Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


“PROSES PANJANG PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA”

DISUSUN OLEH :

Miftahula Rizqin Nikmatullah


(2120301105)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
TAHUN 2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dengan selesai
tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah bertujuan untuk memenuhi tugas dari
Bapak Yasnanto, S.I.P, M.Pd. pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu makalah ini
juga bertujuan untuk menambah saya sebagai penulis, maupun pembaca dalam wawasan
Pendidikan Pancasila yang berkaitan dengan pancasila sebagai dasar negara.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagai
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, khususnya para penulis
jurnal yang saya jadikan sebagai bahan dasar penulisan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Terima kasih

Magelang, 15 September 2021

Penulis,
(Miftahula Rizqin N)
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
A. Latar Belakang................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 5
I. Perjalanan Pancasila Menjadi Dasar Negara................................................. 5
II. Kajian Sejarah Tentang Penerapan Pancasila................................................ 7
III.Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara.................................................. 10
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 14
Kesimpulan......................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 15
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dasar negara Indonesia, dalam pengertian historisnya merupakan hasil
pergumulan pemikiran para pendiri negara (the founding fathers) untuk menemukan
landasan atau pijakan yang kokoh untuk di atasnya didirikan negara Indonesia
merdeka.
Pancasila dirumuskan sebagai dasar negara dalam sidang pertama Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI, 29 Mei-1
Juni 1945. Bapak Bangsa atau the founding fathers yang menjadi tokoh pengusul
perumusan Pancasila adalah Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno.

B. Rumusan Masalah
i. Adakah Tokoh sebelum Kemerdekan Indonesia yang mengusulkan Dasar Negara
Indonesia selain Pancasila?
ii. Masih adakah saat ini kelompok-kelompok yang ingin mengganti Dasar Negara
Pancasila?
iii. Bagaimana kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara Indonesia telah disepakati
dan ditetapkan, setelah melalui proses yang panjang?
5

BAB II
PEMBAHASAN

I. Perjalanan Pancasila Menjadi Dasar Negara


Latif (2002:5) menyebutkan bahwa setidaknya sejak dekade 1920-an berbagai
kreativitas intelektual mulai digagas sebagai usaha mensintesiskan aneka ideologi dan
gugus pergerakan dalam rangka membentuk “blok historis” (blok nasional) bersama demi
mencapai kemerdekaan.
Dalam perjalanan tersebut, berdirilah BPUPKI. BPUPKI yang selanjutnya disebut
dalam bahasa Jepang sebagai Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Persiapan Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan) dibentuk pada 29 April 1945 sebagai realisasi janji
kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus 1945 dari pemerintah Jepang.
Pergumulan pemikiran dalam sejarah perumusan dasar negara Indonesia bermula dari
permintaan Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat, selaku Ketua BPUPKI pada 29 Mei
1945 kepada anggota sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka.
Untuk merespon permintaan Ketua BPUPKI, maka dalam masa sidang pertama, yaitu 29
Mei sampai 1 Juni 1945, Muhammad Yamin dan Soekarno mengajukan usul
berhubungan dengan dasar negara. Soepomo juga menyampaikan pandangannya dalam
masa sidang ini namun hal yang dibicarakan terkait aliran atau paham kenegaraan, bukan
mengenai dasar negara.
Dalam pidato 1 Juni 1945, Soekarno menyebut dasar negara dengan menggunakan
bahasa Belanda, Philosophische Grondslag bagi Indonesia merdeka. Philosophische
Grondslag itulah fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia merdeka. Soekarno juga
menyebut dasar negara dengan istilah “weltanschauung” atau pandangan hidup.1
Sejak tanggal 18 Agustus 1945, Pancasila telah menjadi dasar falsafah negara
(Philosophische Gronslag), ideologi negara dan pandangan hidup (Weltanschauung)
bangsa Indonesia. Istilah-istilah tersebut bisa dimaknai dengan merujuk pada pidato Bung
Karno pada 1 Juni 1945. Dalam pidato tersebut, ia menyebut istilah “Philosfische
Gronslag” sebanyak 4 kali plus 1 kali menggunakan istilah “filosifische principe”;
sedangkan istilah “Weltanschauung” ia sebut sebanyak 31 kali.
Tentang istilah “Philosophische Grondslag”, ia definisikan sebagai “Fundamen,

1
(Saafroedin Bahar, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.), 1995: 63, 69, 81, dan RM.
A.B. Kusuma, 2004: 117, 121, 128-129).
6

filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di


atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka.” Frase “untuk diatasnya didirikan gedung
Indonesia Merdeka” menjelaskan bahwa Pancasila sebagai Philosophische Grondlag
merupakan padanan dari istilah “Dasar Negara”. Alhasil, pengertian Pancasila sebagai
“dasar negara” tak lain adalah Pancasila sebagai “dasar filsafat/falsafah negara”.
Soekarno menyebut Pancasila sebagai philosopische grondslag atau pandangan hidup
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Pancasila memiliki dua kepentingan yaitu:
a. Pancasila diharapkan senantiasa menjadi pedoman dan petunjuk dalam menjalani
keseharian hidup manusia Indonesia baik dalam berkeluarga, bermasyarakat
maupun berbangsa.
b. Pancasila diharapkan sebagai dasar negara sehingga suatu kewajiban bahwa dalam
segala tatanan kenegaraan entah itu dalam hukum, politik, ekonomi maupun sosial
masyarakat harus berdasarkan dan bertujuan pada Pancasila.
Jika diatas berkaitan dengan “Philosophische Grondslag”, berikut pengertian Bung
Karno tentang Weltanschauung itu dekat dengan ideologi. Dengan kata lain, Pancasila
sebagai pandangan hidup/pandangan dunia (Weltanschauung) bangsa Indonesia hendak
dijadikan sebagai ideologi negara. Perlu dijelaskan bahwa filsafat/falsafah (philosophy)
dan Weltanschauung (pandangan hidup/pandangan dunia) tidak selalu sebangun. Filsafat
berkonotasi sebagai pemikiran saintifik dan rasional dengan klaim validitas universalnya.
Adapun Weltanschauung berkonotasi sebagai pandangan yang relatif lebih personal,
eksistensial dan historikal. Filsafat ada dalam lingkungan pengetahuan, sedangkan
Weltanschauung ada dalam lingkungan hidup (Wolters, 1983; Driyarkara, 2006).
Dasar berfikir Bung Karno kira-kira dapat dijelaskan seperti ini. Bahwa nilai-nilai
pandangan/pendirian hidup yang digali dari berbagai kearifan suku bangsa, keagamaan,
dan nilai-nilai kemanusiaan dipandang sebagai bantalan Weltanschauung bagi negara
Indonesia merdeka. Agar Weltanschauung berbagai suku bangsa dan golongan di negeri
ini tidak berdiri sendiri-sendiri, tetapi mengandung kesatuan dan koherensi yang bisa
menjadi dasar dan haluan bersama, maka Weltanschauung tersebut perlu dirumuskan
secara sistematik dan rasional; menjadi Weltanschauung ilmiah (scientific worldview),
yang sebangun dengan filsafat (Philosophische Grondslag).
Pancasila sebagai ideologi dipandang oleh Bung Karno dan pendiri bangsa lainnya
lebih memenuhi kebutuhan manusia dan lebih menyelamatkan manusia daripada
Declaration of Independence-nya Amerika Serikat atau Manifesto Komunis. Declaration
of Independence tidak mengandung Keadilan Sosial; adapun Manifesto Komunis tidak
7

mengandung Ketuhanan Yang Maha Esa (“harus disublimir dengan Ketuhanan Yang
Maha Esa”).2 Oleh karena itu, Bung Karno menyebut Pancasila sebagai hogere
optrekking (peningkatan) daripada Declaration of Independence dan Manifesto Komunis.

II. Kajian Sejarah Tentang Penerapan Pancasila


Pancasila merupakan dasar negara dan ideologi negara Indonesia. Pancasila
merupakan pedoman warga Indonesia dalam menjalankan hidup kemasyarakatannya.
Sebagai warga negara Indonesia, sudah seharusnya kita mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
Namun, ternyata pengamalan atau penerapan nilai Pancasila sudah dilakukan sejak
awal kemerdekaan dan dari masa ke masa. Penerapan Pancasila mengalami dinamika dari
masa ke masa. Salah satu faktor penyebab dinamika penerapan pancasila pada tiap-tiap
periode adalah adanya perubahan kebijakan pemerintahan.
Ada banyak contoh gerakan yang berkeinginan mengganti Pancasila sebagai dasar
negara dengan ideologi lain. Gerakan-gerakan yang ingin mengganti Pancasila ini
merupakan bahaya yang serius dan mengancam keberlangsungan NKRI. Pancasila
sebagai dasar Negara adalah harga mati. Apabila Pancasila diganti dengan ideologi lain
maka dengan demikian Indonesia sebagai sebuah Negara pun harus bubar karena
Pancasila sendiri termaktub dalam UUD 1945 yang secara konstitusional tak bisa diubah
sampai kapanpun.
Pada awal kemerdekaan bangsa Indonesia, penerapan Pancasila sebagai dasar negara
yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tidak serta berjalan
mulus. Berikut ini  upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan
ideologi lain pada masa awal kemerdekaan :
1. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI)
Pada 18 September 1948 terjadi pemberontakan PKI yang dipimpin oleh Muso
di Madiun, yang merupakan pemberontakan besar pertama setelah Indonesia
merdeka. Pemberontakan tersebut bertujuan untuk mendirikan Negara Soviet
Indonesia yang berideologi komunis. Mereka ingin mengganti Pancasila sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa dengan paham komunis. Namun
pemberontakan PKI mampu digagalkan oleh Pemerintah Indonesia di bawah
Presiden Soekarno dan pimpinan PKI Muso tewas ditembak dan menangkap
2
Dalam ungkapan Soekarno, Manifesto komunis “harus disublimir dengan Ketuhanan Yang Maha Esa”;
barangkali maksudnya, harus ditransendesikan agar tidak terpenjara dalam berhala materialisme yang dapat
menyandera tujuan emansipasi sosial.
8

tokoh-tokoh lainnya.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Pemberontakan DI/TII berlangsung pada 7 Agustus 1949 di bawah pimpinan
Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Mereka ingin mengganti Pancasila sebagai
dasar negara dengam syari'at Islam. Bahkan ditandai dengan didirikannya Negara
Islam Indonesia (NII). Upaya bangsa Indonesia menumpas pemberontakan
tersebut memakan waktu cukup lama. Kartosuwiryo dan para pengikutnya baru
bisa ditangkap pada 4 Juni 1962.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan RMS dipimpin oleh Christian Robert Steven Soumokil.
Tujuan pemberontakan RMS adalah untuk membentuk negara sendiri yang
didirikan pada 25 April 1950, yang meliputi pulau-pulau seperti Seram, Ambon,
dan Buru. Pada November 1950, RMS di Ambon dapat dikalahkan oleh tentara
Indonesia, pemberontakan di Seram masih berlanjut hingga Desember 1963.
Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram,
kemudian mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada tahun
1966.
4. Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
Permesta atau Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dipimpin
oleh Sjarifuddin Prawiranegara dan Ventje Sumual pada 1957-1958.
Pemberontakan tersebut terjadi di Sumatera dan Sulawesi ini merupakan bentuk
koreksi untuk pemerintah pusat yang dipimpin Presiden Sukarno karena Sukarno
tidak bisa lagi diberikan nasihat dalam menjalankan pemerintahan sehingga terjadi
ketimpangan sosial. Pemerintah pusat dianggap telah melanggar undang-undang,
pemerintahan yang sentralistis, sehingga pembangunan di daerah menjadi
terabaikan.
5. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
APRA merupakan milisi yang didirikan oleh Kapten KNIL Raymond
Westerling pada 15 Januari 1949. Gerakan APRA bertujuan untuk
mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan memiliki tentara sendiri
bagi negara-negara RIS. APRA melakukan pemberontakan pada 23 Januari 1950
dengan menyerang dan menduduki Bandung serta menguasai markas Staf Divisi
Siliwingi, bahkan berencana akan menyerang Jakarta. Namun usahanya mampu
digagalkan oleh APRIS yang mengirimkan pasukan di wilayah Jawa Tengah dan
9

Jawa Timur dan peristiwa ini semakin mempercepat pembubaran RIS dan kembali
ke bentuk NKRI pada 17 Agustus 1950.

Lain halnya pada masa orde lama, penerapan Pancasila pada masa orde lama, terjadi
pada 1959 hingga 1966. Periode ini dikenal dengan demokrasi terpimpin. Selain itu, pada
masa ini, bangsa Indonesia masih mengalami peralihan dari bangsa yang terjajah menjadi
bangsa yang sepenuhnya merdeka. Maka dari itu, dalam penerapannya masih diperlukan
proses adaptasi. Sebagian masyarakat ada yang merasa setuju dan sebagian lagi merasa
keberatan. Namun, dalam penerapannya ditemui beberapa tindakan penyimpangan
terhadap Pancasila. Salah satunya ialah pemberontakan PKI yang dilakukan oleh D.N.
Aidit pada 30 September 1965. Pemberontakan ini bertujuan untuk mengubah ideologi
menjadi komunis.
Sementara pada masa orde baru, dimulai saat Soeharto resmi ditetapkan menjadi
presiden. Dalam masa pemerintahannya, Soeharto berusaha untuk memulihkan kembali
beberapa kekacauan yang sebelumnya pernah terjadi di Indonesia. Upaya pemulihan
kembali ini ditandai dengan dibuatnya Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun,
diadakannya PEMILU, pendidikan pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila, serta pemerataan pembangunan.
Untuk saat ini, kelompok kelompok-kelompok yang ingin mengganti Dasar Negara
Pancasila sebenarnya masih nyata dan tampak di depan kita. Salah satu bentuk nya adalah
gerakan khilafah, gerakan mereka merupakan bagian dari aksi transnasional dari berbagai
macam kelompok yang memiliki tujuan sama untuk mengganti sistem pemerintahan suatu
negara.
Kelompok khilafah yang terkenal di Indonesia adalah Hizbut Tahrir Indonesia. Hizbut
Tahrir Indonesia (HTI) merupakan gerakan Islam transnasional dan mengusung pendirian
kembali khilafah Islamiyyah secara global. Secara teoretis, pendirian ini ditujukan demi
tegaknya syariat Islam pada level politik dan kemasyarakatan. Persoalannya, ketika
gagasan dan perjuangan tersebut dikembangkan di Indonesia, yang memiliki bentuk
negara dan dasar negara final, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
Pancasila, maka perjuangan HTI merupakan bagian dari upaya penistaan terhadap negara.
Meskipun secara politik perjuangan ini tidak akan berhasil, namun cukup efektif
melakukan delegitimasi atas wawasan kebangsaan di kalangan Muslim yang berhasil
mereka rekrut menjadi anggota.
Dan sekarang pemerintah Indonesia resmi membubarkan Hizbut Tahir Indonesia
10

(HTI) seiring dengan pencabutan status badan hukum ormas tersebut oleh Kementerian
Hukum dan HAM lantaran dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila dan UUD
1945.

III.Kedudukan Pancasila sebagai Dasar Negara


Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia telah bersifat final. Artinya
menjadi kesepakatan nasional yang diterima secara luas oleh rakyat Indonesia. Hal ini
diperkuat  dengan Ketetapan MPR No XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang
Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara, Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang
Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002.
Proses panjang pancasila sebagai dasar Negara, sebelum pengesahan dilakukan
perubahan atas piagam Jakarta yaitu Rancangan Mukadimah Hukum Dasar (RMHD) Dan
Rancangan Hukum Dasar (RHD). Setelah pengesahan dan penetapan tersebut yang
dilakukan pada piagam Jakarta ditetapkan lah menjadi bernama Pancasila. Semua itu atas
prakarsa dari Moh.Hatta yaitu pada sila pertama, berbunyi Sila “Ketuhanan Dengan
Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-Pemeluknya”, dalam Piagam
Jakarta sebagai pembukaan UUD NRI diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Kedudukan Pancasila tertulis di dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang
berbunyi, "...maka disusun lah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasarkan kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Kalimat tersebut, secara hukum mengartikan Pancasila sebagai dasar negara. Terlebih,
dalam sejarah tim Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) disebutkan bahwa dasar negara Indonesia adalah Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri
Bangsa yang kemudian dikenal sebagai  sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara terdapat dalam alinea keempat Pembukaan
11

UUD 1945 dan tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966,  bahwa Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dirumuskan oleh PPKI atas nama rakyat
Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR tersebut
disahkan oleh MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966. Ketetapan MPR
No.V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No.IX /MPR/1978 yang menegaskan kedudukan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia.
Tanggal 1 (satu) Juni ini dianggap kelahiran Pancasila.  Awal mulanya penetapan
dapat dilacak dari peristiwa sejarah pembentukan konsep Pancasila. Dimulai dari Sidang
pertama BPUPKI pada pada 29 Mei - 1 Juni 1945, beberapa anggota BPUPKI
menyampaikan usulan mengenai bahan-bahan konstitusi dan rancangan tentang Negara
Republik Indonesia yang akan didirikan. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Mohammad
Yamin mengusulkan tentang dasar negara di hadapan sidang pleno BPUPKI. Usulan ini
dalam pidato dan secara tertulis disampaikan kepada BPUPKI.
Dalam uraian pidatonya Muh Yamin mengemukakan lima dasar negara yaitu:
- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri ke-Tuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Rakyat Kemudian,
Kemudian, Muh Yamin menyampaikan usulan secara tertulis mengenai rancangan
dasar negara yang disampaikan kepada BPUPKI. Rumusan usulan tertulis yang di
sampaikan  oleh Muh Yamin ini berbeda dengan rumusan yang disampaikan secara lisan
dalam pidatonya, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Selain Muh Yamin, anggota BPUPKI yang menyampaikan usul dasar negara adalah Ir
Soekarno. Soekarno menyampaikan usulan ini pada tanggal 1 Juni 1945, yang kemudian
dikenal sebagai hari lahirnya Pancasila. Soekarno menyampaikan tiga buah usulan calon
12

dasar negara, yaitu lima prinsip, tiga prinsip, dan satu prinsip.
Istilah Pancasila Soekarno yang mengemuka secara harfiah artinya lima dasar. Istilah
Pancasila ini merupakan saran seorang ahli bahasa (Muhammad Yamin) yang pada saat
itu duduk di sebelah Soekarno. Oleh karena itu rumusan Soekarno disebut yang lima
prinsip disebut dengan Pancasila, yang tiga prinsip disebut Trisila, dan yang satu prinsip
disebut Ekasila. Rumusan Pancasila yang dikemukaan oleh Soekarno adalah:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme, atau peri-kemanusiaan
3. Mufakat, atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan
Dari Pancasila tersebut diperas, ekstrak menjadi Trisila, yang rumusanya adalah
Sosio-nasionalisme, Sosio-demokratis, ke-Tuhanan. Kemudian dari  rumusan Trisila
tersebut dapat di peras, di ekstrak menjadi Ekasila, yaitu Gotong-Royong.
Lahirnya Pancasila adalah judul pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam
sidang BPUPKI (Dokuritsu Junbi Cosakai) pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam pidato
Soekarno ini lahir awalnya “Pancasila” pertama kali sebagai dasar negara Indonesia
merdeka. Pidato ini pada mulanya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa
adanya judul dalam pidato tersebut, dan baru kemudian mendapat sebutan “Lahirnya
Pancasila” oleh mantan Ketua BPUPK Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata
pengantar buku yang berisi pidato tersebut, yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI
Pancasila menjadi dasar negara adalah “platform” berdirinya sebuah bangsa. Terdiri
dari lima sila, yaitu 1). Ketuhanan Yang Maha Esa, 2) Kemanusian yang Adil dan
Beradab, 3) Persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. 5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
Bagi generasi saat ini, generasi yang lahir jauh sebelum Pancasila lahir, maka
sesungguhnya sejarah kelahiran ini adalah peristiwa besar, tidak hanya kesepakatan
politik tapi juga peristiwa besar sebagai bangsa. Dapat dibayangkan di antara keragaman
bangsa Indonesia yang terdiri dari penduduk yang berjumlah puluhan juta saat itu, dalam
keragaman agama, suka dan ras, dalam suasana perjuangan kemerdekaan dari penjajahan
bangsa lain selama lebih dari 300 tahun, dalam kondisi kemiskinan yang mendera, namun
mampu membuat kesapakatan besar sebagai bangsa.
Pancasila adalah ikatan sebuah Bangsa untuk membentuk sebuah negara yang
13

berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melalui mekanisme pembuatan


keputusan secara demokratis berdasar kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyarakatan, dengan tetap menjunjung komitmen persatuan
Indonesia, dengan berperilaku yang ber- kemanusian, adil dan beradab, yang kesemuanya
itu berdasar Ketuhanan yang Maha Esa.
Pancasila menjadi sakti bukan karena bendanya, tetapi pendukungnya, kita semua
bangsa Indonesia, kita bersama untuk konsisten memegang teguh kesepakatan itu. Yaitu
menjadikan Pancasila sebagai dasar sebuah bangsa, bangsa Indonesia. Seperti bunyi Pasal
1 Ketetapan  Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVIII/MPR/1998, bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
14

BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar Negara merupakan sejarah panjang Negara dalam
memperjuangkan bangsa Indonesia berdiri. Pancasila merupakan dasar negara dan
ideologi negara Indonesia. Pancasila merupakan pedoman warga Indonesia dalam
menjalankan hidup kemasyarakatannya. Sebagai warga negara Indonesia, sudah
seharusnya kita mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi Negara perlu dijaga dari pengaruh ideologi lain yang dapat
mengancam persatuan bangsa Indonesia. Pancasila diciptakan sebagai landasan ideal bagi
kehidupan bernegara.
Membangun mental warga Negara yang ber-ideologi Pancasila menjadi semakin
penting. Ketahanan ideologi harus tertatanam kokoh di seluruh lapisan masyarakat. Aspek
politik, sosial, budaya, dan ekonomi harus mencerminkan ideologi Pancasila.
15

DAFTAR PUSTAKA

Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Umbara, Dani. 2020. Pancasila Sebagai Philosopische Grondslag Dan Kedudukan


Pancasila Dikaitkan Dengan Theorie Von Stafenufbau Der Rechtsordnung. Diakses pada
tanggal 15 September 2021
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13144/Pancasila-Sebagai-Philosopische-
Grondslag-Dan-Kedudukan-Pancasila-Dikaitkan-Dengan-Theorie-Von-Stafenufbau-Der-
Rechtsordnung.html

Arif, Syaiful. 2016. Pandangan dan Perjuangan Ideologis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
dalam Sistem Kenegaraan di Indonesia. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.
Diakses pada tanggal 15 September 2021
https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/1282

Khumaidi, M.Arief. 2015. Pancasila: Sebuah Kesepakatan Sebagai Bangsa. Sekretariat


Kabinet Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai