Anda di halaman 1dari 29

Flora dan Fauna di Indonesia

Pembagian Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia - Di seluruh bagian bumi ini tersebar
berbagai jenis flora dan fauna. Keberagaman jenis flora dan fauna ini tersebar diseluruh wilayah
didunia secara tidak merata. Namun persebaran flora dan fauna tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terkait. Faktor umum dalam penyebaran flora dan fauna tersebut meliputi
faktor kondisi tempat flora dan fauna ini tumbuh dan kondisi lingkungan sekitar tempat
persebaran flora dan fauna tersebut. Faktor ini tergolong kedalam faktor fisik dalam pembagian
flora dan fauna. Jaman dahulu sebagian bumi hanya diselimuti oleh es dan batas permukaan laut
masih dalam keadaan rendah yaitu pada jaman es, jaman glasial maupun jaman pleistosen. Hal
tersebut membuat beberapa fauna dapat dengan mudah bermigrasi dari satu tempat ketempat
lain karena daratan bumi masih bergabung satu sama lain.

Peta Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia


Setelah jaman silih berganti terjadilah perubahan iklim yang ekstrim membuat sebagian es yang
terdapat dalam belahan bumi mencair. Pengaruh iklim tersebut menyebabkan permukaan laut
semakin tinggi dan meningkat sampai 200 meter. Perubahan tersebut juga mengkibatkan daratan
bumi menjadi terpisah satu sama lain kemudian membuat sebagian bumi ditutupi oleh air.
Persebaran flora dan fauna tersebut menjadi terganggu dibeberapa wilayah dunia termasuk
negara Indonesia. Proses persebaran flora memang dipengaruhi oleh sejarah perkembangan
bumi namun tidak hanya itu saja melainkan juga disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti
perubahan iklim yang terjadi diseluruh wilayah didunia. Berdasarkan penjelasan diatas, saya
akan membagikan pembagian flora dan fauna serta persebaran flora dan fauna di Indonesia.

Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia


Disetiap wilayah dunia memiliki iklim yang berbeda beda. Hal tersebutlah yang dapat
membedakan dalam menyebarkan jenis flora dan fauna. Persebaran flora dan fauna tertinggi
terdapat dinegara Indonesia. Keberagaman flora dan fauna diIndonesia ditunjang dengan
iklimnya yang tropis. Pembagian flora dan fauna di Indonesia yang tinggi juga disesbabkan oleh
perkembangan sejarah pada zaman pleistosen.

Pada zaman pleistosen negara Indonesia masih bergabung dengan beberapa benua seperti Asia
maupun Australia sehingga menjadi sebuah daratan persebaran flora dan fauna. Persebaran
flora dan persebaran fauna di Indonesia dibagi menjadi tiga kategori, meliputi bagian tengah atau
peralihan, bagian barat atau Asiatis, dan bagian timur atau Australis. Ketiga kategori tersebut
memiliki pegertian yang berbeda beda. Berikut penjelasan persebaran flora dan fauna
berdasarkan kategorinya:

Persebaran Flora Di Indonesia


Pembagian Persebaranan flora di Indonesia hampir sama dengan persebaran fauna yang
meliputi Asiatis, Peralihan dan Australis. Berikut penjelasan masing masing persebarannya
Pembagian Persebaran Flora di Indonesia
Persebaran Flora Bagian Barat atau Asiatis
Persebaran flora dibagian barat Indonesia ini dapat disebut persebaran flora Asiatis. Pembagian
flora ini memiiki kesamaan dengan jenis flora pada umumnya. Variasi flora yang terdapat di
Asiatis ini beragam karena berada pada hutan hujan tropis. Hutan ini memiliki kelembapan udara
serta curah hujannya yang tinggi karena memiliki iklim hujan tropis. Diwilayah hutan hujan tropis
terdapat beberapa jenis tumbuhan seperti paku, tanaman lumut, jamur, tanaman meranti,
mahohi, damar dan masih banyak lagi.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan kekayaan fauna dan flora dan merupakan yang
terlengkap didunia.
Pada halaman akan membahas sebagian fauna dan flora kebanggaan Indonesia

1. FAUNA INDONESIA
Wilayah Indonesia memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman fauna ini karena
berbagai hal :
1. Terletak di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan hujan tropis (trophical rain forest) yang
kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis.
2. Terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia
3. Merupakan negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau memungkinkan tumbuh dan dan
menyebarnya hewan dan tumbuhan khas tertentu sesuai dengan kondisi alamnya.
4. Indonesia terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia, yaitu Australis dan Oriental.
Karena berbagai kondisi tersebut maka wilayah Indonesia kaya akan keanekaragaman fauna.
Berbagai jenis fauna yang meliputi :
1. Mamalia (lebih dari 500 jenis)
2. Kupu-kupu (lebih dari 100 jenis)
3. Reptil (lebih dari 600 jenis)
4. Burung (lebih dari 1.500 jenis)
5. Amfibi (lebih dari 250 jenis)
Persebaran fauna dikelompokkan dalam 3 wilayah geografis yaitu fauna Indonesia Barat, fauna
Indonesia Tengah dan fauna Indonesia Timur.
Fauna yang terdapat di wilayah Indonesia Barat bertipe Asiatis, di wilayah Indonesia Tengah
merupakan fauna khas/fauna asli Indonesia sedangkan wilayah fauna Indonesia Timur bertipe
Australis.

Berikut ini adalah beberapa fauna Indonesia


1. KOMODO

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis, adalah
spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili
Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan
nama setempat ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal
terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan
dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan
tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat
hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini
menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang
mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah
menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies
yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah
Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi
mereka.

2. ORANG UTAN
Orang utan (atau orang hutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar dengan
lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang
Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan
Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia . Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan
membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari
hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar,
rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di
Borneo, orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut , sedangkan
kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m dpl. hidup di
hutan tropika Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatra.

3. HARIMAU SUMATERA

Harimau Sumatra atau dalam bahasa latin disebut Panthera tigris sumatrae merupakan satu dari
lima subspisies harimau (Panthera tigris) di dunia yang masih bertahan hidup. Harimau Sumatera
termasuk satwa langka yang juga merupakan satu-satunya sub-spisies harimau yang masih
dipunyai Indonesia setelah dua saudaranya Harimau Bali (Panthera tigris balica) dan Harimau
Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah.
Hewan dari filum Chordata ini hanya dapat diketemukan di Pulau Sumatera, Indonesia.
Populasinya di alam liar diperkirakan tinggal 400–500 ekor. Harimau Sumatera (Panthera tigris
sumatrae) semakin langka dan dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah.
Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang dikenal
sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun yang lalu
semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, “The Natural History of Wild
Cats”). Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia di China dan Siberia sebelum
berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan Asia Tengah di barat dan barat daya
menjadi harimau Caspian. Sebagian lagi bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan
pergunungan barat, dan seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan Indonesia, sebagiannya
lagi terus bergerak ke barat hingga ke India (Hemmer,1987).
Harimau Sumatera dipercaya terasing ketika permukaan air laut meningkat pada 6.000 hingga
12.000 tahun silam. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik,
yang menandakan bahwa subspesies ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan subspisies
harimau lainnya dan sangat mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.
4. BADAK JAWA

Badak Jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili
Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama
dengan badak India dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki
panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak India dan lebih
dekat dalam besar tubuh dengan badak Hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada
20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski disebut
“Badak Jawa”, binatang ini tidak terbatas hidup di pulau Jawa saja, tapi di seluruh Nusantara,
sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya sangat kritis,
dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di kebun binatang.
Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50 badak hidup di Taman
Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa di alam bebas lainnya
berada di Taman Nasional CaTien, Vietnam dengan perkiraan populasi tidak lebih dari delapan
pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak Jawa diakibatkan oleh perburuan untuk diambil
culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional Tiongkok, dengan harga sebesar
$30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi badak ini juga disebabkan oleh
kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang, seperti perang Vietnam di Asia
Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak Jawa dan menghalangi
pemulihan.Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang dilindungi, tetapi badak Jawa
masih berada pada resiko diburu, peka terhadap penyakit dan menciutnya keragaman genetik
menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF Indonesia mengusahakan untuk
mengembangkan kedua bagi badak Jawa karena jika terjadi serangan penyakit atau bencana
alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan gempa bumi, populasi badak jawa
akan langsung punah. Selain itu, karena invasi langkap (arenga) dan kompetisi dengan banteng
untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan
aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang
pernah menjadi habitat badak Jawa.
Badak Jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan
dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak Jawa kebanyakan
bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak, walaupun suatu
kelompok terkadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat mendapatkan mineral.
Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak Jawa biasanya
menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu. Peneliti dan
pelindung alam jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan mereka dan
adanya bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan kamera dan
sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa lebih sedikit
dipelajari daripada spesies badak lainnya.

5. BADAK SUMATERA
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu spesies badak yang dipunyai
Indonesia selain badak jawa (Rhinocerus sondaicus). Badak sumatera (Sumatran rhino) juga
merupakan spesies badak terkecil di dunia merupakan satu dari 5 spesies badak yang masih
mampu bertahan dari kepunahan selain badak jawa, badak india, badak hitam afrika, dan badak
putih afrika.
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) seperti saudara dekatnya, badak jawa, semakin
langka dan terancam kepunahan. Diperkirakan populasi badak bercula dua ini tidak mencapai
200 ekor. Wajar jika IUCN Redlist kemudian memasukkan badak sumatera (Sumatran rhino)
dalam daftar status konservasi critically endangered (kritis; CE).
Badak sumatera dalam bahasa Inggris disebut sebagai Sumatran rhino. Sering kali juga disebut
sebagai hairy rhino lantaran memiliki rambut terbanyak ketimbang jenis badak lainnya. Badak
Sumatera dalam bahasa latin disebur sebagai Dicerorhinus sumatrensis.
Ciri-ciri dan Habitat Badak Sumatera. Badak sumatera memiliki dua cula dengan panjang cula
depan berkisar antara 25-80 cm dan cula belakang lebih pendek sekitar 10 cm. Badak sumatera
(Dicerorhinus sumatrensis) mempunyai panjang tubuh antara 2-3 meter dengan berat antara 600-
950 kg. Tinggi satwa langka ini berkisar antara 120-135 cm.
Habitat badak sumatera meliputi hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan meskipun
umumnya binatang langka ini menyukai hutan bervegetasi lebat. Satwa langka bercula dua ini
lebih sering terlihat di hutan-hutan sekunder dataran rendah yang memiliki air, tempat berteduh,
dan sumber makanan yang tumbuh rendah. Makanan utama badak sumatera meliputi buah
(terutama mangga liar dan fikus), dedaunan, ranting-ranting kecil, dan kulit kayu.
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan satwa penjelajah yang hidup dalam
kelompok-kelompok kecil meskipun umumnya hidup secara soliter (menyendiri).Pada cuaca yang
cerah sering turun ke daerah dataran rendah, untuk mencari tempat yang kering. Pada cuaca
panas ditemukan berada di hutan-hutan di atas bukit dekat air terjun.

6. GAJAH SUMATERA

Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah yang paling kecil dari ketiga subspesies
dari Gajah Asia, dan merupakan endemic untuk Pulau Sumatra. Sebelum terjadi perusakan
besar-besaran pada habitatnya, gajah secara luas tersebar di seluruh Sumatra pada ekosistem
yang beragam, Gajah Sumatra ditemukan sampai hutan primer pada ketinggian di atas 1,750 m
di Gunung Kerinci Barat Sumatra (Freywyssling, 1933 dalam Satiapillai. 2007).
Habitat yang paling disukai adalah hutan dataran rendah, dari berbagai ekosistem di daerah
jelajahnya. Di masa lalu, ketika habitatnya belum rusak, gajah mengadakan migrasi luas.
Pergerakan ini pada umumnya mengikuti aliran sungai. Gajah berpindah dari daerah gunung ke
dataran rendah pantai selama musim kering dan naik ke bukit satu kali ketika hujan datang (Van
Heurn, 1929; Pieters, 1938 dalam Satiapillai. 2007).
Gajah sumatera mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar. Pada ujung belalai memiliki satu
bibir. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4
kuku di kaki belakang. Berat gajah sumatera dewasa mencapai 3.500-5000 kilogram, lebih kecil
dari Gajah Afrika.
Gajah Sumatera dewasa dalam sehari membutuhkan makanan hingga 150 kilogram dan 180 liter
air. Dari jumlah itu, hanya sekitar 40% saja yang mampu diserap oleh pencernaannya. Untuk
memenuhi nafsu makan ini Gajah Sumatera melakukan perjalanan hingga 20 km perharinya.
Dengan kondisi hutan yang semakin berkurang akibat pembalakan liar dan kebakaran hutan,
tidak heran jika nafsu makan dan daya jelajah bintang berbelalai ini sering terjadi konflik dengan
manusia.
Sebagaimana spesies gajah asia lainnya, Gajah Sumatera tidur sambil berdiri. Selama tidur,
telinganya selalu dikipas-kipaskan. Ia mampu mendeteksi keberadaan sumber air dalam radius 5
kilometer. Gajah Sumatera, mengalami masa kawin pada usia 10-12 tahun. Dan akan melahirkan
anak 4 tahun sekali dengan masa mengandung hingga 22 bulan.

6. LUTUNG JAWA

Lutung Jawa atau dalam bahasa latin disebut dengan Trachypithecus auratus merupakan salah
satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia. Sebagaimana spesies lutung lainnya, lutung jawa yang
bisa disebut juga lutung budeng mempunyai ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55 cm, dengan ekor
yang panjangnya mencapai 80 cm.
Lutung jawa atau lutung budeng terdiri atas dua subspesies yaitu Trachypithecus auratus
auratus dan Trachypithecus auratus mauritius. Subspesies Trachypithecus auratus
auratus (Spangled Langur Ebony) bisa didapati di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan
Nusa Barung. Sedangkan subspesies yang kedua, Trachypithecus auratus mauritius (Jawa Barat
Ebony Langur) dijumpai terbatas di Jawa Barat dan Banten.

7. ANOA

Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga menjadi fauna identitas
provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan dilindungi ini terdiri atas dua spesies (jenis) yaitu:
anoa pegunungan (Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis). Kedua
satwa ini tinggal dalam hutan yang jarang dijamah manusia. Kedua spesies anoa tersebut hanya
dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia. Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor
yang masih bertahan hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan dagingnya.
Baik Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) maupun Anoa Dataran Rendah (Bubalus
depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist dikategorikan dalam binatang dengan status
konservasi “Terancam Punah” (Endangered; EN) atau tiga tingkat di bawah status “Punah”.
Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya lurus ke belakang serta
meruncing dan agak memipih. Hidupnya berpindah-pindah tempat dan apabila menjumpai
musuhnya anoa akan mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa atau apabila
terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya.

8. BEKANTAN

Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera berhidung panjang
dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam
genustunggal kera Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung. Fungsi dari hidung
besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan olehseleksi alam .
Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. panjang dan besar
yang hanya ditemukan di spesies jantan
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan
berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki
perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan
dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada
waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa danhutan pantai di pulauKalimantan.
Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-
kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik,
kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain.
Bekantan merupakan maskotfauna provinsi Kalimantan Selatan.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat
terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di
dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITESAppendix I.

9. TARSIUS SULAWESI (TARSIUS SPECTRUM )

Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu) adalah suatu jenis primata kecil, memiliki tubuh
berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit kelabu, bermata besar dengan telinga
menghadap ke depan dan memiliki bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu tulang tarsal yang
memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka sehingga mereka dapat melompat
sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor
panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini
memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang
memiliki cakar yang digunakan untuk grooming.
Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran matanya lebih besar jika
dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam
kegelapan tetapi sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala Tarsius
dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke arah kiri, seperti burung hantu.
Telinga mereka juga dapat digerakkan untuk mendeteksi keberadaan mangsa
Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam hari dan tidur pada
siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam hari. Mangsa mereka yang paling utama
adalah serangga seperti kecoa, jangkrik, dan terkadang reptil kecil, burung, dan kelelawar.
Habitatnya adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di pulau-pulau
sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Di Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan
“balao cengke” atau “tikus jongkok” jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.

10. KANGGURU PAPUA


Kangguru, spisies yang mempunyai ciri khas kantung di perutnya (Marsupialia). Kanguru Papua
ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan Kanguru Australia. Sayang Kanguru
yang terdiri atas Kanguru tanah dan Kanguru pohon ini mulai langka sehingga termasuk satwa
Indonesia yang di lindungi dari kepunahan.
Kangguru Papua terdiri atas dua genus yaitu dendrolagus (Kanguru Pohon)
dan thylogale (Kanguru Tanah). Kanguru pohon sebagian besar masa hidupnya ada di pohon.
Sekalipun begitu satwa tersebut juga sering turun ke tanah, misalnya bila sedang mencari air
minum. Moncong kanguru pohon bentuknya lebih runcing jika dibandingkan dengan moncong
kanguru darat. Ekornya agak panjang dan bulat, berbulu lebat dari pangkal sampai ekornya.
Sedangkan pada kanguru darat kedua kaki depannya lebih pendek dari pada kaki belakangnya,
Cakarnya pun lebih kecil. Moncongnya agak tumpul dan tidak berbulu. Ekornya makin meruncing
ke ujung, bulunya tidak begitu lebat.
A. Kangguru Tanah (lau-lau atau paunaro):
– Thylogale brunii (Dusky Pademelon)

merupakan jenis kangguru terkecil yang ada di dunia. Beratnya antara 3-6 kilogram, tetapi ada
juga yang 10 kilogram. Panjang tubuhnya sekitar 90 sentimeter dengan lebar sekitar 50
sentimeter. Satwa langka yang dilindungi ini adalah hewan endemik Papua, dan hanya terdapat
di Papua di kawasan dataran rendah di hutan-hutan di wilayah Selatan Papua, dan Papua
Niugini. Di Indonesia Thylogale brunii terdapat antara lain di Taman Nasional Wasur (Kabupaten
Merauke) dan Taman Nasional Gunung Lorentz (Mimika).
– Thylogale stigmata (red-legged pademelon)

merupakan jenis yang hidup di daerah pantai selatan Papua. Thylogale stigmata mempunyai
warna kulit tubuh lebih cerah yaitu kuning kecokelatan.
– Thylogale brownii (Brown’s pademelon)
Selain di Papua, binatang ini juga terdapat di Papua New Guinea.
B. Kangguru pohon (lau-lau):
– Dendrolagus pulcherrimus

(Kanguru Pohon Mantel Emas) merupakan sejenis kanguru pohon yang hanya ditemukan di
hutan pegunungan pulau Irian. Spesies ini memiliki rambut-rambut halus pendek berwarna coklat
muda. Leher, pipi dan kakinya berwarna kekuningan. Sisi bawah perut berwarna lebih pucat
dengan dua garis keemasan dipunggungnya. Ekor panjang dan tidak prehensil dengan lingkaran-
lingkaran terang.
Penampilan Kanguru-pohon Mantel-emas serupa dengan Kanguru pohon Hias. Perbedaannya
adalah Kanguru-pohon Mantel-emas memiliki warna muka lebih terang atau merah-muda,
pundak keemasan, telinga putih dan berukuran lebih kecil dari Kanguru-pohon Hias. Beberapa
ahli menempatkan Kanguru-pohon Mantel-emas sebagai subspesies dari Kanguru-pohon Hias.
Kanguru-pohon Mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru-pohon yang paling terancam
kepunahan diantara semua kanguru pohon. Spesies ini telah punah di sebagian besar daerah
habitat aslinya
– Dendrolagus goodfellowi

(disebut Kanguru Pohon Goodfellow atau kanguru pohon hias atau Goodfellow’s Tree-kangaroo)
merupakan jenis kanguru pohon yang paling sering ditemui. Kulit tubuhnya berwarna cokelat
sawo matang dan banyak terdapat di hutan hujan di pulau Papua
Dendrolagus mbaiso (disebut sebagai Kanguru Pohon Mbaiso atau Dingiso) kanguru ini
ditemukan di hutan montane yang tinggi dan subalpine semak belukar di Puncak Sudirman.
Kanguru pohon ini mempunyai bulu hitam dengan kombinasi putih di bagian dadanya.
– Dengrolagus dorianus

atau disebut sebagai Kangguru Pohon Ndomea atau Doria’s Tree-kangaroo.


– Dendrolagus ursinus

(disebut Vogelkop Tree-kangaroo atau Kanguru Pohon Nemena) merupakan kanguru pohon
yang paling awal terklasifikasikan. Mempunyai telinga panjang dan ekor panjang dan
hitam.Dendrolagus inustus disebut juga sebagai Kanguru Pohon Wakera atau Grizzled Tree-
kangaroo.
– Dendrolagus stellarum

disebut juga sebagai Seri’s Tree-kangaroo. Kanguru pohon ini terdapat di Tembagapura.
11 BURUNG MERAK HIJAU

Merak Hijau (Green Peafowl) yang dalam bahasa ilmiah disebut Pavu muticus adalah salah satu
dari tiga spesies merak yang terdapat di dunia. Satwa yang terdapat di Cina, Vietnam dan
Indonesia ini mempunyai bulu-bulu yang indah. Apalagi Merak Hijau jantan yang memiliki ekor
panjang yang mampu mengembang bagai kipas.
Merak Hijau (Pavu muticus) mempunyai bulu yang indah yang berwarna hijau keemasan. Burung
jantan dewasa berukuran sangat besar, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas
kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-
bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor.
Mukanya memiliki aksen warna hitam di sekitar mata dan warna kuning cerah di sekitar
kupingnya.
Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina. Bulu-
bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung betina
menetaskan tiga sampai enam telur setelah mengeraminya pada tumpukan daun dan ranting di
atas tanah selama satu bulan. Anaknya akan terus berdekatan dengan induknya hingga musim
kawin berikutnya, walaupun sudah bisa terbang pada usia yang masih sangat muda.
Dalam urusan makan, burung Merak Hijau doyan aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan,
aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.
Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik Rakyat Cina,
Vietnam, Myanmar dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga di India,
Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Meskipun berukuran besar,
burung indah, langka, dan dilindungi ini bisa terbang.
Di Indonesia, Merak Hijau hanya terdapat di Pulau Jawa. Habitatnya mulai dari dataran rendah
hingga tempat-tempat yang tinggi. Salah satunya yang masih bisa ditemui berada di Taman
Nasional Alas Purwo, Jawa Timur. Selain itu diperkirakan juga masih terdapat di Taman Nasional
Ujung Kulon, dan Taman Nasional Meru Betiri.
Populasi Merak Hijau terus berkurang. Ini diakibatkan oleh rusaknya habitat dan perburuan liar.
Burung langka yang indah ini diburu untuk diambil bulunya ataupun diperdagangkan sebagai
bintang peliharaan. Untuk menghindari kepunahan burung langka ini dilindungi undang-undang.
Di Pulau Jawa kini jumlah Merak Hijau (Pavu muticus) diperkirakan tidak lebih dari 800 ekor.

12. BURUNG CENDRAWASIH


Cendrawasih atau paradisoaeidae apoda, minor, cicinnurus regius, dan seleudicis
melanoleuca merupakan burung khas dari Papua. Dari 43 spesies burung surga ini, 35 di
antaranya bisa ditemukan di Papua.
Burung Cendrawasih yang dianggap sebagai burung surga.
Kekhasan burung ini terdapat pada bulu indahnya. Dan bulu indah ini hanya dimiliki oleh burung
cendrawasih jantan saja. Umumnya warna-warna bulu burung ini sangat cerah dengan
kombinasi hitam, cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.
Burung ini biasanya hidup di hutan yang lebat atau di dataran rendah. Ia memiliki kebiasaan
bermain di pagi hari saat matahari mulai menampakkan cahaya di ufuk timur.
Cendrawasih jantan memakai bulu lehernya yang menawan untuk menarik lawan jenis. Tarian
cendrawasih jantan amat memukau. Sambil bernyanyi di atas dahan, pejantan ini bergoyang-
goyang ke berbagai arah. Kadang malah bergantung terbalik bertumpu pada dahan.
Oleh masyarakat di Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan bidadari tak berkaki
atau Apoda, burung yang cantik tetapi tak berkaki, karena mereka berjalan atau hanya
bertengger di dahan pohon saja.
Burung Cendrawasih ini dulu populasinya cukup banyak di hutan Papua, tapi karena terus diburu,
akhirnya populasi burung ini menurun tajam dan semakin sulit ditemui. Bukan hanya diburu,
tetapi habitat berkembangbiaknya pun semakin sempit karena banyak penebangan hutan.

13 BURUNG JALAK BALI

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau disebut juga Curik Bali adalah sejenis burung sedang
dengan panjang lebih kurang 25 cm. Burung pengicau berwarna putih ini merupakan satwa
endemik Indonesia yang hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian barat. Burung ini juga
merupakan satu-satunya satwa endemik Pulau Bali yang masih tersisa setelah Harimau Bali
dinyatakan punah. Sejak tahun 1991, satwa yang masuk kategori “kritis” (Critically Endangered)
dalam Redlist IUCN dan nyaris punah di habitat aslinya ini dinobatkan sebagai fauna identitas
(maskot) provinsi Bali.
Jalak Bali ditemukan pertama kali oleh Dr. Baron Stressmann seorang ahli burung
berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Nama ilmiah Jalak Bali (Leucopsar
rothschildi) dinamakan sesuai dengan nama Walter Rothschild pakar hewan berkebangsaan
Inggris yang pertama kali mendiskripsikan spesies pada tahun 1912.
Burung Jalak Bali ini mudah dikenali dengan ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang putih
di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Jalak Bali
memiliki pipi yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-
abuan. Antara burung jantan dan betina serupa.
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) merupakan satwa yang secara hidupan liar (di habitat aslinya)
populasinya amat langka dan terancam kepunahan. Diperkirakan jumlah spesies ini yang masih
mampu bertahan di alam bebas hanya sekitar belasan ekor saja.
Karena itu, Jalak Bali memperoleh perhatian cukup serius dari pemerintah Republik Indonesia,
yaitu dengan ditetapkannya makhluk tersebut sebagai satwa liar yang dilindungi oleh undang-
undang. Perlindungan hukum untuk menyelamatkan satwa tersebut ditetapkan berdasarkan surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Jalak Bali merupakan satwa yang dilarang diperdagangkan kecuali hasil penangkaran dari
generasi ketiga (indukan bukan dari alam).Dalam konvensi perdagangan internasional bagi jasad
liar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora)
Jalak Bali terdaftar pada Apendix I, yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk
diperdagangkan. Sedang IUCN (International Union for Conservation of Natur and Natural
Resources) memasukkan Jalak Bali dalam kategori “kritis” (Critically Endangered) yang
merupakan status konservasi yang diberikan terhadap spesies yang memiliki risiko besar akan
menjadi punah di alam liar atau akan sepenuhnya punah dalam waktu dekat.
Kepunahan Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) di habitat aslinya disebabkan oleh deforestasi
(penggundulan hutan) dan perdagangan liar. Bahkan pada tahun 1999, sebanyak 39 ekor Jalak
Bali yang berada di pusat penangkaran di Taman Nasional Bali Barat, di rampok. Padahal
penangkaran ini bertujuan untuk melepasliarkan satwa yang terancam kepunahan ini ke alam
bebas.
Untuk menghindari kepunahan, telah didirikan pusat penangkaran yang salah satunya berada di
Buleleng, Bali sejak 1995. Selain itu sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia juga
menjalankan program penangkaran Jalak Bali. Tetapi tetap muncul sebuah tanya di hati saya;
mungkinkah beberapa tahun ke depan kita hanya akan menemui Jalak Bali, Sang Maskot Bali, di
balik sangkar-sangkar kebun binatang.

14 BURUNG ENGGANG

Enggang (Allo, Ruai/Arue sebutan bagi orang dayak) adalah jenis burung yang ada di pulau
Borneo. Burung enggang memiliki ukuran tubuh cukup besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8
jenis burung enggang dengan warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih, sedangkan warna
paruhnya merupakan perpaduan warna kuning, jingga dan merah. Ciri khas dari burung ini
adalah adanya cula paruh (casque) yang tumbuh di atas paruhnya. Burung yang makanannya
buah ara ini mempunyai tingkah laku bersarang yang khusus.
Burung enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan cara bertelurnya
merupakan suatu daya tarik tersendiri.Padaawal masa bertelur burung jantan membuat lubang
yang terletak tinggi pada batang pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung
betina.kemudian burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang kecil
selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh menjadi burung muda.
Mengapa burung Enggang ini di jadikan sebagai simbol oleh suku dayak? Burung ini
menyimbolkan suku dayak layaknya burung Merpati menyimbolkan kesucian dan keabadian
dalam keagamaan Kristiani. Karena itu pula, burung enggang ini dijadikan sebagai contoh
kehidupan bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan mengasihi
pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga menjadi seorang dayak yang mandiri
dan dewasa. Namun sekarang ini burung enggang merupakan burung langka yang sudah sangat
sulit di temui di hutan borneo, ini dikarenakan pengerusakan hutan borneo yang terus-menerus
terjadi, seperti penebangan hutan baik illegal logging maupun untuk dijadikan lahan perkebunan
kelapa sawit. Nasib burung enggang ini sekarang sama seperti nasib suku Dayak di borneo yang
semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. Sekarang burung ini hanya sebagai simbol dan hanya
dapat dilihat dalam suatu rekaman gambar yang menunjukkan masa kejayaannya dimasa
lampau.
Burung ini hanya dapat dilihat sebagai simbol yang dilukiskan berupa motif seperti pada gambar
ini. Kasihan sekali nasib mereka. Sebagian yang tersisa darinya hanya sebuah gambar dan
segelintir bagian paruh dan bulu yang tetap di simpan rapi oleh masyarakat suku dayak.

15. BURUNG KUAU

Burung kuau, burung yang sangat indah dan mempesona. Dia bukanlah burung merak. Karena
keindahannya burung ini menjadi maskot propinsi Sumatera Barat. Tapi populasinya di alam
sangat memprihatin. Beberapa strain species kuau ini ada di pulau kalimantan dan peninsular
malaya, perbedaannya ada di warna dan corak bulunya. Di kalimantan bulu ekornya menjadi
salah satu aksesoris baju tradisional selain bulu burung enggang.
Burung ini mudah sekali dikenal karena memilki bentuk tubuh yang indah dan spesifik. Tubuh
yang jantan lebih besar dan berbulu dengan corak yang lebih menarik daripada yang betina.
Berat yang jantan dapat mencapai sekitar 11,5 kg dan panjang tubuhnya sampai ujung ekor
mendekati 2 meter. Hal ini disebabkan oleh dua lembar bulu ekornya bagian tengah mencolok
sekali panjangnya. Umumnya bulu tubuh berwarna dasar kecoklatan dengan bundaran-bundaran
berwarna cerah serta berbintik-bintik keabu-abuan.
Kulit di sekitar kepala dan leher pada yang jantan biasanya tidak ditumuhi bulu dan berwarna
kebiruan. Pada bagian occipital (bagian belkang kepala) betina mempunyai bulu jambul yang
lembut. Paruh berwarna kuning pucat dan sekitar lobang hidung berwarna kehitaman. Iris mata
berwarna merah. Warna kaki kemerahan dan tidak mempunyai taji/susuh.
Suara burung ini sangat lantang sehingga dapat terdengar dari kejauhan lebih dari satu mil.
Suara yang jantan dapat dibedakan karena mempunyai interval pengulangan yang pendek.
Sedangkan yang betina suaranya mempunyai pengulangan dengan interval semakin cepat dan
yang terakhir suaranya panjang sekali. Burung ini mempunyai suara tanda bhaya yang cirinya
pendek, tajam dan merupakan alunan yang parau.
Burung ini suka hidup di kawasan hutan, mulai dari dataran rendah sampai pada ketinggian
sekitar 1.000 m dpl. Penyebaran burung ini adalah di Sumatera dan Kalimantan. Juga terdapat di
Asia Tenggara. Makanannya terdiri dari buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput, semut dan
berbagai jenis serangga. Burung ini juga suka mencari sumber air untuk minum sekitar jam
sebelas siang.
Burung ini bertelur yang biasanya berjumlah dua butir, warna telurnya krem atau kuning
keputihan dengan bercak-bercak kecil diseluruh permukaan. Ukurannya sekitar 66 x 47 mm.
Telur ini dierami oleh betina selama kurang lebih 25 hari. Anak burung ini akan mencapai tingkat
dewasa kurang lebih dalam satu tahun.
16 BURUNG ELANG JAWA

Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan salah satu spesies elang berukuran sedang
yang endemik (spesies asli) di Pulau Jawa. Satwa ini dianggap identik dengan lambang negara
Republik Indonesia, yaitu Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa
langka Indonesia. Pertama kali saya menyaksikan penampakan burung Elang Jawa secara
langsung pada pertengahan tahun 2005 di sekitar air tiga raksadi Gunung Muria Jawa Tengah.
Sayang, sampai sekarang saya belum berkesempatan untuk menyaksikannya untuk yang kedua
kali.
Secara fisik, Elang Jawa memiliki jambul menonjol sebanyak 2-4 helai dengan panjang mencapai
12 cm, karena itu Elang Jawa disebut juga Elang Kuncung. Ukuran tubuh dewasa (dari ujung
paruh hingga ujung ekor) sekitar 60-70 sentimeter, berbulu coklat gelap pada punggung dan
sayap. Bercoretan coklat gelap pada dada dan bergaris tebal coklat gelap di perut. Ekornya
coklat bergaris-garis hitam.
Ketika terbang, Elang Jawa hampir serupa dengan Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus) bentuk
terang, namun cenderung nampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta
berukuran sedikit lebih kecil. Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi
antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit
banyak, suaranya ini mirip dengan suara Elang Brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam
nadanya.
Gambaran lainnya, sorot mata dan penglihatannya sangat tajam, berparuh kokoh, kepakan
sayapnya kuat, berdaya jelajah tinggi, dan ketika berdiam diri sosoknya gagah dan berwibawa.
Kesan “jantan” itulah yang barangkali mengilhami 12 negara menampilkan sosok burung dalam
benderanya. Bersama 19 negara lain, Indonesia bahkan memakai sosoknya sebagai lambang
negara dengan burung mitologis garuda
Populasi burung Elang Jawa di alam bebas diperkirakan tinggal 600 ekor. Badan Konservasi
Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengategorikannya terancam punah. Konvensi
Perdagangan Internasional untuk Flora dan Fauna yang Terancam Punah memasukkannya
dalam Apendiks 1 yang berarti mengatur perdagangannya ekstra ketat. Berdasarkan kriteria
keterancaman terbaru dari IUCN, Elang Jawa dimasukan dalam kategori Endangered atau
“Genting” (Collar et al., 1994, Shannaz et al., 1995). Melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun
1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional, Pemerintah RI mengukuhkan Elang Jawa sebagai
wakil satwa langka dirgantara.
Habitat burung Elang Jawa hanya terbatas di Pulau Jawa, terutama di wilayah-wilayah dengan
hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan
pegunungan.
Bahkan saat ini, habitat burung ini semakin menyempit akibat minimnya ekosistem hutan akibat
perusakan oleh manusia, dampak pemanasan global dan dampak pestisida. Di Jawa Barat,
Elang Jawa hanya terdapat di Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango,
Papandayan, Patuha dan Gunung Halimun.
Di Jawa Tengah Elang Jawa terdapat di Gunung Slamet, Gunung Ungaran, Gunung Muria,
Gunung Lawu, dan Gunung Merapi, sedangkan di Jawa Timur terdapat di Merubetiri, Baluran,
Alas Purwo, Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, dan Wilis.
17 BURUNG KASUARI

Kasuari merupakan sebangsa burung yang mempunyai ukuran tubuh sangat besar dan tidak
mampu terbang. Kasuari yang merupakan binatang yang dilindungi di Indonesia dan juga menjadi
fauna identitas provinsi Papua Barat terdiri atas tiga jenis (spesies). Ketiga spesies Kasuari yaitu
Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius
casuarius), dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).
Burung Kasuari merupakan burung besar yang indah menawan. Namun dibalik keindahan burung
Kasuari mempunyai sifat yang agresif dan cenderung galak jika diganggu. Burung bergrnus
Casuarius ini sangat galak dan pemarah dan tidak segan-segan mengejar ‘korban’ atau para
pengganggunya. Karenanya di kebun binatangpun, Kasuari tidak dibiarkan berkeliaran bebas.
Bahkan konon, The Guinnes Book of Records memasukkan burung Kasuari sebagai burung
paling berbahaya di dunia. Meski untuk rekor ini saya belum dapat melakukan verifikasi ke
situs The Guinness Book of Records.
Kasuari merupakan burung endemik yang hanya hidup di pulau Papua dan sekitarnya, kecuali
Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) yang dapat juga ditemukan di benua Australia
bagian timur laut. Dalam bahasa Inggris, Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) disebut
(Southern Cassowary), Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) disebut
(Northern Cassowary) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) disebut sebagai (Dwarf
Cassowary).
Ciri-ciri dan Tingkah Laku. Burung Kasuari mempunyai ukuran tubuh yang berukuran sangat
besar, kecuali Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) yang ukuran tubuhnya lebih kecil. Burung
Kasuari tidak dapat terbang. Burung kasuari dewasa mempunyai tinggi mencapai 170 cm, dan
memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan kaku.

Di atas kepalanya Kasuari memiliki tanduk yang tinggi berwarna kecokelatan. Burung betina
serupa dengan burung jantan, dan biasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.
Kaki burung Kasuari sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadi senjata utama burung langka dan
dilindungi ini. Kaki burung Kasuari mampu menendang dan merobohkan musuh-musuhnya,
termasuk manusia, hanya dengan sekali tendangan. Mungkin karena tendangan dan
agresifitasnya ini tidak berlebihan jika kemudian The Guinness Book of
Records menganugerahinya sebagai burung paling berbahaya di dunia.
Pada Kasuari Gelambir Ganda terdapat dua buah gelambir berwarna merah pada lehernya
dengan kulit leher berwarna biru.. Sedangkan pada Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus), sesuai namanya hanya mempunyai satu gelambir.
Burung Kasuari yang termasuk satwa yang dilindungi dari keounahan ini memakan buah-buahan
yang jatuh dari pohonnya. Burung Kasuari biasa hidup sendiri, dan berpasangan hanya pada saat
musim kawin saja. Anak burung dierami oleh Kasuari jantan.

Kasuari Kerdil
Meskipun Kasuari memiliki tubuh yang besar, namun ternyata tidak banyak yang diketahui
tentang burung endemik papua ini. Apalagi untuk spesies Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus) dan Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti).
Habitat dan Penyebaran. Burung Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus) dan
Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti) merupakan satwa endemik pulau Papua (Indonesia dan
Papua New Guinea), sedangkan Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) selain di pulau
Papua juga terdapat di pulau Seram (Maluku, Indonesia) dan Australian bagian timur laut. Burung
Kasuari mempunyai habitat di daerah hutan dataran rendah termasuk di daerah rawa-rawa.

18. BURUNG MALEO

Burung Maleo atau Macrocephalon Maleo, merupakan burung endemik yang hanya bisa dijumpai
di Kepulauan Sulawesi. Burung ini bisa ditemukan di hutan pegunungan dan hutan pantai, di
Sulawesi Tengah.
Sepintas penampilan burung ini biasa saja, selain jambul di kepalanya, burung ini mirip dengan
ayam. Dari penampilannya, sulit dibedakan antara burung jantan dan betina.
Daya tarik burung Maleo justru pada telurnya, yang ukurannya lima kali lebih besar dari telur
ayam. Inilah yang menyebabkan telur burung Maleo banyak diburu orang. Sehingga
kelestariannya terancam.
Telur burung Maleo memang memiliki nilai ekonomis, yang lebih tinggi dibandingkan telur ayam,
karena bentuknya yang lebih besar. Harganya di pasar gelap bisa mencapai 50 ribu rupiah per
butir.
Burung Maleo sebenarnya dapat bertelur dua kali dalam sebulan. Namun setiap bertelur, hanya
satu telur yang dihasilkan.
Sang induk meletakkan telurnya di dalam lubang yang berpasir, yang dekat dengan sumber air
panas. Oleh karena itu, habitat asli burung ini berada di sekitar sumber air panas, yang tanahnya
berpasir.
Dari hasil riset The Nature Conservancy, sebuah LSM internasional yang bergerak dalam
konservasi lingkungan, dari sepuluh habitat burung Maleo di Taman Nasional Lore Lindu,
Sulawesi Tengah, kini hanya tinggal 4 habitat saja. Sisanya telah rusak dan punah.
Penyebab utama terancamnya kelestarian burung Maleo tidak hanya telurnya diambil manusia,
tetapi juga ganggan dari predator alaminya, yakni biawak dan tikus hutan.
Selain itu, pembukaan lahan hutan untuk perkebunan, dan kebakaran hutan juga menjadi
penyebab rusaknya habitat asli burung Maleo. Salah satu habitat burung Maleo yang masih dapat
dijumpai di kawasan Sulawesi Tengah adalah di Saluki, kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Untuk mencapai Saluki, dapat ditempuh dengan menggunakan mobil hingga Desa Tuva,
Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Donggala.
Desa ini berjarak sekitar 45 kilometer arah selatan dari Kota Palu, ibukota Sulawesi Tengah.
Selepas dari Desa Tuva, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan sepeda motor sejauh 4
kilo meter.
Di Balai Taman Nasional Lore Lindu di Saluki inilah dilakukan upaya pelestarian terhadap burung
Maleo. Lokasi penangkaran terletak di kawasan habitat aslinya, karena hanya di tempat
semacam inilah burung maleo dapat berkembang biak.
Di lokasi ini terdapat sembilan kandang penangkaran. Telur burung Maleo disimpan di dalam
lubang tanah yang berpasir di dalam kandang, dan akan menetas sendiri dalam waktu 76 hingga
90 hari.
Penangkaran burung Maleo ini turut melibatkan masyarakat sekitar. Salah seorang diantaranya
adalah Ambo Tuo.
Kakek tiga orang cucu berusia 60 tahun ini, bersama 10 orang warga lainnya secara sukarela
membantu polisi hutan menjaga kelestarian burung Maleo. Di 9 tempat penangkaran di Saluki ini
terdapat sekitar 178 ekor burung Maleo.
Sementara di seluruh Taman Nasional Lore Lindu, jumlah populasi burung Maleo diperkirakan
mencapai 500 ekor.
Menurut Herman Sasia, koordinator lapangan pelestarian burung Maleo Balai Taman Nasional
Lore Lindu, gangguan terbesar dalam melestarikan burung Maleo datang dari predator alamnya,
yakni biawak. Selain itu tangan jahil manusia yang mengambil telur burung Maleo.
Kawasan Saluki di Taman Nasional Lore Lindu ini merupakan salah satu tempat penangkaran
burung Maleo, yang bisa dijadikan model bagi penyelamatan burung langka.
Kerjasama antara petugas dan warga setempat terbukti mampu menjaga kelestarian burung
Maleo.

19. BURUNG KAKAK TUA RAJA

Burung Kakatua Raja (Probosciger aterrimus) adalah sejenis burung Kakatua berwarna hitam
dan berukuran besar, dengan panjang sekitar 60cm. Burung ini memiliki kulit pipi berwarna merah
dan paruh besar berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat jambul besar yang dapat
ditegakkan. Burung betina serupa dengan burung jantan.
Kakatua Raja adalah satu-satunya burung di marga tunggal Probosciger. Daerah sebaran burung
ini adalah di pulau Irian dan Australia bagian utara. Pakan burung Kakatua Raja terdiri dari biji-
bijian. Paruh burung Kakatua Raja tidak dapat tertutup rapat, dikarenakan ukuran paruh bagian
atas dan bagian bawah yang berbeda. Dan ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian
untuk dikonsumsi.

20. HELMETED HORNBILL


Burung ini ditemukan di Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan wilayah Sumatera. Bulu-bulu
burung ini dominan berwarna hitam. Satu-satunya warna lain pada bulu adalah putih di antara
perut dan ekor burung. Burung enggang gading umumnya memiliki kepala dan keriput pada
tenggorokan yang berwarna merah pada burung jantan dan biru pada burung betina. Kepala
burung seberat sepuluh persen dari 5,9-6,8 pon berat badannya.
1.21 KUPU – KUPU DI INDONESIA
Tidak salah jika ada yang mengatakan bahwa negeri kita adalah ‘seonggok’ tanah surga yang
dilemparkan ke bumi.
Sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi berbagai makhluk hidup di dunia ini.
Tidak terkecuali jenis serangga seperti Kupu-kupu. Bahkan diantaranya hanya terdapat di
Indonesia.
Ratusan jenis kupu-kupu hidup di Indonesia.
Menurut sebuah catatan di dunia terdapat sekitar 20.000 spesies Kupu-kupu.
Indonesia adalah negara pemilik kupu-kupu terbanyak di dunia setelah Brazil.
Indonesia memiliki sekitar 2.500 jenis kupu-kupu.
Sedangkan Brazil di hutan belantara Amazon, memiliki jenis terbanyak yaitu sekitar 3.000 jenis
kupu-kupu.

Trogonoptera brookiana

Keindahan kupu-kupu dapat kita lihat dari berbagai macam bentuk sayapnya yang indah.
Bahkan beberapa jenis kupu-kupu di Indonesia menjadi endemik bagi suatu daerah.Sehingga
tidak akan ditemui di belahan dunia manapun seperti Trogonoptera brookiana yang dikenal
sebagai kupu-kupu raja Brooke hanya dijumpai di Sumatera dan Kalimantan.
Sedangkan seperti Cethosia myrina.
Kupu-kupu ini dikenal sebagai kupu-kupu sayap renda yang hanya dijumpai di Sulawesi.
Cethosia myrina

Tingkat endemisitas yang tinggi terlihat jelas sekali pada kupu-kupu Indonesia,
yang mencapai lebih dari 35 persen dari total jumlah jenis yang menduduki peringkat pertama di
dunia.
Peru, Brasil, dan negara-negara lain di Amerika Selatan hanya memiliki tingkat endemisitas kupu-
kupu kurang dari 10 persen dari total jumlah jenisnya.
Artinya, keunikan kupu-kupu Indonesia jauh melebihi negara-negara mana pun di dunia.
Sulawesi adalah pulau yang memiliki keunikan kupu-kupu tertinggi di Indonesia.
Dari 557 jenis yang ada di sana, sebanyak 239 jenis (lebih dari 40 persen) merupakan jenis yang
hanya dapat dijumpai di kawasan itu, contohnya Papilio blumei.

Papilio blumei

Dari sekian banyak jenis kupu-kupu di Indonesia, ada 19 jenis yang telah dimasukkan ke dalam
daftar jenis satwa yang dilindungi di Indonesia,
yaitu Cethosia myrina yang dikenal sebagai kupu-kupu sayap renda dan hanya dijumpai di
Sulawesi,
Trogonoptera brookiana yang dikenal sebagai kupu-kupu raja Brooke yang dijumpai di Sumatera
dan Kalimantan.

Ornithoptera croesus
Ornithoptera goliath procus

Ornithoptera paradisea

Ornithoptera Priamus poseidon

16 jenis kupu-kupu dari marga Ornithoptera atau kupu-kupu sayap burung dijumpai di Maluku dan
Papua.

11 jenis kupu-kupu dari marga Troides yang dikenal sebagai kupu-kupu raja (contohnya Troides
hypolitus). Kebanyakan dijumpai di Indonesia bagian barat dan Sulawesi, serta beberapa jenis
berada di Maluku dan Papua.

Kupu-kupu sayap burung Ornithoptera aesacus yang hanya ditemukan di Pulau Obi (Maluku
Utara).
Kupu-kupu sayap burung Ornithoptera croesus yang hanya ditemukan di pulau-pulau di Maluku
Utara. 60 Spesies Kupu-kupu terdapat di Lampung.

2. FLORA INDONESIA

Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat ada yang tumbuh secara alami dan ada juga yang
dibudidayakan oleh manusia. Flora ataua dunia tumbuhan di berbagai tempat di dunia pasti
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
o Iklim
o Jenis tanah
o Relief atau tinggi rendah permukaan bumi
o Biotik (pengaruh makhluk hidup).

Adanya faktor-faktor tesebut, Indonesia memeliki keanekara- gaman jenis tumbuh-tumbuhan.


Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar terutama suhu udara dan curah hujan. Daerah yang
curah hujannya tinggi memiliki hutan yang lebat dan jenis tanaman lebih bervariasi, misalnya: di
Pulau Sumatera dan Kalimantan
Sedangkan daerah yang curah hujannya relatif kurang tidak memiliki hutan yang lebat seperti di
Nusa Tenggara. Daerah ini banyak di tum- buhi semak belukar dengan padang rumput yang luas.
Suhu udara juga mempengaruhi tanaman yang dapat hidup di suatu tempat. Junghuhn telah
membuat zonasi (pembatasan wilayah) tumbuh- tumbuhan di Indonesia sebagai berikut :
o Daerah panas (0 – 650 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kelapa, padi,
jagung, tebu, karet.
o Daerah sedang ( 650 – 1500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kopi,
tembakau, teh, sayuran.
o Daerah sejuk ( 1500 – 2500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah teh,
sayuran, kina, pinus.
o Daerah dingin (di atas 2500 meter) tidak ada tanaman budidaya

Beberapa jenis flora di Indonesia yang dipengaruhi oleh iklim antara lain sebagai berikut :
o Hutan Musim, terdapat di daerah Indonesia yang memiliki suhu udara tinggi dan memiliki
perbedaan kondisi tumbuhan di musim hujan dan musim kemarau. Pada musim kemarau
pohonnya akan meranggas dan pada musim hujan akan tumbuh hijau kembali. Contoh
hutan mu- sim ialah hutan jati dan kapuk randu. Hutan musim banyak terdapat di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
o Hutan Hujan Tropis, terdapat di daerah yang curah hujannya tinggi. Indonesia beriklim
tropis dan dilalui garis khatulistiwa sehing- ga Indonesia banyak memperoleh sinar
matahari sepanjang tahun, curah hujan tinggi dan temperatur udara tinggi. Di Indonesia
hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
o Sabana, terdapat di daerah yang curah hujannya sedikit. Sabana beru- pa padang rumput
yang diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur.
o Steppa, adalah padang rumput yang sangat luas. Stepa terdapat di daerah yang curah
hujannya sangat sedikit atau rendah. Stepa terda- dapat di Nusa Tenggara Timur, baik
untuk peternakan.
o Hutan Bakau atau Mangrove, adalah hutan yang tumbuh di pantai yang berlumpur. Hutan
bakau banyak terdapat di pantai Papua, Sumatera bagian timur, Kalimantan Barat dan
Kalimantan Selatan.

1 MELATI

Bunga melati (Jasminum sambac) atau disebut juga melati putih merupakan salah satu spesies
melati yang berasal dari Asia Selatan. Tanaman perdu ini tersebar mulai dari daerah Hindustan,
Indochina, Malaysia, hingga ke Indonesia. Bunga melati putih ditetapkan sebagai puspa bangsa,
satu diantara tiga bunga nasional Indonesia.
Melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman perdu, berbatang tegak merayap, hidup
menahun. Melati tumbuh baik di iklim panas tropik, kondisi tanah ringan, porus, berpasir sampai
agak liat. Bunga melati berukuran kecil, umumnya berwarna putih, petala (mahkota bunga)
selapis atau bertumpuk. Daun bentuk membulat.
Ada sekitar 200 jenis melati yang sudah teridentifikasi, tetapi hanya 8-9 jenis yang umum
dibudidayakan. Di Indonesia ada banyak nama lokal yang diberikan kepada bunga melati seperti,
menuh (bali), Meulu Cina, Meulu Cut (Aceh), Malete (Madura), Menyuru (Banda), Melur (Gayo
dan Batak Karo), Manduru (Menado), dan Mundu (Bima, Sumbawa).
Melati mempunyai bentuk mahkota yang sederhana. Melati memiliki bunga berwarna putih suci.
Melati memiliki aroma yang lembut menenangkan. Melati tidak membutuhkan pemeliharaan yang
rumit. Harga melati yang merakyat (relatif murah). Dari semua kelebihan melati itu, tidak
berlebihan jika kemudian melati ditetapkan sebagai bunga bangsa, salah satu dari 3 bunga
nasional Indonesia.

2. ANGREK
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan tanaman anggreknya, Imdonesia mempunyai
lebih dari 6.000 jenis anggrek dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan spesies
anggrek terbanyak dan terlengkap di dunia. Tidak hanya itu jenis anggrek di Indonesia juga
merupakan jenis anggrek terindah dan terlangka didunia.
Berikut adalah beberapa jenis anggrek yang ada di Indonesia
– Anggrek macan

Grammatophyllum speciosum atau seringpula disebut-sebut dengan nama G. papuanum yang


diyakini sebagai salah satu variannya. Tanaman ini tersebar luas dari Sumatera, Kalimantan,
Jawa, hingga Papua. Oleh karena itu, tidak heran bila banyak ditemukan varian-varian nya
dengan bentuk tanaman dan corak bunga yang sedikit berbeda. Dalam satu rumpun dewasa,
tanaman ini dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan panjang malai bunga hingga 3 meter
dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya malai bunganya mampu menyangga
puluhan kuntum bunga berdiameter 7-10 cm.
Dari corak bungany penduduk lokal sering menjulukinya dengan sebutan anggrek macan akan
tetapi sebutan ini sering rancu dengan kerabatnya, Grammatophyllum scriptum yang memiliki
corak serupa. Oleh sebab itu, anggrek ini populer juga dengan sebutan sebagai anggrek tebu,
karena sosok batang tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu. Meskipun
persebarannya cukup luas…anggrek ini justru menghadapi ancaman serius dari perburuan tak
terkendali serta kerusakan habitat. Sosok pohonnya yang sangat besar mudah terlihat oleh para
pemburu, terlebih lagi saat memunculkan bunganya yang mencolok. Belum lagi
perkembangbiakan alami di habitat dengan biji sangatlah sulit diandalkan karena lambatnya laju
pertumbuhan dari fase biji hingga mencapai tanaman dewasa yang siap berbunga. Mungkin hal
inilah yang mendasari kenapa anggrek ini menjadi salah satu species anggrek yang dilindungi.
– Anggrek hitam

Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) adalah spesies anggrek yang hanya tumbuh di pulau
Kalimantan. Anggrek hitam adalah maskot flora provinsi Kalimantan Timur. Saat ini, habitat asli
anggrek hitam mengalami penurunan jumlah yang cukup besar karena semakin menyusutnya
luas hutan di Kalimantan namun masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik Luway dalam jumlah
yang sedikit. Diperkirakan jumlah yang lebih banyak berada di tangan para kolektor anggrek.
Dinamakan anggrek hitam karena anggrek ini memiliki lidah (labellum) berwarna hitam dengan
sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu. Sepal dan petal berwarna hijau muda. Bunganya
cukup harum semerbak dan biasa mekar pada bulan Maret hingga Juni.
Anggrek hitam termasuk dalam anggrek golongan simpodial dengan bentuk bulb membengkak
pada bagian bawah dan daun terjulur di atasnya. Setiap bulb hanya memiliki dua lembar daun
saja. Daunnya sendiri sekilas mirip seperti daun pada tunas kelapa.
– Anggrek bulan

Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu bunga nasional Indonesia,
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) ditetapkan sebagai Puspa Pesona Indonesia
mendampingi bunga melati (Jasminum sambac) yang ditetapkan sebagai puspa bangsa
Indonesia dan padma raksasa (Rafflesia arnoldii ) sebagai puspa langka Indonesia.
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu anggota genus Phalaenopsis,
genus yang pertama kali ditemukan oleh seorang ahli botani Belanda, Dr. C.L.
Blume. Phalaenopsissendiri sedikitnya terdiri atas 60 jenis (spesies) dengan sekitar 140 varietas
yang 60 varietas diantaranya terdapat di Indonesia.
Di Indonesia, anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) pertama kali ditemukan di Maluku. Anggrek
bulan memiliki beberapa nama daerah seperti anggrek wulan (Jawa dan Bali), anggrek terbang
(Maluku), dan anggrek menur (Jawa). Pemerintah menetapkan anggrek bulan sebagai puspa
pesona mendampingi melati (puspa bangsa), dan padma raksasa (puspa langka) berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1993.
Pesona Anggrek Bulan. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan jenis anggrek
(Orchidaceae) yang mempunyai ciri khas kelopak bunga yang lebar dan berwarna putih.
Meskipun saat ini sudah banyak anggrek bulan hasil persilangan (anggrek bulan hibrida) yang
memiliki corak dan warna beragam jenis.
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) termasuk dalam tanaman anggrek monopodial yang
menyukai sedikit cahaya matahari sebagai penunjang hidupnya. Daunnya berwarna hijau dengan
bentuk memanjang. Akar anggrek bulan berwarna putih berbentuk bulat memanjang dan terasa
berdaging. Bunga anggrek bulan memiliki sedikit keharuman dan waktu mekar yang lama serta
dapat tumbuh hingga diameter 10 cm lebih.
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) tumbuh liar dan tersebar luas mulai dari Malaysia,
Indonesia, Filipina, Papua, hingga ke Australia. Anggrek bulan hidup secara epifit dengan
menempel pada batang atau cabang pohon di hutan-hutan. Secara liar anggrek bulan mampu
tumbuh subur hingga ketinggian 600 meter dpl.
Lantaran keindahannya itu wajar jika kemudian anggrek bulan ditetapkan sebagai puspa pesona,
satu diantara 3 bunga nasional Indonesia. Anggrek bulan ditetapkan sebagai puspa pesona
mendampingi melati (puspa bangsa) dan padma raksasa (puspa langka).
3. BUNGA BANGKAI

Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk fase
vegetatif), Amorphophallus titanum Becc., merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan
(Araceae) endemik dariSumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga
(majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga
endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. Namanya berasal dari
bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang dimaksudkan
sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Bunga bangkai
juga sering digunakan sebagai julukan bagi fatma raksasa Rafflesia arnoldii. Di alam tumbuhan
ini hidup di daerah hutan hujan basah. Bunga bangkai adalah bunga resmi bagi Provinsi
Bengkulu.
Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase
vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya
dapat mencapai 6 meter . Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya
dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga
majemuknya akan muncul. Apabila cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya.
Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol
atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar. Bunganya berumah
satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan,
sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Hingga tahun 2005, rekor bunga
tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga
setinggi 2,74m pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan ketinggian
2,91m di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di Jerman. Namun demikian, Kebun
Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang mekar di sana mencapai ketinggian
3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret 2004 . Bunga mekar untuk waktu sekitar seminggu,
kemudian layu. Apabila pembuahan terjadi, akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan
biji di pada bagian bekas pangkal bunga. biji-biji ini dapat ditanam. Setelah bunga masak, seluruh
bagian generatif layu. Pada saat itu umbi mengempis dan dorman. Apabila mendapat cukup air,
akan tumbuh tunas daun dan dimulailah fase vegetatif kembali.karena keunikan bunga ini, bunga
ini sering diperjual belikan oleh manusia, itulah faktor utama bunga ini langka.

4 BUNGA RAFFLESIA ARNOLDI

Rafflesia Arnoldi merupakan salah jenis tanaman langka yang hanya tumbuh di kawasan
Sumatra bagian selatan, terutama di Provinsi Bengkulu. Tanaman ini pertama kali ditemukan di
Bengkulu pada tahun 1818, oleh seorang letnan dari Inggris, yang pada saat itu tengah menjabat
sebagai Gubernur Bengkulu, Thomas Stamford Raffles dan Dr. Arnoldy, seorang ahli botani.
Oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, bunga ini ditetapkan sebagai lambang provinsi. Karena
Refflesia Arnoldi merupakan tanaman langka, maka sejak tahun 2000 Pemerintah Provinsi
Bengkulu menetapkannya sebagai tanaman yang dilindungi dan harus dilestarikan. Selain itu,
sejak tahun 2001, beberapa kawasan hutan yang menjadi habitat Rafflesia Arnoldi ditetapkan
sebagai kawasan hutan yang dilindungi.
Raflesia Arnoldi adalah bunga khas yang tumbuh di kawasan hutan bukit barisan Provinsi
Bengkulu. Keunikan bunga ini adalah selain dari bentuknya yang jauh lebih besar dari ukuran
bunga pada umumnya juga karena proses pemunculannya yang tiba-tiba tanpa memiliki bentuk
pohon tertentu. Menurut berbagai ahli botani, bunga ini diidentifikasi sebagai bunga terbesar di
dunia.
Bunga ini kerap tumbuh di hutan Bukit Barisan di Desa Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu
Tengah dan juga di sekitar Desa Tebat Monok, Kabupaten Kepahiang. Bagian terbesar dari
bunga ini adalah lima kelopak bunga yang mengelilingi bagian dalam, yang tampak seperti mulut
gentong. Di dasar bagian yang seperti gentong ini, terdapat benang sari ataupun putik,
bergantung pada jenis kelaminnya, Rafflesia Arnoldi jantan atau betina. Terpisahnya benang sari
dan putik ini, membuat pembuahan bunga yang berbau busuk ini agak sulit. Dibutuhkan bantuan
dari serangga, angin, ataupun air agar Rafflesia Arnoldi dapat berbunga.
Masa pertumbuhan Rafflesia Arnoldi terhitung lama, dapat memakan waktu hingga sembilan
bulan, dan jika bunganya sedang mekar, hanya akan berlangsung selama seminggu. Maka tak
heran jika tidak banyak wisatawan yang cukup beruntung untuk melihat bunga yang biasanya
mekar di bulan Agustus hingga November ini. Jika sedang mekar, bunga ini dapat memiliki
diameter hingga 1 meter, dan beratnya dapat mencapai 11 kilogram. Bunga ini memang akan
mengeluarkan bau yang tak sedap, namun bau inilah yang memancing serangga untuk
mendekati Rafflesia Arnoldi, sehingga memungkinkan pembuahan terjadi.
Salah satu kebanggaan masyarakat Bengkulu yang merupakan puspa langka Indonesia, bunga
Raflesia Arnoldi yang hanya tumbuh di sekitar kawasan Hutan Lindung Bukit Daun Bengkulu saat
ini terancam punah. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA), Supartono. Kepunahan ini disebabkan oleh warga di sekitar
kawasan Hutan Lindung Bukit Daun, secara sengaja memindahkan bongkol puspa langka
tersebut ke daerah yang mudah dijangkau pengunjung atau diletakkan di sekitar rumah atau
pinggir jalan untuk dimanfaatkan menjadi sumber pendapatan, karena setiap bunga Raflesia
mekar selalu dipadati oleh pengunjung baik dari Provinsi Bengkulu maupun dari provinsi lain
untuk melihat dari dekat puspa langka Indonesia tersebut.
Pihak BKSDA sejak tahun 2006 sudah mencurigai indikasi ini, tetapi tidak pernah ditemukan bukti
yang kuat. Pihak BKSDA curiga dan heran kenapa bunga Raflesia selalu mekar dekat dengan
jalan, padahal puspa ini memerlukan iklim yang ekstrim dan hanya tumbuh di kawasan Hutan
Lindung Bukit Daun.
Hal ini hendaknya menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan pihak terkait, jangan
sampai salah satu kebanggaan masyarakat Bengkulu dan koleksi puspa langka Indonesia
menjadi punah dan tinggal cerita.

Anda mungkin juga menyukai