MARSIBUHA BUHAI
1. Hula-hula, ……
2. Tulang, …….
3. Bona Tulang, …..
4. Tulang Rorobot, …..
5. Bonaniari, ……
6. Hula-hula namarhahamaranggi:
- a …
- b….
- c….
- dst
7.Hula-hula anak manjae, … dengan permintaan agara mereka
bersam-sama masuk dan menyerahkan pengaturan selanjutnya
kepada hula-hula Simorangkir
Sitiktikma si gompa
Golang golang pangarahutna
Tung so sadia (otik) pe naung pinatupa
Sai godangma pinasuna.
Aslinya ikan yang diberikan adalah jenis “ihan” atau ikan Batak,
sejenis ikan yang hanya hidup di Danau Toba dan sungai Asahan
bagian hulu dan rasanya memang manis dan khas. Ikan ini
mempunyai sifat hidup di air yang jernih (tio) dan kalau berenang/
berjalan selalu beriringan (mudur-udur) , karena itu disebut ;
dengke sitio-tio, dengke si mudur-udur (ikan yang hidup jernih
dan selalu beriringan/ berjalan beriringan bersama)
Simbol inilah yang menjadi harapan kepada pengantin dan
keluarganya yaitu seia sekata beriringan dan murah rejeki (tio
pancarian dohot pangomoan).
Tetapi sekarang ihan sudah sangat sulit didapat, dan jenis ikan
mas sudah biasa digunakan. Ikan Masa ini dimasak khasa Batak
yang disebut “naniarsik” ikan yang dimasak (direbus) dengan
bumbu tertentu sampai airnya berkurang pada kadar tertentu dan
bumbunya sudah meresap kedalam daging ikan itu.
MAKAN BERSAMA
Setelah selesai santap makan, PRP meminta ijin kepada PRW agar
mereke diberi waktu untuk menerima para undangan mereka
untuk mengantarkan tumpak (tanda kasih)
Mempersiapkan Percakapan
RPW menanyakan apakah sudah siap memulai percakapan, yang
dijawab oleh SP, mereka sudah siap
Masing-masing PRW dan PRP menyampaikan kepada pihaknya
dan hula-hula serta tulangnya bahwa percakapan adat akan
dimulai, dan memohon kepada hula-hulanya agar berkenan
memberi nasehat kepada mereka dalam percakapan adat nanti
PENYERAHAN PANANDAION
Kepada yang lain diberikan dalam satu envelope saja yang nanti
akan dibagikan kepada yang bersangkutan.
Dalam Adat Batak tradisi lama atau religi lama, ulos merupakan
sarana penting bagi hula-hula, untuk menyatakan atau
menyalurkan sahala atau berkatnya kepada borunya, disamping
ikan, beras dan kata-kata berkat. Pada waktu pembuatannya ulos
dianggap sudah mempunyai “kuasa”. Karena itu, pemberian
ulos, baik yang memberi maupun yang menerimanya tidak
sembarang orang , harus mempunyai alur tertentu, antara lain
adalah dari Hula-hula kepada borunya, orang tua kepada anank-
anaknya. Dengan pemahaman iman yang dianut sekarang, ulos
tidak mempunyai nilai magis lagi sehingga ia sebagai simbol
dalam pelaksaan acara adat.
Catatan:
Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan
maningkir tangga langsung setelah acara adat ditempat acara
adat dilakukan, yang mereka namakan “Ulaon Sadari”