Anda di halaman 1dari 11

BAB II

KERANGKA TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL


INTERVENSI TINDAKAN

A. Kajian Teori

Dalam bagian kajian teori ini akan dikemukakan bahasan mengenai


pembelajaran matematika, pengertian dan indicator disposisi matematik, model
motivasi ARCS, serta penerapan ARCS dalam pembelajaran matematika.

1. Pembelajaran Matematika
Belajar dan pembelajaran dalam dunia pendidikan saling berkaitan.
Menurut Travers 1 belajar mencakup perubahan yang relatif permanen dalam
tingkah laku sebagai akibat dari penyingkapan terhadap kondisi dalam
lingkungan.1 Hilgard mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu
perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi.2
Gagne menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku sebagai
akibat pengalaman.3 Seperti Gagne, Di Vesta dan Thompson mendefinisikan
bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap sebagai
hasil dari pengalaman.4 Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah sejumlah aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki sikap dan perilaku.
Sementara itu, Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara siswa
dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir
1
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 7.

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:
2

PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 12.

3
Ratna Willis Dahar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Erlangga, 2011), h. 2.
4

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 12.

7
8

yang akan menjadikan kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan serta proses
perolehan ilmu dan pengetahuan. Pembelajaran dapat memberikan suasana
lingkungan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.5 Menurut Sumarmo,
pembelajaran merupakan suatu proses, situasi, dan upaya yang dirancang guru
sedemikian rupa sehingga membuat siswa belajar.6
Berdasarkan definisi di atas, pembelajaran adalah proses perubahan
tingkah laku berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang menyesuaikan diri
dengan lingkungan berupa kecakapan dan sikap. Proses pembelajaran yang
dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai
siswa. Semakin tinggi tingkat pendidikan siswa maka semakin sulit dirasa siswa
untuk mempelajarinya. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi belajar
ialah motivasi siswa, kuat lemahnya motivasi belajar siswa turut mempengaruhi
keberhasilannya.
Pembelajaran matematika merupakan proses berpikir untuk memahami
konsep-konsep matematika, bukan sekedar menekankan kepada materi pelajaran
saja, tetapi juga kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri.
Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan pembelajaran.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.7
Berdasarkan pemaparan di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika merupakan proses yang disengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan
kegiatan belajar matematika. Dalam proses pembelajaran matematika juga perlu
dijaga motivasi siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna bagi siswa.

5
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,(Bandung:JICA
UPI, 2001), h. 8-9.

6
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah: Berfikir dan Disposisi Matematik serta
Pembelajarannya,(Bandung:UPI,2013), h. 126.
7

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 235.


9

2. Disposisi Matematis
Salah satu komponen dari kompetensi matematika adalah disposisi yang
produktif. Disposisi matematik siswa merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sukses atau tidaknya proses pembelajaran matematika. Berikut ini
akan dikemukakan bahasan mengenai pengertian disposisi matematik dan
indikator disposisi matematik.
a. Pengertian Disposisi Matematik
Ada lima kompetensi matematika yang seharusnya dapat dicapai oleh
siswa dalam proses pembelajaran matematika, yaitu: 1) Pemahaman Konsep
(Conceptual Understanding); 2) Pemahaman Prosedur (Prosedural Fluency); 3)
Kemampuan Strategis (Strategic Competence); 4) Penalaran Adaptif (Adaptif
Reasoning); 5) Disposisi yang Produktif (Productive Disposition).8
Salah satu komponen kompetensi matematika yang harus dicapai oleh
siswa adalah disposisi yang produktif (productive disposition) yaitu sikap
produktif serta kebiasaan untuk melihat sebagai suatu yang logis, berguna dan
berfaedah. Menurut Sumarmo, disposisi matematik adalah keinginan, kesadaran
dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan
melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Wardani (dalam Permana)
mendefinisikan disposisi matematik adalah ketertarikan dan apresiasi terhadap
matematika yaitu kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif, termasuk
kepercayaan diri, keingintahuan, ketekunan antusias dalam belajar, gigih
menghadapi permasalahan, fleksibel, mau berbagi dengan orang lain, reflektif
dalam kegiatan matematika. Senada dengan Wardani, Kesumawati mengartikan
disposisi matematik, yaitu keinginan, kesadaran dan dedikasi yang kuat pada diri
siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.9
Dari berberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa disposisi
matematik adalah keinginan, kecenderungan untuk memandang, berpikir dan
8
Jeremy Kilpatrick, Jane Swafoord, & Bradford Findell, Adding It Up:Helping Children
Learn Mathematics, (Washington DC:National Academy, 2001), h. 5.
9
Nila Kesumawati, “Peningkatan Kemampauan, Pemecahan Masalah dan Disposisi
Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”, Disertasi pada
Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2010, h. 44, tidak dipublikasikan.
10

berbuat dengan cara positif terhadap matematika. Disposisi matematik siswa


dikatakan baik jika siswa tersebut menyukai masalah-masalah yang merupakan
tantangan serta melibatkan dirinya secara langsung dalam menyelesaikan masalah.
Dalam proses pembelajaran, disposisi matematik ditandai ketika siswa merasakan
munculnya kepercayaan diri, harapan dan kesadaran untuk melihat kembali hasil
berpikirnya.
Disposisi matematik merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa memerlukan disposisi yang akan
menjadikan mereka gigih menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk
bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan untuk mengembangkan
kebiasaan yang baik dalam belajar matematika. Didukung dengan pendapat Anku
yang menyatakan bahwa ”one of several factors that affect students' learning of
mathematics is their disposition towards mathematics”10, yaitu salah satu faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar matematika siswa adalah disposisi
mereka terhadap matematikanya. Dan pendapat Jeremy Kilpatrick, Jane Swafford,
dan Bradford Findell menjelaskan “students’ disposition toward mathematics is a
major factor in determining their educational success.”11 yaitu disposisi siswa
terhadap matematika merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan
pendidikan mereka.
b. Indikator Disposisi matematik
Menurut National Council of Teachers of Mathematics (2000) (dalam
Sumarmo), disposisi matematik menunjukkan rasa percaya diri, ekspektasi dan
metakognisi, gairah dan perhatian serius dalam belajar matematika, kegigihan
dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah, rasa ingin tahu yang tinggi, serta
kemampuan berbagi pendapat dengan orang lain12.
Silver menguraikan disposisi matematik ke dalam beberapa komponen
yaitu : rasa percaya diri (self confident), rasa diri mampu (self efficacy), rasa ingin

10
Anku, Sitsofe Enyonam, Fostering Students' Disposition towards Mathematics: A Case
from a Canadian University(Academic journal article from Education, Vol. 116, No. 4)
11
Jeremy Kilpatrick, Jane Swafoord, & Bradford Findell, Adding It Up:Helping Children
Learn Mathematics, (Washington DC:National Academy,2001), h. 131.
12
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah : Berfikir dan Disposisi Matematik serta
Pembelajarannya (Jurusan Pendidikan Matematika:FPMIPA,2013). h. 339.
11

tahu (curiousity), senang mengerjakan tugas matematika, rajin dan


tekun(diligence), fleksibel (flexibility), dan reflektif. Rasa percaya diri (self
confident) dan rasa diri mampu (self efficacy) adalah sikap positif yang merupakan
bagian penting dalam pembelajaran. Rasa percaya diri merefleksikan bagaimana
seseorang berfikir tentang sesuatu. Sedangkan sikap positif ditunjukkan dengan
semangat belajar, penuh perhatian, saling sumbang saran, dan saling menghormati
terhadap sesama. Sebaliknya sikap negatif ditunjukkan dengan rasa tidak suka,
tidak tertarik, tidak berminat, dan cemas terhadap matematik. Kualitas rasa
keingintahuan seseorang dapat diidentifikasi melalui sejumlah pertanyaan yang
diajukan, melakukan diskoveri, dan semangat belajar. Fleksibilitas dapat
diestimasi dari saling sumbang saran atau idea, sedang sikap reflektif dapat
diprediksi dari respons siswa terhadap sesuatu yang terjadi, aktivitas, dan
pengetahuan baru.13
Polking (1998), mengemukakan bahwa indikator disposisi matematik
antara lain14:
a. Rasa percaya diri dalam menggunakan matematika, memecahkan masalah,
memberi alasan dan mengkomunikasikan gagasan.
b. Fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan matematik dan berusaha mencari
metoda alternatif dalam memecahkan masalah.
c. Tekun mengerjakan tugas matematik.
d. Minat, rasa ingin tahu (curiosity), dan daya temu dalam melakukan tugas
matematik.
e. Cenderung memonitor, merepleksikan performance dan penalaran mereka
sendiri.
f. Menilai aplikasi matematika ke situasi lain dalam maatematika dan
pengalaman sehari-hari.
g. Apresiasi (appreciation) peran matematika dalam kultur dan nilai,
matematika sebagai alat, dan sebagai bahasa.

13
Ibid., h. 203.
14
Ibid., h. 339.
12

Syaban menyatakan untuk mengukur disposisi matematik siswa,


indikator yang digunakan antara lain:15
1. Menunjukkan perhatian yang serius dalam belajar matematika.
2. Menunjukkan kegigihan dalam menghadapi permasalahan.
3. Menunjukkan gairah/ antusias dalam belajar matematika.
4. Menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi.
5. Menunjukkan rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan masalah.
6. Menunjukkan kemampuan untuk berbagi dengan orang lain.

Berdasarkan beberapa indikator-indikator yang dipaparkan di atas,


indikator disposisi matematik dalam penelitian ini adalah (1) Rasa percaya diri
dalam menggunakan matematika, memecahkan masalah, memberi alasan dan
mengkomunikasikan gagasan, (2) Fleksibilitas dalam menyelidiki gagasan
matematik dan berusaha mencari metoda alternatif dalam memecahkan masalah,
(3) Tekun mengerjakan tugas matematik, (4) Minat, rasa ingin tahu (curiosity),
dan daya temu dalam melakukan tugas matematik, (5) Cenderung memonitor,
merepleksikan performance dan penalaran mereka sendiri, (6) Menilai aplikasi
matematika ke situasi lain dalam maatematika dan pengalaman sehari-hari, (7)
Apresiasi (appreciation) peran matematika dalam kultur dan nilai, matematika
sebagai alat, dan sebagai bahasa.

3. Model Motivasi ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)


dalam Pembelajaran Matematika
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang, keller telah menyusun
seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran, yang disebut sebagai model ARCS yaitu Attention (perhatian),
Relevance (relevansi), Confidence (keyakinan diri siswa), Satisfaction (kepuasan
siswa). Dalam proses belajar dan pembelajaran, keempat kondisi motivasional

Mumun Syaban, Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah


15

Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi(Bandung:Universitas Langlangbuana,2009), h.


130.
13

tersebut sangat penting dipraktikkan utntuk terus dijaga sehingga motivasi siswa
terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung16.
a. Attention (perhatian)
Attention (perhatian) adalah bentuk pengarahan untuk memusatkan
tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu obyek, dalam hal ini proses
mengajar belajar di kelas. Munculnya perhatian di dorong oleh rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen
baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kontradiktif/kompleks17.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al- Mulk ayat 10

"Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu)


niscaya tidaklah kami termasuk penghuni - penghuni neraka yang menyala-
nyala".
Terdapat beberapa strategi untuk merangsang minat dan perhatian, yaitu
sebagai berikut18:
1) Gunakan metode penyampaian yang bervariasi.
2) Gunakan media untuk melengkapi pembelajaran.
3) Gunakan humor untuk melengkapi pembelajaran.
4) Gunakan peristiwa nyata, dan contoh-contoh untuk memperjelas konsep yang
telah diutarakan.
5) Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan peserta didik.
b. Relevance (relevansi)
Relevance (relevansi) yaitu adanya hubungan yang ditunjukkan antara
materi pembelajaran, kebutuhan dan kondisi pesrta didik. Ada tiga strategi yang

16
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 52.
17
Ibid.
18
Ibid.
14

dapat digunakan untuk menunjukkan relevansi dalam pembelajaran, yaitu sebagai


berikut19:
1) Sampaikan kepada peserta didik apa yang akan dapat mereka lakukan setelah
mempelajari materi pembelajaran.
2) Jelaskan manfaat pengetahuan/ketermpilan yang akan dipelajari.
3) Berikan contoh, latihan/tes yang langsung berhubungan dengan kondisi
peserta didik atau profesi tertentu.
Seperti halnya proses belajar umumnya jika seseorang tidak memiliki
motivasi yang kuat dalam belajar, maka mustahil mereka akan mampu menangkap
pelajaran dengan baik. Relevansi menunjukkan adanya hubungan antara materi
yang dipelajari dengan kebutuhan kondisi peserta didik. Peserta didik akan
termotivasi bila mereka merasa bahwa apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan
pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang.
c. Confidence (kepercayaan diri)
Confidence (kepercayaan diri) yaitu merasa diri kompeten atau mampu
merupakan potensi untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan. Motivasi akan
meningkat sejalan dengan meningkatnya harapan untuk berhasil. Ada sejumlah
strategi untuk meningkatkan kepercayaan diri, yaitu sebagai berikut20:
1) Memberikan materi matematika secara sistematis, dari yang mudah ke yang
sukar dan dari yang konkrit ke abstrak, sehingga kemampuan siswa mengikuti
pelajaran termotivasi sejak awal kegiatan.
2) Menyampaikan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai dari pembelajaran,
sehingga arah dan tujuan kegiatan jelas bagi siswa.
3) Tumbuh kembangkan rasa percaya diri pada siswa, dengan tidak mengatakan
“kamu bodoh”, atau “kamu salah”, akan tetapi guru dapat menggunakan kata
lain jika jawaban siswa salah dengan “mungkin masih ada jawaban lain” atau
“jawaban kamu sudah hampir tepat” dsb.
d. Satisfaction (kepuasan)

19
Ibid., hal. 53.
20
Dra. Zahra Chairani, M.Pd, Model ARCS dalam Pembelajaran (hubungan dengan aspek
kecakapan hidup), 2005, hal. 12
15

Satisfaction (kepuasan) adalah perasaan gembira, perasaan ini dapat


positif yaitu timbul kalau orang mendapatkan penghargaan dalam dirinya.
Perasaan ini meningkat kepada perasaan harga diri kelak. Keberhasilan dalam
mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, peserta didik akan
termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Ada sejumlah
strategi untuk mencapai kepuasan, yaitu sebagai berikut21:
1) Memberikan penguatan (reinforcement) berupa pujian secara verbal.
2) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk segera
mengunakan/mempratikkan pengetahuan yang baru dipelajari.
3) Minta kepada peserta didik yang telah menguasai untuk membantu teman-
temannya yang belum berhasil.

4. Penerapan ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction) dalam


Pembelajaran Matematika:
Adapun langkah-langkah pembelajaran matematika melalui model
motivasi ARCS dengan menggunakan media Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan siswa
2. Menimbulkan dan memusatkan perhatian siswa dengan cerita inspiratif,
bertukar cerita atau memberikan teka-teki yang menantang (Attention).
3. Memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar
yang ingin dicapai setelah pembelajaran berlangsung (Relevance).
4. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok dimana nanti setiap kelompok
berdiskusi dan berbagi ilmu.
5. Dengan memperhatikan alat peraga siswa mengerjakan LKS secara
berkelompok (Relevance).
6. Memberikan bimbingan dan menumbuh kembangkan rasa percaya diri siswa
dengan pernyataan-pernyataan yang membangun selama diskusi berlangsung
(Confidence).

21
Ibid., hal. 13
16

7. Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas (Confidence &


Satisfaction).
8. Melakukan evaluasi
9. Memberikan penguatan berupa pujian secara verbal atau memberikan reward
kepada kelompok yang telah memberanikan diri untuk presentasi dan siswa
yang aktif bertanya (Satisfaction).
10. Sebelum pembelajaran berakhir, siswa melakukan refleksi tentang
pembelajaran yang dialaminya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan


Untuk mendukung penelitian ini, berikut ini disajikan beberapa penelitian
yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian tersebut antara
lain:
1. Ahmad Dimyati (2007) dengan judul penelitian “Penerapan Metode
Hypnoteaching untuk Meningkatkan Disposisi Matematik Siswa”.
Menunjukan Metode Hypnoteaching dapat meningkatkan disposisi matematik
siswa.22
2. Sulistiyani (2011) dengan judul “Efektifitas Pembelajaran ARCS (Attention,
Relevance, Confidence, Satisfaction) Berbantuan Alat Peraga Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Pada Pokok Bahasan
Segiempat”. Penelitian ini menemukan bahwa pembelajaran matematika
melalui pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction)
pada pokok bahasan segiempat kelas VII semester genap MTs NU Sunan
Katong Kaliwungu Kendal efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik.23
3. Nurfazlin Nova, Zulfitri Aima dan Ainil Mardiyah (2013) dengan judul
“Pengaruh Penerapan Strategi Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction
Ahmad Dimiyati, “Penerapan Metode Hypnoteaching untuk Meningkatkan Disposisi
22

Matematik Siswa”, Skripsi pada PMTK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2007, tidak
dipublikasikan.
23
Sulistiyani ,“Efektifitas Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) Berbantuan Alat Peraga Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Peserta
Didik Pada Pokok Bahasan Segiempat”, Skripsi pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Ilam
Negeri Walisongo, Semarang, 2007, tidak dipublikasikan.
17

(ARCS) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas XI IPA


SMAN 5 Solok Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013”. Penelitian ini
menemukan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan strategi ARCS lebih baik daripada
pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan serta mengacu pada hasil
penelitian yang relevan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“Penerapan Model Motivasi ARCS dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan disposisi matematik siswa”

Anda mungkin juga menyukai