Anda di halaman 1dari 25

VARIASI IKAN CUPANG

I. Latar Belakang
Genetika merupakan salah satu bidang ilu yang sejak dulu sudah menerik perhatian manusia. Genetika adalah
ilmu yang mempelajari cara sifat diwariskan karena dengan genetika dapat diketahui bagaimana transfer gen atau
informasi biologi dari satu sel ke sel yang lain atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Genetika sebagai salah satu cabang Biologi di dalam perkembangannya tidak lepas dari cabang biologi yang lain
atau bahkan dengan ilmu pengetahuan yang lain, sehingga kita kenal berbagai cabang genetika seperti genetika sel,
genetika molekuler, genetika biokimia, genetika kedokteran, dll.
Pendekatan genetika digunakan untuk mengungkap proses-proses biologi, sebagai contoh genetika molekuler
digunakan untuk mengungkap berbagai fenomena kehidupan, misalnya fotosintesis, respon imun, kekerabatan
dalam dan antar species makhluk hidup.Genetika banyak membantu dalam mempelejari evolusi, embriologi, sitologi,
dan biosel. Genetika juga digunakan dalam berbagai ilmu terapan dalam menghasilkan produk. (Widianti, Tuti:2009)
Dalam trend budidaya ikan hias, variasi warna dan bentuk sangat mempengaruhi nilai dari suatu spesies ikan.
Semakin unik warna dan bentuknya maka akan semakin tinggi nilai jualnya. Variasi warna dan bentuk itu dipengaruhi
oleh variasi genetik.
Di sentra ikan hias, tampilan cupang hias (Betta sp) cukup menarik perhatian. Barangkali karena warnanya yang
menarik. Dan belakangan ini satwa air ini sedang naik daun. Mungkin inilah satu-satunya ikan yang memiliki situs di
internet terbanyak, yakni 27 buah.
Penggemarnya pun tidak terbatas dari kelas gedongan saja, namun juga kaum pinggiran, mulai anak-anak hingga
kakek-kakek. Di mana-mana orang mengoleksi dan berburu jenis (warna) baru.
Penggemarnya pun tidak terbatas dari kelas gedongan saja, namun juga kaum pinggiran, mulai anak-anak
hingga kakek-kakek. Di mana-mana orang mengoleksi dan berburu jenis (warna) baru. Jika sudah begini jadinya,
persoalan harga biasanya tidak masalah lagi. Apalagi kontes ikan ini kerap digelar di kota-kota besar oleh para
penggemarnya. Bagi pemilik cupang yang memenangkan kontes, otomatis akan menaikkan gengsi sang pemiliknya
dan mendongkrak harga jualnya. Keturunannya (anak cupang) juga bakal laku di pasaran dan untung sudah di
depan mata.Cupang ini, khususnya yang jantan mempunyai bentuk tubuh yang langsing, proporsional, sirip yang
panjang, dan warna yang lebih mengkilat. Oleh sebab itu tidak heran bila banyak yang ”jatuh cinta”.

II. Tujuan
1. Untuk mengetahui variasi warna sirip pada ikan cupang
2. Untuk mengetahui variasi bentuk sirip ikan cupang.

III. Rumusan Masalah


1.Bagaimana variasi warna sirip ikan cupang?
2. Bagaimana variasi bentuk sirip ikan cupang?

IV. Manfaat
a. menambah wawasan tentang variasi warna ikan cupang
b. menambah wawasan tentang variasi bentuk ikan cupang
c. memberikan pengetahuan karakter dan sifat ikan cupang
d. memberikan ide berwirausaha ikan cupang

V. Bahan/ Alat yang Digunakan


1. Ikan cupang (Betta sp) 23 ekor
2. Alat tulis
3. Serok ikan
4. Kamera digital
VI. Cara Kerja
1. Mengamati 23 ekor Betta sp.
2. Menentukan variasi sifat yang akan diamati antara lain bentuk sirip, warna sirip, warna
sisik tubuh, dan warna moncong.
3. Mengamati sifat yang telah ditentukan dan mencatat dalam lembar pengamatan.

VII. LANDASAN TEORI


a. Ciri Fisik Ikan Cupang
Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang hias jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan
menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam)
dan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.
Salah satu daya tarik cupang hias (Betta splenders) adalah banyaknya variasi bentuk sirip dan
aneka warna yang dipunyainya. Helai sirip cupang menjulang seperti selendang yang disebut juga
slayer. tulang sirip mencuat keluar dari helai sirip menambah variasi penampilan cupang hias.

b. Cara Berkembang Biak


Ikan ini berkembang dengan cara bertelur dan telurnya menempel pada substrat seperti akar tanaman, daun-
daun atau serabut rapia.

Anatomi Eksternal Ikan Cupang

VIII. HASIL PENGAMATAN


Tabel Variasi Sifat pada Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Nama Sifat yang Diamati Variasi Sifat yang Jumlah
Hewan Dijumpai
1. Warna sirip ekor Hitam 5
Betta
sp.A Merah 4

Jingga 6

Biru 5

Hijau 3
2. Warna sirip Biru 4
puggung
Merah 5

Hitam 7

Hitam kemerahan 2

Jingga 1

Hijau 1

Abu-abu 1

Biru 2

3. Warna sirip anal Merah 8

Abu-abu 1

Biru 5

Jingga kemerahan 4

Merah kebiruan 2

Hitam kehijauan 2 1. Tipe Sirip


Butterfly
Hitam kemerahan 1 Disebut juga dengan
nama serit bulan atau
serit kapas. Semua
4. Warna moncong Merah 12
sirip berbentuk lebar
dengan
Hitam 11
sirip ekor polos tanpa
ada tulang sirip yang
mencuat keluar. Apabila sedang mekar,
maka seluruh sirip akan saling menutupi sehingga berbentuk seperti bulan.

sirip BUTTERFLY
2. Tipe Sirip Cagak
Mirip dengan bentuk butterfly hanya saja sirip ekor terbelah dua di tengah sehingga
biasa disebut juga double tail. Pembelahan di tengah tidak selalu harus simetris.
Variasi dari tipe cagak antara lain tipe sirip berduri dan polos. Tipe cagak disebut
juga split tail. Apabila posisi sirip punggung sejajar dengan posisi sirip perut disebut
double tail super delta.

sirip CAGAK

3. Tipe Serit Tunggal


Disebut juga comb tail karena tulang siripnya menjulur keluar membentuk ruas seperti
sisir. Bentuk sertit tunggal terlihat rapih.

sirip SERIT TUNGGAL


4. Tipe Serit Silang
Bentuk ini tergolong langka karena peluang kejadiannya satu ekor di antara ribuan
anakan cupang. Karakter ini belum bisa dikembangkan untuk menjadi strain baru.
Serit silang disebabkan pembentukan dari tulang sirip ekor yang saling bertentangan.

sirip SERIT SILANG


5. Tipe Serit Ganda
Merupakan strain khas Indonesia, disebut juga ekor mahkota atau crown tail
atau ekor mahkota. Oleh International Betta Congres (IBC) terdaftar sebagai
kategori baru. Crown tail mempunyai ciri bagian ujung tulang sirip terpecah menjadi
2 atau 3 bagian.

sirip SERIT GANDA

6. Tipe Double ray


Tipe serit 2 pada perkembangan selanjutnya terbelah lagi menjadi serit 4 dan
seterusnya serit 8. Tipe serit 4 ada 2 macam yaitu berangkai dalam satu poros
(disebut fourth) dan model 2 poros (diistilahkan sebagai dua - dua, dirumuskan
sebagai DDR atau double - double - ray). Pada tipe serit terbelah 8 dirumuskan
sebagai DDDR atau double - double - double - ray.

7. Tipe Highfin / Halfstand


Posisi sirip punggung berdiri tegak. Pangkal sirip punggung hampir sama
besar dengan pangkal sirip perut. Istilah highfin atau halfstand akan ditambahkan
pada penamaan cupang sebelumnya. Misalnya apabila tipe serit ini terdapat
pada cupang bertipe crown tail maka akan disebut crown tail halfstand.

8. Tipe Halfmoon
Seluruh sirip saling menyatu membentuk setengah lingkaran atau separuh badan.
Posisi pangkal depan sirip punggung sejajar dengan pangkal sirip perut. Tipe
halfmoon kadang-kadang dijumpai terdapat pada tipe sirip cagak dan tipe butterfly.

9. Tipe Serit Balon


Tipe serit balon mirip dengan tipe serit ganda tetapi pada setiap helai siripnya
mengembang membentuk gelembung seperti balon. Cupang bertipe serit balon
berpenampilan sangat gagah sehingga seringkali dijuluki maskulin crown tail.

10. Tipe Merak


Tipe ekor serit merak sepintas mirip serit ganda, hanya berbeda pada panjang
ekor. Serit berekor pendek, mekar dan bulat. Sirip perut dan sirip punggung
lebih panjang jika dibandingkan dengan sirip ekor. Tipe merak disebut
juga peacock crown tail.

Kriteria Penilaian Cupang Hias


Dasar penilaian cupang hias jenis Serit (Crown Tail) adalah terletak pada 3 faktor penting yaitu :
1. Bentuk Tubuh : proporsi, kerapihan sirip atas/bawah/ekor
2. Warna Tubuh : Dasar/solid, kombinasi, mascot. ·
3. Kesehatan & Mental : sehat, tidak cacat, pemberani (tidak bacul). Bentuk Tubuh : Faktor bentuk tubuh
yang menjadi tolok perhatian adalah tubuh yang proporsional dan sirip/serit atas, bawah dan ekor rapi dan
tidak patah.
Khusus untuk Serit pada ekor jika serit 2 semuanya harus 2 demikian juga untuk serit 4, tidak boleh ada serit yang
tidak beraturan atau dikalangan hobist cupang biasa disebut dengan sirip Djie Sam Soe (2-3-4).
Serit cupang bentuk baru yang dikatakan langka adalah berserit 8 bahkan ada yang 16 serta Serit Silang atau
dijuluki King Crown Tail.
Untuk jenis Halfmoon ekor harus membentang 180 derajat, bahkan saat ini sudah ada yang lebih dari itu atau
disebut Over Halfmoon.
Untuk Jenis Double Tail bentuk ekor menyerupai gambar “love” dan bentuk ekor atas dengan bawah tidak boleh ada
yang lebih besar harus proporsional dan simetris.
Warna :
Warna dibagi dalam 3 kelompok yaitu
1. Warna Dasar/Solid ; seluruh bagian tubuh dan sirip/fin harus memiliki satu warna yang sama, misalnya merah,
biru, abu-abu (steel), hitam, kuning, putih.
Apabila pada bagian dasi (dorsal fin) membawa warna lain yang berbeda atau ada semburat warna lain dibagian
tubuh/sirip maka tidak dapat dikatagorikan sebagai warna dasar.
2. Warna Kombinasi ; pada bagian tubuh atau sirip/fin memiliki perpaduan 2 atau lebih warna yang berbeda
misalkan biru-merah, hitam-merah, merah-steel, hijau-merah, dll.
3. Warna Maskot ; sering juga disebut dengan Cambodian, pada tubuh ikan didominasi paduan warna merah
keputihan ataupun warna lain seperti abu-abu, biru, dan hijau. Ada beberapa jenis ikan cupang hias memiliki warna
langka dalam arti belum banyak terdapat di pasaran antara lain warna putih solid, kuning solid, mustard gas, purple
gas marble (blantong), tricolor, dan warna tembaga (copper).
Pada jenis crown tail (serit) ikan yang memiliki warna bening pada siripnya (jenis butterfly) saat kontes seringkali di-
diskwalifikasi oleh juri.
Sedangkan pada jenis Halfmoon dan Double Tail klasifikasi warna diatas termasuk jenis Butterfly diabaikan.
Ukuran Ikan. Umumnya dalam tiap kontes cupang hias di Indonesia yang dikelompokkan kedalam 3 kelompok
ukuran panjang tubuh dan 3 kelompok warna, yaitu : Ø Ukuran Senior (ukuran tubuh 6 cm ke atas) : untuk warna
dasar, kombinasi dan warna maskot; Ø Ukuran Yunior (ukuran tubuh 4 cm - 6 cm) : untuk warna dasar, kombinasi
dan warna maskot; ukuran small; dan Ø Halfmoon & Double Tail : ukuran dan warna bebas. Walaupun kadang-kala
ada penambahan kelas tambahan seperti kelas bebas (bebas warna/serit), bonsai/unik, betina, dan jenis Plakats
yang saat ini mulai diminati. Cupang yang baik memiliki ekor lebar membentuk sudut 180 derajat dan memiliki serit
tebal. Untuk jenis serit (crown tail) harus sama jumlah serit pada ekornya. Letak ekor seimbang dalam arti di tengah-
tengah dan tidak menjorok ke atas/kebawah.

Warna : Hijau
Ukuran : 3,5 (Medium)
Jenis Kelamin : Male

Warna : Abu-abu Ukuran :3,5 cm (Medium) Jenis Kelamin : Male

Warna : Cooper Ukuran :3,5 cm (Medium) Jenis Kelamin : Male

Warna : Merah
Ukuran : 3,5 (Medium)
Jenis Kelamin : Male
BETA DRAGON

CROWN TAIL

Asal-usul
Ikan ini, menurut data, telah dikenal dan dipelihara sebagian masyarakat kita sejak tahun 1960-an. Kala itu harganya
masih murah dan pamornya sama dengan ikan hias lain. Variasi sirip dan warna saat itu belumlah semeriah dan
seelok seperti sekarang. Begitu juga penggemarnya belum banyak dari kalangan gedongan.
Perubahan terjadi ketika tahun 1970 para importir memasukkan jenis cupang yang baru. Jenis yang masuk ada yang
bersirip pendek dan panjang. Sirip pendek akhirnya dikenal sebagai cupang laga (aduan), dan yang bersirip panjang
(slayer), sebagai cupang hias.
Kedua macam cupang ini sama-sama agresif, namun yang berjenis panjang, lebih bisa dinikmati karena keindahan
ekornya. Mungkin kalau sampai diadu, ekor yang indah itu akan rusak.
Kehebatan cupang ini adalah ia memiliki labirin yang membuatnya bisa bertahan hidup di air yang kadar oksigen
terlarutnya minim. Maka mereka mampu hidup di rawa-rawa, persawahan dan air dangkal. Hidupnya berkoloni di
perairan yang tenang, yang umumnya memiliki pH 6,5—7,2 dan suhu air 24—30 derajat Celsius.
Cupang ekor panjang, menurut catatan, amat dominan sampai 1990-an, sebelum budidaya yang dilakukan hobiis
ikan cupang mampu menghasilkan jenis-jenis baru yang lebih cantik dan indah. Cupang hias generasi baru
mempunyai ekor yang dihiasi tulang sirip yang menonjol. Bentuknya ada yang seperti duri panjang membentuk
seperti sisir atau lazim disebut serit. Ada pula yang menggelembung seperti balon-balon kecil.
Sampai kini usaha budidaya ikan cupang masih terus berlangsung. Oleh sebab itu kemungkinan jenis-jenis baru
bakal bermunculan. Buat penggemar, keberhasilan mendapatkan satu jenis baru yang mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan jenis sebelumnya adalah prestasi tersendiri.
Cupang hias yang baik, secara umum, tubuhnya tidak cacat dan proporsional. Sirip-siripnya lebar dan panjangnya
maksimal, rapi dan utuh. Begitu juga warna tubuhnya cemerlang dan bermental bagus. Sirip yang rapi dan utuh itu
akan membuat ikan ini tampil anggun saat sedang agresif.
Faktor mental yang tidak mudah ciut menentukan juga apakah ia tergolong jenis yang baik. Sebab dengan kondisi
”terjaga dan siap menyerang” itu membuatnya tetap bergaya walau disandingkan atau dihadapkan dengan lainnya.
Kriteria cupang hias yang lebih spesifik, ketika beberapa tahun lalu agak sulit didefinisikan. Menurut pakar, hal itu
karena banyaknya variasi dari hasil persilangan yang gencar dilakukan oleh para hobiis belakangan ini. Namun
karena kerap diadakan kontes maka kini ada pembagian kategori berdasarkan warna dan bentuk sirip.
Menurut Irwan Sugandy, pakar cupang, ada kategori warna dasar (solid). Yang masuk golongan ini adalah cupang
yang warna dan sirip-siripnya satu warna. Misal biru, merah, dan hitam. Cupang kategori ini terbilang sempurna jika
seluruh warna tubuh dan sirip sama, cemerlang dan rata.
Ada juga kategori warna kombinasi. Golongan ini biasanya mempunyai warna tubuh dan sirip lebih dari satu warna.
Cupang kombinasi yang terbagus jika memiliki komposisi warna yang harmonis, di samping juga tubuh dan siripnya.
Kalau terdiri dari tiga macam warna, cupang itu disebut three colour.
Kategori lain, tambah Irwan, adalah cupang maskot. Disebut maskot jika kepalanya putih dengan bercak-bercak
merah. Warna tubuhnya putih atau keperak-perakan, dengan variasi bercak merah, biru, atau hijau. Sementara sirip-
siripnya kombinasi merah putih; merah hijau; atau merah biru.
Ada juga kategori khusus, yakni cupang yang unik. Misalnya, yang ekornya terbelah (cagak) dan halfmoon. Cupang
halfmoon, tergolong baru dikenal di kalangan hobiis Indonesia. Asal-usulnya ada yang menyebutkan dari Amerika
Serikat, namun ada pula yang mengatakan dari Prancis.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan keanekaragaman spesies ikannya. Perairan tawar Indonesia
setidaknya memiliki banyak jenis ikan air tawar yang dapat dikembangkan. Bahkan saat ini
banyak komoditas air tawar yang telah dikembangkan pembudidayaannya. Salah satu komoditas
air tawar yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah ikan betok. Betok merupakan ikan
asli perairan air tawar Indonesia. Ikan ini termasuk unik secara karakteristiknya yang berbeda
dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Ikan Betok memiliki kemampuan untuk mengambil
oksigen di udara. Hal ini dikarena ikan ini memiliki organ tubuh bernama labirin yang
memungkinkan hal tersebut. Selain itu, ikan betok memiliki kemampuan bertahan hidup
manakala terjadi kekeringan dan ikan ini juga dapat bertahan hidup di daratan yakni dapat
bertahan di daratan tanpa air lebih dari 12 jam. Oleh karenanya betok mampu bertahan dalam
kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut dan pH yang rendah asam. (Anonim,
2012).
Ikan betok merupakan komoditas ikan rawa yang sangat disukai oleh masyarakat Banjar
(Kalimantan Selatan), sebab selain rasanya yang sangat gurih juga nilai ekonomisnya yang
cukup tinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Selama ini ikan betok diperoleh dengan cara
menangkapnya di alam, sehingga dikwatirkan suatu saat produktivitasnya akan menurun.
Berbagai upaya telah ditempuh para pembudidaya ikan untuk mengembangkan ikan betok, tapi
belum membuahkan hasil yang diharapkan. Ini terkendala karena minimnya informasi mengenai
kondisi fisiologi, morfologi, ekologi, food habit dan sifat genetik yang dimiliki oleh para
pembudidaya ikan. Ikan betok yang hidup di ekosistem rawa yang berbeda-beda memiliki
tingkat keragaman genetik yang cukup tinggi baik dilihat dari segi pertumbuhan,ukuran, warna,
rasa dan reproduksi yang berbeda-beda. Dilihat dari segi reproduksinya, ikan betok merupakan
jenis ikan yang mudah untuk berkembang biak, baik secara alami maupun buatan (Juliansyah,
2007).
Ikan Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini
juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jw.), puyu (Mly.)
ataupapuyu (bahasa Banjar). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing perch, merujuk
pada kemampuannya memanjat ke daratan.
Ikan betok mempunyai manfaat yang sama dengan ikan-ikan air tawar yang lain,
walaupun anggapan masyarakat ikan betok sebagai ikan lumpur. Ikan betok dikenal sebagai
pemakan segala-galanya (Omnivora) berupa tumbuh-tumbuhan air, ikan-ikan kecil, udang-udang
renik, hewan-hewan kecil lainnya dan serangga.
B. Perumusan Masalah
Usaha pemeliharaan ikan betok di Kalimantan Selatan sekarang mulai berkembang
sehingga memungkinkan terjadi perubahan fenotifnya. Salah satu cara untuk memperoleh
informasi tentang perubahan kemungkinan ikan betok adalah melalui analisis karakter
morfometriknya sehingga perlu dilakukan studi tentang keragaman penampilan fenotif pada
populasi ikan betok melalui multivariasi dengan metode “truss”morfometrik.

C. Tujuan Praktikum
Praktikum genetik kali ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik morfologi dan
hubungan kekerabatan antara ikan betok dari kabupaten Amuntai dan ikasn betok dari kabupaten
Marabahan Kalimantan Selatan. Hasil praktikum akan bermanfaat untuk mengetahui keragaman
genetik ikan betok dari kabupaten Amuntai dan kabupaten Marabahan yang pada akhirnya padat
digunakan sebagai sumber informasi untuk meningkatkan mutu genetik ikan betok di
Kalimantan Selatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Ikan Betok
Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
tergolong komersil, mempunyai nilai ekonomis penting dan sangat digemari oleh masyarakat
Kalimantan Selatan. Menurut Saanin (1986), ikan betok diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Famili : Anabantidae
Genus : Anabas
Spesies : Anabas testudineusBloch
NamaUmum : Walking fish atauClambing Perch
amadaerah : Betik (Jawa dan Sunda), Papuyu (Banjarmasin), Puyu (Malaya), Puyo – puyo (Bintan), Geteh –
geteh (Manado), Kusang (Danau Matuna).

B. Morfologi
Menurut Djuhanda (1981), ikan betok (Anabas testudineus Bloch) ditutupi oleh sisik
yang berwarna hijau kehitaman pada bagian punggung dan putih mengkilat/putih kehijau-hijauan
dibagian perut. Ikan ini termasuk ordo labyrinthici dikenal sebagai ikan labirin karena di dalam
rongga insang bagian atas insang tersebut terdapat alat pernapasan berbentuk labirin setiap ruang
pada labirin tersebut terdapat pembuluh-pembuluh darah yang dapat (mengekstrasi) oksigen dari
udara yang masuk ke dalam labirin.
Secara umum ikan betok berbentuk lonjong lebih ke belakang menjadi pipih kepala
relatif besar, mulut tidak dapat ditonjolkan. Gurat sisi sempurna dan di bagian belakang di
bawah sirip punggung yang berjari-jari lunak menjadi putus. Sirip punggung terdiri dari 17 buah
jari-jari keras dan lemah, sirip disokong oleh 10 buah jari-jari keras dan 15 buah jari-jari lemah
sirip perut mempunyai 1 buah jari-jari keras dan 3 buah jari-jari lemah.
C. Habitat
Betok umumnya ditemukan di rawa-rawa, sawah, sungai kecil dan parit-parit, juga
padakolam-kolam yang mendapatkan air banjir atau berhubungan dengan saluran air
terbuka. Ikan ini memangsa aneka serangga dan hewan-hewan air yang berukuran kecil. Betok
jarang dipelihara orang, dan lebih sering ditangkap sebagai ikan liar. Dalam keadaan normal,
sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan
gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara.
Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat
ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ketempat lain yang
masih berair.
Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang
yang dapat dimekarkan, dan berlaku sebagai semacam ‘kaki depan’. Namun tentu saja ikan ini
tidak dapat terlalu lama bertahan di daratan, dan harus mendapatkan air dalam beberapa jam atau
ikan ini akan mati.
Ukuran ikan betok di alam dapat mencapai 25 cm, hidup di dasar perairan yang
berlumpur dan soliter. Betok bersifat ovipar, dapat memijah sepanjang tahun dengan puncak
pemijahannya pada musim hujan dengan puncaknya pada bulan Oktober hingga Desember, telur-
telur mengapung bebas. Ikan dengan kisaran bobot tubuh 15 – 110 gram dan bobot gonad 2,42 –
15,96 gram mempunyai jumlah telur (fekunditas) antara 4.882 – 19.248 butir ikan betok
(Makmur, 2006).
D. Bio-ekologi
Ikan betok keberadaannya di perairan umum seperti danau, sungai, rawa-rawa dan
genangan air tawar maupun payau. Ikan betok biasanya memijah pada awal musim penghujan
yaitu daerah-daerah yang kering pada musim kemarau dan berair pada musim penghujan. Jika
daerah itu sedang digenangi air maka ikan betok akan pergi ke daerah itu untuk
memijah(Asmawi, 1984)
Ikan betok (Anabas testudineus Bloch) tahan terhadap keadaan kering kadang-kadang
kuat hidup sampai satu minggu tanpa air/tinggal dalam lumpur yang masih mengandung air
antara 1-2 bulan (Djuhanda, 1981).
E. “Truss” Morfometrik
Teknik “truss” morfometrik digunakan untuk menggambarkan secara lebih tepat
bentuk ikan dengan memilih titik-titik homologus tertentu yang menggambarkan anatomi ikan
disepanjang tubuh dan mengukur jarak antara titik-titik tersebut. Teknik ini meningkatkan
konsistensi dalam pengukuran, memberikan informasi yang terinci dalam menggambarkan
bentuk ikan, memperkeci kesalahan pengukuran, lebih efisien karena mencakup seluruh tubuh
dan jika garis “truss” semakin pendek atau titik “truss” semakin banyak, memberikan informasi
yang lebih spesifik tentang gambaran tubuh ikan (Brzski dan Doyle, 1988 dalam Nugroho et al,
1991).
F. Analisis Data

Analisis statistika multivariate adalah analisis statistika yang dikenakan pada data yang
terdiri dari banyak variabel dan antar variabel saling berkorelasi. Beberapa metode yang
termasuk ke dalam golongan analisis ini adalah :
 Principal Component Analysis
Mereduksi dimensi data dengan cara membangkitkan variabel baru (komponen utama)
yang merupakan kombinasi linear dari variabel asal sedemikan hingga varians komponen utama
menjadi maksimum dan antar komponen utama bersifat saling bebas.
 MANOVA
Menganalisis hubungan antara vektor variabel respon (Y) yang diduga dipengaruhi oleh
beberapa perlakuan (treatment).
 Discriminant Analysis
Membentuk fungsi yang memisahkan antar kelompok berdasarkan variabel pembeda,
fungsi tersebut disusun sedemikian nisbah keragaman data antar dan kelompok maksimum.
 Cluster Analysis
Mengelompokkan data ke dalam beberapa kelompok sedemikian hingga data yang berada
di dalam kelompok yang sama cenderung mempunyai sifat yang lebih homogen daripada data
yang berada di kelompok yang berbeda (Anonim, 2012).

III. METODE PRAKTIKUM


A. Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Genetik dan Pemuliaan Ikan ini dilaksanakan di Laboraturium
Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat pada hari Kamis
– Jumat, pada tanggl 24 – 25 Mei 2012.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat dan bahan yang di gunakan dalam kegiatan praktikum kali ini adalah :
 Alat tulis (kertas hvs, pulpen)  Akuarium
 Jarum pentol  Timbangan digital
 Penggaris  Alat dokumentasi (kamera)
 Baskom

2. Bahan
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Ikan betok Amuntai
2. Ikan betok Marabahan
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja kali ini adalah sometrik sebagai berikut :
Pengamatan morfometrik mutlak ” truss” morfometrik ukuran mutlak di lakukan dengan
cara :
1. Ikan betok yang berasal dari wilayah Amuntai dan Marabahan diambil dari akuarium masing
masing 10 ekor. Metode karakteristik morfometrik dilakukan dengan cara mengukur jarak titik-
titik tanda yang akan dibuat pada kerangka tubuh (Gambar 1). Skema dan 21 karakteristik
morfometrik ikan betok dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 1 ( Brzesky and Doyle, 1988).
2. Ikan di letakkan diatas kertas, dengan posisi kepala menghadap kekiri dan sirip dibiarka pada
posisi alami
3. 10 buah titik di jadikan sebagai patokan “morphometrik sehingga membentuk 21 karakter
4. Setelah di lakukan penandaan menggunakan jarum pentol maka pada kertas akan terlihat 10 titik
hasil penandaan yang kemudia di ukur jarak antara titik-titik tersebut dengan penggaris.

Pengukuran truss morfometrik, terbagi dalam 4 bagian (A, B, C,dan D). Bagian yang
berhimpitan dianggap mewakili 1 karakter sehingga dari 10 titik truss diperoleh 21 karakter yaitu
sebagai berikut:
Bagian tubuh Kode Diskripsi jarak
A1 Ujung mulut atas – rahang bawah
A2 Rahang bawah – is’thimus
Kepala A3 Ujung mulut atas – is’thimus
A4 Ujung mulut atas – pangkal sirip punggung
A5 Rahang bawah – pangkal sirip punggung
A6 Is’thimus – pangkal sirip punggung
B1 Is’thimus – pangkal sirip perut
B2 Ujung sirip punggung – pangkal sirip punggung
B3 Pangkal sirip punggung – pangkal sirip perut
Badan B4 Is’thimus – ujung sirip punggung
B5 Pangkal sirip perut – ujung sirip punggung
C1 Pangkal sirip perut – pangkal sirip anal
C2 Pangkal sirip anal – ujung sirip anal
C3 Pangkal sirip perut – ujung sirip anal
C4 Pangkal sirip anal – ujung sirip punggung
C5 Ujung sirip punggung – ujung sirip anal
D1 Ujung sirip anal – pangkal bawah sirip ekor
D2 Ujung sirip punggung – pangkal atas sirip ekor
Batang ekor D3 Ujung sirip punggung – pangkal bawah sirip ekor
D4 Ujung sirip anal – pangkal atas sirip ekor
D5 Pangkal atas sirip ekor – pangkal bawa sirip ekor
Tabel. 1. Karakteristik morfometrik
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sifat-sifat Mendel klasik yang dijumpai dalam bab-bab terdahulu bersifat kualitatif, yaitu sifat-
sifat yang mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang jelas. Fenotip-fenotip yang jelas
ini berada di bawah kendali genetik dari hanya satu atau beberapa gen dengan sedikit atau tanpa
modifikasi-modifikasi lingkungan yang mengaburkan pengaruh-pengaruh gennya (Stansfield,
1991).

Biasanya kita beranggapan bahwa suatu kelas fenotip itu selalu mudah dibedakan dari kelas
fenotip yang lain. Akan tetapi bila diperhatikan dengan baik, dalam kenyataannya kelas fenotip
tadi tidak dapat dibedakan semudah itu. Sebabnya karena seringkali masih dapat diketahui
adanya beberapa variasi di dalam suatu kelas fenotip. Misalnya saja kulit hitam pada orang ada
yang hitam sekali, hitam biasa, sawo matang (Suryo, 2005).

Pewarisan karakter kualitatif mudah dibedakan karena masing-masing mempunyai populasi yang
jauh berbeda. Di lain pihak tertentu ada kelompok antara yang sukar dikategorikan. Kelompok
ini mewakili zona transisi diantara kedua sistem pewarisan karakter dan termasuk bentuk antara
yang diwariskan karena pengaruh interaksi lingkungan yang memungkinkan adanya sejumlah
genotip yang diekspresikan pada bentuk fenotipnya (Agus, Rosana dan Sjafaraenan, 2013).

Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam
antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan dalam
bentuk kategori.

Oleh karena genetika kualitatif merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam genetika
ikan. Maka dilakukanlah praktikum ini untuk mengetahui beberapa kasus dalam genetika
kualitatif dan bagaimana secara genetic hal tersebut terjadi.

Tinjauan Pustaka
Gen adalah unit terkecil bahan penyusun sifat menurun. Besarnya diperkirakan 4-50µ. Istilah gen
pertama kali diperkenalkan oleh W.Johansen (1909), sebagai pengganti istilah faktor keturunan
atau elemen yang dikemukakan oleh Gregor Mendel. Gregor Mendel telah berasumsi tentang
adanya suatu bahan yang terkait dengan suatu sifat atau karakter yang dapat diwariskan. Ia
menyebutnya 'faktor'. Pada tahun 1910, Thomas Hunt Morgan
menunjukkan bahwa gen terletak di kromosom. Selanjutnya, terjadi 'perlombaan' seru untu
k menemukan substansi yang merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel yang kemudian jatuh
pada peneliti yang terlibat dalam subjek ini (Nuraini, 2008).

Individu memiliki dua macam kromosom yaitu autosom dan seks kromosom. Karena itu
biasanya individu jantan dan betina memiliki kromosom yang sama oleh karena itu sifat
keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom akan diwariskan dari orang tua pada anak-
anaknya tanpa membedakan seks. Contohnya seperti albino, warna mata, bentuk rambut, dan
polidaktili dapat diwariskan, tapi keturunan pada F1 dan F2 tidak pernah disebut jenis
kelaminnya dan jenis kelamin itu tidak mempengaruhi terhadap sifat-sifat tersebut.( Suryo.1990:
202).

Perkembangan sejumlah penanda molekuler (DNA Marker) dewasa ini telah


memungkinkan untuk melakukan identifikasi terhadap perubahan- perubahan genetik yang
terjadi dalam suatu persilangan serta hubungannya dengan perubahan sifat kuantitatif dan sifat
kualitatif. (Maskur,2003).

Menurut Nasir (2001) karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam
antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan dalam
bentuk kategori. Ciri yang dapat digunakan untuk membedakan karakter kualitatif dan karakter
kuantitatif menurut (Allard, 1960 dan Burns,1976) adalah sebagai berikut:
1. Pada karakter kualitatif terdapat ragam terputus pada kurva sebaran frekuensi dengan munculnya
kembali ragam tetua di dalam generasi bersegregasi (F2, BC, F3), dan munculnya kembali
salah satu ragam tetua bila terdapat pengaruh dominansi penuh dalam generasi F1.
2. Pada karakter kuantitatif terdapat ragam kontinu pada kurva sebaran frekuensi di dalam generasi
bersegrerasi (F2, BC, F3) dengan ragam F2 (VF2) yang Lebih besar dari ragam F1 (VF1). Pada
penelitian pewarisan suatu karakter, sering diperlukan analisis segregasi dari populasi yang
bersegregasi (populasi F2).

Sifat-sifat Mendel klasik yang dijumpai dalam bab-bab terdahulu bersifat kualitatif, yaitu sifat-
sifat yang mudah digolongkan ke dalam kategori fenotip yang jelas. Fenotip-fenotip yang jelas
ini berada di bawah kendali genetik dari hanya satu atau beberapa gen dengan sedikit atau tanpa
modifikasi-modifikasi lingkungan yang mengaburkan pengaruh-pengaruh gennya (Stansfield,
1991).

Manfaat Genetika Fenotif Kualitatif sebagai berikut :


1. Agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri atau setiap makhluk yang berada
disekitar lingkungan kita
2. Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat tentang pengertian dari genetika fenotif
kualitatif serta komponen apa saja yang menyusun genetika fenotif kualitatif
3. Menyusun dan menentukan program hibridisasi (kawin silang) sehingga mendapatkan keturunan
yang memiliki sifat-yang baik (bibit unggul)
4. Meningkatkan produksi melalui penyeleksian berdasarkan kualitasnya
5. Mengeliminir (membuang) allel (sifat) yang dapat menurunkan produktifitas dan mengambil
allel yang dapat meningkatkan produktifitasnya
6. Mengetahui sifat-sifat fenotif yang diturunkan dari induk ke anaknya
7. Mendapatkan individu dengan sifat-sifat fenotif (warna, bentuk, sirip, tipe sisik, dll) yang kita
inginkan
8. Meningkatkan nilai jual suatu organisme dengan jalan merubah sifat fenotifnya
9. Merekayasa organisme sehingga dapat dibudidayakan dilingkungan yang bukan habitat aslinya
(Wipiadi, 2011).
BAHAN DAN METODE

Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu:
a. Buku bahan ajar: Dasar-dasar Genetika Ikan dan Pengembangbiakan, Westra, 1994, UNAIR
Press.
b. Soal pemahaman genetika yang berisi:
1. Ikan mas berpigmen normal dikawinkan dengan ikan mas bergaris kuning pada spinal dorsal.
Persentase fenotip dominan dan resesif yang muncul adalah?
2. Ikan guppy spina normal abu-abu dikawinkan dengan ikan guppy spina bengkok blondi. Berapa
persen didapatkan spina normal blondi?
3. Ikan cupang (Siamese fighting fish) warna biru gelap dikawainkan dengan warna hijau. Berapa
yang menghasilan warna biru logam?
4. Ikan cupang biru mengkilat dikawinkan dengan ikan cupang hijau. Bagaimana hasil rasio
progeni untuk genotip dan fenotipnya. Mana yang merupakan galur murni?
5. Ikan rainbow trout golden dipijahkan dengan ikan rainbow trout palomino.Lengkapi (%) bahwa
pigmen golden menjadi galur murni dibandingkan palomino.
6. Ikan guppy GgCucu dikawinkan ikan guppy Ggcucu. Ada berapa perbedaan fenotip yang
muncul?
7. Stok ikan molly didomestikasi dengan warna MMNn; MmNN; mmNN. Fenotip yang muncul
adalah?

Metode
Adapun metode yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu dengan menjawab 7 soal yang
diberikan sebagai data dengan mengacu pada tabel fenotip yang dipengaruhi oleh gen tunggal
otosom dengan aksidominan lengkap dan tabel genetika kualitatif dari buku Dasar-dasar
Genetika Ikan dan Pengembangbiakan oleh Westra (1994) terbitan UNAIR Press.
Langkah dalam proses mengerjakan soal tersebut yaitu:
a. Menentukan parental dari masing-masing individu.
b. Menentukan fenotipe dan gamet pada masing-masing individu.
c. Menentukan hasil persilangan berupa F1.
d. Menentukan hasil persilangan berupa F2.
e. Menentukan hasil rasio fenotip dan genotip.
f. Menghitung hasil persentase persilangan dengan rumus, :

x 100%

HASIL PERHITUNGAN

1. Ikan mas berpigmen normal dikawinkan dengan ikan mas bergaris kuning pada spinal dorsal.
P : ♀ DD >< dd ♂
F1 :
D D

d Dd Dd

d Dd Dd

Rasio genotip : 4 Dd
Rasio fenotip : 4 ikan mas berpigmen garis kuning pada spinal dorsal
Persentase : 100% ikan mas berpigmen garis kuning pada spinal dorsal.
Persentase fenotip dominan dan resesif yang muncul adalah
Fenotip dominan: 100%
Fenotipe resesif: 0%

2. Ikan guppy spina normal abu-abu dikawinkan dengan ikan guppy spina bengkok blondi.
P :♀ SnB >< Scb ♂
F1 :
Scb Scb

SnB SnScBb SnScBb

SnB SnScBb SnScBb

F2 : SnScBb >< SnScBb


SnB ScB Snb Scb
SnB SnB SnB ScB SnB Snb SnB Scb SnB
ScB SnB ScB ScB ScB Snb ScB Scb ScB
Snb SnB Snb ScB Snb Snb Snb Scb Snb
Scb SnB Scb ScB Scb Snb Scb Scb Scb

Diketahui bahawa genotip ikan guppy spina normal blondi adalah Snb, jadi dari persilangan
tersebut yang menghasilkan genotip ikan guppy spina normal blondi yaitu SnbSnb, SnbScb, dan
SnbScb.
Ada 3 genotip yang menghasilkan genotip ikan guppy spina normal blondi:
3/16 x 100% = 18, 75%
Jadi yang didapatkan spina normal blondi sebesar 18,75%.

3. Ikan cupang (Siamese fighting fish) warna biru gelap dikawinkan dengan warna hijau.
P :♀ VV >< vv ♂
F1 :
V V

v Vv Vv

v Vv Vv

Rasio genotip : 4 Vv
Rasio fenotip : 4 ikan berwarna biru logam.
Persentase : 100% ikan berwarna biru logam.

4. Ikan cupang biru mengkilat dikawinkan dengan ikan cupang hijau


P :♀ VV >< vv ♂
F1 :
V V

v Vv Vv

v Vv Vv

Rasio genotip : 4 Vv
Rasio fenotip : 4 ikan berwarna biru .
Persentase : 100% ikan berwarna biru.
Rasio progeny:
Ragam silangan Rasio genotip Rasio fenotip
SB (VV) x Hi (vv) Semua Vv Semua Bi(biru)

Persilangan tidak menghasilkan galur murni.

5. Ikan rainbow trout golden dipijahkan dengan ikan rainbow trout palomino.
P :♀ G’G’ >< G’G ♂
F1 :
G’ G’

G’ G’G’ G’G’

G G’G G’G

Rasio genotip : 2 G’G’ dan 2 G’G


Rasio fenotip : 2 ikan rainbow trout golden dan 2 ikan rainbow trout palomino.
Persentase : 50% ikan rainbow trout golden dan 50% ikanrainbow trout
Palomino
Jadi, 50% yang merupakan golden adalah galur murni.

6. Ikan guppy GgCucu dikawinkan ikan guppy Ggcucu


P :♀ GgCucu >< Ggcucu ♂
F1 :
Gcu Gcu gcu gcu
GCu Gcu GCu Gcu GCu gcu GCu gcu GCu

gCu Gcu gCu Gcu gCu gcu gCu gcu gCu


Gcu Gcu Gcu Gcu Gcu gcu Gcu gcu Gcu
gcu Gcu gcu Gcu gcu gcu gcu gcu gcu

Rasio genotype: 2 GGCucu : 4 GgCucu : 2 ggCucu : 2 GGcucu : 4 Ggcucu : 2 ggcucu


Rasio fenotipe: 2 abu abu duri punggung normal : 4 abu abu duri punggung normal : 2 emas duri punggung
normal : 2 abu abu duri punggung bengkok : 4 abu abu duri punggung bengkok : 2 emas duri
punggung bengkok.

Jadi perbedaan fenotip yang muncul ada 4 yaitu abu abu duri punggung normal, emas duri
punggung normal, abu abu duri punggung bengkok, dan emas duri punggung bengkok.

7. Stok ikan molly didomestikasi dengan warna MMNn; MmNN; mmNN.


Genotip MMNn (3 gen +).
Genotip MmNN (3 gen +).
Genotip mmNN (2 gen +).

Dengan aksi gen aditif meskipun terdapat jumlah gen plus yang sama maka ikan-ikan tersebut
masih dapat dibedakan fenotipnya, khususnya pada usia muda. Pada usia dewasa (mature), maka
bila genotip memiliki jumlah gen plus sama akan memberikan fenotip yang sama.Genotip
MMNn dan MmNN memiliki jumlah gen plus yang sama maka akan memiliki fenotip yang
sama. Sedangkan mmNN memiliki jumlah gen plus berbeda sehingga akan menghasil genotip
yang berbeda dari genotip MMNn dan MmNN.

Fenotip yang muncul dari genotip MMNn dan MmNN yaitu hitam agak gelap dan iris hitam,
setelah dewasa semua hitam gelap dan sedangkan fenotip yang muncul dari genotip mmNN yaitu
bertitik-titik hitam, iris terang setelah dewasa titik hitam menjadi lebih lengkap.

PEMBAHASAN

Telah dilakukan praktikum dengan perhitungan hasil persilangan dalam menentukan kasus yang
terjadi pada genetika kualitatif ikan. Dengan mengerjakan dan menjawab soal yang telah
diberikan sebagai bahan dalam praktikum ini maka akan diketahaui bagaimana persilangan suatu
jenis ikan terjadi, serta dapat menentukan jenis ikan hasil persingan serta menentukan hasil yang
terjadi pada genetika kualitatif ikan.

Genetic kualitatif merupakan salah satu keragaman pada individu yang disebabkan oleh aksi
beberapa pasang gen saja yang mempengaruhi sifat/fenotip kualitatif. Pada ikan juga hewan lain,
pewarisan kualitatif menghasilkan beberapa kelas saifat yang bersifat diskret, atau dapat
dikategorikan dalam berbagai sifat yang berbeda (Westra, 1994).

Dari perhitungan pada kasus genetika kualitatif dari hasil nomor satu bahwa Ikan mas berpigmen
normal dikawinkan dengan ikan mas bergaris kuning pada spinal dorsal menghasilkan 100%
ikan dengan garis kuning pada spina dorsal. Diketahui bahwa ikan mas bergaris kuning pada
spina dorsal bersifat dominan terhadap sifat lain, sehingga yang diperoleh yaitu persentase
fenotip dominan adalah 100% sedangkan persentase fenotip resesif adalah 0%.

Pada soal nomor dua diketahui bahwa, Ikan guppy spina normal abu-abu dikawinkan dengan
ikan guppy spina bengkok blondi. Persilangan ini merupakan persilangan dihibrid, dimana
persilangan menggunakan dua sifat yang beda. Parental dari masing-masing induk adalah SnB
dan Scb. Kemudian disilangkan menghasilkan F1 berupa SnScBb. Lalu hasil F1 disilangkan
kembali untuk menghasilkan F2. Dari hasil persilangan F1 akan menhasilkan 16 individu yang
dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas fenotip, dengan rasio masing-masing 9 : 3 : 3 : 1. Ikan
dengan spina normal blondi berjumlah 3 ikan yaitu dengan genotip SnSnbb, SnScbb, dan
SnScbb. Sehingga didapat bahwa persentase didapatkan ikan dengan fenotip spina normal blondi
adalah 18,75%.

Pada soal ketiga diketahui bahwa Ikan cupang (Siamese fighting fish) warna biru gelap
dikawainkan dengan warna hijau. Alel V bersifat dominan dan alel v bersifat resesif. Sifat biru
gelap pada alel tersebut dilambangkan dengan alel D, sedangkan alel resesif adalah d yang
menunjukkan ikan berwarna hijau. Dari hasil perhitungan didapat bahwa semua ikan (100%)
hasil keturunan tersebut memiliki warna biru logam. Hal ini menunjukkan bahwa alel dominan D
lebih mendominasi gamet dibanding dengan alel d yang bersifat resesif pula, sehingga dapat
diketahui pasti bahwa gen dominan akan lebih sering muncul pada keturunan hasil persilangan
tersebut. Tetapi dalam kasus ini terdapat pengecualian yaitu dimana alel Vv akan menghasilkan
warna berupa biru logam, dimana aksi tersebut disebut dengan dominan tidak lengkap (semi
dominan). Dominan tidak lengkap merupakan bentuk dominasi lain terjadi bila gen yang
dominan mengekspresikan dirinya lebih kuat dibandingkan dengan gen resesif, namun tidak kuat
betul sehingga fenotip heterosigonus tidak identik dengan homosigonus dominan (Westra, 1994).

Pada soal nomor empat dijelaskan bahwa Ikan cupang biru mengkilat dikawinkan dengan ikan
cupang hijau. Persilangan tersebut sama seperti dengan nomor tiga, dimana hasil yang didapat
semua ikan (100%) berwarna biru. Ragam silang yang terjadi yaitu SB (VV) x Hi (vv) yang akan
menghasilkan rasio progeny berupa rasio genotip semua Vv dan rasio fenotip semua Bi (biru).

Pada soal kelima dapat diketahui Ikan rainbow trout golden dipijahkan dengan ikan rainbow
trout palomino. Ikan dengan warna golden merupakan galur murni. Dari hasil persilangan
dihasilkan bahwa 50% ikan bewarna golden dan 50% ikan berwarna palmino. Sehingga dapat
simpulkan bahwa 50% yang merupakan golden adalah galur murni. Persilangan tersebut
merupakan persilangan alel gen aditif, hal tersebut terjadi bila tidak ada allele yang dominan,
namun memberikan kontribusi fenotip yang sama terhadap fenotip yang dengan genotip
heterosigous (Westra, 1994).

Pada soal keenam dapat diketahui bahwa Ikan guppy GgCucu dikawinkan ikan guppy Ggcucu.
Persilangan ini merupakanpersilangan aksi gen ganda (dihibrid), dimana persilangan
menggunakan dua sifat yang beda. Parental dari masing-masing induk disilangkan untuk
mendaptkan F1. Lalu hasil F1 disilangkan kembali untuk menghasilkan F2. Dari hasil
persilangan F1 akan menhasilkan 16 individu yang dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas
fenotip. Rasio genotype yang terjadi pada persilangan tersebut yaitu 2 GGCucu : 4 GgCucu : 2
ggCucu : 2 GGcucu : 4 Ggcucu : 2 ggcucu. Sedangkan rasio fenotipeyang dihasilkan yaitu 2 abu
abu duri punggung normal : 4 abu abu duri punggung normal : 2 emas duri punggung normal : 2
abu abu duri punggung bengkok : 4 abu abu duri punggung bengkok : 2 emas duri punggung
bengkok. Jadi perbedaan fenotip yang muncul ada 4 yaitu abu abu duri punggung normal, emas
duri punggung normal, abu abu duri punggung bengkok, dan emas duri punggung bengkok.

Pada soal ketujuh yang diketahui bahwa Stok ikan molly didomestikasi dengan warna MMNn;
MmNN; mmNN. Dalam domestifikasi ini, hal yang terjadi yaitu aksi gen aditif, dimana aksi gen
ini termasuk dalam aksi gen otosom ganda seperti dihibrid, trihibrid, atau lebih. Tidak saja
dipengaruhi oleh satu gen(gen tunggal) tetapi oleh banyak gen yang berinteraksi dan masing-
masing memberikan kontribusinya terhadap ekspresi fenotip (Westra, 1994).

Genotip MMNn memiliki 3 gen +, genotip MmNN memiliki 3 gen +, sedangkan mmNN
memiliki 2 gen +. Dengan aksi gen aditif meskipun terdapat jumlah gen plus yang sama maka
ikan-ikan tersebut masih dapat dibedakan fenotipnya, khususnya pada usia muda. Pada usia
dewasa (mature), maka bila genotip memiliki jumlah gen plus sama akan memberikan fenotip
yang sama. Jadi pada genotype MMNn dan MmNN yang memiliki jumlah gen plus sama (3 gen
+) pada ikan dewasa tidak dapat dibedakan yaitu yang memiliki fenotip hitam agak gelap dan iris
hitam, setelah dewasa semua hitam gelap. Sedang pada ikan genotip mmNN yang memiliki
jumlah gen plus beda (2 gen +) memiliki perbedaan dengan yang lain yang menghasilkan fenotip
bertitik-titik hitam, iris terang setelah dewasa titik hitam menjadi lebih lengkap. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa fenotip yang muncul dari domestifikasi tersebut ada dua yaitu fenotip hitam
agak gelap dan iris hitam, setelah dewasa semua hitam gelap dan fenotip bertitik-titik hitam, iris
terang setelah dewasa titik hitam menjadi lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Rosana dan Sjafaraenan.2013. Penuntun Praktikum Genetika. Universitas Hasanuddin. Makassar.
Maskur. 2003. Identifikasi Genetik dengan menggunakan Marker Mikrosatelit dan hubungannya dengan
sifat kuantitatif pada Sapi. Http://respository IPB.ac.id. Diakses pada Mei 2013.
Nasir. 2001. Pengantar pemuliaan tanaman. Universitas Malang. Malang.
Nuraini. Tuti. 2008. Genetika Dasar (Mendelisme), http://shiroi-kiba.blogspot.com. Diakses pada Mei
2013.
Stansfield. W. D. 1991. Genetika. Erlangga. Jakarta.
Suryo. 1990. Genetika Manusia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Westra. 1994. Dasar-dasar Genetika Ikan dan Pengembangbiakan. UNAIR Press. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai