Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“PANCASILA DALAM KONTEKS PERJUANGAN”

Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila


Dosen Pembimbing : Dra.Kurnia Isnuwardiati . M.M.

Di buat oleh :

Kelompok 02

1. Naufal Afillah M. (23022000051)

2. Niken Anggi Aprelia (23022000062)

3. Rafly Ardiansyah (23022000067)

4. Nadya Trihapsari (23022000074)

5. Dahayu Apsarini (23022000087)

6. Abigail Ester (230220000081)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMENT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG 2023


KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat-Nya, makalah ini dapat diwujudkan sebagaimana adanya. Makalah
yang berjudul “Pancasila dalam Konteks Perjuangan” ini, mengungkapkan eksistensi Pancasila ke
dalam empat masa perjuangan bangsa Indonesia, yang meliputi (1) masa kerajaan, (2) masa
penjajahan, (3) masa kebangkitan nasional, dan (4) masa pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Setiap masa perjuangan tersebut, terbagi lagi menjadi beberapa bagian, sehingga eksistensi Pancasila
dari masa ke masa atau dari zaman ke zaman dapat dipahami secara lebih jelas. Pada kesempatan
yang sangat baik ini, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan, atas terwujudnya makalah ini. Kritik yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang, akan penulis terima dengan senang
hati. Sebab, dalam makalah ini masih banyak kelemahan yang tertinggal. Walaupun demikian, penulis
berharap semoga makalah ini dapat juga memberikan manfaat dalam memperluas khasanah ilmu
pengetahuan.

Malang, 3 Oktober 2023


DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar negara indonsia yang menggambarkan falsafah, ideology, dan cita-cita
bangsa Indonesia. Pancasila telah menjadi landasan perjuangan bagi bangsa Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan, serta sebagai pedoman dalam membangun negara yang adil dan makmur.
Dalam konteks perjuangan, Pancasila memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing
perjalanan perjuangan bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia yang kita ketahui pancasila dapat dinyatakan sebagai kausa materialis karena
nilainilai essensial yang terkandung di dalam Pancasila ada lima yaitu: Ketuhananan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan keadilan sosial secara objektif pula itu sudah dimiliki oleh Bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara.
Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara untuk
dijadikan sebagai dasar filsafat negara Indonesia. karena pancasila merupakan suatu hal yang sangat
penting, maka pemahaman Pancasila harus dilakukan secara utuh dan ada kaitannya dengan jati diri
Bangsa Indonesia. Di sisi lain, menurut sejarah bangsa Indonesia pada saat itu sudah medirikan dua
kerajaan yaitu kerajaan sriwijaya di sumatera selatan dan kerajaan majapahit di jawa timur. Dua
kerajaan ini di bangun dalam dua zaman yang di mana Era tersebut memiliki arti penting dalam
sejarah bangsa Indonesia karena memenuhi syarat berdirinya suatu bangsa yang bernegara. Dan
sudah mengalami kehidupan masyarakat yang sejahtera serta memiliki wilayah yang meliputi seluruh
nusantara.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam bab ini, akan dibahas tentang konsep Pancasila dalam konteks perjuangan. Beberapa
pertanyaan yang akan dijawab dalam antara lain:

• Bagaimana peran Pancasila dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia?


• Bagaimana penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia?
• Apa saja tantangan dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks perjuangan bangsa
Indonesia?
• Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan dalam penerapan nilai-nilai
Pancasila dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia?

1.3 Tujuan
Pancasila telah menjadi landasan perjuangan bagi bangsa Indonesia dalam mencapai
kemerdekaan, oleh karena itu penulis mengharapkan dengan di tulisnya makalah ini :

1. Pembaca dapat mengetahui bagaimana peran pancasila dalam konteks perjuangan bangsa
Indonesia.

2. Pembaca dapat mengerti tentang penerapan nilai nilai pancasila dalam konteks perjuangan
bangsa indonesia, seperti semangat persatuan dan kesatuan, sikap rela berkorban, dan pantang
menyerah.
3. Pembaca dapat mengetahui apa saja tantangan dalam penerapan nilai nilai pancasila dalam
konteks perjuangan bangsa indonesia.

4. Pembaca dapat mengerti apa saja upaya yang dapat di lakukan untuk mengatasi tantangan
dalam penerapan nilai-nilai Pancasila dalam konteks perjuangan bangsa Indonesia.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Nilai Nilai Pancasila

Soekarno, sebagai salah satu tokoh pada kelahiran Pancasila 1 Juni 1945, menyatakan
bahwa dirinya bukan “pencipta”, tetapi “penggali”. Pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa nilai yang terkandung dalam pancasila sebenernya telah hidup di masyarakat
Indonesia sendiri. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sangatlah beragam,
sesuai sila-sila yang ada sebagai berikut

1. Ketuhanan

Berbagai kepercayaan kepada tuhan atau sang pencipta yang dikembangkan


bangsabangsa lain memberikan warna baru untuk kehidupan masyarakat Indonesia.
Hindu, Budha, Islam, Kristen, dan Katelin hadir menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Indonesia. Persahabatan dengan berbagai kepercayaan bangsa lain itu
mengakibatkan keberagaman. Indonesia harus menjadi negara yang melindungi
semua kepercayaan terhadap tuhan atau sang pencipta masyarakat secara adil.
Pandangan itu menjadi dasar bagi Soekarno untuk memunculkan sila “Ketuhanan
yang maha esa”. Dengan sila itu, beliau menghendaki negara tidak mencampuri
urusan ajaran kebertuhanan masing-masing aliran dan agama. Negara hanya
mengharuskan perilaku penganut atau umat dari aliran dan agama yang ada untuk
menjunjung tinggi keadaban.

2. Kemanusiaan

Ungkapan seperti 'turut berbela sungkawa' menunjukkan bahwa orang Indonesia tidak
hanya menyaksikan peristiwa yang dialami oleh orang lain, baik kedukaan maupun
kegembiraan. Akan tetapi, secara turun temurun diajarkan untuk berusaha memahami
perasaan orang lain melalui penempatan seandainya peristiwa itu dialami sendiri.
Sikap dan perilaku seperti itu dikenal sebagai empati. Sikap empati yang berkembang
dalam masyarakat Indonesia didasarkan pada pandangan bahwa orang lain adalah
saudara, sehingga diperlakukan dengan penuh kehangatan kasih sayang.
Menempatkan orang lain sebagai saudara melahirkan sikap untuk selalu melindungi
dan menghormati. Di pihak lain, pandangan itu mendorong terjadinya kerjasama
dengan orang lain, baik antar suku maupun dengan bangsa lain. Dalam sejarah
pelayaran sama sekali tidak pernah terdengar berita maupun catatan bangsa lain yang
mengungkapkan bahwa bangsa kita membuat masalah di negeri orang. Sebaliknya,
mereka mencatat bangsa kita sebagai bangsa yang berbudi tinggi.
3. Persatuan

Masyarakat Indonesia, merupakan masyarakat komunal, yaitu menempatkan


kepentingan bersama sebagai yang tertinggi. Seperti terdapat pada ungkapan “makan
tidak makan asal kumpul” menunjukkan dengan jelas bahwa nilai kekeluargaan atau
kebersamaan (kumpul) didudukkan lebih tinggi daripada nilai ekonomi (makan).

Nilai kekeluargaan ditinggikan di semua suku di Indonesia. Di berbagai suku,


tingginya kekerabatan diwujudkan dalam bentuk marga dengan mengatur tata
tanggungjawab setiap individu terhadap saudara semarga. Kuatnya persatuan
menjadikan seakan-akan tidak ada lagi kepentingan individu, karena semua
kepentingannya ditempatkan sebagai kepentingan marga. Soekarno memandang
bahwa nilai kekerabatan yang berkembang di Indonesia sangat baik dan secara turun
temurun telah menjadi identitas sosial. Meski demikian, ada yang perlu ditambahkan
untuk menjadi sempurna, yaitu kekeluargaan yang tidak terbatas pada tingkat
kesukuan (etnosentrisme) maupun kedaerahan (regionalisme). Nilai kekeluargaan itu
harus dikembangkan lintas etnis dan daerah, yaitu ke tingkat bangsa. Soekarno
menyatakan “Kebangsaan Indonesia yang bulat! Bukan kebangsaan Jawa, bukan
kebangsaan Sumatera, bukan kebangsaan Borneo, Sulawesi, Bali, atau lain-lain,
tetapi kebangsaan Indonesia, yang bersama-sama menjadi dasar satu nationale staat”.

4. Kerakyatan

Sila kerakyatan, asli yang disusun oleh Soekarno adalah musyawarah/demokrasi.


Dengan berlandas pada formulasi asli, terlihat bahwa beliau hendak menhubungkan
antara musyawarah yang telah turun temurun dalam masyarakat Indonesia dengan
konsep demokrasi yang berasal dari Barat. Jiwa permusyawarahan adalah mencari
keputusan terbaik bagi semua pihak yang terkait.

5. Keadilan Sosial

Prinsip bahwa pemerintah harus melindungi warganya telah mengakar dalam


kehidupan masyarakat Indonesia. Hal tersebut sesuai pada ungkapan dunia
pedalangan akan adanya “negeri ingkang apanjang-apunjung, pasir wukir loh jinawi,
gemah ripah, karta tur raharja” (negara yang tersohor karena kewibawaannya yang
besar, luas wilayahnya ditandai oleh pegunungan sebagai latar belakangnya, sedang
di depannya terdapat sawah yang sangat luas, sungai yang selalu mengalir, dan
pantainya terdapat pelabuhan yang besar) menunjukkan secara etis pemerintah
bertanggungjawab untuk mewujudkan. Indonesia adalah negara yang penuh
keberagaman. Pertanyaannya adalah bagaimana menciptakan “keadilan sosial bagi
seluruh masyarakat Indonesia” dalam masyarakat yang penuh keberagaman. Keadilan
hanya dapat terwujud apabila kita semua bersedia mengakui keberagaman dan
menjaga agar setiap suku, kepercayaan, tradisi dan kebudayaan dapat
mengembangkan dirinya. Sikap bersedia mengakui dan menjaga keberagaman itulah
yang disebut Pluralisme. Sikap itu telah lama ada di Indonesia dan sampai sekarang
masih sangat diperlukan, seperti yang tercantum dalam semboyan negara kita, yaitu
bhineka tunggal ika.

2.2. Perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan

A. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim dan perdagangan yang


berpusat di pulau Sumatera, Indonesia. Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad
ke-7 dan mencapai puncak kejayaannya masa Raja Balaputradewa pada abad ke-8
hingga awal abad ke-12. Sriwijaya terkenal sebagai pusat perdagangan
rempahrempah, emas, dan logam mulia.

Kerajaan Sriwijaya memainkan peran penting dalam perdagangan laut di wilayah


Asia Tenggara. Mereka memiliki armada laut yang kuat dan mengendalikan jalurjalur
perdagangan strategis di Selat Malaka. Selain itu, Sriwijaya juga menjadi pusat
agama Buddha di wilayah tersebut, menarik banyak pedagang dan pelancong Buddha
dari berbagai belahan dunia.

Sriwijaya juga terkenal karena keberhasilannya dalam menggabungkan pengaruh


budaya India dengan tradisi lokal, menciptakan suatu kebudayaan yang kaya dan
unik. Namun, pada abad ke-11, Sriwijaya mengalami kemunduran karena serangan
dari kerajaan-kerajaan tetangga, terutama kerajaan Chola dari India. Pada akhirnya,
kerajaan ini runtuh, tetapi warisan budaya dan sejarahnya tetap hidup dalam sejarah
Indonesia.

B. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berdiri di pulau


Jawa, Indonesia, pada abad ke-13 hingga ke-16 Masehi. Kerajaan Majapahit didirikan
oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 Masehi. Kerajaan ini merupakan salah satu
kerajaan terbesar dan paling kuat di Nusantara pada zamannya. Majapahit mencapai
puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih
Gajah Mada.

Majapahit dikenal karena sistem pemerintahannya yang efisien, seni dan


kebudayaannya yang berkembang pesat, serta kemampuannya menjalin hubungan
perdagangan dengan negara-negara tetangga. Pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk, kerajaan Majapahit mencapai wilayahnya yang terluas, mencakup sebagian
besar wilayah Indonesia modern, Malaysia, Singapura, Filipina, dan wilayah-wilayah
lain di Asia Tenggara.
Kerajaan Majapahit juga dikenal melalui naskah kuno "Negarakertagama", yang
ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 Masehi. Naskah ini memberikan
gambaran tentang struktur sosial, politik, dan budaya Majapahit pada masa itu.

Namun, pada abad ke-16, Majapahit mulai mengalami kemunduran karena


serangan dari luar dan perselisihan internal. Akhirnya, kerajaan ini runtuh, dan
beberapa anggota keluarga kerajaan melarikan diri ke Bali, yang kemudian menjadi
pusat kebudayaan Majapahit yang masih ada hingga saat ini.

C. Masa Kerajaan Islam

Di Indonesia, sejumlah kerajaan Islam telah muncul sejak abad ke-13 hingga abad
ke-16. Ini adalah contoh-contoh kerajaan Islam di Indonesia

1. *Samudera Pasai (abad ke-13 hingga ke-16):*

Samudera Pasai, terletak di Aceh Utara, Sumatera, adalah salah satu kerajaan Islam
tertua di Indonesia. Mereka merupakan pusat perdagangan rempah-rempah dan
menjadi pusat agama Islam di wilayah tersebut. Samudera Pasai berinteraksi dengan
pedagang dan pelaut dari Timur Tengah dan Asia Selatan.

2. *Majapahit Islam (abad ke-13 hingga ke-16):*

Majapahit, kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Indonesia, memiliki pengaruh yang


kuat di Pulau Jawa. Namun, pada abad ke-15, beberapa wilayah di dalam kerajaan
Majapahit beralih menjadi kerajaan-kerajaan Islam setelah serangan Islam dari
Demak. Salah satu kerajaan Islam yang muncul adalah Demak, yang kemudian
menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa.

3. *Demak (abad ke-15 hingga ke-16):*

Demak, yang terletak di Jawa Tengah, adalah kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Pada tahun 1478, Raden Patah, seorang penguasa lokal, memeluk Islam dan
mendirikan kerajaan Demak. Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa
dan memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara.

4. *Aceh (abad ke-16 hingga ke-20):*

Kerajaan Aceh, yang terletak di utara Sumatera, menjadi pusat Islam yang kuat di
Indonesia. Aceh dikenal karena peranannya dalam perdagangan rempah-rempah dan
menjadi pusat pelabuhan yang penting. Aceh juga memiliki tradisi keilmuan dan seni
yang kaya.
5. Mataram (abad ke-16 hingga ke-18):

Kerajaan Mataram, yang terletak di Jawa Tengah dan Yogyakarta modern, adalah
kerajaan Islam terbesar di Pulau Jawa pada abad ke-17. Salah satu raja terkenal dari
Mataram adalah Sultan Agung, yang memperluas wilayah kerajaan dan membangun
struktur pemerintahan yang kuat.

6. *Banten (abad ke-16 hingga ke-19):*

Banten, yang terletak di barat Pulau Jawa, adalah kerajaan Islam yang penting pada
masa itu. Mereka memiliki hubungan perdagangan dengan Belanda dan membentuk
aliansi dengan VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie), perusahaan Hindia
Belanda.

Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap


perkembangan agama Islam, perdagangan, seni, budaya, dan ilmu pengetahuan di
Nusantara. Peninggalan sejarah dan budaya mereka masih terlihat hingga saat ini
dalam berbagai bentuk seni, arsitektur, dan tradisi lokal.

D kedatangan Bangsa Eropa

Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia pada awalnya bertujuan untuk berdagang


rempah-rempah. Pada abad ke-16, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque berhasil menguasai Malaka, yang merupakan pusat perdagangan
rempah-rempah di Nusantara. Kedatangan Portugis ini diikuti oleh bangsa Spanyol,
Belanda, dan Inggris

Awalnya, bangsa Eropa diterima dengan baik oleh penduduk Indonesia. Namun,
lama-kelamaan bangsa Eropa mulai menunjukkan sikap yang sewenang-wenang.
Mereka mulai memaksa penduduk Indonesia untuk menjual rempah-rempah dengan
harga murah dan memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Pada abad ke-17, Belanda berhasil mengalahkan Portugis dan Spanyol di Indonesia.
Belanda kemudian mendirikan Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) untuk
mengelola perdagangan dan pemerintahan di Indonesia. VOC menerapkan sistem
monopoli perdagangan yang sangat merugikan penduduk Indonesia.

Penjajahan Belanda di Indonesia berlangsung selama 350 tahun dan membawa


penderitaan bagi rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia dipaksa bekerja rodi, dikenai
pajak yang tinggi, dan diperlakukan secara diskriminatif.
E. Masa Pergerakan nasional Awal

Gerakan nasional Indonesia dimulai dengan berbagai peristiwa penting pada awal
abad ke-20. Pada tahun 1908, sebuah organisasi pemuda bernama "Budi Utomo"
didirikan di Yogyakarta oleh sekelompok intelektual Indonesia yang dipimpin oleh
Dr. Wahidin Sudirohusodo. Organisasi ini bertujuan untuk memajukan pendidikan
dan kebudayaan masyarakat Indonesia.

Pada tahun 1908, di Indonesia terjadi peristiwa penting yang dikenal dengan nama
"Sumpah Pemuda". Pada tanggal 28 Oktober 1908, pemuda-pemuda dari berbagai
etnis dan latar belakang sosial budaya di Indonesia bersatu dalam suatu kongres di
Jakarta. Mereka bersama-sama mengucapkan Sumpah Pemuda, yang memuat tekad
untuk bersatu dalam satu bangsa, satu bahasa (Bahasa Indonesia), dan satu tanah air,
Indonesia. Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah yang penting dalam pergerakan
nasional Indonesia menuju kemerdekaan dari penjajahan kolonial. Sumpah Pemuda
menggambarkan semangat persatuan dan nasionalisme yang menjadi landasan bagi
perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 1928, Kongres Pemuda II di Jakarta diadakan oleh pemuda-pemuda


Indonesia, di mana diputuskan Sumpah Pemuda. Sumpah ini menekankan persatuan
Indonesia dalam satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air. Pada tahun 1920-an dan
1930-an, gerakan nasionalis semakin berkembang, dengan berbagai organisasi seperti
Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Soekarno.

Perjuangan melawan penjajahan kolonial Belanda semakin intensif pada tahun


1940an. Pada tahun 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus. Namun, Belanda tidak mengakui kemerdekaan tersebut, yang
menyebabkan Perang Kemerdekaan Indonesia yang berlangsung hingga tahun 1949
ketika Belanda akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia. Itulah titik awal pergerakan
nasional Indonesia yang mencapai puncaknya dengan kemerdekaan pada tahun 1945.

F. Era Perang Dunia I (1914-1918):

- *Perlawanan di Masa Perang:* Indonesia dimanfaatkan oleh Belanda untuk


mendukung perang. Namun, hal ini juga memunculkan ketidakpuasan dan penolakan
di kalangan pekerja dan petani.

G. Era Persiapan Kemerdekaan (1920-1942):

- *Sarekat Islam (1912-1920an):* Sarekat Islam, organisasi massa terbesar di


masa itu, muncul dan melibatkan banyak anggota dari berbagai lapisan masyarakat.
Namun, Sarekat Islam kemudian mengalami polarisasi dan pecah menjadi
kelompokkelompok yang lebih radikal.

- *Partai Komunis Indonesia (1920):* PKI didirikan sebagai organisasi


komunis di Indonesia, memperkenalkan ideologi sosialisme dan komunisme ke dalam
pergerakan nasional

- *Muhammadiyah (1912) dan NU (1926):* Organisasi Islam Muhammadiyah


dan Nahdlatul Ulama (NU) dibentuk, masing-masing mewakili modernisme Islam
dan tradisionalisme Islam. Kedua organisasi ini memberi kontribusi besar terhadap
pengembangan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

- *Pergerakan Kebangsaan Indonesia (1927-1942):* Pada tahun 1927,


Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan. Partai-partai nasionalis seperti Partai
Nasional Indonesia (PNI) didirikan. Para pemimpin nasionalis seperti Sukarno, Hatta,
dan Sutan Sjahrir mulai aktif dalam politik.

H. Pendudukan Jepang (1942-1945):

- *Kontrol Jepang:* Selama pendudukan Jepang, kegiatan politik diawasi ketat,


tetapi pada saat yang sama, para pemimpin nasionalis juga memiliki kesempatan
untuk merencanakan kemerdekaan bersama dengan bantuan Jepang.

- *Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945):* Setelah Jepang menyerah


kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, pemimpin nasionalis Indonesia, termasuk
Sukarno dan Hatta, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus
1945.

Perjuangan ini mencapai puncaknya ketika Indonesia memproklamasikan


kemerdekaannya pada tahun 1945. Meskipun akhirnya diakui oleh Belanda pada
tahun 1949 setelah beberapa perang dan perundingan, tanggal 17 Agustus 1945,
ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya, diperingati sebagai Hari
Kemerdekaan nasional Indonesia.

2.3.Proses proklamasi kemerdekaan

Setelah ratusan tahun Indonesia dijajah bangsa asing, pada 17 Agustus 1945 bangsa
Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya yang di pimpin oleh Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
Pada tanggal 6 Agustus 1945, terjadi tragedi pengeboman di kota Nagasaki oleh
Sekutu. Pada masa itu Indonesia sedang dalam masa penjajahan bangsa Jepang.
Karena tragedi tersebut Jepang mulai lengah dan terguncang.

Pada tanggal 7 Agustus 1945, pemerintah Jepang membentuk PPKI (Panitia


Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Langkah ini di
lakukan Jepang untuk menepati janjinya kepada masyarakat Indonesia dan Soekarno
untuk memberikan kemerdekaan bagi Indonesia.

Namun, dua hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945 terjadi pengemboman lagi
di kota Hiroshima oleh tentara Sekutu. Tentu kejadian ini melemahkan Jepang,
sehingga Jepang memutuskan untuk lebih fokus pada tragedi ini.

Kemudian pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang mengumumkan menyerah tanpa


syarat kepada Sekutu. Berita ini di sampaikan langsung oleh Kaisar Hirohito melalui
radio nasional, yang menandakan berakhirnya perang dunia II di Asia, yang semakin
menhantarkan Indonesia kepada Kemerdekaan.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, kelompok pemuda melakukan penculikan terhadap


Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah untuk melindungi mereka
dari pengaruh Jepang dan memastikan keselamatan para pemimpin proklamator.

Di Rengasdengklok Soekarno dan Hatta di desak untuk segera memproklamasikan


kemerdekaan Indonesia. Pada awalnya Soekarno menolak, karena berfikiran untuk
tetap menunggu Kemerdekaan Indonesia yang telah di janjikan oleh Jepang. Namun,
para pemuda tersebut menyatakan bahwa saat ini Jepang telah kalah. Di kesempatan
ini, Indonesia dapat memproklamirkan kemerdekaannya sendiri. Dengan demikian
menutup kemungkinan untuk Indonesia dapat dijajah lagi.

Setelah melewati perdebatan panjang, Ir. Soekarno pun menyetujui rencana para
pemuda tersebut dan memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta untuk
Merumuskan teks Proklamasi.

Setelah peristiwa Rengasdengklok, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke
Jakarta untuk bertemu dengan Mayor Jenderal Oosugi Nishimura selaku Kepala
Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Nishimura mengatakan
bahwa Jepang harus menjaga status quo dan tidak dapat memberikan izin untuk
memberikan kemerdekaan bagi Indonesia seperti yang dijanjikan oleh Marsekal
Terauchi di Dalat. Kemudian, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta menyesali keputusan
tersebut lalu menuju ke rumah Laksamana Maeda untuk melakukan rapat guna
menyiapkan teks Proklamasi.

Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Ir. Soekarno, M. Hatta, Achmad


Soebardjo, dan disaksikan oleh Soekardi, B.M. Diah, Sayuti Melik dan Sudiro. Teks
Proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno. Setelah disepakati, Sayuti Melik mengetik teks
tersebut menggunakan mesin tik milik Mayor Dr. Hermanto Kusumobroto (dari
kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman), dan menyalinnya guna menyebarluaskan
teks proklamasi kemerdekaan keseluruh Indonesia, dibantu oleh koran Soeara Asia
pada tanggal 18 Agustus 1945.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56


atau saat ini Jl. Proklamasi No.1, Proklamasi kemerdekaan Indonesia di
selenggarakan.

Pukul 10, Soekarno membacakan teks Proklamasi dan pidato singkatnya yang
berbunyi:

Mulai saat ini kita menjusun Negara kita ! Negara Merdeka, Negara Republik
Indonesia, merdeka kekal dan abadi. Insja Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan
kita itu.

Kemudian, bendera Merah Putih, yang dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan oleh
seorang prajurit PETA bernama Latief Hendraningrat yang dibantu oleh Soepardjo
dan seorang pemudi yang membawa nampan berisi bendera Merah Putih. Setelah
bendera berkibar, lagu Indonesia Raya dinyanyikan oleh semua hadirin. Bendera
pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Proklamasi Nasional hingga saat
ini. Setelah ratusan tahun Indonesia dijajah bangsa asing, pada 17 Agustus 1945
bangsa Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya yang di pimpin oleh Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta.

Pada tanggal 6 Agustus 1945, terjadi tragedi pengeboman di kota Nagasaki oleh
Sekutu. Pada masa itu Indonesia sedang dalam masa penjajahan bangsa Jepang.
Karena tragedi tersebut Jepang mulai lengah dan terguncang.

Pada tanggal 7 Agustus 1945, pemerintah Jepang membentuk PPKI (Panitia


Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Langkah ini di
lakukan Jepang untuk menepati janjinya kepada masyarakat Indonesia dan Soekarno
untuk memberikan kemerdekaan bagi Indonesia.

Namun, dua hari kemudian, pada tanggal 9 Agustus 1945 terjadi pengemboman lagi
di kota Hiroshima oleh tentara Sekutu. Tentu kejadian ini melemahkan Jepang,
sehingga Jepang memutuskan untuk lebih fokus pada tragedi ini.

Kemudian pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang mengumumkan menyerah tanpa


syarat kepada Sekutu. Berita ini di sampaikan langsung oleh Kaisar Hirohito melalui
radio nasional, yang menandakan berakhirnya perang dunia II di Asia, yang semakin
menhantarkan Indonesia kepada Kemerdekaan.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, kelompok pemuda melakukan penculikan terhadap
Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah untuk melindungi mereka
dari pengaruh Jepang dan memastikan keselamatan para pemimpin proklamator.

Di Rengasdengklok Soekarno dan Hatta di desak untuk segera memproklamasikan


kemerdekaan Indonesia. Pada awalnya Soekarno menolak, karena berfikiran untuk
tetap menunggu Kemerdekaan Indonesia yang telah di janjikan oleh Jepang. Namun,
para pemuda tersebut menyatakan bahwa saat ini Jepang telah kalah. Di kesempatan
ini, Indonesia dapat memproklamirkan kemerdekaannya sendiri. Dengan demikian
menutup kemungkinan untuk Indonesia dapat dijajah lagi.

Setelah melewati perdebatan panjang, Ir. Soekarno pun menyetujui rencana para
pemuda tersebut dan memutuskan untuk segera kembali ke Jakarta untuk
Merumuskan teks Proklamasi

Setelah peristiwa Rengasdengklok, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke
Jakarta untuk bertemu dengan Mayor Jenderal Oosugi Nishimura selaku Kepala
Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang. Nishimura mengatakan
bahwa Jepang harus menjaga status quo dan tidak dapat memberikan izin untuk
memberikan kemerdekaan bagi Indonesia seperti yang dijanjikan oleh Marsekal
Terauchi di Dalat. Kemudian, Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta menyesali keputusan
tersebut lalu menuju ke rumah Laksamana Maeda untuk melakukan rapat guna
menyiapkan teks Proklamasi.

Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Ir. Soekarno, M. Hatta, Achmad


Soebardjo, dan disaksikan oleh Soekardi, B.M. Diah, Sayuti Melik dan Sudiro. Teks
Proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno. Setelah disepakati, Sayuti Melik mengetik teks
tersebut menggunakan mesin tik milik Mayor Dr. Hermanto Kusumobroto (dari
kantor perwakilan Angkatan Laut Jerman), dan menyalinnya guna menyebarluaskan
teks proklamasi kemerdekaan keseluruh Indonesia, dibantu oleh koran Soeara Asia
pada tanggal 18 Agustus 1945.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur 56


atau saat ini Jl. Proklamasi No.1, Proklamasi kemerdekaan Indonesia di
selenggarakan.

2.4. Proses perumusan Pancasila dan UUD 1945

Proses perumusan Pancasila dan UUD 1945 merupakan salah satu peristiwa penting
dalam sejarah bangsa Indonesia. Proses ini dimulai dari sidang BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 29 Mei - 1
Juni 1945, hingga sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
tanggal 18 Agustus - 22 Agustus 1945.
-Proses Perumusan Pancasila

Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945, Bung Karno menyampaikan
gagasan mengenai dasar negara Indonesia yang kemudian dikenal dengan nama
Pancasila. Gagasan tersebut terdiri dari lima sila, yaitu:

•Kebangsaan Indonesia

•Internasionalisme atau perikemanusiaan

•Kesejahteraan sosial

•Ketuhanan Yang Maha Esa

•Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

-Gagasan Bung Karno tersebut kemudian dibahas dan dirumuskan kembali oleh
panitia kecil yang terdiri dari sembilan orang, yaitu:

1.Soekarno

2.Muhammad Hatta

3.Ahmad Subardjo

4.Agus Salim

5.Abikusno Tjokrosujoso

6.Wahid Hasyim

7.Mohammad Yamin

8.Soepomo

9.Ki Bagus Hadikusumo

Pada tanggal 1 Juni 1945, panitia kecil tersebut berhasil merumuskan dasar negara
Indonesia yang terdiri dari lima sila. Rumusan tersebut kemudian disahkan oleh
sidang BPUPKI sebagai dasar negara Indonesia.

-Proses Perumusan UUD 1945

Pada tanggal 18 Agustus - 22 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang untuk


membahas dan menetapkan dasar negara Indonesia serta merumuskan Undang-
Undang Dasar (UUD) Indonesia. Dalam sidang tersebut, PPKI menetapkan Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia.

Selain menetapkan Pancasila sebagai dasar negara, PPKI juga merumuskan UUD
1945. UUD 1945 terdiri dari 37 pasal, yang kemudian diamandemen menjadi 73
pasal pada tahun 2002.

-Prinsip-prinsip Perumusan Pancasila dan UUD 1945

Proses perumusan Pancasila dan UUD 1945 didasarkan pada beberapa prinsip, yaitu:

1.Persatuan dan kesatuan bangsa

2.Kemerdekaan dan kedaulatan rakyat

3.Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

4.Ketuhanan Yang Maha Esa

Prinsip-prinsip tersebut menjadi landasan bagi bangsa Indonesia dalam membangun


negara dan bangsa.

-Makna Perumusan Pancasila dan UUD 1945

Proses perumusan Pancasila dan UUD 1945 memiliki makna yang sangat penting
bagi bangsa Indonesia. Makna tersebut antara lain:

1.Menjadi tonggak sejarah bangsa Indonesia

2.Menjadi dasar dan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam membangun negara dan
bangsa

3.Menjadi simbol persatuan dan kesatuan bangsa

Pancasila dan UUD 1945 merupakan warisan berharga bagi bangsa Indonesia. Kedua
dokumen tersebut harus terus dilestarikan dan diamalkan oleh seluruh rakyat
Indonesia.
BAB 3

PENUTUP

Pancasila merupakan ideologi yang menjadi dasar negara Indonesia. Pancasila telah
menjadi pedoman dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan
dan juga dalam pembangunan bangsa di masa kini.

Dalam konteks perjuangan, Pancasila menjadi dasar bagi para pejuang bangsa untuk
melawan penjajah. Pancasila memberikan semangat dan motivasi bagi para pejuang
untuk terus berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Pancasila juga menjadi dasar bagi
para pejuang untuk menyusun strategi perjuangan yang tepat.

Pancasila juga menjadi dasar bagi pembangunan bangsa di masa kini. Pancasila
memberikan arah dan tujuan bagi pembangunan bangsa. Pancasila juga menjadi
pedoman bagi para pemimpin bangsa untuk mengambil keputusan yang tepat dalam
pembangunan.

Pancasila merupakan ideologi yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Pancasila
harus terus dilestarikan dan diperjuangkan oleh seluruh rakyat Indonesia

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih luas
tentang Pancasila dalam konteks perjuangSssan.

Pancasila merupakan ideologi yang dinamis dan dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman.Pancasila merupakan warisan yang berharga bagi bangsa
Indonesia.

Mari kita bersama-sama menjaga dan melestarikan Pancasila agar bangsa Indonesia
tetap jaya. Pancasila adalah jalan menuju masa depan yang lebih baik bagi bangsa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/jurnaltips/article/view/2657

Anda mungkin juga menyukai