A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Matematika
Belajar dan pembelajaran dalam dunia pendidikan saling berkaitan.
Menurut Travers 1 belajar mencakup perubahan yang relatif permanen dalam
tingkah laku sebagai akibat dari penyingkapan terhadap kondisi dalam
lingkungan.1 Hilgard mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu
perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap suatu situasi.2
Gagne menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku sebagai
akibat pengalaman.3 Seperti Gagne, Di Vesta dan Thompson mendefinisikan
bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang bersifat menetap sebagai
hasil dari pengalaman.4 Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah sejumlah aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki sikap dan perilaku.
Sementara itu, Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara siswa
dengan guru dan siswa dengan siswa dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir
1
Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 7.
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:
2
3
Ratna Willis Dahar, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Erlangga, 2011), h. 2.
4
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 12.
7
8
yang akan menjadikan kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan serta proses
perolehan ilmu dan pengetahuan. Pembelajaran dapat memberikan suasana
lingkungan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.5 Menurut Sumarmo,
pembelajaran merupakan suatu proses, situasi, dan upaya yang dirancang guru
sedemikian rupa sehingga membuat siswa belajar.6
Berdasarkan definisi di atas, pembelajaran adalah proses perubahan
tingkah laku berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang menyesuaikan diri
dengan lingkungan berupa kecakapan dan sikap. Proses pembelajaran yang
dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai
siswa. Semakin tinggi tingkat pendidikan siswa maka semakin sulit dirasa siswa
untuk mempelajarinya. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi belajar
ialah motivasi siswa, kuat lemahnya motivasi belajar siswa turut mempengaruhi
keberhasilannya.
Pembelajaran matematika merupakan proses berpikir untuk memahami
konsep-konsep matematika, bukan sekedar menekankan kepada materi pelajaran
saja, tetapi juga kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri.
Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan pembelajaran.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.7
Berdasarkan pemaparan di atas, disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika merupakan proses yang disengaja dirancang dengan tujuan untuk
menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan
kegiatan belajar matematika. Dalam proses pembelajaran matematika juga perlu
dijaga motivasi siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna bagi siswa.
5
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer,(Bandung:JICA
UPI, 2001), h. 8-9.
6
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah: Berfikir dan Disposisi Matematik serta
Pembelajarannya,(Bandung:UPI,2013), h. 126.
7
2. Disposisi Matematis
Salah satu komponen dari kompetensi matematika adalah disposisi yang
produktif. Disposisi matematik siswa merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi sukses atau tidaknya proses pembelajaran matematika. Berikut ini
akan dikemukakan bahasan mengenai pengertian disposisi matematik dan
indikator disposisi matematik.
a. Pengertian Disposisi Matematik
Ada lima kompetensi matematika yang seharusnya dapat dicapai oleh
siswa dalam proses pembelajaran matematika, yaitu: 1) Pemahaman Konsep
(Conceptual Understanding); 2) Pemahaman Prosedur (Prosedural Fluency); 3)
Kemampuan Strategis (Strategic Competence); 4) Penalaran Adaptif (Adaptif
Reasoning); 5) Disposisi yang Produktif (Productive Disposition).8
Salah satu komponen kompetensi matematika yang harus dicapai oleh
siswa adalah disposisi yang produktif (productive disposition) yaitu sikap
produktif serta kebiasaan untuk melihat sebagai suatu yang logis, berguna dan
berfaedah. Menurut Sumarmo, disposisi matematik adalah keinginan, kesadaran
dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan
melaksanakan berbagai kegiatan matematika. Wardani (dalam Permana)
mendefinisikan disposisi matematik adalah ketertarikan dan apresiasi terhadap
matematika yaitu kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif, termasuk
kepercayaan diri, keingintahuan, ketekunan antusias dalam belajar, gigih
menghadapi permasalahan, fleksibel, mau berbagi dengan orang lain, reflektif
dalam kegiatan matematika. Senada dengan Wardani, Kesumawati mengartikan
disposisi matematik, yaitu keinginan, kesadaran dan dedikasi yang kuat pada diri
siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.9
Dari berberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa disposisi
matematik adalah keinginan, kecenderungan untuk memandang, berpikir dan
8
Jeremy Kilpatrick, Jane Swafoord, & Bradford Findell, Adding It Up:Helping Children
Learn Mathematics, (Washington DC:National Academy, 2001), h. 5.
9
Nila Kesumawati, “Peningkatan Kemampauan, Pemecahan Masalah dan Disposisi
Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik”, Disertasi pada
Pascasarjana UPI Bandung, Bandung, 2010, h. 44, tidak dipublikasikan.
10
10
Anku, Sitsofe Enyonam, Fostering Students' Disposition towards Mathematics: A Case
from a Canadian University(Academic journal article from Education, Vol. 116, No. 4)
11
Jeremy Kilpatrick, Jane Swafoord, & Bradford Findell, Adding It Up:Helping Children
Learn Mathematics, (Washington DC:National Academy,2001), h. 131.
12
Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah : Berfikir dan Disposisi Matematik serta
Pembelajarannya (Jurusan Pendidikan Matematika:FPMIPA,2013). h. 339.
11
13
Ibid., h. 203.
14
Ibid., h. 339.
12
tersebut sangat penting dipraktikkan utntuk terus dijaga sehingga motivasi siswa
terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung16.
a. Attention (perhatian)
Attention (perhatian) adalah bentuk pengarahan untuk memusatkan
tenaga dan energi psikis dalam menghadapi suatu obyek, dalam hal ini proses
mengajar belajar di kelas. Munculnya perhatian di dorong oleh rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu seseorang ini muncul karena dirangsang melalui elemen-elemen
baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, dan kontradiktif/kompleks17.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Al- Mulk ayat 10
16
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010), h. 52.
17
Ibid.
18
Ibid.
14
19
Ibid., hal. 53.
20
Dra. Zahra Chairani, M.Pd, Model ARCS dalam Pembelajaran (hubungan dengan aspek
kecakapan hidup), 2005, hal. 12
15
21
Ibid., hal. 13
16
Matematik Siswa”, Skripsi pada PMTK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2007, tidak
dipublikasikan.
23
Sulistiyani ,“Efektifitas Pembelajaran ARCS (Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction) Berbantuan Alat Peraga Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Matematika Peserta
Didik Pada Pokok Bahasan Segiempat”, Skripsi pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Ilam
Negeri Walisongo, Semarang, 2007, tidak dipublikasikan.
17
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan serta mengacu pada hasil
penelitian yang relevan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“Penerapan Model Motivasi ARCS dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan disposisi matematik siswa”