Anda di halaman 1dari 7

KOMPLEKSITAS AKTIVITAS TRADISI DALAM NOVEL ENTROK

KARYA OKKY MADASARI: KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA

disusun oleh:
Aisyah Fitriani
J1B021004

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
PURWOKERTO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang


sehingga secara tidak sadar telah mengatur tindakan sosial dalam bermasyarakat.
Kebiasaan atau adat istiadat itu biasanya meliputi budaya, norma, hukum, serta
aturan lainnya yang saling berkaitan. Dalam melakukan tradisi tersebut,
masyarakat dapat melahirkan budaya di dalamnya, seperti ide, aktivitas, dan
artefak. Di Indonesia, kerap sekali ditemukan masyarakat masih mempercayai
tradisi yang diyakini sebagai kebijakan turun temurun. Terutama tradisi yang
berkaitan dengan agama atau nilai religius.

Dalam mengabadikan hal tersebut, karya sastra sangat berperan penting karena
karya sastra dianggap sebagai media yang memotret kehidupan masyarakat pada
saat itu kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Menurut Sadewa
(2010:65-66), dalam mengkaji suatu karya sastra dapat melalui berbagai
pendekatan yang tentunya berkaitan, salah satunya adalah pendekatan
Antropologi Sastra. Maka dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis
kompleksitas aktivitas tradisi yang terdapat dalam novel “Entrok” karya Okky
Madasari. Dalam beberapa bagian, novel tersebut menjelaskan bagaimana sang
tokoh masih mempercayai, menghormati bahkan menyembah para leluhur yang
dimana hal tersebut adalah kebiasaan dari masyarakat terdahulu. Dilakukannya
penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca, serta
menjadikannya data bagi peneliti selanjutnya terlebih untuk penelitian
menggunakan pendekatan antropologi sastra.

Antropologi sastra menurut Endraswara (2013:4) adalah salah satu teori untuk
mengkaji atau melakukan penelitian terhadap pengaruh timbal balik suatu karya
sastra dengan kebudayaan yang ada dalam masyarakat. Ratna (2011:31)
mengatakan bahwa antropologi sastra merupakan pemahaman terhadap karya
sastra yang berkaitan dengan kebudayaan. Antropologi sastra sendiri lahir karena
banyak sekali karya sastra yang membahas nilai budaya, dan seperti hakikat karya
sastra yang dimana menjadi cermin kehidupan masyarakat. Dalam pembagiannya,
karya sastra termasuk ke dalam antropologi kultural yang menitik beratkan pada
dua hal, yakni melakukan penelitian terhadap tulisan etnografi untuk melihat
keindahannya, serta sisi pandang etnografi untuk melihat aspek budaya
masyarakat. Oleh karena itu, dengan penjelasan di atas dapat dikatakan jika karya
sastra dengan budaya saling berkaitan.

Dalam penelitian ini menggunakan metode bersifat deskriptif kualitatif


menggunakan teori antropologi sastra pendekatan kompleksitas aktivitas. Sumber
data ini menjadikan novel “Entrok” karya Okky Madasari sebagai objek kajian
yang kemudian akan dilakukan purposive sampling. Purposive Sampling
merupakan kegiatan untuk memperoleh data dengan mengambil data yang disertai
dengan tujuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
teknik pustaka, baca, dan catat.
BAB II
HASIL PEMBAHASAN

Dalam novel dengan judul “Entrok” karya Okky Madasari terdapat beberapa
tradisi yang masih dilakukan oleh para tokoh di dalamnya. Tokoh Marni yang
masih mempercayai, menghormati, bahkan menyembah para leluhur. Hal itu tentu
saja ditentang oleh anaknya sendiri, Rahayu. Rahayu meyakini yang dilakukan
Marni dalam mempercayai leluhur adalah tradisi yang tidak benar. Dalam novel
ini, Okky Madasari berusaha menyajikan bagaimana tradisi terdahulu masih
dilakukan masyarakat selain konflik ketidakadilan yang dialami olehnya sendiri.
Penelitian ini berfokus bagaimana aktivitas Marni dalam melakukan tradisi salah
satunya menyembah para leluhur yang sudah tidak ada. Berikut data terkait
kompleksitas aktivitas tradisi dalam novel “Entrok” karya Okky Madasari:

“Aku juga membawamu ke kuburan. Ke tempat orang-orang yang dulu


pernah kau kenal dikuburkan. Kuterangkan satu persatu, siapa yang
dikubur di sini, siapa yang dikubur di sana. Kita menaburkan kembang
bersama-sama. Aku ingin kau ingat kembali siapa saja orang-orang yang
pernah menemani hidupmu. Lagi pula, aku tahu sejak dulu kau rajin
datang ke kuburan, menjenguk para leluhurmu.” (Halaman 12)
Dalam kutipan ini dijelaskan tokoh dalam novel “Entrok” karya Okky Madasari
masih melakukan kebiasaan berziarah ke makam-makam para leluhur.
memanjatkan doa di makam tersebut. Hal ini masih menjadi tradisi masyarakat
Indonesia sampai saat ini terutama pada masyarakat muslim yang ada di Indonesia
saat menjelang Ramadhan dan hari Raya.
“Laten mengurusi uang receh-receh itu. Sama tidak mengertinya,
bagaimana ibu tetap percaya pada arwah leluhur-leluhurnya dan
memberi mereka makanan setiap hari kelahiran Ibu. Ah… kenapa kami
begitu berbeda?” (Halaman 54)
Dalam kutipan ini dijelaskan tokoh ibu yang bernama Marni masih mempercayai
leluhur sampai memberikan makanan kepada leluhur yang sudah tidak ada atau
biasa disebut dengan sesajen. Hal ini masih erat dengan masyarakat Indonesia
yang ingin memiliki ilmu dengan syarat memberikan sesajen kepada leluhur yang
sudah tidak ada.
“Aku tetap memejamkan mata, pura-pura masih tidur. Kurasakan tangan
Ibu mengusap keningku, mengusik-usik agar aku terbangun. Aku tidak
mau bangun. Tak mau lagi nyuwun-nyuwun pada leluhur. Itu dosa, kata
pak Waji. Pak Waji sudah mengajariku cara nyuwun yang benar. Bukan
dengan cara orang-orang yang tak punya agama.” (Halaman 57 -58)
Dalam kutipan ini dijelaskan bahwa Rahayu yang merupakan anak dari Marni
menolak ajakan sang ibu untuk nyuwun-nyuwun kepada leluhur. Rahayu
mempercayai hal itu dapat dikatakan musyrik. Tradisi ini masih dijalankan oleh
beberapa masyarakat di Indonesia, salah satunya Kejawen yang mengikuti mistik
dari beberapa agama yang ada.
“Aku membenci Ibu. Dia orang berdosa.”
“Aku membenci Ibu. Kata orang, dia memelihara tuyul.”
“Aku membenci Ibu, karena dia menyembah leluhur.”
“Aku malu, Ibu.” (Halaman 58)
Dalam kutipan ini dijelaskan bahwa Rahayu malu akan perlakuan ibunya yang
masih menyembah leluhur, bukan Tuhan yang memang ada di beberapa
kepercayaan. Hal ini masih berlaku dan dijalankan oleh beberapa masyarakat
Indonesia yang masih menyembah para leluhur dengan dalih menghormatinya.
“Dia bilang aku ini dosa. Dia bilang aku ini sirik. Dia bilang aku
penyembah leluhur. Lho... lha wong aku sejak kecil diajari orang tuaku
nyembah leluhur kok tidak boleh. Lha buktinya kan setiap aku minta ke
leluhur, lewat tumpeng dan panggang yang harganya tak seberapa itu,
semua yang kuminta kudapatkan. Dia bilang hanya Gusti Allah yang
boleh disembah. Lha iya, tapi wong aku tahu Gusti Allah ya baru-baru ini
saja. Lha gimana mau nyuwun kalau kenal saja belum.” (Halaman 100)
Dalam kutipan ini, Marni tidak terima dibilang sirik karena mempercayai leluhur.
Marni mengatakan juga bahwa Marni juga diajarkan oleh orang tua untuk
melestarikan kebiasaan itu. Hal ini juga dibuktikan oleh masyarakat zaman dahulu
yang mengajarkan anak-anaknya untuk menyembah atau menghormati leluhur
yang ada.
“Mereka membawa tenggok berisi beras, kelapa, tempe. Aku harus
menemui mereka. Malam ini juga akan ada selamatan kirim doa.
Meminta restu pada Teja dan leluhur atas pernikahan Rahayu.”
(Halaman 280)
Selamatan merupakan tradisi dalam bentuk ucap syukur yang terhadap
terlaksananya suatu hal. Hal ini masih dijalankan sampai sekarang oleh
masyarakat muslim di Indonesia. Kegiatan ini biasa disebut dengan Selamatan
atau syukuran.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian di atas terkait aktivitas tradisi dalam novel dengan judul
“Entrok” karya Okky Madasari menggunakan teori antropologi sastra dengan
pendekatan kompleksitas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas tradisi dalam
novel ini dijelaskan secara detail. Dominasi tradisi yang dilakukan adalah
menyembah para leluhur, dan memberikan sesajen kepada leluhur dengan dalih
menghormati para leluhur terdahulu. Tradisi yang dicantumkan dalam novel ini
juga masih dilakukan oleh beberapa masyarakat di Indonesia yang masih sangat
erat dalam mempercayai hal-hal musyrik, seperti memberikan sesajen untuk
mendapatkan suatu kekuatan dan berharap dengan para leluhur.
DAFTAR PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Tradisi 3.1.1. Pengertian Tradisi Tradisi

dalam kamus antropologi sama dengan adat istiadat, yakni. (n.d.).

E-Journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Retrieved June 11, 2023.

Madasari, O. (2010). Entrok: sebuah novel. Gramedia Pustaka Utama.

Rahmat, L. I. (2019, Oktober). KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA DALAM

CERITA RAKYAT KABUPATEN BANYUWANGI PADA

MASYARAKAT USING. Jurnal Kredo, 3(1), 83 - 93.

Ratna, N. K. (2004). Teori, metode & teknik penelitian sastra: dari strukturalisme

hingga postrukturalisme : perspektif wacana naratif. Pustaka Pelajar.

Suwardi Endraswara. (n.d.). Budi pekerti dalam budaya Jawa / Suwardi

Endraswara ; editor, Danuri | OPAC Perpustakaan Nasional RI. OPAC

Perpusnas. Retrieved June 11, 2023.

Titi Mumfangati. (2007). TRADISI ZIARAH MAKAM LELUHUR PADA

MASYARAKAT JAWA. Jurnal Jantra, 2(3), 152 - 158.

Anda mungkin juga menyukai