Anda di halaman 1dari 21

DAMPAK PERBURUAN IKAN HIU ILEGAL OLEH NELAYAN

DI TPI BEBA DESA TAMASAJU KECAMATAN GALESONG UTARA


KABUPATEN TAKALAR

Disusun Oleh:

MUHAMMAD RIFAI : A021191136


IKHWANUL AMIN : A021191077
MOCH IMRAN : A021191081
M. YUSUF : A021191089

WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM


PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI ..................................................................................... 1
Abstrak .............................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 3
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 5
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 6
2.1 Ikan Hiu ........................................................................................ 6
2.2 TPI Beba ....................................................................................... 7
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................... 15
3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 15
3.2 Hasil dan Pembahasan .................................................................... 15
BAB 4 SIMPULAN ............................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 18

1
DAMPAK PERBURUAN IKAN HIU ILEGAL OLEH NELAYAN DI TPI
BEBA DESA TAMASAJU KECAMATAN GALESONG UTARA
KABUPATEN TAKALAR
Abstrak
Muhammad Rifai (A021191136), Ikhwanul Amin (A021191077), Moch.
Imran (A021191081), M. Yusuf (A021191089). Dampak Perburuan Hiu
Ilegal Oleh NelayanDi TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar. Dibimbing Oleh Hilda Anjarsari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dampak Perburuan Ikan Hiu
Ilegal Oleh Nelayan Di Tpi Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar.
Penelitian dilakukan di TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong
Utara Kabupaten Takalar. Subjek penelitian ini adalah masyarakat sekitar dan
nelayan yang berada di TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu
mendeskripsikan permasalahan perburuan hiu ilegal yang kerap terjadi di daerah
TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
Hasil penelitian ini menunjukkan Banyak masyarakat dan nelayan disana
memburu ikan hiu disebabkan karena adanya permintaan pasar dari masyarakat
yang suka mengonsumsi ikan hiu. Padahal perburuan dan perdagangan ikan hiu
bisa berdampak buruk bagi lingkungan sekitar, diantara dampaknya adalah
kepunahan ikan hiu berdampak bagi keseimbangan ekosistem laut sekitar dan
berdampak terhadap kesehatan masyarakat yang mengonsumsi ikan hiu tersebut.

Kata kunci: Dampak, Perburuan Ikan Hiu Ilegal

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia diberkahi dengan kondisi geografis yang sangat istimewa. Tidak


hanya memiliki 17.504 pulau, tetapi Indonesia juga memiliki garis pantai
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada dengan total panjang 99.093. Tidak
heran, jika sangat mudah menemukan pantai yang sangat indah dan menawan di
negeri ini. Tidak hanya pantai, laut Indonesia juga memiliki keunikan dan
keindahan tersendiri seperti terumbu karang dan ekosistem bawah laut yang
menakjubkan.
Laut merupakan tempat bagi kehidupan berbagai macam spesies flora dan
fauna serta salah satu tempat penyambung rantai kehidupan manusia. Oleh karena
itu, laut menjadi peranan penting dalam kehidupan banyak mahluk hidup. Ada dua
ilmu yang berhubungan dengan kelautan di antaranya yaitu marine science dan
maritime science. Marine Science atau dalam bahasa Indonesia artinya Ilmu
Kelautan, ilmu yang mempelajari tentang laut beserta biota dan sumber daya alam
yang terkandung di dalamnya. Sedangkan Maritime Science atau Ilmu Maritim
adalah ilmu yang mempelajari tentang aktivitas manusia di laut seperti
memancing, berburu ikan, berhubungan dengan pelayaran, serta perdagangan di
laut.
Masalah perburuan ikan sering terjadi di Indonesia, salah satunya
perburuan ikan hiu. Salah satunya adalah perburuan ikan hiu di TPI Beba Desa
Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Di tempat ini sering
terjadi perburan ikan hiu illegal yang dilakukan oleh masyarakat sekitar dan
nelayan. Padahal ikan hiu di Indonesia merupakan salah satu hewan yang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP IKAN HIU DAN IKAN PARI UNTUK MENJAGA KESEIMBANGAN EKOSISTEM LAUT
INDONESIA
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/download/4273/4639. Pada tanggal 4 November 2019,
pukul 12.23 WITA

3
dilindungi. Secara khusus perlindungan terhadap ikan hiu diatur dalam Pasal 6
beserta lampiran tabel 1 dalam Perda Nomor 9 Tahun 2012 ini.
Sedangkanlarangan untuk memburu dan menangkap ikan hiu yang terancam
punah ditegaskan Pasal 14 ayat (1), (2), dan (3), disebutkan: a) setiap orang
dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan penangkapan, perburuan,
melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan jenis-jenis ikan dan hewan laut yang dilindungi dalam keadaan
hidup atau mati, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, pasal 8, Pasal 9
dan Pasal 11. B) setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan
memperniagakan, menyimpan, atau memiliki kulit, tubuh sirip, atau bagian-
bagian lain jenis ikan yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian
itu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 11.
C)setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan mengambil
merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan, atau memiliki telur
dan/atau sarang ikan yang dilindungi.
Populasi ikan hiu di Indonesia terancam mengalami kepunahan.
Berdasarkan temuan WWF Indonesia bahwa setidaknya terdapat 10 juta ekor hiu
ditangkap di perairan Indonesia setiap tahunnya untuk keperluan komersial.
Sampai saat ini masih belum ada regulasi dari pemerintah Indonesia yang secara
spesifik memberikanperlindungan terhadap kelestarian ikan hiu di perairan laut
Indonesia.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Perburuan ikan hiu
illegal yang sering dilakukan oleh masyarakat sekitar dan nelayan. (2) Dampak
yang disebabkan dari perburuan ikan hiu. (3) Peran pemerintah dalam mengatasi
perburuan hiu.

4
1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah yang ditetapkan hanya pada permasalahan dampak


perburuan hiu illegal di TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:


(1) Apa dampak perburuan ikan hiu di TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan
Galesong Utara Kabupaten Takalar?
(2) Apa peran pemerintah dalam mengatasi perburuan ikan hiu di TPI Beba
Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:


(1) Mengetahui dampak perburuan ikan hiu di TPI Beba Desa Tamasaju
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
(2) Mengetahui peran pemerintah dalam mengatasi perburuan ikan hiu di TPI
Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.

1.6 Manfaat Penelitian

(1) Secara teoritis, mengetahui dampak perburuan ikan hiu di TPI Beba Desa
Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dan . peran
pemerintah dalam mengatasi perburuan ikan hiu di TPI Beba Desa Tamasaju
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
(2) Secara praktis, sebagai masukan untuk mengatasi dan menghentikan
masalah perburuan ikan hiu di Indonesia.

5
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ikan Hiu


Ikan Hiu adalah sekelompok (superordo Selachimorpha) ikan
dengan kerangka tulang rawan yang lengkap dan tubuh yang ramping.
Mereka bernapas dengan menggunakan lima liang insang (kadang-kadang
enam atau tujuh, tergantung pada spesiesnya) di samping, atau dimulai
sedikit di belakang, kepalanya. Hiu mempunyai tubuh yang dilapisi kulit
dermal denticles untuk melindungi kulit mereka dari kerusakan, dari
parasit, dan untuk menambah dinamika air.
Di dunia ada berbagai jenis ikan hiu, dari banyak ikan hiu
tersebut ada yang masih ada dan juga sudah punah. Dari sekitar 500
spesies hiu di dunia, terdapat 117 jenis hiu dan 3 jenis 3 hiu hantu yang
ditemukan di perairan Indonesia. Indonesia juga ternyata menjadi surga
bagi hiu yang sangat langka. Perairan yang menjadi lokasi favorit untuk
berdiam dan berkembang biak, adalah perairan Indonesia Timur,
khususnya di Papua Barat dan Maluku.
Namun, marak terjadi permasalahan perburuan ikan hiu di
Indonesia. Padahal, pemerintah sudah sejak dulu membuat peraturan
perundang-undangan tentang perburuan ikan hiu. Dibawah ini beberapa
status perlindungan ikan hiu yang ada di Indonesia:

1. Hiu Paus diatur dalam KepmenKP 18/2013 Tentang Penetapan Status


Perlindungan Penuh Ikan Hiu Paus (Rhincodon typus),
2. Hiu Monyet (Thresher shark) diatur dalam PermenKP 26/2013 atas
perubahan Peraturan Menteri KP No.30 tahun 2012 yang mengatur Usaha
Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia (by catch hiu monyet, penyu, mamalia laut/paus, non ikan),
3. Hiu Martil dan Hiu Koboi dalam KepmenKP 48/2016 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor

6
59/Permen-kp/2014 Tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hiu Koboi
(Carcharhinus longimanus) Dan Hiu Martil (Sphyrna spp) Dari Wilayah
Negara Republik Indonesia Ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia,
4. Ikan Gergaji diatur dalam PP 7/1999 Tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan Dan Satwa,
5. Ikan Gergaji dalam Appendiks CITES I.

2.2 TPI BEBA


TPI Beba atau Tempat Pelelangan Ikan Beba adalah salah satu
tempat pelelangan ikan yang ada di Sulawesi Selatan. TPI ini terletak di
Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Letaknya
sangat strategis dan waktu yang bisa ditempuh dari kota Makassar cukup
kurang lebih 30 menit saja. Dari Pantai Losari menuju lokasi
membutuhkan waktu 20 menit dengan jarak 9 km.

Gambar 1.0 Peta lokasi TPI Beba Desa Tamasaju Kec. Galesong Utara Takalar dengan
wilayah sekitarnya.

7
Setiap hari masyarakat beraktivitas di TPI ini menjual dan membeli
ikan hasil tangkapan nelayan. Untuk hari senin hingga sabtu, aktivitas
masyarakat tidak begitu ramai. Sedangkan pada hari minggu aktivitas
masyarakat di TPI Beba ini sangat ramai. Banyak dari masyarakat sekitar
dan masyarakat luar yang daerah yang jauh menyempatkan ke TPI ini
untuk membeli ikan. Begitu pun dengan penjual ikan keliling atau
pagandeng dari kab. Takalar, kab. Gowa, dan kota Makassar datang kesini
membeli ikan untuk dijual kembali.

Gambar 1.1 Aktivitas di tempat pelelangan ikan Beba Galesong Utara, Takalar.
Diperkirakan 20 ribuan nelayan yang berprofesi sebagai nelayan di sepanjang pesisir
Takalar dan menjual ikannya di TPI ini. Sejumlah nelayan mengeluhkan mulai adanya
penurunan tangkapan ikan sejak adanya penambangan pasir di perairan mereka. Foto
Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.

Kasus Perburuan Ikan Hiu di TPI Beba

Walaupun sudah ada peraturan dari pemerintah menganai larangan


perburuan dan perdagangan ikan hiu, namun aktivitas perdagangan ikan
hiu masih marak di Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Salah satunya di TPI
Beba, yang terletak di Desa Tamasayu, Kecamatan Galesong Utara,
Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

8
Gambar 1.2 Hiu yang sudah dipotong siripnya di TPI Beba, Desa Tamasayu, Galesong
Utara, Takalar, Sulsel, biasanya dibuang karena jarang warga setempat yang
mengkonsumsi ikan ini. Baru beberapa tahun terakhir mulai ada pembeli daging hiu,
yaitu warga dari pegunungan yang tidak memperdulikan jenis dan kualitas ikan. Foto :
Wahyu Chandra

Dikutip dari Mongabay.com, salah satu Tim dari Mongabay


melakukan survey ke TPI Beba Galesong Utara untuk mengetahui
‘perburuan’ atau penelusuran aktivitas perdagangan ikan hiu, yang konon
masih sering ditemukan di hari pasar. Menurut pengakuan dari salah satu
warga sekitar, Ipang, Ada Sekitaran 30 ekor hiu yang sudah tak bersirip
dan ikan marlin yang dia temukan di sekitaran TPI Beba Galesong Utara.
Dia juga merasa miris dengan hal tersebut. Padahal menurutnya, ada
lembaga pengawasan di daerah tidak mengetahui persoalan masalah ini.

Tim Mongabay kembali berkeliling menelusuri tempat-tempat


keberadaan ikan hiu. Mereka mendapat informasi mengenai harga kisaran
ikan hiu yang ada di daerah tersebut. Untuk ukuran besar dijual Rp 40ribu

‘Perburuan hiu’ di TPI Beba Galesong Utara


https://www.mongabay.co.id/2016/04/28/miris-melihat-perburuan-hiu-di-tpi-beba-galesong-utara/ . Pada
tanggal 4 November 2019, pukul 22.04 WITA

9
per ekor. Kemudian, karena tidak mendapatkan informasi yang cukup
tentang perdagangan ikan hiu, Tim dari Mongobay bertemu dengan
seorang pedagang sirip ikan hiu bernama Muhammad Ali. Di daerah
tersebut ia disebut papalele, yang memiliki posisi sebagai pemberi modal
bagi nelayan.

Menurut Ali, aktivitas penangkapan hiu dalam dua tahun terakhir


menurun drastis menyusul ketatnya kebijakan pelarangan dari Menteri
Susi Pudjianti. Meski masih kerap membeli sirip hiu, namun itu adalah
hasil dari pancingan tak sengaja dari nelayan dan dibeli secara sembunyi-
sembunyi.

“Daripada dibuang begitu saja, ya lebih baik diambil saja siripnya.”

Menurutnya, sebagian besar Hiu yang ditangkap tersebut berasal


dari luar perairan Makassar, seperti dari Mamuju, Kalimantan dan
Papua.“Kalau sekitar sini tak banyak hiu yang ditemukan. Paling nelayan
dapat secara tak sengaja ketika mencari sunu merah dan ikan lainnya.”

Jika sebelum adanya larangan, Ali mengakui bisa membeli hingga


ratusan kg sirip ikan dalam berbagai ukuran, kini paling banyak hanya bisa
membeli 30 kg. Itupun sebagian besar dibelinya dari luar Makassar, yaitu
dari Fakfak, Papua Barat.

“Ada nelayan di sana yang biasa kirim sirip meski tak banyak. Kini
pun mulai agak susah karena pengawasan di pelabuhan yang sangat ketat.
Pintar-pintarnya kita selundupkan supaya bisa sampai ke sini.”

10
Gambar 1.3 Foto hiu yang diunggah Ipang diakun facebooknya. Ia prihatin melihat
masih maraknya perdagangan hiu di pasar ikan TPI Beba, Desa Tamasayu, Galesong
Utara, Takalar, Sulsel. Padahal pemerintah melarang penangkapan hiu. Foto: Ipang

Ali kemudian mempertanyakan adanya larangan tersebut, karena


populasi ikan hiu tidak berkurang meski terus diambil.
“Kenapa mesti dilarang? Padahal nelayan sangat terbantu dengan
adanya usaha sirip ikan ini. Begitupun dengan ikan pari dan ikan-ikan
lainnya. Banyak nelayan mengeluh karena pendapatan mereka sekarang
sudah jauh berkurang, sementara kebutuhan keluarga justru semakin
meningkat.”
Menurut Ali, perairan Makassar dan Galesong sebenarnya
memiliki sejarah penangkapan hiu, yang dimulai sekitar tahun 1980-an.
Sebelum adanya larangan, nelayan dulunya menangkap hiu menggunakan
jaring dan rawi1. Sekali melaut nelayan bisa menangkap puluhan hiu dari

‘Perburuan hiu’ di TPI Beba Galesong Utara


https://www.mongabay.co.id/2016/04/28/miris-melihat-perburuan-hiu-di-tpi-beba-galesong-utara/ . Pada
tanggal 4 November 2019, pukul 22.04 WITA
1 Rawi : Alat tangkap nelayan berbentuk pancing.

11
Berbagai jenis.
Secara ekonomis perdagangan sirip hiu dinilai sangat
menguntungkan. Harga sirip ikan ini beragam tergantung pada jenis hiu
dan ukurannya. Paling mahal adalah sirip hiu lontar, yang bisa berniliai
Rp2 juta per kg.
“Kalau ukuran 45 cm itu yang bisa Rp2 juta per kg, sementara 40
cm sekitar Rp1,5 juta. Semakin kecil siripnya semakin murah harganya
meski beratnya sama.”
Hiu lontar atau Rhynchobatidae sendiri kini termasuk hiu langka
karena paling diminati dan paling mahal diantara jenis hiu lainnya.
Kulitnya yang tipis memiliki kandungan hisit yang tinggi di dalam
siripnya.

Jenis Ikan Hiu yang Ditangkap dan Dijual di TPI Beba Desa Tamasaju
1. Hiu lontar atau Rhynchobatidae
Bentuk tubuh spesies yang satu ini agak lain. Sebagian mirip ikan hiu,
yang lainnya seperti pari. Namanya, ada yang menyebut hiu dan pari. Tapi ada
juga yang menggabungkan keduanya menjadi hiu pari. Inilah spesies dengan
nama latin Rhychobatus australiae. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan
White spotted wedgefish atau guitarfish.
Nama lokal spesies ini bervariasi, menurut Pusat Penelitian Oseanografi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada yang menyebut ikan ini dengan
nama nunang, hiu paridung, hiu lontar, liong bun, yungbun, petong gitar dan
bandrong. Ukuran maksimum 180 cm hingga 300 cm. Habitat di dasar perairan
pantai hingga paparan benua. Tubuh spesies ini memiliki karakteristik degan sirip
punggung pertama yang ada di atas perut. Lalu ada bintik-bintik putih di sisi
tubuhnya. Warna tubuh bervariasi, ada yang abu-abu terang hingga gelap.
Di TPI Beba desa Tamasaju Galesong Utara, Hiu lontar atau
Rhynchobatidae sendiri kini termasuk hiu langka karena paling diminati dan
paling mahal diantara jenis hiu lainnya. Kulitnya yang tipis memiliki kandungan
hisit yang tinggi di dalam siripnya.

12
2. Hiu Tokek atau Atelomycterus marmoratus
Ciri khusus dari hiu ini adalah kedua sirip punggugn sama besar,
menyudut ke belakang, ujungnya berwarna putih. Kepala, tubuh dan sirip
dipenuhi oleh bintik berwarna abu-abu muda dan putih. Terdapat belang putih di
bagian celah insang. Gurat di sudut bibir atas dan bawah panjang. Ukuran tubuh
antara 25-70 cm. Habitat ikan hiu ini bisa ditemukan di celah dan lobang-lobang
batu, serta bisa dijumpai diseluruh perairan karang Indonesia.
3. Hiu Martil atau Sphyrna zegaena
Spyrna zegaena atau Smooth Hammerhead, yang juga dikenal hiu martil
oleh masyarakat Indonesia merupakan ikan hiu yang hidupnya berkeliling di
perairan laut tropis dan hangat, dari permukaan dan intertidal sampai kedalaman
200 m. Ikan ini merupakan predator agresif yang memakan ikan, ikan pari, cumi-
cumi, dan udang-udangan. Ikan ini sangat rentan ditangkap untuk semua tahapan
kehidupannya. Bentuk kepala hiu ini memang seperti martil, sehingga membantu
mereka membelokkan badannya dengan benar. Hiu martil memiliki pori sensor
electrolocation yang disebut ampullae of Lorenzini. Dengan menyebarkan
reseptor di berbagai area, hiu martil dapat mencari mangsa dengan lebih efektif.
Selain itu, kemampuan mendeteksi sinyal listrik setengah miliar Volt juga
dimiliki. Dengan kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan
keuntungan berupa area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi
menemukan partikel di air sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu ‘klasik’
lainnya.

Besaran Ikan Hiu yang ada di TPI Beba desa Tamasaju


Besaran banyaknya ikan hiu yang ditangkap disekitaran perairan selat
Makassar dan didistribsikan di TPI Beba desa Tamasaju berkisar antara 5 sampai
10 ekor dalam satu kali tangkap. Namun, kisaran tersebut masih relatif berubah
tergantung kondisi dan waktu penangkapan ikan hiu. Setiap satu ekor ikan hiu
bisa memiliki berat 1 kg sampai 10 kg.

13
Ukuran Ikan Hiu yang dijual di TPI Beba desa Tamasaju

Rata-rata ukuran Ikan Hiu yang dijual di TPI Beba desa Tamasaju berkisar
antara 1 meter sampai 2 meter, tergantung dari jenis ikan hiu yang ditangkap.
Secara ekonomis perdagangan sirip hiu dinilai sangat menguntungkan. Nelayan
disana rata-rata hanya mengambil bagian sirip dan beberpaa badan ikan hiunya
saja, kemudian bagian tubuh ikan hiu yang lain dibuang dan ada juga yang dijual
ke tempat khusus. Harga sirip ikan ini beragam tergantung pada jenis hiu dan
ukurannya. Paling mahal adalah sirip hiu lontar, yang bisa berniliai Rp2 juta per
kg. Menurut salah satu nelayan mengatakan bahwa ukuran 45 cm ikan hiu bisa
mencapai Rp2 juta per kg, sementara 40 cm sekitar Rp1,5 juta. Semakin kecil
siripnya semakin murah harganya meski beratnya sama”.

Musim Tangkap Ikan Hiu

Waktu musim penangkapan ikan hiu oleh nelayan di TPI Beba desa
Tamasaju berada pada penghujung tahun yaitu bulan oktober sampai bulan
desember. Namun, kadang waktu penangkapan ikan hiu juga tidak tentu.
Tergantung permintaan para konsumen ikan hiu yang ingin memesan kepada
nelayan di TPI Beba desa Tamasaju.

Untuk ekspor ikan hiu, kami tidak menemukan data statistik yang benar
tentang ekspor ikan hiu di lokasi TPI Beba desa Tamasaju. Beberapa nelayan
hanya mengatakan jika distribusi ikan hiu hanya kepada masyarakat yang
memesan ikan hiu secara langsung dan memesan sejak jauh-jauh hari.

14
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain Penelitian ini memakai metode deskriptif melalui kegiatan survey
masyarakat sekitar dan nelayan untuk mengetahui dampak perburuan ikan hiu
ilegal oleh nelayan di TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar dan melakukan penelitian dari jurnal-jurnal yang telah ada.

3.2 Hasil dan Pembahasan


Perburuan dan perdagangan ikan hiu masih sering terjadi di TPI Beba
Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar hingga saat ini.
Rata-rata para nelayan pemburu dan penjual ikan hiu hanya mengambil beberapa
bagian tubuh ikan hiu seperti sirip dan sedikit dagingnya untuk diperjualbelikan
kepada masyarakat yang memercayai adanya khasiat dari ikan hiu tersebut.
Setelah itu, bagian tubuh ikan hiu yang lainnya dibuang begitu saja. Banyak
masyarakat sekitar dan nelayan memburu ikan hiu disebabkan karena adanya
permintaan pasar dari masyarakat yang suka mengonsumsi ikan hiu.
Dampak masalah yang ditimbulkan dari perburuan ikan hiu ilegal di TPI
Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar:
4. Kepunahan ikan hiu berdampak bagi keseimbangan ekosistem laut sekitar
Dengan kepunahan ikan hiu maka akan berdampak bagi
keseimbangan ekosistem laut yang ada di sekitar wilayah tersebut. Jika hiu
punah, maka ikan karnivora akan bertambah banyak. Dengan begitu, jumlah
ikan-ikan kecil makanan ikan karnovora, akan menurun. Selain itu, kesehatan
karang juga akan terganggu. Hal ini disebabkan alga yang semakin melimpah
karena tidak ada ikan-ikan kecil yang memakannya.
5. Berdampak terhadap kesehatan masyarakat yang mengonsumsi ikan hiu
Sup sirip ikan hiu dipercaya dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan. Seperti meningkatkan hasrat seksual, memperbaiki kualitas kulit,
meningkatkan energi, mencegah penyakit jantung dan menurunkan kolesterol.

15
Mitos lainnya adalah dipercaya meningkatkan nafsu makan serta bermanfaat
bagi ginjal, paru-paru dan tulang.
Pada faktanya, tidak ada bukti ilmiah apapun yang menguatkan mitos
tersebut. Justru, memakan sirip ikan hiu dapat meningkatkan risiko demensia
dan keracunan logam berat seperti merkuri. Sementara, mengonsumsi sirip
ikan hiu disebut dapat meningkatkan kemandulan pada pria dan memicu risiko
alzheimer.
Populasi ikan hiu di Indonesia terancam mengalami kepunahan.
Berdasarkan temuan WWF Indonesia bahwa setidaknya terdapat 10 juta ekor hiu
ditangkap di perairan Indonesia setiap tahunnya untuk keperluan komersial.
Sampai saat ini masih belum ada regulasi dari pemerintah Indonesia yang secara
spesifik memberikan perlindungan terhadap kelestarian ikan hiu di perairan laut
Indonesia.
Oleh karena itu, seharusnya pemerintah tegas dalam menuntaskan
permasalahan perburuan ikan hiu di Indonesia khususnya di TPI Beba Desa
Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Selain itu, masyarakat
Indonesia juga ikut membantu dalam mendukung pelestarian ikan hiu. Yaitu
dengan cara:
1. Tidak menggunakan produk yang mengandung hiu,
2. Tidak mengonsumsi sirip maupun daging ikan hiu,
3. Ikut menyosialisasikan kepada teman-teman yang lain untuk tidak
mengonsumsi olahan dari ikan hiu.

16
BAB 4
SIMPULAN

Ikan hiu merupakan salah satu hewan yang dilindungi di Indonesia.


Terdapat 117 jenis hiu dan 3 jenis 3 hiu hantu yang ditemukan di perairan
Indonesia. Diantara jenisnya adalah ikan hiu harimau, ikan hiu putih dan ikan hiu
martil. Indonesia juga ternyata menjadi surga bagi hiu yang sangat langka.
Perairan yang menjadi lokasi favorit untuk berdiam dan berkembang biak, adalah
perairan Indonesia Timur, khususnya di Papua Barat dan Maluku.
Namun, perburuan dan perdagangan ikan hiu secara ilegal masih sering
dilakukan oleh nelayan di Indonesia. Salah satunya di TPI Beba Desa Tamasaju
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Banyak masyarakat dan nelayan
disana memburu ikan hiu disebabkan karena adanya permintaan pasar dari
masyarakat yang suka mengonsumsi ikan hiu. Padahal perburuan dan
perdagangan ikan hiu bisa berdampak buruk bagi lingkungan sekitar, diantara
dampaknya adalah kepunahan ikan hiu berdampak bagi keseimbangan ekosistem
laut sekitar dan berdampak terhadap kesehatan masyarakat yang mengonsumsi
ikan hiu tersebut.
Berdasarkan temuan WWF Indonesia bahwa setidaknya terdapat 10 juta
ekor hiu ditangkap di perairan Indonesia setiap tahunnya untuk keperluan
komersial. Sampai saat ini masih belum ada regulasi dari pemerintah Indonesia
yang secara spesifik memberikan perlindungan terhadap kelestarian ikan hiu di
perairan laut Indonesia.
Oleh karena itu, seharusnya pemerintah tegas dalam menuntaskan
permasalahan perburuan ikan hiu di Indonesia khususnya di TPI Beba Desa
Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Selain itu, masyarakat
Indonesia juga ikut membantu dalam mendukung pelestarian ikan hiu. Yaitu
dengan cara:
1. Tidak menggunakan produk yang mengandung hiu,
2. Tidak mengonsumsi sirip maupun daging ikan hiu,
3. Ikut menyosialisasikan kepada teman-teman yang lain untuk tidak
mengonsumsi olahan dari ikan hiu.

17
DAFTAR PUSTAKA

Apa jadinya jika jumlah hiu di laut berkurang? Diakses melalui


https://bobo.grid.id/read/08681155/apa-jadinya-jika-jumah-hiu-di-laut-
berkurang?page=all pada tanggal 5 November 2019 pukul 6:09 WITA.

Bencana hal ini yang bisa terjadi saat populasi hiu di laut semakin
berkurang atau justru musnah. Diakses melalui
https://travel.tribunnews.com/2018/02/21/bencana-hal-ini-yang-bisa-terjadi-saat-
populasi-hiu-di-laut-semakin-berkurang-atau-justru-musnah?page=all pada
tanggal 5 November 2019 pukul 6:09 WITA.

Budker, Paul (1971). The Life of Sharks. London: Weidenfeld and


Nicolson. SBN 297003070.

Deskripsi dan status perlindungan hiu. Diakses melalui


http://bpsplpadang.kkp.go.id/deskripsi-dan-status-perlindungan-hiu pada tanggal 5
November 2019 pukul 6:09 WITA.

Details on marine science. Diakses melalui


https://davisukses.weebly.com/details-on-marine-science.html pada tanggal 5
November 2019 pukul 6:09 WITA.

Konservasi hiu. Diakses melalui


https://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/marine/sains_kelautan_dan_peri
kanan/konservasi_hiu/ pada tanggal 5 November 2019 pukul 6:09 WITA.

Miris, melihat perburuan hiu di TPI Beba Galesong Utara. Diakses melalui
https://www.mongabay.co.id/2016/04/28/miris-melihat-perburuan-hiu-di-tpi-
beba-galesong-utara/ pada tanggal 5 November 2019 pukul 6:09 WITA.

Sukis Wariyono (2008). Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 979-462-995-2.

Tempat Pelelangan Ikan. Diakses melalui


http://www.mediabpr.com/kamus-bisnis-bank/tempat_pelelangan_ikan.aspx pada
tanggal 5 November 2019 pukul 6:09 WITA.

18
SLIDE PPT

19
20

Anda mungkin juga menyukai