Anda di halaman 1dari 17

Penyusunan Data Base Jembatan

Kabupaten Merauke

III – DESKRIPSI WILAYAH

3.1 Luas Wilayah dan Administrasi

Kabupaten Merauke terletak pada koordinat 1370 – 1410 Bujur Timur (BT)

dan 50 – 90 Lintang Selatan (LS) dengan batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Kabupaten Mappi dan Kabupaten Boven Digoel

 Sebelah Selatan : Laut Arafura

 Sebelah Barat : Laut Arafura

 Sebelah Timur : Negara Papua Nugini

Luas Kabupaten Merauke adalah ± 46.791,63 km2 (Merauke dalam angka,

2013), yang terdiri dari 20 distrik dengan distrik terjauh adalah distrik Muting yaitu

247 km dari ibukota kabupaten. Distrik Waan merupakan distrik terluas yaitu

mencapai 5.416,84 km2 atau sekitar 11,58% dari total luas areal diikuti oleh Distrik

Ulilin seluas 5.092,57 km2 atau 10,88%.

Tabel 3. 1 Luas Wilayah dan Persentase Luas Wilayah Menurut Distrik di


Kabupaten Merauke, 2013
Jumlah Jumlah
No Distrik Luas (Km2)
Kampung kelurahan
1 Kimaam 4.630,30 11 -
2 Waan 2.868,06 8 -
3 Tabonji 5.416,84 9 -
4 Ilyawab 1.999,08 4 -
5 Okaba 1.560,50 8 -
6 Tubang 2.781,18 6 -
7 Ngguti 3.554,62 5 -
8 Kaptel 2.384,05 4 -
9 Kurik 977,05 9 -
10 Malind 1.465,60 7 -
11 Animha 490,60 5 -
12 Merauke 1.445,63 2 8

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 46


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

13 Semangga 905,86 10 -
14 Tanah Miring 326,95 14 -
15 Jagebob 1.516,67 14 -
16 Sota 1.364,96 5 -
17 Naukenjerai 2.843,21 5 -
18 Muting 3.501,67 12 -
19 Elikobel 1.666,23 12 -
20 Ulilin 5.092,57 11 -
Sumber: RTRW Kabupaten Merauke Tahun 2013

Berikut luas wilayah dan batas-batas wilayah Kabupaten Merauke jika

dilihat dari bentuk gambaran peta seperti pada Peta 2.1 berikut ini :

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 47


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Merauke dan Cakupan Wilayah Kajian

Sumber: RTRW Kabupaten Merauke


PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 48
Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

3.2 Kondisi Fisik dan Lingkungan

1. Kondisi Hidrologi

a. Iklim dan Curah Hujan

Kabupaten Merauke memiliki iklim yang sangat tegas antara

musim penghujan dan musim kemarau. Menurut Oldeman (1975),

wilayah Kabupaten Merauke berada pada zona Agroclimate Zone C

yang memiliki masa basah antara 5-6 bulan. Dataran Merauke

mempunyai karakteristik iklim yang agak khusus yang mana curah

hujan yang terjadi dipengaruhi oleh Angin Muson, baik Muson Barat

- Barat Laut (Angin Muson Basah) dan Muson Timur – Timur

Tenggara (Angin Muson Kering) dan juga dipengaruhi oleh kondisi

Topografi dan elevasi daerah setempat.

Curah hujan pertahun di Kabupaten Merauke rata-rata

mencapai 1.558,7 mm. Dari data yang ada memperlihatkan bahwa

perbedaan jumlah curah hujan pertahun antara daerah Merauke

Selatan dan bagian utara. Secara umum terjadi peningkatan curah

hujan pertahun dari daerah Merauke Selatan (1000 - 1500) dibagian

Muting, kemudian curah hujan dengan jumlah 1500-2000 mm/tahun

terdapat di Kecamatan Okaba dan sebagian Muting, selebihnya

semakin menuju ke Utara curah hujannya semakin tinggi. Perbedaan

tersebut juga berlaku pada jumlah bulan basah yaitu semakin

kebagian utara masa basah sangat panjang sedangkan pada bagian

selatan terdapat masa basah yang relatif pendek. Kondisi iklim yang

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 49


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

demikian berpeluang untuk dua kali tanam. Musim hujan yang terjadi

merupakan kendala terhadap kondisi jalan-jalan tanah yang setiap

tahun mengalami kerusakan.

Sementara disisi lain musim kemarau yang panjang justru

mengakibatkan kekurangan air bersih dan air irigasi bagi masyarakat

dan petani. Berdasarkan data iklim yamg dikeluarkan oleh Kantor

Meteorologi dan Geofisika Merauke menunjukkan bahwa kecepatan

angin hampir sama sepanjang tahun; di daerah pantai bertiup cukup

kencang sekitar 4-5 m/det dan dipedalaman berkisar 2 m/det.

Penyinaran matahari rata-rata di Merauke adalah 5,5 jam/hari pada

bulan Juli dan yang terbesar 8,43 jam/hari pada bulan September,

dengan rata-rata harian selama setahun sebesar 6,62 jam. Tingkat

kelembapan udara cukup tinggi karena dipengaruhi oleh iklim Tropis

Basah, kelembapan rata-rata berkisar antara 78-81%.

b. Perwilayahan DAS

Secara umum, Kabupaten Merauke memiliki 3 (tiga)

perwilayahan Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bikuma, DAS

Bulaka, dan DAS Dolak. DAS BIKUMA sendiri terdiri dari 3 (tiga)

DAS, yaitu DAS Bian, Kumbe, dan Maro. Selain itu, ada sebagian

wilayah Kabupaten Merauke yang termasuk dalam perwilayahan

DAS Digul. Apabila perwilayahan DAS tersebut disesuaikan dengan

perwilayahan administrasi distrik di Kabupaten Merauke, maka

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 5


0
Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

perwilayahan DAS tersebut dapat dibagi menjadi 6 (enam)

kelompok, yaitu:

1. Distrik Ulilin, Muting, Animha, Kurik, Kaptel, Distrik Malind dan

Distrik Okaba tergabung dalam DAS Bian (DAS BIKUMA)

dengan luas 999.918, 9 Ha.

2. Distrik Elikobel, Muting, Tanah Miring, Jagebob, Semangga,

Merauke, Kurik, Animha dan Distrik Malind tergabung dalam

DAS Kumbe (DAS BIKUMA) dengan luas 465.140,1 Ha.

3. Distrik Elikobel, Muting, Tanah Miring, Jagebob, Semangga,

Merauke, Kurik, Animha dan Distrik Sota tergabung dalam DAS

Maro (DAS BIKUMA) dengan luas 829.112,5 Ha.

4. Distrik Ulilin, Kaptel, Ngguti, Ilwayab, Tubang dan Distrik Okaba

tergabung dalam DAS Buraka 876.627,5 Ha

5. Distrik Ilwayab, Tabonji, Kimaam dan Distrik Waan tergabung

dalam DAS Dolak dengan luas 1.246.950,8 Ha.

6. Distrik Kaptel, Ngguti, Ilwayab, Tabonji dan Distrik Kimaam

tergabung dalam DAS Digul dengan luas 233.594,1 Ha

Dalam aspek pengelolaan wilayah DAS, umumnya satuan

perwilayahan DAS tersebut dibagi lagi ke dalam tiga bagian wilayah,

yaitu wilayah hulu (upstream), sebagai bagian wilayah yang

menyimpan air, wilayah tengah (median), sebagai bagian wilayah

yang mengalirkan sekaligus menyimpan air, dan ketiga wilayah hilir

(downstream), sebagai muara dari aliran sungai. Ketiga bagian ini

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 51


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

saling terkait dan harus saling mendukung kapasitas sungai yang

mengalirkan air tersebut tetap terjaga dan dapat meneruskan air

tanpa harus memberikan limpasan air pada daerah kiri kanan

sungainya, bahkan pada saat curah hujan tinggi.

Untuk perwilayahan DAS Bikuma, Wilayah Upstream, meliputi

Distrik Ulilin, Elikobel, dan Muting; Wilayah Median, meliputi Kurik,

Tanah Miring, Jagebob, dan Sota; serta Wilayah Downstream,

meliputi bagian selatan-timur Distrik Okaba, Kurik, Semangga dan

Merauke.

Untuk perwilayahan DAS Bulaka, wilayah Upstream, meliputi:

Wilayah Distrik Ngguti, Bagian barat laut distrik Kaptel , wilayah

Median, meliputi Wilayah bagian utara Distrik Okaba dan wilayah

downstream, meliputi Distrik Tubang.

Untuk perwilayahan DAS Dolak, wilayah Upstreamnya

meliputi: wilayah Pulau Dolak sendiri sebagai catchment area-nya

dan wilayah downstreamnya berupa sungai-sungai kecil yang tidak

terhitung jumlahnya. Wilayah DAS ini dihitung sebagai satu DAS

pulau berdasarkan Kepmen No. 11 tahun 2005 tentang

Perwilayahan Sungai. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa

Daerah Aliran Sungai dapat ditentukan oleh Sungai menurut

sungainya dan juga dapat dinamai berdasarkan Pulau. Hal tersebut

terjadi pula dalam kasusu Merauke, dimana Pulau Dolak memiliki

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 52


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

banyak sungai dan anak sungai sehingga DAS-nya dinamai sesuai

dengan nama Pulaunya.

Tabel 3.2 Nama - nama Sungai Kabupaten Merauke


Panjang Debit (M/dtk)
No Nama DAS
Sungai (Km) Max Min
1 Bian 210 1,25 -
2 Kumbe 260 0,09 -
3 Maro 300 0,09 -
Sumber : Merauke Dalam Angka 2013

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 53


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

Gambar 3.2 Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Merauke

Sumber : Bappeda Kabupaten Merauke


PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 54
Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

2. Kondisi Klimatologi

Di tahun 2012 suhu udara rata- rata di Kabupaten Merauke

adalah sebesar 26,50C dengan suhu terendah sebesar 22,60C yang

terjadi pada bulan agustus dan suhu tertinggi terjadi pada bulan

desember sebesar 33,70C. Kelembaban relatif di Kabupaten Merauke

adalah sebesar 79,40 persen. Kondisi paling lembab terjadi pada bulan

mei sebesar 85,40 persen.

Pada tahun 2012 rata-rata tekanan udara sebesar 1.009,10 mb.

Rata-rata kecepatan angin di tahun 2012 ini adalah sebesar 12 knot.

Secara total selama tahun 2012 jumlah hari hujan di Kabupaten

Merauke adalah 155 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan maret

dengan besar 525,90 mm. Sebaliknya curah hujan terendah terjadi

pada bulan agustus dengan hanya sebesar 3,30 mm

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 55


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

3.3 Demografis

Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kabupaten Merauke berjumlah

70,002 jiwa yang menempati wilayah seluas 1.445,63 km 2, dengan

komposisi penduduk laki-laki 35,974 jiwa (51,39 %) dan perempuan 34,028

jiwa (48,61%). Sex ratio penduduk Kabupaten Merauke sebesar 105,72.

Angka ini menunjukkan bahwa dari setiap 100 perempuan terdapat sekitar

100 orang laki-laki.

Berikut ini diagram yang memperlihatkan kepadatan tiap Distrik yang

ada di Kabupaten Merauke Dari diagram diatas kita dapat melihat tidak

meratanya konsentrasi dan persebaran penduduk di Kabupaten Merauke.

Berdasarkan konsentrasi penduduk per distrik didapatkan bahwa kepadatan

penduduk tertinggi di wilayah Kabupaten Merauke berada di wilayah Distrik

Merauke yaitu 38,5 jiwa/km2, sedangkan konsentrasi yang terendah adalah

di Distrik Kaptel dan Distrik Ngguti yaitu masing-masingnya 0,6 jiwa/km2.

Sedangkan kepadatan rata-rata penduduk Kabupaten Merauke adalah 3,8

jiwa per km2.

Terkonsentrasinya jumlah penduduk di Distrik Merauke disebabkan

oleh tersedianya fasilitas pelayanan umum di distrik tersebut, dimana distrik-

distrik lain di wilayah kabupaten ini banyak yang belum terbangun. Bahkan

sebagian besar distrik-distrik baru belum terbangun sama sekali baik dari

segi fasilitas pelayanan maupun dari segi infrastruktur. Faktor lainnya adalah

tingginya bangkitan kegiatan di distrik tersebut dibandingkan distrik lainnya.

Bangkitan kegiatan yang dimaksud tidak hanya lapangan pekerjaan, akan

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 56


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

tetapi juga faktor pendidikan lanjut. Hampir seluruh anak sekolah tingkat

lanjut dari distrik-distrik lain di seluruh Merauke meneruskan pendidikannya

ke Perguruan Tinggi yang ada di kabupaten Merauke. Faktor ketiga adalah

banyaknya jumlah pendatang dari daerah luar Kabupaten Merauke yang

mencoba mencari penghidupan dan langsung menetap di Kota Merauke.

Pendatang baru ini adalah orang-orang non-transmigran, karena program

penempatan transmigrasi ke Kabupaten Merauke sendiri telah dihentikan

sejak tahun 2000.

Distrik-distrik lain yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi

adalah Distrik Semangga, Distrik Malind dan Distrik Kurik. Ketiga distrik

tersebut sebelumnya adalah merupakan kawasan transmigrasi. akan tetapi

telah berkembang menjadi pusat-pusat permukiman baru bagi masyarakat

pendatang lainnya. Faktor kedekatan ketiga Distrik ini dengan Kota Merauke

serta didukung dengan akses jaringan jalan yang baik ke ibukota kabupaten

merupakan salah satu fakta menarik bagi penduduk yang ingin mencari

pekerjaan di Kota Merauke. Khusus unuk Distrik Semangga dan Kurik, di

Distrik ini juga terdapat desa-desa yang dihuni oleh penduduk perintis, yaitu

penduduk pendatang non transmigran yang telah berpuluh tahun tinggal di

Merauke.

Tabel 3.3 Kepadatan Penduduk Kabupaten Merauke Tahun 2013

Nama Kepadatan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Luas (km2)
Distrik (rata2)

Kimaam 3.207 2.895 6.102 4.630,30 1,32


Waan 2.512 2.239 4.751 5.416,84 1,66
Tabonji 2.710 2.669 5.379 2.868,06 0,99

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 57


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

Ilwayab 2.889 2.490 5.379 1.999,08 2,69


Okaba 2.737 2.436 5.173 1.560,50 3,31
Tubang 1.227 1.134 2.361 2.781,18 0,85
Ngguti 1.024 954 1.978 3.554,62 0,56
Kaptel 983 847 1.830 2.384,05 0,77
Kurik 7.584 6.746 14.330 977,05 14,67
Animha 1.080 968 2.048 1.465,60 1,40
Malind 4.996 4.533 9.529 490,60 19,42
Merauke 49.905 45.505 95.410 1.445,63 66,00
Naukenjerai 1.036 956 1.992 905,86 2,20
Semangga 7.424 6.528 13.952 326,95 42,67
Tanah 9.845 8.412 18.257 1.516,67 12,04
Miring
Jagebob 3.955 3.604 7.559 1.364,96 5,54
Sota 1.667 1.415 3.082 2.843,21 1,08
Muting 2.864 2.618 5.482 3.501,67 1,57
Elikobel 2.242 1.839 4.081 1.666,23 2,45
Ulilin 2.334 2.066 4.400 5.092,57 0,86
Total 112.221 100.854 213.075 46.791,63 4,55
Sumber: Kabupaten Merauke Dalam Angka, tahun 2013

3.4 Tata Ruang Wilayah

3.4.1 Rencana Struktur Ruang

Secara garis besar rencana sistem perkotaan wilayah Kabupaten

Merauke dirumuskan sebagai berikut dimana Distrik Merauke merupakan

kawasan perkotaan utama dan sekaligus menjadi Ibukota kabupaten.

Sebagaimana diketahui bahwa Distrik Merauke merupakan kawasan

perkotaan lama yang berada pada lintasan yang strategis dan berintensitas

lalu lintas (pergerakan barang dan orang) tinggi, bahkan tertinggi di

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 58


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

Kabupaten Merauke. Berdasarkan hal tersebut , maka rencana struktur

ruang Kabupaten Merauke secara keseluruhan dapat dilihat pada Peta 3.3

di bawah ini.

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 59


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

Gambar 3.3 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Merauke

Sumber : Bappeda Kabupaten Merauke

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 6


0
Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

3.4.2 Rencana Pola Ruang di dalam RTRW

Rencana Pola Ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang

dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung

dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang

menggambarkan letak dan luasan dari kegiatan-kegiatan budidaya dan

lindung. Aspek-aspek yang dipertimbangkan adalah fungsi lingkungan,

estetika lingkungan, kuantitas dan kualitas ruang, pola dan struktur tata

ruang, lokasi pemanfaatan sumber alam, dan sumber daya manusia untuk

kegiatan pembangunan, integritas dan keamanan wilayah. Pola ruang

didapatkan dengan melakukan delineasi (batas-batas) kawasan kegiatan

sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya, sehingga

didapatkan kategori kawasan budidaya dan kawasan lindung. Secara

umum, pembagian kategori kawasan ini dilakukan agar terwujud

keseimbangan antara fungsi ekonomi dan lingkungan.

Pola ruang sendiri dibagi menjadi 2 (dua) macam pengelompokkan,

yaitu Kawasan Non Budidaya dan Kawasan Budidaya. Kawasan Non-

Budidaya atau yang lebih dikenal sebagai kawasan lindung merupakan

wilayah kendala dan wilayah limitasi dalam pemanfaatan ruang. Kawasan

Lindung ini kemudian digolongkan lagi menjadi beberapa kelompok.

Sebenarnya menurut Keputusan Menteri Kimpraswil No.

327/KPTS/M/2002 pengelompokkan kawasan lindung sendiri terbagi

menjadi 6 macam pengelompokkan, akan tetapi pengelompokkan yang

dibuat disini dibuat menjadi 5 macam, yaitu Kawasan yang memberikan

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 61


Penyusunan Data Base Jembatan
Kabupaten Merauke

perlindungan dibawahnya, kawasan pelestarian alam, kawasan

perlindungan setempat, kawasan rawan bencana alam dan kawasan

perlindungan lainnya.

Sementara itu untuk kawasan budidaya dikelompokkan menjadi 2

(dua) macam, yaitu kelompok kawasan budidaya kehutanan dan

kelompok kawasan budidaya non kehutanan. Pembagian kemudian

dilakukan lagi untuk kawasan budidaya non kehutanan, yakni kawasan

bududaya pertanian yang terdiri dari kawasan agropolitan, kawasan

pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan

peternakan dan kawasan perkebunan. Kawasan budidaya non kehutanan

yang kedua adalah kawasan budidaya non pertanian, yang terdiri dari

Kawasan pertambangan/penggalian, kawasan pariwisata, kawasan

industri, kawasan permukiman, kawasan pariwisata dan kawasan

pemerintahan & perkantoran swasta.

Penataan Bangunan dan Lingkungan sangat diperlukan sebagai

upaya pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan lingkungan

binaan khususnya fisik bangunan dan lingkungannya agar peningkatan

kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu dan bertahap, maka harus mengacu kepada Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan yang dijabarkan dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW).

PT. ASHA PLANINDO CONSULTANT 6


2

Anda mungkin juga menyukai