Anda di halaman 1dari 5

CUNTAKA dalam HINDU

Cuntaka atau sebel adalah suatu keadaan tidak suci menurut pandangan agama Hindu. Menurut
pengertian kamus Kawi-Indonesia istilah cuntaka berarti cemer (letuh). Berdasarkan keputusan
pesamuhan agung PHDP Nomor 015 / Tap / PA.PHDP / 1984 dipergunakan istilah cuntaka untuk
menyatakan suatu keadaan kotor (tidak suci) baik akibat dari kematian maupun hal – hal lain yang
dipandang kotor.

Cuntaka dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Cuntaka karena diri sendiri adalah orang yang dalam keadaan kotor (cemer), sehingga tidak boleh
melakukan suatu upacara Agama dan memasuki tempat suci.

2. Cuntaka yang disebabkan oleh orang lain adalah orang yang dalam hubungan duka karena kematian,
sehingga tidak boleh melakukan upacara keagamaan dan memasuki tempat suci kecuali kegiatan yang ada
hubungannya dengan upacara kematian tersebut.

Ada beberapa penyebab sehingga terjadinya Cuntaka, berikut penyebab dan penjelasannya :

1. Kematian
Jika Kematian yang terkena cuntaka adalah keluarga terdekat sampai dengan mindon, serta orang- orang
yang ikut mengantar jenazah, demikian pula alat- alat yang dipergunakan dalam keperluan itu. Batas
waktunya disesuaikan dengan Loka dresta dan Sastra dresta.

2. Haid / Menstruasi
Jika Haid / Menstruasi yang terkena cuntaka adalah diri pribadi dengan kamar tidurnya. Batas waktunya
selama masih mengeluarkan darah sampai membersihkan diri.

3.Bersalin
Jika Bersalin atau melahirkan yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dan suaminya beserta rumah yang
ditempatinya. Batas waktunya Sekurang- kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapat tirtha
pabersihan dan suaminya sekurang- kurangnya sampai lepas puser bayinya.

4.Keguguran Kandungan
Jika Keguguran kandungan yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi dan suami beserta rumah yang
ditempatinya. Batas waktunya Sekurang- kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapat tirtha
pabersihan.

5. Sakit / Kelainan
Penderita sakit kelainan juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan kehidupan kemasyarakatan, karena
khawatir akan akibat yang ditimbulkan oleh sakit yang dideritanya.

6. Perkawinan
Cuntaka akibat berlangsungnya upacara perkawinan/pernikahan yang dialami oleh kedua mempelai
sebelum dibersihkan dengan upacara penyucian (Sampai dengan mendapat tirta pabeakaonan).

7. Agamya Gamana
Agamya gamana adalah hubungan seks antara anak dengan orang tua, atau termasuk juga hubungan seks
antara saudara kandung.
8. Salah Timpal (bersetubuh dengan binatang)
Manusia melakukan hubungan seks dengan binatang. Perbuatan manusia seperti itu adalah merupakan
ketidakseimbangan alam, sehingga menyebabkan cuntaka bagi desa adat yang bersangkutan.

9. Kehamilan di luar Nikah


Terjadinya kehamilan di luar perkawinan/pernikahan dan juga melahirkan tanpa didahului dengan
upacara perkawinan/pernikahan, akan membuat ketidakharmonisan keluarga bersangkutan dan juga
membuat resah keadaan masyarakat sekitarnya. Cuntaka ini sampai diadakannya dengan upakara
beakaon.

10. Mitra Ngalang


Mitra Ngalang yaitu Hubungan seks di luar perkawinan/pernikahan. Yang terkena cuntaka adalah Diri
pribadi dan kamar tidurnya. Batas waktunya sampai dengan upakara beakaon.

11. Lahir dari Kehamilan tanpa Upacara


Yang terkena cuntaka adalah Diri pribadi, anak dan rumah yang ditempatinya. Dengan batas waktu
Sampai dengan adanya yang memeras (disahkan sebagai anak sesuai dengan agama Hindu).

12. Melakukan Sad Atatayi


Sadatatayi, merupakan bahagian dari ajaran moral-etika (susila) kita, yaitu perbuatan yang amat buruk
serta harus dijauhkan dari pelaksanaan, perkataan dan bahkan pemikiran sekalipun. Ada enam macam
kejahatan yang sangat keji, (sad = enam; atatayi = tiran, pembunuh keji) yaitu terdiri dari:
-Agnida, membakar milik orang lain.
-Wisada, meracuni orang lain.
-Atharwa, melakukan ilmu hitam untuk membunuh orang lain.
-Sastraghna, mengamuk sehingga menyebabkan kematian orang lain.
-Dratikrama, memperkosa sehingga membuat orang lain kehilangan kehormatan.
-Rajapisuna, suka memfitnah sampai mengakibatkan kematian orang.

Upacara dan Upakara Penyucian Terhadap Cuntaka

Penyucian terhadap cuntaka adalah usaha pengembalian keadaan yang dipandang tidak suci, agar menjadi
suci kembali, baik berupa benda-benda, bangunan, lingkungan maupun keadaan manusia.Upacara adalah
pelaksanaan dari usaha manusia dalam melaksanakan kegiatan keagamaan. Selanjutnya didalam
pelaksanaan upacara akan diperlukan perlengkapan-perlengkapan yang disebut upakara.

Bagi umat Hindu, penyelenggaraan upacara keagamaan menggunakan sarana pelengkap (upakara) berupa
banten yaitu beberapa jenis bahan yang diatur sedemikian rupa sehingga indah dilihat dan mempunyai arti
simbolis religius keagamaan sesuai dengan fungsi dan pengaruhnya terhadap keadaan tertentu.

Suatu sarana yang tergolong dalam upakara penyucian yaitu prayascita, durmanggala, beakala
(beakawon), pedudusan, caru. Dari semua jenis banten tersebut tidaklah terpisah satu sama lainnya, tapi
tidak mesti setiap penyucian memakai semua banten tersebut.
Cuntaka/sebel menurut Hindu

Masyarakat Hindu, khususnya di Bali mengenal istilah cuntaka/ sebel. Dimana orang yang dalam
keadaan cuntaka/sebel ini tidak diperbolehkan untuk memasuki tempat suci, cuntaka itu sendiri dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak suci menurut pandangan Agama Hindu.

Penyebab terjadinya cuntaka, pada umumnya cuntaka disebabkan


oleh kematian. Di samping itu ada penyebab-penyebab lain yang menyebabkan cuntaka, yaitu:

1. Cuntaka karena haid/mestruasi

2. Cuntaka karena wanita bersalin

3. Cuntaka karena wanita keguguran kandungan

4. Cuntaka karena perkawinan

5. Cuntaka karena gamia gamana (memperistri atau mempersuamikan orang yang tidak pantas di jadikan
suami atau istri, missal : memperistri ibu kandung atau saudara kandung)

6. Cuntaka karena salah timpal (bersetubuh dengan binatang)

7. Melakukan sad tatayi

Masyarakat yang dalam keadaan yang tidak suci ini tidak di perkenankan untuk memasuki tempat
suci, sekarang timbul suatu pertanyaan bagaimana ruang lingkup cuntaka dan sampai kapan cuntaka ini
berlangsung?

Ruang lingkup cuntaka sangatlah bervariasi tergantung dari jenis cuntakanya ataupun desa, kala,
patra/ tempat, waktu, keadaan.

1. Kematian ruang lingkup cuntakanya meliputi keluarga terdekat sampai dengan mindon, serta orang-
orang yang ikut mengantar jenazah, demikian pula alat-alat yang dipergunakan dalam keperluan itu.

2. Cuntaka karena haid/ menstruasi ruang lingkup cuntakanya meliputi diri pribadi dan kamar tidurnya

3. Cuntaka karena wanita bersalin ruang lingkup cuntakanya meliputi diri pribadi, suaminya dan rumah
yang ditempatinya

4. Cuntaka karena wanita keguguran kandungan ruang lingkup cuntakanya meliputi diri pribadi, suaminya
dan rumah yang ditempatinya

5. Cuntaka karena perkawinan ruang lingkup cuntakanya meliputi diri pribadi dan kamar tidurnya

6. Cuntaka karena gamia gamana ruang lingkup cuntakanya meliputi diri pribadi yang melakukannya dan
desa adatnya

7. Cuntaka karena salah timpal ruang lingkup cuntakanya meliputi diri pribadi yang melakukannya dan
desa adatnya

8. Melakukan sad tatayi ruang lingkup cuntakanya meliputi diri pribadi.

Batas waktu cuntaka/ sebel


1. Kematian batas waktu cuntakanya disesuaikan dengan loka dresta dan sastra dresta

2. Cuntaka karena haid/ menstruasi batas waktu cuntakanya, selama masih mengeluarkan darah sampai
membersihkan diri

3. Wanita bersalin batas waktu cuntakanya, sekurang-kurangnya 42 hari dan berakhir setelah mendapat
tirtha pembersihan dan suaminya sekurang-kurangnya sampai kepus puser bayinya

4. Wanita keguguran kandungan batas waktu cuntakanya, sekurang-kurangnya 42 hari dan berakhir setelah
mendapat tirtha pembersihan

5. Cuntaka karena perkawinan batas waktu cuntakanya, sampai dengan kena tirtha pabyakaonan

6. Cuntaka karena gamia gamana batas waktu cuntakanya, sampai diceraikan, diadakan pabersih baik
secara diri pribadi maupun desa adat/kahyangan

7. Cuntaka karena salah timpal batas waktu cuntakanya,di sesuaikan dengan desa, kala, patra

8. Melakukan sad tatayi batas waktu cuntakanya, sampai diprayascita dan tidak diperbolehkan menjadi
seorang rohaniawan

Adakah penjelesan yang rasional tentang cuntaka tersebut? Tentu, segala hal dalam Agama Hindu dapat
dijelaskan dengan rasional dan mengandung banyak nilai-nilai pembelajaran etika dan sopan santun.

1. Cuntaka karena kematian, Hindu memberikan waktu kepada umatnya untuk merelakan dan tidak larut
dalam kesedihan ketika ditinggal oleh sanak saudaranya kembali kepada sang pencipta, kenapa tidak
boleh ke tempat dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kesucian, karena pikiran
masih merasa sedih dan belum bisa focus untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut maka dari itu di
berikanlah waktu untuk merelakan sanak saudaranya kembali kepada sang pemilik kehidupan.

2. Cuntaka karena haid/menstruasi, para perempuan pada umumnya akan merasa sangat sakit ketika
haid/menstruasi dan kondisi emosionalny pun akan menjadi sangat labil, dalam keadaan ini akan sangat
sulit untuk memokuskan pikiran menuju Ida Hyang Widhi dan mencegah hal-hal yang tak diinginkan
maka bagi wanita yang sedang datang bulan tidak diperkenankan memasuki tempat suci

3. Cuntaka karena wanita bersalin, Hindu memberikan waktu kepada ibu untuk mendedikasikan seluruh
waktunya untuk bayinya yang baru lahir, baik itu merawat bayinya, mendidik bayinya dan memulihkan
diri setelah melahirkan, sehingga terjadi hubungan antara ibu dan anak

4. Cuntaka karena keguguran, pasangan suami istri pasti akan sangat sedih ketika buah cinta mereka tidak
lahir kedunia, dalam situasi ini psikologis dari pasangan suami istri ini pasti belum siap untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang suci karena masih belum bisa mengiklaskan.

5. Cuntaka karena perkawinan, sebaiknya jangan dulu melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat suci
karena pikiran masih diliputi oleh kama atau nafsu, kama atau nafsu yang menggebu-gebu akan
menyulitkan untuk focus ke kegiatan-kegiatan suci tpi mungkin akan focus pada kegiatan-kegiatan pada
prosesi perkawinan itu

6. Cuntaka karena gamia gamana, tidak diperbolehkan melakukan kegiatan-kegiatan suci karena yang
bersangkutan melakukan suatu pelanggaran etika, yaitu mengawini orang yang tidak boleh dikawini
( ayah,ibu,saudara,anak kandung)
7. Cuntaka karena salah timpal(bersetubuh dengan binatang), juga merupakan suatu pelanggaran etika
yang berlaku dalam masyarakat sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan pekerjaan suci sampai
mendapat pembersihan

8. Cuntaka karena melakukan sad tatayi, juga merupakan pelanggaran etika dan sopan santun, sehingga
tidak diperkenankan melakukan pekerjaan suci karena pikiranya amat sangt liar dan tak terkontrol.

Demikianlah sedikit ulasan tentang cuntaka,semoga tulisn ini dapat memberikan manfaat yang positif
bagi semua orang dan tidak menyalahgunakannya untuk kepentingan memecah belah

Anda mungkin juga menyukai