Anda di halaman 1dari 13

Pada postingan kali ini, saya mencoba membagikan pengetahuan

tentang urutan acara pernikahan pada suku Batak Toba. Adapun


maksudnya supaya kita sama-sama mengetahui urutan dari acara
pernikahan suku Batak Toba dari awal hingga akhir prosesi,
terutama buat kaum muda suku Batak Toba.

Berikut urutan acara pernikahan adat Batak Toba dari awal


hingga akhir acara : 

MARSIBUHA BUHAI

Pagi hari sebelum dimulai pemberkatan/ catatan sipil/ pesta adat,


acara dimulai dengan penjemputan mempelai wanita di rumah
disertai dengan makan pagi bersama dan berdoa untuk
kelangsungan pesta pernikahan,
biasanya disini ada penyerahan bunga oleh mempelai pria dan
pemasangan bunga oleh mempelai wanita dilanjutkan dengan
penyerahan Tudu-tudu Ni Sipanganon dan Menyerahkan dengke
lalu makan bersama, selanjutmya berangkat menuju gereja untuk
pemberkatan.

Beberapa Istilah Dalam Pernikahan Adat Batak

1. Suhut, kedua pihak yang punya hajatan


2. Parboru, orang tua  pengenten perempuan=Bona ni
haushuton
3. Paranak, orang tua  pengenten Pria= Suhut Bolon.
4. Suhut Bolahan amak: Suhut yang menjadi tuan rumah
dimana acara adat di selenggrakan.
5. Suhut naniambangan, suhut yang datang.
6. Hula-hula, saudara laki-laki dari isteri masing-masing suhut.
7. Dongan Tubu, semua saudara laki masing-masing suhut.
8. Boru, semua yang isterinya semarga dengan marga kedua
suhut.
9. Dongan sahuta, arti harafiah “teman sekampung” semua
yang tinggal dalam huta/ kampung komunitas (daerah
tertentu)  yang sama paradaton/ solupnya.
10. Ale-ale, sahabat yang diundang bukan berdasarkan
garis persaudaraan (kekerabatan atau silsilah).
11. Uduran, rombongan masing-masing suhut, maupun
rombongan masing-masing hula-hulanya.
12. Raja Parhata (RP), Protokol (PR) atau Juru Bicara (JB)
masing-masing suhut, juru bicara yang ditetapkan masing-
masng pihak.
13. Namargoar, Tanda Makanan Adat , bagian-bagian
tubuh hewan yang dipotong yang menandakan makanan
adat itu adalah dari satu hewan (lembu/ kerbau) yang utuh,
yang nantinya dibagikan.
14. Jambar, namargoar yang  dibagikan kepada yang
berhak, sebagai legitimasi dan fungsi keberadaannya dalan
acara adat itu.
15. Dalihan Na Tolu (DNT), terjemahan harafiah”Tungku
Nan Tiga” satu sistim kekerabatan dan way of life
masyarakat Adat Batak.
16. Solup, takaran beras dari bambu yang dipakai sebagai
analogi paradaton, yang bermakna dihuta imana acara adat
batak diadakan solup/paradaton dari huta itulah yang
dipakai sebagai rujukan, atau disebut dengan hukum tradisi
“sidapot solup do na ro".

PROSESI MASUK TEMPAT  ACARA ADAT


(Contoh Acara di Tempat Perempuan)

Raja Parhata/ Protokol Pihak Perempuan= PRW


Raja Parhata/ Protokol Pihak Laki-laki    =  PRP
Suhut Pihak Wanita = SW
Suhut Pihak Pria       = SP
1. PRW meminta semua dongan tubu/semaraganya bersiap
untuk menyambut dan menerima kedatangan rombongan
hula-hula dan tulang.
2. PRW memberi tahu kepada Hula-hula, bahwa SP sudah siap
menyambut dan menerima kedatangan Hula-hula.
3. Setelah hula-hula mengatakan mereka sudah siap untuk
masuk, PRW mempersilakan masuk dengan menyebut satu
persatu, hula-hula dan tulangnya secara berurutan sesuai
urutan rombongan masuk.Hula-hula, ……

1. Hula-hula, ……
2. Tulang, …….
3. Bona Tulang, …..
4. Tulang Rorobot, …..
5. Bonaniari, ……
6. Hula-hula namarhahamaranggi:
    - a …
    - b….   
    - c….
    - dst
7.Hula-hula anak manjae, … dengan permintaan agara mereka
bersam-sama    masuk dan menyerahkan pengaturan selanjutnya
kepada hula-hula    Simorangkir

PR Hulahula, menyampaikan kepada rombongan hula-hula dan


tulang yang sudah disebutkan PRW pada III , bahwa SW sudah
siap menerima kedatangan rombongan hula-hula dan tulang
dengan permintaan agar uduran Hula-hula dan Tulang memasuki
tempat acara , secara  bersama-sama.
Untuk itu diatur urut-urutan uduran (rombongan) hula-hula dan
tulang yang akan memasuki ruangan. Uduran yang pertama
adalah Hula-hula……, diikuti TULANG …….sesuai urut-urutan yang
disebut kan PRW pada (3).

MENERIMA KEDATANGAN SUHUT PARANAK (SP) 


Setelah seluruh rombongan hula-hula dan tulang dari SW duduk,
rombongan Paranak/SP dipersilakan memasuki ruangan. 
PRW, memberitahu bahwa tempat untuk SP dan
uduran/rombongannya sudah disediakan dan SW sudah siap
menerima kedatangan mereka beserta Hula-hula , Tulang SP dan
uduran/rombongannya 

PRP menyampaikan kepada dongan tubu, bahwa sudah ada


permintaan dari Parboru agar mereka memasuki ruangan.
Kepada hula-hula dan tulang (disebutkan satu perasatu) yaitu:
1.   Hula-hula, ….
2.   Tulang, …..
3.   Bona Tulang, ….
4.   Tulang Rorobot, …..
5.   Bonaniari , …..
6.   Hula-hula namarhaha-marnggi:
           -  a…….
           -  b …….
           -  c…….
           -  dst
7.   Hula-hula anak manjae…..
                  
PRP memohon, sesuai permintaan hula-hula SW agar mereka
masuk bersama-sama dengan SP. Untuk itu tatacara dan urutan
memasuki ruangan diatur, pertama adalah Uduran/rombongan
SP& Borunya, disusul Hula-hula….., Tulang…..dan seterusnya
sesuai urut-urutan yang telah dibacakan PR (Dibacakan sekali lagi
kalau sudah mulai masuk).

MENYERAHKAN TANDA MAKANAN ADAT


(Tudu-tudu Ni Sipanganon)
Tanda makanan adat yang pokok adalah: kepala utuh, leher
(tanggalan), rusuk melingkar (somba-somba), pangkal paha (soit),
punggung dengan ekor (upasira), hati dan jantung ditempatkan
dalam baskom/ ember besar.

Tanda makanan adat diserahkan SP beserta Isteri didampingi


saudara yang lain dipandu PRP, diserahkan kepada SW dengan
bahasa adat, yang intinya menunjukkan kerendahan hati dengan
mengatakan walaupun makanan yang dibawa itu sedikit/ala
kadarnya  semoga ia tetap membawa manfaat dan berkat
jasmani dan rohani hula-hula SW dan semua yang menyantap
nya, sambil menyebut bahasa adat/ umpasa :

Sitiktikma si gompa
Golang golang pangarahutna
Tung so sadia (otik) pe naung pinatupa
Sai godangma pinasuna.

MENYERAHKAN DENGKE/ IKAN OLEH SW

Aslinya ikan yang diberikan adalah jenis “ihan” atau ikan Batak,
sejenis ikan yang hanya hidup di Danau Toba dan sungai Asahan
bagian hulu dan rasanya memang manis dan khas. Ikan ini
mempunyai sifat hidup di air yang jernih (tio) dan kalau berenang/
berjalan selalu beriringan (mudur-udur) , karena itu disebut ;
dengke sitio-tio, dengke si mudur-udur (ikan yang hidup jernih
dan selalu beriringan/ berjalan beriringan bersama)
Simbol inilah yang menjadi harapan kepada pengantin dan
keluarganya yaitu seia sekata beriringan dan murah rejeki (tio
pancarian dohot pangomoan).

Tetapi sekarang ihan sudah sangat sulit didapat, dan jenis ikan
mas sudah biasa digunakan. Ikan Masa ini  dimasak khasa Batak
yang disebut “naniarsik” ikan yang dimasak (direbus) dengan
bumbu tertentu sampai airnya berkurang pada kadar tertentu dan
bumbunya sudah meresap kedalam daging ikan itu.

MAKAN BERSAMA

Sebelum bersantap makan, terlebih dahulu berdoa dari suhut Pria


(SP), karena pada dasarnya SP yang membawa makanan itu
walaupun acara adatnya di tempat SW.
Untuk kata pengantar makan, PRP menyampaikan satu uppasa
(ungkapan adat) dalam bahasa Batak seperti waktu
menyerahakan tanda makanan adat:
Sitiktikma si gompa, golang golang pangarahutna
Tung, sosadiape napinatupa on, sai godangma pinasuna.
   
Ungkapan ini menggambarkan kerendahan hati yang memebawa
makanan dengan  mengatakan walaupun makanan yang
dihidangkan tidak seberapa (pada hal hewan yang diptong yang
menjadi santapan adalah hewan lembu atau kerbau yang utuh),
tetapi mengharapkan agar semua dapat menikmatinya serta
membawa berkat.

Kemudian PRP mempersilakan bersantap

MEMBAGI JAMBAR/TANDA MAKANAN ADAT

Biasanya sebelum jambar dibagi, terlebih dahulu dirundingkan


bagian-bagian mana yang diberikan SW kepada SP. Tetapi, yang
dianut dalam acara adat yaitu Solup Batam, yang disebut dengan
“JAMBAR MANGIHUT”dimana jambar sudah dibicarakan
sebelumnya dan dalam acara adatnya (unjuk) SW tinggal
memberikan bagian jambar untuk SP sebagai ulu ni dengke
mulak. Selanjutnya masing masing suhut membagikannya kepada
masing-masing  fungsi dari pihaknya masing-masing saat makan
sampai selesai dibagikan

MANAJALO TUMPAK (SUMBANGAN TANDA KASIH)

Arti harafiah tumpak adalah sumbangan bentuk uang, tetapi


melihat keberadaan masing-masing dalam acara adat mungkin
istilah yang lebih tepat adalah tanda kasih. Yang memberikan
tumpak adalah undangan SUHUT PRIA, yang diantarkan ketempat
SUHUT duduk dengan memasukkannya dalam baskom yang
disediakan/ ditempatkan dihadapan SUHUT, sambil menyalami
pengenten dan SUHUT.

Setelah selesai santap makan, PRP meminta ijin kepada PRW agar
mereke diberi waktu untuk menerima para undangan mereka
untuk mengantarkan tumpak (tanda kasih)

Setelah PRW mempersilakan, PRP menyampai kan kepada


dongan tubu, boru/bere dan undangannya bahwa  SP sudah siap
menerima kedatangan mereka untuk mengantar tumpak.

Setelah selesai PRP mengucapkan terima kasih atas pemberian


tanda kasih dari para undangannya

ACARA PERCAKAPAN ADAT

Mempersiapkan Percakapan
RPW menanyakan apakah sudah siap memulai percakapan, yang
dijawab oleh SP, mereka sudah siap
Masing-masing PRW dan PRP menyampaikan kepada pihaknya
dan hula-hula serta tulangnya bahwa percakapan adat akan
dimulai, dan memohon kepada hula-hulanya agar berkenan
memberi nasehat kepada mereka dalam percakapan adat nanti

Memulai Percakapan (Pinggan Panungkunan)


Pinggan Panungkunan, adalah piring yang didalamnya ada beras,
sirih, sepotong daging (tanggo-tanggo) dan uang 4 lembar. Piring
dengan isinya ini adalah sarana dan simbol untuk memulai
percakapan adat.
PRP meminta seorang borunya mengantar Pinggan Panungkunan
itu kepada PRW
PRW,  menyampaikan telah menerima Pinggan Panungkunan
dengan menjelaskan apa arti semua isi yang ada dalam beras itu.
Kemudian PRW mengambil 3 lembar uang itu, dan kemudian
meminta salah seorang borunya untuk mengantar piring itu
kembali kepada PRP
PRW membuka percakapan dengan memulainya dengan
penjelasan makna dari tiap isi  pinggan panungkunan (beras,
sirih, daging dan uang), kemudian menanyakan makna tanda dan
makanan adat yang sudah dibawa dan dihidangkan oleh pihak
Paranak.
Akhir dari pembukaan percakapan ini, keluarga Paranak
mengatakan bahwa makanan dan minuman pertanda
pengucapan syukur karena berada dalam keadaan sehat, dan
tujuan Paranak  adalah menyerahkan kekurangan sinamot ,
dilanjutkan adat yang terkait dengan pernikahan anak mereka

PENYERAHAN PANGGOHI/ KEKURANGAN SINAMOT

Dalam percakapan selanjutnya, setelah PRW meminta PRP


menguraikan apa/berapa yang mau mereka serahkan , PRP
memberi tahukan kekurangan sinamot yang akan mereka
serahkan adalah sebsar Rp…Juta, menggenapi seluruh sinamot
Rp….Juta. (Pada waktu acara Pudun Saut, Paranak sudah
menyerahkan Rp 15 juta sebagai bohi sinamot (mendahulukan
sebagian penyerahan sinamot di acara adat na gok).
Sebelum PR mengiakan lebih dulu RP meminta nasehat dari Hula-
hula dan pendapat dari boru
Sesudah diiakan oleh PR, selanjutnya penyerahan kekurangan
sinamot kepada suhut.

PENYERAHAN PANANDAION

Tujuan acara ini memperkenalkan keluarga pihak perempuan


agar keluarga pihak pria mengenal siapa saja kerabat pihak
perempuan sambil memberikan uang kepada yang bersangkutan

Secara simbolis, yang diberikan langsung hanya kepada 4 orang


saja, yang disebut dengan patodoan atau “suhi ampang na opat”
( 4 kaki dudukan/pemikul  bakul)  yang merupakan symbol pilar
jadinya acara adat itu. Dengan demikian biarpun hanya yang
empat itu yang dikenal/menerima langsung, sudah mewakili
menerima semuanya. (Mungkin dapat dianalogikan dengan
pemberian tanda penghargaan massal kepada pegawai PNS yang
diwakili 4 orang, masing-masing 1 orang dari tiap golngan I
sampai golongan IV)

Kepada yang lain diberikan dalam satu envelope saja yang nanti
akan dibagikan kepada yang bersangkutan.

PENYERAHAN TINTIN MARANGKUP


Diberikan kepada tulang /paman pengantin pria (saudara laki ibu
pengantin pria). Yang menyerahkan adalah orang tua pengantin
perempuan berupa uang dari bagian sinamot itu

Secara tradisi pengantin pria mengambil boru tulangnya untuk


isterinya, sehingga yang menerima sinamot seharusnya
tulangnya                     

Dengan diterimanya sebagian sinamot itu oleh Tulang Pengenten


Pria yang disebut titin marangkup, maka Tulang Pria mengaku
pengantin wanita, isteri ponakannya ini, sudah dianggapnya
sebagai boru/putrinya sendiri walaupun itu boru dari marga lain.

PEMBERIAN ULOS OLEH PIHAK PEREMPUAN

Dalam Adat Batak tradisi lama atau religi lama, ulos merupakan
sarana penting bagi hula-hula, untuk menyatakan atau
menyalurkan sahala atau berkatnya kepada borunya, disamping
ikan, beras dan kata-kata berkat. Pada waktu pembuatannya ulos
dianggap sudah mempunyai “kuasa”. Karena itu,   pemberian
ulos, baik yang memberi maupun yang menerimanya  tidak
sembarang orang , harus mempunyai alur tertentu, antara lain
adalah dari Hula-hula kepada borunya, orang tua kepada anank-
anaknya. Dengan pemahaman iman yang dianut sekarang, ulos
tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia sebagai simbol
dalam pelaksaan acara adat.

Ujung dari ulos selalu banyak rambunya sehingga disebut “ulos


siganjang/sigodang rambu”(Rambu, benang di ujung ulos yang
dibiarkan terurai)

Pemberian Ulos sesuai maknanya adalah sebagai   berikut:


Ulos Namarhadohoan 

No     Uraian Yang Menerima           Keterangan     


A       Kepada Paranak    
         1.     Pasamot/Pansamot          Orang tua pengenten pria    
         2.     Hela                                Pengenten

B       Partodoan/Suhi Ampang Naopat           


         1.     Pamarai                             Kakak/ Adik dari ayah
pengenten pria    
         2.     Simanggokkon                   Kakak/ Adik dari pengenten
pria 
         3.     Namborunya                      Saudra perempuan  dari
ayah pengenten pria     
         4.     Sihunti Ampang                  Kakak/ Adik perempuan dari
pengenten pria     

Ulos Kepada Pengantin

No      Uraian Yang Mangulosi     


A       Dari Parboru/Partodoan          
         1.     Pamarai 1 lembar, wajib Kakak/ Adik dari ayah
pengenten wanita  
         2.     Simandokkon  Kakak/ Adik laki-laki dari pengenten
wanita     
         3.     Namborunya (Parorot)  Iboto dari  ayah pengantin
wanita      
         4.     Pariban   Kakak/ Adik dari  pengantin wanita      
B       Hula-hula dan Tulang Parboru           
         1.     Hula-hula       1 lembar, wajib
         2.     Tulang  1 lembar, wajib
         3.     Bona Tulang     1 lembar, wajib
         4.     Tulang Rorobot  1 lembar, tidak wajib  
C       Hula-hula dan Tulang Paranak           
         1.     Hula-hula       1 lembar, wajib
         2.     Tulang  1 lembar, wajib
         3.     Bona Tulang     1 lembar, wajib
         4.     Tulang Rorobot  1 lembar, tidak wajib 

MANGUNJUNGI ULAON (Menyimpulkan Acara Adat)

Manggabei (kata-kata doa dan restu) dari pihak SW Berupa kata-


kata pengucapan syukur kepada Tuhan bahwa acara adat sudah
terselenggara dengan baik:
  a.    Ucapan terima kasih kepada dongan tubu dan hula-hulanya
  b.    Permintaan kepada Tuhan agar rumah tangga yang baru
diberkati demikian juga orang tua pengenten dan saudara yang
lainnya
Mangampu (ucapan terima kasih) dari pihak SP
Ucapan terima kasih kepada semua pihak baik kepada hula-hula
SW maupun kepada SP atas terselenggaranya acara adat nagok
ini. 

Mangolopkon (Mengamenkan) oleh Tua-tua/yang dituakan


di Kampung itu

Kedua suhut menyediakan piring yang diisi beras dan uang


(biasanya ratusan lembar pecahan Rp1.000 yang baru) kemudian
diserahkan kepada Raja Huta yang mau mangolopkon Raja Huta
berdiri sambil mengangkat piring yang berisi beras dan uang
olop-olop itu. Dengan  terlebih dahulu menyampaikan kata-kata
ucapan Puji Syukur kepada Tuhan Karen kasih-Nya cara adat
rampung dalam suasan damai (sonang so haribo-riboan) serta
restu dan harapan kemudian  diakhiri , dengan mengucapkan :
olop olop, olop olop, olop olop sambil menabur kan beras keatas
dan kemudian membagikan uang olop-olop itu. 

Ditutup dengan doa/ ucapan syukur


Akhirnya acara adat ditutup dengan doa oleh Hamba
Tuhan.Sesudah amin, sama-sama mengucapkan: horas..! horas..!
horas..!
Bersalaman untuk pulang,, suhut na niambangan  Paranak
menyalami Suhut Parboru

Catatan:
Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan
maningkir tangga langsung setelah acara adat ditempat acara
adat dilakukan, yang mereka namakan “Ulaon Sadari”

Anda mungkin juga menyukai