Anda di halaman 1dari 8

UPACARA ACARA PERNIKAHAN

ADAT BATAK

NAMA          : INDAH TRISHA NARASAKI. 12 Mei 2023


NPM              : 33412676
KELAS         : 2ID01
 
UPACARA ADAT – UPACARA ADAT PERNIKAHAN BATAK
            Dalam upacara pernikahan adat Batak terdapat urutan acara pesta pernikahan adat
Batak.
Marsibuha Buhai
Pagi hari sebelum dimulainya pemberkatan/pesta adat, acara dimulai dengan penjemputan
mempelai wanita di rumah disertai dengan makan pagi bersama dan berdoa untuk
kelangsungan pesta pernikahan,
biasanya disini ada penyerahan bunga oleh mempelai pria dan pemasangan bunga oleh
mempelai wanita dilanjutkan dengan penyerahan Tudu-tudu Ni Sipanganon dan Menyerahkan
dengke lalu makan bersama, selanjutmya berangkat menuju gereja untuk pemberkatan.
 
*BEBERAPA Pengertian POKOK DALAM ADAT PERKAWINAN
Suhut                          : kedua pihak yang punya hajatan
Parboru                      : orang tua  pengenten perempuan (Bona ni haushuton).
Paranak                      : orang tua  pengenten Pria (Suhut Bolon).
Suhut Bolahan amak : Suhut yang menjadi tuan rumah dimana acara adat diselenggrakan.
Suhut naniambangan            : suhut yang datang
Hula-hula                   : saudara laki-laki dari isteri masing-masing suhut
Dongan Tubu             : semua saudara laki masing-masing suhut ( Tobing dan Batubara).
Boru                            : semua yang isterinya semarga dengan marga kedua suhut (boru
Tobing dan boru Batubara).
Dongan sahuta          : arti harafiah “teman sekampung” semua yang tinggal dalam
huta/kampung komunitas (daerah tertentu)  yang sama paradaton/solupnya.
Ale-ale                        : sahabat yang diundang bukan berdasarkan garis persaudaraan
(kekerabatan atau silsilah) .
Uduran                       : rombongan masing-masing suhut, maupun rombongan masing-masing
hula-hulanya.
Raja Parhata (RP)     : Protokol (PR) atau Juru Bicara (JB) masing-masing suhut, juru bicara
yang ditetapkan masing-masng pihak
Namargoar                 : Tanda Makanan Adat , bagian-bagian tubuh hewan yang dipotong
yang menandakan makanan adat itu adalah dari satu hewan (lembu/kerbau) yang utuh, yang
nantinya dibagikan.
Jambar                       : namargoar yang  dibagikan kepada yang berhak, sebagai legitimasi dan
fungsi keberadaannya dalan acara adat itu.
Dalihan Na Tolu        : terjemahan harafiah”Tungku Nan Tiga” satu sistim kekerabatan dan
way of life masyarakat Adat Batak
Solup                           : takaran beras dari bambu yang dipakai sebagai analogi paradaton,
yang bermakna dihuta imana acara adat batak diadakan solup/paradaton dari huta itulah yang
dipakai sebagai rujukan, atau disebut dengan hukum tradisi “sidapot solup do na ro
 
*PROSESI MASUK TEMPAT  ACARA ADAT
(Contoh Acara di Tempat Perempuan)
-Raja Parhata/Protokol Pihak Perempuan (PRW)
-Raja Parhata/Protokol Pihak Laki-laki (PRP)
-Suhut Pihak Wanita (SW)
-Suhut Pihak Pria (SP)
 
PRW meminta semua dongan tubu/semaraganya bersiap untuk menyambut dan menerima
kedatangan rombongan hula-hula dan tulang. PRW memberi tahu kepada Hula-hula, bahwa
SP sudah siap menyambut dan menerima kedatangan Hula-hula. Setelah hula-hula
mengatakan mereka sudah siap untuk masuk, PRW mempersilakan masuk dengan menyebut
satu persatu, hula-hula dan tulangnya secara berurutan sesuai urutan rombongan masuk nanti:
dimulai dar Hula-hula Simorangkir
1. Hula-hula, ……
2. Tulang, ……
3. Bona Tulang, …
4. Tulang Rorobot, …
5. Bonaniari, ……
6. Hula-hula namarhahamaranggi:
7. …
8. …
9. …, dst.
10. Hula-hula anak manjae, … dengan permintaan agara mereka bersam-sama    masuk
dan menyerahkan pengaturan selanjutnya kepada hula-hula Simorangkir
PR Hulahula, menyampaikan kepada rombongan hula-hula dan tulang yang sudah disebutkan
PRW pada III , bahwa SW sudah siap menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang
dengan permintaan agar uduran Hula-hula dan Tulang memasuki tempat acara , secara 
bersama-sama.
Untuk itu diatur urut-urutan uduran (rombongan) hula-hula dan tulang yang akan memasuki
ruangan. Uduran yang pertama adalah Hula-hula.
Setelah seluruh rombongan hula-hula dan tulang dari SW duduk (acara 4), rombongan
Paranak/SP dipersilakan memasuki ruangan.  PRW, memberitahu bahwa tempat untuk SP dan
uduran/rombongannya sudah disediakan dan SW sudah siap menerima kedatangan mereka
beserta Hula-hula , Tulang SP dan uduran/rombongannya. PRP menyampaikan kepada
dongan tubu Batubara, bahwa sudah ada permintaan dari Tobing agar mereka memasuki
ruangan.
PRP memohon, sesuai permintaan hula-hula SW agar mereka masuk bersama-sama dengan
SP. Untuk itu tatacara dan urutan memasuki ruangan diatur, pertama adalah
Uduran/rombongan SP& Borunya, disusul Hula-hula….., Tulang…..dan seterusnya sesuai
urut-urutan yang telah dibacakan PR Batubara (Dibacakan sekali lagi kalau sudah mulai
masuk).
 
*MENYERAHKAN TANDA MAKANAN ADAT (Tudu-tudu Ni Sipanganon)
 
Tanda makanan adat yang pokok adalah: kepala utuh, leher (tanggalan), rusuk melingkar
(somba-somba) , pangkal paha (soit), punggung dengan ekor (upasira), hati dan jantung
ditempatkan dalam baskom/ember besar.
Tanda makanan adat diserahkan SP beserta Isteri didampingi saudara yang lain dipandu PRP,
diserahkan kepada SW dengan bahasa adat, yang intinya menunjukkan kerendahan hati
dengan mengatakan walaupun makanan yang dibawa itu sedikit/ala kadarnya  semoga ia tetap
membawa manfaat dan berkat jasmani dan rohani hula-hula SW dan semua yang menyantap
nya, sambil menyebut bahasa adat : Sitiktikma si gompa, golang golang pangarahutna, tung so
sadia (otik) pe naung pinatupa i, sai godangma pinasuna.
 
*MENYERAHKAN DENGKE/IKAN OLEH SW
 
Aslinya ikan yang diberikan adalah jenis “ihan” atau ikan Batak, sejenis ikan yang hanya
hidup di Danau Toba dan sungai Asahan bagian hulu dan rasanya memang manis dan khas.
Ikan ini mempunyai sifat hidup di air yang jernih (tio) dan kalau berenang/berjalan selalu
beriringan (mudur-udur) , karena itu disebut ; dengke sitio-tio, dengke si mudur-udur (ikan
yang hidup jernih dan selalu beriringan/berjalan beriringan bersama) Simbol inilah yang
menjadi harapan kepada penganeten dan keluarganya yaitu seia sekata beriringan dan murah
rejeki (tio pancarian dohot pangomoan).
Tetapi sekarang ihan sudah sangat sulit didapat, dan jenis ikan mas sudah biasa digunakan.
Ikan Masa ini  dimasak khasa Batak yang disebut “naniarsik” ikan yang dimasak (direbus)
dengan bumbu tertentu sampai airnya berkurang pada kadar tertentu dan bumbunya sudah
meresap kedalam daging ikan itu.
       
*MAKAN BERSAMA
Sebelum bersantap makan, terlebih dahulu berdoa dari suhut Pria (SP) , karena pada dasarnya
SP yang membawa makanan itu walaupun acara adatnya di tempat SW. Untuk kata pengantar
makan, PRP menyampaikan satu uppasa (ungkapan adat) dalam bahasa Batak seperti waktu
menyerahakan tanda makanan adat: Sitiktikma si gompa, golang golang pangarahutna
Tung, sosadiape napinatupa on, sai godangma pinasuna.
     Ungkapan ini menggambarkan kerendahan hati yang memebawa makanan (Batubara),
dengan  mengatakan walaupun makanan yang dihidangkan tidak seberapa (pada hal hewan
yang diptong yang menjadi santapan adalah hewan lembu atau kerbau yang utuh), tetapi
mengharapkan agar semua dapat menikmatinya serta membawa berkat. Kemudian PRP
mempersilakan bersantap.
 
*MEMBAGI JAMBAR/TANDA MAKANAN ADAT
Biasanya sebelum jambar dibagi, terlebih dahulu dirundingkan bagian-bagian mana yang
diberikan SW kepada SP. Tetapi, yang dianut dalam acara adat yaitu Solup Batam, yang
disebut dengan “JAMBAR MANGIHUT”dimana jambar sudah dibicarakan sebelumnya dan
dalam acara adatnya (unjuk) SW tinggal memberikan bagian jambar untuk SP sebagai ulu ni
dengke mulak. Selanjutnya masing masing suhut membagikannya kepada masing-masing 
fungsi dari pihaknya masing-masing saat makan sampai selesai dibagikan
 
*MANAJALO TUMPAK (SUMBANGAN TANDA KASIH)
Arti harafiah tumpak adalah sumbangan bentuk uang, tetapi  melihat keberadaan masing-
masing dalam acara adat mungkin istilah yang lebih tepat adalah tanda kasih. Yang
memberikan tumpak adalah undangan SUHUT PRIA, yang diantarkan ketempat SUHUT
duduk dengan memasukkannya dalam baskom yang disediakan/ ditempatkan dihadapan
SUHUT, sambil menyalami pengenten dan SUHUT.
Setelah selesai santap makan, PRP meminta ijin kepada PRW agar mereke diberi waktu untuk
menerima para undangan mereka untuk mengantarkan tumpak (tanda kasih). Setelah PRW
mempersilakan, PRP menyampai kan kepada dongan tubu, boru/bere dan undangannya
bahwa  SP sudah siap menerima kedatangan mereka untuk mengantar tumpak. setelah selesai
PRP mengucapkan terima kasih atas pemberian tanda kasih dari para undangannya.
      
ACARA PERCAKAPAN ADAT
*MEMPERSIAPKAN PERCAKAPAN
RPW menanyakan Batubara apakah sudah siap memulai percakapan, yang dijawab oleh SP,
mereka sudah siap. Masing-masing PRW dan PRP menyampaikan kepada pihaknya dan hula-
hula serta tulangnya bahwa percakapan adat akan dimulai, dan memohon kepada hula-hulanya
agar berkenan memberi nasehat kepada mereka dalam percakapan adat nanti
*MEMULAI PERCAKAPAN (PINGGAN PANUNGKUNAN) .
 
Pinggan Panungkunan, adalah piring yang didalamnya ada beras, sirih, sepotong daging
(tanggo-tanggo) dan uang 4 lembar. Piring dengan isinya ini adalah sarana dan simbol untuk
memulai percakapan adat. PRP meminta seorang borunya mengantar Pinggan Panungkunan
itu kepada PRW. PRW,  menyampaikan telah menerima Pinggan Panungkunan dengan
menjelaskan apa arti semua isi yang ada dalam beras itu. Kemudian PRW mengambil 3
lembar uang itu, dan kemudian meminta salah seorang borunya untuk mengantar piring itu
kembali kepada PRP. PRW membuka percakapan dengan memulainya dengan penjelasan
makna dari tiap isi  pinggan panungkunan (beras, sirih, daging dan uang), kemudian
menanyakan kepada Batubara makna tanda dan makanan adat yang sudah dibawa dan
dihidangkan oleh pihak Batubara.
Akhir dari pembukaan percakapan ini, keluarga Batubara mengatakan bahwa makanan dan
minuman pertanda pengucapan syukur karena berada dalam keadaan sehat, dan tujuan
Batubara  adalah menyerahkan kekurangan sinamot , dilanjutkan adat yang terkait dengan
pernikahan anak mereka.
 
*PENYERAHAN PANGGOHI/KEKURANGAN SINAMOT
 
Dalam percakapan selanjutnya, setelah PRW meminta PRP menguraikan apa/berapa yang
mau mereka serahkan , PRP  memberi tahukan kekurangan sinamot yang akan mereka
serahkan adalah sebsar Rp…Juta, menggenapi seluruh sinamot Rp….Juta. (Pada waktu acara
Pudun Saut, Batubara sudah menyerahkan Rp 15 juta sebagai bohi sinamot (mendahulukan
sebagian penyerahan sinamot di acara adat na gok). Sebelum PR TOBING mengiakan lebih
dulu RP TOBING meminta nasehat dari Hula-hula dan pendapat dari boru Tobing. Sesudah
diiakan oleh PR TOBING, selanjutnya penyerahan kekurangan sinamot kepada suhut Tobing
oleh Batubara.
 
*PENYERAHAN PANANDAION.
Tujuan acara ini memperkenalkan keluarga pihak perempuan agar keluarga pihak pria
mengenal siapa saja kerabat pihak perempuan sambil memberikan uang kepada yang
bersangkutan
            
Secara simbolis, yang diberikan langsung hanya kepada 4 orang saja, yang disebut dengan
patodoan atau “suhi ampang na opat”  (4 kaki dudukan/pemikul  bakul)  yang merupakan
symbol pilar jadinya acara adat itu. Dengan demikian biarpun hanya yang empat itu yang
dikenal/menerima langsung, sudah mewakili menerima semuanya. (Mungkin dapat
dianalogikan dengan pemberian tanda penghargaan massal kepada pegawai PNS yang
diwakili 4 orang, masing-masing 1 orang dari tiap golngan I sampai golongan IV). Kepada
yang lain diberikan dalam satu envelope saja yang nanti akan dibagikan Tobing kepada yang
bersangkutan.      
 
*PENYERAHAN TINTIN MARANGKUP
    
 
Diberikan kepada tulang /paman penganten pria (saudara laki ibu   penganten pria). Yang
menyerahkan adalah orang tua penganten perempuan berupa uang dari bagian sinamot itu.
Secara tradisi penganten pria mengambil boru tulangnya untuk isterinya, sehingga yang
menerima sinamot seharusnya tulangnya.
Dengan diterimanya sebagian sinamot itu oleh Tulang Pengenten Pria yang disebut titin
marangkup, maka Tulang Pria mengaku penganten wanita, isteri ponakannya ini, sudah
dianggapnya sebagai boru/putrinya sendiri walaupun itu boru dari marga lain.                      
                  
*PEMBERIAN ULOS oleh Pihak Perempuan.
Dalam Adat Batak tradisi lama atau religi lama, ulos merupakan sarana penting bagi hula-
hula, untuk menyatakan atau menyalurkan sahala atau berkatnya kepada borunya, disamping
ikan, beras dan kata-kata berkat. Pada waktu pembuatannya ulos dianggap sudah mempunyai
“kuasa”. Karena itu,   pemberian ulos, baik yang memberi maupun yang menerimanya  tidak
sembarang orang , harus mempunyai alur tertentu, antara lain adalah dari Hula-hula kepada
borunya, orang tua kepada anank-anaknya. Dengan pemahaman iman yang dianut sekarang,
ulos tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia sebagai simbol dalam pelaksaan acara adat.
Ujung dari ulos selalu banyak rambunya sehingga disebut “ulos siganjang/sigodang
rambu”(Rambu, benang di ujung ulos yang dibiarkan terurai). 
 
*MANGUNJUNGI ULAON (Menyimpulkan Acara Adat)
Manggabei (kata-kata doa dan restu) dari pihak SW Berupa kata-kata pengucapan syukur
kepada Tuhan bahwa acara adat sudah terselenggara dengan baik:
a.  Ucapan terima kasih kepada dongan tubu dan hula-hulanya
b.    Permintaan kepada Tuhan agar rumah tangga yang baru diberkati        demikian juga
orang tua pengenten dan saudara Batubara yang        lainnya
Mangampu (ucapan terima kasih) dari pihak SP ucapan terima kasih kepada semua pihak baik
kepada hula-hula SW maupun kepada SP atas terselenggaranya acara adat nagok ini. 
Mangolopkon (Mengamenkan) oleh Tua-tua/yang dituakan di Kampung itu
Kedua suhut Tobing dan Batubara, menyediakan piring yang diisi beras dan uang  ( biasanya
ratusan lembar pecahan Rp1.000 yang baru) kemudian diserahkan kepada Rja Huta yang mau
mangolopkon Raja Huta berdiri sambil mengangkat piring yang berisi beras dan uang olop-
olop itu. Dengan  terlebih dahulu menyampaikan kata-kata ucapan Puji Syukur kepada Tuhan
Karen kasih-Nya cara adat rampung dalam suasan dami (sonang so haribo-riboan) serta restu
dan harapan kemudian  diahiri , dengan mengucapkan : olop olop, olop olop, olop olop sambil
menabur kan beras keatas dan kemudian membagikan uang olop-olop itu. Ditutup dengan
doa  / ucapan syukur
Akhirnya acara adat ditutup dengan doa oleh Hamba Tuhan.Sesudah amin, sam-sam
mengucapkan: horas ! horas  ! horas !
Bersalaman untuk pulang,, suhut na niambangan  Batubara menyalami Suhut Tobing.
Berikut sedikit ulasan mengenai urut-urutan pra sampai pasca pernikahan adat Na Gok :
1. Mangarisika..
Adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita dalam rangka penjajakan.
Jika pintu terbuka untuk mengadakan peminangan maka pihak orang tua pria memberikan
tanda mau (tanda holong dan pihak wanita memberi tanda mata). Jenis barang-barang
pemberian itu dapat berupa kain, cincin emas, dan lain-lain.
2. Marhori-hori Dinding/marhusip..
Pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang dilamar, terbatas dalam
hubungan kerabat terdekat dan belum diketahui oleh umum.
3. Marhata Sinamot..
Pihak kerabat pria (dalam jumlah yang terbatas) datang oada kerabat wanita untuk melakukan
marhata sinamot, membicarakan masalah uang jujur (tuhor).
4. Pudun Sauta..
Pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan wadah sumpit berisi nasi dan lauk pauknya
(ternak yang sudah disembelih) yang diterima oleh pihak parboru dan setelah makan bersama
dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada anggota kerabat, yang terdiri
dari :
Kerabat marga ibu (hula-hula)
Kerabat marga ayah (dongan tubu)
Anggota marga menantu (boru)
Pengetuai (orang-orang tua)/pariban
Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan pria bersepakat menentukan
waktu Martumpol dan Pamasu-masuon.
5. Martumpol (baca : martuppol)
Penanda-tanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua belah pihak atas rencana
perkawinan anak-anak mereka dihadapan pejabat gereja. Tata cara Partumpolon dilaksanakan
oleh pejabat gereja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tindak lanjut Partumpolon adalah
pejabat gereja mewartakan rencana pernikahan dari kedua mempelai melalui warta jemaat,
yang di HKBP disebut dengan Tingting (baca : tikting). Tingting ini harus dilakukan dua kali
hari minggu berturut-turut. Apabila setelah dua kali tingting tidak ada gugatan dari pihak lain
baru dapat dilanjutkan dengan pemberkatan nikah (pamasu-masuon).
6. Martonggo Raja atau Maria Raja.
Adalah suatu kegiatan pra pesta/acara yang bersifat seremonial yang mutlak diselenggarakan
oleh penyelenggara pesta/acara yang bertujuan untuk :
Mempersiapkan kepentingan pesta/acara yang bersifat teknis dan non teknis
Pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu yang telah ditentukan ada pesta/acara
pernikahan dan berkenaan dengan itu agar pihak lain tidak mengadakan pesta/acara dalam
waktu yang bersamaan.
Memohon izin pada masyarakat sekitar terutama dongan sahuta atau penggunaan fasilitas
umum pada pesta yang telah direncanakan.
7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan)
Pengesahan pernikahan kedua mempelai menurut tatacara gereja (pemberkatan pernikahan
oleh pejabat gereja). Setelah pemberkatan pernikahan selesai maka kedua mempelai sudah sah
sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah selesai seluruh acara pamasu-masuon, kedua belah
pihak yang turut serta dalam acara pamasu-masuon maupun yang tidak pergi menuju tempat
kediaman orang tua/kerabat orang tua wanita untuk mengadakan pesta unjuk. Pesta unjuk oleh
kerabat pria disebut Pesta Mangalap parumaen (baca : parmaen)
8. Pesta Unjuk 
Suatu acara perayaan yang bersifat sukacita atas pernikahan putra dan putri. Ciri pesta
sukacita ialah berbagi jambar :
Jambar yang dibagi-bagikan untuk kerabat parboru adalah jambar juhut (daging) dan jambar
uang (tuhor ni boru) dibagi menurut peraturan.
Jambar yang dibagi-bagikan bagi kerabat paranak adalah dengke (baca : dekke) dan ulos yang
dibagi menurut peraturan. Pesta Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke
rumah paranak.
9. Mangihut di ampang (dialap jual)
Yaitu mempelai wanita dibawa ke tempat mempelai pria yang dielu-elukan kerabat pria
dengan mengiringi jual berisi makanan bertutup ulos yang disediakan oleh pihak kerabat pria.
10. Ditaruhon Jual.
Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai pria, maka mempelai wanita
dibolehkan pulang ke tempat orang tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namborunya
ke tempat namborunya. Dalam hal ini paranak wajib memberikan upa manaru (upah
mengantar), sedang dalam dialap jual upa manaru tidak dikenal.
11. Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria  (Daulat ni si Panganon)
Setibanya pengantin wanita beserta rombongan di rumah pengantin pria, maka diadakanlah
acara makan bersama dengan seluruh undangan yang masih berkenan ikut ke rumah pengantin
pria.
Makanan yang dimakan adalah makanan yang dibawa oleh pihak parboru
12. Paulak Unea..
Setelah satu, tiga, lima atau tujuh hari si wanita tinggal bersama dengan suaminya, maka
paranak, minimum pengantin pria bersama istrinya pergi ke rumah mertuanya untuk
menyatakan terima kasih atas berjalannya acara pernikahan dengan baik, terutama keadaan
baik pengantin wanita pada masa gadisnya (acara ini lebih bersifat aspek hukum berkaitan
dengan kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam pernikahan).
Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung halamannya/rumahnya dan
selanjutnya memulai hidup baru.
13. Manjahea.
Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani hidup berumah tangga (kalau pria
tersebut bukan anak bungsu), maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal) dan
mata pencarian.
14. Maningkir Tangga (baca : manikkir tangga)
Beberapa lama setelah pengantin pria dan wanita berumah tangga terutama setelah berdiri
sendiri (rumah dan mata pencariannya telah dipisah dari orang tua si laki-laki) maka datanglah
berkunjung parboru kepada paranak dengan maksud maningkir tangga (yang dimaksud
dengan tangga disini adalah rumah tangga pengantin baru). Dalam kunjungan ini parboru juga
membawa makanan (nasi dan lauk pauk, dengke sitio tio dan dengke simundur-mundur)
 

Anda mungkin juga menyukai