Anda di halaman 1dari 10

“PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH SEBAGAI IDENTITAS,

KEPRIBADIAN, PANDANGAN HIDUP, JIWA BANGSA, DAN


PERJANJIAN LUHUR”

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

DOSEN PENGAMPU:
Rita Ahma Julda, M.Pd

OLEH:
1. Filya Hasdi (22004066)
2. Silvia Febriani (22004043)
3. Alda Amelia Putri (22004051)
4. Azahwa Ramadhani (22004057)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pancasila Dalam
Kajian Sejarah Sebagai Identitas, Kepribadian, Pandangan Hidup, Jiwa Bangsa dan Perjanjian
Luhur” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka
menyelesaikan tugas kelompok dari ibu Rita Ahma Julda, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Pancasila. Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan, dan
masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada
pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi bahasa, susunan kalimat maupun isi.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi
perbaikan dalam penyusunan makalah kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pihak lain yang membacanya.

Padang, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila selain sebagai dasar Negara, juga merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila adalah jiwa dari seluruh bangsa
Indonesia yang mampu memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pancasila yang diterima dan ditetapkan
sabagai dasar Negara seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa. Pembelajaran pancasila menjadi sangat penting,
karena mengingat pancasila merupakan jiwa dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini
mengandung makna bahwa di dalam pancasila mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang
luhur dan sarat dengan ajaran moralitas. Pembangunan jati diri bangsa sejak awal
merupakan bagian penting dari perjuangan bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat
adil dan makmur, sebuah bangsa memiliki ciri khas, watak, karakter, dan kepribadiannya
sendiri. Dalam makalah ini akan dijelaskan secara rinci pancasila sebagai identitas bangsa,
kepribadian, pandangan hidup, jiwa bangsa dan perjanjian luhur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa alasan diperlukannya pancasila dalam kajian sejarah?
2. Bagaimana membangun argument tentang dinamika dan tantangan pancasila?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui alasan diperlukannya pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia
2. Untuk mengetahui argument tentang dinamika dan tantangan pancasila dalam kajian
sejarah bangsa Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila dalam Kajian Sejarah


1. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai identitas bangsa merupakan ciri khas yang hanya dimiliki oleh
bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa lain, oleh karena itu pancasila
dan nilai-nilai nya harus dilestarikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap bangsa mana pun di dunia ini pasti memiliki
identitas yang sesuai dengan latar belakang budaya masing-masing. Budaya merupakan
proses cipta, rasa, dan karsa yang perlu dikelola dan dikembangkan secara terus-menerus.
Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan
akulturasi. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia merupakan konsekuensi dari
proses inkulturasi dan akulturasi tersebut. Kebudayaan itu sendiri mengandung banyak
pengertian dan definisi. Salah satu defisini kebudayaan adalah sebagai berikut: ”suatu
desain untuk hidup yang merupakan suatu perencanaan dan sesuai dengan perencanaan
itu masyarakat mengadaptasikan dirinya pada lingkungan fisik, sosial, dan gagasan”
(Sastrapratedja, 1991: 144). Apabila definisi kebudayaan ini ditarik ke dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, maka negara Indonesia memerlukan suatu rancangan masa
depan bagi bangsa agar masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan
lingkungan baru, yakni kehidupan berbangsa yang mengatasi kepentingan individu atau
kelompok.
Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses perpaduan
berbagai elemen budaya dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadikan masyarakat
berkembang secara dinamis. (J.W.M. Bakker, 1984: 22) menyebutkan adanya beberapa
saluran inkulturasi, yang meliputi: jaringan pendidikan, kontrol, dan bimbingan keluarga,
struktur kepribadian dasar, dan self expression. Kebudayaan bangsa Indonesia juga
merupakan hasil akulturasi sebagaimana yang ditengarai Eka Dharmaputera dalam
bukunya Pancasila: Identitas dan Modernitas. Haviland menegaskan bahwa akulturasi
adalah perubahan besar yang terjadi sebagai akibat dari kontak antarkebudayaan yang
berlangsung lama. Hal-hal yang terjadi dalam akulturasi meliputi:
a. Substitusi; penggantian unsur atau kompleks yang ada oleh yang lain yang
mengambil alih fungsinya dengan perubahan structural yang minimal;
b. Sinkretisme; percampuran unsur-unsur lama untuk membentuk sistem baru;
c. Adisi; tambahan unsur atau kompleks-kompleks baru;
d. Orijinasi; tumbuhnya unsur-unsur baru untuk memenuhi kebutuhan situasi yang
berubah;
e. Rejeksi; perubahan yang berlangsung cepat dapat membuat sejumlah besar orang
tidak dapat menerimanya sehingga menyebabkan penolakan total atau timbulnya
pemberontakan atau gerakan kebangkitan (Haviland, 1985: 263).
Pemaparan tentang Pancasila sebagai identitas bangsa atau juga disebut sebagai jati
diri bangsa Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai literatur, baik dalam bentuk
bahasan sejarah bangsa Indonesia maupun dalam bentuk bahasan tentang pemerintahan di
Indonesia.
2. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap mental, tingkah laku dan perbuatan
bangsa Indonesia mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain.
Kepribadian itu mengacu pada sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang
benar-benar sama. Setiap pribadi mencerminkan keadaan atau halnya sendiri, demikian
pula halnya dengan ideologi bangsa (Bakry, 1994: 157). Meskipun nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan juga terdapat dalam ideologi bangsa-
bangsa lain, tetapi bagi bangsa Indonesia kelima sila tersebut mencerminkan kepribadian
bangsa karena diangkat dari nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia sendiri dan
dilaksanakan secara simultan. Di samping itu, proses akulturasi dan inkulturasi ikut
memengaruhi kepribadian bangsa Indonesia dengan berbagai variasi yang sangat
beragam. Kendatipun demikian, kepribadian bangsa Indonesia sendiri sudah terbentuk
sejak lama sehingga sejarah mencatat kejayaan di zaman Majapahit, Sriwijaya, Mataram,
dan lain-lain yang memperlihatkan keunggulan peradaban di masa itu. Nilai-nilai
spiritual, sistem perekonomian, politik, budaya merupakan contoh keunggulan yang
berakar dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri.
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesi
Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya,
keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam kehidupan nyata (Bakry, 1994: 158). Pancasila sebagai
pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat dan
dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika Pancasila berfungsi sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila dimanifestasi ke dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa
Sebagaimana dikatakan von Savigny bahwa setiap bangsa mempunyai jiwanya masing-
masing, yang dinamakan volkgeist (jiwa rakyat atau jiwa bangsa). Pancasila sebagai jiwa
bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah ada sejak
dahulu kala bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia (Bakry, 1994: 157).
5. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian
bangsa disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) sebagai dasar negara
Indonesia (Bakry, 1994: 161). Kesepakatan para pendiri negara tentang Pancasila
sebagai dasar negara merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu
merupakan sesuatu yang tepat.
B. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
1. Argumen tentang Dinamika Pancasila dalam Sejarah Bangsa
Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.
Sebagaimana diketahui bahwa Soekarno adalah termasuk seorang perumus bahkan
penggali dan pemberi nama dasar negara. Dalam perjalanan pemerintahannya, ideologi
Pancasila mengalami pasang surut karena dicampur dengan ideology komunisme dalam
konsep Nasakom. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden
Soeharto diletakan pada kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR No. II/1978
tentang permasyarakatan P-4. Pada masa Soeharto Pancasila menjadi asas tunggal bagi
semua organisasi politik ( Orpol ) dan organisasi masyarakat ( Ormas ).
Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan,
tetapi merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang
dinyatakan dalam seloka " Bhinneka Tunggal Ika ". Maka Pancasila merupakan
intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalam masyarakat Indonesia
dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan.
2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-
nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu
contohnya, pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP
No.III/MPRS/1960 Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup.
Hal tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa, ”Presiden dan wakil presiden memangku jabatan selama lima (5) tahun,
sesudahnya dapat dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa pengangkatan presiden
seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas waktu lima tahun.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Bakry, Noor Ms. 2010. Pendidikan Pancasila. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2013.


Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Sastrapratedja, M. 2001. Pancasila Sebagai Visi dan Referensi Kritik Sosial. Yogyakarta:
Penerbitan Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai