Disusun Oleh:
JUDUL
DAFTAR ISI ..................................................................................... 1
Abstrak .............................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 3
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 5
1.4 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA .............................................................. 6
2.1 Ikan Hiu ........................................................................................ 6
2.2 TPI Beba ....................................................................................... 7
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................... 15
3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 15
3.2 Hasil dan Pembahasan .................................................................... 15
BAB 4 SIMPULAN ............................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 18
1
DAMPAK PERBURUAN IKAN HIU ILEGAL OLEH NELAYAN DI TPI
BEBA DESA TAMASAJU KECAMATAN GALESONG UTARA
KABUPATEN TAKALAR
Abstrak
Muhammad Rifai (A021191136), Ikhwanul Amin (A021191077), Moch.
Imran (A021191081), M. Yusuf (A021191089). Dampak Perburuan Hiu
Ilegal Oleh NelayanDi TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar. Dibimbing Oleh Hilda Anjarsari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Dampak Perburuan Ikan Hiu
Ilegal Oleh Nelayan Di Tpi Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar.
Penelitian dilakukan di TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong
Utara Kabupaten Takalar. Subjek penelitian ini adalah masyarakat sekitar dan
nelayan yang berada di TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara
Kabupaten Takalar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu
mendeskripsikan permasalahan perburuan hiu ilegal yang kerap terjadi di daerah
TPI Beba Desa Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
Hasil penelitian ini menunjukkan Banyak masyarakat dan nelayan disana
memburu ikan hiu disebabkan karena adanya permintaan pasar dari masyarakat
yang suka mengonsumsi ikan hiu. Padahal perburuan dan perdagangan ikan hiu
bisa berdampak buruk bagi lingkungan sekitar, diantara dampaknya adalah
kepunahan ikan hiu berdampak bagi keseimbangan ekosistem laut sekitar dan
berdampak terhadap kesehatan masyarakat yang mengonsumsi ikan hiu tersebut.
2
BAB 1
PENDAHULUAN
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP IKAN HIU DAN IKAN PARI UNTUK MENJAGA KESEIMBANGAN EKOSISTEM LAUT
INDONESIA
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/download/4273/4639. Pada tanggal 4 November 2019,
pukul 12.23 WITA
3
dilindungi. Secara khusus perlindungan terhadap ikan hiu diatur dalam Pasal 6
beserta lampiran tabel 1 dalam Perda Nomor 9 Tahun 2012 ini.
Sedangkanlarangan untuk memburu dan menangkap ikan hiu yang terancam
punah ditegaskan Pasal 14 ayat (1), (2), dan (3), disebutkan: a) setiap orang
dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan penangkapan, perburuan,
melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan jenis-jenis ikan dan hewan laut yang dilindungi dalam keadaan
hidup atau mati, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, pasal 8, Pasal 9
dan Pasal 11. B) setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan
memperniagakan, menyimpan, atau memiliki kulit, tubuh sirip, atau bagian-
bagian lain jenis ikan yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian
itu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 11.
C)setiap orang dan/atau badan hukum dilarang melakukan kegiatan mengambil
merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan, atau memiliki telur
dan/atau sarang ikan yang dilindungi.
Populasi ikan hiu di Indonesia terancam mengalami kepunahan.
Berdasarkan temuan WWF Indonesia bahwa setidaknya terdapat 10 juta ekor hiu
ditangkap di perairan Indonesia setiap tahunnya untuk keperluan komersial.
Sampai saat ini masih belum ada regulasi dari pemerintah Indonesia yang secara
spesifik memberikanperlindungan terhadap kelestarian ikan hiu di perairan laut
Indonesia.
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Perburuan ikan hiu
illegal yang sering dilakukan oleh masyarakat sekitar dan nelayan. (2) Dampak
yang disebabkan dari perburuan ikan hiu. (3) Peran pemerintah dalam mengatasi
perburuan hiu.
4
1.3 Batasan Masalah
(1) Secara teoritis, mengetahui dampak perburuan ikan hiu di TPI Beba Desa
Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar dan . peran
pemerintah dalam mengatasi perburuan ikan hiu di TPI Beba Desa Tamasaju
Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar.
(2) Secara praktis, sebagai masukan untuk mengatasi dan menghentikan
masalah perburuan ikan hiu di Indonesia.
5
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
6
59/Permen-kp/2014 Tentang Larangan Pengeluaran Ikan Hiu Koboi
(Carcharhinus longimanus) Dan Hiu Martil (Sphyrna spp) Dari Wilayah
Negara Republik Indonesia Ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia,
4. Ikan Gergaji diatur dalam PP 7/1999 Tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan Dan Satwa,
5. Ikan Gergaji dalam Appendiks CITES I.
Gambar 1.0 Peta lokasi TPI Beba Desa Tamasaju Kec. Galesong Utara Takalar dengan
wilayah sekitarnya.
7
Setiap hari masyarakat beraktivitas di TPI ini menjual dan membeli
ikan hasil tangkapan nelayan. Untuk hari senin hingga sabtu, aktivitas
masyarakat tidak begitu ramai. Sedangkan pada hari minggu aktivitas
masyarakat di TPI Beba ini sangat ramai. Banyak dari masyarakat sekitar
dan masyarakat luar yang daerah yang jauh menyempatkan ke TPI ini
untuk membeli ikan. Begitu pun dengan penjual ikan keliling atau
pagandeng dari kab. Takalar, kab. Gowa, dan kota Makassar datang kesini
membeli ikan untuk dijual kembali.
Gambar 1.1 Aktivitas di tempat pelelangan ikan Beba Galesong Utara, Takalar.
Diperkirakan 20 ribuan nelayan yang berprofesi sebagai nelayan di sepanjang pesisir
Takalar dan menjual ikannya di TPI ini. Sejumlah nelayan mengeluhkan mulai adanya
penurunan tangkapan ikan sejak adanya penambangan pasir di perairan mereka. Foto
Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.
8
Gambar 1.2 Hiu yang sudah dipotong siripnya di TPI Beba, Desa Tamasayu, Galesong
Utara, Takalar, Sulsel, biasanya dibuang karena jarang warga setempat yang
mengkonsumsi ikan ini. Baru beberapa tahun terakhir mulai ada pembeli daging hiu,
yaitu warga dari pegunungan yang tidak memperdulikan jenis dan kualitas ikan. Foto :
Wahyu Chandra
9
per ekor. Kemudian, karena tidak mendapatkan informasi yang cukup
tentang perdagangan ikan hiu, Tim dari Mongobay bertemu dengan
seorang pedagang sirip ikan hiu bernama Muhammad Ali. Di daerah
tersebut ia disebut papalele, yang memiliki posisi sebagai pemberi modal
bagi nelayan.
“Ada nelayan di sana yang biasa kirim sirip meski tak banyak. Kini
pun mulai agak susah karena pengawasan di pelabuhan yang sangat ketat.
Pintar-pintarnya kita selundupkan supaya bisa sampai ke sini.”
10
Gambar 1.3 Foto hiu yang diunggah Ipang diakun facebooknya. Ia prihatin melihat
masih maraknya perdagangan hiu di pasar ikan TPI Beba, Desa Tamasayu, Galesong
Utara, Takalar, Sulsel. Padahal pemerintah melarang penangkapan hiu. Foto: Ipang
11
Berbagai jenis.
Secara ekonomis perdagangan sirip hiu dinilai sangat
menguntungkan. Harga sirip ikan ini beragam tergantung pada jenis hiu
dan ukurannya. Paling mahal adalah sirip hiu lontar, yang bisa berniliai
Rp2 juta per kg.
“Kalau ukuran 45 cm itu yang bisa Rp2 juta per kg, sementara 40
cm sekitar Rp1,5 juta. Semakin kecil siripnya semakin murah harganya
meski beratnya sama.”
Hiu lontar atau Rhynchobatidae sendiri kini termasuk hiu langka
karena paling diminati dan paling mahal diantara jenis hiu lainnya.
Kulitnya yang tipis memiliki kandungan hisit yang tinggi di dalam
siripnya.
Jenis Ikan Hiu yang Ditangkap dan Dijual di TPI Beba Desa Tamasaju
1. Hiu lontar atau Rhynchobatidae
Bentuk tubuh spesies yang satu ini agak lain. Sebagian mirip ikan hiu,
yang lainnya seperti pari. Namanya, ada yang menyebut hiu dan pari. Tapi ada
juga yang menggabungkan keduanya menjadi hiu pari. Inilah spesies dengan
nama latin Rhychobatus australiae. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan
White spotted wedgefish atau guitarfish.
Nama lokal spesies ini bervariasi, menurut Pusat Penelitian Oseanografi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada yang menyebut ikan ini dengan
nama nunang, hiu paridung, hiu lontar, liong bun, yungbun, petong gitar dan
bandrong. Ukuran maksimum 180 cm hingga 300 cm. Habitat di dasar perairan
pantai hingga paparan benua. Tubuh spesies ini memiliki karakteristik degan sirip
punggung pertama yang ada di atas perut. Lalu ada bintik-bintik putih di sisi
tubuhnya. Warna tubuh bervariasi, ada yang abu-abu terang hingga gelap.
Di TPI Beba desa Tamasaju Galesong Utara, Hiu lontar atau
Rhynchobatidae sendiri kini termasuk hiu langka karena paling diminati dan
paling mahal diantara jenis hiu lainnya. Kulitnya yang tipis memiliki kandungan
hisit yang tinggi di dalam siripnya.
12
2. Hiu Tokek atau Atelomycterus marmoratus
Ciri khusus dari hiu ini adalah kedua sirip punggugn sama besar,
menyudut ke belakang, ujungnya berwarna putih. Kepala, tubuh dan sirip
dipenuhi oleh bintik berwarna abu-abu muda dan putih. Terdapat belang putih di
bagian celah insang. Gurat di sudut bibir atas dan bawah panjang. Ukuran tubuh
antara 25-70 cm. Habitat ikan hiu ini bisa ditemukan di celah dan lobang-lobang
batu, serta bisa dijumpai diseluruh perairan karang Indonesia.
3. Hiu Martil atau Sphyrna zegaena
Spyrna zegaena atau Smooth Hammerhead, yang juga dikenal hiu martil
oleh masyarakat Indonesia merupakan ikan hiu yang hidupnya berkeliling di
perairan laut tropis dan hangat, dari permukaan dan intertidal sampai kedalaman
200 m. Ikan ini merupakan predator agresif yang memakan ikan, ikan pari, cumi-
cumi, dan udang-udangan. Ikan ini sangat rentan ditangkap untuk semua tahapan
kehidupannya. Bentuk kepala hiu ini memang seperti martil, sehingga membantu
mereka membelokkan badannya dengan benar. Hiu martil memiliki pori sensor
electrolocation yang disebut ampullae of Lorenzini. Dengan menyebarkan
reseptor di berbagai area, hiu martil dapat mencari mangsa dengan lebih efektif.
Selain itu, kemampuan mendeteksi sinyal listrik setengah miliar Volt juga
dimiliki. Dengan kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan
keuntungan berupa area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi
menemukan partikel di air sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu ‘klasik’
lainnya.
13
Ukuran Ikan Hiu yang dijual di TPI Beba desa Tamasaju
Rata-rata ukuran Ikan Hiu yang dijual di TPI Beba desa Tamasaju berkisar
antara 1 meter sampai 2 meter, tergantung dari jenis ikan hiu yang ditangkap.
Secara ekonomis perdagangan sirip hiu dinilai sangat menguntungkan. Nelayan
disana rata-rata hanya mengambil bagian sirip dan beberpaa badan ikan hiunya
saja, kemudian bagian tubuh ikan hiu yang lain dibuang dan ada juga yang dijual
ke tempat khusus. Harga sirip ikan ini beragam tergantung pada jenis hiu dan
ukurannya. Paling mahal adalah sirip hiu lontar, yang bisa berniliai Rp2 juta per
kg. Menurut salah satu nelayan mengatakan bahwa ukuran 45 cm ikan hiu bisa
mencapai Rp2 juta per kg, sementara 40 cm sekitar Rp1,5 juta. Semakin kecil
siripnya semakin murah harganya meski beratnya sama”.
Waktu musim penangkapan ikan hiu oleh nelayan di TPI Beba desa
Tamasaju berada pada penghujung tahun yaitu bulan oktober sampai bulan
desember. Namun, kadang waktu penangkapan ikan hiu juga tidak tentu.
Tergantung permintaan para konsumen ikan hiu yang ingin memesan kepada
nelayan di TPI Beba desa Tamasaju.
Untuk ekspor ikan hiu, kami tidak menemukan data statistik yang benar
tentang ekspor ikan hiu di lokasi TPI Beba desa Tamasaju. Beberapa nelayan
hanya mengatakan jika distribusi ikan hiu hanya kepada masyarakat yang
memesan ikan hiu secara langsung dan memesan sejak jauh-jauh hari.
14
BAB 3
METODE PENELITIAN
15
Mitos lainnya adalah dipercaya meningkatkan nafsu makan serta bermanfaat
bagi ginjal, paru-paru dan tulang.
Pada faktanya, tidak ada bukti ilmiah apapun yang menguatkan mitos
tersebut. Justru, memakan sirip ikan hiu dapat meningkatkan risiko demensia
dan keracunan logam berat seperti merkuri. Sementara, mengonsumsi sirip
ikan hiu disebut dapat meningkatkan kemandulan pada pria dan memicu risiko
alzheimer.
Populasi ikan hiu di Indonesia terancam mengalami kepunahan.
Berdasarkan temuan WWF Indonesia bahwa setidaknya terdapat 10 juta ekor hiu
ditangkap di perairan Indonesia setiap tahunnya untuk keperluan komersial.
Sampai saat ini masih belum ada regulasi dari pemerintah Indonesia yang secara
spesifik memberikan perlindungan terhadap kelestarian ikan hiu di perairan laut
Indonesia.
Oleh karena itu, seharusnya pemerintah tegas dalam menuntaskan
permasalahan perburuan ikan hiu di Indonesia khususnya di TPI Beba Desa
Tamasaju Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Selain itu, masyarakat
Indonesia juga ikut membantu dalam mendukung pelestarian ikan hiu. Yaitu
dengan cara:
1. Tidak menggunakan produk yang mengandung hiu,
2. Tidak mengonsumsi sirip maupun daging ikan hiu,
3. Ikut menyosialisasikan kepada teman-teman yang lain untuk tidak
mengonsumsi olahan dari ikan hiu.
16
BAB 4
SIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Bencana hal ini yang bisa terjadi saat populasi hiu di laut semakin
berkurang atau justru musnah. Diakses melalui
https://travel.tribunnews.com/2018/02/21/bencana-hal-ini-yang-bisa-terjadi-saat-
populasi-hiu-di-laut-semakin-berkurang-atau-justru-musnah?page=all pada
tanggal 5 November 2019 pukul 6:09 WITA.
Miris, melihat perburuan hiu di TPI Beba Galesong Utara. Diakses melalui
https://www.mongabay.co.id/2016/04/28/miris-melihat-perburuan-hiu-di-tpi-
beba-galesong-utara/ pada tanggal 5 November 2019 pukul 6:09 WITA.
Sukis Wariyono (2008). Mari Belajar Ilmu Alam Sekitar. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. ISBN 979-462-995-2.
18
SLIDE PPT
19
20