Anda di halaman 1dari 21

ARTIKEL JURNAL

HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA

KELOMPOK 9

1. Nadia Egga Maya Kharisma 22441961


2. Dwi Anggin Pratiwi 22441962

Mata Kuliah :

PANCASILA

Dosen Pengampu :

Dr. Bambang Widiyahseno, M. Si

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
ABSTRAK.................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
LITERATURE REVIEW..............................................................................................................................6
METODE.................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN........................................................................................................................................8
Perumusan Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa..............................................................................8
Pengertian Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa...............................................................................9
Fungsi Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa....................................................................................10
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa........................................................11
Pentingnya Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa.............................................................................12
Penerapan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dalam kehidupan sehari-hari...............................13
KESIMPULAN........................................................................................................................................15

i
ABSTRAK
Pancasila menjadi media pemersatu bangsa hal ini mengartikan Pancasila merupakan
suatu perangkat yang utuh, yang secara langsung merumuskan cita-cita nasional di negara ini,
yaitu merealisasikan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.(Mendrofa, 2021). Sejarah
perumusan Pancasila menjadi azas dasar falsafah negara dan pemersatu bangsa. Amanat
ketiga Pancasila, yaitu sila persatuan Indonesia, menunjukkan jika Pancasila sangat
memusatkan dan mempertahankan nilai penggabungan bangsa atas perbedaan yang dimiliki
bangsa Indonesia, baik itu kemajemukan bahasa (daerah), suku, kelompok kepentingan,
budaya, politik, dan dengan agama. Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa juga untuk memenuhi tugas dari dosen pengampu.
Metode yang digunakan adalah studi literature, yaitu kegiatan mencari, membaca, menelaah
laporan-laporan, dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan dengan
permasalahan yang dibahas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pancasila memiliki
kedudukan tinggi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yaitu sebagai sarana
pemersatu bangsa Indonesia. Sebagai dasar, ideologi, dan falsafah bangsa, Pancasila selalu
diuji ketahanannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang
multikultural seperti Indonesia. Sejak disahkannya sebagai azas dan landasan negara, mulai
dari jaman awal kemerdekaan, jaman Orla, Orba, dan bahkan sampai dewasa ini.

Kata kunci : Pancasila, Pemersatu, Indonesia

ii
PENDAHULUAN

Negara Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan keanekaragamannya,


Indonesia memiliki budaya atau adat istiadat dan bahasa yang beragam dengan 300 suku dari
Sabang sampai Merauke. Keberagaman Indonesia mendorong para leluhur untuk meletakkan
dasar bagi negara kesatuan yang dapat mengikat keragaman ini. Pancasila adalah dasar negara
yang lahir pada rapat BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Pancasila tidak lahir dalam
sekejap, tetapi melalui proses yang agak panjang. Pancasila memiliki misi dan struktur bagi
negara Indonesia, yaitu Pancasila sebagai perjanjian mulia, Pancasila sebagai dasar negara,
Pancasila sebagai ideologi nasional, Pancasila sebagai gaya hidup, Pancasila sebagai
kepribadian bangsa, Pancasila sebagai pemersatu bangsa, dan Pancasila sebagai kebijakan
etis. Ideologi memberi bangsa Indonesia hal-hal yang ideal untuk diyakini kebenarannya,
fungsi penting dari ideology adalah membentuk identitas kelompok yang majemuk dan
multicultural.(Shofa, 2016). Pancasila sebagai pemersatu bangsa memiliki sebuah prinsip
yang memiliki arti, pertama melindungi segenap rakyat Indonesia serta menjaga keberagaman
suku dan budayanya. Kedua, memberikan jawaban atas segala persoalan dan pertentangan
yang timbul dari sevagian golongan. Ketiga, melindungi segenap tumbah darah Indonesia
tanpa adanya perbedaan satupun di dalamnya. (Alif Nukmanul Hakim, 2022).
Sebagai falsafah nasional, tentu ada Pancasila yang merumuskannya. Pancasila adalah
anugerah yang unik dari Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia. Pancasila adalah
sumber cahaya bagi seluruh rakyat Indonesia dalam membangun peradaban masa depan
Indonesia. (brata A and Nyoman, 2017). Dalam pembangunan bangsa, Pancasila merupakan
sumber energi sebagai kekuatan, sekaligus pedoman perjuangan kemerdekaan, sebagai alat
pemersatu untuk membangun kerukunan bangsa, dan sebagai pedoman hidup bangsa
Indonesia, ideologi dan falsafah Pancasila. merupakan bagian integral dari Indonesia.
Ketahanan bangsa akan berulang kali diuji karena menjadi masyarakat multikultural. Mulai
masa awal kemerdekaan, masa Orde Baru, masa Orde Baru, bahkan hingga saat ini, Pancasila
selalu menjadi topik yang menarik. Artinya, semakin penting suatu peristiwa, semakin tinggi
nilai simbolisnya, sehingga dapat dibicarakan secara lebih terbuka dan menarik dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keteguhan Pancasila sebagai landasan falsafah rakyat diuji kembali pada masa
reformasi ini, terutama pasca Pilkada serentak tahun 2017. Pilkada tersebut diperebutkan
dengan sengit. Terkadang, ketika memenangkan pencalonannya, dia sering melewati prinsip-
prinsip demokrasi. Pemilu seharusnya diselenggarakan atas dasar demokrasi konstitusional,
tetapi kemudian terjadi politisasi identitas, agama, kebangsaan dan ekonomi. Akibatnya,
persatuan dan kesatuan yang dibentuk bangsa ini kemudian mengalami distorsi yang sangat
mengganggu. Pancasila, yang disepakati sebagai identitas nasional, tampaknya kembali
dipertanyakan. Pancasila, budaya nasional yang dibangun dari mosaik indah keragaman
budaya negara, tampaknya ditentang dan dipertanyakan oleh kelompok sosial tertentu. 72
tahun yang lalu, cerahnya mentari bulan Juni 1945 menyambut lahirnya konsep tanah sejarah
yang baik. Sebagai bangsa Indonesia, kebangkitan Pancasila sebagai satu kesatuan bangsa
tampaknya telah kehilangan cengkeramannya. Penetapan pendiri Pancasila dapat dengan
1
mudah menimbulkan konflik. Ada yang secara konsisten mengklaim bahwa penemu Pancasila
adalah Pak Moh Yamin karena dia berpidato pada 29 Mei 1945, tiga hari sebelum pidato
Bung Karno pada 1 Juni 1945. Ada pula yang mengatakan bahwa orang yang lahir pada 1
Juni 1945 menyandang nama Pancasila. Karena kelima sila ini sudah ada sejak zaman nenek
moyang, maka tidak mungkin lagi menentukan tanggal lahirnya.
Pancasila sebagai salah satu pilar kehidupan berbangsa bernegara memiliki konsep,
prinsip, dan nilai dari sistem kepercayaan yang ada di wilayah Indonesia dan memberikan
jaminan kekuatan Pancasila sebagai pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. (Lodewyk and
Siahaan, 2019). Pancasila adalah identitas dan jati diri bangsa yang harus dipahami, dihayati,
dan diimplementasikan dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Oleh karena
itu nilai-nilai Pancasila harus dijunjung tinggi sebagai pemersatu bangsa. Pancasila sebagai
pemersatu bangsa artinya Pancasila memuat tujuan berbangsa dan bernegara untuk
mewujudkan sila kelima agar Pancasila menjadi alat pemersatu. Cita-cita negara ini adalah
mampu mengintegrasikan bagian-bagian dari keseluruhan ke dalam sistem nasional yang ada.
Pancasila juga merupakan ideologi bangsa Indonesia, di mana ia juga dapat mengintegrasikan
rakyat di Indonesia dan memberikan ilmu untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan
dalam kehidupan masyarakat yang berBhineka Tunggal Ika. Pancasila telah eksis hingga kini
sebagai ideologi yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia yang majemuk, meskipun
eksistensi Pancasila telah diuji dengan banyak tantangan.

2
LITERATURE REVIEW

Beberapa tulisan yang membahas mengenai isu yang mendukung serta membantu
dalam penelitian ini telah ada, beberapa diantaranya diangkat oleh beberapa peneliti dalam
judul tulisannya, baik berupa Jurnal, Artikel, maupun bentuk tulisan lainya. Beberapa literatur
diantaranya setidaknya telah memuat tema yang akan dibahas oleh penulis dalam artikel
jurnal ini.
Tulisan pertama yakni jurnal yang berjudul “Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa”
yang ditulis oleh Ammi Thoibah Nasution, yang menjelaskan diantaranya bahwa Indonesia
adalah bangsa yang majemuk dan membutuhkan persatuan, Pancasila memiliki peran penting
dalam hal ini karena Pancasila merupakan ideologi yang menghargai nasionalisme yang
tumbuh dari perbedaan, bukan nasionalisme yang berdasarkan pada primordalisme
(berdasarkan suku, asal suku, ras atau agama).
Dalam pembahasan Jurnal yang diangkat oleh Penulis diatas, memiliki persamaan
dengan Penulis yakni membahas mengenai Pancasila yang memiliki peran penting untuk
bangsa Indonesia dalam hal persatuan bangsa dengan tetap menjunjung tinggi nasionalisme.
Adapun perbedaan dalam cakupan isu yang diangkat yakni, dalam jurnal disebutkan
implementasi pancasila berdasarkan keseluruhan isi pancasila sedangkan penulis menganalisis
pengimplementasian pancasila berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dari setiap sila
pancasila.
Tulisan kedua, diambil dari Jurnal dengan judul “Lahirnya Pancasila Sebagai
Pemersatu Bangsa Indonesia” yang ditulis oleh Ida Bagus Brata, Ida Bagus Nyoman Wartha
yang menjeaskan bahwa Kemerdekaan yang diraih bangsa Indonesia bukanlah pemberian dari
Belanda atau Jepang. Melainkan diraih oleh bangsa Indonesia melalui proses panjang yang
dilakukan oleh para pejuang Indonesia dengan pengorbanan harta, jiwa dan raga. Selanjutnya,
analisis yang digunakan adalah studi perpustakaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
perumusan pancasila mulai dibicarakan melalui sidang BPUPKI. Usulan calon dasar negara
diusulkan secara berturut-turut oleh: Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Usulan calon dasar negara yang disampaikan oleh Ir. Soekarno diberi nama “Pancasila”.
Dalam penulisan isu yang diterangkan diatas memiliki kesamaan dengan isu yang
diangkat oleh penulis yakni, pancasila dirumuskan melalui proses yang panjang mulai dari
sidang BPUPKI dengan mempertimbangkan usulan dari tiga tokoh, yaitu Mr. Muh. Yamin,
Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Usulan dasar negara yang diterima adalah usulan dari Ir.
Soekarno yang diberi nama Pancasila. Adapun beberapa perbedaan dalam penulisan dengan
sumber diatas dimana dalam penulisan artikel ini, penulis meringkas proses perumusan
pancasila tetapi tetap dengan kalimat yang mudah dipahami.
Tulisan ketiga, yang menjadi literature review yakni jurnal dengan judul “Pancasila
Sebagai Pemersatu Bangsa Negara Indonesia” yang ditulis oleh Sophian Talenta Mendrofa,
3
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Indonesia. Dalam isu tersebut
penulis menjelaskan mengenai bangsa Indonesia yang dalam keberagamannya memiliki alat
pemersatu bangsa yang lahir melalui proses panjang, yaitu Pancasila. Pancasila sebagai dasar
negara, rancangannya tercantum dalam alenia keempat pembukaan UUD 1945, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari pemaparan mengenai literature review yang diambil oleh penulis merupakam
beberapa tulisan yang mendukung akan isu yang akan dibahas oleh penulis, pertama
mengenai pancasila sebagai dasar negara yang dianggap mampu menyatukan berbagai
kerberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Kedua, perumusan pancasila yang melalui
proses yang cukup panjang dan sulit, mulai dari usulan calon dasar negara sampai
terbentuknya pancasila.
Tulisan ke empat, diambil dari Jurnal dengan judul “Pancasila Sebagai Landasan
Pemersatu Suku Bangsa Indonesia” yang ditulis oleh Renara Chelsyano Anandi yang
menjelaskan bahwa pancasila merupakan rumusan dan pedoman hidup berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia, yang dapat menyatukan berbagai suku dan agama di
Indonesia saat ini, yang dapat menjadi landasan keutuhan negara Indonesia. Dalam penulisan
isu yang diterangkan diatas memiliki kesamaan dengan isu yang diangkat oleh penulis yakni,
menjabarkan nilai-nilai implementasi Pancasila.
Tulisan ke lima mengambil jurnal yang berjudul “Pancasila Sebagai Pemersatu
Bangsa” yang ditulis oleh Rachmat Susatyo, yang menjelaskan bahwa selama masih ada
bangsa Indonesia, selama itu kita masih memerlukan alat untuk mempersatukan bangsa.
Artinya, selama Indonesia ada, Pancasila tetap dibutuhkan sebagai dasar negara. Jadi
Pancasila memiliki banyak fungsi atau multy function. Dalam pembahasan Jurnal yang
diangkat oleh Penulis diatas, memiliki persamaan dengan Penulis yakni membahas mengenai
fungsi-fungsi penting pancasila dalam bangsa Indonesia sebagai pemersatu bangsa.
Tulisan ke enam, yang menjadi literature review yakni jurnal dengan judul “Empat
Pilar Kebangasaan Sebagai Pemersatu Bangsa Dalam Menghadapi Intoleransi” yang ditulis
oleh Albert Lodewyk Sentosa Siahaan yang menjelaskan bahwa Intoleransi merupakan
masalah yang harus dapat diatasi bersama mengingat Indonesia merupakan negara yang
majemuk dan terdiri dari banyak suku, agama, ras, wilayah dan banyak perbedaan lainnya
antara setiap individu. Empat pilar kebangsaan menurut penulis dapat digunakan sebagai
suatu benteng untuk menjaga sikap toleransi di dalam masyarakat Indonesia.
Dalam pembahasan Jurnal yang diangkat oleh Penulis diatas, memiliki persamaan
dengan Penulis yakni membahas mengenai Pancasila sebagai salah satu pilar dalam bangsa
Indonesia sebagai pemersatu bangsa. Adapun perbedaan dalam cakupan isu yang diangkat
yakni, dalam jurnal tersebut membahas empat pilar kebangsaan sedangkan penulis hanya
membahas pilar Pancasila secara umum dan menguraikannya dengan lengkap.

4
Tulisan ke tujuh, yang menjadi literature review yakni jurnal dengan judul “Memaknai
Kembali Multikulturalisme Indonesia Dalam Bingkai Pancasila” yang ditulis oleh Abd Mu’id
Aris Shofa yang menjelaskan bahwa sebagai pemersatu ideologi bangsa adanya Pancasila
adalah sebuah solusi dari adanya konflik yang terjadi antar golongan nasionalis dan agama,
Pancasila telah mampu menunjukan fungsinya sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang
majemuk, heterogen, multikultural.
Dalam pembahasan Jurnal yang diangkat oleh Penulis diatas, memiliki persamaan
dengan Penulis yakni membahas mengenai Pancasila telah mampu menunjukan fungsinya
sebagai pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk, heterogen, multikultural. Adapun
perbedaan dalam cakupan isu yang diangkat yakni, dalam jurnal tersebut fungsi Pancasila
sebagai pemersatu bangsa yang majemuk, heterogen, dan multicultural sedangkan penulis
membahas fungsi penting dari ideology adalah membentuk identitas kelompok yang majemuk
dan multicultural.
Tulisan ke delapan, diambil dari Jurnal dengan judul “Penegasan Pancasila sebagai
Dasar Negara, Ideologi Bangsa dan Negara dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945” yang ditulis oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Bekerja Sama dengan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang yang
menjelaskan bahwa Pancasila adalah satu alat mempersatu, yang seyakin-yakinnya Bangsa
Indonesia dari Sabang sampai Merauke hanyalah dapat bersatu padu di atas dasar Pancasila.
Dalam penulisan isu yang diterangkan diatas memiliki kesamaan dengan isu yang diangkat
oleh penulis yakni, kesadaran dan pemahaman Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa.
Tulisan ke sembilan, yang menjadi literature review yakni jurnal dengan judul
“Kearifan Lokal Budaya Jawa Dalam Perspektif Pancasila” yang ditulis oleh Franciscus
Xaverius Wartoyo selaku Dosen STKIP PGRI Sidoarjo. Dalam isu tersebut penulis
menjelaskan mengenai Lima sila dalam Pancasila menunjukkan ide-ide fundamental
mengenai manusia dan seluruh realitasnya dalam kehidupan bersama dengan perbedaan-
perbedaan suku, ras, agama, budaya tetap bersatu saling melengkapi yang dibungkus dengan
bingkai kebhinekaan hidup gotong-royong sesuai dengan konsep budaya Jawa, yang diyakini
kebenarannya oleh bangsa Indonesia dan bersumber pada watak, kebudayaan Indonesia dan
melandasi berdirinya Negara Indonesia.
Dalam pembahasan Jurnal yang diangkat oleh Penulis diatas, memiliki persamaan
dengan Penulis yakni membahas mengenai sila Pancasila telah mampu menunjukkan ide-ide
fundamental mengenai manusia dan seluruh realitasnya dalam kehidupan bersama dengan
perbedaan-perbedaan suku, ras, agama, budaya tetap bersatu saling melengkapi. Adapun
perbedaan dalam cakupan isu yang diangkat yakni, dalam jurnal tersebut membahas ke lima
sila Pancasila sedangkan penulis hanya membahas sila ke tiga dalam Pancasila yakni sila
Persatuan Indonesia.
Tulisan ke sepuluh, diambil dari Jurnal dengan judul “Pancasila sebagai Dasar dan
Ideologi Bangsa (Pentingnya Rumusan Butir-butir Pancasila sebagai Dasar Pendidikan Moral
dan Pemersatu Keberagaman Bangsa Indonesia)” yang ditulis oleh Nia Yunia Sari, M.Pd.I
yang menjelaskan bahwa Pancasila menjadi pandangan dan pegangan hidup masyarakat.
5
Dalam pembahasan Jurnal yang diangkat oleh Penulis diatas, memiliki persamaan dengan
Penulis yakni membahas mengenai Pancasila sebagai pandangan dalam bangsa Indonesia
yang memiliki berbagai perbedaan-perbedaan guna mencapai persatuan Indonesia.
Tulisan ke sebelas, yakni jurnal yang berjudul “Eksistensi Pancasila Sebagai Simbol
Pemersatu Multikultural Bangsa” yang ditulis oleh Alif Lukmanul Hakim, yang menjelaskan
Pancasila merupakan dasar negara yang menjadi pandangan hidup warga negara Indonesia
dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam penulisan isu yang diterangkan
diatas memiliki kesamaan dengan isu yang diangkat oleh penulis yakni, Pancasila merupakan
dasar negara yang menjadi pandangan hidup warga negara Indonesia dalam menjalani
kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun beberapa perbedaan dalam penulisan dengan
sumber diatas dimana dalam penulisan artikel ini, penulis meringkas prinsip Pancasila sebagai
pemersatu bangsa.
Tulisan ke dua belas, yakni jurnal yang berjudul “Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila
Terhadap Hak Atas Kebebasan Beragama Dan Beribadah Di Indonesia” yang ditulis oleh
Sekar Anggun Gading Pinilih, yang menjelaskan diantaranya bahwa Indonesia merupakan
negara dengan pluralisme agama, dimana tidak hanya satu agama saja yang diakui oleh
negara, tetapi lebih dari satu agama beserta kepercayaan. Pancasila hadir sebagai pemersatu
bangsa dalam menjalankan keberagaman tersebut, utamanya nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila ini yang kemudian menjiwai Pasal 28 E ayat (1) dan Pasal 29 UUD NRI Tahun 1945
sebagai dasar hukum dalam menjamin hak atas kebebasan beragama dan beribadah di
Indonesia. Dalam penulisan isu yang diterangkan diatas memiliki kesamaan dengan isu yang
diangkat oleh penulis yakni, Pancasila sebagai pemersatu bangsa dapat menghargai perbedaan
agama yang ada di Indonesia.

6
METODE

Metode penelitian adalah ilmu yag menelaah cara menjalankan penelitian sampai
dengan cara menata laporan penelitian. Dalam tulisan ini, metode yang digunakan adalah
studi literatur, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mencari, membaca,
mencatat, menelaah laporan-laporan dan bahan pustaka yang memuat teori-teori yang relevan
dengan permasalahan yang sedang dibahas. Adapun sumber data yang diperoleh dari
penelitian ini yaitu jurnal, ebook, dan beberapa artikel yang bersangkutan dengan penelitian
ini.

7
PEMBAHASAN

A. Perumusan Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa.

Jepang terus menerus memukul mundur Belanda dan berhasil menguasai


Indonesia sejak tanggal 9 Maret 1942. Jepang menyebarluaskan bahwa kehadirannya
di Indonesia kini tidak lagi dimaksudkan untuk menjajah, melainkan untuk membantu
rakyat Indonesia memperjuangkan kemerdekaan, melepaskan diri dari penjajahan
kolonialisme Barat. Jepang mengizinkan rakyat Indonesia untuk mengibarkan bendera
merah putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tipuan yang
dilancarkan dengan bantuan angkatan laut Jepang berubah menjadi sangat efektif,
dimana rakyat Indonesia membantu kekalahan Jepang dan sekaligus mengusir
Belanda. Kenyataannya, otoritas profesi Jepang di Indonesia berubah jauh lebih kejam
dari kekuasaan kolonial Belanda. Rakyat Indonesia sangat kecewa dengan bantuan
tipu muslihat Jepang. Mereka berpendapat bahwa janji kemerdekaan berubah menjadi
tidak lebih dari taktik Jepang untuk terus mendapatkan simpati dan bantuan terbesar
dari manusia Indonesia di hadapan sekutu.

Untuk membuktikan dan sekaligus sebagai bukti pengabdian Jepang terhadap


janji tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945 Jepang menyatakan akan membentuk
BPUPKI "Badan Penelitian Upaya Persiapan Kemerdekaan Indonesia". Aspek
pertama yang disebutkan dalam konsultasi BPUPKI masalah "Dasar Negara".
Musyawarah BPUPKI dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: Musyawarah Utama
dilaksanakan pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, hasil dari Musyawarah
Utama ini dapat disebutkan dalam Musyawarah II pada tanggal 14-16 Juli, 1945. Bpk.
Moh. Yamin diberi kesempatan untuk menyampaikan pidatonya pada Musyawarah
BPUPKI pada hari pertama tanggal 29 Mei 1945. Pada tanggal 31 Mei 1945 pidato
tersebut disampaikan oleh Pak Soepomo, sedangkan pada hari penutupan tanggal 1
Juni 1945, pidato tersebut disampaikan oleh Ir. Soekarno untuk menyampaikan pidato
tentang rencana calon dasar negara.

Musyawarah BPUPKI ke-2 disertai dengan pembahasan pidato-pidato


mengenai usulan calon dasar negara yang telah dibawakan dari tanggal 29 Mei sampai
dengan 1 Juni 1945. Diskusi dari 3 orang pemohon yang diusulkan untuk konsep dasar
negara tidak lagi dibahas dengan semua peserta BPUPKI, namun 9 tokoh yang
diyakini akan melakukan proyek mulia ini telah ditentukan. 9 tokoh itu yang disebut
sebagai "Komite Sembilan". Melalui rapat-rapat yang diadakan secara intensif (14-16
Juli 1945), Komite Sembilan akhirnya menghasilkan hasil yang luar biasa, khususnya
sistem Pancasila, yang biasa disebut sebagai "Piagam Jakarta".

8
Pancasila sebagai dasar negara belum final, karena BPUPKI belum menjadi
perwakilan yang representatif. Karena BPUPKI adalah bingkai yang dibentuk oleh
Jepang, maka pertimbangannya sekarang tidak lagi mencerminkan ilustrasi orang
Indonesia. Untuk memenuhi minat tersebut, pada tanggal 7 Agustus diubah bentuknya,
dan pada tanggal 9 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mulai bekerja. Anggota PPKI ini seluruhnya terdiri dari orang-orang Indonesia untuk
mempelajari hasil kerja BPUPKI sebagai pedoman bagi kemerdekaan Indonesia nanti.

Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang bertekuk lutut kepada sekutu.


Kekalahan Jepang dari sekutu dan kekosongan kekuasaan dijadikan alasan mengapa
tokoh pemuda pergerakan nasional Indonesia mendesak Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya pada pukul
10.00 WIB bertempat di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta "Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia" diumumkan oleh dwitunggal (Soekarno-Hatta) pada tanggal
17 - 8 - 1945 atas nama bangsa Indonesia.

Pengakuan Indonesia sebagai negara merdeka secara internal (de facto) saja
tidak cukup. Untuk mendapatkan pengakuan internasional, perlu segera diambil
langkah-langkah untuk menyelenggarakan Indonesia merdeka. Pada tanggal 18
Agustus 1945, pagi hari sebelum sidang penetapan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Negara, ada usulan dari Maluku, Sulawesi Utara, dan Bali (Sunda
Kecil) untuk mengubah rumusan Sila pertama yang berbunyi “Keyakinan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 akhirnya menetapkan
Undang-Undang Dasar, yang selanjutnya disebut UUD 1945 dan Pancasila sebagai
Dasar Negara, rumusan sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD
1945. Pada waktu itu Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Moh. Hatta sebagai
Wakil Presiden Republik Indonesia, sehingga secara de facto dan de jure Indonesia
telah menjadi merdeka, dengan menempatkan Pancasila sebagai dasar negara
sekaligus pemersatu bangsa Indonesia.

B. Pengertian Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa.

Pancasila berasal dari frasa panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar,
sendi, prinsip, atau aturan perilaku yang dapat bersifat kritis dan baik. Pancasila juga
merupakan karakter seluruh rakyat Indonesia. Pancasila adalah jiwa rakyat Indonesia,
watak rakyat Indonesia, pandangan hidup rakyat Indonesia, dan falsafah keberadaan
rakyat Indonesia. Dalam hal ini, Pancasila memiliki fungsi kritis karena Pancasila
merupakan ideologi yang memiliki muatan dasar nasionalisme yang tumbuh di atas
perbedaan, sekarang bukan lagi nasionalisme yang sepenuhnya didasarkan pada
primordialisme.

Bangsa Indonesia dilengkapi oleh keberagaman budaya yang ada pada tatanan
hidup masyarakat, baik perbedaan ras, suku, adat, budaya, agama, dan Bahasa yang

9
terkumpul dalam satu ideology yang sama yakni Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
(Sari, 2021). Sila ketiga Pancasila, yakni persatuan Indonesia memiliki arti bahwa
Pancasila sangat menekankan dan menjunjung tinggi persatuan Indonesia. Hal ini
berarti bahwa Pancasila juga menjadi alat pemersatu bangsa. Dengan kata lain, para
pemimpin bangsa terutama yang terlibat dalam perumusan dasar negara menghargai
perbedaan yang ada di masyarakat. (Wartoyo, 2017)

Dengan dasar negara Pancasila dan tujuan masyarakat adil dan makmur yang
didasarkan sepenuhnya pada Pancasila, maka petunjuk atau cara untuk meraih impian
tersebut juga harus Pancasila. Jadi, dapat dinyatakan dari (dasar) Pancasila dengan
(petunjuk) Pancasila - untuk Pancasila. Jika bahan tambahan tersebut tidak terpenuhi,
maka tujuan untuk memahami masyarakat yang adil dan makmur terutama
berdasarkan Pancasila tidak akan terwujud. (Susatyo, 2008)

Kesadaran dan pemahaman Pancasila sebagai alat pemersatu bangsa sangat


mendesak untuk saat ini dan di masa yang akan datang ketika ideology yang bersifat
“transnasional” bermunculan dan mempengaruhi seseorang yang memiliki ambisi
serta kepentingannya sendiri. Dengan kata lain, Pancasila akan selalu berada dalam
situasi yang penuh ancaman. Jika hal ini diabaikan maka Pancasila perlahan akan
lenyap dan Indonesia akan ditopang oleh ideology lain yang tidak sesuai dengan
kondisi bangsa ini. (Adji Samekto, 2017).

Pancasila bukanlah ideologi yang muncul dari pikiran seseorang atau manusia,
melainkan sebuah ideologi yang nilai-nilainya digali dari subkultur dan pengalaman
sejarah masyarakat nusantara mengingat fakta zaman yang bersejarah. Cara ini agar
nilai-nilai fundamental yang bertumpu pada ideologi tersebut benar-benar bertahan
dan meluas di wilayah kepulauan Indonesia pada saat itu dan nilai-nilai yang ada
sebagai landasan untuk bersatu. Mungkin terlihat dari garis besar di atas bahwa
persatua di seluruh negeri jauh lebih penting daripada kepentingan kelompok. Hal ini
dikarenakan tujuan Indonesia yang tidak memihak secara kolektif tidak hanya untuk
satu kelompok saja.

C. Fungsi Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa.

Sifat Pancasila dalam teknologi mutakhir tetap dapat diterapkan karena


Pancasila terdiri dari aspek-aspek sederhana, tentu dianggap salah satunya sebagai
pemersatu negara. Pancasila sebagai pemersatu negara Indonesia yang pluralis dan
nusantara yang mencakup banyak pulau, rasanya sangat cocok jika Pancasila dijadikan
sebagai pemersatu negara. Hal ini dikarenakan Pancasila memiliki nilai-nilai yang
umum dan universal sehingga layak untuk menampung semua jenis gaya hidup yang
luar biasa dan dapat menjadi populer di semua kalangan.

10
Adanya realita semacam ini menunjukkan bahwa makna dan ciri Pancasila
bukan hanya dasar negara, tetapi juga memiliki arti dan fungsi yang semakin banyak,
antara lain:

1. Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia.

Artinya sikap mental, perilaku dan perbuatan Bangsa Indonesia memiliki ciri
khas yang dapat membedakannya dengan bangsa lain. Ciri-ciri inilah yang
dimaksud dengan kepribadian, dan Kepribadian bangsa Indonesia adalah
Pancasila.

2. Pancasila adalah kepribadian bangsa Indonesia.

Dengan demikian sikap intelektual, perilaku dan perbuatan Negara Indonesia


memiliki ciri-ciri yang dapat membedakannya dengan bangsa yang berbeda. Ciri-
ciri ini adalah apa yang dimaksudkan dengan kepribadian menggunakan karakter,
dan Karakter negara Indonesia adalah Pancasila.

3. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia.

Dengan demikian nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah


digunakan sebagai petunjuk, penuntun, dan pegangan dalam mengatur sikap dan
perilaku manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

4. Pancasila adalah falsafah hidup bangsa Indonesia.

Falsafah atau Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia”. Metode philos
atau plilein to love (mencintai atau mencari). Shopia berarti kebijaksanaan,
keahlian atau kebenaran. Metode filsafat berarti mencintai kebenaran.

5. Pancasila sebagai perjanjian luhur rakyat Indonesia.

Demikian Pancasila telah disepakati dan disahkan oleh masyarakat Indonesia


melalui debat dan pertukaran pikiran yang tepat melalui sidang BPUPKI dan PPKI
dengan bantuan pendiri negara.

6. Pancasila adalah dasar negara Indonesia.

11
Dengan cara inilah Pancasila dijadikan sebagai dasar dan pedoman dalam
mengatur otoritas dan administrasi negara.

7. Pancasila adalah landasan idil.

Kalimat ini tertuang dalam ketetapan MPR tentang Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Metode inilah yang menjadi dasar fundamental GBHN Pancasila.

D. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa

Ada banyak ide yang dapat digunakan dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam disiplin semangat gotong
royong nusantara. Nilai-nilai Pancasila merupakan ideologi eksistensi bagi manusia
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila menawarkan sifat-sifat pribadi bagi rakyat Indonesia,
untuk dapat membedakan antara peraturan di Indonesia dan peraturan di negara yang
berbeda. Berikut ini adalah nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalam unsur-unsur
Pancasila:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama dalam Pancasila dilambangkan melalui sarana gambar


bintang, hal ini menjelaskan bahwa kita sebagai manusia yang beragama wajib
menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan sesuai dengan
keyakinan yang kita anut. Dengan banyaknya agama di Indonesia, maka kita
berkewajiban menghormati agama dan kepercayaan orang lain karena setiap agama
dan kepercayaan mendapat tempat dan perlakuan yang sama dan setiap orang
berhak untuk memilih, memeluk, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut
secara bebas tanpa gangguan maupun mengganggu pemeluk agama lain. (Pinilih,
2018)

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Asas ini menjelaskan bahwa kita sesama manusia mempunyai persamaan


hak, derajat, dan kewajiban yang sama di depan hukum tanpa memandang usia,
jenis kelamin, ras, suku, dan keturunan. Dalam prinsip ini kita juga diajarkan untuk
memperluas pola pikir toleransi dan sekarang tidak lagi sewenang-wenang terhadap
orang lain, agar semangat tim di seluruh negeri dapat terbentuk. Prinsip ke-2 ini
dilambangkan melalui sarana gambar rantai.

3. Sila Persatuan Indonesia

12
Makna dari prinsip ini tidak selalu lepas dari beragam pandangan
eksistensi mulai dari ideologi, sosial budaya, politik, perlindungan dan keamanan.
Nilai solidaritas dalam sila tersebut juga karena masyarakat Indonesia memiliki
jiwa nasionalis, yaitu mereka mencintai negaranya sendiri dan atas dasar kesamaan
cita-cita dan tujuan bangsa. Dengan memiliki semangat nasionalis, kita dapat
menumbuhkan pengalaman solidaritas dan integritas di seluruh negeri. Sebagai
negara Indonesia, kita juga harus mampu menempatkan solidaritas, integritas, dan
kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan
pribadi maupun golongan. Prinsip ke-3 ini dilambangkan dengan gambar pohon
beringin.

4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan.

Sila keempat dalam Pancasila dilambangkan dengan gambar kepala


banteng, artinya setiap warga negara Indonesia memiliki hak, kewajiban, dan
kedudukan yang sama dalam pemerintahan. Dalam prinsip ini, kita juga diajarkan
untuk mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan yang baik. Yang di
dalam musyawarah dilakukan dalam semangat kekeluargaan tanpa memaksakan
kehendak kita kepada para peserta musyawarah, agar dapat dicapai suatu pilihan
mufakat.

5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Maksud dalam sila ini adalah keadilan yang harus didapatkan masyarakat
Indonesia di segala bidang kehidupan, baik meteriil maupun spiritual. Keadilan
sosial mengandung arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan
masyarakat. Selain itu, sila kelima juga mengandung arti bahwa kemakmuran harus
menyeluruh bagi seluruh rakyat, serta seluruh kekayaan dipergunakan sebagai
kesejahteraan bersama dan dapat melindungi yang lemah. Dengan adanya keadilan
dan kemakmuran di Indonesia berdasarkan sila kelima ini, maka tidak ada lagi
rakyat Indonesia protes atau unjuk rasa, sehingga persatuan Indonesia dapat terjalin.
Sila kelima ini dilambangkan dengan gambar padi dan kapas.

E. Pentingnya Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa

Sekalipun rakyat Indonesia sebenarnya bersatu, Pancasila mutlak diperlukan


oleh seluruh generasi bangsa. Selama proses regenerasi tetap berlangsung, Pancasila
sebagai pemersatu bangsa tetap sangat diperlukan. Dengan demikian selama ada
negara Indonesia, maka Pancasila sebagai dasar negara dan pemersatu negara tetap
dibutuhkan. Ada banyak motif mengapa Pancasila memiliki peran penting sebagai
pemersatu negara ini. Pertama, Pancasila merupakan norma, cita-cita, dan dasar bagi
berdirinya negara Indonesia. Pancasila memiliki peran penting dalam membimbing
para pejuang untuk mencapai Indonesia yang berdaulat. Kedua, Pancasila sebagai asas
13
pedoman bagi aturan dan dasar dari norma-norma yang berlaku. Sehingga setiap
aturan yang relevan di Indonesia pada dasarnya didasarkan sepenuhnya dan
disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

F. Penerapan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dalam kehidupan sehari-hari

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

a. Percaya serta Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama serta
kepercayaan masing-masing.
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama.
c. Menghormati kebebasan setiap orang untuk beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
d. Jangan lagi memaksakan suatu keyakinan atau persepsi pada orang lain.
e. Mempunyai sikap toleransi antarumat beragama lain.
f. Jangan lagi bersikap rasis terhadap manusia yang berbeda agama.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

a. Mengakui kesetaraan, hak, dan tanggung jawab di antara manusia.


b. Saling mencintai, menghargai, dan menghormati sesama manusia.
c. Tidak bertindak semena-mena terhadap orang lain.
d. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
e. Berani dalam membela kebenaran serta keadilan.
3. Sila Persatuan Indonesia

a. Cinta pada tanah air untuk menjaga persatuan dan kesatuan di tengah
masyarakat.
b. Mengutamakan segala kepentingan negara yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan pembangunan nasional Indonesia.
c. Menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan bangsa atau negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan.
d. Rela berkorban demi kepentingan bangsa.
e. Bangga sebagai persatuan Bangsa Indonesia dan bertanah air di Indonesia.
f. Memajukan sosialisasi dan kesatuan bangsa yang berbhineka tunggal ika.
g. Bangga menggunakan bahasa persatuan dalam kehidupan sehari-hari yaitu
bahasa Indonesia.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

a. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat


dilaksanakan bersifat kekeluargaan.
b. Tidak memaksakan kehendak orang lain
c. Tidak melakukan paksaan pada orang lain agar orang menyetujui apa yang kita
katakan atau lakukan.
14
d. Menghormati hasil musyawarah sekalipun bertentangan dengan pendapat kita
dan melaksanakannya dengan sepenuh hati.
5. Sila Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Meningkatkan kepekaan sosial dengan mengadakan kegiatan yang dapat


membantu sesama, seperti bakti sosial, konser amal, dan lain sebagainya.
b. Berusaha untuk adil dalam aktivitas apa pun yang kita lakukan dan seperti apa
pun orang yang kita hadapi.
c. Menghargai karya atau hasil karsa cipta yang dimiliki orang lain.
d. Berani memperjuangkan keadilan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang
lain dan membantu orang lain untuk memperjuangkan keadilan.

15
KESIMPULAN

Sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 akhirnya menetapkan Undang-Undang


Dasar, yang selanjutnya disebut UUD 1945 dan Pancasila sebagai Dasar Negara, rumusan
sebagaimana tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945. Secara de facto dan de jure
Indonesia telah menjadi merdeka, dengan menempatkan Pancasila sebagai dasar negara
sekaligus pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila berasal dari frasa panca yang berarti lima
dan sila yang berarti dasar, sendi, prinsip, atau aturan perilaku yang dapat bersifat kritis dan
baik. Pancasila adalah jiwa rakyat Indonesia, watak rakyat Indonesia, pandangan hidup rakyat
Indonesia, dan falsafah keberadaan rakyat Indonesia. Dalam hal ini, Pancasila memiliki fungsi
kritis karena Pancasila merupakan ideologi yang memiliki muatan dasar nasionalisme yang
tumbuh di atas perbedaan, sekarang bukan lagi nasionalisme yang sepenuhnya didasarkan
pada primordialisme. Dengan dasar negara Pancasila dan tujuan masyarakat adil dan makmur
yang didasarkan sepenuhnya pada Pancasila, maka petunjuk atau cara untuk meraih impian
tersebut juga harus Pancasila. Pancasila bukanlah ideologi yang muncul dari pikiran
seseorang atau manusia, melainkan sebuah ideologi yang nilai-nilainya digali dari subkultur
dan pengalaman sejarah masyarakat nusantara mengingat fakta zaman yang bersejarah. Cara
ini agar nilai-nilai fundamental yang bertumpu pada ideologi tersebut benar-benar bertahan
dan meluas di wilayah kepulauan Indonesia pada saat itu dan nilai-nilai yang ada sebagai
landasan untuk bersatu.
Pancasila sebagai pemersatu negara Indonesia yang pluralis dan nusantara yang
mencakup banyak pulau, rasanya sangat cocok jika Pancasila dijadikan sebagai pemersatu
negara. Hal ini dikarenakan Pancasila memiliki nilai-nilai yang umum dan universal sehingga
layak untuk menampung semua jenis gaya hidup yang luar biasa dan dapat menjadi populer di
semua kalangan. Adanya realita semacam ini menunjukkan bahwa makna dan ciri Pancasila
bukan hanya dasar negara, tetapi juga memiliki arti dan fungsi yang semakin banyak, antara
lain: Artinya sikap mental, perilaku dan perbuatan Bangsa Indonesia memiliki ciri khas yang
dapat membedakannya dengan bangsa lain. Ciri-ciri inilah yang dimaksud dengan
kepribadian, dan Kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila. Dengan demikian sikap
intelektual, perilaku dan perbuatan Negara Indonesia memiliki ciri-ciri yang dapat
membedakannya dengan bangsa yang berbeda. Ciri-ciri ini adalah apa yang dimaksudkan
dengan kepribadian menggunakan karakter, dan Karakter negara Indonesia adalah
Pancasila.Dengan demikian nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah digunakan
sebagai petunjuk, penuntun, dan pegangan dalam mengatur sikap dan perilaku manusia
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Demikian Pancasila telah disepakati dan disahkan oleh masyarakat Indonesia melalui
debat dan pertukaran pikiran yang tepat melalui sidang BPUPKI dan PPKI dengan bantuan
pendiri negara. Dengan cara inilah Pancasila dijadikan sebagai dasar dan pedoman dalam
mengatur otoritas dan administrasi negara. Nilai-nilai Pancasila menawarkan sifat-sifat
pribadi bagi rakyat Indonesia, untuk dapat membedakan antara peraturan di Indonesia dan
16
peraturan di negara yang berbeda. Sila pertama dalam Pancasila menjelaskan bahwa kita
sebagai manusia yang beragama wajib menjalankan segala perintah dan menjauhi segala
larangan sesuai dengan keyakinan yang kita anut. Dalam prinsip sila kedua ini ini kita juga
diajarkan untuk memperluas pola pikir toleransi dan sekarang tidak lagi sewenang-wenang
terhadap orang lain, agar semangat tim di seluruh negeri dapat terbentuk. Nilai solidaritas
dalam sila ketiga tersebut juga karena masyarakat Indonesia memiliki jiwa nasionalis, yaitu
mereka mencintai negaranya sendiri dan atas dasar kesamaan cita-cita dan tujuan bangsa.
Sebagai negara Indonesia, kita juga harus mampu menempatkan solidaritas, integritas, dan
kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
maupun golongan. Sila keempat dalam Pancasila artinya setiap warga negara Indonesia
memiliki hak, kewajiban, dan kedudukan yang sama dalam pemerintahan. Dengan adanya
keadilan dan kemakmuran di Indonesia berdasarkan sila kelima ini, maka tidak ada lagi rakyat
Indonesia protes atau unjuk rasa, sehingga persatuan Indonesia dapat terjalin. Dengan
demikian selama ada negara Indonesia, maka Pancasila sebagai dasar negara dan pemersatu
negara tetap dibutuhkan. Sehingga setiap aturan yang relevan di Indonesia pada dasarnya
didasarkan sepenuhnya dan disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

17
DAFTAR PUSTAKA
Adji Samekto (2017) Membangun (Kembali) Hukum Indonesia yang Berbasis Pancasila, Penegasan
Pancasila Sebagai Dasar Negara, Ideologi Bangsa Dan Negara Dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Available at:
http://eprints.undip.ac.id/58378/2/Prosiding_FGD_MPR.pdf#page=135.
Alif Nukmanul Hakim (2022) ‘Eksistensi Pncasila Sebagai Simbol Pemersatu Multikultural Bangsa’,
Jurnal Citizenship Virtues, Volume 2(1(1), pp. 223–230.
brata A, I.B. and Nyoman, W.B. (2017) ‘Lahirnya Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa Indonesia’,
Jurnal Santiaji Pendidikan, 7(1), pp. 120–132.
Lodewyk, A. and Siahaan, S. (2019) ‘Empat Pilar Kebangasaan Sebagai Pemersatu Bangsa Dalam
Menghadapi Intoleransi’, Seminar Nasional Dan Call for Paper Fakultas Hukum, 0(0), pp. 501–511.
Available at: https://seminar.umpo.ac.id/index.php/SEMNASHUKUM/article/view/192.
Mendrofa, S.T. (2021) ‘Pancasila sebagai pemersatu bangsa negara Indonesia’, MITZAL (Demokrasi,
Komunikasi dan Budaya) : Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Komunikasi, 6(2), p. 167. Available at:
https://doi.org/10.35329/mitzal.v6i2.2676.
Pinilih, S.A.G. (2018) ‘Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila Terhadap Hak Atas Kebebasan Beragama Dan
Beribadah Di Indonesia’, Masalah-Masalah Hukum, 47(1), p. 40. Available at:
https://doi.org/10.14710/mmh.47.1.2018.40-46.
Sari, N.Y. (2021) ‘Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Bangsa (Pentingnya Rumusan Butir-Butir
Pancasila Sebagai Dasar Pendidikan Moral dan Pemersatu Keberagaman Bangsa Indonesia)’, Tarbawi
Ngabar: Jurnal of Education, 2(1), pp. 01–21. Available at: https://doi.org/10.55380/tarbawi.v2i1.93.
Shofa, A.M.A. (2016) ‘1. Pancasila merupakan dasar negara dan pandangan hidup bangsa indonesia
sebagai dasar negara, pancasila di jadikan dasardalam membangun negara kesatuan republik
indonesia. Arus globalisasi tidak mungkin di hentikan . berjalannya globalisasi tidak terlepa’, JPK
(Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan), 1(1), pp. 34–41. Available at:
http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/article/view/302.
Susatyo, R. (2008) ‘Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa’, Workshop Kesejarahan “Pembelajaran
Sejarah dalam Pengembangan Jatidiri Bangsa” Medan, pp. 28–31.
Wartoyo, F.X. (2017) ‘Kearifan Lokal Budaya Jawa Dalam Perspektif Pancasila’, WASKITA: Jurnal
Pendidikan Nilai dan Pembangunan Karakter, 2(2), pp. 83–88. Available at:
https://doi.org/10.21776/ub.waskita:jurnalpendidikannilaidanpembangunankarakter.2018.002.02.8.

18

Anda mungkin juga menyukai