Anda di halaman 1dari 10

TOPIK

Actualization of Pancasila Values in The Tahlilan Tradition in Sapen


Village Yogyakarta

Lukman Fajariyah*, Mohammad Dzulkifli**


*Mahasiswa Interdisciplinary Islamic Studies Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Email:
lukmanfajar9@gmail.com, **Mahasiswa Magister Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Email: dzulkifli976@gmail.com

Abstract
This study aims to describe how Pancasila values are implanted in the tahlilan tradition in Kampung Sapen
Yogyakarta. This study employs a qualitative descriptive method using interviews with several figures in Kampung
Sapen. The study finds that the tahlilan tradition among Sapen community enables to instill Pancasila values, including:
1) theological awareness of the existence of God Who Creates and Destroys; this is the practice of Divine values/the first
pillar; 2) the expression of sympathy for the bereaved family, and a congregational prayer for the deceased; this is the
practice of the second pillar; 3) the gatherings that reflect a sense of brotherhood and unity/the third pillar; 4) a full
obedience to the leader of tahlil can be seen as the practice of the fourth pillar; 5) Equality of seats, food and duties shows
the practice of justice within the community. Tahlilan in Kampung Sapen has been practiced since the 1950s. For the
people of Sapen, tahlilan plays as a hub of friendship and da’wah.

Keywords: Pancasila values, tahlilan, Sapen

Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Tradisi Tahlilan di Kampung


Sapen Yogyakarta

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi nilai-nilai Pancasila dalam tradisi tahlilan
di Kampung Sapen Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik
wawancara terhadap beberapa tokoh dari penduduk Sapen yang representatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam tradisi tahlilan terdapat pengamalan nilai-nilai Pancasila yang selama ini
dipraktikkan oleh masyarakat, yaitu: 1) kesadaran teologi akan adanya Tuhan yang Maha Menciptakan dan
Mematikan manusia dan seluruh makhluk-makhluknya, ini adalah pengamalan dari nilai ketuhanan; 2) adanya
simpati pada keluarga yang berduka, dan doa bersama untuk meminta kebaikan untuk sang almarhum,
adalah pengamalan sila kedua; 3) berkumpulnya semua lapisan masyarakat dalam suatu majlis menunjukkan
sikap persaudaraan dan persatuan yang kokoh; 4) kepatuhan dan ketundukan pada sang pemimpin tahlil
merupakan pengamalan dari sila keempat; 5) persamaan tempat duduk, makanan dan tugas menunjukkan
keadilan yang nyata di tengah-tengah masyarakat. Tahlilan di Kampung Sapen telah ada sejak tahun 1950-
an. Tahlilan bagi masyarakat Sapen berfungsi sebagai wadah silaturrahmi dan dakwah.

Kata Kunci: nilai-nilai Pancasila, tahlilan, Sapen

* Naskah diterima September 2021, direvisi Oktober 2021, dan disetujui untuk diterbitkan November 2021
Dialog, 44 (2), 2021, 129-138
https://jurnaldialog.kemenag.go.id,p-ISSN:0126-396X,e-ISSN:2715-6230
This is open access article under CC BY-NC-SA-License
(https://creativecommons.org/license/by-nc-sa/4.0/)
Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 129
A. Pendahuluan mapan sebelumnya, seperti animisme,
Pancasila merupakan dasar negara dinamisme dan Hindu-Buddha. Hal itu
Indonesia yang mampu menyatukan bangsa disebabkan oleh sifat keterbukaan
yang majemuk. Ia telah menjadi falsafah masyarakat Jawa terhadap agama dan
hidup dan kepribadian bangsa Indonesia tradisi baru yang membawa harapan dan
yang mengandung nilai-nilai dan norma- kesejahteraan hidup yang lebih tinggi.
norma luhur dan diyakini paling benar, Seiring perkembangan zaman tahlilan
paling adil, paling bijaksana, dan paling tetap eksis di kalangan masyarakat
cocok dalam menyatukan bangsa Indonesia Nusantara khususnya di Jawa. Meskipun
(Kaelan, 1996). Pancasila sebagai pedoman ada beberapa yang berpendapat bahwa
dan ideologi bangsa dalam bernegara tahlilan itu bid’ah, namun mayoritas
diharapkan dapat menjelma pada setiap lini penduduk Indonesia masih tetap
kehidupan masyarakat. Demikian juga, melakukan budaya lokal ini. Namun,
setiap perilaku rakyat hendaknya mengacu menurut Robi Sugara bahwa sesuatu yang
pada nilai-nilai dan norma-norma yang baru tidak dapat sewenang-wenang diklaim
telah tertuang dalam sila-sila Pancasila. sebagai bid’ah sedangkan hal tersebut masih
Semangat Pancasila hendaknya bisa berstatus mudhathah. KH. Hasyim Asy’ari
menanamkan sifat patriotisme dan menegaskan bahwa tidak semua hal baru
nasionalisme pada setiap individu bangsa, dalam agama itu sesat. Imam Syafi’i
demi terciptanya bangsa yang kokoh dan menyebutkan bahwa sesuatu yang baru
mewujudkan cita-cita luhur bangsa ini. yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi saw
Salah satu alasan mengapa Pancasila dan salafus sholeh tidak semuanya sesat
dijadikan dasar negeri ini, di antaranya selama tidak berlawanan dengan Alquran
sebagaimana yang disampaikan oleh dan Sunnah (Sugara, 2017).
Soekarno bahwa kebudayaan Indonesia Peneliti memilih studi kasus di
merupakan kandungan Pancasila yang Kampung Sapen Kelurahan Demangan
dilahirkan. Atau dengan istilah lain, Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta
Pancasila adalah saripati yang bersumber sebagai objek penelitian ini. Hal itu
dari kebudayaan asli Indonesia (Hadi, 1994). disebabkan karena adanya beberapa
Oleh karenanya, banyak budaya-budaya pandangan dari masyarakat umum (luar
dan tradisi masyarakat terdahulu yang kampung Sapen atau pendatang) yang
menjadi cerminan nilai-nilai Pancasila di memandang bahwa Yogyakarta sebagai
dalamnya, salah satunya adalah tradisi pusat dan tempat kelahiran Organisasi
tahlilan di kalangan umat Islam. Muhammadiyah tidak melakukan upacara
Tahlilan sendiri bukan termasuk syari’at atau tradisi tahlilan ini (Riskasari, 2018).
Islam yang berasal dari daerah asal Atas dasar anggapan yang keliru itu,
munculnya agama ini (Arab). Banyak peneliti akan mencoba mengulas beberapa
peneliti yang mengatakan bahwa tradisi hal terkait tradisi tahlilan yang berlangsung
tahlilan merupakan hasil akulturasi dari 3 di Sapen, baik dari aspek sejarah,
kebudayaan lama di Nusantara, Hindu- pelaksanaan dan bagaimana nilai-nilai
Buddha, Jawa, dan Islam Sebagaimana Pancasila yang tertuang dalam tradisi
diketahui bahwa dalam tradisi tahlilan tersebut. Dengan tujuan untuk membantah
dalam budaya masyarakat Jawa terdapat anggapan miring bahwa Muhammadiyah
penentuan perhitungan hari-hari tertentu tidak melakukan tahlilan, serta
dan pembakaran kemenyan atau dupa yang memaparkan representasi nilai-nilai
masih sarat dengan budaya Hindu-Buddha Pancasila yang terkandung dalam tradisi
dan tradisi Jawa Kuno. Sedangkan unsur tahlilan itu sendiri. Materi tahlilan bukanlah
Islam terlihat dengan bacaan-bacaan materi baru yang pernah diteliti. Ada
Alquran dan kalimat-kalimat thayyibah banyak buku-buku, makalah-makalah, dan
(Khalil, 2008). Hadirnya Islam ke tanah Jawa karya ilmiyah yang membahas tentang tema
telah memodifikasi keyakinan yang telah ini. Di antaranya adalah penelitian yang

130 Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila ...


dilakukan Rhoni Rodin dengan judul dalam tradisi tahlilan di Kampung Sapen.
“Tradisi Tahlilan dan Yasinan” (Rhodin, Hasil penelitian ini diarapkan dapat
2013). Penelitian ini membahas tentang memberikan pengetahuan baik secara
konsep Islam dalam memandang tradisi teoritis maupun praktis.
yasin dan tahlilan yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat, serta B. Metode Penelitian
mengungkap nilai-nilai yang terkandung Penelitian ini termasuk jenis penelitian
dalam tradisi tersebut. penelitian ini kualitatif dengan sasaran suatu kasus
menghasilkan bahwa tradisi tahlilan dan penelitian budaya (studi kasus) yang bersifat
yasinan mengandung nilai-nilai yang dapat deskriptif dimana data disajikan dengan
mendorong harmonisasi kehidupan sosial tertulis tidak berupa statistik. Hal ini sejalan
dan kebudayaan setempat. dengan Moleong yang menyatakan bahwa
Penelitian lain yang mengkaji tentang penelitian kualitatif adalah penelitian yang
tradisi tahlilan sebagaimana dilakukan oleh menghasilkan prosedur analisis yang tidak
Muhammad Diak Udin “ Analisis Perilaku menggunakan prosedur analisis statistik
Sosial Masyarakat Dusun Plosorejo Desa atau cara kuantifikasi lainnya (Moleong,
Kemaduh Kab. Nganjuk dalam tradisi 2015). Dalam penelitian ini penulis
“tahlilan” studi deskriptif dengan memaparkan gambaran mengenai situasi
menggunakan pendekatan pertukaran yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.
sosial (Udin, 2015). Kesimpulan dari Menurut Subroto, penelitian yang
penelitian ini yaitu bahwa perilaku bersifat deskriptif mengharuskan penulis
masyarakat di dusun Polirejo memiliki agar mencatat dengan teliti dan cermat
perilaku sosial dalam tradisi tahlilan terbagi semua data, baik yang berupa kata-kata,
menjadi dua. Satu golongan yang puas kalimat-kalimat, wacana, gambar, atau
dengan tradisi tahlilan dan sebagian video (Subroto, 1992). Adapun tujuan dari
kelompok lainnya tidak puas dan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif
mengabaikannya dengan alasan adalah untuk memahami dan memaparkan
ketidakseimbangan antara pengorbanan fenomena budaya yang tersembunyi atau
yang dikeluarkan dan bentuk penghargaan sedikit diketahui orang banyak.
yang diterima. Teknik mengumpulan data yang
Adapun penelitian yang menggunakan digunakan dalam penelitian ini adalah
teori nilai-nilai Pancasila dalam kebudayaan teknik wawancara dan observasi partisipan.
masyarakat yaitu sebagaimana dilakukan Metode ini dipilih peneliti untuk bisa
oleh Jamilah, dkk. (2016) dengan judul menguak secara mendalam hal-hal yang
“Studi Tentang Nilai-Nilai Pancasila Yang berkaitan dengan tradisi tahlilan di Sapen.
Terkandung dalam Tradisi Bakar Tongkang Peneliti menggunakan pedoman
Masyarakat Tionghoa Kecamatan Bangko wawancara dan membuat catatan etnografi.
Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir”. Peneliti melakukan partisipasi observasi di
Jamilah, dkk mencoba untuk membuktikan lokasi selama beberapa tahun mulai dari
adanya nilai-nilai Pancasila dalam tradisi tahun 2016-2020. Untuk proses wawancara
Bakar Tongkang di dusun tersebut. Maka dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
penelitian ini berkesimpulan bahwa dalam langsung tatap muka dan tidak langsung
tradisi bakar tongkang ini memang ada atau melalui media Hp.
nilai-nilai Pancasila yang terkandung di
dalamnya. Hal itu dibuktikan melalui C. Hasil dan Pembahasan
jawaban responden yang menyatakan 1. Potret Tradisi Tahlilan di Kampung
bahwa 89,5% dari masyarakat di sana Sapen
menjawab adanya nilai-nilai Pancasila yang Tahlilan sebagai anak kandung dari
terkandung dalam tradisi tersebut. perkawinan antara agama Islam dan budaya
Sedangkan penelitian ini bertujuan lokal Nusantara khususnya Jawa sejatinya
untuk mengeksplorasi nilai-nilai Pancasila adalah bentuk transformasi dari upacara

Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 131


selamatan nenek moyang bangsa Indonesia setempat) ke Sapen, yaitu sekitar tahun
yang mayoritas beragama Hindu-Buddha 1977-an. Beliau merupakan salah satu
(Faizah, 2018). Selain itu, Lufaefi mahasiswa perguruan tinggi di Jogja asal
menyebutkan bahwa proses akulturasi Rembang. Mula-mula dia aktif di remaja
budaya antara Hindu-Buddha dengan nilai- masjid Safinaturrahmah Sapen, lalu seiring
nilai keislaman dalam tahlilan tidak lepas perkembangan masa, ia mulai mengajak
dari peran walisongo (Lufaefi, 2018). para pemuda asli Kampung Sapen untuk
Tahlilan merupakan bagian dari tradisi ikut serta dalam kegiatan tahlilan. Meski
masyarakat Jawa yang telah mengakar kuat pada mulanya masih didominasi para
hingga saat ini. Hampir seluruh daerah di mahasiswa pendatang, namun seiring
pulau Jawa mengenal dan masih berjalannya waktu semakin banyak
mempraktikkan upacara tahlilan, bahkan di penduduk asli Sapen yang mulai mengikuti
beberapa daerah luar Jawa, seperti di Jambi kegiatan tahlilan.
(Verliyanti, 2019), Pontianak (Supriadi et al., Namun pendapat di atas dibantah oleh
2021), Sulawesi (Nasir, 2018). pendapat sesepuh warga asli Sapen, H.
Menyebarnya tradisi tahlilan secara Syufa’at Mansyur (2018). Beliau mulai
masif ke seluruh penjuru Nusantara juga tinggal di Sapen sejak tahun 1957.
diuntungkan oleh masyarakat Indonesia Menurutnya, tahlilan di Sapen sudah ada
yang plural. Sistem sosial plural menurut sejak dia pertama tinggal di Sapen. Tradisi
Geertz sangat berdampak pada peleburan tahlilan ini memang telah sering dilakukan
beberapa budaya melalui proses akulturasi. oleh warga yang mengalami musibah
Hal itu sebagaimana terjadi dalam tradisi kematian. Biasanya dipimpin oleh Pak
tahlilan dimana terjadi proses perpaduan Kaum yaitu dengan membacakan doa
kebudayaan Hindu-Buddha, Islam dan bersama untuk sang mayit. Menguatkan
kearifan lokal setempat (Greetz, 1993). pendapat yang kedua, Asrori (2019), selaku
Kampung Sapen Kelurahan Demangan ketua Kaum Sapen yang sekarang,
Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta mengatakan bahwa sejak dia datang
merupakan suatu daerah yang sampai saat pertama kali ke Jogja pada tahun 1977,
ini aktif melakukan tradisi tahlilan. Kota ini tahlilan memang sudah ada di Sapen.
terkenal di luar dengan kota/tempat Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
lahirnya organisasi Muhammadiyah yang dapat diketahui bahwa tradisi tahlilan di
dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan tidak Sapen sudah berjalan sejak rentang waktu
melakukan tradisi tahlilan karena dianggap 1950-an.
bid’ah. Namun kendati demikian, Tahlilan sering diartikan sama dengan
sebenarnya meskipun kulturnya mayoritas slametan dan kenduri. Slametan atau kenduri
warga Muhammadiyah, namun ternyata dalam Ensiklopedi Kebudayaan Jawa
mereka tetap menjalankan tahlilan. diartikan sebagai upacara sedekah makanan
Berdasar pada keterangan narasumber karena seseorang telah mendapatkan
yang ada, terdapat beberapa pendapat anugerah atau kesuksesan sesuai apa yang
terkait sejarah tahlilan di Sapen. Namun dicita-citakan (dalam Sholikhin, 2002: 58).
belum diketahui secara pasti tahun Sementara Geertz mengartikan slametan
berapanya tahlilan mulai ada di Sapen. Hal atau kenduri sebagai sebuah ritual yang
itu dikarenakan masyarakat Sapen saat ini dimaksudkan untuk merayakan,
mayoritas dihuni oleh para pendatang dari mendoakan, dan memperingati kejadian-
daerah lain. Maka akan sulit mendapatkan kejadian tertentu seperti, kelahiran,
sumber data yang valid terkait kapan awal pernikahan, kematian, perayaan hari-hari
pertama kali tradisi tahlilan ini diadakan di besar, atau untuk acara-acara tertentu sesuai
Sapen. hajat orang yang mengadakannya (Geertz,
Menurut Janu Isnawan (2018), bahwa 2013). Adapun tahlilan sebagai salah satu
tahlilan di Sapen mulai gencar dilakukan dari bagian dari slametan atau kenduri
sejak datangnya Asrori (pemuka agama diartikan dengan upacara atau sebuah event

132 Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila ...


yang di dalamnya terdapat pembacaan ayat- pelaksanaan tahlilan di Sapen, baik dari segi
ayat Alquran dan kalimat-kalimat thayyibah bacaan, suguhan, dan peserta yang hadir.
dan doa lainnya yang dikhususkan untuk Dari segi bacaan, tahlilan di Sapen
orang yang sudah meninggal (Humaidi et cenderung lebih pendek jika dibandingkan
al., 2021). dengan bacaan tahlilan di daerah yang
Berdasar pengamatan penulis, mayoritas warga NU. Hal itu disebabkan
umumnya acara tahlilan di kampung Sapen oleh kondisi masyarakat perkotaan yang
diadakan pada malam hari, namun ada juga cenderung memiliki kesibukan lebih
yang diadakan di siang hari dengan alasan dibanding masyarakat pedesaan.
benturan kegiatan lain pada malam harinya. Dari segi suguhan, telah dijelaskan pada
Pelaksanaan tahlilan dihadiri oleh sanak paragraf sebelumnya, bahwa suguhan atau
keluarga, tetangga RT setempat, dan berkat tahlilan di Sapen cenderung lebih
beberapa jama’ah masjid. Diawali dengan simpel dan berupa sembako instan yang
sambutan oleh tuan rumah menggunakan dibeli di toko. Sementara untuk tahlilan di
bahasa Jawa Kromo, guna menyampaikan pedesaan umumnya masih berupa
ucapan terima kasih, permohonan maaf makanan/jajanan hasil masakan rumahan
serta mengutarakan maksud dan tujuan dari dan berkatnya masih diwadahi wadah dari
tahlilan yang akan digelar pada saat itu. anyaman bambu/besek (Riskasari, 2018: 200).
Selanjutnya dilanjutkan oleh seorang Kaum Berdasarkan hasil observasi penulis
(pemuka agama) untuk memimpin acara selama mengikuti beberapa tahlilan di
tahlilan yang terdiri dari pembacaan surat kampung Sapen, menunjukkan bahwa yang
Yasin dan rangkaian bacaan tahlil lainnya. menarik dari tradisi tahlilan di Sapen adalah
Setelah pembacaan yasin-tahlil usai, peserta yang hadir. Jika di daerah pedesaan
hidanganpun dikeluarkan, mulai dari tahlilan dihadiri oleh keluarga dan tetangga
minuman teh/kopi, dan makanan berat yang muslim, maka di Sapen terdapat
berupa prasmanan. Namun, suguhan keikutsertaan mahasiswa yang tergolong
prasmanan ini hanya dilakukan oleh orang asing, tidak memiliki ikatan keluarga
beberapa keluarga tergolong mampu. bahkan tidak pernah kenal dengan sang
Setelah semua minuman dan makanan almarhum. Mahasiswa yang hadir dalam
terbagi rata, maka para tamu dipersilahkan acara tahlilan biasanya adalah mereka yang
untuk menyantap makanan yang ada. Tidak kebetulan indekos di tempat tahlilan,
lama setelah itu dibagikan berkat (bingkisan) sehingga tuan kos mengajak mereka untuk
yang berisi makanan untuk dibawa pulang. ikut di dalamnya. Atau karena diajak oleh
Isi berkat itu sendiri menyesuaikan momen pengurus takmir masjid. Perlu dimaklumi
peringatannya, jika itu hanya peringatan 3 juga, bahwa ketika suatu keluarga ingin
atau 7 hari kematian sang almarhum biasanya mengadakan tahlilan, untuk mendapatkan
isi berkatnya berupa bahan makanan peserta, mereka membuat undangan untuk
mentahan meliputi beras seperempat tetangga se RT, dan meminta bantuan
kilogram, dua butir telor ayam, satu sashet kepada pengurus takmir masjid untuk
minyak goreng, dua bungkus mie instan, mengajak 10-25 jamaah ikut dalam acara
dan gula satu ons. Berbeda ketika sudah tahlilan tersebut.
menginjak peringatan ke-40 hari, 100 hari Alasan keikutsertaan mahasiswa dalam
sampai 1000 harinya. Umumnya berkat yang tradisi tahlilan di Sapen berdasarkan
diberikan sewaktu acara tahlilan berisi pengakuan dari Zayadi dan Heri Fadli
makanan siap saji atau siap santap, dan ada (2018) didasari pada keinginan untuk
juga yang menambahinya dengan berbaur bersama masyarakat asli Sapen dan
bungkusan snack lagi. karena faktor berkat yang menggiurkan. Di
Secara umum, pelaksanaan tahlilan di samping itu, ajakan marbot masjid yang
kampung Sapen tidak jauh berbeda dengan merupakan seorang mahasiswa pendatang
tahlilan di daerah-daerah lainnya. Kendati juga berperan penting atas keterlibatan
demikian, terdapat perbedaan kecil dalam mahasiswa atau anak kos dalam kegiatan

Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 133


tahlilan di kampung Sapen. Berdasar Pancasila sebagai ideologi negara telah
pengamatan peneliti, biasanya undangan dirumuskan oleh para tokoh kenegaraan
tahlilan akan diberikan kepada beberapa pada sidang BPUPKI dilanjutkan pada
tetangga terdekat dan kepada marbot sidang PPKI. Dengan demikian nilai-nilai
masjid. Undangan yang diberikan kepada Pancasila diharapkan tetap kekal dan
marbot masjid berisi keterangan “ + 15-25 terpancar dalam kehidupan berbangsa dan
jamaah masjid”, atau dengan kata lain, sang bernegara penduduk Indonesia. Hal itu
marbot diminta untuk mengajak beberapa sebagaimana tersirat dalam pembukaan
jamaah masjid yang berkenan mengikuti UUD 1945 dan dijelmakan dalam pasal-
tahlilan, dan di dalamnya termasuk pasal UUD 1945 (Poespowardojo, 1989).
mahasiswa. Adapun nilai-nilai yang terkandung
Selain mahasiswa, dalam beberapa dalam tiap-tiap sila Pancasila antara lain:
kasus, ternyata ada jamaah non-muslim a. Nilai Ketuhanan
yang juga turut serta dalam tahlilan di Ketuhanan dalam makna yang lebih luas
Sapen. Hal itu sebagaimana dituturkan oleh adalah sebuah keyakinan dan pengakuan
Amin Sujadmiko (2020), salah satu petugas yang diekspresikan dalam bentuk
“bunga selasih”. Menurutnya, biasanya perbuatan terhadap Dzat yang Maha Kuasa
kehadiran warga non-muslim pada acara sebagai Pencipta. Nilai ketuhanan sendiri
tahlilan di Sapen terjadi pada keluarga yang bisa diekspresikan dengan cara taat
dahulunya beragama selain Islam, atau pada melakukan ibadah, menciptakan sikap
mereka yang kenal baik dengan sang toleransi dan menjalin hubungan yang
almarhum. Maka sebagai bentuk harmonis antar pemeluk agama, baik dalam
penghormatan dan dorongan rasa satu agama atau lintas agama (Hadi, 1994).
kemanusiaan yang tinggi di antara warga, b. Nilai Kemanusiaan, Keadilan, dan
mereka dengan senang hati ikut serta hadir Adab Budi Pekerti
meramaikan acara tahlilan, meskipun Manusia sebagai makhluk ciptaan
mereka tidak ikut dalam pembacaan surat Tuhan Yanga Maha Esa haruslah meyakini
yasin maupun doa-doa lainnya. bahwa di atas orang yang paling kuat di
dunia ini masih ada yang lebih kuat, yaitu
2. Makna, Hakekat, dan Nilai-Nilai Dzat yang menciptakaannya. Oleh karena
Pancasila itu manusia sering kali didefinisikan sebagai
Secara etimologi Pancasila berasal dari hewan yang berfikir. Mengapa demikian,
bahasa Sansakerta, yaitu “Panca” yang karena ciri utama yang dapat membedakan
berarti “Lima”, dan “sila” yang berarti manusia dengan hewan dan makhluk-
“dasar ”. Jadi secara harfiah Pancasila makhluk lainnya adalah akal pikiran
diartikan sebagai lima dasar. Lalu secara mereka. Maka seharusnya sebagai manusia
terminologi Pancasila diartikan sebagai seharusnya kita memikirkan perbuatan
dasar negara Indonesia dan falsafah hidup mana yang baik dilakukan dan mana yang
bangsa Indonesia yang lahir dari hasil buruk (Hadi, 1994).
kesepakatan dan perenungan yang c. Nilai Persatuan
mendalam dari para tokoh pendiri negeri ini Salah satu kekuatan besar yang dimiliki
(Bakry, 1997). bangsa ini adalah keinginan untuk bersatu.
Pancasila sebagai dasar negara dalam Indonesia yang terdiri dari banyak suku dan
artian, Pancasila selain sebagai landasan ragam budayanya telah mampu
yang mempunyai kekuatan yuridis membangun suatu negara yang besar. Hal
konstitusional, ia juga memiliki peran itu tidak lepas dari semboyan bangsa ini
sebagai landasan ideologi yang harus yang terpampang dalam lambang negara
mampu memberikan orientasi, wawasan, Bhinneka Tunggal Ika.
asas, dan pedoman yang normatif dalam Semangat persatuan ini haruslah tetap
seluruh bidang kehidupan bangsa terjaga dan terpatri dalam kehidupan sosial
(Poespowardojo, 1989). bangsa ini. Bangsa Indonesia adalah satu,

134 Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila ...


satu tanah air, satu bahasa dan satu dan kewajiban, saling menolong,
semangat dalam menciptakan persaudaraan menghargai hasil karya orang lain,
yang kokoh. Maka negara haruslah tampil memupuk sifat bekerja keras, bersikap
dalam mengatasi segala problematika solider, dan mendahulukan kepentingan
paham antar suku, budaya dan agama umum di atas kepentingan pribadi atau
dengan menanamkan semangat golongan (Hadi, 1994).
nasionalisme yang religius berdasar tekad 3. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila
yang bulat dan cita-cita bersama dalam Tradisi Tahlilan di Kampung Sapen
(Poespowardojo, 1989). Adapun nilai-nilai Pancasila yang
d. Nilai Kerakyatan dan tertuang dalam tradisi tahlilan di Sapen
Permusyawaratan antara lain sebagai berikut:
Nilai yang terkandung dalam sila ke Pertama, Nilai Ketuhanan. Tahlilan
empat ini menunjukkan bahwa negara kita sebagai tradisi yang dibawa oleh wali songo
memegang asas kedaulatan rakyat atau dengan muatan agamanya telah cukup
demokrasi. Dalam hal ini Indonesia mewakili pengamalan dari sila yang
mengaplikasikan nilai demokrasi dalam pertama (Rohman, 2019). Dengan
pemerintahannya dan dikenal sebagai mendoakan orang yang telah meninggal,
pemerintahan perwakilan, yaitu suatu otomatis akan menstimulus pikiran bahwa
pemerintahan yang dilakukan oleh orang- Tuhan Maha Menghidupkan dan Maha
orang yang telah dipilih oleh rakyat dan Mematikan. Kesadaran akan keniscayaan
diberi kuasa untuk memerintah mereka mati akan sangat terasa ketika kita
(Hadi, 1994). mengetahui saudara atau kerabat kita
Selain dari pada itu, asas meninggal. Dan dari ingat mati akan
permusyawaratan dan asas mufakat juga tak terdorog motivasi untuk bertaubat dan
kalah pentingnya. Setiap perkara dan beribadah dengan sebenar-benarnya untuk
permasalahan yang terjadi di tengah-tengah bekal kita nanti di alam setelah dunia ini
kehidupan masyarakat haruslah (wawancara dengan Janu Isnawan).
diselesaikan dengan cara musyawarah yang Disamping itu, sikap keterbukaan
dipimpin oleh akal sehat dan rasa tanggung untuk menjalin hubungan antar warga asli
jawab yang tingi kepada Tuhan Yang Maha Sapen dan pendatang melalui tahlilan telah
Esa dan kepada rakyat yang diwakilkannya, menunjukkan pengamalan nilai ketuhanan
demi menghasilkan kata mufakat (Hadi, yang tinggi. Juga ditambah dengan sikap
1994). toleransi kepada sesama pemeluk agama
e. Nilai Keadilan Sosial baik sesama muslim atau bahkan dengan
Nilai keadilan ini akan tercapai bilamana nonmuslim sebagaimana dalam tradisi
keempat nilai-nilai sebelumnya telah kenduri (wawancara dengan Zayadi).
terlaksana dengan baik. Karena mustahil Kedua, nilai kemanusiaan. Di antara
akan mencapai makna adil bila segala nilai-nilai kemanusiaan yang terkandung
sesuatunya tidak dilandaskan pada nilai dalam tradisi tahlilan di Sapen yaitu sikap
Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan saling berbela sungkawa atas kematian sang
kerakyatan yang berdaulat. Keadilan sosial almarhum, berusaha menghibur para ahli
yang dimaksudkan adalah keadilan yang waris dengan ikut menghadiri tahlilan di
berlaku bagi masyarakat dalam segala rumahnya sehingga keluarga yang
bidang kehidupan baik material maupun ditinggalkan tidak merasa kesepian. Hal itu
spiritual. Dengan artian keadilan tidak menunjukkan simpati terhadap keluarga
hanya untuk orang kaya saja atau para yang berduka (wawancara dengan Qomari
pemimpin dan pejabat saja, namun orang Zaman. Ketua RW. 08).
miskin dan rakyat jelata lainnya juga berhak Selain itu, penyambutan yang hangat
mendapatkan keadilan. dari tuan rumah disertai senyuman yang
Salah satu bentuk pengamalan dari sila menunjukkan sikap saling menghargai dan
kelima ini yaitu dengan menjaga antara hak menghormati antarsesama manusia. Dan itu

Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 135


semua sudah mewakili pengamalan dari yang memimpin tahlil.
nilai sila kedua dari pancasila yaitu Secara tidak langsung, dalam
kemanusiaan yang adil dan beradab. pelaksanaan tahlilan di Sapen dan
Ketiga, nilai persatuan. Menurut H. kemungkinan besar juga di berbagai tempat
Asrori, tahlilan adalah cermin dari lainnya telah menerapkan konsep
persatuan bangsa. tahlilan adalah sarana demokrasi terpimpin, yaitu dimana dalam
guyup warga yang paling ampuh. prosesi tahlilan jamaah menyepakati
Menurutnya, tahlilan telah mampu perwakilan dari mereka (Pak Kaum) untuk
menyatukan si kaya dan si miskin, seorang menjadi pemimpin jalanya tahlilan dari awal
pejabat dan seorang buruh, dosen dengan hingga akhir. Kendati demikian, sesekali
mahasiswanya, bahkan menyatukan orang- pimpinan tahlilan akan meminta pendapat
orang dari berbagai daerah dalam satu kepada para jamaah atau tuan rumah,
majelis (Wawancara dengan Bapak H. misalnya ketika hendak memulai biasanya
Asrori, MA. kepala Kaum Sapen sekarang). Pak Kaum akan menanyakan kepada
Dengan satu tekad dan tujuan yang sama jamaah dan tuan rumah apakah tahlilan
semua warga berkumpul untuk bersama- sudah bisa dimulai atau masih menunggu
sama mendoakan si almarhum agar bisa beberapa jamaah atau tamu undangan
diterima di sisi Allah dengan husnul lainnya. Begitupun juga, sebelum jamaah
khatimah. dibubarkan, biasanya Pak Kaum akan
Demikian juga halnya tahlilan memusyawarahkan kembali apakah masih
mencerminkan asas ke-Bhinneka Tunggal ada yang mau disampaikan oleh tuan
Ika-an dengan menerima dan ikut rumah.
mengundang para mahasiswa pendatang Kelima, nilai Keadilan sosial. Dalam
dari berbagai suku, daerah, dan budaya banyak bidang, mungkin keadilan semakin
yang beragam. Ini selaras pula dengan jarang kita temui. Namun beda halnya
konsep ajaran Islam yang tertuang dalam dengan tradisi tahlilan. Tahlilan memegang
surat Al-Hujurat ayat 13 yang mengatakan tinggi asas keadilan. Hal itu dibuktikan dari
bahwa keberagaman penciptaan manusia penempatan tempat duduk. Bisa dipastikan
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah tidak ada perbedaan tempat duduk yang
untuk saling mengenal. disediakan oleh tuan rumah untuk para
Keempat, nilai Kerakyatan dan undangan yang hadir. Semuanya duduk
Permusyawaratan. Sebagaimana diketahui lesehan di atas tikar atau karpet yang sama.
bersama bahwa tahlilan berlangsung di Tidak memandang di situ ada seorang kiai,
tengah-tengah masyarakat. Dengan pejabat, dosen, polisi, bahkan presiden pun
melibatkan beberapa unsur dari lapisan bila ikut tahlilan akan duduk di bawah
masyarakat yang termasuk di dalamnya bersama dengan warga lainnya.
seorang kepala Kaum yang telah disetujui Ditambah dari segi makanan atau
dan disepakati bersama untuk memimpin suguhan yang dihidangkan. Semua sama
pelaksanaan tahlilan dari awal sampai akhir merata baik dari segi ukuran, jenis makanan,
acara. Nilai sila keempat ini, sebagaimana dan banyaknya. Tidak ada tingkatan
tercermin dalam pelaksanaan tahlilan di makanan untuk undangan kelas ekonomi,
kampung Sapen, dimana setiap anggota kelas eksekutif, atau kelas VVIP. Dalam
yang ikut dalam tahlilan haruslah mengikuti tahlilan khususnya di Sapen semua orang
apa-apa yang dibaca pimpinan tahlil (Pak mendapatkan makanan dan berkat yang
Kaum). Jika pimpinan membaca cepat adil, baik yang warga asli ataupun yang
maka, yang lain harus mengikuti membaca mahasiswa pendatang. Oleh karena itu tidak
cepat bagitu juga sebaliknya, jika lambat ada ceritanya warga protes karena tempat
maka yang lain juga harus ikut lambat. duduknya disendirikan atau makanannya
Tidak patut bila ada warga anggota tahlil dibedakan dengan yang lainnya. Maka
karena ingin selesai dulu dalam bacaannya inilah sebenarnya bentuk pengamalan nilai
lantas ia membaca lebih cepat dari bacaan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu

136 Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila ...


dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat. dukungan serta saran yang konstruktif
dalam menyelesaikan penelitian ini. Tidak
D. Kesimpulan lupa ucapan terimakasih kepada seluruh
Tahlilan di Kampung Sapen telah ada responden yang dengan ramah untuk
sejak tahun 1950-an. Tahlilan bagi meluangkan waktunya dalam memberikan
masyarakat Sapen berfungsi sebagai wadah data interview, khususnya Bapak H. Asrori,
silaturrahmi dan dakwah. Selain MA. (Pemuka agama di Sapen) dan
masyarakat, mahasiswa pendatang juga ikut masyarakat kampung Sapen pada
merasakan manfaat dan keberkahan dari umumnya.[]
tahlilan. Disamping mereka dapat mengenal
dan berbaur dengan masyarakat asli Sapen,
Daftar Pustaka
mereka juga terlibat dalam melestarikan
tradisi tahlilan serta merasakan harmoni Bakry, N. M. (1997). Orientasi Filsafat
kehidupan masyarakat Sapen melalui tradisi Pancasila. Liberty Yogyakarta.
tahlilan.
Selain itu, melalui penelitian ini Faizah, K. (2018). Kearifan Lokal Tahlilan-
terhadap fenomena tradisi tahlilan di Yasinan Dalam Dua Perspektif
kampung Sapen membantah anggapan Menurut Muhammadiyah. Aklam:
yang mengatakan bahwa warga Journal of Islam and Plurality, 3(2), 213–
Muhammadiyah tidak melaksanakan 227.
tahlilan. Hal ini sebagaimana telah Geertz, C. (2013). Agama Jawa: Abangan,
direpresentasikan oleh warga santri, priyayi dalam kebudayaan Jawa.
Muhammadiyah di kampung Sapen yang Komunitas Bambu.
tetap konsisten dalam melestarikan tradisi
tahlilan. Greetz. (1993). Kebudayaan dan Agama (2nd
Adapun nilai-nilai Pancasila yang ed.). Kanisius.
terdapat dalam tradisi tahlilan di kampung Hadi, H. (1994). Hakekat & Muatan Filsafat
Sapen yang selama ini diimplementasikan Pancasila, Kanisius. Kanisius.
masyarakat setempat di antaranya ialah; 1)
kesadaran teologi akan adanya Tuhan yang Humaidi, Wahid, Wardani, D. J., Rohman,
Maha Menciptakan dan Mematikan S., Husni, M., A’Yunnisa, Q., Meilynda,
manusia dan seluruh makhluk- R., Lailatussiam, S., Islaha, Z., & Anam,
makhluknya, ini adalah pengamalan dari A. G. (2021). Tradisi Tahlilan: Potret
nilai ketuhanan; 2) adanya simpati pada Akulturasi Agama, Budaya Khas Islam
keluarga yang berduka, dan doa bersama Nusantara dan Tradisi NU. An
untuk meminta kebaikan untuk sang Nahdhoh Jurnal Kajian Islam Aswaja,
almarhum, adalah pengamalan sila kedua; 1(1), 89–99.
3) berkumpulnya semua lapisan masyarakat Kaelan. (1996). Pendidikan Pancasila Yuridis
dalam suatu majlis menunjukkan sikap Kenegaraan. Paradigma.
persaudaraan dan persatuan yang kokoh; 4)
Khalil, A. (2008). Islam Jawa, Sufisme dalam
kepatuhan dan ketundukan pada sang
Etika dan Tradisi Jawa. (U.-M. Press
pemimpin tahlil merupakan pengamalan
(ed.)).
dari sila keempat; 5) persamaan tempat
duduk, makanan dan tugas menunjukkan Lufaefi. (2018). Reaktualisasi Dakwah
keadilan yang nyata di tengah-tengah Walisongo: Gerak Dakwah KH. Aqil
masyarakat. Siraj dalam Menebar Islam Rahmatan
Lil Alamin. Aqlam: Journal of Islam And
Ucapan Terima Kasih Plurality, 3(1), 102–116.
Dengan terbitnya tulisan ini, penulis Moleong, L. J. (2015). Metodologi Penelitian
mengucapkan terimakasih kepada beberapa Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.
pihak yang ikut serta memberikan

Dialog Vol. 44, No.2, Desember 2021 137


Nasir, R. (2018). Tradisi Tahlilan dalam Sugara, R. (2017). Reinterpretasi Konsep
Kehidupan Masyarakat Kelurahan Bid’ah dan Fleksibilitas Hukum Islam
MonongkokiKecamatan Polongbangkeng Menurut Hasyim Asy’ari. Asy-Syari’ah,
Utara Kabupaten Takalar: Tinjauan 19(1), 37–48.
Pendidikan Islam. Universitas Supriadi, Zakso, A., & Mirzachaerulsyah, E.
Muhammadiyah Makassar. (2021). Tradisi Religi dalam Ritual
Poespowardojo, S. (1989). Filsafat Pancasila. Yasinan-Tahlilan sebagai Upaya
PT Gramedia Pustaka Utama. Pelestarian Kearifan Lokal Masyarakat
Rhodin, R. (2013). Tradisi Tahlilan Dan Sukamulia Kota Pontianak. Jurnal
Yasinan. IBDA: Jurnal Kajian Islam Dan Pendidikan Dan Pembelajaran
Budaya, 11(1), 76–87. Khatulistiwa, 10(6), 1–9.

Riskasari, A. (2018). Pengaru Persepsi Tradisi Udin, M. D. (2015). Analisis Perilaku Sosial
Tahlilan di Kalangan Masyarakat Masyarakat Dusun Plosorejo Desa
Muhammadiyah Terhadap Relasi Kemaduh Kab. Nganjuk dalam Tradisi
Sosial di Desa Gulurejo Lendah Kulon Tahlilan. Tribakti: Jurnal Pemikiran
Progo Yogyakarta. Panangkaran, 2(2), Keislaman, 26(2).
189–205. Verliyanti, V. (2019). Makna Gebing Pada
Rohman, N. F. (2019). Pembacaan Surat Yasin Tradisi Tahlilan Masyarakat Jawa di Desa
dalam Tradisi Tahlilan: Kajian Living Singkawang Kecamatan Muara Bulian
Qur’an di Desa Palem Kecamatan Kabupaten Batanghari. UIN Sultan
Campurdarat. UIN Sultan Thaha Thaha Saifuddin.
Saifuddin.
Subroto, E. D. (1992). Pengantar Metode
Penelitian Linguistik Struktural. Sebelas
Maret University Press.

138 Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila ...

Anda mungkin juga menyukai