemu
16. Antang Baputi Mandui Riak Bulan
17. Putir Santang ewen Sintung Uju
18. Umban Bulau Balinga Pulu

96 Suntu berarti contoh


506
19. Liang Tutuk Baluhur Ambun

∗ Di Lewu Bukit Bajaga Bulan:


1. Manyamei Kajangga Hatuen Bulan
2. Kameluh Pamalumpuk Bulan
3. Manyamei Hatuen Patendu
4. Manjamei Bintang Ijang Bawui
5. Manyamei Bintang Tampung Bua
6. Manyamei Bintang Ijang Pahera
7. Manyamei Bintang Kaliangan
8. Manyamei Tatu Asun Bulan
9. Jangkarang Matan Andau

∗ Di Lewu Bukit Tambak Raja:


1. Raja Helu Maruhum Usang
2. Patih Rumbih
3. Dambung Mangkurap
4. Patih Dadar
5. Patih Muhur
6. Raja Landa Bagadung Batu
7. Raja Sina Bakuncir Panjang
8. Raja Siam Tempun Tambaku Mangat
9. Raja Kaling Babilem Pamungkal Garantung
10. Raja Pait Panampa Ringgit
11. Raja Jampa Panampa Balanga
12. Raja Sariantang Penyang
13. Garahasi Mintom Panuang Badil Tambun
14. Kameluh Nyai Siti
15. Kameluh Diang Lawai
16. Kameluh Nyai Bitak
17. Kameluh Nyai Banum
18. Kameluh Rangkang Sangiang.

∗ Di Lewu Bukit Batu Nindan Tarung:


1. Raja Tantaulang Bulau
2. Raja Singkuh Batu
3. Indang Salangking
4. Apang Salamat
5. Bungking Kalipapan Tanduk
6. Kameluh Sahumpak Awang Sangalang
7. Raja Manurun Bunu
8. Raja Kamanduh Bunu
9. Raja Maliambung Bunu
10. Raja Manyimpei Penyang
507
11. Raja Pamahimping Langit
12. Raja Mandurut Bunu
13. Raja Jangkarung Tingang
14. Busu Dandan Kahayan
15. Manyamei Sunsunan
16. Tiung Maliana
17. Raja Mandurut Bulau
18. Hawun Baru-Barun
19. Sabuyung Nyaring Uhing
20. Sabira Nanggui Garantung

∗ Di belakang Bukit Batu Nindan Tarung, di Telaga Matuk dia


tawan tumbange, Tasik Jamperun Iseng Batuana Halue, ialah Raja
Bisu Bajela Bulau, Kanaruhan Buntat Batangep Rabia 97bersama
isterinya Kameluh Mandalan Bulan98.

∗ Di Lewu Bukit Lembayung Nyahu, di Tasik Sangiang, Batang


Danum Barirai:
1. Raja Panyarawan Katingan
2. Raja Ngalang Bulau
3. Raja Kanarean Sawang
4. Manyamei Pahang Tempun Lingga Garantung
5. Kameluh Tempun Tayawun
6. Kameluh Tiyawun Bulau
7. Kameluh Bungen Bulau
8. Kameluh Bawi Randan

∗ Di Lewu Bukit Sua Penyang di Batang Danum Jalajan, di


Rahan Penyang Karuhei:
1. Raja Pampulau Hawun
2. Raja Rawing Tempun Telun
3. Telun
4. Hamparung
5. Raja Duhung Bulau
6. Raja Sahawung Bulau
7. Bujang Barendeng Baka Impun Lawu
8. Ramping Tingang Balinga Nangkeru Metas Hurung Pulu

97Disebut juga Raja Nyangkurun Batu. Isterinya disebut Putir Matengger


Langit. Mereka berdua mempunyai Butah Panji Ringkin Danum yang
menyatu dengan Butah Amben Penyang Nyirat Bulau Jara-Jarang,
Ngalambu Bajakah Natau. Manfaat bisa menjadi kaya raya.
98 Apabila di dalam perjalanan banama Nyahu dan lanting samben, nama

tempat itu disebut Tasik Galumbang Bulau, Laut Jambangan Hintan.


508
9. Bajang Linga-Lingai Lawung
10. Pakihu Bingkok Nantahan Bujur
11. Peteng Dawen Ura-Urai
12. Petak Baputi Kalabien Bintik Palangka
13. Pisau Tampak Tumbang Tabanganen
14. Baliung Tinih Tumbang Tabangiau
15. Kameluh Tempun Hendan Bulau
16. Kameluh Hendan Bulau
17. Rampan Bawi Hai
18. Kameluh Timuk Tantawa
19. Kameluh Pangurai dare

∗ Di Batang Danum Jalayan, Guhung Riak Lamiang.


Beseberangan Hajamban Garing Batang Panta, pegangan Ranying
Pandereh Bunu:

• Kelompok sebelah kanan, di bawah pimpinan Raja Mantir


Mama Luhing Bungai, Salutan Raja Nalawung Bulau, Balai
Mihing Nyapundu Runjam, Sali Nyalung Maruruk Hintan.
• Kelompok sebelah kiri, di bawah pimpinan Raja Duhung
Mama Tandang, Langkah Sawang Apang Bungai Sangiang,
dan balainya dinamakan Balai Nyahu Matunggang Pulu, Sali
Ganggerang Bambuakan Jalatien.

∗ Di Bukit Sinta Bungai di Batang Danum Sangkalila Bulau :


1. Kameluh Lentur Bulau
2. Kameluh Langgir Bulau
3. Kameluh Bayan Bulau
4. Kameluh Bayan Hintan
5. Kameluh Indang Palui
6. Kameluh Indang Sangkanak
7. Kameluh Kambang Kabanteran Bulan
8. Putir Sintung Jahawen
9. Raja Haci
10. Raja Tunggal Sangumang
11. Rasing Penyang
12. Apang Sapahatu
13. Apang Sangkanak
14. Apang Maratih ewen Sintung Uju
15. Anak Loting ewen Sintung Uju.

o Raja Tunggal Sangumang bertempat tinggal di belakang


Lewu Bukit Sinta Bungai di balai Parung suling Marakuran

509
Liu, Napatah Bulau Sangkalemu, Kalabien Puser Kambang
Kabanteran Bulan.
* Raja Sagagaling Langit dan isterinya Putir Kamasarin
Garing, bertempat tinggal di Batang Danum Simpei Karuhei, Bukit
Tampung Karuhei.

* Raja Entang Tingang, bertempat tinggal di Lewu Bukit


Entang Tingang, Batang Danum Entang Tingang. Raja Nyalampai
Timpung bertempat tinggal di Lewu Bukit Nyalampai Timpung,
Batang Danum Nyalampai Timpung.

∗ Nama Raja dan Nyai yang bertempat tinggal di Lewu Bukit


Letai Runjam, Batang Danum Letai Rinjam :
1. Nyai Inai Mangut
2. Nyai Inai Kamandai
3. Nyai Inai Ingoi
4. Nyai Inai Botau
5. Kariau Inai Suri
6. Kaun Mina Bumbun
7. Manyang Benang
8. Rangka Runjan
9. Nyaring Karau
10. Apang Reai Burou
11. Patih Inai Bumbun
12. Jaka Jako Mandan Bunu
13. Tukau Amai Tuah
14. Oring Sangarang.

∗ Di Lewu Bukit Takaras Kereng, Tasik Mandalan Bulan :


1. Duhung Keang Bunu
2. Ampit Putung Gambangan Nyahu
3. Tapahunduk Tuntung Tampaliau Tungku
4. Pitik Rumbai Bajampung Bulau
5. Uhit Malingkahui Balangkai Lamiang
6. Hanjalutung Bakas Dia Malik Dawe
7. Sawang Santah Bunge Sundung
8. Tindan Nanjala Sawang
9. Tapang Jamperung Nyahu

∗ Di Lewu Bukit Sandung Tambarirang, Tasik Rampai Bulan,


Rahan Kambang
1. Gambalang Bahandang Rajan Sangiang
2. Tatu Samatian Tingang
3. Sangiang Riang Tingang
510
4. Nylung Tatu Sangiang
5. Sawang Lembayung Nyahu

∗ Di Lewu Bukit Linda Saran Bulan, Tasik Mangirai Bintang :


1. Manyamei Tempun Tiawun Tingang
2. Kajangga Tanjung garing
3. Liau Pimping Kaninding Jarenang
4. Acak Menteng Baturus Bubu
5. Raja Pandak Habarun Dare
6. Manyamei Tuking Langit
7. Kameluh Tempun Tiyawun Tingang
8. Kameluh Kuwun Garantung
9. Rampan Tumbang Tutuh Bintang
10. Rampan Tumbang Uling Nyaring
11. Rampan Tumbang Sahai Timpung
12. Rampan Tumbang Sahai Samben
13. Rampan Tumbang Sahai Lamiang
14. Rampan Tumbang Sahai Dare
15. Rampan Tumbang sahai Garantung
16. Rampan Tumbang Sahai Runjan
17. Rampan Tumbang Mahanjung Jala
18. Rampan Laut Pahe.

∗ Di Lewu Bukit Tampung Buhul, Batang Hintan Danum


Mantining Langit, Balai Saramin Naluga Bulau :
1. Sambung Maud
2. Nyambilalang Habunu
3. Sabaliki Hanyi
4. Raden Tunjung
5. Jahangang Tingang
6. Pusun Balusuh
7. Pusun Garing
8. Kambang garing
9. Putir Pating garing
10. Tenung garagak
11. Raja Tekang Tingang
12. Kamatek Tintu Bidik

∗ Yang mendiami Bukit Nanjungan Garu, Tasik Kaharingan di


Garing Nganderang Sukah Lumpung Matan Andau ialah
Panyalumpuk Mangku Amat Sangen dan isterinya Nyai Jaya
Sangiang.

511
∗ Di Tasik Gandang Ngarambang Nyahu, Laut Tuwung
Hambalat Kilat, tempat Gandang Batu yang isinya Apui Nyaru di
bagian ujung dan Nyarung Kaharingan di bagian pangkal di Batang
Danum Mendeng Mahejan Langit:
1. Gambala Rajan Tanggara
2. Janjalung Tatu Riwut
3. Sangkaria Nyaru Menteng
4. Raja runjan Langit
5. Siak sakung Baguti Tandang Harimaung.

∗ Di Lewu Bukit Nabuhi Bulau, Tasik Pawah Bulau :


1. Kameluh Indu Tiawun Bulau
2. Rajan Burung Tampung Bua
3. Tumbu Tatu Batu
4. Tambak Tatu Petak
5. Umbuh Tatu Pulut
6. Ongguh Tatu Parei
7. Jampeng Tatu Katam

∗ Di Lewu Bukit Bulau Kagantung Gandang, Rundung Kereng


Rabia Nunyang Hapalangka Langit, Tasik Malambung Bulau :
1. Raja Angking Penyang
2. Raja Tuntung Tahaseng
3. Raja Panuntung Umur
4. Raja Ngasau Langit
5. Raja Sapunang
6. raja sapuning
7. Raja Ulih Napakah Langit
8. Raja Nguntuh Hintan
9. Raja Ujan Pintih Nanjala Sawang
10. Raja Riwut Ambun Hatantali
11. Putir Selung Tamanang
12. Kameluh Selung Untung
13. Kameluh Selung Buhul
14. Kameluh Selung darah
15. Kameluh selung Bulan
16. Kameluh Timbang Tambangan Nyahu
17. Kameluh Timbang Tambangan Darah

∗ Manyamei Rajan Untung, bertempat tinggal di Balai Ulang


Harantung, di hulu Batang Danum Banyahu Bulau.

512
Mengamati kisah penciptaan yang dikenal oleh masyarakat di
daerah Katingan dengan kisah penciptaan daerah Kahayan, Kapuas
dan sekitarnya, banyak ditemukan persamaan dan perbedaan.
Perbedaan disebabkan karena tidak dikenalnya tradisi tulis,
dalam bentuk Kitab Suci. Dalam tradisi lisan, setiap orang punya
keterampilan sendiri dalam mengekspresikan apa yang ia ketahui,
kemudian mewariskan pengetahuan tersebut dalam bentuk Tetek
Tatum.

Dari kedua contoh kisah penciptaan di atas, ditemukan adanya


perbedaan nama atau lokasi suatu tempat, akan tetapi maksudnya
sama. Demikian pula terlihat bahwa kisah yang satu lebih mendetail,
dan lainnya lebih lengkap. Tentu saja semua itu ditentukan oleh
kemampuan si penutur.

Sejarah Perkembangan Kaharingan

Seperti diungkapkan di atas, bahwa Kaharingan telah ada sejak


awal manusia pertama, diturunkan dari Langit dengan Palangka
Bulau 99, oleh Ranying Hatalla. Keyakinan tersebut telah terukir
demikian kuat, dalam hidup keseharian orang Dayak. Ketika mereka
membuka lahan untuk bercocok tanam, membangun rumah,
mengalami musibah, selalu mereka kembali kepada aturan yang ada.
Demikian pula sejak anak dalam kandungan, lahir, ketika nama
diberikan, ketika upacara pernikahan, ketika ada kematian, kembali
lagi mereka ke aturan yang telah digariskan oleh Ranying Hatalla,
yaitu melaksanakan ritual adat.
Mengapa mereka begitu kuat, memegang teguh keyakinan
tersebut? Jawabnya, tentu saja karena mereka sangat yakin, dan
mengalami langsung proses pendampingan Ranying Hatalla, dalam
segala kegiatan hidup mereka. Mengalami dan merasakan langsung,
kasih Ranying Hatalla kepada mereka, melalui para petugasnya yaitu
roh baik dalam bentuk mahluk halus yang tidak terlihat mata
jasmani.
Ritual adat dalam bentuk upacara, sejak zaman dahulu memang
telah dilaksanakan. Hal ini terbukti dengan banyaknya ditemukan
sandung, atau tempat menyimpan tulang setelah pelaksanaan
upacara Tiwah. Usia Sandung tersebut, silahkan para peneliti untuk
menelitinya. Keterangan tambahan perlu diberikan di sini, bahwa
pada umumnya, Sandung terbuat dari tabalien/kayu ulin/kayu besi,
yang tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk terkena hujan. Semakin
lama semakin kokoh, kuat bagaikan besi.

99 Tempat Sajen yang terbuat dari emas.


513
1. Masa Penjajahan

Di masa penjajahan, baik di masa Belanda maupun Jepang,


perkembangan Kaharingan banyak mengalami tekanan dan
hambatan. Kehadiran Penjajah menimbulkan kontradiksi dan luka
batin yang mendalam bagi penduduk pribumi setempat. Hingga saat
ini dampak dari tuduhan itu masih terasa dan dialami oleh orang-
orang Dayak.
Para penjajah, tak pernah mau mencoba memahami, sesuatu
yang tersirat dan tersurat dalam cara penyembahan mereka yang
masih murni, polos, alami dan apa adanya. Semua mereka lakukan
untuk menyembah Junjungannya, yaitu Ranying Hatalla.
Para penjajah, dengan gamblang dan lantang, menyatakan
bahwa Agama Helu atau Kaharingan adalah kafir, agama heiden,
menyembah berhala, serta bermacam cemoohan lainnya. Mereka
telah menutup mata, tidak mau tahu bahwa cara suku Dayak
mengekspresikan rasa hormat tersebut, disesuaikan dengan situasi
alam, pemahaman, dan cara berpikir suku ini. Seolah apapun yang
mereka lakukan dan hayati menurut para penjajah adalah salah. Yang
benar, adalah apa yang diyakini benar oleh para penjajah, dan semua
itu mereka bawa dari Eropa, tempat asal mereka.
Walau demikian, pihak penjajah, masih tetap mengizinkan
masyarakat setempat, melaksanakan upacara adat wajib yang harus
mereka laksanakan. Itulah sebabnya sekalipun dalam tekanan,
Kaharingan tetap bertahan, tumbuh dan mengakar subur, dalam hati
sanubari penduduk setempat. Keyakinan yang telah mendarah
daging, menyatu seirama detak jantung dan tarikan nafas para
pemeluknya, tidak begitu saja mudah untuk dilepaskan, terutama
ketika pengaruh lain mencoba mendekati.

2. Masuknya Agama Kristen

Pengalaman pahit, manis, yang telah dialami oleh Lembaga-


lembaga Zending 100 yang berkarya di Kalimantan, dapat dijadikan
kilas balik, betapa berat tantangan yang dialami para missionaris,
dalam karya mereka berbaur dan mengenalkan ajaran Kristen,
kepada penduduk setempat. Mereka pun mengakui bahwa tidak
mudah untuk memperoleh kepercayaan dari suku Dayak101.

100 Lihat Fridolin Ukur, Tantang – Jawab Suku Dayak, BPK Gunung Mulia,
Jakarta.
101 Lihat Fridolin Ukur, Tantang – Jawab Suku Dayak, BPK Gunung Mulia

Jakarta.
514
Diakui oleh pihak zending, bahwa orang Dayak unik dan sulit
diduga. Di satu pihak mereka melihat bahwa orang Dayak hidup
dalam taraf kebodohan. Mereka tidak memiliki aksara, buta huruf
dan tidak punya kemampuan berfikir rasionil seperti lazimnya orang
barat. Di pihak lain, mereka menyaksikan suku ini memiliki daya
tanggap yang tajam, serta ingatan yang luar biasa. Kemampuan
praktis yang mereka miliki sangat mengagumkan, bahkan konsep
pemikiran religius mereka demikian kompleks dan sempurna.
Mereka pun mengakui serta memberikan acungan jempol, akan
sifat orang Dayak yang jujur dan terbuka. Rasa kagum tersebut
semakin sempurna, ketika mereka menyaksikan bakat serta
pembawaan dan pengungkapan seni, khususnya dalam bidang
nyanyi.
Orang Dayak sangat gemar menyanyi 102, begitu pula sifat, sikap
dan karakter suku Dayak sangat membingungkan mereka. Di satu
pihak orang Dayak sangat terbuka, jujur, sangat menghormati para
tamu yang datang mengunjungi mereka, memiliki kehalusan dan
kelembutan yang terungkap dalam karya dan ungkapan hasil seni
anyam-anyaman, dengan warna yang orisinil dan serasi. Tetapi di
pihak lain, mereka dihadapkan dengan tindak dan praktek-praktek
yang menurut norma Barat, merupakan kebuasan, kekejaman dan
ketidak-prikemanusiaan. Di sini mungkin yang dimaksud berkaitan
dengan masalah mangayau103.
Demi menghindari kesalah pahaman, tentang apa dan mengapa
adanya kayau maka perlu diberikan sedikit penjelasan.
Kayau atau mengayau 104, habunu 105, mambaleh 106 adalah
kebiasaan memenggal kepala yang dilakukan oleh suku Dayak dalam
peperangan. Mampu memenggal kepala lawan dalam peperangan
menunjukkan sikap ksatria, mamut menteng, yang artinya gagah
perkasa. Semakin banyak seseorang memenggal kepala lawan atau
musuh, ia akan semakin disegani oleh kawan dan lawan.
Kemudian sebagai tanda hormat dan bakti para ksatria tersebut
kepada orang tuanya, disaat upacara Tiwah, mereka persembahkan
kepala-kepala musuh tersebut kepada orang tuanya. Mereka yakin
bahwa kelak, arwah musuh yang kepalanya telah terpotong tersebut,
akan menjadi pelayan yang akan melayani orang tuanya di Lewu
Liau. Di sini, satu hal yang perlu diingat, kebiasaan tersebut
bukan aturan yang telah digariskan oleh Ranying Hatalla.

102 Disini yang dimaksud menyanyi adalah mengarungut.


103Mangayau artinya memenggal kepala lawan dengan menggunakan
mandau. Mandau adalah salah satu pusaka suku Dayak.
104 Mangayau – memenggal kepala lawan.
105 Habunu artinya saling membunuh.
106 Membaleh artinya membalas.

515
Memang benar, Indu Melang Sangar dengan suaminya Tarahen
Raja Antang107 yang bertempat tinggal di langit, adalah Penguasa
Kayau yang tugas utamanya, mengurus segala sesuatu yang berkaitan
dengan urusan mengayau atau ada asang. Hal ini berkaitan dengan
keamanan dan keselamatan suku, sesuai dengan motto kehidupan
suku Dayak yaitu Mamut Menteng yang artinya gagah perkasa
pantang menyerah. Melindungi keselamatan dan keamanan suku
adalah salah satu tugas yang diutamakan.
Ranying Hatalla tidak pernah meminta atau mengharuskan
manusia mempersembahkan kepala sesamanya dalam upacara
Tiwah. Hal ini terbukti dalam Tiwah Suntu 108 yang telah
dilaksanakan pada awal penciptaan di Bukit Batu Nindan Tarung,
tidak ada kewajiban mempersembahkan kepala manusia.
Tiwah Suntu adalah contoh langsung yang telah ditentukan
sendiri oleh Ranying kepada manusia, dengan perantaraan Raja Uju
Hakanduang 109. Proses selanjutnya, atas inisiatif manusia, tradisi
tersebut muncul dan berkembang, lalu kebiasaan tersebut menjadi
tradisi turun temurun.
Contoh lain adalah adanya tradisi Jipen atau Lewar110. Jipen
atau perbudakan, bukan merupakan ajaran atau aturan yang
ditetapkan oleh Ranying Hatalla kepada manusia. Kebiasaan
tersebut baru muncul pada peristiwa Pertempuran di Pulau
Kupang dimana saat itu Nyai Undang, seorang perempuan pejuang
suku Dayak mendapatkan kemenangan yang gilang gemilang. Tidak
kurang dari lima ratus musuh bertekuk lutut dan kemudian dijadikan
Jipen atau budak oleh Nyai Undang. Itulah awal adanya Jipen di
lingkungan suku Dayak.
Tentu saja ada perbedaan antara tradisi dan aturan yang telah
ditetapkan oleh Ranying Hatalla. Tradisi adalah aturan yang dibuat
oleh manusia, disepakati bersama untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Demikian pula dengan tradisi mengayau, pada mulanya untuk
membela dan menjaga keselamatan suku, berkembang sebagai
persembahan rasa hormat kepada orang tua pada upacara Tiwah,
kemudian menjadi suatu kebiasaan.
Kokoh dan alot, demikian orang Dayak bertahan pada keyakinan
yang telah diwariskan oleh leluhurnya. Di pihak lain, para misionaris
tidak putus asa. Berbagai cara mereka usahakan, segala teknik dan
upaya telah dilakukan untuk mendekati penduduk asli, dalam upaya
mereka menyebarkan agama Kristen kepada masyarakat setempat.
Berkat usaha dan kerja keras yang tak kenal lelah, akhirnya sedikit

107 Lihat penciptaan daerah Katingan dan sekitarnya.


108 Suntu artinya contoh
109 Lihat penciptaan daerah Kahayan, Kapuas dan sekitarnya.
110 Jipen artinya budak.

516
demi sedikit usaha mereka membuahkan hasil. Walau perlahan tapi
pasti, orang Dayak pada akhirnya bisa menerima iman Kristen yang
semula adalah asing bagi mereka.
Setelah orang Dayak111 mulai membuka hati, tertarik dan ingin
tahu, kemudian belajar tentang ajaran Kristen, pihak Gereja Kristen
di Kalimantan mengeluarkan Aturan Ungkup 112 yang antara lain
isinya, mengatakan bahwa salah satu prasyarat untuk menerima
pengajaran baptisan, harus menyatakan secara terbuka keinginannya
untuk belajar dengan sungguh-sungguh, dan berjanji senantiasa ikut
kebaktian, meninggalkan perbuatan kekafiran (seperti hadir di
tempat-tempat orang-orang yang melakukan upacara kurban kepada
Sangiang, ikut dalam pengobatan secara Balian dan sebagainya).
Apabila ternyata dari antara mereka ini ada yang masih melakukan
praktek-praktek kehidupan lamanya, tidak diperkenankan ikut dalam
pengajaran baptisan, walaupun orang tersebut meminta.
Dengan demikian, segala sesuatu yang mengingatkan mereka
dengan kehidupan lampaunya, harus dibuang jauh-jauh. Demikian
pula segala sesuatu yang berkaitan dengan adat istiadat dan tradisi
suku, harus diputuskan.
Ketatnya aturan yang telah dikeluarkan gereja, mau tidak mau,
harus ditaati oleh mereka yang ingin dibaptis. Akibatnya, mereka
yang baru dibaptis seolah-olah menjadi asing untuk dirinya sendiri
dan harus mencari-cari identitasnya. Kebudayaan asli milik mereka,
baik yang positip maupun yang negatip, harus dilepaskan dan
dibuang semua. Seluruh akar kehidupan mereka yang berasal dari
buminya sendiri telah dicabut, dibabat habis.
Tidak mengherankan apabila orang-orang Dayak yang telah
menjadi Kristen dari generasi berikutnya, tidak lagi mengenal budaya
dan asal usulnya. Mereka bahkan tidak mampu lagi mengungkapkan
diri menggunakan unsur budaya leluhurnya. Mereka kini nyaris
tercerabut dari akar budaya leluhurnya. Hingga saat ini, dirasakan
bahwa, tidak sedikit generasi muda Kalimantan Tengah, yang terkena
imbasnya. Mereka seolah telah kehilangan jati diri, hingga tak
mampu lagi mengekspresikan diri sebagai orang Dayak.
Perkembangan saat ini, generasi muda Kalimantan Tengah,
khususnya yang tengah melanjutkan pendidikan dan hidup di
perantauan, mulai mencari dan menanam kembali rasa kehilangan
itu. Kehilangan budaya leluhur, yang telah tercerabut dari diri
mereka.

111 Lihat Fridolin Ukur, Tantang – Jawab Suku Dayak.


112 Atoeran Sidang Djoem’at orang Kristen 1912.
517
3. Setelah Kemerdekaan

Pada tahun 1950 di Tangkahen Kalimantan Tengah, diadakan


kongres pertama Kaharingan. Maksud dan tujuan kongres ini untuk
menghimpun seluruh tokoh Kaharingan di seluruh Kalimantan.
Hasil yang diperoleh dari kongres tersebut, terbentuk sebuah
organisasi Serikat Kaharingan Dayak Indonesia (SKDI). Maksud
dan tujuan dibentuknya organisasi tersebut, adalah demi
memperlancar perjuangan umat Kaharingan, agar keyakinan asli
orang Dayak yaitu Kaharingan, diakui dan dimasukkan dalam
administrasi pemerintahan.
Pada tanggal 19 sampai 21 Juli 1953 SKDI mengadakan kongres
kedua di Kampung Pahandut, Kahayan Tengah, Kabupaten Kapuas.
Perjuangan tersebut tercermin dalam hasil kongres berupa mosi
tertanggal 22 Juli 1953. No 1/Kong/1953 dan sebuah surat yang
ditujukan kepada Kementrian Agama R.I., co Kepala Bagian Politik
dan perkumpulan/Aliran Agama, tertanggal 7-3-1954, no.9/P-DPP-
SKDI/1954. Kemudian didesak lagi dengan surat pernyataan Kongres
tertanggal 9 Juli 1954, No.2/Kong.IV/1954.
Namun nampaknya perjuangan mereka tidak ditanggapi oleh
pihak pemerintah. Walau demikian, perjuangan tak pernah berhenti
dan upacara-upacara keagamaan tetap berlangsung dengan baik.
Pada Pemilu 1950, SKDI sebagai organisasi massa non affiliasi,
mampu mendudukkan satu orang wakilnya di DPRD Tingkat II
Kabupaten Kapuas.
Pada Pemilu 1957 waktu pemberian otonomi bagi Propinsi
Kalimantan Tengah, dalam penyusunan DPRD-GR Propinsi Tingkat I
Kalimantan Tengah, berhasil pula mendudukkan seorang wakil dari
ulama Kaharingan.
Tahun 1967 SKDI dengan seluruh massanya menggabungkan
diri dengan Sekber Golkar, dan pada masa persiapan Pemilu 1971,
SKDI memasukkan diri pada KINO-SOKSI Sekber Golkar dengan
sebuah deklarasi.
Saat itu 30% penduduk Kalimantan Tengah menganut agama
Kaharingan, dengan demikian seolah-olah SKDI lebur bersama
kegiatan Golkar. Alasan peleburan diri tersebut, disebabkan karena
SKDI dapat menerima semua Program Golkar, disamping Pohon
Beringin yang adalah tanda gambar Golkar, kebetulan mirip Batang
Garing atau Pohon Kehidupan yang sangat dikenal oleh penganut
Kaharingan.
Hasil Pemilu 1971 SKDI berhasil mendudukkan tiga orang
wakilnya untuk mewakili Golkar di DPRD Tingkat I Kalimantan
Tengah, yaitu Sahari Andung, Simal Penyang, Liber Sigai, BA. Di
518
DPRD Tingkat II Kotamadya Palangka Raya, duduk dua orang yaitu
Dugon Ginter dan Unget Junas. Di DPRD Tingkat II Barito Selatan,
satu orang wakil yaitu Biting Puka, DPRD Tingkat II Barito Utara satu
orang yaitu Misri Punsan.
Pada Januari 1972 diputuskan ruang gerak SKDI hanya meliputi
perjuangan sosial politik, sementara untuk pembinaan agama dan
sosial budaya dipegang oleh Majelis Ulama Hindu Kaharingan.
Perkembangan selanjutnya dengan hadirnya Wakil Majelis dalam
DPRD serta restu Golkar sebagai partner SKDI sejak awal,
perjuangan mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Daerah
tidak lagi menjadi masalah.
Pada tahun 1972 –1973, melalui APBD diperoleh dana sebesar
satu juta rupiah dari Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah. Jumlah
tersebut dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hasil suntikan dana
rakyat Kalimantan Tengah itu terlihat jelas pada pengembangan dan
fasilitas yang diperoleh.
Di masa lalu, ritual keagamaan dilaksanakan hanya apabila ada
anggota masyarakat yang sedang melaksanakannya dalam
pernikahan, pemberian nama anak, upacara kematian, upacara
Tiwah, dan masih banyak upacara lain yang wajib dilaksanakan. Pada
saat pelaksanaan, umumnya mereka tidak melakukannya seorang
diri, namun dilakukan secara bersama-sama, sehingga nyaris
masyarakat sekitar turut terlibat.
Bahasa yang dipergunakan pada saat pelaksanaan upacara sakral
keagamaan adalah bahasa Sangen. Namun untuk saat ini bahasa
Sangen nyaris punah, sehingga dalam upacara-upacara, bahasa yang
kerap kali digunakan ialah bahasa Dayak Ngaju.
Untuk saat-saat sekarang, dengan berubahnya zaman, Ritual
Keagamaan Kaharingan mau tidak mau mengalami perkembangan.
Oleh karena itu, dalam Musyawarah Majelis Besar Alim Ulama
Kaharingan Indonesia, tertanggal 20 s/d 28 Januari 1972 di
Palangka Raya, telah dikeluarkan Peraturan Tata Tertib Pelayanan
Jamaat Kaharingan.
Kemudian peraturan tersebut lebih disempurnakan lagi dalam
Musyawarah Majelis Besar Alim Ulama Kaharingan Indonesia, Pada
tanggal 26 Maret 1975. Semua ini dilakukan demi memelihara
kesatuan dan persatuan Umat Kaharingan dalam mengatur Jemaat-
Jemaatnya.
Perkembangan tersebut antara lain, adanya jabatan-jabatan
dalam Jemaat Kaharingan yaitu :
1. Mantir Agung (MA)
2. Mantir Tinggi (MT)
3. Mantir Pelayanan (MP)
4. Mantir Muda Pelayanan (MMP)

519
5. Mantir Pembantu Pelayanan (MPP)
6. Mantir Kandayu (MK).

Juga diadakan Basarah berarti Kebaktian, dilaksanakan pada


hari Kamis atau malam Jum’at, di Balai atau Rumah Ibadat, dihadiri
oleh seluruh umat Kaharingan
Pengertian Basarah:
Basarah adalah mengajarkan sikap hidup, agar umat
Kaharingan selalu dilindungi, ditolong, dikandung oleh Ajaran,
Kuasa, Kuat Kuasa Ranying Hatalla.
 BASAlungkem Asin Ranying Hatalla  BASARAH
 BASAlumpuk Asin Ranying Hatalla BASARAH
 BASAlupu Aturan Ranying HatallaBASARAH
Upacara-upacara yang wajib dilaksanakan dalam Kaharingan :
1. Nahunan, yaitu Upacara Pemberian Nama atau
Pembaptisan113.
2. Perkawinan. Perkawinan terjadi melalui tiga proses yaitu :
 Hakumbang Auh atau meminang.
 Hisek atau pertunangan.
 Pernikahan atau Perkawinan. Hak, kewajiban dan
tanggung jawab perkawinan, termuat dalam Pelek Rujin
Perkawinan yang artinya Pedoman Dasar Perkawinan.
3. Kematian. Kematian melalui tiga tahapan yaitu :
 Penguburan, menyerahkan arwah yang meninggal kepada
Raja Entai Nyahu yang tugasnya sebagai penjaga kuburan.
 Tantulak Matei, untuk menjauhkan keluarga dari arwah
yang meninggal dari segala bentuk kesialan dan kematian.
Pemberitahuan kepada Duhung Mama Tandang bahwa
seorang manusia telah meninggal, agar Duhung Mama
Tandang turun ke bumi untuk memandikan arwah dengan
Nyalung Kaharingan Belum dan mengantarkannya ke
Lewu Bukit Nalian Lanting sampai kelak upacara Tiwah
dilaksanakan.
 Upacara Tiwah atau Ijambe atau Wara atau Nyorat. Arwah
diantar ke Lewu Liau atau Surga dipandu oleh Rawing
Tempun Telun.
4. Balian. Berupa permohonan-permohonan manusia kepada
Ranying Hatalla, disampaikan dengan perantara Roh Baik,
yang telah menerima tugas dari Ranying Hatalla untuk
mengayomi manusia. Macam-macam Balian :
 Balian Tantulak : Menolak bala dan tanda-tanda buruk
 Balian Tiwah : Pada saat dilaksanakan Upacara Tiwah.

113 Permandian Suci Kaharingan.


520
 Balian Manyaki : Upacara penyucian atau sakralisasi.
 Balian Mambubul : Mohon Panjang Umur.
 Balian Mampandui : Upacara Pembaptisan.
 Balian Balaku Untung : Mohon Rezeki.
 Balian Mungkal Untung : Menyempurnakan Rezeki.
 Balian Balaku Tuntung Puser : Mohon Kesempurnaan
Hidup.
 Balian Mambang Karuhei : Mohon Hikmah.
 Balian Manyanggar : Membersihkan Lingkungan dari roh
jahat, dll.

Pada tahun 1973 berhasil diterbitkan buku ajaran agama


Kaharingan, yaitu buku Panaturan Tamparan Taluh Handiai.
Juga diterbitkan berbagai buku petunjuk ibadah, seperti Doa
Kebaktian Umum atau Basarah. Diterbitkan juga Nyanyian Rohani
atau Kandayu, Pemberkatan Perkawinan, Petunjuk Mengubur.
Kebanyakan buku-buku yang diterbitkan tersebut ditulis dalam
bahasa Dayak Ngaju, bahasa Lingua Franca suku Dayak.
Memang di masa yang telah lalu, segala upacara adat
dilaksanakan lisan, sekalipun upacara berlangsung dalam waktu satu
bulan terus menerus tanpa henti. Mereka sudah hapal luar kepala,
daya ingat 114 mereka demikian kuat, hingga mencapai lansia. Namun
untuk saat ini, dirasa perlu diterbitkan buku-buku petunjuk, demi
pembinaan dan pengembangan.
Di samping menerbitkan buku-buku, mereka berhasil
merenovasi dan membangun lima belas Balai Kaharingan115 di
segenap kabupaten di Kalimantan Tengah. Demikian juga di
kampung-kampung telah direnovasi dan dibangun ratusan Pasah
Patahu atau rumah kecil untuk meletakkan sesaji.
Sementara itu di Palangka Raya telah didirikan dua sekolah
swasta yaitu sebuah SMP Nasional dan sebuah SMEA Nasional. Pada
kedua sekolah tersebut, pelajaran agama Hindu Kaharingan,
dimasukkan dalam mata pelajaran yang diajarkan kepada para siswa.
Pengurus Majelis Besar Alim Ulama, membentuk sepuluh
Majelis Daerah di tingkat kabupaten, 59 Majelis Resort di kecamatan
dan 159 Majelis Kelompok di kampung-kampung yang ada
pengikutnya.
Kemudian pada Pemilu 1977 duduk dua orang wakil untuk
DPRD Tingkat I Kalimantan Tengah yaitu Ketua Umum MBAUKI,
Lewis. KDR. BBA., beserta Ketua Satu MBAUKI, Simal Penyang.

114 Hal ini diakui oleh para missionar yang berkarya di Kalimantan di masa-
masa awal.
115 Balai Kaharingan ialah Rumah Ibadat.

521
Akibat keterlibatan warga Kaharingan dalam bidang politik,
angin segar mulai berhembus. Mulai dirasakan adanya usaha
Pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
Kaharingan. Terbukti dengan dikeluarkannya surat dari Departemen
Agama R.I. No. L/III/99/11943, Tanggal 8 September 1959, tentang
tanggapan atas surat Dewan Pemerintah Daerah Swatantra TINGKAT
I Kalimantan Tengah, tanggal 1 Agustus 1959, No. Pem. 56-VI-D-3
tentang calon petugas pegawai Kantor Urusan Agama Propinsi
Kalimantan Tengah seksi Kaharingan, juga surat Kepala Kantor
Urusan Agama Propinsi Kalimantan Tengah No. 406/A/I/60,
tanggal 10 Pebruari 1960 yang isinya juga tentang calon petugas
untuk pegawai Kantor Urusan Agama Propinsi Kalimantan Tengah
seksi Kaharingan.
Pada tanggal 2 Mei 1962 menerima surat dari Departemen
Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah di Jakarta, No. BPX
24/I/16. tentang pendaftaran aliran kebatinan/kepercayaan.
Pada tanggal 3 Agustus 1965 diterima surat dari Cabang
Kejaksaan Tinggi Surabaya di Palangka Raya, No.3/DR/938/DT-
PK.J/65, tentang pengisian formulir pengurus dan penanggung jawab
organisasi SKDI.
Kemudian pada tanggal 23 Desember 1965 diterima surat dari
Gubernur KDH Tingkat I Kalimantan Tengah, No. 437/Sos.11/1965
yang isinya penugasan satu orang pegawai untuk mempersiapkan
bagian Kaharingan di Kantor Urusan Agama Kalimantan Tengah,
untuk itu Unget Djunas dipercaya menjadi pegawai kantor urusan
agama Propinsi Kalimantan Tengah.
Demi kelancaran pengembangan Kaharingan, maka pada
tanggal 7 Desember 1971 dibentuk Yayasan Pembangunan
Kaharingan. Yayasan ini berbadan hukum dengan Akte Notaris
tertanggal 7 Desember 1971, No. 8 Banjarmasin. Para pendiri
Yayasan: Kamerhan Djatrich, Dugon Ginter, Simal Penyang, Lanca
Sahut, Abe Isar, Neken Sangkal.
Untuk lebih memantapkan organisasi, tanggal 25 Januari 1972,
SKDI mengadakan Musyawarah se-Kalimantan Tengah. Musyawarah
berhasil menyusun Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART) serta program kerja baru. Demikian pula
kepengurusan baru dipilih pada saat itu.
Proses selanjutnya pada tanggal 19 Oktober 1977 diterima
undangan dari Kepala Kejaksaan Negeri Kalimantan Tengah no.B-
570/J-3.1/10/1977 untuk mengadakan dialog langsung tentang
Kaharingan. Kelanjutan dari dialog tersebut, pada tanggal 22
Oktober 1977, diterima surat dari Kejaksaan Tinggi Kalimantan
Tengah yang isinya meminta penjelasan tertulis tentang beberapa
pokok masalah yang menyangkut Kepercayaan Kaharingan.

522
Saat itu Kaharingan oleh pemerintah belum diakui sebagai
agama, diakui hanya sebagai kelompok kebatinan atau aliran
kepercayaan. Pihak Kaharingan mensyukuri hal tersebut, namun
perjuangan belum selesai. Niat untuk mendapatkan pengakuan
sebagai agama yang syah di Indonesia belum berhasil.
Kaharingan adalah agama yang syah dan asli milik suku Dayak.
Apabila keberadaan mereka hanya diakui sebagai aliran kepercayaan
atau aliran kebatinan, kelak di kemudian hari apabila aliran
kepercayaan atau aliran kebatinan dibubarkan, atau tidak lagi diakui
pemerintah, maka mereka akan kehilangan eksistensinya.
Pada umumnya seseorang yang bergabung pada suatu aliran
kepercayaan, mereka telah memiliki agama sendiri. Jadi kalau
disuruh kembali ke induknya, mereka akan kembali ke agamanya
masing-masing. Bagaimana dengan penganut Kaharingan?
Haruskah mereka menjadi atheis?
Bagi mereka, Kaharingan bukan merupakan suatu aliran
kepercayaan ataupun aliran kebatinan, namun Kaharingan adalah
suatu kebenaran yang telah diwariskan oleh para moyang mereka.
Sesuatu yang benar adalah apa yang telah diwariskan oleh nenek
moyang. Dengan demikian, Kaharingan adalah satu-satunya
kebenaran yang harus mereka pegang dan pelihara. Kaharingan
adalah agama yang tidak lain adalah persoalan hidup matinya suku.
Sulit bagi mereka menerima kenyataan bahwa Kaharingan
hanya diakui sebagai aliran kebatinan atau kepercayaan saja.
Pengakuan pemerintah bahwa Kaharingan hanyalah aliran
kepercayaan, dirasakan tidak adil. Seolah tanah tempat mereka
berpijak yang adalah Bumi Nusantara belum sepenuhnya dapat
menerima kehadiran mereka.
Perjuangan minta pengakuan resmi masih harus menempuh
jalan panjang. Terutama, dengan adanya semacam ketentuan bahwa,
yang dapat dianggap Agama adalah ajaran berdasar Wahyu Tuhan
yang diturunkan melalui seorang Nabi, dan tertuang dalam sebuah
Kitab Suci.
Akhirnya kesepakatan diperoleh, Kaharingan diakui sebagai
agama dan digabungkan/diintegrasikan dengan agama Hindu. Walau
ada perbedaan disana-sini, namun banyak pula kesamaan ditemukan
dengan ajaran agama Hindu.
Pengakuan tersebut tertuang dalam surat dari Kementrian
Agama Republik Indonesia tertanggal 28 April 1980.
No.MA/203/1980, tentang Penggabungan/Integrasi Penganut
Kaharingan ke dalam agama Hindu. Surat tersebut ditujukan kepada
Kepala Kanwil Departemen Agama Propinsi Kalimantan Tengah yang
berisi antara lain menyatakan bahwa, peningkatan status penganut
Kaharingan dari aliran kepercayaan yang menurut GBHN tidak

523
merupakan agama, digabungkan atau diintegrasikan dengan agama
Hindu.
Sejak saat itu Status Hukum mereka adalah sebagai pemeluk
agama Hindu 116. Berhubung dengan itu, maka segala sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Hindu. Setelah
penggabungan maka nama Kaharingan tidak ada lagi, dengan
demikian nama Lembaga Majelis Agama Hindu Kaharingan supaya
disesuaikan dengan nama Lembaga Majelis Agama Hindu atau
Lembaga Majelis Hindu Dharma, sebab inilah satu-satunya lembaga
Hindu di Indonesia.
Dalam penghayatan dan pengamalan agama, supaya disesuaikan
dengan ajaran agama Hindu117. Secara kelembagaan pembinaan
menjadi tanggung jawab Kepala Kanwil Departemen Agama dengan
aparat pelaksana unsur Ditjen Bimas Hindu dan Budha di daerah.
Ditekankan pula agar pembinaan umat Hindu yang berasal dari
pemeluk Kaharingan, dilaksanakan dengan sebijaksana mungkin
demi menghindari adanya friksi-friksi dan keresahan yang dapat
mengganggu stabilitas dan Ketahanan Nasional.
Berdasarkan surat tersebut di atas, pada bulan April 1980,
dikeluarkan Surat Keputusan dari Direktur Jendral Bimbingan
Masyarakat Hindu dan Budha, No.H/37/SK/1980, tentang
Pengukuhan Majelis Besar Agama Hindu sebagai Badan Keagamaan,
serta pengukuhan Pengurus Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan
di Palangka Raya.
Nama-nama Pengurus Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan
di masa awal pengakuan tersebut adalah :
1. Ketua Umum : Lewis KDR., BBA.
2. Ketua I : Simal Penyang.
3. Ketua II : Rozani Dena, SH.
4. Ketua III : Kamarhan Djatriche
5. Ketua IV : Renan Baut.
6. Sekretaris Umum : Drs. Liber Sigai
7. Sekretaris I : Walter S. Penyang, BSC.
8. Sekretaris II : Berthih T. Labih.
9. Bendahara : Sulman Jungan.
10. Pembantu Umum : Bustan Limin.
Rangkap I. Nau, BA.
Tjilik M. Arang
Ellis KDR.
Dase A. Bangkan.
Kristopel S. Kusin.

116 Hindu Dharma.


117 Hindu Dharma.
524
Sebagai tindak lanjut dari penggabungan/integrasi umat
Kaharingan menjadi Umat Hindu di Kalimantan tengah, Perisada
Hindu Dharma (PHD) Propinsi Kalimantan Tengah dan Majelis Besar
Agama Hindu Kaharingan (MB.AHK) di Palangka Raya, menunjuk
dan menetapkan Tim Formatur berdasarkan SK bersama tgl.10-5-
1980. No.X.1/ SKB/PHD-KT/MB.AHK/1980. Akhirnya pada tanggal
30-5-1980 berhasil disusun anggota dan pengurus PHD Propinsi
Kalimantan.
Peresmian Penggabungan/Integrasi perubahan nama Majelis
Besar Alim Ulama Kaharingan Indonesia menjadi Majelis Besar
Agama Hindu Kaharingan, diadakan pada tanggal 30 Maret 1980.
Acara diadakan di Balai Induk Kaharingan, Jalan Tambun Bungai,
Palangka Raya.

525
LAMPIRAN 1

RAKSASA KALIMANTAN MEMANGGIL 1

Berikut adalah cerita pengalaman Notosutarja, seorang wartawan


yang telah mengikuti perjalanan Bung Karno ke Kalimantan Tengah
14 Juli s/d 20 Juli 1957, dalam Harian Pemuda tanggal 30 Juli s/d 4
Agustus 1957.

a). Berat dan Kerja Keras.

Kedatangan Bung Karno dan rombongan ke Kalimantan kali ini


adalah merupakan pekerjaan yang berat dan keras. Acara sangat
padat namun tetap berjalan dengan lancar. Bung Karno dan menteri-
menteri beserta rombongan tetap tabah dan bersemangat.
Kedatangan kami disambut oleh masyarakat dengan sangat meriah.
Di sepanjang jalan yang dilalui baik jalan raya, sungai dan kanal
terpancang dengan megahnya sang Merah Putih. Pekikan Merdeka
dan Hidup Bung Karno selalu menggema disepanjang rute perjalanan
kami.

b). Kami terkejut . . .

Gelombang yang dibuat oleh motorboat kami bergulung-gulung


di tepi pantai. Tiga orang anak kecil berkumpul mengelu-elukan kami
berdiri di atas sebatang kayu. Akibat motorboat rombongan, ketiga
anak tersebut terpelanting ke dalam sungai. Kami semua terkejut dan
cemas akan nasib mereka. Kami hampir terjun memberikan
pertolongan, dan beberapa orang telah siap untuk meloncat ke sungai
untuk menolong mereka. Tiba-tiba mereka bertiga muncul
kepermukaan sungai sebagai ikan duyung, sambil gelak ketawa dan
berteriak “Merdeka . . .!!” Kami terkejut tapi akhirnya ketawa.
Kiranya mereka cukup berpengalaman dan latihan setiap hari.
Perlu dilaporkan juga akan kehadiran seorang wartawan Belanda
bernama W.L. Oltmans Dar SK., Vrij Nederland, yang diperkenalkan
oleh Bung Karno kepada masyarakat. Dikatakan oleh Bung Karno
bahwa wartawan Belanda ini selalu membantu penyiaran keluar
negeri bahwa dia setuju Irian Barat dimasukkan ke dalam wilayah
Republik Indonesia. Oltmans pun mengiakan dengan mengangguk
kepalanya atas kata-kata Bung Karno itu, dan mendapat sambutan
yang meriah dari hadirin. Pemuda-pemuda Kalimantan
mengucapkan terima kasih atas simpati Oltmans terhadap Irian
Barat, dan mereka mengajak Oltmans untuk tetap tinggal di

1 Lihat hal 20.


Indonesia, dan kalau perlu membentuk pasukan Istimewa bersama
pemuda Kalimantan untuk membebaskan Irian Barat dari
kungkungan penjajah Belanda.

c). Siap untuk berlayar . . .

Setelah mengunjungi perkampungan pelajar Mulawarman, kami


semua siap untuk berlayar . . . Barang barang kami angkut sendiri,
self service. Kami tidak menyesal, malah kami anggap sebagai cara
yang baik untuk melatih diri di zaman karya ini. Banyak juga anggota
masyarakat menawarkan diri ingin membantu kami membawa
barang tanpa bayaran, kami tolak secara halus. Hari telah menjelang
siang. Sarapan pagi hanya dua kerat roti. Di perahu ternyata tidak
tersedia makanan dan minuman. Rasanya tak sabar ‘manggayung’
air dari sungai tapi selalu dicegah oleh anak buah kapal, karena tidak
baik untuk diminum sebelum dimasak. Kami terperanjat dan
bertanya. Mereka menjelaskan bahwa mungkin air itu mengandung
banyak bibit penyakit. Dikatakan bahwa bekas Gubernur Murdjani
meninggal dunia juga diduga karena kurang berhati-hati dalam
menggunakan air seperti itu. Okey deh. . . , kata kami. Hari itu kami
harus menuju ke Kuala Kapuas, yang akan ditempuh lebih kurang 6
jam.
Banyak diantara kami yang tertarik dengan keindahan alam,
disamping pemandangan gadis-gadis Kalimantan yang cukup manis.
Tapi kami harus bisa ‘bertahan’ , karena berlaku peribahasa ‘lain
lubuk lain ikannya’, lain tempat lain tabiat wanitanya’. “Haiyaaa . . .”,
teriak wartawan dari Shin Hwa, ketika kami tegur, “ Be carefully my
friend”.

d). Raksasa mohon . . .

Kalimantan adalah pulau yang terbesar di dunia, dia merupakan


ulu hatinya Negara Republik Indonesia. Luasnya 550.000 kilometer
persegi, 5 ½ kali Pulau Jawa, tidak termasuk Kalimantan Utara.
Berarti Kalimantan lebih kurang 30% dari seluruh wilayah
Indonesia. Karena itulah judul ini kita beri Raksasa Kalimantan,
selain bentuknya besar, hasil alamnya besar, dan maha besar alias
raksasa yang mohon . . . dengan sangat agar pemuda-pemuda dan
seluruh bangsa Indonesia menumpahkan perhatiannya kepada
pembangunan raksasa di Kalimantan ini. Menurut perhitungan Bung
Karno, bila Kalimantan terbangun dengan baik, maka paling sedikit
dapat memberi hidup bagi 250.000.000 jiwa manusia.

e). Puas dengan Memancing . . .

528
Begitulah berpuluh-puluh perahu motor terus membelah sungai
Martapura, Barito, Kapuas, Anjir Serapat, Anjir Kelampan dan Sungai
Kahayan dalam perjalanan menuju Kuala Kapuas dan Pahandut.
Sekali-sekali bersua perahu kecil-kecil hanya dihuni sepasang merpati
suami-isteri, dengan kepulan asap pertanda sedang masak. Mereka
seharian memancing. Hasilnya segera dilalap pada waktu itu juga.
Setelah senja pulanglah mereka ke gubugnya. Begitulah sebagian
penduduk menghabiskan hari hidupnya. Jujur . . . ya jujur dan jiwa
mereka bersih.
Dengan cara begini tentu raksasa Kalimantan tidak bisa
dibangun sebagaimana mestinya. Karenanya gaya hidup harus
dirubah, harus lebih dinamis , cepat dan produktif.

f). Tabuh Gong dan Hantu.

Sekali-sekali kita mendengar dan dikejutkan oleh tabuhan


gendang, gong di pantai menandakan ditempat tersebut sedang
menunggu dan menyambut rombongan kami. Bentuk instrumen-
instrumen ini sama dengan apa yang kita lihat di Jawa, hanya cara
menabuhnya yang agak berlainan. Inilah sekedar kegembiraan
mereka, kebesaran mereka sebagai pertanda ucapan ‘Selamat Datang’
bagi pemimpinnya yang sedang lewat dengan maksud agar terhindar
dari segala gangguan orang-orang halus, dari jin-jin dan pengacau-
pengacau lainnya.

g). Stop Bung . . .

Yang sangat mengagumkan kami ialah gubug-gubug yang


terbuat dari kertas dan kajang itu. Terkadang diantaranya telah koyak
dan tidak tahan untuk menghambat kucing-kucing lari. . . namun di
depan pekarangan sederhana dari gubug itu terpancang dan
berkibarlah bendera Merah-Putih. Pernah juga kami alami perahu
motor tiba-tiba dihentikan karena ada tanda stop di depan. Rakyat
sebagian terjun ke sungai mengelilingi perahu Bung Karno, dengan
cara menyelam dan berenang-renang menandakan “Stop Dulu Bung”.
Isyarat ini rupanya dapat dimengerti oleh Bung Karno dan
rombongannya. Dan tentu saja Bung Karno terpaksa melayani dan
….. berlangsunglah rapat raksasa kecil.
Terkadang kita hampir-hampir mangkel, karena seolah-olah ada
pula motor-motor boot dan perahu lainnya yang mondar-mandir di
depan iringan perahu rombongan, seolah-olah sebelum kami
mengerti ah . . . kurang sopan pak, rombongan agung jalan kok tidak
mau minggir, malah petentang-petenteng di depan . . . kiranya

529
dugaan kami itu salah, dan kami agak merasa berdosa. Maksud
mereka ialah tidak lain untuk memberi hormatnya. Serupa kalau kita
naik kapal besar, kemudian tidak ada apa-apa lantas bunyi
nguuuuung yang kiranya memberi hormat kepada kapal lainnya yang
sedang melintas. Begitulah bila kita akan mengakhiri satu daerah
kampung dan akan memasuki daerah kampung yang lain . . . selalu
kita liat kejadian-kejadian seperti itu. Maksudnya tidak lain memberi
hormat dengan berkeliling berputar tiga kali di depan perahu motor
yang ditumpangi Bung Karno. Memang satu hal yang patut dipujikan,
dan merupakan pengalaman baru pula bagi kami putera puteri
Ciliwung (Ciliwung adalah sungai kecil di Jawa, merupakan anak
sungai kecil jika dibandingkan di Kalimantan ).
Begitulah yang terjadi hampir disetiap kampung yang kami lalui.
Maksudnya tidak lain adalah untuk memberi hormat dan menyambut
gembira atas kedatangan dan kunjungan Bung Karno beserta
rombongan.

h). Jiwa Gotong Royong

Yah . . . Kalau di Jakarta setiap perayaan bersejarah kita lihat


poster-poster dan spanduk melintang di jalan. Di sini lain lagi. Di sini
dengan cara lain yang lebih istimewa dan orisinil. Apa itu ? Sungai
yang kami lalui ada yang sempit dan ada pula yang lebar. Pada sungai
yang sempit ini terbentang sepanduk model baru, gaya baru,
merupakan rangkaian dan deretan kain-kain yang biasa dipakai
wanita-wanita. Ada kain lepas, ada kain sarung, ada selendang, ada
tudung atau sarudung, pokoknya semua barang pakaian yang jarang
dipakai, yang merupakan simpanan mereka, barang-barang tersebut
dikumpulkan secara gotong royong . . .
Mula-mula kami terkejut dikira sebagai jemuran, tetapi setelah
didekati dugaan kami samasekali salah. Kiranya itu merupakan
penghormatan kepada kami dan merupakan arti simbolik mereka
terus bersatu merupakan keluarga besar, semuanya tercermin dari
bermacam ragamnya pakaian tadi. Perahu-perahu kami meluncur
terus. Menteri-menteri Kabinet Karya sesekali kelihatan berbisik satu
sama lain, aku dapat menduga mungkin mereka sedang memikirkan
pemecahan masalah pembangunan. Walaupun lelah, tak terlihat
tanda-tanda bosan pada Bung Karno untuk melayangkan
pandangnnya kesegala penjuru. Sebentar-sebentar beliau membuka
pecinya, sedikit menggaruk-garuk dan . . . manggut-manggut yang
menandakan oplosing telah mulai terasa, dan jalan keluar telah
terlihat.

i). Bung Karno ‘ maklumkan perang terhadap alam ‘

530
Di beberapa tempat Bung Karno terus menganjurkan : Marilah
kita tundukan alam . . . Marilah kita buat berfaedah bagi manusia dari
apa yang merupakan alam ini. Begitulah selalu diperingatkannya
akan bahaya gunung berapi, bahaya banjir, serta tantangan alam
lainnya bagi kehidupan manusia. Semuanya ini harus ditundukan
untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Oleh karena itu kita
harus memaklumkan perang sekarang juga terhadap alam, demikian
ucapan Bung Karno, yang disambut dengan tempik sorak dari rakyat.

j). Jangan Puas dengan Mancing saja.

“Saya lihat saudara selalu lekas puas, sampai dengan mancing


saja sudah puas. Dan oleh karena itu saudara-saudara tidak bisa
menundukkan alam ini karena saudara-saudara teranja-anja oleh
kemakmuran ikan-ikan yang mudah ditangkap setiap waktu, dengan
tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar”, demikian Bung Karno
berkata. Kata-kata Bung Karno ini kira-kira terilhami oleh
pemandangan di sepanjang jalan di mana rakyat gemar sekali
memancing ikan. Rakyat puas dengan hasil yang lumayan itu, hingga
sedikit sekali minat untuk mencapai tingkat hidup yang lebih besar
lagi. Oleh karena itu, karena terlalu puas memancing . . . daratan
tetap terbengkalai dan hutan mendapat kemerdekaan sebebas-
bebasnya. Memang hutan Kalimantan memiliki kekayaan yang
terpendam, termasuk obat-obatan tradisional yang berkhasiat dan
manjur.
Begitulah ada cerita yang mengatakan bahwa ada wanita yang
baru saja melahirkan anak, beberapa jam kemudian sudah bisa mandi
di kali, membersihkan diri sendiri, bahkan bekerja seperti biasa. Ini
semua adalah berkat jamu asli Kalimantan.

k). Di Kapuas . . .

Menjelang senja, maka tibalah kami di pelabuhan Kuala Kapuas.


Kami mendarat dalam keadaan sempoyongan, karena perut belum
terisi sepanjang hari, ditambah harus berhadapan dengan beribu-ribu
rakyat yang menutupi jalan-jalan yang kami tempuh. Di Kabupaten,
makanan telah tersedia, maka masing-masing kami menyerbu tanpa
menunggu layanan dari panitia. Terkadang-kadang ada minuman,
gelas tidak ada. Ada yang telah menerima gelas, airnya tidak ada. Ada
yang telah memegang piring, nasinya tidak ada. Ada yang telah
menerima nasi, lauk pauknya tidak ada. Ah . . . semua itu sengaja
terjadi karena kehendak alam untuk menguji wartawan-wartawan
yang mau bekerja. Sesudah makan, minum, sekedar, bingung tidak

531
ada tempat duduk untuk istirahat. Lagi-lagi alam memberi pelajaran,
dan dengan insting masing-masing akhirnya memilih tempat yang
asli, berbaring diatas rumput yang di sana sini dihiasi rawa-rawa
format kecil.
Sempoyongan lagi menuju rapat raksasa, tetapi tetap gembira
karena para Menteri dan Bung Karno sendiri tetap kelihatan gagah,
kuat. Kamipun terpaksa tidak mau kalah, dikuat-kuatkan karena
tidak mau kalah dengan orang tua. Yang bicara adalah Menteri Dalam
Negeri dan Bung Karno.

l). Serupa Puteri Solo.

Untuk melepaskan lelah, selalu bercakap-cakap dengan Sri


Sunan Solo, secara gojek, bersenda gurau. Minta pendapat pak,
kataku, mana yang cantik, puteri dayak atau puteri Solo? Dengan
penuh dinamik dijawabnya, hampir serupa dengan puteri Solo.
Bagaimana membangun Kalimantan? Kirimlah transmigran dari
daerah-daerah yang padat, kalau tidak Kalimantan sukar dibangun.
Tenaga mau bekerja harus diletakkan di Kalimantan.
Bagaimana perhubungan? Ya . . . kalau dari Banjarmasin menuju
ke Kuala Kapuas baru bisa ditempuh dalam waktu 6 jam, tapi dengan
Catalina atau Helikopter tentu bisa hanya beberapa menit, paling
lama 20 menit. Begitulah pendapat Sri Sunan, dan itu memang benar.
Maka pertama-tama pemerintah harus lekas mengatasi perhubungan
ini dengan lebih dulu menggunakan lalu lintas udara. Lagi sekali
dipentingkan dulu lalu lintas udara Banjarmasin, Kuala Kapuas,
Pahandut, dan sekarang bernama Palangka Raya. Menjelang magrib
rapat raksasa berakhir.

m). Kembali ke Hotel.

Semenjak meninggalkan Banjarmasin sampai di Kuala Kapuas,


wartawan-wartawan dan Menteri-menteri tidak sempat mandi.
Rencana semula akan dilakukan setelah rapat raksasa. Kami
bergegas-gegas menemui panitia, menanyakan di mana
hotel/penginapan kami. Dengan tegas dijawab “ Itu Dia “, di pinggir
kali . . . 1 sambil menunjuk sebuah perahu motor bertingkat tiga.
Perahu itu telah dinobatkan terus menerus menancapkan jangkarnya
di pinggir kali Kapuas. Sekarang menjadi tempat penginapan kami,
tetapi sebelum dan sesudahnya, kembali menjadi kantor biasa.
Sebentar lagi akan menghadiri malam kesenian, harus mandi. Cari-
cari kamar mandi tidak jumpa, sewaktu di tanya kepada panitia, tegas
dijawab, “itu pak “, sambil menunjuk ke kali yang luas. Bulu kudukku
berdiri juga karena waktu sudah magrib, mau meloncat ke kali

532
kabarnya banyak buaya, tidak mandi, baunya keringat tidak tahan
lagi . . . akhirnya apa boleh buat, masuklah seorang demi seorang ke
kamar kecil biasa tempat melepaskan sesuatu dan dari kamar rahasia
ini yang hanya berdinding tiga dan setinggi setengah meter, kami
menggayung dan menimba air. Jangan heran, kalau sabun dan gosok
gigi kami satu persatu memisahkan diri dari pemiliknya karena
tergelincir dari tangan . . . plung . . . lenyaplah ia ke dasar sungai
Kapuas.

n). Ke Palangka Raya.

Besok paginya, perjalanan dilanjutkan ke Palangka Raya, semula


bernama Pahandut. Jam 2 malam kami tiba di Pahandut. Menurut
adat setempat, kami tidak boleh turun, dan ternyata memang tidak
ada tempat menginap. Paginya barulah turun ke darat. Setelah
meliwati bermacam-macam acara adat, terus jalan kaki . . . kurang
lebih 3 km, ke tempat dataran di mana ibu kota Kalimantan Tengah
dibangun.
Dalam upacara adat, terdengar kata-kata “ Angkajori doha ikei
bahondang, ikei heam aro ang kajipon “, yaitu kalimat bahasa
Dayak yang artinya : “Selama darah kami masih merah, kami tidak
mau dijajah atau diperbudak”. Kalimat tersebut mempunyai makna
penghormatan dan sanjungan kepada Bung karno, seperti seorang
pahlawan besar yang pulang berperang membawa kemenangan.
Cuaca panas terik membuat keringat bercucuran.
Hanya Bung Karno yang naik jeep, ditarik oleh penduduk atas
keinginan mereka sendiri, yang lainnya jalan kaki, tidak terkecuali
para Menteri.

533
LAMPIRAN 2

MANSANA BANDAR 1

Penjelasan Singkat
Ada pendapat yang mengatakan bahwa suku bangsa Dayak telah
mengalami beberapa zaman yaitu :
1. Masa penciptaan dengan segala prosesnya.
2. Zaman Tambun Bungai.
3. Zaman Dambung Mangkurap – sejaman dengan kekuatan
kerajaan Banjar.
4. Zaman Bandar Tamanggung—Mengenai zaman Bandar, ada dua
pendapat: pertama, pada zaman Lewu Uju, dan kedua, pada
zaman datangnya Portugis – Belanda ke Bumi Nusantara.
5. Zaman Rapat Raksasa Tumbang Anoy tahun 1896.
6. Dan seterusnya.

Dalam karungut, tetek tatum, nama Bandar sering disebut-


sebut. Untuk menghindari terputusnya pemahaman akan suatu
masa, yaitu zaman Bandar, maka di sini salah satu judul Mansana
Bandar dikutip dengan lengkap, disamping untuk menguatkan
pemahaman, diharapkan Mansana ini mampu memberikan
gambaran kepada pembaca situasi dan kehidupan masyarakat di
zaman masa itu.

1 Lihat Halaman 361.


SYAIR PERMULAAN KATA Gunung tinggi hendak menutupi
Sungai Kahayan tegak berdiri
Bismillah itu permulaan kata Di situ tempat putera berhenti.
Lalu diambil kertas dan pena
Maksud mengarang satu cerita Di puncak bukit nyata kelihatan
Buat penglipur gundah gulana. Kata yang pernah menaikkan
Di situ ada tempat melihatkan
Maksud syair saya karangkan Akan nasib sial atau bukan.
Bukan pandai kutunjukkan
Cerita lama yang memaksakan Adalah lubang di tanah datar
Salah dan kurang minta Lubang kecil serta bundar
maafkan. Dimasukkan kepala biarpun
besar
Saya bermaksud akan Tiadalah melekat boleh keluar.
mengarang
Ilmu di dada sangatlah kurang Tetapi bagi yang tak berezeki
Hidup melarat di desa orang Biarpun dimasuk berkali-kali
Lagi miskin bukan kepalang. Tiada lulus kepala lagi
Orang hina kalau diarti.
Cerita ini berasal mula
Dayak Ngaju umpamanya cerita Di atas puncak ada kuburan
Kali Kahayan tempat bermula Kerabat dari putera cekatan
Hikayat Tamanggung sekali Waktu sekarang ada kenyataan
nyata. Itulah juga sekedar keterangan.

Sesungguhnya cerita jika dirasa Adapun akan bekasnya negeri


Banyak yang ganjil kalau diduga Tidak ada rupanya lagi
Akal sehat dapat Belum diketahui dengan pasti
membayangnya Sukar didapat tanda-tanda asli.
Teladan yang baik dapat
diharga. Bertambah lagi kata cerita
Negeri gaib hilang di mata
Adapun akan cerita ini Entahlah itu belum tiada
Seluruh Dayak tak asing lagi Sebenarnya belum didapat
Cerita banyak corak dan ragi tanda.
Kesimpulan juga Tamanggung
asli. Dialih lagi haluan kata
Akan susunan mula cerita
Ada karang saya paparkan Kuterangkan sebagai yang
Kepada saudara pembaca pertama
sekalian Asal dan mula orang kata.
Tempatnya nyata di hulu
Kahayan Sampai di sini keterangan di
Bukit Batu terang kelihatan. atas
Keterangan itu dianggap jelas
Batu Suli nama yang asli Dengan cerita diganti lekas
536
Itulah sebagai maksud ikhlas.
Segenap lorong yang besar-
besar
TAMANGGUNG MERATA Terdiri toko serta pasar
PATI Semua kepunyaan Temanggung
pendekar
Adalah konon asal cerita Rakyat aman tiada bertengkar.
Seorang Tamanggung sebagai
kepala Begitu juga kekayaan uang
Perintah adil tiada lawannya Emas dan perak bergudang-
Luwuk Dalam Betawi nama gudang
negerinya. Fakir miskin datang menjelang
Semua diberi mana yang
Adapun akan Temanggung kurang.
pilihan
Amatlah kaya tiada terlawan Supaya terus jalan cerita
Kalau ditilik batang talian Di muka kantor berkibar
Sungguh hebat bukan buatan. bendera
Menyatakan pegawai turun
Sungguh hebat batang pembesar bekerja
Berlantai ulin berpagar besar Akan menyempurna susun
Seakan-akan pelabuhan besar negara.
Tahan dipukul gelombang besar.
Tempat istana Temanggung Pati
Akan jalanan dari batang Rumah besar tiada terperi
Berjembatan kuat serta panjang Empat puluh pintu berlapis
Berlantai ulin enam bidang baiduri
Bersambung sembilan sampai Gilang gemilang berseri-seri.
gelanggang.
Muatan di dalam cukuplah
Jembatan ulin semua berpasak sudah
Semua dibikin dari pada perak Ukir-ukiran yang indah-indah
Itulah bukan karena congkak Siapa melihat heran dan lengah
Karena kekayaan Temanggung Tiadalah saja panjangkan
yang bijak. mudah.

Dalam jalan besar yang ke hulu Sungguh-sungguh


Semua hitam berpagar batu mengherankan juga
Berpasir kuning sebagai mutu Di serambi muka yaitu beranda
Sayup-sayup kelihatan ujung Adalah patung sebagai boneka
tentu Pandai bernyanyi dan berkata-
kata.
Balik ke hilir badan bergerak
Semua putih berpagar perak Betul senang penghidupan
Hilir mudik sebagai berarak baginda
Itu perbuatan semua budak. Ada permaisuri jadi adinda
537
Mempunyai seorang ialah Bergudang-gudang uang
putera kehilangan
Anak tunggal tak bersaudara. Jika kurang harta Temanggung
Sultan
Bandar disebut akan namanya Tentulah miskin oleh anak
Tempat kesayangan ibu dan harapan.
bapak
Rupanya elok tiada terkira Tiada tertahan marah mereka
Gadis melihat tertarik mata. Jika begitu merusak negara
Nomer satu menghina bangsa
Anak laki-laki bertambah besar Nomer dua adat lembaga.
Dalam negeri menjadi sinar
Ditimang-timang jadi pendekar Bukan begitu kelakuan sultan
Mengganti ayah kalau besar. Mudah dimasuk iblis setan.
Jika begitu dihukum Tuhan
Cukuplah pintar Bandar bestari Ayah lari anak kekurangan.
Akan menolong memangku
negeri Tiada aku panjangkan mudah
Rakyat setia di dalam Betawi Akan Temanggung punya
Kecil besar menghormati. sumpah
Bandar termenung rupa
Pada suatu hari anak dilihat mengindah
Rupanya ia berubah tabiat Berpikir hendak lari pindah.
Timbul sombong tiada manfaat
Perintah ayah tiada diingat. Sangatlah malu Bandar cekatan
Pada tegur ayah yang bukan-
Tabiat sombong tiada terkira bukan
Suka menghianat gadis beka Betul rasanya di dalam badan
Biarpun ditegur dan disapa Hendak diubah tujuan pikiran.
Tiada ia jera juga.
Berpikir lari tujuan pemuda
Karena kekerasan perbuatan Cuma membawa teman
Bandar seperlunya
Ke negeri lain menjalankan Kepada ayah tidak diceritanya
kabar Hanya ibu mengetahui jua.
Barang siapa tiada sadar
Tentu diperkosa anak pendekar. Ibu melarang nyatalah tentu
Ibu kasihan memesan pulang
Jangan dikata pada dalam Ceritanya tidak akan kupanjang
Betawi Keberangkatan Bandar lagi
Ada diperkosa puteri-puteri kuterang.
Siapa melawan dipaksa diri
Diancam jiwa serta disuapi.
KEBERANGKATAN
Oleh kelakuan Bandar demikian BANDAR KE HULU
KAHAYAN
538
Di dalam negeri hendak tamasya
Diambil ringkas jalan cerita Hendak menemui saudara
Akan keberangkatan anak bapak.
merata
Ruhaii Pangun nama perahunya Terhenti cerita Bandar dahulu
Siap sedia anak buahnya. Timbul kisah Bereng Kalingu
Dambung Kepala memerintah di
Setelah sedia akan muatan situ
Barang sedikit untuk jualan Aman damai tiada terganggu.
Jadi bekalan di tengah jalan
Kadar lain dianugerah Tuhan. Nama Dambung memerintah
negeri
Bandar turun memeriksa jua Besar amat tiada terperi
Akan alamat perjalanan mereka Orang datang bersendi-sendi
Alamat baik sudah menanda Melihat keindahan taman dan
Selamat jalan suar murah. peri.

Tali Ruhaii dilepas sudah Dalam ini cerita menyala


Dari batang Temanggung Adalah akan Dambung kepala
Syahdah Saudara Bandar perwira
Siapa melihat memberi madah Rumah Dambung dijelang jua.
Selamat jalan suara murah.
Akan keadaan Dambung kepala
Ada juga melambai tangan Tiada usah dipanjang cerita
Serta mengucap selamat jalan Tidak kalah oleh Temanggung
Cuma Temanggung yang Baginda
ketinggalan Sudah termashyur kemana -
Oleh perintah yang dikeluarkan. mana.

Tiada miris Ruhaii pendekar Lalu menjadi bertambah nama


Perjalanan cepat serta lancar Dambung hidup bergurau senda
Menuju ke hulu tiada lingsar Dengan permaisyuri amat
Berdentum dayung budak besar. tercinta
Mempunyai seorang puteri jua.
Jika tiada aral melintang
Sampai Bandar jam lima petang Anak perempuan besarlah
Bereng Kalingu telah dipandang sudah
Tampak menara tinggi tiang. Tiada melawan sembarang
mudah
Sampai Bandar Bereng Kalingu Tempat kesayangan ibu dan
Orang datang menjadi tamu ayah
Heran mereka melihat perahu Karena anak amatlah indah.
Siapa gerangan nama penghulu.
Sumbu Kurung akan namanya
Adapun akan Bandar kepala Sangat cerdik tiada terkira
Berpakaian hebat rupa jenaka Sama Bidadari turun menjelma
539
Kelihatan air sirih yang
ditelannya. Berhenti pinang punya
keterangan
Begitu keindahan anak pingitan Kisah Bandar anak Pangeran
Dalam Kalingu tak ada Seluruh negeri sudah
bandingan dikenalkan
Banyak yang memberi Meninggal Kalingu tak ingatan.
keheranan
Coba dengar saya terangkan. Bandar anak Temanggung
kepala
Adapun akan tempat puteri Tinggal di Kalingu hendaklah
Pucuk Mahligai istana puri lama
Tiga puluh lapis buatan ahli Kelakuan jahat terulang pula
Memancar di sinar si matahari. Bereng Kalingu hendak
diperkosa.
Adat puteri sudah teratur
Apabila keluar sebagai guntur Kelakuan buruk mulai dilaku
Pipi licin kemerah-merahan Tiada mengingat nasib dahulu
Siapa melihat lupa ingatan. Sebabnya ia pergi ke hulu
Karena diusir ayah penghulu.
Rambut panjang tiada sedikit
Jika dijambul berbelit-belit Beberapa anak dara dalam
Jika terurai sampailah tumit negeri
Hitam lebat menutup kulit. Hendak dibujuk dan disuapi
Tetapi tak seorangpun yang
Jari lancip mudah dibentur turut peri
Rupa empuk sebagai kasur Malah dimarah dan disumpahi
Jika melambai dapat melipur
Biar hati yang sudah hancur Tetapi Bandar tak putus
harapan
Kecantikan puteri berhenti Di dalam puri hendak
dikata dicobakan.
Supaya jelas jalan cerita Atas tolongan pinang kesaktian
Keliling istana dicerita jua Saudara sepupu hendak
Keindahan alam yang kaya raya. dihinakan

Karena dekat istana puri Begitu jahatnya Bandar berlayar


Hidup sebatang pinang tinggi Saudara sendiri hendak
Boleh membentur sebagai jari dilanggar
Siapa pandai meminangi Tiada mengingat adat yang
besar
Kalau pinang membentur jua Sebagai janji tidak ikrar.
Tepat tentangan dengan jendela
Siapa hina tiada mulia Batang pinang lalu dinaiki
Tak dapat naik sampai Maksud mendapat tuan puteri
puncaknya. Sampai puncak duduk tinggi
540
Bangsa mulia pinang ditimangi. Maksud baik akan kusangka
Sungguh adat dalam dunia
Lalu berkata Bandar kepala Dengan adinda hendak berdua
Jika aku benar anak berbangsa Buka pintu ayo terima.
Benturlah pinang menuju
jendela Kemana-mana aku mencari
Dengan puteri ada bicara. Tuan puteri seimbang diri
Tiada didapat di mana segi
Dengan pertolongan Maharabi Sampai dicari ke langit tepi.
Benturlah pinang mendekati
Pintu jendela tuan puteri Wahai dengan tuan puteri
Diangkat tangan lalu mengetuki Tiadalah aku mengundur diri
Jika tiada mendapat janji
Ketuk didengar puteri di dalam Akan disimpan di dalam hati.
Duduk terkejut dari tilam
Siapa mengetuk tinggi malam Marah puteri tiada tertahan
Kelakuan begitu patut dirajam. Karena mendengar suara lawan
Berkata keras tiada segan
Wahai bedebah siapa itu Biar berharap anak sultan.
Berani ketuk saya punya pintu
Sejari tak kubuka tentu Wahai bunda dengarlah tentu
Ayahlah turun wahai hantu. Akan hal tuan satu persatu
Semuanya itu akan tahu
Jikalau hamba matilah dirinya Ibarat surat pemberian tahu.
Jikalau kaya habislah hartanya
Siapa berani mendekati istana Adalah konon satu peribahasa
Begitu hukum undang-undang Seperti titik hujan biasa
negera. Temannya guruh besar suara
Ada bunyi yang berguna.
Datang ke sini apakah maksud
Karena malam sudah larut Tuan simpan di dalam dada
Maksud jahat jangan diturut Padahal tersiar kemana-mana
Baiklah pulang dari maut. Sebagai bau melayang jua
Masuk jua ke puri istana.
Banyaklah macam madah puteri
Tiadalah usah dipanjangkan Adapun sebab tuan berpindah
peri Karena ada beberapa salah
Bandar di luar bermenung diri Tabiat begini memberi kesal
Jawab balasan hendak dicari. Seperti anak kehilangan akal.

Bertahan di pirang Bandar Sudah habis aku pikirkan


berkata Tiada patut seorang sultan
Maaf aku wahai saudara Terhadap saudara sedemikian
Adalah aku Bandar bernama Maksud saudara saya tolakkan.
Datang ke sini maksudpun ada.
Ayah lekas turun berjalan
541
Balasan baik jangan diharapkan Bandar berangkat tiada
Tiada guna engkau tunggukan kupanjangkan
Memberi malu begitu kelakuan. Ruhaii penuh dengan muatan
Karena berkat pertolongan
Bertambah lagi wahai kakanda teman
Aku ini bukan engkau punya Sampailah ia hulu Kahayan.
Jikalau tidak cukup syaratnya
Sekali-kali tak boleh diterima. Maka kebetulan ketika itu
Sampai di tempat saudara
Sampai di sini puteri berkata sepupu
Bandar termenung di luar nyata Tunggal Mambu namanya tentu
Malu rasanya tiada terkira Negeri bernama Upun Batu.
Rahasia dirinya telah terbuka.
Tinggallah Bandar dengan
Perihal saudara yang marah senang
Bandar mendengar tunduk Ibu dan ayah tiada dikenang
tengadah Beramai-ramai malam dan siang
Seperti orang penyakit lemah Cuma teringat nasib yang
Bandar sedikit lalu bermadah. malang.

Kalau saudara tiada terima Akan keadaan Upun Batu


Akupun tak memaksa jua Orangnya banyak baik laku
Jangan menyesal kemudian Siapa datang sahabat tentu
kiranya Orang jahat diusir lalu.
Jika dapat bertemu muka.
Upun Batu ialah lagi
Selamat tinggal adik pingitan Batu Suli namanya asli
Aku akan turun berjalan Tempat singgah Bandar Bestari
Entah bertahun atau berbulan Ada diterang yang sudah dilalui.
Mudah-mudahan bertemu hari
kemudian. Tunggal Mambu orang yang
tangkas
Bandar turun membawa Kepandaian ada bertukang emas
kemaluan Subang, gelang, bermacam
Sampai di bawah lalu berjalan perhias
Ruhaii Pangun ditunjukkan Rupa bagus dan upah pantas.
Bereng Kalingu hendak
ditinggalkan. Sebagai uang orang dahulu
Ialah emas timbangan tarju
Di dalam negeri sudahlah lama Dengan barang bertukar selalu
Bandar bermaksud berangkat Selain dari itu jarang laku.
segera
Ruhaii Pangun sudah sedia Begitulah Bandar empunya
Kepada Dambung barang
diberitahunya. Orang melihat semua girang
Emas keluar lagi menjelang
542
Ke tangan pemuda gemilang
Tiada aku panjangkan madah
Bertambah lagi kekayaan Surat Temanggung dikirim
pemuda sudah
Oleh karena pertolongan Sampailah Bandar hati gundah
saudara Teringat jua kasih ayah.
Bandar bertukang emas jua
Lalu pandai tak terkira. Sedikit surat kasihan jua
Seperti di bawah aku tera
Dicerita lagi akan kehidupan Cuma mencerita gundah gulana
Bandar senang di hulu Kahayan Selama ditinggal oleh ananda.
Mendapat emas banyak
timbangan Bereng Kalingu sudah dilalui
Akan pertolongan saudara Sampai ke Luwuk Dalam Betawi
bangsawan. Kepada ayah diri dikhabari
Ayah gembira tiada terperi.
Biarpun ada maksud yang
kurang Seluruh negeri semua suka
Tiada usah dipanjang walang Karena Bandar datang segera
Hati kecut saudara garang Memberi salam kepada putera
Itulah sebab menjadi bimbang. Kita bercerai sudahlah lama.

Maksud pulang tiada di hati Kesukaan ibu tiada ketinggalan


Di tanah orang sukalah mati Diambil beras kuruk semangat
Kejadian dahulu sudah diingati dipanggilkan
Ayah juga menyuruh lari. Dipeluk, dicium, anak timangan
Anak tunggal tempat
BANDAR PULANG kesayangan.

Tersebut kisah Temanggung Temanggung tiada melupakan


Pati adat
Terkenang anak Bandar asli Tanda mengampun patut
Sudah lama meninggal negeri diingat
Entah kemana ia pergi. Membikin pesta tanda hormat
Seperti orang berdoa selamat.
Tetapi telah didapat khabar
Di Batu Suli tempat pendekar Sesudah adat dikerjakan
Surat Temanggung lalu beredar Orang banyak menyaksikan
Menuju anak pulang di khabar Temanggung anak beranak
berampunan
Hati Temanggung sudahlah Hidup sempurna sekalian.
sabar
Terharu mengingat nasib Sampai di sini kesukaan merata
pendekar Supaya jelas jalan cerita
Siang malam hati berdebar Cerita Bandar yang terutama
Mendoa anak pulang sebentar. Tabiat dulu kembali rupa.
543
Rahasia dipegang erat-erat.
BANDAR DALAM HUTAN
Tiada beberapa lama berselang
Supaya jelas jalannya kisah Ruhaii sampai di Danau Karang
Bandar dalam negeri lamalah Masuk di situ hajat sekarang
sudah Ibarat burung tempat bersarang.
Urusan negeri diserahkan ayah
Dari yang berat sampai yang Danau Karang jauh sekali
susah. Dari negeri Luwuk Dalam
Betawi
Tetapi akan Bandar kepala Apalagi berjalan kaki
Tabiat dulu datang menggoda Seorang manusia tak berani.
Dalam pekerjaan tiada setia
Harta ayah selalu dimusnah Danau Karang sampailah sudah
Tempat mengasing putera
Tiada diceritakan tabiat itu syahdah
Ialah tabiat seperti dahulu Itu pertimbangan dalam hati
Ayah tahu tabiat memalu ayah
Supaya anak jangan terharu Untuk hukuman kelakuan yang
salah.
Ayah selalu sakit hati
Tabiat anak telah kembali Segala muatan diangkat semua
Tiada mau ia memarahi Satu pondok didirikan sudah
Akal ada telah dicari Serta Temanggung berkata jua
Bahwa di sini tempat berusaha.
Disuruh sediakan Ruhii Pangun
Sudah sedia lalu diturun Bagaimana mereka tinggal
Muatan banyak tertimbun- bersenang
timbun Bandar tiada mengetahui terang
Makanan bermacam bersusun- Alat senjata sumpitan kayu
susun Masuk hutan hilir hulu.

Setelah mustaid semuanya Di sinilah ada waktu terbuka


Anak dibawa serta dibujuknya Temanggung meninggalkan
Anak berdagang ia berkata sang putera
Pergi ke hulu lagi didusta Segala hamba mustaid semua
Lari pulang dengan segera.
Bandar tiada juga melawan
Perkataan ayah diturutkan Berkayuh keras bukan buatan
Lalu berangkat tiada ketahuan Sebab meninggalkan anak
Dimana sebenar arah tujuan buangan
Danau Karang sudah
Temanggung berakar dengan ditinggalkan
cepat Sedikit tidak menaruh kasihan
Serta memberi beberapa isyarat
Mengasing Bandar akan ditaat
544
Berhenti kisah Temanggung Kelakuan kemenakan ialah
mulia Bandar
Tersebut kisah Bandar pemuda Terus memperkosa tentu
Pulang berburu ke pondoknya menjalar.
Heran termangu kena perdaya
Adapun akan pikiran baginda
Ayah dan teman pulang habis Seluruh kota tentu akan
Tersedu sedan pemuda diperkosa
menangis Barangkali puterinya dimusna
Seorang ditinggalkan dengan Harus puteri dijauhi jua
bengis
Hati sakit seperti diiris. Permaisuri lalu dipanggil
Perundingan ada supaya
Seperti diiris dengan sembilu berhasil
Pagi dan petang hati terharu Permaisuri datang berhati kecil
Apa kesalahan dihukum begitu Niat salah sangat mustahil
Tiada diterang lebih dahulu.
Aduhai adinda permaisuri
Diambil ringkas dalam cerita Adalah maksud timbul di hati
Bandar hidup di pondok merata Karena mendengar kabar yang
Dengan manusia tiada bersua pasti
Cuma berteman pelanduk Kelakuan Bandar jahat sekali.
jenaka.
Sebab itu puteri patut dijauhkan
Bandar tinggal di dalam hutan Agar jangan diperkosakan
Beberapa bulan telah berjalan Ke tempat jauh tidak ketahuan
Hati sedih melihat bekalan Agar selamat jiwa dan badan.
Jika habis apa dimakan.
Lalu permaisuri menjawab jua
Memikir nasib tengadah tunduk Tiada kubantah maksud
Mengenang hidup sangat buruk kakanda
Dalam bantal hidup kapuk Tetapi kakanda harus waspada
Air mata turut memupuk. Agar akhirnya tiada cacat cela.

TANJUNG BERENG Tiada aku panjangkan


KALINGU percakapan
Segalanya mustaid persediaan
Tersebut konon Tanjung Bereng Puteri merengut hendak
Kalingu melawan
Keadaan Dambung ketika itu Hati sedih karena perpisahan
Hati sakit bertambah pilu
Menaruh wasangka yang keliru. Lalu siap Dambung kepala
Berangkat mengantar puteri
Apakah sebab Dambung tak ananda
sabar Permaisuri turut di higa
Karena ia mendengar khabar
545
Mencari tempat yang tak
disangka. Persiapanpun semua sudah
Dambung kepala lalu bermadah
Kebetulan pada waktu ketika Tinggal di sini jangan gundah
Hari gelap singgah lama Karena kami pulang berpindah.
Naik ke darat nanti diperiksa
Tantangan danau nanti dikira. Waktu Dambung berkata-kata
Permaisuri lalu menyela
Hari pagi cahaya cemerlang Wahai anakku seri kamal
Pemandangan luas serta terang Maksud ayahmu begini rupa.
Tampak di sana seperti ladang
Pondok berdiri rupanya sedang. Dalam hatiku mau menentang
Perbuatan ayah yang garang
Lalu berangkat Dambung ke situ Tiada berani aku melarang
Serta sampai ke pondok itu Takut kalau kena tendang.
Lalu diperiksa satu-persatu
Rupanya didiam orang dulu. Sesudah mereka berpeluk-
pelukan
Di dalam pondok ada perkakas Serta bercium tanda perpisahan
Dalam periuk tak berberas Dambung memohon pulang
Sebiji tiada didapat beras berjalan
Cuma lantai tikar beralas. Puteri beriga tersedu sedan

Pada sampaian dekat dinding Puteri menangis tiada terkira


Pakaian robek rupa kuning Mengingat nasib mereka bertiga
Kelambu buruk kain saring Telah berpisah dengan ibu
Tambalan penuh berkeliling. bapak
Tiada diketahui berapa lama.
Pondok itu telah nyata
Sudah ditinggal beberapa lama Dambung, isteri, dan teman
Karena melihat segala Lalu berangkat sekalian
keterangannya Ananda kandung ditinggalkan
Serba kosong segala isinya. Karena sangat kekeliruan

Kesimpulan oleh Dambung Diambil cerita dengan singkat


kepala Sampai di rumah Dambung
Di sinilah tempat meninggalkan selamat
ananda Permaisuri menangis seperti
Agar jangan dapat diperkosa keringat
Oleh Bandar anak celaka. Anak kandung selalu teringat.

Perkakas puteri diangkat semua Beberapa bulan telah berjalan


Satu persatu habis semua Sesudah puteri ditinggalkan
Teman puteri tinggal dua Anak tunggal tiga berkawan
Ngambun Hawun dayang- Hampir dilupa Dambung
dayangnya. Jembangan.
546
Bandar anak telah berjalan
Berhenti di sini Dambung
dahulu Tersebut puteri tiga berteman
Cerita Bandar kutinggal lalu Waktu ayah mengasingkan
Hidup mati hendaklah tahu Pondok kosong sangka gerangan
Berbulan bertahun sudah lalu. Padahal Bandar waktu berjalan

Sewaktu sepeninggal Bandar itu


BANDAR MENDAPAT Puteri bertiga sebagai tamu
TEMAN Disangka orang tak ada di situ
Padahal itu nyata keliru.
Tersebut kisah Bandar buangan
Sudah lama di dalam hutan Sesudah bertiga ditinggalkan
Bertahun-tahun dan berbulan- Dambung
bulan Duduk di luar sambil termenung
Habis sudah segala makanan. Bercakap-cakap dengan bingung
Merasa curiga dan canggung
Selama Bandar dalam
pengasingan Ngambun Hawon lalu berkata
Seperti miskin rupa kasihan Adinda sungguh kami cinta
Jangan dibilang baju pakaian Rupa menurut hemat beta
Tinggal sedikit menutup badan. Pondok ini ada yang punya

Hidup melarat teerus selalu Puteri menjawab wahai kakanda


Dengan manusia tak bertemu Adalah benar dugaan berdua
Ibu, bapak, tiada membantu Tetapi apa yang hendak dikata
Jika kiriman tiada ditunggu. Hukum ayah sudah memaksa

Apa akal mencari makan Ngambun Hawon bertanya lagi


Cuma keluar masuk hutan Wahai adinda tuan puteri
Jerat, sumpit, dipergunakan Jika jin orangnya nanti
Sekedar umbut jadi teman. Tanpa menyerah atau lari.

Kalau ditilik seluruh badan Puteri menjawab serta


Badan kurus tak terperikan bermadah
Jika umpama dipukul topan Hati sabar dan bermurah
Boleh rebah bagai kayuan. Jangan dipikirkan pada yang
salah
Tiap hari pondok ditinggali Manusia hidup dilindungi Allah.
Mencari kadar kesana-kesini
Baru malam boleh kembali Teman berdua bertanya pula
Tidur nyenyak sampai pagi. Wahai adinda sebuah mata
Jika manusia orangnya nyata
Waktu Dambung memeriksakan Apalah lagi hendak dikata.
Isi pondok dan sekalian
Waktu itu ada kebetulan Hal itu gampang wahai kawan
547
Manusia itu memang tolan Baru siuman rupanya umat
Bawalah ia bercakap-cakapan Bibir bergerak mata melihat
Maksud jahat dihindarkan.
Bubur diberi ketika itu
Setempo mereka bertutur-tutur Beserta dengan air susu
Terdengar di serambi dapur Mana yang sukar dapat dibantu
Tertawa gelak berhenti sembur. Habis sepiring diminum tentu
Hati kecut dan tepekur.
Tiada berapa lama berselang
Puteri berkata apakah gerangan Badan sehat rupa girang
Ayo kakanda lihat keterangan Tuntuk duduk ada dikenang
Apakah itu orang hutan Karena mengingat nasib
Ataukah manusia dibuat teman malang

Lalu bertanya tuan puteri


Mereka mendekat bersuruh- Siapa gerangan tuanku ini
suruhan Atau nama harus disebuti
Disangka hantu dalam ingatan Agar kami dapat mengetahui.
Sambil takut perlahan-lahan
Lalu menuju suara gerangan. Pemuda menjawab dengan terus
Dengan suara putus-putus
Tiada berapa lama antara Dipegang hidung menyapu
Sampailah mereka ke tempat ingus
bahana Terkenang nasib menjadi kurus.
Hati terkejut tiada terkira
Karena melihat itulah manusia Coba dengar wahai adinda
Rupa buruk menjadi hina
Orangnya tampak telah Tiada lain oleh karena
terbaring Sebab diasing oleh baginda
Seluruh badan kurus kering
Tampak tulang dada beriring- Adapun akan namaku
iring Supaya tuan puteri tau
Diliput kulit putih kuning. Bandar Temanggung jangan
keliru
Manusia itu rupanya pingsan Yang diusir lebih dahulu
Sekelilingnya tak ketahuan
Rupanya ia kurang makan Bandar menyambungkan
Karena umbut dibawakan. katanya
Sebab ia menjadi hina
Melihat hal sedemikian rupa Dari semula sampai akhirnya
Puteri berkata dengan sabarnya Sebab karena kelakuannya.
Ambil air pengusap dada
Kakanda lain buat buburnya Cukup sekali Bandar bercerita
Datang giliran aku bertanya
Setelah bekerja dengan giat Siapa gerangan nama bertiga
Dada diusap dengan hemat Seakan-akan nasib kita sama.
548
Mendengar pertanyaan Bandar Habislah sudah keterangan
demikian puteri
Mereka bertiga berpandang- Bandar tersenyum mendengari
pandangan Rupanya kita ini bersaudari
Apalagi hendak dikatakan Datang ke sini seperti berjanji
Mundur maju salah jejakkan
Jangan khawatir tentang
Puteri menjawab dengan permintaan
terpaksa Tentu itu aku kabulkan
Lemah lembut segala suara Biar hidup kita berdekatan
Rasa malu tiada terkira Segalanya ada dalam
Kejadian dulu teringat jua pembicaraan.

Sumbu Kurung nama pertama Ada permintaan yang harus laku


Ngambun Hawun nama kedua Adindaku harus juga membantu
Datang ke sini agak terperdaya Memberi makan yang ada itu
Ke dalam pondok ada orangnya. Agar badanku gemuk dulu.

Kami ke sini cobalah dengar Kita ini anak hilang


Diasing ayah karena kabar Rupa nasib sama malang
Tabiat tuan tuan membikin Ibarat kerbau keluar kandang
gempar Sama-sama menjadi jalang.
Sampai Kalingu pasti menjalar.
Mereka hidup bercumbu-
Tetapi apa dikatakan lagi cumbuan
Maksud ayah menyuruh lari Menyata diri anak sultan
Untung malang menimpa diri Lupa hidup di dalam hutan
Karena Bandar mendapat teman
Semua salah duduk berdiri.
Dialah kata haluan peri
Rupanya ayah sangat keliru Timbul kisah empat saudari
Teman berdua serta aku Bergurau senda sehari-hari
Diasingkan tempat ke sini hulu Bandar gemuk besar diri.
Supaya tuan jangan ditemu.
Hidup berteman di dalam hutan
Sungguh kami sangat menyesal Selain dari empat berkawan
Ayahku kehilangan akal Beruk, lutung banyak
Dengan apa hendak dibatal berlumpatan
Ibarat janji sudah kekal. Sekeliling pondok berkeliaran.

Di sini kita sama menunggu Kuambil lekas jalan cerita


Cuma ada satu permintaanku Ngambun Hawun lalu berkata
Jiwa dan badan jangan diganggu Melihat keadaan sudah nyata
Bahan makanan boleh Maaf aku hendak meminta.
membantu.
549
Maaf aku tuan puteri
Maksud di dalam hati Sebab itu datang giliran
Sudah takdir Maha Tinggi Anak Temanggung
Tidak boleh dipungkiri menjawabkan
Maukah emas mengikat intan
Inilah suatu maksud besar Supaya melekat berdua-duaan.
Mempersatukan puteri dengan
Bandar Bandar menjawab berkisar
Memekat janji jadi ikral duduk
Baik senang dalam sukar. Awak sudah mulai gemuk
Mata mengerling meliuk-liuk
Kalau melihat keadaan Tanda setuju kepala diangguk.
demikian
Ibu dan bapak tiada harapan Segala maksud saudara-saudara
Mengambil kita memberi makan Boleh kukabul bersama-sama
Seumur hidup kita dilupakan. Jikalau saudara suka
memperguna
Sebab itu apa pikiran Dagang miskin lagi hina.
Baik kita memperjuang diri
Kepada Bandar sehidup semati Cuma lagi ada permintaan
Mudah-mudahan Allah Jika adinda dapat celaan
memberkati. Jangan dikata satu paksaan
Ini maksud kita bersamamu.
Puteri mendengar tersenyum
simpul Sekali lagi aku peringatkan
Akan alasan serta usul Jangan di bibir taruh perjanjian
Hendak ditolak dirasa betul Harus meresap ke dalam badan
Seumpama listrik itulah tombol. Cinta birahi berzaman-zaman.

Puteri menjawab berkisar awak Sampai di sini Bandar


Maksud kakanda hampir beramanat
kutolak Supaya jalannya kisah cepat
Tetapi kupikir masak-masak Perjanjian bersatu sudah erat
Sebab tempat tiada berjarak. Cuma tinggal melakukan adat

Karena ini bukan kesalahan Adat kawin sederhana


Dibikin Bandar anak sultan disediakan
Tetapi ayah mempunyai buatan Dua sejoli lalu disandingkan
Menaruh wasangka yang bukan- Darah Kaharingan dipercikkan
bukan. Karena itu adat aturan

Biar aku dapat berkata Ngambun Hawun menjadi saksi


Akan menaruh suatu cinta Duduk di hadapan dua sejoli
Boleh ditanya pada kakanda Mereka duduk didekati
Maukah emas mengikat Laksana bulan dan matahari
permata.
550
Bandar, Puteri berduduk dekat BANDAR DITINGGALKAN
Ngambun Hawun menemui adat OLEH TUAN PUTERI DAN
Mendoa kedua semua sehat TEMAN
Panjang umur hidup selamat.
Kembali kisah Dambung kepala
Beginilah konon kata cerita Baru sadar impian belaka
Mereka hidup senang sentosa Teringat anak puteri juita
Di dalam hutan sudah lama Tinggal di hutan sudah lama.
Berkasih-kasihan tiada
lawannya. Timbul maksud di dalam hati
Lalu berkemas akan pergi
Karena oleh karunia Tuhan Akan mengambil tuan puteri
Puteri hamil beberapa bulan Entah hidup atau mati.
Pekerjaan baik oleh sekalian
Semua sehat dalam ingatan. Di dalam pondok telah dikira
Bahwa tidak ada isinya
Cerita tak usah diperpanjangkan Padahal isinya memang ada
Anak laki-laki dilahirkan Ialah Bandar Temanggung
Diberi nama Si Sahan kepala.
Artinya karena hidup di dalam
hutan. Karena merasa semua
diasingkan
Anak tempat kesayangan ibu Dan berteman di dalam hutan
bapak Di dalam hati timbul persatuan
Di timang-timang setiap masa Sehidup semati itu gerakkan.
Paras cantik pengganti Bapak
Selalu dijaga tiada lupa. Karena oleh lama sekali
Ibu dan bapak tiada mendatangi
Sungguh untung mereka
sekalian Kami mendapat anak laki-laki
Satu jiwa telah bertambahan Itulah dia yang kusembunyikan.
Tetapi ada satu halangan
Mereka habis barang makanan. Jalan puteri memberi
keterangan
Terpaksa Bandar setiap hari Ayah tahu akan halangan
Masuk hutan kesana kemari Timbul marah bukan buatan
Binatang disumpit umbut dicari Mandau dicabut hendak
Mana yang dapat pengganti dibunuhkan.
nasi.
Jika tidak ditahan permaisuri
Penderitaan mereka kena Ngambun Hawun membantu
kelaparan lagi
Mana yang dapat itu dimakan Akan menahan Dambung benci
Sampai disini aku ceritakan Tentu lepas kepala puteri.
Agar cerita lekas berjalan.

551
Oleh pertolongan Allah Hu Tuan puteri hendak dikata
Akbar Tersedu sedan tidak terkira.
Marah Dambung menjadi sabar
Karena mengingat pokok Tersedu sedan karena apa
sebenar Karena anak sebuah mata
Bukan puteri yang salah benar. Tinggal sendiri dengan bapak
Tentu tak hidup dengan lama.
Apalagi kalau diperiksakan
Dari asal atau permulaan Apalagi si bayi Sahan
Mengantar puteri ke padang Tiada tahu kiri dan kanan
hutan Sedangkan besar ayahnya tuan
Sungguh puteri tidak Pasti mati karena kelaparan.
bersetujuan.
Tetapi apa hendak dikata
Waktu Dambung dalam Perintah ayah tak dilawan
kesabaran Takut berpisah kepala dengan
Permaisuri memberi ingatan badan
Wahai kanda dulu kukatakan Biarlah anak ditinggalkan.
Mengasing puteri sekali jangan.
Tetapi peninggalan sebelum
Tetapi apa hendak dikata berangkat
Barang salah ada hukumnya Cincin intan warna berkilat
Tiada lain ada malunya Sehelai selendang juga berikat
Bertambah lagi air mata. Kepada suami tanda ingat.

Ibarat bulan dan matahari Lagi air susu secawan


Datang awan segera menutupi Pada anak ada didekatkan
Sinar puteri hilang sekali Ini tanda bekal penghabisan
Baiklah kita lekas kembali. Karena ibu pergi berjalan.

Mendengar itu Dambung lemah Tinggallah anak si buah hati


pikiran Ibumu ini pulang kembali
Menyiap perkakas berangkat Jika umur panjang anakku nanti
bergegasan Pasti anakku akan mencari.
Barang puteri semua
dikumpulkan Di dalam hati puteri berpesan
Semua habis dimuat sekalian. Umur bapak dan anak
dipanjangkan
Tetapi Dambung tidak Karena ibu berjalan tidak
menyukai ketahuan
Membawa Sahan anak laki-laki Entah bertahun atau berbulan
Biar dia tinggal mati
Dengan Bandar juga sekali. Tiada aku panjangkan madah
Karena tangan sudah payah
Ngambun Hawun siap sedia Sumbu Kurung turut
Tunggu Si Rahai sudah lama berangkatlah
552
Tinggal anak terengah-engah. Sampai sedikit tak ada ditinggal
kesan
Ruhaii Pangun laju sekali Aku dan anak ditinggalkan.
Maklum dayung dayang kembali
Cuma puteri termenung diri Aduhai adinda tuan puteri
Mengingat anak dan suami Sampai hati meninggalkan diri
Serta anak sebuah hati
Tiada berapa lama selam Tidakkah adinda mengingat
Ruhaii berjalan siang malam janji.
Bereng Kalingu sampai di dalam
Sampai istana puteri ke dalam Begitukah adat dunia ini
Atau perbuatan seorang puteri
Mereka sampai dengan selamat Janji diucap di muka saksi
Keadaan baik serta sehat Ngambun Hawun dimana lagi.
Sampai disini puteri ke tempat
Bandar dan Sahan kita ingat, Dimanakah kau lari berlindung
Pergi ke laut atau ke gunung
NASIB BANDAR DAN Ke udara kah serta
SAHAN membumbung.
Dimanakah bekas atau dengung.
Adapun kata aulia
Ketika ditinggal puteri jelita Adakah adinda di lautan api
Anak menangis tiada terkira Di Kayangan atau di bumi
Sebab mencari ibu dan bapak. Bersumpah aku berani mati
Sanggup aku akan mencari
Ketika anak menangis sangat
Ilham Tuhan memberi ingat Di mana-mana aku mencari
Kepada Bandar pulang cepat Di mana jejak tuan puteeri
Bencana di pondok hebat Tidakkah dinda mengetahui
sangat. Kami kelaparan pasti mati.

Binatang buruan lalu dibawa Begitu keluh kesah sultan


Dekat pondok mendengar tangis Sambil duduk ia keheranan
anaknya Serta memandang kiri dan
Dipanggil isteri tak menjawab kanan
kata Lalu terlihat barang
Selain dari bunyi gema. peninggalan.

Sampai pondok anak didekati Air susu terlihat secawan


Diam anak apa sebabmu ini Serta sebentuk cincin intan
Ditinggal ibu kemana lari Selendang sehelai berkilauan
Apakah nian telah terjadi. Dilepas puteri dari badan.

Apakah sebab jadi gerangan Barang itu tanda peringatan


Selama bersatu tak pernah Kasih puteri hilangnya bukan
perpaluan Kepada anak serta sultan
553
Bandar melihat jadi renungan. Kapal itu lalu dijalankan
Waktu malam tak kelihatan
Ratapan Bandar selesai cerita Luwuk Betawi dan Kalingu
Bandar sakit tidak terkira dilalukan
Nomer satu karena cinta Oleh puteri tak ketahuan.
Nomer dua karena laparnya.
Setelah sampai muara Kahayan
Susu habis di dalam cawan Bandar dan Sahan ada
Anak lemah hampir pingsan kesehatan
Ayah sakit tak mau makan Menyambut pertolongan Jata
Kedua rebah berdampingan. kesaktian
Bandar bangun serta siuman.
Bandar sakit tidak terperi
Tiada seorang yang mengetahui Bandar siuman ketika itu
Cuma maut saja menanti Duduk bersandar di atas bangku
Harapan hidup kecil sekali. Serta bertanya dimanakah aku
Mata diraba serta disapu.
Sama masih anak dan bapak
Karena ditinggal puteri bunda Lalu berdiri sambil keheranan
Sedikit lagi tentu bahaya Melihat rupa dan segala
Jika tidak tolongan yang kuasa. keadaan
Barangkali ini dalam impian
Dalam keadaan bandar berdua Sebab karena lupa ingatan.
Di Danau Karang dan Jata
Lalu timbul datang menjelma Dari bilik Bandar keluar
Seperti manusia rupa Kaki diangkat mata dibesar
tampannya. Tiada lain ini kadar
Oleh Jata tempat bernazar.
Sebelum Jata itu menjelma
Keadaan Bandar serta anaknya Bertambah lagi kata cerita
Satu persatu telah diketahuinya Sahan sehat cepat besarnya
Tetapi hal itu disengajainya. Atas pertolongan Jata kuasa
Juga cepat berkata-kata.
Tapi setelah melihat keadaan
Jikalau tidak ditolongkan Adapun kata sehibul hikayat
Tentu hilang utusan bangsawan Kapal berjalan dengan cepat
Begitu Jata telah pikiran. Menuju laut dengan selamat
Dekat negeri ada alamat.
Dengan segera Jata
menimbulkan Dengan laju kapal berlayar
Satu kapal yang bermuatan Lalu sampai tanah Banjar
Kepada Bandar dan anak yang Singgah di situ Bandar keluar
pingsan Berjabat tangan dengan
Ke dalam kapal terus Syahbandar.
dimuatkan.
Syahbandar bertanya apa kabar
554
Jawab Bandar hendak berlayar Jika kembali harus singgah.
Saya singgah cuma sebentar
Sekedar cuma mengikat ikral. Begitu Bandar lalu berangkat
Ke tanah laut tujuan tempat
Bandar permisi mohon diri Banyak pulau telah dilewat
Kapal berangkat lalu dijalani Karena berkat pertolongan
Dilambai tangan berkali-kali sahabat.
Selamat tinggal saudara kami.
Kapal berlayar dengan senang
Kapal berjalan dengan keras Terus sampai kota Palembang
Sampai pelabuhan Betawi atas Mampir di situ dengan gampang
Singgah di situ dengan pantas Sobat bernama Anak Kuda
Syahbandar menyambut dengan Palembang.
cerdas.
Diangguk kepala bertemu
Singgah di pinggir ditanya berita sahabat
Oleh Syahbandar Betawi kepala Berjabat tangan tanda selamat
Kapal dari mana asal mula Bercakap-cakap keadaan sehat
Mampir di sini apa kerja. Bandar menceritakan ada
minat.
Bandar Temanggung menjawab
segera Bandar bercakap dengan sabar
Adalah saya Bandar kepala Maksud besar hendak berlayar
Berhenti di sini berniat ada Ke tanah laut hendak beredar
Berkenalan dengan saudara- Menambah pengetahuan agar
saudara. mekar.

Baik jawab Syahbandar asli Anak Kuda Palembang bercakap


Baik berkenal Jindal Betawi lagi
Karena ia berkuasa di sini Baik maksud saudara ini
Ibarat rumah ialah penghuni Sahabat banyak harus dicari
Serta ilmu dibawa kembali.
Bandar naik bertemulah tuan
Jindal Betawi lalu berkenalan Cuma sedikit aku memesan
Sejak itu lalu berkawan Harap saudara memperkenan
Karena sama anak bangsawan. Jika kembali hari kemudian
Harus singgah minta
Lama berdua bercakap-cakapan diingatkan.
Bandar minta persetujuan
Lagi minta beberapa keterangan Dentuman meriam bunyi besar
Bandar hendak menyambung Tanda Bandar berangkat
pelajaran. berlayar
Haluan kapal lalu berkisar
Tiada usah dipanjangkan madah Di laut lepas lalu beredar.
Banyak petunjuk diberi sudah
Jindal Betawi memberi perintah Kapal cepat tidak terkira
555
Sayup-sayup telah kentara Ada mabuk anak buah pendekar
Kota Johor punya menara Bandar Temanggung tetap
Itulah sebagai satu tanda. sabar.

Kota Johor sudah dekat Kapal cepat sebagai lari


Singgah di sini menurut hemat Dari jauh tampak tepi
Bandar kepala punya sahabat Tampak menara yang tinggi-
Kali ini untuk dipererat. tinggi
Tanda tempat Bawi Rapatan
Pelabuhan Johor lalu sampai Binji.
Banyak pejabat telah mengintai
Kapal berlabuh dekat pantai Menyela dahulu cerita ini
Disilahkan naik duduk di balai. Aku mencerita Bawi Rapatan
Binji
Berjabat tangan dengan Akan penduduk semua negeri
Sepektur Banyak perempuan kurang laki-
Ialah nama Raja Johor laki.
Lagi bijak dan kesohor
Pandai merampok kerja tak Adapun akan cerita dahulu
jujur. Jika laki-laki ada selalu
Laki-laki ditangkap diambil
Sehari dua tinggal di situ selalu
Melihat negeri terus selalu Diambil suami tinggal di situ.
Hati raja baik ketika itu
Ia memesan serta menyeru. Begitulah adat dalam negeri
Kalaukan penduduk Rapatan
Ia memesan serta memadah Binji
Jika kembali harus singgah Hal ini telah diketahui
Sahabat kita tak dapat berpisah Oleh Bandar Luwuk Betawi
Nanti saja memberi anugerah.
Berputar lagi akan cerita
Bandar mengangguk mendengar Sudah dekat kapal kepala
pesan Tetapi mereka sudah bersedia
Memberi salam mohon berjalan Menyerbu perempuan mereka
Naik kapal menuju lautan semua.
Entah berapa lama tak
ketahuan. Mereka menyerbu seperti
perempuan
Tiada usah dipanjang kesan Adat rapatan Binji telah
Bandar berlayar menuju lautan ketahuan
Timbul tenggelam kemudi Kapal sampai ke pelabuhan
haluan Sangat perlu naik ke daratan
Bergurau senda dengan kawan.
Bandar naik lalu ke daratan
Kapal Bandar selalu beredar Disambut oleh raja perempuan
Menyerbu melalui ombak besar Rapatan Rinji bertanya kalian
556
Adalah laki-laki turut pelajaran Tanya jawab berbalas-balasan
Hanya Bandar perempuan
Bandar menjawab tiada kesal samaran
Kami perempuan semua bekal Singgah sebentar akan
Nasib kita semua sial berkenalan
Dengan laki-laki tak ingin
berkawal. Singgah sebentar akan
berkenalan
Bagaimana begitu wahai Menemui sahabat semua
saudara perempuan
Tiadakah saudara membuat Tak tentu hari kemudian.
dusta Sebab saya perlu berlayar
Berani berlayar perempuan
semua Menempuh laut gelombang
Takkan nanti dapat berjaya besar
Barangkali nanti jalan berkisah
Anak Temanggung menjawab Jalan lain dapat keluar
kesan
Jangan saudara memikir yang Wahai saudara jangan begitu
bukan-bukan Jika kembali singgah tentu
Kami ini benar semua Jangan saudara takut selalu
perempuan Akan pertanyaan satu persatu
Berlayar hendak menambah
pengetahuan. Selesai Bandar lalu berangkat
Rapatan Binji diberi hormat
Apa salahnya wahai saudari Melalu laut bertingkat-tingkat
Perempuan berlayar melihat Pukulan gelombang sangat
negeri hebat.
Derajat perempuan dengan laki-
laki Berkisar lagi haluan cerita
Sungguh tak beda sama sekali. Bandar berlayar teristimewa
Pantang mundur hati pemuda
Jika sanggup perempuan Namun pulang tak ada dibawa.
bertamasya
Walaupun berkeliling dunia Kapal berlayar kencang sekali
Tiada salahnya saya rasa Melalui gelombang bertubi-tubi
Sebab perempuan tak kurang Bertemu ombak tiga kali sehari
harga. Bahaya besar tak dapat dielaki.

Rapatan Binji mengangguk Akibat gelombang besar sekali


segera Kapal oleng tak cepat pergi
Baru percaya perkataan saudara Lalu terantuk pada kayu janji
Tiada panjang rupa memeriksa Kapal keras pecah diri.
Air kahwa keluar jua.
Kalian anak kapal segera
Lama kedua bercakap-cakapan gempar
557
Semua berzikir Allah itu Akbar Hidup senang tinggal di bawah
Tetapi karena ada alat-alat Pada ibu bapak lupa sudah
pendekar Kekayaan cukup tiada susah
Mereka hidup di dalam daras. Berkat Jata memberi madah.

Waktu mereka dalam bahaya SUMBU KURUNG


Jata ada tetap menjaga BATARUNG
Karena Jata teman setia
Oleh Bandar anak kepala Timbul cerita Sumbu Kurung
puteri
Sampai di dasar dengan selamat Senang juga di Kalingu negeri
Oleh pertolongan Jata keramat Awak tua rupanya diri
Mereka hidup dengan sehat Hampir lupa kepada suami.
Hidup berteman dengan umat.
Adapun akan puteri cekatan
Menurut asal mula cerita Bersahabat Jata muara Kahayan
Di bawah ada negeri Jata Jata tersebut sangat kasihan
Orangnya banyak semua Kepada puteri anak pingitan
manusia
Hidup aman senang sentosa. Timbul di dalam hati Jata
Jika demikian perihalnya
Jata bernama Galuh Ringan Tentu tak timbul riwayatnya
Hidup di dasar laut aman Tuan puteri dan anaknya yang
Bandar anak Temanggung putera.
beriman
Kepada Jata penjaga lautan Jata timbul dengan bijaksana
Menjelma menjadi manusia
Menurut kepercayaan dahulu kuasa
zaman Segera masuk ke dalam istana
Orang bernazar kepada Galuh Dengan puteri lalu berbicara.
Ringan
Siapa-siapa yang berkemauan Wahai puteri yang sangat
Beras kuning harus kusayang
dihamburkan. Jika sedemikian sepanjang-
panjang
Galuh Ringan terang nyata Kemajuan negeri bisa kurang
Dengan Bandar anak kepala Akhirnya istana menjadi
Sebab itu dapat ditolongnya lenggang.
Itu sebab mereka selamat
semua. Karena apa berkata begitu
Oleh melihat keadaan lalu
Tiada panjang akan cerita Keadaan negeri merosot tentu
Bandar hidup dengan temannya Jika tidak aku membantu.
Hidup senang tiada kurangnya
Anaknya Si Sahan besar jua, Apakah bala bantuanku

558
Mendatangkan suami dan
anaknya Sesudah habis segala madah
Kau tinggalkan zaman dahulu Jata lenyap dari kuliah
Sekarang mereka hidup senang Puteri yakin serta mengindah
tentu. Terus membuat apa dititah.

Sesudah mendengar kabar itu Kasai penarung lalu dicari


Hampir pingsan puteri rindu Yang ditunjuk Jata tadi
Disangka mati hidup lalu Segala syarat diturut sekali
Lalu siuman serta berseru Agar berbuat dapat sakti

Aduhai bapak paduka Jata Malam Jum’at telah sampai


Benar tidak kabar dibawa Lalu mengurap panarung kasai
Suami dan anakku hidup jiwa Segala syarat telah selesai
Jika hidup dimana alamnya Maksud hati pasti sampai.

Anakku tunggu dengan sabar Ajaib kekuatan kasai penarung


Karena kabar adalah benar Membuat puteri serta agung
Tetapi harus aku berikhtiar Kekuatan gaib yang menjunjung
Kalau salah tak datang Bandar. Bercakap dibawa angin
bersambung-sambung.
Karena Bandar senang sekarang
Permaisuri tak dikenang Setelah diusap penarung buatan
Hidup di bawah selalu bergirang Kecantikan puteri dibawa angin
Galah ringan tempat bersarang. turutan
Berdengung bunyi melalui
Kita harus berbuat dengan sakti lautan
Jika salah tak dapat kembali Menderu berirama kepada
Harus membuat kasai sekalian,
panarung asli
Akan mengembalikan sang Setiap tempat penarung
suami. berirama
Dibawa angin berkata-kata
Kasai panarung harus Memberitahukan puteri juita
diusapkan Cantik manis tiada terkira.
Jangan ketinggalan seluruh
badan Siapa mendengar selalu rindu
Karena perlu untuk Sebab kecantikan puteri tentu
menggerakkan Jarang didapat sukar ditemu
Hati suami yang melupakan. Biar dicari di langit biru.

Mengusapkan penarung asalam Penarung melayang hebat sekali


jumat Dibawa angin banyak dilalui
Agar mahir jalan ajimat Tiada lalu yang ditujui
Angin pusat membawa minat Hanya tempat di kayu janji.
Membisik suami pulang cepat.
559
Sampai penarung di kayu janji Tapi karena kebijaksanaan asli
Berputar balik mencari-cari Jata Kahayan telah memberi
Dicari tempat kesana-kemari Tuan berada di bawah kayu janji
Tetapi belum didapati. Rupanya benar tepat sekali.

Penarung mencari tiada lelah Puteri merindu bukan kepalang


Terpaksa menyelam sampai Seribu satu harap tuan pulang
bawah Jika tiada tuan datang
Kekuatan kasai terus menyesah Puteri berusaha malam siang.
Perasaan bandar telah
bergundah. Jika tuan tak mau pulang dulu
Aku ini dapat menyeru
Waktu penarung masuk Jika tuan mendengar lalu
menjelma Hati tuan menjadi rindu.
Bandar tidur nyenyak tak terkira
Tergesa bangun dan terpesona Karena aku dapat menceritakan
Oleh godaan puteri terkena. Kecantikan puteri tak terperikan
Sinar bagus seperti intan
Bandar duduk serta terlena Puteri lain tak melawan.
Dalam pendengaran penarung
berbicara Betul kenamaan kemana-mana
Wahai tuan Bandar kepala Banyak yang ingin memetiknya
Aku mencari telah lama. Hal itu tak mudah terlaksana
Karena tuan mula punya.
Di mana-mana aku mencari
Seluruh tempat aku edari Sedemikian akan pesanku
Di darat, gunung, hutan biduri Harus tuan menurut lalu
Laut lepas diselam sekali. Jika tidak tentu rindu
Ibarat bunga nanti layu.
Aku ini kembang penarung
Kekuasaan Jata menolong Sampai di sini kasai panarung
Sumbu Kurung Memesan Bandar anak
Mencari tuan dimana lorong Temanggung
Aku bertemu kesan disambung. Harus diturut supaya beruntung
Hidup bahagia serta agung.
Sekarang aku membawa kabar
Kepada tuan anak pendekar Kasai penarung lalu bersiap
Aku harap dengan sabar Dari pendengaran lalu lenyap
Tuan mendengar jangan gentar. Bandar terbangun serta meratap
Maksud hati akan ditetap.
Aku ini membawa pesan
Dari puteri kepada tuan BANDAR PULANG
Karena dulu hidup sekawan
Disangkanya mati hidup di Beralih lagi haluan cerita
hutan. Akan Bandar anak kepala
Akan penarung punya bicara
560
Hati rindu tidak terkira Jujuran tersedialah tersebut
Satu bernama balanga hinut
Di dalam hati timbul keraguan Belanga hinut pandai karungut
Jika pulang banyak kemaluan Dapat meneduhkan angin ribut.
Jika tidak mati kerinduan
Besar hasrat putar haluan. Ketiga lagi dokah emas
Untuk puteri nanti berhias
Dalam hati kerap ditahan Jika dipakai menambah tangkas
Akan pulang kampung halaman Dikalung di leher menambah
Tapi kena penarung puteri paras.
pingitan
Seperti pungguk merindu bulan. Keempat yaitu jangkau bulan
Perhiasan rambut untuk beliau
Ilham penarung sayang dibuang Tujuh lembar warna berkilau
Ditetap hati akan pulang Seperti rambut dilihat silau.
Hati rindu bukan kepalang
Setiap detik puteri dikenang. Kelima bernama sangkai ruku
Kekuatan gaib ada di situ
Pikiran hati sudah tentu Apa permintaan dapat tentu
Akan pulang sangat perlu Barang makanan lebih dahulu.
Galuh Ringan diberi tahu
Karena itu sebagai ibu. Diberi kapal Katilambung
burung
Bandar memohon serta Di laut, di darat, dapat
meminta bergantung
Hal ihwal satu persatunya Berjalan cepat sebagai burung
Karena rindu kampung Dapat melintas segala lorong.
halamannya
Terutama kepada ibu bapak. Banyak lain pemberian Galuh
Lebih dari berpuluh-puluh
Galuh Ringan mendengar Siap semua diberi sungguh
tertawa Bandar bersiap akan berlabuh.
Sebab diketahui maksud kepala
Karena hati telah tergoda Sebelum bertolak kata ulia
Oleh isteri peninggalan lama. Bandar dan anak diubah nama
Karena lama di alam Jata
Wahai anakku sang putera Disangka mati hidup menjelma.
Aku tahu dapat menduga
Lebih dahulu tertentu jua Bandar dinamai Pangeran
Tertentu anak mempunyai juita Kalimpangan
Sahan dinamai Pangeran
Tetapi sebelum anakku kembali Ambong-Ambongan
Anakku harus dibekali Kemenakan dan cucu Galuh
Segala jujuran tuan puteri Ringan
Jangan jadi soal nanti. Kebal dan kuat diilhamkan.

561
Segala alat telah tersedia Salam pangeran menyatakan
Kelimpangan berangkat sampai pulang
waktunya Sultan Johor baru tercengang
Katilambung burung sedia Tapi dalam hati tiada bimbang
orangnya Menghadiahkan satu kapal
Mohon berangkat kepada perang.
bunda.
Kapal mustaid dan diterima
Tiada usah dipanjang walang Dengan segala anak buahnya
Kapal timbul menuju pulang Pangeran berangkat dengan
Lambaian tangan berulang- segera
ulang Memberi salam dan terima
Permukaan laut lagi dipandang. kasihnya.

Kapal pangeran terus berjalan Kapal cepat bukan kepalang


Singgah dimana teman Sampai tempat Anak Kuda
memesan Palembang
Waktu ia mulai perjalanan Pangeran singgah menyatakan
Hadiah kawan tentu didapatkan. pulang
Juga dihadiahkan kapal perang.
Kapal cepat berjalan segera.
Rapatan Rinji dilalui jua Sungguh benar kata aulia
Perlu singgah jua pemuda Pangeran banyak kapal jua
Menyerbu perempuan mereka Hadiah banyak dari mana-mana
semua. Tiga puluh sembilan buah
jumlahnya.
Rapatan binji agak gembira
Melihat saudara datang pula Berlayar terus pangeran bestari
Satu kapal besar Lalu sampai Bandar Betawi
dihadiahkannya Syahbandar menyambut muka
Tanda persaudaraan untuk berseri
selama. Sebab bertemu sahabat bahari

Tiada lama pangeran di sana Pangeran tinggal tak berapa


Mohon pulang serta lama
terimakasihnya Karena perlu berangkat jua
Kapal satu jadi dua Mohon diri dan bersedia
Lalu berangkat dengan segera. Bandar Betawi tinggalkan jua.

Kapal maju sangat kesohor Berlayar terus dengan selamat


Sampai pelabuhan Sultan Johor Suara Kahayan telah terlihat
Tepat di sana waktu lohor Kapal maju makin mendekat
Bersalaman dengan Sultan Luwuk dalam Betawi menara
Johor cagat.

562
Tersebut kisah Luwuk Dalam Kenaikan sang pangeran
Betawi diusung
Temanggung tetap memangku Oleh ayah yaitu Temanggung
negeri Temanggung bimbang serta
Rasa takut di dalam hati bingung
Melihat-lihat ada terjadi. Tiada kenal anak kandung.

Meneropong ke hilir sang mata Bertemu dan berjabat tangan


Hati berdebar tiada terkira Naik ke rumah diperkenankan
Melihat kapal banyak jumlahnya Tuan ini dari mana gerangan
Siapa gerangan yang punya. Suka ke tempat kami
pedalaman.
Timbul pertanyaan di dalam
hati Saya bernama Pangeran
Kapal siapa banyak begini Kalimpangan
Apa maksud datang ke sini Datang dari tengah lautan
Baik jahat tak diketahui Dari jauh hendak ke pedalaman
Mau menjual emas intan.
Dilambai dengan sapu tangan
putih Satu lagi tugas dijalankan
Dibalas dengan lambaian putih Mau melihat segala kesenian
Lambaian merah lagi dialih Kesenian Dayak anak Kahayan
Balasan merah lagi dipulih. Juga dagang ingin
diperhubungkan
Baru senang hati sang mata
Hati gembira dan bersabda Temanggung tunduk timbul
Harus negeri bersedia sesalan
Tamu agung dari luar negara. Karena teringat anak pingitan
Masih hidupkah anak rupawan
Seluruh negeri berkemas-kemas Jika hidup tentu bersamaan.
Menanti tamu kelihatan jelas
Kapal banyak indah berhias Saya bernama Temanggung
Makin dekat menderu deras. Kepala
Menanggung rindu setiap masa
Hiruk pikuk sorak dan sorai Karena teringat akan putera
Menanda kapal telah sampai Telah menghilang beberapa
Hampir tertutup muara sungai lama.
Pelabuhan Temanggung tetap
mengintai. Jika ada anak rupawan
Rupa mirip dengan pangeran
Kapal singgah di pelabuhan Tetapi maklum kehendak Tuhan
Lalu turun sang pangeran Anak kekasih telah kehilangan.
Diiringi putera nama Sahan
Berlenggang tangan beriring- Oleh sebab itu tuan pangeran
iringan. Tuan suka datang ke pedalaman
Anak hilang tuan gantian
563
Tinggal di sini kita bergurauan. Mereka datang terburu-buru
Sebab datangnya kasai dulu
Sebegitu terpedaya temanggung Padahal itu ada tertentu
bestari Kepada Bandar suami dulu.
Tiada mengenal anak sendiri
Pangeran juga tak mau berperi Berkisar lagi akan haluan
Memberi tahu akan diri. Timbul kisah Ambong-
Ambongan
Temanggung dengan tuan Bereng Kalingu hendak di jalan
pangeran Maksud hati hendak berjualan.
Hidup damai berkasih-kasihan
Cuma ada satu kesalahan Diminta izin ayah pangeran
Tiada kenal anak pilihan Mohon berjalan hendak
berjualan
Apa lagi pangeran Ambong- Kapal satu dimintakan
Ambongan Rupanya ayah tak keberatan.
Tiada tahu segala keterangan
Tiada kenal nenek kesayangan Kapal berangkat menuju
Karena ayah tak beri Kalingu
pandangan. Kapal cepat mendaru-daru
Orang Kalingu gempar
Berhenti di sini Temanggung menunggu
Pangeran Heran melihat bagai terpaku.
Ayah saling tak mengenalkan
Mereka hidup dalam keraguan Kapal sampai di Pelabuhan
Cerita lagi saya lanjutkan. Dambung
Dambung menyambut sambil
BANDAR PANGERAN bingung
KAWIN KEMBALI Kapal siapa ini mengunjung
Yang cepatnya seperti burung.
Tersebut kisah Bereng Kalingu
Puteri cantik bertambah mutu Kapal Ambong-Ambongan lalu
Bertarung cantik ke hilir hulu singgah
Kaya miskin datang membantu. Lalu naik tanpa perintah
Mendatang nenek dalam rumah
Semua datang besar ingin Tutur baik halus madah.
Dengan tuan puteri ingin kawin
Mereka mau puteri tak mau Saya datang mengambil
Sebab puteri kepunyaan orang kesempatan
lain. Mau berdagang emas intan
Harap nenek tak keberatan
Demikian ramai Bereng Kalingu Saya berjalan ke kampung
Orang banyak ke hilir hulu halaman.
Gegap gempita dan menderu
Karena berfikir terburu-buru. Dambung kepala tak keberatan

564
Atas permintaan Ambong- Pemuda disilakan masuk jua
Ambongan Disuruh duduk di kursi bunda
Hilir mudik boleh di jalan Tuan puteri lalu bersabda.
Kepentingan jual emas intan.
Duduklah tuan muda belia
Mulailah Pangeran Ambong- Apakah yang tuan bawa
Ambongan Ingin juga aku memeriksa
Hilir hulu menjual intan Barangkali ada ketuju mata.
Sangat laku dalam pendapatan
Harga pantas tak ditawarkan. Ambong-Ambongan membuka
sekalian
Sangat laku jualan pemuda Segala macam barang dagangan
Hampir keliling seluruh kota Kain,emas,perak,intan berlian
Istana puri belum didatangnya Hampir tak ada yang
Menjual kain cincin pada bunda. ketinggalan.

Diminta izin pada Dambung Puteri melihat rupa tercengang


kepala Diulur tangan serta memegang
Untuk masuk istana pura Terikat hati dalam dua barang
Akan berjual pada puteri juwita Cincin intan serta selendang.
Barang mahal atau berharga.
Tampak dalam ingatan puteri
Dambung kepala tak Tiada lain barang bahari
berkeberatan Cincin selendang kepunyaan diri
Memberi izin kepada pangeran Ditinggal di pondok waktu
Menjual emas cincin berlian kembali.
Dalam pucuk mahligai lapisan.
Barang itu ditanya harga
Pintu Mahligai diketukkan Satu persatu pada pemuda
Oleh Pangeran Ambong- Pemuda ternganga dan terlena
Ambongan Teringat akan pesan ayahnya.
Ketuk didengar datang
pertanyaan Maaf aku tuan puteri
Di luar itu siapa gerangan. Akan barang yang tuan ingini
Tiada dijual pusaka asli
Saya ini orang muda gerangan Terbawa dalam bebanku ini
Datang dari seberang lautan
Maksud ke sini dapat keizinan Mendengar hal keadaan berita
Dari Dambung kepala kerajaan. Tuan puteri lalu bertanya
Barang ini dimana anaknda
Datang ke mahligai ada tujuan dapatnya
Tujuan baik hendak berjualan Harap ceritakan pada saya.
Menjual emas cincin intan
Barangkali puteri ada kemauan. Ambong-Ambongan termenung
sebentar
Mendengar itu pintu dibuka
565
Akan menjawab puteri yang Senyum simpul tanda
pintar kegembiraan
Duduk beralih gerak berkisar Kasai panarung ada harapan
Lalu berkata dengan sabar. Maksud baik dikabul Tuhan.

Maafkan aku puteri Juita Melihat hal yang sedemikian


Asal mula barang diminta Pangeran muda izin berkemasan
Tiada dapat aku mengurai Mohon diri kepada Tuan
semua Selendang cincin dikumpul
Dari awal sampai akhirnya. kalian.

Saya bernama Pangeran Berkisar sebentar jalan cerita


Ambong-Ambongan Pangeran turun dari istana
Datang dari seberang lautan Sampai di tanah lalu dinista
Pesan ayah disuruh berjualan Oleh pemuda dan orang tua.
Dua ini dilarang jualkan.
Apa sebab pangeran dicerca
Dilarang jual kedua-duanya Karena beliau dicurigai
Pesan Ayah ada orang punya Pekerjaan salah di istana
Aku tidak mengetahui Itulah sebab musababnya.
tempatnya
Entah di kayangan atau dunia. Oleh sedemikian hal keadaan
Pangeran marah tak terperikan
Ayahku ada saja menanti Bulu menggerutu dan
Di Lubuk Dalam Betawi bergetaran
Tinggal sabar dan mencari Mandau siap ada tantangan.
Apakah rahasia belum diketahui
Tapi semua tiada lalai
Sedemikian aku dapat cerita Perbuatan pangeran lekas
Selendang serta cincin permata dilerai
Kepastian lain belum ternyata Adat perbaikan harus dipakai
Hanya ayah yang waspada. Dengan ringkas semua damai.

Puteri termenung dalam hati Begitu semua sudah selesai


Pada selendang kepunyaan diri Pangeran turun kapal dipakai
Cincin intan juga peri Kapal kembali tangan melambai
Yang ditinggalkan zaman Pada Kalingu sahabat disemai.
bahari.
Kapal berkisar buritan haluan
Tetapi puteri tak putus harapan Kapal burung lancar jalan
Tentu ini anakku Sahan Dalam Betawi telah kelihatan
Rahasia ini dapat ditahan Tampak menara banyak
Nanti dibuka hari kemudian berjongkokan.

Sampai di sini puteri saksikan Kapal sampai tiada


dipanjangkan
566
Temanggung kepala punya Temanggung menjawab berhati
pelabuhan ria
Pangeran bertemu dengan Lebih dulu ada rencana
kawan Kemauanku membuat pesta
Kepada ayah diberitahukan Segala kesenian tanda bersua.

Pangeran Kalimpangan lama Maksud mereka bersatu padu


tinggal Tiada memakan waktu dan
Luwuk Batawi negeri asal tempo
Sayang ayah belum kenal Alat diperlengkap satu persatu
Akan anaknya punya ihwal. Lusanya lagi akan berlaku.

Pangeran Kalimpangan juga tak Alat dan orang semua


mau dikumpulkan
Akan dirinya tak diberi tahu Balian tujuh disediakan
Dengan jalan ia mau Bahan lain tiada ketinggalan
Berupa cara atau lagu. Bahan pantan tak dilupakan.

Pada sewaktu waktu tegang Tiada ketinggalan Nyai Indu


Pangeran Kalimpangan lalu Mating
bertandang Untuk keindahan Katil Garing
Kepada ayah Temanggung Suara berirama serta nyaring
Gedang Itu balian bahu bersanding
Maksud hati hendak dibentang.
Seluruh Kalingu diundang lalu
Lalu berangkat sang pangeran Baik hilir sampai ke hulu
Akan bertemu ayah kalian Gadis dara janda balu.
Tamanggung siap di ruangan Puteri istana juga ditunggu.
Silahkan masuk anak lautan.
Setelah Mustait alat sekalian
Pangeran Kalimpangan angkat Orang datang puluh ribuan
bicara Ingin melihat orang lautan
Tinggal di sini aku lama Bagaimana rupa atau tampan.
Ingin melihat sebagaimana
Kesenian di sini maksud semula. Pesta besar sudah mulai
Ramai benar tak terperi
Segala kesenian dihajatkan Baik joget atau tari
Berupa tari atau balian Selalu menarik samasekali.
Pesta sedikit untuk pertemuan
Antara kita bersebelahan. Dentuman meriam bertubi-tubi
Selama pesta empat puluh hari
Nomer satu kehormatan saja Akan akhirnya akan didekati
Kepada penduduk seluruh kota Di sini lebih akan dimeriahi.
Saling mengenal dari dekatnya
Kampung hulu hilirnya. Adapun akan hari penghabisan
Permohonan pantan dilakukan
567
Pangeran Kalimpangan Mudah-mudahan Luwuk Batawi
berkewajiban maju
Segala sesuatu perlu Diangkat mandau tetek ke hilir
diceritakan. Mudah-mudahan Luwuk Betawi
Cipta mahir.
Pemotongan pantan akan
berlaku Diangkat mandau lalu
Pakaian kebesaran pangeran merendah
tentu Mandau jatuh di tengah-tengah
Di dalam disambut puteri ratu Pangeran Kalimpangan lalu
Sinar Intan Bereng Kalingu. berkisah
Penghidupan beliau nyata syah
Tiada usah dipanjang madah
Pangeran mencabut mandau Dengan hebat suara pangeran
bertatah Waktu dia memotong pantan
Berbulu tanduk rusa merkah Diseling juga air minum
Berbulu rambut kuning merah. Menambah merah muka sultan

Sarung mandau berukir-ukiran Siapa memberi air yang


Pelangi timbul bersambutan memabukkan
Lintah lemah berisapan Sumbu Kurung punya bikinan
Diikat rotan kehitam-hitaman. Agar pangeran banyak
perkataan
Mata mandau sangat hebat Supaya diketahui rahasia badan.
Sepuluh tahun tak dimakan
karat Sambil menetek pantan berkata-
Bertatah emas dua puluh empat kata
karat Karena hal itu memang diminta
Segala musuh tak berani dekat. Oleh puteri seri kulamal
Lalu pangeran buka bicara.
Bertalikan rotan dari anyaman
Berkeliling pinggang tempat Apa yang kucerita Amban
lekatkan Balanga
Giring-giring gemerincing Apa yang kutuntun pantan haur
tambah perhiasan Adapun aku ini asal mula
Mandau bagus tempat Ialah Bandar anak yang
kesayangan. kesohor.

Sampai di sini tandak mandau Oleh karena kurang kelakuan


berlaku Oleh ayah aku diasingkan
Agar jangan sampai menjemu Di danau Karang tempat korban
Potongan pantan mulai berlaku Coba dengar aku ceritakan.
Pangeran mulai satu persatu.
Di danau Karang beberapa
Diangkat mandau tetek ke hulu bulan
Lalu ditimpa bahaya kelaparan
568
Jika tak ada pertolongan Tuhan
Tentu jiwa jua kehilangan. Hidup di atas dan di bawah
Sebeginilah satu kisah
Waktu kelaparan datang Galuh Ringan akhir berpisah
mendekati Ingatan tepat tiada salah.
Lalu datang tuan puteri
Kalau aku tidak lupa di hati Pengaruh Kasai Panarung
Kami lalu sehidup semati datang membingung
Yang dibuat oleh Sumbu Kurung
Karena berkat Tuhan yang kaya Memukul hebat kena jantung
Dapat anak laki-laki seperti Paksa pulang seperti didorong.
boneka
Sahan namanya saya tak lupa Bertambah lagi aku berkata
Adalah dia di sisi kita. Wahai puteri sekeluarga
Aku ini Bandar purba
Adapun akan perasaan diri Harap jangan salah raba.
Jika aku tak lupa sekali
Tentu di muka ini puteri Sampai di sini dengan kasihan
Yang mengikat janji zaman Oleh sayang Maha Besar Tuhan
bahari Hal ku aku sangkalkan
Aku katakan anak lautan.
Kemalangan itu tak dapat
diduga Gemuruh bunyi sorak dan sorai
Hidup kami tetap bercinta Segala rakyat adat dipakai
Kelaparan lagi tak mau Pembicaraan Bandar besar
membina dinilai
Waktu itu puteri diambil Perasaan mereka benar yang
ayahnya. diurai.

Cuma aku tinggal serta Sahan Hampir pingsan Tamanggung


Susah mengembara dalam kepala
hutan Ibu dan bapak sekeluarga
Cuma sedikit barang Karena mendengar tampan
peninggalan berita
Cincin, selendang susu Anak kandung hidup menjelma
sepinggan
Permaisuri tak lupa ingat
Bahaya maut dekat dirasa Diambil beras kuruk semangat
Segala sesuatu kami lupa Riang hati sangat hebat
Berkat kasihan bapak Jata Disangka mati hidup dilihat,
Rupanya kami hidup menjelma.
Temanggung Dambung sangat
Pertolongan Jata serta kawan gembira
Kepada kami berdua Sahan Anak dan cucu dicium berdua
Hingga dapat tujuan pelajaran Terkenang salah menyesal
Dapat sampai seberang lautan mereka
569
Itu perbuatan Temanggung Pesta besar untuk kerapatan
kepala Anak dan bapak berampunan.

Sumbu Kurung puteri pingitan Bandar tersenyum sambil


Senyum simpul dan berdiri
kegembiraan Tegas ia membuka peri
Bandar dikenal dan ketahuan Sekali-kali aku tak menyalahi
Tanda dibawa muda pangeran. Perbuatan keadaan yang dilalui

Karena mendengar beberapa Barangkali itu satu ajaran


pasal Berat ringan harus dirasakan
Keterangan pangeran punya Kira-kira jika tak sedemikian
perihal Segala maksud tak disampaikan.
Temanggung rupanya sangat
menyesal Temanggung Bandar sangat
Mengasing anak sampai tak gembira
dikenal. Akan pesta dilangsungkan
segera
Karena perbuatan yang Ramai negeri tak terkira
sedemikian Riuh sorak gegap gempita.
Temanggung baru sadar ingatan
Terhadap anak sangat kemaluan Keramaian berlaku empat puluh
Pekerjaan begitu dikutuk Tuhan. hari
Meriahnya hebat tak terperi
Tiada aku panjangkan cerita Seluruh rakyat gembira sekali
Temanggung menyesal tiada Sebab datangnya Bandar
terkira bestari.
Lamanya pesta ditambah jua
Untuk kehormatan pada putera, Makan minum puas selalu
Sapi berendi minum dulu
Berpuluh sapi yang tambun- Supaya menari jangan malu
tambun Baik rakyat atau penghulu.
Disembelih perlu untuk
mengampun Keramaian Temanggung hampir
Sebab salah Temanggung selesai
menyusun Waktu sampai serta usai
Kepada anak minta ampun. Temanggung dan anak telah
damai
Anakku Pangeran sang nata Akan menghadap waktu permai.
Kutambah lagi akan pesta
Aku ingin akan bersuka-suka Berubah lagi haluan tuju
Anakku hilang datang pula. Tersebut puteri Bereng Kalingu
Sesudah usai pesta saudara ibu
Karena aku besar kesalahan Lalu pulang menuju Kalingu
Karena perbuatan yang bukan-
bukan Setelah sampai Mahligai puteri
570
Duduk termenung seorang diri Pada pangeran tujuh kata
Mengingat keadaan telah terjadi Ada maksud ibu dan bapak
Ketika Bandar jadi suami Mempersatu pangeran dengan
seri kepala.
Tetapi apa hendak dikata
Sudah menjadi kehendak oleh Apa salahnya ibu dan bapak
bapak Mempersatukan aku dengan seri
Dengan pangeran berpisah rupa kemala
Tetapi sekarang lowongan Lebih baik dulu ditanya
terbuka. Datang ke rumah Dambung
kepala.
Hati tetap duduk bercinta
Kepada pangeran anak kepala Baiklah kata anakku pangeran
Kasai panarung tentu memakan Dengan Dambung diadakan
Akan membuka hati saudara. persetujuan
Agar mengetahui adat jalan
Siang malam puteri mendoa Akhirnya tidak berkesalahan.
Agar pangeran lekas berdua
Dengan puteri yaitu janda Temanggung serta permaisuri
Yaitu Sahan empunya bunda. Disambut dengan ramah tamah
Tutur kata serba sembah
Banyak keluh kesah puteri Apakah kabar Dambung
Tiada usah aku panjangi bertitah.
Agar cerita lancar lagi
Kepada Bandar beralih lagi. Sambil bercakap dan berbicara
Lalu keluar serutu manila
Tersebut lagi Temanggung Ditambah lagi air kahwa
kepala Makan minum tidak lupa.
Setelah mendengar keterangan
ananda Tiada lupa mereka berkelakar
Timbul maksud di dalam dada Tentang keadaan nasib Bandar
Mengembalikan puteri dengan Kekayaan banyak didapat
mahkota. berlayar
Banyak kapal kecil besar.
Maksud ini diberi tahu
Kepada permaisuri yaitu ibu Temanggung telah menyesal
Hal ini memang dari dulu tentu
Dihadat ibu akan mempersatu. Telah membuat anak begitu
Akan membuang sesal dan malu
Tetapi harus kita beritahukan Kepada anak telah mengaku.
Maksud ini kepada pangeran
Agar jangan jadi sesalan Banyak dan ramai akan
Jika sudah dipertemukan. perkataan
Dambung Temanggung
Temanggung berputar dan beramahan
berbicara
571
Temanggung bermadah ada
tujuan Karena aku masuk ke dalam
Kami berkunjung ke rumah Niat di hati ada di dalam
tuan. Mau mengikat permata nilam
Dapat saja anakku menyelam.
Tiada lain aku cerita
Karena kita telah mendengarnya Mengembalikan persahabatan
Antara pangeran dan seri dahulu
kemala Anakku puteri putera yang lalu
Waktu dulu telah berdua. Agar berdua lagi bersatu
Sebagai emas mengikat batu.
Tetapi karena salah anggapan
Mereka lalu berpisahan Jika puteri salah mengira
Sebab menurut kehendak Tuhan Tiada mengikat anak kepala
Sekarang perlu dikembalikan. Tentu lenyap tutur cerita
Harap jangan ditolak kata.
Timbul maksud di dalam hati
Akan mempersatu mereka Puteri menjawab sehat ingatan
kembali Diambil pandak puteri jawaban
Wahai Dambung ayah puteri Akan permintaan ibu berduaan
Harap dijawab pertanyaanku Sungguh tak ada halangan.
ini.
Ada lagi jangan dilupakan
Dambung menjawab tiada Yaitu segala adat jalan
halangan Yang aneh serta bukan-bukan
Tanya pada puteri pingitan Hal ini diketahui Bandar
Apakah permintaan adat jalan semuaan.
Kita sama mengetahui aturan
Sedemikian permintaan beta
Temanggung berangkat serta Yang lain tentu tak ada
permaisuri Tiada berhalangan apa-apa
Langsung masuk istana puteri Jajuran dari laut samudera.
Istana diketuk memberi tahu
diri Jajuran ada satu persatu
Lalu disambut dayang puteri. Tak usah disebut satu demi satu
Nanti ditunjuk waktu berlalu
Pintu dibuka disilahkan masuk Agar umum jadi tahu.
Puteri tersenyum serta
mengangguk Sedemikian permintaan puteri.
Alamat di hati tentu tertumbuk Lalu ayah membuat janji
Bakal mentua disilahkan duduk. Tiada lama janji dibuat
Cukup lama tujuh hari.
Lemah lembut nyai berbicara
Pada puteri lalu berkata Setelah selesai meminang puteri
Maaf jika salah kata Permaisuri mohon diri
Maklum bibi orang tua.
572
Turun meninggalkan istana
puteri Sampai janji tujuh hari
Agar cepat persediaan kenduri. Bandar berangkat ditepati
Kecil besar kapal dihiasi
Temanggung isteri terus Berkat pangeran kaya sekali.
berangkat
Dengan kapal sangat cepat Dilihat tanda serta alamat
Pelabuhan temanggung tempat Kapal berangkat banyak sangat
rapat Gemuruh meriam tanda hebat
Naik membawa kabar yang Lalu berjalan dengan selamat.
sehat.
Segala macam alat kesenian
Perjalanan mereka dicerita Balian juga tari-tarian
Kedatangan semua diterima Tiada satu yang ketinggalan
Harus siap tujuh hari lama Beragam corak baju pakaian.
Bermacam-macam jujuran
dibawa. Hampir sedikit aku lupa
Teman Bandar waktu muda
Segala sesuatu tak berhalangan Simbun, Umbun, nama berdua
Semua jujuran ada di tangan Awak tangkas diperhias rupa.
Semua ada di tangan pangeran
Itu pesan puteri katakan. Karena waktu Bandar
diasingkan
Pangeran mendengar tersenyum Mereka berdua dipisahkan
simpul Sebab itu tak ikut pelajaran
Karena jujuran ada terkumpul Tak merasa asin lautan.
Nanti dibuka waktu berkumpul
Galuh Ringan telah menyimpul. Berhenti di sini kawan dua
orang
Berkisar lagi segala urusan Banyak orang berkumandang
Dambung menyedia segala Kapal cepat sebagai terbang
peralatan Bereng Kalingu telah
Cukup lengkap besar-besaran dipandang.
Cahaya Kalingu bersinar-
sinaran Sesudah dekat Kalingu
pelabuhan
Cukup lengkap alat keperluan Meriam di kapal empat puluh
Mengenai pesta dan keramaian dentuman
Orang diundang puluh ribuan Tanda dekat pengantin
Sapi kerbau disediakan pangeran
Seakan-akan minta balasan.
Setelah lengkap semuanya
Kepada temanggung disiarnya Kapal sampai sudah rapat
Dentuman meriam dari darat
Kami menunggu akan saatnya Bergoyang bumi sangat hebat
Begitu pesan Dambung kepala. Jika kurang hilang semangat.
573
Tak usah aku terangkan
Pengantin naik lalu berhias Semua pemberian Galuh Ringan
Kopiah tinggi berumbai emas Semua tunai untuk jujuran.
Biar dilihat dengan sepintas
Menanda berani dan tangkas. Lalu jujuran dibayar akan
Kepada Luang kepala kawan
Di cerita indah baju pakaian Wali puteri dalam Keadatan
Di atas bahu bersampaian Bandar membayar sekalian.
Emas berumbai tanda kebesaran
Sungguh pantas jadi pangeran. Akan meriah pesta puteri
Banyak disembelih korban sapi
Pantas dilihat alas kaki Diberi makan dua kali sehari
Kulit diamak kulit sapi Selama keramaian empat puluh
Berkilap-kilapan rupa disinari hari,
Jika diayun melangkah kaki.
Adapun kata sahibul hikayat
Cukup lengkap segala pakaian Seluruh negeri ramai hebat
Di jari manis tampak berkilatan Tari joget amat hangat
Cincin pusaka yang ditinggalkan Menginum baram mengubah
Juga menambah cahaya ingat.
pangeran.
Sesudah sampai empat puluh
Pengantin maju mengayun hari
langkah Tuan puteri lalu disandingi
Mendekat pantan siap sudah Tampak wajah berseri-seri
Di situ Bandar lalu bermadah Seperti bulan dan matahari.
Mencerita hidup selama
berpisah. Sumbu Kurung Bereng Kalingu
Walaupun sudah lama balu
Segala perkataan sama dahulu Tiada kalah seluruh Kalingu
Cuma ditambah satu persatu Pantas bersatu Bandar
Cincin Intan selendang bungsu Penghulu.
Serta jujuran cukup tentu.
Bandar serta Sumbu Kurung
Pengantin masuk terus ke dalam Duduk bersanding di atas gong
Lalu duduk di atas tilam Memenuhi adat tiada bingung
Sampai di sini pangeran Duduk tegak tiada condong.
bersemayam
Duduk teratur serta diam. Berdentum mariam empat
puluh kali
Adat Kaharingan tak dibuang Waktu Bandar bersanding diri
Bahasa asli ialah haluang Mereka disah dua sejoli
Adat jalan semua diterang Adat berdiri jadi saksi.
Mundur maju suara garang.
Kedua tangan rapat memegang
Akan ketentuan segala jujuran
574
Telunjuk tegang memegang Cincin ular beriris-iris
sawang Di jari lain beragam jenis
Adat lengkap tiada kurang Cincin emas berkembang
Sorak sorai orang memandang. manggis.

Dicerita juga tentang keindahan Sedang di sini tentang perhiasan


Tuan puteri anak rupawan Segala macam ada yang
Jambul besar anak perhiasan kelupaan
Cucuk sanggul bermata intan. Yang berkuasa dapat
menyempurnakan
Lagi pada Kalingu nian Selagi apa yang ketinggalan.
Subang emas permata berlian
Rupa bagus tiada melawan Segala jujuran diserahkan
Siapa melihat tentu Kepada puteri ibu Sehan
menyilaukan. Segala adat diselesaikan
Mempelai senang hidup
Penuh leher berkalung rantai bersatuan.
Beriris banyak untuk dipakai
Berbatu intan besar nilai Juga harus jangan lupa
Menambah cantik puteri Simbun Umbun kawin juga
mempelai. Ngambun Hawun isterinya
Hidup senang tiada terkira.
Baju indah serta berkembang
Tenunan anak Jata Sangiang Bandar, Sumbu, hidup rapi
Bertambah wajah jika Segala keadaan selalu diberkati
dipandang Aman damai dalam negeri
Pantas menutup dada yang Ayah tua Bandar pengganti.
bidang.
Ayah tua Bandar memerintah
Sampai lagi sarung pakaian Rezeki naik serba bertuah
Memakai batik mahal jualan Sahan turut membela ayah
Babat pinggang menguatkan Aman damai tiada susah.
Sungguh indah jarang
bandingan. Segala tamu pulang semua
Mau miskin atau kaya
Telapak kaki juga dihias Sampai di rumah selamat
Sepatu kembang berair emas sejahtera
Jika berjalan rupa pantas Tiada satu kena apa-apa.
Siapa melihat tiada cemas.
Habislah Bandar punya kisah
Gelang emas pada pergelangan Bertanya mohon ia
Permata mahal intan berlian menganugerah
Rupa memancar jika diayunkan Jika kurang atau salah
Patut bersanding anak sultan. Mohon maaf akan kisah.

Tampak ada di jari manis Sungguh tamat akan kisah


575
Menyusun kata tunduk
tengadah
Sukar adanya tiada mudah
Menggerak tangan menggetar
lidah.

Jika salah aku membentang


Banyak lebih atau kurang
Harap Bandar jangan bimbang
Ilmu di dada sangat kurang.

Mohon Bandar memperbaiki


Dari Luwuk Dalam Betawi
Kepala kawan sekalian kami
Yang rajin membaca buku ini.

Maaf aku wahai pembaca


Mengarang sangat kurangnya
Cuma hati saja memaksa
Bergetar tangan waktu bermula.

Lagi aku tiada lupa


Jika ada cacat cela
Akan susunan tutur bicara
Siap menunggu akan pembela.

Habis kisah syair dan nalam


Cerita orang zaman yang silam
Benar tidak alahu alam
Cuma akal dapat menyelam.

Achirul Kalam saya ucapkan


Kepada sekalian pembaca
budiman
Salam saya anak Kahayan
Sekarang tinggal berkelamaan.

576
LAMPIRAN 3

Bukit Batu
Bukit Batu yang kini lebih dikenal dengan nama Pertapaan
Pahlawan Nasional Tjilik Riwut, terletak di daerah Kalimantan
Tengah. Saat ini oleh Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah tempat
tersebut telah ditetapkan sebagai objek wisata spiritual.
1. Asal Usul
Cerita panjang yang melatar belakangi munculnya pertapaan
Bukit Batu tersebut diawali dengan kisah seorang penduduk desa
Tumbang Liting yang bernama Burut Ules. Ia seorang yang bakaji1.
Pada suatu hari, seorang diri ia pergi menuju ke suatu tempat untuk
membuka lahan perladangan. Tanpa kawan, ia kerja keras, membabat
hutan, membangun pondok untuk tempat beristirahat, tanpa
melupakan tradisi leluhurnya yaitu memohon izin terlebih dahulu
kepada segala mahluk yang tidak terlihat oleh mata jasmani,
penunggu daerah tersebut.
Suatu siang ketika Burut Ules merasa lelah, beristirahatlah ia
sejenak di bawah sebuah pohon rindang yang tinggi dan telah berusia
ratusan tahun. Dengan posisi tiduran sambil berbantalkan tangan,
matanya menerawang jauh ke depan. Matahari bersinar terik, namun
karena berada di rimba raya, sepoi-sepoi angin menyentuh lembut
kulitnya, sejuk terasa, dan kantuk mulai datang menyerang. Akan
tetapi ketika Burut Ules nyaris terlelap, ia terperanjat dan langsung
melompat bangkit.
Dilihatnya tujuh perempuan cantik yang sangat menawan turun
dari langit langsung menuju telaga yang ada didekatnya. Saat itu
hujan rintik-rintik namun matahari masih bersinar dengan teriknya.
Menyaksikan hal tersebut dengan mengendap-ngendap Burut Ules
mendekati telaga. Sambil bersembunyi ia mengintip rombongan kecil
tersebut. Gadis-gadis itu langsung membuka pakaian, besaluka2
tanpa penutup dada, dan terjun berenang, ceria, penuh tawa canda
nan meriah.
Burut Ules terpana, mata tak berkedip menyaksikan
pemandangan itu. Salah seorang yang nampak paling muda dalam
kelompok itu, gerak geriknya membuat Burut Ules sangat terpesona.
Tanpa sepengetahuan si gadis, matanya menatap tajam ke arah sang
dara. Saat itu juga Burut Ules langsung jatuh cinta.
Setelah puas mandi dan berenang, kelompok kecil itu naik ke
darat, kembali berpakaian dan melompat ke angkasa menuju langit.
Sejak saat itu Burut Ules menjadi susah, resah, gelisah. Ia sangat

1 Memiliki kekuatan spiritual yang tinggi.


2 Tapih/bahalai/jarik ( jw ).
menyesali dirinya mengapa pada saat itu tidak langsung memeluk si
perempuan bungsu yang sedang mengenakan pakaiannya seusai
mandi, padahal jarak antara mereka tidak jauh. Rasa sesal tersebut
sangat menderanya hingga tidur tak nyenyak makan pun ia tak
kenyang.
Suatu hari ketika matahari sedang bersinar terik dan turun hujan
rintik-rintik, bergegas Burut Ules ke semak-semak menunggu dan
mengamati telaga tempat idaman hatinya mandi. Usaha dan
penantiannya tidak sia-sia, tidak lama kemudian di angkasa terlihat
buah hatinya dengan saudara-saudaranya menukik menuju telaga.
Menyaksikan hal tersebut, jantung Burut Ules nyaris copot. Pelan-
pelan Burut Ules menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.
Kemudian Burut Ules melihat adegan ulangan yang pernah ia
saksikan. Ketujuh dara yang baru tiba langsung membuka pakaian,
dengan ceria terjun ke telaga, mandi sambil berenang, penuh tawa
ria. Namun ketika mereka menginjak tanah kembali untuk
berpakaian, ketika itu pula Burut Ules mendadak muncul diantara
mereka dan serta merta memeluk buah hatinya. Kepanikan pun
terjadi, kelompok kecil tersebut tergesa-gesa memakai pakaiannya
masing-masing langsung lompat menuju langit dengan meninggalkan
si adik bungsu yang ketakutan dalam pelukan erat Burut Ules.
Ketika semua kakaknya telah pergi meninggalkannya, si bungsu
berkata kepada Burut Ules: “Mengapa aku kau sekap? Apa salahku?
Dan apa maumu? Bila kau ingin membunuhku, silahkan bunuh aku,
aku tak akan melawan”.
Burut Ules tak mampu menjawab pertanyaan beruntun itu, ia
hanya menjawab singkat, bahwa ia mencintai dan ingin menikahinya.
Si bungsu langsung membalas pelukan Burut Ules dan resmilah
mereka menjadi suami isteri.
Selanjutnya Burut Ules sibuk menyembunyikan pakaian yang
pernah dipakai oleh isterinya saat pertama mereka bertemu. Ia
khawatir isterinya akan meninggalkannya apabila pakaian tersebut
dipakai lagi oleh isterinya. Untuk selanjutnya pakaian baru yang
terbuat dari kulit kayu, yang ia berikan kepada isterinya. Singkat
cerita, isteri Burut Ules hamil dan lahirlah seorang anak laki-laki yang
diberi nama... 3. Burut Ules hidup bahagia bersama anak dan
isterinya.
Suatu hari muncul seorang pemuda, mamut menteng, hitam,
tinggi besar mengunjungi keluarga itu. Isteri Burut Ules mengenalkan
kepada suaminya bahwa pemuda tersebut adalah salah seorang
saudaranya yang datang untuk mengunjungi mereka. Burut Ules

3 Diperlukan izin khusus untuk menyebutkan namanya.


578
menerima kehadiran pemuda tersebut dengan baik, bahkan pemuda
itu diizinkan turut menginap di rumahnya.
Namun, lama kelamaan Burut Ules merasa curiga karena setiap
mandi di telaga, mereka selalu pergi berdua, berenang ceria, dan
hanya berdua. Anak mereka yang masih bayi ditinggal begitu saja di
gubuk. Rasa cemburu mulai muncul, namun apabila Burut Ules
menanyakan hal tersebut, isterinya selalu memberikan jawaban yang
sama, bahwa pemuda tersebut benar saudaranya.
Teguran untuk mandi renang berdua di telaga telah diberikan,
namun acara renang bersama tetap juga berlanjut. Timbul
kemarahan Burut Ules.
Suatu hari, pada saat yang tepat, Burut Ules menikam pemuda
hitam tinggi besar tersebut dengan tombak hingga tewas dan
seketika jasadnya gaib. Sekalipun tombak yang dipakai untuk
membunuh telah disembunyikan, namun hal itu diketahui juga oleh
isterinya.
Ketika Burut Ules pulang ke rumah, dijumpainya isterinya
berdiri di hejan4 sambil menggendong anak lelaki mereka satu-
satunya. Ketika melihat Burut Ules datang, dengan nada penuh duka
isterinya mengatakan bahwa ia sangat sedih dan kecewa karena
suaminya tidak lagi mempercayainya bahkan tega membunuh
saudaranya. Oleh karena itu ia bertekad untuk pulang ketempat
asalnya dengan membawa serta putra mereka.
Sebelum pergi, masih sempat isterinya berpesan bahwa kelak
dikemudian hari apabila anak turunan Burut Ules membutuhkan
bantuannya, maka anak semata wayang mereka akan selalu siap
membantu. Dikatakan pula bahwa kelak apabila anak mereka telah
dewasa, ia tidak dapat hidup dan berdiam di alam dimana ibunya
berada karena ayah dan ibunya berasal dari alam yang berbeda. Oleh
karena itu apabila anak mereka telah dewasa, ia akan kembali ke alam
ayahnya. Setelah berkata demikian anak dan ibu lenyap dari
pandangan mata Burut Ules dan Burut Ules menjadi sedih tak
terhingga.
Sesal kemudian tak berguna. Burut Ules mencoba bangkit dari
kesedihannya. Hari-harinya ia habiskan untuk kerja keras, letih tidur
dan kerja lagi, kerja, kerja, dan terus bekerja. Begitu seluruh
waktunya ia lalui untuk bekerja mengurus ladang, menangkap ikan,
dan banyak kegiatan lain yang ia lakukan.
Waktu berlalu, sedikit demi sedikit Burut Ules mampu bangkit
kembali dari kesedihan akibat ditinggal pergi oleh isteri dan anaknya.
Kemudian kawinlah ia dengan anak Kutat. Dari perkawinan ini
lahirlah dua orang anak, seorang laki-laki dan seorang perempuan.

4 Kayu bulat yang dibuat menjadi tangga rumah.


579
Diyakini bahwa hingga kini Burut Ules tidak pernah meninggal dunia
tetapi gaib ke alam lain.
Suatu hari di Teluk Derep, Tumbang Kasongan, terdengar suara
gemuruh halilintar memekakkan telinga. Petir kilat sambar
menyambar. Saat itu sebuah batu besar diturunkan dari langit.
Diyakini bahwa anak Burut Ules yang telah gaib bersama isteri
pertamanya, saat itu telah dewasa. Sesuai janji, apabila telah dewasa
ia akan kembali ke alam tempat bapaknya bertempat tinggal, maka
janji itu telah ditepati. Batu yang diturunkan dari langit yang
kemudian terkenal dengan nama Bukit Batu diyakini sebagai
tempat kediamannya, walau tak terlihat dengan mata jasmani, namun
ia ada di sana sebagai Raja dan penguasa daerah tersebut.

2. Pertapaan Tjilik Riwut


Riwut Dahiang yang bertempat tinggal di daerah Sungai Sala,
sangat mendambakan anak laki-laki. Keinginan tersebut demikian
kuat dan mendalam. Walau berkali-kali Piai Riwut isterinya telah
melahirkan anak, namun apabila anak laki-laki yang lahir, selalu saja
meninggal dunia dalam usia balita. Keinginan yang sedemikian kuat
membawa Riwut Dahiang bermohon dengan khusuk kepada Hatalla5.
Maka pergilah ia menuju ke suatu tempat keramat yaitu Bukit Batu.
Di tempat itu Riwut Dahiang balampah 6 dan bermohon untuk
diberikan seorang putera laki-laki. Wangsit yang diperoleh
menyatakan bahwa kelak di kemudian hari putra lelaki yang sangat
didambakan itu akan mengemban tugas khusus bagi masyarakat
sukunya.
Tanggal 2 Pebruari 1918, anak laki-laki yang sangat diharapkan
lahir dengan selamat di sebuah kebun durian Kampung Katunen
Kasongan Kalimantan Tengah.
Sejak kecil oleh ayahnya, Tjilik Riwut sering diajak ke Bukit Batu
sehingga bagi Tjilik Riwut kecil tempat itu sudah tidak asing lagi
baginya. Setelah melampaui usia balita, ketika sedang bermain-main
dengan teman seusia, terkadang Tjilik Riwut begitu saja pergi
meninggalkan teman-temannya menuju Bukit Batu. Entah apa yang
ia lakukan disana, tak seorang pun tahu.
Ketika menginjak usia remaja, Tjilik Riwut mulai mengikuti
tradisi orang tuanya, pergilah Tjilik Riwut seorang diri menuju Bukit
Batu. Di Bukit Batu ia balampah. Wangsit pertama yang ia peroleh
mengarahkannya untuk menyeberang laut menuju pulau Jawa.
Ketika itu komunikasi dan transportasi dari pedalaman Kalimantan
ke Jawa amatlah sulitnya. Dapat dikatakan hanya impian. Jangankan

5 Yang Maha Kuasa.


6 Bertapa.
580
ke pulau Jawa, menuju Banjarmasin yang juga berada di pulau yang
sama yaitu Kalimantan membutuhkan perjuangan.
Tjilik Riwut tak kenal putus asa, halangan dan kesulitan yang
menghadang ia anggap sebagai tantangan. Segala macam cara telah ia
lakukan baik berjalan kaki menerobos rimba, naik perahu dan rakit,
asalkan bisa mencapai pulau Jawa. Akhirnya sampai juga ia ke
Banjarmasin. Singkat cerita, ketika sampai di Banjarmasin, Tjilik
Riwut berusaha mendapatkan pekerjaan yang ada peluang untuk
menghantarkannya ke Pulau Jawa.
Pada tahun 1942 di Banjarmasin, tengah malam ketika semua
orang sedang tidur, Tjilik Riwut bangun dari tidurnya dan langsung
membangunkan kawan-kawannya yang sedang terlelap tidur. Dengan
begitu yakin Tjilik Riwut mengatakan kepada kawan-kawannya
bahwa ayahndanya Riwut Dahiang malam ini telah dipanggil Yang
Kuasa.
Tentu saja semua kawan-kawannya terheran-heran, tak satupun
yang percaya bahkan mengira bahwa Tjilik Riwut sedang mimpi.
Namun dengan mantap dan penuh keyakinan sekali lagi ia
mengatakan bahwa semua ini benar karena penguasa Bukit Batu baru
saja datang menemuinya menyampaikan pesan tersebut dan
mengatakan bahwa sejak saat itu Tjilik Riwut adalah teman
terdekatnya.
Tjilik Riwut meminta teman-temannya untuk mencatat kejadian
tersebut lengkap dengan tanggal dan jam terjadinya peristiwa.
Djainudin, Essel Djelau dan seorang teman lagi langsung mencatat
walau tidak begitu yakin bahwa apa yang dialami Tjilik Riwut
tersebut benar terjadi. Untuk mengecek kebenaran firasat tersebut
hanya mungkin apabila ada seorang warga yang berasal dari
Kasongan datang ke Banjarmasin. Saat itu komunikasi tidak semudah
saat ini. Belum ada telepon, belum ada layanan pos, pengiriman
berita mungkin terjadi apabila ada kenalan yang datang dari
kampung halaman.
Suatu hari ketika seorang kawan datang dari Kasongan ke
Banjarmasin, Tjilik Riwut bergegas menanyakan keadaan orang
tuanya. Memang benar pada saat firasat dirasakan, pada saat itulah
ayah tercintanya pergi menghadap ke hadirat Illahi.
Di masa Revolusi ketika Tjilik Riwut telah berhasil mencapai
pulau Jawa bahkan telah terlibat aktif dalam perjuangan menantang
Belanda, dalam suatu kesempatan ia pulang kampung dan balampah
di Bukit Batu. Ia mohon petunjuk dalam perjuangannya melawan
penjajah. Dalam kesempatan itupun Tjilik Riwut bernazar untuk
tidak menikah sebelum Indonesia merdeka 7. Sesuatu ia peroleh

7 Nazar tsb telah ditepati. Setelah Indonesia merdeka, barulah Tjilik Riwut
menikah pada tgl 31 Mei 1948 di Yogyakarta.
581
begitu usai balampah yaitu sebuah batu berbentuk daun telinga.
Wangsit yang ia peroleh mengatakan bahwa batu tersebut dapat
digunakan untuk mendengarkan dan memonitor musuh apabila
diletakkan pada daun telinganya. Namun setelah kemerdekaan
diperoleh oleh bangsa Indonesia, batu telinga itu pun gaib.

582

Anda mungkin juga menyukai